Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

30
Hukum perdata ISTILAH DAN PENGERTIAN HUKUM PERDATA I. ISTILAH Hukum perdata adalah terjemahan dari “ BURGHLIJK RECHT”. KUHPdt terjemahan “BURGHLIJK WETBOEK” (BW) Orang Indonesia yang pertama kali menemukan istilah “HUKUM PERDATA” adalah Prof. Djoyo Diguno , beliau mengambil dari bahasa Jawa yaitu kata “PERDOTO” yang artinya “perselisihan atau pertengkaran Istilah tersebut telah diterima secara resmi dan buat pertama kali kata “PERDATA” itu dicantumkan dalam per undang-undangan Indonesia yaitu : 1. Konstitusi RIS yang dicantumkan dalam pasal-pasal sebagai berikut : - Pasal 15 ayat 2 - Pasal 144 ayat 1 - Pasal 156 ayat 1 - Pasal 158 ayat 1 2. UUD’S yang dicantumkan dalam Pasal- pasal sebagai berikut : - Pasal 15 ayat 2 - Pasal 101 ayat 1 - Pasal 106 ayat 3. II. PENGERTIAN Menurut beberapa ahli : 1.Prof DR.Mr Wiryono Projodikoro (mantan ketua MA) Hukum perdata adalah suatu rangkaian peraturan yang mengatur perhubungan hukum antara orang-orang atau badan hukum, satu sama lain tentang hak-hak dan kewajiban.

Transcript of Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Page 1: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

ISTILAH DAN PENGERTIAN HUKUM PERDATA

I. ISTILAH

Hukum perdata adalah terjemahan dari “ BURGHLIJK RECHT”.

KUHPdt terjemahan “BURGHLIJK WETBOEK” (BW)

Orang Indonesia yang pertama kali menemukan istilah “HUKUM PERDATA” adalah Prof. Djoyo Diguno, beliau mengambil dari bahasa Jawa yaitu kata “PERDOTO” yang artinya “perselisihan atau pertengkaran”

Istilah tersebut telah diterima secara resmi dan buat pertama kali kata “PERDATA” itu dicantumkan dalam per undang-undangan Indonesia yaitu :

1. Konstitusi RIS yang dicantumkan dalam pasal-pasal sebagai berikut :

- Pasal 15 ayat 2

- Pasal 144 ayat 1

- Pasal 156 ayat 1

- Pasal 158 ayat 1

2. UUD’S yang dicantumkan dalam Pasal- pasal sebagai berikut :

- Pasal 15 ayat 2

- Pasal 101 ayat 1

- Pasal 106 ayat 3.

II. PENGERTIAN

Menurut beberapa ahli :

1.Prof DR.Mr Wiryono Projodikoro (mantan ketua MA)

Hukum perdata adalah suatu rangkaian peraturan yang mengatur perhubungan hukum antara orang-orang atau badan hukum, satu sama lain tentang hak-hak dan kewajiban.

2. Verting :

Hukum Perdata adalah aturan-aturan hukum yang menetapkan bagaimana harusnya tingkah laku dari perseorangan yang satu terhadap perseorangan yang lain.

3.Volmar

Page 2: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

Hukum Perdata/Burgerlijk Recht adalah aturan aturan atau norma-norma yang dalam suatu masyarakat tertentu memberikan pembatasan. Dengan demikian perlindungan yang seimbang dari kepentingan pribadi para warga, terutama yang bertalian dengan hubungan keluarga.

4. Paul scholten

Hukum Perdata adalah hukum antara perseorangan, hukum yang mengatur wewenang dan kewajiban dari perseorangan yang satu terhadap perseorangan yang lain, didalam pergaulan masyarakat dan di dalam perhubungan keluarga.

KESIMPULAN

Dari keempat pendapat tersebut intinya adalah :Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur persoalan antara individu yang satu dengan individu yang lain.

ISI “BURGHLIJK WETBOEK” (BW)/ KUHPdt

Garis besar isi BW sebagai berikut :

Buku I : tentang orang (Van personen). 1,2

Buku II : tentang benda ( Van zaken). 3, 4

Buku III : tentang perikatan (Van verbintenissen). 3

Buku IV : tentang pembuktian dan kadaluwarsa

(Van bewijs en Verjaring).

Menurut ilmu pengetahuan hukum, sistematika hukum perdata Material terdiri :

1. Hukum tentang orang/hukum perorangan/ badan pribadi (Personen recht).

2. Hukum tentang keluarga /hukum keluarga (Familie recht).

3. Hukum tentang harta kekayaan / hukum harta kekayaan / hukum harta benda (Vermogen recht).

4. Hukum waris (Erfrecht).

Hukum Perdata Dalam Arti Luas dan Hukum Perdata Dalam Arti Sempit

- Hukum perdata dalam arti luas ialah bahan hukum sebagaimana tertera dalam kitab undang-undang hukum perdata (BW), kitab undang-undang hukum dagang (WvK)\ beserta sejumlah undang-undang yang di sebut undang-undang tambahan lainnya.

- Hukum perdata dalam arti sempit ialah hukum perdata sebagaimana terdapat dalam BW.

Page 3: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

Hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum “privat materiil”, yaitu Segala hukum pokok yang mengatur kepentingan perseorangan.

Hukum perdata ada kalanya dipakai dalam arti sempit, sebagai lawan dari hukum dagang.

Perbedaan hukum perdata dan hukum public :

Hukum perdata dalam arti luas/ sempit disingkat saja dengan hukum perdata.

Hukum publik pada umumnya mengenai kepentingan umum, perbedaan ini tidak mutlak tetapi dapat dipakai sebagai pegangan.

Dalam hukum publik pelaksanaan sangsi dilakukan dengan sendirinya oleh penguasa, artinya tidak tergantung pada keinginan yang bekepentingan.

Contoh, seorang pencuri yang sudah tertangkap langsung dikenakan hukuman tanpa ada tuntutan dari si korban.

Hukum perdata pelaksanaan sangsi oleh penguasa tergantung pada tuntutan dari pada sikorban.

Cth: Si A (kreditur) meminjamkan uang kepada si B (debitur) sesuai dengan perjanjian.

Dalam hukum publik tidak ada kebebasan.

Maksud pihak* tidak dapat menyimpang dari UU.

Dalam hukum perdata adanya kebebasan dapat menyimpang dari ketentuan UU.

Hukum publik pada umumnya memaksa menurut (Dwihgend).

Hukum perdata sifatnya mengatur (Regand).

Hukum dagang adalah sebagian bagian dari hukum pribadi/ hukum perdata dalam arti luas yang mengatur hubungan* hukum yang timbul karena hubungan* perusahaan. Cth: Jual beli

Macam* Hukum Publik:

Hukum pidana

Hukum tata negara

Hukum administrasi/ tata usaha negara dan tata pemerintahan

Hukum antar bangsa/ hukum Internasional.

Macam* hukum perdata;

Hukum perdata dalam arti sempit.

Page 4: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

Hkum perdata Internasional

Hukum dagang.

Page 5: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

I. HUKUM PERORANGAN

Ialah peraturan-peraturan hukum tentang sifat, cakap dan wewenang seseorang termasuk didalamnya soal :

1. Pencatatan sipil,

2. Nama,

3. Nama keturunan, Tempat tinggal.

Hukum Perseorangan ini mengatur tentang “ORANG” sebagai pendukung hukum yang mampu berhak dan mampu berkewajiban (subyek hukum).

Dalam perkembangannya orang dibagi 2 yaitu :

Orang dalam arti yang sebenarnya (NATURLIJK PERSON)

Dalam Pasal 3 BW “Tiada suatu hukumanpun mengakibatkan kematian perdata, atau kehilangan segala hak kewarganegaraan”.

Penjelasan :

Hakim tidak boleh menjatuhkan vonis kepada seseorang dengan hukuman “Kematian Perdata” Karena jika seseorang yang Kematian perdata berarti orang itu tidak lagi mampu berhak = Budak.

Dalam Pasal 2 BW

“Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan dianggap sebagai telah dilahirkan, bilamana juga kepentingan si anak menghendaki”.

Penjelasan :

Berlakunya seorang manusia sebagai subyek hukum dimulai saat ia dilahirkan dan berakhir pada saat seorang meninggal dunia. Dalam hukum perdata mengatur seluruh segi kehidupan manusia sejak lahir dan masih dalam kandungan ibunya sampai meninggal dunia.

Dalam pasal ini yang diatur adalah ”Kepentingan anak” yang terkait dalam hak waris atas harta bapaknya. Dengan catatan anak tersebut lahir dalam keadaan hidup, dan kalau ternyata anak tersebut lahir dalam keadaan mati maka dianggap ia tidak pernah ada

Di Indonesia menurut hukum yang berlaku, setiap manusia diakui sebagai manusia pribadi artinya manusia diakui sebagai Orang atau persoon.

Page 6: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

Karena itu setiap manusia diakui sebagai Subyek Hukum [Recht Persoonelijkheid] yaitu sebagai pendukung hak dan kewajiban.

Hak dan kewajiban perdata tidak tergantung pada agama, golongan, kelamin, umur, warga negara ataupun orang asing. Ataupun tidak tergantung pula kepada kaya atau miskin, kedudukan tinggi atau rendah dalam masyarakat, penguasa [pejabat] ataupun rakyat biasa semuanya sama.

MANUSIA SEBAGAI SUBYEK HUKUM :

- MANUSIA/ORANG/PERSOON:- (DIAKUI) SEBAGAI SUBYEK HUKUM

- (YAITU) PENDUKUNG HAK DAN KEWAJIBAN

- (DIMULAI) SEJAK LAHIR

- (DIAKHIRI) APABILA MATI

Dalam Hukum Perdata dikatakan bahwa berakhirnya seseorang sebagai pendukung hak dan kewajiban adalah apabila ia meninggal dunia. Artinya selama seseorang masih hidup selama itu pula ia mempunyai kewenangan berhak. Dalam pasal 3 BW dinyatakan : “Tiada suatu hukumanpun mengakibatkan kematian perdata, atau kehilangan segala hak perdata”.

Tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi kewenangan berhak seseorang yang sifatnya membatasi kewenangan berhak tersebut antara lain :

1. Kewarganegaraan ; misalnya dalam pasal 21 ayat (1) UUPA disebutkan bahwa warga negara Indonesia yang dapat mempunyai hak milik.

2. Tempat tinggal ; misalnya dalam pasal 3 PP No. 24/1960 dan pasal 1 PP No. 41/1964 (tambahan pasal 3a s/d 3e) jo pasal 10 ayat (2) UUPA disebutkan larangan pemilikan tanah pertanian oleh orang yang bertempat tinggal diluar kecamatan tempat letak tanahnya.

3. Kedudukan atau jabatan ; misalnya hakim dan pejabat hukum lainnya tidak boleh memperoleh barang-barang yang masih dalam perkara.

4. Tingkah laku atau perbuatan ; misalnya dalam pasal 49 dan 53 UU No.1/1974 disebutkan bahwa kekuasaan orang tua dan wali dapat dicabut dengan keputusan pengadilan dalam hal ia sangat melalaikan kewajibannya sebagai orang tua/wali atau berkelakuan buruk sekali.

2. Badan Hukum (RECHT PERSON)

Orang yang dilahirkan oleh hukum yaitu suatu perkumpulan atau Badan hukum.

Contoh : PT (Perseroan Terbatas)

Page 7: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

Badan Hukum untuk bertindak sendiri atau melakukan perbuatan hukum memerlukan orang-orang atau pengurus dari badan hukum itu.

Dalam BW tidak ada di atur mengenai RECHT PERSON (Badan Hukum), karena BW dibukukan 1 OCK 1838, di mana masa itu belum ada PT oleh karena itu peraturan mengenai Badan hukum hanya dapat dilihat dengan Teori-Teori atau Doktrin-Doktrin dari para ahli.

Beda NATURLIJK PERSON dengan RECHT PERSON adalah :

- Naturlijk Person : Ada setelah dilahirkan.

-Recht Person : Ada setelah didirikan.

CAKAP (BEKWAN) DAN WEWENANG (BEVOEGD)

1. PENGERTIAN CAKAPOrang sebagai subyek hukum yang dapat melaksanakan sendiri hak dan kewajibannya.

Dalam UU juga ada larangan bagi seseorang untuk melakukan tindakan hukum yaitu yang disebut sebagai orang yang tidak cakap hukum (on bekwan) dalam membuat persetujuan-persetujuan dengan kategori yang tercantum dalam pasal 1330 BW sebagai berikut :

Orang yang belum dewasa (Umurnya belum cukup untuk dianggap sebagai orang dewasa.

Mereka yang ditaruh dibawah peng-ampu-an (Otaknya yang tidak waras, hingga tidak dapat mengendalikan sendiri pikirannya).

Wanita yang bersuami.

Ketiga macam orang tersebut jika hendak melakukan tindakan/perbuatan hukum maka harus didampingi oleh :

1. Orang yang belum dewasa didampingi walinya,

2. Orang yang dibawah peng-ampu-an didampingi oleh curatornya,

3. Wanita yang bersuami didampingi oleh suaminya.

Perbedaan antara cakap dan wewenang :

Cakap : bersifat umum,

Wewenang : bersifat khusus.

Seseorang yang cakap dalam hal tertentu, mungkin tidak wewenang

Pasal 1467 BW menyebutkan “tidak boleh mengadakan jual beli antara suami istri.

Page 8: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

Contoh : Seorang Suami adalah cakap tetapi tidak berwenang menjual apa saja kepada istrinya. Kasus : A = istri, B = suami, A dan B hartanya tidak campur.

CATATAN SIPIL (BURGERLIJK STAND)

Tugas utama kantor catatan sipil adalah mengeluarkan catatan atau akta tentang :

kelahiran,

Kematian,

perkawinan,

perceraian.

Akta yang dikeluarkan oleh kantor ini adalah sah dalam penggunaannya dan sama dengan “akta otentik”.

AKTA OTENTIK adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan

BEDA AKTA OTENTIK DENGAN AKTA BIASA :

- Akta Otentik : Dalam hal pembuktian mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna artinya isi dari akta itu dianggap benar oleh siapa saja sampai hakim menyatakan akta itu cacat menurut hukum.

Contoh : ijasah, KTP, SIM, BPKB, dll.

- Akta biasa : dalam pembuktian tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Contoh : Segel dll Setelah akta dikeluarkan beberapa tahun kemudian ada perubahan, maka perubahan itu dicatat pada pinggir yang kosong didalam akta itu.

Page 9: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

II. HUKUM KEKELUARGAAN (FAMILI RECHT)

Mengatur perhubungan hukum yang timbul karena hidup berkeluarga seperti :

Perkawinan,

Kekuasaan orang tua,

Perwalian,

Peng-ampu-an.

PERKAWINAN (HUWELIJK)

Perkawinan, ialah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama. Undang-undang memandang perkawinan hanya dari hubungan keperdataan, demikian pasal 26 Burgerlijk Wetboek.

Apakah artinya itu? Pasal tersebut hendak menyatakan, bahwa suatu perkawinan yang sah, hanyalah perkawinan yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Burgerlijk Wetboek) dan syarat-syarat serta peraturan agama dikesampingkan. Suatu asas lagi dari B.W., ialah polygami dilarang. Larangan ini termasuk ketertiban umum, artinya bila dilanggar selalu diancam dengan pembatalan perkawinan yang dilangsungkan itu.

Di Indonesia sebelum lahir UU No.1 Th 1974 tentang perkawinan, hukum yang mengatur perkawinan banyak antara lain :

BW, ordonansi perkawinan Indonesia Kristen.

Peraturan perkawinan campuran.

UU No.22 Th 1946 tentang Nikah, Talaq, Rujuk bagi orang yang bergama Islam

Dengan lahirnya UU No.1 Th 1974 yang disyahkan serta diundangkan tanggal 2 Januari 1974 maka ketentuan-ketentuan tentang perkawinan diluar UU No.1 Th 1974 berdasarkan pasal 66 dari UU No.1 Th 1974 dicabut, dan dinyatakan tidak berlaku lagi sepanjang yang telah diatur oleh UU No.1 Th 1974.

Syarat-syarat untuk dapat sahnya perkawinan, ialah :

a. kedua pihak harus telah mencapai umur yang ditetap-kan dalam undang-undang, yaitu untuk seorang lelaki 18 tahun dan untuk seorang perempuan 15 tahun;

b. harus ada persetujuan bebas antara kedua pihak;

c. untuk seorang perempuan yang sudah pernah kawin harus lewat 300 hari dahulu sesudahnya putusan per-kawinan pertama;

Page 10: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

d. tidak ada larangan dalam undang-undang bagi kedua pihak;

e. untuk pihak yang masih di bawah umur, harus ada izindari orang tua atau walinya. *)

ARTI SIFAT PERKAWINAN MEDAN NURUT HUKUM

Perkawinan ialah :

Perhubungan yang syah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk waktu yang lama.

DEFENISI PERKAWINAN

1. Menurut UU No.1 Th 1974 yang tercantum- pada pasal 1 yaitu

- perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita - sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

- Pasal 2 ayat 1 mengatakan Perkawinan itu adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu

- Pasal 2 ayat 2 mengatakan Bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan per UU yang berlaku.

2. Menurut BW dalam pasal 26

UU memandang soal perkawinan hanya dalam hubungan-hubungan perdata.

Dalam hal ini BW tidak mencampuri upacara keagamaan, tugas Bw adalah hanya mengenal perkawinan perdata yaitu perkawinan yang dilangsungkan di muka pegawai catatan sipil.

MONOGAMI

Perbedaan asas Monogami dalam BW dan UU No.1 Tahun 1974

BW Pasal 27 asas Monogami keras

Dalam waktu yang sama, seorang laki-laki hanya boleh terikat perkawinan dengan satu orang saja , dan seorang perempuan hanya dengan satu orang laki-laki saja.

UU No. 1 Th 1974 Pasal 3 ayat 2 asas Monogami lemah

- Dimana masih diberi kesempatan kepada seorang suami untuk memiliki istri lebih dari seorang dalam waktu yang bersamaan tetapi harus dengan memenuhi syarat-syarat tertentu

Page 11: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

- Disini pada UU No 1 Th 1974 yang menganut asas monogami lemah sebenarnya keras karena

izin pengadilan teramat sulit untuk diperoleh. SYARAT-SYARAT BERISTRI LEBIH DARI 1 (PASAL 4 DAN 5 UU No.1 TH 1974) :

Harus ada izin dari pengadilan yang berwenang.

Pengadilan hanya akan memberi izin seorang suami beristri lebih dari 1 orang apabila pada istri terdapat cacat sebagai berikut  :

◦Istri tidak bisa menjalankan kewajiban sebagai istri

◦Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan

◦Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

◦Harus ada persetujuan atau izin dari istri atau istri-istri.

◦Kepastian suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak mereka

◦Jaminan suami berlaku adil terhadap istri-istri dan anak mereka

KETENTUAN PIDANA TERHADAP ORANG (SUAMI) YANG MELANGGAR ASAS MONOGAMI

Ketentuan Pidana dalam Pasal 45 ayat 1 PP No. 9 Tahun 1975, yaitu Denda setinggi-tingginya Rp.7.500

Ketentuan dalam Pasal 279 KUHP yaitu hukuman penjara selama-lamanya 5 tahun.

KETENTUAN BAGI PEGAWAI PENCATAT PERKAWINAN

Ketentuan Pidana dalam Pasal 45 ayat 1b PP No.9 Tahun 1975, yaitu hukuman penjara selama 3 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.7.500.

SYARAT-SYARAT UNTUK PERKAWINAN YANG SAH

BW Pasal 28

Asas perkawinan menghendaki adanya persetujuan bebas dari calon suami dan calon istri.

UU No.1 Th 1974 Pasal 6 ayat 1

Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.

Page 12: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

Hukum perkawinan termasuk hukum yang memaksa (dwingend recht)

“ketentuanketentuan hukum tentang perkawinan serta akibat-akibat hukum dari perkawinan tidak dapat menurut kehendak dan keinginan pihak-pihak yang bersangkutan.

Umur minimum

BW   :   Pria     =    18 tahun

Wanita =    15 tahun

UU No.1 Th 1974  :  Laki-laki = 19 tahun

Perempuan       =          16 tahun

Setelah liwatnya masa idah

Menurut BW

Masa idah bagi wanita adalah 30 hari

Menurut PP No.9 tahun 1975

Masa Idah Istri kematian suami 130 hari, wanita yang bercerai 90 hari

Persetujuan dari pihak ke 3 atau ibu-bapak terhadap yang belum cukup umur.

Percampuran kekayaan

Sejak mulai perkawinan terjadi, suatu percampuran antara kekayaan suami dan kekayaan isteri (algehelegemeenschap van goederen), jikalau tidak diadakan perjanjian apa-apa Keadaan yang demikian itu berlangsung seterusnya dan tak dapat diubah lagi selama perkawinan. *) Jikalau orang ingin menyimpang dari peraturan umum itu, ia harus meletakkan keinginannya itu dalam suatu "perjanjian perkawinan" (huwelijksvoorwaarden).  Perjanjian yang demikian ini, harus diadakan sebelumnya pernikahan

Perjanjian perkawinan

Jika seorang yang hendak kawin mempunyai benda-benda yang berharga atau mengharapkan akan memperoleh kekayaan, misalnya suatu warisan, maka adakalanya diadakan perjanjian perkawinan(huwelijksvoorwaarden). Perjanjian yang demikian ini menurut Undang-undang harus diadakan sebelumnya pernikahan dilangsungkan dan harus diletakkan dalam suatu akte notaris.

Page 13: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

Mengenai bentuk dan isi perjanjian tersebut, sebagaimana halnya dengan perjanjian-perjanjian lain pada umumnya, kepada kedua belah pihak diberikan kemerdekaan seluas-luasnya, kecuali satu dua larangan yang termuat dalam undang-undang dan asal saja mereka itu tidak melanggar ketertiban umum atau kesusilaan.

Suatu perjanjian perkawinan misalnya, hanya dapat menyingkirkan suatu benda saja (misalnya satu rumah) dari percampuran kekayaan, tetapi dapat juga menyingkirkan segala percampuran. Undang-undang hanya menyebutkan dua contoh perjanjian yang banyak terpakai, yaitu perjanjian "percampuran laba rugi" ("gemeenschap van winst en verlies") dan perjanjian "percampuran penghasilan" ('gemeenschap van vruchten en inkomsten"")

Pada umumnya seorang yang masih di bawah umum, yaitu belum mencapai usia 21 tahun, tidak diperbolehkan bertindak sendiri dan harus diwakili oleh orang tuanya atau walinya. Tetapi untuk membuat suatu perjanjian perkawinan, oleh undang-undang diadakan peraturan pengecualian. Seorang yang belum dewasa di sini, diperbolehkan bertindak sendiri tetapi ia harus "dibantu" ("bijgestaan") oleh orang tua atau orang-orang yang diharuskan memberi izin kepadanya untuk kawin.

Apabila pada waktu membuat perjanjian itu salah satu pihak ternyata belum mencapai usia yang diharuskan oleh undang-undang, maka perjanjian itu tidak sah, meskipun mungkin perkawinannya sendiri yang baru kemudian dilangsungkan sah. Selanjutnya diperingatkan, apabila di dalam waktu antara pembuatan perjanjian dan penutupan pernikahan orang tua atau wali yang membantu terjadinya perjanjian itu meninggal, maka perjanjian itu batal dan pembuatan perjanjian itu harus diulangi di depan notaris.

MENGAPA ?

Sebab orang yang nanti harus memberi izin untuk melangsungkan perkawinan sudah berganti. Karena itu sebaiknya orang membuat perjanjian perkawinan, apabila hari pernikahan sudah dekat.

Pemisahan Kekayaan

Untuk melindungi si isteri terhadap kekuasaan si suami yang sangat luas itu atas kekayaan bersama serta kekayaan pribadi si isteri, undang-undang memberikan pada si isteri suatu hak untuk meminta pada hakim supaya diadakan pemisahan kekayaan dengan tetap berlangsungnya perkawinan.

Page 14: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

Pemisahan kekayaan itu dapat diminta oleh si isteri :

a) apabila si suami dengan kelakuan yang nyata-nyata tidak baik, mengorbankan kekayaan bersama dan membahayakan keselamatan keluarga;

b)  apabila si suami melakukan pengurusan yang buruk terhadap kekayaan si isteri, hingga ada kekhawatiran kekayaan ini akan menjadi habis;

c) apabila si suami mengobralkan kekayaan sendiri, hingga si isteri akan kehilangan tanggungan yang oleh Undang-undang diberikan padanya atas kekayaan tersebut karena pengurusan yang dilakukan oleh si suami terhadap kekayaan isterinya.

Gugatan untuk mendapatkan pemisahan kekayaan, harus diumumkan dahulu sebelum diperiksa dan diputuskan oleh hakim, sedangkan putusan hakim ini pun harus diumumkan. Ini untuk menjaga kepentingan-kepentingan pihak ketiga, terutama orang-orang yang mempunyai piutang terhadap si suami. Mereka itu dapat mengajukan perlawanan terhadap diadakannya pemisahan kekayaan.

Selain membawa pemisahan kekayaan, putusan hakim berakibat pula, si isteri memperoleh kembali haknya untuk mengurus kekayaannya sendiri dan berhak mempergunakan segala penghasilannya sendiri sesukanya. Akan tetapi, karena perkawinan belum diputuskan, ia masih tetap tidak cakap menurut undang-undang untuk bertindak sendiri dalam hukum.

SYARAT PERKAWINAN KELUAR MATERIIL ada 2 yaitu  :

Syarat materi Mutlak

Syarat ini berlaku untuk setiap perkawinan yang dilangsungkan oleh seseorang tertentu, Syarat-syarat tersebut antara lain adalah  :

1. Dalam keadaan tidak kawin.

2. Persetujuan yang bebas (tidak kawin paksa)

Page 15: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

III.   HUKUM KEKAYAAN (VERMOGEN RECHT)

Mengatur perhubungan hukum berkenaan dengan kekayaan dan hal-hal yang bersangkutan dengan hidup.

Dalam arti luas dapat dimasukkan kedalamnya sebagian dari hukum keluarga yaitu berkenaan harta dalam perkawinan.

Hukum kekayaan ini dapat dibagi atas 2 bagian yaitu       :

1.   Hukum benda (zaken recht)

2.   Hukum Perikatan (Verbintenissen recht)

IV.  HUKUM WARISAN (ERFRECHT)Yang mengatur harta benda seseorang setelah yang empunya meninggal dunia.

V.   HUKUM PEMBUKTIAN (BEWIJS RECHT)

Yaitu hukum yang mengatur tentang pembuktian seperti pembuktian dengan        :

Page 16: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

• Surat,

• Sumpah,

• Saksi.

VI.  DALUARSA (VERJARING).

Yaitu peraturan tentang tenggang waktu yang diperlukan agar memperoleh hak atau hak tersebut lepas daripadanya.

Contoh :

- Dalam kurun waktu 20 tahun, seseorang yang telah menguasai tanah dan tidak ada yang komplain maka tanah tersebut telah menjadi hak orang tersebut.

- Seseorang yang berobat ke Dokter, lupa bawa uang untuk membayar jasa Dokter, dan ia berjanji akan membayarnya besok, tapi karena lupa atau sesuatu hal ia tidak membayarnya sampai 2 ½ tahun, maka hilanglah hak dokter tersebut untuk menagihnya.

Hukum Perdata / Hukum Privat \dibagi 2 yaitu :

1. Hukum Privat Materil Ialah hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorang terhadap yang lain.

2. Hukum Privat Forma Ialah Hukum Privat yang mengatur bagaimana cara mempertahankan Hukum Privat Materiil dengan bantuan Hakim, atau sering disebut dengan Hukum Acara Perdata (Martosedono, 1992: 13).

Hukum Perdata berlainan untuk segala golongan Warga Negara :

a.Untuk golongan bangsa Indonesia asli/ pribumi, berlaku “Hukum Adat”.Yaitu hukum yang sejak dahulu telah berlaku dikalangan rakyat, yang sebagian besar masih belum tertulis, tetapi hidup dalam

Page 17: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

tindakan-tindakan rakyat, mengenai segala soal dalam kehidupan masyarakat. (beragam pula).

b. Golongan Warga Negara bukan asli yang berasal dari Tionghoa dan Eropah berlaku KUHPerdata (BW) dan KUD (WvK).

c. Golongan Warga Negara bukan asli yang bukan berasal dari Tionghoa atau Eropah (yaitu Arab, India, dll) berlaku sebagian dari BW, yaitu pada pokoknya hanya bagian-bagian yang mengenai Hukum Kekayaan harta benda (vermogensrecht), jadi tidak yang mengenai Hukum Kepribadian dan Kekeluargaan (personen en familierecht) maupun yang mengenai Hukum Warisan. Mengenai bagian-bagian hukum yang belakangan ini, berlaku hukum mereka sendiri dari negeri asalnya.

BUKU I : Tentang ORANG

Subjek Hukum dan Objek Hukum

Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antara perseorangan dengan pihak lain dalam segala usahanya untuk memenuhi kebutuhannya yang diselenggarakan sesuai dengan hematnya sendiri dengan adanya hubungan hukum antara subjek* hukum maka terstatuslah objek* hukum.

Subjek Hukum : Orang atau badan hukum (Yang dilindunngi hukum) yang dilindungi adalah hak-hak kewajiban.

Objek Hukum : Berupa kekayaan/ barang.

Adalah sesuatu yang dapat menjadi Obyek Hak Milik. ( Pasal 499 BW )

BUKU II : Tentang BENDA

Adalah sesuatu yang dapat menjadi Obyek Hak Milik. ( Pasal 499 BW )

Macam-macam Benda :

1. Benda berwujud dan tidak berwujud

Page 18: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

( Pasal 503 BW )

2. Benda bergerak dan tidak bergerak

( Pasal 504 BW )

3. Benda dapat dipakai habeis dan tidak dapat dipakai habis ( Pasal 505 )

4. Benda yang sdh ada dan benda yang akan ada ( Pasal 1334 BW )

5. Benda dalam Perdagangan dan di luar Perdagangan ( Pasal 537, 1444 dan 1445 BW)

6. Benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi ( Pasal 1296 BW )

7. Benda terdaftar dan tidak terdaftar ( UU Hak Tanggungan , Fidusia )

8. Benda Atas Nama dan Tidak Atas Nama ( 613 BW, UU Pokok Agraria dan PP 24/1997, ttg Pendaftaran Tanah

Buku III     : tentang PERIKATAN (Van verbintenissen).

Buku III BW mengatur tentang Verbintenissenrecht, dimana tercakup pula istilah Overeenkomst.

Dikenal 3 terjemahan dari “Verbintenis”, yaitu : Perikatan, Perutangan dan Perjanjian.

Sedangkan Overeenkomst ada 2 terjemahan, yaitu : Perjanjian dan Persetujuan.

Uraian selanjutnya istilah Perikatan dipakai sebagai terjemahan “Verbintenis” dan Perjanjian dipakai sebagai terjemahan Overeenkomst

PERJANJIAN

Pasal 1320 KUHPerdata mengatur tentang

syarat sahnya perjanjian yaitu :

1.Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; (tidak ada paksaan, tidak ada kekeliruan dan tidak ada penipuan)

2.Kecakapan untuk membuat suatu perikatan ; (dewasa, tidak dibawah pengampu)

3.Suatu hal tertentu (objeknya jelas, ukuran, bentuk dll)

Page 19: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

4.Suatu sebab yang halal; (tidak bertentangan dengan ketertiban, hukum/UU dan kesusilaan)

Maka dapat disimpulkan suatu perjanjian dapat terjadi pembatalan karena :

1.Dapat   dibatalkan , karena diminta oleh pihak untuk dibatalkan dengan alas an melanggar syarat 1 dan 2 pasal 1320 KUHPerdata.

2.Batal demi hukum, karena melanggar syarat 3 dan 4 pasal 1320 KUHPerdata

Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian

Misalnya :

Asuransi,

Perseroan Firma,

Perjanjian Pengangkutan Udara, dll.

Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian)

Perseroan Firma adalah suatu perseroan yang didirikan untuk melakukan suatu usaha di bawah satu nama bersama (Pasal 16 KUHD)

Perseroan perdata adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, yang berjanji untuk memasukkan sesuatu ke dalam perseroan itu dengan maksud supaya keuntungan yang diperoleh dari perseroan itu dibagi di antara mereka.(Pasal 1618 KUHPer)

Perjanjian Pengangkutan Udara adalah perjanjian antara pengangkut dan pihak penumpang dan/atau pengirim kargo untuk mengangkut penumpang dan/atau kargo dengan pesawat udara, dengan imbalan bayaran atau dalam bentuk imbalan jasa yang lain (Pasal 1 angka 29 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan)

Page 20: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

ad2. Perikatan Yang Lahir Karena Undang-Undang

Perikatan yang lahir karena undang-undang, timbul dari undang-undang sebagai undang-undang atau dari undang-undang sebagai akibat perbuatan orang(1352 KUHPerdata)

Note: disyaratkan adanya kenyataan hukum(rechtfeit )baik berupa peristiwa hukum atau akibat perbuatan manusia (R. Setiawan, Hukum Perikatan, hlm 70)

Perikatan Yang Lahir Karena Undang-Undang

Misalnya :

Tubrukan Kapal

“Bila tubrukan kapal itu adalah akibat kesalahan dari salah sebuah kapal yang bertubrukan, atau kesalahan kapal lain, pengusaha kapal yang telah melakukan kesalahan bertanggungjawab untuk seluruh kerugian.” (Pasal 536)

Keracunan Konsumen

“Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”(Pasal 19 (1) UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

IV.   HUKUM PEMBUKTIAN (BEWIJS RECHT) Dan DALUARSA (VERJARING).

Yaitu hukum yang mengatur tentang pembuktian seperti pembuktian dengan        :

• Surat,

• Sumpah,

• Saksi.

DALUARSA (VERJARING).

Yaitu peraturan tentang tenggang waktu yang diperlukan agar memperoleh hak atau hak tersebut lepas daripadanya.

Contoh :

Page 21: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

Dalam kurun waktu 20 tahun, seseorang yang telah menguasai tanah dan tidak ada yang komplain maka tanah tersebut telah menjadi hak orang tersebut.

Hukum Perdata berlainan untuk segala golongan Warga Negara :

a. Untuk golongan bangsa Indonesia asli/ pribumi, berlaku “Hukum Adat”.

Yaitu hukum yang sejak dahulu telah berlaku dikalangan rakyat, yang sebagian besar masih belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat, mengenai segala soal dalam kehidupan masyarakat.

b. Golongan Warga Negara bukan asli yang berasal dari Tionghoa dan Eropah berlaku KUHPerdata (BW) dan KUDD (WvK).

c. Golongan Warga Negara bukan asli yang bukan berasal dari Tionghoa atau Eropah (yaitu Arab, India, dll) berlaku sebagian dari BW, yaitu pada pokoknya hanya bagian-bagian yang mengenai Hukum Kekayaan harta benda (vermogensrecht), jadi tidak yang mengenai Hukum Kepribadian dan Kekeluargaan (personen en familierecht) maupun yang mengenai Hukum Warisan.

Mengenai bagian-bagian hukum yang belakangan ini, berlaku hukum mereka sendiri dari negeri asalnya.

Hukum yang berlaku bagi golongan bangsa Indonesia asli sendiripun ada berbhineka lagi, yaitu berbeda-beda dari daerah ke daerah (beragam).

Pedoman politik bagi Pemerintah Hindia Belanda terhadap Hukum di Indonesia dinyatakan dalam Pasal 131 IS “Indische Staatsregeling” sebelum itu Pasal 75 RR = Regerings Reglement/Peraturan Pemerintah atau Kerajaan), yang dalam pokoknya sebagai berikut:

1. Hukum Perdata dan dagang (begitu pula Hukum Pidana beserta Hukum Acara Perdata dan Pidana) harus diletakkan dalam kitab-kitab undang-undang, yaitu dikodifisir.

2. Untuk golongan bangsa Eropah dianut (dicontoh) perundang-undangan yang berlaku di negeri Belanda (asas konkordansi).

3. Untuk golongan bangsa Indonesia asli dan Timur Asing (Tionghoa, Arab dan sebagainya), jika ternyata “kebutuhan kemasyarakatan” mereka menghendakinya, dapatlah peraturan-peraturan untuk

Page 22: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

bangsa Eropah dinyatakan berlaku bagi mereka, baik seutuhnya maupun dengan perubahan-perubahan dan juiga diperbolehkan membuat suatu peraturan baru bersama, untuk selainnya harus diindahkan aturan-aturan yang berlaku dikalangan mereka, dan boleh

diadakan penyimpangan jika diminta oleh kepentingan umum atau kebutuhan kemasyarakatan mereka (ayat (2)).

4. Orang Indonesia asli dan orang Timur Asing, sepanjang mereka belum ditundukkan dibawah suatu peraturan bersama dengan bangsa Eropah, diperbolehkan “menundukkan diri” (onderwerpen) pada hukum yang berlaku untuk bangsa Eropah.

Penundukkan ini boleh dilakukan baik secara umum maupun secara hanya mengenai suatu perbuatan tertentu saja (ayat (4)).

5. Sebelum Hukum untuk bangsa Indonesia ditulis didalam Undang-undang, bagi mereka itu akan tetap berlaku hukum yang sekarang berlaku bagi mereka yaitu “Hukum Adat”.

Berdasarkan pedoman-pedoman yang disebutkan diatas di zaman Hindia Belanda telah ada beberapa peraturanUndang-undang Eropah yang telah “dinyatakan berlaku” untuk Bangsa Indonesia asli seperti”

- Ø Pasal 1601 – 1603 lama dari BW

Yaitu perihal perjanjian kerja atau perburuhan (Staatsblad 1879 No. 256).

- Ø Pasal 1788 – 1791 BW, perihal hutang-hutang dari perhudian (Staatblad 1907 No. 306)

- Ø Beberapa pasal dari KUHD, yaitu sebagian besar dari Hukum Laut (Staatsblad 1933 No. 49).

Beberapa peraturan yang secara khusus dibuat untuk Bangsa Indonesia seperti:

- Ø Ordonansi Perkawinan Bangsa Indonesia Kristen (Staatsblad 1933 No. 74).

- Ø Ordonansi tentang Maskapai Andil Indonesia atau IMS (Staatsblad 1939 No. 369 berhubung dengan No. 717).

- Ø Ordinansi tentang Perkumpulan Bangsa Indonesia (Staasblad 1939. No. 570 berhubung dengan No. 717).

Page 23: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

Ordonnantie/ordonansi adalah satu perundang-undangan zaman Pemerintahan Hindia Belanda yang diperbuat sebagai hasil pekerjaan dari GG dengan volksraad).

Peraturan yang berlaku bagi semua golongan Warga Negara misalnya:

- Ø UU Hak Pengarang (auteurswet tahun 1912)- Ø Peraturan Umum tentang Koperasi (Staatsblad 1933 No. 108)- Ø Ordonansi Woeker (Staatsblad 1938 No. 523)- Ø Ordonansi tentang Pengangkutan di Udara (Staatsblad 1938 No.

98).

Penundukan diri pada Hukum Eropah diatur dalam Staatsblad 1917 No. 12.

- Peraturan ini mengenal empat macam penundukan, yaitu:

1. Penundukan pada seluruh Hukum Perdata Eropah

2. Penundukan pada sebagain Hukum Perdata Eropah, yang dimaksudkan hanya pada hukum kekayaan harta benda saja (vermogensrecht), seperti yang telah dinyatakan berlaku bagi golongan Timur Asing bukan Tionghoa.

3. Penundukan mengenai suatu perbuatan hukum tertentu.

4. Penundukan secara “diam-diam”

- Menurut Pasal 29 yang berbunyi ,”Jika seorang Bangsa Indonesia Asli melakukan suatu perbuatan hukum yang tidak dikenal didalam hukumnya sendiri, ia dianggap secara diam-diam menundukkan dirinya pada Hukum Eropah”.

- Pasal 29 ditujukan kepada seorang Bangsa Indonesia yang menandatangani surat aksep atau wesel.

-

Page 24: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata

Page 25: Materi Mata Kuliah Hukum Perdata

Hukum perdata