Materi Kisi-kisi Kelas X

5
Materi kisi-kisi kelas X Dipelajari dan dimengerti ya!! 1. Unsur Segmental dan Supra Segmental . Unsur segmental atau unsur dasar dalam menyimak ada dua, yaitu fonem dan lafal. Fonem berarti lambang bunyi bahasa, seperti a, b, c, d, e, f, dst ... yang lebih kita kenal sebagai huruf/abjad. Secara umum fonem bahasa indonesia terdiri dari vokal dan konsonan. (untuk fonem fokal dan konsonan lebih jelasnya lihat dalam modul) Lafal adalah pengucapan bunyi tersebut atau lebih jelasnya Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Secara umum fonem bahasa indonesia terdiri dari vokal dan konsonan. Fonem vokal dalam bahasa Indonesia dilafalkan menjadi delapan bunyi ujaran, walaupun penulisannya hanya lima. Delapan bunyi ujaran itu adalah (a, i, u, e, ə, ε, o, O ). Supra segmental adalah unsur pembentukan bahasa yang lebih rinci lagi, yang mencakup: tekanan, intonasi, jeda. Tekanan adalah panjang-pendek, tinggi-rendah, atau keras lembutnya pengucapan. Gunanya agar seseorang memperhatikan kata yang kita tekankan. Contoh: Agus jatuh dari motor kemarin. Kata jatuh dari motor ditekankan karena pesan yang ingin disampaikan adalah jatuh dari motornya, bukan waktunya (kemarin) atau siapa yang jatuh (Agus). Maka tanggapan dari kalimat itu biasanya: 1) Yang benar jatuh dari motor? 2) Masa sih jatuh dari motor? Kan dia pembalap. 3) Bisa juga dia jatuh dari

Transcript of Materi Kisi-kisi Kelas X

Page 1: Materi Kisi-kisi Kelas X

Materi kisi-kisi kelas X

Dipelajari dan dimengerti ya!!

1. Unsur Segmental dan Supra Segmental . Unsur segmental atau unsur dasar dalam menyimak ada dua, yaitu

fonem dan lafal. Fonem berarti lambang bunyi bahasa, seperti a, b, c, d, e, f, dst ... yang lebih kita kenal sebagai huruf/abjad. Secara umum fonem bahasa indonesia terdiri dari vokal dan konsonan. (untuk fonem fokal dan konsonan lebih jelasnya lihat dalam modul)

Lafal adalah pengucapan bunyi tersebut atau lebih jelasnya Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Secara umum fonem bahasa indonesia terdiri dari vokal dan konsonan. Fonem vokal dalam bahasa Indonesia dilafalkan menjadi delapan bunyi ujaran, walaupun penulisannya hanya lima. Delapan bunyi ujaran itu adalah (a, i, u, e, ə, ε, o, O ).

Supra segmental adalah unsur pembentukan bahasa yang lebih rinci lagi, yang mencakup: tekanan, intonasi, jeda.

Tekanan adalah panjang-pendek, tinggi-rendah, atau keras lembutnya pengucapan. Gunanya agar seseorang memperhatikan kata yang kita tekankan.

Contoh: Agus jatuh dari motor kemarin.

Kata jatuh dari motor ditekankan karena pesan yang ingin disampaikan adalah jatuh dari motornya, bukan waktunya (kemarin) atau siapa yang jatuh (Agus). Maka tanggapan dari kalimat itu biasanya: 1) Yang benar jatuh dari motor? 2) Masa sih jatuh dari motor? Kan dia pembalap. 3) Bisa juga dia jatuh dari motor. Setau saya dia itu sangat lihat mengendarai motor.

Intonasi ialah tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat. Biasanya terlihat jelas ketika seseorang sedang marah, karena seseorang yang sedang marah akan mengeluarkan intonasi yang sangat tinggi (teriak), berbeda dengan orang yang berbicara dalam keadaan emosi yang normal yang intonasinya cenderung datar.

Jeda adalah penghentian atau kesenyapan yang secara tertulis ditandai oleh spasi, garis miring (/), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua(:), tanda hubung (-), tanda pisah (–). Jeda biasa dimanfaatkan untuk penutur bahasa menghela atau mengambil napas.

2. Ciri Bahasa Indonesia Baku

Page 2: Materi Kisi-kisi Kelas X

Ciri bahasa Indonesia baku adalah formal, dinamis, cendekia, memiliki kesamaan kaidah, dan pelafalan yang tidak mencerminkan kedaerahan atau asing.

3. Sumber informasi/ragam bahasa/diftong (bisa dibaca dalam modul bahasa indonesia)

4. Proses dan Hasil Uraian proses biasanya menggunakan kata-kata hubung/kata kunci; lalu, kemudian, berikutnya, selanjutnya, dan sebagainya yang menunjukkan adanya urutan waktu atau berlangsungnya suatu pekerjaan.

Namun, uraian yang menyatakan proses juga bisa dilihat secara gramatikal (pembentukan kata) dengan memperhatikan tanda. Uraian proses ditandai oleh penggunaan bentukan kata dasar (nomina, verba, atau adjektiva) dengan imbuhan pe–an. Untuk uraian hasil ditandai oleh akhiran –an yang dilekatkan pada kata dasar verba.

Contoh penanda proses:- Pengevakuasian korban gempa di Kepulauan Nias berlangsung dua hari.

Pegevakuasian = pe–an + evakuasi (verba) proses mengevakuasi- Pemutihan kepemilikan KTP di Kelurahan Manggarai merupakan kebijakan

Lurah yang baru.Pemutihan = pe–an + putih (adjektiva) proses memutihkan/membuat secara kolektif

- Bunga akan muncul setelah pemupukan yang intensif.Pemupukan = pe–an + pupuk (nomina) proses memupuk/memberi pupuk.

Contoh penanda hasil:- Mereka digrebek oleh polisi saat menghitung hasil rampokan di sebuah

pematang sawah.Rampokan = rampok (verba) + -an hasil merampok

- Ia menjual lukisannya hingga mencapai kisaran lima juta rupiah.Lukisan = lukis (verba) + -an hasil melukis

- Pantauan penghitungan sementara pemilihan kepala daerah di Bekasi dimenangkan oleh pasangan Saadudin dan Ramli.Pantauan = pantau (verba) + -an hasil memantau

5. MEMBACA CEPAT Ada dua teknik membaca cepat yang dapat dilakukan untuk mengefisienkan waktu dan memberikan hasil yang efektif sesuai tujuan membaca, yaitu membaca dengan teknik layap (skimming) dan membaca dengan teknik memindai (scanning).

Teknik layap (skimming) membaca untuk mengerti maksud isi bacaan dengan cepat. Kuncinya adalah dengan memperhatikan kata kerja tiap kalimat.

Teknik memindai (scanning) teknik ini sering kita lakukan kalau kita sedang mencari nomor telepon seseorang atau saat mencari kata di kamus. Contohnya,

Page 3: Materi Kisi-kisi Kelas X

ketika kita akan mencari nomor telepon Dimas, pasti kita akan langsung mencari nama yang berawalan huruf D, bukan A, B, apa lagi Z.

Yang perlu diperhatikan dalam membaca cepat:a. Jangan menoleh atau melakukan kegiatan lain.b. Jangan membaca dengan bersuara.c. Yang bergerak bukan kepala, tetapi hanya bola mata.d. Jangan komat-kamit.e. Jangan mengulang bacaan dari awal. (misalnya ketika kita sudah mencapai ½

bagian, karena ada yang kurang jelas pada bagian awal, maka kita mengulang membacanya. Itu adalah kesalahan dalam membaca cepat.)

6. MENCARI IDE POKOK/GAGASAN UTAMA/INTI PARAGRAF/IDE UTAMA/ GAGASAN POKOK, DSB. itu bisa dicari dengan cara induktif (khusus – umum) dan deduktif ( umum – khusus). Dengan kata lain yang dicari adalah kalimat yang bersifat umum (masih bersifat luas). Dengan kata lain gagasan utama dapat dicari hanya di awal (deduktif) atau di akhir (induktif) sebuah paragraf.

Contoh: Kelas X SMK Paramitha terdiri dari 12 kelas yang terkelompok dalam tiga jurusan. Jurusan TI terdiri dari 3 kelas. Jurusan Travel juga terdiri dari tiga kelas. Yang paling banyak adalah jurusan hotel yang terdiri dari enam kelas.

Berdasarkan contoh di atas, gagasan utamanya adalah ”Kelas X SMK Paramitha terdiri dari 12 kelas yang terkelompok dalam tiga jurusan”, karena kalimat ini masih bersifat umum dan yang dijelaskan oleh kalimat berikutnya. Dengan kata lain pengembangan kalimat di atas dilakukan dengan cara deduktif, yaitu dimulai dari umum menuju kalimat khusus.

7. DAFTAR PUSTAKA DAN FOOTNOTE a. Daftar pustaka memiliki format penulisan sebagai berikut:

Nama (dibalik). Tahun. Judul (di tulis miring atau bergaris bawah). Kota: PenerbitContoh: Jika judul bukunya The Field of Drama dan nama pengarangnya adalah Martin Esslin. Lalu buku ini diterbitkan pada tahun 1987 oleh penerbit Methuen Drama yang bertempat di London, maka penulisan daftar pustaka yang benar adalah. Esslin, Martin. 1987. The Field of Drama. London: Methuen Drama.

b. Penulisan Footnote memiliki format:Nama (tidak dibalik), judul (ditulis miring), (tempat terbit: penerbit, tahun terbit) Halaman.

Contoh: Jika judul bukunya The Field of Drama dan nama pengarangnya adalah Martin Esslin. Lalu buku ini diterbitkan pada tahun 1987 oleh

Page 4: Materi Kisi-kisi Kelas X

penerbit Methuen Drama yang bertempat di London, dan kutipan yang diambil adalah halaman 11-20 maka penulisan footnote yang benar adalah.

Martin Esselin, The Field of Drama, (London: Methuen Drama, 1987) hlm. 11-21.

8. Untuk bahasan yang lain saya rasa ada di modul. Jika ada yang belum memiliki modul bisa di lihat di search di google Modul B. Indo kelas X SMK Paramitha