Materi Faktor Risiko

4
1. Etiologi a. Predisposisi 1) Disfungsi kelenjar thyroid, adrenal dan pituitary glands 2) Kerusakan sel Beta 3) Pengangkatan pankreas 4) Penyakit intrakranial, ensefalitis, perdarahan otak, meningitis dan tumor otak (khususnya yang berlokasi didekat pituitary glands) 5) Pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang sedikit (tidak cukup) 6) Pankreas memproduksi insulin dalam batas normal, namun sel tubuh tidak dapat merespon rangsangan dari insulin untuk mengambil glukosa dalam darah b. Presipitasi 1) Usia 2) Overweight 3) Hereditas anggota keluarga yang memiliki riwayat hiperglikemia 4) Faktor imunologi respon autoimun, dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing. (John, Ratery et al,. 2009). 2. Klasifikasi A. Hiperglikemia sedang

description

faktor

Transcript of Materi Faktor Risiko

Page 1: Materi Faktor Risiko

1. Etiologi

a. Predisposisi

1) Disfungsi kelenjar thyroid, adrenal dan pituitary glands

2) Kerusakan sel Beta

3) Pengangkatan pankreas

4) Penyakit intrakranial, ensefalitis, perdarahan otak, meningitis dan tumor otak

(khususnya yang berlokasi didekat pituitary glands)

5) Pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang sedikit (tidak cukup)

6) Pankreas memproduksi insulin dalam batas normal, namun sel tubuh tidak dapat

merespon rangsangan dari insulin untuk mengambil glukosa dalam darah

b. Presipitasi

1) Usia

2) Overweight

3) Hereditas anggota keluarga yang memiliki riwayat hiperglikemia

4) Faktor imunologi respon autoimun, dimana antibodi terarah pada jaringan

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap

sebagai jaringan asing.

(John, Ratery et al,. 2009).

2. Klasifikasi

A. Hiperglikemia sedang

Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana gula darah dalam level

>126 mg/dl untuk gula darah puasa.

B. Hiperglikemia berat

Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200mg/dl untuk gula darah puasa

setelah terjadi selama beberapa periodik tanpa adanya hypoglikemic medication. Pada

hiperglikemia kronis sudah harus dilakukan tindakan dengan segera, karena dapat

meningkatkan resiko komplikasi pada kerusakan ginjal, kerusakan neurologi, jantung,

retina, ekstremitas dan diabetic neuropathy merupakan hasil dari hiperglikemi jangka

panjang.

(Frier, BM et al,. 2004).

Page 2: Materi Faktor Risiko

Faktor risiko Hiperglikemia:

1.      Kelompok usia dewasa tua (>45 tahun)

2.      Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman, atau IMT>27 (kg/m2)

3.      Tekanan darah tinggi (TD > 140/90 mmHg)

4.      Riwayat keluarga DM

5.      Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram

6.      Riwayat DM pada kehamilan

7.      Dislipidemia (HDL<35 mg/dl dan/atau trigliserida>250 mg/dl)

8.      Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu)

(http://endokrinologi.freeservers.com)

Faktor Risiko Hiperglikemia pada kasus

1. kurangnya Olahraga

Pengaruh aktivitas fisik atau olahraga secara langsung berhubungan dengan peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot (seberapa banyak otot mengambil glukosa dari aliran darah). Saat berolahraga, otot menggunakan glukosa yang tersimpan dalam otot dan jika glukosa berkurang, otot mengisi kekosongan dengan mengambil glukosa dari darah. Ini akan mengakibatkan menurunnya glukosa darah sehingga memperbesar pengendalian glukosa darah (Barnes, 2012).

2. Merokok

Sejumlah studi telah memeriksa hubungan antara merokok dan insidens abnormalitas glukosa dan telah menunjukkan bahwa merokok berasosiasi dengan intoleransi glukosa, kelainan glukosa puasa, dan diabetes mellitus tipe 2. Hasil analisis data menunjukkan perokok aktif mempunyai resiko 44% lebih tinggi untuk menderita diabetes tipe 2 dibandingkan dengan bukan perokok. Analisis lebih lanjut menunjukkan adanya hubungan antara dosis merokok dan diabetes. Perokok berat (merokok 20 batang atau lebih dalam sehari) mempunyai resiko 61% lebih tinggi untuk terkena diabetes. Perokok ringan memiliki resiko 23% lebih tinggi untuk terkena diabetes. Asosiasinya juga lebih lemah untuk perokok pasif (resiko terkena diabetes meningkat 23%)(Willi C, 2007).

Dalam temuan yang akan dipublikasikan dalam waktu dekat ini, seperti ditulis Health Day, nikotin dapat membuat tubuh resisten terhadap insulin sehingga memicu terjadinya prediabetes. Nikotin sangat berdampak pada hormon stres kortisol. Hormon kortisol inilah yang

Page 3: Materi Faktor Risiko

menyebabkan tubuh resisten terhadap insulin. Dalam studi ini, tim peneliti memberi tikus dewasa suntikan nikotin dua kali sehari selama 14 hari. Tikus menunjukkan tingkat cortisol yang lebih tinggi di dalam darah. Mereka juga sedikit makan dan kehilangan berat dibandingkan dengan tikus yang tidak menerima suntikan (Mundell EJ)

Barnes, D.E., 2011. Program Olahraga Diabetes. Yogyakarta: Citra Aji Parama

Frier, B.M., & Fisher, M., 2006. Chapter 21: Diabetes Mellitus. In : Hunter.J.A.A, Davidson’s Principles & Practice of Medicine. 20th ed. China : Churchill Livingstone, 829-834

Willi C, Bodenmann P, Ghali WA, Faris PD, Cornuz J. Active Smoking and the Risk of Type 2 Diabetes. JAMA. 2007; 298(22): 2654-64.

Mundell EJ. Nicotine May Help Spur ’Prediabetes’ [cited at July 28, 2009]. Available from: http://www.healthday.com/Article.asp?AID=628004.