Materi Administrasi & Spervsi Pend

38
BAB I PENDAHULUAN Membangun peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik tolak kemuliaan manusia, baik sebagai bawaan seseorang sejak lahir atau sebagai hasil proses pendidikan. Pada hakikatnya, pendidikan merupakan upaya membangun budaya dan peradaban bangsa. Oleh karena itu, UUD 1945 secara tegas mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan adalah salah satu unsur paling penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan proses pendewasaan diri manusia itu sendiri serta selain itu pendidikan juga merupakan proses pembentukan pribadi dan karakter manusia. Kemudian, pada satu fokus yang lebih khusus yaitu pendidikan formal, manusia diberikan dasar-dasar pengetahuan sebagai pegangan dalam menjalani hidup dan menghadapi kenyataan hidup dimana didalam pendidikan formal dalam hal ini adalah sekolah menjadi suatu jenjang yang mungkin memang sudah selayaknya dilalui dalam proses kehidupan manusia. Kemudian dalam pendidikan sekolah itu, manusia juga selain melatih kedewasaan juga mengasah intelektualitasnya dan kompetensinya dalam tanggung jawab dan kesadaran. Seperti telah dituliskan sebelumnya, pada dunia sekolah, manusia dilatih intelektualitasnya dengan pengetahuan dan ilmu-ilmu yang diajarkan dalam proses pendidikannya pada jenjang-jenjang yang telah ada dan diatur. Untuk itu, pada pendidikan sekolah sangat diperlukan adanya perencanaan dalam pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Perencanaan yang dimaksud adalah kurikulum pendidikan atau sekolah yang di dalamnya terdapat standar-standar pembelajaran dan pengembangan intelektualitas manusia. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervise. Pengawasan bertanggung jawab tentang keefektifan program itu. Oleh karena itu, supervise haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan tercapainya tujuan-

Transcript of Materi Administrasi & Spervsi Pend

Page 1: Materi Administrasi & Spervsi Pend

BAB IPENDAHULUANMembangun peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik tolak kemuliaan manusia, baik sebagai bawaan seseorang sejak lahir atau sebagai hasil proses pendidikan. Pada hakikatnya, pendidikan merupakan upaya membangun budaya dan peradaban bangsa. Oleh karena itu, UUD 1945 secara tegas mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Pendidikan adalah salah satu unsur paling penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan proses pendewasaan diri manusia itu sendiri serta selain itu pendidikan juga merupakan proses pembentukan pribadi dan karakter manusia. Kemudian, pada satu fokus yang lebih khusus yaitu pendidikan formal, manusia diberikan dasar-dasar pengetahuan sebagai pegangan dalam menjalani hidup dan menghadapi kenyataan hidup dimana didalam pendidikan formal dalam hal ini adalah sekolah menjadi suatu jenjang yang mungkin memang sudah selayaknya dilalui dalam proses kehidupan manusia. Kemudian dalam pendidikan sekolah itu, manusia juga selain melatih kedewasaan juga mengasah intelektualitasnya dan kompetensinya dalam tanggung jawab dan kesadaran.Seperti telah dituliskan sebelumnya, pada dunia sekolah, manusia dilatih intelektualitasnya dengan pengetahuan dan ilmu-ilmu yang diajarkan dalam proses pendidikannya pada jenjang-jenjang yang telah ada dan diatur. Untuk itu, pada pendidikan sekolah sangat diperlukan adanya perencanaan dalam pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Perencanaan yang dimaksud adalah kurikulum pendidikan atau sekolah yang di dalamnya terdapat standar-standar pembelajaran dan pengembangan intelektualitas manusia.Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervise. Pengawasan bertanggung jawab tentang keefektifan program itu. Oleh karena itu, supervise haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.Setelah kita mengetahui realita yang terjadi seperti yang sudah tersebut di atas,maka diperlukan sebuah penjelasa secara rinci dan mendetail tentang supervisi pendidikan agar para pendidik dapat memahami betapa perlu dan pentingnya supervisi pendidikan itu.

Page 2: Materi Administrasi & Spervsi Pend

Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah. Guru sebagai sumber daya pendidikan yang memegang peran penting, harus dibina dan dikembangkan terus-menerus, agar dapat melakukan tugas dan fungsinya secara profesional. Oleh karena itu, sehingga pembahasan mengenai perlunya supervisi pendidikan itu bertolak dari anggapan bahwa guru adalah suatu profesi yang selalu berkembang, dan perkembangan profesi itu sangat ditentukan oleh faktor internal maupun faktor external guru itu sendiri.

Guru yang profesional memiliki ciri-ciri antara lain :

1. Memiliki kemampuan sebagai orang ahli dalam bidang mendidik dan mengajar.2. Memiliki rasa tanggung jawab, yaitu mempunyai komitmen dan kepedulian terhadap

tugasnya.

3. Memiliki rasa sejawat dan menghayati tugasnya sebagai suatu karier hidup serta menjunjung tinggi kode etik jabatan guru (Sahertian, 2000).

PENGERTIAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Dari segi etimologi, supervisi diambil dari kata super artinya mempunyai kelebihan tertentu seperti kelebihan dalam kedudukan, pangkat dan kualitas, sedangkan visi artinya melihat atau mengawasi.

Sedangkan dalam arti terminologi, ada beberapa definisi yang akhirnya dari beberapa definisi itu dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaannya secara aktif.

TUJUAN SUPERVISI Pendidikan

Adapun tujuan supervisi pendidikan dapat dirinci sebagai berikut :

1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.2. Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan

ketentuan  dan kebijakan yang telah ditetapkan.

3. Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga berjalan lancar dan berhasil secara optimal.

4. Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.

5. Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan, serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah sehingga dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh.

Page 3: Materi Administrasi & Spervsi Pend

Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama dijelaskan bahwa kegiatan supervisi pada dasarnya akan diarahkan pada hal-hal sebagai berikut :

1. Membangkitkan dan merangsang semangat guru dan pegawai sekolah.2. Mengembangkan dan mencari metode-metode belajar mengajar yang baru yang lebih

sesuai dan lebih baik.

3. Mengembangkan kerjasama yang baik dan harmonis antara guru dan siswa, serta guru dengan seluruh tenaga pengajar yang lain, kepala sekolah dan seluruh staf yang berada dalam sekolah yang bersangkutan.

4. Berusaha meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan guru dan pegawai dengan cara melakukan pembinaan secara berkala.

Selain itu, ada 2 sasaran pokok dalam supervisi, yaitu :

1. Supervisi terhadap kegiatan yang bersifat teknis edukatif, yang meliputi kurikulum, PBM dan evaluasi.

2. Supervisi teknis administratif, meliputi administrasi personal, material, keuangan serta administrasi sarana dan prasarana pendidikan.

PRINSIP SUPERVISI Pendidikan

1. Prinsip Ilmiah, dengan ciri-ciri : 1. Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data yang objektif yang diperoleh

dalam kenyataan proses pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar).

2. Untuk memperoleh data diperlukan alat perekam data (angket, observasi, percakapan pribadi, dan lain-lain).

3. Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, terencana dan kontinu.

2. Prinsip Demokratis

Yakni dilaksanakan berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab sehingga guru merasa perlu untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru.

1. Prinsip Kerja Sama

Yakni mengembangkan usaha bersama atau “sharing of idea, sharing of experience” serta memberi support, dorongan dan menstimulasi guru sehingga mereka merasa tumbuh bersama.

1. Prinsip Demokratis dan Kreatif

Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitasnya jika supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan menakutkan.

Page 4: Materi Administrasi & Spervsi Pend

FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN

Fungsi supervisi pendidikan dapat diperinci sebagai berikut :

1. Mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan kurikulum dengan segala sarana dan prasarana.

2. Membantu serta membina guru dengan cara memberikan petunjuk sehingga keterampilan dan kemampuannya meningkat.

3. Membantu kepala sekolah/ guru untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah.

RUANG LINGKUP SUPERVISI PENDIDIKAN

Program supervisi pendidikan meliputi penelitian dan pembinaan mengenai hal-hal sebagai berikut :

1. Supervisi Pelaksanaan Kurikulum 1. Pembagian tugas

2. Rencana tahunan sekolah

3. Jadwal dan rencana tahunan guru

4. Penerapan satuan pelajaran sebagai sistem dan penyampaian materi pelajaran

5. Pelaksanaan PBM yang meliputi :

1. Cara mengkoordinasi kegiatan belajar mengajar.

2. Perencanaan evaluasi belajar (harian, semester dan UAN)

3. Program bimbingan siswa

2. Supervisi Ketenagaan

1. Kehadiran guru di sekolah dan di kelas

2. Partisipasi guru dalam kegiatan kurikuler dan ko-kurikuler

3. Partisipasi guru dalam penataran, lokakarya, workshop, dan lain-lain

4. Statistik peresensi guru, dan lain-lain

3. Supervisi Ketatausahaan

Menilai :

1. Administrasi tata usaha2. Pelaksanaan usul kenaikan pangkat guru dan pegawai

Page 5: Materi Administrasi & Spervsi Pend

3. Pelaksanaan kenaikan gaji berkala guru dan pegawai

4. Buku kas umum, SPP, koperasi dan lain-lain

5. Supervisi Sarana dan Prasarana Pendidikan

Menilai :

1. Penyelenggaraan dan keadaan perpustakaan sekolah2. Penyelenggaraan dan keadaan laboratorium

3. Pemeliharaan gedung, bangunan dan halaman sekolah

4. Pengadaan dan penggunaan alat dan perabot kantor

5. Pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan alat pengajaran

6. Pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan material

7. Supervisi Hubungan Sekolah dan Masyarakat

1. Bentuk dan sifat kerjasama antar sekolah dan masyarakat

2. Manfaat kerjasama antar sekolah dan masyarakat

3. Pembinaan, efektivitas dan efisiensi kerjasama

TIPE SUPERVISI PENDIDIKAN

Bentuk supervisi dapat dibedakan atas :

1. Tipe otokratis yaitu menganggap bahwa ia sebagai penentu segala kebijakan dan bagaimana menjalankannya.

2. Tipe demokratis yaitu supervisi berfungsi membina otoritas supervisor seimbang dengan otoritas pihak yang disupervisi.

3. Tipe demokratis semu yaitu supervisor dengan licik memaksakan keinginannya, namun nampak seolah-olah demokratis.

4. Tipe manipulasi diplomasi yaitu supervisor melaksanakan prinsip demokrasi seperti rapat, namun dengan kelihaiannya ia menggiring pikiran peserta sesuai kehendaknya.

5. Tipe laisse-fire yaitu supervisor menginterpretasikan demokrasi dengan memberikan kebebasan kepada bawahannya, sehingga supervisor kehilangan otoritasnya sendiri.

PROSES SUPERVISI PENDIDIKAN

1. Supervisi Preventif

Page 6: Materi Administrasi & Spervsi Pend

Dalam proses supervisi, supervisor memberikan nasehat-nasehat untuk menghindari kesalahan-kesalahan.

1. Supervisi Korektif

Dalam proses supervisi, supervisor bersifat mencari kesalahan bawahannya, baik secara prinsipil, teknis, maupun dalam melaksanakan instruksi dari supervisor.

1. Supervisi Konstruktif

Dalam supervisi, supervisor memperhatikan prestasi bawahannya (seperti : inisiatif, daya cipta, penelitian, dan lain-lain) yang kemudian memberikan berbagai macam penghargaan yang sesuai.

1. Supervisi Kooperatif

Dalam supervisi, supervisor mengutamakan kerjasama, partisipasi, musyawarah dan toleransi dengan bawahan demi kemajuan pendidikan.

PERANAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Supervisi berfungsi membantu (assisting), memberikan support (supporting), dan mengikutsertakan, sehingga peranan supervisi pendidikan menurut Pieter F. Olivia (dalam Sahertian, 2000) adalah :

1. Sebagai koordinator2. Sebagai konsultan

3. Sebagai pemimpin kelompok

4. Sebagai evaluator

TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN

Menurut Ary Gunawan, ada 2 jenis teknik supervisi pendidikan yaitu :

1. Teknik Kelompok (Group Technique)

Jika menurut supervisor permasalahannya sejenis, maka penyelesaiannya dapat dilakukan dengan “teknik kelompok”.

1. Teknik Individual (Individual Technique)

Bila masalah yang dihadapi bersifat pribadi, maka teknik yang digunakan adalah teknik individual sehingga dijamin kerahasiaannya.

Menurut John Minor Gwin (dalam Sahertian, 2000) bahwa teknik individual itu seperti :

Page 7: Materi Administrasi & Spervsi Pend

1. Kunjungan kelas2. Observasi kelas

3. Percakapan pribadi

4. Intervisitasi

5. Menyeleksi berbagai materi untuk mengajar

INSTRUMEN SUPERVISI PENDIDIKAN

Untuk melakukan supervisi, supervisor menyiapkan instrumen, agar penilaian benar-benar sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada.

1. Kunjungan/ observasi kelas (S.1)2. Data sikap profesional guru (S.2)

3. Laporan data sikap profesional guru dari kepada sekolah kepada pengawas (S.3)

Petunjuk Penggunaan Instrumen S.1

1. Bertujuan untuk mencatat data kemajuan tentang PBM2. Berfungsi memperbaiki situasi belajar mengajar

3. Mengisi instrumen S.1 setelah supervisor mengadakan observasi PBM, maka kolom A, B, C, D, E diisi tanda cek (ü) sesuai dengan hasil observasi

4. Persentase penilaian diklasifikasikan atas dasar tingkat :

A   = 81% – 100%   = Baik sekali

B   = 61% – 80%     = Baik

C   = 41% – 60%     = Sedang

D   = 21% – 40%     = Kurang

E   = 1% – 20%       = Sangat kurang

1. Huruf A, B, C, D, E dihitung dengan mengalikannya dalam angka persentase, kemudian dinyatakan dengan huruf yang sesuai dengan kriteria tersebut.

Petunjuk Penggunaan Instrumen S.2

1. Tujuan instrumen S.2 merupakan data sikap profesional guru.2. Sikap profesional guru dilihat dari moral kerjanya yang terealisasi dalam reaksi mental

emosional guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Page 8: Materi Administrasi & Spervsi Pend

3. Berfungsi sebagai sumber data untuk melihat profesional guru saat menjalankan tugasnya, yang dilihat dari :

1. Partisipasi guru

2. Keaktifan guru

3. Kerjasama guru dengan seluruh staf di sekolah

4. Cara mengisi instrumen S.2 :

-          Kriteria yang digunakan sama dengan instrumen S.1

-          Setiap pertanyaan diberi tanda cek (ü)

-          Analisis dan kesimpulan diisi seperti instrumen S.1 nomor 1, 2 dan 3.

Petunjuk Penggunaan Instrumen S.3

Tujuan instrumen S.3 adalah memberikan gambaran tentang sikap profesional seluruh guru pada seluruh wilayah pembinaan.

Isinya merupakan kumpulan hasil penilaian dari instrumen S.2.

JENJANG JABATAN DAN PANGKAT SERTA PERSYARATAN REKRUTMEN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA

Berdasarkan Kep. MENPAN 118/1996 tentang jabatan fungsional pengawas dan angka kreditnya dijelaskan :

1. Jenjang Jabatan Pengawas 1. Pengawas Sekolah Pratama : Golongan III/A, III/B.

2. Pengawas Sekolah Muda : Golongan III/C, III/D

3. Pengawas Sekolah Madya : Golongan IV/A, IV/ B, IV/C.

4. Pengawas Sekolah Utama : Golongan IV/D, IV/E.

2. Syarat-syarat Rekrutmen Pengawas

1. Pengangkatan pertama kali

1.1.       Menag bagi pengawas sekolah utama (IV/D dan IV/ E)

1.2.       Sekretaris Jenderal Depag bagi pengawas sekolah madya (IV/B dan IV/C)

1.3.       Kepala biro kepegawaian Depag bagi pengawas sekolah madya (IV/A)

Page 9: Materi Administrasi & Spervsi Pend

1.4.       Kakanwil Depag bagi pengawas sekolah Pratama (III/A sampai III/D)

1. Persyaratan umum

2.1.       Memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai.

2.2.       Berkedudukan dan berpengalaman sebagai guru agama minimal 6 tahun

2.3.       Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan di bidang pengawasan pendidikan agama.

2.4.       Usia maksimal 5 tahun sebelum usia pensiun

1. Persyaratan khusus

3.1.       Pengawas pelajaran agama yang bertugas pada TK, RA, BA, SD, SDLB, MI, MD (pendidikan minimal D II yang sesuai, berkedudukan minimal penata muda).

3.2.       Pengawas pelajaran agama yang bertugas pada SMP, SMA/ SMK, atau MTs., MA (berpendidikan minimal S.1, berkedudukan minimal memiliki salah satu spesialisasi mata pelajaran).

1. Kompetensi

4.1.       Kompetensi akademik

4.2.       Kompetensi praktis

4.3.       Kompetensi pendukung

Pendahuluan.

Page 10: Materi Administrasi & Spervsi Pend

 

             Membicarakan strategi pengembangan pendidikan,  sedikitnya terdapat lima subsistem yang saling bekerjasama, yakni (1) guru sebagai tenaga pendidik, (2) kurikulum, (3) sarana dan prasarana pendidikan, (4) kultur masyarakat yang menunjang, dan (5) kualitas calon peserta didik. Dari kelima subsistem tersebut kompetensi guru memiliki peran yang paling ldominan, karena sebaik apapun kurikulum dan selengkap apapun fasilitas akan menjadi tidak bermakna apabila berada ditangan guru yang kurang profesional.     

             Sedikitnya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam membangun pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap sumber daya manusia (SDM), yakni : (1) sarana dan prasarana belajar , (2) buku dan atau sumber belajar yang berkualitas, dan (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional. Demikian diungkapkan mantan Menteri Pendidikan Nasional Wardiman Djoyonegoro dalam wawancara dengan Metro TV dalam rangka menyambut hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2005. Dalam pada itu dikemukakannya, “hanya 43 % guru yang memenuhi syarat “. Artinya sebahagian besar guru ( 57 % ) tidak atau belum memenuhi syarat, tidak kompeten, dan tidak profesional.

             Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sisdiknas Bab XI Pasal 39 ayat (1), dijelaskan tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembengan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan dan satuan pendidikan. Syaiful (2000 : 73 ) mengatakan : guru adalah orang tua kedua bagi anak didik . Imran ( 1989 : 112 ) mengungkapkan bahwa guru merupakan tokoh kunci dalam proses tranformasi manusian Indonesia untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, inovatif dan kreaktif. Dalam sistem persekolahan gedung, sarana prasarana, kurikulum, tenaga non kependidikan adalah penting, tetapi tampa guru yang bermutu, guru yang berdedikasi, guru yang profesional semua masukan lain tidak akan mempunyai arti banyak.

             Guru memiliki posisi yang sangat penting dan menetukan. Guru berada pada lini paling depan dalam keterlaksanaan proses pemelajaran di sekolah. Guru merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas kualitas dan kebermaknaan proses pemelajaran di dalam kelas. Dengan sedemikian besarnya beban tugas dan tanggung jawab guru, jika dipersandingkan dengan guru yang memenuhi syarat seperti yang diungkap bapak Wardiman di atas, akan sangat sulit untuk bisa dipahami bagaimana guru dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan harapan.

             Dari analisis rangkuman data pendidikan di Sumatera Barat tahun 2004/2005, ditemukan masalah yang terkait dengan kelayakan guru dari sudut tingkat pendidikan, sebagai berikut .

Kualifikasi Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Latar Belakang Pendidikan (ijazah) Dengan Bidang Studi yang Diajarkan

 

No PERSYARATAN SD SLTP SMA SMK

1 Memenuhi tingkat pendidikan minimal 75,41 % 76,72 % 78,68 % 74,51 %

Page 11: Materi Administrasi & Spervsi Pend

2 Semi memenuhi pendidikan non keguruan 15,12 % 12,3 % 14,97 % 19,64 %

3 Tidak memenuhi tingkat pendidikan di bawah persyaratan minimal

9,47 % 10,95 % 5,34 % 5,86 %

 

(Sumber : Diknas Sumbar , tahun 2005)

            

             Kualifikasi layak, semi layak, dan tidak layak tersebut, sebagaimana terdapat dalam rangkuman di atas adalah, guru layak untuk SD/MI  tingkat pendidikan D-II keguruan ke atas, untuk SMP/MTS tingkat pendidikan D-III keguruan ke  atas, untuk SMA/MA/SMK tingkat pendidikan S-1 keguruan ke atas. Kalau kualifikasi kelayakan menggunakan Undang-Undang Guru dan Dosen tentu tingkat ketidak layakannya akan menjadi jauh bergeser. Memperhatikan data yang ada di Sumatera Barat di atas tentu kondisi ketidak layakan guru secara nasional tidak akan berbeda jauh, apalagi diwilayah Indonesia Timur.

             Perobahan paradigma tentang masalah pendidikan, dan digulirkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )  yang berbasis kompetensi, tentu menuntut perobahan paradigma guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai penanggung jawab utama proses pemelajaran di kelas.

             Memahami kondisi di atas telah berbagai upaya dilakukan oleh semua pihak yang merasa bertanggung jawab tentang peningkatan mutu pendidikan, mulai dari membuka peluang bagi guru untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, baik dengan biaya pemerintah ataupun dengan biaya mandiri. Melakukan pelatihan/penataran ditingkat kabupaten, propinsi dan nasional, mendorong lahirnya MGMP dan atau MGBS. Namun upaya itu pada realitanya tidak menampakan hasil yang signifikan kearah peningkatan mutu pendidikan  secara nasional.

             Penataran/pelatihan itu tidak memberikan hasil yang signifikan kearah perbaikatan dan peningkatan mutu pendidikan menerut analisis para ahli banyak kemungkinan penyebabnya. Salah satu diantaranya, karena guru tersebut diangkat/dicabut dari kontek dan habitat aslinya, dan dihadapkan pada situasi dan kultur baru yang belum tentu cocok dengan kontek dan kultur tempat mereka bertugas. Sehingga pelatihan/penataran melahirkan kebingungan baru yang mendorong guru menjadi apatis serta mempertahan status kuo. Setelah mereka sampai ditempat tugasnya habis mengikuti penataran/pelatihan, mereka  kembali kepada kebiasaan lama yang sudah tidak relevan lagi.

             Covey (2005 : 25 ) menggambarkan situasi seperti itu dengan hanya 4 kata “ Nothing fails like succes”  ( tidak ada sesuatu yang gagal seperti keberhasilan). Dengan kata lain, bila kita menghadapi sebuah stimulan tahun lalu atau bulan lalu kita respon dengan “A” yang setara dengan stimulan tersebut maka kita berhasil. Tetapi apa bila hari ini kita mendapatkan stimulan yang sama dengan stimulan yang lalu, kita respon dengan “A” seperti yang lalu kita akan gagal, direspon “ A plus “ baru ada peluang untuk berhasil.

Page 12: Materi Administrasi & Spervsi Pend

             Supervisi klinis adalah sebuah upaya berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pemelajaran dengan tampa mengangkat/mencabut guru dari habitat dan kultur aslinya. Antara guru yang disupervisi dengan supervisor dapat saling bertukar argumen, tidak ada yang dinilai dan yang menilai. Keduanya saling memperkaya dan meningkatkan kualitas diri. Supervisi klinis  dapat dilakukan bersiklus jika dibutuhkan.

             Supervisi klisnis memberikan kebebasan untuk  memilih tanggapan terhadap berbagai ransangan yang ada. Karena  guru dapat memperlebar ruang yang terdapat antara ransangan dan tanggapan  yang datang  silih berganti,  setiap guru memimpin proses pemelajaran, baik di dalam ataupun di luar ruang kelasnya. Pemelajaran akan lebih bermakna dan berkualitas. Sehingga konsep “AMBAK”  yang ditawarkan Bobbi De Porter dalam Quantum Learning dapat direalisasaikan di ruang kelas.

Pengertian  Supervisi Klinis.

 

             Johan J. Bolla ( 1985 : 19 ) mengatakan bahwa,  supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru dalam pelaksanaan proses pemelajaran. Bimbingan diarahkan pada upaya pemberdayaan guru dalam menguasai aspek teknis pemelajaran. Dengan bimbingan tersebut diharapkan terjadi peningkatan kualitas pemelajaran.

             Pelaksanaan supervisi klinis menuntut perobahan paradigma guru dan supervisor. Supervisi dilakukan bukan dalam kontek mencari kesalahan dan kelemahan guru yang di supervisi. Antara guru yang disupervisi dengan supervisor adalah mitra sejajar, bukan merupakan hubungan antara bawahan dan atasan dan atau hubungan antara guru dengan murid. Secara kemitraan keduanya menganalisis proses pemelajaran yang telah dirancang dan disepakati, kemudian dicarikan alternatif pemecahan permasalah yang ditemui dalam proses pemelajaran tersebut agar dapat ditingkatkan kualitasnya.

Richard Waller dalam La Solo ( 1983 : 27 ) mengatakan :

 

“ Clinical supervision may be defined as supervision focused upon the inprovement of instruction by means of sistematic cycles of planning, observation  and intensive intelectual analysis of actual teaching performance in the interest of rational modification “

 

             Pendapat Richard di atas mengenai supervisi klinis memfokuskan pada upaya perbaikan proses pemelajaran yang dilakukan bersiklus. Perbaikan itu dilaksanakan secara berkelanjutan dalam beberapa siklus sampai kondisi yang diinginkan dapat dicapai. Supervisi klinis diharapkan juga dapat melahirkan re-invantion  dan atau inovasi yang relevan dengan kultur dan kondisi masing-masing sekolah.

Page 13: Materi Administrasi & Spervsi Pend

             Supervisi klinis dapat dilakukan atas permintaan guru, karena ia merasa bulum mampu melaksanakan strategi atau keterampilan mengajar terntentu, atau guru tersebut menemui masalah dalam proses pemelajaran yang ia tidak mempu mengatasinya sendiri. Guru juga dapat meminta agar ia disupervisi dengan supervisi klinis, karena ia  merasa kurang maksimal dalam pelaksanaan proses pemelajaran.

             Supervisi klinis juga dapat diminta oleh kepala sekolah agar dilakukan terhadap guru tertentu. Hal ini didasari  oleh hasil analisis supervisi umum yang dilakukan oleh kepala sekolah dan atau tim yang ditunjuk kepala sekolah. Hasil supervisi memberikan petunjuk bahwa guru tertentu perlu bantuan dan bimbingan agar mampu melaksalanakan proses pemelajaran yang lebih berkualitas dan bermakna.

             Berdasarkan dua pertimbangan di ataslah supervisi klinis dapat dilakukan terhadap seorang guru. Walaupun demikian masih dituntut persetujuan, kerelaan dan pemahaman yang mendalam dari guru yang akan di supervisi dengan supervisi klinis.

             Selanjutnya La Solo (1983 : 56 ) menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan supervisi klinis, antara lain adalah :

 

1. Supervisi klinis dilakukan dalam bentuk bimbingan dan atau berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pemelajaran, bukan perintah atau instruksi atasan pada bawahan.

2. Aspek dan jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru dan atau sebuah kesepakan hasil kajian bersama antara guru dengan supervisor.

3. Walaupun guru menggunakan berbagai strategi, metoda, media dan keterampilan pemelajaran secara terintegrasi, sasaran supervisi klinis hanya pada aspek dan jenis keterampilan yang disepakati.

4. Instrumen supervisi dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan.

5. Supervisor merefleksikan data dan fakta objektif hasil observasi selama proses pemelajaran berlansung.

6. Balikan diberikan segera setelah kegiatan supervisi berlansung.

7. Guru yang disupervisi diberikan kesempatan seluas-luasnya memberikan argumentasi yang mendasari pilihan tindakan dan perilaku yang digunakan dalam proses pemelajaran.

8. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengar penjelasan dari pada memberikan arahan apalagi perintah.

9. Setelah didapat pemahaman bersama dan dirasa belum mencapai kondisi  optimal yang diinginkan, supervisi dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Page 14: Materi Administrasi & Spervsi Pend

10. Satu siklus supervisi klinis terdiri dari 5 ( lima  ) tahapan kegiatan yaitu : a). merumuskan kesepakatan, b). menyusun perencanaan, c). melaksanakan proses pemelajaran, melakukan observasi dan merefleksikan data dan fakta hasil observasi, d). diskusi/balikan, dan e). merancang siklus berikutnya. 

 

Instrumen Supervisi Klinis

 

             Instrumen supervisi klinis terdiri dari beberapa bagian. Pertama lembaran kesepakatan yang terdiri dari 4 (empat ) aspek yakni : aspek kependidikan, akademik , pengelolaan kelas dan interaksi dengan siswa dalam proses pemelajaran. Dalam lembaran ini disepakati, apa fokus persoalan yang akan disupervisi. Kedua lembaran perangkat dan media pemelajaran apa yang menjadi pilihan. Ketiga lebaran observasi, refleksi, dan kesimpulan diskusi sebagai balikan. Keempat lembaran penutup, yang berisi saran pembinaan dan legalitas kegiatan.

            Instrumen ini sifatnya terbuka dan setelah digunakan harus dimiliki oleh guru yang disupervisi, supervisor dan kepala sekolah. Karena data, fakta dan kesimpulan yang terdapat dalam instrumen inilah yang akan dijadikan dasar dalam perencanaan kekiatan pada siklus selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

SMA NEGERI 1 BATANG ANAI KAB. PADANG PARIAMAN

SUMATERA BARAT

 

INSTRUMEN SUPERVISI KLINIS

Page 15: Materi Administrasi & Spervsi Pend

 

I. Guru yang disupervisi:

    1. Nama                             : ____________________________

    2. NIP.                                 : ____________________________

    3. Pangkat / Golongan      : ____________________________

    4. Mata Pelajaran : ____________________________

    5. Mengajar di kelas         : ____________________________

    6. Kurikulum Acuan           : ____________________________

    7. Semester                       : ____________________________

 

II. Supervisor :

     1. Nama                            : ____________________________

     2. NIP.                                : ____________________________

     3. Pangkat / Golongan     : ____________________________

 

III. Bidang dan Aspek yang disepakati untuk disupervisi:

 

No. Bidang Aspek Keterangan

1 Kependidikan 1._______________________________

2._______________________________

3._______________________________

4._______________________________

 

___________

___________

______________________

 

2. Akademik 1._______________________________ ______________________

Page 16: Materi Administrasi & Spervsi Pend

2._______________________________

3._______________________________

 

__________

 

3 Pengelolaan Kelas 1._______________________________

2._______________________________

3._______________________________

 

___________

___________

___________

 

3 Interaksi dengan siswa dalam proses

1._______________________________

2._______________________________

 

___________

___________

 

                                                                           Pasar Usang, ……………..200..

            Supervisor,                                                     Guru yang disupervisi,

 

 

      (__________________)                                       (___________________)

             NIP.                                                                             NIP.

 

RANCANGAN PEMBELAJARAN

 

1.      Perangkat Pemelajaran

 

No Jenis Perangkat Penjelasan Keterangan

Ada Kurang Tidak ada

Page 17: Materi Administrasi & Spervsi Pend

1.

 2.

 3.

 4.

 5

 6.

7.

Program Tahunan & Smt

Silabus

Analisis Materi

Bahan Ajar

Skenario Pemelajaran

Alat Bantu Proses

Instrumen Penilaian

a. Penilaian Proses

b. Penilaian Hasil

    1) Pengetahuan

    2) Sikap

    3) Keterampilan

      __________________________

_____________

_______________________________________

_______________________________________

__________________________

 

     2. Media Pemelajaran.

No. Jenis Media dan Sumber

Belajar yang digunakan

Penjelasan Keterangan

Ada Kurang Tidak ada

1.

 

 

 

Yang direncanakan:

a. Chart

b. Bahan ajar

      _______________

_______________

_______________

______________________________

Page 18: Materi Administrasi & Spervsi Pend

 

 

 

 

 

 

2.

c. Buku sumber

d. Grafik / Gambar

e. Simulasi

f. Pemodelan

g. Tenaga Ahli

h. e learning

Yang dimanfaatkan

a. Media cetak

c. Grafik / gambar

d. e. learning

e. Lingkungan Belajar

______________________________

______________________________

______________________________

_____________________________________________

PENGATAN PROSES PEMELAJARAN

 

No.

Aspek yang disupervisi

Catatan Hasil Pengamatan

1.

 

 

 

 

Kependidikan

________________________________

________________________________

_________________

 

___________________________

___________________________

___________________________

___________________________

Page 19: Materi Administrasi & Spervsi Pend

 

 

 

 

 

 

2.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

 

 

 

 

_______________

________________________________

________________________________

________________________________

________________________________

________________________________

________________________________

 

Akademik/materi pembelajaran

________________________________

________________________________

________________________________

________________________________

________________________________

________________________________

_________________

___________________________

___________________________

___________________________

___________________________

__________________________

 

 

___________________________

___________________________

___________________________

___________________________

___________________________

___________________________

___________________________

___________________________

 

 

 

___________________________

___________________________

___________________________

___________________________

Page 20: Materi Administrasi & Spervsi Pend

 

 

 

 

 

 

 

4. 

 

 

 

 

 

 

 

 

_______________

________________________________

 

 

Pengelolaan Kelas

________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

________________________________

________________________________

_______________________________________________________________

 

Interaksi dengan Siswa

________________________________

________________________________

_________________

___________________________

___________________________

___________________________

___________________________

__________________________

 

 

 

___________________________

___________________________

____________________________________________________________________________________________________________

 

 

Page 21: Materi Administrasi & Spervsi Pend

_______________

________________________________

________________________________

_______________________________

 

 

REFLEKSI HASIL PENGAMATAN

___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Page 22: Materi Administrasi & Spervsi Pend

 

KESIMPULAN HASIL DISKUSI

           

___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

SARAN-SARAN

 

1.____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

2.____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

 

3.____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

 

Page 23: Materi Administrasi & Spervsi Pend

4.____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

 

IX. Penutup

 

      Telah dilaksanakan supervise klinis pada hari _____________ tanggal ___ bulan __________ tahun 200_ terhadap Bapak / Ibu_____________________ guru mata pelajaran ______________

mengajar pada kelas _______ jam pelajaran ke ____

                                                                                               

                                                                                     Pasar Usang, …….200-

            Supervisor                                                     Guru yang disupervisi

 

 

                                                                                     

                                                                          

                                                                                                              (_____________________) (____________________)

   NIP.                                                                                      NIP.

 

 

Catatan :

1. Blanko ini di isi rangkap 3 (tiga), untuk guru yang disupervisi, untuk supervisor dan arsip sekolah.

Page 24: Materi Administrasi & Spervsi Pend

2. Catatan observasi, refleksi, hasil diskusi/balikan dan saran pembinaan dijadikan bahan untuk merumuskan perencanaan pada siklus selanjutnya.

 

 

Organisasi Pelaksana Supervisi Klinis.

             Supervisi klinis dapat menjadi salah satu bentuk alternatif dari sekian banyak alternatif. Hal ini dimungkinkan karena sepervisi klinis tidak membutuhkan struktur organisasi yang rumit dan dapat dilaksanakan dengan anggaran yang relatif kecil, tetapi dapat  menyentuh persoalan paling dasar yakni peningkatan keterampilan guru  dalam mengelola proses pemelajaran dalam kelas. Upaya peningkatan mutu pendidikan hanya akan menjadi ilusi kalau peningkatan proses pemelajaran dalam kelas tidak terujud secara berkelanjutan.

             Pelaksanaan supervisi klinis dapat direalisasikan dengan membentuk dua buah tim. Pertama tim supervisi klinis di tingkat kabupaten/kota. Tim ini beranggotakan pengawas pendidikan Kabupaten/kota  ditambah dengan beberapa orang guru senior pilihan.

             Tim kabupaten ini dibekali secara khusus dengan semua pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang supervisor supervisi klinis. Kemudian tim ini bertanggung jawab membina, mengawasi dan mendampingi tim kedua yang berada di tingkat rayon dan atau beberapa sekolah sejenis yang  berdekatan lokasi untuk tingkat  SMP/MTS dan SMA/SMK. Untuk  SD/MI tim dibentuk pada tingkat  kecamatan.

             Tim supervisi klinis ditingkat rayon dan kecamatan beranggotakan 3 sampai 5 orang. Anggota tim ini dipilih dari guru-guru berkualitas dengan latar belakang pendidikan minimal Strata 1 ( S1). Pembinaan dan pembekalan tim supervisi klinis tingkat rayon/kecamatan ini menjadi tanggung jawab tim supervisi klinis tingkat kabupaten/kota.

             Pada tataran operasional tim kabupaten/kota berbagi tugas mengawasi dan mendampingi tim rayon/kecamatan, agar penyimpangan konsep secara dini dapat diketahui dan diluruskan. Kemudian juga pembinaan terhadap tim rayon/kecamatan dapat dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan.

               Apabila kualitas pemelajaran dalam kelas sudah dapat dioptimalkan maka peningkatan mutu pendidikan akan dapat direalisasikan pata tataran kenyataan ( tangibel ). Kerena mutu pendidikan itu berangkat dari kondisi proses pemelajaran dalam ruang kelas.

 

Penutup

             Covey ( 2005 : 62 ) mengatakan, antara rangsangan dan tanggapan  terdapat sebuah  ruang. Diruang itu terdapat kebebasan dan kemampuan  kita untuk memilih tanggapan itu.

Page 25: Materi Administrasi & Spervsi Pend

Dalam pilihan-pilihan kita terdapat perkembangan dan kebahagian kita. Apabila kita mendasari pilihan dengan warisan kebiasaan dan keberhasilan masa lalu, maka ia akan mempersempit ruang yang ada, karena kondisi kekinian bergerak jauh lebih cepat dari apa yang kita pikirkan.

             Apabila hari ini kita ditentukan oleh masa lalu, apakah masa depan kita masih akan ditentukan oleh masa lalu ?. Wilayah cakupan apa yang kita pikirkan dan kita kerjakan dibatasi oleh apa yang tidak kita ketahui. Dan karena itu tidak berhasil mengetahui apa-apa yang tidak berhasil kita ketahui, hanya sedikit hal yang dapat kita lakukan terhadap perubahan; sampai kita mengetahui bagaimana kegagalan untuk mengetahui itu membentuk pikiran dan perbuatan kita.

             Peningkatan mutu pendidikan harus kita mulai hari ini dan dari diri kita sendiri, kalau tidak kita akan digilas oleh pikiran dan angan-angan kita sendiri, dan ia akan makin jauh meninggalkan kita, tampa mungkin kita kejar hanya dengan merenung dan berangan-angan. Mari kita berbuat dan berbuat sebagai warisan untuk anak-cucu kita kelak dikemudian hari

                                                                 Drs. Taufik Sabirin, M.Pd.

                                                                       Nip. 131 853 131

                                                                 Guru SMA 1 Batang Anai

                                                       Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.

                                                                           

Referensi

Abizar. (1995). Strategi Instruksional ; Latar Belakang Teori dan Penalarannya.

                Padang : FPTK IKIP Padang.

 

Angli, J. Gery.  ( 1991 ) Instructional Technology ; past, Present and Future.  

                Clorado : University of Kentucky Libraries Unlimited INC Englewood.

 

Covey, Stephen. R ( 2005 ) The 8th  Habit ; Melampau efektifitas, Menggapai

                Keagungan. Jasarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

 

De porter, Bobbi, ( 2000 ) . Quantum Learning. Terjemahan Ary Nilandari.

Page 26: Materi Administrasi & Spervsi Pend

                Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar

Posted Sab, 04/10/2008 - 13:43 by akhmadsudrajat

1. Apa supervisi klinis itu?

Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intesif terhadap penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

2. Mengapa supervisi klinis diperlukan?

Beberapa alasan mengapa supervisi klinis diperlukan, diantaranya:

Tidak ada balikan dari orang yang kompeten sejauhmana praktik profesional telah memenuhi standar kompetensi dan kode etik

Ketinggalan iptek dalam proses pembelajaran

Kehilangan identitas profesi

Kejenuhan profesional (bornout)

Page 27: Materi Administrasi & Spervsi Pend

Pelanggaran kode etik yang akut

Mengulang kekeliruan secara masif

Erosi pengetahuan yang sudah didapat dari pendidikan prajabatan (PT)

Siswa dirugikan, tidak mendapatkan layanan sebagaimana mestinya

Rendahnya apresiasi dan kepercayaan masyarakat dan pemberi pekerjaan

3. Apa tujuan supervisi klinis?

Secara umum tujuan supervisi klinis untuk :

Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran.

Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran

Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan maslah yang ditemukan dalam proses pembelajaran

Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan.

4. Apa karakteristik supervisi klinis?

Supervisi klinis memiliki karakteristik sebagai berikut:

Perbaikan dalam pembelajaran mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual dan bertingkah laku berdasarkan keterampilan tersebut.

Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa keterampilan, seperti: (1) keterampilan menganalisis proses pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, (2) keterampilan mengembangkan kurikulum, terutama bahan pembelajaran, (3) keterampilan dalam proses pembelajaran.

Fokus supervisi klinis adalah: (1) perbaikan proses pembelajaran, (2) keterampilan penampilan pembelajaran yang memiliki arti bagi keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran dan memungkinkan untuk dilaksanakan, dan (3) didasarkan atas kesepakatan bersama dan pengalaman masa lampau.

5. Apa prinsip-prinsip dalam supervisi klinis?

Beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan supervisi klinis, adalah:

Page 28: Materi Administrasi & Spervsi Pend

Hubungan antara supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan guru, guru dengan mahasiswa PPL adalah mitra kerja yang bersahabat dan pebuh tanggung jawab.

Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada data hasil pengamatan.

Bersifat interaktif, terbuka, obyektif dan tiidak bersifat menyalahkan.

Pelaksanaan keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama.

Hasil tidak untuk disebarluaskan

Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, dan tetap berada di ruang lingkup pembelajaran.

Prosedur pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan (pengamatan) dan tahap siklus balikan.

6. Bagaimana prosedur supervisi klinis?

Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus yang terdiri dari tiga tahap berikut :

Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: (1) menciptakan suasana yang intim dan terbuka, (2) mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran, (3) menentukan fokus obsevasi, (4) menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (5) menentukan teknik pelaksanaan obeservasi.

Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: (1) harus luwes, (2) tidak mengganggu proses pembelajaran, (3) tidak bersifat menilai, (4) mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (5) menentukan teknik pelaksanaan observasi.

Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: (1) memberi penguatan; (2) mengulas kembali tujuan pembelajaran; (3) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, (4) mengkaji data hasil pengamatan, (5) tidak bersifat menyalahkan, (6) data hasil pengamatan tidak disebarluaskan, (7) penyimpulan, (8) hindari saran secara langsung, dan (9) merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan.

Sumber :Iim Waliman, dkk. 2001. Supervisi Klinis (Modul Manajemen Berbasis Sekolah). Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa BaratAgus Taufiq. 2007. Supervisi Bimbingan dan Konseling (Bahan Pelatihan BK di Cikole). Bandung.