Masrur 2
-
Upload
samuelfox94 -
Category
Documents
-
view
25 -
download
2
Transcript of Masrur 2
BAB I
PENDAHULUAN
Sejalan dengan berkembangnya ilmu konstruksi beton, telah ditemukan banyak
cara atau metode dalam menghitung kekuatan untuk mendapatkan konstruksi beton
yang aman dan ekonomis. Metode – metode tersebut sering digunakan, perbedaan yang
tampak dari metode – metode tersebut hanyalah pada pengambilan beberapa faktor
beban dan faktor reduksi yang mungkin disesuaikan dengan keadaan daerah. Faktor –
faktor tersebut didapat dari penelitian dan rekomendasi oleh para ahli beton untuk
dipergunakan.
Dalam perencanaan konstruki beton ini digunakan peraturan – peraturan dan
perumusun – perumusan seperti yang terdapat dalam PPPJJR ( 1987 ) dan beberapa
peraturan – peraturan lainnya.
Gbr.1.1 Penampang Jembatan
1
1. Data Perencanaan
Jembatan Beton
1. Panjang Jembatan (L) = 25 m
2.Lebar Jembatan (b) = 6 m
3.Tinggi = 1 m
4.Lebar Trotoar = 0,5 m ( Kiri dan kanan )
5.Tebal Aspal = 7,5 cm
6.Tebal Plat Lantai = 20 cm
7.Mutu Tulangan baja: U.24 = 2400 Kg/cm2
8.Mutu Tulangan : U. 32 = 3200 Kg/ cm2
9.Mutu Lantai Jembatan : K. 225 = 225 Kg/ cm2
10.Jembatan BM 100
11.Berat Jenis Aspal = 2 – 2,5 t/m3 (PPJJR 1987)
12.Koefesien Gempa Daerah VI = 0,030 ( SNI 03-1726-2003 )
2
BAB II
ANALISA PEMBEBANAN JEMBATAN
Dalam perencanaan suatu jembatan beban-beban dan gaya-gaya yang harus
diperhatikan untuk perhitungan tegangan-tegangan yang terjadi pada setiap bagian
jembatan tersebut. Menurut Pedoman Perencanan Pembebanan Jembatan Jalan Raya
(PPPJJR-1987), beban-beban yang diperhitungkan dalam perencanaan jembatan jalan
raya antara lain : beban mati, beban hidup dan beban angin.
2.1 Perhitungan Muatan Mati
Beban mati adalah beban yang berasal dari berat sendiri bangunan tersebut, baik
itu bangunan atas maupun bangunan bawah dan juga yang berasal dari muatan-muatan
lain yang bekerja secara permanen pada konstruksi tersebut. Untuk mempermudah
perhitungan beban mati pada konstruksi, maka dapat dibagi dalam beberapa bagian,
antara lain :
2.1.1 Beban tiang sandaran dan Pipa sandaran
sandaran dibuat dari beton bertulang dengan berat jenis beton 2,4 t/m3, terdapat
di dua sisi jembatan.
Gbr.2.1 Lantai Jembatan, Trotoar dan tiang sandaran
3
a. Berat tiang sandaran
Untuk perhitungan tiang sandaran dibagi beberapa pias seperti yang diperlihatkan pada
gambar dibawah ini :
BtsI = P x L x T x Bj beton
= 0,2 m x 0,16 m x 0,7 m x 2,4 t/m3 = 0,054 ton
Bts II = x P x Bj beton
= x 0,55 m x 2,4 t/m3= 0,264 ton
Bts = BtsI + Bts II
= 0,054 ton + 0,264 ton = 0,318 ton
Karena terdapat 16 tiang sandaran ( kiri dan kanan ), maka volume tiang sandaran
adalah :
Bts = 16 x 0,318 = 5,088 ton
b. Berat pipa sandaran
Diameter pipa sandaran yang pakai Φ 75 mm, panjang 25 m dan tebal 3 mm.
Luas pipa sandaran = 1/4 x π x D2
= 1/4 x 3,14 (0,0752) = 0,0044 m2
Volume pipa = Luas pipa x L
= 0,0044 m2 x 25 m = 0,110 m3
Karena terdapat 4 pipa sandaran ( kiri dan kanan ), maka total volume pipa sandaran
adalah :
Vp = 4 x 0,110 m3 = 0,440 m3
Berat pipa sandaran total adalah :
Bps = Vt x Bj pipa
= 0,440 x 6,78 t/m3 = 2,983 ton
Maka total berat tiang sandaran dan sandaran adalah :
Berat total = Bts + Bps
4
Gambar 2.2 Tiang Sandaran
= 5,088 ton + 2,983 ton = 8,071 ton
2.1.2 Beban Aspal
Pengaspalan diatas palat lantai jembatan setebal 7,5 cm, dengan kemiringan 2
%, lebar jalan 6 m dengan berat jenis aspal 2,2 t/m3
Maka beban aspal adalah :
Bas = T x L x B x Bj Aspal
= 0,075 m x 6 m x 25 m x 2,2 t/m
= 24.75 ton
2.1.3 Beban trotoar
Trotoar pada jembatan ini dibuat dari beton bertulang dengan berat jenis beton
2,4 t/m3, lebar 100 cm, tebal 20 cm dan panjang 25 m.
Maka berat trotoar adalah :
Btr = L x T x B x Bj Beton x 2 sisi
= 1 m x 0,2 m x 25 m x 2,4 t/m3 x 2
= 24.00 ton x ½ = 12.00 ton
2.1.4 Beban plat lantai jembatan
Plat lantai tersebut dibuat dari beton bertulang dengan lebar 6 m, panjang bentang
25 m, serta berat jenis beton 2.4 t/m3, tebal plat lantai 0.20 m, dapat dilihat pada gambar
di bawah ini:
Gambar 2.3 Palat Lantai
5
I
IIIII IV
4.00
0.15
1.001.00
25.00
0.05 0.20
Gambar 2.3.1 Penampang / Potongan Melintang
Maka berat beban plat lantai adalah :
Pias I :
BpI = L x T x P x Bj Beton
Bpl I = 6 m x 0,15 m x 25 m x 2,4 t/m3
= 54.00 ton
Pias II :
BpI = L x T x B x Bj Beton
Bpl II = 4 m x 0,05 m x 25 m x 2,4 t/m3
= 12.00 ton
Pias III = Pias IV
BpI = ½ x A x T x P x Bj Beton
= ½ x 1.00 m x 0.05 m x 25 m x 2.4 t/m3
= 1.50 ton
Bpl Total= Pias I + Pias II + Pias III + Pias IV
6
= 54.00 ton + 12.00 ton + 1.50 ton + 1.50 ton = 69.00 ton
2.1.5 Beban Diafragma
Diafragma terbuat dari beton bertulang dengan Bj 2,4 t/m3, dan dengan panjang
6 m, lebar 30 cm dan tebal 60 cm.
Gambar 2.4 Potongan Balok Diafragma
Bdf = P x L x T x Bj beton x 6 buah
= 6 m x 0,3 m x 0,6 m x 2,4 t/m3 x 6
= 15.552 ton
2.1.6 Beban Gelagar
Gelagar terbuat dari beton bertulang dengan berat jenis beton 2,4 t/m3,
perhitungan gelagar yaitu :
Gambar 2.5 Potongan Gelagar
7
Volume gelagar :
Bg = P x L x T x Bj Beton
= 25 m x (0,8 m x 0,2 m x 2) + (0,4 m x 0,6 m) x 2,4 t/m3
= 8,576 ton
Maka total berat gelagar seluruhnya adalah :
Bgt = 8,576 ton x 4 buah = 34,304 ton
2.1.7 Berat Abutmen
Abutmen atau kepala jembatan adalah bagian bangunan pada ujung-ujung
jembatan, selain sebagai pendukung bangunan atas juga berfungsi sebagai penahan
tanah.
Gambar 2.6 Abutment Jembatan
Luas abutmen adalah :
Luas I = P x L= 2,2 m x 1,4 m = 3,08 m2
Luas II & III = 1/2 x P x L x 2
= 1/2 x 0,6 m x 0,6 m x 2 = 0,36 m2
Luas IV = P x L= 1,4 m x 0,6 m = 1,56 m2
Luas V= P x L= 0,5 m x 1,0 m = 0,50 m2
8
Luas keseluruhan abutmen adalah :
Bab total = 3,08 m2 + 0,36 m2 + 1,56 m2 + 0,50 m2
= 5,86 m2
Maka beban abutmen adalah :
Ba = Ba total x L x Bj Beton
= 5,86 m2 x 7 m x 2,4 t/m3 = 98,45 ton
2.1.8 Berat Wing Wall atau sayap jembatan
Wing Wall atau sayap jembatan dibuat dari beton bertulang dengan Bj beton 2,4 t/m3
Gambar 2.7 Wing wall (sayap jembatan)
Luas sayap jembatan adalah :
Luas I = P x L x T = 2,00 m x 1 m x 0,4 m = 0,8 m3
= 0,8 m3 x 2,4 t/m3 x 2 sisi
= 3,84 ton
Luas I’ = ½ a x L x T = ½ x 2 m x 1,6 m x 0,4 m = 0,64 m3
= 0,64 m3 x 2,4 t/m3 x 2 sisi
= 3,072 ton
9
Luas II = P x L x T
= 2,00 m x 1,25 m x 0,4 m = 1 m3
= 1 m3 x 2,4 t/m3 x 2 sisi
= 4,8 ton
Total berat Wing wall adalah :
Bw total = Brt I + Brt I’ + Brt II
= 3,84 ton + 3,072 ton + 4,8 ton
= 11,712 ton
Jumlah total muatan mati adalah :
M Mati = Bts + Bps + Bas + Btr +Bpl + Bdf + Bg + Bab + Bw
= 5.088 + 2.983 + 24.75 + 24.00 + 69.00 + 15.552 + 34.304 + 98.45 + 11.712
= 315.839 ton
Maka jumlah muatan mati untuk setengah bentang
M = ½ x 315.839 ton
= 157.920 ton
2.2 Perhitungan Beban Hidup
Muatan hidup adalah muatan yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan
bergerak/ lalu lintas atau penjalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan tersebut
sesuai dengan PPPJJR 1987.
2.2.1 Beban terbagi rata
Jembatan ini mempunyai bentang 25 m, lebar lantai 6 m. Untuk jembatan
dengan lebar lantai kendaraan lebih besar dari 5,50 meter, beban “D” sepenuhnya
(100%) dibebankan pada lebar jalur sedangkan lebar selebihnya dibebankan hanya
separuh beban “D”.Berdasarkan PPPJJR- 1987 ( Hal. 7 ), untuk jembatan L< 30 m,
maka beban q = 2,2 t/m maka :
10
Btr =
=
= 4.8 t/m
Maka beban terbagi rata yang bekerja pada satu bentang adalah :
Btr total = Btr x Panjang bentang
= 4.8 t/m x 25 m = 120 ton
2.2.2 Beban Garis
Menurut PPPJJR – 1987, beban garis 12 ton digunakan sebesar 100%, (untuk
jembatan standar) adalah P = 12 ton x 100% = 12 ton dari beban garis yang ada adalah :
Bgr =
=
= 26,18 ton
2.2.3 Beban Kejut
Akibat pengaruh getaran- getaran dan pengaruh- pengaruh dinamis lainnya,
maka tegangan – tegangan akibat beban garis “P” harus dikalikan dengan koefisien
kejut yang akan memberikan hasil maksimum, sedangkan beban merata “q” dan beban
“T” tidak di kalikan dengan koefisien kejut. Besarnya koefisien kejut adalah :
K = 1 +
= 1 + m
Maka beban p garis adalah :
P = Bgr + K
= 26,18 ton + 1,267 m = 27.447 tm
Maka total beban roda dijalur “D” adalah :
D = Btr + P
11
= 120 + 33,25 = 153.250 ton
2.2.4 Beban Pada Trotoar dan Tiang Sandaran
Berdasarkan PPPJJR–1987, konstruksi trotoar diperhitungkan terhadap beban
hidup sebesar 50 kg/cm2, lebar trotoar 1.00 m, panjang bentang 25 m, beban pada-
sandaran di tetapkan sebesar 100 kg/cm. yaitu bekerja secara- horizontal setinggi 10 cm
dan trotoar digunakan sebesar 60%, beban trotoar dan tiang sandaran adalah :
Untuk beban yang bekerja pada trotoar dan tiang sandaran adalah :
Bts = { ( 0,1 x 25 ) + (1.00 x 1.00 x 25)}x 2 x 60%
= 32.50 ton
Maka total besarnya beban hidup adalah :
H = D + Bts
= 153.250 ton + 32.50 ton
= 185.75 ton.
2.3 Perhitungan Beban Sekunder
Muatan sekunder adalah muatan pada jembatan, yang merupakan muatan
sementara, yang selalu bekerja untuk perhitungan tegangan-tegangan pada setiap
perencanaan jembatan. Pada umumnya muatan ini mengakibatkan tegangan-tengangan
yang relative lebih kecil dari pada tegangan akibat muatan primer dan biasanya
tergantung dari bentang, sistem jembatan, bahan dan keadaan setempat.
2.3.1 Beban Angin
Berdasarkan PPPJJR 1987, pengaruh tekanan angin sebesar 150 kg/m2 pada
jembatan di tinjau berdasarkan bekerjanya muatan angin horizontal terbagi rata pada
bidang vertikal jembatan dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan.
Jumlah bidang vertical bangunan atas jembatan yang dianggap terkena oleh
angin ditetapkan suatu persentase tertentu terhadap luas bagian-bagian sisi jembatan dan
luas bidang vertical beban hidup, hal tersebut diatas berdasarkan peraturan yang
terdapat didalam PPPJJR- 1987.
12
Muatan angin yang ditinjau dalam perhitungan ini ialah muatan angin yang
bekerja pada abutment dan pilar jembatan. Besarnya muatan angin ditentukan dengan
persamaan :
W = P .A
Dimana :
W = muatan angin, kg = 150 kg/m2
P = tekanan hidup angin, kg/m2
A = luas bidang tiupan angin, m2
Gambar 2.8 Abutmen Jembatan
Berdasarkan gambar dapat dihitung besarnya muatan angin yang bekerja :
Tabel 2.1 perhitungan Muatan AnginBidang A
(m2)W = P . A
(Kg)Y
(m)W . Y
(Kg.m)I 3.08 462.00 2.80 1293.60II 0.36 54.00 1.20 64.80III 0.36 54.00 1.20 64.80IV 1.56 234.00 0.60 140.40V 0.50 75.00 3.80 285.00
Jumlah 879.00 1848.60
Muatan angin pada saat muatan hidup adalah :
H = 879 Kg = 0,879 ton
13
Momen yang timbul :
M = 1848,6 – 879 = 969,6 kg.m
= 0,969 ton.m
2.3.2 Beban akibat Rem
Berdasarkan beban rem dan traksi diperkirakan 5 %, dari pada beban “D” tanpa
koefisien kejut yang memenuhi semua jalur lalu lintas yang ada.
Untuk beban rem adalah :
Rm = 5% x (q + P )
= 0,05 x (120 + 27.447 )
= 7.372 ton
2.4 Perhitungan Muatan Khusus
Muatan khusus adalah merupakan yang tidak membebanai konstruksi yang
tidak membebani konstruksi bagian atas jembatan, seperti piral dan abutment. Muatan
ini terdiri dari :
- Muatan gempa
- Muatan aliran air dan benda-benda hanyutan.
- Muatan gesekan pada tumpuan-tumpuan bergerak dll.
2.4.1 Beban Akibat Gempa
Untuk bangunan jembatan ini koefisien gempa ditentukan (Berdasarkan peta
daerah gempa Indonesia (SNI 03-1726-2003), koefisien gempa untuk daerah VI adalah
0.030 dengan beban mati sebesar 315.839 ton, maka beban gempa yang bekerja adalah :
Bag = E x Beban mati
= 0,030 x 315.839 ton
= 9.475 ton
2.4.2 Muatan aliran dan benda-benda hanyutan
Muatan aliran dihitung dengan rumus :
14
P = K x V2
Dimana :
K = 0,075 (Koefisien bentuk poer atau abutmen)
V = Kec. Aliran air (diperkirakan 0,5 m/det )
A = luas bidang terkenak aliran.
Muatan aliran dihitung berdasarkan gambar diatas. Dengan menggunakan
persamaan diatas dan kecepatan aliran (V) = 0,5 m/det serta koefisien aliran (K) =
0,075, diperlihatkan seperti tabel berikut ini :
Tabel 2.2 Perhitungan Muatan Aliran dan Benda Hanyutan
Untuk benda hanyutan bekerja sepanjang 10 m dan tebal konstruksi yang
terkena air diasumsikan 0,50 m.
Gaya hanyutan (Ph) = 0,075 x (0,52) x (10 x 0,5)
= 0,093 ton
Momen hanyutan (Mh) = Ph x (1/2 x 2,0) x 0,6 + 0,6)
= 0,206 tm
15
Gaya akibat muatan aliran air dan benda –benda hanyutan :
Ha = 0,1099 + 0,093
= 0,643 ton
Ma = 0,2311 + 0,206
= 0,437 tm
Momen Total ( Mt) = Ma + Mh
= 0,437 + 0,206
= 0,643 tm
2.4.3 Beban akibat Gesekan Pada Tumpuan-tumpuan bergerak
Berdasarkan koefisien geser gempa 0,030 didaerah VI dan beban mati 315.839
ton, maka beban geser yang bekerja adalah :
Bgs = E x beban mati
= 0,030 x 315.839 ton
= 9.475 ton
2.4.4 Gaya Akibat Tekanan Tanah Lateral
Tekanan tanah lateral terdiri dari tekanan tanah aktif dan tekanan tanah pasif.
Tekanan tanah aktif yaitu : tekanan tanah yang berada dibelakang abutment yang terdiri
dari dua keadaan sebelum dan sesudah dipengarihi oleh beban berjalan. Tekanan tanah
pasif terjadi akibat adanya tekanan tanah aktif yang menyebebkan abutment bergeser
atau terdorong kedepan sehingga tanah didepat abutment mengadakan perlawanan.
Tekanan tanah didepan abutment ini disebut tekanan tanah pasif.
Untuk tanah timbunan digunakan tanah pasir dimanan sebagian beban pengisi
lereng sangat stabil. Menurut metode Rankine (Buku Teknik Sipil Hal 139).
16
Gambar 2.9 Tekanan Tanah Di belakang Abutment
Dengan data-data asumsi sebagai berikut :
Berat jenis tanah ( γ ) = 1,58 t/m3 (asumsi)
Berat terbagi rata (q) = 1 t/m3
Bearat jenis air (γ w) = 1 t/m3
Sudut geser dalam (θ) = 320 (berdasakan tabel berat isi dan sudut geser)
Koefisien tanah aktif (Ka) = tg2 (45 – Ø / 2 )
= tg2 (45 – 320 / 2 ) = 0,307
Koefisien tanah fasiff (Kp) = tg2 (45 + Ø / 2 )
= tg2 (45 +320 / 2 ) = 3,254
2.4.5 Tekanan tanah aktif :
Pa1 = Ka x q x Htotal
= 0,307 x 1 t/m3 x 3,80 m
= 1,167 t/m
Pa3 = Ka x (γ – γw) x h1x h2
= 0,307 x (1,58 –1) x 2,6 x 1,2
= 0,556 t/m
Pa5 = ½ x γ x h22
= ½ x 1 x 1,22 = 0,72 t/m
Pa total = Pa1 + Pa2 + Pa3 + Pa4 + Pa5
= 1,167 t/m + 1,261 t/m + 0,556 t/m + 0,128 t/m + 0,72 t/m
= 3,832 t/m
Maka beban akibat tekanan tanah aktif adalah :
Pa = Pa total x H
= 3,832 t/m x 3,80 m = 14,562 ton
2.4.6 Tekanan tanah pasif
Pp1 = ½ x Kp x (γ – γw) x h22
17
Pa2 = ½ x Ka x γ x h12
= ½ x 0,307 x 1,58 t/m3 x 2,62
= 1,261 t/m
Pa4 = ½ x Ka x (γ – γw) x h22
= ½ x 0,307 x (1,58 –1) x 1,22
= 0,128 t/m
= ½ x 3,254 x (1,58 –1) x 1,22
= 1,359 t/m
Pp2 = ½ x γw x h22
= ½ x 1 x 1,22
= 0,72 t/m
Pp total = Pp1 + Pp2
= 1,359 t/m + 0,72 t/m
= 14,562 t/m
2.4.7 Tekanan tanah akibat gempa
Tag = Koef gempa x ( Pa + Pp )
= 0,30 x (14,562 + 14,562)
= 8.737 ton
2.4.8 Perhitungan Kombinasi Pembebanan
Kesimpulan Pembebanan :
1. Beban mati (M) = 315.839 ton
2. Beban hidup (H+ K) = 185.750 ton
3. Beban angin (A) = 0.969 ton
4. Beban rem (Rm) = 7.372 ton
5. Beban gempa (Gh) = 9.475 ton
6. Beban gesekan (Gg) = 9.475 ton
7. Beban aliran dan benda hanyutan (Ah) = 0.643 ton
8. Beban akibat tekanan tanah (Ta) = 14.562 ton
9. Beban tekanan tanah akibat gempa (Tag)= 8.737 ton
Tabel 2.3 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan dan gaya Tegangan yang digunakan
18
dalam persen terhadap tegangan izin keadaan elastis
I. M + ( H + K ) + Ta
II. M + Ta + Ah + Gg + A
III. Kom (1) + Rm + Gg + A
IV. M + Gh+ Ta + Gg + Ah
V. M + PI
VI. M + (H+ K) + Ta
100 %
125 %
140 %
150 %
130 %
150 %
Dimana :
M = Beban Mati
H+K = Beban Hidup
Ta = Gaya Tekanan Tanah
Ah = Gaya Akibat Aliran dan Hanyutan
Gg = Gaya Gesek Pada Tumpuan
PI = Gaya Pada Waktu Pelaksanaan
Sr = Gaya Akibat Susut dan Rangkak
Rm = Gaya Rem
Gh = Gaya Gempa Bumi
Kombinasi I = M + (H + K) + Ta
= 315.839 + ( 185.750 ) + 14.562
= 516.151 ton
Kombinasi II = M + Ta + Ah + Gg + A
= 315.839 + 14.562 + 0.643 + 9.475 + 0.969
= 341.488 ton
Kombinasi III = Kom I + Rm + Gg + A
= 516.151 + 7.372 + 9.475 + 0.969
= 533.967 ton
Kombinasi IV = M + Gh + Ta + Gg + Ah
= 315.839 + 9.475 + 14.562 + 9.475 + 0.643
19
= 349.994 ton
Kombinasi V = M + PI
= 315.839 + 101.81
= 417.649 ton
Kombinasi VI = M + (H + K) + Ta
= 315.839 + ( 185.750 ) + 14.562
= 516.151 ton
Maka beban- beban yang bekerja dari kombinasi diatas harus di bagikan dengan
persentase tegangan yang digunakan adalah :
Kombinasi I = 516.151 x 100 %
= 516.151 ton
Kombinasi II = 341.488 x 125 %
= 426.860 ton
Kombinasi III = 533.967 x 140 %
= 747.554 ton
Kombinasi IV = 349.994 x 150 %
= 524.991 ton
Kombinasi V = 417.649 x 130 %
= 542.944 ton
Kombinasi VI = 516.151 x 150 %
= 774.227 ton
Jadi dari perhitungan kombinasi di atas diperoleh kombinasi maksimum adalah kombinasi
VI sebesar 774.227 ton.
BAB III
20
PERHITUNGAN GAYA – GAYA YANG
BEKERJA PADA ABUTMENT
3.1 Gaya Horizontal
Dalam arah melintang ( Hy )
- Beban angin = 0.969 ton
- Beban akibat gempa bumi = 9.475 ton
- Muatan aliran dan benda – benda hanyutan = 0.643 ton
Total (Hy) = 11.087 ton
Dalam arah memanjang( Hx )
- Gaya rem = 7.372 ton
- Beban akibat gempa bumi = 9.475 ton
- Gaya akibat tekanan tanah = 14.562 ton
- Gaya gesek pada tumpuan = 9.475 ton
Total (Hx) = 40.884 ton
3.2 Gaya Vertikal
3.2.1 Beban –beban yang bekerja pada abutment adalah :
- Berat beban mati bangunan atas = 157.920 ton
- Berat abutment = 98.450 ton
- Gaya akibat tekanan tanah = 14.562 ton
- Beban hidup = 185.750 ton
Total (V) = 456.682 ton
21
3.2.2 Kestabilan Abutment Terhadap Geser
Kestabilan abutment terhadap geser ditinjau dengan menggunakan rumus :
H
Gs
tan.
Dimana :
ήs = Koefisien geser yang terjadi
ή = Koefisien geser yang diijinkan = 1,5
G = gaya vertikal yang dipikul abutment (ton)
H = gaya horizontal yang diterima abutment (ton)
θ = sudut geser tanah pada abutment = 32o
ήs =
= 3.174 ton
ήs = 3.174 > ή 1,5
Maka abutment aman terhadap geser.
BAB IV
22
PERENCANAAN PONDASI SUMURAN
4.1. Perhitungan Daya Dukung Tanah
4.1.1. Menentukan daya dukung tiang pancang individu (single pile )
a. Berdasarkan kekuatan bahan tiang.
A bahan = Fb + n.Fc
Dimana :
Fb = luas penampang sumuran (cm2)
n = kostanta (15)
Fc = luas besi tulangan
D = Diameter 1,5 m = 150 cm
Karena digunakan tulangan 9 Ø 16 mm, ( Luas Tulangan Ø 16 mm = 2,009 )
maka :
Fb = 1/4 . . D2
= 1/4 . 3.14 . 1502
= 17662.5 cm2
Fc = 4 x 2,009 = 8,038 cm ≈ 9 cm
A bahan = Fb + n.Fc
= ( 17662.5 ) + ( 15 x 9 x 2,009 )
= 17933.715 cm2
Gambar 4.1 Dimensi Sumuran
Tegangan yang diajukan pada beton : σ = 60 kg/cm2
23
9 ø 16
Gaya yang diperoleh :
P bahan = σ b x A bahan
= 60 x 17933.715 cm2
= 1076022.9 kg ≈ 1076.023 ton
Dimana :
σ b = tegangan izin tekan bahan (kg/cm2)
P bahan = kekuatan yang diizinkan pada bahan (kg.Ton)
A bahan = luas penampang bahan (cm2)
b. Berdasarkan kekuatan tanah
Daya dukung bahan berdasarkan kekuatan tanah di hitung degan persamaan
berikut :
Q bahan =
Dimana :
P = nilai konus dari hasil sondir (kg/cm2)
O = keliling bahan
C = harga cleef rata-rata (kg/cm2)
3 = faktor keamanan ( berdasarkan sondir )
5 = angka keamanan berdasarkan cleef ( sondir )
l = panjang bahan yang masuk kedalam tanah
Diketahui:
Kedalaman Sumuran (h) = 4 m – 5 m
Nilai konus (P) = 130 kg/cm2
Nilai cleef rata- rata (C) = 610 kg/cm2
Diameter (D) = 1.5 m = 150 cm
Keliling tiang (O) = . D = 3.14 . 150 cm = 471 cm
Luas penampang (Abahan) = 17933.715 cm 2
Q ult =
24
=
= 834.590 ton
Jadi gaya dukung sumuran = 834.590 ton
4.1.2 Faktor Keamanan (SF)
Qult = Daya Dukung Sumuran = ton
SF = Faktor Keamanan (5)
Qall = Q izin = ton
Q all =
=
= 166.918 ton
Q ult = 834.590 ton
Pkombinasi beban = 774.227 ton
Q ult > Pkombinasi beban ………………….. (OK)
834.590 ton > 774.227 ton ………………….. (OK)
BAB V
25
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Jadi dalam perencanaan jembatan beton ini dengan panjang 25 m dan lebar
jembatan 6 m, trotoar 1.00 m.
2. Dan dalam perencanaan Abutment dengan luas 2.6 m didapatkan luas
keseluruhan abutmen 5.86 m2, dan beban abutmen sebesar 98.45 ton.
3. Setelah semua data yang dibutuhkan lengkap barulah kita merencanakanya.
5.2 Saran - Saran
1. Perencanaan jembatan beton, perlu terlebih dahulu dilakukan tinjauan/survey
lapangan. Supaya kita dapat Ketahui pasti kebutuhan lapangan.
2. Hendaknya survey dan riset dalam prosesnya melalui penyelidikan yang lebih
akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam perencanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
26
1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBBI ), 1971, Departemen Pekerjaan
Umum Direktoriat Djendral Tjiptakarya, Bandung.
2. Peraturan Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya ( PPPJJR ), 1987,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
3. Tugas Perencanaan Beton II Lukmanul Hakim Fakultas Teknik 2010,
Universitas Samudra Langsa.
4. Struktur Beton Bertulang SNI 2883:2008, Departemen Pekerjaan Umum Bidang
Konstruksi dan Rekayasa Sipil.
27