Masterplan Pendidikan 3

140
Badan Perencanaan Daerah Master Plan Pendid Master Plan Pendid Master Plan Pendid Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008 ikan Kabupaten Bandung 2008 ikan Kabupaten Bandung 2008 ikan Kabupaten Bandung 2008-2025 2025 2025 2025 Bab IV : Arah Kebijakan Umum 115 BAB IV ARAH KEBIJAKAN UMUM PENDIDIKAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008-2025 A. Masalah yang Perlu Dibenahi 1. Pendidikan Formal Beberapa catatan dari hasil survey menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2007, antara lain: Pertama, kalau melihat data versi Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, sesungguhnya ada keberhasilan yang telah dicapai, umpamanya dalam hal peningkatan angka partisipasi murni (APM) SD/MI sederajat dari 97,29% pada Tahun 2005 menjadi 97,45% pada Tahun 2006 dan target 2010 adalah 100%; Meningkatnya APM SMP/MTs sederajat dari 65,07% pada 2005 menjadi 69,38% pada 2006 dan target di 2010 adalah 90%. Demikian juga APM SMA/SMK sederajat dari 24,95% pada 2005 menjadi 25,36% pada 2006 dan target 2010 adalah 60%. Dilaporkan juga tentang meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) SD/MI sederajat dari 110,03% pada 2005 menjadi 110,14% pada 2006 dan target 2010 adalah 120 %. Di samping itu, meningkatnya APK SMP/MTS sederajat dari 84,32% pada 2005 menjadi 89,12% pada 2006 dan target pada 2010 adalah 100%. Demikian juga meningkatnya APK SMA/SMK sederajat dari 30,77% pada 2005 menjadi 31,25% pada 2006 dan target pada 2010 menjadi 70%. Peningkatan RLS (rata-rata lama sekolah) dari 8,26 tahun pada 2005 menjadi 9,53 tahun pada 2006. Lalu meningkatnya AMH (angka melek hurup) dari 98,23% pada 2005 menjadi 98,26% pada 2006. Target 2010 adalah 99,59%. Kedua , kenaikan APK/APM dan AM di jalur pendidikan formal tersebut, jika dilihat sebarannya masih bervariasi di antara masing- masing wilayah kecamatan; Sehingga pencapaian target wajar dikdas 9 tahun, yang keadaannya tidak sama. Ada kecamatan yang hampir mencapai 100% , tetapi ada pula kecamatan yang kurang dari 70%. Pada jalur pendidikan nonformal pun, masih rendahnya jumLah warga belajar yang mengikuti layanan program pendidikan kesetaraan (Paket A, B, dan Paket C); Di samping itu, masih rendahnya jumlah anak luar biasa (ALB) yang membutuhkan layanan pendidikan yang setara dengan pendidikan formal;

Transcript of Masterplan Pendidikan 3

Page 1: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 115

BAB IV

ARAH KEBIJAKAN UMUM PENDIDIKAN

KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008-2025

A. Masalah yang Perlu Dibenahi

1. Pendidikan Formal

Beberapa catatan dari hasil survey menunjukkan bahwa

penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Bandung sampai

Tahun 2007, antara lain:

Pertama, kalau melihat data versi Dinas Pendidikan

Kabupaten Bandung, sesungguhnya ada keberhasilan yang telah

dicapai, umpamanya dalam hal peningkatan angka partisipasi

murni (APM) SD/MI sederajat dari 97,29% pada Tahun 2005 menjadi

97,45% pada Tahun 2006 dan target 2010 adalah 100%;

Meningkatnya APM SMP/MTs sederajat dari 65,07% pada 2005

menjadi 69,38% pada 2006 dan target di 2010 adalah 90%.

Demikian juga APM SMA/SMK sederajat dari 24,95% pada 2005

menjadi 25,36% pada 2006 dan target 2010 adalah 60%. Dilaporkan

juga tentang meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) SD/MI

sederajat dari 110,03% pada 2005 menjadi 110,14% pada 2006 dan

target 2010 adalah 120 %. Di samping itu, meningkatnya APK

SMP/MTS sederajat dari 84,32% pada 2005 menjadi 89,12% pada

2006 dan target pada 2010 adalah 100%. Demikian juga

meningkatnya APK SMA/SMK sederajat dari 30,77% pada 2005

menjadi 31,25% pada 2006 dan target pada 2010 menjadi 70%.

Peningkatan RLS (rata-rata lama sekolah) dari 8,26 tahun pada

2005 menjadi 9,53 tahun pada 2006. Lalu meningkatnya AMH

(angka melek hurup) dari 98,23% pada 2005 menjadi 98,26% pada

2006. Target 2010 adalah 99,59%.

Kedua, kenaikan APK/APM dan AM di jalur pendidikan formal

tersebut, jika dilihat sebarannya masih bervariasi di antara masing-

masing wilayah kecamatan; Sehingga pencapaian target wajar

dikdas 9 tahun, yang keadaannya tidak sama. Ada kecamatan

yang hampir mencapai 100% , tetapi ada pula kecamatan yang

kurang dari 70%. Pada jalur pendidikan nonformal pun, masih

rendahnya jumLah warga belajar yang mengikuti layanan program

pendidikan kesetaraan (Paket A, B, dan Paket C); Di samping itu,

masih rendahnya jumlah anak luar biasa (ALB) yang membutuhkan

layanan pendidikan yang setara dengan pendidikan formal;

Page 2: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 116

Ketiga, di samping keberhasilan tersebut di sisi lain masih

ditemukan ketimpangan dari mutu pendidikan, seperti berikut:

a. Masih tingginya jumlah ruang kelas yang rusak bukan hanya terjadi di SD/MI dan SMP/MTs, SMA/SMK/MA, termasuk juga

pada Kantor Dinas Pendidikan Kantor Kecamatan, sehingga

Kabupaten Bandung masih menduduki peringkat kedua

terbanyak jumlah sekolah yang rusak di Jawa Barat;

b. Pengadaan, distribusi, penertiban, perbaikan, dan

pemeliharaan tanah, gedung, perabot dan alat peraga

sekolah yang bervariasi, tidak berdasarkan standarisasi.

c. Masih ada tanah dan bangunan sekolah yang digugat masyarakat lalu disegel oleh pihak-pihak yang mengaku

keluarga dari pemilik sah atas tanah yang dipakai bangunan

sekolah tersebut, sehingga murid-murid terpaksa belajar tidak

semestinya;

d. Masih banyaknya sekolah yang kekurangan buku paket dan alat peraga edukatif sehingga menyulitkan guru dalam

melaksanakan pembelajaran;

e. Masih lemahnya sistem manajemen SDM guru dan tenaga pengelola kependidikan, terutama dalam pola rekruitmen,

seleksi, penempatan dan pendistribusian, pembinaan karier,

kesejahteraan dan remunerasi, serta pemberhentian tenaga

guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan tenaga

kependidikan lainnya yang sering keliru;

f. Masih belum meratanya distribusi guru SD di wilayah Kabupaten

Bandung. Jika dilihat dari rasio murid per guru masih terdapat

kelebihan guru di beberapa kecamatan dan kekurangan guru

kecamatan lainnya;

g. Masih kurangnya guru untuk beberapa mata pelajaran, yaitu di tingkat SLTP dan SLTA kekurangan guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia, Matematika dan BP; di tingkat SMU/SMK kekurangan

guru untuk mata pelajaran Matematika, Fisika, Biologi,

Lingkungan Hidup dan BP;

h. Masih banyak guru yang belum sarjana dan relevan dengan bidang studi yang diajarkannya, sehingga mempersulit dalam

mengembangkan kariernya;

i. Masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru dan tenaga

kependidikan lainnya;

j. Kurikulum pendidikan yang terlalu teoritis, kurang praktis, kurang

kontekstual, sehingga kurang memberikan makna yang berarti

bagi bekal kehidupan murid di masa depan, baik yang

Page 3: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 117

berkenaan dengan nilai-nilai religius, bekal kecakapan hidup

(life skills), tata pergaulan, budi-pekerti, seni budaya lokal,

kesehatan dan lingkungan hidup, serta aspek-aspek

pembentuk karakter bangsa sering terabaikan;

k. Masih sulitnya mengembangkan Sekolah Kejuruan di daerah

yang berorientasi pada potensi daerah setempat untuk

memenuhi peluang pasar kerja tingkat daerah, nasional

maupun untuk pasar kerja internasional;

l. Masih tingginya angka putus sekolah pada beberapa

kecamatan yang tingkat geografisnya sulit untuk dijangkau,

sehingga turut menyebabkan perilaku destruktif dan gangguan

keamanan dan ketertiban;

m. Masih belum difahaminya tentang perlunya layanan

pendidikan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus, baik

bagi anak karena ketunaan, kenakalan, maupun kebutuhan

khusus lainnya.

n. Masih berkembang anggapan bahwa anak luar biasa merupakan anak ‘sakit’ sehingga pemberian layanan

pendidikan masih menggunakan pendekatan medis, bukan

melalui pendekatan pendidikan kekhususan;

o. Masih rendahnya perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap pentingnya kelembagaan pendidikan keagamaan,

karena masih tumpang tindih kewenangan dengan instansi

vertikal Departemen Agama. Akibatnya, perkembangan jumlah

dan kualitas lembaga-lembaga pendidikan keagamaan,

khususnya di jalur nonformal masih merana;

p. Pembiayaan dan anggaran penyelenggaraan satuan

pendidikan masih didasarkan pada asumsi-asumsi teoritis, tidak

didasarkan pada perhitungan satuan biaya operasional (SBO)

secara faktual;

q. Mekanisme sistem penganggaran pun tidak didasarkan pada sistem pemetaan alokasi (budget mapping alocation) untuk

kebutuhan setiap penyelenggaraan satuan program

pendidikan. Sekalipun sudah dibantu dengan adanya BOS,

masih tetap saja belum dapat mengangkat persoalan-

persoalan pembiayaan penyelenggaraan pendidikan pada

tingkat satuan pendidikan;

r. Masih lemahnya kemampuan administratif dan manajerial para

pengelola satuan pendidikan (kepala sekolah, tata usaha

sekolah, pengawas sekolah, dan komite sekolah);

Page 4: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 118

s. Partisipasi dunia usaha terhadap pembiayaan program-

program pendidikan yang disalurkan melalui pemerintah masih

rendah. Partisipasi yang baru dilakukan hanya disalurkan sendiri

terhadap lembaga-lembaga ‘binaan’ dunia usaha itu sendiri.

2. Pendidikan Nonformal (PNF)

Berkenaan dengan problema pendidikan di jalur pendidikan

nonformal di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2007 masih

ditemukan gambaran bahwa:

a. Eksistensi PNF masih dianggap belum mendapat perhatian yang profesional dari pemerintah maupun masyarakat dalam sistem

pembangunan daerah, baik berkenaan dengan peraturan

perundangan maupun dukungan anggaran;

b. Upaya memformalkan pendidikan kesetaraan (Paket A, B dan C) dengan pola pembelajaran, penyelenggaraan ujian yang

harus menunggu waktu ujian dengan sertifikasi/ijasah yang

mengikuti pola pendidikan formal, turut merugikan dan

menyurutkan minat masyarakat untuk mengikuti program

pendidikan kesetaraan;

c. Kurikulum dan proses pembelajaran keaksaraan masih belum benar-benar berdasarkan kebutuhan nyata masyarakat,

sehingga hasil pembelajaran yang diberikan pada warga

belajar belum fungsional dalam meningkatkan taraf hidup

masyarakat;

d. Masih terbatasnya jumlah dan mutu tenaga profesional pada instansi PNF mulai tingkat kabupaten sampai ke tingkat desa

dalam mengelola, mengembangkan dan melembagakan PNF;

e. Masih terbatasnya sarana dan prasarana edukatif PNF baik yang menunjang penyelenggaraan maupun proses

pembelajaran PNF dalam rangka memperluas kesempatan,

peningkatan mutu dan relevansi hasil program PNF dengan

kebutuhan pembangunan daerah;

f. Terselenggaranya kegiatan PNF di lapangan masih

mengandalkan tenaga sukarela yang tidak ada kaitan

struktural dengan pemerintah sehingga tidak ada jaminan

kesinambungan pelaksanaan program PNF;

g. Perhatian dan pengembangan pendidikan kesetaraan jender, pemberdayaan wanita dan sebagai ibu rumah tangga yang

turut menopang ekonomi keluarga, dan kader-kader wanita

pelayan pembangunan masyarakat di pedesaan, masih relatif

sangat rendah; Pada beberapa daerah tertentu di Kabupaten

Page 5: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 119

Bandung, masih ada budaya yang berpandangan bahwa

perempuan tidak diwajibkan untuk sekolah lebih tinggi

dibanding laki-laki. Hal tersebut menyebabkan satu

kesenjangan tingkat pendidikan antara laki-laki dengan

perempuan;

h. Masih belum terjadinya koordinasi yang terpadu antara Dinas Pendidikan dan Dinas Tenaga Kerja, terhadap Lembaga

Latihan Luar Sekolah (LLLS) dan LKK (Latihan Keterampilan Kerja)

sehingga kedua jenis lembaga tersebut kurang berkembang;

i. Masih rendahnya jumlah, sebaran pelayanan perpustakaan

masyarakat, taman bacaan masyarakat, dan pusat-pusat

kegiatan belajar masyarakat (PKBM) sebagai media dan

sumber belajar dan pembelajaran masyarakat;

j. Masih rendahnya pelayanan pendidikan kepemudaan, baik

yang menyangkut pelayanan pendidikan kepribadian, budi

pekerti, kecakapan hidup, maupun yang bersifat kebangsaan.

Kesepuluh problema tersebut, dapat kita nyatakan bahwa

sasaran PLS merupakan sasaran yang sangat besar dan multi

segmen. Peserta didik dalam program PLS merentang mulai

penduduk usia dini hingga penduduk lanjut usia, dari mulai putus

sekolah hingga mereka yang berkeinginan untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan praktis untuk bekerja dan memperoleh

penghasilan. Dengan kata lain, garapan pendidikan luar sekolah

melebihi garapan pendidikan sekolah dengan latar belakang dan

segmen masyarakat yang beragam. Berdasarkan pemikiran

tersebut maka pada era baru ke depan, PLS perlu terus dibina dan

dikembangkan agar memiliki peran yang sama pentingnya

dengan pendidikan sekolah dalam mengembangkan kualitas SDM.

Untuk itu PLS perlu ditata dan dikembangkan sehingga menjadi

komponen yang integral, saling membangun dan saling

melengkapi dengan komponen persekolahan.

3. Pendidikan Informal

Masyarakat belum begitu memahami tentang eksistensi

pendidikan informal yang telah dijamin oleh undang-undang,

sehingga layanan pendidikan informal masih dianggap tidak

penting bagi pendidikan anak. Di samping itu, pemerintah pun,

baik pemerintah pusat, provinsi, maupun pemerintah kabupaten

belum dapat merumuskan peraturan perudang-undangan

termasuk pedoman penyelenggaraan pendidikan informal bagi

masyarakat. Sehingga, kecenderungan pendidikan informal yang

berkembang sekarang ini lebih mirip layanan pendidikan nonformal

Page 6: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 120

yang diselenggarakan oleh keluarga yang tidak percaya dengan

pendidikan formal maupun nonformal.

4. Administrasi dan Manajemen

Berita-berita keprihatinan terkait dunia pendidikan di atas,

mau tidak mau seolah menafikan keberhasilan sisi lainnya di sektor

pendidikan di Kabupaten Bandung. Jika pada Tahun 2008 secara

nasional termasuk Kabupaten Bandung harus tuntas madia yang

dicirikan dengan APM antara 86-90% dan APK mencapai angka

98%, maka Kabupaten Bandung harus mengejar point standar

tersebut dalam kurun waktu yang tersisa tinggal 1 tahun berjalan.

Problema-problema pokok dalam aspek manajerial

kelembagaan berkaitan dengan:

Pertama, perencanaan pembangunan pendidikan masih

bersifat terpusat dan belum komprehensif. Pendidikan hanya

dipandang sebagai sekolah. Padahal, jenis-jenis kelembagaan

satuan pendidikan yang sering terabaikan dan banyak berperan

ialah lembaga satuan pendidikan luar biasa, luar sekolah

(nonformal), dan keagamaan. Hal ini disebabkan oleh masih

lemahnya kapasitas pemahaman, apresiasi dan keterampilan dari

aparat pemerintah dan masyarakat tentang karakteristik

kelembagaan pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis-jenis

kelembagaan satuan pendidikan. Sehingga menyebabkan pula

kurangnya perhatian pemerintah terutama dalam sistem

penganggaran dan pembinaannya;

Kedua, elemen-elemen penopang pelaksanaan kebijakan

otonomi manajemen pemerintahan berdasarkan UU.No.32/2004

belum memberikan keleluasaan penuh dalam manajemen

pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung. Struktur

Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) setiap SKPD masih berubah-ubah,

kurang berorientasi pada tugas, fungsi dan tujuan. Sehingga

otoritas dan kewenangan dalam melaksanakan pembinaan

pendidikan pun sering tumpang tindih, baik di lingkungan instansi

horizontal (beberapa SKPD seperti Bidang Kesejahteraan Rakyat,

Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja, Badan Diklat, serta SKPD

lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan), maupun

dengan instansi vertikal (Departemen teknis seperti halnya

Departemen Agama dan departemen lain yang

menyelenggarakan pendidikan).

Ketiga, masih lemahnya sistem pengawasan mutu

pendidikan, baik yang menyangkut kerangka acuan dan instrumen

yang yang digunakan, maupun dalam aspek prosedur

Page 7: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 121

pelaksanaannya. Sistem pengawasan yang dilakukan cenderung

bersifat administratif, temporer, dan kurang berkelanjutan, bahkan

lebih mengarah pada pelaksanaan pola-pola pengawasan

pembangunan di bidang di luar kependidikan yang lebih bersifat

mencari-cari kesalahan. Sehingga membuat ketidaknyamanan

dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan dalam pendidikan;

Keempat, masih lemahnya sistem evaluasi pendidikan, baik

evaluasi hasil belajar maupun evaluasi program, sehingga sering

diintervensi oleh pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.

Kebijakan UAN yang merugikan peserta didik merupakan bukti

masih adanya ketidakpercayaan pemerintah pusat terhadap

pemerintah daerah dalam penyelenggaraan evaluasi pendidikan.

Kelima, bahwa data tentang pendidikan, kesehatan dan

perekonomian (mulai input, proses, dan output) di Kabupaten

Bandung juga sangat miskin. Masih sering ditemukan data

pendidikan yang kurang terintegrasi secara terpadu, banyak

versinya, ada versi pemerintah pusat, ada versi pemerintah provinsi,

dan ada versi pemerintah kabupaten. Di lingkungan pemerintah

Kabupaten Bandung pun, ada data versi Dinas Pendidikan, versi

Dinas Kependudukan, versi Dinas Tenaga Kerja, dan versi Badan

Perencana Daerah (Bapeda). Di samping itu, akses masyarakat

dan pemerintah untuk mendapatkan data yang akurat sangat sulit

didapat. Sehingga setiap kebijakan tentang pembangunan

pendidikan kurang menyentuh permasalahan sebenarnya.

Di samping itu, komitmen “ragu-ragu” terhadap amanat

Forum Pendidikan Dunia (Dakar, Sinegal 26-28 April 2000) tentang

Education for All (EFA) atau Pendidikan Untuk Semua (PUS) yang

meminta pemerintah di seantero negara agar memastikan bahwa

tujuan-tujuan PUS dapat tercapai pada Tahun 2015, disadari atau

tidak turut menyebabkan munculnya problema-problema

pendidikan di Kabupaten Bandung. Problema-problema itu

semakin memilukan bila melihat pendidikan di desa-desa terpencil.

Namun itulah kenyataannya, hal-hal yang sudah dapat

dikatakan ada kemajuan tersebut telah menurunkan ‘citra’ para

pengelola pendidikan di mata publik. “Karena nila setitik rusak susu

sebelanga”, citra yang baik begitu saja tenggelam karena satu

kekurangan/keteledoran dalam aspek tata kelola.

Dari gambaran di atas, kebijakan tentang (1) pemerataan

dan perluasan akses pendidikan, (2) peningkatan mutu, relevansi

dan daya saing, (3) peningkatan kualitas tata kelola, akuntabilitas

dan pencitraan publik, hanya sekedar komoditas politik, dan

Page 8: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 122

kalaupun dipaksakan dengan setengah-setengah, tetap akan

‘berjalan di tempat’.

Sebenarnya kebijakan yang ke-3 itulah akar

permasalahannya. Karena salah satu diantaranya tak pernah

(sedikit) dijamah, yaitu meningkatkan efisiensi dan efektifitas

manajemen (tata kelola). Saya menganggap bahwa bila

kebijakan keempat ini memperoleh perhatian serius, maka ketiga

kebijakan lainnya akan dapat diselenggarakan dengan baik.

Perlu diketahui bahwa organisasi kependidikan yang dikelola

oleh bukan instansi Pemerintah, adalah wadah kegiatan yang

dibentuk oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat.

Pemerintah hanya memberikan bantuan berbentuk “Technical

Assistance” yang pelakunya adalah Pengawas/Penilik dan atau

Tenaga Lapangan Dikmas (TLD), dan mungkin juga bantuan lain

yang berupa barang dan atau dana. Bila unit kerja operasional

yang menyusun rencana, maka pemimpin unit kerja tersebut perlu

dibekali dengan kemampuan untuk menyusun rencana, dan

mengelola unit kerjanya dengan semestinya.

Di samping keenam problema dalam manajemen

pendidikan di Kabupaten Bandung, perlu diperhatikan dua kondisi

sosial yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan

pendidikan di Kabupaten Bandung, yaitu:

Pertama, kondisi umum kehidupan masyarakat Kabupaten

Bandung dari sisi kesehatannya sangat memprihatinkan. Persoalan

gizi buruk, tingginya AKI (angka kematian ibu) dan AKB (angka

kematian bayi), penyakit lama yang menghinggapi masyarakat,

menjangkitnya penyakit baru seperti HIV AIDS, Flu Burung, serta

penyakit endemis lainnya. Jumlah yang rawan terkena penyakit

juga bisa jadi masih akan bertambah jika melihat masih banyaknya

jumlah keluarga yang tinggal di rumah tidak layak huni dan masih

banyaknya keluarga miskin (Gakin).

Kedua, daya beli masyarakat yang masih rendah. Disadari

atau tidak, sekalipun komoditi perekonomian masyarakat semakin

sempit, karena terdesak usaha-usaha konglomerasi kaum ‘borjuis’,

tetapi pada saat masyarakat Kabupaten Bandung dilanda krisis

ekonomi, golongan merekalah yang paling dapat bertahan hidup.

Persoalannya ialah, seberapa besar tingkat perhatian pemerintah

daerah terhadap golongan masyarakat seperti itu. Kebijakan-

kebijakan perekonomian khususnya yang menyangkut

perlindungan dan pengembangan usaha-usaha kecil dan

menengah sering digulirkan, namun kebijakan tersebut sering

tergeser oleh kebijakan subsidi terhadap kaum pemilik modal yang

Page 9: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 123

nyata-nyatanya telah meluluhlantahkan sistem perekonomian

nasional, sehingga kebijakan terhadap pengembangan usaha

kecil dan menengah ini sering dituding sebagai kebijakan “lain di

mulut lain di hati”.

Ketiga, diakui atau tidak bahwa dalam melaksanakan

pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung terkadang

masih ditemukan fakta yang saling bertentangan antara dimensi

konsumtif dengan dimensi investatif. Dimensi konsumtif berkaitan

dengan kebutuhan untuk memproduksi barang dan jasa,

sedangkan dimensi investatif berkenaan dengan kebutuhan untuk

menciptakan kemampuan menghasilkan barang dan jasa di masa

depan. Pilihan terhadap kedua tujuan tersebut pada

kenyataannya harus melalui ‘debat politik’ dan pertimbangan-

pertimbangan politis dan ekonomis. Pertimbangan politis

didasarkan kepada tujuan masyarakat secara menyeluruh, dan

pertimbangan ekonomis didasarkan pada kemampuan fiskal

otoritas penentu anggaran pembangunan daerah.

Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung betul-betul

ingin mengelola sistem pendidikan dengan sebaik-baiknya, maka

status atau fungsi pengelola pendidikan di setiap jenjang, jalur dan

jenis pendidikan yang ada di lingkungan pemerintahan kabupaten

memerlukan perangkat hukum dan perundang-undangan yang

dapat memberikan keleluasaan untuk merubah pola pikir, apresiasi,

dan kebiasaan dalam mengelola pendidikan yang lebih akuntabel.

Sehingga, mengelola sistem pendidikan yang dilakukan baik oleh

SKPD (Dinas Pendidikan) maupun unit kerja yang ditugasi (Satuan

Pendidikan) terutama pada jalur pendidikan formal, non formal

dan informal berada dalam satuan sistem tata kelola, bukannya

terpisah seperti yang sekarang ini.

Investasi dalam bidang pendidikan secara dini akan

menjamin terwujudnya pemenuhan hak asasi manusia,

meningkatnya kualitas SDM, pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan, terwujudnya masyarakat sejahtera, mempunyai

kemampuan mengelola teknologi, mempunyai keunggulan

kompetitif yang tinggi, dan menjamin kelangsungan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Tantangan ke Depan

Globalisasi dalam tatanan kehidupan masyarakat

Kabupaten Bandung pengaruhnya sungguh luar biasa, seluruh

tatanan hidup dan kehidupan masyarakat berubah ke arah yang

Page 10: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 124

tidak menentu. Secara tidak disadari, globalisasi bukan saja

membawa kehidupan masyarakat ke arah persaingan yang begitu

berat, tetapi juga telah melunturkan sendi-sendi keimanannya.

Pengaruh yang paling berbahaya dari pengaruh globalisasi

bagi masyarakat kabupaten Bandung ialah lunturnya keimanan

sebagai masyarakat yang agamis. Terjadinya dekadensi moral

atau penurunan budi pekerti (akhlakul karimah) di kalangan anak-

anak dan kelompok pemuda sebaya, maraknya penyalahgunaan

narkoba, meningkatnya kriminalitas di kalangan remaja serta

meningkatnya jumlah anak jalanan dan anak terlantar,

meningkatnya keluarga miskin, meningkatnya angka putus sekolah

dan angka mengulang, meningkatnya wanita tuna susila, dan

derajat kesehatan masyarakat yang buruk, turut mempengaruhi

kualitas kehidupan dan jati diri sebagai manusia hati, manusia

rasional, dan manusia spiritual, yang mengemban amanat

kelangsungan peradaban masyarakat Kabupaten Bandung di

masa depan.

Misalnya, berkenaan dengan rendahnya kemampuan anak

dalam mengikuti pendidikan lebih lanjut, lulusan yang tidak

diterima di dunia kerja, moral dan budi pekerti yang ‘amburadul’,

sehingga setelah masuk dunia kerja pun bukan menunjukkan

kinerja yang dapat memperbaiki proses-proses pembangunan,

malahan terbawa arus, bahkan lebih korup dibanding para

pendahulunya. Bagaimana mungkin proses pembangunan dapat

menghasilkan tujuan dengan efektif dan efisien bila para pengelola

pembangunan sendiri dalam keadaan tidak dapat memberikan

keteladanan. Sekalipun visi, misi, prinsip, tujuan, strategi, program

pembangunan dirumuskan dengan sangat hebat, namun tidak

ada maknanya manakala para pengelolanya dihasilkan dari

lulusan-lulusan pendidikan yang tidak berkualitas. Apabila proses-

proses pembangunan pendidikan dilaksanakan seperti itu terus-

menerus, maka bangsa ini selamanya tidak akan mendapat

hidayah untuk bangkit menuju kehidupan yang lebih baik. Bahkan

akan hancur sebagaimana bangsa-bangsa terdahulu yang

‘durhaka’ terhadap Alloh SWT.

Gambaran di atas bukan hanya sekedar cerita, bahwa

permasalahan mendasar bagi pemerintah dan masyarakat

Kabupaten Bandung dalam pengembangan sumber daya

manusia (SDM) sekarang ini ialah bagaimana mendayagunakan

segala potensi yang dimiliki untuk mencapai berbagai tujuan hidup

dan kehidupan yang dicita-citakan. Potensi-potensi tersebut terdiri

dari para tenaga kerja, modal, teknologi dan sumber-sumber alam

Page 11: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 125

lainnya. Tenaga kerja dapat dikategorikan menurut pengetahuan,

kemampuan dan keterampilannya, dan sumber-sumber lainnya

dapat dikategorikan menurut jumlah dan tingkatan kualitasnya.

Di samping itu, disadari pula bahwa dalam peranan

pembangunan sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) yang berkecimpung dalam dunia internasional,

pembangunan SDM di Kabupaten Bandung pun tidak terlepas dari

kebijakan pembangunan nasional maupun regional (provinsi). Dan

telah menjadi kesepakatan pula bahwa penyelenggaraan

pendidikan di daerah merupakan tanggung jawab bersama

antara pihak orang tua, masyarakat, dan pemerintah kabupaten.

Dengan demikian, dalam rangka upaya pencapaian target

IPM berikutnya perlu dilakukan upaya-upaya yang lebih terfokus

pada pencapaian komponen-komponen pembentuknya yaitu

indeks pendidikan, dengan merujuk pada:

Pertama, amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu: “Kemudian

daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia

yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial, …dan teknologi, seni dan budaya, demi

meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat

manusia”. Kemudian, pada pasal 31 ayat (1) mengamanatkan

pula bahwa: “Setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan”, pasal 31 ayat (2): “Setiap warga negara wajib

mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.

Pasal 31 ayat (3): “Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

undang-undang”. Pasal 31 ayat (4): “Negara memprioritaskan

anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran

pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan

dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan

pendidikan nasional”.

Kedua, amanat UU.No.20/2003 Bab II pasal 3, yang

menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

Page 12: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 126

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlaq mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Ketiga, deklarasi Hak Asasi Manusia (HAM), mengamanatkan

bahwa: “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh

dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan

dan diskriminasi”. Pasal 28C ayat 1: “Setiap orang berhak

mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,

berhak mendapat pendidikan dan manfaat dari ilmu

pengetahuan.

Keempat, amanat Kerangka Aksi Dakkar (KAD) tentang

‘Pendidikan Untuk Semua’ (PUS), yang harus diupayakan oleh

bangsa-bangsa di dunia, yaitu:

(1) Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak dini usia, terutama bagi anak-anak yang

sangat rawan dan kurang beruntung;

(2) Menjamin bahwa menjelang Tahun 2015 semua anak,

khususnya anak perempuan, anak-anak dalam keadaan sulit

dan mereka yang termasuk minoritas etnik, mempunyai akses

dan menyelesaikan pendidikan dasar yang bebas dan wajib

dengan kualitas baik;

(3) Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua manusia muda dan orang dewasa terpenuhi melalui akses yang adil pada program-

program belajar dan kecakapan hidup (life skills) yang sesuai;

(4) Mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniraksaraan orang dewasa menjelang Tahun 2015, terutama bagi kaum

perempuan, dan akses yang adil pada pendidikan dasar dan

berkelanjutan bagi semua orang dewasa;

(5) Menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah menjelang Tahun 2005 dan mencapai persamaan

gender dalam pendidikan menjelang tahun 2015 dengan suatu

fokus jaminan bagi perempuan atas akses penuh dalam

pendidikan dengan kualitas yang baik;

(6) Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya, sehingga hasil-hasil belajar yang diakui dan

terukur dapat diraih oleh semua, terutama dalam keaksaraan,

angka dan kecakapan hidup (life skills) yang penting

Kelima, amanat masyarakat Kabupaten Bandung

sebagaimana yang dirumuskan dalam visi dan misi pembangunan

daerah, yaitu ingin mewujudkan “masyarakat Kabupaten Bandung

yang repeh, rapih, kertaraharja melalui akselerasi pembangunan

Page 13: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 127

partisipatif yang berbasis religius, kultural dan berwawasan

lingkungan dengan berorientasi pada peningkatan kinerja

pembangunan desa”. Visi tersebut ingin diupayakan melalui lima

butir misi pembangunan, yaitu: (1) Peningkatan pemahaman nilai-

nilai luhur agama dan budaya serta penerapannya dalam

kehidupan bermasyarakat dan berpemerintahan; (2) Peningkatan

akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas melalui

peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, peningkatan

kualitas dan kesejahteraan tenaga kependidikan, peningkatan

sarana/prasarana pendidikan dan penuntasan wajar dikdas 9

tahun; (3) Peningkatan perekonomian daerah, melalui

pemberdayaan ekonomi masyarakat (UMKM), revitalisasi pertanian,

pengembangan industri manufaktur dan pengembangan iklim

usaha yang kondusif; (4) Peningkatan derajat kesehatan

masyarakat, melalui peningkatan kesadaran budaya sehat,

peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

yang berkualitas, peningkatan sarana/prasarana kesehatan, dan

perbaikan gizi masyarakat; dan (5) Peningkatan ketersediaan dan

kualitas infrastruktur sebagai upaya mendukung percepatan

pembangunan, peningkatan keterpaduan pemanfaatan ruang

kota dan pusat pertumbuhan, peningkatan gairah investasi serta

aktivitas ekonomi lainnya.

Keenam, keinginan mencapai target IPM sampai 80%

merupakan sesuatu yang berat, sangat memerlukan komitmen dan

keberanian politik yang sungguh-sunggung antara Pemerintah

Kabupaten dan DPRD), untuk memberi peluang dan keleluasaan

untuk menyiapkan SDM yang memadai, terutama yang berkenaan

dengan pola hidup, lingkungan dan pelayanan yang sehat,

tumbuh-kembang anak secara dini, perlindungan anak dari

eksploitasi dan kekerasan, penanggulangan HIV-AIDS, serta

pelayanan pendidikan yang bermakna bagi kehidupan keluarga,

masyarakat dan negara.

C. Sumber Daya Manusia (SDM) yang Dibutuhkan

Keenam amanat sebagaimana dijelaskan di atas, diperlukan

kerja keras semua pihak, terutama terhadap program-program

yang memiliki kontribusi besar terhadap Indeks Pendidikan harus

benar-benar dioptimalkan untuk mengejar ketimpangan antara

target dengan realisasinya. Untuk sampai pada kondisi tersebut

memerlukan dukungan potensi insan-insan yang memiliki

kemampuan untuk berkiprah pada jaman tertentu yang sesuai

Page 14: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 128

dengan gambaran kondisi yang dicita-citakan masyarakat

Kabupaten Bandung di masa depan.

Secara teoritis, untuk melihat gambaran masyarakat yang

dicita-citakan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung, sebaiknya

merujuk konsep yang pernah diilustrasi Hartanto (lihat: Mengelola

Perubahan di Era Pengetahuan, 1999).

Hartanto menganalisis kondisi masyarakat yang dimulai dari

kondisi apa yang disebutnya masyarakat peramu sampai pada

akhirnya menjadi masyarakat pengetahuan. Pada kondisi

masyarakat peramu, untuk kelangsungan hidupnya cukup hanya

mengandalkan daya tahan fisik dan naluri. Pada masyarakat

pertanian tujuan hidupnya hanya untuk kebutuhan fisiologik dan

cukup dengan mengandalkan kemampuan dan energi fisik. Pada

masyarakat industri, masih berorientasi pada kebutuhan fisiologi

dari orde yang sedikit lebih meningkat, dan cukup hanya

mengandalkan keterampilan dan kecekatan dalam bekerja. Pada

masyarakat pelayanan, orientasi kehidupan sudah mengarah

pada kebutuhan hidup yang nyaman, dan cukup hanya

mengandalkan kemampuan bekerja secara cerdas. Dan pada

masyarakat golongan terakhir yaitu masyarakat berpengetahuan,

orientasi hidupnya sudah berada pada tingkatan yang lebih tinggi,

yaitu kehidupan yang harus serba bermakna, dan tidak cukup

hanya mengandalkan berbagai kemampuan dan keterampilan

pada masyarakat-masyarakat sebelumnya, tetapi harus dibarengi

dengan kemampuan bekerja sama dengan orang lain secara

cerdas.

Gambar 4.1

Hartanto, Mengelola Perubahan di Era Pengetahuan, 1999

DAYA TAHAN FISIK

DAN NALURI

MASYARAKAT KELANGSUNGAN

KEMAMPUAN DAN

ENERGI FISIK

MASYARAKAT

PERTANIAN

KEBUTUHAN

FISIOLOGIK

KETERAMPILAN DAN

KECEKATAN KERJA

MASYARAKAT

INDUSTRI

KEBUTUHAN FISIK

DARI ORDE LEBIH

TINGGI

KEMAMPUAN

BEKERJA CERDAS

MASYARAKAT

PELAYANAN

KEHIDUPAN YANG

NYAMAN

KEMAMPUAN

BEKERJA SAMA

CERDAS

MASYARAKAT

PENGETAHUAN

KEHIDUPAN YANG

BERMAKNA

Page 15: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 129

Gambaran Kondisi Masyarakat yang Dicita-citakan

Gambaran masyarakat seperti yang dikemukakan Hartanto

tadi, pada dasarnya berkenaan dengan aspek-aspek kehidupan

yang hakiki, yaitu aspek perilaku (psiko-sosial), budaya dan politik,

serta mata pencaharian. Ketiga aspek tersebut saling

mempengaruhi sehingga akan berpengaruh pula terhadap tingkat

kesiapan masyarakat untuk dapat menyesuaikan diri dalam

persaingan global.

Merujuk pada makna dasar dan dimensi yang hakiki

kehidupan masyarakat, maka tidak ada pilihan lain bagi

masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung untuk

secepatnya mempersiapkan kondisi masyarakat yang diinginkan

tersebut, sehingga akan muncul kondisi masyarakat yang serba

siap dalam menghadapi segala tantangan kehidupan di masa

depan.

Masyarakat Kabupaten Bandung yang serba siap tersebut,

dapat diamati dari indikator-indikator sebagai berikut:

(1) Besarnya Rasa memiliki dari warga masyarakat Kabupaten

Bandung (termasuk kelembagaannya) terhadap program-

program yang dirancang atau diluncurkan oleh pemerintah,

baik pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi, maupun

pemerintah pusat;

(2) Kepercayaan diri yang mapan dari masyarakat dan pemerintah

Kabupaten Bandung terhadap potensi, sumber daya dan

kemampuan untuk membangun diri, masyarakat, bangsa dan

negaranya.

(3) Besarnya Kemandirian atau keswadayaan masyarakat

Kabupaten Bandung baik sebagai penggagas, pelaksana

maupun pemanfaat hasil-hasil pembangunan;

Untuk meraih kondisi masyarakat yang dicita-citakan tersebut

diperlukan SDM yang memiliki ketangguhan dalam keilmuan,

keimanan, dan perilaku shaleh, baik secara pribadi maupun sosial.

Keshalehan pribadi dan keshalehan sosial dibentuk dari

keseimbangan antara ilmu, iman dan amal seseorang, yang

diwujudkan dalam bentuk perilaku. Insan-insan yang shaleh ini

sangat diperlukan, bukan hanya sekedar untuk kepentingan politik

dalam mendongkrak IPM, tetapi yang lebih utama adalah

membentuk ‘kader-kader tenaga pembangunan’ yang siap

‘berjihad’ membangun kembali masyarakat dan bangsanya untuk

bangkit dari keterpurukan.

Page 16: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 130

Dimensi-dimensi keshalehan pribadi seseorang mencakup

shaleh dalam aqidah, ibadah, ahlak, dan keluarga. Keshalehan

dalam aqidah adalah jiwa yang berwujud dalam motivasi untuk

hidup lebih baik, dan semangat kejuangan ke arah yang lebih

bermakna. Keshalehan dalam ibadah merupakan konsistensi

terhadap tujuan hidup yang berwujud dalam disiplin, komitmen,

kekeluargaan, dan kemasyarakatan. Keshalehan dalam akhlak

ialah perilaku sehari-hari sebagai perwujudan dari aqidah dan

ibadah. Dan kesalehan dalam keluarga merupakan perwujudan

dari ketiganya (Solihin Abu Izzudin, Zero to Hero, 2006).

Potret individu yang memiliki keshalehan pribadi ialah orang-

orang yang: (1) Suka mengajak kebaikan kepada orang lain,

dengan contoh, teladan dan fasilitasi terhadap orang lain; (2)

Berorientasi sebagai pemberi kontribusi, bukan sebagai peminta-

minta; (3) Lapang dada terhadap perbedaan dan keragaman; (4)

Respek terhadap keunikan orang lain.

Sedangkan potret individu yang memiliki keshalehan sosial

ialah:

a. Orang yang paling kokoh sikapnya (atsbatuhum mauqiifan),

mencakup kekokohan dalam: maknawiyah, fikriyah, da’awiyah,

jasadiyah, dan kemandirian finansial;

b. Orang yang paling lapang dadanya (arhabuhum shadran),

mengandung arti mampu menahan diri dan emosi ketika

marah, menguasai keadaan, selalu berfikir positif dan

mendoakan orang lain pada kebaikan, lapang dada dengan

kebodohan orang lain, tidak mudah menyalahkan, tetapi

membimbing dan mengarahkan, dan selalu berharap pada

kebaikan;

c. Orang yang paling dalam pemikirannya (a’maquhum fikran),

berfikir alternatif dan berbeda sehingga menghasilkan solusi

yang cerdas, memandang persoalan tidak dari kulitnya, tetapi

mendalami hingga ke akarnya, berfikir visioner jauh ke depan,

di luar ruang, lebih cepat dan lebih cerdas dari masanya,

menggunakan momentum keburukan untuk dijadikan

kebaikan, mengasah pengalaman dan penderitaan untuk

melahirkan sikap bijak dan empati, sensitif, luwes dan antisipatif;

d. Orang yang paling luas cara pandangnya (aus’uhum

nazharan), belajar sepanjang hayat secara serius dalam

menguatkan spesialisasinya, mau menekuni sebuah keahlian

sebagai amal unggulan, melakukan pembelajaran agar ahli di

bidang yang ditekuninya, menghasilkan karya sebagai bukti

Page 17: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 131

meski sederhana, mau belajar menguasai ilmu kontemporer

untuk menguatkan dan mengembangkan ilmu yang

ditekuninya, mampu menghubungkan data global menjadi

sebuah kekuatan, bersiap selalu agar mampu berpindah dari

suatu keadaan ke keadaan lain dengan keahlian-keahlian

yang dimilikinya, dan mampu bekerjasama untuk

memberdayakan potensi dirinya;

e. Orang yang paling rajin amal-amalannya (ansyatuhum

‘amalan), berdisiplin tinggi, bersemangat, konsisten, kontinyu,

pantang menyerah, dan berusaha memberikan yang terbaik

bagi orang lain;

f. Orang yang paling solid penataan organisasinya (aslabuhum

tanzhiman), rajin membangun rasa kebersamaan

(cohesiveness) dan memunculkan gerakan kolektif (collective

movement), selalu berpartisipasi pada kepentingan bersama

sebab kontribusi yang paling besar ialah partisipasi;

g. Orang yang paling banyak manfaatnya (aktsaruhum naf’an),

berfikir, bertindak dan berkarya menghasilkan manfaat bukan

saja bagi dirinya pribadi tetapi bermanfaat bagi orang lain,

seperti halnya pepatah lama, “gajah mati meninggalkan

gading, harimau mati meninggalkan belang”, manusia mati

meninggalkan amal shaleh yang bermanfaat bagi sesamanya.

Keshalehan pribadi dan keshalehan sosial akan tercermin

dalam kehidupan keluarga, karena keluarga merupakan wujud

konkrit unit organisasi masyarakat yang paling sederhana, tetapi

memiliki kekuatan pengaruh yang sangat besar. Keluarga yang

shaleh merupakan keluarga dambaan setiap orang. Keluarga yang

memiliki keshalehan pribadi dan keshalehan sosial merupakan

tiang-tiang yang kokoh masyarakat dan bangsanya. Karena itu,

bangsa yang berkualitas terdiri dari golongan masyarakat yang

berkualitas, dan masyarakat yang berkualitas merupakan

kumpulan keluarga-keluarga yang shaleh, dan keluarga yang

berkualitas terdiri dari individu-individu yang memiliki keshalehan

pribadi dan keshalehan sosial.

D. Tujuan dan Arah Kebijakan Pendidikan

Pendidikan pada hakikatnya berlangsung seumur hidup, dari

sejak dalam kandungan, kemudian melalui seluruh proses dan

siklus kehidupan manusia. Oleh karenanya secara hakiki

pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dalam upaya pembangunan manusia. Upaya-upaya

Page 18: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 132

pembangunan di bidang pendidikan pada dasarnya diarahkan

untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Dalam

kontek kehidupan berbangsa dan bernegara pembangunan

pendidikan merupakan wahana dan alat untuk mencerdaskan

dan mensejahterakan kehidupan warga negara.

Karena pendidikan merupakan hak setiap warga negara,

maka di dalamnya mengandung makna bahwa pemberian

layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga

Negara adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah,

masyarakat dan keluarga. Karena itu manajemen sistem

pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara

terpadu dan diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang

seluas-luasnya bagi warga masyarakat, bermutu, efektif dan efisien

dari perspektif manajemn.

Pemerintah Kabupaten Bandung memiliki tugas dalam

memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya

sebagai hak warga yang harus dipenuhi dalam pelayanan

pemerintahan. Visi Kabupaten Bandung yaitu gemah ripah

lohjinawi, repeh rapih kertaraharja secara etis merupakan

kehendak, harapan, komitmen yang menjadi arah kolektif

pemerintah bersama seluruh warga Kabupaten Bandung dalam

mencapai tujuan pembangunnya.

Demikian pula bahwa pembangunan pendidikan

merupakan fondasi pertama dan utama untuk pelaksanaan

pembangunan Kabupaten Bandung dalam berbagai bidang

lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan dasar bagi

pembangunan bidang-bidang lainnya mengingat secara hakiki

upaya pembangunan pendidikan adalah untuk membangun

potensi manusianya yang kelak akan menjadi pelaku

pembangunan diberbagai bidang pembangunan lainnya.

Dalam setiap upaya pembangunan, maka penting untuk

senantiasa mempertimbangkan karakteristik dan potensi setempat.

Dalam kontek ini, masyarakat Kabupaten Bandung yang mayoritas

suku Sunda memiliki potensi, budaya dan karakteristik tersendiri.

Secara sosiologis-antropologis falsafah kehidupan masyarakat

Sunda yang telah diakui memili makna yang mendalam adalah

Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Singer. Dalam kaitan ini filosofis

tersebut harus dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan

setiap rencana pembangunan termasuk dibidang pendidikan.

Cageur mengandung makna sehat jasmani dan rohani. Bageur

berperilaku baik, sopan santun, ramah tamah bertatakrama. Bener

Page 19: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 133

yaitu jujur, amanah, penyayang dan taqwa. Pinter artinya memiliki

ilmu pengetahuan. Singer artinya kreatif dan inovatif.

Sebagai sebuah upaya untuk mewujudkan pembangunan

pendidikan yang berfalsafahkan Cageur, Bageur, Bener, Pinter,

Singer tersebut maka ditempuh pendekatan social cultural heritage

approach. Melalui pendekatan ini diharapkan akan lahir peran aktif

masyarakat dalam mensukseskan program pembangunan

pendidikan yang digulirkan pemerintah.

Aspek yang harus disadari oleh segenap komponen

masyarakat dan pemerintah di Kabupaten Bandung adalah kondisi

dan kenyataan pahit sebagai gambaran ‘prestasi’ pembangunan

pendidikan yang dilaksanakan dewasa ini, berimplikasi luas

terhadap kehidupan masyarakat Kabupaten Bandung baik yang

terkait dengan masalah kehidupan agama, sosial, budaya, politik

maupun ekonomi. Dengan kata lain, kualitas pelayanan

pendidikan yang rendah, rendahnya akses masyarakat terhadap

pendidikan, buruknya manajemen sistem pendidikan akan menjadi

bagian dari problema yang berkepanjangan dalam menghadapi

tantangan dan persaingan kehidupan di masa mendatang.

Mencermati realitas tersebut, diperlukan berbagai langkah

inovasi dan penguatan strategi pembangunan pendidikan di

setiap kecamatan dengan tidak hanya mengandalkan sumber

daya yang dimiliki oleh pemerintah (baik daerah maupun pusat),

melainkan menggali keterlibatan aktif dari seluruh komponen

masyarakat. Peningkatan peranserta masyarakat dalam

pembangunan pendidikan tersebut diharapkan menjadi salah satu

akselerator untuk menuntaskan berbagai permasalahan

pendidikan di disetiap kecamatan dan pedesaan.

Pembangunan pendidikan sebagai wahana pembangunan

SDM yang berkualitas, tetap menjadi prioritas utama baik dalam

pembangunan jangka pendek, menengah maupun jangka

panjang. Hal tersebut dibuktikan dengan diprioritaskannya

pembangunan pendidikan dalam dokumen-dokumen

perencanaan baik di tingkat pemerintah pusat, pemerintah

provinsi, maupun pemerintah kabupaten, untuk jangka waktu

tahunan, lima tahunan, maupun dua puluh tahun ke depan. Hal ini

menunjukkan betapa pendidikan memegang peranan yang

sangat penting dalam proses pembangunan suatu negara

maupun suatu daerah.

Secara umum dalam lingkup kebijakan daerah,

pemerintahan daerah Kabupaten Bandung berpedoman pula

kedalam lingkup kebijakan makro pembangunan Provinsi Jawa

Page 20: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 134

Barat yang mengagendakan akselerasi dalam berbagai bidang

pembangunan termasuk di dalamnya pembangunan bidang

pendidikan. Upaya tersebut diaktualisasikan dalam lima misi

sebagai Agenda Prioritas Pembangunan untuk kurun waktu lima

tahun ke depan sebagaimana tertuang dalam Renstra Pemerintah

Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2009. Kelima agenda tersebut

meliputi: (1) meningkatkan Kualitas dan Produktivitas Sumber Daya

Manusia. (2) mengembangkan struktur Perekonomian Daerah yang

tangguh. (3) memantapkan kinerja Pemerintah Daerah, (4)

meningkatkan implementasi pembangunan berkelanjutan. (5)

meningkatkan kualitas kehidupan sosial yang berlandaskan agama

dan budaya daerah.

Ada pun misi yang diemban Pemerintah Kabupaten

Bandung telah pula dituangkan dalam RPJP 2008-2025 Bidang

Pendidikan yaitu: (1) meningkatkan kualitas iman dan taqwa

masyarakat, dan (2) meningkatnya kecerdasan kreativitas,

keterampilan, produktivitas, dan kemandirian masyarakat

berdasarkan iman dan taqwa.

Selain itu berbagai wacana pendidikan yang berkembang di

masyarakat melalui berbagai media juga perlu mendapatkan

respon positif dari pemerintah. Wacana-wacana tersebut

diantaranya desakan dari berbagai stakeholders pendidikan

tentang pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari

total APBN maupun APBD, pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dan

berbagai kendala yang dihadapi, tindak kekerasan yang terjadi di

kalangan pelajar, moralitas dan akhlak para pelajar yang sering

menimbulkan instabilitas.

Hal lain yang perlu mendapatkan kajian mendalam yaitu

terdapatnya keberagaman potensi sumber daya yang dimiliki dan

ketimpangan antara realitas dan kebutuhan telah memberikan

warna terhadap pengelolaan pendidikan di Kabupaten Bandung.

Di samping itu potensi yang dimiliki antara satu kecamatan dengan

kecamatan lainnya tidak sama. Satu kecamatan memiliki

keunggulan potensi, namun daerah lain memiliki berbagai

keterbatasan. Kondisi ini menuntut perlakuan yang tidak sama agar

pada akhirnya semua daerah bisa mencapai tujuan yang sama

dalam waktu relatif sama.

Dalam garis kebijakan nasional seiring dengan diterbitkannya

PP.No:19 Tahun 2004, tentang Standar Nasional Pendidikan, maka

target pelayanan pembangunan pendidikan harus semakin

ditingkatkan demi penyediaan pelayanan pembangunan

pendidikan yang semakin berkualitas dan berkeadilan. Seluruh garis

Page 21: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 135

kebijakan tersebut dipola dalam target kebijakan nasional yang

menyangkut pelayanan pembangunan pendidikan yakini: (1)

Pemerataan dan Perluasan akses, (2) Peningkatan Mutu, Relevansi

dan Daya Saing, (3) Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan

Publik.

1. Pemerataan dan Perluasan Kesempatan Pendidikan

Tujuan dan sasaran dalam aspek pemerataan dan perluasan

kesempatan pendidikan, sebaiknya tidak hanya sekedar diarahkan

pada upaya memberikan kesempatan kepada semua penduduk

usia sekolah untuk memperoleh pendidikan dengan hanya sekedar

mewajibkan kepada masyarakat, akan tetapi harus disertai

dengan tanggungjawab dalam memberikan konsekuensi yang

harus ditanggung pemerintah, serta memberikan keadilan bagi

seluruh lapisan masyarakat yang pluralistik.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya semakin tinggi

jenjang pendidikan semakin besar biaya pendidikan yang

dibutuhkan, maka tidak heran jika jumlah masyarakat yang mampu

menyekolahkan anaknya pada jenjang lebih rendah, jauh lebih

banyak dibandingkan dengan masyarakat yang mampu

menyekolahkan pada jenjang pendidikan lebih tinggi. Makin

tingginya biaya pendidikan sejalan dengan makin tingginya

jenjang pendidikan merupakan konsekuensi logis dari peta sebaran

lembaga pendidikan terhadap persebaran penduduk, karena

materi dan proses pembelajaran yang membutuhkan alat dan

sumber belajar yang lebih kompleks bahkan tidak jarang

berteknologi tinggi, serta metode yang variatif dan inovatif

memerlukan media yang variatif pula.

Berdasarkan persoalan-persoalan terbut, maka tujuan jangka

panjang dalam pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung

dalam bidang ini ialah:

a. Tercapainya keseimbangan jumlah dan kapasitas pelayanan kelembagaan PAUD dengan jumlah populasi PAUD yang

ada pada setiap RW;

b. Tercapainya kesimbangan kesempatan dan pemerataan pelayanan jenis satuan Pendidikan Dasar formal maupun

nonformal dengan populasi anak usia wajib belajar sampai

ke tingkat pedesaan;

c. Tercapainya keseimbangan kesempatan dan pemerataan pelayanan jenis satuan Pendidikan Menengah formal

maupun nonformal dengan populasi Aanak Usia Wajib

Belajar (AUWB) Dikmen 12 tahun;

Page 22: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 136

d. Terpenuhinya rasio ruang kelas terhadap rombongan belajar lembaga satuan pendidikan; dengan rasio rombel dan kelas

berbanding 1:1;

e. Tingginya dukungan dan peranserta masyarakat, dunia usaha, dan komunitas pemerhati pendidikan, baik yang

bersifat materiil, maupun non material dalam setiap

perumusan, pelaksanaan, dan pengendalian program

pendidikan;

Untuk mewujudkannya minimal dibutuhkan 2 kondisi, yaitu:

Pertama, bahwa diperlukan daya tampung yang seimbang

dengan populasi anak usia sekolah pada setiap jenjang

pendidikan; dan kedua, masyarakat harus memiliki kemampuan

untuk menyekolahkan anaknya.

2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing

Peningkatan pemerataan dan perluasan akses berbarengan

dengan peningkatan mutu menjadi suatu keniscayaan. Mutu,

relevansi dan daya saing sebagai karakter yang melekat pada

komponen input, proses dan output. Artinya output yang bermutu,

memiliki relevansi dengan kebutuhan pembangunan dan pangsa

pasar, dan sangat berarti pula dengan kepemilikan daya saing

tinggi lebih banyak dihasilkan dari input dan proses yang bermutu

pula.

Input pendidikan berkenaan dengan kondisi dan karakteristik

peserta didik, muatan kurikulum, tenaga guru dan kependidikan,

dana, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana,

serta suasana lingkungan pembelajaran. Ketersediaan komponen-

komponen input tersebut pada kenyataannya belum memenuhi

standar yang telah ditentukan secara nasional karena berbagai

alasan.

Proses pendidikan adalah pemanfaatan sumber daya yang

tersedia diramu dalam satu metode pembelajaran. Orientasi

kurikulum pada dewasa ini menuntut kreativitas dan inovasi yang

tinggi pada saat terjadi proses pembelajaran. Sejalan dengan

kualifikasi tenaga pendidik dan kependidikan, kreativitas dan

inovasi belum sepenuhnya memenuhi harapan. Masih sering terjadi

tenaga pendidik dan kependidikan terjebak pada rutinitas yang

sudah nyaman dijalani. Pembinaan professional, diklat dan

reorientasi yang diberikan pemerintah pun belum ditata dan

dilaksanakan secara terencana, terorganisasi, terkendali dan

berkelanjutan.

Page 23: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 137

Jika hasil Ujian Nasional jadi salah satu standar ukuran mutu

pendidikan yang dicapai, dapat dikatakan bahwa mutu lulusan

pendidikan pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan belum

menggembirakan. Rata-rata nilai untuk mata pelajaran yang

diujikan dengan batas minimal kelulusan yang hanya 4,25 (Tahun

2006) sama sekali belum menggambarkan ketuntasan belajar.

Padahal menurut seharusnya seorang peserta didik dapat

melanjutkan ke materi berikutnya jika sudah tuntas pada materi

sebelumnya. Mutu output proses pembelajaran tersebut relatif lebih

mudah diamati dampaknya pada level jenjang pendidikan

menengah ketika memasuki perguruan tinggi dan atau bersaing

dalam meraih pasar kerja pada berbagai sektor baik di dalam

maupun di luar negeri.

Oleh karena itu, tujuan dan sasaran dalam peningkatan

mutu proses pembelajaran, bukan hanya ditujukan pada

banyaknya jumlah pembaharuan yang harus diterapkan dalam

proses pembelajaran, namun diarahkan juga pada regulasi

tuntutan perubahan yang dinamis dan akseleratif. Ujian kelulusan

program pendidikan harus diserahkan kepada lembaga lembaga

satuan pendidikan, dan Ujian Nasional harus diarahkan pada

upaya mendiagnosa pencapaian standarisasi pendidikan yang

ditetapkan pemerintah, bukan dimaksudkan untuk menghalangi

kesempatan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi. Di samping itu, perubahan tersebut bukan

semata-mata menjadi kewajiban dan tanggungjawab para

pendidik secara formal di lingkungan lembaga satuan pendidikan,

keluarga dan para peserta didik sebagai bagian dari subjek

pembelajaran, tetapi juga harus menjadi bagian yang dinamis,

adaptif, dan penuh inisiatif.

Berdasarkan persoalan-persoalan terbut, maka tujuan jangka

panjang dalam pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung

dalam bidang ini ialah:

a. Meningkatnya kualitas sumber daya tenaga pendidikan keagamaan dan meningkatnya motivasi masyarakat

terhadap pendidikan keagamaan;

b. Tercapainya target-target pencapaian SNP pada setiap jenis satuan pendidikan baik yang berkenaan dengan

penerapan kurikulum berbasis nilai-nilai religius (keimanan,

ketaqwaan, dan amal shaleh), tata pergaulan/budi-pekerti,

teknologi dasar, olahraga dan seni budaya, kesehatan dan

lingkungan hidup, serta aspek-aspek pembentuk karakter

kehidupan berbangsa dan bernegara;

Page 24: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 138

c. Meningkatnya kompetensi dan kemampuan dan

profesionalitas guru/ tutor/pamong bejlajar, dan tenaga

kependidikan lainnya sesuai dengan tugas pokoknya pada

setiap lembaga satuan pendidikan. Rasio siswa SD terhadap

kelas 1:30;

d. Terpenuhinya kebutuhan tentang sarana dan prasarana (Sapras) dan sumber-sumber belajar yang relevan dalam

pendukung penerapan kurikulum berbasis budaya daerah

dan kearifan lokal, budi pekerti, kecakapan hidup (life skills)

dan jiwa entrepreneur, teknologi dasar, serta lingkungan

hidup yang sesuai dengan Standar Internasional;

e. Meningkatnya lembaga satuan pendidikan (sekolah model) berbasis keunggulan dalam kecakapan hidup (life-skills), nilai-

nilai religius (keimanan, ketaqwaan, dan amal shaleh), tata

pergaulan/budi-pekerti, teknologi dasar, olahraga dan seni

budaya, kesehatan dan lingkungan hidup, serta aspek-aspek

pembentuk karakter kebangsaan, yang memiliki daya saing

internasional;

f. Makin banyaknya murid, guru dan tenaga kependidikan lainnya yang memiliki kemampuan teruji untuk bersaing baik

pada tingkat lokal, nasional, regional maupun internasional.

Dan Makin banyaknya murid, guru dan tenaga kependidikan

lainnya mendapat penghargaan yang memadai;

g. Meningkatnya sekolah-sekolah kejuruan berbasis potensi wilayah dan berorientasi pasar tenaga kerja lokal, nasional

dan internasional. Rasio SMA:SMK 60:40;

h. Tercapainya proses pembelajaran berbasis TIK di seluruh mata pelajaran di setiap jenis kelembagaan satuan

pendidikan. Terselenggaranya proses pembelajaran berbasis

TIK sebesar 50% pada setiap jenis satuan pendidikan;

Untuk mengatasi ketiga komponen mutu tersebut dibutuhkan

beberapa kondisi, antara lain: (1) Adanya standarisasi untuk setiap

komponen pendidikan baik yang menyangkut, input, proses, dan

output pada setiap jalur, jenis dan jenjang satuan pendidikan; (2)

Adanya regulasi sosialisasi, pembinaan dan fasilitasi yang

berkesinambungan dalam peningkatan kapasitas pengelolaan

pendidikan pada setiap tingkatan kelembagaan pendidikan, baik

yang menyangkut perencanaan dan program, pengorganisasian,

pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, evaluasi dan

pelaporan, serta akuntabilitas dalam penyelenggaraan

pendidikan; (3) Adanya kebijakan yang mengatur standarisasi

Page 25: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 139

prosedur operasional tentang kerjasama kelembagaan satuan

pendidikan dengan stakeholders pendidikan (masyarakat, dunia

usaha dan kelembagaan masyarakat lainnya);

3. Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik

Tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik merupakan

satu rangkaian yang memiliki hubungan sebab-akibat. Pengelolaan

yang baik menjadikan proses dan output dapat

dipertanggungjawabkan dan diterima oleh masyarakat dan

secara organisasi tujuan tercapai dengan efektif dan efisien.

Memperhatikan fenomena dan kecenderungan di

masyarakat, masalah utama yang dihadapi berkaitan pula dengan

etos dan budaya kerja yang masih lemah pada sebagian tingkatan

pengelolaan pendidikan. Etos kerja berkaitan dengan sikap mental

yang sudah menjadi karakter kepribadian. Budaya kerja berkenaan

dengan pikiran, perasaan, dan kebiasaan). Etos kerja dan budaya

kerja akan membentuk sikap mental yang akan diwujudkan pula

dalam perilaku yang nampak pada saat melaksanakan tugas.

Kemauan untuk berubah dari kebiasaan lama sepertinya sulit

ditumbuhkan pada pengelola pendidikan. Apabila kolusi, korupsi,

dan nepotisme (KKN) telah menjadi perilaku para pengelola

pendidikan, maka untuk mencapai tujuan tata kelola, akuntabilitas

dan pencitraan publik sangat sulit dilaksanakan

Di sisi lain, arus informasi dan komunikasi pada era otonomi

daerah menjadi kurang intensif, kurang dapat dipercaya, kurang

akurat, dan susah didapat. Pemanfaatan dan optimalisasi fungsi

teknologi Sistem Informasi dan Komunikasi (SIK) ternyata tidak

semudah yang dibayangkan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

Kabupaten Bandung beberapa kali diupayakan membangun SIK

yang koneksitasnya menjangkau hingga tingkat kecamatan, akan

tetapi tidak berhasil mengkomunikasikan informasi yang akurat,

bahkan imprastruktur yang telah diadakan saja cenderung

digunakan untuk kepentingan yang lain.

Bukan hanya itu, perhatian para pengambil kebijakan dalam

mengalokasikan dana operasional dan pemeliharaan untuk

pengembangan SIK pun menjadi sangat menentukan untuk hidup

tumbuh dan berkembangnya sistem yang dibangun. Namun

demikian, kesadaran akan pentingnya teknologi informasi dan

komunikasi sebetulnya masih terus hidup bahkan tumbuh dan

berkembang, dengan munculnya kegiatan yang berhubungan

dengan pembangunan teknologi SIK, baik pada berbagai SKPD

maupun komunitas-komunitas masyarakat. Namun sungguh

Page 26: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 140

disesalkan, terkesan sangat parsial, insidental, dan tidak

terkoordinasikan, serta cenderung hanya sekedar menyikapi

masalah yang bersifat kebutuhan jangka pendek, tidak sampai

menyentuh kepentingan utama yang lebih luas.

Berdasarkan persoalan-persoalan terbut, maka tujuan jangka

panjang dalam pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung

dalam bidang ini ialah:

a. Meningkatnya kualitas Perencanan Pembangunan

Pendidikan yang dapat dijadikan arah dan pedoman oleh

para pengelola dan pelaksana penyelenggaraan

pembangunan pendidikan yang berkenaan dengan

substansi pendidikan (bidang garapan) pada setiap satuan

kelembagaan pendidikan, baik yang bersifat jangka pendek,

jangka menengah dan jangka panjang, maupun tingkatan

rencana induk, rencana/program strategis dan aktivitas-

aktivitas program;

b. Terciptanya regulasi, ontensitas dan konsistensi pengawasan, pengendalian, evaluasi, pelaporan dan

pertanggungjawaban baik internal dan eksternal, maupun

administratif, termasuk spesifikasi (norma, instrumen dan

prosedur) pengukurannya, sehingga dapat diterima dengan

wajar tanpa syarat;

c. Meningkatnya kompetensi dan kemampuan dan

profesionalitas pengawas satuan pendidikan yang sesuai

dengan tugas pokoknya pada setiap lembaga satuan

pendidikan sertifikasi diklat reguler, studi lanjut ke perguruan

tinggi ke luar negeri;

d. Meningkatnya besaran anggaran untuk membiayai

penyelenggaraan pendidikan dengan alokasi yang lebih

proporsional berdasarkan karakteristik kelembagaan satuan

pendidikan pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pengelolaan

pendidikan;

e. Adanya regulasi peningkatan kesejahteraan bagi

guru/tutor/pamong belajar/TLD, kepala satuan pendidikan,

pengawas, tenaga administrasi dan tenaga kependidikan

lainnya yang sesuai dengan kemampuan anggaran daerah

dan kelayakan taraf hidup, pada setiap kelembagaan

satuan pendidikan, sehingga ada peningkatan motivasi dan

kenyamanan dalam melaksanakan pekerjaannya, tanpa

diskriminasi terhadap status kepegawaiannya;

Page 27: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab IV : Arah Kebijakan Umum 141

f. Terciptanya konsistensi kebijakan dan peraturan perundang-undangan tentang penyelenggaraan pendidikan, baik yang

menyangkut bidang garapan maupun proses-proses

manajemen yang dapat dijadikan pedoman dalam

penyelenggaraan pendidikan;

g. Meningkatnya regulasi dan intensitas pelaksanaan sistem transparansi melalui mekanisme komunikasi dan sosialisasi

perencanaan, pelaksanaan dan hasil-hasil program

pendidikan kepada masyarakat;

h. Meningkatnya kualitas data dan informasi pendidikan yang cepat, akurat dan dapat dipercaya dalam upaya

mendukung sistem pembuatan kebijakan dan keputusan

yang menyangkut manajemen pembangunan daerah;

Oleh karena itu, untuk mencapai tatakelola, akuntabilitas

dan pencitraan publik dalam pembangunan pendidikan di

Kabupaten Bandung diperlukan beberapa kondisi: (1) Adanya

kebijakan yang mengatur standarisasi kinerja baik yang

menyangkut standarisasi kinerja kelembagaan maupun standarisasi

kinerja individu; (2) Adanya regulasi pemantauan dan evaluasi

pencapaian kinerja, baik individu maupun kelembagaan; (3)

Adanya regulasi, fasilitasi, dan pendampingan dalam

meningkatkan kompetensi individu dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya dalam struktur kelembagaan, baik yang

menyangkut kepribadian, professional, dan hubungan sosial; (4)

Adanya regulasi penguatan kapasitas dalam mengelola organisasi

pendidikan, baik yang menyangkut pemahaman tentang

kebijakan dan perundang-undangan pendidikan, pemahaman

tentang perencanaan dan program pendidikan, pemahaman

tentang pengawasan, monitoring dan evaluasi program

pendidikan, dan akuntabilitas/ pertanggungjawaban terhadap

program-program yang telah dihasilkannya; (5) Tersedianya data

dan informasi pendidikan yang akurat, dapat dipercaya dan dapat

diakses secara mudah dan cepat oleh semua lapisan masyarakat

yang membutuhkannya.

Page 28: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 138

BAB V

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2008-2025

A. Pendekatan Strategis

Pembangunan pendidikan di daerah menurut UU.No.32/2004

bukan lagi suatu konsep tetapi mulai diimplementasikan pada

semua tingkatan manajemen, tidak terkecuali pada tatanan

kelembagaan SKPD (Dinas Pendidikan) maupun pada satuan

pendidikan di jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Implementasi pada tatanan kelembagaan pendidikan sungguh

sangat berarti, karena fungsi dan peranan kelembagaan tersebut

sangat strategis dalam pembangunan peradaban masyarakan

Kabupaten Bandung. Sejarah mencatat bahwa pada organisasi

pendidikanlah kreativitas kultural kader-kader masyarakat

Kabupaten Bandung dapat dikembangkan.

1. Hakekat Otonomi Pengelolaan Pendidikan bagi Pemerintah dan Masyarakat Kabupaten Bandung

Tiga persoalan mendasar yang patut diantisipasi dalam

otonomi pengelolaan pendidikan, yaitu: Apakah pemberian

otonomi pengelolaan pendidikan akan menjamin setiap anggota

masyarakat Kabupaten Bandung memperoleh haknya dalam

pendidikan? Apakah dengan pemberian kewenangan

pengelolaan pendidikan kepada lembaga satuan pendidikan

dapat menjamin peran serta masyarakat akan meningkat? Apakah

pengelolaan pendidikan yang dilakukan di setiap lembaga satuan

pendidikan dapat mencapai hasil-hasil pendidikan yang bermutu?

Untuk menjawab ketiga pertanyan tersebut, perlu merujuk

sistem perundang-undangan tentang penyelenggaraan otonomi

pendidikan. Karakteristik yang melekat pada UU.No.32/2004 telah

membawa implikasi terhadap manajemen pendidikan nasional,

regional dan lokal. Implikasi tersebut diantaranya bahwa setiap

proses pengelolaan pendidikan harus pula berlandaskan bottom

up approach, karena pengelolaannya harus acceptable dan

accountable dalam melayani masyarakat terhadap kebutuhan

pendidikan. Secara teknis, pengelolaan pendidikan tingkat

kabupaten eksistensinya tidak terlepas dari rekomendasi kebutuhan

Page 29: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 139

pada tingkat satuan pendidikan. Artinya, bidang garapan, proses,

dan konteks pengelolaan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan tidak mutlak sama, baik dengan daerah lainnya yang

sederajat maupun dengan antar daerah kabupaten/kota. Secara

teoritis, keragaman itu akan memunculkan sinergisme yang

didukung oleh keunggulan komparatif dan kompetitif masing-

masing daerah dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.

Dengan demikian, bahwa besar dan luasnya kewenangan

dalam pengelolaan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan

akan tergantung kepada sistem politik dalam memberikan

keleluasaan tersebut. Akan tetapi, sekalipun keleluasaan itu

diberikan tidak dapat diartikan sebagai pemberian kebebasan

mutlak tanpa mempertimbangkan kepentingan pemerintah

daerah, sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara

pengelola pendidikan pada tingkat kabupaten dengan pengelola

pendidikan di tingkat kelembagaan satuan pendidikan.

Sesungguhnya konflik kepentingan tersebut tidak perlu terjadi

apabila para pengelola tingkat kabupaten memahami hakekat

dan urgensi perlunya otonomi dalam pengelolaan pendidikan.

Walaupun terjadi tarik menarik kepentingan, harus berdasarkan

pada prinsip saling ketergantungan untuk menghasilkan sinergitas

bagi tujuan-tujuan pembangunan pendidikan yang lebih luas.

Dalam konsepnya, otonomi mengandung dua makna, yaitu

makna politik (otonomi politik) dan makna administratif (otonomi

administrasi). Membedakan kedua istilah ini sangat penting dalam

praktek pengelolaan pendidikan, karena pelayanan pemerintah

kepada masyarakat dalam bidang pendidikan secara politik harus

dapat menjamin hak dan masyarakat untuk memperoleh

pendidikan yang berkualitas, dan pelaksanaannya menyangkut

banyak pihak yang berkepentingan, sehingga memerlukan

kesepakatan-kesepakatan politik. Sedangkan pelayanan

pemerintah kepada masyarakat dalam bidang garapan, proses,

dan konteks penyelenggaraan pendidikan secara administrasi dan

manajerial tidak memerlukan konsensus dengan pihak-pihak di luar

kelembagaan pendidikan, karena otonomi administrasi merupakan

bagian dari strategi manajemen yang memungkinkan sangat

variatif sesuai karakteristik jalur, jenjang dan jenis kelembagaan

satuan pendidikan di masing-masing daerah.

Otonomi pengelolaan pendidikan berusaha untuk

mengurangi campur tangan atau intervensi pejabat atau unit

tingkat atas terhadap persoalan-persoalan manajemen pendidikan

yang sepatutnya bisa diputuskan dan dilaksanakan oleh unit di

Page 30: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 140

tataran bawah, sehingga diharapkan terjadi pemberdayaan peran

unit di tingkat bawah. Akan tetapi, walaupun begitu luasnya

otonomi dalam pengelolaan pendidikan yang diberikan kepada

lembaga satuan pendidikan, tetap harus konsisten dengan sistem

konstitusi.

Atas dasar alasan-alasan itu, otonomi merupakan sarana

untuk mengembangkan organisasi satuan pendidikan untuk dapat

bergerak lebih luwes dan alur informasi lebih bebas sesuai dengan

karakteristik pembuatan keputusannya. Di samping itu untuk

memenuhi kebutuhan pembangunan daerah, otonomi adalah

pola yang paling tepat dan relevan dengan tuntutan otonomi

tersebut.

Sesuai tuntutan reformasi dalam pembangunan, tampaknya

pelaksanaan otonomi dalam pengelolaan pendidikan di

Kabupaten Bandung merupakan suatu keharusan, di samping

memang sejumlah peraturan perundang-undangan yang sudah

ditetapkan menuntut untuk segera dilaksanakan. Juga, untuk

melaksanakan otonomi pengelolaan pendidikan secara nasional di

seluruh wilayah Indonesia tampaknya bukanlah hal yang mudah,

termasuk penyerahan seluruh urusan pendidikan kepada tingkat

lembaga satuan pendidikan, bukanlah hal yang gampang,

dibutuhkan waktu, dan tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya,

karena menyangkut sejumlah masalah dan kendala perlu diatasi,

termasuk kesiapan sumber pembiayaan, SDM, dan sumber-sumber

pendukung lainnya.

Karena itu, pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan

sampai ke tingkat lembaga satuan pendidikan berdasarkan

jenjang pendidikan yang selama ini kita anut, yakni meliputi jenjang

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Diperlukan pola-pola otonomi yang sesuai dengan karakteristik

kelembagaan satuan pendidikan dan karakteristik masyarakat di

masing-masing daerah. Otonomi jenjang pendidikan bisa dipilih

apakah semua jenjang pendidikan bisa ditangani oleh pemerintah

daerah, atau hanya terbatas jenjang pendidikan tertentu sesuai

dengan kemampuan pemerintah di daerah.

2. Ruang Lingkup Otonomi Pengelolaan Pendidikan yang Perlu Dikembangkan di Kabupaten Bandung

Secara teoritis terdapat tiga model otonomi dalam

pengelolaan pendidikan, yaitu: (1) Manajemen berbasis lokasi (site-

based management), (2) Pengurangan administrasi pusat, dan (3)

Inovasi kurikulum. Model manajemen berbasis lokasi ialah model

Page 31: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 141

yang dilaksanakan dengan meletakan semua urusan

penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan

(sekolah). Model pengurangan administrasi pusat merupakan

konsekuensi dari model pertama. Pengurangan administrasi pusat

diikuti dengan peningkatan wewenang dan urusan pada masing-

masing sekolah. Model ketiga, inovasi kurikulum menekankan pada

inovasi kurikulum sebesar mungkin untuk meningkatkan kualitas dan

persamaan hak bagi semua peserta didik. Kurikulum ini disesuaikan

benar dengan kebutuhan peserta didik di sekolah-sekolah dan

tersebar pada daerah yang bervariasi.

Akan tetapi, otonomi pengelolaan pendidikan bisa

mencakup seluruh bidang garapan pengelolaan pendidikan, dan

dapat juga hanya salah satu atau beberapa bidang garapan saja,

antara lain kurikulum, tenaga kependidikan, keuangan, dan

sarana-prasarana pendidikan. Otonomi kurikulum dapat dibedakan

dari aspek jenis dan muatannya, antara kurikulum bermuatan

internasional, nasional, regional dan lokal. Otonomi manajemen

tenaga kependidikan, dapat dibedakan dari aspek rekrutmen,

pendayagunaan, pembinaan profesional, penggajian dan

pengembangan kariernya. Otonomi keuangan dapat dibedakan

dari aspek alokasi kebutuhan dan penganggaran,

pendayagunaan, dan pertanggungjawabannya. Otonomi sarana-

prasarana pendidikan juga dapat dibedakan dari aspek

pengadaan, pendayagunaan dan pemeliharaannya. Namun

demikian, bidang-bidang garapan manajemen yang diotonomikan

akan ditentukan oleh isi dan luas kewenangan yang diberikan,

karena tidak setiap kewenangan yang diberikan disertai dengan

sumber pembiayaan, sarana dan prasarananya.

Terlepas dari bidang garapan mana yang diotonomikan,

sebetulnya aspek utama yang perlu disiapkan ialah adanya

deregulasi peraturan perundang-undangan sebagai produk dari

kebijakan pemerintah daerah yang dijadikan perangkat kendali

sistem pengelolaan pendidikan, sekaligus yang mengatur isi dan

luas kewenangan setiap bidang garapan yang diotonomikan.

Aspek inilah yang akan memberi corak, jenis dan bentuk otonomi

pengelolaan pendidikan.

Bidang hukum dan perundang-undangan dalam konteks

otonomi pengelolaan pendidikan, merupakan perangkat kendali

manajemen yang akan menentukan isi dan luas wewenang dan

tanggung jawab untuk melaksanakan setiap bidang tugas yang

diotonomikan. Setiap penataan organisasi sebagai konsekuensi

dari wewenang yang diterima, tidak terlepas dari adanya asas

Page 32: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 142

legalitas sebagai landasan berpijak dalam membangun

perangkat-perangkat operasional organisasi yang accountable

bagi kepentingan masyarakat, sekaligus untuk memenuhi

kebutuhan masyarakatnya. Dengan demikian, maka salah satu

keberhasilan dalam otonomi pengelolaan pendidikan sangat

tergantung pada dukungan peraturan perundang-undangan

tersebut.

Peraturan perundang-undangan tersebut terdiri dari dua

sumber, yaitu:

Pertama, komitmen politik yang bersumber dari amanat

masyarakat Kabupaten Bandung. Komitmen ini mencakup

komitmen internal dan eksternal. Komitmen internal berkaitan

dengan segala aktivitas pemenuhan kebutuhan, keinginan dan

harapan masyarakat untuk kesejahteraan. Sedangkan komitmen

eksternal berkaitan dengan segala aktivitas masyarakat Kabupaten

Bandung dalam percaturan regional, nasional dan global.

Kedua, political will (kemauan politik) para pembuat

kebijakan baik pada tatanan manajemen Pemerintah Daerah

Kabupaten Bandung dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat,

maupun Pemerintah Pusat. Kemauan politik ini harus konkrit dalam

wujud peraturan perundang-undangan dengan segala akibat

hukum yang menyertainya secara konsisten.

Ahirnya sampai pada kesimpulan bahwa dalam upaya

pelaksanaan otonomi pengelolaan pendidikan di Kabupaten

Bandung diperlukan prasyarat:

a. Kebijakan Umum Pengelolaan Pendidikan

Kerangka kebijakan umum ini diwujudkan dalam bentuk

Rencana Induk Pembangunan Pendidikan, sebagai kerangka

acuan yang memungkinkan para pengelola satuan pendidikan

beserta stakeholders serta masyarakat daerah menempatkannya

sebagai acuan bersama untuk mengarahkan potensi daerah

sesuai target dari tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan.

Kehadiran master plan tersebut diarahkan untuk dapat

menjadi pedoman para pengelola dan penyelenggara pendidikan

di daerah, sebetulnya bukanlah sebuah dokumen yang akan

menduplikasi dokumen perncanaan daerah yang ada saat ini,

melainkan akan menjadi penguat bagi pelaksanaan agenda

pembangunan pendidikan di daerah yang secara eksplisit telah

dijadikan ketentuan hukum daerah, karena perumusannya akan

dikonsentrasikan pada pendayagunaan elemen-elemen dasar

Page 33: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 143

yang menopang pengelolaan pendidikan di daerah. Dengan

demikian kehadiran kebijakan umum tersebut seharusnya menjadi

acuan perangkat daerah dalam mendayagunakan sumber daya

daerah sehingga mampu melakukan perannya di dalam

mencapai target-target yang telah tertuang dalam dokumen

perncanaan pembangunan daerah.

b. Restrukturisasi Organisasi Pengelola Pendidikan

Bentuk dan struktur organisasi pengelolaan pendidikan yang

mencerminkan jiwa otonomi, antara lain:

(1) Struktur organisasinya lebih gemuk ke bawah, berbentuk piramid

dengan kerucut ke atas;

(2) Tidak banyak banyak unit-unit khusus, pokja, tim kerja, staf ahli

yang tidak jelas eselonisasinya;

(3) Beban tugas organisasi lebih banyak pada unit organisasi tingkatan bawah, tetapi tidak disertai dengan imbalan yang

memadai sesuai dengan beban pekerjaannya;

(4) Setiap tugas pokok dan fungsi unit-unit organisasi ditata dan diatur secara lengkap dan dituangkan dalam peraturan

perundang-undangan tertulis;

(5) Mekanisme pelaksanaan kerja, tugas, kebijakan, keputusan

yang menyangkut mekanisme sistem pelaksanaan tugas pokok

dan fungsi setiap unit kerja, selalu diagendakan dan dibuat

secara tertulis serta disampaikan kepada seluruh anggota

organisasi;

(6) Mempunyai rencana strategis yang berjenjang dengan target,

acuan, alat, mekanisme pengendalian dan evaluasi serta

akuntabilitas yang jelas;

(7) Ada transparansi dalam setiap pengelolaan sumber-sumber

pembiayaan organisasi;

(8) Ada perimbangan penbiayaan dan profit sharing antara unit-

unit pusat dengan unit-unit pelakana pada tingkat bawah

c. Revitalisasi Muatan Kurikulum Pendidikan

Persyaratan utama dalam bobot muatan kurikulum harus

mendasar, kuat, dan lebih luas. Mendasar, dalam arti terkait

dengan pemberian kemampuan dalam upaya memenuhi

kebutuhan mendasar peserta didik sebagai individu maupun

anggota masyarakat. Kuat, dalam arti terkait dengan isi dan proses

pembelajaran atau penyiapan peserta didik untuk menguasai

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang kuat, sehingga

memiliki kemampuan untuk mandiri dalam meningkatkan kualitas

Page 34: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 144

pemenuhan kebutuhan mendasarnya. Luas, dalam arti terkait

dengan pemanfaatan dan pendayagunaan potensi dan peluang

yang ada dan dapat dijangkau oleh peserta didik. Potensi dan

peluang tersebut didayagunakan baik pada saat proses

pembelajaran maupun pada saat penerapan hasil pembelajaran.

Ketiga aspek tersebut secara bersama-sama memberikan

kemampuan kepada peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri

terhadap berbagai kemungkinan kondisi, potensi dan peluang

yang ada di lingkungannya.

Kompetensi yang dituntut ialah bekal pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan fungsional praktis serta perubahan

sikap untuk bekerja dan berusaha secara mandiri, membuka

lapangan kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang

yang dimiliki, sehingga dapat meningkatkan kualitas

kesejahteraannya.

Penggunaan pendekatan dalam merumuskan kurikulum

harus memiliki cakupan yang luas, dapat mengitegrasikan

pengetahuan dengan keterampilan yang diyakini sebagai unsur

penting untuk hidup lebih mandiri.

Strategi pembelajaran dirancang untuk membimbing,

melatih dan membelajarkan peserta didik agar mempunyai bekal

dalam menghadapi masa depannya, dengan memanfaatkan

peluang dan tantangan yang ada. Metodologi pengajaran

berpegang pada prinsip belajar untuk memperoleh pengetahuan

(learning to learn), belajar untuk dapat berbuat atau bekerja

(learning to do), belajar untuk menjadi orang yang berguna

(learning to be) dan belajar untuk dapat hidup bersama dengan

orang lain (learning to live together).

Pengembangan kurikulum pendidikan ini harus didasarkan

pada perkembangan kehidupan masyarakat, pengembangan jati

diri manusia (insan kamil), yang dibutuhkan serta mampu hidup dan

menghidupi orang lain sesuai dengan fitrahnya sebagai pengelola

alam beserta isinya. Isi dan muatan kurikulum pendidikan harus

berorientasi pada dimensi-dimensi penguasaan bidang

keterampilan, keahlian dan kemahiran berkiprah sebagai anggota

keluarga yang hidup bermasyarakat bangsa dan negara, dan

mampu pula berkiprah dalam persingan global.

d. Profesionalisasi Tenaga Pengelola Kependidikan Para pengelola pendidikan pada tingkatan pengelola sistem

pendidikan nasional adalah seorang policy maker bagi segala

kegiatan yang harus dilakukan oleh orang-orang yang terlibat

Page 35: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 145

dalam kegiatan pendidikan, baik di lingkungan organisasi sistem

pendidikan, maupun pada lingkungan organisasi satuan

pendidikan. Demikian pula kegiatan-kegiatan yang menyangkut

substansi (bidang garapan) manajemen pendidikan sangat

tergantung kepada putusan-putusan yang ditetapkan oleh para

pengelola pendidikan sebagai pimpinan dan penanggung jawab

kegiatan manajemen.

Dengan demikian, upaya pencapaian tujuan pendidikan di

Kabupaten Bandung maupun tujuan kelembagaan sekolah akan

banyak dipengaruhi oleh keterampilan-keterampilan (skills) dan

wawasan (vision) yang dimiliki oleh pengelola pendidikan dalam

melaksanakan tugas, peranan dan fungsinya sebagai pengelola

pendidikan. Apabila para pengelola pendidikan memiliki visi,

wawasan, dan kemampuan-kemampuan profesional yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pimpinan dan

penanggung jawab penyelenggaraan pendidikan di daerah, akan

memungkinkan tercapainya tujuan yang diharapkan secara efektif.

Setiap tugas yang harus dilaksanakan para pengelola pendidikan

sebagai pimpinan satuan pendidikan menuntut sejumlah

keterampilan (skills) khusus yang memungkinkan dapat

melaksanakan tugas atau peranannya secara efektif.

Kebutuhan tenaga-tenaga pengelola kependidikan

potensial yang secara umum mempunyai kualitas tertentu tersebut

dikelompokkan ke dalam tiga katagori utama, yaitu: (1) Tenaga

pengelola kependidikan berkualifikasi kemampuan berbasis

pendidikan tinggi di bidang administrasi dan pengelolaan

pembangunan pendidikan bagi unsur-unsur pimpinan pada semua

tingkatan jabatan struktural. Tenaga pengelola kependidikan ini

sangat diperlukan untuk menduduki jabatan pada eselon yang

bersifat strategis; (2) Tenaga pengelola kependidikan berkualifikasi

kemampuan manajerial berbasis pendidikan tinggi dalam bidang-

bidang keilmuan tertentu sesuai persyaratan tugasnya. Tenaga

manajemen kependidikan ini diperlukan untuk menduduki jabatan

pada eselon yang bersifat koordinatif; (3) Tenaga pengelola

kependidikan berkualifikasi kemampuan teknis operasional pada

eselon taktis operasional.

Basis pendidikan tinggi dalam bidang administrasi dan

pengelolaan pendidikan bagi tenaga kependidikan ini, dalam

perananannya sebagai orang profesional sangat diperlukan untuk

dapat mengembangkan management of educational services.

Penguasaan yang tinggi tentang sistem manajemen seperti itu

akan meningkatkan efisiensi dan responsiveness pemerintah

Page 36: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 146

daerah dalam mengemban tugas dalam bidang pelayanan

pendidikan. Di samping itu, dalam peranannya sebagai aparatur

pemerintah, diharapkan mampu berkerjasama dengan pihak

swasta atau organisasi kemasyarakatan lainnya. Karena itu,

diperlukan pula basis pendidikan tinggi dalam bidang manajemen

pelayanan umum (management of public service delivery).

e. Pemetaan Alokasi Anggaran Pembiayaan Pendidikan Ada empat kategori yang dapat dijadikan indikator dalam

menentukan tingkat keberhasilan pendidikan yaitu: (1) Dapat

tidaknya seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih

tinggi. (2) Dapat tidaknya seseorang memperoleh pekerjaan. (3)

Besarnya penghasilan/gaji yang diterima. (4) Sikap perilaku dalam

konteks sosial, budaya dan politik.

Apabila telah sepakat dengan perlunya otonomi dalam

bidang manajemen pembiayaan pendidikan, maka setiap

lembaga pendidikan perlu diberi peluang dan kemampuan untuk

mengelola anggaran penerimaan dan pengeluaran biaya

pendidikan di lingkungan sistemnya masing-masing. Dengan asumsi

bahwa upaya dan hasil pemerataan pendidikan adalah

merupakan hak dan kewajiban bersama, partisipasi masyarakat,

pemerintah, orang tua dan dunia usaha dalam pembiayaan

pendidikan harus dipandang sebagai aset yang harus digali,

sehingga tidak sepenuhnya menjadi beban pemerintah.

Upaya-upaya dalam meningkatkan efisiensi pembiayaan

pendidikan perlu diarahkan pada hal-hal pokok berikut ini: (1)

Pemerataan kesempatan memasuki sekolah (equality of access);

(2) Pemerataan untuk bertahan di sekolah (equality of survival); (3)

Pemerataan untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar

(equality of output); (4) Pemerataan kesempatan menikmati

manfaat pendidikan dalam kehidupan masyarakat (equality of

outcome). Konsep peningkatan efisiensi pembiayaan pendidikan

akan mempunyai makna jika dihubungkan dengan konsep efisiensi,

baik secara internal maupun secara eksternal.

Berkenaan dengan jenis dan tingkatan biaya untuk

penyelenggaran pendidikan, pada dasarnya dapat dikatagorikan

ke dalam enam kategori, yaitu biaya langsung (direct cost), biaya

tidak langsung (indirect cost), biaya pribadi (private cost), biaya

sosial (social cost), biaya moneter (monetary cost), dan biaya

bukan moneter (non monetary cost). Biaya langsung adalah biaya

yang langsung menyentuh aspek dan proses pendidikan, misalnya

gaji guru dan pegawai, pengadaan fasilitas belajar (ruang tingkat,

Page 37: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 147

kantor, WC, sarana ibadah, gudang, laboratorium), ATK, buku

rujukan guru dan buku pegangan siswa. Biaya tidak langsung

adalah biaya yang dikeluarkan oleh siswa, orangtua atau

masyarakat untuk menunjang keperluan yang tidak langsung,

seperti: biaya hidup, pakaian, kesehatan, gizi, transportasi,

pemondokan, dan biaya kesempatan yang hilang selama

pendidikan. Biaya tidak langsung ini memiliki sifat kepentingan dan

tempat pengeluaran yang berbeda serta dikeluarkan dalam waktu

yang tidak terbatas dan jenis pengeluaran yang tidak pasti, seperti

hilangnya pendapatan peserta didik karena sedang mengikuti

pendidikan atau forgone earning. Di samping itu, biaya tidak

langsung dapat pula tercermin dari bebasnya pajak bagi sekolah

karena sifat sekolah yang tidak mencari laba.

Biaya pribadi adalah biaya yang dikeluarkan oleh keluarga

untuk membiayai sekolah anaknya, di dalamnya termasuk biaya

kesempatan yang hilang (forgone opportunities). Biaya ini meliputi:

uang sekolah, ongkos, dan pengeluaran lainnya yang dibayar

secara pribadi. Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan oleh

masyarakat untuk membiayai sekolah, termasuk di dalamnya biaya

yang dikeluarkan oleh keluarga secara perorangan (biaya pribadi).

Namun, tidak semua biaya sosial dapat dimasukkan ke dalam

biaya pribadi. Menurut Jones, biaya sosial dapat dikatakan sebagai

biaya publik, yaitu sejumlah biaya sekolah yang ditanggung

masyarakat.

f. Standarisasi Kelengkapan Fasilitas Pendidikan Bertaraf Internasional

Aspek fasilitas berkenaan dengan sarana dan prasarana

pendidikan dan kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaan

pendidikan yang tersedia. Sarana dan prasarana pendidikan masih

sangat tergantung pengadaannya dari pemerintah, sementara

pendistribusiannya belum terjamin merata sampai ke tujuannya

sehingga kemandirian dan rasa turut bertanggung jawab semua

pihak masih dirasakan kurang maksimal.

Fasilitas pendidikan ini, erat kaitannya dengan kondisi tanah,

bangunan dan perabot yang menjadi penunjang terlaksananya

proses pendidikan. Dalam aspek tanah, berkaitan dengan status

hukum kepemilikan tanah yang menjadi tempat pendidikan,

letaknya yang kurang memenuhi persyaratan lancarnya proses

pendidikan (sempit, ramai, terpencil, kumuh, labil, dan lain-lain).

Aspek bangunan berkenaan dengan kondisi gedung sekolah yang

kurang memadai untuk lancarnya proses pendidikan (lembab,

Page 38: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 148

gelap, sempit, rapuh, bahkan banyak yang sudah ambruk, dan

lain-lain) sampai membahayakan keselamatan. Aspek perabot

berkenaan dengan sarana yang kurang memadai seperti meja-

kursi yang reyot, alat peraga yang tidak lengkap, buku paket yang

tidak cukup, sarana kesehatan termasuk fasilitas kebutuhan

ekstrakurikuler.

Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut, maka perlu

ditegaskan kembali bahwa Pemerintah Kabupaten Bandung dapat

menentukan perkiraan-perkiraan kebutuhan dalam menopang

pengembangan pembangunan pendidikan di wilayahnya.

Perkiraan-perkiraan tersebut memerlukan asumsi-asumsi yang

didasarkan pada akurasi data mengenai:

(1) Kecenderungan tingkat pertumbuhan penduduk untuk 5-20

tahun ke depan;

(2) Kecenderungan jumlah enrollment atau anak usia masuk

lembaga pendidikan, untuk 5-20 tahun ke depan;

(3) Kecenderungan tingkat penghasilan perkapita masyarakat,

PDRB berdasarkan harga konstan, dan laju inflasi untuk 5-20

tahun ke depan;

(4) Kecenderungan penyusutan kondisi existing kelembagaan

pendidikan, baik dari aspek sarana dan prasarana, ketenagaan

dan proporsi kemampuan masyarakat dalam membiayai

pendidikan;

(5) Kecenderungan kemampuan anggaran pemerintah daerah

dalam mengalokasikan biaya pendidikan melalui APBD di luar

gaji pegawai dan pendidikan kedinasan pegawai untuk 5-20

tahun ke depan;

(6) Kecenderungan tuntutan perubahan masyarakat yang

dituangkan dalam pembaharuan kurikulum yang relevan untuk

5-20 tahun ke depan;

(7) Komitmen politik dan keberanian politik dan perhatian

pemerintah, masyarakat dan dunia swasta terhadap

pendidikan untuk membantu biaya dan prasarana pendidikan.

Ke-7 kecenderungan tersebut merupakan pekerjaan besar

yang harus dilakukan oleh Badan Perencana Pembangunan

Daerah yang menangani bidang pendidikan dan sosial budaya.

Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pasalah

pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan

mutu dan relevansi, efisiensi manajemen dan akuntabilitas

manajemen, sudah cukup dijadikan dasar untuk menghitung

proyeksi kebutuhan pembangunan pendidikan untuk 5-20 tahun ke

depan.

Page 39: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 149

B. Pengembangan Model Di muka telah dibahas bahwa saat ini, dunia pendidikan di

Kabupaten Bandung sedang dihadapkan pada tantangan

“kebermaknaan”. Hasil-hasil yang selama ini diupayakan melalui

proses pendidikan, dianggap tidak memberikan manfaat nyata

bagi kehidupan. Apalagi bila hasil pendidikan tersebut

dibandingkan dengan di daerah lain, hasil pendidikan di

Kabupaten Bandung dianggap masih ‘terpuruk’. Keterpurukan itu

sebetulnya sangat beralasan, karena di Kabupaten Bandung masih

dihadapkan pada persoalan-persoalan yang sangat mendasar,

yaitu kemiskinan dan kesehatan yang buruk. Di samping itu juga,

masih terdapat anak usia sekolah yang ke luar dari sistem

pendidikan persekolahan, masih banyak lulusan SD, SLTP, SLTA yang

tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, masih banyaknya

jumlah penduduk angkatan kerja yang menganggur karena tidak

mampu bersaing dalam pasar kerja.

Berbagai kebijakan dan pembaharuan telah banyak

dilakukan, dengan berbagai model dan kemasan, namun tetap

saja belum dapat menyelesaikan persoalan-persoalan khusus

dalam dunia pendidikan. Kebijakan pembaharuan pada

prakteknya bukan hanya sekedar isu, atau hanya sekedar merubah

aspek-aspek tertentu, tetapi dengan melihat kepentingan yang

lebih besar dan pandangan jauh ke depan. Posisi dan peran pihak-

pihak yang terkena pembaharuan (masyarakat) bukan lagi hanya

sekedar objek dari suatu kebijakan, akan tetapi berperan sebagai

mitra pemerintah dalam pembangunan. Tuntutan reformasi

pembangunan pendidikan yang diamanatkan melalui

UU.No.32/2004 dan peraturan perundang-undangan yang

menyertainya, menuntut pula perubahan-perubahan mendasar

dalam pendekatan dan metodologi pembangunan dalam

pendidikan.

Salah satu pilihan dalam pendekatan pembangunan

dewasa ini ialah Community Based Development (CBD).

Pendekatan ini dianggap mempunyai kemampuan dalam

mendorong masyarakat ke arah pemberdayaan dan kemandirian.

Sehingga masyarakat dapat meningkatkan prakarsa dan

partisipasi, peningkatan kemampuan kelembagaan yang selama

ini berakar di masyarakat, serta menjalin sinergi penanggulangan

kemiskinan yang berkelanjutan melalui kemitraan antar

kelembagaan masyarakat. Masyarakat yang demikian itu

diharapkan akan mengetahui pentingnya keputusan yang harus

Page 40: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 150

diambil masyarakat dan memahami apa saja konsekuensi, hak dan

kewajiban dari keputusan yang diambilnya itu. Paling tidak,

masyarakat pada tingkatan bawah semakin peduli akan

persoalan-persoalan yang dihadapinya.

Pendekatan CBD dewasa ini, sering dijadikan alternatif

pendekatan pembangunan yang menekankan pada pentingnya

keberlanjutan (sustainability), baik pada hasil-hasil pembangunan

itu sendiri maupun dampaknya terhadap sistem alam dan

kehidupan sosial secara lebih luas. Oleh karena itu, CBD dilakukan

dengan mengagungkan pilar-pilar yang dapat mengembangkan

semua sumber daya, menjamin keberlanjutan, sehingga

pendekatannya lebih bottom up dan partisipatif. Pilar-pilar tersebut

antara lain: equality dan equity (kesamaan dan keadilan),

partnership (kemitraan), participatory (partisipasi), empowerment

(pemberdayaan), dan democracy (demokrasi).

Menurut konsepnya, kelima pilar tersebut diharapkan akan

menjadi tenaga pendorong dalam meningkatkan imprastruktur

dasar yang ada di masyarakat, peningkatan perekonomian

masyarakat, dan kualitas sumber daya manusia. Infrastruktur dasar

yang menjadi tenaga pendorong tersebut, akan mendorong pula

upaya-upaya yang nyata, sehingga menjadi senjata-senjata

ampuh untuk keberlanjutan (sustainability) proses-proses

pembangunan dalam mencapai aktivitas-aktivitas kesejahteraan

masyarakat. Secara skematik pola pikir pendekatan CBD ini dapat

dilihat pada Gambar 5.1.

Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:

Laboratorium Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonsia, 2006, hal 130.

CBD

Equality/ Equity Partnership Participatory Empowerment Democracy

Economic

Improvement

Improvement

of Basic

imprastucture

Improvement of

human

Income Generating, job

creation, small business,

redistribution of growth

Improvement / New

developmen of

infrastructure

Community/

Institutional

Capacity building

Community Activities and Welfare

S U S T A I N A B I L I T Y

Page 41: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 151

Gambar 5.1

Strategi dan Pola Pikir Community Based Development

Salah satu kelebihan otonomi dalam manajemen pendidikan

berkenaan dengan peranserta dan otoaktivitas masyarakat,

demokratisasi, pemberdayaan masyarakat, pelayanan kepada

masyarakat, keanekaragaman daerah, pemahaman terhadap

nilai-nilai dan aspirasi lokal, dan keputusan yang cepat dan tepat.

Namun, kelemahan yang patut dicermati berkenaan dengan

disparity antar daerah, pertumbuhan antar daerah tidak seimbang,

tidak ada standarisasi dan pengendalian, dan potensial untuk

disintegrasi semakin kuat.

Pada saat terjadi pelibatan masyarakat pada suatu program

intervensi dalam konteks pembangunan masyarakat, senantiasa

didasarkan pada dua alasan berikut. Pertama, upaya

menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama yang peka dan

aktif pada seluruh kegiatan yang terkait dengan substansi program

pendidikan berdasarkan: kondisi, sumber daya yang dimiliki dan

potensi sumber daya yang dapat dikuasainya. Kedua, upaya

memposisikan peran pemerintah sebagai fasilitator bagi

masyarakat pendidikan agar peka dan aktif dapat terwujud.

Kedua alasan tersebut beranjak dari pandangan bahwa suatu

program intervensi dari pihak pemerintah yang benar-benar

melibatkan masyarakat akan mengarahkan kepada keberhasilan

program dan sekaligus membangun masyarakat kelompok

sasarannya.

Masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan

mengandung arti bahwa seluruh aspek pengelolaan program

pendidikan pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat. Sehingga

konteks pelibatan masyarakat dalam program pendidikan tersebut

bukan untuk mengarahkan masyarakat sebagai pelaksana tetapi

memberikan kondisi agar masyarakat dapat melakukan

pengembangan aspek program-program pendidikan yang

dibutuhkannya, dan sekaligus memberikan perspektif terhadap

kepentingan pembangunan yang lebih luas. Fasilitasi yang

dilakukan pemerintah kabupaten seyogyanya dalam kerangka

penguatan kemampuan dan potensi masyarakat (pembelajaran

dan pemberdayaan serta perubahan ke arah pembaharuan

masyarakat). Artinya, masyarakat dihadapkan pada suatu proses

yang terbuka bagi pemikiran dan ketrampilan-keterampilan baru.

Sehingga, proses pelibatan masyarakat yang dilakukan merupakan

Page 42: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 152

media untuk terjadinya proses penerimaan dan pengalihan

kemampuan masyarakat dalam mengelola aspek program yang

dibutuhkannya.

Upaya pembangunan SDM senantiasa berkenaan dengan

tiga komponen utama, yaitu: pendidikan, kesehatan dan

perekonomian. Ketiga komponen ini merupakan sokoguru dalam

upaya pemberdayaan. Masyarakat terdidik akan menentukan

tingkat kesehatan dan perekonomian, begitu juga sebaliknya.

Karena itu sangatlah wajar apabila ukuran IPM menurut UNDP

bertumpu pada indikator-indikator tersebut. Di samping itu juga,

pelibatan masyarakat dilihat sebagai upaya pendidikan,

kesehatan dan perekonomian, bila dikaji dari unsur di luar

masyarakat, akan terkait dengan dimensi-dimensi yang menjadi

motor pemberdayaan, yaitu: dimensi perilaku (psiko-sosial), budaya

dan politik, dan mata pencaharian. Ketiga dimensi tersebut saling

mempengaruhi sehingga baik secara sendiri-sendiri maupun

bersama-sama akan berpengaruh terhadap tingkat kesiapan

masyarakat untuk dilibatkan dalam program pembangunan.

Merujuk pada makna dasar dan dimensi yang terkandung di

dalamnya maka hasil akhir dari proses pelibatan masyarakat dalam

kerangka pembangunan yang berperspektif pemberdayaan

adalah tumbuhnya:

(1) Rasa memiliki dari warga masyarakat termasuk

kelembagaannya terhadap program intervensi yang

dirancang atau diluncurkan oleh sektor;

(2) Kemandirian atau keswadayaan masyarakat baik sebagai

penggagas, pelaksana maupun pemanfaat pembangunan,

dan

(3) Kepercayaan diri yang mapan terhadap potensi, sumber

daya dan kemampuan yang dimiliki untuk membangun dirinya

sendiri.

Apabila kebijakan pembangunan lebih menekankan kepada

terwujudnya peranserta dan pemberdayaan masyarakat menjadi

satu-satunya pilihan, maka persoalan sangat mendasar yang perlu

diantisipasi adalah perbedaan persepsi antara para disainer

program (pemerintah dan konsultan) dengan keinginan,

kebutuhan dan harapan masyarakat. Dengan demikian, program

pembangunan yang berbasis kemasyarakatan harus bercirikan:

(1) Ada kebijakan yang menjamin hak dan kewajiban

masyarakat;

Page 43: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 153

(2) Ada sistem informasi yang melembaga dalam masyarakat

dalam bentuk community coalitions atau semacamnya;

(3) Ada transparansi keterpaduan visi dan misi serta akuntabilitas

program;

(4) Ada upaya penguatan kapasitas atau kemampuan aparat

dan masyarakat dalam pelaksanaan program;

(5) Ada lembaga yang menjadi mitra kerja pelaksanaan program.

Keenam ciri tersebut akan muncul apabila: (1) Masyarakat

mengetahui akan kebutuhan, keinginan dan harapannya; (2)

Masyarakat mempunyai kesempatan dan keleluasaan untuk

memutuskan keinginan, kebutuhan dan harapannya; (3)

Masyarakat memahami visi, misi, prinsip, dan tujuan program; (4)

Masyarakat mengetahui tugas dan perannya; (5) Masyarakat

mempunyai penggerak baik bersifat individual maupun

kelembagaan; (6) Masyarakat diberi kepercayaan untuk

melaksanakan program bahwa mereka mempunyai potensi.

Guna tercapai keadaan masyarakat seperti itu, menurut saya

perlu menempuh dua tahapan kegiatan sebagai berikut:

Pertama, proses objectiveness. Pada tahap ini kelompok

masyarakat sasaran program difasilitasi untuk mengetahui dan

memahami permasalahan mendasar yang mereka hadapi beserta

sumber daya yang dikuasainya. Berdasarkan pemahaman

terhadap hal tersebut, masyarakat kelompok sasaran program

dipraanggapkan memiliki cukup bahan masukan untuk

memutuskan sendiri kebutuhan atau tujuan program yang akan

dilakukannya.

Kedua; action objectives. Berdasarkan keputusan tahap

pertama selanjutnya masyarakat kelompok sasaran program

difasilitasi untuk menetapkan sendiri peranannya dan pelaksanaan

pemenuhan kebutuhannya. Hal utama yang harus dicapai pada

tahap ini adalah masyarakat kelompok sasaran program

pembangunan ialah bagaimana ia dapat memahami dan

menghayati secara jelas manfaat yang akan diperoleh dari

kegiatan yang dilaksanakannya sendiri terhadap peningkatan

tarap hidup dan kehidupannya.

Persenyawaan antara intervensi pemerintah dengan

kemauan masyarakat melahirkan sinergi harapan (expecation)

yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut

diantaranya:

Page 44: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 154

(1) Menjadikan musyawarah untuk menjalin ikatan sosial dan

kekompakan serta kebersamaan bagi perkembangan

kehidupan masyarakat;

(2) Memprogramkan setiap aktivitas, khususnya yang berkaitan

dengan penguatan kelembagaan usaha dan peningkatan

keterampilan sumber daya manusia (SDM);

(3) Memprogramkan setiap aktivitas pembelajaran dan

pemberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam

melaksanakan program-program intervensi pembangunan.

Dengan demikian, memperhatikan beberapa tantangan

sebagaimana dipaparkan di muka dan kedua persyaratan kondisi

dalam pembangunan pendidikan, diperlukan suatu pendekatan

yang mempertimbangkan berbagai kemungkinan, baik yang

menyangkut aspek politik, ekonomi, dan waktu, serta keterampilan

mengenai pemahaman terhadap metoda keilmuan dan

pengetahuan tentang nilai-nilai kontemporer, serta peka terhadap

kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Langkah-langkah

pengimplementasian pendekatan CBD disederhanakan dalam

Gambar 5.2.

Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:

Laboratorium Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonsia, 2006, hal 134.

Gambar 5.2

Implementasi Konsep Community Based Development

Berdasarkan kepada kerangka konseptual tersebut, maka

strategi operasional program pendidikan, sebagai berikut:

Organisasi

Masyarakat Sivil

Organisasi

Masyarakat Sivil

Kelompok

Sasaran

Program

Aksi

Grup

Diskusi

Gerak-

kan

Pendekatan

CBD Program

Intervensi

Rasa

Kesatuan

Rasa

Kebersama

ANALISIS POSISI

BOTTOM

UP

TOP

DOWN

SWASTA

PEMERINTAH

MASYARAKAT

Page 45: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 155

Pertama, aktivitas fasilitasi langsung sebagai modus intervensi

dari pihak sentra-sentra pemberdayaan masyarakat, dilakukan

terhadap pelaksanaan tugas sebagai fasilitator. Hal ini dilakukan

untuk memberikan keleluasaan mendorong kemandirian

masyarakat untuk menjamin sustainability proses pemberdayaan

masyarakat. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh kader-kader

komunitas, diarahkan kepada standarisasi proses dan hasil

kelembagaan pendidikan yang ada di masyarakat.

Kedua, menempatkan posisi kelembagaan pendidikan

sebagai agen kuat dalam penciptaan kemandirian dan

keswadayaan satuan program pendidikan. Oleh karena itu

recruitment individu-individu atau lembaga-lembaga yang menjadi

fasilitator dilakukan dengan berorientasi kepada: (1) Pemahaman

terhadap karakteristik sosial-ekonomi masyarakat; (2) Penyiapan

kompetensi untuk mendukung pelaksanaan tugas; (3) Transformasi

teknologi kepada kelembagan pendidikan yang dilakukan dalam

kerangka penyiapan kemampuan (enabling) melaksanakan

program lebih lanjut. Secara skematik strategi operasional ini dapat

dilihat pada Gambar 5.3.

Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:

Laboratorium Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonsia, 2006, hal 135.

Gambar 5.3

Indikator Sukses Pembangunan Berbasis Masyarakat

C. Metode dan Teknik Dalam Renstra Pendidikan Nasional 2005-2025 dirumuskan

bahwa pembangunan Pendidikan Nasional terbagi ke dalam

empat tahapan strategis, yaitu (1) tahap penguatan kapasitas dan

SUKSES SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Sekses Koordinasi

dan Penguatan

Pemerintah

Sekses Program

Pendidikan

Sekses

Fasilitator

SUKSES MANAJEMEN PEMBANGUNAN MASYARAKAT

Sekses

Kelembagaan

Pendidikan

Sekses

Kelompok Satuan

Program

Sekses Kader

Komunitas

Sekses Sentra

Pemberdayaan

Masyarakat

K e b e r l a n j u t a n

Manajemen

Program

Teknologi

Program

Page 46: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 156

modernisasi (2005-2010), (2) penguatan pelayanan (2011-2015), (3)

pengembangan daya saing regional (2016-2020), dan (4)

pengembangan daya saing internasional (2021-2025). Keempat

tahapan strategis tersebut harus menjadi rujukan bagi pemerintah

daerah, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten.

1. Penguatan Kapasitas dan Modernisasi Kelembagaan

Pendidikan

Mengingat kompleksitas permasalahan, luas sasaran dan

keberagaman kebutuhannya masyarakat, maka pendekatan-

pendekatan pembangunan yang diarahkan pada penguatan

masyarakat sivil (civil society organization) merupakan rujukan

utama yang perlu dikedepankan. Pendekatan pembangunan ini

selanjutnya akan melahirkan pendekatan pembangunan yang

berbasis masyarakat (community based development). Dari

pendekatan inilah muncul pula pilihan-pilihan model untuk tingkat

kelembagaan, seperti halnya School Based Management (SBM)

dan Community Learning Center (CLC). Kedua model ini pada

dasarnya adalah model manajemen pembangunan masyarakat

yang diimplementasikan pada dunia pendidikan, suatu model

yang dianggap mempunyai fleksibilitas tinggi, dan merupakan

model yang paling dianggap demokratis.

Model-model seperti di atas sebetulnya dapat dilembagakan

oleh prakarsa dan partisipasi bersama, tanggungjawab bersama,

untuk produktivitas dan kepentingan bersama, secara perorangan

atau berkelompok. Model manajemen pembangunan seperti ini

dapat menunjukkan jati dirinya sebagai manajemen yang

kontekstual dengan kebutuhan pasar, kebutuhan dunia kerja,

kebutuhan dunia industri, kebutuhan pembangunan. Program-

programnya dapat disusun sesuai dengan jenis kebutuhan nyata

masyarakat dan lingkungannya.

Di Indonesia dewasa ini, pembangunan pendidikan melalui

model SBM atau CLC secara bertahap terus dipacu dan diperluas

guna memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak

mungkin dapat terlayani apabila hanya mengandalkan

pendekatan-pendekatan dan model-model konvensional. Model

SBM memberi kesempatan kepada lembaga pendidikan di jalur

formal lebih kreatif dan mandiri dalam mencapai relevansi

pendidikan. Model CLC menopang sasaran didik yang tidak

tertampung di jalur formal, dan diimplementasikan dalam bentuk

PKBM yang memprioritaskan kepada warga masyarakat yang

tidak pernah sekolah, putus sekolah, penganggur, miskin dan

Page 47: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 157

warga masyarakat lainnya yang ingin belajar untuk meningkatkan

pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya untuk dapat

hidup lebih layak.

Merujuk pada hal tersebut, maka pendekatan strategis

pembangunan pendidikan sudah selayaknya memprioritaskan

pada penguatan sistem penyelenggaraan pendidikan berbasis

pada masyarakat. Program-program pelayanan pendidikan,

jaringan informasi, kemitraan, pembinaan, evaluasi dan

kesekretariatan untuk kemajuan masyarakat minimal di sekitar

lingkungan lokasi lembaga satuan pendidikan, serta mekanisme

koordinasi berikut peran-pemerannya dalam mendukung semua

aktivitas yang telah direncanakan oleh para pengelola

kelembagaan satuan pendidikan.

Model pendekatan dan metodologi pembangunan

pendidikan ini lebih mengutamakan pada mekanisme kerja

stakeholders sesuai tuntutan manajemen perubahan pendidikan,

dan kejelasan posisi kelembagaan satuan pendidikan dalam sistem

penyelenggaraan pendidikan di daerah. Inisiatif mengembangkan

jaringan informasi dan kemitraan memungkinkan lebih dominan

diperlukan oleh para pengelola kelembagaan satuan pendidikan.

Sedangkan pada aspek pembinaan lebih banyak diperankan oleh

pihak pemerintah.

Berdasarkan paparan tadi, maka pendekatan

pembangunan pendidikan yang berbasis masyarakat pada

hakekatnya diarahkan pada upaya membekali masyarakat dalam

bidang keterampilan, keahlian dan kemahiran dalam menggali,

memanfaatkan peluang untuk meningkatkan taraf kehidupan ke

arah yang lebih baik. Seperti apa yang dikemukakan Hartanto di

muka, yaitu masyarakat pengetahuan, yang dapat siap dan

mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang

terjadi di lingkungan kehidupannya. Indikator masyarakat seperti

itu, secara sederhana ialah:

(1) Memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat

menghasilkan karya-karya yang unggul dan mampu bersaing di

pasar global;

(2) Memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan

untuk dirinya sendiri maupun untuk anggota keluarganya;

(3) Senantiasa mencari kesempatan untuk memperoleh pendidikan

dalam rangka mewujudkan kebutuhan, keinginan dan

harapan-harapannya.

Page 48: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 158

Untuk sampai pada masyarakat seperti itu, diperlukan

serangkaian kemampuan dasar yang harus diupayakan melalui

proses-proses pendidikan, yaitu:

(a) Kemampuan memahami potensi (kelebihan dan

kekurangan diri sendiri, orang lain dan lingkungannya);

(b) Kemampuan membaca dan menulis secara fungsional baik

dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing yang

menjadi pengantar bahasa internasional, atau salah satu

bahasa asing lainnya;

(c) Kemampuan merumuskan dan memecahkan masalah

yang diproses lewat pembelajaran berpikir ilmiah; penelitian

(explorative), penemuan (discovery) dan penciptaan

(inventory);

(d) Kemampuan menghitung dengan atau tanpa bantuan

teknologi guna mendukung kedua kemampuan tersebut di

atas;

(e) Kemampuan bekerja dalam tim/kelompok baik dalam

sektor informal maupun formal;

(f) Kemampuan untuk terus menerus menjadi manusia belajar;

(g) Kemampuan memanfaatkan beraneka ragam teknologi

diberbagai lapangan kehidupan (pertanian, perikanan,

peternakan, kerajinan, kerumahtanggaan, kesehatan,

komunikasi-informasi, manufaktur dan industri,

perdagangan, kesenian, pertunjukkan dan olahraga);

(h) Kemampuan mengelola sumberdaya alam, sosial, budaya

dan lingkungan;

2. Fasilitasi dan Pendampingan Pelayanan

Model-model pembaharuan pendidikan yang patut

diupayakan ialah mereformasi basis pendidikan yang berorientasi

pada prioritas pendidikan investatif tanpa meninggalkan

pendidikan yang bersifat konsumtif. Sebagaimana kita ketahui,

bahwa pendidikan dalam kehidupan masyarakat modern

merupakan kebutuhan dasar manusia. Dengan demikian

pelayanan pendidikan dan pelatihan pada setiap jenis, jenjang

dan jalur pendidikan, sudah semestinya meliputi seluruh komponen

kebutuhan, keinginan dan harapan bangsa dan menyentuh

langsung sendi-sendi kehidupan masyarakat. Dari sudut pandang

pembangunan ekonomi, boleh saja dibedakan antara pendidikan

yang menambah kemampuan berproduksi (investasi) dengan

pendidikan yang tidak (konsumtif). Keduanya sangat dibutuhkan

dalam pembangunan masyarakat. Namun dalam prtakteknya,

Page 49: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 159

pada saat kebutuhan, keinginan dan harapan bangsa ditarik

dengan “Kereta Pendidikan” sangat sulit dipisahkan antara

kepentingan seseorang sebagai produsen dari kepentingannya

sebagai konsumen. Memang benar, pada umumya orang

memandang pendidikan sebagai jembatan ke jenjang pekerjaan

atau karier. Artinya, tekanan-tekanan sosial-politik terhadap

pendidikan itu didorong oleh motivasi ekonomi. Karena itu, dari

sudut pandang pembaharuan, pendidikan untuk maksud-maksud

produksi boleh saja dianggap mempunyai prioritas yang lebih

tinggi.

Akan tetapi, dalam setiap upaya pembaharuan pendidikan

tersebut, pertimbangannya harus didasarkan pada data dan

informasi yang benar-benar akurat. Terlebih-lebih pada model

pembaharuan yang berkaitan dengan kurikulum. Satu kesalahan

atau kekeliruan dalam konsep dan penerapannya berakibat

kepada ‘kegagalan generasi’.

Setiap kegagalan implementasi dari sebuah pembaharuan

terletak pada aspek lemahnya pemberdayaan para implementor.

Lemahnya pemberdayaan tersebut berkaitan dengan kualitas

pembekalan (pelatihan), pengawasan (monitoring dan suvervisi),

serta pendampingan program-program lanjutan pasca pelatihan.

Lemahnya kualitas pelatihan-pelatihan bagi para

implementor dapat ditunjukkan dengan model penyelenggaraan

pelatihan yang tidak ‘bernuansa’ pelatihan. Lebih banyak

mengarah pada ‘doktrinasi’ harus ini, harus itu, tidak boleh begini,

tidak boleh begitu. Atau hanya sekedar ‘parade ceramah’ dengan

makalah yang tebal, konseptual dan tidak praktis. Dan juga

penyelenggaraannya pun terpisah-pisah dan terkotak-kotak.

Misalkan ada pelatihan untuk guru, ada pelatihan untuk

kepala sekolah, ada pelatihan untuk pengawas/penilik. Bahkan

pelatihan untuk pelatihan pengawas/penilik di ke belakangkan

atau ditiadakan. Jarang diadakan pelatihan mengenai salah satu

implementasi kebijakan (misalkan kurikulum) diadakan pelatihan

pengawas/penilik, kepala sekolah, guru, dan tata usaha

dilaksanakan dalam satu waktu, satu tempat satu kelompok,

dengan membahas satu materi, yaitu “bagaimana menerapkan

kebijakan pembaharuan di tingkat sekolah”, dengan berbagi

peran, mana bagian pengawas, mana bagian kepala sekolah,

mana bagian guru, dan mana bagian tata usaha.

Di samping itu, anggapan para perumus kebijakan tentang

‘ketidakbecusan’ para implementor dalam melaksanakan rumusan

Page 50: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 160

kebijakan yang dihasilkannya, seyogyanya dihilangkan. Pengawas,

kepala sekolah, guru dan staf tata usaha, komite sekolah, pada

dasarnya sudah memahami apa yang disebut Standar Minimal

Manajemen (SMM), Standar Minimal Pelayanan Program (SMPP)

dan Standar Minimal Kompetensi Tenaga Kependidikan (SMTK).

Sudah waktunya para implementor dianggap mempunyai

kapasitas yang sederajat dengan para konsultan, perumus

kebijakan, atau pemikir pembaharu. Hanya saja, bagaimana

mereka dapat mengetahui, mempunyai kemauan, memiliki rasa

malu bila tidak melaksanakan pembaharuan sebagaimana yang

telah dirumuskan dengan upaya-upaya fasilitatif.

Karena itu, dalam metodologi proses pembekalan atau

pelatihan yang bersifat fasilitatif bagi para implementor

pembaharuan, berkaitan dengan metode dan teknik untuk: (1)

Memberikan pengetahuan mengenai substansi, proses dan konteks

pembaharuan; (2) Membangkitkan kemauan untuk melaksanakan

pembaharuan; (3) Menerampilkan kemampuan melaksanakan

pembaharuan; (4) Menumbuhkan rasa malu apabila tidak mau

atau menolak melaksanakan pembaharuan.

Cara-cara tersebut dapat merujuk model pelatihan

penguatan kapasitas, yang betul-betul menggunakan para

fasilitator atau trainer yang menguasai konsep, proses dan teknis

capacity building. Misalkan, dalam implementasi kebijakan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), harus dilakukan secara

integratif dengan karakteristik kelembagaan satuan pendidikan

dan keterpaduan para pelaksana (pengawas/penilik, kepala

sekolah, guru dan tata usaha). Dalam kasus ini, ada dua substansi

yang harus mendapat penguatan, yaitu: (1) Penguatan kapasitas

pada pengembangan manajemen berbasis sekolah; (2)

Penguatan kapasitas pada pengembangan manajemen

implementasi KTSP dalam kerangka penguatan manajemen

berbasis sekolah.

Kedua strategi tersebut saling berkaitan melalui capacity

building team antar unsur pengawas, kepala sekolah, guru dan

tata usaha. Bila tidak mampu secara serentak, kedua strategi

tersebut diarahkan pada sekolah model (modelling) dengan

maksud untuk melahirkan model reflika untuk didesiminasikan pada

sekolah-sekolah di luar sekolah model.

Untuk melaksanakan proses fasilitasi dan bimbingan dalam

upaya menemukan dan melaksanakan alternatif pemecahan

masalah dan hambatan yang ditemui, dapat menggunakan Teknik

Page 51: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 161

Daur Pengalaman Berstruktur, yang dimulai dengan upaya

mengalami, mengungkapkan, mengolah, menyimpulkan dan

kemudian menerapkannya.

Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:

Laboratorium Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonsia, 2006, hal 141.

Gambar 5.4

Daur Pengalaman Berstruktur

Merujuk strategi operasional sebagaimana diilustrasikan pada

bagan di atas, proses supervisi dan pendampingan pelaksanaan

pembaharuan, maka program Pendampingan, berupa supervisi

klinis dan bimbingan teknis, melalui metode dan teknik “applied

approach”, mengenai: (1) Intensitas penerapan keterampilan teknis

pasca pelatihan; (2) Tingkat kesulitan dan hambatan dalam

melaksanakan hasil-hasil pelatihan; (3) Tindakan fasilitasi,

pembimbingan dan pendampingan dalam mengatasi persoalan

dan hambatan dalam setiap implementasi kebijakan

pembangunan pendidikan.

Tekniknya sangat sederhana, yaitu dapat menggunakan

“Teknik Daur 3T” (tinjau, telaah dan tindak), yaitu: (1) Tinjau, bahwa

pada para pendamping dapat mengajak orang-orang yang

didampingi untuk dapat melihat, mengamati dan mempelajari

situasi, kondisi, perkembangan atau permasalahan yang

dihadapinya. (2) Telaah, bahwa para pendamping harus dapat

mengajar orang yang didampingi untuk berfikir kritis dan dapat

mengidentifikasi, menganalisis, menemukan penyebab dan

alternatif pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya. (3)

Tindak, bahwa para pendamping harus dapat memberikan

motivasi dan membangkitkan kemauan serta keberanian untuk

melaksanakan atau melakukan tindakan-tindakan pemecahan

masalah yang dihadapinya.

3. Pengembangan Daya Saing Regional dan Internasional

Mengalami

Mengungkapkan

Mengolah Menyimpulkan

Menerapkan

Page 52: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 162

Kelembagaan pendidikan secara konvensional telah

dianggap sebagai institusi dimana masyarakat dapat menemukan

serangkaian kemampuan yang dibutuhkan tadi. Persoalannya

ialah masih mampukan kelembagaan satuan pendidikan yang

ada di masyarakat memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan-

harapan masyarakatnya?

Dari beberapa kasus yang telah dipaparkan menunjukkan

bahwa hasil-hasil kelembagaan satuan pendidikan dewasa ini

banyak dianggap belum menghasilkan manusia-manusia yang

dibutuhkan, diinginkan dan diharapkan masyarakat dan bangsa,

yang memiliki pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan

dirinya sendiri, masyarakat dan bangsanya. Atau dalam konsep link

and match diartikan belum mempunyai relevansi dengan

kemampuan menumbuhkan kegiatan ekonomi masyarakat dan

bangsa.

Abad ke-21 yang dikenal dengan era globalisasi memiliki ciri:

(1) perubahan yang sangat cepat dalam kehidupan masyarakat;

(2) perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat dan

berdampak pada hubungan antar negara di dunia tanpa batas.

Perubahan yang sangat mendasar tersebut berdampak pada

perubahan besar dan cepat dalam tata kehidupan masyarakat,

persaingan sangat ketat antar bangsa baik didalam maupun luar

negeri.

Perubahan-perubahan yang sangat mungkin terjadi antara lain:

(1) Membanjirnya tenaga kerja asing yang lebih berkualitas

terutama dalam kemampuan berbahasa Inggris dan keterampilan

khusus dari Negara-negara ASEAN; (2) Seluruh pelajar dari lima

Negara ASEAN akan dapat belajar di berbagai sekolah dan

universitas di Negara-negara ASEAN; (3) Akan terjadi kompetisi

silang antar bangsa ASEAN dalam bidang ekonomi, jasa,

pendidikan, dan profesi-profesi lain; (4) Sulitnya lapangan kerja bagi

tenaga kerja dengan titel sarjana sekalipun; (5) Meleburnya

budaya ASEAN membentuk budaya regional; (6) Perkembangan

komunikasi dan transportasi akan mempercepat proses perubahan

sosial budaya, warga masyarakat akan memilih status ganda

sebagai warga dunia dan warga nasional.

Adanya berbagai perubahan tersebut menuntut perlunya

peningkatan kualitas SDM Indonesia yang siap berkompetisi untuk

merebut pendidikan yang bermutu, menjadi tenaga kerja yang

dapat merebut profesi-profesi yang strategis, menjadi pelajar yang

siap berkompetisi tingkat regional maupun internasional dalam

Page 53: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 163

bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni-budaya, dan olah

raga, serta dapat berkompetisi dalam arena pertukaran pelajar

tingkat regional maupun internasional. Semua tuntutan itu menjadi

tantangan berat untuk dapat menyediakan lembaga pendidikan

yang mampu mempersiapkan SDM Indonesia sejajar dengan SDM

negara-negara lain di dunia.

Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan, baik pada

jalur formal maupun nonformal telah ditempuh pemerintah. Hal ini

terbukti lahir program-program peningkatan mutu melalui program

Sekolah Berstandar Nasional, Sekolah Unggulan, SD-SMP satu atap,

dan masih banyak program-program peningkatan mutu yang lain,

termasuk rintisan pengembangan model Sekolah Bertaraf

Internasional (SBI). Namun, program-program peningkatan mutu

yang telah ditempuh tersebut ternyata masih harus dikejar untuk

dapat menyesuaikan dengan perkembangan iptek dan arus

kesejagatan.

Munculnya Program SBI pada dasarnya bertujuan untuk

menghasilkan SDM yang berkualitas yaitu Warga Negara yang

unggul secara intelektual, moral, kompeten dalam IPTEKS, produktif,

dan memiliki komitmen yang tinggi dalam berbagai peran sosial,

ekonomi dan kebudayaan, serta mampu bersaing dengan bangsa

lain.

Terkait dengan tujuan SBI tersebut, dalam pasal 50 ayat (3)

UU.No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

mengamanatkan bahwa pemerintah dan/atau pemerintah

daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan

pendidikan pada semua jenjang untuk dikembangkan menjadi

satuan pendidikan bertaraf internasional.

Lebih lanjut dikemukakan pula dalam PP.No.19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 61 ayat (1) yang

menyebutkan bahwa pemerintah bersama-sama pemerintah

daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan

pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-

kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan

menengah untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan

bertaraf internasional.

Di samping itu, dalam Renstra Depdiknas 2005-2009 Bab V

dikemukakan pula bahwa pembangunan SBI dimaksudkan untuk

meningkatkan daya saing bangsa perlu dikembangkan SBI pada

tingkat Kabupaten/Kota melalui kerjasama yang konsisten antara

pemerintah dengan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, untuk

Page 54: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab V : Pendekatan dan Metodologi 164

mengembangkan SD, SMP, SMA dan SMK yang bertaraf

Internasional sebanyak 112 di seluruh Indonesia.

Page 55: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 160

BAB VI

AGENDA DAN PRIORITAS PROGRAM PENDIDIKAN

KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008-2025

Untuk menyusun agenda pembangunan pendidikan yang

dituangkan dalam prioritas program diperlukan kesepahaman

tentang substansi, proses dan konteks kelembagaan pendidikan

yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk

mengurusnya.

Secara substantif, pembangunan pendidikan di Kabupaten

Bandung akan berkenaan dengan tugas-tugas pengelolaan dalam

bidang: (1) pengembangan dan implementasi kurikulum; (2)

pengelolaan peserta didik; (3) pengelolaan ketenagaan; (4)

pengelolaan tanah, bangunan/gedung/sarana/prasarana dan

fasilitas serta sumber belajar; (5) pengelolaan anggaran dan

pembiayaan pendidikan; (6) pengelolaan kerjasama

kelembagaan pendidikan dengan masyarakat; (7) pengelolaan

bidang-bidang khusus lainnya yang sesuai dengan jenis dan

karakteristik kelembagaan pendidikan.

Pemahaman tentang proses-proses pendidikan di Kabupaten

Bandung akan berkenaan dengan serangkaian prosedur

manajerial, antara lain: (1) proses pembuatan keputusan yang

dituangkan dalam bentuk-bentuk produk kebijakan; (2) proses

perencanaan yang disertai dengan dokumen-dokumen rencana

dan program; (3) pengorganisasian dan mengkomunikasikan

program-program pendidikan; (4) pelaksanaan, pengendalian dan

evaluasi program pendidikan; (5) pelaporan dan tindak lanjut dari

setiap pencapaian program pendidikan.

Pemahaman tentang konteks kelembagaan pendidikan di

Kabupaten Bandung tidak dipandang hanya terbatas pada

kelembagaan persekolahan di jalur pendidikan formal semata.

Tetapi, memandang bahwa kelembagaan pendidikan di

Kabupaten Bandung ternyata dapat dipandang dari aspek jalur,

jenjang dan jenisnya. Jalur pendidikan di Kabupaten Bandung,

ternyata terdapat di jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal

dan pendidikan informal; Jenjang pendidikan di Kabupaten

Bandung ternyata merentang sejang pendidikan prasekolah,

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi;

Jenis pendidikan di Kabupaten Bandung ternyata ada pendidikan

umum, pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan, dan

Page 56: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 161

pendidikan khusus (pendidikan luar biasa). Dengan demikian, jenis

kelembagaan satuan pendidikan yang secara eksis nyata di

Kabupaten Bandung sangat variasi, antara lain:

(1) Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada

jenjang pendidikan prasekolah terdiri dari: Taman kanak-kanak

(TK);

(2) Jenis kelembagaan satuan pendidikan umum keagamaan

Islam pada jenjang pendidikan prasekolah terdiri dari:

Roudhatul Athfal (RA);

(3) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal pada jenjang

pendidikan prasekolah terdiri dari: Kelompok Bermain (Kober),

Tempat Penitipan Anak (TPA), dan Posyandu terintegrasi

dengan PAUD (Pos PAUD);

(4) Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada

jenjang pendidikan dasar terdiri dari: Sekolah Dasar (SD) dan

Sekolah Menengah Pertama (SMP);

(5) Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum

keagamaan Islam pada jenjang pendidikan dasar terdiri dari:

Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs);

(6) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal keagamaan

Islam pada jenjang pendidikan dasar terdiri dari: Madrasah

Diniyah Awaliyah (MDA) dan Madrasah Diniyah Wustho (MDW);

(7) Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal khusus pada

jenjang pendidikan dasar terdiri dari: Sekolah Dasar Luar Biasa

(SDLB) dan Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB);

(8) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal pada jenjang

pendidikan dasar disebut pendidikan kesetaraan, yaitu Paket A

setara SD dan Paket B setara SMP;

(9) Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada

jenjang pendidikan menengah terdiri dari: Sekolah Menengah

Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK);

(10) Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada

jenjang pendidikan menengah dasar terdiri dari: Madrasah

Aliyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK);

(11) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal pada

jenjang pendidikan menengah yaitu pendidikan kesetaraan

Paket C setara SMA;

(12) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal

keagamaan pada jenjang pendidikan menengah terdiri dari:

Madrasah Diniyah Ulya (MDU);

(13) Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada

jenjang pendidikan tinggi terdiri dari: Akademi, Sekolah Tinggi,

Institut dan Universitas;

Page 57: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 162

(14) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal

keagamaan pada jenjang pendidikan sering disebut Mualimin;

Jenis kelembagaan satuan pendidikan akan lebih variasi lagi

apabila dilihat secara faktual diselenggarakan pada jalur

pendidikan nonformal, terutama bila melihat eksistensi pendidikan

berkelanjutan, seperti halnya Kelompok Belajar Usaha (Kejar

Usaha/KBU), kursus-kursus, magang, pendidikan kepemudaan

(kelompok pemuda sebaya), pemberdayaan wanita/

pengarusutamaan jender, kelompok wanita usaha, kader

pembangunan dan sejenisnya, dan pusat-pusat kegiatan belajar

masyarakat (PKBM), Sanggar Kebiatan Belajar (SKB) dan Pesantren-

pesantren yang secara nyata telah lebih dahulu melaksanakan

program-program pendidikan nonformal keagamaan, baik secara

individu maupun kelompok, yang merentang dari jenjang MDA

sampai ke jenjang Mualimin.

Di samping itu, kelembagaan lain yang secara eksis telah

menggali, melestarikan, memlihara dan mengembangan nilai-nilai

sosial budaya melalui pendidikan nonformal ialah lembaga-

lembaga atau kelompok-kelompok kesenian dan kebudayaan,

seperti halnya padepokan seni-budaya, lingkung seni budaya

daerah, taman/cagar budaya, sejarah dan kepurbakalaan, dan

jenis-jenis kelembagaan lainnya yang bergerak dalam penggalian,

pelestarian dan pengembangan nilai-nilai kebudayaan masyarakat

daerah.

Merujuk agenda Pembangunan Nasional sebagaimana telah

ditetapkan dalam Rencana Strategis Pendidikan Nasional, maka

agenda pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung

ditetapkan dalam empat periode, yaitu (1) peningkatan kapasitas

dan modernisasi (2008-2010); (2) penguatan pelayanan

kelembagaan (2011-2015); (3) pengembangan ke arah daya saing

regional (2016-2020); dan (4) pengembangan ke arah daya saing

internasional (2021-2025).

Kemudian, dengan merujuk misi dan tujuan pembangunan

pendidikan jangka panjang (RPJP bidang Pendidikan) di

Kabupaten Bandung Tahun 2008-2025, maka misi, tujuan, sasaran,

kebijakan dan program pendidikan dan kebudayaan di

Kabupaten Bandung Tahun 2008-2025, dapat diuraikan sebagai

berikut.

A. Agenda Pembangunan Pendidikan Tahun 2008-2025

1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

Page 58: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 163

Pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan

bagi masyarakat Kabupaten Bandung, sasarannya merentang dari

golongan usia dini sampai usia dewasa, melalui peningkatan dan

pengembangan pelayanan kelembagaan pendidikan dan

kebudayaan yaitu:

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Misinya ialah menumbuhkembangkan potensi dasar

keimanan, ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan,

produktivitas, dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan

dan perluasan pendidikan sejak usia dini. Tujuannya ialah

memperluas kesempatan kepada seluruh anak usia dini (usia 0-6

tahun) untuk memperoleh PAUD, agar anak dapat

mengembangkan potensinya sehingga memiliki kesiapan untuk

mengikuti Pendidikan Dasar.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

anak usia dini (0-6 tahun) di pelosok pedesaan dapat mengikuti

PAUD, baik pada Tempat Penitipan Anak (TPA), Taman Kanak-

kanak (TK), Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) Roudhatul Athfal

(RA), Kelompok Bermain (Kober), Pos PAUD (PAUD terintegrasi

dengan POSYANDU); (2) Sebaran kelembagaan PAUD

berkembang dengan merata pada setiap pelosok pedesaan; (3)

Jumlah dan sebaran kelembagaan PAUD Terpadu berbasis

keunggulan bertaraf internasional berkembang sampai ke pelosok

pedesaan.

b. Pendidikan Dasar

Misi yang diemban ialah menumbuh-kembangkan potensi

dasar keimanan, ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas,

keterampilan, produktivitas, dan kemandirian masyarakat melalui

pemerataan dan perluasan pendidikan dasar; Tujuannya ialah

memperluas kesempatan bagi seluruh anak usia wajib belajar

(AUWB) untuk memperoleh pelayanan Pendidikan Dasar (usia 7-15

tahun) yang berkeadilan agar anak dapat mengembangkan

potensinya, sehingga memiliki bekal pengetahuan, keterampilan

dan kemampuan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi atau kehidupan di masyarakat; Seluruh anak usia

wajib belajar (7-15 tahun) dapat menamatkan pendidikan dasar

baik melalui Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama

(SMP), Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) dan Madrasah Diniyah Wusto

Page 59: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 164

(MDW), Pendidikan Kesetaraan Paket A (setara SD) dan Paket B

(setara SMP).

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

anak putus sekolah dan anak jalanan usia wajib belajar dapat

menamatkan pendidikan dasar melalui Program Paket A dan B; (2)

Seluruh anak luar biasa dapat menamatkan pendidikan pada

Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar

Biasa (SMPLB), dan SLB Autis; (3) Seluruh anak korban narkoba usia

wajib belajar dapat menamatkan pendidikan dasar pada pusat-

pusat rehabilitasi yang menyelenggarakan pendidikan dasar; (4)

Jumlah dan sebaran kelembagaan pendidikan dasar terpadu

berbasis keunggulan bertaraf internasional berkembang dengan

merata sampai ke tingkat pedesaan.

c. Pendidikan Menengah

Misi yang dieman ialah menumbuh-kembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan dan perluasan

pendidikan menengah; Tujuannya ialah memperluas kesempatan

bagi seluruh anak usia wajib belajar (AUWB) untuk memperoleh

pelayanan Pendidikan Menegah (usia 16-18 tahun) yang

berkeadilan, sehingga memiliki bekal pengetahuan, keterampilan

dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi atau untuk memperoleh pekerjaan tingkat menengah

dalam lingkungan masyarakat.

Target yang harus dicapai pada Tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

anak usia wajib belajar (16-18 tahun) dapat menamatkan

pendidikan menengah, baik pada Sekolah Menengah Atas (SMA)

dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA),

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan Madrasah Diniyah Ulya

(MDU), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) Pendidikan

kesetaraan Paket C; (2) Jumlah dan sebaran kelembagaan

pendidikan menengah umum dan kejuruan berkembang dengan

seimbang sesuai dengan tuntutan masyarakat; (3) Jumlah dan

sebaran kelembagaan pendidikan menengah terpadu berbasis

keunggulan bertaraf internasional berkembang sampai ke tingkat

kecamatan.

d. Pendidikan Tinggi

Misi yang diemban ialah menumbuhkembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan dan perluasan

pendidikan; Tujuannya ialah Memperluas kesempatan bagi seluruh

Page 60: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 165

anak lulusan pendidikan menengah untuk memperoleh pelayanan

Pendidikan Tinggi, sehingga memiliki kemampuan profesional

dalam kehidupan masyarakat.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

lulusan pendidikan menengah memiliki akses lebih mudah untuk

mengikuti pendidikan tinggi, baik pada kelembagaan pendidikan

tinggi lokal regional; (2) Masyarakat dapat mengembangkan

perguruan tinggi yang memiliki keunggulan keahlian sesuai dengan

tuntutan masyarakat.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Misi yang diemban ialah menumbuhkembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan dan perluasan

pendidikan berkelanjutan; Tujuannya ialah memperluas

kesempatan bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh

pelayanan Pendidikan Berkelanjutan, sehingga memiliki bekal

keterampilan teknis untuk memperoleh pekerjaan dalam

lingkungan kehidupan di masyarakat.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

masyarakat dapat meningkatkan keterampilan melalui Pendidikan

Berkelanjutan; (2) Jumlah Kelompok Belajar Usaha (Kejar

Usaha/KBU), Magang, dan kursus-kursus/pelatihan dan bimbingan

belajar dapat berkembang merata sampai ke tingkat pedesaan.

f. Pendidikan Keaksaraan

Misi yang diemban ialah menumbuhkembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan dan perluasan

pendidikan keaksaraan; Tujuannya ialah memperluas kesempatan

bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh pelayanan Pendidikan

Keaksaraan Fungsional, sehingga memiliki bekal pengetahuan dan

keterampilan untuk dapat meningkatkan penghasilan keluarga.

Target yang harus dicapai pada Tahun 2025 ialah seluruh

masyarakat usia dewasa sudah terbebas dari buta huruf, baik huruf

latin maupun huruf arab. Bahkan untuk membebaskan masyarakat

dari buta huruf latin, harus dicapai pada ahir Tahun 2010.

g. Pendidikan Kepemudaan

Misi yang diemban ialah menumbuhkembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan dan perluasan

pendidikan kepemudaan; Tujuannya ialah memperluas

Page 61: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 166

kesempatan bagi seluruh masyarakat golongan pemuda untuk

memperoleh pelayanan Pendidikan Kepemudaan, sehingga dapat

mengembangkan bakat, minat, kreativitas dan inovasi sebagai

kader pembangunan dalam bidang kehidupan sosial, ekonomi

dan politik.

Target yang harus dicapai tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

masyarakat golongan pemuda dapat mengikuti Pendidikan

kepemudaan, baik di lingkungan sekolah formal maupun

nonformal; (2) Organisasi-organisasi kepemudaan (seperti OSIS,

PMR, Kepramukaan, keprajuritan, kelompok-kelompok pemuda

sebaya, pertukaran remaja/pemuda, karang taruna/taruna karya,

ikatan remaja/pemuda mesjid, dan kader pemuda

penggerak/fasilitator pembangunan), dan lainnya yang sejenis)

dapat berkembang sampai ke tingkat pedesaan.

h. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Misi yang diemban ialah menumbuhkembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan dan perluasan

pendidikan kewanitaan dan kesetaraan jender; Tujuannya ialah

memperluas kesempatan bagi seluruh masyarakat golongan

perempuan untuk memperoleh pelayanan Pendidikan Kewanitaan

dan kesetaraan jender.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

kaum perembuan/wanita memiliki akses yang lebih mudah untuk

mengikuti pendidikan kewanitaan, sehingga memiliki tingkat

pendidikan yang setara dengan kaum laki-laki; (2) Jumlah dan jenis

layan program pendidikan kewanitaan (Kelompok-kelompok

pemberdayaan wanita, kelompok wanita usaha, kelompok wanita

kader pembangunan, dan pendidikan kewanitaan lain sejenis)

dapat berkembang dengan merata sampai ke tingkat pedesaan.

i. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Misinya ialah menumbuhkembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan dan perluasan

TBM dan Perpustakaan Masyarakat; Tujuannya ialah memperluas

kesempatan bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh sumber-

sumber informasi dan sumber belajar.

Target yang harus dicapai tahun 2025 ialah: (1) Masyarakat

memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memperoleh sumber-

sumber informasi dan sumber belajar melalui Taman Bacaan

Masyarakat (TBM) dan Perpustakaan Masyarakat; (2) Jumlah

Page 62: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 167

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan Perpustakaan Masyarakat

dapat berkembang sampai ke tingkat RW di pelosok pedesaan.

j. Pendidikan Keluarga

Misi yang diemban ialah membina keimanan, ketaqwaan

dan kemandirian masyarakat melalui pendidikan keluarga;

Tujuannya ialah memberikan fasilitasi kepada seluruh masyarakat

agar supaya memahami tentang eksistensi pendidikan informal.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah seluruh

masyarakat dapat mehamami tentang eksistensi Pendidikan

informal (homeschooling);

k. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Misi yang diemban ialah menumbuhkembangkan keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pengem-bangan seni-

budaya daerah dan nasional; Tujuannya ialah memperluas

kesempatan bagi masyarakat untuk mengembangkan wawasan

dan apresiasi tentang seni-budaya daerah dan nasional yang

perlu dilestarikan dan dikembangkan.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

masyarakat memiliki wawasan dan apresiasi terhadap seni-budaya

daerah dan nasional; (2) Kesenian dan kebudayaan daerah dapat

digali dilestarikan dan dikembangkan melalui padepokan seni

budaya, musium, taman-taman budaya daerah dan nasional; (3)

Jumlah dan jenis kelembagaan seni-budaya dapat berkembang

sampai ke pelosok pedesaan.

2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan

Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan

berkenaan dengan hasil-hasil pendidikan yang belum memberikan

makna yang berarti bagi kehidupan peserta didik/warga belajar,

baik dalam aspek kehidupan beragama, bekal dan kecakapan

hidup, dan hubungan kemasyarakatan. Namun demikian, dimensi-

dimensi mutu, relevansi dan daya saing pendidikan sangat

ditentukan oleh banyak faktor, seperti halnya muatan kurikulum,

ketersediaan sarana dan prasarana, kemampuan tenaga

pengelola dan pelaksana, ketersediaan dana yang memadai,

hubungan kemitraan dengan stakeholders pendidikan, dan

lingkungan hidup yang mendukung proses pendidikan.

Karena itu, misi dan tujuan serta sasaran yang harus dicapai

dalam jangka panjang ialah sebagai berikut:

Page 63: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 168

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Misi yang diemban ialah meningkatkan potensi dasar

kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas, dan

kemandirian masyarakat berdasarkan keimanan dan ketaqwaan

melalui peningkatan mutu, relvansi dan daya saing pendidikan

anak usia dini; Tujuannya ialah meningkatkan mutu, relevansi dan

daya saing seluruh penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) agar dapat menumbuh-kembangkan potensi seluruh anak

usia dini sehingga memiliki kesiapan untuk mengikuti pendidikan

dasar.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

program layanan pendidikan pada Tempat Penitipan Anak (TPA),

Taman Kanak-kanak (TK), Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA),

Roudhatul Athfal (RA), Kelompok Bermain (Kober), Pos PAUD, dapat

menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan, sehingga

anak usia dini memiliki kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar;

(2) Program layanan pada kelembagaan PAUD Terpadu berbasis

keunggulan memiliki kemampuan untuk bersaing pada tingkat

internasional.

b. Pendidikan Dasar

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas, keterampilan, produktivitas, dan kemandirian

masyarakat berdasarkan keimanan dan ketaqwaan melalui

peningkatan mutu, relvansi dan daya saing pendidikan dasar;

Tujuannya ialah meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing

seluruh penyelenggaraan Pendidikan Dasar, agar dapat

menanamkan dan menguatkan dasar-dasar pengetahuan, sikap

dan keterampilan, baik untuk bekal dalam melanjutkan pendidikan

ke jenjang pendidikan tingkat menengah, maupun sebagai bekal

hidup di masyarakat.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

program pada Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

Pertama (SMP), Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) dan

Madrasah Diniyah Wusto (MDW), Pendidikan Kesetaraan Paket A

(setara SD) dan Paket B (setara SMP); Sekolah Dasar Luar Biasa

(SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan

sekolah bagi anak korban narkoba dan anak berkebutuhan khusus,

sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat, sehingga

lulusannya memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan, baik

untuk bekal dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan

tingkat menengah, maupun sebagai bekal hidup di masyarakat; (2)

Page 64: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 169

Seluruh kelembagaan satuan pendidikan dasar berbasis

keunggulan memiliki kemampuan untuk dapat bersaing pada

tingkat internasional, sehingga lulusannya dapat melanjutkan

pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan bertaraf

internasional.

c. Pendidikan Menengah

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas, keterampilan, produktivitas, dan kemandirian

masyarakat berdasarkan keimanan dan ketaqwaan melalui

peningkatan mutu, relvansi dan daya saing pendidikan menengah;

Tujuannya ialah meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing

seluruh penyelenggaraan Pendidikan Menengah agar dapat

menumbuh-kembangkan dan menguatkan pengetahuan, sikap

dan keterampilan, baik untuk bekal dalam melanjutkan pendidikan

ke jenjang pendidikan tingkat tinggi, maupun sebagai bekal untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak di lingkungan masyarakat.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

program yang diselenggarakan Sekolah Menengah Atas (SMA)

dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA),

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan Madrasah Diniyah Ulya

(MDU), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan

Pendidikan kesetaraan Paket C sangat selevan dengan kebutuhan

masyarakat, sehingga lulusannya memiliki pengetahuan, sikap dan

keterampilan, baik untuk bekal dalam melanjutkan pendidikan ke

jenjang pendidikan tinggi, maupun untuk mendapatkan pekerjaan

yang layak di lingkungan masyarakat; (2) Seluruh kelembagaan

pendidikan menengah berbasis keunggulan memiliki kemampuan

untuk bersaing pada tingkat internasional, sehingga lulusannya

banyak melanjutkan ke pendidikan tinggi bertaraf internasional,

dan banyak bekerja pada lembaga-lembaga perusahaan bertaraf

internasional.

d. Pendidikan Tinggi

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas, keterampilan, produktivitas, dan kemandirian

masyarakat berdasarkan keimanan dan ketaqwaan melalui

peningkatan mutu, relvansi dan daya saing tingkat pendidikan

masyarakat; Tujuannya ialah meningkatkan mutu, relevansi dan

daya saing seluruh penyeleggaraan Pendidikan Tinggi yang

berdomisili di Kabupaten Bandung agar dapat memberikan

manfaat yang berarti dalam meningkatkan mutu tingkat

pendidikan tinggi masyarakat.

Page 65: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 170

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah

kelembagaan pendidikan tinggi yang ada di wilayah Kabupaten

Bandung memberikan sumbangan yang signifikan dalam

meningkatkan mutu tingkat pendidikan masyarakat.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas, keterampilan, produktivitas, dan kemandirian

masyarakat berdasarkan keimanan dan ketaqwaan melalui

peningkatan mutu, relvansi dan daya saing pendidikan

berkelanjutan; Tujuannya ialah meningkatkan mutu, relevansi dan

daya saing penyelenggaraan Pendidikan Berkelanjutan agar

dapat nguatkan sikap dan keterampilan sebagai bekal untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak di lingkungan masyarakat.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah: (1) Seluruh

program Pendidikan Berkelanjutan pada Kelompok Belajar Usaha

(Kejar Usaha/KBU), Magang, dan Kursus-kursus/pelatihan sangat

relevan dengan kebutuhan masyarakat, sehingga lulusannya

dapat bekerja baik pada sektor formal maupun informal; (2) Seluruh

program pendidikan berkelanjutan berbasis keunggulan memiliki

kemampuan untuk bersaing pada tingkat internasional, sehingga

lulusannya dapat bekerja pada perusahaan-perusahaan

multinasional.

f. Pendidikan Keaksaraan

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

keterampilan, kemandirian masyarakat berdasarkan keimanan dan

ketaqwaan melalui peningkatan mutu dan relvansi pendidikan

keaksaraan; Tujuannya ialah membebaskan seluruh masyarakat

dari buta huruf latin agar dapat membaca dan menulis, sehingga

mendapat kesempatan untuk mengikuti perkembangan iptek yang

fungsional bagi kehidupannya.

Target pada tahun 2025 ialah seluruh program pendidikan

keaksaraan fungsional bagi kelompok masyarakat usia dewasa

sangat relevan dengan kebutuhan, sehingga lulusannya memiliki

pengetahuan dan keterampilan fungsional dalam meningkatkan

penghasilan keluarganya (income generating).

g. Pendidikan Kepemudaan

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas, keterampilan, produktivitas, dan kemandirian

masyarakat berdasarkan keimanan dan ketaqwaan melalui

peningkatan mutu, relvansi dan daya saing pendidikan

kepemudaan; Tujuannya ialah meningkatkan mutu, relevansi dan

Page 66: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 171

daya saing seluruh penyelenggaraan Pendidikan Kepemudaan

agar seluruh masyarakat golongan pemuda dapat menumbuh-

kembangkan bakat dan minat sebagai bekal kehidupan sosial,

ekonomi dan politik di masyarakat.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah seluruh

program Pendidikan kepemudaan (OSIS, PMR, Kepramukaan,

keprajuritan, kelompok-kelompok pemuda sebaya, pertukaran

remaja/pemuda, karang taruna/taruna karya, ikatan

remaja/pemuda mesjid, dan kader pemuda penggerak/fasilitator

pembangunan), sangat relevan dengan kebutuhan, sehingga

lulusannya memiliki kemampuan untuk berkiprah dalam dunia

sosial, ekonomi dan politik lokal, regional, nasional maupun

internasional.

h. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas, keterampilan, produktivitas, dan kemandirian

masyarakat berdasarkan keimanan dan ketaqwaan melalui

peningkatan mutu, relvansi dan daya saing pendidikan kewanitaan

dan kesetaraan jender; Tujuannya ialah meningkatkan mutu,

relevansi dan daya saing penyelenggaraan seluruh Pendidikan

Kewanitaan agar dapat memberdayakan potensi, bakat dan

minat kaum wanita/perempuan memiliki kesetaraan dengan kaum

laki-laki dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik di masyarakat.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah seluruh

program Pendidikan kewanitaan dan kesetaraan jender

(kelompok-kelompok pemberdayaan wanita, kelompok wanita

usaha, kelompok wanita kader pembangunan, dan pendidikan

kewanitaan lainnya yang sejenis) sangat relevan dengan

kebutuhan, sehingga lulusannya memiliki kesetaraan dengan kaum

pria dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik lokal, regional,

nasional, maupun internasional.

i. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas, keterampilan, masyarakat berdasarkan keimanan dan

ketaqwaan melalui peningkatan mutu, relvansi dan daya saing TBM

dan Perpustakaan Masyarakat; Tujuannya ialah meningkatkan

mutu, relevansi dan daya saing penyelenggaraan seluruh Taman

Bacaan Masyarakat (TBM) dan Perpustakaan Masyarakat agar

dapat menumbuh-kembangkan kebiasan membaca dan

mengikuti perkembangan iptek dan informasi lainnya dalam

kehidupan.

Page 67: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 172

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah seluruh

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan Perpustakaan Masyarakat

sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat, sehingga

keberadaannya betul-betul dapat meningkatkan minat baca,

pengetahuan dan keterampilan masyarakat setempat.

j. Pendidikan Keluarga

Misi yang diemban ialah meningkatkan kecerdasan,

kreativitas dan kemandirian masyarakat melalui peningkatan

mutu, relvansi dan daya saing pendidikan keluarga; Tujuannya

ialah Meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan informal

agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan

yang sederajat dengan hasil persekolahan; Dan target pada tahun

2025 ialah seluruh masyarakat dapat memahami tentang eksistensi

pendidikan keluarga, sehingga keluarga-keluarga penyelenggara

homeschooling dapat menghasilkan lulusan yang setara dengan

pendidikan formal.

k. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas,

dan kemandirian masyarakat melalui pengem-bangan mutu seni-

budaya daerah dan nasional; Tujuannya ialah memperdalam

wawasan dan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai kesenian

dan kebudayaan daerah dan nasional, sehingga dapat

menumbuh-kembangkan rasa kebanggaan sebagai anggota

masyarakat dan bangsanya.

Target yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah seluruh

padepokan seni budaya, musium, taman-taman budaya daerah

dan nasional dapat berfungsi sebagai lembaga penggali, pelestari

dan pengembang kesenian dan kebudayaan, sehingga seluruh

nilai-nilai kebudayaan daera dapat diapresiasi dan dikembangkan

dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, dan diakui dunia

internasional sebagai kekayaan kesenian dan kebudayaan milik

masyarakat dan Bangsa Indonesia.

3. Meningkatkan Kualitas Tata Kelola, Akuntabilitas dan

Pencitraan Publik

Aspek ini berkenaan dengan efektivitas, efisiensi, dan

produktivitas administrasi dan manajemen pembangunan

pendidikan, yang didukung oleh perangkat sistem yang memadai.

Perangkat sistem administrasi dan manajemen tersebut berkenaan

dengan ketersediaan: (1) perundang-undangan sebagai

perangkat kendali organisasi dan penyelenggaraan pendidikan; (2)

Page 68: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 173

prosedur operasional standar (POS) sebagai perangkat operasional

penyelenggaraan pendidikan; (3) sumber-sumber material dan non

material sebagai perangkat pendukung penyelenggaraan

pendidikan.

Oleh karena itu, misi, tujuan dan target yang harus dicapai

pada tahun 2025 dalam upaya meningkatkan mutu tata-kelola,

akuntabilitas dan pencitraan publik pembangunan pendidikan dan

kebudayaan di Kabupaten Bandung ialah sebagai berikut:

a. Perencanaan dan Program

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

perencanaan pendidikan dan kebudayaan; Tujuannya ialah

meningkatkan mutu sistem perencanaan pendidikan agar

pelaksanaan pendidikan memiliki pedoman dan arah yang jelas,

baik bagi para pengelola dan pelaksana, maupun bagi

masyarakat pengguna pendidikan dan kebudayaan dalam

pencapaiannya.

Sasaran yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah bahwa

tata kelola perencanaan dan program-program pembangunan

pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung dapat

dilaksanakan dengan efektif berdasarkan prinsip, struktur, bidang

garapan, pendekatan dan metodologi, prosedur dan media

komunikasi dan sosialisasi perencanaan pembangunan pendidikan

dan kebudayaan, sehingga fungsi dan peran sistem perencanaan

pembangunan pendidikan dan kebudayaan dapat lebih aspiratif,

partisipatif, transparan dan akuntabel.

b. Kinerja Organisasi

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik kinerja

kelembagaan pendidikan dan kebudayaan; Tujuannya ialah

meningkatkan mutu kinerja seluruh lembaga satuan program

pendidikan dan kebudayaan agar dapat melaksanakan

pembangunan pendidikan sesuai dengan tugas pokok, fungsi,

wewenang, tanggungjawab, dan target-target pencapaian

hasilnya, baik secara individu maupun kelompok.

Target sasaran yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah

bahwa tatakelola organisasi pendidikan dan kebudayaan di

Kabupaten Bandung didasarkan pada standar dan spesifikasi

kinerja yang jelas dan kualifikasi tugas pokok dan fungsi setiap

Page 69: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 174

kelembagaan satuan organisasi dan program pendidikan dan

kebudayaan.

c. Sistem Pengawasan dan Pengendalian

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

pengawasan pendidikan dan kebudayaan; Tujuannya ialah

meningkatkan mutu sistem pengawasan pendidikan agar seluruh

pelaksanaan pembangunan pendidikan dan kebudayaan tidak

terdapat penyimpangan dan penyalahgunaan, sehingga

mendapat kepercayaan dan citra yang baik di hadapan

masyarakat.

Target sasaran pada tahun 2025 ialah bahwa tatakelola

pengawasan pembangunan pendidikan dan kebudayaan di

Kabupaten Bandung didasarkan pada norma, instrumen, dan

prosedur pengawasan administratif dan pengawasan fungsional,

pengawasan internal dan pengawasan eksternal, sehingga peran

para pengawas, supervisor dan auditor dapat lebih produktif dan

bermutu, transparan dan akuntabel.

d. Sistem Penilaian

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

penilaian pendidikan dan kebudayaan; Tujuannya ialah

meningkatkan mutu sistem penilaian pendidikan agar seluruh

tujuan dan sasaran pembangunan pendidikan dan kebudayaan

dapat dicapai dengan efektif, efisien dan lebih produktif.

Target sasaran yang harus dicapai pada tahun 2025 ialah

bahwa tatakelola evaluasi pembangunan pendidikan di

Kabupaten Bandung didasarkan pada evaluasi input, proses,

produk dan dampak program pendidikan dan kebudayaan

secara menyeluruh, sehingga peran dan fungsi para penilai dan

asesor pendidikan dan kebudayaan yang lebih efektif transparan

dan akuntabel;

e. Sistem Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

pelaporan dan pertanggung-jawaban pendidikan dan

kebudayaan; Tujuannya ialah meningkatkan mutu laporan dan

pertanggung-jawaban, agar setiap penyelenggaraan program

Page 70: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 175

pembangunan pendidikan dan kebudayaan dapat diketahui dan

dipercaya sesuai dengan fakta sebenarnya, sehingga mendapat

kepercayaan dan citra yang baik di masyarakat.

Target sasaran pada tahun 2025 ialah bahwa tatakelola

pelaporan dan pertanggungjawaban pendidikan dan

kebudayaan di Kabupaten Bandung didasarkan pada norma,

instrumen, prosedur, media pelaporan dan pertanggungjawaban

setiap aktivitas penyelenggaraan program pendidikan dan

kebudayaan pada setiap jenjang kelembagaan satuan organisasi

dan program pendidikan dan kebudayaan, sehingga setiap sistem

pelaporan dan pertanggung-jawaban pelaksanaan program

pendidikan dan kebudayaan senantiasa dapat diterima tanpa

syarat.

f. Sistem Penganggaran Biaya

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

penganggaran pendidikan dan kebudayaan; Tujuannya ialah

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembiayaan

penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan, agar sesuai

dengan tingkat kebutuhan dan karakteristik satuan program dan

peruntukkannya.

Target sasaran pada tahun 2025 ialah bahwa tatakelola

penganggaran pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten

Bandung didasarkan pada standar komponen dan aktivitas biaya

modal dan biaya operasional administrasi dan manajemen pada

setiap jenis, jalur dan jenjang kelembagaan satuan organisasi dan

program pendidikan dan kebudayaan, sehingga pembiayaan

program-program pendidikan dan kebudayaan dapat lebih efektif

dan efisien.

g. Kerjasama Kemitraan dengan Masyarakat

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

kerjasama dengan masyarakat pendidikan dan kebudayaan;

Tujuannya ialah meningkatkan peranserta masyarakat, dunia

perusahaan, dan stakeholders pendidikan lainnya sehingga seluruh

masyarakat memiliki rasa kebersamaan dalam memikul

tanggungjawab sebagai bagian dari subjek pembangunan

pendidikan dan kebudayaan.

Page 71: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 176

Target sasaran pada tahun 2025 ialah bahwa tatakelola

kerjasama kemitraan dengan masyarakat dalam pembangunan

pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung didasarkan

pada norma, instrumen dan prosedur operasional proses kerjasama

kelembagaan antar satuan pendidikan dan kebudayaan,

kerjasama kelembagaan satuan pendidikan dan kebudayaan

dengan dunia usaha, kerjasama kelembagaan satuan pendidikan

dan kebudayaan dengan perguruan tinggi, kerjasama

kelembagaan satuan pendidikan dan kebudayaan dengan

masyarakat lainnya, sehingga terjalin sistem kerjasama

kelembagaan pendidikan dan kebudayaan dengan stakeholder

yang lebih erat dan harmonis.

h. Sistem Informasi Manajemen

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

informasi manajemen pendidikan dan kebudayaan; Tujuannya

ialah meningkatkan fungsi dan peran TIK dalam penyediaan dan

pemrosesan data yang cepat, akurat sehingga setiap perumusan

keputusan, kebijakan dan program pendidikan dan kebudayaan

lebih fektif, efisien dan produktif.

Target sasaran pada tahun 2025 ialah bahwa tatakelola

infromasi pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung

didasarkan pada norma, instrumen dan prosedur operasional

proses pengelolaan data dan informasi dari seluruh bidang

garapan pembangunan pendidikan dan kebudayaan secara

komprehensif dan integratif, sehingga fungsi dan peran sistem

informasi manajemen (SIM) pendidikan dan kebudayaan dapat

lebih cepat, akurat dalam mendukung keputusan-keputusan

strategis.

i. Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

manajemen SDM pendidikan dan kebudayaan; Tujuannya ialah

meningkatkan mutu tata-kelola SDM kependidikan dan

kebudayaan serta kepegawaian daerah agar memiliki pedoman

yang terarah, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan

aman dan nyaman.

Page 72: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 177

Target sasaran tahun 2025 ialah bahwa tatakelola

ketenagaan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung

didasarkan pada norma, instrumen dan prosedur operasional

proses pengelolaan seluruh bidang garapan kepegawaian

pendidikan dan kebudayaan, baik dalam jabatan struktural

maupun jabatan fungsional, sehingga fungsi dan peran sistem

manajemen pengembangan sumber daya manusia (PSDM)

pendidikan dan kebudayaan dapat lebih efektif, transparan,

akuntabel dan berkeadilan.

j. Sistem Administrasi Sarana Perlengkapan

Misi yang diemban ialah meningkatkan mutu keimanan,

ketaqwaan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, masyarakat

melalui tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik sistem

pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan;

Tujuannya ialah meningkatkan mutu tata-kelola sarana, prasarana,

perlengkapan, barang, dan aset-aset pendidikan milik

negara/daerah agar dapat digali, digunakan dan dimanfaatkan

lebih efektif dan efisien untuk kepentingan pembangunan

pendidikan dan kebudayaan di daerah.

Target sasaran pada tahun 2025 ialah bahwa tatakelola

sarana perlengkapan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten

Bandung didasarkan pada norma, instrumen dan prosedur

operasional proses pengelolaan seluruh sarana perlengkapan dan

barang-barang milik negara/daerah dalam pembangunan

pendidikan dan kebudayaan, sehingga fungsi dan peran sistem

manajemen sarana prasarana administrasi dan manajemen

pendidikan dan kebudayaan milik negara dan daerah dapat lebih

efektif dan efisien.

B. Kebijakan dan Program Tahun 2008-2010

Strategi program pembangunan pendidikan tahun 2010

pada tingkat nasional ialah peningkatan kapasitas dan

modernisasi. Namun demikian, di Kabupaten Bandung masih

dihadapkan kepada prioritas penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun.

Oleh karena itu, mulai Tahun 2008 sampai Tahun 2010,

pembangunan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten

Bandung, di samping harus menuntaskan target pencapaian Wajar

Dikdas, juga harus pula memprioritaskan pada peningkatan

kapasitas dan modernisasi pendidikan dan kebudayaan, terutama:

(1) Peningkatan kapasitas, daya tampung dan modernisasi

lembaga-lembaga satuan program pendidikan dan kebudayaan;

(2) Peningkatan kapasitas dan modernisasi kurikulum, ketenagaan,

Page 73: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 178

sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan serta sarana

penunjang lainnya, pada setiap satuan program pendidikan dan

kebudayaan; (3) Peningkatan kapasitas dan modernisasi proses-

proses administrasi dan manajemen pembanguan pendidikan dan

kebudayaan, baik pada tingkatan SKPD pengelola pembangunan

pendidikan, maupun pada tingkatan satuan program pendidikan

dan kebudayaan.

1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

Pada aspek pemerataan, harus diprioritaskan pada

peningkatan dan perluasan kapasitas daya tampung bagi anak

usia dini, penuntasan wajar dikdas 9 tahun, dan pendidikan

menengah pada setiap jenis kelembagaan satuan program

pendidikan dan kebudayaan, yang dapat diakses oleh seluruh

lapisan masyarakat sampai ke tiap pelosok daerah.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dalam pendidikan prasekolah/PAUD, diprioritaskan

pada peningkatan kapasitas dan daya tampung

kelembagaan PAUD sampai ke tingkat RW di seluruh pedesaan,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Perluasan daya tampung kelembagaan PAUD nonformal

dan berbasis keagamaan (TKA , RA, Kober, dan Pos PAUD);

2) Peningkatan jumlah gedung/ kelas, dan sarana

perlengkapan bermain pada TK/ TKA/RA, dan PKBM, SKB,

dan Pesantren penyelenggara TPA/Kober/Pos PAUD;

3) Peningkatan jumlah alat peraga edukatif (APE) proses

pembelajaran PAUD;

4) Peningkatan jumah guru/pengasuh/pembimbing pada

kelembagaan PAUD;

5) Penyediaan fasilitas beasiswa bagi anak tidak mampu untuk

medapatkan PAUD;

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas dan daya tampung dalam rangka

percepatan penuntasan wajar dikdas 9 tahun, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan jumlah dan daya tampung SD/MI, SMP/MTs,

SDLB/SMPLB, SLB Autis, SD-SMP satu atap, SDLB-SMPLB satu

atap, pusat pendidikan anak korban narkoba, atau MI-MTs

satu atap dan SMP-MTs Terbuka sampai ke tingkat

pedesaan;

Page 74: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 179

2) Perluasan program pendidikan MDA/MDW, Paket A/B, bagi

anak putus sekolah, pekerja anak dan anak jalanan usia

wajib belajar;

3) Peningkatan jumlah UGB/RKB dan sarana perlengkapan

pada sekolah-sekolah, PKBM/SKB dan Pesantren

penyelenggara satuan pendidikan dasar;

4) Peningkatan jumlah peralatan laboratorium, workshop,

perpustakaan dan sumber belajar/berlatih, serta sarana

peribadatan yang mendukung proses pembelajaran

pendidikan dasar;

5) Peningkatan jumlah guru/pelatih/ustadz/tutor/pamong

belajar, laboran, pustakawan dan tenaga administrasi

kantor pada satuan program pendidikan dasar;

6) Penyediaan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa dan kecamatan yang

berprestasi dalam penuntasan wajar dasar;

7) Penyediaan beasiswa bagi anak tidak mampu untuk

medapatkan pendidikan dasar dan anak berprestasi untuk

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

c. Pendidikan Menengah

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas dan daya tampung kelembagaan

satuan pendidikan menengah dalam melayani pendidikan

bagi anak usia 16-18 tahun, melalui pengembangan program

yang berkenaan dengan:

1) Perintisan dan mengembangkan jumlah sekolah-sekolah

menengah kejuruan (SMK/MAK) modern, atau satuan

program pendidikan menengah terpadu berbasis

keunggulan;

2) Pembangunan UGB/RKB dan sarana perlengkapan

pendidikan menengah formal (sekolah-sekolah), maupun

pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan Pesantren

penyelenggara pendidikan menengah);

3) Peningkatan jumlah peralatan laboratorium, workshop,

perbustakaan dan sumber belajar/berlatih serta sarana

peribadatan yang mendukung pembelajaran pendidikan

menengah;

4) Peningkatan jumlah guru/pelatih/ustadz/tutor/pamong

belajar, laboran, pustakawan dan tenaga administrasi

kantor pada satuan pendidikan menengah;

Page 75: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 180

5) Pemerataan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa dan kecamatan berprestasi

dalam perintisan wajar pendidikan menengah;

6) Penyediaan fasilitas beasiswa bagi anak berprestasi dan

anak tidak mampu untuk medapatkan layanan pendidikan

menengah.

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, diprioritaskan pada

pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan tinggi bagi

masyarakat Kabupaten Bandung, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Memfasilitasi aspirasi masyarakat untuk memiliki perguruan

tinggi berbasis keunggulan dalam seni-udaya,

keolahragaan, kecakapan hidup dan entreupreneur;

2) Penyediaan fasilitas beasiswa bagi anak lulusan pendidikan

menengah yang berprestasi untuk medapatkan layanan

pendidikan tinggi.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Kebijakan dalam program pendidikan berkelanjutan,

diprioritaskan pada peningkatan kapasitas dan daya tampung

program pendidikan berkelanjutan yang relevan dengan

kebutuhan ketenagakerjaan, melalui pengembangan program

yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan jumlah kelompok-kelompok sasaran program

Kejar Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus yang relevan

dengan kebutuhan ketenagakerjaan;

2) Peningkatan jumlah peralatan workshop, dan sumber

belajar/berlatih pada satuan program pendidikan

berkelanjutan;

3) Peningkatan jumlah tutor/pelatih/fasilitator dan TLD pada

satuan program pendidikan menengah.

f. Pendidikan Keaksaraan

Kebijakan dalam pendidikan keaksaraan, diprioritaskan pada

percepatan penuntasan program keaksaraan bagi kelompok

masyarakat golongan dewasa, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan jumlah kelompok-kelompok sasaran program

keaksaraan fungsional sampai ke pelosok pedesaan;

2) Peningkatan jumlah sarana peralatan dan sumber

belajar/berlatih serta sarana peribadatan pada satuan

program pendidikan keaksaraan fungsional;

Page 76: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 181

3) Peningkatan jumlah tutor/pelatih/fasilitator dan TLD pada

program keaksaraan fungsional.

g. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan pada pendidikan kepemudaan, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas dan perluasan program pendidikan

kepemudaan sampai ke tingkat RW pada setiap pedesaan,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan jumlah kelompok-kelompok kepemudaan

sampai ke tingkat pedesaan;

2) Peningkatan jumlah sarana peralatan dan sumber

belajar/berlatih, media dan saluran komunikasi dialogis

antar generasi pada satuan program kepemudaan;

3) Peningkatan jumlah pembina/pelatih/fasilitator pada

program kepemudaan.

h. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan pada pendidikan kewanitaan, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas dan modernisasi program pendidikan

kewanitaan dan kesetaraan jender sampai ke tingkat RW pada

setiap pedesaan, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Peningkatan jumlah kelompok-kelompok pemberdayaan

wanita dan kesetaraan jender sampai ke tingkat pedesaan;

2) Peningkatan jumlah sarana peralatan, sumber belajar/

berlatih, media dan saluran komunikasi antar kelompok

kewanitaan;

3) Peningkatan jumlah pembina/fasilitator dan TLD pada

satuan program kewanitaan.

i. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Kebijakan pada Taman bacaan dan Perpustakaan Masyarakat,

diprioritaskan pada peningkatan kapasitas dan perluasan TBM

dan Perpustakaan Masyarakat sampai ke tingkat pedesaan,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan jumlah TBM dan perpustakaan masyarakat

sampai ke tingkat pedesaan;

2) Peningkatan jumlah buku-buku bacaan, sarana dan fasilitas

TBM dan Perpustakaan masyarakat;

3) Peningkatan jumlah pustakawan bagi TBM dan

Perpustakaan Masyarakat;

j. Pendidikan Informal

Page 77: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 182

Kebijakan pada pendidikan informal, diprioritaskan pada

penataan sistem dan prosedur operasional penyelenggaraan

pendidikan informal.

k. Kesenian dan Kebudayaan

Kebijakan dalam bidang kesenian dan kebudayaan,

diprioritaskan pada peningkatan kapasitas dan modernisasi

program pengembangan seni budaya sampai ke tingkat

pedesaan, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Peningkatan jumlah lembaga pelestasi, pemelihara dan

pengembang seni budaya daerah sampai ke tingkat

kecamatan dan pedesaan;

2) Peningkatan jumlah gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih dan media pentas seni-budaya daerah

dan nasional;

3) Peningkatan jumlah pembina/pelatih/fasilitator dan

pengembang kesenian dan kebudayaan.

2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan

Pada aspek peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

harus diprioritaskan pada penguatan pendalaman, perluasan dan

pengembangan seluruh komponen dan bidang garapan

kelembagaan satuan program pendidikan, sehingga memiliki

keunggulan komparatif dan kompetitif serta memiliki relevansi

dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dala PAUD, diprioritaskan pada modernisasi

penerapan kurikulum pada setiap satuan program PAUD,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan kedalaman muatan kurikulum PAUD berbasis

iman dan taqwa, budi-pekerti, lingkungan hidup, dan

kebangsaan;

2) Modernisasi mutu alat peraga edukatif (APE) dan sarana

proses belajar/ bermain PAUD;

3) Fasilitasi dan bimbingan teknis pemeliharaan sarana

prasarana dan perlengkapan PAUD;

4) Meningkatkan kualifikasi, kompetensi dan kapasitas

kemampuan ketenagaan PAUD yang sesuai dengan

tuntutan kurikulum;

5) Penerapan TIK dalam proses pembelajaran PAUD;

Page 78: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 183

6) Peningkatan kreativitas dan inovasi anak dan

guru/pembimbing pada satuan program PAUD;

7) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan PAUD;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan PAUD.

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

modernisasi penerapan kurikulum pada setiap satuan program

pendidikan dasar, melalui program-program yang berkenaan

dengan:

1) Pendalaman muatan kurikulum pendidikan dasar berbasis

religius, budi-pekerti, kecakapan hidup dan kewirausahaan,

seni-budaya dan keolahragaan, teknologi dasar,

lingkungan hidup, dan kebangsaan;

2) Modernisasi mutu sarana pelaksanaan kurkulum pendidikan

dasar;

3) Fasilitasi dan bimbingan teknis pemeliharaan sarana

perlengkapan pendidikan dasar;

4) Peningkatan kualifikasi, kompetensi

guru/ustadz/tutor/pamong belajar, laboran, pustakawan

dan tenaga administrasi pada satuan program pendidikan

dasar;

5) Penerapan TIK dalam proses pembelajaran pendidikan

dasar;

6) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta didik

dan guru/ustadz/tutor/TLD/pustakawan/laboran pada

satuan program pendidikan dasar;

7) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan dasar;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan dasar.

c. Pendidikan Menengah

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas dan relevansi muatan kurikulum satuan

pendidikan menengah, melalui pengembangan program-

program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan kapasitas dan relevansi muatan kurikulum

sekolah-sekolah menengah kejuruan (SMK/MAK) modern,

atau satuan program pendidikan menengah terpadu;

Page 79: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 184

2) Modernisasi sarana perlengkapan pendidikan menengah

formal (sekolah-sekolah), maupun pendidikan nonformal

(PKBM, SKB dan Pesantren penyelenggara pendidikan

menengah);

3) Moderniasi peralatan laboratorium, workshop, perbustakaan

dan sumber belajar/berlatih serta sarana peribadatan yang

mendukung pembelajaran pendidikan menengah;

4) Fasilitasi dan bimbingan teknis pemeliharaan sarana

prasarana dan perlengkapan pendidikan menengah;

5) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

guru/pelatih/ ustadz/tutor/pamong belajar, laboran,

pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada satuan

program pendidikan menengah;

6) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta

didik dan tenaga kependidikan pada satuan program

pendidikan menengah;

7) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan menengah;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan menengah;

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, diprioritaskan pada fasilitasi

terhadap kelembagaan pendidikan yang ada di Kabupaten

Bandung untuk melakukan kolaborasi dengan beberapa

perguruan tinggi standar nasional maupun bertaraf

internasional, melalui pengembangan program school-sisters,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Fasilitasi dalam memberikan payung hukum dalam

mengembangkan pola school-sisters dengan perguruan

tinggi sejenis;

2) Bantuan operasional manajemen peningkatan mutu SDM;

e. Pendidikan Berkelanjutan

Kebijakan dalam pendidikan berkelanjutan, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas muatan kurikulum program pendidikan

berkelanjutan yang relevan dengan kebutuhan

ketenagakerjaan, melalui pengembangan program-program

yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan relevasi muatan kurikulum program Kejar

Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus yang relevan dengan

kebutuhan ketenagakerjaan;

Page 80: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 185

2) Moderniasi peralatan laboratorium, workshop, perbustakaan

dan sumber belajar/berlatih yang mendukung

pembelajaran pendidikan berkelanjutan;

3) Fasilitasi dan bimbingan teknis pemeliharaan sarana

prasarana dan perlengkapan pendidikan berkelanjutan;

4) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

pelatih/tutor/ pamong belajar, TLD, tenaga administrasi

pada satuan program pendidikan berkelanjutan;

5) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar warga

belajar dan pelatih/tutor/TLD pada satuan program

pendidikan berkelanjutan;

6) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan berkelanjutan;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan berkelanjutan.

f. Pendidikan Keaksaraan

Kebijakan dalam pendidikan keaksaraan, diprioritaskan pada

peningkatan efektivitas dan relevansi program keaksaraan

fungsional dengan aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat,

melalui pengembangan program-program yang berkaitan

dengan:

1) Peningkatan relevansi muatan kurikulum keaksaraan

fungsional;

2) Peningkatan mutu sarana sarana peralatan dan sumber

belajar/berlatih pada satuan program pendidikan

keaksaraan fungsional;

3) Fasilitasi dan pendampingan penerapan keterampilan

fungsional;

4) Penyediaan biaya operasional mutu penuntasan

pendidikan keaksaraan;

5) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan keaksaraan.

g. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan dalam pendidikan kepemudaan, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas muatan kurikulum program pendidikan

kepemudaan yang relevan dengan kebutuhan pembangunan

masyarakat, melalui:

1) Peningkatan relevasi muatan kurikulum program

kepemudaan yang relevan dengan kebutuhan

pembangunan masyarakat;

2) Moderniasi peralatan dan sumber belajar/berlatih yang

mendukung pembelajaran pendidikan kepemudaan;

Page 81: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 186

3) Fasilitasi dan bimbingan teknis pemeliharaan sarana

prasarana dan perlengkapan pendidikan kepemudaan;

4) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

fasilitator pada satuan program pendidikan kepemudaan;

5) Peningkatan kreativitas/inovasi pemuda dan fasilitator

pada satuan program pendidikan kepemudaan;

6) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan kepemudaan;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kepemudaan.

h. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan dalam pendidikan kewanitaan, diprioritaskan pada

peningkatan evektivitas dan relevansi program pendidikan

kewanitaan dan kesetaraan jender, melalui pengembangan

program-program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan relevasi muatan kurikulum program pendidikan

kewanitaan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat;

2) Moderniasi peralatan dan sumber belajar/berlatih

pendidikan kewanitaan;

3) Fasilitasi dan bimbingan teknis pemeliharaan sarana

perlengkapan pendidikan kewanitaan;

4) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

fasilitator pada satuan program pendidikan kewanitaan;

5) Peningkatan kreativitas/inovasi wanita dan fasilitator pada

satuan program pendidikan kewanitaan;

6) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan kewanitaan;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kewanitaan.

i. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Kebijakan dalam Taman Bacaan dan Perpustakaan

Masyarakat, diprioritaskan pada peningkatan eksistensi dan

relevansi TBM dan Perpustakaan Masyarakat dalam kehidupan

masyarakat, melalui pengembangan program-proram yang

berkenaan dengan:

1) Peningkatan mutu layanan TBM dan perpustakaan

masyarakat bagi masyarakat pedesaan;

2) Modernisasi buku-buku bacaan, sarana dan fasilitas TBM

dan Perpustakaan masyarakat;

3) Peningkatan kualifikasi dan kompetensi pustakawan TBM

dan Perpustakaan Masyarakat;

Page 82: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 187

4) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar

pustakawan TBM dan perpustakaan masyarakat;

5) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan TBM dan Perpustakaan

Masyarakat;

6) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

TBM dan Perpustakaan Masyarakat.

j. Pendidikan Informal

Kebijakan dalam pendidikan informal, diprioritaskan pada

intensitas monitoring penyelenggaraan pendidikan informal.

k. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Kebijakan dalam kesenian dan kebudayaan, diprioritaskan

pada peningkatan wawasan dan apresiasi tentang nilai-nilai

seni budaya daerah di lingkungan daerah setempat, melalui

pengembangan program-program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan mutu gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih serta media pentas seni-budaya daerah;

2) Peningkatan regulasi media pentas dan pameran seni-

budaya daerah;

3) Peningkatan kualifikasi dan kompetensi

pembina/pelatih/fasilitator dan pengembang kesenian dan

kebudayaan;

4) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pengembang seni-budaya

daerah;

5) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada

kelembagaan penggali, pemelihara dan pelestari, serta

pengembang seni-budaya daerah.

3. Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik Aspek tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik pada

dasarnya berkenaan dengan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas

administrasi dan manajemen pembangunan pendidikan, yang

didukung oleh perangkat sistem yang memadai. Dalam periode

tahun 2008-2010, harus diprioritaskan pada program-program yang

bersifat fundamental, yaitu ketersediaanya perangkat sistem yang

dijadikan pedoman untuk meningkatkan mutu tatakelola,

akuntabilitas dan pencitraan publik penyelenggaraan

pembangunan pendidikan.

a. Perencanaan dan Program

Page 83: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 188

Kebijakan dalam perencanaan dan penyusunan program

pendidikan dan kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan

kapasitas dan modernisasi sistem perencanaan pembangunan

pendidikan dan kebudayaan, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang

Rencana Induk (Master Plan) Pendidikan dan kebudayaan;

2) Pengembangan Master Plan Pendidikan ke sejumlah

rencana-rencana strategis pada setiap bidang garapan

pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

perencana program pendidikan dan kebudayaan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit program perencana program pendidikan dan

kebudayaan.

b. Organisasi Pelaksanaan

Kebijakan dalam organisasi pelaksanaan pendidikan dan

kebudayaan, diarahkan pada peningkatan kapasitas kinerja

dan produktivitas organisasi pendidikan dan kebudayaan,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penyusunan Standar Kinerja pelayanan publik kelembagaan

setiap jenis satuan dan program pendidikan dan

kebudayaan;

2) Penyusunan Standar Kinerja individu setiap jenis tenaga

kependidikan dan kebudayaan;

3) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang

Standar Kinerja Individu dan Kelembagaan satuan

pendidikan dan kebudayaan;

4) Peningkatan kualifikasi dan kompetensi dan aparatur

pelaksana program pendidikan dan kebudayaan;

5) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pelaksana program pendidikan pendidikan dan

kebudayaan.

c. Pengawasan dan Pengendalian Program

Kebijakan dalam pengawasan dan pengendalian program

pendidikan dan kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan

kapasitas dan modersinasi sistem pengawasan dan

pengendalian pembangunan pendidikan dan kebudayaan,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penyusunan Prosedur Operasional Standar (POS)

pengawasan dan pengendalian program-program

pendidikan dan kebudayaan;

Page 84: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 189

2) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang

Prosedur Operasional Standar (POS) pengawasan dan

pengendalian program-program pendidikan dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

pengawas program pendidikan dan kebudayaan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pengawasan program pendidikan dan kebudayaan.

d. Evaluasi Program

Kebijakan dalam evaluasi program pendidikan dan

kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan kapasitas dan

modersinasi sistem penilaian pembangunan pendidikan dan

kebudayaan, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Penyusunan Prosedur Operasional Standar (POS) penilaian

program-program pendidikan dan kebudayaan;

2) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang

Prosedur Operasional Standar (POS) penilaian pendidikan

dan kebudayaan;

3) Peningkatan kualifikasi dan kemampuan aparatur penilaian

program-program pendidikan dan kebudayaan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penilaian program pendidikan dan kebudayaan.

e. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Program

Kebijakan dalam pelaporan dan pertanggungjawaban

program pendidikan dan kebudayaan, diprioritaskan pada

peningkatan kapasitas dan modersinasi sistem pelaporan dan

pertanggungjawaban, melalui:

1) Penyusunan Prosedur Operasional Standar (POS) pelaporan

dan pertanggung-jawaban program-program

pembangunan pendidikan dan kebudayaan;

2) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang POS

pelaporan dan pertanggungjawaban program pendidikan

dan kebudayaan;

3) Peningkatan kualifikasi, kompetensi tenaga penyusun

laporan pertanggungjawaban program pendidikan dan

kebudayaan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

pelaporan dan pertanggung-jawaban.

f. Anggaran Biaya Program

Page 85: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 190

Kebijakan dalam penganggaran biaya program pendidikan

dan kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan kapasitas

pendayagunaan anggaran biaya pendidikan dan

kebudayaan, melalui pengembangan program:

1) Penyusunan Pemetaan Alokasi Anggaran Biaya Pendidikan

(Budget Mapping Allocation) pembangunan pendidikan

dan kebudayaan;

2) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang

Standar Anggaran Biaya pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kualifikasi, kompetensi tenaga kependidikan

dalam menyusun anggaran dan kebudayaan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penganggaran program pendidikan dan kebudayaan.

g. Peranserta Masyarakat

Kebijakan dalam peran serta masyarakat dalam pembangunan

pendidikan dan kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan

kapasitas peranserta masyarakat, dunia perusahaan, dan

stakeholders pendidikan pembangunan pendidikan, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penyusunan Pedoman Operasional Standar (POS)

kerjasama kelembagaan dengan stakeholders pendidikan

dan kebudayaan;

2) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati POS

kerjasama kelembagaan dengan stakeholders;

3) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

tenaga hubungan masyarakat;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

hubungan dengan masyarakat.

h. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan dan Kebudayaan

Kebijakan dalam sistem informasi manajemen pendidikan dan

kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan kapasitas dan

modernisasi Sistem Informasi Manajemen Pendidikan dan

Kebudayaan (SIMPK) yang terintegrasi, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Penyusunan Pedoman Operasional Standar (POS) tentang

Disain SIM Pendidikan dan kebudayaan berbasisk TIK;

2) Modernisasi sarana prasarana perlengkapan TIK Pendidikan

dan kebudayaan;

3) Peningkatan kualifikasi, kompetensi tenaga bidang SIM dan

TIK;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

pemrosesan data.

Page 86: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 191

i. Manajemen Ketenagaan Pendidikan dan Kebudayaan

Kebijakan dalam manajemen ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan kapasitas dan

modernisasi Manajemen SDM pendidikan dan kebudayaan,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penyusunan Pedoman Operasional Standar (POS)

Rekrutmen Tenaga Kependidikan dan kebudayaan;

2) Penyusunan Pedoman POS Pendayagunaan, Promosi dan

Pola Karier Tenaga Pendidikan dan kebudayaan;

3) Penyusunan POS Kesejahteraan (penggajian, remunerasi,

advokasi dan penghargaan) Tenaga Pendidikan dan

kebudayaan;

4) Penyusunan POS Pemberhentian dan Pemensiunan Tenaga

Kependidikan dan kebudayaan.;

5) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang

Grand Design Manajemen SDM kependidikan dan

kebudayaan;

6) Peningkatan kualifikasi, kompetensi tenaga Manajemen

SDM kependidikan dan kebudayaan;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola kepegawaian.

j. Administrasi Sarana Perlengkapan Pendidikan dan Kebudayaan

Kebijakan dalam administrasi sarana perlengkapan pendidikan

dan kebudayaan, diprioritaskan pada peningkatan kapasitas

dan modernisasi sarana prasarana pendukung operasional

administrasi dan manajemen pembangunan pendidikan dan

kebudayaan, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Penyusunan POS pengadaan sarana prasarana administrasi

dan manajemen pendidikan dan kebudayaan milik negara

dan daerah;

2) Penyusunan POS pendayagunaan dan pemeliharaan

sarana prasarana pendidikan dan kebudayaan milik negara

dan daerah;

3) Penyusunan POS penghapusan sarana prasarana

pendidikan dan kebudayaan milik negara dan daerah;

4) Perumusan dan penetapan Peraturan Bupati tentang POS

tentang manajemen sarana prasarana milik negara dan

daerah;

5) Peningkatan kualifikasi, kompetensi tenaga administrasi dan

manajemen sarana prasarana pendidikan dan

kebudayaan;

Page 87: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 192

6) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola sarana, prasarana dan

barang milik negara/daerah.

C. Kebijakan dan Program Tahun 2011-2015

Strategi program pembangunan pendidikan tahun 2011-2015

pada tingkat nasional ialah penguatan pelayanan kelembagaan.

Oleh karena itu, mulai Tahun 2011 sampai Tahun 2015,

pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung, diarahkan

pada penguatan kelembagaan pendidikan dalam memberikan

pelayanan pendidikan, di samping harus sudah berani merintis

wajib belajar pendidikan menengah (Wajar Dikmen 12 tahun).

Penguatan kelembagaan pendidikan dalam memberikan

pelayanan, diharapkan akan menjadi modal dalam menyiapkan

pendidikan yang bermakna bagi masyarakat, sehingga memiliki

keunggulan kompetitif pada tingkat lokal dan regional, terutama

dalam: (1) Penguatan pelayanan lembaga-lembaga satuan

program pendidikan dan kebudayaan; (2) Penguatan pelayanan

kurikulum, ketenagaan, sarana dan prasarana pendidikan serta

sarana penunjang lainnya, pada setiap satuan program

pendidikan dan kebudayaan; (3) Penguatan pelayanan

administrasi dan manajemen pembanguan pendidikan, baik pada

tingkatan SKPD pengelola pembangunan pendidikan, maupun

pada tingkatan satuan program pendidikan dan kebudayaan.

1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

Pada aspek pemerataan, harus diprioritaskan pada

penguatan pelayanan bagi anak usia dini, perintisan wajar dikmen

12 tahun, dan pendidikan menengah pada setiap jenis

kelembagaan satuan program pendidikan, yang dapat diakses

oleh seluruh lapisan masyarakat sampai ke tiap pelosok daerah.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dalam PAUD, diprioritaskan pada pemerataan

pelayanan kelembagaan PAUD pada tingkat RW, melalui

program:

1) Pemerataan pelayanan kelembagaan PAUD nonformal

dan berbasis keagamaan (TKA , RA, Kober, dan Pos PAUD)

berbasis keunggulan dalam budi-pekerti, lingkungan hidup,

dan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan;

2) Pemerataan gedung/kelas dan meubeler TK/ TKA/RA, dan

PKBM, SKB, Pesantren penyelenggara TPA/Kober/ Pos PAUD

berbasis keunggulan;

Page 88: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 193

3) Pemenerataan peralatan edukatif (APE) proses

pembelajaran PAUD berbasis keunggulan;

4) Pemerataan guru/pengasuh /pembimbing pada

kelembagaan PAUD berbasis keunggulan;

5) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak tidak mampu

untuk medapatkan PAUD.

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

pemerataan pelayanan kelembagaan pendidikan dasar

dalam rangka merintis wajib belajar 12 tahun, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan pelayanan SD/MI, SMP/MTs, SDLB/SMPLB, SLB

Autis, SD-SMP satu atap, SDLB-SMPLB satu atap, pusat

pendidikan anak korban narkoba, MI-MTs satu atap dan

SMP-MTs Terbuka menjadi lembaga pendidikan dasar

terpadu berbasis keunggulan dalam seni-udaya,

keolahragaan, kecakapan hidup dan entreupreneur, serta

penerapan teknologi dasar;

2) Pemerataan pelayanan pendidikan MDA/MDW, Paket A/B,

bagi anak putus sekolah, pekerja anak dan anak jalanan

usia wajib belajar secara terpadu;

3) Pemerataan UGB/RKB dan sarana perlengkapan pada

sekolah, PKBM/SKB dan Pesantren penyelenggara satuan

pendidikan dasar berbasis keunggulan;

4) Pemerataan peralatan laboratorium, workshop,

perpustakaan dan sumber belajar/berlatih serta sarana

peribadatan yang mendukung proses pembelajaran

pendidikan dasar berbasis keunggulan;

5) Pemerataan guru/pelatih/ustadz/tutor/pamong belajar,

laboran, pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada

satuan program pendidikan dasar berbasis keunggulan;

6) Penyediaan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa dan kecamatan yang

berprestasi dalam perintisan wajar dikmen;

7) Penyediaan beasiswa bagi anak tidak mampu untuk

medapatkan pendidikan dasar dan anak berprestasi untuk

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

c. Pendidikan Menengah

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

pemerataan pelayanan kelembagaan satuan pendidikan

menengah dalam rangka rintisan wajib belajar 12 tahun,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

Page 89: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 194

1) Pemerataan pelayanan SMK/MAK, dan atau satuan

SMA/MA, SMALB, Paket C, MDU, satuan program pendidikan

menengah terpadu yang berbasis keunggulan;

2) Pemerataan UGB/RKB dan sarana perlengkapan

pendidikan menengah formal (sekolah-sekolah), maupun

pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan Pesantren

penyelenggara pendidikan menengah) berbasis

keunggulan dalam seni-budaya, keolahragaan,

kecakapan hidup dan entreupreneur, serta penerapan

teknologi menengah;

3) Pemerataan peralatan laboratorium, workshop,

perbustakaan dan sumber belajar/berlatih serta sarana

peribadatan yang mendukung pembelajaran pendidikan

menengah berbasis keunggulan;

4) Pemerataan guru/pelatih/ustadz/tutor/pamong belajar,

laboran, pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada

satuan pendidikan menengah berbasis keunggulan;

5) Pemerataan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa/kecamatan berprestasi

dalam perintisan wajar dikmen;

6) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak berprestasi dan

anak tidak mampu untuk medapatkan pendidikan

menengah berbasis keunggulan.

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan pelayanan kelembagaan

pendidikan tinggi yang ada di wilayah Kabupaten Bandung,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Memfasilitasi masyarakat dalam pendirian kelembagaan

satuan pendidikan tinggi ke arah pengembangan

pendidikan berbasis keunggulan dalam seni-udaya,

keolahragaan, kecakapan hidup dan entreupreneur;

2) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak lulusan pendidikan

menengah yang berprestasi untuk medapatkan layanan

pendidikan tinggi.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Kebijakan dalam pendidikan berkelanjutan, diprioritaskan pada

pemerataan pelayanan program pendidikan berkelanjutan,

bagi masyarakat, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan kelompok-kelompok sasaran program Kejar

Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus berbasis keunggulan

Page 90: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 195

dalam seni-udaya, keolahragaan, kecakapan hidup dan

entreupreneur, penerapan teknologi dasar/menengah;

2) Pemerataan peralatan workshop, dan sumber

belajar/berlatih pada satuan program pendidikan

berkelanjutan berbasis keunggulan;

3) Pemerataan tutor/pelatih/fasilitator dan TLD pada satuan

program pendidikan menengah berbasis keunggulan.

f. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan dalam pendidikan kepemudaan, diprioritaskan pada

pemerataan pelayanan program pendidikan kepemudaan

yang komprehensif, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan aktivitas kelompok-kelompok kepemudaan

berbasis keunggulan dalam seni-udaya, keolahragaan,

kecakapan hidup dan entreupreneur, penerapan teknologi

dasar, serta nilai-nilai kebangsaan;

2) Pemerataan sarana peralatan dan sumber belajar/berlatih,

media dan saluran komunikasi dialogis antar generasi pada

satuan program kepemudaan berbasis keunggulan;

3) Pemerataan pembina/pelatih/fasilitator pada program

kepemudaanl berbasis keunggulan.

g. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan dalam pendidikan kewanitaan, diprioritaskan pada

pemerataan pelayanan program pendidikan kewanitaan dan

kesetaraan jender sampai ke tingkat RW pada setiap

pedesaan, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Pemerataan aktivitas kelompok-kelompok pemberdayaan

wanita dan kesetaraan jender secara terpadu pada satuan

pendidikan formal maupun nonformal berbasis keunggulan

dalam seni-udaya, keolahragaan, kecakapan hidup dan

entreupreneur, serta nilai-nilai kebangsaan;

2) Pemerataan sarana peralatan, sumber belajar/berlatih,

media dan saluran komunikasi antar kelompok kewanitaan

berbasis keunggulan;

3) Pemerataan pembina/fasilitator dan TLD pada satuan

program kewanitaan berbasis keunggulan.

h. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

1) Kebijakan dalam Taman Bacaan dan Perpustakaan

Masyarakat, diprioritaskan pada pemerataan pelayanan

TBM dan Perpustakaan Masyarakat pada tingkat

Page 91: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 196

pedesaan, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

2) Pemerataan pelayanan TBM dan perpustakaan masyarakat

berbasis keunggulan;

3) Pemerataan buku-buku bacaan, sarana dan fasilitas TBM

dan Perpustakaan masyarakat berbasis keunggulan;

4) Pemerataan pustakawan bagi TBM dan Perpustakaan

Masyarakat berbasis keunggulan.

i. Pendidikan Informal

Kebijakan dalam pendidikan informal diprioritaskan pada

fasilitasi dan pendampingan penyelenggaraan pendidikan

informal.

j. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Kebijakan dalam kesenian dan kebudayaan daerah,

diprioritaskan pada pemerataan pelayanan program

pengembangan kesenian dan kebudayaan sampai ke tingkat

pedesaan, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Pemerataan aktivitas kelompok-kelompok pemberdayaan

kesenian dan kebudayaan daerah berbasis keunggulan;

2) Peningkatan jumlah gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih dan media pentas seni-budaya daerah

berbasis keunggulan;

3) Peningkatan jumlah pembina/pelatih/fasilitator dan

pengembang seni-budaya dan kebudayaan berbasis

keunggulan.

2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan

Pada aspek peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

harus diprioritaskan pada penguatan pelayanan dalam proses

pembelajaran dan pelatihan pada setiap kelembagaan satuan

program pendidikan dan kebudayaan, sehingga memiliki lebih

banyak keunggulan kompetitif serta memiliki relevansi yang tinggi

dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dalam PAUD, diprioritaskan pada penguatan

relevansi kurikulum pada setiap satuan program PAUD, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan relevansi kurikulum PAUD berbasis iman dan

taqwa, budi-pekerti, lingkungan hidup, dan nilai-nilai

kebangsaan;

Page 92: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 197

2) Penguatan intensitas pendayagunaan alat peraga edukatif

(APE) dan sarana proses belajar/bermain PAUD berbasis

keunggulan;

3) Peningkatan intensitas pemeliharaan sarana prasarana dan

perlengkapan PAUD;

4) Penguatan kompetensi ketenagaan PAUD berbasis

keunggulan;

5) Penguatan mutu proses pembelajaran PAUD berbasis TIK;

6) Penguatan kreativitas dan inovasi peserta didik dan

guru/pembimbing pada satuan PAUD berbasis keunggulan;

7) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan PAUD berbasis keunggulan;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan PAUD.

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

penguatan relevansi kurikulum pada setiap satuan program

pendidikan dasar, melalui program:

1) Penguatan relevansi muatan kurikulum pendidikan dasar

berbasis religius, budi-pekerti, kecakapan hidup dan

kewirausahaan, seni-budaya dan keolahragaan, teknologi

dasar, lingkungan hidup, dan kebangsaan;

2) Penguatan intensitas pendayagunaan sarana pendidikan

dasar berbasis keunggulan;

3) Peningkatan kemampuan dan intensitas pemeliharaan

sarana perlengkapan pendidikan dasar;

4) Penguatan kualifikasi, kompetensi

guru/ustadz/tutor/pamong belajar, laboran, pustakawan

dan tenaga administrasi pada satuan program pendidikan

dasar berbasis keunggulan;

5) Penguatan penerapan TIK dalam proses pembelajaran

pendidikan dasar berbasis keunggulan;

6) Penguatan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta didik

dan guru/ustadz/tuto/TLD/laboran/pustakawan pada

satuan program pendidikan dasar berbasis keunggulan;

7) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan dasar berbasis

keunggulan;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan dasar.

c. Pendidikan Menengah

Page 93: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 198

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

penguatan dan pendalaman relevansi muatan kurikulum

satuan pendidikan menengah, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan dan pendalaman muatan kurikulum SMK/MAK,

dan atau satuan SMA/MA, SMALB, Paket C, MDU, satuan

program pendidikan menengah terpadu unggulan;

2) Penguatan intensitas pendayagunaan sarana

perlengkapan pendidikan menengah formal (sekolah-

sekolah), maupun pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan

Pesantren penyelenggara pendidikan menengah) berbasis

keunggulan;

3) Penguatan intensitas pendayagunaan peralatan

laboratorium, workshop, perbustakaan dan sumber

belajar/berlatih serta sarana peribadatan yang mendukung

pembelajaran berbasis keunggulan;

4) Peningkatan kemampuan dan intensitas pemeliharaan

sarana prasarana dan perlengkapan pendidikan

menengah;

5) Penguatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

guru/pelatih/ ustadz/tutor/pamong belajar, laboran,

pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada

pendidikan menengah berbasis keunggulan;

6) Penguatan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta didik

dan tenaga kependidikan pada satuan program

pendidikan menengah berbasis keunggulan;

7) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan menengah berbasis

keunggulan;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan menengah.

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, masih diprioritaskan pada

fasilitasi untuk meningkatkan program school-sisters dengan

beberapa perguruan tinggi standar nasional maupun bertaraf

internasional, melalui:

1) Bantuan operasional manajemen pengembangan

pendidikan;

2) Penyediaan beasiswa peningkatan mutu SDM.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Kebijakan dalam pendidikan berkelanjutan, diprioritaskan pada

penguatan relevansi muatan kurikulum program pendidikan

Page 94: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 199

berkelanjutan berbasis keunggulan, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan relevansi muatan kurikulum program Kejar

Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus berbasis keunggulan;

2) Penguatan intensitas pendayagunaan peralatan

laboratorium, workshop, perbustakaan dan sumber

belajar/berlatih yang mendukung pembelajaran

pendidikan berkelanjutan berbasis keunggulan;

3) Peningkatan kemampuan dan intensitas pemeliharaan

sarana prasarana dan perlengkapan pendidikan

berkenajutan;

4) Penguatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

pelatih/tutor/ pamong belajar, TLD, dan tenaga administrasi

pada satuan program pendidikan berkelanjutan berbasis

keunggulan;

5) Penguatan kreativitas, inovasi dan daya nalar warga

belajar dan tuto/pelatih/TLD pada satuan program

pendidikan berkelanjutan;

6) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan berkenaljutan

berbasis keunggulan;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan berkelanjutan.

f. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan dalam pendidikan dan kepemudaan, diprioritaskan

pada penguatan relevansi muatan kurikulum program

pendidikan kepemudaan, melalui pengembangan program

yang berkenaan dengan:

1) Penguatan relevansi muatan kurikulum program

kepemudaan berbasis keunggulan;

2) Penguatan intensitas pendayagunaan peralatan dan

sumber belajar/berlatih pendidikan kepemudaan berbasis

keunggulan;

3) Peningkatan kemampuan dan intensitas pemeliharaan

sarana perlengkapan pendidikan kepemudaan unggulan;

4) Penguatan kemampuan fasilitator pada satuan program

pendidikan kepemudaan berbasis keunggulan;

5) Penguatan kreativitas/inovasi pemuda dan fasilitator pada

satuan program pendidikan kepemudaan;

6) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan kepemudaan

berbasis keunggulan;

Page 95: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 200

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kepemudaan.

g. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan dalam pendidikan kewanitaan, diprioritaskan pada

penguatan relevansi muatan kurikulum program pendidikan

kewanitaan dan kesetaraan jender, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan relevansi muatan kurikulum program kewanitaan

dan kesetaraan jender berbasis keunggulan;

2) Penguatan intensitas pendayagunaan peralatan dan

sumber belajar/berlatih pendidikan kewanitaan berbasis

keunggulan;

3) Peningkatan kemampuan dan intensitas pemelihara-an

sarana perlengkapan pendidikan kewanitaan;

4) Penguatan kompetensi fasilitator pada satuan program

pendidikan kewanitaan berbasis keunggulan;

5) Penguatan kreativitas/inovasi wanita dan fasilitator pada

satuan program pendidikan kewanitaan;

6) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen pendidikan kewanitaan berbasis keunggulan;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kewanitaan.

h. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Kebijakan dalam aspek ini, diprioritaskan pada penguatan

pelayanan TBM dan Perpustakaan Masyarakat bagi aktivitas

kehidupan masyarakat pedesaan, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan intensitas pemeliharaan buku-buku bacaan,

sarana dan fasilitas TBM dan Perpustakaan masyarakat

berbasis keunggulan;

2) Peningkatan kualifikasi dan kompetensi pustakawan TBM

dan Perpustakaan Masyarakat berbasis keunggulan;

3) Penguatan kreativitas, inovasi dan daya nalar pustakawan

TBM dan perpustakaan masyarakat berbasis keunggulan;

4) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan TBM dan Perpustakaan

Masyarakat berbasis keunggulan;

5) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

TBM dan Perpustakaan Masyarakat.

i. Pendidikan Informal

Page 96: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 201

Kebijakan dalam pendidikan informal, diprioritaskan pada

pengembangan sistem evaluasi efektivitas penyelenggaraan

pendidikan informal.

j. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Kebijakan dalam kesenian dan kebudayaan daerah,

diprioritaskan pada penguatan wawasan dan apresiasi

tentang nilai-nilai seni budaya unggulan daerahnya, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan aktivitas pemberdayaan kesenian dan

kebudayaan daerah berbasis keunggulan;

2) Penguatan mutu gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih serta media pentas seni-budaya daerah

berbasis keunggulan;

3) Penguatan regulasi media pentas seni-budaya unggulan

daerah;

4) Penguatan kompetensi dan kemampuan

pembina/pelatih/fasilitator dan pengembang kesenian dan

kebudayaan berbasis keunggulan;

5) Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pengembang seni-budaya

daerah berbasis keunggulan;

6) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada

kelembagaan penggali, pemelihara dan pelestari, serta

pengembang seni-budaya daerah.

3. Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik Aspek ini masih berkenaan dengan efektivitas, efisiensi, dan

produktivitas administrasi dan manajemen pembangunan

pendidikan, yang diharapkan telah memiliki perangkat sistem yang

memadai. Dalam periode tahun 2011-2015, harus sudah

diprioritaskan pada program-program yang bersifat

pengembangan dan peningkatan mutu tata-kelola, akuntabilitas

dan pencitraan publik penyelenggaraan pembangunan

pendidikan dan kebudayaan.

a. Perencanaan dan Program

Kebijakan dalam perencanaan dan program, diprioritaskan

pada penguatan pelayanan sistem perencanaan

pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang lebih

aspiratif dan partisipatif, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

Page 97: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 202

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang Rencana Induk (Master Plan) Pendidikan dan

kebudayaan;

2) Penguatan rencana-rencana strategis pada setiap bidang

garapan pendidikan pada setiap satuan pendidikan dan

kebudayaan;

3) Penguatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

perencana pendidikan dan kebudayaan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit perencana program pendidikan dan kebudayaan.

b. Organisasi Pelaksanaan Program

Kebijakan dalam organisasi pelaksanaan program,

diprioritaskan pada peningkatan kinerja dan produktivitas

pelayanan organisasi pendidikan dan kebudayaan, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang Standar Kinerja Individu dan Kelembagaan satuan

program pendidikan dan kebudayaan;

2) Penguatan kompetensi dan kemampuan aparatur

pelaksana program pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pelaksana program pendidikan pendidikan dan

kebudayaan.

c. Pengawasan dan Pengendalian Program

Kebijakan dalam pengawasan dan pengendalian program,

diprioritaskan pada peningkatan efektivitas dan produktivitas

sistem pengawasan dan pengendalian pendidikan dan

kebudayaan, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang Prosedur Operasional Standar (POS) pengawasan

dan pengendalian program pendidikan dan kebudayaan;

2) Penguatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

pengawas program pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pengawasan program pendidikan dan kebudayaan.

d. Evaluasi Program

Kebijakan dalam evaluasi program, diprioritaskan pada

peningkatan efektivitas dan produktivitas sistem penilaian

pembangunan pendidikan dan kebudayaan, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

Page 98: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 203

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang Prosedur Operasional Standar (POS) penilaian

program-program pembangunan pendidikan dan

kebudayaan;

2) Penguatan kompetensi dan kemampuan aparatur penilaian

program-program pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penilaian program pendidikan dan kebudayaan.

e. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Program

Kebijakan dalam pelaporan dan pertanggungjawaban

program, diprioritaskan pada peningkatan pelayanan sistem

pelaporan dan pertanggung-jawaban pembangunan

pendidikan dan kebudayaan, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang POS pelaporan dan pertanggungjawaban program

pendidikan dan kebudayaan;

2) Penguatan kualifikasi, kompetensi tenaga penyusun laporan

pertanggungjawaban program pendidikan dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

pelaporan dan pertanggung-jawaban.

f. Penganggaran Biaya Program

Kebijakan dalam penganggaran biaya program, diprioritaskan

pada peningkatan efektivitas dan efisiensi pendayaguna-an

anggaran biaya pendidikan dan kebudayaan, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang Standar Anggaran Biaya pendidikan dan

kebudayaan;

2) Penguatan kompetensi dan kemampuan tenaga

kependidikan dalam menyusun anggaran dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penganggaran program pendidikan dan

kebudayaan.

g. Partisipasi Masyarakat

Kebijakan dalam partisipasi masyarakat dalam pendidikan,

diprioritaskan pada peningkatan peranserta masyarakat, dunia

usaha, dan stakeholders pendidikan pembangunan pendidikan

Page 99: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 204

dan kebudayaan, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang POS kerjasama kelembagaan dengan stakeholders;

2) Penguatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan tenaga

hubungan masyarakat;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

hubungan dengan masyarakat.

h. Sistem Informasi Manajemen

Kebijakan dalam pengembangan sistem informasi manajemen,

diprioritaskan pada peningkatan efektivitas dan produktivitas

Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (SIMP) pendidikan dan

kebudayaan, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Penguatan fungsi dan peran Sistem Informasi Manajemen

(SIM) Pendidikan berbasisk TIK;

2) Penguatan intensitas pemeliharaan sarana TIK Pendidikan

dan kebudayaan;

3) Penguatan kompetensi dan kemampuan tenaga bidang

SIM dan TIK;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit SIM dan

pemrosesan data.

i. Manajemen Sumber Daya Manusia

Kebijakan dalam manajemen SDM, diprioritaskan pada

peningkatan efektivitas dan produktivitas manajemen SDM

kependidikan dan kebudayaan, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang Grand Design Manajemen SDM pendidikan dan

kebudayaan;

2) Penguatan kompetensi dan kemampuan tenaga bidang

Manajemen SDM kependidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola kepegawaian.

j. Administrasi Sarana Perlengkapan

Kebijakan dalam administrasi sarana perlengkapan,

diprioritaskan pada peningkatan efektivitas dan efisiensi

pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana

pendukung operasional administrasi dan manajemen

pembangunan pendidikan dan kebudayaan, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

Page 100: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 205

1) Penguatan Peraturan Bupati menjadi Peraturan Daerah

tentang POS manajemen sarana prasarana milik negara

dan daerah;

2) Penguatan kompetensi dan kemampuan tenaga

administrasi dan manajemen sarana pendidikan dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola sarana, prasarana dan

barang milik negara/daerah.

D. Kebijakan dan Program Tahun 2016-2020

Strategi program pembangunan pendidikan tahun 2016-2020

pada tingkat nasional ialah pencapaian hasil-hasil pendidikan yang

mampu bersaing pada tingkat regional. Oleh karena itu, mulai

Tahun 2016 sampai Tahun 2020, pembangunan pendidikan dan

kebudayaan di Kabupaten Bandung, harus diarahkan pada

keunggulan-keunggulan kompetitif pada tingkat regional, di

samping harus konsisten dalam meningkatkan pelayanan dalam

pelaksanaan wajib belajar pendidikan menengah (Wajar Dikmen).

Pencapaian target pendidikan dan kebudayaan yang memiliki

daya saing regional ini diharapkan akan menjadi modal dalam

menyiapkan pendidikan dan kebudayaan yang bermakna bagi

masyarakat, sehingga memiliki keunggulan kompetitif, baik secara

regional maupun internasional, terutama dalam: (1) Daya saing

lembaga-lembaga satuan program pendidikan pada setiap satuan

program pendidikan dan kebudayaan; (2) Daya saing pelayanan

kurikulum, ketenagaan, sarana dan prasarana pendidikan serta

sarana penunjang lainnya, pada setiap satuan program

pendidikan dan kebudayaan; (3) Daya saing pelayanan

administrasi dan manajemen pembanguan pendidikan, baik pada

tingkatan SKPD pengelola pembangunan pendidikan, maupun

pada tingkatan satuan program pendidikan pada setiap satuan

program pendidikan dan kebudayaan.

1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

Pada aspek pemerataan, harus tetap diprioritaskan pada

peningkatan pelayanan bagi anak usia dini, percepatan wajar

dikmen 12 tahun, dan pendidikan menengah yang dapat diakses

oleh seluruh lapisan masyarakat sampai ke tiap pelosok daerah.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dalam PAUD, diprioritaskan pada pemeratan dan

perluasan kelembagaan PAUD di tingkat RW yang mampu

Page 101: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 206

bersaing pada tingkat regional, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan pelayanan TK/TKA, TPA, RA,

Kober dan Pos PAUD berbasis keunggulan dalam budi-

pekerti, lingkungan hidup, dan nilai-nilai keagamaan dan

kebangsaan standar nasional;

2) Pemerataan dan perluasan gedung/kelas dan meubeler TK/

TKA/RA, dan PKBM, SKB, Pesantren penyeleng-gara

TPA/Kober/Pos PAUD berbasis keunggulan standar nasional;

3) Pemerataan dan perluasan peralatan edukatif (APE) proses

pembelajaran PAUD standar nasional;

4) Pemerataan guru/pengasuh /pembimbing pada

kelembagaan PAUD standar nasional;

5) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak tidak mampu

untuk medapatkan PAUD unggul standar nasional.

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan kelembagaan pendidikan dasar

yang mampu bersaing ke tingkat regional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan pelayanan SD/MI, SMP/MTs,

SDLB/SMPLB, SLB Autis, SD-SMP satu atap, SDLB-SMPLB satu

atap, pusat pendidikan dan rehabilitasi anak korban

narkoba, atau MI-MTs satu atap dan SMP-MTs Terbuka serta

lembaga pendidikan dasar terpadu dalam seni-udaya,

keolahragaan, kecakapan hidup dan entreupreneur, serta

penerapan teknologi dasar standar nasional;

2) Pemerataan dan perluasan pelayanan MDA/MDW, Paket

A/B, bagi anak putus sekolah, pekerja anak dan anak

jalanan usia wajib belajar secara terpadu standar nasional;

3) Perluasan UGB/RKB dan perlengkapan pada sekolah,

PKBM/SKB dan Pesantren penyelenggara pendidikan dasar

berbasis keunggulan standar nasional;

4) Perluasan peralatan laboratorium, workshop, perpustakaan

dan sumber belajar/berlatih serta sarana peribadatan yang

mendukung proses pembelajaran pendidikan dasar berbasis

keunggulan standar nasional;

5) Pemerataan guru/pelatih/ ustadz/tutor/ pamong belajar,

laboran, pustakawan, dan tenaga administrasi kantor pada

satuan program pendidikan dasar berbasis keunggulan

standar nasional;

Page 102: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 207

6) Penyediaan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa dan kecamatan yang

berprestasi dalam pelaksanaan wajar dikmen;

7) Pemerataan fasilitas dan beasiswa bagi anak berprestasi

dan anak tidak mampu untuk medapatkan pendidikan

dasar berbasis keunggulan standar nasional;

c. Pendidikan Menengah

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan kelembagaan satuan pendidikan

menengah yang mampu bersaing ke tingkat regional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan SMK/MAK, dan atau SMA/MA,

SMALB, Paket C, MDU, satuan program pendidikan

menengah terpadu yang berbasis keunggulan standar

nasional;

2) Pemerataan dan perluasan UGB/RKB dan sarana

perlengkapan pendidikan menengah formal (sekolah-

sekolah), maupun pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan

Pesantren penyelenggara pendidikan menengah) berbasis

keunggulan dalam seni-budaya, keolahragaan,

kecakapan hidup dan entreupreneur, serta penerapan

teknologi menengah standar nasional;

3) Perluasan peralatan laboratorium, workshop, perbustakaan

dan sumber belajar/berlatih serta sarana peribadatan yang

mendukung pembelajaran pendidikan menengah berbasis

keunggulan;

4) Pemerataan guru/pelatih/ ustadz/tutor/ pamong belajar,

laboran, pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada

satuan pendidikan menengah berbasis keunggulan standar

nasional;

5) Peningkatan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa dan kecamatan berprestasi

dalam pelaksanaan wajar dikmen;

6) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak berprestasi dan

anak tidak mampu untuk medapatkan pendidikan

menengah berbasis keunggulan standar nasional.

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, masih diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan tinggi yang

mampu bersaing bersaing ke tingkat regional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

Page 103: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 208

1) Memfasilitasi kelembagaan satuan pendidikan tinggi ke

arah pengembangan pendidikan berbasis keunggulan

dalam seni-udaya, keolahragaan, kecakapan hidup dan

entreupreneur standar nasional;

2) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak lulusan pendidikan

menengah yang berprestasi untuk medapatkan pendidikan

tinggi standar nasional.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Kebijakan dalam pendidikan berkelanjutan, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan daya saing satuan program

pendidikan berkelanjutan yang mampu bersaing ke tingkat

regional, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Pemerataan dan perluasan kelompok-kelompok sasaran

program Kejar Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus

berbasis keunggulan dalam seni-udaya, keolahragaan,

kecakapan hidup dan entreupreneur, penerapan teknologi

dasar/menengah standar nasional;

2) Perluasan peralatan workshop, dan sumber belajar/berlatih

pada satuan program pendidikan berkelanjutan berbasis

keunggulan standar nasional;

3) Pemerataan tutor/pelatih/fasilitator dan TLD pada satuan

program pendidikan menengah berbasis keunggulan

standar nasional.

f. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan dalam pendidikan kepemudaan, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan daya saing satuan program

pendidikan kepemudaan yang mampu bersaing ke tingkat

regional, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Pemerataan dan perluasan aktivitas kelompok-kelompok

kepemudaan berbasis keunggulan dalam seni-udaya,

keolahragaan, kecakapan hidup dan entreupreneur,

penerapan teknologi dasar, serta nilai-nilai kebangsaan

standar nasional;

2) Pemerataan dan perluasan sarana peralatan dan sumber

belajar/berlatih, media dan saluran komunikasi dialogis

antar generasi pada program kepemudaan berbasis

keunggulan standar nasional;

3) Pemerataan pembina/pelatih/fasilitator pada program

kepemudaan berbasis keunggulan standar nasional.

Page 104: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 209

g. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan dalam pendidikan kewanitaan, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan daya saing program pendidikan

kewanitaan dan kesetaraan jender yang mampu bersaing ke

tingkat regional, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan aktivitas kelompok-kelompok

pemberdayaan wanita dan kesetaraan jender secara

terpadu pada satuan pendidikan formal maupun nonformal

berbasis keunggulan dalam seni-udaya, keolahragaan,

kecakapan hidup dan entreupreneur, serta nilai-nilai

kebangsaan standar nasional;

2) Pemerataan sarana peralatan, sumber belajar/berlatih,

media dan saluran komunikasi antar kelompok kewanitaan

berbasis keunggulan standar nasional;

3) Pemerataan pembina/fasilitator dan TLD pada satuan

program kewanitaan berbasis keunggulan standar nasional.

h. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Kebijakan dalam pengembangan Taman Bacaan dan

Perpustakaan Masyarakat, diprioritaskan pada pemerataan

dan perluasan daya saing TBM dan Perpustakaan Masyarakat

yang mampu bersaing pada tingkat regional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan pelayanan TBM dan

perpustakaan masyarakat berbasis keunggulan standar

nasional;

2) Pemerataan dan perluasan buku-buku bacaan, sarana

dan fasilitas TBM dan Perpustakaan masyarakat berbasis

keunggulan standar nasional;

3) Pemerataan pustakawan bagi TBM dan Perpustakaan

Masyarakat unggul standar nasional.

i. Pendidikan Informal

Kebijakan dalam pendidikan informal, masih diprioritaskan

pada fasilitasi dan pendampingan penyelenggaraan

pendidikan informal, agar memiliki kesetaraan dengan

pendidikan formal.

j. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Kebijakan dalam pengembangan kesenian dan kebudayaan

daerah, diprioritaskan pada pemerataan dan perluasan daya

saing kesenian dan kebudayaan yang mampu bersaing ke

Page 105: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 210

tingkat regional, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan aktivitas kelompok-kelompok

pemberdayaan kesenian dan kebudayaan berbasis

keunggulan standar nasional;

2) Pemerataan jumlah gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih dan media pentas seni-budaya daerah

unggulan standar nasional;

3) Pemerataan pembina/pelatih/fasilitator dan pengembang

kesenian dan kebudayaan unggulan standar nasional.

2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan

Pada aspek peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

masih tetap diprioritaskan pada penguatan dan peningkatan

pelayanan dalam proses pembelajaran pada setiap kelembagaan

satuan program pendidikan dan kebudayaan, sehingga memiliki

lebih banyak keunggulan kompetitif serta memiliki relevansi yang

tinggi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat pada tingkat

regional.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dalam PAUD, diprioritaskan pada pengembangan

daya saing regional kurikulum pada setiap satuan program

PAUD, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Pengembangan relevansi kurikulum PAUD berbasis iman

dan taqwa, budi-pekerti, lingkungan hidup, dan nilai-nilai

kebangsaan;

2) Pengembangan mutu alat peraga edukatif (APE) dan

sarana proses belajar/ bermain PAUD unggul standar

nasional;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana prasarana

dan perlengkapan PAUD standar nasional;

4) Pengembangan kualifikasi, kompetensi dan kapasitas

kemampuan ketenagaan PAUD berbasis keunggulan

standar nasional;

5) Pengembangan mutu proses pembelajaran PAUD berbasis

TIK standar nasional;

6) Pengembangan kreativitas dan inovasi anak dan

guru/pembimbing pada satuan PAUD berbasis keunggulan

standar nasional;

7) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan PAUD berbasis keunggulan

standar nasional;

Page 106: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 211

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

PAUD.

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

pengembangan daya saing regional kurikulum pada setiap

satuan program pendidikan dasar, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Pengembangan relevansi kurikulum pendidikan dasar

berbasis religius, budi-pekerti, kecakapan hidup dan

kewirausahaan, seni-budaya dan keolahragaan, teknologi

dasar, lingkungan hidup, dan kebangsaan standar nasional;

2) Pengembangan mutu sarana pendidikan dasar berbasis

keunggulan standar nasional;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana

perlengkapan pendidikan dasar standar nasional;

4) Pengembangan kualifikasi, kompetensi

guru/ustadz/tutor/pamong belajar, laboran, pustakawan

dan tenaga administrasi pada satuan program pendidikan

dasar berbasis keunggulan standar nasional;

5) Pengembangan penerapan TIK dalam proses pembelajaran

pendidikan dasar berbasis keunggulan standar nasional;

6) Pengembangan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta

didik dan guru/tutor/ustadz/TLD/laboran/pustakawan pada

satuan program pendidikan dasar berbasis keunggulan

standar nasional;

7) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan dasar berbasis

keunggulan standar nasional;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan dasar.

c. Pendidikan Menengah

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

pengembangan daya saing relevansi muatan kurikulum satuan

pendidikan menengah ke tingkat regional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pengembangan dan perluasan muatan kurikulum SMK/MAK,

dan atau SMA/MA, SMALB, Paket C, MDU, satuan program

pendidikan menengah terpadu unggulan standar nasional;

2) Pengembangan dan perluasan pendayagunaan sarana

perlengkapan pendidikan menengah formal (sekolah-

sekolah), maupun pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan

Page 107: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 212

Pesantren penyelenggara pendidikan menengah) unggulan

standar nasional;

3) Pengembangan dan perluasan pendayagunaan peralatan

laboratorium, workshop, perbustakaan dan sumber

belajar/berlatih serta sarana peribadatan yang mendukung

pembelajaran pendidikan menengah berbasis keunggulan;

4) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana prasarana

dan perlengkapan pendidikan menengah standar nasional;

5) Pengembangan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

guru/pelatih/ ustadz/tutor/pamong belajar, laboran,

pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada satuan

program pendidikan menengah berbasis keunggulan

standar nasional;

6) Pengembangan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta

didik dan tenaga kependidikan pada satuan program

pendidikan menengah berbasis keunggulan standar

nasional;

7) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan menengah berbasis

keunggulan standar nasional;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan menengah.

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, masih diprioritaskan pada

peningkatan intensitas fasilitasi dan pendampingan terhadap

kelembagaan pendidikan yang ada di Kabupaten Bandung

untuk meningkatkan program school-sisters dengan beberapa

perguruan tinggi standar nasional maupun bertaraf

internasional, sehingga memiliki kemandirian manajemen

dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan, melalui:

1) Pengembangan program studi yang relevan dengan

kebutuhan ketenagakerjaan berdaya saing regional;

2) Bantuan operasional peningkatan mutu SDM.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Kebijakan dalam program pendidikan berkelanjutan,

diprioritaskan pada pengembangan dan perluasan daya saing

relevansi muatan kurikulum satuan program pendidikan

berkelanjutan yang mampu bersaing ke tingkat regional,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pengembangan dan perluasan relevansi muatan kurikulum

program Kejar Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus

berbasis keunggulan standar nasional;

Page 108: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 213

2) Pengembangan dan perluasan pendayagunaan peralatan

laboratorium, workshop, perbustakaan dan sumber

belajar/berlatih yang mendukung pembelajaran pendidikan

berkelanjutan berbasis keunggulan;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana prasarana

dan perlengkapan pendidikan berkelanjutan standar

nasional;

4) Pengembangan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

pelatih/tutor/pamong belajar, TLD dan tenaga administrasi

pada satuan program pendidikan berkelanjutan unggulan

standar nasional;

5) Pengembangan kreativitas, inovasi dan daya nalar warga

belajar tutor/pelatih/TLD pada satuan program pendidikan

berkelanjutan standar nasional;

6) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan berkelanjutan

unggulan standar nasional;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan berkelanjutan.

f. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan dalam pendidikan dan kepemudaan, diprioritaskan

pada pengembangan dan perluasan daya saing relevansi

muatan kurikulum satuan program pendidikan kepemudaan

yang mampu bersaing ke tingkat regional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pengembangan dan perluasan relevansi muatan kurikulum

program pendidikan kepemudaan nggulan standar

nasional;

2) Pengembangan dan perluasan pendayagunaan peralatan

dan sumber belajar/berlatih pendidikan kepemudaan

unggulan standar nasional;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana

perlengkapan pendidikan kepemudaan unggulan standar

nasional;

4) Pengembangan kualifikasi dan kompetensi fasilitator pada

satuan program pendidikan kepemudaan unggulan

standar nasional;

5) Pengembangan kreativitas/inovasi pemuda dan fasilitator

program pendidikan kepemudaan standar nasional;

6) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan kepemudaan

unggulan standar nasional;

Page 109: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 214

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kepemudaan.

g. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan dalam pendidikan kewanitaan, diprioritaskan pada

pengembangan dan perluasan daya saing relevansi muatan

kurikulum satuan program pendidikan kepemudaan yang

mampu bersaing ke tingkat regional, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Pengembangan relevansi muatan kurikulum program

pendidikan kewanitaan dan kesetaraan jender unggulan

standar nasional;

2) Pengembangan pendayagunaan peralatan dan sumber

belajar/berlatih pendidikan kewanitaan unggulan standar

nasional;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan perlengkapan

pendidikan kewanitaan unggulan standar nasional;

4) Pengembangan kualifikasi, dan kemampuan fasilitator pada

satuan program pendidikan kewanitaan unggulan standar

nasional;

5) Pengembangan kreativitas/inovasi wanita dan fasilitator

pada satuan program pendidikan kewanitaan standar

nasional;

6) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen pendidikan kewanitaan unggulan standar

nasional;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kewanitaan.

h. Pendidikan Informal

Kebijakan dalam pendidikan informal, masih tetap diprioritaskan

pada pengembangan sistem evaluasi penyelenggaraan

pendidikan informal, sehingga setiap penyelenggaraan

pendidikan yang dilakukan keluarga-keluarga memiliki

kemampuan dalam meningkatkan mutu hasil pendidikannya.

i. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Kebijakan dalam pengembangan Taman Bacaan dan

Perpustakaan Masyarakat, diprioritaskan pada pengembangan

daya saing TBM dan Perpustakaan Masyarakat yang memiliki

keunggulan ke tingkat regional, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Pengembangan pelayanan TBM dan perpustakaan

masyarakat unggul standar nasional;

Page 110: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 215

2) Pengembangan intensitas pemeliharaan buku-buku

bacaan, sarana dan fasilitas TBM dan Perpustakaan

masyarakat unggulan standar nasional;

3) Pengembangan kualifikasi dan kompetensi pustakawan

TBM dan Perpustakaan Masyarakat berbasis keunggulan

standar nasional;

4) Pengembangan kreativitas, inovasi dan daya nalar

pustakawan TBM dan perpustakaan masyarakat standar

nasional;

5) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan TBM dan Perpustakaan

Masyarakat berbasis keunggulan standar nasional;

6) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

TBM dan Perpustakaan Masyarakat.

j. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Kebijakan dalam pengembangan kesenian dan kebudayaan

daerah, diprioritaskan pada pengembangan apresiasi tentang

nilai-nilai seni budaya unggulan daerah ke tingkat regional,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pengembangan mutu gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih serta media pentas seni-budaya daerah

unggulan standar nasional;

2) Pengembangan regulasi media pentas seni-budaya

unggulan standar nasional;

3) Pengembangan kompetensi dan kemampuan

pembina/pelatih/ fasilitator dan pengembang kesenian dan

kebudayaan unggulan standar nasional;

4) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pengembang seni-budaya

daerah unggulan standar nasional;

5) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada

kelembagaan penggali, pemelihara dan pelestari, serta

pengembang seni-budaya daerah.

3. Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik Aspek ini masih berkenaan dengan peningkatan efektivitas,

efisiensi, dan produktivitas administrasi dan manajemen

pembangunan pendidikan, yang diharapkan bahwa perangkat

sistem tatakelola telah kokoh. Dalam periode tahun 2016-2020,

harus sudah diprioritaskan pada program-program yang bersifat

evaluasi dan pengembangan dalam mendukung pencapaian

pendidikan yang memiliki daya saing regional.

Page 111: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 216

a. Perencanaan dan Program

Kebijakan dalam perencanaan dan program, diprioritaskan

pada pengembangan sistem perencanaan pembangunan

pendidikan dan kebudayaan yang lebih aspiratif, partisipatif,

transparan dan akuntabel, melalui pengembangan program

yang berkenaan dengan:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang Rencana Induk Pendidikan dan kebudayaan;

2) Evaluasi dan strategi implementasi Rencana Induk (Master

Plan) Pembangunan Pendidikan dan kebudayaan;

3) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan

perencana pendidikan dan kebudayaan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit perencana program pendidikan dan kebudayaan.

b. Organisasi Pelaksanaan Program

Kebijakan dalam pelaksanaan program, diprioritaskan pada

pengembangan dan pencapaian standar kinerja pendidikan

dan kebudayaan yang lebih produktif dan bermutu, melalui

pengembangan program:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang Standar Kinerja Individu dan satuan program

pendidikan dan kebudayaan;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan aparatur

pelaksana program pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pelaksana program pendidikan dan kebudayaan.

c. Pengawasan dan Pengendalian Program

Kebijakan dalam pengawasan dan pengendalian program,

diprioritaskan pada pengembangan sistem pengawasan

pendidikan dan kebudayaan yang lebih produktif dan bermutu,

transparan dan akuntabel, melalui pengembangan program

yang berkenaan dengan:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang Prosedur Operasional Standar (POS) pengawasan

dan pengendalian program pendidikan dan kebudayaan;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kompetensi dan

kemampuan pengawas program pendidikan dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pengawasan program pendidikan dan kebudayaan.

d. Evaluasi Program

Page 112: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 217

Kebijakan dalam evaluasi program, diprioritaskan pada

pengembangan sistem penilaian pendidikan yang lebih terukur

dengan efektif, transparan, partisipatif dan akuntabel, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang Prosedur Operasional Standar (POS) penilaian

program-program pembangunan pendidikan dan

kebudayaan;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan aparatur

penilaian program-program pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penilaian program pendidikan dan kebudayaan.

e. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Program

Kebijakan dalam pelaporan dan pertanggungjawaban

program, diprioritaskan pada pengembangan sistem

pelaporan dan pertanggung-jawaban pelaksanaan program

pendidikan yang lebih cepat, akurat dan diterima tanpa

syarat, melalui pengembangan program:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang POS pelaporan dan pertanggung-jawaban

program pendidikan dan kebudayaan;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kompetensi tenaga

penyusun laporan pertanggungjawaban program

pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

pelaporan dan pertanggung-jawaban.

f. Penganggaran Biaya Program

Kebijakan dalam penganggaran biaya program, diprioritaskan

pada pengembangan sistem pengganggaran pelaksanaan

program pendidikan dan kebudayaan yang lebih efektif dan

efisien, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang Standar Anggaran Biaya pendidikan dan

kebudayaan;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan tenaga

kependidikan dalam menyusun anggaran;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penganggaran program pendidikan dan

kebudayaan.

g. Partisipasi Masyarakat

Page 113: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 218

Kebijakan dalam partisipasi masyarakat, diprioritaskan pada

pengembangan sistem kerjasama kelembagaan pendidikan

dengan stakeholder yang lebih erat dan harmonis, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang POS kerjasama kelembagaan dengan stakeholders;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan tenaga

hubungan masyarakat;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

hubungan dengan masyarakat.

h. Sistem Informasi Manajemen

Kebijakan dalam sistem informasi manajemen, diprioritaskan

pada pengembangan sistem informasi manajemen (SIM)

pendidikan dan kebudayaan yang lebih cepat, akurat dalam

mendukung keputusan-keputusan strategis, melalui

pengembangan program:

1) Evaluasi dan strategi pengembangan Sistem Informasi

Manajemen (SIM) Pendidikan berbasisk TIK;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan sarana TIK

Pendidikan dan kebudayaan berbasis TIK;

3) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan tenaga

bidang SIM dan TIK;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit SIM dan

pemrosesan data.

i. Manajemen SDM

Kebijakan dalam manajemen SDM, diprioritaskan pada

pengembangan sistem manajemen pengembangan sumber

daya manusia (PSDM) pendidikan dan kebudayaan yang lebih

efektif, transparan, akuntabel dan berkeadilan, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang Grand Design Manajemen SDM pendidikan dan

kebudayaan;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan tenaga

bidang Manajemen SDM kependidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola kepegawaian.

j. Administrasi Sarana Perlengkapan

Kebijakan dalam admnistrasi sarana perlengkapan,

diprioritaskan pada pengembangan sistem manajemen sarana

prasarana administrasi dan manajemen pendidikan dan

Page 114: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 219

kebudayaan milik negara dan daerah yang lebih efektif dan

efisien, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Evaluasi dan strategi pelaksanaan Peraturan Daerah

tentang POS manajemen sarana prasarana milik negara

dan daerah;

2) Evaluasi dan strategi pengembangan kemampuan tenaga

administrasi dan manajemen sarana pendidikan dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola sarana, prasarana dan

barang milik negara/daerah.

E. Kebijakan dan Program Tahun 2021-2025

Strategi program pembangunan pendidikan tahun 2021-2025

pada tingkat nasional ialah pencapaian hasil-hasil pendidikan yang

memiliki daya saing internasional. Oleh karena itu, mulai Tahun 2021

sampai Tahun 2025, pembangunan pendidikan dan kebudayaan di

Kabupaten Bandung, harus diarahkan pada keunggulan-

keunggulan kompetitif pada tingkat internasional, di samping harus

mampu menuntaskan Wajar 12 tahun. Pencapaian target daya

saing internasional ini akan menjadi modal dalam meningkatkan

harkat dan martabat bangsa dan negara pada tingkat

internasional.

1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

Pada aspek pemerataan, harus tetap diprioritaskan pada

peningkatan pelayanan bagi anak usia dini, penuntasan wajar

dikmen 12 tahun, dan pendidikan menengah yang dapat diakses

oleh seluruh lapisan masyarakat sampai ke tiap pelosok daerah.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dalam PAUD, diprioritaskan pada pemerataan dan

perluasan kelembagaan PAUD di tingkat RW yang mampu

bersaing pada tingkat internasional, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan TK/TKA, TPA, RA, Kober dan Pos

PAUD berbasis keunggulan dalam budi-pekerti, lingkungan

hidup, dan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan bertaraf

internasional;

2) Pemerataan dan perluasan gedung/kelas dan meubeler TK/

TKA/RA, dan PKBM, SKB, Pesantren penyeleng-gara

Page 115: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 220

TPA/Kober/Pos PAUD berbasis keunggulan standar

internasional;

3) Pemerataan dan perluasan peraalatan edukatif (APE)

proses pembelajaran PAUD bertaraf internasional;

4) Pemerataan guru/pengasuh /pembimbing pada

kelembagaan PAUD bertaraf internasional;

5) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak tidak mampu

untuk medapatkan PAUD unggul bertaraf internasional.

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan kelembagaan pendidikan dasar

yang mampu bersaing ke tingkat internasional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan SD/MI, SMP/MTs, SDLB/SMPLB,

SLB Autis, SD-SMP satu atap, SDLB-SMPLB satu atap, pusat

pendidikan dan rehabilitasi anak korban narkoba, atau MI-

MTs satu atap dan SMP-MTs Terbuka serta pendidikan dasar

terpadu dalam seni-udaya, keolahragaan, kecakapan

hidup dan entreupreneur, serta penerapan teknologi dasar

bertaraf internasional;

2) Pemerataan dan perluasan pelayanan MDA/MDW, Paket

A/B, bagi anak putus sekolah, pekerja anak dan anak

jalanan usia wajib belajar secara terpadu bertaraf

internasional;

3) Perluasan UGB/RKB dan perlengkapan pada sekolah,

PKBM/SKB dan Pesantren penyelenggara pendidikan dasar

berbasis keunggulan bertaraf internasional;

4) Perluasan peralatan laboratorium, workshop, perpustakaan

dan sumber belajar/berlatih serta sarana peribadatan yang

mendukung proses pembelajaran pendidikan dasar berbasis

keunggulan bertaraf internasional;

5) Pemerataan guru/pelatih/ustadz/tutor/pamong belajar,

laboran, pustakawan, dan tenaga administrasi kantor pada

satuan program pendidikan dasar berbasis keunggulan

bertaraf internasional;

6) Penyediaan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa dan kecamatan yang

berprestasi dalam perintisan wajar dikmen;

7) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak berprestasi dan

anak tidak mampu untuk medapatkan pendidikan dasar

berbasis keunggulan bertaraf internasional.

c. Pendidikan Menengah

Page 116: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 221

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan kelembagaan pendidikan

menengah yang mampu bersaing ke tingkat internasional,

melalui pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan SMK/MAK, dan atau SMA/MA,

SMALB, Paket C, MDU, satuan program pendidikan

menengah terpadu yang berbasis keunggulan bertaraf

internasional;

2) Pemerataan dan perluasan UGB/RKB dan sarana

perlengkapan pendidikan menengah formal (sekolah-

sekolah), maupun pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan

Pesantren penyelenggara pendidikan menengah) berbasis

keunggulan dalam seni-budaya, keolahragaan,

kecakapan hidup dan entreupreneur, serta penerapan

teknologi menengah bertaraf internasional;

3) Peningkatan peralatan laboratorium, workshop,

perbustakaan dan sumber belajar/berlatih serta sarana

peribadatan yang mendukung pembelajaran pendidikan

menengah berbasis keunggulan bertaraf internasional;

4) Pemerataan guru/pelatih/ustadz/tutor/pamong belajar,

laboran, pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada

satuan pendidikan menengah berbasis keunggulan

bertaraf internasional;

5) Peningkatan biaya operasional manajemen dan reward

bagi sekolah, pemerintah desa dan kecamatan berprestasi

dalam pelaksanaan wajar dikmen;

6) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak berprestasi dan

anak mampu untuk medapatkan pendidikan menengah

berbasis keunggulan bertaraf internasional.

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, masih diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan tinggi yang

mampu bersaing ke tingkat internasional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Memfasilitasi kelembagaan satuan pendidikan tinggi ke

arah pengembangan pendidikan berbasis keunggulan

dalam seni-udaya, keolahragaan, kecakapan hidup dan

entreupreneur standar internasional;

2) Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak lulusan pendidikan

menengah yang berprestasi untuk medapatkan pendidikan

tinggi bertaraf internasional.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Page 117: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 222

Kebijakan dalam pendidikan berkelanjutan, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan daya saing satuan program

pendidikan berkelanjutan yang mampu bersaing ke tingkat

internasional, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan kelompok-kelompok sasaran

program Kejar Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus

keterampilan berbasis keunggulan dalam seni-udaya,

keolahragaan, kecakapan hidup dan entreupreneur,

teknologi bertaraf internasional;

2) Perluasan peralatan workshop, dan sumber belajar/berlatih

pada satuan program pendidikan berkelanjutan berbasis

keunggulan bertaraf internasional;

3) Pemerataan tutor/pelatih/fasilitator dan TLD pada satuan

program pendidikan menengah berbasis keunggulan

bertaraf internasional.

f. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan dalam kepemudaan, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan daya saing satuan program

pendidikan kepemudaan yang mampu bersaing ke tingkat

internasional, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan aktivitas kelompok-kelompok

kepemudaan berbasis keunggulan dalam seni-udaya,

keolahragaan, kecakapan hidup dan entreupreneur,

penerapan teknologi dasar, serta nilai-nilai kebangsaan

bertaraf internasional;

2) Pemerataan dan perluasan sarana peralatan dan sumber

belajar/berlatih, media dan saluran komunikasi dialogis

antar generasi pada satuan program kepemudaan

berbasis keunggulan bertaraf internasional;

3) Pemerataan pembina/pelatih/fasilitator pada program

kepemudaan berbasis keunggulan bertaraf internasional.

g. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan dalam pendidikan kewanitaan, diprioritaskan pada

pemerataan dan perluasan daya saing program pendidikan

kewanitaan dan kesetaraan jender yang mampu bersaing ke

tingkat internasional, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan aktivitas kelompok-kelompok

pemberdayaan wanita dan kesetaraan jender secara

terpadu pada satuan pendidikan formal maupun nonformal

Page 118: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 223

berbasis keunggulan dalam seni-udaya, keolahragaan,

kecakapan hidup dan entreupreneur, serta nilai-nilai

kebangsaan bertaraf internasional;

2) Pemerataan sarana peralatan, sumber belajar/berlatih,

media dan saluran komunikasi dialogis antar kelompok

kewanitaan berbasis keunggulan bertaraf internasional;

3) Pemerataan pembina/fasilitator dan TLD pada satuan

program kewanitaan berbasis keunggulan bertaraf

internasional.

h. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Kebijakan dalam pengembangan TBM dan Perpustakaan

Masyarakat, diprioritaskan pada pemerataan dan perluasan

daya saing TBM dan Perpustakaan Masyarakat yang mampu

bersaing pada tingkat internasional, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan TBM dan perpustakaan

masyarakat berbasis keunggulan bertaraf internasional;

2) Pemerataan dan perluasan buku-buku bacaan, sarana

dan fasilitas TBM dan Perpustakaan masyarakat berbasis

keunggulan bertaraf internasional;

3) Pemerataan pustakawan bagi TBM dan Perpustakaan

Masyarakat unggul bertaraf internasional.

i. Pendidikan Informal

Kebijakan dalam pendidikan informal, diprioritaskan pada

fasilitasi dan pendampingan penyelenggaraan pendidikan

informal.

j. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Kebijakan dalam pengembangan kesenian dan kebudayaan

daerah, diprioritaskan pada Pemerataan dan perluasan daya

saing kesenian dan kebudayaan yang mampu bersaing ke

tingkat internasional, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Pemerataan dan perluasan aktivitas kelompok-kelompok

pemberdayaan kesenian dan kebudayaan bertaraf

internasional;

2) Peningkatan jumlah gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih dan media pentas seni-budaya unggul- an

bertaraf internasional;

3) Peningkatan pembina/pelatih/fasilitator dan pengembang

kesenian dan kebudayaan bertaraf internasional.

2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan

Page 119: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 224

Pada aspek peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

masih tetap diprioritaskan pada penguatan dan peningkatan

pelayanan dalam proses pembelajaran pada setiap kelembagaan

satuan program pendidikan, sehingga memiliki lebih banyak

keunggulan kompetitif serta memiliki relevansi yang tinggi dengan

tuntutan kebutuhan masyarakat, baik pada tingkat lokal, regional,

nasional maupun pada tingkat internasional.

a. Pendidikan Anak Usia Dini

Kebijakan dalam PAUD, diprioritaskan pada peningkatan daya

saing internasional kurikulum pada setiap satuan program

PAUD, melalui pengembangan program yang berkenaan

dengan:

1) Peningkatan relevansi kurikulum PAUD berbasis iman dan

taqwa, budi-pekerti, lingkungan hidup, dan nilai-nilai

kebangsaan;

2) Peningkatan mutu alat peraga edukatif (APE) dan sarana

proses belajar/ bermain PAUD unggul bertaraf internasional;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana prasarana

PAUD bertaraf internasional;

4) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kapasitas

kemampuan ketenagaan PAUD berbasis keunggulan

bertaraf inter nasional;

5) Peningkatan mutu proses pembelajaran PAUD berbasis TIK

bertaraf internasional;

6) Peningkatan kreativitas dan anak dan guru/pembibing

pada satuan PAUD berbasis keunggulan bertaraf

internasional;

7) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan PAUD berbasis keunggulan

bertaraf nasional;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan PAUD.

b. Pendidikan Dasar

Kebijakan dalam pendidikan dasar, diprioritaskan pada

peningkatan daya saing internasional kurikulum pada setiap

satuan program pendidikan dasar, melalui pengembangan

program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan relevansi kurikulum pendidikan dasar berbasis

religius, budi-pekerti, kecakapan hidup dan kewirausahaan,

seni-budaya dan keolahragaan, teknologi dasar, lingkungan

hidup, dan kebangsaan bertaraf internasional;

Page 120: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 225

2) Peningkatan mutu sarana pendidikan dasar berbasis

keunggulan bertaraf internasional;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana prasarana

pendidikan dasar bertaraf internasional;

4) Peningkatan kualifikasi, kompetensi

guru/ustadz/tutor/pamong belajar, laboran, pustakawan

dan tenaga administrasi pada satuan program pendidikan

dasar berbasis keunggulan bertaraf internasional;

5) Peningkatan penerapan TIK dalam proses pembelajaran

pendidikan dasar berbasis keunggulan bertaraf

internasional;

6) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta didik

dan guru/tutor/ustadz/laboran/pustakawan pada satuan

program pendiidkan dasar berbasis keunggulan bertaraf

internasional;

7) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan dasar berbasis

keunggulan bertaraf nasional;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan dasar.

c. Pendidikan Menengah

Kebijakan dalam pendidikan menengah, diprioritaskan pada

peningkatan daya saing relevansi muatan kurikulum satuan

pendidikan menengah ke tingkat internasional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan relevansi muatan kurikulum SMK/MAK, dan

atau SMA/MA, SMALB, Paket C, MDU, satuan program

pendidikan menengah terpadu unggulan bertaraf

internasional;

2) Peningkatan intensitas pendayagunaan sarana

perlengkapan pendidikan menengah formal (sekolah-

sekolah), maupun pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan

Pesantren penyelenggara pendidikan menengah) unggulan

bertaraf internasional;

3) Peningkatan intensitas pendayagunaan peralatan

laboratorium, workshop, perbustakaan dan sumber

belajar/berlatih serta sarana peribadatan yang mendukung

pembelajaran pendidikan menengah berbasis keunggulan

bertaraf internasional;

4) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana prasarana

dan perlengkapan pendidikan menengah bertaraf

internasional;

Page 121: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 226

5) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

guru/pelatih/ ustadz/tutor/pamong belajar, laboran,

pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada satuan

program pendidikan menengah berbasis keunggulan

standar internasional;

6) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta didik

dan tenaga kependidikan pada satuan program

pendiidkan menengah berbasis keunggulan bertaraf

internasional;

7) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan menenga berbasis

keunggulan bertaraf nasional;

8) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

kelembagaan pendidikan menengah.

d. Pendidikan Tinggi

Kebijakan dalam pendidikan tinggi, masih tetap diprioritaskan

pada peningkatan intensitas fasilitasi dan pendampingan

terhadap kelembagaan pendidikan yang ada di Kabupaten

Bandung untuk meningkatkan program school-sisters dengan

beberapa perguruan tinggi standar nasional maupun bertaraf

internasional, sehingga memiliki kemandirian manajemen

dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan kepada

masyarakat, melalui:

1) Pembinaan program studi yang relevan dengan kebutuhan

ketenagakerjaan berdaya saing internasional;

2) Bantuan operasional peningkatan mutu SDM.

e. Pendidikan Berkelanjutan

Kebijakan dalam pendidikan berkelanjutan, diprioritaskan pada

peningkatan dan perluasan daya saing relevansi muatan

kurikulum satuan program pendidikan berkelanjutan yang

mampu bersaing ke tingkat internasional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan dan perluasan relevansi muatan kurikulum

program Kejar Usaha/KBU, magang dan kursus-kursus

berbasis keunggulan bertaraf internasional;

2) Peningkatan intensitas pendayagunaan peralatan

laboratorium, workshop, perbustakaan dan sumber

belajar/berlatih yang mendukung pembelajaran pendidikan

berkelanjutan berbasis keunggulan bertaraf internasional;

Page 122: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 227

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana prasarana

dan perlengkapan pendidikan berkelanjutan bertaraf

internasional;

4) Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan

pelatih/tutor/ pamong belajar, TLD dan tenaga administrasi

pada satuan program pendidikan berkelanjutan unggulan

standar internasional;

5) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar warga

belajar dan tutor/ TLD/pelatih pada satuan program

pendiidkan berkelanjutan bertaraf internasional;

6) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan berkelanjutan

unggulan bertaraf nasional;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan berkelanjutan.

f. Pendidikan Kepemudaan

Kebijakan dalam pendidikan kepemudaan, diprioritaskan pada

peningkatan dan perluasan daya saing relevansi muatan

kurikulum satuan program pendidikan kepemudaan yang

mampu bersaing ke tingkat internasional, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

1) Peningkatan dan perluasan relevansi muatan kurikulum

program pendidikan kepemudaan unggulan bertaraf

internasional;

2) Peningkatan intensitas pendayagunaan peralatan dan

sumber belajar/berlatih pembelajaran pendidikan

kepemudaan unggulan bertaraf internasional;

3) Peningkatan kemandirian pemeliharaan sarana

perlengkapan pendidikan kepemudaan unggulan bertaraf

internasional;

4) Peningkatan kemampuan fasilitator pada satuan program

pendidikan kepemudaan unggulan standar internasional;

5) Peningkatan kreativitas/inovasi pemuda dan fasilitator

program pendiidkan kepemudaan bertaraf internasional;

6) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan pendidikan kepemudaan

unggulan bertaraf nasional;

7) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kepemudaan.

g. Pendidikan Kewanitaan dan Kesetaraan Jender

Kebijakan dalam kewanitaan, diprioritaskan pada peningkatan

dan perluasan daya saing relevansi muatan kurikulum satuan

Page 123: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 228

program pendidikan kewanitaan yang mampu bersaing ke

tingkat internasional, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

Peningkatan dan perluasan relevansi muatan kurikulum

program pendidikan kewanitaan unggulan bertaraf

internasional;

1) Peningkatan intensitas pendayagunaan peralatan dan

sumber belajar/berlatih pendidikan kewanitaan eunggulan

bertaraf internasional;

2) Peningkatan kemandirian pemeliharaan perlengkapan

pendidikan kewanitaan unggulan bertaraf internasional;

3) Peningkatan kemampuan fasilitator pada satuan program

pendidikan kewanitaan unggulan bertaraf internasional;

4) Peningkatan kreativitas/inovasi wanita dan fasilitator pada

satuan program pendidikan kewanitaan bertaraf

internasional;

5) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen pendidikan kewanitaan unggulan bertaraf

nasional;

6) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

satuan program pendidikan kewanitaan.

h. Taman Bacaan dan Perpustakaan Masyarakat

Kebijakan dalam pengembangan TBM dan Perpustakaan

Masyarakat, diprioritaskan pada peningkatan daya saing TBM

dan Perpustakaan Masyarakat yang memiliki keunggulan ke

tingkat internasional, melalui:

1) Peningkatan pelayanan TBM dan perpustakaan masyarakat

unggul bertaraf internasional;

2) Peningkatan intensitas pemeliharaan buku-buku bacaan,

sarana dan fasilitas TBM dan Perpustakaan masyarakat

unggulan bertaraf internasional;

3) Peningkatan kualifikasi dan kompetensi pustakawan TBM

dan Perpustakaan Masyarakat berbasis keunggulan

bertaraf internasional;

4) Peningkatan kreativitas, inovasi dan daya nalar pustakawan

TBM dan perpustakaan masyarakat bertaraf internasional;

5) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen kelembagaan TBM dan Perpustakaan

Masyarakat berbasis keunggulan bertaraf nasional;

6) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

TBM dan Perpustakaan Masyarakat;

i. Pendidikan Informal

Page 124: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 229

Kebijakan dalam pendidikan informal, diprioritaskan pada

pengembangan sistem evaluasi penyelenggaraan pendidikan

informal yang jelas, terukur, transparan dan akuntabel.

j. Kesenian dan Kebudayaan Daerah

Kebijakan dalam pengembangan kesenian dan kebudayaan

daerah, diprioritaskan pada peningkatan apresiasi tentang

nilai-nilai seni budaya unggulan daerah ke tingkat internasional,

melalui:

1) Peningkatan mutu aktivitas kelompok-kelompok

pemberdayaan kesenian dan kebudayaan berbasis

keunggulan bertaraf internasional;

2) Peningkatan mutu gedung dan sarana peralatan

belajar/berlatih serta media pentas seni-budaya daerah

unggulan bertaraf internasional;

3) Peningkatan regulasi pentas seni-budaya unggul bertaraf

internasional;

4) Peningkatan kualifikasi dan kemampuan

pembina/pelatih/fasilitator dan pengembang kesenian dan

kebudayaan unggulan bertaraf internasional;

5) Peningkatan biaya operasional peningkatan mutu

manajemen lembaga pengembang seni-budaya daerah

unggulan bertaraf nasional;

6) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada

kelembagaan penggali, pemelihara dan pelestari, serta

pengembang seni-budaya daerah.

3. Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik

Aspek ini masih tetap berkenaan dengan peningkatan

efektivitas, efisiensi, dan produktivitas administrasi dan manajemen

pembangunan pendidikan, yang diharapkan telah memiliki

perangkat sistem yang sangat stabil dan solid. Dalam periode

tahun 2021-2025, harus sudah diprioritaskan pada program-

program yang bersifat akselerasi dan peningkatan mutu tata-

kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dalam mendukung

pencapaian pendidikan yang memiliki daya saing internasional.

a. Perencanaan dan Program

Kebijakan dalam perencanaan program, diprioritaskan pada

peningkatan fungsi dan peran sistem perencanaan

pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang lebih

aspiratif, partisipatif, transparan dan akuntabel, melalui

pengembangan program yang berkenaan dengan:

Page 125: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 230

1) Peningkatan peran dan fungsi Peraturan Daerah tentang

Rencana Induk Pendidikan dan kebudayaan;

2) Peningkatan fungsi dan peran rencana-rencana strategis

pada setiap organisasi satuan pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kemampuan aparatur perencana program

pendidikan;

4) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit perencana program pendidikan dan kebudayaan.

b. Organisasi Pelaksanaan Program

Kebijakan dalam organisasi pelaksanaan program,

diprioritaskan pada peningkatan peran standar kinerja

pendidikan dan kebudayaan yang lebih produktif dan bermutu,

melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

Standar Kinerja Individu dan Kelembagaan satuan program

pendidikan dan kebudayaan;

2) Peningkatan kemampuan aparatur pelaksana program

pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pelaksana program pendidikan dan kebudayaan.

c. Pengawasan dan Pengendalian Program

Kebijakan dalam pengawasan dan pengendalian program,

diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan peran sistem

pengawasan pendidikan dan kebudayaan yang lebih

produktif, transparan dan akuntabel, melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

Prosedur Operasional Standar (POS) pengawasan dan

pengendalian program pendidikan dan kebudayaan;

2) Peningkatan kemampuan aparatur pengawasan dan

pengendalian program pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit pengawasan program pendidikan dan kebudayaan.

d. Evaluasi Program

Kebijakan dalam evaluasi program, diprioritaskan pada

peningkatan fungsi dan peran sistem penilaian pendidikan

dan kebudayaan yang lebih efektif transparan dan akuntabel,

melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

Prosedur Operasional Standar (POS) penilaian program-

program pembangunan pendidikan dan kebudayaan;

Page 126: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 231

2) Peningkatan kemampuan aparatur penilaian program-

program pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penilaian program pendidikan dan kebudayaan.

e. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Program

Kebijakan dalam pelaporan dan pertanggungjawaban

program, diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan peran

sistem pelaporan dan pertanggung-jawaban pelaksanaan

program pendidikan dan kebudayaan yang diterima tanpa

syarat, melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

POS pelaporan dan pertanggungjawaban program

pendidikan dan kebudayaan;

2) Peningkatan kemampuan tenaga kependidikan dalam

menyusun laporan pertanggungjawaban program

pendidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

pelaporan dan pertanggungjawaban.

f. Penganggaran Biaya Program

Kebijakan dalam penganggaran biaya program, diprioritaskan

pada peningkatan fungsi dan peran sistem pengganggaran

pelaksanaan program pendidikan dan kebudayaan yang

lebih efektif dan efisien, melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

Standar Anggaran Biaya pendidikan dan kebudayaan;

2) Peningkatan kemampuan tenaga kependidikan dalam

menyusun anggaran program pendidikan dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada

unit penganggaran program pendidikan dan

kebudayaan.

g. Partisipasi Masyarakat

Kebijakan dalam partisipasi masyarakat, diprioritaskan pada

peningkatan fungsi dan peran sistem kerjasama kelembagaan

pendidikan dan kebudayaan dengan stakeholder yang lebih

erat dan harmonis, melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

POS kerjasama kelembagaan dengan stakeholders

2) Peningkatan kemampuan tenaga hubungan masyarakat.

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pada unit

hubungan dengan masyarakat.

Page 127: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 232

h. Sistem Informasi Manajemen

Kebijakan dalam sistem informasi manajemen, diprioritaskan

pada peningkatan fungsi dan peran sistem informasi

manajemen (SIM) pendidikan yang lebih cepat, akurat dalam

mendukung keputusan-keputusan strategis, melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Sistem Informasi Manajemen

(SIM) Pendidikan berbasisk TIK;

2) Peningkatan fungsi perlengkapan modern TIK Pendidikan

dan kebudayaan berbasis TIK;

3) Peningkatan kemampuan tenaga bidang SIM dan TIK;

4) Peningkatan kesejahteraan pada unit SIM dan pemrosesan

data.

i. Manajemen SDM

Kebijakan dalam manajemen SDM, diprioritaskan pada

peningkatan fungsi dan peran sistem manajemen

pengembangan sumber daya manusia (PSDM) pendidikan dan

kebudayaan yang lebih efektif, transparan, akuntabel dan

berkeadilan, melalui:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

Grand Design Manajemen SDM pendidikan dan

kebudayaan.

2) Peningkatan kemampuan tenaga bidang Manajemen SDM

kependidikan dan kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola kepegawaian.

j. Administrasi Sarana Perlengkapan

Kebijakan dalam administrasi sarana perlengkapan,

diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan peran sistem

manajemen sarana prasarana administrasi dan manajemen

pendidikan dan kebudayaan milik negara dan daerah yang

lebih efektif dan efisien, melalui pengembangan program yang

berkenaan dengan:

1) Peningkatan fungsi dan peran Peraturan Daerah tentang

POS manajemen sarana prasarana milik negara dan

daerah;

2) Peningkatan kemampuan tenaga administrasi dan

manajemen sarana prasarana pendidikan dan

kebudayaan;

3) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan dan

kebudayaan pada unit pengelola sarana, prasarana dan

barang milik negara/daerah.

Page 128: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VI : Agenda dan Prioritas Program 233

Pengembangan strategi dan program tahunan secara lebih

rinci dapat dilihat pada Tabel 6.1 dan 6.2 di halaman berikut.

Komponen-komponen kebijakan dan program sebagaimana

diuraikan di atas, merupakan bidang garapan yang perlu

dilaksanakan dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan

di Kabupaten Bandung. Dalam pelaksanaannya akan banyak

dipengaruhi oleh tarik-menarik dan konfigurasi sistem pembagian

kekuasaan dan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah

Provinsi Jawa Barat, dan pemerintah Kabupaten Bandung. Ada

bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat,

ada bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah

provinsi, dan ada bidang garapan yang sepenuhnya menjadi

urusan Pemerintah Kabupaten Bandung. Namun demikian, bagi

masyarakat Kabupaten Bandung, tidak terlalu mempersoalkan

bidang garapan yang menjadi kewenangan untuk

melaksanakannya, yang paling penting ialah seluruh bidang

garapan pendidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan

peruntukannya.

Page 129: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 273

BAB VII

CATATAN PENUTUP

(Rekomendasi)

“Kefakiran terbesar adalah kebodohan, dan karenanya

tantangan terbesar dalam pembangunan pendidikan di

Kabupaten Bandung ialah, bagaimana pemerintah dan

masyarakat Kabupaten Bandung dapat mencegah

masyarakatnya tidak menjadi kufur”.

Itulah sederet kalimat yang harus disadari sepenuhnya oleh

segenap elemen pemerintahan dan masyarakat Kabupaten

Bandung, bahwa sesungguhnya kekayaan yang paling berharga

bagi manusia adalah budi-akal, karenanya, setiap kebijakan yang

menyangkut pembaharuan pendidikan di Kabupaten Bandung

harus dapat mencegah terjadinya musibah besar bagi

masyarakatnya, yaitu keputusasaan. Kebijakan tentang

pembaharuan yang dirancang Pemerintah Daerah Kabupaten

Bandung sebetulnya tidak akan menjadi persoalan bagi

masyarakat, sepanjang kebijakan tersebut memberikan solusi dan

manfaat nyata bagi perbaikan dan peningkatan kualitas SDM

Kabupaten Bandung. Oleh karena itu tidak ada pilihan,

pembangunan manusia di Kabupaten Bandung harus

dititikberatkan pada aspek-aspek yang menjadi sumber kekuatan

masyarakat dan bangsa, yaitu SDM yang memiliki ilmu

pengetahuan dan teknologi, beriman dan beramal shaleh, dan

dilandasi pedoman hidup yang bersumber dari wahyu Tuhan TME,

serta diwujudkan dalam perilaku kehidupan berkeluarga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Page 130: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 274

Bagian penghujung naskah ini, Tim Perumus ingin

menegaskan kembali bahwa pembangunan bangsa yang harus

kita upayakan, pada hakekatnya harus merujuk pada proses

rekontruksi strutur kehidupan yang memberikan pengaruh timbal

balik, baik secara kuantitatif maupun kualitatif menuju kehidupan

mansyarakat yang lebih baik. Pembangunan yang baik ialah

pembangunan yang dapat membatu individu atau masyarakat

dalam memecahkan setiap problema kebutuhan, keinginan dan

harapan masyarakat yang lebih besar dan menyeluruh. Karena itu,

pembangunan manusia seyogyanya diupayakan dalam rangka

proses-proses penyesuaian diri setiap anggota masyarakat

terhadap lingkungan sosial masyarakat pada umumnya.

Tantangan mengerikan yang dihadapi bangsa dewasa ini,

seperti ancaman disintegrasi bangsa, krisis kepercayaan yang

diperparah lagi dengan musibah di mana-mana, seperti gempa

bumi, gunung meletus, sapuan ombak tsunami, belum lagi

kriminalitas dan teror-teror yang membuat hidup ini tidak nyaman,

telah mengakibatkan ‘lunturnya’ jatidiri sebagai bangsa yang

besar, bermartabat, dan berbudi luhur. Mengapa Bandung yang

indah dan subur ini mengalami krisis seperti itu?

Kita sering berbangga hati dengan bangsa yang besar, dan

mampu membangun negara kesatuan dengan tebusan tetesan

darah dan nyawa para pejuang kemerdekaan; serta mampu

mengalahkan para penjajah dengan revolusi heroik yang tidak

ditemukan bandingannya dengan proses kemerdekaan negara-

negara lain, dan kemerdekaan itu merupakan perwujudan

keberanian bangsa serta merupakan karunia dari Tuhan YME.

Namun kita pun sering melupakan, bahwa sesuatu yang paling keji

adalah sikap ujub, riya dan takabur, serta selalu membanggakan

Page 131: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 275

diri sendiri. Padahal kalau kita dapat menyadari bahwa karunia

yang terbesar adalah keshalehan anak-anak bangsa, serta

keberanian terbesar adalah kesabaran anak-anak bangsa dalam

memperjuangkan kemerdekaan; Masyarakat Kabupaten Bandung

pun terkadang selalu berbangga hati dengan potensi kekayaan

alam yang subur, dan potensi sumber daya insani yang begitu

pluralistik, yang dapat dijadikan modal utama untuk kesejahteraan

masyarakatnya. Namun sering melupakan, bahwa kekayaan yang

paling berharga dan mulia bagi masyarakat dan bangsa adalah

budi-akal dan akhlaq dari anak-anak masyarakat Kabupaten

Bandung sendiri, dan modal terbesar adalah kemandirian

masyarakat sendiri; Di samping itu, kita sering merasa berbangga

hati, karena masyarakat Kabupaten Bandung merupakan

masyarakat yang mempunyai martabat dan kehormatan di

hadapan masyarakat lain di lingkungan Provinsi Jawa Barat dan

Bangsa Indonesia, bahkan di mata masyarakat dunia internasional,

sehingga terkadang sering menerima berbagai tekanan bangsa

lain demi pergaulan internasional. Padahal sesungguhnya,

kehormatan terbesar dan paling berharga bagi masyarakat adalah

kesetiaan terhadap masyarakatnya Kabupaten Bandung sendiri.

Masyarakat Kabupaten Bandung patut bersyukur pada

Tuhan YME karena telah memberikan karunia, keberanian,

kekayaan, kemuliaan, modal, dan kehormatan yang terbesar-Nya,

yaitu keshalehan, kesabaran, akal dan akhlaq, kemandirian, dan

kesetiaan anak-anak bangsa; Namun, semua yang diberikan Tuhan

YME tersebut tidak akan berarti apa-apa, bila tidak dikelola dan

dimanfaatkan untuk pembangunan masyarakatnya sendiri, bahkan

potensi-potensi yang diberikan Tuhan YME tersebut akan menjadi

‘petaka’ bila masyarakat Kabupaten Bandung masih terbelenggu

Page 132: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 276

dengan ‘kebodohan’ alias tidak tahu bagaimana cara bersyukur

kepada Tuhan YME. Pengalaman sejarah menunjukkan, banyak

bangsa besar di dunia terpuruk karena ‘kebodohan’ atau

ketidaktahuan dalam bersyukur kepada Tuhannya. Masih tidak

cukupkah Tuhan YME memberikan potensi-potensi yang berlimpah

kepada masyarakat kita? Ataukah masyarakat kita tidak cukup

ilmu dan keimanan dalam mengelola dan memanfaatkan

sejumlah potensi yang diberikan Tuhan YME?

Tim Perumus berkeyakinan, bahwa kunci permasalahan

semua yang kita hadapi karena masyarakat dan bangsa kita tidak

cukup ilmu, alias ‘bodoh’ alias ‘fakir’ dan masih berada dalam

keimanan yang rendah, sehingga menyebabkan proses-proses

pembangunan dilaksanakan dengan salah dan keliru, karena

bukan merupakan suatu proses rekontruksi struktur kehidupan yang

memberikan pengaruh timbal balik, baik secara kuantitatif maupun

kualitatif menuju kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Masyarakat yang bertambah ilmunya, harus senantiasa

dapat meningkatkan keimanannya, dan kemudian diwujudkan

dalam bentuk perilaku amal shaleh sehari-hari, baik shaleh

terhadap diri, keluarga, masyarakat, alam dan Tuhannya. Ilmu

dalam pandangan Islam diperoleh dari hasil ‘belajar membaca’

tentang alam dan dari Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya.

Motivasi dan semangat masyarakat dalam mencari ilmu, hanya

dapat diperoleh apabila masyarakat itu mempunyai kesempatan,

kemauan dan selalu berusaha meningkatkan keimanannya. Begitu

pula sebaliknya, masyarakat yang mempunyai keimanan, bukan

hanya karena mendapat hidayah dan karunia secara tiba-tiba,

tetapi dihasilkan dari sebuah proses ‘ikhtiar’ dan ‘ijtihad’ yang

mustahil tidak mendapatkan suatu hidayah dan karunia dari Tuhan

Page 133: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 277

YME. Ketiga unsur ini, yaitu ilmu, iman dan amaliah, menurut

pandangan Tim Perumus merupakan aspek-aspek yang patut

diupayakan dalam mencapai insan-insan yang berkualitas dan

mempunyai daya saing tinggi. Dan upaya tersebut sesungguhnya

harus ada wujudnya serta tergambar dengan jelas dalam wujud

Master Plan Pendidikan untuk jangka pendek, jangka menengah

dan jangka panjang.

Ahirnya kita sampai pada kesimpulan bahwa, Master Plan ini

hanyalah gambaran dari suatu keinginan, cita-cita dan harapan

yang dikemas dalam bentuk rencana jangka panjang. Master Plan

ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan arah bagi para

pengelola pendidikan dalam melaksanakan pembangunan

pendidikan di Kabupaten Bandung, baik pengelola pada tingkat

satuan pendidikan, maupun pengelola pada tingkat Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) dan pemangku kepentingan lainnya

yang terkait dalam Pembangunan Pendidikan di Kabupaten

Bandung. Namun sebaliknya, Master Plan Pendidikan ini akan

menjadi sebuah dokumen yang tidak akan memberikan makna

apa-apa, jika tidak ditindaklanjuti dengan pelaksanaannya.

Kebijakan dan program sebagaimana diuraikan di muka,

merupakan bidang garapan yang perlu dilaksanakan dalam

pembangunan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten

Bandung. Dalam pelaksanaannya akan banyak dipengaruhi oleh

tarik-menarik dan konfigurasi sistem pembagian kekuasaan dan

kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Jawa

Barat, dan pemerintah Kabupaten Bandung. Ada bidang garapan

yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, ada bidang

garapan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, dan ada

bidang garapan yang sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah

Page 134: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 278

Kabupaten Bandung. Namun demikian, bagi masyarakat

Kabupaten Bandung, tidak terlalu mempersoalkan bidang garapan

yang menjadi kewenangan untuk melaksanakannya, yang paling

penting ialah seluruh bidang garapan pendidikan dapat

dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya.

Dalam kesempatan ini Tim Perumus memandang perlu

memberikan rekomendasi, bahwa agar supaya Master Plan

Pendidikan ini memberikan makna yang optimal, diperlukan

perangkat pendukung seperti berikut:

1. Kebijakan dan program sebagaimana diuraikan di muka,

merupakan bidang garapan yang perlu dilaksanakan dalam

pembangunan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten

Bandung. Dalam pelaksanaannya akan banyak dipengaruhi

oleh tarik-menarik dan konfigurasi sistem pembagian kekuasaan

dan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah Provinsi

Jawa Barat, dan pemerintah Kabupaten Bandung. Ada bidang

garapan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, ada

bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah

provinsi, dan ada bidang garapan yang sepenuhnya menjadi

urusan Pemerintah Kabupaten Bandung. Namun demikian, bagi

masyarakat Kabupaten Bandung, tidak terlalu mempersoalkan

bidang garapan yang menjadi kewenangan untuk

melaksanakannya, yang paling penting ialah seluruh bidang

garapan pendidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan

peruntukannya.

2. Diperlukan keputusan dan keberanian politik dari Pemerintah

Daerah untuk menjadikan Marter Plan Pendidikan ini sebagai

produk kebijakan yang mempunyai ketetapan hukum yang

mengikat bagi seluruh aparatur pengelola, pelaksana,

Page 135: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 279

masyarakat dan stakeholder pendidikan di Kabupaten

Bandung. Oleh karena itu, Master Plan Pendidikan ini semestinya

segera ditindaklanjuti menjadi Peraturan Daerah atau

serendah-rendahnya ditetapkan sebagai Peraturan Bupati.

3. Namun demikian, sebagaimana pernyataan pada butir

pertama di atas, konfigurasi politik pemerintahan akan

berpengaruh pada adanya sejumlah bidang garapan,

terutama dengan masuknya bidang kesenian dan kebudayaan

ke dalam satu naung pengelolaan di bawah SKPD Pendidikan

dan Kebudayaan, merupakan langkah maju dalam

pembaharuan pembangunan pendidikan. Kesenian dan

kebudayaan daerah akan semakin maju dan berkembang,

seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan

bersatunya kembali bidang kesenian dan kebudayaan, akan

mencegah aset kesenian dan kebudayaan milik masyarakat

dan bangsa diakui negara lain. Oleh karena itu, Bapeda

(sebagai pihak perencana), SKPD Pengelola Pendidikan/Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan(sebagai pengelola), dan Dewan

Pendidikan (sebagai representasi masyarakat dan

stakeholders), agar segera berkoordinasi dengan ‘duduk satu

meja’ untuk membahas berbagai penyesuaian, dan

menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) atau

Rancangan Peraturan Bupati (Raperbup), yang kemudian

dibahas bersama DPRD; Siapa pun yang menjadi pimpinan

perencana di Bapeda, siapa pun yang menjadi pimpinan di

SKPD pengelola pendidikan, dan siapa pun yang menjadi

pimpinan Dewan Pendidikan, senantiasa mempunyai gerakan

yang sama terhadap misi yang tertuang dalam Master Plan

Pendidikan; Dengan demikian, tidak ada lagi istilah ‘ganti

Page 136: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 280

pimpinan’ ganti kebijakan, atau sistem dan kebijakan sudah

ditata dan dilaksanakan dengan baik malah berantakan

kembali akibat berubahnya kebijakan pimpinan baru.

4. Setelah Master Plan ini mempunyai ketetapan hukum, pihak

SKPD Pengelola Pendidikan berkoordinasi kembali dengan

pihak Bapeda dan Dewan Pendidikan untuk melakukan

peninjauan ulang terhadap rencana strategis yang telah

dibuatnya dengan merujuk pada Master Plan Pendidikan yang

telah mempunyai ketetapan hukum;

5. Setelah melakukan penyesuaian terhadap rencana strategis

pada SKPD pengelola pendidikan, kemudian harus segera pula

disosialisasikan dan dipublikasikan kepada seluruh pengelola

satuan pendidikan (baik formal maupun nonformal, lembaga-

lembaga keswadayaan masyarakat pengelola kelembagaan

satuan pendidikan, dan komunitas-komunitas stakeholders

pendidikan di Kabupaten Bandung;

6. Pihak Bapeda sebagai instansi perencana masih mempunyai

kewajiban untuk pengamanan dan pengendalian Master Plan

Pendidikan, melalui penyusunan dan penyiapan perangkat

sistem pendukung. Oleh karena itu, pihak Bapeda seharusnya

menyiapkan pula Prosedur Operasional Standar (norma,

instrument, dan prosedur) pengendalian dan evaluasi setiap

butir-butir program yang termaktub dalam rumusan Master Plan

Pendidikan tersebut, dan dalam pelaksanaanya didampingi

oleh tenaga ahli atau konsultan dalam bidang administrasi dan

manajemen kependidikan.

7. Komitmen bersama antara pemerintah daerah dan masyarakat

Kabupaten Bandung untuk menumbuhkan kekuatan kolektif

(collective power) dengan senantiasa menjadikan Master Plan

Page 137: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Bab VII : Catatan Penutup 281

Pendidikan sebagai rujukan utama dalam merumuskan,

melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi program-

program strategis pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan

posisi, peran dan kewenangannya.

Demikian sebuah refleksi yang dapat Tim Penulis sampaikan,

mudah-mudahan sekecil apa pun naskah ini kami buat,

merupakan sumbangan terbesar sebagai salah satu perwujudan

partisipasi kami dalam membangun pendidikan di Kabupaten

Bandung.

Page 138: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Referensi 280

REFERENSI

Ace Suryadi, 2002, Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan:

Isu, Teori dan Aplikasi, Jakarta: Balai Pustaka.

Alfred, Richard L. & Patricia Carter, 1995, Building the Future:

Comprehensive Educational Master Planning Report 1995-2005,

University of Alabama & Community College Consortium.

BPKB Jayagiri, 2002, Kumpulan Makalah Vocational Educational,

Bandung: BPKB Jayagiri.

Cresswell, J.W., 1994, Research Design: Qualitative and Quantitative

Approach, London: SAGE Publication, International

Educational and Professional.

Davey, K.J., 1988, Pembiayaan Pemerintahan Daerah: Praktek dan

Relevansi bagi Dunia Ketiga, Jakarta: Universitas Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional, 2006, Rencana Strategis

Pendidikan Nasional: Konferensi Nasional Revitalisasi

Pendidikan, Jakarta: Sesjen Depdiknas.

Fasli Jalal, 2003, “Problematik Pendidikan Luar Sekolah/Dikmas di

Indonesia”, Makalah, Pertemuan V Sentra Pemberdayaan dan

Pembelajaran Masyarakat (SPPM), Lembang-Jawa Barat, 27-31

Januari 2003.

Grindle, Merilee S., 1990, Politics and Policy Implementation in the

Third World, NJ: Priceton Press.

Gubbels, Peter & Chateryn Koss, 2001, Dari Akar Rumput: Buku

Panduan Pengembangan Kapasitas (Memperkuat Kapasitas

Organisasi Melalui Proses Penilaian Diri Terpadu), Bandung:

Studio Driya Media.

Ibtisam Abu-Duhou, 2003, School-Based Management (Manajemen

Berbasis Sekolah), Terjem: Noryamin Aini, Suparto & Abas Al-

Jauhari, Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran.

Maswood, Javed, 2000, International Political Economy and

Globalization, London: World Scientific Publishing Co.

Nataatmadja, Hidajat, 1982, Krisis Global Ilmu Pengetahuan dan

Penyebuhannya (Al-Furqon), Bandung: Penerbit Iqro.

Obsborne, David and Ted Gaebler, 1992, Reinventing Government:

How The Enterpreneurial Spirit is Transforming the Public Sector,

Mass: Addison-Wesley Publishing.

Page 139: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Referensi 281

Patton, Carl V. & Sawicki, David S., 1986, Basic Methods of Policy

Analysis and Planning, New Jersey: Prentice-Hall Englewood

Cliffs.

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, 2007, Perencanaan

Pendidikan Dasar dan Menengah Provinsi Jawa Barat,

Bandung: Bapeda Provinsi Jawa Barat.

Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, 2006, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Bandung Tahun 2006-2010), Bandung: Badan

Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.

--------, 2007, Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kabupaten

Bandung, Bandung: Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung.

--------, 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Bandung Tahun 2007-2026, Bandung: Badan Perencanaan

Daerah Kabupaten Bandung.

--------, 2007, Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bandung Tahun 2007,

Bandung: Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi Kurikulum untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 23 Tahun 2006

tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah.

Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional 2003, Jakarta:

CV. Ekajaya.

Sepandji, Kosasih Taruna, 2000, Manajemen Pemerintahan Daerah:

Era Reformasi Menuju Pembangunan Otonomi Daerah,

Bandung: Penerbit Universal.

Solihin Abu Izzudin, 2006, Zero to Hero, Yogyakarta: Pro U-Media.

SPPM, 2003, Membangun Masyarakat Pembelajar: Panduan

Metodologi Pendidikan Non-Formal untuk Fasilitator Lapang,

Bandung: Studio Driya Media.

Stewart, M. Aileen, 1994, Empowering People, Singapore: Pitman

Publishing.

Page 140: Masterplan Pendidikan 3

Badan

Perencanaan

Daerah

Master Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan PendidMaster Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008ikan Kabupaten Bandung 2008----2025202520252025

Referensi 282

Sweeney, Paul D., & Dean B. McFarlin, 2002, Organizational

Behavior: Solution for Management, International Edition,

Boston: McGraw-Hill Higher Education.

Tim BBE Depdiknas, 2001, Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life

Skills Education), Buku I, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah.

UNESCO, 2001, EFA Planing Guide: Southeast and East Asia,

Bangkok: Unesco.

Undang-Undang Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Wolf Greinert, D., 1992, The Dual System of Vocational Training in The

Federal Republic of Germany, Eschborn: Holland-Josenhouse,

GT2.

World Bank. 2002, Globalization, Growth and Poverty: Building and

Inclusive World Economy, New York: A Publication of the World

Bank and Oxford University Press.

Yin Cheong CHENG, 2003, “New Principalship for Globalization,

Localization and Individualization: Paradigm Shift”, The

International Conference on Principalship and School

Management Practice in the Era of Globalization: Issues and

Challenges, The University of Malaya City Campus, Kuala

Lumpur, 22-24 April 2003, http://www.ied.edu.hk/cric/

Yoyon Bahtiar Irianto, 2000, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pelaksanaan Percontohan Otonomi Daerah dan Implikasinya

terhadap Manajemen Pendidikan: Studi Deskriptif-Analitik di

Kabupaten Bandung”, Tesis, Bandung: PPS UPI.

--------, 2006, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan

Pendidikan, Bandung: Laboratorium Administrasi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia.

---------, 2006, Otonomi dan Desentralisasi Pembangunan

Pendidikan, Bandung: Laboratorium Administrasi Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia.

Yoyon Bahtiar Irianto & Uyu Wahyudin, 2003, “Pendekatan dan

Metodologi Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat”,

Visi: Media kajian Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda,

Nomor: 14/TH.XI/2003.