Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

24
MATERI PELATIHAN KADER LANSIA RW 2 SUKOHARJO PUSKESMAS BARENG Gedung Ampera, 24 April 2015 Oleh : Kelompok 4 REGULAR JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN 1

description

MATERI PELATIHAN KADER LANSIA PUSKESMAS BARENG RW 2

Transcript of Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

Page 1: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

MATERI PELATIHAN KADER LANSIA

RW 2 SUKOHARJO PUSKESMAS BARENG

Gedung Ampera, 24 April 2015

Oleh :

Kelompok 4 REGULAR

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2015

1

Page 2: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

MATERI 1

PERAN KADER DALAM PELAKSANAAN POSYANDU LANSIA

Menurut buku Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia Tahun 2010,

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan

kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan

pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya

masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non pemerintah, swasta,

organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan

pada upaya promotif dan preventif. Untuk memberikan pelayanan kesehatan

yang prima terhadap usia lanjut, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang

sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut :

a. Tahap pertama : pendaftaran anggota Kelompok Usia Lanjut sebelum

pelaksanaan pelayanan serta pengisian data demografi di KMS.

b. Tahap kedua : pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila,

penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran

tekanan darah dan pemeriksaan status mental.

c. Tahap ketiga : pemeriksaan gula darah dan Pemberian Makanan

Tambahan (PMT).

d. Tahap keempat : pemberian penyuluhan dan konseling.

e. Tahap kelima : pendokumentasian.

Pelaksana kegiatan posyandu adalah anggota masyarakat yang telah

dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas.

Sedangkan pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW

yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader

kesehatan yang ada di wilayah tersebut. Persyaratan menjadi kader posyandu

adalah dapat membaca dan menulis dengan bahasa Indonesia, secara fisik

dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader, berwibawa, mempunyai

penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan. Selain itu kader

yang dipilih adalah orang-orang yang aktif dalam kegiatan – kegiatan sosial

2

Page 3: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

maupun pembangunan desanya, serta dikenal masyarakat dan dapat

bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya.

Kader posyandu bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta

pimpinan-pimpinan yang ditunjuk oleh pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan

mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing

dalam jalinan kerjasama dari sebuah tim kesehatan. Tugas dan kegiatan kader

akan ditentukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang, mengingat bahwa

pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu

dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang

diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Peranan kader

dalam kegiatan posyandu sangat besar.

Menurut Depkes RI (2000) ada dua peran kader yaitu :

1. Peran kader saat posyandu (sesuai dengan sistem lima meja) adalah:

a. Melaksanakan pendaftaran (pada meja I).

b. Melaksanakan pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan

usila, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan,

pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan status mental (pada

meja II).

c. Membagikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) (pada meja

III).

d. Memberikan penyuluhan (pada meja IV).

e. Memberi dan membantu pelayanan yang dilakukan oleh petugas

puskesmas (pada meja V).

2. Peran kader di luar posyandu adalah:

a. Mengajak kelompok lansia untuk datang pada hari kegiatan

posyandu.

b. Menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan

permasalahan yang ada, seperti pemberantasan penyakit

menular, penyehatan rumah, pembersihan sarang nyamuk,

pembuangan sampah, penyediaan sarana air bersih,menyediakan

sarana jamban keluarga, pemberian pertolongan pertama pada

penyakit, P3K dan dana sehat.

3

Page 4: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

MATERI 2

KONSEP PENYAKIT HIPERTENSI DAN GAYA HIDUP LANSIA DENGAN

HIPERTENSI

a. Pengertian

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang

lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita

sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan

mengukur tekanan darah kita secara teratur.

b. Penyebab Hipertensi

Pada sekitar 90 % penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui

dan keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensialatau hipertensi primer.

Hipertensi esensial kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa

perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama

menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada

sekitar 5 - 10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal.

Pada sekitar 1 - 2 %, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau

pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma,

yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormone

epinefrin(adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).

Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga),

stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi

pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung

4

Page 5: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres

telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki

tekanan darah tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak

dapat dikendalikan. Ada juga yang dapat dikendalikan sehingga bisa

mengatasi penyakit darah tinggi. Beberapa faktor tersebut antara lain :

Keturunan

Faktor ini tidak bisa dikendalikan.Jika seseorang memiliki orang tua atau

saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia

menderita tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa

masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada

yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada

bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.

Usia

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya

usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat.

Penderita tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah saat muda

akan sama ketika bertambah tua. Namun dapat mengendalikan agar

jangan melewati batas atas yang normal.

Garam

Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah

dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes,

penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang

berkulit hitam.

Kolesterol

Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam

darah, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh

darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya

tekanan darah akan meningkat.

Obesitas / Kegemukan

5

Page 6: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

Faktor ini bisa Anda kendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas

30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita

tekanan darah tinggi.

Stres

Faktor ini bisa Anda kendalikan.Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil

juga dapat memicu tekanan darah tinggi.

Rokok

Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan

darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko

diabetes, serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok

yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan

kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit

yang berkaitan dengan jantung dan darah.

Kafein

Faktor ini bisa dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, the maupun

minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Alkohol

Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga

menyebabkan tekanan darah tinggi.

Kurang Olahraga

Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa

menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur

mampu menurunkan tekanan darah tinggi namun jangan melakukan

olahraga yang berat jika menderita tekanan darah tinggi.

c. Gejala Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya

tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,

pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada

penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang

normal. Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul

gejala berikut :

6

Page 7: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

Sakit kepala.

Kelelahan.

Mual.

Muntah.

Sesak nafas.

Gelisah.

Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada

otak, mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut

ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

d. Target Terapi

Terapi tekanan darah tinggi bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler dan ginjal. Ketika diagnosis

hipertensi ditegakkan, pasien harus segera diberikan edukasi dan konseling

untuk mengubah gaya hidup yang sesuai anjuran dalam menurunkan

tekanan darah, mengingat edukasi dan konseling gizi merupakan bagian dari

intervensi gizi. Seorang ahli gizi/dietisien harus mengikuti langkah-langkah

yang sudah dibakukan dalam proses asuhan gizi yaitu pengkajian/asesmen

gizi, kemudian dilanjutkan dengan diagnosis gizi, intervensi gizi termasuk

melakukan kegiatan edukasi/konseling, serta monitoring dan evaluasi

keberhasilan intervensi yang diberikan.

e. Langkah – langkah Asuhan Gizi pada Hipertensi

Langkah pertama dalam proses asuhan gizi adalah pengkajian gizi

meliputi pengumpulan data:

1) Riwayat makanan/gizi

2) Data biokimia, pemeriksaan penunjang dan berbagai prosedur

pemeriksaan.

3) Pengukuran antropometri

4) Hasil pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan gizi

5) Riwayat personal

7

Page 8: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

Hasil pengkajian gizi dapat dilanjutkan ke langkah berikutnya yaitu diagnosis

gizi yang dapat dikaitkan dengan faktor risiko hipertensi maupun masalah gizi

saat ini, contohnya: masalah kelebihan berat badan, asupan lemak dan

karbohidrat, natrium berlebih atau asupan kalium, kalsium dan magnesiuyang

kurang dari kebutuhan. Berdasarkan diagnosis gizi, ahli gizi/dietisien dapat

melangkah ke tahap berikutnya yaitu memberikan intervensi gizi dalam

bentuk penyediaan makanan atau zat gizi yang dianjurkan sesuai kebutuhan,

edukasi dan konseling gizi serta koordinasi dalam asuhan gizi untuk

mencapai tujuan intervensi gizi.

Tahap berikutnya asuhan gizi adalah monitoring dan evaluasi sampai

tujuan intervensi tercapai. Terkait dengan contoh masalah di atas maka

kegiatan monitoring dan evaluasi-nya adalah pengamatan berat badan dan

asupan makanan (karbohidrat, lemak, kalium, kalsium, natrium, dan

magnesium) Mengingat upaya mengubah pola makan sering mengalami

kendala, telah disusun beberapa penuntun untuk memudahkan penerapan

perencanaan makan DASH oleh National Heart, Lung and Blood Institute

(2006) juga contoh resep, serta berbagai kiat memilih makanan siap saji serta

cara mengukur asupan natrium.

f. Modifikasi Gaya Hidup

Ada beberapa anjuran dalam upaya penurunan tekanan darah melalui

modifikasi gaya hidup yaitu penurunan berat badan, penerapan perencanaan

makan dengan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH),

pembatasan asupan garam NaCl, latihan fisik teratur, dan membatasi asupan

alkohol. Modifikasi gaya hidup yang efektif menurunkan tekanan darah dan

berkaitan dengan gizi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

8

Page 9: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

g. Perencanaan Makan dengan DASH

DASH dianjurkan oleh JNHC 7 (2004) dan AHA (2006) untuk pencegahan

dan manajemen hipertensi dengan prinsip banyak mengkonsumsi buah dan

sayuran, susu rendah lemak dan hasil olahnya serta kacang-kacangan. Diet

ini mengandung tinggi kalium, fosfor dan protein sehingga perlu

dipertimbangkan untuk pasien dengan gangguan penurunan fungsi ginjal.

9

Page 10: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

MATERI 3

PANDUAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH

A. Persiapan alat

1. Tensimeter

2. Stetoskop

3. Buku catatan

B. Persiapan lansia

1. Jelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan dilakukan.

2. Atur lingkungan sekitar lansia (tutup tirai jika perlu).

C. Pelaksanaan

1. Alat-alat didekatkan.

2. Menjelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan dilakukan dan

posisi diatur sesuai kebutuhan.

3. Bantu lansia ke posisi yang nyaman dengan lengan tersokong dan

telapak tangan menghadap keatas.

4. Membuka lengan baju dan digulung.

5. Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung.

6. Memasang manset tensimeter pada lengan atas 2-3 cm diatas vena cubiti

dengan pipa karet berada di bagian luar lengan. Manset dipasang tidak

terlalu kencang atau terlalu longgar.

7. Tempatkan bagian telinga stetoskop ke dalam telinga dan pastikan bunyi

terdengar jelas dan tidak samar.

8. Meraba denyut arteri brachialis lalu stetoskop ditempatkan pada daerah

tersebut.

9. Menutup skrup balon karet, pengunci raksa dibuka. Selanjutnya balon

dipompa diatas sistolik normal klien. Bila tidak mengetahui tekanan

sistolik normal klien, tekan arteri radialis klien sampai denyut nadi arteri

radialis tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam pipa gelas naik.

10

Page 11: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

10. Membuka skrup balon perlahan-lahan sehingga air raksa turun perlahan-

lahan. Sambil memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan bunyi

denyutan pertama dan terakhir.

11. Proses selesai, kempiskan manset dan rapikan lansia.

12. Alat-alat dirapikan dan disimpan ditempatnya.

13. Cuci tangan.

14. Catat hasil.

11

Page 12: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

Gambar: Letak manset dan lengan saat dilakukan pengukuran tekanan dara

12

Page 13: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

MATERI 4

PANDUAN PENGISIAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) LANSIA

Pelayanan kesehatan di kelompok Usia Lanjut meliputi pemeriksaan

kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut

sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang

diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan

mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan

(BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di

Puskesmas. Petunjuk Pengisian Format Pencatatan Hasil Kegiatan Kelompok

Usia Lanjut adalah sebagai berikut :

Bulan : Sudah jelas

Tahun : Sudah jelas

Nama Kelompok : Sudah jelas

Desa/Kelurahan : Sudah jelas

Kecamatan : Sudah jelas

1. No. Urut : No urut kunjungan

2. No. KMS : Sudah jelas

3. Nama : Sudah jelas

4. L/P : Sudah jelas

5. Umur : Sudah jelas

6. Alamat : Sudah jelas

7. s/d 11. Kemadirian : Yang dimaksud dengan hidup sehari-hari

adalah kegiatan dasar dalam kehidupan seperti : makan atau

minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur,

buang air, besar/kecil dan sebagainya. Kegiatan atau pekerjaan

yang dilakukan diluar rumah seperti : berbelanja, mencari nafkah,

mengambil pensiun, arisan, pengajian, dan lain-lain.

Kategori A : Apabila usia lanjut sama sekali tidak mampu

melakukan kegiatan sehari-hari, sehingga sangat tergantung

orang lain (ketergantungan).

Kategori B : apabila ada gangguan dalam melakukan sendiri,

hingga kadang-kadang perlu bantuan (ada gangguan).

13

Page 14: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

Kategori C : apabila usia lanjut masih mampu melakukan

kegiatan hidup sehari-hari tanpa bantuan sama sekali

(mandiri).

12. s/d 13 Mental emosional : keadaan mental emosional, dengan

menggunakan pedoman metode 2 menit melalui 2 tahap

pertanyaan :

Pertanyaan tahap 1 :

a. Apakah anda mengalami sukar tidur?

b. Apakah anda sering merasa gelisah?

c. Apakah anda sering murung dan atau menangis sendiri?

d. Apakah anda sering merasa was-was atau khawatir?

Bila ada 1 atau lebih jawaban “ya” lanjutkan pada pertanyaan

tahap 2.

Pertanyaan tahap 2 :

a. Apakah lama keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1

kali dalam sebulan?

b. Apakah anda mempunyai masalah atau banyak pikiran?

c. Apakah anda mempunyai gangguan atau masalah dengan

keluarga atau orang lain?

d. Apakah anda menggunakan obat tidur atau penenang atas

anjuran dokter?

e. Apakah anda cenderung mengurung diri dalam kamar?

Bila 1 atau lebih jawaban “ya” maka usia lanjut mempunyai

masalah emosional.

14. s/d 16 IMT : Indeks Masa Tubuh ditentukan dengan mencari titik

temu antara garis bantu yang menghubungkan berat badan yang

sudah diukur dengan tinggi badan. Nilai normal IMT untuk pria dan

wanita usia lanjut berkisar antara 18,5 – 25. Interpretasinya :

L (lebih) : Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan

warna merah.

N (normal) : Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan

warna hijau.

K (kurang) : Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan

warna kuning.

14

Page 15: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

17. s/d 19 Tekanan Darah : Ukuran tekanan darah dengan tensimeter

dan stetoskop. Interpretasinya :

T (tinggi) : bila salah satu dari sistole atau diastole, atau

keduanya diatas normal.

N (normal) : bila sistole antara 120-160 dan diastole ≤ 90

mmHg.

R (rendah) : bila sistole atau diastole di bawah normal.

20. Anemi : Hemoglobine yang nilainya kurang dari 13 g% untuk pria

dan 12 g% untuk wanita.

21. Kencing manis : Bila terjadi perubahan warna pada hasil

pemeriksaan urine. Diabetes melitus menggunakan Combur Test

(sesuaikan dengan indikator untuk kadar gula).

22. Ginjal : Bila terjadi perubahan warna pada hasil pemeriksaan urine

dengan menggunakan Combur Test (sesuaikan dengan indicator

untuk kadar protein).

23. Diobati : Beri tanda + atau –

+ : Bila usia lanjut diberi obat.

- : Bila usia lanjut tidak diberi obat.

24. Rujuk : Beri tanda + atau –

+ : Bila usia lanjut dirujuk ke tingkat pelayanan kesehatan yang

lebih tinggi.

- : Bila usia lanjut tidak dirujuk ketingkat pelayanan kesehatan

yang lebih tinggi.

25. s/d 27 Konseling : Beri tanda + atau – pada kolom yang sesuai

dengan kasus.

Baru : untuk kasus konseling baru.

Lama : untuk kasus konseling lama.

Selesai : untuk kasus konseling lama.

28. Penyuluhan : Beri tanda + atau –

+ : Bila dilakukan penyuluhan.

- : Bila tidak dilakukan penyuluhan.

15

Page 16: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia

Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan

(BPPK).

Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. 2000. Media Aesculapius. Jakarta.

16

Page 17: Materi Pelatihan Kader Lansia Rw 2

Lampiran

CHESKLIST PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Prosedur Ya Tidak

Persiapan alat :1. Tensimeter2. Stetoskop3. Buku catatan

Persiapan lansia4. Jelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan dilakukan.5. Atur lingkungan sekitar lansia (tutup tirai jika perlu).6. Alat-alat didekatkan.

7. Menjelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan dilakukan dan posisi diatur sesuai kebutuhan.

8. Bantu lansia ke posisi yang nyaman dengan lengan tersokong dan telapak tangan menghadap keatas.

9. Membuka lengan baju dan digulung.

10. Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung.

11. Memasang manset tensimeter pada lengan atas 2-3 cm diatas vena cubiti dengan pipa karet berada di bagian luar lengan. Manset dipasang tidak terlalu kencang atau terlalu longgar.

12. Tempatkan bagian telinga stetoskop ke dalam telinga dan pastikan bunyi terdengar jelas dan tidak samar.

13. Meraba denyut arteri brachialis lalu stetoskop ditempatkan pada daerah tersebut.

14. Menutup skrup balon karet, pengunci raksa dibuka. Selanjutnya balon dipompa diatas sistolik normal klien. Bila tidak mengetahui tekanan sistolik normal klien, tekan arteri radialis klien sampai denyut nadi arteri radialis tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam pipa gelas naik.

15. Membuka skrup balon perlahan-lahan sehingga air raksa turun perlahan-lahan. Sambil memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan bunyi denyutan pertama dan terakhir.

16. Proses selesai, kempiskan manset dan rapikan lansia.

17. Alat-alat dirapikan dan disimpan ditempatnya.

18. Cuci tangan.

19. Catat hasil.

17