Mata Kuliah / Materi Kuliah -...

19
EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: PRAKTEK PENYAKAPAN DAN BAGI HASIL OLEH PETANI GUREM Tatiek Koerniawati Andajani, SP.MP. Laboratorium Ekonomi Pertanian, FP-Universitas Brawijaya Email : [email protected] DESKRIPSI MODUL Modul ini mencoba memaparkan salah satu realitas dalam praktek usahatani berskala kecil yang lazim dilakukan oleh petani gurem di negara-negara sedang berkembang, tak terkecuali di Indonesia.Praktek bagi hasil atau sharecropping muncul sebagai akibat dari kelangkaan sumberdaya lahan dan distribusi pemilikan lahan yang tidak seimbang antar strata sosial di pedesaan. TUJUAN PEMBELAJARAN Kompetensi dasar yang harus dikuasai mahasiswa setelah: 1. Membaca modul dan pustaka yang disarankan 2. Mengerjakan tugas terstruktur mandiri 3. Melaksanakan tutorial online adalah sebagai berikut: 1. Memahami konsep pemilikan lahan dan akses sumberdaya lahan pertanian dalam kaitannya dengan praktek bagi hasil dalam produksi pertanian 2. Menganalisis dampak penerapan praktek bagi hasil dalam produksi pertanian 3. Menganalisis perilaku petani dalam praktek bagi hasil 4. Menjelaskan alternatif solusi untuk mereduksi dampak negatif praktek penyakapan dan bagi hasil dalam produksi pertanian 9 SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION

Transcript of Mata Kuliah / Materi Kuliah -...

Page 1: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: PRAKTEK PENYAKAPAN DAN BAGI HASIL OLEH

PETANI GUREM Tatiek Koerniawati Andajani, SP.MP.

Laboratorium Ekonomi Pertanian, FP-Universitas Brawijaya Email : [email protected]

DESKRIPSI MODUL

Modul ini mencoba memaparkan salah satu realitas dalam

praktek usahatani berskala kecil yang lazim dilakukan oleh

petani gurem di negara-negara sedang berkembang, tak

terkecuali di Indonesia.Praktek bagi hasil atau

sharecropping muncul sebagai akibat dari kelangkaan

sumberdaya lahan dan distribusi pemilikan lahan yang tidak

seimbang antar strata sosial di pedesaan.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi dasar yang harus dikuasai mahasiswa setelah:

1. Membaca modul dan pustaka yang disarankan

2. Mengerjakan tugas terstruktur mandiri

3. Melaksanakan tutorial online

adalah sebagai berikut:

1. Memahami konsep pemilikan lahan dan akses

sumberdaya lahan pertanian dalam kaitannya dengan

praktek bagi hasil dalam produksi pertanian

2. Menganalisis dampak penerapan praktek bagi hasil

dalam produksi pertanian

3. Menganalisis perilaku petani dalam praktek bagi hasil

4. Menjelaskan alternatif solusi untuk mereduksi

dampak negatif praktek penyakapan dan bagi hasil

dalam produksi pertanian

9

SELF-PR

OP

AG

ATIN

G EN

TREP

REN

EUR

IAL ED

UC

ATIO

N

DEV

ELOP

MEN

T (SPEED

)

Page 2: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 2 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

MATERI PEMBELAJARAN

9.1. Petani gurem sebagai Penyakap

Sharecropping atau bagi hasil adalah salah satu bentuk penyakapan

di mana sewa lahan atau biaya pemakaian lahan diwujudkan dalam

persentase output fisik total yang diperoleh selama musim tanam

tertentu. Proporsi bagi hasil umumnya tetap dengan kata lain, besarnya

nilai absolut pemakaian lahan bervariasi sesuai dengan hasil panen yang

diperoleh per musim tanam. Terdapat berbagai tipe penyakapan

berdasarkan sewa musiman baik dalam bentuk tunai maupun natura atau

bentuk lainnya. Akses atas sistem bagi hasil juga dapat ditinjau dari:

a. hukum tanah adat

b. pemilikan lahan bebas

c. pemakaian tenaga kerja pertanian upahan

Sharecropping banyak dijumpai di berbagai belahan dunia terutama

di Asia Selatan dan Tenggara. Sistem bagi hasil melibatkan interaksi

antar rumahtangga berdasarkan penguasaan lahan dan sumberdaya lain.

Bentuk interaksi yang paling kompleks terdiri dari kontrak multi strata

antar rumahtangga, meliputi: penggunaan lahan, kredit, pinjaman untuk

konsumsi, harga input, akses terhadap pasar, dan sebagainya. Dalam

seluruh kasus yang ada karakter interaksi yang terjadi menggeser

penekanan analisis pengambilan keputusan rumahtangga secara

individual ke bentuk analisis yang lebih interaktif.

Ekonom neoklasik cenderung memandang sistem sakap sebagai

suatu konsep teoritis yang menarik untuk dikaji, sementara para ekonom

Marxian memandang sistem sakap ini sebagai salah satu bentuk

eksploitasi pemilik lahan terhadap buruh tani dan atau petani gurem.

Ekonom neoklasik memandang usahatani bagi hasil sebagai puzzle

karena ketidakmampuan analisis ekonomi yang sudah ada untuk

menjelaskan aspek tertentu dari sistem sakap sebagai suatu institusi,

antara lain:

a. tuduhan bahwa sistem ini kurang efisien dan tidak terbuka terhadap

informasi

b. adanya koeksistensi historis antara sharecropping di lokasi yang sama

Page 3: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 3 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

dengan penyakapan tunai dan pertanian kapitalis

c. sistem bagi hasil yang berlaku antara pemilik lahan dan penyakap

seringkali tidak dapat dijelaskan hanya dengan kriteria optimisasi

Sudut pandang yang menyatakan bahwa penyakapan merupakan

salah satu bentuk eksploitasi menyandarkan rasionalisasi mereka pada

fakta adanya pemusatan kekuatan ekonomi dari kelompok pemilik lahan

dan kuatnya kontrol kelompok ini atas petani penyakap dan tunakisma.

Hubungan antara kedua sudut pandang di atas terletak pada konsep

keterkaitan pasar input yang mencerminkan tidak adanya kebebasan

antar pasar input yang berbeda ketika berbagai transaksi seperti tanah,

tenaga kerja, pinjaman konsumsi dan biaya input dikaitkan dengan

kontrak penyakapan tunggal.

Kompleksitas praktek penyakapan perlu dicermati mengingat

secara teoritis teoritis seringkali dilakukan berbagai simplifikasi, sehingga

kompleksitas realitas praktek penyakapan ini tidak sepenuhnya dapat

diinformasikan:

1. Dalam bentuk yang paling sederhana sekalipun konsep sharecropping

melibatkan transaksi simultan antar dua pasar input yakni pasar lahan

dan tenaga kerja

2. Kontrak sharecropping memiliki ruang lingkup yang luas dan mungkin

mencakup pinjaman untuk konsumsi, kredit produksi, layanan jasa

dari anggota keluarga penyakap terhadap pemilik lahan, perjanjian

untuk menanggung biaya input bersama, dll

3. Sharecropping tidak selalu mencerminkan perbedaan kelas yang jelas

antara pemilik lahan dengan penyakap atau tunakisma

Komponen analisis sharecropping dan keterkaitan pasar faktor produksi

meliputi:

1. Model mikroekonomi sharecropping dalam lingkungan yang kompetitif

2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

bargaining dan imperfeksi pasar

3. Analisis keterkaitan pasar faktor produksi

4. Pertanyaaan seputar eksploitasi dalam sharecropping

5. Implikasi kebijakan yang dapat diperoleh dari kajian ekonomi

Page 4: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 4 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

sharecropping

6. Beberapa perspektif yang lebih luas

9.2. Analisis Ekonomi Sharecropping

Ada dua model utama analisis ekonomi sharecropping dengan asumsi

kompetitif. Model pertama adalah model Marshallian yang

mengemukakan sudut pandang ekonomi ditinjau dari perilaku produksi

penyakap, model kedua adalah model Cheung yang menggambarkan

perilaku produksi dari sudut pandang pemilik lahan.

1. Model Penyakap

Dalam pendekatan ini penyakap berusaha memaksimumkan profit dalam

pasar kompetitif terhadap sistem bagi hasil tertentu. S adalah output

yang merupakan bagian pemilik lahan. (1-S) adalah output yang

merupakan bagian penyakap. Jadi bila bagi hasil 60% - 40 % maka nilai

S = 0,60 dan 1-S = 0,40. TVP adalah respon total output pertanian

terhadap input tenaga kerja, namun karena penyakap hanya menerima

(1-S) maka respon output yang relevan secara ekonomi adalah (1-S)TVP.

Y2

Y1

B

E

A

TVP

TC

C

D (1-S) TVP

0

L1 L2Input tenaga kerja L

To

tal

Ou

tpu

t Y

(R

p)

Page 5: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 5 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

Gambar 8.1. Model Sharecropping (Penyakapan)

Pada tingkat upah pasar kompetitif yang mencerminkan opportunity

cost waktu keluarga penyakap, posisi maksimasi profit dapat ditetapkan

pada titik A yaitu pada level penggunaan tenaga kerja sebesar L1.

Sebagaimana terlihat pada Gambar 8.1 dengan teknologi yang tersedia

penggunaan tenaga kerja sebesar L1 hanya akan memberikan total

keuntungan sebesar EC dan output sebesar Y1 yang lebih rendah dari BD

dan Y2 yang seharusnya diperoleh bila menggunakan tenaga kerja

optimal sebesar L2 pada saat TVP maksimum. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa dalam sistem bagi hasil petani penyakap tidak

menggunakan tenaga kerja (sarana produksi) secara optimal sehingga

usahatani bagi hasil tidak efisien.

Kesimpulan yang sama juga dapat dijelaskan dengan menggunakan

pendekatan nilai marginal produksi (MVP) sebagaimana disajikan pada

Gambar 8.2. Petani penyakap hanya akan bersedia beroperasi pada titik

A dengan tenagakerja sebesar L1, dimana upah (w) adalah sama dengan

(1-S) MVP yang merupakan kurva nilai marginal produksi petani

penyakap. Akibat penggunaan tenaga kerja yang tidak optimal tersebut,

maka terjadi kehilangan output sebesar AEB yang seharusnya dapat

diperoleh jika usahatani dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja

sebesar L2.

Model ini menujukkan bahwa petani memperoleh pendapatan

(akumulasi MVP) sebesar OGAL1, lebih besar dari area 0FAL1 yang

seharusnya dia peroleh sebagai upah tenaga kerja yang dicurahkan pada

usahatani. Pemilik lahan, disisi lain hanya memperoleh sebesar GHEA,

dan kehilangan pendapatan sebesar FGA yang dialihkan kepada petani

penyakap sebagai surplus atas nilai tenagakerja yang digunakannya.

Adanya surplus pendapatan yang diperoleh petani penyakap

menunjukkan bahwa pasar tidak efisien dan titik keseimbangan tidak

stabil. Pada pasar persaingan sempurna, pendapatan lebih yang dimiliki

petani penyakap akan mengundang pendatang baru (new entrant) untuk

memasuki pasar bagi hasil.

Page 6: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 6 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

H

G

Fw A B w'

C

L1 L2 D0input tenaga kerja L

MVP pemilik

(1-S)MVP

penyakap

Nil

ai P

rod

uk

Mar

gin

al (

Rp

)

Gambar 8.2. Produk Marginal Tenaga Kerja dalam Model Penyakapan

Hsiao, (1975) mengatakan bahwa ketidakefisienan yang terjadi

pada sistem bagihasil ini dapat diatasi dengan saling tawar antara pemilik

lahan dengan petani penyakap agar usahatani dapat dioperasikan pada

penggunaan tenaga kerja L2 yang dapat memberikan TVP maksimum

pada usahatani. Pada titik ini pemilik lahan akan memperoleh tambahan

pendapatan sebesar AEB dan sebagai imbalannya pemilik lahan

memberikan pendapatan kepada penyakap sebesar tambahan ABC

hingga total pendapatan petani sebesar 0FBL2, setara dengan nilai

penggunaan tenaga kerja yang dicurahkan petani, w.L2.

2. Model Petani Pemilik Lahan

Dalam model ini diasumsikan bahwa petani pemilik lahan berusaha

memaksimumkan keuntungan yang dapat diperolehnya. Sesuai dengan

kapasitasnya, petani pemilik bebas menentukan jumlah dan luas lahan

yang akan digunakan atau distribusikan kepada petani penyakap berikut

sewa/perbandingan bagi hasil lahan yang dimilikinya. Satu-satunya

Page 7: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 7 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

kendala yang membatasi kebebasan petani pemilik adalah upah pasar

yang berlaku. Petani pemilik tentu harus mempertimbangkan nilai yang

dapat diperoleh oleh petani penyakap yakni setidaknya sama dengan nilai

tenagakerja yang dicurahkan untuk mengusahakan usahatani yang

disepakati.

Sebagai petani yang berusaha untuk memaksimumkan keuntungan,

petani pemilik seyogyanya harus dapat menentukan jumlah pendapatan

yang dapat diperoleh petani penyakap hingga usahatani dapat

dioperasikan pada tingkat penggunaan tenagakerja sebesar L2 pada

gambar 8.1 atau 8.2. Apabila usahatani dioperasikan pada L2 maka

petani pemilik akan memperoleh pendapatan sebesar GHEA, yakni

sebesar pendapatan yang dapat diperoleh jika petani pemilik

mengusahakan lahannya sendiri dengan menggunakan tenagakerja

upahan dikurangi FGA yang menjadi surplus bagihasil yang diperoleh oleh

petani penyakap. Hal ini akan dapat berhasil dengan asumsi bahwa

petani pemilik mampu menentukan kapasitas dan jumlah petani

penyakap, persentase bagihasil, dan mengatur penggunaan input tenaga

kerja petani penyakap. Asumsi tersebut dirasakan kurang sesuai sebab:

1. Seakan-akan menempatkan petani pemilik menjadi pengusaha

monopolis yang sepenuhnya dapat mengatur perilaku kerja petani

penyakap (Jaynes, 1982)

2. Nampaknya petani pemilik tidak cukup mampu menggunakan

sistem persentase bagihasil untuk mengupayakan pemanfaatan

lahan yang efisien, sebab sistem bagihasil lebih ditentukan oleh

budaya dan kompetisi di antara petani pemilik untuk memperoleh

petani penyakap.

3. Asumsi ketiga yang mengatakan bahwa petani pemilik mampu

mengatur tingkat penggunaan tenaga kerja petani penyakap sangat

diragukan.

Namun demikian, usahatani sistem sakap dapat lebih memberikan

kepuasan daripada mengusahakan lahan usahatani dengan menggunakan

tenagakerja upahan. Setidaknya petani penyakap bekerja dengan

motivasi yang lebih baik dibandingkan buruh tani yang diupah. Selain

Page 8: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 8 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

itu, fluktuasi penggunaan tenaga kerja pada sektor pertanian

menyebabkan sistem bagi hasil lebih menjamin ketersediaan tenaga kerja

dibandingkan teanga kerja upahan yang pada musim sibuk sulit

diperoleh. Selanjutnya, sistem bagihasil juga lebih efisien dalam

penggunaan input terutama apabila biaya produksi menjadi tanggungan

bersama antara pemilik dan penyakap.

3. Resiko, biaya informasi, dan pasar tidak sempurna.

Sejauh ini dapat dikatakan bahwa tidak satupun model sistem

bagihasil yang telah dibahas dapat memberikan penjelasan yang

memuaskan atas kehadiran institusi dalam sistem usahatani. Jika tidak

terdapat perbedaan tingkat pendapatan antara usahatani dengan sistem

sewa dengan usahatani yang menggunakan tenaga kerja upahan,

mengapa petani pemilik lebih tertarik untuk mengikat kontrak sistem

sakap dibandingkan dengan pendapatan sewa yang tergantung pada hasil

panen?

Salah satu alasan yang dapat diterima adalah masuknya variabel

resiko dalam analisis yang dilakukan. Pada sistem sewa permanen,

seluruh resiko berada di pundak petani penyewa, sebaliknya jika pemilik

mengusahakan lahannya dengan menggunakan tenaga kerja upahan

maka resiko menjadi tanggungan pemilik lahan. Apabila baik petani

pemilik maupun penyakap adalah petani yang risk-averse, maka pilihan

bagi hasil, yang juga berarti bagi resiko, menjadi pilihan yang paling

aman bagi kedua belah pihak. Dengan demikian salah satu jawaban

mengapa pilihan pola usahatani jatuh pada institusi usahatani bagi hasil

adalah upaya petani untuk menekan faktor ketidak pastian dan resiko.

Solusi Cheung terhadap efisiensi usahatani bagi hasil, menunjukkan

bahwa dalam pasar persaingan sempurna terdapat suatu kombinasi

sistem sewa tunai dan atau mengusahakan sendiri dengan tingkat resiko

yang sama seperti yang diperoleh apabila menggunakan sistem sakap.

Lebih jauh dikatakan bahwa kombinasi sistem usahatani tersebut dapat

memberikan pembagian pendapatan yang seimbang antara petani

pemilik dan penyakap (Newbery dan Stiglitz, 1979).

Dengan demikian dapat dilihat bahwa faktor ketidak pastian dan

Page 9: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 9 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

respon terhadap risk-aversion tidak dengan sendirinya menjadi jawaban

atas teka-teki sistem bagihasil. Informasi yang tidak sempurna pada

gilirannya menyebabkan peran pasar menjadi tidak sempurna untuk

menjelaskan sistem usahatani bagi hasil. Beberapa alasan spesifik yang

dapat menjelaskan kehadiran sistem bagi hasil tersebut diantaranya

adalah:

Ketidak-sempurnaan Pasar tenaga kerja. Pada kenyataannya baik

petani penyakap maupun pemilik tidak pernah menghadapi pasar

persaingan sempurna sebagaimana yang diasumsikan oleh Marshalian

dan Cheung. Bagi petani penyakap, penawaran tenaga kerja mereka

hanya bersifat parsial, tidak menentu, dan mencari pekerjaan jelas

membutuhkan biaya. Sebagaimana diketahui kebutuhan tenaga kerja

disektor pertanian tidak merata sepanjang tahun sehingga tidak ada

jaminan pekerjaan yang dapat memberikan upah tetap untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sepanjang tahun. Bagi

petani pemilik, mencari tenaga kerja upahan dengan jumlah, dan

kemampuan yang memadai pada waktu yang tepat seringkali menjadi

kendala tersendiri. Permasalahan ini menjadi teratasi dengan sistem

sakap.

Ketidak hadiran atau ketidak sempurnaan pasar. Ketidak sempurnaan

pasar seringkali sangat berperan bagi eksistensi sistem bagihasil.

Sebagai misal, lembaga perkreditan formal segan berhubungan

dengan petani kecil dengan tingkat ketidak pastian yang tinggi. Dilain

sisi, petani gurem seringkali tidak memilik informasi yang lengkap

tentang lembaga perkreditan formal sehinga hubungan kerjasama

anatar kedua pihak ini jarang dapat terjadi. Sistem sakap, sesuai

dengan kelebihannya yakni pembagian resiko dapat mengatasi hal ini.

Problem insentif dan pengawasan. Alasan lain yang menyebabkan

timbulnya sistem sakap ini adalah bahwa sistem ini dapat memberikan

insentif yang memadai bagi petani penyakap untuk bekerja dengan

baik, memberikan jaminan penggunaan jumlah dan kualitas

penggunaan tenaga kerja dan sarana produksi yang efektif, serta

menghindari kegagalan pinjaman. Hal ini sering dikaitkan dengan

Page 10: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 10 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

masalah “moral hazard”.

Berbagai penjelasan mengenai kelebihan sistem bagihasil yang

diuraikan diatas oleh Stiglitz (1986) dikelompokkan kedalam

argumentasi „ketidak-sempurnaan Informasi‟. Sistem bagihasil

kemudian dikatakan sebagai suatu tatanan dalam mengatur proses

produksi yang dapat menyediakan informasi yang secara lokal lebih

lengkap. Namun demikian analisis mengenai sistem bagi hasil rasanya

belum lengkap jika aspek keterpaduan pasar belum dimasukkan

kedalamnya.

9.3. Pasar Terkoneksi

Istilah interlocked factor market digunakan untuk menjelaskan

penetapan simultan transaksi pada lebih dari satu pasar. Dalam berbagai

kasus dapat ditunjukkan adanya keterkaitan antara pasar dalam

menentukan transaksi, misalnya harga pada suatu pasar mempengaruhi

harga di pasar yang lainnya.

Sebagaimana telah dijelaskan berbagai potensi terjadinya kerjasama

dalam sistem bagi hasil meliputi:

a. Akses terhadap lahan melalui sistem sewa bagihasil

b. Tenaga kerja pada usahatani penyakap

c. Pasokan tenagakerja oleh rumah tangga petani penyakap baik

pada lahan petani pemilik ataupun pada kegiatan lainnya

(termasuk kegiatan rumahtangga)

d. Sistem kredit dalam bentuk bahan pangan yang diberikan

petani pemilik kepada penyakap

e. Sistem kredit produksi dari petani pemilik kepada penyakap

f. Penjualan atau pembagian biaya produksi usahatani antara

petani pemilik kepada penyakap

g. Pengadaan atau penjualan bahan pangan oleh petani pemilik

kepada penyakap

h. Pemasaran hasil produksi yang dilakukan oleh petani pemilik

baik itu bagian dari pemilik atau sebahagian dari milik

penyakap.

i. Kemungkinan pengadaan kebutuhan barang dan jasa lainnya

seperti , perumahan hingga pengadaan air oleh petani pemilik

Page 11: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 11 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

kepada penyakap.

Sistem keterpaduan pasar melahirkan dua interpretasi yang saling

bertentangan, dengan berbagai variasi diantaranya. Neoklasik melihat

bahwa berbagai aspek diatas pada dasarnya dapat meningkatkan

efisiensi pengelolaan usahatani dan memacu adopsi teknologi pertanian

oleh petani penyakap. Dari sudut pandang ini, keterpaduan pasar

(interlocking of markets) adalah salah satu cara yang dapat dilakukan

oleh petani pemilik untuk mengatasi ketidak-efisienan pasar yang

terfragmentasi dan tidak lengkap. Mereka dapat melakukan ini dengan

cara menginternalisasi penolakan terhadap eksternalitas pasar tidak

sempurna seperti risk-aversion, semangat kerja yang rendah, tunggakan

kredit, dan lain sebagainya. Dengan melakukan berbagai hal tersebut,

petani pemilik kemudian dapat meningkatkan sosial welfare dengan

meningkatkan produktifitas usahatani. Beberapa upaya yang dapat

dilakukan dalam mencapai keterpaduan tersebut diantaranya adalah:

a. Mengkaitkan sistem bagihasil dengan pinjaman konsumtif . Hal

ini dapat dilakukan oleh petani pemilik untuk memacu petani

penyakap bekerja lebih giat.

b. Memadukan sistem bagihasil dengan pinjaman produksi untuk

meyakinkan petani pemilik bahwa penggunaan investasi sesuai

dengan yang diinginkan oleh petani pemilik.

c. Mengkaitkan sistem bagihasil dengan penggunaan sarana

produksi atau biaya produksi dapat merangsang petani

penyakap untuk mengadopsi teknologi dan menggunakan input

yang efisien

d. Mengkaitkan sistem bagihasil dengan jasa tenaga kerja pada

usahatani tuan tanah, dengan pengadaan bahan pangan pada

harga yang pasti kepada petani penyakap, atau melakukan

pemasaran atas hasil pertanian yang diperoleh adalah berbagai

mekanisme yang dapat digunakan oleh petani pemilik untuk

menyediakan sanksi atau insentif bagi tenaga kerja keluarga

petani penyakap agar mau bekerja lebih giat.

Page 12: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 12 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

9.4. Sistem bagi hasil sebagai suatu eksploitasi

Anggapan lainnya yang mengatakan bahwa sistem bagihasil dan

pasar yang terpadu adalah bukti praktek eksploitasi tidak dengan

sendirinya menolak pernyataan bahwa sistem ini dapat memberikan

output yang lebih tinggi. Namun bukan ini inti permasalahannya.

Pertanyaan yang perlu dijawab adalah siapakah yang menikmati

kesejahteraan sosial yang lebih tinggi akibat penerapan sistem tersebut?

Nampaknya peningkatan kesejahteraan hanya dinikmati petani pemilik

lahan, sementara petani penyakap tetap bertahan pada level subsisten.

Berbagai instrumen yang didiskusikan terdahulu merupakan upaya untuk

meningkatkan efisiensi usahatani. Di sisi lain permasalahan sentral

dalam sistem usahatani bagihasil adalah transfer surplus dari petani

penggarap kepada petani pemilik lahan.

Jika eksploitasi menjadi tujuan utama dari pemilik lahan maka hal

ini dapat saja dilakukan dengan meningkatkan share yang mereka

peroleh tanpa harus memusatkan pasar kebutuhan petani penyakap di

tangan tuan tanah. Namun ditinjau dari logika efisiensi, peningkatan

share bagi petani pemilik akan menurunkan penggunaan tenaga kerja

oleh petani penggarap yang berahir pada operasi usahatani yang tidak

optimal dan total nilai penerimaan (TVP) yang tidak maksimum.

Argumen utama mengenai pandangan eksploitasi dalam aspek

pemusatan pasar (interlocked market) disajikan dalam Bhaduri (1973;

1983; 1986). Salah satu kesimpulan yang dikemukakan oleh Bhaduri

adalah bahwa sistem pasar yang buruk akan menyebabkan keluaran

produksi tidak kompetitif sehingga kesejahteraan petani dari konsep

keterpaduan pasar tidak dapat diperbandingkan. Dengan demikian tidak

dapat dibuktikan bahwa keterpaduan pasar lebih efisien. Lagi pula

tekanan atas penyakap melalui kontrak terpadu semacam ini dapat

diartikan bahwa:

a. penyakap bukan partisipan tetap dalam perdagangan mereka

hanya partisipan yang dipaksa bertransaksi

b. fungsi jual beli dalam pasar pada harga ekuilibrium tidak jelas,

Page 13: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 13 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

sebab yang terjadi adalah salah satu pihak memperoleh

keuntungan dari kerugian pihak yang lain

c. apa yang efisien dari sudut pandang pemilik lahan tidak

berimbang dengan efisiensi sosial keluaran pasar yang

kompetitif

9.5. Hal-hal penting lainnya dalam pasar pertanian

terkoneksi

Hubungan sosial yang muncul dalam transaksi pasar pertanian

terpadu umumnya memberikan gambaran adanya kontrol satu pihak

atas pihak yang lain sebagai berikut:

a. Petani pemilik seringkali berperan sebagai kreditor dalam sistem bagi

hasil dan kontrak pinjaman konsumtif

b. Majikan dan atau pemberi pinjaman dalam kontrak kerja dan pinjaman

konsumsi seringkali menetapkan batasan situasi tenagakerja yang

menjadi andalan pekerja dan keluarganya

c. Pedagang pengumpul dan atau pemberi pinjaman dalam kontrak

penjualan hasil panen dan pinjaman konsumsi memperoleh jaminan

berupa output pertanian dan ini berlangsung hampir sepanjang tahun

d. Pemilik toko barang-barang konsumsi dan atau pemberi pinjaman

terlibat dalam hubungan segitiga antara pemilik lahan dan pekerjanya.

Seringkali pemilik lahan berperan sebagai agen bagi pemilik toko

untuk memberikan pinjaman konsumtif tersebut.

Dalam banyak kasus kreditor merupakan jantung dari kontrol nilai

transaksi lahan, tenaga kerja dan pasar output. Keterpaduan pasar tidak

selalu didasarkan atas mekanisme ini. Sejumlah pola berkembang dari

keterkaitan kontrak penjualan eksklusif di mana petani gurem, penyakap

atau pemilik terikat dalam sistem bagi hasil dengan nilai input dan harga

output yang tetap. Dalam kasus semacam ini terdapat kontrol aktivitas

produksi dan kendali informasi atas motivasi keterkaitan pasar

kontraktual.

9.6. Aspek Kebijakan

Konklusi kebijakan yang dapat ditarik dari teori bagi hasil ini sangat

Page 14: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 14 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

tergantung pada posisi :

a. Efisiensi atau inefisiensi organisasi produksi pertanian

b. Dampak distribusi pendapatan antara pemilik lahan dan penyakap

Karena pada umumnya bagi hasil dikonotasikan sebagai ketidaksetaraan

distribusi pendapatan antara pemilik lahan dan petani penyakap sebagian

besar aspek kebijakan dipusatkan pada topik ini.

1. Land Reform

Reformasi agraria merupakan istrumen dasar kebijakan yang diturunkan

dari inefisiensi teoritis pengambilan keputusan dalam sistem bagi hasil

dan dampaknya terhadap distribusi income. Tujuan land reform secara

umum adalah untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dan

kesetaraan. Kebijakan reformasi agraria berbeda dengan jenis kebijakan

lain di mana pemerintah berupaya menciptakan iklim perekonomian yang

kondusif untuk memfasilitasi peningkatan kesejahteraan petani gurem.

Hal ini dapat dipahami mengingat reformasi agraria berkaitan dengan

status kepemilikan. Oleh karena itu kebijakan reformasi agraria sangat

dipengaruhi oleh struktur politis suatu negara. Land reform bukanlah

proses pergeseran harga marginal relatif ataupun akses terhadap

sumberdaya, namun melibatkan perubahan dalam skala besar yang

mencakup seluruh struktur kepemilikan tanah di suatu negara. Alasan

inilah yang menyebabkan land reform terbukti merupakan proposisi yang

sulit dan sangat jarang terjadi kecuali dalam gerakan revolusioner. Land

reform secara parsial dalam lingkup terbatas tidak pernah berhasil

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengalaman land reform yang

ada selama ini membuktikan adanya akselerasi transisi pertanian gurem

ke arah pertanian kapitalis atau pertanian keluarga yang bersifat

komersial.

2. Kontrol Hukum atas Sistem Bagi Hasil dan Tingkat Bunga

Kebijakan ini merupakan intervensi pemerintah yang didesain jika pilihan

land reform tidak memungkinkan sementara di lain pihak petani

penyakap memerlukan proteksi. Bukti atas pengaruh ini tidak dapat

dibedakan satu sama lain namun gambaran umum yang diperoleh tidak

Page 15: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 15 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

terlepas dari konteks keterpaduan pasar faktor produksi. Jika bagian hasil

yang diperoleh oleh pemilik lahan dijadikan sebagai pedoman penetapan

kebijakan maka tingkat bunga pinjaman petani dapat digunakan untuk

menggantikan surplus yang dambil oleh penyakap, namun jika diambil

sebagai patokan tingkat bunga maka variasi biaya tenaga kerja atau

input lainnya dapat digunakan untuk menetralkan kontrol ini.

3. Program Kredit Subsidi

Pilihan alternatif, biaya rendah dan kredit untuk petani penyakap adalah

cara lain untuk meningkatkan taraf hidup petani penyakap. Hal ini juga

berlaku untuk kebijakan target input dan perangkat kebijakan lainnya.

Masalah yang muncul dalam penerapan kebijakan ini adalah tingginya

biaya administrasi, resiko tunggakan kredit, dan sulitnya kontrol dalam

menyalurkan sarana produksi. Kebijakan-kebijakan tersebut mungkin

memiliki beberapa efek positip pada rumahtangga petani gurem tetapi

hal ini tidak dapat merubah persepsi bahwa sistem bagi hasil merupakan

kendala bagi upaya-upaya peningkatan kesejahteraan petani.

Kesimpulan mengenai respon kebijakan terhadap ketidaksetaraan

kekuatan ekonomi pemilik lahan dalam sistem bagi hasil secara tidak

langsung menyarankan land reform sebagai satu-satunya kebijakan yang

mampu memfasilitasi upaya peningkatan taraf hidup petani gurem

(Braverman dan Srinivasan, 1981). Reformasi tanah yang bersifat

parsial hanya akan mengukuhkan kekuatan pemilik lahan melalui

mekanisme keterpaduan pasar di mana pemilik lahan berperan sekaligus

sebagai majikan, dan pemberi pinjaman.

9.7.Jangkauan Perspektif

Analisis bagi hasil yang dibahas dalam bab ini lebih menekankan

pada sejumlah pengujian model dan relevansi interaksi antar

rumahtangga dengan lingkungan ekonomi yang lebih luas. Hal ini karena

setiap keputusan yang diambil oleh petani penyakap tidak pernah

terlepas dari perspektif pasar yang lebih luas. Kesadaran atas pengaruh

hubungan sosial di sektor pertanian terhadap produksi usahatani dan

penggunaan sarana produksi sebenarnya sudah semakin mendapat

Page 16: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 16 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

tempat dalam tulisan para ekonom neoklasik.

Seperti beberapa model ekonomi rumahtangga lainnya, teori

usahatani bagi hasil ini juga tidak menjelaskan dampak dari bentuk

produksi terhadap hubungan kekerabatan dalam keluarga petani

khususnya dengan peranan wanita. Tampaknya kehadiran sistem

bagihasil serta pemasaran yang terpusat pada petani pemilik memberikan

beban yang lebih berat kepada kaum wnita. Hal ini khusnya disebabkan

oleh ketidak-mampuan rumahtangga petani penyakap untuk

memperbaiki taraf hidup keluarganya.

9.8. Ringkasan Materi

1. Modul ini membahas analisis mikroekonomi pada usahatani bagi hasil

2. Sistem sakap bagi hasil meliputi interaksi antara rumahtangga yang

memiliki akses berbeda terhadap lahan dan sumberdaya lainnya.

3. “Model penyakap” mengilustrasikan fenomena kekuasaan petani

penyakap untuk mengambil keputusan atas penggunaan sarana

produksi dengan kendala bagian bagi hasil yang dapat dia peroleh.

Dalam asumsi pasar sempurna petani penyakap akan mengusahakan

lahan usahatani di bawah kapasitas optimum.

4. Model „pemilik lahan‟ memberikan kekuasaan pengambilan keputusan

atas penggunaan sumberdaya pada petani pemilik. Dengan model ini

petani pemilik akan berupaya menontrol penyakap agar beroperasi

pada titik optimum.

5. Penjelasan mengenai sistem bagi hasil, telah didekati dari berbagai

aspek seperti faktor ketidak pastian, motivasi tenaga kerja,

pengawasan, kerjasama, dan permasalahan informasi.

6. Petani dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam mengontrol

penggunaan sarana produksi hingga titik yang optimal oleh penyakap

dengan cara memadukan sistem pasar di tangan petani pemilik.

7. Pemaduan pasar oleh petani pemilik diinterprestasikan sebagai respon

dari petani pemilik terhadap ketidak sempurnaan pasar.

8. Disisi lain juga dapat diinterpretasikan bahwa pemusatan pemasaran

ditangan petani pemilik merupakan salah satu cara untuk melakukan

Page 17: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 17 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

eksploitasi sumberdaya

9. Berbagai kebijakan dirancang untuk mengangkat permasalahan

ketimpangan penguasaan sumberdaya antara masing-masing pihak,

termasuk diantaranya land-reform, melembagakan sistem bagi hasil

dan suku bunga, serta program kredit khusus yang ditujukan untuk

meningkatkan taraf hidup petani penyakap

10.Analisis sistem sakap bagi hasil memperjelas kesaling-tergantungan

antara pengambilan keputusan oleh petani penyakap dengan

lingkungan ekonomi yang lebih luas.

TUGAS DAN LATIHAN SOAL

1. Diskusikan hipotesis kembar perilaku petani gurem dalam merespon

resiko dan ketidakpastian. Cari contoh-contoh kasus yang relevan

untuk mendukung deskripsi yang akan Anda susun secara

berkelompok

2. Berdasarkan hasil diskusi kelompok Anda, bangun argumentasi yang

relevan tentang implikasi kebijakan yang dapat menjadi solusi

alternatif atas permasalahan tingginya resiko dan ketidakpastian

usahatani.

3. Carilah contoh yang relevan tentang pengaruh preferensi petani

terhadap resiko dengan kelambanan petani dalam mengadopsi suatu

inovasi.

4. Jika kelompok Anda diberikan kesempatan untuk melakukan

penyuluhan, bagaimana rancangan penyuluhan yang dapat menjawab

kebutuhan petani dalam konteks kasus yang telah Anda diskusikan

pada poin 1 dan 2.

REFERENSI

Debertin, D.L., 1996, Agricultural Production Economics, Macmillan Publishing Company, New York

Ellis, Frank., 1989,Peasant Economics: Farm Household and Agrarian

Development. Samuelson, P.A., 1970, A Foundation of Economics Analysis, Atheneum,

New York

RANCANGAN TUGAS

Page 18: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 18 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

Tujuan Tugas :

Menjelaskan kembali definisi dan memahami konsep teoritis bahan kajian

pada modul.

Uraian Tugas:

1. Obyek garapan: tugas dan latihan soal pada modul 8

2. Batasan tugas:

a. Tugas yang diberikan pada modul 8 adalah tugas kelompok dikumpulkan

dalam waktu satu minggu melalui e-learning

b. Mahasiswa diperkenankan mendiskusikan jawaban tugas dengan

anggota kelompok yang lain

c. Mahasiswa diwajibkan menghimpun seluruh materi perkuliahan baik

print out modul, hand out, catatan kuliah dan tugas-tugas yang

diberikan selama satu semester

d. Menghimpun dan mengelola informasi dalam urutan yang logik dan

mengelola informasi agar dapat menjadi sumber pembelajaran yang baik

adalah salah satu learning skill yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Oleh

karena itu seluruh materi belajar yang telah dihimpun akan dievaluasi

oleh tim dosen sebagai indikator proses belajar Anda.

3. Metodologi dan acuan tugas:

a. Tugas kelompok dalam bentuk paper diketik dengan margin kiri dan

kanan masing-masing 3 cm. Tuliskan nama anggota kelompok, kelas

dan NIM pada halaman cover. Berikan nomor halaman pada lembar

kerja Anda di sudut kanan bawah. Jangan lupa menuliskan keterangan

tugas yang Anda kerjakan dan pengerjaan harus berurutan dari tugas

nomor 1,2 dan seterusnya.

b. Tugas individu dikumpulkan tiap minggu, pengaturan jadual

pengumpulan tugas diumumkan secara online pada e-learning

4. Keluaran tugas: satu dokumen tugas kelompok yang diupload dalam

format PDF dan satu file ppt untuk presentasi kelas yang juga di upload

dalam format PDF.

Kriteria Penilaian:

1. Kejelasan dan kelengkapan penguasaan konsep-konsep utama modul 9.

Page 19: Mata Kuliah / Materi Kuliah - permaseta.ub.ac.idpermaseta.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/modul-9.pdf · 2. Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori

Page 19 of 19

Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University

2. Kemampuan mengomunikasikan gagasan kreatif dan partisipasi pada

diskusi online

3. Dinamika kelompok dalam presentasi di kelas yang dipandu oleh asisten