MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir...

15
MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAH A. Indikator Keberhasilan Setelah mempelajari bab tentang tafsir Surat Al-Fâtihah, diharapkan Saudara dapat menguasi kemampuan-kemampuan khusus sebagai berikut: Pertama menterjemahkan teks ayat perayat dari Surat Al-Fâtihah dengan benar. Kedua, mengidentifikasi dan menjelaskan kata kunci (musfradat) yang dapat digunakan untuk menjelaskan kandungan makna dari ayat-ayat yang terdapat dalam Surat Al-Fâtihah. Ketiga, menyebutkan nama-nama lain dari Surat Al-Fâtihah sekaligus menjelaskan argumentasinya. Kempat, menjelaskan fenomena basmalah dalam Surat Al-Fâtihah. Kelima, menjelaskan kandungan makna Surat Al-Fâtihah dengan benar. Keenam, menerapkan kandungan makna Surat Al-Fâtihah dalam hidup sehari-hari. B. Tafsir Surat Al-Fâtihah 1. Teks Ayat dan Terjemah Artinya: Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (1). Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (2). Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (3). Yang menguasai di hari Pembalasan (4). Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan (5). Tunjukilah Kami jalan yang lurus (6), (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (7). 2. Kata Kunci (Mufradât)

Transcript of MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir...

Page 1: MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim, Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu

MATERI 1

TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAH

A. Indikator Keberhasilan

Setelah mempelajari bab tentang tafsir Surat Al-Fâtihah, diharapkan Saudara

dapat menguasi kemampuan-kemampuan khusus sebagai berikut: Pertama

menterjemahkan teks ayat perayat dari Surat Al-Fâtihah dengan benar. Kedua,

mengidentifikasi dan menjelaskan kata kunci (musfradat) yang dapat digunakan untuk

menjelaskan kandungan makna dari ayat-ayat yang terdapat dalam Surat Al-Fâtihah.

Ketiga, menyebutkan nama-nama lain dari Surat Al-Fâtihah sekaligus menjelaskan

argumentasinya. Kempat, menjelaskan fenomena basmalah dalam Surat Al-Fâtihah.

Kelima, menjelaskan kandungan makna Surat Al-Fâtihah dengan benar. Keenam,

menerapkan kandungan makna Surat Al-Fâtihah dalam hidup sehari-hari.

B. Tafsir Surat Al-Fâtihah

1. Teks Ayat dan Terjemah

Artinya:

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

(1). Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (2). Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang (3). Yang menguasai di hari Pembalasan (4). Hanya Engkaulah yang

Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan (5).

Tunjukilah Kami jalan yang lurus (6), (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau

beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula

jalan) mereka yang sesat (7).

2. Kata Kunci (Mufradât)

Page 2: MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim, Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu

Untuk memahami dan menjelaskan tafsir suarat Al-Fâtihah Saudara dapat

mengambil beberapa kata kunci (Mufradât) sebagai berikut:

-nama Allah. Dia memiliki banyak nama, yakni Asmâ al-Husna (nama = اسن هللا

nama yang baik), jumlahnya ada 99 nama. Diantaranya termaktub dalam Surat Al-

Fâtihah, seperti: ar-Rahmân (Maha Pemurah), ar-Rahîm (Maha Penyayang), dan al-

Mâlik (Maha Memiliki)

kami menyembah. Kata na‟budu diambil dari kata abada. Kata ini sudah = عثد

diserap dalam bahasa Indonesia diataranya dalam bentuk kata benda yakni ibadah

yang diartikan sebagai perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari

ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya;

awna, yang‟/ عىى kami minta pertolongan. Kata ini diambil dari kata = ستعيي

berarti pertolongan. Dibentuk dalam wazan استفعل/istafala berarti meminta, jadi kata

dalam bentuk mudhari dalam ayat di atas dapat difahami akan selalu meminta ستعيي

pertolongan hanya kepada Allah swt.

jalan yang lurus. Yakni jalan yang benar, seperti jannya para = صزاط الوستقين

nabi, orang-orang yang mencintai kebenaran, para syuhada dan jalan orang-orang

yang shaleh (Q.S. An-Nisa/4: 69).

الوغضىب = orang yang dimurkai. Kata ini diambil dari akar kata

ghadhaba, yang merupakan lawan dari kata ridha yang berarti rela atau senang/غضة

(Lisan al-„Arabi, Juz I: 648). Orang yang dimurkai atau tidak disenangi perbuatannya

adalah orang yang berkarakter membangkang dan tidak taat aturan.

الضاليي = orang yang sesat. Kata ini diambil dari akar kata ضلل/dlalala, lawan

dari kata hudan yang berarti petunjuk. الضاليي/adh-dhâllîn, adalah bentuk isim fâil

yang berarti orang yang tidak memiliki petunjuk atau orang yang sesat.

3. Tafsir

Mengenai apakah basmalah termasuk dalam Surat Al-Fâtihah, terdapat

perbedaan pendapat. Ibn Katsir berhujjah dengan berbagai riwayat dan pendapat

beberapa imam madzhab termasuk Imam Syafi‟i dan Imam Hambali, bahwa ia

merupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim,

Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu Hanifah

mengatakan bukan bagian dari Surat Al-Fâtihah. Sebab itu dalam kaitannya dengan

Page 3: MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim, Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu

bacaan yang harus dibaca dalam setiap rakaat shalat, bagi yang berpendapat basmalah

termasuk dalam Surat Al-Fâtihah, maka mereka menjaharkan dalam bacaa shalatnya.

Surat Al-Fâtihah menjadi sangat penting kedudukannya bagi umat Islam

antara lain disebabkan karena ia menjadi bagian inti (rukun) dari shalat. Dikatakan

bahwa tidak sah shalat seseorang apabila tidak membaca Surat Al-Fâtihah.

Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw., sebagai berikut:

امت أن رسول اللو صلى اللو عليو وسلم قال ل صلة لمن ل ي قرأ بفاتة عن عبادة بن الص (417الكتاب )رواه البخاري: يف صحيحو :

Dari Ubadah bin ash-Shamit sesungguhnya Rasulullah saw., bersabda, “Tidak

ada shalat (sah shalatnya) bagi orang yang belum membaca Surat Al-Fâtihah (H.R.

Bukhari, dalam Kitab Shahihnya, hadis nomor: 714)

Dalam riwayat Muslim Surat Al-Fâtihah ketika dibaca dalam shalat, menjadi

dialog yang sangat mesra antara Pencipta dan hamba-Nya. Seperti sebuah hadis Qudsi

sebagai berikut:

آن القر عن أب ىري رة عن النب صلى اللو عليو وسلم قال من صلى صلة ل ي قرأ فيها بأم رأ با يف مام ف قال اق ر تام فقيل لب ىري رة إنا نكون وراء ال ن فسك فإن فهي خداج ثلثا غي

ل عت رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ي قول قال اللو ت عال قسمت الص ة ب ين وب ي سال عبدي نصفي ولعبدي ما سأل فإذا قال العبد } المد للو رب العالمي { قال اللو ت ع

دن عبدي وإذا قال } الرحن الرحيم { قال اللو ت عال أث ن علي عبدي وإذا قال } مالك حض إل عبدي فإذا قال } إياك ن عبد وإيا ين { قال مدن عبدي وقال مرة ف و ك ي وم الد

راط المستقيم نستعي { قال ىذا ب ين وب ي عبدي ولعبدي ما سأل فإذا قال } اىدنا الص الي { قال ىذا لعبدي ولعبدي صراط الذين أن عمت عليهم غي المغضوب عليهم ول الض

(865ما سأل )رواه مسلم يف صحيحو :

Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw., beliau bersabda, “Siapa yang shalat, di

dalam shalatnya belum memabca Surat Al-Fâtihah, maka shalatnya kurang (tiga

kali) yakni tidak sempurna. Sebab itu ada riwayat bahwa sesungguhnya kami berada

di belakang Imam, lalu Imam tersebut memerintahkan, “Bacalah Surat Al-Fâtihah

dalam dirimu karena sesungguhnya saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, Allah

-Ku dua bagian, bagi

Page 4: MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim, Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu

hamba- a Hamba tersebut membaca الحود لله

maka Allah menjawab, hamba-Ku telah memujiku, lalu ketika membaca ,رب العالويي

حين حوي الزه maka Allah menjawab, hamba-Ku telah berterima kasih keda-Ku, ketika الزه

ia membaca يي maka Allah menjawab, hamba-Ku telah memuliakan-Ku هالل يىم الد

dan habis-habisan memuji-Ku. Ketika ia membaca إيهاك عثد وإيهاك ستعيي maka Allah

menjawab ini adalah bagian antara-Ku dan antara hamba-Ku dan bagi hamba-Ku

apa yang dia minta. Lalu ketika ia membaca عوت عليهن زاط الوستقين صزاط الهذيي أ اهدا الص

اليي mak Allah menjawab inilah bagian hamba-Ku dan bagi غيز الوغضىب عليهن ول الضه

hamba-Ku apa yang dia minta”

Atas dasar hadis di atas, maka setiap kali Saudara mengakhiri bacaan Surat

Al-Fâtihah diajurkan membaca ta‟min (Amin). Dan ketika Saudara sedang shalat

berjama‟ah, jangan lewatkan untuk membaca ta‟min bersamaan dangan ta‟minnya

imam. Karena bisa menghapus dosa-dosa di masa lalu. Sebagaimana sabda

Rasulullah saw. berikut:

نوا فإنو مام فأم من وافق تأمينو عن أب ىري رة أن النب صلى اللو عليو وسلم قال إذا أمن الم من ذنبو )رواه البخاري: يف صحيحو : تأمي الملئكة غفر لو (738ما ت قد

Atinya:

Dari Abu Hurairah ra. Bahwasannya Nabi saw., bersabda, “Apabila seorang Imam

membaca takmin dalam shalat, lalu diikuti oleh para makmum. Maka siapa saja

takminnya berbarengan dengan takmin imam itu seperti takminnya malaikat. Maka

dia akan diampuni dosa-dosanya di masa lalu” (H. R. Bukhari, dalam Kitab

Shahihnya dengan No. Hadis:738)

Surat Al-Fâtihah sebagai umm al-Kitab, isinya secara garis besar mencakup

seluruh kandungan Al-Qur‟an. Mushthafa al-Maraghi menjelaskan bahwa

kandungan surat ini meliputi;

Pertama, memuat masalah tauhîd. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,

hal ini terdapat dalam ayat 2, yang dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan

ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah adalah Pencipta dan

sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Diantara nikmat itu ialah :

nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rab dalam

kalimat Rabbul-'âlamîn tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga

mengandung arti tarbiyah yaitu mendidik dan menumbuhkan. Oleh karena keimanan

(ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka didalam Surat Al-Fâtihah

tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh

Page 5: MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim, Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu

ayat 5, yaitu : إيهاك عثد وإيهاك ستعيي (hanya Engkau-lah yang kami sembah, dan hanya

kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan).

Kedua berisi wa‟ad dan waîd (janji dan ancaman). Janji memberi pahala

terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. Yang

dimaksud dengan يي ialah pada hari (Yang Menguasai Hari Pembalasan) هالل يىم الد

itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil

mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung arti janji

untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap

perbuatan yang buruk.

Ketiga memuat tentang hukum-hukum. Jalan kebahagiaan dan bagaimana

seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan,

kebahagiaan dunia dan akhirat, baik yang mengenai kepercayaan maupun akhlak,

hukum-hukum dan pelajaran.

Keempat memuat tentang Kisah-kisah. Kisah para Nabi dan kisah orang-

orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian besar dari ayat-ayat Al Quran

memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang

dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para

shiddîqîn (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadâ' (orang-orang

yang mati syahid), shâlihîn (orang-orang yang saleh). Orang-orang yang dimurkai

dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.

Penulisan kata تسن dalam basmalah tanpa menggunakan huruf alif berbeda

dengan kata yang sama pada awal Surat Al-„Alaq, yang tertulis dengan tata cara

penulisan baku, yakni menggunakan huruf alif ( تاسن). Persoalan ini menjadi

pembahasan para pakar dan ulama. M. Quraish Shihab mengutip beberapa pendapat

ulama tersebut, antara lain; Pakar tafsir Al-Qurtubiy (w.671H) berpendapat bahwa

penulisan tanpa huruf alif pada basmalah adalah karena pertimbangan praktis

semata-mata. Kalimat ini sering ditulis dan diucapkan, sehingga untuk

mempersingkat tulisan ia ditulis tanpa alif.

Az-Zarkasyi (w. 7940) menguraikan dalam kitabnya Al-Burhan fi Ulum Al-

Qur‟an bahwa tata cara penulisan Al-Qur‟an mengandung rahasia-rahasia tertentu.

Page 6: MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim, Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu

Dalam hal menanggalkan alif pada tulisan satu kata dalam Al-Qur‟an, Al-Zarkasyi

mengemukakan kaidah yang intinya adalah bahwa penanggalan huruf alif itu

mengisyaratkan adanya sesuatu dalam rangkaian katanya yang tidak dapat dijangkau

oleh panca indra. Kata Alllah demikian juga al-Rahman pada Basmalah tidak dapat

terjangkau hakekatnya. Kedua kata tersebut tidak dapat digunakan kecuali untuk

menunjuk Tuhan Yang Maha Esa. Kata bismi yang dirangkaikan dengan kata Allah

dan Al-Rahman bermaksud mengisyaratkan hal itu. Atas dasar itu pula kata bismi

pada Surat Al-„Alaq ditulis dengan menggunakan huruf alif, karena di sana yang

dikemukakan adalah yang disifati dengan rab/pemelihara, sedangkan pemeliharaan

Tuhan cukup jelas terlihat pada seluruh hamba-hambanya.

Kata Allah merupakan nama Tuhan yang paling populer. Apa bila disebut

kata Allah berarti sebutan itu telah mencakup semua nama-nama-Nya yang lain. Dan

jika disebutkan nama-Nya yang lain, maka ia hanya menggambarkan sifat itu.

Seperti jika disebut Al-Rahman, Al-Malik dan sebagainya, maka ia hanya

menggambarkan sifat Rahmat atau sifat Kepemilikan-Nya. Di sisi lain nama Allah

tidak dapat disandang oleh siapapun, sedang sifat-sifat-Nya yang lain – secara umum

– dapat disandang oleh makhluk-makhluk-Nya. Dan secara tegas Tuhan Yang Maha

Esa sendiri yang menamai dirinya Allah. Seperti firman-Nya: “Sesungguhnya Aku

adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku” (Thaha /20:14)

Kata Allah mempunyai kekhususan yang tidak dimiliki oleh kata yang

lainnya; ia adalah kata yang sempurna huruf-hurufnya dan sempurna maknanya.

Dari maknanaya seperti dijelaskan di atas bahwa makananya mencakup segala sifat-

sifat-Nya, karena itu jika dikatakan Allah, maka semua nama-nama dan sifat-sifat-

Nya sudah tercakup oleh kata tersebut. Sedang dari segi lafadznya juga terlihat

keistimewaan ketika dihapus huruf-hurufnya. Bacalah kata Allah (هللا) dengan

menghapus huruf awalnya, akan berbunyi Lillah (لل ) dalam arti Milik/bagi Allah;

kemudian huruf awal dari kata Lillah itu akan terbaca Lahu (له ) dalam arti bagi-Nya;

selanjutnya hapus lagi huruf awal dari kata Lahu, akan terdengar dengan ucapan Hu

yang berarti Dia (yang menunjuk Allah). Dan bila ini pun dipersingkat akan dapat

terdenganr suara Ah yang sepintas atau tampak lahirnya mengandung makna

keluahan, tetapi pada hakekatnya adalah seruan permohonan kepada Allah.

Demikian, maka para ulama berkata bahwa kata Allah itu akan terucapkan oleh

semua manusia sengaja atau tidak sengaja. Dan inilah salah satu bukti adanya Fitrah

dalam diri manusia. Yang juga ditegaskan dalam Al-Qur‟an seperti sikap orang-

Page 7: MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim, Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu

orang musyrik ; “Apabila kamu bertanya kepada mereka siapa yang menciptakan

langit dan bumi, pastilah mereka berkata Allah” (az-Zunmar/39;38)

حين حوي الزه الزه kedua kata ini berakar dari kata rahim yang juga telah masuk

dalam perbendaharaan bahasa Indonesia, dalam arti peranakan. Apabila di sebut kata

rahim, maka yang dapat terlintas dalam hati adalah ibu dan anak, dan ketika itu

dapat terbayang betapa besar kasih sayang yang dicurahkan sang ibu kepada

anaknya. Tetapi, jangan disimpulkan bahwa sifat Rahmat Tuhan disamakan dengan

sifat rahmat sang ibu, betpapun besarnya kasih sayang ibu. Karena telah menjadi

keyakinan kita bahwa Allah swt., adalah Tuhan yang tidak memiliki persamaan

dalam zat, sifat dan perbuatan-Nya dengan apapun, baik yang nyata atau pun dalam

khayalan, dan dengan demikian hakekat kapasitas rahmat-Nya tidak dapat

dipersamakan dengan hakekat kapasitas rahmat siapapun.

Bekaitan dengan rahmat Allah, rasulullah saw. menggambarkan dengan

sabdanya; “Allah menjadikan rahmat seratus bagian. Dia menyimpan di sisi-Nya

sembilan puluh sembilan bagian dan diturunkan-Nya ke bumi ini satu bagian. Satu

bagian inilah yang dibagikan ke seluruh makhluk. (Begitu meratanya, sampai-

sampai satu bagian yang dibagikan itu diperoleh pula oleh) seekor binatang yang

mengangkat kakinya karena dorongan kasih sayang, kuatir jangan sampai menginjak

anaknya” (HR. Muslim)

Curahan rahmat Tuhan secara aktual dilukiskan dengan kata Raman, sedang

sifat yang dimiliki-Nya seperti yang tergambar dalam hadits di atas, dilukiskan

dengan kata Rahim. Gabungan kedua kata itu menyiratkan bahwa Allah

mencurahkan rahmat kepada makhluk-Nya, karena memang Dia Zat yang memjiliki

sisat itu, bukan karena pengaruh atau sebab lain. Dengan kata Al-Rahman,

digambarkan bahwa Tuhan mencurahkan rahmat-Nya, sedang dengan ar-Rahim

dinyatakan bahwa Dia memiliki sifat rahmat yang melekat pada diri-Nya. Menurut

pendapat lain, kata ar-Rahman sebagai sifat Allah swt. Yang mencurahkan rahmat

yang bersifat sementara di dunia, sedang ar-Rahim adalah rahmat-Nya yang bersifat

kekal di akhirat. Ar-Rahim Allah khusus diberikan kepada hamba-hambanya yang

beriman kelak di akhirat.

Dimulainya Surat Al-Fâtihah dengan basmalah dimaksudkan untuk memberi

petunjuk kepada hamba-hamba-Nya agar memulai sesuatu pekerjaan dengan lafadz

tersebut, sebagaimana hal ini dinyatakan dalam sebuah hadits,

Page 8: MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim, Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu

كل أمر ذي بال ل ي بدأ فيو ببسم اهلل ف هو أقطع

“Setiap pekerjaan yang mempunyai manfaat yang tidak dimulai dengan

bimillah maka perbuatan itu akan terputus”

Kemudian berkenaan dengan apakah lafadz حين حوي الزه هللا الزه termasuk تسن

bagian dari Surat Al-Fâtihah atau bukan terdapat perdebatan dikalangan para ulama.

Ibnu Katsir menjelaskan sebagai berikut.

1). Menurut riwayat al-Hakim Abu Abdillah di dalam kitab Mustadraknya, dan

diriwayatkan secara mursal oleh Said Ibn Jubair, dan dalam Shahih Ibn

Huzaimah dari Ummi Salamah r.a. bahwa Rasulullah SAW. membaca

basmalah pada awal Al-Fâtihah dan menilainya sebagai bagian ayat dari Al-

Fâtihah.

2). Menurut riwayat Umar bin Harun al-Balkhiy – mengandung kelemahan – dari

Ibnu Jurair dari Ibn Abi Malikah yang diikuti Abi Hurairah dan Riwayat

serupa dari Ali, Ibu Abbas dan Lainnya, bahwa basmalah termasuk ayat dari

setiap surat, kecuali Surat al-Taubah.

3). Menurut Ibn Abbas r.a., Ibn Umar, Ibn al-Zubair, Abu Hurairah, dan Ali, seta

dari kalangan Tabi‟in seperti Atha‟, Thawus, Sa‟id bin Jubair, Mahkul bin

Salam, Imam Malik, Abu Hanifah dan para pengikut keduanya, bahwa

basmalah bukan bagian dari surat-surat lainnya.

4). Menurut al-Syafi‟i pada sebagian ucapannya dan sebagian pengikut

madzhabnya bahwa basmalah termasuk bagian dari ayat setiap surat lainnya.

5). Menuruit Dawud bahwa basmalah merupakan ayat yang berdiri sendiri pada

setiap awal surat, dan bukan merupakan bagian dari setiap surat tersebut.

Riwayat ini berasal dari Imam Ahmad bin Hambal sebgaimana diceritrakan

oleh al-Razi dari abi al-Hasan sl-Kurkhy yang keduanya termasuk sahabat

senior Abu Hanifah.

Masih berkenaan dengan polemik basmalah, Ahmad Mushthafa al-

Maraghiy memaparkan bahwa sebhagian sahabat seperti Abu Hurairah, Ali Ibn

Abbas dan Ibn „Umar serta sebagian tabi‟in seperti Sa‟id bin Jabir,‟Athaal-Zuhri,

Ibn Mubarak dan sebagian para ahli fiqih juga ahli Qira‟at, mekkah seperti Ibn katsir

Page 9: MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim, Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu

serta sebagian ahli Qira‟at dan ahli Fiqih Kufah seperti „Ashim, al-Kisa‟I, al-Syafi‟I

dan ahmad berpendapat bahwa basmalah termasuk ayat dari setiap surat yang

terdapat di dalam Al-Qur‟an. Adapun argumentasi yang mereka yang digunakan

dalam hal ini adalah sebagai berrikut;

1). Para sahabat dan orang-orang sesudahnya sepakat menetapkan basmalah di dalam

mushaf, yaitu pada awal setiap surat selain Surat Al-Taubah/Al-Bara‟ah, disertai

perintah agara menjahui segala sesuatu yang tidak termasuk Al-Qur‟an. Dengan

demikian mereka agar tidak menulis lafaz آهيي pada akhir Surat Al-Fâtihah.

2). Keterangan yang terdapat dalam berbagai hadits, di antaranya Imam Muslim

dalam Kitab Shahihnya meriwayatkan dari Anas r.a., mengatakan bahwa

Rasulullah SAW bersabda: „Tiba-tiba turun kepadaku sebuah surat, maka ia

membaca حين حوي الزه هللا الزه Selanjutnya Abu Dawud dan Ibn Abbas . تسن

meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW tidak mengetahui akhir sebuah surat

sehingga kepada turun حين حوي الزه هللا الزه Kemudian al-Darul Quthniy dari . تسن

Abi Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menyatakan jika kamu

membaca الحود لل maka bacalah حين حوي الزه هللا الزه Al-Fâtihah itu merupakan , تسن

Ummul Qur‟an, al-Sabul Matsaniy, dan حين حوي الزه هللا الزه merupakan salah تسن

satu ayat surat Al-Fâtihah.

3). Kaum muslimin sepakat bahwa diantara dua kitab (الدفتيي ) terdapat firman Allah,

basmalah termasuk diantara keduanya dan harus dijadikan bagian dari

kalamullah.

Dari paparan tersebut di atas nyatalah bahwa persoalan basmalah pada awal

Surat Al-Fâtihah adalah masalah khilafiyah. Masing-masing pendapat mempunyai

argumentasi yang sama-sama kuat. Untuk itu perlu dikembangkan sikap toleransi,

dengan memberikan keleluasaan kepada umat untuk dapat memilih pendapat dimana

mereka lebih condong. Dengan demikian perselisihan pendapat tersebut akan

membawa rahmat bukan sebaliknya menyebabkan konflik.

Page 10: MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim, Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu

Kata الحود yang diawali dengan alif dan lam oleh pakar bahasa dinamai al

istighrak dalam arti mencakup segala sesuatu. Itu sebabnya الحود لل sering kali

diterjemahkan dengan segala puji bagi Allah.

الحود لل segala puji bagi Allah. Huruf lam/bagi, yang menyertai kata Allah

mengandung makna pengkhususan bagi-Nya. Ini berarti bahwa segala pujian hanya

wajar dipersembahkan kepada Allah swt. Dia dipuji karena Dia yang menciptakan

segala sesuatu. Dan Dia menciptakannya dengan baik penuh kesadaran tanpa

paksaan.

Ulama berbeda pendapat tentang fungsi kalimat الحود لل dalam ayat ini,

apakah ia merupakan berita tentang kewajaran Allah semata untuk dipuji,

sebagaimana terlihat dari lahir redaksinya, atau redaksi yang berbentuk berita itu

dimaksudkan sebagai perintah untuk memuji-Nya dengan mengucapkan kalimat

semacam itu. Tetapi mayoritas ulama memahaminya dalam arti perintah dari Allah

swt. kepada manusia untuk memuji-Nya. Bahwa redaksinya dalam bentuk berita, itu

karena ia dimaksudkan untuk menetapkan kemantapan, kekhususan, dan

kesinambungan pujian itu kepada Allah swt. sesuai dengan keagungan dan

kebesaran-Nya.

Adapun pengungkapan pujian diredaksikan dengan bentuk pesona ketiga,

seakan-akan yang dipuji tidak berada dihadapan yang dipuji, merupakan suatu

pelajaran bagi kita agar pujian hendaknya tidak disampaikan langsung dihadapan

orang yang dipujinya.

Ayat ini dilanjutkan dengan pernyataan bahwa Allah itu رب العالويي , dengan

menyebut kata rab, ini menjadi tuntunan bahwa ketika kita menyebut nama Allah

supaya dapat terbayang dalam benak kita segala sifat-sifat Allah swt. baik sifat, fi‟il

(perbuatan) maupun sifat dzat-Nya, yakni baik yang dapat berdampak kepada

makhluk-Nya maupun tidak. Sifat Allah ar-Rahman, ar-razzaq, dan semacamnya

dapat menyentuh makhluk-Nya berupa rahmat dan rezki, tetapi sifatdzat-Nya seperti

Uluhiah/Ketuhanan sama sekali dan sedikitpun tidak dapat menyentuh-Nya.

Kata (عالويي ) adalah bentuk jama dari kata عالن . Ia terambil dari akar kata

yang sama dengan علن atau عالهة (tanda). Dari sini dapat difahami dalam arti alam

raya atau segala sesuatu selain Allah. Sementara pakar tafsir memahami kata alam

dalam arti kumpulan sejenis makhluk Allah yang hidup, baik hidup sempurna

maupun terbatas. Hidup ditandai dengan gerak, rasa dan mengetahui. Seperti alam

Page 11: MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim, Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu

malaikat, alam manusia, alam binatang, mereka tidak mengatakan alam batu, atau

alam tanah.

Ayat ketiga ini tidak dapat dinyatakan sebagai pengulangan kandungan

sebagian dari ayat pertama (Basmalah). حين حوي الزه dalam ayat ketiga ini الزه

mempunyai tujuan untuk menjelaskan bahwa pedidikan dan pemeliharaan Allah

sebagaimana dinyatakan dalam ayat yang kedua, sama sekali bukan untuk

kepentinag Allah atau sesuatu pamrih, seperti halnya seseorang atau perusahaan

yang menyekolahkan karyawannya. Penekanan sifat Rahman dan Rahim di sini

dapat juga memberikan kesan pemeliharaan dan pendidikan Tuhan yang tidak

semena-mena meskipun Dia memiliki kuasa mutlak. Penggabungan sifat rab dan

Rahman-Rahim dapat menghapuskan kesan sifat semena-mena bagi Allah dalam

memelihara alam raya ini.

Ada dua bacaan populer menyangkut ayat ini, yaitu (هلل ) Malik yang berarti

Raja, dan (هالل ) Malik yang berarti Pemilik. Ayat keempat surat ini dapat dibaca

dengan kedua bacaan itu, dan keduanya adalah bacaan Nabi saw., yang berdasarkan

pada riwayat-riwayat yang dapat dipertanggung-jawabkan keshahihannya

(mutawatir)

Allah swt., adalah Raja sekaligus Pemilik, ini terbaca dengan jelas antara

lain sebagai berikut: “Katakanlah: „Wahai Tuhan yang Pemilik kerajaan, Engakau

memberikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau mencabut

kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau

kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Dan di tangan

Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala

sesuatu” (QS. Ali „Imran/3: 26)

Dan kerajaan Allah mencakup kerajaan langit da bumi, juga kerajaan dunia

dan akhirat. Sebagaimana firman-Nya dalam Surat az-Zuhruf/43: 85 , “Maha suci

Allah yang milik-Nya kerajaan/kekuasaan langit dan bumi dan apa yang ada di

antar keduanya”. Dan dalam suarat Al-An‟am/6 ayat 73, “milik-Nya

kerajaan/kekuasaan pada hari ditiup sangkakala”.

Page 12: MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim, Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu

Allah adalah يي Yaum dapat diterjemahkan dengan hari. Kata ini . هلل يىم الد

di dalam Al-Qur‟an terulang sebanyak hari-hari dalam setahun, yakni 365 kali.

Meski tidak semua yaum tersebut mengandung pengertian yang sama dengan hari

yang kita kenal di dunia ini. Al-Qur‟an menggunakan kata yaum dalam arti waktu

atau periode yang terkadang sangat panjang menurut ukuran kita, seperti alam

diciptakan dalam enam hari. Enam hari di sini bukan berarti 6 X 24 jam.

Adapun kata يي dalam ayat ini diartikan sebagai pembalasan, perhitungan الد

atau ketaatan, karena pada hari itu (hari kiyamat) terjadi perhitungan dan

pembalasan Allah, dan juga karena ketika itu semua makhluk tanpa kecuali

menampakkan ketaatannya kepada Allah swt. dalam bentuk yang sangat nyata.

Redaksi إيهاك عثد . Kata Iyyaka mengandung arti pengkhususan, yakni tidak

ada selain Engkau. Sedang kata Na‟budu biasa diterjemahkan dengan menyembah,

mengabdi, dan taat. Jika menyatakan إيهاك عثد , maka ketika itu tidak sesatu apapun,

baik diri seseorang itu atau segala sesuatu yang berkaitan dengannya kecuali telah

dijadikan milik Allah. Diabdikan kepada-Nya.

dan kami mohon bantuan. Bantuan dapat berarti , وإياهك ستعيي

mempermudah melakukan sesuatu yang sulit diraih oleh yang memintanya.

Permohonan bantuan kepada Allah adalah permohonan agar Dia mempermudah apa

yang tidak mampu diraih oleh yang memohon dengan upaya sendiri

Redaksi إيهاك عثد وإياهك ستعيي dengan menggunakan pesona bentuk

mukhaththab, dapat dijelaskan bahwa dalam beribadah dan memohon bantuan Allah

seorang muslim itu seakan-akan harus berhadapan langsung dengan Allah. Dan

menggunakan bentuk mutakallim ma‟al ghair “kami” adalah mengandung semangat

kebersamaan.

Adapun redaksi mendahulukan kata na‟budu dari nasta‟in kemudian

mengulangi kata iyyaka, ini menunjukkan bahwa upaya mendekatkan diri kepada

Allah itu harus didahulukan ketimbang memohon pertolongan.

Kata (اهدا ) terambil dari akar kata هدي yang artinya berkisar pada dua hal,

yakni tampil ke depan memberi petunjuk dan menyampaikan dengan lemah lembut.

Page 13: MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim, Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu

Dari sini muncul kata hadiah yang merupakan penyampaian dengan lemah lembut

guna menunjukkan simpati.

Kata hidayah yang terdapat dalam ayat ini, mengandung petunjuk yang

membawa tercapainya sesuatu yang diharapkan. Ahmad Mushthafa Al-Maraghiy

menjelaskan Hidayah Allah yang diberikan kepada manusia sebagai berikut:

1). Hidayah al-Ilham, yaitu yang diberikan kepada bayi sejak kelahirannya, seperti

perasaan butuh terhadap makanan dan ia menangis karena mengharapkan

makanan tersebut.

2). Hidayah al-hawas. Hidayah ini dan hidayah yang pertama kedua-duanya

diberikan kepada manusia dan binatang, bahkan kedua hidayah tersebut lebih

sempurna pada binatang dibandingkan pada manusia. Karena kedua hidayah ini

pada manusia pertumbuhannya sangat lambat dibandingkan dari binatang yang

ketika lahir sudah dapat bergerak, makan, berjalan dan sebagainya.

3). Hidayah al-aql, yaitu hidayah yang kedudukannya lebih tinggi dari pada yang

pertama dan ke dua. Hidayah ini hanya untuk manusia, karena manusia

diciptakan untuk hidup bersama dengan yang lainnya, sedang ilhan dan

hawasnya tidak cukup untuk mencapai kehidupan bersama itu. Untuk mencapai

kehidupan bersama dengan yang lainnya itu harus disertai dengan akal yang

dapat memperbaiki kesalahan yang dibuat panca indra. Panca indra itu

terkadang melihat tongkat yang sebenarnya lurus menjadi bengkok ketika di

dalam air; dan terkadang merasa pait terhadap makanan yang sebenarnya tidak

pait bahkan manis, dan sebagainya.

4). Hidayah al-adyan wa al-syara‟, yaitu hidayah yang ditunjukkan kepada manusia

yang cendrung mengikuti hawa nafsunya, membiarkan dirinya terpedaya akan

kelezatan duniawi dan syahwat menempuh jalan keburukan dan dosa, saling

bermusuhan antara sesamanya, saling mengalahkan antara yang satu dengan

yang lainnya, yang semuanya itu karena akalnya dikalahkan oleh hawa nafsu.

Dalam keadaan seperti ini perlu dijelaskan batas-batas dan aturan, agar mereka

berpegang teguh kepadanya. Batas-batas dan aturan tersebut adalah hidayah al-

din yang diberikan oleh Allah kepada manusia.

Sedang Al-Shirath Al-mustaqim dimaksud dalam ayat ini adalah suatu

perangkat yang menyeluruh yang dapat menyampaikan pada kebahagian dunia dan

Page 14: MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim, Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu

akhirat, berupa aqidah, hukum-hukum, adab, dan syariat keagamaan seperti ilmu

yang benar tentang Allah, kenabian, tingkahlaku pribadi dan masyarakat.

عوت عليهن jalam orang-orang yang telah Engakau (yaitu) صزاط الهذيي أ

anugerahi nikmat adalah jalan orang-orang yang dapat melaksanakan pesan-penan

ilahi, yaitu orang-orang yang memperoleh nikmat terbesar. Mereka itu adalah orang-

orang pilihan yang telah ditegaskan oleh Allah dalam surat An-Nisa [4] ayat 60,

“dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-

sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para

shiddiqin, para syhada, dan orang orang shalih. Dan mereka itulah teman yang

sebaik-baiknya”

adalah orang-orang yang menolak agama yang benar yang غيز الوغضىب عليهن

disyariatkan Allah kepadanya. Mereka berpaling dari kebenaran dan tetap mengikuti

apa yang diwariskan nenek moyang mereka, dan semua itu yang menyebabkan

mereka di murkai oleh Allah.

ول الضآليي adalah orang-orang yang tidak mengenal kebenaran, atau tidak

mengetahui sesuatu secara benar, yaitu orang-orang yang kepadanya tidak sempai

risalah, atau sampai risalah kepada mereka namun mereka enggan mengikutinya.

C. Rangkuman

Surat Al-Fâtihah termasuk surat Makkiyah, terdiri dari 7 ayat. Disebut Al-Fâtihah

karena dengan surat inilah dibuka dan dimulainya Al Quran. Nama-nama lainnya

diantaranya adalah Ummul Qurân atau Ummul Kitâb,dan as-Sab'ul Matsâny (tujuh yang

berulang-ulang).

Mengenai Basmalah, dalam Surat Al-Fâtihah, terdapat perbedaan pendapat. Ibn

Katsir berhujjah dengan berbagai riwayat dan pendapat beberapa imam madzhab

termasuk Imam Syafi‟I dan Imam Hambali, bahwa ia merupakan bagian dari Surat Al-

Fâtihah(Ibn. Katsir, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu Hanifah

mengatakan bukan bagian dari Surat Al-Fâtihah. Sebab itu dalam kaitannya dengan

bacaan yang harus dibaca dalam setiap rakaat shalat, bagi yang berpendapat basmalah

termasuk dalam Surat Al-Fâtihah, maka mereka menjaharkan dalam bacaa shalatnya.

Page 15: MATERI 1 TAFSIR SURAT AL-FÂTIHAHmerupakan bagian dari Surat Al-Fâtihah(Ibn. Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azdim, Maktabah Syamilah, Juz I: 117). Adapun Imam Malik dan Imam Abu

Surat Al-Fâtihah sebagai umm Al-Kitab, isinya secara garis besar mencakup

seluruh kandungan Al-Qur‟an. Mushthafa Al-Maraghi menjelaskan bahwa kandungan

surat ini meliputi; masalah tauhîd, wa‟ad dan waîd (janji dan ancaman), hukum-hukum,

dan kisah-kisah.

Hidayah adalah petunjuk yang membawa tercapainya sesuatu yang diharapkan.

Hidayah meliputi; hidayah al-ilham, hidayah al-hawas. hidayah al-aql, dan hidayah al-

adyan wa al-syara‟.

Al-Shirath Al-Mustaqim dimaksud dalam ayat ini adalah suatu perangkat yang

menyeluruh yang dapat menyampaikan pada kebahagian dunia dan akhirat, berupa

aqidah, hukum-hukum, adab, dan syariat keagamaan seperti ilmu yang benar tentang

Allah, kenabian, tingkahlaku pribadi dan masyarakat.