Materi Pelajaran PAI SMA

87
Materi Pelajaran PAI SMA/SMK Kelas XII Semester 2 Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelas XII Semester 2 BAB 7 Ayat-ayat Al-Qur'an tentang Mengembangkan IPTEK A. Q.S. Yunus Ayat 101 B. Q.S. Al-Baqarah Ayat 164 C. Penerapan Sikap dan Perilaku BAB 8 Iman kepada Qada dan Qadar A. Pengertian Qada dan Qadar B. Tanda Penghayatan terhadap Iman kepada Qada dan Qadar C. Hikmah Penghayatan Iman kepada Qada dan Qadar BAB 9 Perilaku Terpuji: Menjaga Persatuan dan Kerukunan A.Makna Persatuan dan Kerukunan B. Menjaga Persatuan dan Kerukunan C.Penerapan Sikap dan Perilaku BAB 10 Akhlak Tercela: Israf, Tabzir, Gibah, dan Fitnah A. Ishraf B. Tabzir C. Ghibah D. Fitnah BAB 11 Hukum Islam tentang Mawaris A. Hukum Islam tentang Mawaris B. Ketentuan tentang Harta dan Mawaris C. Mawaris di Indonesia D. Hikmah Mawaris BAB 12 Perkembangan Islam di Dunia A. Perkembangan Agama, Politik, dan Ekonomi B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi C. Perkembangan Seni dan Budaya D. Hikmah Perkembangan Islam di Dunia Tazkirah Imtihan

description

Materi Pelajaran PAI SMA berikut ini adalah materi pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas

Transcript of Materi Pelajaran PAI SMA

  • Materi Pelajaran PAI SMA/SMK Kelas XII Semester 2

    Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelas XII Semester 2

    BAB 7 Ayat-ayat Al-Qur'an tentang Mengembangkan IPTEK A. Q.S. Yunus Ayat 101 B. Q.S. Al-Baqarah Ayat 164 C. Penerapan Sikap dan Perilaku

    BAB 8 Iman kepada Qada dan Qadar A. Pengertian Qada dan Qadar B. Tanda Penghayatan terhadap Iman kepada Qada dan Qadar C. Hikmah Penghayatan Iman kepada Qada dan Qadar

    BAB 9 Perilaku Terpuji: Menjaga Persatuan dan Kerukunan A.Makna Persatuan dan Kerukunan B. Menjaga Persatuan dan Kerukunan C.Penerapan Sikap dan Perilaku

    BAB 10 Akhlak Tercela: Israf, Tabzir, Gibah, dan Fitnah A. Ishraf B. Tabzir C. Ghibah D. Fitnah

    BAB 11 Hukum Islam tentang Mawaris A. Hukum Islam tentang Mawaris B. Ketentuan tentang Harta dan Mawaris C. Mawaris di Indonesia D. Hikmah Mawaris

    BAB 12 Perkembangan Islam di Dunia A. Perkembangan Agama, Politik, dan Ekonomi B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi C. Perkembangan Seni dan Budaya D. Hikmah Perkembangan Islam di Dunia Tazkirah Imtihan

  • TOLERANSI DAN KERUKUNAN A. Surat Al-Kafirun ayat 1-6

    Artinya : Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,; Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.; Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah.; Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,; Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah.; Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

    B. Surat Yunus ayat 40

    Artinya: Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Yunus [10]: 40-41)

    1. Kerukunan Umat Beragama

    a. Kerukunan Intern Umat Beragama

    Agama Islam sejak diturunkan oleh Allah SWT, menjadi pelopor dalam melaksanakan tasamuh, tenggang rasa atau toleransi dalam beragama, baik terhadap sesama pemeluk satu agama dan pemeluk agama lain. Sejarah membuktikan bahwa di mana agama Islam tersiar, misalnya di Mesir, Palestina hingga ke Indonesia tidak satu pun bangunan rumah ibadat maupun tata cara peribadatan umat lain terganggu, gereja Kristen Orthodox di Iskandariyah, rumah-rumah ibadah Yahudi (Synagoge) beserta para rahibnya termasuk candi-candi hingga saat ini tetap berdiri megah tak diganggu. Semua itu karena keislaman seseorang tidak boleh terjadi karena paksaan, melainkan harus dilandasi kesadaran pribadi memasuki jalan selamat jalan Ilahi Rabbi. Firman Allah SWT.

    Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al Baqarah [2]: 256)

    BAB 1

  • Dan jalan mengajak kepada keimanan pun telah diaturnya.

    Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. An Nahl [16]: 125)

    Seseorang yang telah memeluk agama Islam meka sejak itu dia menjadi bagian yang utuh dari umat nabi Muhammad SAW. Di samping itu diajarkan pula oleh nabi bahwa kewajiban seorang muslim terhadap muslim lainnya (dalam kehidupan sehari-hari) ada lima, yaitu menyebarkan salam, membesuk saudaranya yang sakit, mengantarkan mayat ke kubur, menghadiri undangan, dan mendoakan orang yang bersin. Allah menggambarkan identitas Nabi Muhammad SAW beserta umatnya dengan firman.

    Artiya : Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Q.S. Al Fath [48]: 29)

    Begitulah tata pergaulan muslim berdasarkan petunjuk Allah dan rasulnya. Mereka tegas dan tegar dalam urusan tauhid tanpa kompromi terhadap paham-paham syirik, demikian pula dalam bidang ibadah, syariat dan akhlak. Karena dengan begitu keteguhan dalam beragama dapat dijaga tanpa harus menyerupa-nyerupakan diri dengan maksud mencari tambahan teman. Dengan sesama muslim mereka saling bahu membahu, bergotong royong mengatasi berbagai persoalan hidup, sebagaimana dipraktekkan para sahabat Anshor (penduduk asli Madinah) dan kaum Muhajirin (yang baru datang berhijrah dari Mekkah). Mereka datang hanya berbekal iman di dada, sedangkan harta milik satu-satunya hanyalah pakaian yang melekat di badan, semua ditinggalkan demi menyelamatkan aqidah yang di negeri sendiri tidak aman melaksanakannya.

  • Kemudian sahabat Anshor menyongsong saudaranya yang seiman itu dengan tangan terbuka, diantara mereka ada yang menyerahkan sebagian harta bendanya, ada yang menyilahkan menempati sebagian rumah miliknya, dan banyak lagi contoh-contoh pengorbanan yang mereka lakukan. Mereka sadara bahwa harta yang dipunyai adalah titipan Allah yanng apabila dimanfaatkan untuk perjuangan akan berlipat ganda nilainya, sebagai bekal hidup abadi kelak. Allah berfirman.

    Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al Hujurat [49]:13)

    Dari ayat tersebut terkandung pelajaran yang amat berharga bagi kita, yakni manusia terlahir dalam berbagai suku bangsa (ras) maupun kebangsaan (nation). Semua itu dimaksudkan agar mereka menjalin komunikasi, bukan saling mengunggulkan ras masing-masing, karena didepan Allah hanya yang paling bertakwalah yang paling utama. Mengapa demikian? Karena tak satupun bangsa di dunia ini yang mampu mencukupi segala kebutuhannya. Oleh karena itu, hendaklah dalam hidup ini perlu diciptakan adanya saling menghidupi, melengkapi (simbiosis mutualisme). Lebih dari itu, dalam Islam seorang muslim memiliki kebebasan berfikir dan menyatakan pendapat sebagai salah satu hak asasi. Seorang muslim yang lain tak perlu berkecil hati menghadapi perbedaan pendapat umat tentang masalah-masalah agama yang disebut ikhtilaf, baik dalam bidang hukum fiqih maupun maslaah yang menyinggung bidang aqidah. Perbedaan paham dikalangan umat tidak boleh ditutup dengan alasan ketenangan, kerukunan dan sebagainya.

    Risalah Nabi Muhammad SAW menghendaki perkembangan, penelitian ilmiah, pemahaman yang mendalam untuk menambah keimanan dan selanjutnya diamalkan. Maka dibukalah pintu ijtihad untuk masalah-masalah tertentu dalam memenuhi perkembangan zaman yang terus beredar. Hasil taffaquh fiddien dan ijtihad tidak mustahil menghasilkan pendapat yang berbeda-beda (ikhtilaf). Agama Islam tidak melarang terjadinya ikhtilaf, yang terlarang justru perbuatan jumud (beku) dan tafarruq atau berpecah belah, yang kedua-duanya tak perlu dipilih. Ikhtilaf (perbedaan paham) tidak semata-mata menimbulkan tafarruq (perpecahan).

    Para sahabat nabi juga pernah terjadi ikhtilaf, misalnya perbedaan faham dalam masalah-masalah fiqih, tetapi mereka tidak berpecah belah, karena berpegang kepada petunjuk risalah itu sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT.

    Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S. An Nisa [4]: 59)

  • Demikian pula dicontohkan oleh para imam mahzab, Yakni Imam syafii, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad bin Hambal. Mereka para imam mahzab tidak seorang pun yang mengemukakan pendapatnyalah yang paling benar, bahkan beliau-beliau senantiasa menutup tiap fatwanya dengan ungkapan Wallahu alamu, seperti ungkapan inilah pendapatku tentang hasil ijtihadku, dengan sekuat daya ilmuku. Namun demikian, Allah jualah yang lebih mengetahui tentang kebenaran. Begitu indah contoh tauladan dari imam mujtahid kepada masyarakat dalam memeras otak mencari kebenaran, sehingga perbedaan pendapat umat tidak perlu menimbulkan perpecahan, justru memprekaya khasanah perbendaharaan pengetahuan umat akan nilai-nilai yang terkandung didalam ajaran Islam, begitu pula hendaknya setiap pemeluk agama dapat menyikapi perbedaan-perbedaan yang terjadi. Karena dari situlah tampak kemuliaan umat Islam dimuka bumi, yaitu memilki sikap Tasamuh, tenggang rasa dan tepa selira yang adi luhung. Dan tempat kembalinya hanya kepada Allah saja. Firma Allah SWT.

    Artinya : Katakanlah: Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui. (QS Saba [34]: 26).

    b. Kerukunan Antar Umat Beragama

    Di muka telah dijelaskan mengenai bagaimana seharusnya kita bergaul dengan sesama saudara seagama, dan bagaimana pula sikap kita terhadap umat agama yang berbeda? Perlu disadari bahwa hidup dan kehidupan dunia senantiasa bersifat majemuk, tidak mungkin setiap orang akan memilki pandangan yang sama terhadap suatu masalah termasuk dalam hal beragama. Agama Islam mengakui bahwa keimanan seseorang terkait dengan hidayah (petunjuk dari Allah) SWT, bukan hasil rekayasa manusia. Kita hanya bertugas untuk berdakwah menyampaikan kebenaran ajaran Allah yang mampu dilakukan, dengan menggunakan Qaulan Balig atau hingga menjangkau lubuk hati secara bijaksana, mengenai hasilnya kita serahkan kepada Allah SWT.

    Kemudian kepada saudara yang tidak seiman tetap ada kewajiban yang mesti ditunaikan dan dijaga, yaitu kehormatannya, harta bendanya serta hak-hak privasinya sepanjang mereka tidak mengganggu aqidah dan pelaksanaan ibadah kita. Mereka berhak untuk bekerjasama menciptakan linkungan yang sehat, bersih, indah dan aman bagi setiap anggota masyarakat di lingkungannya. Negara kita bverpenduduk jutaan jiwa dengan memeluk berbagai agama, sebagaimana terjadi hampir di setiap negara, ada yang beragama Islam, Kristen Protestan, katholik, Budha, Hindu, dan lain-lainnya. Kepada pemeluk suatu agama diprsilahkan maisng-masing untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan kepercayaannya itu secara khidmat dan khusyuk. Dan bagi pemeluk agama yang lain ridak mengganggunya atau mencampurinya. Juga jangan memaksakan keyakinannya kepada orang lain. Dalam pergaulan hidup antanr umat beragama ini, Allah telah memberikan tuntunan kepada umat Islam dengan firmannya.

    Artinya : 1. Katakanlah: Hai orang-orang kafir, 2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (QS Al Kafirun : 1-6)

    Surat Al Kafirun ayat 1 : 6 di atas menjadi pedoman pokok bagi umat Islam dalam rangka membina toleransi antar umat beragama, sejak zaman nabi Muhammad SAW, hingga akhir zaman. Adapun sebab-sebab turunnya surat ini adalah lantaran pemuka Quraisy diantaranya Walid bin

  • Mughirah, Ash bin Waail, Aswad bin Abdul Muthalib, dan Umayah bin Khalaf datang menemui Rasullah SAW mengajak kompromi dalam beragama, satu tahun beribadah bersama mereka, tahun berikutnya gantian mereka mengikuti ibadah agama Islam. Seperti diketahui bahwa sebelum tawaran tersebut telah mereka gunakan berbagai kekerasan dan intimidasi untuk mencegah dakwah Islamiyah yang dilakukan nabi, ternyata hasilnya nihil , maka cara itu dicoba tawarkan kepada beliau. Ternyata tawaran itu ditolak oleh Allah dan rasulnya karena beberapa hal sebagai berikut.

    1. Mereka tidak menyembah tuhan yang kita sembah, mereka menyembah tuhan yang membutuhkan pembantu.

    2. Sifat-sifat tuhan yang mereka sembah berbeda dengan sifat-sifat tuhan yang kita sembah 3. Cara beribadahnya pun berbeda jauh dengan cara kita beribadah.

    Karenanya Allah mengancam orang-orang kafir dengan firmannya:

    Artinya : Katakanlah: Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati. (Q.S. Al Baqarah [2]:139).

    Begitulah Allah membimbing Rasullah SAW berserta umatnya agar tidak mencampur-adukkan aqidah maupun ibadah dengan aqidah dan ibadah. Lebih dari itu masing-masing pemeluk agama dipersilahkan melaksanakan apa yang diyakininya tanpa saling mempengaruhi. Sebab masalah agama merupakan maslaah yang peka (sensitif/mudah timbul ketersinggungan), maka tiap umat beragama hendaknya berusaha menjaga kerukunan dan keutuhan sebagai bangsa yang cinta damai ini.

    Satu hal yang juga perlu mendapatkan perhatian dan kehati-hatian serta kewaspadaan, terutama oleh para pemuka tiap-tiap pemuka agama, yaitu dalam rangka memperingati hari-hari besar agama, hendaklah hanya melibatkan pemeluk agama yang bersangkutan saja, jangan sampai pemeluk agama lain ikut dilibatkan. Hal yang demikian bertentangan dengan semangat kerukunan umat beragama itusendiri. Jadi, misalnya peringatan maulid nabi Muhammad SAW, natal, waisak, nyepi dan sebagainya. Semua peringatan-peringatan itu hanya diikuti oleh pemeluk agama yang bersangkutan saja agar tidak menimbulkan keresahan hidup berdampingan, tidak campur aduk satu sama lain.dengan demikian, yang harus rukun itu umat beragamanya dalam rangka hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bukan ajaran agamanya.

    c. Kerukunan Umat Beragama dengan Pemerintah

    Allah berfirman dalam Al Quran surat An Nisa : 59.

    Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(Q.S. An Nisa [4]: 59)

    Ayat diatas membimbing umat Islam, apabila mereka bercita-cita agar hidupnya bahagia didunia dan akhirat maka wajib baginya manaati segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah dan Rasulnya. Dalam hidup berbangsa dan bernegarajuga diajarkan supaya menaati ulil amri

  • (penguasa) yang taat kepada Allah dan rasulnya, termasuk segala peraturan perundang-perundangan yang dibuatnya sepanjang tidak dimaksudkan untuk menentang kepada ketetapan Allah dan rasulnya. Berangkat dari situ maka tidak halangan bagi orang mukmin maupun sesama pemeluk agama untuk tidak mentaati pemerintah.

    Negara Kesatuan Republik Indonesia memang bukan negara agama, artinya negara tidak mendasarkan kehidupan kenegaraannya pada sakah satu agama atau theokratis. Tetapi, pemerintah berkewajiban melayani dan menyediakan kemudahan-kemudahan bagi agama-agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha serta memikul tugas kerukunan hidup umat beragama. Undang Undang Dasar 1945 bab IX Pasal 19 Ayat (1) menyiratkan bahwa agama dan syariat agama dihormati dan didudukkan dalam nilai asasi kehidupan bangsa dan negara. Dan setiap pemeluk agama bebas menganut agamnya dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.

    Bangsa Indonesia sejak dahulu kala dikenal sebagai bangsa yang religius, atau tepatnya sebagai bangsa yang beriman kepada tuhan, meski pengamalan syariat agama dalam kehidupan sehari-hari belum intensif, namun dalam praktek kehidupan sosial dan kenegaraan sulit dipisahkan dari pengaruh nilai-nilai dan nornma keagamaan. Bahkan, dalam rangka dalam rangka suksesnya pembangunan nasional dalam sektor agama termasuk salah satu modal dasar, yakni modal rohaniah dan mental. Hal ini dapat dibuktikan mengenai pengaruh agama dalam kehidupan bangsa Indonesia yang sangat besar, yaitu sentuhan dan pengaruhnya tampak dirasakan memberi bekas yang mendalam pada corak kebudayaan Indonesia. Bahkan, ketahanan nasional juga harus berangkat dengan dukungan umat beragama, artinya bagaimana agar kaum beragama mempunyai kemampuan dan gairah untuk tampil dan kreatif membina dan meningkatkan ketahanan nasional khususnya, dan pembinaan sosial budaya pada umumnya sehingga nilai-nilai agama dan peranan umat beragama benar-benar dirasakan dan mempengaruhi pertumbuhan masyarakat.

    2. Peranan pemerintah dalam rangka membina kehidupan beragama Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, pemerintah pada tanggal 3

    Januari 1946 menetapkan berdirinya Departemen Agama RI dengan tugas pokok, yaitu menyelenggarakan sebagian dari tugas umum pemerintah dan pembangunan dalam bidang agama. Penyelenggaraan tugas pokok Departemen Agama itu,diantara lain berbentuk bimbingan, pemnbinaan dan pelayanan terhadapa kehidupan beragama, sama sekali tidak mencampuri maslah aqidah dan kehidupan intern masing-masing agama dan pemeluknya. Namun, pemerintah perlu mengatur kehidupan ekstern mereka, yaitu dalam hubungan kenegaraan dan kehidupan antar pemeluk agama yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Pada buku Pedoman dasar Kehidupan Beragama tahun 1985-1986 Bab IV halaman 49 disebutkan hal-hal sebagai berikut. a). Kerukunan hidup beragama adalah proses yang dinamis yang berlangsung sejalan dengan

    pertumbuhan masyarakat itu sendiri b). Pembinaan kerukunan hidup beragama adalah upaya yang dilaksanakan secara sadar, berencana,

    terarah, teratur, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kerukunan hidup beragama dengan : 1) menanamkan pengertian akan nilai kehidupan bermasyarakat yang mampu mendukung

    kerukunan hidup beragama. 2) mengusahakan lingkungan dan keadaan yang mampu menunjang sikap dan tingkah laku yang

    mengarah kepadakerukunan hidup beragama. 3) menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan tingkah laku yang mewujudkan kerukunan

    hidup beragama.

  • ETOS KERJA

    c). Kondisi umat beragama di Indonesia. Pelaksanaan pembinaan kerukunan hidup beragama dimaksudkan agar umat beragama mampu menjadi subjek pembangunan yang bertanggung jawab, khususnya pembinaan kerukunan hidup beragama. Umat beragama indinesia mempunyai kondisi yang positif untuk terus dikembangkan, yaitu 1) ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha esa 2) kepercayaan kepada kehidupan di hari kemudian 3) memandang sesuatu selalu melihat dua aspek, yaitu aspek dunia dan akhirat 4) kesediaan untuk hidup sederhana dan berkorban 5) senantiasa memegang teguh pendirian yang berkaitan dengan aqidah agama

    3. Hambatan-hambatan dalam menciptakan kerukunan umat beragama a) Semakin meningkat kecenderungan umat beragama untuk mengejar jumlah (kuantitas) pemeluk

    agama dalam menyebarkan agama dari pada mengejar kualitas umat beragama. b) Kondisi sosial budaya masyarakat yang membawa umat mudah melakukan otak-atik terhadap apa

    yang ia terima, sehingga kerukunan dapat tercipta tetapi agama itu kehilangan arti, fungsi maupun maknanya

    c) Keinginan mendirikan rumah ibadah tanpa memperhatikan jumlah pemeluk agama setempat sehingga menyinggung perasaan umat beragama yang memang mayoritas di tempat itu

    d) Menggunakan mayoritas sebagai sarana penyelesaian sehingga akan menimbulkan masalah. Misalnya, pemilikan dana dan fasilitas pendidikan untuk memaksakan kehendaknya pada murid yang belajar

    e) Makin bergesarnya pola hidup berdasarkan kekeluargaan atau gotong royong ke arah kehidupan individualistis

    Setiap bangsa mempunyai pandangan hidup, entah hal itu disadari atau tidak. Pandangan hidup

    yang dimiliki suatu bangsa itu khas dan mempengaruhi bagaimana prilaku dan budaya bangsa yang bersangkutan. Semangat kerja pun dipengaruhi oleh pandangan hidup sehingga dalam kajian tentang suatu masyarakat dikenal istilah etos kerja, yaitu semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seorang atau suatu kelompok.

    Demikian pula dengan Islam yang mempunyai ajaran tertentu. Pandangan Islam atau pemeluknya tentang hubungan manusia dengan Tuhan juga mempengaruhi etos kerja orang yang bersangkutan. Orang yang berpandangan bahwa Allah menentukan nasib semua manusia dan manusia tidak diberi kekuasaan untuk mengubahnya tentu akan mengakibatkan tingkat etos kerjanya rendah. Sebaliknya, orang yang berpandangan bahwa Allah memberi kebebasan manusia untuk mengubah nasibnya sendiri tentu akan mengakibatkan etos kerja yang tinggi.

    A. Pengertian Etos Kerja Etos kerja ialah suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan

    perhatian yang penuh. Maka pekerjaaan itu akan terlaksana dengan sempurna walaupun banyak kendala yang harus diatasi, baik karena motivasi kebutuhan atau karena tanggungjawab yang tinggi.

    B. Sikap Kerja Keras

    Sikap kerja keras dan berusaha untuk mengubah nasib, rajin, dan sungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan merupakan anjuran dan kewajiban bagi insan yang beragama Islam. Agama

    BAB 2

  • merupakan motivasi dan sumber gerak serta dinamika dalam mewujudkan etos kerja. Islam menyuruh manusia untuk bekerja dan mengubah nasibnya sendiri. Manusia wajib berusaha dan berikhtiar untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan masing-masing. Memang hanya manusia yang mau berusaha, bekerja keras, dan sungguh-sungguh yang akan meraih prestasi, baik kesuksesan hidup di dunia maupun di akhirat. Ada beberapa sikap mental yang mencerminkan sikap ini antara lain:

    1. Proaktif, yaitu sikap yang ingin mengubah lingkungan, mengubah keadaan yang ada, atau membuat suasana lebih kondusif. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar Raad ayat 11 berbunyi:

    Artinya:Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S. Ar Raad [13]: 11).

    2. Memulai suatu pekerjaan dengan setelah sempurna dalam pikiran. Kegiatan seperti ini kegiatan yang mengacu kepada visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai

    dari kegiatan tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa pekerjaan tersebut tergantung niat masing-masing. Usaha itu akan dipengaruhi kesungguhan mengerjakan dan niatnya sesuai denga Firman Allah dalam Al Quran yang berbunyi sebagai berikut.

    Artinya: Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.(Q.S. An Najm [53]:39).

    Dengan keterangan ayat di atas maka jelaslah bahwa manusia mempunyai keharusan untuk berusaha dan mampu mengubah kondisi sendiri dari kemunduran dan keterbelakangan untuk menuju kepada kemajuan. Suatu prestasi kerja dan keberuntungan tidak dapat diraih dengan mudah oleh seseorang, melainkan melalui usaha dan kerja keras yang dibarengi idealisme dan optimisme yang tinggi. Bekerja keras bagi manusia merupakan keharusan dan panggilan hidup manusia. Jika kita berusaha dengan baik serta diiringi dengan hati yang ikhlas karena Allah maka hal itu termasuk ibadah dan perbuatan yang berpahala.

    3. Selesai mengerjakan suatu pekerjaan beralihlah kepada yang lain

    Kita harus selalu mengatur waktu untuk mengerjakan pekerjaan sehingga tidak ada waktu yang terbuang, membuat nilai waktu itu maksimal, baik untuk urusan dunia ataupun akhirat. Karena waktu itu laksana pedang apabila kita tidak menggunakannya ia akan memotong kita tanpa menunggu, waktu tak pernah berhenti. Sesuai Firman Allah dalam surat Al-Insyirah ayat 6 dan 7 berbunyi:

  • Artinya: Maka apabila telah menyelesaikan suatu urusan, kerjakanlah urusan yang lain, dan kepada Tuhanmu gemar dan berharaplah! ( Q.S. Al-Insyirah [94]: 7-8 ).

    4. Mewujudkan Sinergi, saling bekerjasama mencapai tujuan.

    Kejelekan yang terorganisir bisa mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. Itu rahasia mengapa Rasulullah mendidik umat untuk selalu berjamaah dalam sholat. Kerjaaan yang berat bila digotong bersama-sama akan menjadi ringan, pekerjaan yang susah akan menjadi mudah.

    5. Sibuk memperbaiki diri sendiri, tidak memiliki waktu untuk mencela orang lain.

    Dalam Islam setiap perbuatan manusia mempunyai nilai positif bagi kehidupan manusia. Karena itu setiap muslim tatkala melakukan kegiatan, harus ada nilai tambah yang bermanfaat, baik bagi dirinya ataupun orang lain. Inilah yang dinamakan amal shaleh. Ratusan kali Al Quran mengulang-ulang kalimat amal shaleh, hal ini menunjukkan betapa kerja keras mendapatkan perhatian yang sangat penting bagi kehidupan setiap muslim.

    Al Quran menggambarkan bahwa manusia memiliki peran besar yang dapat membawa kebangkitan dan keruntuhan jalannya sejarah. Peran penting ini didasari karena manusia memiliki unsur-unsur yang menyatu luar dan dalam sehingga perubahan sejarah dan kehidupan manusia sendiri berada dipundaknya. Unsur luar adalah jasmani dan bentuk lahiriah, sedangkan unsur dalam adalah perpaduan antara pandangan hidup, tekad, kehendaknya. Meskipun kedua unsur itu harus sama mendapat pembinaan, namun Al Quran menekankan bahwa unsur dalam harus dapat perhatian lebih. Allah Berfirman sebagai berikut:

    Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan merobah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri mereka ( Q.S. Ar. Raad [13]: 11)

    Berdasarkan ayat ini, keberhasilan atau kegagalan tergantung pandangan hidup yang dimilikinya. Ada yang terbatas, sempit dan sementara namun ada juga yang luas dan jauh kedepan. Bagi muslim diajarkan untuk memiliki pandangan hidup yang mendunia dan berwawasan keakhiratan.

    C. Produktivitas Kerja

    Manusia sebagai insan individual dan sosial selalu mempunyai keinginan untuk meningkatkan kemajuan serta taraf hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan hidupnya selalu ingin terpenuhi dengan berbagai macam cara. Supaya keinginan tersebut tercapai dengan baik, Allah memerintahkan kepada mahkluk-Nya agar berusaha dan berkarya supaya mendapatkan rezeki yang halal dan tayyibah (baik) sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi sebagai berikut.

  • Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui. Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Q.S. Al Jumuah [62]: 10)

    Dalam ayat lain Allah menjelaskan:

    Artinya: Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Q.S. Al Insyirah :7)

    Kedua ayat tersebut mengingatkan kepada kita bahwa ibadah itu bukan hanya shalat saja, tetapi bekerja mencari nafkah atau rezeki itu pun termasuk ibadah jika dilakukan dengan ikhlas dan hanya mencari keridaan Allah semata. Kemudian, kita harus rajin dan sungguh-sungguh dalam bekerja.

    Dalam ayat tersebut juga tersirat dengan jelas bahwa kita tidak boleh kosong dari kegiatan. Kita harus aktif karena pekerjaan yang kita lakukan harus bervariasi agar kejenuhan tidak hinggap pada diri kita. Itulah sebabnya Allah mengingatkan kita agar kita rajin dan sungguh-sungguh serta berusaha untuk maju sesuai dengan kemampuan kita sebagaimana sabda Rasulullah Saw. berikut ini.

    Artinya: Abu Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah Saw: Biarkanlah aku, selama aku membiarkan dalam kebebasanmu, maka sesungguhnya yang menyebabkan kebinasaan umat yang sebelummu dahulu, karena kebanyakan pertanyaan mereka dan menyalahi pada para nabi-nabi mereka. Maka apabila aku mencegah kamu sesuatu tinggalkanlah perkara itu. Dan jika aku perintahkan suatu perintah, kerjakanlah sekuat tenagamu. (H.R. Bukhari dan Muslim)

    Hadis tersebut memperjelas keharusan untuk rajin dan sungguh-sungguh dalam mekakukan suatu kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan kemampuan sehingga pekerjaan itu memiliki nilai produktivitas yang tinggi. Bukan saja yang melakukan pekerjaan itu yang untung, tetapi keuntungan tersebut. Keuntungan yang diraih seseorang itu ada bagian bagi orang lain. Apakah itu keuntungan dari bertani atau berdagang, dan sebagainya, seperti dengan zakat dan infak.

    Kerja produktif adalah kerja yang menghasilkan nilai tambah. Produktifitas kerja berkaitan dengan hasil yang lebih besar ketimbang sumber daya yang ada. Jika banyak orang senaga tenaga kerja, tetapi sedikit hasil maka yang demikian disebut tidak produktif. Semangat dalam bekerja adalah modal utama dalam produktifitas. Semangat dalam bekerja harus menjadi ciri khas (etos) setiap muslim karena dewasa ini umat Islam berada pada keterbelakangan. Tanpa etos kerja yang tinggi sulit sekali dicapai produktifitas dalam bekerja.

    D. Memacu Perubahan Sosial untuk Kemajuan

    Banyak orang mengatakan bahwa di dunia penuh kebaikan, tetapi tidak ada biji jagung yang berisi bisa diperoleh oleh manusia tanpa bersusah payah terlebih dahulu untuk menanamnya. Janganlah kita bermimpi hari ini akan memetik padi, jika hari kemaren kita tidak pernah menanamnya.

    Kemudian ada baiknya kita perhatikan kata-kata hikmah berikut ini. Kebaikan hari ini ditentukan oleh kebaikan hari kemaren, dan kebaikan hari esok ditentukan oleh kebaikan hari ini,Dengan demikian, kita sebagai insan sosial senantiasa memacu diri dan memanfaatkan waktu dengan pekerjaan dan perbuatan yang beermanfaat, guna mempersiapkan hari esok yang lebih baik dan cerah. Firman Allah SWT

  • Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang beriman dan beramal saleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menepati kebenaran. (Q.S. Al-Asyr:1-3)

    Umat Islam ketinggalan dalam banyak bidang, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadikan tertinggal dalam bidang ekonomi. Ketertinggalan tersebut sebenarnya disebabkan oleh dua faktor. Pertama, faktor eksternal atau faktor luar, seperti penjajahan dengan segala bentuknya dan juga faktor ekologi. Kedua, faktor internal, faktor yang besar pengaruhnya, seperti kebudayaan, yaitu nilai-nilai, norma, keyakinan, dan pengetahuan umat Islam yang masih terbelakang. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan pembaharuan atau pembangunan yang mencakup mental spritual serta material. Pembangunan inilah yang mendorong atau memacu perubahan masyarakat (sosial) menuju kemajuan atau modern. Indonesia dewasa ini sedang giat-giatnya membangun. Pembangunan itu pada gilirannya akan memacu umat Islam karena sebagian besar bangsa ini umat Islam.

    Kesimpulan

    1. Memiliki etos kerja dan semangat bekerja keras merupakan ajaran agama. Agama merupakan motivasi dan sumber gerak yang dinamis untuk mencapai suatu kemajuan. Agama melarang pemeluknya malas, boros, berlebihan dan sikap hedonisme ( berfoya-foya). Oleh sebab itu, umat yang beragama hendaknya selalu bekerja keras, selalu ingin maju, dinamis dan produktif.

    2. Manusia sebagai insan invidual dituntut beribadah kepada Allah dan beramal saleh. Beribadah dan beramal saleh hendaknya dilandasi dengan keikhlasan dan hanya mengharapkan rida Allah semata. Disamping itu , kita diperintah untuk mencari rezeki dan kurnia Allah. Kurni Allah dan rezeki tersebut, akan dapat diraih dengan baik, jika kita bekerja keras. Bekerja keras melahirkan produktifitas, baik pada tingkat individual, sosial dan sebagainya.

    3. Manusia sebagai insan sosial hendaknya memperkuat kelompok dan memperkukuh persaudaraan serta kekompakan di antara anggota sosial tersebut. Dengan demikian, prestasi kerja dan kemajuan akan lebih mudah didapat jika dilakukan bersama-sama dengan modal kekompakan dalam suatu ikatan sosial.

    IMAN KEPADA HARI AKHIR A. HARI KIAMAT

    BAB 3

  • 1. Peristiwa Hari Akhir

    Kapan terjadinya Hari Akhir? Tidak ada seorang pun, bahkan satu mahkluk pun yang dapat mengetahui waktu terjadinya Hari akhir, kecuali Allah SWT.Di dalam al Quran disebutkan :

    Artinya : Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui".(Q.S. Al-Araf [7] :187)

    Walaupun kedatangan Hari Akhir atau (kiamat) tidak dapat diketahui, namun kita wajib mempercayainya, bahwa Hari Akhir itu akan terjadi dan dialami oleh seluruh manusia. Peristiwa Hari Akhir yang sering juga disebut Hari Kiamat didahului dengan ditiupnya sangkakala pertanda akan musnahnya alam semesta. Pada saat itu seluruh mahkluk, seperti manusia, binatang, tumbuh- tumbuhan, gunung-gunung, laut, langit, semuanya menjadi kacau balau dan hancur, Firman Allah :

    Artinya : Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu turjadilah Hari Kiamat. (Q.S. Al-Haqqah [69]: 13-15)

    Artinya : Hari Kiamat, apakah Hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari kiamat itu?Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihamburkan-hamburkan. (Q.S. Al Qaariah [101]: 1-5)

    Ayat-ayat Al Quran di atas menerangkan bahwa peristiwa Hari Kiamat atau Hari Akhir adalah peristiwa yang benar-benar dahysyat. Pada saat bumi dan langit digoncang, setiap orang sibuk dengan dirinya sendiri. Orang tua tidak dapat menolong anaknya, sebaliknya anak tidak dapat membantu orang tuanya. Setelah kejadian itu semua mahkluk yang bernyawa menemui ajalnya. Setelah semua mahkluk hidup di dunia menemui ajalnya, maka malaikat isrofil meniup sangkakala sekali lagi. Tiupan sangkakala yang kedua ini Allah menghendaki agar semua manusia bangkit

  • kembali. Setelah semua manusia dibangunkan kembali, lalu dikumpulkan di padang mahsyar untuk menjalani pemeriksaan tentang amal perbuatan yang dilakukan selama hidup di dunia. Pemeriksaan ini berjalan dengan tertib dan adil. Setiap manusia menerima buku catatan atau rekaman yang lengkap tentang amal perbuatan selama hidup di dunia. Dihadapan pengadilan Allah ini manusia tidak bisa berbohong, karena mulut mereka dibungkam, yang menjawab pertanyaan adalah anggota badan yang lain. Sekecil apa juga, sekecil apapun perbuatan jahat akan terlihat dan mendapat balasan. Demikian juga, sekecil apapun kebaikan yang diperbuat manusia akan terlihat dan mendapat imbalannya. Firman Allah :

    Artinya : Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Q.S. Al-Zalzalah [99] : 7-8)

    Setelah pengadilan Allah selesai, orang-orang yang beruntung karena banyak melakukan amal shaleh, ditempatkan di Syurga. Sedangkan orang-orang yang celaka, karena banyak melakukan perbuatan dosa ditempatkan di Neraka. Iman kepada hari akhir adalah mempercayai dengan sepenuh hati terhadap perubahan yang dahsyat yang terjadi pada alam semesta ini. Perubahan ini merupakan tanda berakhirnya kehidupan dunia yang fana dan dimulainya kehidupan akhirat yang kekal. Mengenai adanya kehancuran total dunia yang fana ini dan adanya kehidupan di akhirat diketahui melalui firman Allah dalam Al-Quran dan hadits. Akal yang sehat pasti dapat menerima dan meyakininya. Karena hal tersebut sangat mungkin terjadi, kehancuran total yang meliputi seluruh isi alam ini bukanlah suatu yang mustahil, dan bukan pula sesuatu yang menyimpan dari akal yang sehat.

    Para ahli ilmu alam telah sepakat, bahwa sesuatu yang baru (makhluk) pasti ada awalnya dan suatu saat akan sampai kepada batas akhirnya. Masa pun akan berputar menurut putarannya yang wajar dan pasti, sehingga akhirnya akan sampailah kepada masa kerusakan dan kepunahannya. Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat contoh-contoh tentang kehancuran dan kematian, salah satunya adalah sebatang pohon. Sebatang pohon berasal dari sebuah biji, tumbuh sebagai pohon yang kecil, kemudian besar, pohon tua, pada saatnya pohon akan kering dan mati, akhirnya hancur menyatu dengan tanah. Mengenai adanya kehidupan setelah kematian, juga bukanlah hal yang mustahil, karena perumpamaan banyak kita peroleh dalam kehidupan kita sehari-hari, salah satunya adalah tidur dan bangun tidur. Setiap malam kita tidur, selama tidur kita tidak ingat apa-apa ,tidak sadarkan diri. Pagi-pagi kita bangun kembali, kita sadar. Kematian tak obahnya seperti tidur panjang, suatu saat pasti akan bangun kembali, yakni di akhirat. Percaya kepada Hari Akhir adalah benar-benar suatu ajaran yang datangnya dari Allah SWT, karena sebelumnya tidak ada seorang pun yang membicarakan rusaknya alam semesta ini sebagaimana yang diceritakan dalam Al-Quran.

    2. Nama-nama Hari Akhir

    Di dalam Al Quran banyak disebutkan nama Hari Akhir yang dipergunakan untuk menyebutkan peristiwa yang berkaitan dengan hari akhir. Di antara nama-nama itu adalah : a. Yaumul Akhir, artinya hari yang terakkhir h. Yaumul Jami artinya hari berkumpul b. Yaumul Qiyamah artinya hari penghancuran i. Yaumul Khulud artinya hari kekekalan c. Yaumul Hasrah, artinya hari penyesalan j. Yaumul Fashli artinya hari perpisahan d. Yaumul Baats artinya hari kebangkitan k. Yaumul Waid artinya hari terlaksananya

    ancaman e. Yaumul Hisab artinya hari perhitungan l. Yaumul Khuruj artinya hari keluar dari kubur

  • f. Yaumud Din artinya hari pembalasan m. Yaumut Taghabun artinya hari tampanya kesalahan

    g. Yaumul Haq artinya hari yang pasti terjadi

    3. Tanda-tanda Hari Kiamat

    Tanda-tanda hari kiyamat telah dekat Berdasarkan keterangan dari ayat-ayat Al-Quran dan hadist nabi, Hari Akhir atau Hari Kiamat akan terjadi dengan didahului tanda-tandanya. Tanda-tanda datangnya Hari Akhir itu antara lain : a. Terpecahnya bulan, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qamar ayat 1 yang artinya : Telah

    dekat (datangnya) saat itu telah terbelah bulan. b. Munculnya binatang yang berbicara dengan manusia. Dalam surat An-Naml ayat 82 disebutkan

    yang artinya sebagai berikut : Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.

    c. Kekacauan dan kejahatan semakin meningkat serta banyak terjadi pembunuhan, seperti diceritakan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, yang artinya sebagai berikut : Kiamat tidak akan terjadi, kecuali hingga terjadi banyak hari. Apakah hari itu ya, Rasulullah? Beliau menjawab : Bunuh membunuh.

    d. Turunnya dajjal (orang-orang pendusta). e. Matahari terbit dari sebelah barat. f. Munculnya yajuj dan majuj (umat yang suka merusak dan menghancurkan).

    Mengenai beberapa tanda Hari kiamat ini disebutkan dalam sebuah hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dari Hudzaifah bin Asid Al Ghiffari yang artinya sebagai berikut :Rasulullah SAW menengok kami sedang berbincang-bincang, seraya bertanya, Apa yang sedang kalian perbincangkan? Jawab para sahabat, Kami sedang berbincang-bincang tentang Hari Kiamat. Beliau bersabda, Kiamat tidak akan terjadi sebelum terlihat sepuluh macam tanda : (1) Ad Dukhan/asap atau kabut, (2) Dajjal/si penipu besar, (3) Dabbah/ binatang melata, (4) Matahari terbit di barat, (5) Turunnya Isa anak maryam, (6) Yajuj dan Majuj, (7) Gerhana di timur, (8) Gerhana di barat, (9) Gehana di Jazirah Arab, (10) Api menyala di Yaman menghalau umat manusia ke mahsyar/tempat berkumpul.

    B. ALAM BARZAH

    Barzah artinya sesutu yang membatasi antara dua barang atau dua tempat. Adapun dalam hubungannya dengan Hari Akhir, barzah adalah batas pemisah antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.Kehidupan alam barzah adalah kehidupan antara hidup di dunia dengan hidup akhirat. Kehidupan di alam barzah ibarat terminal tempat penantian . Di alam ini semua roh dari orang yang sudah meninggal berkumpul untuk persiapan memasuki kehidupan akhirat . Di Tempat penantian ini berlaku kenikmatan atau siksaan yang sering kita dengar dengan istilah siksaan kubur.

  • Di Tempat penantian ini, orang-orang selama hidupnya di dunia banyak mengerjakan amal shaleh, yang bertaqwa kepada Allah akan mendapat perlakuan yang menyenangkan dari Malaikat.

    Sebaliknya orang-orang kafir, orang-orang yang hidupnya di dunia banyak melakukan kejahatan dan kemaksiatan, akan mendapat perlakuan yang kasar dan siksaan dari malaikat. Rasulullah bersabda yang artinya sebagai berikut: Adapun hamba yang mukmin, apabila telah putus dari dunia untuk mendatangi akhirat, maka akan turun Malaikat dari langit, berwajah putih bagaikan matahari, membawa kafan dari kafan surga dan wewangian, pengawet kerusakan .kemudian mereka akan duduk dan datanglah Malaikat maut mendatanginya. Malaikat duduk didekat kepalanya seraya berkata, Wahai ruh yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya, Maka ruh itu akan keluar bagaikan mengalirnya air dari tempat minum. Adapun orang yang kafir, ketika mereka akan meninggal, datanglah Malaikat yang berwujud hitam, seraya berkata, Hai jiwa yang jahat keluarlah engkau ke arah murka Allah. kemudian dicabutlah ruh mereka dengan kasar. Berkaitan dengan nikmat dan siksa kubur Rasulullah bersabda yang artinya: Jika seseorang dikuburnya dan ia ditinggalkan oleh teman-temannya, maka ia mendengar bunyi sandal mereka, maka saat itu ia didatangi oleh dua Malaikat yang kemudian mendudukkaanya dan bertanya. Bagaimana pendapatmu dahulu tentang orang ini yakni Muhammad SAW? Adapun orang muknmin akan menjawab, Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba dan rasul Allah.Malaikat itu berkata, lihatlah tempatmu di neraka sana, telah diganti oleh Allah dengan tempat duduk dari sorga, kemudian ia melihat tempat duduknya, lalu dikubur ia merasa lapang. Adapun seorang munafik atau kafir, ketika ditanya Bagaimana pendapatmu dahulu tentang orang ini? Maka ia menjawab, Saya tidak tahu dan tidak pernah membaca namanya . Lalu ia dipukul dengan palu dari besi sehingga ia menjerit kesakitan, yang suaranya terdengar oleh makhluk di sekitarnya, kecuali manusia dan jin.

    C. FASE-FASE HARI AKHIR

    1. Yaumul Qiyamah,

    Hari Qiyamah adalah hari kehancuran alam sesta dan berakhirnya kehidupan makhluk secara serempak, setelah itu berdirinya Alam yang baru yang kekal dan lebih baik setelah penghancuran besar-besaran itu. Kapan datangnya hari qiyamat itu?, Tidak ada seorang yang tahu tentang itu termasuk Rasulullah SAW,juga tidak mengetahuinya. Jadi yang mengetahui datangnya hari qiyamat hanyalah Allah saja dan Allah hanya memberitahukan berbagai tanda-tanda dekatnya hari qiyamat. Sebagai telah diuraikan pada bagian yang terdahulu.

    2. Yaumul Baats,

    Yaumul ba,ats adalah hari berbangkitnya makhluk dari kuburnya, yang di tandai tiupan trompet yang kedua oleh Malaikat Isrofil, Setelah bangkit mereka bernyawa kembali laksana hidup yang pertama di dunia, Di antara mereka ada yang putih berseri-seri mukanya pertanda kebahagiaan akan ia alami, sebaliknya yang hitam pekam mukanya pertanda kesengsaraan akan menyusul kehidupannya , itu semua akibat perbuatannya didunia ini. Firman Allah

    Artinya: Pada hari itu ada makhluk yang putih berseri mukanya dan ada pula yang hitam pekam mukanya, Adapun orang yang hitam pekam mukanya, ditanya kenapa kamu kafir setelah kamu

  • beriman maka rasakanlah siksa disebabkan kekufuranmu. Adapun orang putih berseri mukanya maka mendadpatkan kurnia dari Allah dan nanti akan dimasukkan kedalam Surga Allah, mereka kekal didalamnya. (Q.S. Ali Imran [3]: 106 -107).

    3. Yaumul Hasyar( Mahsyar)

    Yaumul Hasyar adalah berkumpulnya semua makhluk nanti dihadapan Allah, setelah bangkit dari alam quburnya masing-masing, dikumpulkan secara bersama-sama tanpa ada yang ketinggalan , di satu tempat. Tempat berkumpulnya manusia tersebut namanya mahsyar. Hal ini dijelaskan dalam Al- Quran surat Al-Kahfi ayat 48,

    Artinya: Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris-baris. Sesunguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama. (QS Al Kahfi [18]: 48)

    4. Yaumul Hisab

    Yaumul Hisab artinya hari perhitungan amal baik dan buruknya manusia. Setelah berada di Mahsyar selanjutnya mereka satu persatu dihisab. Hisab ialah perhitungan semua amalan manusia baik amal yang baik maupun amal buruk yang telah dilakukan di dunia. Sebelum dihisab, mereka diberitahu tentang amal perbuatan yang telah mereka kerjakan meskipun mereka telah lupa apa yang mereka kerjakan. Mizan atau neraca , Amal manusia di dunia telah dicatat oleh Malaikat Raqib dan Atid, tanpa ada kekeliruan sedikitpun. Manusia akan menerima buku catatan amal yang telah dilakukan ketika di dunia. Amal-amal tersebut kemudian ditimbang di atas neraca. Timbangan amal inilah yang disebut Mizan. Barang siapa yang berat amal kebaikannya akan dimasukkan ke Surga dan yang ringan kebaikannya akan dimasukkan ke Neraka. Apabila buku catatan itu berat amal kebaikkannya akan diterima dari sebelah kanan. sebaliknya bila buku itu berat amal kejahatannya akan diterima dari sebelah kiri. Sesuai dengan Firman Allah dalam Surat Al-Isra ayat 71.

    Artinya Ingatlah suatu hari yang saat itu Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya, dan barang siapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitab itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. (Q.S. Al-Isra [17]: 71).

    Firman Allah dalam QS Al- Insyiqaq ayat 7 - 12

    7. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, 8. Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, 9. Dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. 10. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, 11. Maka dia akan berteriak: "Celakalah aku".

  • KEADILAN, RIDHA DAN AMAL SHALEH

    12. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (Q.S. Al- Insyiqaq [84]: 7 12)

    A. ADIL

    1. Pengertian Adil

    Keadilan berasal dari kata adil, artinya dapat meletakkan sesuatu pada tempatnya. Sifat adil artinya suatu sifat yang teguh, kukuh, yang tidak menunjukkan memihak kepada seseorang atau golongan. Adil itu sifat yang mulia dan sikap yang lurus tidak terpengaruh karena faktor keluarga, hubungan kasih sayang, karib kerabat, golongan dan sebagainya. Allah SWT menetapkan bahwa setiap manusia masing-masing bertanggung jawab atas perbuatannya. Seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain dan tidak memperoleh pahala selain apa yang telah diusahakannya sendiri. Terhadap semua hasil usaha seseorang, Allah SWT akan membalasnya dengan balasan yang adil dan yang setimpal. Hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah SWT.

    Artinya : (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (QS An Najm [53]: 38-42)

    Sesungguhnya Allah menyuruh manusia untuk berbuat adil, sebagaimana firmannya :

    BAB 4

  • Artinya : Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (QS Al Hujurat [49]: 9)

    Berlaku adil dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu berlaku adil kepada Allah SWT, kepada diri sendiri, kepada orang lain, dan kepada makhluk lain (lingkungan)

    a. Berlaku adil kepada Allah SWT

    Pengertian berlaku adil kepada Allah SWT adalah kita harus menempatkan diri pada tempat yang benar, yakni sebagai makhluk Allah SWT dan dengan utuh melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepada kita. Untuk mewujudkan keadilan kita kepada Allah SWT, kita wajib beriman kepada Allah SWT, jangan menyekutukannya dengan sesuatu yang lain dan mengimani nabi Muhammad SAW sebagai utusannya. Menjunjung tinggi petunjuk dan kebenaran daripadaNya, yaitu mengimani Al Quran sebagai wahyu Allah SWT mentaati ketentuan-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Menyembah kepada-Nya dengan melaksanakan shalat, zakat, puasa, dan ibadah lainnya

    b. Berlaku adil kepada diri sendiri

    Pengertian berlaku adil kepada diri sendiri yaitu menempatkan diri sendiri pada tempat yang baik dan benar. Untuk itu kita harus teguh, kukuh menempatkan diri kita agar tetap terjaga dan terpelihara dalam kebaikan dan keselamatan, jangan menganiaya diri sendiri dengan menuruti hawa nafsu, minum minuman keras, dusta, enggan berbuat baik dan jangan membuat kemudharatan (keburukan) yang akibatnya akan buruk pula pada kesehatan, jiwa, harta dan kehormatan diri. Kita harus menjaga dan memelihara agar diri sendiri hidup selamat bahagia di dunia dan akhirat kelak. Kita harus jujur terhadap diri sendiri dan jika berbuat salah kita harus berani mengoreksinya

    c. Berlaku adil kepada orang lain

    Pengertian berlaku adil kepada orang lain adalah menempatkan orang lain pada tempatnya yang sesuai, layak dan benar. Memberikan hak orang lain dengan jujur, tidak mengurangi sedikitpun hak yang harus diterimanya. Tidak menyakiti dan merugikan orang lain, baik berupa materiil maupun non materiil. Bila sebagai hakim, putuskanlah perkara dengan adil. Kalau menjadi pelayan masyarakat maka layanilah masyarakat dengan baik dan adil

    d. Berlaku adil kepada makhluk lain (lingkungan)

    Berlaku adil kepada makhluk lain yaitu dapat menempatkan makhluk lain pada tempatnya yang sesuai, misalnya adil kepada binatang, harus menempatkannya pada tempat yang layak menurut kebiasaan binatang tersebut. Jika memelihara binatang harus disediakan tempat dan

  • makanannya yang memadai. Jika binatang itu akan dimanfaatkan untuk kendaraan atau usaha pertanian hendaknya dengan cara yang wajar, jangan memberi beban yang melampaui batas. Demikian pula jika hendak dimakan, maka hendaklah disembelih dengan cara yang telah ditentukan oleh ajaran agama, dengan cara yang baik dan tidak menimbulkan kesakitan bagi si binatang itu. Menjaga kelestarian lingkungan juga termasuk berbuat adil kepada makhluk lain.

    2. Keutamaan Keadilan

    Keutamaan berlaku adil antara lain :

    a. Terciptanya rasa aman, tentram, tenang dalam jiwa dan tidak ada rasa khawatir kepada orang lain, karena tidak pernah melakukan perbuatan yang merugikan atau menyakiti orang lain

    b. Membentuk pribadi yang dapat melaksanakan kewajiban dengan baik, taat dan patuh terhadap Allah SWT melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab

    c. Menciptakan ketentraman dan kerukunan hidup, hubungan yang harmonis dan tertib dengan orang lain

    d. dapat memanfaatkan alam sekitar untuk kemashlahatan dan kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Allah berfirman.

    Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Maidah [5]:8)

    B. RIDHA

    1. Pengertian Ridha

    Ridha Allah ialah suatu sikap dan usaha untuk menggapai kasih sayang dari yang Maha Kuasa Allah swt. Usaha itu antara lain Iman yang mantap kepada Allah, Sholat lima waktu, Berbuat baik kepada kedua orang tua, sabar menerima ujian Allah dan cobaan bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah.

    C. AMAL SHALEH

    1. Iman yang mantap kepada Allah.

    Iman adalah keadaan jiwa seseorang mengakui keberadaan, kekuasaan, kemuliaan dan keagungan yang maha kuasa. Iman itu mendorong dirinya melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Sesuai dengan Firman Allah swt surat Al Hujurat ayat 15 berbunyi:

  • Artinya:Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS Al Hujurat [49]:15)

    2. Sholat lima waktu

    Sholat adalah salah satu rukun Islam yang paling sering dilaksanakan, dibandingkan dengan puasa, zakat dan haji. Kenapa demikian karena itu merupakan yang paling utama sebagai komunikasi kepada Allah, sholat sebagai tiang agama, dan amal yang paling pertama kali ditanya di hari kiamat, Amal yang sangat mempengaruhi dinilai atau tidaknya nanti di akhirat. Sebagai firman Allah dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 45,

    Artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu (Q.S. Al Baqarah [2] : 45).

    3. Berbuat baik kepada dua orang tua

    Jalan yang lain dalam menggapai ridha Allah melalui birrul walidain. Birrul walidain atau berbakti kepada kedua orang tua merupakan masalah yang penting dalam Islam. Di dalam Al Quran, setelah memerintahkan menyembah Allah selanjutnya berbakti kepada dua orang tua. Dalam surat Al Isra Allah berfirman 2324 berbunyi:

    Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (Q.S. Al Isra[17] : 23-24).

    Bentuk bentuk berbakti kepada dua orang tua :

    a. Berakhlak baik kepada keduanya;

  • MUNAKAHAT (MASALAH PERNIKAHAN)

    b. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut atau berbicara dengan keduanya perkataan yang mulia.

    c. Tawaduk (rendah hati) atau tidak boleh bersikap sombong karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan orang tua kita.

    d. Memberi hadiah atau hibbah kepada kedua orang tua;

    e. Mendoakan keduanya sebagaimana untuk keampunan dan kemuliaannya.

    4. Sabar

    Sabar kepada ujian yang Allah timpakan kepada kita baik, rasa takut, rasa lapar, penguranga harta, pengurangan diri dan pengurangan buah-buahan dan lain sebagainya. Sabar dari segala bencana yang kita terima dari Allah. Sebagai firman Allah,

    Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. Al Baqarah [2]: 153)

    ada pula yang mengartikan: Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.

    5. Syukur

    Syukur adalah suatu sikap terima kepada Allah atas segala nikmat yang telah dikurniakan kepada kita, baik lahir maupun batin, baik untuk diri kita atau diluar diri kita seperti rezeki, rumah, kendaraan, dan lain sebaginya.

    A. NIKAH

    BAB 5

  • Nikah atau perkawinan ialah akad yang menghalalkan pergaulan, membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dan perempuan yang antara keduanya bukan muhrim. Firman Allah SWT

    Artinya : Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS An Nisa [4]: 3).

    Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan. Di samping itu, nikah merupakan salah satu asas pokok hidup yang utama dalam pergaulan masyarakat. Tanpa pernikahan tidak akan terbentuk rumah tangga yang baik, teratur dan bahagia serta akan timbul hal-hal yang tidak didinginkan dalam masyarakat. Misalnya, manusia tidak dapat mengekang hawa nafsunya sehingga timbul pemerkosaan dan bencana di masyarakat. Oleh karena itu, dengan pernikahan akan timbul kasih-mengasihi, sayang-menyayangi antara suami dan isteri, saling kenal mengenal, tolong menolong antar keluarga suami dengan keluarga isteri dan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya.

    Sabda Rasulullah SAW yang artinya : Dari Abdullah bin Masud, ia berkata, telah bersabda Raulullah SAW kepada kami, Hai pemuda-pemuda barang siapa yang mampu di antara kamu serta berkeinginan hendak kawin, hendaklah dia kawin karena sesungguhnya perkawinan itu akan memejamkan mata terhadap orang yang tidak halal dilihatnya dan akan memeliharanya dari godaan syahwat. Dan barang siapa yang tidak mampu kawin hendaklah dia puasa karena dengan puasa hawa nafsunya terhadap perempuan akan berkurang. (HR Muttafaqu Alaih)

    1. MUHRIM

    Muhrim ialah orang yang tidak halal dinikahi. Dalam hal ini ada empat belas orang sebagai berikut.

    a. Tujuh orang karena nasab (keturunan), yaitu

    a) ibu, b) nenek, dan seterusnya sampai keatas, bapak kakek dan seterusnya c) anak, cucu dan seterusnya ke bawah d) saudara seibu dan sebapak, sebapak dan seibu saja e) saudara dari bapak f) saudara dari ibu g) anak dari saudara laki-laki dan seterusnya h) anak dari saudara perempuan dan seterusnya

    b. Dua orang dari sebab menyusu, yaitu a) ibu yang menyusui b) saudara sepersusuan

    c. Empat orang dari sebab perkawinan, yaitu a) ibu dari isteri atau bapak dari isteri (mertua) b) anak tiri apabila orang tuanya sudah dicampuri (digauli) c) isteri/suami dari anak (menantu)

  • d) orang tua tirie) mengumpulkan bersama-sama antara dua orang yang bersaudara dalam satu waktu.

    Dilihat dari keadaan orang yang akan melangsungkan pernikahan maka hukum nikah itu ada lima, sebagai berikut. 1. Jaiz, artinya diperbolehkan dan inilah yang menjadi dasar hukum pernikahan. 2. Sunah, yaitu bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk nikah dan mempunyai bekal

    hidup untuk membiayai orang yang menjadi tanggungannnya. 3. Makruh, yaitu bagi orang yang mempunyai keinginan untuk nikha tapi belum mempunyai bekal

    hidup untuk membiayai (nafkah) bagi orang yang menjadi tanggungannya. 4. Wajib, yaitu badi ornag yang telah mempunyai bekal hidup untuk memberi nafkah dan adanya

    kekhawatiran terjerumus dlam perbuatan maksiat atau zina bila tidak segera menikah. 5. Haram, yaitu bagi orang yang akan melangsungkan pernikahan itu mem[unyai niat buruk,

    seperti niat buruk untuk menyakiti pasangan yang akan dinikahinya.

    2. TUJUAN NIKAH

    Tujuan nikah dalam agama Islam disebutkan dalam surat Ar Rum : 21, yaitu untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia, keluarga yang merasakan kebahagian lahir dan bathin, keluarga yang sakinah dan sejahtera. Keluarga bahagia adalah keluarga yang diliputi suasana damai, aman, tenteram, tertib, saling pengertian, tolong-menolong antar anggota keluarga melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. Firman Allah SWT.

    Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. Ar Rum [30]: 21).

    Jadi, salah satu dari tanda kekuasaan Allah ialah menciptakan isteri-isteri dengan perkawinan agar merasakan ketentraman hidup dan penuh kasih sayang di antara suami isteri. Suami ataupun isteri masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk kebahagian rumah tangganya. Misalnya, suami sebagai kepala rumah tangga bertanggung jawab penuh terhadap anak dan isterinya dengan memberi nafkah, sesuai dengan kemampuannya. Suami memimpin, membimbing serta menjaga atas keselamatan dan kesehatan keluarganya.

    Isteri bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak, isteri harus taat dan patuh kepada semua perintah suaminya, selama perintah tersebut sesuai dengan ajaran Islam. Isteri rela menerima pemberian suaminya, hemat tidak boros, serta menjaga kehormatan dirinya. Begitu pula sebagai anak sebagai anggota keluarga, harus taat dan patuh menjalankan agama, berbakti kepada orang tua, berakhlak mulia, rajin beribadah dan belajar sehingga menjadi anak yang shaleh berguna bagi agama, nusa, bangsa dan negara. Kaum Pria diperintahkan oleh Allah SWT supaya selalu berdoa untuk kebahagian keluarga, isteri dan anak yang menyenangkan hati. Hal tersebut dijelaskan dalam surat Al Furqan ayat 74.

  • Artinya : Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Al Furqan [25]: 74).

    Rumah merupakan satu-satunya tempat tinggal di sebuah keluarga. Di rumah itu, mereka dapat menikmati bersama pada saat senang, tempat istirahat bersama, tempat tidur, berteduh, makan-minum, tempat meminta pada saat membutuhkan, tempat hiburan pada saat susah, tempat beribadah seluruh anggota keluarga dan sebagainya. Agar tujuan nikah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan sakinah itu dapat tercapai maka dalam memilih calon isteri yang beragama dan berakhlak mulia, selalu beramal shaleh, taat kepada Allah dan suaminya.

    3. RUKUN NIKAH

    Agar pernikahan itu syah dan dapat dilangsungkan dengan baik maka harus memenuhi rukun-rukunnya (unsur-unsur yang harus ada dalam pernikahan). Adapun rukun nikah adalah sebagai berikut. a. Calon Suami syaratnya : beragama Islam, bukan muhrim, calon isteri tidak terpaksa dan sudah

    baligh b. Calon Isteri syaratnya : beragama Islam, bukan muhrim, calon suami tidak terpaksa dan sudah

    baligh c. Dua orang saksi, Sabda Rasulullah SAW ) (

    Artinya : Tidak sah nikah kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil. (HR Ahmad)

    d. Wali Adapun susunan dan urutan menjadi wali adalah 1) bapak kandung 2) kakek, yaitu bapak dari bapak mempelai perempuan 3) saudara laki-laki sekandung 4) saudara laki-lai sebapak 5) anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung 6) anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak 7) paman (saudara laki-laki bapak) 8) anak laki-laki paman 9) hakim, wali hakim berlaku apabila yang tersebut pada nomor 1 sampai dengan 8 semuanya

    tidak ada atau sedang berhalangan, tetapi menyerahkan kepada hakim.

    e. Sigad (akad), yaitu ijab qabul. Ijab diucapkan oleh wali mempelai perempuan, seperti Saya nikahkan engkau dengan anak saya nama fulan binti fulan dengan mas kawin ... kemudian qabul (jawab) mempelai laki-laki, seperti Saya terima nikahnya Fulan binti Fulan dengan mas kawin ... tidak sah nikah kecuali dengan lafal nikah. Sabda rasulullah SAW yang artinya ; Takutlah kepada Allah dalam urusan perempuan, sesungguhnya kamu ambil mereka dengan kepercayaan Allah, dan kamu lakukan mereka dengan kalimat Allah. (HR Muslim)

    4. SYARAT WALI DAN DUA SAKSI

    Wali dan saksi bertanggung jawab atas syah nya akad perkawinan dan tidak semua orang dapat menjadi wali dan saksi, akan tetapi hendaklah orang-orang yang mempunyai sifat berikut ini. a. Islam. Orang yang tidak beragama Islam tidak sah menjadi wali atau saksi. Firman Allah SWT.

  • Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan

    Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Q.S. Al- Maidah [5] : 51).

    b. Balig (umur paling sedikit 15 tahun) c. Berakal sehat ( tidak gila) d. Merdeka (bukan hamba sahaya) e. Laki-laki. Perempuan tidak boleh menjadi wali atau saksi f. Adil

    5. MAHAR

    Mahar (mas kawin) adalah harta yang diserahkan oleh mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan sebagai kecintaan akan hidup bersama dalam kehidupan yang mulia yang menjamin ketenangan dan kebahagian keluarga. Dasar hukumn wajibnya mahar antara lain firman Allah SWT

    Artinya : Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (QS An Nisa [4]: 4)

    6. KEWAJIBAN SUAMI DAN ISTERI

    Setelah terjadi akad nikah maka suami mempunyai kewajiban terhadap isterinya, begitupula sebaliknya isteri pun mempunyai kewajiban terhadap suaminya

    a Kewajiban suami terhadap isteri sebagai berikut : 1) Memberi nafkah, pakaian dan tempat tiggal kepada isteri dan anak-anaknya sesuai dengan

    kemampuannya. 2) Bergaul dengan isterinya secara maruf, yaitu dengan baik, penuh kasih sayang, menghargai,

    memperhatikan dan sebagainya. 3) Mendidik keluarga terutama pendidikan agama agar isteri dan anak-anaknya menjadi orang-

    orang yang taat dan patuh menjalankan agama Islam, seperti mendirikan shalat, puasa, zakat dan membaca Al Quran. Dengan kata lain, menjalankan perintah agama dan meninggalkan larangannya sehingga menjadi orang yang shaleh. Firman Allah SWT.

    Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,

  • keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At Tahrim [66] : 6).

    4) Memimpin keluarga, isteri dan anak-anaknya Suami bertanggung jawab atas keselamatan, kesejahteraan kebahagiaan keluarga lahir bathin, dunia dan akhirat. Suami adalah sebagai pemimpin dan contoh yang baik bagi keluarganya. Firman Allah SWT.

    Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)[290]. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[291], maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S. An Nisa [4]: 34).

    [289] Maksudnya: tidak berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya. [290] Maksudnya: Allah Telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik. [291] Nusyuz: yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya. [292] Maksudnya: untuk memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila cara pertama Telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.

    b. Kewajiban isteri terhadap keluarganya sebagai berikut.

    1) Patuh kepada suami, selama perintahnya tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam 2) Memelihara dan menjaga kehormatannya serta menjaga harta benda suaminya. 3) Hemat, cermat dan selalu bersukur kepada Allah SWT atas pemberian suami sehingga tidak

    memberatkan suami. 4) Mengatru rumah tangga. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai ibu rumah tangga 5) Memelihara dan mendidik anak. Isteri fungsinya lebih besar daripada suami dalam mendidik

    dan mengasuh anak sebab pada umunya hubungan isteri dengan anak lebih dekat, terutama ketika anak masih kecil.

    6) Berusaha menasehati suami apabila berbuat tidak baik dan sebaliknya.

    7. HIKMAH NIKAH

    Salah satu perintah agama Islam terhadap umat manusia adalah melaksanakan pernikahan, bagi orang yang telah mampu serta telah terpenuhi sarat-sarat dan rukun pernikahan. Pernikahan yang dilaksanakan sesuai dengan ajaran agama Islam, mengandung beberapa hikmah sebagai berikut.

  • a. Pernikahan dapat Menentramkan Jiwa.

    Dengan pernikahan seseorang akan dapat memenuhi kebutuhan (seksual) dengan baik, aman, tenang, dengan suasana cinta kasih sehingga mendapatkan ketentraman jiwa, ketenangan lahir dan bathin. Kebutuhan seksual apabila tidak dapat terpenuhi dengan semestinya akan menimbulkan gangguan jiwa, seperti tertekan dan gelisah. Jadi, jelaslah bahwa dengan pernikahan akan mendapatkan ketentraman jiwa, seperti Firmankan Allah dalam surat Ar Rum : 21

    Artinya : Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikannya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berpikir. (Q.S. Ar Ruum [30] : 21).

    b. Pernikahan dapat menghindarakan perbuatan maksiat

    Laki-laki dan perempuan yang telah melakukan akad pernikahan, kebutuhan biologis atau nafsu seksualnya dapat disalurkan sebagaimana mestinya sebab penyaluran nafsu seksual yang tidak semestinya akan menimbulkan perbuatan maksiat, yakni perzinahan. Jadi, dengan pernikahan akan terhindar dari perbuatan maksiat. Hadis rasulullah SAW yang artinya : Hai pemuda-pemuda barang siapa yang mampu di antara kamu serta berkeinginan hendak kawin, hendaklah dia kawin karena sesungguhnya perkawinan itu akan memejamkan mata terhadap orang yang tidak halal dilihatnya dan akan memeliharanya dari godaan syahwat.

    c. Pernikahan Dapat Melestarikan Keturunan

    Anak yang lahir diluar pernikahan yang sah maka tidak jelas siapa yang bertanggung jawab, siapa yang mengurusnya dan bagaimana silsilahnya. Jadi, dengan pernikahan akan terbentuk kemashlahatan rumah tangga, keturunanan dan kemashlahatan masyarakat.Firman Allah SWT.

    Artinya : Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ? (QS An Nahl [16] : 72)

    B. TALAK (PERCERAIAN)

    1. Pengertian Talak

    Talak menurut bahasa Arab artinya melepaskan ikatan. Adapun yang dimaksud talak disni ialah melepaskan ikatan perkawinan (pernikahan). Apabila dalam pergaulan antara suami isteri tidak mencapai tujuan pernikahan, yakni membentuk rumah tangga yang bahagia (misalnya suami atau isteri tidak menjalankan kewajiban atau salah satu diantara mereka menyeleweng sehingga

  • tidak ada kecocokan lagi dan tidak dapat didamaikan) maka jala keluar satu-satunya ialah talak atau perceraian. Meskipun talak merupakan jaan yang disyariatkan, namun menjatuhkan talak tanpa sebab sangat dibenci Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW yang artinya : Dari Ibnu Umar, katanya, telah bersabda Rasulullah SAW, Sesuatu yang halal namun amat dibenci Allah ialah talak. (HR Abu Dawud dan Ibnu Majjah).

    Berdasarkan kemashlahatan atau kemudaratannya, hukum talak itu ada empat.

    a. Wajib apabila antara suami sitri terjadi perselisihan dan hakim memandang perlu keduanya untuk bercerai atau suami tidak mampu untuk memenuhi hak-haka isteri sebagaimana mestinya

    b. Sunah apabila suami tidak sanggup lagi membayar kewajibannya atau isteri tidak menjaga kehormatannya.

    c. Haram apabila suami menjatuhkan talak si isteri dalam keadaan haid, atau dalam keadaan suci tapi telah dicampurinya atau dengan talak ini mengakibatkan suami jatuh dalam perbuatan haram.

    d. Makruh apabila tidak dengan alasan yang dibenarkan oleh syara dan memang asal hukum dari talak itu adalah makruh

    2. Lafal Talak

    Kalimat yang digunakan untuk perceraian (talak) ada dua macam. 1. Sarih (terang) adalah kalimat yang jelas untuk memutuskan tali ikatan pernikahan, seperti kata

    si suami Engkau tetalak atau saya ceraikan engkau, dengan niat atau tidak. 2. Kinayah (sindiran) adalah kalimat yang masih ragu-ragu (kata-kata yang tidak tegas) sehingga

    boleh diartikan untuk perceraian atau bukan, seperti Pulanglah engkau ke rumah orang tuamu atau Pergilah engkau dari sini kalimat sindiran ini tergantung pada niatnya. Apabila tidak ada niat untuk menceraikan maka tidaklah jatuh talak, tapi kalau diniatkan untuk menceraikan maka jatuhlah talak

    3. Bilangan talak

    Apabila suami ingin mentalak isterinya maka bilangan talaknya ialah dan talak satu sampai talak tiga. Apabila suami mentalak isterinya satu atau dua, suami masih boleh rujuk (kembali) kepada isterinya, sebelum habis iddahnya, dan boleh nikah kembali dengan akad baru apabila iddahnya sudah habis. Firman Allah SWT.

    Artinya : Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang Telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya[144]. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. Al Baqarah [2]: 229)

  • [144] ayat inilah yang menjadi dasar hukum khulu' dan penerimaan 'iwadh. Kulu' yaitu permintaan cerai kepada suami dengan pembayaran yang disebut 'iwadh.

    Kemudian apabila suami telah mentalak tiga maka suami tidak boleh rujuk atau nikah lagi dengan bekas isterinya, kecuali apabila perempuan tersebut telah nikah dengan orang lain, sudah dicampur dan sudah diceraikan oleh suaminya yang kedua dan sudah habis masa iddahnya. Firman Allah SWT.

    Artinya : Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui. (Q.S. Al Baqarah [2]: 230)

    Selain macam talak diatas, adalagi talak yang disebut talak tebus. Talak tebus ialah talak atas permintaan isteri kepada suaminya agar suaminya menjatuhkan talak kepadanya, kemudian ia memberikan bayaran kepada suaminya, sesuai dengan permintaan suaminya.

    C. ILA, LIAN, ZIHAR, KHULU DAN FASAKH

    1. Ila

    Ila adalah sumpah si suami bahwa dia tidak akan mencampuri isterinya dalam masa yang lebih dari empat bulan atau dengan tidak menyebutkan masa. Suami tersebut dinamakan Muli, yaitu orang yang melakukan ila. Apabila sebelum empat bulan suami kembali kepada isterinya maka suami wajib membayar kafarat (denda) dengan memerdekakan seorang hamba, lantaran ia menyalahi sumpahnya. Akan tetapi, setelah empat bulan ia tidak kembali kepada isterinya, hakim berhak menyuruhnya untuk memilih di antara dua pilihan, yakni membayar kafarat sumpah dan kembali baik kepada isterinya atau mentalak isterinya. Apabila suami tidak mau kedua-duanya maka hakim berhak menceraikan isterinya dengan paksa. Rasulullah SAW, pernah bersumpah menjauhkan diri dari isteri-isterinya dan beliau pernah mengharamkan sesuatu lantas yang haram itu beliau jadikan halal dan beliau membayar kafarat untuk sumpahnya.

    2. Lian

    Lian adalah sumpah seorang suami yang menuduh isterinya berbuat zina. Menurut surat An Nur 6-9 bahwa apabila suami yang menuduh isterinya berbuat zina dan tidak ada saksi, maka ia diwajibkan bersumpah empat kali dengan ucapan, Demi Allah, saya benar dalam tuduhan saya kemudian disumpah yang kelima ia wajib bersumpah Demi Allah jika saya dusta dalam tuduhan saya, niscaya saya ditimpa laknat dari Allah. Untuk menghindari dari hukuman, isteri juga wajib bersumpah empat kali dengan ucapan Demi Allah suami saya itu berdusta dan untuk sumpah yang kelima, ia wajib bersumpah dengan ucapan Demi Allah kemurkaan Allah akan menimpa saya jika suami saya itu benar. Apabila seseorang menuduh orang berzina, sedangkan saksi yang cukup (empat saksi) tidak ada maka penuduh tadi dipukul (didera) 80 kali, tetapi kalau yang menuduh itu suaminya, ia lepas dari siksaan atau dera (pukulan 80 kali), yaitu dengan jalan Lian.

    Akibat dari lian suami, timbul beberapa hukum dibawah ini: a. Dia tidak disiksa (dipukuli)

  • b. Isteri wajib disiksa dengan siksaan zina c. Suami isteri bercerai selama-lamanya d. Kalau ada anak, anak itu tidak dapat diakui oleh suami untuk menghindari siksaan zina, isteri

    harus membalas lian suaminya

    3. Zihar

    Zihar adalah perkataan suami yang menyerupakan isterinya dengan ibunya sehingga haram atasnya, seperti kata suami kepada isterinya, Engkau bagiku seperti punggung ibuku. Suami yang mengucapkan demikian wajib menarik kembali dan membayar kifarat sebelum isterinya digauli.

    Kafarat (denda) zihar ada tiga tingkatan, yaitu. a. memerdekakan hamba sahaya b. apabila tidak dapat memerdekakan hamba sahaya, puasa dua bulan berturut-turut. c. Apabila tidak kuat puasa, memberi makan kepada 60 orang miskin.

    Masalah zihar diterangkan dalam surat Al Mujadalah ayat 2-4.

    4. Khulu

    Khulu atau talak tebus adalah talak yang diucapkan oleh suami dengan pembayaran dari pihak isteri kepada suami (mengembalikan mas kawinnya). Talak tebus ini boleh dilakukan kapan saja baik isteri dalam keadaan suci maupun haid sebab talak seperti ini biasanya adalah permintaan dari pihak isteri. Firman Allah SWT. Artinya : Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya[144]. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. Al Baqarah [2]: 229) Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa khulu diperboleh dengan sebab-sebab sebagai berikut. a. Apabila suami isteri dikhawatirkan tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, yakni

    menciptakan pergaulan rumah tangga yang baik b. Apabila isteri sangat benci kepada suami dengan sebab tertentu sehingga dikhawatirkan isteri

    tidak akan mematuhi suaminya.

    5. Fasakh

    Fasakh adalah rusaknya ikatan pernikahan antara suami isteri karena sebab-sebab tertentu.

    a. Sebab-sebab yang merusak akad nikah ialah 1) akad nikah dilaksanakan karena rukun dan syarat pernikahan telah terpenuhi, tetapi di

    kemudian hari diketahui bahwa isterinya adalah muhrim suaminya 2) salah satu dari suami atau isteri keluar dari agama Islam 3) semula suami isteri musyrik, tetapi kemudian salah satunya masuk Islam dan yang lainnya

    tetap musyrik

    b. Sebab-sebab yang menghalangi tujuan pernikahan 1) suami dinyatakan hilang 2) suami dipenjara lima tahun atau lebih

  • 3) suami menipu, misalnya suami semula mengaku orang baik-baik ternyata penjahat 4) sumai isteri mengidap penyakit yang mengganggu hubungan rumah tangga

    D. HADANAH

    Hadanah artinya ialah mengasuh, memelihara dan mendidik anak yang amsih kecil. Apabila terjadi perceraian antara suami isteri dan keduanya mempunyai anak yang belum mumayiz (belum mengerti kemashlahatan dirinya) maka isterilah yang lebih berhak untuk mengasuh dan mendidik anak tersebut sehingga ia mengerti akan kemashlahatan dirinya. Anak tersebut tinggal bersama ibunya, selama ibunya belum menikah lagi dengan orang lain, tetapi belanja tetap wajib ditanggung oleh ayahnya.

    Disebutkan dalam hadis Rasulullah SAW, yang artinya Dari Abdullah ibnu Umar, bahwasanya seorang perempuan berkata, Ya Rasulullah! Sesungguhnya anak saya ini dari perut saya yang mengandungnya, tetek saya yang menyusuinya, dan pangkuan saya tempat perlindungannya, tetapi bapaknya telah menceraikan saya dan hendak mengambil dia dari saya rasulullah SAW bersabda, Engkau lebih berhak kepadanya selama kamu belum nikah (HR Ahmad dan Abu Dawud)

    Maksud Hadits di atas : 1. Apabila anak tersebut sudah mengerti maka anak disuruh memilih untuk tinggal bersama

    bapaknya atau ibunya. 2. Apabila yang mengasuh anak tersebut bukan ibunya atau bapaknya maka supaya diserahkan

    kepada keluarga yang terdekat. 3. Apabila keluarga yang terdekat tidak ada supaya didahulukan kepada wanita daripada pria.

    Syarat-syarat menjadi pengasuh atau pendidik ialah: 1) berakal sehat 2) merdeka 3) menjalankan agama Islam dan berakhlak mulia 4) dapat dipercaya dan jujur 5) dapat menjaga kehormatan dan nama baik si anak 6) tetap tinggal di dalam negeri atau kampung anak yang diasuh

    E. Iddah

    Iddah ialah masa menunggu bagi wanita yang telah dicerai oleh suaminya baik cerai biasa maupun ditinggal mati suaminya untuk tidak menikah dengan orang lain. Diadakan masa idah untuk mengetahui apakah selama idah wanita tersebut hamil atau tidak dan apabila ia hamil maka naka tersebut sebagai anak dari suami yang menceraikan. Macam iddah sebagai berikut.

    1. wanita yang dicerai suaminya (ditinggal mati suaminya) kalau ia sedang mengandung maka masa iddahnya hingga lahir anak yang dikandungnya. Firman Allah SWT.

    Artinya : Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang

  • -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (Q.S. At Thalaq [65] : 4)

    bagi wanita yang ditinggal mati suaminya, sedangkan ia tidak mengandung atau hamil, maka masa iddahnya ialah 4 bulan 10 hari. Firman Allah SWT.

    Artinya : Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (Q.S. Al Baqarah [2]: 234)

    2. bagi wanita yang dicerai suaminya dan ia masih haid maka iddahnya ialah tiga quru (tiga kali suci). Firman Allah SWT.

    Artinya : Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang maruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al Baqarah : 228)

    3. wanita yang ditalak suami dan ia sudah tidak haid lagi maka iddahnya ialah tiga bulan.

    4. wanita yang dicerai suaminya tetapi belum dicampuri maka wanita tersebut tidak ada iddahnya.

    Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mutah[1225] dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya. (QS Al Ahzab [33]: 49)

  • [1225] yang dimaksud dengan mut'ah di sini pemberian untuk menyenangkan hati isteri yang diceraikan sebelum dicampuri.

    Hak perempuan dimasa iddah ialah sebagai berikut.

    1. perempuan yang dalam masa iddah rajiyah talak satu dan dua berhak menerima dari bekas suaminya tempat tinggal, pakaina dan segala belanja

    2. perempuan yang dalam iddah bain (talak tiga) kalau ia mengandung, ia berhak menerima tempat tinggal, nafkah dan pakaian. Firman Allah SWT

    Artinya : Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. (Q.S. At Thalaq [65]: 6)

    3. perempuan yang dalam iddah bain, tetapi ia tidak mengandung maka ia hanya berhak menerima tempat itnggal saja.

    4. perempuan yang dalam iddah karena ditinggal mati suaminya baik ia mengandung atau tidak, ia tidak mempunyai hak apa-apa sebab ia dan anaknya telah mendapat hak pusaka dari suaminya yang meninggal itu

    F. Rujuk

    1. Pengertian Rujuk

    Rujuk menurut bahasa artinya kembali (mengembalikan). Adapun yang dimaksud rujuk disini adalah mengembalikan status hukum perkawinan secara penuh setelah terjadi talak raji yang dilakukan oleh mantan suami terhadap mantan isterinya dalam masa iddahnya dengan ucapan tertentu.

    Artinya : Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'[142]. tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, ji