Masuk dan berkembangnya islam di indonesia
Transcript of Masuk dan berkembangnya islam di indonesia
Masuk dan Berkembangnya Islam di
Indonesia
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen: Ahmad Irfan Mufid, MA
Makalah ini disusun oleh:
Maya Syarie 1111014000096
Oki Primadeka Y 1111014000103
Ahmad Muchlishon 1111014000125
Kelas 3C
Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
Daftar Isi
Daftar Isi .............................................................................................................................
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ........................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
BAB II Pembahasan
A. Asal Masuknya Islam ke Indonesia ........................................................................
B. Teori Islamisasi .......................................................................................................
C. Pola Pembentukan Budaya Islam ............................................................................
D. Pembentukan Kerajaan-kerajaan Islam ...................................................................
E. Sebab-sebab Runtuhnya Kerajaan Islam .................................................................
BAB III Penutup
A. Kesimpulan .............................................................................................................
Daftat Pustaka .....................................................................................................................
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sebelum kedatangan Islam ke Indonesia, sudah ada beberapa perbedaan
agama dan kepercayaan, seperti Hindu, Budha, dan kepercayaan mistik lainnya.
Sistem kepercayaan ini menggunakan pengaruh bentuk sosial dan ekonomi seperti
struktur politik di Indonesia. Islam dibawa ke Indonesia oleh pedagang India dan
Persia melalui proses damai, yang dengan cepat diterima oleh masyarakat
Indonesia karena ajaran-ajarannya memperkenalkan toleransi dan persamaan
derajat. Bagi agama Hindu, sebagai agama yang menekankan diferensiasi kelas-
kelas sosial, agama baru ini (Islam) sangat menarik, khususnya di antara para
pedagang yang ditujukan terhadap orientasi internasional. Hal ini membuat Islam
menjadi motivasi untuk mengambil kekuatan politik dari wewenang orang-orang
kafir.1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana awal mula masuknya Islam ke Indonesia?
2. Bagimana teori islamisasi?
3. Bagaimana pola pembentukan budaya islam di Indonesia?
4. Bagaimana pembentukan kerajaan-kerajaan islam?
5. Apa penyebab runtuhnya kerajaan-kerajaan islam di Indonesia?
6. Adakah pengaruh slam terhadap kemajuan-kemajuan di bidang ekonomi,
politik, sosial dan buadaya, serta pendidikan?
1 Abdillah, Masykuri, Responses of Indonesian Muslim Intellectuals to the Concept of
Democracy, terjemahan (Hamburg: Abera Publishing House, 1997), p. 26.
Bab II
Pembahasan
A. Asal Usul Masuknya Islam ke Indonesia
Pembahasan tentang asal usul Islam di Nusantara serta siapa pembawanya
dipaparkan melalui empat teori berikut:
1. Teori Persia
Agama Islam masuk ke nusantara berasal dari Persia. Teori ini
dicetuskan oleh Husein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten, didukung oleh
kenyataan bahwa di Sumatera Utara (Aceh) terdapat perkumpulan orang-orang
Persia sejak abad ke-15. Marrison juga menguatkan teori ini dengan dasar
adanya pengaruh Persia yang jelas dalam kosakata kesusasteraan Melayu.
Kedatangan ulama besar bernama al Qadhi Amir Sayyid al Syirazi dari Persia
di kerajaan Samudera Pasai juga ikut sebagai penguat dan penegas teori
Persia.
2. Teori India
Agama Islam masuk ke Nusantara berasal dari Negara India. Snouck
Hurgronje (Belanda) mengungkapkan bahwa agama Islam masuk ke Nusantara
berasal dari kota Dakka, India. Di sisi lain Pijnappel dan Moquette (Belanda)
menyatakan bahwa agama islam berasal dari Gujarat dan Malabar, India.
Pembawanya adalah orang-orang Arab yang cukup lama tinggal di wilayah
tersebut. Fatimi juga menguatkan atas dasar adanya persamaan batu nisan
Malik al Shaleh dengan batu nisan di Bengal.
3. Teori Mesir
Menurut Keijzer, agama Islam berasal dari Mesir atas dasar kesamaan
madzhab, yaitu madzhab Safi’iyah. Sementara Niemann dan de Holander
menyatakan Hadramaut sebagai tempat Islam berasal.
4. Teori Cina
Wan Husein Azmi mengemukakan bahwa seorang ilmuan Spanyol,
Emmanuel Godinho de Eradie menulis “Sesungguhnya akidah Muhammad
telah diterima di Patani dan Pam di Pantai Timur, kemudian diterima dan
dikembangkan oleh Permaicuri (Parameswara) di tahun 1411 M”.2 Ada
beberapa sumber asing yang mendukung teori ini, antara lain dari Kronik
Klenteng Sam Po Kong Semarang, Kronik Klenteng Talang Cirebon, dan
catatan perjalanan M Huan.3
B. Teori Islamisasi
Fakta sejarah bahwa pada abad 2 SM, TW Arnold dalam The Pearching of
Islam a History of the Propagation of the Muslim Faith, penduduk Nusantara
sudah menjalin hubungan dengan pedagang-pedagang dari Arab, Cina
(Tiongkok), Persia, dan lain-lain. Pedagang-pedagang tersebut singgah di Demak,
Cirebon, Perlak, Samudra Pasai, dan Pesisir Utara kepulauan Indonesia lainnya.
Walaupun tujuan utama para pedagang dari Arab adalah untuk berdagang, akan
tetapi mereka merasa berkewajiban mendakwahkan Islam kepada peduduk
setempat sehingga pada akhirnya terbentuklah komunitas muslim dengan
kerajaan-kerajaan Islam pertama di Nusantara berada di Aceh, Sumatera Utara.
Kerajaan-kerajaan tersebut adalah Perlak, Lamuri, dan Pasai.
Perkembangan Islam bertambah pesat pada masa kerajaan Pasai, sehingga
menjadi pusat studi agama Islam di kawasan Asia Tenggara. Pendidikan Islam
awalnya bersifat informal. Setelah masyarakat Islam terbentuk, dibangunlah
lembaga-lembaga pendidikan yang terdiri dari Munasah, Masjid, Rangkang, dan
Dayah. Dalam perkembangannya, pendidikan Islam mendapat dukungan dan
bantuan dari sultan, panglima Sagoe, Ulu Balang, dan lain-lain.
Di sisi lain Uka Tjandrasasmita juga menyatakan proses penyebaran Islam
dapat melalui berbagai saluran seperti perdagangan, perkawinan, birokrasi
pemerintahan, pendidikan, tasawuf, cabang-cabang kesenian, dan lain-lain. Pada
saat itu pedagang muslim memiliki status sosial tinggi sehingga banyak raja dan
bangsawan yang turut serta dalam kegiatan perdagangan, masuk Islam dan
menikahkan putri-putri mereka dengan para pedagang muslim.4 Di bidang politik,
berkembang pandangan dari fiqih syiyasah bahwa “agama yang dianut rakyat
2 Didin Saepudin, Sejarah Peadaban Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), hlm. 195.
2 Republika, “Teori Cina, Disembunyikan Belanda, Ditolak Soekarno dan Soeharto”,
(Jakarta, 11 Oktober 2012), hlm. 24. 4 Ibid, hlm. 200.
tergantung pada agama yang dianut rajanya”. Di Indonesia berlaku pandangan
seperti itu, banyak raja dan bangsawan yang masuk Islam kemudian diikuti oleh
masyarakatnya.
Di bidang tasawuf, Van Bruinessen menyatakan bahwa Islam yang diajarkan
kepada orang-orang Asia Tenggara yang pertama memeluk Islam diwarnai dengan
ajaran sufi. Sifat spesifik tasawuf memudahkan penerimaan masyarakat non
muslim ke dalam lingkungannya.
Di bidang kesenian; seni wayang, seni sastra, seni bangunan, dan seni ukir
digunakan sebagai media untuk kepentingan dakwah. Di seni wayang, Sunan
Kalijaga sebagai pementas wayang tidak pernah meminta honor pertunjukan,
namun beliau hanya meminta penonton untuk mengucapkan kalimat syahadat.
C. Pola Pembentukan Budaya Islam
Berdasarkan catatan sejarah, ada tiga pola pembentukan budaya Islam yaitu
Pola Samudra Pasai, Pola Sulawesi Selatan, dan Pola Jawa. Berikut paparan
singkat ketiga pola tersebut:
1. Pola Samudra Pasai
Berdirinya Kerajaan Samudra Pasai menimbulkan perubahan dari
struktur negara yang segmenter ke struktur negara yang terpusat. Pada masa
kerajaan ini berkuasa, kerjaan ini menjadi pusat pengajaran agama.
Reputasinya terus berlanjut walupun akhirnya perkembangan kerajaan ini
menyusut. Pola yang dipakai kerajaan ini adalah pola “kebebasan budaya”
untuk memformulasikan struktur dari sistem kekuasaan, yang mencerminkan
kerajaan Aceh Darussalam.
2. Pola Sulawesi Selatan
Pola ini adalah pola islamisasi melalui konversi keraton atau pusat
kekuasaan. Pola ini didahului oleh bedirinya kerajaan Malaka. Proses
islamisasinya berlangsung dari struktur negara yang telah memiliki basis
legitimasi geneologis. Konversi agama menununjukan kemampuan raja yang
mana itu menghindarkan penguasa dari celaan rakyat terhadap penguasa
dalam hal kenegaraan.
3. Pola Jawa
Berdirinya kerajaan Demak membawa pengaruh yang besar terhadap
perkembangan Islam di Jawa. Pada saat itu konsep pemerintahan Islam harus
dihadapkan pada budaya Budha sebagai agama yang dianut kebanyakan
masyarakat pada saat itu. Islam pada saat itu tampil sebagai penantang.
Khusus di Jawa, pola pembentukan keudayaannya berbeda dengan dua pola
sebelumnya yaitu di Pasai dan di Sulawesi Selatan. Di Jawa, menerapkan pola
tiga wilayah kekuasaan keagamaan yaitu di keraton, pesantren dan pasar. Dari
ketiga wilayah keagamaan tersebut, keraton (abangan) dan pesantren sering
terjadi dialog keagamaan. Pesantren pada saat itu diperangi dan menjadi
tempat berlindung muallaf yang kecewa. Hal ini menyebabkan penguasa
bertugas buka untuk menyebarkan agama, akan tetapi memunculkan
keserasian antara kedua kelompok tersebut. Oleh karena itu Walisongo,
membangun Masjid Demak yang mana menggabungkan konsep aturan Islam
yang dibalut budaya Budha pada saat itu.
D. Pembentukan Kerajaan-Kerajaan Islam
Kerajaan-kerajaan Islam yang terbentuk di Indonesia itu terbagi pada
beberapa wilayah dan masa. Wilayah-wilayah tersebut ialah Sumatera dan Jawa,
dan masanya terbagi pada masa sebelum penjajahan dan sesudah penjajahan.
Berikut kami uraikan sekilas sejarah pembentukan kerajaan-kerajaan Islam
Indonesia:
1. Kerajaan-Kerjaan Islam Sebelum Masa Penjajahan
a. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang
terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kerajaan ini terbentuk karena adanya
proses islamisasi yang dilakukan para pedagang Muslim yang pernah
singgah pada abad ke-7, ke-8 dan seterusnya.5 Kerajaan ini eksis sekitar
awal atau pertengahan abad ke-13. Hal ini dibuktikan atas dasar penemuan
nisan kubur yang terbuat dari granit asal Samudra Pasai. Pada nisan itu
5 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Rajagrafindo,
2008), hlm. 205.
terdapat tulisan yang menyatakan bahwa raja pertama kerajaan itu
meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H atau pada tahun 1297 M.
Menurut beberapa hikayat seperti Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Raa-
Raja Melayu, dan penelitian yang dilakukan Raja pertamanya ialah Malik
al-Saleh kan para sarjana Barat, khususnya dari negeri Kincir Angin,
Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P. Molquette, J.L. Moens, J.
Hushoff Poll, G.P Rouffaer, H.J.K. Cowan, dan lain-lain.6 yang sekaligus
menjadi pendiri kerajaan. Pada masa kerajaan ini berkuasa, basis
ekonominya adalah pelayaran dan perdagangan yang mana juga
mewajibkan pajak kepada kapal-kapal barat yang melintas ke daerahnya
sebesar 6 %.
Adapun urutan raja-raja kerajaan Samudra Pasai diantaranya : Sultan
Malik Al-Saleh (1207 M), Muhammad Malik Al-Zahir (1297-1326 M),
Mahmud Malik Al-Zahir (1326-1345 M), Manshur Malik Al-Zahir (1345-
1346 M), Ahmad Malik Al-Zahir (1346-1383 M), Zain Al-Abidin Malik
Al-Zahir (1383-1405 M), Nahrasiyah (1402-?), Abu Zaid Al-Malik Al-
Zahir (?-1455 M), Mahmud Malik Al-Zahir (1455-1477 M), Zain Al-
Abidin (1477-1500 M), Abdullah Malik Al-Zahir (1501-1513 M) dan
terakhir Zain Al-Abidin ( 1513-1524 M). Kerajaan Samudra Pasai runtuh
pada tahun 1524 M karena pada tahun 1521 M kerajaan ini ditaklukan oleh
Portugis dan salanjutnya kekuasaannya dipengaruhi oleh kerajaan Aceh.
b. Aceh Darussalam
Terletak di daerah yang mana sekarang disebut Kabupaten Aceh
Besar. Belum diketahui kapan tepatnya kerajaan ini berdiri, namun Anas
Machmud berpendapat, Kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-15 M.
Muzaffar Syah (1465-1497 M) ialah ia yang mendirikan kerajaan ini di
atas puing-puing Kerajaan Lamuri. H. J. De Graaf, menyatakan bahwa
Kerajaan Aceh Besar merupakan gabungan dari kerajaan Lamuri dan Aceh
Dar Al-Kamal. Pada masa kerajaan ini mengalami berbagai kemajuan
6 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Rajagrafindo,
2008), hlm. 206.
dibidang ekonomi yaitu dengan pelabuhanya yang mana banyak pedagang
dari berbagai negara berkunjung ke pelabuhan di Aceh. Dan di bidang
kemiliteran, kerajaann ini mampu menjalin kerjasama dengan Turki
Usmani sehingga mampu mengalahkan Portugis. Pada saat itu kerajaan ini
dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda yang bergelar Al-Qahar. Kerajaan ini
runtuh pada saat tampuk kepemimpinan dipegang oleh beberapa sultan
perempuan yang mana dengan kepemimpinan mereka yang kacau balau
sedikit demi sedikit daerah taklukan mereka memisahkan diri. Pada abad
ke-18 kerajaan ini hanya tinggal bayangan belaka.
E. Pengaruh Islam Terhadap Kemajuan-Kemajuan di Berbagai Bidang
1. Bidang Ekonomi
a. Samudra Pasai
Letaknya yang sangat strategis yakni penghubung jalur perdagangan
antara Cina, India dan Arab menjadikan samudra pasai sebagai tempat
singgah bagi para pedagang. Adapun pelayaran dan perdagangan adalah
basis utama dalam bidang ekonomi. Pada masa kekuasaan sultan Malik Al
Salih berhasil merperkokoh kekuasaan kerajaan di pantai timur Aceh dan
berkembang menjadi kerajaan perdagangan yang kuat di selat malaka.
b. Aceh Darussalam
Pada masa pemerintahan sultan iskandar muda, kerajaan Aceh mengalami
kemajuan yang diantaranya pada bidang perekonomian. Perekonomian
kerajaan Aceh mengalami kemajuan pada bidang perdagangan, pedagang
muslim yang sebelumnya berdagang dengan malaka memindahkan
kegiatan mereka ke Aceh, setelah malaka dikuasai oleh portugis. Dengan
demikian Aceh menjadi ramai dikunjungi oleh para saudagar dari penjuru
negeri.
c. Demak
Letak Demak yang begitu strategis menjadikannya menjadi kerajaan
maritim. Demak merupakan penghubung antara daerah penghasil rempah-
rempah dari timur dan barat. Disamping itu Demak juga memiliki
pelabuhan-pelabuhan untuk singgahnya para pelayar. Selain perdagangan,
Demak juga menjadi kerajaan agraris karena letaknya yang berada di
muara sungai. Hal tersebut mempermudah dalam hal sektor pertaniannya.
Komoditas Demak diantaranya beras, garam, kayu jati, dll.
d. Pajang
Pajang merupakan dinasti atau kerajaan Islam yang berada di pedalaman
pertama di Jawa. Dengan demikian, masyarakatnya agraris: mengandalkan
hasil pertanian dan perkebunan. Maka dari itu, umur Kerajaan Pajang
tidaklah bertahan lama karena kurang menguasai perdagangan laut sebagai
basis perekonomian pada masa itu. Secara sistem dan struktur sosial,
masyarakat Pajang tak jauh beda dengan masyarakat Demak.
e. Mataram
Posisi ibukota Mataram di Kota Gede yang berada di pedalaman
menyebabkan Mataram sangat tergantung kepada hasil pertanian. Dengan
kehidupan masyarakat yang agraris membentuk tatanan masyarakat sistem
feodal. Bangsawan, priyayi dan kerabat kerajaan yang memerintah suatu
wilayah diberi tanah garapan yang luas, sedangkan rakyat bertugas untuk
mengurus tanah tersebut. Sistem ini melahirkan tuan tanah yang
menganggap menguasai wilayahnya.
Kehidupan kerajaan Mataram mengandalkan dari agraris, sedangkan
daerah pesisir pantai di wilayah yang dikuasai tidak dimanfaatkan. Dengan
mengandalkan dari pertanian, Mataram melakukan penaklukan ke
beberapa kerajaan-kerajaan di Jawa Timur dan Jawa Barat. Dengan
menarik upeti dari wilayah-wilayah penghasil beras menyebabkan
perekonomian berkembang dengan cepat.
f. Cirebon
Cirebon yang terletak di pesisir utara pulau jawa merupakan letak yang
strategis. Sumber perekonomian Cirebon terbagi atas dua yakni pelabuhan
dan daerah pedalaman yang subur. Pelabuhan Cirebon sangat ramai,
banyak kapal yang singgah dan saling bertransaksi. Wilayah pedalaman
yang subur banyak menghasilkan hasil bumi diantaranya sayur-sayuran,
buah-buahan, padi.
g. Banten
Tidak berbeda dengan kerajaan islam sebelumnya. Kerajaan banten
mengandalkan sektor perdagangan dalam mencukupi kebutuhannya. Hal
tersebut disebabkan letak banten yang strategis, pelabuhan yang layak, dan
juga banten memiliki komoditas yang sangat penting yakni lada, sehingga
banyak pedagang asing yang tertarik.
h. Kutai
Diperkirakan bahwa pertanian, baik sawah maupun ladang, merupakan
mata pencarian utama masyarakat Kutai. Melihat letaknya di sekitar
Sungai Mahakam sebagai jalur transportasi laut, diperkirakan perdagangan
masyarakat Kutai berjalan cukup ramai. Bagi pedagang luar yang ingin
berjualan di Kutai, mereka harus memberikan “hadiah” kepada raja agar
diizinkan berdagang.
i. Gowa-Tallo
Kerajaan gowa-tallo atau kerajaan Makassar merupakan kerajaan maritim
di Indonesia bagian timur. Kerajaan Makassar berkembang menjadi pusat
perdagangan dengan banyak komoditas yang ditawarkan seperti rempah-
rempah. Maka tidak heran kalau para pelayar dari barat seperti portugis,
belanda, inggris pada singgah disana.
2. Bidang Politik
a. Samudra Pasai
Pada masa pemerintahan sultan Malik al Salih, system pemerintahan
kerajaan dan angkatan perang laut dan darat sudah terstruktur rapi.
Kerajaan mengalami kemakmuran, terutama setelah Pelabuhan Pasai
dibuka. Hubungan Kerajaan Samudra Pasai dan Perlak berjalan harmonis.
Wilayah kekuasaanya meliputi Aceh dan juga daerah kedah, semenanjung
Malaya.
b. Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh pada masa itu juga memiliki hubungan diplomatik dengan
dinasti Usmani di Turki usmani. Hal ini terbukti saat aceh melawan
belanda aceh meminta bantuan tentara pada turki. Adapun daerah
kekuasaanya meliputi wilayah samudra pasai, aceh, barus, dan melebar
kedaerah-daerah sekitarnya.
c. Demak
Sebelum berkuasa penuh atas Demak, Demak masih menjadi daerah
Majapahit. Baru Raden Patah berkuasa penuh setelah mengadakan
pemberontakan yang dibantu oleh para ulama atas Majapahit. Dapat
dikatakan bahwa pada abad 16, Demak telah menguasai seluruh jawa.
Daerah taklukannya meliputi Madiun, Blora, Surabaya, Pasuruan,
Lamongan, Blitar, Wirasaba, dan Kediri, daerah Jawa Tengah bagian
Selatan Gunung Merapi, Pengging, dan Pajang.
d. Pajang
Jaka tingkir atau sultan adiwijaya merupakan raja pajang yang paling
masyhur. Ia memerintahkan agar semua benda pusaka dipindahkan ke
pajang. Hal ini menyebabkan titik politik pindah dari pesisir (Demak) ke
pedalaman. Peralihan pusat politik tersebut membawa perkembangan yang
sangat berpengaruh dalam peradaban islam jawa.
sultan adiwijaya juga melakukan perluasaan wilayah kekuasaanya yakni
ke timur sampai madiun, blora, Kediri dan di aliran anak sungai bengawan
solo.
e. Mataram
Raden agung mampu menundukkan seluruh wilayah jawa timur, hingga ia
menetapkan amangkura I sebagai putra mahkota. Pada masa amangkurat I
inilah banyak konflik. Dalam setiap konflik, yang tampil sebagai lawan
adalah mereka yang didukung oleh para ulama. Amangkurat I membunuh
sekitar 5000-6000 ulama serta keluarganya.
f. Cirebon
Setelah kerajaan Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah kerajaan islam,
sunan gunung jati berusaha meruntuhkan kerajaan pajajaran yang masih
belum menganut islam. daerah-daerah yang telah diislamkan antara lain:
kuningan, sindangkasih, telaga, luragung, ukur, cibalagung, kluntung,
bantar, indralaya, batulayang, dan timbangaten. Di wilayah pajajaran
agama islam berkembang pesat di negeri caruban yang dipimpin oleh
syarif hidayatullah.
g. Banten
Hasanuddin sendiri menikahi puteri Demak dan diresmikan menjadi
Panembahan Banten tahun 1552. ia meneruskan usaha-usaha ayahnya
(Syarif Hidayatullah) dalam meluaskan daerah Islam, yaitu ke Lampung
dan sekitarnya di Sumatera Selatan.
h. Kutai
Jika dirunut, masa pemerintahan Kutai Martadipura berlangsung sejak
masa Kudungga pada abad ke-5 hingga digabungnya kerajaan ini pada
abad ke-13 ke dalam Kerajaan Kutai Kartanegara akibat kalah perang.
Sementara Kerajaan Kutai Kartanegara berlangsung sejak abad ke-13
hingga saat ini.
Wilayah kekuasaan Kutai Martadipura mencakup wilayah Kalimantan
Timur saat ini, terutama daerah aliran Sungai Mahakam. Sementara
wilayah kekuasaan Kutai Ing Martadipura, mencakup wilayah yang
sekarang menjadi Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Barat, Kutai
Timur, Bontang , Samarinda dan Balikpapan.
i. Gowa-tallo
Kerajaan Goa-Tallo menjalin hubungan dengan Ternate yang telah
menerima Islam dari Gresik/Giri. Penguasa Ternate mengajak penguasa
Goa-tallo untuk masuk agama Islam, namun gagal. Islam baru berhasil
masuk di Goa-Tallo pada waktu datuk ri Bandang datang ke kerajaan Goa-
Tallo. Sultan Alauddin adalah raja pertama yang memeluk agama Islam
tahun 1605 M.
Kerajaan Goa-Tallo mengadakan ekspansi ke Bone tahun 1611, namun
ekspansi itu menimbulkan permusuhan antara Goa dan Bone.78
Penyebaran Islam yang dilakukan oleh Goa-Tallo berhasil, hal ini
merupakan tradisi yang mengharuskan seorang raja untuk menyampaikan
hal baik kepada yang lain.
3. Bidang Sosial-Budaya
a. Samudra Pasai
Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan
yang menghasilkan karya tulis yang baik. Sekelompok minoritas kreatif
berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk
menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian
disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi.
Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian
awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai
dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Sejalan
dengan perkembangan karya sastra, ilmu tasawuf juga berkembang pada
masa ini.
b. Aceh Darussalam
Banyak wilayah sekitar aceh yang telah diislamkan pada masa puncak
kekuasaan aceh diantaranya dari aceh, tanah gayo juga minangkabau telah
berhasil diislamkan. Pada masanya, Aceh terus berkembang untuk masa
beberapa tahun. Pengetahuan agama maju dengan pesat. Akan tetap tatkala
beberapa sultan perempuan menduduki singgasana tahun 1641-1699,
beberapa wilayah taklukannya lepas dan kesultanan menjadi terpecah
belah.
c. Demak
Berdirinya kerajaan demak banyak didorong oleh latar belakang untuk
mengembangkan dakwah islam. oleh karena itu tidak heran jika demak
gigih melawan daerah-daerah yang ada dibawah pengaruh asing. Berkat
dukungan wali songo, demak berhasil menjadikan diri sebagai kerajaan
islam pertama di jawa yang memiliki pengaruh cukup luas. Untuk
mendukung dakwah pengembangan agama islam, dibangunlah masjid
agung demak sebagai pusatnya. Kehidupan sosial dan budaya masyarakat
demak lebih berdasarkan pada agama dan budaya islam karena pada
dasarnya demak adalah pusat penyebaran islam di pulau jawa.
d. Pajang
Selama pemerintahan sultan adiwijaya, kesusastraaan dan kesenian keratin
yang sudah maju di demak dan jepara lambat laun dikenal di pedalaman
jawa. Pengaruh islam yang kuat di pesisir menjalar dan tersebar ke daerah
pedalaman.
e. Mataram
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik
berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu
saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan
pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat
kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan
surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di
bidang pengadilan, dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas
menjalankan pengadilan istana.
f. Cirebon
Cirebon berasal dari kata “caruban” yang artinya campuran. Diperkirakan
masyarakat Cirebon merupakan campuran dari kelompok pedagang
pribumi dengan keluarga-keluarga Cina yang telah menganut Islam.
Menurut Sumber berita tertua tentang Cirebon, satu rombongan keluarga
Cina telah mendarat dan menetap di Gresik. Seorang yang paling
terkemuka adalah Cu-cu, Keluarga Cu-cu yang sudah menganut agama
Islam kemudian mendapat kepercayaan dari pemerintah Demak untuk
mendirikan perkampungan di daerah Barat. Atas kesungguhan dan
ketekunan mereka bekerja maka berdirilah sebuah perkampungan yang
disebut Cirebon.
Keraton para keturunan Sunan Gunung Jati tetap dipertahankan di bawah
kekuasaan dan pengaruh pemerintah Hindia Belanda. Kesultanan itu
bahkan masih dipertahankan sampai sekarang. Meskipun tidak memiliki
pemerintahan administratif, mereka tetap meneruskan tradisi Kesultanan
Cirebon. Misalnya, melaksanakan Panjang Jimat (peringatan Maulid Nabi
Muhammad Saw) dan memelihara makam leluhurnya Sunan Gunung Jati.
g. Banten
Agama islam benar-benar menjadi pedoman hidup rakyat kerajaan banten.
Meskipun agama islam mempengaruhi sebagian besar kehidupan
kesultanan banten, namun penduduk banten telan menjalankan praktek
toleransi terhadap pemeluk agama lain. Hal ini dibuktikan dengan
dibangunnya sebuah klenteng di pelabuhan banten pada tahun 1673.
Masyarakat yang berada pada wilayah kesultanan banten terdiri dari
beragam etnis yang ada di nusantara, antara lain: sunda, jawa, melayu,
bugis, Makassar dan bali. Beragam suku tersebut memberikan pengaruh
kebudayaan di banten dengan tetap berdasarkan aturan agama islam.
Dalam bidang seni banguanan banten meninggalkan seni bangunan masjid
agung banten yang dibangun pada abad ke-16. Selain itu, kerajaan banten
juga memiliki bangunan istana dan bangunan gapura pada istana kaibon
yang dibangun oleh jan lucas cardeel, seorang belanda yang telah
memeluk islam.
h. Kutai
Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis antara Raja
Mulawarman dengan kaum Brahmana. Budaya di kutai juga sangat maju,
hal tersebut dengan ditemukannya artefak, candi, manik-manik, patung
perunggu dan keramik yang sangat indah
i. Gowa-tallo
Orang Makassar dikenal sebagai pelaut ulung, transportasi yang digunakan
adlah perahu Pinisi. Mereka berani menyeberang lautan menuju negara-
negara yang sangat jauh bahkan sampai Madagaskar dan Afrika Selatan.
Masuknya agama Islam dan maraknya perdagangan di Nusantara
menambah kuatnya usaha dagang yang dijalankan oleh orang Makassar.
Tidaklah heran, jika saat ini orang Makassar terkenal dalam bisnis.
F. Sebab-Sebab Runtunya Kerajaan Islam
a. Samudra Pasai
Beberapa faktor penyebab kemunduran kerajaan Samudera Pasai :
1. Kerajaan Majapahit berambisi menyatukan Nusantara,
2. Berdirinya Bandar Malaka yang letaknya lebih strategis,
3. Setelah Sultan Malik at-Thahir meninggal, tidak ada yang
menggantikan sehingga penyebaran agama Islam diambil kerajaan
Aceh.
b. Aceh Darussalam
Beberapa faktor penyebab kemunduran kerajaan ini adalah :
1. Kekalahan perang antara Aceh melawan Portugis (1629).
2. Pengganti Sultan Iskandar Muda kurang Cakap.
3. Permushan antara kaum muda.
4. Daerah yang jauh dari pemerintahan pusat, melepaskan diri dari
Aceh.
c. Demak
Beberapa faktor penyebab kemunduran kerajaan ini adalah :
1. Terjadi pertikaian antarkeluarga sepeninggal Sultan Trenggana,
2. Naiknya Arya Penangsang ke tahta kerajaan,
3. Arya Penangsang dapat dikalahkan Jaka Tingkir.
d. Pajang
Beberapa faktor penyebab kemunduran kerajaan ini adalah :
1. Perluasan wilayah tidak dapat dijalankan secara maksimal,
2. Kesultanan Pajang kalah pamor terhadap Mataram.
e. Mataram
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan
Agung merebut Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah
kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian
rakyat dikerahkan untuk berperang.
f. Cirebon
Beberapa faktor penyebab kemunduran kerajaan ini adalah :
1. Perpecahan antara saudara menyebabkan kedudukan Kesultanan
Cirebon menjadi lemah sehingga pada tahun 1681 kedua kesultanan
menjadi proteksi VOC.
2. Pada waktu Panembahan Sepuh meninggal dunia (1697), terjadi
perebutan kekuasaan di antara kedua putranya. Keadaan demikian
mengakibatkan kedudukan VOC semakin kokoh.
3. Dalam Perjanjian Kertasura 1705 antara Mataram dan VOC
disebutkan bahwa Cirebon berada di bawah pengawasan langsung VOC.
g. Banten
Beberapa faktor penyebab kemunduran kerajaan ini adalah :
1. Mangkatnya Raja Besar Banten Maulana Yusuf dan tidak ada yang
menggantikannya,
2. Perang saudara antara saudara Maulana Yusuf dengan pembesar
Kerajaan Banten.
h. Kutai
Kerajaan kutai berakhir saat raja kutai yang bernama maharaja dharma
setia tewas dalam peperangan di tangan raja kutai kartanegara ke-13, aji
pangeran anum panji mendapa. Perlu diingat bahwa kutai ini (kutai
martadipura) berbeda dengan kerajaan kutai kartanegara yang ibukotanya
pertama kali berada di kutai lama (tanjung kute). Kutai kartanegara inilah
yang selanjutnya menjadi kerajaan islam yang disebut kesultanan kautai
kartanegara.
i. Gowa-tallo
Beberapa faktor penyebab kemunduran kerajaan ini adalah :
1. Di kerajaan Makssar terjadi pertentangan keluarga bangsawan,
2. Tidak ada regenerasi yang cakap.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Indonesia yang dikenal sebagai Negara dengan jumlah muslim terbesar di
dunia. Banyak versi yang menyatakan bahwa kapan islam masuk Indonesia dan
darimana islam datang. Setidaknya ada empat teori yang menyebutkan islam
masuk Indonesia yakni teori Persia, india, mesir dan cina.
Teori Persia dengan dasar adanya pengaruh Persia yang jelas dalam
kosakata kesusasteraan Melayu. Teori india dengan dasar persamaan batu nisan
Malik al Shaleh dengan batu nisan di Bengal, teori mesir dengan dasar
berkembangnya madzhab syafi’iyyah dan teori cina dengan dasar Kronik
Klenteng Sam Po Kong Semarang, Kronik Klenteng Talang Cirebon, dan catatan
perjalanan M Huan.
Islam semakin berkembang di nusantara dengan lahirnya kerajaan-kerajaan
islam seperti samudra pasai, aceh, demak, Cirebon, gowa-tallo dan lainnya.
Masing-masing kerajaan tersebut menyumbangkan pengaruh yang sangat besar
dalam penyebaran agama Islam.
Seiring dengan berkembang pesatnya agama islam, kemajuan dalam bidang
sosial, budaya dan ekonomi juga mengalami kemajuan yang sangat significant.
Banyak peninggalan-peninggalan yang telah diwariskan oleh kerajaan Islam
tersebut diantaranya bangunan-bangunan masjid, bangunan keratin dan lainnya.
Selain menyebarkan ajaran islam, kerajaan-kerajaan islam tersebut juga
berperan aktif dalam perlawanan dan mengusir penjajahan dari bangsa barat.
Daftar Pustaka
Abdillah, Masykuri. 1997. Responses of Indonesian Muslim Intellectuals to the
Concept of Democracy. Hamburg: Abera Publishing House.
Republika. “Teori Cina, Disembunyikan Belanda, Ditolak Soekarno dan Soeharto”.
Jakarta, 11 Oktober 2012
Saridjo, Marwan. 2010. Pendidikan Islam dari Masa ke Masa. Jakarta: Yayasan
Ngali Aksara dan Penamadani.
Saepudin, Didin. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Yatim, Badri. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
http://ssbelajar.blogspot.com
http://majelispenulis.blogspot.com/2012/05/perekonomian-islam-pada-masa-
kesultanan.html