Mata Kuliah Kewirausahaan

103

Click here to load reader

description

kewirausahaan

Transcript of Mata Kuliah Kewirausahaan

Mata Kuliah Kewirausahaan

KEWIRAUSAHAAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belangan

Tahun 2005 Kasmir mewawancarai sekitar 500 mahasiswa di enam perguruan Tinggi di Jakarta, masing-masing mewakili PT kelas bawah, PT kelas menengah, dan PT kelas atas menunjukan hasil yang cukup merisaukan kita tentang motivasi kewirausahaan di kalangan mahasiswa. Pertanyaan yang diajukan kepada para mahasiswa adalah apa yang akan mereka lakukan setelah menyelesaikan pendidikan atau setelah memperoleh gelar sarjana, mencari pekerjaan (menjadi pegawai), menjadi wirausahawan, atau menjadi karyawan sambil berwirausaha? Sebagian besar atau sekitar 76 persen menjawab akan melamar kerja atau dengan kata lain menjadi pegawai (karyawan). Kemudian hanya sekitar 4 persen yang menjawab ingin berwirausaha. Selebihnya menjadi karyawan sambil berwirausaha. Hasil wawancara dengan para mahasiswa ini pun menunjukan hasil yang tidak jauh berbeda.

Artinya, bahwa orientasi para mahasiswa setelah lulus hanya untuk mencari kerja, bukan menciptakan lapangan kerja. Rupanya cita-cita seperti ini sudah berlangsung lama, terutama di Indonesia dengan berbagai sebab. Jadi, tidak mengherankan jika setiap tahun jumlah orang yang menganggur terus bertambah. Sementara itu pertumbuhan lapangan kerja semakin sempit. Hasil wawancara dan kuesioner tersebut memang belum menunjukan secara utuh cita-cita mahasiswa setelah lulus kuliah. Namun paling tidak hasil ini sudah memberikan sedikit gambaran betapa pola pikir untuk menjadi wirausaha di kalangan mahasiswa masih sangat kecil.

Pola pikir yang diwujudkan dalam cita-cita untuk menjadi pegawai sebenarnya sudah terjadi di belahan dunia sejak puluhan tahun yang lalu. Seorang penulis buku tentang motivasi yang terkenal, yaitu Max Gunther pernah mengritik system pendidikan di Amerka Serikat tahun 70-an yang katanya hanya akan melahirkan lulusan Sanglaritis yang artinya mereka mempunyai mental buruh, yaitu ingin menjadi pegawai negeri atau pegawai swasta. Mereka kurang mampu dan mau menciptakan lapangan kerja sendiri. Bahkan, untuk kasus Indonesia hal itu masih terjadi sampai sekarang.

Di Indonesia sampai akhir tahun 2005 diperkirakan 12 juta orang mengangur, naik hampir 11 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah ini 11.3 persen dari angkatan kerja tahun 2005 sebesar 106.888.000. dari total 12 juta penganggur ini sekitar 10 persen atau lebih dari 1 juta adalah kaum intelek yang menyandang gelar pendidikan perguruan tinggi. Lalu, pertanyaanya, siapa yang salah, mahasiswa, para orang tua, atau pemerintah. Jawabanya, tentu tergantung dari sudut mana kita memandang. Kita tidak dapat mekambinghitamkan salah satu pihak. Masing-masing memiliki peran tersendiri, baik langsung maupun tidak langsung akibat pola piker yang belum atau tidak mau dirubah.

Dari hasil penelitian, mahsiswa sulit untuk mau dan memulai wirausaha dengan alasan mereka tidak diajar dan diransang untuk berusaha sendiri. Hal ini juga didukung oleh lingkungan budaya masyarakat dan keluarga yang dari dulu selalu ingin anaknya menjadi orang gajian alias pegawai. Di sisi lain, para orang tua kebanyakan tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan untuk berusaha. Oleh karena itu, mereka lebih cenderung mendorong anak-anak mereka untuk mencari pekerjaan atau menjadi karyawan. Orang tua juga merasa lebih bangga, bahkan sebagian merasa terbebas, bila anak-anaknya yang telah selesai kuliah mampu menjadi pegawai. Dan faktor yang tidak kala pentingnya adalah tidak ada modal atau sulitnya memiliki modal untuk berwirausaha.

Sementara itu, pemerintah kurang begitu tanggap untuk mengubah pola piker masyarakat. Kalaupun ada, sebagian kecil baru dimulai tahun 1990-an, baik melalui materi kuliah atau cara-cara lain. Baru pada tahun 2000-an kegiatan wirausaha mulai digalakkan lagi. Pemerintah melalui lembaga pendidikan tinggi diharapkan mampu menciptakan jiwa-jiwa wirausaha sehingga mereka mampu mandiri dan menciptakan lapangan kerja yang setiap tahun bertambah terus.

Dalam hal pendidikan kewirausahaan (entrepreneruship), Indonesia tertingal jauh dibandingkan dengan luar negeri, bahkan di beberapa negara pendidikan kewirausahaan telah dilakukan pada puluhan tahun lalu. Misalnya, di negara-negara Eropa dan Amerika Utara pendidikan kewirausahaan sudah dimulai sejak tahun 1970-an. Bahkan di Amerika Serikat lebih dari 500 sekolah sudah mengajarkan mata kulaih kewirausahaan era tahun 1980-an. Sementara itu, di Indonesia pendidikan kewirausahaan baru mulai dibicarakan era tahun 1980-an. Hasilnya, kita patut bersyukur bahwa dewasa ini sudah mulai berdiri beberapa sekolah yang memang berorientasi untuk menjadikan mahasiswanya sebagai calon pengusaha unggul setelah pendidikan. Meskipun masih terdengar sayup gaung lahirnya wirausaha-wirausaha baru, paling tidak kita sudah memulainya.

B. Mengubah Pola Pikir

Kita perlu prihatin dengan rendahnya minat wirausaha di kalangan mahasiswa dan pemuda. Namun, kita tidak perlu menyalahkan siapa pun, yang jelas kesalahan ada pada kita semua. Sekarang, inilah kesempatan kita untuk mendorong para pelajar dan mahasiswa untuk mulai mengenali dan membuka usaha atau berwirausaha. Pola pikir dan ligkungan yang selalu berorienatsi menjadi karyawan mulai sekarang kita putar balik menjadi berorientasi untuk mencari karyawan (pengusaha).

Untuk mengubah mental dan motivasi yang sudah demikian melekat tertanam di setiap insane Indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah. Lebih sulit lagi bagi kalangan tidak mampu yang memang sejak kakek, ayahnya sudah menjadi pegawai. Akan tetapi jika para mahasiswa mau mengubahnya dengan pola piker terbalik dari cita-cita awal, itu akan lebih mudah. Salah satu caranya adalah dengan mempelajari keutungan dan kelebihan berwirausaha dibandingkan menjadi pegawai.

Untuk itu, perlu diciptakan suatu iklim yang dapat mengubah pola pikir baik mental maupun motivasi orang tua, dosen dan mahasiswa agar kelak anak-anak mereka dibiasakan untuk menciptakan lapangan pekerjaan ketimbang mencari pekerjaan. Perubahan ini tidak dapat dilakukan secara cepat, tetapi harus dilakukan secara bertahap.

Pertama, misalnya dengan mendirikan sekolah yang berwawasan wirausaha (entrepreneur) atau paling tidak dengan menerapkan mata kuliah kewirausahaan seperti sekarang ini yang sedang digalakan di kalangan perguruan tinggi. Dengan demikian, hal itu sedikit banyak akan mengubah dan menciptakan pola piker (mental dan motivasi) mahsiswa dan orang tua.

Kedua, di dalam pendidikan kewirausahaan perlu ditekankan keberanian untuk memulai berwirausaha. Biasanya, kendala kita untuk memulai suatu usaha adalah adanya rasa takut akan rugi atau bangkrut. Namun, sebagian orang yang sudah memiliki jiwa wirausaha merasa bingung dari mana harus memulai suatu usaha.

Ketiga, tidak sedikit yang merasa bahwa berwirausaha sama dengan tidak memiliki masa depan yang pasti. Sementara itu, dengan bekerja di perusahaan, mereka yakin bahwa masa depan sudah pasti, apalagi pegawai negeri. Dengan berwirausaha, justru masa depan ada di tangan kita, bukan di tangan orang lain. Baik buruknya masa depan, kitalah yang menentukan sehingga motivasi untuk berkembang terbuka lebar.

Dorongan berbentuk motivasi yang kuat untuk maju dari pihak keluarga merupakan modal awal untuk menjadi wirausaha. Dengan didukung pihak keluarga mereka memiliki mental dan motivasi sebagai faktor pendorong utama. Kelaurga dapat merangsang para mahasiswa dengan memberikan gambaran nyata betapa nikmatnya memiliki usaha sendiri (pengusaha). Yakinkan anaknya memiliki pegawai atau menjadi bos, memiliki kebebasan memberi perintah bukan diperintah, meraih keuntungan yang tak terbatas, dan segudang daya rangsang lainya yang dapat menggugah jiwa para mahsiswa untuk berwirausaha.

Memang merubah pola pikir seseorang untuk memulai suatu usaha bukan pekerjaan mudah. Banyak kendala yang menghadang, mulai dari mental takut rugi, motivasi, bakat, soal keluarga, dana, pengalaman sebelumnya, sampai kemampuan mengelola. Namun, paling tidak mental yang dimiliki merupakan modal yang sangat besar untuk memulai suatu usaha.

Belajarlah dari saudara-saudara kita dari etnis Tionghoa yang memiliki pola piker yang berbeda dari etnis kebanyakan. Mereka sejak kecil sudah ditanamkan dan diajarkan pengetahuan dan praktik wirausaha. Tidak heran jika kegiatan wirausaha mayoritas dikuasai mereka. Dalam berbagai kasus mengapa mereka menguasai wirausaha, mereka menjawab bahwa mereka tidak ingin diperintah orang lain, dan sebagian lainya mengatakan sulit untuk mejadi pegawai negeri..

Virus yang menularkan anak bangsa untuk mengubah cita-cita dari pegawai atau karyawan menjadi mau dan mampu menciptakan lapangan kerja harus segera direalisasikan. Cita-cita yang ditanamkan orang tua kepada anak-anak sejak kecil untuk menjadi pegawai sebaiknya dinomorduakan. Bukan berarti menjadi pegawai tidak baik, tetapi akan lebih baik jika menjadi pengusaha yang mampu memberikan peluang pekerjaan kepada masyarakat yang membutuhkan.

C. Keuntungan Wirausaha

Jika kita bandingkan, kenikmatan memiliki usaha sendiri dengan bekerja pada suatu perusahaan sangat banyak perbedaan. Untuk menjadi seorang pegawai dibutuhkan kepandaian, seperti dipersyaratkan dalam batas nilai IPK, harus mengikuti dan lulus tes, pandai bergaul, berpenglaman baik sampai memiliki koneksi atau referensi (kenalan, orang dalam) tertentu. Bahkan tidak jarang calon pegawai diminta pembayaran yang illegal dalam jumlah tertentu. Artinya, begitu banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Terkadang kita menjadi miris jika mendengar ada berita untuk menjadi pegawai negeri bayar puluhan juta rupiah. Anehnya, banyak orang yang mau merogok kantung untuk menjadi pegawai tersebut. Padahal, jika uang tersebut digunakan untuk melakukan wirausaha, jumlahnya sudah jauh dari cukup. Di samping itu, perkembangan penghasilan yang diterima juga relatif kecil.

Sementara itu, syarat untuk menjadi wirausaha relatif lebih mudah. Hal utama yang harus dimiliki adalah kemauan, kemudian barulah kemampuan. Palig tidak, ada empat keuntungan yang akan diperoleh dari wirausaha, yaitu

1. Harga diri

2. Penghasilan

3. Ide dan motivasi

4. Masa depan

Dengan membuka usaha atau berwirausaha harga diri seorang tidak turun, tetapi sebaliknya meningkat. Si penguasaha menjadi kelas tersendiri di masyarakat dan dianggap memiliki wibawa tertentu, seperti disegani dan dihormati. Jika dulunya masyarakat malu jika tidak menjadi karyawan, fenomena ini sekarang menjadi berbalik. Banyak pengusaha yang sukses dalam menjalankan usahanya menjadi contoh bagi masyarakat, apalagi mampu memberikan peluang kerja yang sangat dibutuhkan. Dalam banyak kasus, pengusaha bahkan dianggap sebagai penyelamat bagi mereka yang membutuhkan lapangan kerja. Dan, perlu diingat bahwa menjadi pemilik usaha dengan mempekerjakan orang lain merupakan hal yang sangat mulia.

Dari sisi penghasilan, memiliki usaha sendiri jelas dapat memberikan penghasilan yang jauh lebih baik jika diabndingkan dengan menjadi pegawai. Penghasilan seorang pegawai dapat dikalkulasikan untuk suatu periode. Tentu saja besarnya tidak jauh berbeda setiap bulan. Sementara itu, besar kecil penghasilan seorang pengusaha tergantung dari usah kita. Besar kecilnya penghasilan seorang karyawan lebih banyak ditentukan oleh si pengusaha. Sementara itu, meningkatnya penghasilan pengusaha tidak mengenal batas waktu, terkadang ada istilah kalau lagi bomming, maka keuntungan akan mengalir seperti air tak putus-putusnya, apa saja yang dilakukan selalu memperoleh keuntungan.

Biasanya para wirausaha selalu memiliki ide yang begitu banyak untuk menjalankan kegiatan usahanya. Telinga, mulut, dan mata selalu memberikan inspirasi untuk menangkap setiap peluang yang ada. Bahkan ada guyonan yang agak ekstrim yang mengatakan bahwa hidung pengusaha dapat mencium di mana ada peluang untuk memperoleh keuntungan. Seorang pengusaha juga memiliki indra keenam yang mampu membaca sesuatu yang tidak dapat dibaca orang lain. Pengusaha juga memiliki motivasi yang tinggi untuk maju dibandingkan dengan menjadi pegawai. Terpikir, melihat, atau mendengar sesuatu selalu menjadi ide untuk dijual. Motivasi untuk maju dan semakin besar akan selalu melekat dalam hati seorang pengusaha. Setiap waktu selalu timbul ide untuk menjadikan sesuatu menjadi uang. Sebagai contoh, seorang yang memiliki jiwa pengusaha melihat sampah saja sudah berpikir manjdikanya uang, melihat lokasi yang strategis sudah merupakan uang.

Masa depan pengusaha yang sukses relatif jauh lebih baik dibanding pegawai. Seorang wirausahawan tidak pernah pensiun dan usaha yang dijalankan dapat diteruskan generasi selanjutnya. Oleh karena itu, kita sering mendengar suatu usaha yang dapat dikelola sampai tujuh turunan. Estafet kepemimpinan dalam keluarga yang silih berganti menunjukan bahwa keberhasilan masa depan wirausaha seperti tak pernah putus.

Namun, perlu juga diingat bahwa dari sisi negatifnya, tidak sedikit pula pengusaha yang gulung tikar dengan berbagai sebab. Salah satu adalah salah dalam pengelolaan perusahaan. Seorang pengusaha dituntut berani mengambil resiko, baik uang maupun waktu. Tentu saja berani menambil resiko dengan pertimbangan dan perhitungan yang matang. Seorang pengusaha dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola usahanya dan memiliki indra khusus. Di samping itu, pengusaha juga harus memiliki tanggung-jawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan dan komitmen terhadap apa yang sudah dijalankan.

D. Jurus Awal Menjadi Pengusaha

Sulitnya memutuskan untuk memulai berwirausaha hampir melanda seluruh lapisan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Banyak faktor penyebab seperti yang telah dikemukakan di atas yang mengakibatkan mereka belum berani memulai suatu kegiatan yang disebut wirausaha.

Sebenarnya untuk memulai segala sesuatu yang masih baru, apaun nama kegiatanya, pasti akan terasa segan dan canggung. Untuk melangkah ke suatu hal baruakan terasa berat dan gelap. Akan tetapi setelah kita memasuki dunia baru tersebut, kita akan merasakan adanya perbedaan.

Agar langkah kita untuk berwirausaha mejadi mudah dan terang, kita perlu melakukanya dengan langkah-langkah yang mudah. Langkah-langkah ini kita artikan sebagai jurus yang akan membimbing dan mengarahkan kita sebelum memulai usaha. Berikut ini ada beberapa jurus awal yang harus segera dilakukan jika mau berwirausaha, yaitu:

1. Berani memulai

2. Berani mengambil resiko (tidak takut rugi)

3. Penuh perhitungan

4. Memiliki rencana yang jelas

5. Tidak cepat puas dan putus asa

6. Optimistis dan penuh keyakinan

7. Memiliki tanggung jawab

8. Memiliki etika dan moralBerani memulai artinya seseorang harus segera memulai, paling tidak berpikir untuk berusaha; memulai usaha dari hal-hal yang paling kecil sesuai dengan kemampuan si calon pengusaha. Untuk memulai pertama kali suatu suaha memang terasa sangat berat. Banyak kendala yang dihadapi, seperti dari mana dimulainya usaha tersebut, dan apa yang perlu dipersiapkan. Hal yang terpenting adalah memulai terlebih dahulu, barulah kita mengetahui kekurangan dan hal-hal yang dipersiapkan lanjut. Terkadang, niat dan motivasi yang kuat untuk berusaha tidak akan pernah terealisasi tanpa berani mulai saat ini juga. Banyak orang mengatakan bahwa membuka usaha itu gampang, tetapi memulainya sangat sulit. Penyakit seperti ini yang harus dikikis habis.

Langkah selanjutnya, seorang calon pengusaha dituntut untuk berani menanggung segala resiko, baik resiko kerugian, bangkrut atau resiko lainya. Penyakit takut rugi atau bangkrut, ini juga menjadi momok bagi calon wirausahawan baru. Perlu diingat bahwa dalam usaha (bisnis) hanya ada dua pilihan, yakni untung atau rugi. Artinya, bisnis yang akan dijalankan pasti memiliki resiko rugi atau untung. Seorang calon pengusaha harus berani mengambil resiko sebesar dan seberat apapun. Hal yang perlu diingat adalah menjalankan segala sesuatu dengan perhitungan matang dan selalu memiliki sikap optimistis bahwa semua masalah dapat diatasi. Perlu dicamkan pula bahwa semakin besar resiko yang dihadapi, semakin besar peluang untuk maju dan meraup keuntungan. Ada istilah ekstrem bahwa jika kita ingin berwirausaha, kita harus siap rugi terlebih dahulu sehingga kita bersungguh-sungguh dalam menjalankan usaha nantinya.

Agar peluang memperoleh keuntungan tidak hilang dan segala kendala resiko yang bakal dihadapi dapat diatasi atau diminimalkan, sebelum melakukan bisnisnya seorang calon pengusaha perlu memperhitungkanya. Kalkulasi dalam prediksi apa yang akan terjadi sangat penting dan perlu dibuat diatas kertas kerja. Kalaupun terjadi resiko yang harus ditanggung natinya, itupun tidak terlalu meleset dari perhitungan. Untuk itu seorang calon pengusaha diminta untuk memiliki naluri dan daya piker yang hebat.

Perhitungan yang dibuat sebaiknya dituangkan dalam suatu rencana yang lengkap. Rencana dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha harus dibuat selengkap mungkin. Rencana yang akan dijalankan ini memuat apa saja yang harus dilakukan, bagaimana melakukanya, kapan akan dilakukan, berapa besar biaya yang akan dikeluarkan, dan siapa yang akan melaksanakanya. Kemudian, rencana yang sudah dibuat akan dijadikan sebagai pedoman dalam melangkah ke depan. Tanpa rencana yang matang dan lengkap sulit untuk mencapai suatu tujuan yang akan dicapai.

Seorang calon pengusaha tidak akan pernah cepat puas atas hasil yang dicapai. Bahkan seorang calon yang hebat selalu haus akan kemajuan dan selalu akan merasa kurang. Sikap untuk tidak cepat putus asa ini akan memotivasi pengusaha untuk terus maju. Kemudian, pengusaha juga diharuskan untuk tidak cepat puus asa atas kegagalan yang dialaminya. Kegagalan merupakan sukses yang tertunda. Sellidiki dengan teliti penyebab kegagalan tersebut dan segera perbaiki sehingga kegagalan tersebut tidak akan pernah terulang lagi. Dengan demikian, pengusaha selalu berusaha bertindak untuk lebih baik dari sebelumnya. Pengusaha juga harus mampu untuk menciptakan dan atau mencari peluang-peluang baru yang lebih memberikan harapan.

Sifat optimistis dan penuh keyakinan bahwa usaha yang sedang dijalankan akan memberikan hasil selalu ditanamkan kepada setiap calon pengusaha. Seseorang yang tidak memiliki sikap optimistis aan sulit untuk menembus setiap halangan atau rintangan yang akan dihadapinya. Optimistis dan keyakinan akan berhasil merupakan bayanagn yang akan terus mengikuti perasaan bahwa kita harus berhasil dalam menjalankan perusahaan. Jangan pernah ada rasa keraguan yang dapat menghentikan usaha yang akan dijalankan. Namun, optimisme dan penuh keyakinan tentunya harus penuh perhitungan yang matang.

Pengusaha juga diharuskan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap usaha yang sedang dijalankan, yaitu tanggang jawab kepada diri sendiri, kepada masyarakat, atupun kepada pihak-pihak luar perusahaan. Misalnya, dalam hal komitmen (pinjaman atau janji tertentu) untuk mengembalikan sesuatu wajib dilakukan. Tanggung jawab sosial kepada masyarakat juga tidak boleh dilupakan karena tanpa masyarakat usaha kita tidak akan pernah maju. Disamping itu, calon pengusaha juga harus memiliki tanggung jawab terhadap seluruh aktivitas perusahaan, termasuk tanggung jawab terhadap para pegawainya, baik dalam hal memberikan kesejahteraan maupun kemanan mereka dalam bekerja.

Terakhir, seorang calon pengusaha harus memiliki etika dan moral dalam menjalankan usahanya. Hal ini perlu dijungjung tinggi mengingat etika dan moral bisnis merupakan dasar untuk melakukan suatu bisnis yang baik. Pengusaha harus mampu menghargai karyawan, pelanggan, atau pihak-piihak yang berhubungan dengan perusahaan sesuai dengan etika yang berlaku. Seorang calon pengusaha paling tabu untuk melakukan kegiatan yang melangar hukum, baik hukum kemasyarakatan maupun terhadap hukum negara. Sebaliknya, pengusaha yang baik adalah pengusaha yang taat pada peraturan dan taat hukum.

E. Sifat Dasar dan Perkembanan Kewirausahaan

Siapakah yang disebut sebagai pengusaha? Apakah yang dimaksud dengan kewirausahaan? Apakah proses kewirausahaan itu? Pertanyaan yang sering diajukan ini menunjukan perhatian nasional dan internasional yang semakin besar dalam bidang kewirausahaan di kalangan individu, para professor, dan mahasiswa, dan pejabat pemerintah. Tetapi, meski dengan seluruh perhatian dan keingintahuan tersebut, defenisi yang dapat diterima secara universal masih belum ditemukan. Perkembangan teori kewirausahaan selaras dengan luasnya perkambangan di dalam istilah itu sendiri. Kata pengusaha (entrepreneur) berasal dari bahasa Prancis, dan jika diterjemahkan secara bahasa, berarti dintara pengambil: (between-taker) atau menuju diantara (go between)Periode Awal

Contoh defenisi paling awal dari pengusaha sebagai sebuah go-between adalah Marco Polo, yang mencobah untuk mengembangkan rute perdagangan hingga Timur Jauh. Sebagai seorang yang go-between, Marco Polo akan menandatangani kontrak dengan pemilik uang (pelopor adanya modal ventura saat ini) untuk menjual barangnya. Kontrak yang umum pada periode tersebut adalah memberikan pinjaman kepada pedagang pengembara pada tingkat 22,5 persen, termasuk asuransi. Sementara simkapitalis menanggung resiko secara pasif, padagang pengembara mengambil peran yang aktif dalam perdagangan dengan mengambil seluruh resiko fisk dan emosional. Ketiak pedagang pengembara sukses dalam menjual dan menyelesaikan perjalananya, keuntungan keuntungan yang diperoleh akan dibagi, di mana si kapitalis akan mengambil bagian yang paling besar (hampir 75%) sementara si pedagang pengembara akan menerima 25 persen sisanya.

Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan, istilah pengusaha sudah digunakan untuk menggambarkan pelaku maupun orang yang mengelola proyek-proyek produski besar. Pada proyek-proyek seperti itu, orang-orang ini tidak mengambil resiko apa-apa, melainkan mengelola proyek dengan sumber daya yang disediakan, biasanya oleh pemerintah suatu negara. Satu jenis pengusaha pada abad pertengahan adalah klerek (clerec) yang ditugaskan untuk pekerjaan arsitektur, seperti kastil dan menara, gedung-gedung umum, dan katedral.

Abad ke 17

Munculnya kembali kaitan antara risiko dengan kewirausahaan berkambang pada abad ke- 17, di mana pengusaha adalah orang yang menjalankan kerjasama dengan pemerintah untuk menyediakan jasa atau produk yang ditentukan. Karena harga kontrak telah ditentukan, maka setiap laba atau rugi yang terjadi menjadi milik pengusaha. Salah satu pengusaha pada periode ini adalah Jhon Law, asal Prancis yang diizinkan untuk mendirikan sebuah bank kerajaan. Bank tersebut kemudian berkembang menjadi waralaba eksklusif untuk membentuk sebuah perusahaan dagang di dunia baru the Mississipi Company. Sayangnya, monopoli atas perdagangan Prancis ini mendorong kejatuan Lawa ketika ia berusaha mendoktrak lebih tinggi harga saham perusahaan dari ppada nilai asetnya, yang kemudian berakibat pada kejatuhan perusahaan.

Richard Cantilon, seoarang ekonom dan penulis pada tahun 1700-an, menyadaru kesalahan Law. Cantilon mengembangkan satu teori awal tentang kewirausahaan dan dipandang sebagai salah satu penemu istilah tersebut. Ia melihat pengusaha sebagai seorang yang mengambil resiko, mengamati bahwa pedagang, petani, pengrajin, dan pemilik usaha perorangan sebagai membeli pada harga tertentu dan menjual pada harga yang tidak pasti, sehingga menanggung resiko operasi

Abad ke-18

Pada abad ke-18, seorang yang mepunyai modal dibedakan dari orang yang membutuhkan modal. Dengan perkataan lain, pengusaha dibedakan dari penyedia modal (yang sekarang dikenal sebagai pemodal ventura). Di antara alasan perbedaan ini adalah industrialisasi yang terjadi di seluruh dunia. Banyaknya penemuan yang berkembang selama periode ini adaah hasil dari dunia yang tengah berubah, seperti kasus penemuan Eli Withney dan Thomas Edison, baik Whitney maupun Edison tengah mengembangkan sebuah teknologi baru dan tidak dapat mebiayai sndiri penemuan mereka. Jika Whitney membiayai pemintal katunya dengan harta kerajaan yang dipisahkan, maka Edison memperoleh modal dari sumber pribadi untuk mengembangkan percobaan dalam bidang listrik dan kimia. Edison dan whitney adalah penguna modal (pengusaha), bukan penyedia (pemodal ventura). Pemodal ventura adalah seorang manajer dana professional yang melakukan investasi berresiko menggunakan kumpulan modal ekuitas untuk mendapatkan pengembalian yang tinggi atas investasi tersebut.

Abad ke19 dan 20

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, pengusaha sering kali tidak dibedakan dengan manajer atau sering kali dipandang sebagai sebuah prespketif ekonomi:

Singkatnya, pengusaha mengorganisasi dan mengoperasikan perusahaan untuk keuntungan pribadi. Ia membayar pada harga sekarang untuk bahan baku yang dibutuhkan, tanah yang digunakan, jasa orang yang dipekerjakan, dan modal yang dipakai. Ia sendiri memberi kontribusi dalam bentuk inisiatif, kemampuan, serta kecerdasan membuat rencana, mengorganisasi, dan menjalankan perusahaan. Ia juga menanggung konsekwensi mendapatkan untung atau mengalami kerugian dari kondisi yang tidak diprediksi dan tak terkendali. Sisa bersih dari pendapatan perusahaan setelah seluruh biaya dibayar, akan ditahan untuk dirinya sendiri. Pengusaha sebagai innovator. Seseoang yang mengembangkan sesuatu yang unik.

Andrew Carnigie adalah salah satu contoh terbaik untuk definisi tersebut. Carnegia tidak menemukan apa-apa, tetapi mengadaptasi dan mengembangkan teknologi baru dalam menghasilkan produk untuk mencapai keuntungan ekonomis. Carnegie, yang dibesarkan dalam keluarga yang miskin dari Skotlandia, menjadikan industri baja Amerika salah satu keajaiban dalam dunia industri, terutama melalui keunggulan daya saing yang tidak tertandingi, bukan melalui kemampuan menghasilkan penemuan atau kreativitas.

Pada pertengahan abad ke-20, muncul istilah pengusaha sebagai innovator (entrepreneur as an innovators):

Fungsi seorang pengusaha adalah mereformasi atau merevolusi pola produksi dengan mengeksploitasi sebuah penemuan, atau secara umum, sebuah metode teknologi produksi komoditas baru yang belum dicoba atau memproduksi cara lama dengan cara baru, membuka sebuah sumber pasokan bahan baku yang baru atau sebuah gerai baru untuk produk, dengan mengoraganisasi sebuah indutri baru.

Dalam defenisi ini, konsep inovasi dan kemutahiran adalah sebuah bagian yang integral dari kewirausahaan. Pada akhirnya, inovasi, tindakan untuk memperkenalkan sesuatu yang baru, merupakan satu dari tugas yang paling sulit untuk pengusaha. Dibutiuhkan bukan hanya kemmapuan untuk menciptakan dan mengonsepkan, tetapi juga kemampuan untuk memahami seluruh kekuatan yang bekerja di dalam lingkungan tersebut. Kemutahiran dapat terdiri atas apa pun, mulai dari produk baru sampai system distribusi baru, hingga sebuah metode baru untuk mengembangkan suatu struktur organisasi yang baru. Edward Harriman, yang mengorganisasikan kembali jalan kereta Ontariao dan Southern melalui Northern Pacific Trust, serta John Pierpont Morgan, yang mengembangkan bank yang besar dengan mengorganisasi ulang dan membiayai industri-industri nasional, merupakan contoh-contoh pengusaha yang cocok untuk defenisi ini. Inovasi organsasional ini adalah hal yang sering kali sulit berhasil dikembangkan sebagaimana inovasi teknnologi yang lebih umum (transistor, komputer, laser), hal ini biasanya dikaitkan dengan bagaimana menjadi seorang pengusaha.

Kemampuan untuk berinovasi ini dapat ditemukan di sepanjang sejarah, mulai dari Mesir kuno yang mendesain dan membangun piramida-piramida besar dari blok-blok batu yang bobotnya masing-masing berton-ton, modul lunar Apollo, samai pembedahan laser, atau komunikasi nirkabel. Sekalipun perangkat-pragkat tersebut telah berubah seirng kemajuan ilmu dan teknologi, kemampuan untuk berinovasi hadir dalam setiap peradaban.

II. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN

A. Pengertian Wirausaha

Menurut Thomas W. Zimmerer, kewirausahaan merupakan penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi sehari-hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, keinovasian dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.

Pengertian kewirausahaan dalam konteks manajemen adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya, seperti finansial, bahan mentah dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi ataupun pengembangan organisasi. Wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsure-unsur internal yang meliputi kombinasi motivasi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat, dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha. Sedangkan dalam konteks bisnis, wirausahawan adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausahawan. Wirausahawan adalah pionir dalam bisnis, innovator, penanggung resiko, yang memiliki vissi ke depan dan memiliki keungulan dalam prestasi di bidang usaha.

Dalam Impres No.4 tahun 1995 tentang Gerakan Nasional memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan, kewirausahaan didefenisikan sebagai semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegoatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Dari beberapa defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berprilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.

Defenisi Kewirtausahaan saat ini

Konsep tentang pengusaha kemudian didefenisikan kembali ketika prinsip-prinsip dan istilah dari sebuah bisnis, manajerial, dan prespektif pribadi dipertimbangkan. Secara khususn, konsep tentang kewirausahaan dari presektif pribadi telah dieksploitasi secara mendalam pada bada ini. Eksploitasi ini terefleksi dalam tiga defenisi pengusaha berikut :

Pada hampir setiap defenisi kewirausahaan, terdapat kesepakatan tentang apa yang dimaksud dengan sejumlah perilaku yang meliputi: (1) pengambilan inisiatif, (2) pengorganisasian dan pengeorganisasian kembali mekanisme sosial dan ekonomis untuk mengubah suber daya dan situasi menjadi praktis, (3) penerimaan resiko atau kegagalan.

Bagi seorang ekonom, pengusaha adalah seseorang yang menggabungkan sumber daya, tenaga kerja, bahan baku, serta asset lain untuk menghasilkan nilai yang lebih besar dari sebelumnya, juga seseorang yang mengenalkan perubahan, inovasi, dan tatanan baru. Bagi seorang psikologis, orang seerti ini secara khas akan digerakan oleh keuatan tertentu kebutuhan untuk mendapatkan atau mencapai sesuatu, bereksprimen, menyelesaikan atau mungkin melarikan diri dari otoritas orang lain. Bagi seorang pebisnis, seorang pengusaha tampak seperti ancaman, kompetitor yang agresif, sementara bagi pebisnis lain, pengusaha tersebut mungkin adalah seorang teman, sebuah sumber pasokan, seorang pelanggan, seseorang yang menciptakan kekayaan bagi orang lain atau menemukan cara yang lebih baik untuk menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan, serta menghasilkan pekerjaan bagi orang lain dan bangga melakukan hal tersebut.

Kewirausahaan adalah sebuah proses dinamis dalam menciptakan tambahan kekayaan. Kekayaan dihasilkan oleh individu yang menanggung resiko utama dalam hal modal, waktu, dan atau komitmen karier atau menyediakan nilai bagi beberapa produk atau jasa. Produk atau jasa mungkin dapat trlihat unik ataupun mungkin tidak, tetapi dengan beberapa cara nilai akan dihasilkan oleh seorang pengusaha dengan menrma dan menempatkan keterampilan dan sumber daya yang dibutuhkan ini.

Meskipun dari setiap defenisi tersebut memandang pengusaha dengan pandangan yang berasal dari prespektif yang agak berbeda, semua mengandung beberapa unsure yang mirip seperti kemuktahiran (newness), penciptaan (creating), kekayaan (wealth), serta pengambilan resiko (risk taking). Tetapi, setiap defenisi tersebut bersifat terbatas dalam beberapa hal karena pengusaha dapat ditemukan pada setiap profesi pendidikan, kesehatan, riset, hukum, arsitektur, rekayasa, kerja sosial, distribusi, dan pemerintahan. Untuk memasukan semua jenis perilaku wirausaha, defenisi kewirausahaan berikut ini akan menjadi dasar di sepanjang buku ini.

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung resiko keuangan, fisik, serta resiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan pribadi

Defenisi ini menekankan empat aspek dasar dari menjadi seorang pengusaha. Pertama, kewirausahaan melibatkan proses penciptaan menciptakan suatu nilai baru. Penciptaan haruslah menpunyai nilai bagi pengusaha dan bagi pelanggan untuk siapa penciptaan tersebut dikembangkan. Pelanggan dapat berupa (1) pasar pembeli organisasi untuk inovasi bisnis, (2) administrasi rumah sakit untuk prosesedur atau piranti lunak baru, (3) calon murid untuk sebuah kursus baru atau bahkan kulaih kewirausahaan, atau (4) pengguna untuk jasa baru yang disediakan oleh sebuah badan nirlaba. Kedua, kewirausahaan menuntut sejumlah waktu dan upaya yang dibutuhkan. Hanya mereka yang melalui proses kewirausahaan yang menghargai sejumlah besar waktu serta uapay yang dibutuhkan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan menjadikanya beroperasi. Seorang pengusaha mengatakan Meski telah bekerja dalam waktu yang begitu banyak di kantor ketika berada dalam industri, sebagai pengusaha saya tidak pernah berhenti memikirkan bisnis.

Bagian ketiga dari defenisi tersebut melibatkan penghargaan menjadi seorang pengusaha. Penghargaan yang paling penting adalah kebebasan, lalu kepuasan pribadi. Bagi seorang pengusaha pencari laba, penghargaan moneter adalah juga penting. Bagi beberapa pengusaha pencari laba, uang menjadi indicator tingkat sukses yang dicapai. Menanggung resiko yang dibutuhkan adalah aspek akhir dari kewirausahaan. Karena tindkan membutuhkan waktu, sedangkan hasil di masa yang akan datang tidak dapat diprediksi, maka hasil dari tindakan tersebut mengandung ketidakpastian. Lebih jauh lagi, ketidakpatian ini kemudian diperkuat dengan sifat dasar yang khas dalam tindakan wirausaha, seperti penciptaan produk baru, jasa baru, usaha baru, dan lain sebagainya. Pengusaha harus memutuskan untuk bertindak bahkan ketika menghadapi ketidakpastian tentang hasil dari tindakanya. Selanjutnya, pengusaha akan merespon dan menciptakan perubahan melalui tindakan kewirausahaan (entrepreneurial action) mereka, sedangkan tindakan wirausaha mengacu pada perilaku sebagai bentuk tanggapan atas keputusan yang didasarkan pada pertimbangan ketidakpastian mengenai peluang yang mungkin untuk mendapatkan keuntungan.

B. Etika wirausaha

Suatu kegiatan haruslah dilakukan dengan etika atau norma-norma yang berlaku di masyarakat bisnis. Etika atau norma-norma ini diunakan agar para pengusaha tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan dan usah yang dijalankan memperoleh simpati dair berbagai pihak. Pada akhirnya, etika tersebut ikut membentuk pengusaha yang bersih dan dapat memajukan serta membesarkan usaha yang dijalankan dalam waktu yang relatif lebih lama.

Dengan melaksanakan etika yang benar, akan terjadi keseimbangan hubungan antara pengusaha dengan masyarakat, pelanggan, pemerintah, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Masing-masing pihak akan merasa dihargai dan dihormati. Kemudian, ada rasa saling membutuhkan dinatar mereka yang pada akhirnya menumbuhkan rasa saling percaya sehingga usaha yang dijalankan dapat berkembang seperti yang diinginkan.

Pengertian etika adalah tata cara berhubungan dengan manusia lainya. Tata cara pada masing-masing masyarakat tidaklah sama atau beragam bentuk. Hal ini disebabkan beragamnya budaya kehidupan masyarakat yang berasal dari berbagai wilayah. Tata cara ini diperlukan dalam berbagai sendi kehidupan manusia agar terbina hubungan yang harmonis, saling menghargai satu sama lain.

Ditilik dari sejarahnya kata etika berasal dari bahasa Prancis (etiquette), yang berarti kartu undangan. Pada saat itu raja-raja Prancis sering mengendang para tamu dengan menggunakan kartu undangan. Dalam kartu undangan tercantum persyaratan atau ketentuan untuk menghadiri acara, antara lain waktu acara dan pakaian yang harus dikenakan.

Dalam arti lluas, etika sering disebut sebagai tindakan mengatur tingkah laku atau perilaku manusia dengan masyarakat. Tingkah laku itu perlu diatur agar tidak melanggar norma-norma atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Hal ini disebabkan norma-norma atau kebiasaan di masyarakat di setiap daerah atau negara berbeda-beda.

Dalam prakteknya, norma atau kebiasaan ini untuk acara tertentu diberlakukan sama sehingga setiap orang diharuskan mengikuti norma tersebut. Etika bertujuan agar norma-norma yang berlaku dijalankan sehingga setiap undangan merasa dihargai, begitu pula dengan pengundangnya. Dengan adanya etika suasana akrab dapat terjalin. Pelanggaran terhadap etika ini membuat pihak pengundang atau yang diundang akan tersnggung atau merasa tidak dihargai sehingga suasananya menjdai tidak nyaman.

Oleh karena itu, dalam etika berusaha perlu ada ketentuan yang mengaturnya. Adapun ketentuan yang diatur dalam etika wirausaha secara umum adalah sebagai berikut:

1. Sikap dan perilaku seorang pengusaha harus mengikuti norma yang berlaku dalam suatu negara atau masyarakat.

2. Penampilan yang ditunjukkan seorang pengusaha harus selalu apik, sopan, terutama dalam menghadapi situasi atau acara-acara tertentu.

3. Cara berpakaian seorang pengusaha juga harus sopan dan sesuai dengan tempat dan waktu yang berlaku.

4. Cara berbicara seorang pengusaha juga mencerminkan usahanya, sopan, penuh tata krama, tidak menyinggung atau mencelah orang lain.

5. Gerak-gerik seorang pengusaha juga dapat menyenangkan orang lain, hindarkan gerak gerik yang dapat menccurigakan.

Kemudian, etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap pengusaha adalah sebagai berikut:

1. Kejujuran. Seorang pengusaha harus selalu bersikap jujur baik dalam berbicara maupun bertindak. Jujur ini perlu agar berbagai pihak percaya terhadap apa yang dilakukan. Tanpa kejujuran, usaha tidak akan maju dan tidak akan dipercaya konsumen atau mitra kerjanya.

2. Bertanggung-jawab. Pengusaha harus bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan dalam bidang usahanya. Kewajiban terhadap berbagai pihak harus segera diselesaikan. Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada kewajiban, tetapi juga pada seluruh karyawanya, masyarakat, dan pemerintah.

3. Menepati janji. Pengusaha dituntut untuk selalu menepati janji, misalnya dalam hal pembayaran, pengiriman barang atau penggantian. Sekali seorang pengusaha ingkar janji, hilanglah kepercayaan pihak lain terhadapnya. Pengusaha juga harus konsisten terhadap apa yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya.

4. Disiplin. Pengusaha dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan usahanya, misalnya dalam hal waktu pembayaran atau pelaporan kegiatan usahanya.

5. Taat Hukum. Pengusaha harus selalu patuh dan menaati hukum yang berlaku, baik yang berkaitan dengan masyarakat, ataupun pemerintah. Pelanggaran terhadap hukum dan peraturan yang telah dibuatkan berakibat fatal di kemudian hari. Bahkan hal itu akan menjadi beban moral bagi pengusaha apabila tidak diselesaikan segera.

6. Suka membantu. Pengusaha secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak yang memerlukan bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukan kepada masyarakat dalam berbagai cara. Pengusaha yang terkesan pelit akan dimusuhi oleh banyak orang.7. Komitmen dan menghormati. Pengusaha harus komitmen dengan apa yang mereka jalankan dan menghargai komitmen dengan pihak-pihak lain. Pengusaha yang menjunjung komitmen terhadap apa yang telah diucapkan atau disepakati akan dihargai oleh berbagai pihak.

8. Mengejar prestasi. Pengusaha yang suskes harus selalu berusaha mengejar prestasi setinggi mungkin. Tujuanya agar perusahan dapat terus bertahan dari waktu ke waktu. Prestasi yang berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Di samping itu, pengusaha juga harus tahan mental dan tidak mudah putus asa terhadap berbagai kondisi dan situasi yang dihadapinya.

Hidup seorang pengusaha tidaklah mudah. Seorang pengusaha harus mengambil resiko dengan modal mereka sendiri untuk menjual dan menyerahkan produk aatu memberikan jasa sambil mengeluarkan energi yang lebih besar dari pada rata-rata pebisnis lain untuk melakukan inovasi. Dalam menghadapi situasi harian yang penuh tekanan serta kesulitan lain, terdapat kemungkinan bahwa pengusaha akan menyeimbangkan antara tuntutan etika, tuntutan ekonomi, dan tanggung jawab sosial, sebuah keseimbangan yang berbeda dari titik moral di mana manajer bisnis umum mengambil sikap dalam cara berpikirnya..

Sikap seorang manajer dalam hal tanggung jawab sosial korporat terkait dengan iklim organisasional yang dipandang mengacu pada hukum dan kode etik professional. Di sisi lain, dengan bisnis yang relatif baru dan mempunyai model-model peran yang sedikit biasanya akan mengembangkan kode etikya sendiri. Pengusaha cenderung jauh lebih berpegang pada system nilai pribadinya disbanding manajer yang lain, dalam menentukan tindakan yang dipandang tepat secara etika.

Meskipun lebih menggunakan system nilai mereka sendiri, pengusaha tanpak lebih sensitive terhadap tekanan kelompok dan norma sosial umum masyarakat, sebagaimana tekanan yang didapat dari ppara kompetitornya. Perbedaan antara pengusaha dalam masyarakat yang berbeda dan negara yang berbeda merefleksikan, sampai tingkat tertentu, norma dan nilai umum masyarakat dan negara di mana pengusaha itu berada. Ini jelas terlihat dalam kasus kota metpolitasn dan bukan metropolitan di dalam negara yang sama. Secara internasional, ini terbukti mempengaruhi manajer secara umum. Manajer-manjer AS tanpak lebih individual dan kurang memegang nilai-nilai masyarakat dari pada mitranya yang berasal dari Jerman ataupun Austria.

Peningkatan signifikan jumlah bisnis yang berorientasi internasional berdampak pada semakin meningkatnya perhatian tentang kesamaan dan perbedan dalam sikap dan praktek bisnis di negara yang berbeda. Sampai pada tingkat tertentu bidang ini telah dieksplorasi dalam konteks budaya dan sekarang mulai dieksplorasi dengan konsep etika yang lebih individualis. Konsep budaya dan etika sering saling terkait. Jika etika mengacu pada studi tentang apa yang baik dan benar menurut manusia, maka tika bisnis (bussiness ethic) lebih pada penelitian praktek bisnis dalam pandangan nilai-nilai manusia. Etika adalah bidang ilmu umum yang mengeksplorasi sifat dasar umum dari moral dan pilihan moral spesifik yang diambil oleh individu ketika berinteraksi dengan orang lain. Sekalipun etika bisnis telah menjadi toipik penting di dalam publikasi popular maupun akademis pada beberapa decade sebelum ini, sampai sekarang hal ini telah diperlakukan tidak berdasarkan sejarah dan dengan orientasi yang didominasi oleh cara pandang AS.

Sekalipun kata etika (etich) dalam bahwa Inggris umumnya diakuai berasal dari bahasa Yunani ethos kebiasaan dan penggunaan, kata ini lebih tepat dipandang berasal dari kata swedhethos, di mana konsep moralitas individu dan kebiasaan perilaku adalah terkait dan diidentifikasikan sebagai sebuah kualitas esensial dari eksistensi.

Sebagai besar penulis barat mengakui filsuf Yunani Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM) sebagai penyedia tulisan-tulisan awal yang menjadi dasar atas apa yang saat ini diekanla sebagai konsep etika. Tetapi, banyak sekali tulisan awal tentang kode moral dan hukum dapat ditemukan dalam ajaran yahudi (1800 SM) dan Hindu (1500 SM). Sikap masyarakat Amerika tentang etika berasal dari tiga pengaruh pokok : tradisi Kristen-Yahudi, kepercayaan individualisme, dan peluang yang lebih didsasarkan pada kemampuan dari pada status sosial. AS dibentuk oleh para imigran dari negara-negara lain, yang sering kali melarikan diri dari tekanan di tanah asalnya, berdedikasi untuk membentuk suatu masyarakat di mana masa depan dan keberuntungan mereka di tentukan oleh kemampuan serta dedikasi kerja.

Sebuah pertanyaan sentral dalam etika bisnis adalah; siapakah yang memperoleh manfaat dan harus menanggung beban dalam pengelolaan perusahaan? Untuk menjawab pertanyaan ini kita akan berfokus pada tindakan yang akan menjamin bahwa sumber daya digunakan secara adil diantara perusahaan dan pemagang sahamnya yaitu orang-orang yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan meliputi karyawab, pelanggan, pemasok, dan masyarakat itu sendiri. Jika pemanfaatan sumber daya tidak adil, maka para pemegang saham tersebut telah dieksploitasi oleh perusahaan.

Kewirausahaan dapat memainkan peran dalam pemanfaatan sumber daya yang adil untuk mencegah eksploitasi terhadap pemagang saham tertentu. Sebagian besar dari kita dapat membayangkan contoh-contoh perusahaan yang endapat manfaat secara keuangan karena mnajer mereka telah mengeksploitasi pemegang saham tertentu menerima nilai secara lebih besar dibandingkan yang diberikan kepada mereka sebagai pengembalian. Eksploitasi sekelompok pemegang saham seperti ini dapat menunjukan peluang bagi seorang pengusaha untuk memanfaatkan kembali sumber daya pemegang saham tersebut dengan cara yang lebih adil dan efisien. Dengan perkatan lain, jika harga saat ini tidak merefleksikan nilai dari sumber daya pemegang saham, maka seorang pengusaha dapat menemukan penyimpangan ini dan measuki pasar untuk menangkap keuntungan. Dengan cara ini, proses kewirausahaan akan bertindak sebagai mekanisme untuk menjamin sebuah system yang adil dan efisien agar dapat memanfaatkan kembali sumber daya pemegang saham yang dikorbankan kepada penggunaan, dimana nilai yang ditawarkan dan diterima menjadi seimbang.

Oleh karena itu sekalipun terdapat bukti sejumlah penggunaan proses kewirausahaan untuk memanfaatkan pihak lain demi keuntungan, perlu dipahami bahwa proses kewirausahaan dapat menjadi sebuah cara yang penting untuk membantu pemegang saham yang dieksploitasi dan pada saat yang sama membentuk sebuah bisnis yang nyata. Pikirkan proses kewirausahaan sebagai alat yang dapat digunakan secara efektif untuk mencapai hasil yang memberi manfaat bagi pihak lain (serta pengusaha), dari ada melihatnya sebagai alat untuk merusak yang lain. Beberapa aspek dari etika bisnis ditunjukan dalm kotak etika pada setia bab. Etika buka hanya menjadi praktik umum untuk diperbincangkan, tetapi merupakan perhatian mendalam dari orang-orang bisnis.

Etika. Morris Housen merupakan seorang pria yang sibuk. Ia adalah pendiri dan CEO dari birch Point Paper Products, perusahaan berusia lima tahun yang memproduksi taplak, mangkok, piring, dan tatakan. Ia juga merupakan direktur operasi (chief operating officer-COO) Irving Industriers, sebuah bisnis yang dimulai oleh kakek dan pamanya, yang memproduksi 120 ton kertas tisu setiap hari dan menghasilakn penjualan sekitar $85 juta per tahun. selain kedua pekerjaan ini, Housen melakukan kerja sosial untuk Liga Anti Kekerasan.

Namun, beberapa kali dalam sebulan, Housen menempatkan diri menulis pesan untuk kedua anaknya, Mully dan Ethan, dari temaptnya di Achton, Masachusets. Tentu saja, hal itu mengherankan karena kedua anaknya yang berusia tiga dan lima tahun, belum dapat membaca. Tetapi tidak masalah, sebab Housen, 37 tahun, tidak berniat memperlihatkan apa yang ditulisnya sampai kedua anaknya cukup dewasa untuk membacanya.

Housen merupakan salah satu dari semakin banyak pengusaha yang memilih untuk warisan pesan atau wasiat etis. Jika warisan tradisional adalah berupa pemberian harta dan pemilikan, dokumentasi seperi yang dilakukan Husen merupakan cara yang kreatif untuk mewariskan pengalaman bisnis, sejarah keluarga, nilai, serta etika kerja bagi generasi berikutnya. Sebagai alat untuk menyerahkan tongkat estafet, hal ini dapat dilakukan melalui sebuah surat tunggal atau serangkaian esai. (Perbedanya adalah warisan pesan diberikan kepada pewarisnya ketika pemilik bisnis masih hidup, sementara surat wasiat baru akan dibuka setelah penulisnya tidak ada).

Housen melihat pesan-pesan wasiatnya sebagai cara untuk menjelaskan kepada anak-anaknya mengapa ia sering kali menghabiskan banyak waktu jauh dari keluarganya untuk membangun bisnisnya. Ia juga ingin mereka memahami nilai-nilai seperti kerja kelompok dan kejujuran, dengan menyajikan sejumlah ilustrasi yang dikaitkan dengan kisah-kisah tentang bisnisnya. bagi saya, sebuah dokumen tertulis jauh lebih kuat, persis dan mendalam dibandingkan percakapan apapun kata Housen.

Untuk menggambarkan nilai kerja tim, sebagai contoh, housen menuliskan tentang pengalamnanya mengembangkan kampanye pemasaran yang berhasil untuk Birch Point Paper. Kampanye tersebut yang berulang-ulang meneriakan iklan yang terkenal Dapatkan susu? - menggambarkan situasi kacau ketika kopi tumpah diatas cek senilai $1 juta, lalu diikuti dengan kalimat Dapatkan Lap? gagasan dalam kampanye tersebut merupakan hasil pemikiran para stafnya, jenis saling ketergantungan yang Housen inginkan untuk dihargai oleh anak-anaknya.

C. Tujuan dan Manfaat Etika Wirausaha

Etika yang diberlakukan oleh pengusaha terhadap berbagai pihak memiliki tujuan-tujuan tertentu. Tujuan etika tersebut harus sejalan dengan tujuan perusahaan. Di samping memiliki tujuan, etika juga sangat bermanfaat bagi perusahaan apabila dilakukan secara sungguh-sungguh.

Berikut ini beberapa tujuan etika yang selalu ingin dicapai oleh perusahaan.

1. Untuk persahabatan dan pergaulan. Etika dapat meningkatkan keakraban dengan karyawan, pelanggan atau pihak-pihak lain yang berkepentinan. Suasana akrab akan berubah menjadi persahabatan dan menambah luasnya pergaulan. Jika karyawan, pelanggan, dan masyarakat menjadi akrab, segala urusan akan menjadi lebih mudah dan lancar.

2. Menyenangkan orang lain. Sikap menyenangkan orang lain merupakan sikap yang mulia. Jika kita ingin dihormati, kita harus menghormati orang lain. Menyenangkan orang lain berarti membuat orang menjadi suka dan puas terhadap pelayanan kita. Jika pelanggan merasa senang dan puas atas pelayanan yang diberikan, diharapkan mereka akan mengulangnya kembali suatu waktu.

3. Membujuk pelanggan. Setiap calon pelanggan memiliki karakter tersendiri. Kadang-kadang seorang calon pelangganperlu dibujuk agar mau menjadi pelanggan. Berbagai cara dapat dilakukan perusahaan untuk membujuk calon pelanggan. Salah satu caranya adalah melalui etika yang ditunjukan seluruh karyawan perusahaan.

4. Mempertahankan pelanggan. Ada anggapan mempertahankan pelanggan jauh lebih sulit daripada mencari pelanggan. Anggapan ini tidak seluruhnya benar, justru mempertahankan pelanggan lebih mudah karena mereka suda merasakan produk atau layanan yang kita berikan. Artinya, mereka sudah mengenal kita lebih dahulu. Melalui pelayanan etika seluruh karyawan, pelanggan lama dapat dipertahankan karena mereka sudah merasa puas atas layanan yang diberikan.

5. Membina dan menjaga hubungan. Hubungan yang sudah berjalan baik harus tetap dan terus dibina. Hindari adanya perbedaan faham atau konflik. Ciptakan hubungan dalam suasana akrab. Dengan etika hubungan yang lebih baik dan akrab pun dapat terwujud.

D. Sikap dan perilaku Wirausaha

Sikap dan perilaku pengusaha dan seluruh karyawanya merupakan bagian penting dalam etika wirausaha. Oleh karena itu, dalam prakteknya sikap dan perilaku yang harus ditunjukan oleh pengusaha dan seluruh karyawan, terutama karyawan di customer service, sales, teller, dan satpan harus sesuai dengan etiak yang berlaku. Sikap dan tingkah laku menunjukan kepribadian karyawan suatu perusahaan. Sikap dan perilaku ini harus diberikan sama mutunya kepada seluruh pelanggan tanpa pandang bulu.

Adanya sikap dan perilaku yang harus dijalankan oleh pengusaha dan seluruh karyawan adalah sebagai berikut:

1. Jujur dalam bertindak dan bersikap. Sikap jujur merupakan modal utama seorang karyawan dalam melayani pelanggan. Kejujuran dalam berkata, berbicara, bersikap, maupun bertindak. Kejujuran inilah yang akan menumbuhkan kepercayaan pelanggan atas layanan yang diberikan.

2. Rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas. Seorang karyawan dituntut untuk rajin dan tepat waktu dalam bekerjaterutama dalam melayani pelanggan. Di saming itu, karyawan juga dituntut untuk cekatan dalam bekerja, pantang menyerah, selalu ingin tahu, dan tidak mudah putus asa. Hal yang paling penting adalah hilangkan sifat pemalas bagi seluruh karyawan.

3. Selalu murah senyum. Dalam menghadapi pelanggan atau, tamu, seorang karyawan harus selalu murah senyum. Jangan sekali-kali bersifat murung, meruntuhkan hati pelanggan untuk menyukai produk atau perusahaan kita. Pelanggan biasanya akan tersanjung dengan senyum yang ditunjukan oleh karyawan.

4. Lemah lembut dan ramah-tamah. Dalam bersikap dan berbicara pada saat melayani pelanggan atau tamu hendaknya dengan suara yang lemah lembut dan sikap yang ramah-tamah. Sikap seperti ini dapat menarik minat tamu dan membuat pelanggan betah berhubungan dengan perusahaan.

5. Sopan santun dan hormat. Dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan hendaknya bersikap sopan dan hormat. Dengan demikian, pelanggan juga akan menghormati pelayanan yang diberikan karyawan tersebut.

6. Selalu ceria dan pandai bergaul. Sikap selalu ceria yang ditunjukan karyawan dengan memecahkan kekakuan yang ada. Sementara itu, sikap pandai bergaul juga akan menyebabkan merasa cepat akrab dan merasa seperti teman lama sehingga segala sesuatu berjalan lancar.

7. Fleksibel dan suka menolong pelanggan. Dalam menghadapi pelanggan karyawan harus dapat memberikan pengertian dan mau mengalah kepada pelanggan. Segala sesuatu dapat diselesaikan dan selalu ada jalan keluarnya dengan cara yang fleksibel. Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan asalkan mengikuti pperaturan yang berlaku. Karyawan juga diharapkan suka menolong pelanggan yang mengalami kesulitan sampai menemui jalan keluarnya.

8. Serius dan memiliki rasa tanggung jawab. Dalam melayani pelanggan karyawan harus serius dan sungguh-sungguh. Karyawan harus tabah dalam menghadapi pelanggan yang sulit berkomunikasi atau yang suka ngeyel. Selain serius, karyawan juga harus mampu bertangggung-jawab terhadap pekerjaanya sampai pelanggan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.

9. Rasa memiliki perusahaan yang tinggi. Seorang karyawan harus merasa memiliki erusahaan sebagai milik sendiri. Rasa memiliki perusahaan yang tinggi akan memotifasi karyawan untuk malayani pelanggan. Di samping itu, karyawan juga harus memiliki jiwa pengabdian, loyal, dan setia terhadap perusahaan.

E. Ciri-ciri Wirausaha yang Berhasil

Berwirausaha tidak selalu memberikan hasil yang sesuai dengan harapan dan keinginan pengusaha. Tidak sedikit pengusaha yang mengalami kerugian dan akhirnya bangkrut. Namun, banyak juga wirausahawan yang berhasil untuk beberapa generasi. Bahkan, banyak pengusaha yang semula hidup sederhana menjadi sukses dengan ketekunaannya. Keberhasilan atas usaha yang dijalankan memang merupakan harapan pengusaha.

Berikut ini beberapa cirri wirausahawan yang dikatakn berhasil:

1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak kemana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui apa yang akan dilakukan oleh pengusaha tersebut.

2. Inisiatif dan selau proaktif. Ini merupaka cirri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.

3. Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang suskes selalu mengejar prestasi yang lebih baik dari pada prestasi sebelumnya. Mtu produk, pelayan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibandung sebelumnya.

4. Berani Mengambil Resiko (Terukur). Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapan pun dan di mana pun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.

5. Kerja keras/tidak malas. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ ia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja keras merealisasikanya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.

6. Bertanggung Jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankan, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.

7. Komitmen pada berbagai pihak merupakan cirri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dan direalisasikan.

8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan antara lain kepada para pelangggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

Salah satu lembaga internasional yang bergerak dalam pemberian penghargaan kepada perusahaan atau pribadi yang sukses adalah Ernst and Young. Lembaga tersebut menjelaskan kesuksesan seorang pengusaha dapat dikategorikan menjadi beberapa macam sebagai berikut:

1. Entrepeneur of the Year (EOY) yaitu penghargaan kepada pengusaha terbaik yang diselenggarakan setiap tahun, baik untuk Indonesia maupun seluruh dunia.

2. Lifetime achievement entrepreneur (LAE), yaitu penghargaan kepada pengusaha yang telah memberikan konribusi berkesinambungan sepanjang masa kerjanya.

3. Industrie and Manuvacturing Entrepreneur (IME), yaitu penghargaan kepada pengusaha yang bergerak dalam bidang produk otomotif, konsumen, dan insdustri.

4. Service Special award for corporate spirit atau penghargaan khusus di bidang perbankan serta keuangan ritel dan logistic.

5. Young entrepreneur atau pengusaha yang berusia 40 tahun ke bawah.

6. Special award for corporate spirit, yaitu penghargaan kepada pengusaha yang memiliki semangat dalam meningkatkan usahanya.

7. Special award for corporate social responsibility, yaitu penghargaan kepada pengusaha yang mampu memberikan tanggung jawab sosial.

Anugrah pengusaha terbaik Indonesia tahun 2005 yang diberikan oleh Ernst & Young adalah sebagai berikut.

1. Entrepreneur of the Year (EOY) pengusaha indonesai terbaik tahun 2005 diberikan kepada pemimpin kelompok Kompas Gramedia (KKG).

2. Lifetime Echifmen Entrepreneur diberikan kepada Boenyamin Setiawan, CEO PT. Kalbe Farma.

3. Industry and Manufacturing Entrepreneur diberikan kepada Hilmi Panigoro CEO (Direktur Utama) PT. Medco Energi Internasional.

4. Service special award for corporate spirit diberikan kepada Oentoro Surya dari PT. Arppeni Pratama Ocean line.

5. Yong Entrepeneur diberikan kepada Susi Pudjiastuti pendiri PT ASI Pudjiastuti.

6. Special Award for Corporate Spirit diberikan kepada Ciputra.

7. Special award for corporate special responsibility diberikan kepada Indra Abidin dari PT Fortune Indonesia

III. MEMBENTUK JIWA WIRAUSAHA

Kesamaan yang mengikat manusia adalah berbedaan kita. Berpikilah local, betindaklah global. Berjuta-juta perusahaan dibentuk, beribu-ribu yang bertahan. Semakin kita memadukan dunia, semakin kita membedakan pengalaman kita. Tata laku yang sedang berkembang ini juga sedang dirangkul oleh para politikus sementara politik global menjadi semakin digerakan oleh ekonomi dan bukan kedaulatan. Kesabaran adalah kebaikan, kreatifitas adalah keharusan. Semakin ekonomi dunia terpadu, semakin kurang penting ekonomi negara-negara dan semakin penting kontribusi ekonomi dari individu dan perusahaan individu.

Tujuh untai kalimat tersebut merupakan cetak tebal yang dikemukakan oleh Jhon Naisbitt dalam Global Paradoxnya. Hal ini merupakan bold print dari sekian banyak point penting yang dikemukakanya dalam buku yang sama. Sebetulnya kian banyak pendapat Naisbitt yang diungkapkan akan makin membuktikan pentingnya jiwa wirausaha untuk dimiliki oleh setiap orang. Ini berarti harus dibentuk agar tumbuh dan berkembang pada setiap insane yang ingin cepat sukses.

Membentuk jiwa wirausaha dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Jiwa entrepreneur akan relatif lebih mudah dibentuk melalui pribadi masing-masing dari dalam. Dan akan lebih efektif memang bila dilenkapi oleh kegiatan berinteraksi dengan berbagai faktor dari luar. Adapun cara membentuk jiwa wirausaha dapat dilakukan melalui; Pertama, mengetahui sifat yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha. Kedua, memahami sikap dan perilaku yang wajib dimiliki dan dilakukan bila menjadi entrepreneur. Ketiga mengerti apa yang harus dilaksanakan untuk sukses di jalur ini.

Untuk mengetahui sifat-sifat wirausaha, kita dapat memperlajari makna kewirausahaan. Sebab kewirausahaan mengandung arti yang hakiki berupa sifat-sifat. Secara rinci dapat ditemukan uraian makna kewirausahaan (2008.2) seperti berikut. Kewirausahaan merupakan gabungan kata dari ke-an, wira dan usaha. Ke-an adalah imbuhan yang menunjukan sifat. Wira artinya utama, gagah, berani, atau teladan. Usaha secara umum berarti proses kegiatan untuk mendapatkan keadaan yang lebih baik. Dalam konteks bisnis, usaha mengandung arti kegiatan untuk membuat sesuatu dan atau menambah manfaat dari sesuatu tadi guna dijual serta mendapatkan keuntungan. Jadi usaha dapat diartikan sebagai proses kegiatan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik melalui pembuatan sesuatu atau penambahan manfaat dari sesuatu tadi guna dijual serta bertujuan memperoleh keuntungan. Dengan demikian secara strategis general (umum) kewirausahaan dapat didefenisikan sebagai sifat keutamaan, kegagahan, keberanian atau keteladanan dalam melakukan kegiatan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik melalui pembuatan atau penambahan manfaat dari sesuatu guna dijual dengan tujuan memperoleh keuntungan.

Setiap orang ingin untung. Sehingga bila diketahui melalui kewirausahaan bisa diperoleh keuntungan, niscaya orang akan termotifasi atau ingin memiliki sifat-sifat untuk mendapatkan keuntungan tadi. Dengan demikian mulai tersemai benih yang akan tumbuh membentuk jiwa wirausaha. Kemudian benih tersebut secara psikologis akan mengarahkan individu untuk memahami sikap dan perilaku yang harus dimiliki agar untung lebih cepat didapat dengan cara yang tepat. Nah, sikap dan perilaku yang demikian bisa diperoleh dengan cara mempelajari karakteristik wirausaha. Cirri-ciri utama wirausaha ini akan memperkuat pembentukan jiwa wirausaha seseorang. Bila pemahaman telah mengkristal pada diri personal, berarti jiwa wirausaha relatif telah terbentuk. Selanjutnya tinggal dilaksanakan.

Pelaksanaan berwirausaha membutuhkan pondasi. Hal itu dimaksudkan agar terjadi pembiasaan yang semakin efektif dan kian efisien. Dalam konteks ini dapat dipelajari melalui paradigma wirausaha. Point ke tiga membentuk jiwa wirausaha ini merupakan pola piker yang memberikan arah dalam tahapan atau langkah-langkah baru wirausaha. Jadi pembenukan aspek penting untuk menjadi business entrepreneur ini dapat dilakukan melalui pemahaman terhadap tiga kerangka dasar berwirausaha. Ketiga hal tersebut yaitu; Makna Kewirausahaan, Karaktristik Wirausaha, dan Paragdima Berwirausaha. Oleh sebab itu untuk membentuk jiwa wirausaha melalui Bab ini dibahas mengenai keiga hal tersebut.

A. Makna Kewirausahaan

Sukses menjadi damban setiap orang. Senang rasanya mengungkap kata penuh makna itu. Kata sukses memang indah indah penggugah gairah. Melafalkanya kerap memberi sugesti. Bahkan menumbuhkan motivasi. Dorongan positif untuk berbuat lebih baik. Apalagi bila dikaitkan dengan fenemena sekarang. Kini banyak orang sukses. Berbagai media massa sering memberitakan keberhasilan pribadi sukses yang menggeluti bidang usaha tertentu dengan dukungan semangat dan motivasi yang secara ilmiah dapat dikategorikan sebagai jiwa wirausaha. Bila dicermati secara mendalam, kesuksesan itu ternyata umumnya diawali oleh sikap dan perilaku yang didasari oleh sifat-sifat wirausaha. Sifat-sifat tersebut lebih dikenal dengan sebutan entrepreneurship.

Dalam bahasa Indonesia entrepreneurship diterjemahkan sebagai kewirausahaan. Kemudian banyak ahli memaknai dan memberikan pengertian. Mengenai pengertian kewirausahaan, sebenarnya telah banyak pakar yang mengemukan. Tentu saja hal tersebut mengemuka berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Namun demikian, esensi pengertian yang krusial senantiasa ada di setiap pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dan menjadi hal mendasar. Jhon Kao (1991:14) dalam Sudjana (2004:131) misalnya, menyebutkan bahwa : Kewirausahaan adalah sikap dan perilaku wirausaha. Wirausaha ialah orang yang inofatif, antisipatif, pengambil resiko, berorientasi laba. Ini berarti kewirausahaan merupakan sikap dan perilaku orang yang inofarif, antisipatif, inisatif, pengambil resiko, dan berorientasi laba. Dalam Intruksi Presiden (Inpres) No. 4 tahun 1995, tanggal 30 Juni 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan, dikemukakan bahwa;

Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produksi baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Sebelum Inpres tersebut terbit, Ahmad Sanusi (1998:291) telah menulis tentang arti kewirausahaan tanggal 19 Desember 1994, dan mengemukakan bahwa ; kewirausahaan dapat dipandang sebagai institusi kemasyarakatan yang mengandung nilai-nilai dan dinyatakan dalam perilaku. Nilai dan perilaku itu merupakan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis.

Kedua defenisi tentang kewirausahaan tadi nampak memiliki kesamaan, yakni dua-duanya mengemukakan adanya sikap dan perilaku yang terkandung dalam kewiraushaan. Dari sini dapat diketahui bahwa kewirausahaan pada dasarnya merupakan sikap dan perilaku seseoorang dalam melakukan suatu kegiatan. Kendati demikian, ada pakar lain yang juga mengemukakan konsep kewirausahaan dilihat dari sisi yang sedikit berbeda. Winarto (2004:2-3) menyebutkan bahwa; entrepreneurship (kewirasahaan) adalah suatu proses melakukan sesuatu yang baru dan berbeda dengan tujuan menciptakan kemakmuran bagi individu dan memberi nilai tambah pada masyarakat. Sejalan dengan hal itu Hisrch Peters (1995:10) dalam Alma (2007:33)memarparkan;

Entrepreneurship is the process of creating something different wint value by devoting the necessary time and effort,assuming the accompanying financial, pasychic,and social risk and receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction and independence (kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan peribadi).

Sekaitan dengan itu Suryana (2003:10) menerangkan bahwa;

Istilah keriausahaan dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai the backbone of economy,yaitu syaraf pusat perekonomiann atau sebagaitailbone of economy , yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa (Suharto Wirakusumo,1997:1). Secara etimologi, kewirausahaan merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (strat-upphase) atau suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative) dan sesuatu yang berbeda(innovative). Menurut Thomas W. Zimmerer (1996:51), kewirausahaan adalah applyingcreativity andinnovationto solve the problem and to exploit opportunities that people face everyday .

Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasiuntuk memecahkanmasalahdan upaya

B. Karateristik Wirausaha

C. Paradigma berwirausaha

IV. PERSPEKTIF KEWIRAUSAHAAN

A. Pola Pikir Berwirausaha

Profil pembuka. ERWING MARION KAUFFMAN

Dilahirkan di sebuah peternakan di Garden City Mosuri, Erwing Marion Kauffman pindah ke Kansas City dengan keluarganya ketika ia berusia delapan tahun. sebuah peristiwa kritis dalam hidupnya terjadi beberapa tahun kemudian ketika Kauffman diagnosis mengalami kebocoran hati. Ia hatus menjalani istrahat total di tempat tidur selama satu tahun, bahkan tidak dibenarkan untuk duduk. Ibu Kauffman, seorang sarjana, menemukan jalan keluar untuk membuat anak laki-lakinya yang berusia 11 tahun tersebut untuk tetap berbaring membaca.. Menurut Kauffman, benar-benar membaca. Karena tidak ada hal lain yang dapat dilakukan, saya membaca 40 sampai 50 buku setiap bulanya. Ketika membaca sebanyak itu, anda membaca apapun. Maka saya membaca biografi seluruh presiden, orang orang terkemuka, dan saya membaca kitab dua kali dan itu adalah bacaan yang agak sulit.

Pengalaman penting lain saat anak-anak adalah melakukan penjualan dari rumah ke rumah. Karena keluarganya tidak memiliki banyak uang, Kauffman harus menjual 36 lusin telur yang dikumpulkan dari peternakan, atau ikan yang ditangkap, dibersihkan, dan dibungkus oleh ia dan bapaknya. Ibunya sangat mendukung selama tahun-tahun sekolah formal ini, dan setiap hari mengatakan kepada Ewing. Mungkin orang lain mempunyai lebih banyak uang di kantongnya tetapi Ewing, tidak ada orang yang lebih baik dari pada kamu.

Selama mudanya, kauffman bekerja sebagai pengantar jasa pencucian pakaian (laundry) dan anggota pramuka. Selaian lulus seluruh persyaratan untuk menjadi seorang Pramuka Dirgantara (Eagle Scout) dan seorang seorang Pramuka Bahari (Sea Scout), ia menjual tiket acara jamboree sebanyak dua kali dari pada yang dilakukan orang lain di Kansas City, sebuah pencapaian yang memungkinkanya mengikuti perkemahan musim panas selama dua minggu secara gratis, hal yang tidak dapat dibiayai oleh orang tuanya. Menurut Kauffman, Pengalaman itu memberi saya beberapa teknik penjualan yang berguna ketika kemudian saya masuk ke dalam bisnis farmasi.

Kauffman menempuh pendidikan menengah dari jam 8 sampai jam 12 pagi lalu berjalan 2 mil ke laundry dimana ia bekerja sampai jam 7 petang. Setelah lulus, ia bekerja di laundry secara penuh waktu untuk Mr. R.A. Long, salah satu orang yang menjadi teladan dalam hidupnya. Tugasnya adalah sebagai mandor pengantar cucian, termasuk mengelola 18 sampai 20 sopir rute, di mana ia dapat melakukan lomba penjualan, ia menantang sopir lain untuk mendapatkan lebih banyak konsumen pada rute tertentu dari pada yang bisa ia dapatkan. Ewing berkata, saya mendapatkan praktek penjualan dan hal itu terbukti bermanfaat bagi hidup saya kemudian. R.A. Long menghasilkan uang bukan hanya pada bisnis laundry tetapi juga dari paten, salah satunya adalah bagian kaku yang dapat menahan bentuk krah kemeja. Ia menunjukan kepada para anak buahnya bahwa seseorang dapat menghasilkan uang dengan akal sebaik seperti menghasilkan uang dengan kekuatan. Kauffman mengatakan, ia seorang laki-laki yang mempunyai pengaruh penting dalam hidup saya.

Kemampuan penjualan Kauffman juga berguna pada saat berada dalam angkatan laut Amerika Serikat, di mana ia bergabung selama jangka waktu yang singkat setelah peristiwa Pearl Harbour 11 Januari 1942. Ketika ditetapkan sebagai seorang pelaut magang, dengan bayaran sebesar $21 per bulan, ia berkata, saya lebih baik dari pada pelaut, sebab saya sebelumnya adalah pramuka bahari. Saya telah berlayar dan menaiki perahu yang digunakan untuk menangkap ikan paus. Kemampuan menjualnya mengesankan angkatan laut bahwa ia seharusnya mulai menjadi pelaut kelas satu,

B. Intensi-intensi Kewirausahaan dan Kewirausahaan Korporat

C. Peluang Kewirausahaan Internasional

V. MENCIPTAKAN DAN MEMULAI USAHA

Profil Pembuka

Frederick W.Smith

Siapakah yang akan berpikir seorang pengusaha yang memiliki warisan senilai $10 juta membutuhkan lebih banyak modal untuk memulai perusahaanya dengan berhasil? Dunia bisnis dipenuhi dengan banyak perusahaan besar dan kecil yang dimulai dari sebuah bengkel dengan investasi awal senilai beberapa ratus dolar. Tetapi tidak ada satu pun dari perusahaan-perusahaan tersebut yang membutuhkan diterapkanya system distribusi nasional yang dilengkapi dengan armada pesawat terbang dan truk sebelum menerima order pertamanya. Serta, tidak ada satu pun dari bengkel-bengkel yang baru dimulai tersebut berkembang seperti federal Expres.

Frederick W.Smith, pria asal Memphis yang merupakan anak dari seorang pendiri sebuah perusahaan bus, memperoleh ide mendirikan perusahaan kargo udaranya ketika memperoleh ilmu ekonomi di Yale University pada tahun 1960-an. Proffesor dari salah satu kelas yang diikuti Smith merupakan seorang pendukung setia system penanganan pengangkutan udara, di mana paket kargo benar-benar ditumpangkan di tempat yang tidak digunakan pada penerbangan penumpang. Fred Smith melihat segalanya secara berbeda dan dalam sebuah makalah, mendiskripsikan konsep perusahaan penerbangan yang hanya menangani pengangkutan yang akan menerbangkan semua paket ke satu tempat pusat di mana paket-paket tersebut kemudian akan ddistribusikan dan diterbangkan ke tempat-tempat tujuan. Operasi ini dapat dilakukan pada malam hari ketika bandara tidak begitu ramai, dan dengan kontrol logistik yang baik, paket-paket tersebut dapat juga dikirimkan pada malam hari berikutnya. Entah karena ini merupakan suatu ide baru, kenyataan bahwa ide tersebut berlawanan dengan teori-teori sang professor, atau kenyataan bahwa ide tersebut ditulis dalam satu malam dan terlambat dikumpulkan smith mendapat nilai C untuk tugasnya tersebut.

Tetapi, ide Smith tersebut merupakan sesuatu yang lebih dari pada sekedar konsep untuk makalah yang kreatif. Ia telah melihat bagaimana dasar teknologi negara mengalami perubahan. Semakin banyak perusahan terlibat dalam produksi dan penggunaan barang-barang yang kecil tetapi mahal, seperti komputer, Smith merasa yakin bahwa perusahaan-perusahaan tersebut dapat menggunakan ide kargo udaranya untuk mengontrol biaya inventaris. Pengiriman satu malam dari satu pusat distribusi ke mana pun di negara tersebut dapat memuaskan kebutuhan para pelanggan tanpa mengharuskan perusahaan tersebut mendiplikasi investasi untuk inventaris yang disimpan di gudang-gudang daerah. Smith bahkan menganggap Federal reserve Banks sebagai pelanggan potensial dengan jumlah cek sangat banyak yang harus dikirim ke seluruh bagian negara setiap harinya. Tetapi, perang Vietnam dan jasa keluarga patriotic menghalangi niatnya. Smith bergabung dengan Angkatan Laut dan dikirim ke Vietnam, awalnya sebagai pemimpin peleton dan kemudian sebagai pilot.

Setelah berjuang selama hampir empat tahun dan menyelesaikan 200 misi sebagai pilot, ia meninggalkan Vietnam, siap untuk mulai membangun sesuatu. Ia bekerja dengan ayah tirinya, awalnya mengatur dan kemudian membeli saham pengendali di Arkansas Aviaton Sales, sebuah bengkel pemeriksaan dan modifikasi pesawat terbang yang sedang mengalami kesulitan. Kesulitan dalam mendatangkan onderdil-onderdil ke bengkel yang berlokasi di Little Rock, Arkansas, membangkitkan kembali niatnya pada konsep kargo udara. Ia menjalankan dua studi kelayakan yang keduanya mendatangkan hasil yang menguntungkan berdasarkan investasi awal yang tinggi. Kunci untuk perusahaan ini adalah kemampuanya menjalankan segmen besar komunitas bisnis sejak awal, dan hal terpenting untuk tingkat jasa, yaitu uang. Dengan penuh optimisme, Smith pergi ke Chicago dan New York, merasa yakin akan kembali dengan kkeranjang penuh berisi cek investasi. Kemajuanya ternyata lebih lamban dari yang diantisipasi oleh Smith, tetapi dengan energi yang tiada batas, keyaknan dalam ide, serta pengetahuan teknis dalam bidang pengangkutan udara, ia mampu mendatangkan bantuan yang mengesankan (sekitar $5 juta dalam bentuk modal) dari new Court Securities, perusahaan penyokong bank investasi modal Rothschild yang berbasis di Manhattam. Komitmen dari new Court ini memacu embiayaan tambahan substansial. Lima institusi lain, termasuk General Dynamics dan Citicorp Venture Capital, Ltd, ikut terlibat, dan smith kembali ke Menphis dengan membawa $72 juta. Ini merupakan transaksi awal modal perusahaan yang paling besar dalam sejarah bisnis Amerika.

Federal Ekpress melakukan pengujian jasa layananya pada 12 Maret 1973. melayani sebah jaringan 11 kota (membentang dari Dallas sampai Cincinati). Federal Ekspres awalnya hanya mengirim enam paket. Pada tanggal 17 April, pembukaan resmi Federal Ekspres, jaringan tersebut diperluas hingga meliputi 25 kota (dari Rochestec, New York sampai Miami, Florida), dengan mengirim 186 paket secara total. Muatan diangku secara cepat dan jasa diperluas, seolah-oleh Federal Ekspres benar-benar merupakan keberhasilan yang diraih dalam waktu satu malam. Pemahaman Smith tentang kebutuhan pasar sangatlah akurat, tetapi ia tidak memperhitungkan OPEC yang menyebabkan inflasi besar-besaran pada biaya bahan bakar saat perusahanya baru saja dimulai. Pada pertengahan tahun 1974, perusahaan tersebut mengalami kerugian lebi dari $1 juta dalam satu bulan. Investor-investornya tidak bersedia meneruskan perusahaan, dan saudara-saudaranya menuntut dirinya karena salah mengurus warisan keluarga (hampir $10 juta dari uang keluarga Smith diinvestasikan). Tetapi Smith tidak pernah kehilangan keyakinan akan idenya dan akhirnya berhasil merubah keyakinan cukup banyak orang dalam komunitas investasi untuk terus memberinya kesempatan menyelesaikan masalah-masalah harga yang disebabkan oleh OPEC.

Setelah mengalami kerugian sebesar $27 juta pada dua tahun pertama Federal Ekspres mendapatkan keuntungan sebesar $3,6 juta pada tahun 1976. perkembangan dan pertumbuhan Federal Ekspres diatur secara ketat. Disebakan oleh undang-undang lama yang dirancang untuk melindungi para pioneer dari industri pperusahaan penerbangan penumpang, Smith diwajibkan memperoleh izin untuk mengopersikan pesawat terbang mana pun dengan kapasitas daya angkut senilai 7.500 pon. Karena perusahan-perusahan penerbangan besar yang pada saat itu merupakan raksasa-raksasa industri tidak bersedia untuk berbagi asar kargo, Smith tidak mampu mendapatkan izin yang dibuthkan dan sebagai gantinya harus mengoperasikan armada pesawat jet Falcon yang kecil. Ketika situasi ini berjalan baik pada permulaan, operasinya telah mencapai kapasitas dari pesawat-pesawat yang lebih kecil ini. Karena perusahan tersebut telah menerbangkan beberapa pesawat pada rute-rute yang paling aktif, tidak masuk akal untuk membeli lebih banyak pesawat falcon, smith membawa keterampilanya dalam berdagang ke Washinton, dan dengan bantuan para karyawanya, ia mampu mendapatkan perundangan-undangan yang menciptakan golongan baru perusahaan pengangkutan kargo. Perundang-undangan ini memberi Smith kebebasan beroperasi yang dibutuhkanya.

Meskipun memiliki izin untuk mengoperasikan pesawat-pesawat jet besar, Smith harus mencari cara untuk membelinya. Neraca korporasi perusahan tersebut masih kacau sejak kerugian-kerugian yang dialami pada awal perusahan tersebut berdiri, dan investor-investor awal yang telah lama menderita membutuhkan sedikit penghargaan, Smith membuka sahamnya untuk publik (go public) pada 12 April 1978, yang menghasilkan cukup uang untuk membeli Boeing 727 bekas dari perusahaan penerbangan yang sedang mengalami masalah. Para investor benar-benar diberi penghargaan yang sangat pantas, dengan General Dynamics yang mengamati pertumbuhanya dari $5 juta menjadi lebih dari $49 juta sejak saat Federal Ekspres diperdagangkan untuk pertama kalinya di Bursa Saham New York pada Desember 1978. Perusahaan tersebut terus berjalan baik sejak pembukaan saham untuk publiknya, dengan mengkombinasikan inovasi teknis dan obsesi serta berorientasi pada pelanggan (Federal Ekspres merupakan perusahan pertama yang meemnangkan Malcolm Baldrige Natonal Quality Award pada kategori jasa dan pada tahun 1994 menjadi perusahaan transportasi ekspres global pertama yang menerima sertifikasi ISO 9001 di seluruh dunia) untuk menjamin pertumbuhan yang luar biasa.

Sejak tahun 2002 FedEx terus berkembang dengan pendapatan penjualan sebesar $20,6 miliar dan keuntungan saham tunai perusahaan yang pertama kali dalam sejarah perusahaan tersebut. Pada akhir tahun 2005, perusahaan tersebut telah menjadi sebuah jaringan perusahaan senilai $31 miliar, yang menawarkan campuran yang tepat dari transportasi, e-comerce, dan solusi bisnis. FedEx terdiri atas Federal Ekspres, FedEx Ground, FedEx Freight, FedEx Kinkos Office, FedEx Customer Critical, FedEx Trade Networks, FedEx Supply Chain Service, dan FedEx Service. Pada tahun 2005 FedEx memperkirakan (1) lebih dari 6 juta pengiriman kilat, darat, pengangkutan, dan jasa pengiriman yang dipercepat dalam satu hari; (2) lebih dari 260.000 karyawan dan kontraktor di seluruh dunia; serta (3) lebih dari 220 negara dan wilayah, termasuk setiap alamat di Amerika Serikat.

Perusahaan tersebut

A. Analisa Terhadap Kreativitas, Ide Bisnis, dan Peluang Uaha

B. Kekayaan Intelektual dan Persoalan Hukum Lainya bagi pengusaha.

C. Rencana Bisnis: Menciptakan dan Memulai Usaha

D. Rencana Pemasaran

E. Rencana Organisasional

F. Rencana keuangan

VI. Jatah Pegawai negeri Sipil dan Penerimaan 6 tahun terakhir (2005 2010)1. Pendaftar

2. Jatah

Tahun 2010

PROPINSI/KAB/KOTAGURUKESEHATANTEKNNISJUMLAH

Penprov-136223359

Konawe855145181

Konsel1257085280

Konut12086173379

Muna986549212

Buton 856582232

Butur 12489190403

Kolaka1118371265

Kolut 1228370275

Bombana887462224

Wakatobi 1177865260

Kendari 856045190

Bau-Bau1027059231

Jumlah1262101012193.491

Sumber : BKD Sultra 2010Pendaftar tahun 2010

PROPINSI/KAB/KOTAGURUKESEHATANTEKNNISJUMLAH

Penprov-

Konawe

Konsel

Konut

Muna

Buton

Butur

Kolaka

Kolut

Bombana

Wakatobi

Kendari

Bau-Bau

Jumlah43.723

VII. NN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian

Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya (1). Richard Cantillon (1775), misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian. Berbeda dengan Cantillon, menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan.

2.2Etimologi

Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.

2.3Sejarah kewirausahaan

Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenadengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaanDI Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.

2.4Proses kewirausahaan

Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausahawan yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang memengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga.

2.5Tahap-tahap kewirausahaan

Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha:

Tahap memulai

Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Tahap ini juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri, atau jasa.

Tahap melaksanakan usaha

Dalam tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil risiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.

Tahap mempertahankan usaha

Tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

Tahap mengembangkan usahaTahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.

2.6Faktor-faktor motivasi berwirausahan

Ciri-ciri wirausaha yang berhasil:

Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut.

Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.

Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.

Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.

Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.

Bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.

Komitmen pada berbagai pihak.

Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan, antara lain kepada: para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

2.7Sikap wirausaha

Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:

DisiplinDalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu s