Materi Kuliah Agama Hindu (1)

38
MATERI KULIAH: AGAMA (MPK.1201) AGAMA HINDU SEBAGAI LATAR BELAKANG ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI TAHUN 2009 Dosen Penyusun: Ir. I Ketut Adhimastra, M.Erg. 1 F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS DWIJENDRA DENPASAR (status terakreditasi nomor: 005/BAN-PT/Ak-X/S1/II/2007)

description

Materi kuliah Agama Hindu sebagai latar belakang Arsitektur tradisional Bali

Transcript of Materi Kuliah Agama Hindu (1)

Page 1: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

MATERI KULIAH:

AGAMA (MPK.1201)

AGAMA HINDU SEBAGAI LATAR BELAKANG ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI

TAHUN 2009Dosen Penyusun:

Ir. I Ketut Adhimastra, M.Erg.

1

F A K U L T A S T E K N I KUNIVERSITAS DWIJENDRA DENPASAR

(status terakreditasi nomor: 005/BAN-PT/Ak-X/S1/II/2007)website: http://www.arsitekturdwijendra.blogspot.com, email: [email protected]

Jl. Kamboja 17 Denpasar Telp.(0361) 224383, 233974

Page 2: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

RUANG LINGKUP DAN TUJUAN AGAMA HINDU

1. Pengantar

Modul Ruang Lingkup dan Tujuan Agama Hindu ini berisi pembahasan

tentang isi pokok kepercayaan Agama Hindu dalam rumus pengertian yang akan

dijadikan titik tolak pemecahan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan

beragama serta tujuan yang hendak dicapai manusia dan cara mencapainya

menurut Agama Hindu.

Dalam kehidupan beragama Hindu banyak kita temui hal yang unik dan

tidak segera mudah dimengerti kalau kita hanya melihat secara aepintas terhadap

praktek kehidupan beragama yang dilakukan umatnya sehari-hari, lebih-lebih bila

yang dilihat hanya upakara-upakaranya saja, maka yang tampak menonjol hanya

bentuk-bentuk sesajen (upakara) dan upacara-upacara yang disertai iringan doa

pujaan pandita, seni gamelan, seni tari, kidung pujaan, dan sebagainya sehingga

dapat menimbulkak kesan seakan-akan Agama Hindu itu merupakan ajaran ritual

dan bercorak tradisional, tanpa tujuan yang jelas yang berkaitan dengan konsepsi

Ketuhanan Yang Maha Esa (keimanan dalam agama Hindu).

Untuk menjernihkan kesan itu maka dengan mempelajari modul ini anda

akan dapat mengerti dan memahami isi sesungguhnya atau Ruang Lingkup

Agama Hindu serta tujuan hidup beragama berdasarkan kebenaran yang diajarkan

oleh Hindu Dharma.

Pembahasan mengenai Ruang Lingkup dan Tujuan Agama Hindu ini dapat

memberi kejelasan pengertian dalam memahami tentang konsepsi

filosifis/Darsana/Tattwa Hindu Dharma baik yang bersifat spiritual maupun

pragmatis “duniawi”, yang akan dibahas di dalam modul 3, dan merupakan

pangkal tolak di dalam pembahasan modul-modul berikutnya.

Dalam pada itu maka anda harus mengerti dan memahami isi Ruang

Lingkup dan Tujuan Agama Hindu ini dengan jelas.

2

Page 3: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

2. Tujuan Instruksional Umum

Dengan mempelajari modul ini, anda memperoleh pengertian dan mampu

memahami Ruang Lingkup dan Tujuan Agama Hindu.

3. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah menyelesaikan modul ini, anda diharapkan mampu :

a. Menyebutkan Ruang Lingkup Agama Hindu;

b. Menjelaskan secara singkat masing-masing Lingkup Agama Hindu;

c. Menyebutkan tujuan agama Hindu;

d. Menyebutkan dasar dan tujuan hidup manusia menurut Agama Hindu;

e. Menjelaskan tentang Dharma, Artha, dan Moksa;

f. Menjelaskan tentang Dharma Siddhyartha.

4. Kegiatan Belajar

4.1 Kegiatan Belajar 1

RUANG LINGKUP AGAMA HINDU

4.1.1 Uraian dan Contoh

Di dalam modul 1 anda telah mempelajari mengenai sumber ajaran Agama

Hindu. Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang Agama Hindu

maka anda pun harus mempelajari isi atau ruang lingkup Agama Hindu agar dapat

memahaminya secara benar menurut Weda. Ruang Lingkup ini meliputi/memuat

dasar-dasar yang menjadi ciri khas dari Agama Hindu dan merupakan ajaran yang

harus diyakini (diimani) oleh umat Hindu itu sendiri. Dasar keimanan itu disebut

“Sraddha”. Sraddha sebagai dasar keimanan dirumuskan di dalam Atharwa Weda

XII.1.1 sebagai berikut :

“Satyam brhad rtam ugram diksa,

3

Page 4: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

tapo brahma yajna prthiwim dharayanti”

Artinya :

Sesungguhnya satya, rita, diksa,

tapa, brahama dan yadnya ialah yang menyangga dunia.

Dengan ayat itu dijelaskan bahwa dunia ini ditunjang oleh Satya, Rita, Diksa,

Tapa, Brahma dan Yadnya.

Keenam unsur keimanan itu merupakan Dharma yang memelihara

harmonisasi alam dan kehidupan ini. Jadi keenam unsur itu adalah merupakan

kerangka isi Dharma (Agama Hindu), yang diimani dan bersifat mengikat karena

menegaskan kebenaran dan hukum yang mengandung nilai-nilai spiritual. Di

dalam pengulasan ajaran kepercayaan kepada Tuhan menurut pokok-pokok ajaran

kefilsafatan Hindu, maka untuk menjelaskan sistem kepercayaan kepada Tuhan,

dikembangkan pula ajaran Panca Sraddha yang mencakup lima pokok masalah

yang menjadi inti ajaran kepercayaan Hindu, yaitu :

a. Brahman (Widhi) Tattwa yaitu ajaran filsafat tentang hakikat Ketuhanan.

b. Atma Tattwa yaitu ajaran tentang filsafat Roh yang menjadi inti kehidupan.

c. Karmaphala Tattwa yaitu ajaran tentang Hukum karma (kausalitas).

d. Punarbhawa Tatta yaitu ajaran tentang Rinkarnasi, penjelmaan kembali setelah

mati, penciptaan kembali setelah kemusnahan.

e. Moksa Tattwa yaitu ajaran tentang filsafat kembalinya Roh kepada Pencipta

(Manunggal).

Kelima unsur tersebut, juga dinamakan Sraddha yaitu kepercayaan atau keimanan

Agama Hindu yang pada dasarnya merupakan pokok-pokok kepercayaan yang

harus diyakini sebagai jalan menuju keselamatan, kebahagiaan lahir dan batin.

Sradha sebagai dasar keimanan mempunyai fungsi dan kedudukan yang khas

dalam sistem ajaran keagamaan Hindu. Beberapa fungsi Sraddha yang perlu

diketahui antara lain :

a. Sraddha sebagai kerangka Dharma merupakan kerangka bentuk isi Agama

Hindu Laksana melihat sebuah perumahan (Agama Hindu) maka kerangkanya

4

Page 5: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

adalah Sraddha itu, yang mewujudkan bentuk lahir dan sebagai penyangga

bangunan rumah (Agama Hindu) itu sendiri.

b. Sraddha sebagai alat atau sarana dalam mengantar manusia menuju Tuhan.

Pengertian ini dapat dilihat melalui ayat Yayur Weda XIX.30 dan 77

menyatakan :

“Sraddhaya satyam apooti”

(Dengan Sraddha manusia akan mencapai Tuhan)

“Sraddham satye prajapatih”

(Tuhan menetapkan dengan Sraddha menuju Satya).

Dengan uraian itu menjelaskan bahwa Sraddha mempunyai kedudukan dan fungsi

tertentu dalam Agama Hindu. Dengan berpedoman pada Sraddha itulah berbagai

dasar pengertian keagamaan Hindu dapat dijelaskan, sehingga merupakan

kerangka dasar yang membentuk berbagai ajaran di dalam Agama Hindu yang

harus diyakini dan dihayati oleh umatnya.

4.1.1.1 Satya

Satya adalah merupakan unsur keimanan yang pertama dalam agama Hindu

menurut kitab suci Atharwa Weda XII.1.1. Kata “satya” berasal dari bahasa

Sansekerta, dari urat kata “Sat” yang berarti Kebenaran, kejujuran, Tuhan

(ketuhanan). Dengan demikian kata Satya mengandung arti sebagai berikut :

a. Satya berarti kebenaran yaitu merupakan sifat hakikat dari Tuhan Yang Maha

Esa, maka kata itu diartikan sama dengan kata “dewa” yaitu aspek sifat Tuhan

atau wujud kekuasaan Tuhan yang bersifat khusus (atau sama dengan

Malaikat).

b. Satya berarti kesetiaan atau kejujuran

5

Page 6: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

Kata ini biasanya dirangkaikan dengan kata “Wak” atau “Wac” yang berarti

kata-kata, ucapan. Misalnya Satya Wacana berarti setia pada kata-kata atau

ucapan, maka segala apa yang dikatakan akan dilakukan sesuai menurut janji

itu. Dari sinilah kemudian berkembang ajaran Panca Satya yaitu Lima macam

kesetiaan ialah :

1) Satya Hridaya berarti setia akan keimanan atau kata hati.

2) Satya Wacana berarti setia akan kata-kata atau ucapan.

3) Satya Samaya berarti setia akan janji.

4) Satya Mitra berarti setia dalam persahabatan.

5) Satya Laksana berarti setia dalam perbuatan.

c. Satya berarti kebenaran dalam arti relatif

Misalnya : setiap warga negara harus setia kepada Negaranya, seseorang istri

setia kepada suaminya dan sebaliknya, setiap karyawan harus setia

menjalankan kewajibannya, dan sebagainya.

Di depan telah diuraikan bahwa Satya berarti kebenaran (Truth) yang

diartikan sama dengan ajaran tentang kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena Kebenaran merupakan sifat hakikat dari Tuhan. Kata Satya dalam arti

Ketuhanan dipergunakan sebagai sifat yang lazim dipakai dengan kata Sat yang

berarti benih absolut (Yang Maha Ada) sebagai hakikat sifat benar dari Tuhan

(dapat diartikan sama dengan Dzat yang bersifat mutlak), Esa sifatnya. Namun

demikian manusia sebagai ciptaan yang mempunyai kemampuan berpikir dan

akal, suatu kelebihan yang diberika oleh Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang

Widhi Wasa), selalu ingin dan berusaha menemukan serta memcahkan misteri

yang hakiki itu, begitu pula terhadap fenomena alam ini. Demikianlah orang-

orang suci yaitu para Maharesi memberikan gelar kepada Yang Maha Ada itu

yang sebenarnya merupakan gelar terhadap sifat kemahakuasaan-Nya.

Di dalam kitab suci Rig Weda I, 164.46 dinyatakan :

“Ekam Sat wipra bahuda wdanti,

agnim yamam matariswanam ahuh”.

6

Page 7: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

Artinya :

“Sesungguhnya Tuhan (Sat) itu satu, orang arif bijaksana menyebut dengan

berbagai nama : Agni, Yama, Matariswan, dan sebagainya.

Kata Ekam Sat berarti Tuhan itu Satu. Jadi kata Sat atau Satya mengandung

pengertian ketuhanan yaitu satu pengganti nama yang menunjuk pada sifat

kemahakuasaan Tuhan. Dengan pengertian ini maka ajaran Satya (Satya Tattwa)

merupakan pokok pertama dari ajaran Sraddha yang harus diartikan sama dengan

Brahma Tattwa atau Widhi Tattwa di dalam Panca Sraddha, demikian juga ajaran

Atma Tattwa (filsafat tentang Atma/Jiwa/Roh), adalah merupakan pengembangan

dari ajaran Satya (unsur keimanan yang pertama dalam agama Hindu) ini,

sehingga bagi umat Hindu setiap perbuatan, ucapan dan pikirannya harus

dilandasi dengan/atas dasar Satya atau berdasarkan iman kepada Tuhan.

4.1.1.2 Rita (Rta)

Rita atau Rta adalah unsur keimanan yang kedua dalam ajaran Hindu

(menurut Weda). Rita aalah hukum abadi yang ditentukan oleh Tuhan yaitu

semacam sifat kekuasaan Tuhan yang diperlihatkan dengan bentuk yang dapat

dilihat oleh manusia. Jadi Rita merupakan hukum murni yang bersifat absolut

transendental, kekal dan tidak pernah berubah. Di dalam kitab suci Weda

dinyatakan bahwa mula-mula setelah Tuhan menciptakan alam semesta ini,

kemudian ia ciptakan hukumannya yang mengatur hubungan antar partikel yang

diciptakannya itu dan untuk selanjutnya dan demikianlah jalnnya hukum itu

selama-lamanya. Sebagai contoh dari Rita yang dapat dilihat oleh manusia bahkan

diteliti dan hendak dipecahkan misterinya adalah hukum dari sistem tata surya

yaitu peredaran planet, bulan dan bumi, bahkan juga ekosistem, berjalan menurut

hukumnya yang abadi, karena sesungguhnya Tuhan sebagai pencipta hukum itu

dan Tuhan juga sebagai pengendalinya, maka dalam hubunganini Tuhan juga

disebut atau diberi gelar ritawan. Dalam perkembangan sastra Sansekerta istilah

Rita diartikan sama dengan Widhi yang berarti aturan yang ditetapkan oleh

7

Page 8: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

Tuhan. Dari kata itulah kemudian lahir istilah Sang Hyang Widhi Wasa yang

berarti penakdir, Penguasa atas hukumnya (Lord of law atau Guardian of Law).

Dalam sejarah pertumbuhan agama Hindu hukum abadi atau Rita itu berkembang

sebagai landasan idiil mengenai bentuk hukum yang ingin diterapkan dalam

pengaturan kehidupan di dunia ini, yang kemudian dikenal ajaran Dharma.

Dharma adalah merupakan bentuk hukum (Rita) yang dijabarkan ke dalam

amalan manusiawi. Hukum agama yang disebut Dharma ini bersifat relatif karena

selalu dikaitkan dengan pengalaman manusia, sehingga bersifat mengatur tingkah

laku manusia untuk mencapai kebahagiaan di dalam hidupnya. Jadi Dharma itu

bersumber pada kekuasaan Tuhan yang menciptakan hukum abadi yang disebut

Rita itu, sehingga Dharma disebut juga sebagai yang mengatur kehidupan makluk

di dunia ini, maka dengan Dharma pula kesentosaan dan kesejahteraan hidup

dapat diperoleh. Di dalam kitab Mahabharata terdapat sloka yang menerangkan

makna kata Dharma itu sebagi berikut :

“Dharanad dharma ityahur dharmena widhrtah prajah”

(Santi Parwa 109.11).

“Dharmena dharyante jagat Sthawara janggama”

(Mahabharata 2.28).

Artinya :

Dharma dikatakan datang dari kata dharana dari urat kata “dhr” (baca “dri”)

yang berarti memangku, mengatur, menuntun. Dengan Dharma semua

makhluk diatur/dipelihara.

Semua alam, tumbuh-tumbuhan dan binatang diatur oleh Dharma.

Kemudian di dalam kitab Santi Parwa 259,26 dinyatakan pula melalui slokanya

yang berbunyi sebagai berikut :

“Loka sangraham samyuktam

widatra wihitam pura,

suksma dharmartha niyatam

satam caritam uttamam”

8

Page 9: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

Artinya :

Kesentosaan umat manusia dan kesejahteraan masyarakat datang dari

Dharma. Laksana dan budi pekerti yang luhur untuk kesejahteraan makhluk

hidup adalah Dharma yang utama.

Dengan penjelasan itu maka dapat ditarik pengertian bahwa Dharma itu

bersumber dari Rita, karena itu maka Dharma mengandung pengertian yang

sangat luas. Dharma berarti tata tertib kehidupan, kesusilaan, disiplin, peraturan,

undang-undang yang dibuat penguasa (statuta Law), yang semuanya mengatur

tertib kehidupan manusia dan lingkungannya manuju kebahagiaan baik di dunia

ini (Sakala) yang disebut Jagadhita, maupun di alam Niskala/akhirat, sampai

kepada Moksa (Kebahagiaan abadi).

4.1.1.3 Diksa

Unsur keimanan yang ketiga dalam gama Hindu disebut Diksa. Diksa berarti

penyucian, penstabilan atau inisiasi, juga disebut abhiseka. Diksa adalah cara

untuk melewati suatu fase kehidupan menuju fase kehidupan yang baru dalam arti

spiritual, dari dari fase kehidupan atau dunia yang lebih sempurna. Diksa bukan

sekedar merupakan lembaga inisiasi formal melainkan mengandung ajaran

mendalam mengenai sifat hubungan antara guru dengan sisya pada waktu hendak

menerima jaran Weda dan selanjutnya untuk melakukan tugas sebagai pemimpin

keagamaan serta mengajarkan Weda. Umat Hindu meyakini kebenaran Diksa itu

untuk mulai mempelajari Weda dan selanjutnya mengajarkan umat manusia.

Sebagai lembaga inisiasi yang bersifat formal maka setiap orang yang akan

mempelajari Weda harus melalui Diksa. Adapun pelaksanaan Diksa itu minimal

dalam bentuk pawintenan yang bertujuan menyucikan seseorang secara spiritual

(lahir batin) guna dapat mempelajari, mengamalkan, maupun mengadakan Weda

dengan baik. Orang yang telah didiksa harus menaati peraturan-peraturan

(sasana). Dharma atau kewajiban-kewajiban yang berlaku baginya. Sebagai

9

Page 10: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

contoh, seseorang yang akan menjadi siswa kerohanian (brahmacarya) harus

melalui inisiasi yang disebut Upayana, seseorang calon Pemangku terlebih dahulu

harus diwinten, seorang calon Pendeta harus melalui Upacara Diksa ini.

Keimanan Diksa ini mempunyai kaitan atau rangkaian dengan unsur keimanan

berikutnya yaitu Tapa, Brahma dan Yadnya.

4.1.1.4 Tapa

Tapa adalah merupakan unsur keimanan yang keempat. Kata tapa berasal

dari bahasa Sansekerta dari urat kata “Tap” yang berarti mengekang, menguasai,

membakar. Dalam hubungan itu Tapa mempunyai arti penguasaan terhadap nafsu

atau melakukan hidup suci. Untuk dapat hidup baik dan suci maka seseorang

harus dapat menguasai dirinya sendiri yaitu penguasaan atas panca indra dan

pikiran (indria dan manah) melalui pengendalian atau pengekangan, serta pada

fase terakhir nafsu itu harus dibakar, sehingga jiwa itu tidak terjerat oleh ikatan

maya (duniawi), dimana akhirnya Atman dapat kembali menunggal dengan

Parama Atman (moksa).

Menurut Weda dijelaskan bahwa pada dasarnya manusia mempunyai

kesadaran akan dosa, jadi hidup manusia itu tidak luput dari dosa, baik yang

timbul dari pikiran, ucapan atau kata-kata maupun perbuatannya, yang dapat

menimbulkan penderitaan yang menyiksa lahir dan batin manusia. Dosa itulah

yang mengakibatkan manusia makin sulit menyatukan diri pada hakikat Tuhan,

karena orang yang berdosa adalah orang pikirannya terjerat oleh ilusi duniawi

yang kemudian menekan jiwa sehingga mengakibatkan kegelisahan dalam

hidupnya. Kegelisahan itu berakhir apabila jiwanya telah bersih dari pengaruh

nafsu keduniawian (Maya), begitu pula rasa ketuhanan akan bersemi di hatinya

dan raganya menjadi suci. Dengan menyucikan diri itulah Tapa yang dilakukan

dengan berbagai cara tergantung dari maksud Tapa itu, besar kecilnya dosa yang

akan disucikan. Ada yang melakukan Tapa dengan berpuasa tidak makan/minum

pada hari-hari tertentu (Upawasa) tidur selama waktu tertentu (Jagra), tidak

berbicara selama tertentu (Mona), penyiksaan diri (Bratha) serta berbagai cara

10

Page 11: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

lain. Dalam hubungan itu yang terpenting adalah niat dan ketetapan untuk dapat

memperbaiki dirinya.

Dalam hal seseorang melakukan kesalahan besar maka Tapa yang sifatnya

menjadi hukuman yang menghukum dirinya, penghukuman itu dapat dilakukan

karena kesadaran sendiri dan dapat pula dipakai oleh penguasa (hukuman denda,

hukuman kurungan, hukuman seumur hidup, hukuman mati dan lain sebagainya).

Namun apapun bentuk hukuman itu harus dilakukan dengan kesadaran, maka dari

pengertian itu dapat disimpulkan bahwa Tapa mempunyai arti yang amat penting

dalam pembentukan watak moral manusia yang harus diyakini kebenarannya.

Karena itu Tapa sebagai Sraddha/keimanan harus dipedomani dalam kehidupan

sehari-hari.

4.1.1.5 Brahma

Dalam kehidupan beragama Hindu, unsur kepercayaan pada merupakan

bagian yang sangat penting. Doa itu adalah mantra dan berada dalam setiap

kejadian. Doa selalu disampaikan untuk tujuan tertentu. Ini merupakan ciri khas

dari tata kehidupan beragama. Tanpa pertimbangan kepada kedudukan dan

kegunaan doa itu maka tidak akan ada artinya (tanpa makna), karena itu, doa

adalah merupakan bagian dari keimanan dalam kehidupan beragama menurut

ajaran Hindu.

Pada mulanya istilah “brahma” berarti pujian atau pemujaan, tetapi dalam

perkembangan selanjutnya istilah Brahma itu berubah artinya, semula

dimaksudkan adalah “Mantra” (Doa) yang digunakan tetapi kemudian sebagai

gelar yang diberikan kepada yang dipuja. Tuhan yang disebut Brahman yang

artinya “Lord of prayer”, Ia berkuasa atas pujian (Sabda).

Di samping sebagai unsur keimanan, fungsi Doa bergantung pada tujuan

penggunaannyaitu. Misalnya, bagi orang yang sedang tertimpa kesedihan maka

doa berfungsi sebagai permohonan kepada Tuhan agar deritanya dapat

diringankan. Bagi orang yang sedang melakukan Upacara maka Doa berfungsi

untuk menyucikan Upakara/Upacara, termasuk penyucian bagi orang yang

11

Page 12: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

melaksanakan Upacara itu. Demikian pula orang yang memperoleh rejeki atau

kebahagiaan (mendapat apa yang diharapkan) maka Doa mereka berfungsi

sebagai tanda terima kasih atau rasa syukur atas kebahagiaan yang diperolehnya,

dan seterusnya. hal ini memang telah menjadi kebiasaan bahwa dalam setiap Doa

selalu dinyatakan sebagai pengharapan agar Tuhan memberikan rahmat-Nya. Jadi

kedudukan Doa itu sangat luas, fungsi dan tujuannya tidak selalu sama tergantung

dari mana kita melihatnya dan yang penting bahwa apapun fungsi serta tujuannya

Doa itu mempunyai makna dalam kehidupan mereka yang iman. Karena itu

dasarnya adalah keimanan atau percaya atau kebenaran isi doa itu. Dengan adanya

doa itu akan tampak bagaimana hubungan antara manusia dengan disembahnya.

Pentingnya unsur doa (Brahma) dalam agama Hindu karena didasarkan atas

kepercayaan yang bersumber pada Weda, yang isinya antara lain :

a. Tuhan adalah juru selamat umat manusia (dinyatakan dalam Rig Weda VI,

47.11) sehingga layaknya kalau manusia memohon kepada Tuhan agar

memberikan perlindungan dan menyelamatkan diri mereka dari segala mara

bahaya.

b. Tuhan harus didekati dengan kesucian karena Ia bersifat Maha Suci

(dinyatakan dalam Rig Weda IX, 73.6), sehingga setiap akan melakukan

pemujaan mereka memohon kesucian, dan dijauhkan dari godaan setan

(Bhuta, Kala, dan sebagainya) yang menyebabkan kesesatan dan kekotoran.

c. Manusia itu tidak sempurna dan sadar bahwa mereka berdosa (dinyatakan

dalam Yajur Weda 8.12) sehingga manusia selalu memohon kepada Tuhan

agar merekan disempurnakan dan dibersihkan dari segala dosa.

Cara Pemujaan

Doa atau pemujaan dapat dilakukan oleh setiap orang, dimana saja dan

kapan saja, sendiri atau secara bersama-sama. Di dalam Weda dikemukakan pula

bahwa pemujaan atau doa dapat dilakukan baik dengan kata-kata atau ucapan

maupun dengan bahasa lain misalnya dengan menggunakan simbol atau alat

sebagai pengganti bahasa itu.

12

Page 13: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

Dengan demikian dapat dibedakan antara lain :

a. Doa yang dilakukan dengan cara mengucapkan kata-kata, misalnya dengan

pengucapan mantra-mantra baik menurut bahasa Weda maupun dengan

bahasa yang kalimatnya disusun menurut tujuannya.

b. Dengan mempergunakan sesajen atau sarana yang merupakan bahasa

simbolik.

c. Dengan mempergunakan doa mantra dan simbol, misalnya Upacara

Persembahyangan di Pura.

Demikianlah peranan doa atau mantra yang disebut Brahma dalam kepercayaan

agama Hindu sehingga harus dipedomani atau diimani oleh umatnya.

4.1.1.6 Yadnya

Dalam istilah yang populer Yadnya dipersamakan pengertiannya dengan

ritual, namun kalau ditinjau secara lebih mendalam istilah Yadnya mengandung

arti yang sangat luas. Ditinjau secara etimologi kata Yadnya berasal dari bahasa

Sansekerta dari urat kata “Yaj” yang berarti memuja memberi pengorbanan atau

menjadikan suci. Di dalm Rig Weda VIII, 40.4 kata Yadnya berarti korban atau

pemujaan. Disamping itu kata Yadnya dihubungkan juga dengan konsepsi

penciptaan alam semesta, jadi semacam simbol bahasa yang mengandung

pengertian sebagai suatu proses kejadian. Baik di dalam Rig Weda X, 92

(Nasadya Sukta) maupun di dalam kitab suci Bhagawad Gita III, 9 dan 10

dinyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam semesta ini melalui

Yadnya, karena itu dunia ini pun terikat oleh Yadnya. Jadi Yadnya adalah

merupakan salah satu esensi yang terpenting dalam pemujaan kepada Tuhan (dan

kemahakuasaan-Nya) oleh karena Yadnya merupakan suatu contoh

karma/perbuatan suci-Nya dan Yadnya adalah perbuatan spiritual yang dapat

dilakukan manusia secara riil. Bentuk riil Yadnya yang dilakukan oleh manusia

dapat berwujud material dan nonmaterial. Dalam bentuk material Yadnya itu

direalisasikan berupa korban suci seperti Upakara (sesajen), donor darah, donor

13

Page 14: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

mata, dan punia/derma berupa uang atau barang, dan sebagainya. Sedangkan yang

berwujud nonmaterial Yadnya dilakukan melalui pengucapan mantra-mantra/doa,

menyanyikan lagu-lagu pemujaan (stotra), maupun melalui persembahan ilmu

pengetahuan (jnan). Ajaran tentang Yadnya kemudian dikelompokkan ke dalam

lima jenis atau macam Yadnya yang disebut Panca Maha Yadnya, masing-masing

ialah :

a. Dewa yadnya atau Brahma yadnya adalah korban suci kepada Tuhan dan

kemahakuasaan-Nya.

b. Resi yadnya adalah korban suci kepada para Maha Resi atau Nabi (dan para

suci).

c. Pitra yadnya adalah korban suci kepada para leluhur.

d. Manusa yadnya adalah korban suci kepada sesama manusia, termasuk dirinya

sendiri.

e. Bhuta yadnya adalah korban suci kepada para Bhuta atau makhluk yang lebih

rendah dari pada manusia.

Demikianlah yadnya itu sebagai ajaran keimanan dan merupakan bagian dari

penghidupan beragama menurut ajaran Hindu Dharma yang wajib hukumnya.

Anda telah mempelajari apa isi atau ruang lingkup agama Hindu itu yang

juga merupakan dasar keimanan bagi umatnya yang disebut Sraddha. Dengan

mempelajri uraian di depan dan anda hubungkan dengan kegiatan keagamaan

yang dilakukan umat Hindu sehari-hari maka anda akan mengerti dan memai

bahwa semua aktivitas keagamaan Hindu itu bermuara pada Sraddha.

4.1.2 Rangkuman

1) Sraddha adalah merupakan dasar keimanan dalam ajaran agama Hindu seperti

dinyatakan di dalam Atharwa Weda XII, 1.1. Dinyatakan pula bahwa dengan

14

Page 15: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

Sraddha orang akan mencapai kesejahteraan di dunia lahir batin dan

kedamaian abadi di akhirat kelak.

2) Ajaran Sraddha memuat enam unsur yang merupakan pokok-pokok keimanan,

terdiri dari Satya, Rita, Diksa, Tapa, Brahma dan Yadnya. Keenam unsur itu

merupakan kerangka isi Dharma (agama Hindu) yang diimani dan bersifat

mengikat karena menegaskan kebenaran dan hukum yang mengandung nilai-

nilai spiritual.

3) Di dalam pengulasan ajaran kepercayaan kepada Tuhan menurut pokok-pokok

ajaran kefilsafatan Hindu maka untuk menjelaskan sistem kepercayaan kepada

Tuhan dikembangkan pula ajaran Panca Sraddha yang mencakup lima pokok

masalah yang menjadi inti dasar keyakinan agama Hindu, yaitu :

a. Yakin akan kebenaran adanya Sang Hyang widhi Wasa (Tuhan Yang

Maha Kuasa).

b. Yakin akan adanya Atman yaitu Roh yang menjadi inti kehidupan.

c. Yakin akan kebenaran hukum Karmaphala.

d. Yakin akan adanya Rinkarnasi.

e. Yakin akan kebenaran Moksa.

4) Tuhan menciptakan alam semesta beserta segala isinya melalui Yadnya

(pengorbanan suci), kemudian menciptakan hukumnya yang abadi disebut

Rita dan merupakan hukum murni yang bersifat absolut transedental, kekal

dan tidak pernah berubah, kemudian berkembang sebagai Landasan idiil

mengenai bentuk hukum yang diterapkan dalam pengaturan masyarakat

(kehidupan) di dunia ini yang kemudian dikenal dengan ajaran Dharma.

5) Untuk mencapai Dharma orang harus hidup sadar dan suci sehingga Diksa

(inisiasi) menjadi Landasan keimanan yang harus dipedomani.

6) Diksa (inisiasi), Tapa (pengendalian diri), Brahma (doa suci) dan Yadnya

(korban suci atau malam suci) adalah merupakan rangkaian yang berkaitan

erat dalam memenuhi Dharma untuk menemukan Satya (kebenaran, sifat

hakikat Tuhan).

15

Page 16: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

7) Keenam Sraddha atau dasar keimanan tersebut harus dipedomani oleh

umatnya di dalam pengamalan ajaran agama Hindu.

4.2 Kegiatan Belajar 2

DASAR DAN TUJUAN HIDUP MENURUT AGAMA HINDU

4.2.1 Uraian dan Contoh

Agama diwahyukan ke dunia bertujuan untuk menuntun umat manusia guna

mencapai kesempurnaan hidup berupa kesucian batin. Juga menuntun umat

manusia agar berlaksana (bertingkah laku/ibadat), berbicara dan berpikir yang

benar, memiliki budi pekerti luhur. Laksana dan budi pekerti yang luhur itu akan

memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan material bagi umat manusia dan

lingkungannya, yang disebut “Jagadhita” serta memberikan ketentraman batin

sebagai sumber kebahagiaan abadi, bebasnya Roh/Atman dari penjelmaan dan

menunggal dengan Tuhan, yang disebut “Moksa”. Itulah tujuan agama Hindu

yang dinyatakan dengan sloka “Moksartam Jagadhitaya ca iti Dharmah”.

Anda mungkin juga menyadari bahkan turut merasakan bahwa setiap orang

tentu ingin bahagia dan sejahtera dalam hidupnya, bebas dari ancaman dan

kekhawatiran serta terlindung dari bahaya. Selain itu sebagai manusia beragama

tentu ingin merasakan dirinya selalu dilindungi Tuhan bahkan merasakan Tuhan

itu sebagai Yang Serba Maha. Manusia ingin merasa dekat dengan dia, merasa

menunggal dalam Ketuhanan, sehingga kebahagiaan sejati dapat dialaminya.

Sehubungan itu agama Hindu mengajarkan dasar dan tujuan hidup manusia yang

dikenal dengan “Catur Purusaartha” atau “Catur Marga”.

Secara etimologis kata Catur berarti empat, Purusa berarti jiwa, dan Artha

berarti tujuan, sedangkan kata Warga berarti terjalin erat. Dari arti kata itu kita

dapat menerjemahkan Catur Purusaartha atau Catur Marga itu berarti empat

tujuan hidup manusia yang terjalin erat satu sama lainnya, atau dapat pula

diartikan empat tujuan hidup manusia yang mewujudkan suatu perpaduan yang

utuh. Keempat dasar dan tujuan hidup itu adalah : Dharma, Artha, Kama, Moksa.

16

Page 17: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

Agama Hindu menyatakan bahwa tubuh inilah yang merupakan alat untuk

mendapatkan Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Demikian dinyatakan dalam

kitab Brahma Purana 228,45 yang berbunyi “Dharmartha kama moksanam

sariram sadhanam”. Dharma berarti ajaran suci atau hukum kebenaran, dapat pula

berarti sila dan budi pekerti luhur karena berdasarkan atas ajaran suci itu. Artha

berarti harta benda yang dapat memberi kepuasan kepada keinginan manusia.

Kama berarti naluri hidup, nafsu atau keinginanyang dapat memberi kepuasan

atau kesejahteraan hidup.

Dengan demikian manusia harus menyadari apa yang menjadi dasar dan

tujuan hidupnya. Dengan badan yang dimilikinya itulah ia mencari tujuan hidup

itu berupa Dharma, Artha, Kama dan Moksa.

4.2.1.1 Dharma

Kata “Dharma” berasal dari bahasa Sansekerta dari akar kata “dhr” (dibaca

dri) yang artinya menjinjing, memangku, memelihara, mengatur atau menuntun.

Jadi kata dharma dapat berarti suatu yang mengatur atau memlihara dunia beserta

semua makhluk, alam semesta beserta semua isinya. Dalam hubungan dengan

peredaran alam semesta ini, dharma dapat pula berarti kodrat, hukum abadi

(bersumber dari Rita), sedangkan dalam kehidupan manusia dharma dapat berarti

ajaran suci, kewajiban atau peraturan-peraturan suci yang memelihara dan

menuntun manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup yaitu sila atau tingkah

laku dan budi pekerti yang luhur. Di dalam sastra suci Hindu disebutkan beberapa

sloka yang mendukung uraian di atas, yaitu :

a. Di dalam kitab Mahabhrata 2,28 disebutkan :

“Dharmena dharyate sarwam

jagat sthawara janggama”.

Artinya :

Dunia ini dan seluruh kehidupan, binatang dan tumbuh-tumbuhan mengikuti

kodrat (diatur oleh Dharma).

17

Page 18: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

b. Kitab Santi Parwab109.11 dan 259.26 menyebutkan :

“Dharanad dharma ityahur

dhamena widhrtah prajah”

“Loka samgraham samyuktam

widatra wihitam pura

suksma dharmartha niyatra

satam caritam uttamam”.

Artinya :

Dharma datang dari kata dharana yang berarti memangku atau mengatur.

Dengan Dharma semua makhluk diatur (dipelihara).

Kesentosaan dan kesejahteraan umat manusia datang dari Dharma.

Laksana dan budi pekerti luhur untuk kesejahteraan manusia ditentukan

sebagai Dharma yang utama.

c. Kitab Manu Samhita 1 menyebutkan :

“Weda pramanakah sreyah sadhanam dharmah”.

Artinya :

Menurut ajaran kitab suci Weda, Dharma dikatakan sebagai alat untuk

mencapai kesempurnaan.

Demikianlah arti Dharma itu, mempunyai pengertian yang amat luas dan

mendalam. Jadi seluruh alam semesta ini beserta segala isinya diatur dan

dipelihara oleh dharma, semuanya tunduk pada hukum abadi (Dharma) itu. Maka

begitulah manusia dalam kehidupannya harus taat melaksanakan Dharma yaitu

kewajiban, peraturan-peraturan suci dengan bertingkah laku dan berbudi pekerti

18

Page 19: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

luhur guna mengatur dan memelihara untuk mencapai kesejahteraan rohani dari

kedamaian abadi. Di dalam kitab Sarasamuscaya 14, Dharma itu diumpamakan

sebagai perahu yang digunakan para pedagang mengarungi samudra. Lengkapnya

berbunyi sebagai berikut :

“Ikang dharma ngaranya henuning mara ring swarga ika,

kadi gatining perahu

an henuing banyaga nentasing tasik”

Artinya :

Dharma dikatakan merupakan jalan menuju sorga,

bagaikan perahu

dipakai para pedagang mengarungi samudra.

Demikianlah kedudukan dan makna Dharma itu dalam kehidupan di dunia

ini.

4.2.1.2 Artha

Kata “Artha” mempunyai banyak arti. Artha dapat berarti tujuan

(paramartha = tujuan tertinggi), dapat berarti kepentingan (parartha = kepentingan

orang lain), namun dalam hubungannya dengan Catur Warga maka Artha berarti

kekayaan, milik, harta benda yang dapat memenuhi dan memberi kepuasan

kepada Kama.

Dalam kehidupan ini Artha itu diperlukan. Agama Hindu tidak melarang

umatnya mencari dan memiliki Artha, melainkan sebaliknya setiap umatnya

dianjurkan untuk mencari dan memiliki Artha dengan catatan bahwa harta benda

atau kekayaan itu harus diperoleh berdasarkan Dharma dan digunakan untuk

kepentingan Dharma. Artha menduduki tempat yang sangat penting setelah

Dharma. Kitab Sarasamuscaya sloka 267 menyebutkan :

“Apan ikang artha, yan dharma iwirning

19

Page 20: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

karjanaya, ya ika laba ngaranya,

paramarthaning amanggih sukha sang

tumenwaken ika kuneng

yan adharma iwirning karjanaya,

kasmala ika, matangnyan haywa anasar

sangkeng dharma yan tangarjana”

Artinya :

Sebab harta itu, jika Dharma landasan memperolehnya,

laba namanya, sungguh mengalami kesenangan

orang yang memperoleh harta itu, tetapi apabila

diperoleh berdasarkan Adharma maka nodalah itu,

(hal ini) dihindari oleh orang yang berbudi utama;

Karena itu janganlah kesasar (berpaling) dari Dharma,

jika hendak menuntut sesuatu.

Demikianlah pentingnya harta itu dalam kehidupan ini namun harus

diperoleh berdasarkan Dharma, sedangkan harta yang diperoleh berdasarkan

Adharma dihindari karena mengakibatkan noda. Agam Hindu juga menetapkan

beberapa halangan cara memperoleh harta dengan kejahatan seperti memaksa,

merampas, mencuri, menipu, dan sebagainya. Di samping itu agama Hindu

menerapkan pula tentang hak dan cara penggunaan harta. Kitab Sarasamuscaya

sloka 261 dan 262 menetapkan bahwa harta yang diperoleh dan menjadi miliknya,

penggunaannya harus dibagi tiga yaitu :

a. Sadhana ri kasiddhaning Dharma.

Artinya :

20

Page 21: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

Satu bagian harta milik dipakai untuk kepentingan Dharma.

Misalnya untuk melakukan Panca Yadnya (kepentingan keagamaan).

b. Sadhana ri kasiddhaning Kama.

Artinya :

Satu bagian milik dipakai untuk memnuhi Kama.

Misalnya untuk makan minum, olahraga, kesenian, rekreasi, memenuhi rasa

estetika dan sebagainya.

c. Sadhana ri kasiddhaning Artha.

Artinya :

Satu bagian harta milik dipakai untuk melipat gandakan atau mendapatkan

harta kembali.

Misalnya untuk berusaha atau berekonomi sehingga kekayaan bertambah.

Selain ketentuan itu agama Hindu juga mengajarkan bahwa harta benda itu

sebenarnya kegunaannya untuk didermakan (dana punya), dipakai untuk

kepentingan amal agama, karena harta itu tak kekal sifatnya. Harta itu tidak akan

dibawa mati, tetapi penting dicari karena tanpa harta menusia tidak dapat berbuat

sesuatu. Jadi sebenarnya harta (Artha) itu bukanlah merupakan tujuan utama,

melainkan sebagai saran untuk mencapai tujuan, karena tujuan agama Hindu

adalah mencapai kesejahteraan jasmani rohani di dunia dan terakhir bertujuan

mencapai Moksa, yaitu suatu kondisi kebahagiaan abadi, kebebasan sejati dan

kemanunggalan Atman dengan Paramatman.

4.2.1.3 Kama

21

Page 22: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

Kama berarti neluri hidup, nafsu duniawi atau keinginan yang dapat

memberikan kepuasan hidup. Kepuasan atau kenikmatan adalah merupakan

kebutuhan hidup manusia. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki indra

(Indriya), jumlahnya sepuluh sehingga disebut “Dasa Indriya” yaitu :

a. Srota indriya adalah keinginan untuk mendengar;

b. Caksu indriya adalah keinginan untuk melihat;

c. Ghrana indriya adalah keinginan untuk mencium;

d. Jihwa indriya adalah keinginan untuk mengecap;

e. Twak indriya adalah keinginan untuk merasakan sentuhan;

f. Wak indriya adalah keinginan untuk berkata;

g. Pani indriya adalah keinginan untuk meraba, mengambil, memegang;

h. Pada indriya adalah keinginan untuk bergerak, berjalan;

i. Payu indriya adalah keinginan untuk membuang kotoran;

j. Upastha indriya adalah keinginan untuk berhubungan kelamin; merasakan

kenikmatan dengan kelamin.

Kesepuluh indriya itulah manusia berbuat sesuatu. Karenanya indriya itu penting

sekali dalam hidup ini. Indriya itulah yang menyebabkan manusia memiliki

pengetahuan dan dapat merasakan kebahagiaan atau kesejahteraan dalam hidup

ini, namun sebaliknya indriya itu pula yang membuat menusia menderita. Oleh

karena maka indriya harus dikendalikan. Bagai kuda liar, bila tak dikendalikan

akan membawa mala petaka dan derita, tapi bila dikendalikan dengan baik maka

akan merupakan kekuatan yang luar biasa guna mencapai kebahagiaan abadi. Alat

kendalinya ialah Dharma yaitu kebenaran, ajaran atau peraturan –peraturan suci,

sila dan budi pekerti luhur, yang mengantarkan manusia menuju kesejahteraan dan

kebahagiaan serta kebebasan yang sejati.

Kitab Sarasamucaya sloka 12 menyatakan :

22

Page 23: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

“Yan paramarthanya, yan Artha Kama

sadhyan Dharma juga leka sakena rumuhun,

nyata katemwaning Arthakama mene tan

paramartha wi katewaming arthkama

dening anasar sakeng Dharma”.

Artinya :

Pada hakikatnya jika Artha dan Kama dituntut,

maka dharma jugalah yang dilakukan terlebih dahulu,

maka pastilah akan diperoleh Artha dan Kama itu

tak akan ada artinya memperoleh Artha dan Kama jika menyimpang dari

Dharma.

Jadi secara tegas telah dinyatakan dalam agama Hindu bahwa untuk

memenuhi Kama, mamperoleh kenikmayan dan kepuasan dalam hidup ini harus

didasarkan atas kebenaran, kebajikan dan keluhuran budi yang disebut Dharma

itu. Apabila dijabarkan lebih lanjut arti Kama dalam kehidupan bukanlah semata-

mata untuk memnuhi nafsu duniawi tetapi suatu kesenangan yang dinikmati

dengan menyenangkan orang lain, menyenangkan lingkungan hidup sehingga

kenikmatan atau kepuasan itu dirasakan bersama serta menumbuhkan suatu

kondisi kehidupan yang harmonis (Jagadhita).

4.2.1.4 Moksa

Menurut ajaran agama Hindu. Moksa adalah merupakan tujuan terakhir dan

tertinggi. Kata “Moksa” artinya bebas, lepas. Jadi Moksa berarti kelepasan diri

dari keduniawian kebebasan jiwa dari ikatan maya sehingga Atman/Roh dapat

kembali ke asalnya, menunggal dengan Paramatman, mencapai kebahagiaan abadi

yang sejati.

23

Page 24: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

Demikianlah sebenarnya setiap manusia mendambakan kebahagiaan yang

kekal dan sejati itu, namun kebahagiaan itu sulit dicapai selama badan ini masih

terikat oleh keinginan-keinginan duniawi. Selama pikiran masih terjerat oleh

pengaruh maya maka jiwa tetap tertekan dan ia menjadi gelisah, makin jauh dari

hakikat kebahagiaan. Apabila jiwa/ Atman sebagai hakikat yang ada yang menjadi

inti hidup badan ini dari ikatan/pengaruh maya (nafsu duniawi) maka barulah jiwa

itu lepas dari bungkusnya dan mencapai kebebasan sejati, manunggal dengan

hakikat ada itu (Yang Maha Ada, Paramatman, Sang Hyang Widhi Wasa),

menikmati kebahagiaan abadi yang disebut Moksa.

Kitab Suci Bhagawad Gita adhyaya V sloka 21 menyatakan :

“Bahya sparsesu asaktatma

Windaty atmani yat sukham

Sa brahma yoga yuktatma

sukham aksayam asnute

Artinya :

Orang yang jiwanya tak lagi terikat sentuhan

duniawi, menemui kebahagiaan dalam Atman

(kebahagiaan batin), sukmanya manunggal dengan

Barhman, menikmati kebahagiaan abadi.

Demikianlah Moksa itu sebagai tujuan tertinggi dalam agama Hindu,

merupakan hakikat yang paling tertinggi dan mulia. Kalau kita hubungkan dengan

kehidupan manusia di dunia yang selalu bergelut dengan serbaneka sentuhan

materi maka tentu kita tidak mudah memahami konsepsi Moksa itu. Dalam hal ini

Moksa merupakan summum bonum dalam tat filsafat Hindu. Berhasil tercapai

atau tidak tergantung dari pengamalan Dharma yang tepat.

24

Page 25: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

Dalam uraian terdahulu telah ditentukan suatu perumpamaan Dharma itu

sebagai perahu layar yang digunakan menyebrangi samudra. Samudra

diumpamakan sebagai maya (nafsu duniawi) dengan beribu-ribu pasukan yang

ganas dan kejam (bagaikan ganasnya gelombang badai samudra itu, siap

menyerang pikiran manusia dan menjerumuskannya ke jurang neraka dan lembah

derita, di mana jiwa selalu tertekan, diselimuti kegelapan dan menjauhkannya dari

kebebasan. Sekarang timbul pertanyaan, mampukah manusia menggunakan

perahu itu, mengendalikan kemudinya, mengayuhnya dan mengatasi rintangan

serta menghindari amukan gelombang badainya yang ganas itu. Apabila manusia

itu mampu maka selamatlah ia sampai di pantai tujuan. Jadi tegasnya, Dharma

itulah yang merupakan dasar utama di dalam mencapai tujuan hidup ini. Dharma

itu pula dipakai sebagai pengendali Artha dan Kama guna mencapai kebahagiaan

dan kebebasan yang hakiki, menunggal dengan Sang Hyang Widhi atau mencapai

Moksa.

4.2.2 Rangkuman

1) Tujuan agama Hindu ialah tercapainya Jgadhita dan Moksa. Jagadhita

ialah kesejahteraan jasmani rohani di dunia atau ketentraman hidup

masyarakat. Moksa ialah kebebasan kebebasan sejati, kebahagiaan abadi,

mencapai penunggalan dengan Sang Hyang Widhi Wasa.

2) Tujuan hidup manusia adalah Catur Purusartha yang terdiri dari Dharma,

Artha, Kama dan Moksa. Dharma, Artha dan Kama merupakan tujuan

hidup yang paling hakiki di dalam masyarakat dan merupakan hakikat sine

qua non bagi setiap manusia, sedangkan Moksa merupakan hakikat

spiritual dan summum bonum dalam kehidupan manusia menurut tata

filsafat Hindu.

3) Untuk mencapai tujuan agama Hindu ataupun tujuan hidup manusia

diperlukan adanya kepastian dan tertib hukum, karena itu Dharma

menduduki tempat yang utama sebagai dasar bagi karma (berbuat untuk

mencapai tujuan), artinya suatu karma akan mempunyai nilai baik apabila

25

Page 26: Materi Kuliah Agama Hindu (1)

karma itu dilaksanakan berdasarka Dharma. Tanpa Dharma hidup manusia

akan selalu bertentangan antar satu dengan yang lain sehingga masyarakat

menjadi kacau, di mana yang kuat akan memangsa yang lemah sebagai

satu hukum rimba atau hukum yang berlaku bagi ikan-ikan yang dalam

agama Hindu disebut “Matsya Nyaya”.

4) Moksa adalah merupakan tujuan akhir yang paling mulia. Moksa dicapai

apabila jiwa tidak lagi terbelenggu oleh ikatan keduniawian, bebas dari

rasa suka duka, mencapai kebebasan sejati dan kebahagiaan abadi,

menunggal dengan Paramatman (Sang Hyang Widhi Wasa).

26