Masjid Agung Demak

download Masjid Agung Demak

of 44

description

banyak mesjid

Transcript of Masjid Agung Demak

KLIPPING

KLIPPINGDISUSUN OLEH: MUHAMMAD DHAFA

MASJID AGUNG DEMAK Legenda danSejarah

Masjid ini dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya paraulama(wali) yang menyebarkanagamaIslamdi tanahJawayang disebut denganWalisongo. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demaksekitar abad ke-15 Masehi.Raden PatahbersamaWali Songomendirikan masjid yang karismatik ini dengan memberi gambar serupabulus. Ini merupakancandra sengkala memet, dengan artiSarira Sunyi Kiblating Gustiyang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka.

ArsitekturMasjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebutsaka guru. Salah satu dari tiang utama tersebut konon berasal dari serpihan-serpihan kayu, sehingga dinamaisaka tatal. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuklimasyang ditopang delapan tiang yang disebutSaka Majapahit. Atap limas Masjid terdiri dari tiga bagian yang menggambarkan; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat Pintu Bledeg, mengandungcandra sengkala, yang dapat dibacaNaga Mulat Salira Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.

Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-rajaKesultanan Demakdan para abdinya. Di kompleks ini juga terdapatMuseum Masjid Agung Demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak. Masjid Agung Demak dicalonkan untuk menjadiSitus Warisan Dunia UNESCOpada tahun1995Legenda dan SejarahMasjid Agung DemakMenurut sejarah, masjid ini didirikan olehWali Songo secara bersama-sama dalam waktu 1 (satu) malam, masjid ini didirikan pada tahun 1399 saka (1447 M) yg ditandai oleh candrasangkala (Lawang Trus Gunaningjami) sedang pada gambar bulus yg berada di mihrab masjid ini terdapat lambang tahun 1401 saka yang menunjukan masjid ini berdiri pada tahun 1479 M bangunan dari kayu jati ini berukuran 31 m x 31 m denga bagian serambi berukuran 31 m x 15 m atap tengahnya ditopang oleh 4 (empat) buah tiang kayu raksasa (saka guru) yamg dibuat empat wali diantara sembilan wali, saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, saka sebelah barat daya buatan Sunan Gunung jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang dan sedangkan sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga. Serambinya dengan delapan buah tiang boyongan merupakan bangunan tambahan pada zamanAdipati Yunus(Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor), sultan Demak ke-2 (1518-1521 M) pada tahun 1520

Dalam proses pembangunannya, Sunan Kalijaga memegang peranan yang amat penting. Wali inilah yang berjasa membetulkan arah kiblat. Menurut riwayat, Sunan Kalijaga juga memperoleh wasiat antakusuma, yaitu sebuah bungkusan yang konon berisi baju hadiah dari NabiMuhammad SAW, yang jatuh dari langit di hadapan para wali yang sedang bermusyawarah di dalam masjid itu. Memasuki pertengahan abad XVII, ketika kerajaan Mataram berdiri, pemberontakan pun juga mewarnai perjalanan sejarah kekuasaan raja Mataram waktu itu.Sejarah yang sama juga melanda kerajaan Demak. Kekuasaan baru yang berasal dari masuknya agama Islam ke tanah Jawa. Seorang Bupati putra dariBrawijayayang beragama Islam disekitar tahun 1500 bernama Raden Patah dan berkedudukan di Demak, secara terbuka memutuskan ikatan dariMajapahityang sudah tidak berdaya lagi, dan atas bantuan daerah-daerah lain yang telah Islam (seperti Gresik, Tuban dan Jepara), ia mendirikan kerajaan Islam yang berpusat di Demak. Namun keberadaan kerajaan Demak tak pernah sepi dari rongrongan pemberontakan. Dimasa pemerintahan raja Trenggono, walau berhasil menaklukkanMataramdanSingasari. Tapi perlawanan perang dan pemberontakan tetap terjadi di beberapa daerah yang memiliki basis kuat keyakinan Hindu. Sehingga daerah Pasuruan serta Panarukan dapat bertahan dan Blambangan tetap menjadi bagian dari Bali yang tetap Hindu. Pada tahun 1548 M, raja Trenggono wafat akibat perang dengan Pasuruan.KematianTrenggonomenimbulkan perebutan kekuasaan antara adiknya dan putranya bernama pangeran Prawoto yang bergelarSunan Prawoto (1549 M). Sang adik berjuluk pangeran Seda Lepen terbunuh di tepi sungai dan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh anak dari pangeranSeda Lepenyang bernamaArya Panangsang. Tahta Demak dikuasai Arya PPenangsang yang terkenal kejam dan tidak disukai orang, sehingga timbul pemberontakan dan kekacauan yang datangnya dari kadipaten-kadipaten. Apalagi ketikaadipati Japarayang mempunyai pengaruh besar dibunuh pula, yang mengakibatkan si adik dari adipati japara berjulukRatu Kalinyamatbersama adipati-adipati lainnya melakukan pemberontakan dalam bentuk gerakan melawan Arya Panangsang. Salah satu dari adipati yang memberontak itu bernamaHadiwijoyoberjulukJaka Tingkir, yaitu putra dariKebokenongosekaligus menantu Trenggono yang masih ada hubungan darah dengan sang raja. Jaka Tingkir, yang berkuasa diPajang Boyolali, dalam peperangan berhasil membunuh Arya Penangsang. Dan oleh karena itu ia memindahkan Karaton Demak kePajangdan ia menjadi raja pertama di Pajang. Dengan demikian, habislah riwayat kerajaan Islam Demak.

Masjid Agung Demakmerupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini memiliki nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam di tanah air, tepatnya pada masa Kesultanan Demak Bintoro. Banyak masyarakat memercayai masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para wali penyebar agama Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo (Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam, dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Oleh karenanya, masjid ini bisa dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintoro.Masjid Agung Demak didirikan dalam tiga tahap. Tahap pembangunan pertama adalah pada tahun 1466 M. Ketika itu masjid ini masih berupa bangunanPondok Pesantren Glagahwangidi bawah asuhanSunan Ampel. Pada tahun 1477 M, masjid ini dibangun kembali sebagai masjidKadipaten Glagahwangi Demak. Pada tahun 1478 M, ketika Raden Patah diangkat sebagaiSultan I Demak, masjid ini direnovasi dengan penambahan tiga trap.Raden Patahbersama Walisongo memimpin proses pembangunan masjid ini dengan dibantu masyarakat sekitar. Para wali saling membagi tugasnya masing-masing. Secara umum, para wali menggarap soko guru yang menjadi tiang utama penyangga masjid. Namun, ada empat wali yang secara khusus memimpin pembuatan soko guru lainnya, yaitu:Sunan Bonangmemimpin membuat soko guru di bagian barat laut;Sunan Kalijagamembuat soko guru di bagian timur laut;Sunan Ampelmembuat soko guru di bagian tenggara; danSunan Gunungjatimembuat soko guru di sebelah barat daya.

Luas keseluruhan bangunan utamaMasjid Agung Demakadalah 31 x 31 m2. Di samping bangunan utama, juga terdapat serambi masjid yang berukuran 31 x 15 m dengan panjang keliling 35 x 2,35 m; bedug dengan ukuran 3,5 x 2,5 m; dan tatak rambat dengan ukuran 25 x 3 m. Serambi masjid berbentuk bangunan yang terbuka. Bangunan masjid ditopang dengan 128 soko, yang empat di antaranya merupakan soko guru sebagai penyangga utamanya. Tiang penyangga bangunan masjid berjumlah 50 buah, tiang penyangga serambi berjumlah 28 buah, dan tiang kelilingnya berjumlah 16 buah.Masjid ini memiliki keistimewaan berupa arsitektur khas alaNusantara. Masjid ini menggunakan atap limas bersusun tiga yang berbentuk segitiga sama kaki. Atap limas ini berbeda dengan umumnya atap masjid di Timur Tengah yang lebih terbiasa dengan bentuk kubah. Ternyata model atap limas bersusun tiga ini mempunyai makna, yaitu bahwa seorang beriman perlu menapaki tiga tingkatan penting dalam keberagamaannya: iman, Islam, dan ihsan. Di samping itu, masjid ini memiliki lima buah pintu yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, yang memiliki makna rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Masjid ini memiliki enam buah jendela, yang juga memiliki makna rukun iman, yaitu percaya kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan qadha-qadar-Nya.Bentuk bangunan masjid banyak menggunakan bahan dari kayu. Dengan bahan ini, pembuatan bentuk bulat dengan lengkung-lengkungan akan lebih mudah. Interior bagian dalam masjid juga menggunakan bahan dari kayu dengan ukir-ukiran yang begitu indah. Dan ada satu keistimewahan satu buah tiang yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal). Bentuk bangunan masjid yang unik tersebut ternyata hasil kreatifitas masyarakat pada saat itu.Disamping banyak mengadopsi perkembangan arsitektur lokal ketika itu, kondisi iklim tropis (di antaranya berupa ketersediaan kayu) juga mempengaruhi proses pembangunan masjid.Arsitekturbangunan lokal yang berkembang pada saat itu, seperti joglo, memaksimalkan bentuk limas dengan ragam variasinya.Masjid Agung Demakberada di tengah kota dan menghadap ke alun-alun yang luas. Secara umum, pembangunan kota-kota diPulau Jawabanyak kemiripannya, yaitu suatu bentuk satu-kesatuan antara bangunan masjid, keraton, dan alun-alun yang berada di tengahnya. Pembangunan model ini diawali olehDinasti Demak Bintoro. Diperkirakan, bekasKeraton Demakini berada di sebelah selatan Masjid Agung dan alun-alun.Masjid Agung Demakterletak di desaKauman, Demak, Jawa Tengah. Lokasi Masjid berada di pusat kota Demak, berjarak 26 km dari Kota Semarang, 25 km dari Kabupaten Kudus, dan 35 km dari KabupatenJepara. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut jugaWalisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam diTanah Jawakhususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalahRaden Patah, yaitu raja pertama dariKesultanan Demak. Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaanGlagahwangi Bintoro Demak. Struktur bangunan masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa. Kini Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah. Penampilan ataplimas piramidamasjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat Pintu Bledeg, bertuliskan Condro Sengkolo, yang berbunyiNogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.

Sultan HasanuddinMembangun Benteng dengan Derita

Sultan HasanuddinDalam masa pemerintahannya, terutama saat membangun benteng pertahanan di Mariso, Sultan Hasanuddin ditenggarai telah menindas serta menganiaya rakyat dan bangsawan Bone. Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa ke XVI. Ia lahir di Makasar, 12 Januari 1631. Ia putera kedua dari Sultan Muhammad Said atau Sultan Malikussaid. Beliau merupakan Raja Gowa ke XV. Banyak penulis sejarah mengatakan bahwa Sultan Hasanuddin bukan Anak Pattola artinya bukan Putera Mahkota yang paling memenuhi syarat untuk menduduki tahta Kerajaan Gowa. Karena ia lahir sebelum ayahnya menjadi Raja Gowa dan ibunya bukan dari golongan Anak Karaeng tino. Sultan Haasanuddin memang bukan Anak Pattola yang memenuhi syarat untuk menduduki Kerajaan Gowa, namun beliau juga dapat menduduki tahta Kerajaan Gowa yang sedang berada dalam puncak kejayaannya tanpa ada reaksi, oposisi, atau perlawanan dari pihak lain. Padahal tercatat dalam sejarah sebagai Perang Mahkota atau Perang Suksesi yaitu perang untuk menentukan siapa yang menjadi Raja. Lalu apa yang membuat Sultan Hasanuddin dapat menduduki tahta Kerajaan Gowa? Ternyata karena ayahandanya, Sultan Muhammad Said, Raja Gowa ke XV sebelum wafatnya beramanat untuk Sultan Hasanuddin agar mewarisi pemerintahan. Hal tersebut menjadi satu kekuatan karena adat Kerajaan Gowa itu amanat Raja Gowa tidak boleh dibantah dan harus ditaati.Selain itu, faktor yang sangat penting dan mendukung Sultan Hasanuddin yang bukan Anak Pattola dapat menaiki tahta Kerajaan Gowa karena ia memiliki sifat-sifat yang menonjol. Ia terkenal cerdas, gagah berani, dan bijaksana. Beliau juga pernah memangku jabatan penting sebelum menjadi Raja Gowa XVI, Sultan Hasanuddin adalah Karaeng Tumakajannangang atau panglima perang yang mengurus dan memikirkan mengenai strategi peperangan dan pertahanan.Disamping itu, yang menyebabkan Sultan Hasanuddin menduduki tahta Kerajaan Gowa ialah faktor keturunan. Yang menurut adat Kerajaan Gowa masih berhak untuk menjadi Raja Gowa.Kerajaan Gowa terletak di posisi yang strategis yakni di ujung selatan jazirah barat daya pulau Sulawesi dengan ibukotanya yang terkenal dengan nama Sombaopu terletak di Pantai Selat Makassar.Sultan Hasanuddin melanjutkan perjuangan ayahandanya melawan VOC yang menjalankan monopoli perdagangannya di Indonesia bagian timur. VOC menganggap orangorang Makasar dan Kerajaan Gowa sebagai penghalang dan saingan berat. Bahkan VOC menganggap sebagai musuh yang sangat berbahaya. Mereka berusaha dengan jalan diplomasi. Belanda selalu ingin menjalankan perdagangan monopoli hasil rempah-rempah di Indonesia bagian timur. Belanda melarang orang Makasar berdagang dengan musuh-musuh Belanda yaitu Portugis.Tentu saja keinginan Belanda ditolak mentah-mentah Raja Gowa.kerajaan Gowa menentang dengan keras hak monopoli yang hendak dijalankan VOC. Sultan Alaudin, Sultan Muhammad Said, dan Sultan Hasanuddin berpendirian sama bahwa Tuhan menciptakan bumi dan lautan untuk dimiliki dan dipakai bersama. Itu sebabnya Kerajaan Gowa menentang usaha monopoli VOC dan ini yang membuat VOC berusaha untu menghancurkan dan menyingkirkan Kerajaan Gowa.Dalam perjalanannya, terjadi pertempuran yang berlangsung di medan perang Sulawesi Selatan antara orang-orang Makasar yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dan VOC dipimpin oleh Laksamana Speelman. Bertujuan untuk menyingkirkan Kerajaan Gowa.Pertempuran-pertempuran terus berlangsung begitu pula diadakannya berbagai perjanjian perdamaian dan gencatan senjata, namun selalu dilanggar oleh VOC dan merugikan Kerajaan Gowa. Wilayah Kerajaan Gowa semakin sempit karena pasukan-pasukan musuh yang semakin lama semakin mendesak.Dengan berbagai pertimbangan akhirnya Sultan Hasanuddin bersedia menandatangani Perjanjian Bungaya, pada 18 November 1667. Setelah merasa Perjanjian Bungaya itu sangat merugikan bagi rakyat dan Kerajaan Gowa, akhirnya pada 12 April 1668 perang kembali pecah. Pada 24 Juni 1669 jatuhlah Banteng Sombaopu yakni benteng utama dan tertangguh Kerajaan Gowa.Karena kegagahan dan keberaniannya melawan VOC, ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan dari Kawasan Timur.Sultan Hasanuddin wafat pada 12 Juni 1670 setelah menderita penyakit ari-ari, setelah kurang lebih tujuh belas tahun memerintah dan memimpin Kerajaan Gowa. Ia dimakamkan di Katangka, Makasar.Gelar Pahlawan Nasional yang diberikan kepada Sultan Hasanuddin diteguhkan dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 087/TK/1973 pada tanggal 6 November 1973.

Biografi Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam

Sultan Iskandar Muda(Aceh,Banda Aceh,1593atau1590[1]Banda Aceh,Aceh,27 September1636) merupakansultanyang paling besar dalam masaKesultanan Aceh, yang berkuasa dari tahun1607sampai1636.[2]Aceh mencapai kejayaannya pada masa kepemimpinan Iskandar Muda,dimanadaerah kekuasaannya yang semakin besar dan reputasi internasional sebagai pusat dari perdagangan dan pembelajaran tentang Islam.Namanya kini diabadikan diBandar Udara Internasional Sultan Iskandar MudadiAceh.Sultan Iskandar Muda adalah putra dari Puteri Raja Indra Bangsa, keturunan keluarga Raja Darul Kamal dan ayahnya adalah Sultan Alauddin Mansur Syah yang merupakan putra Sultan Abdul Jalil bin Sultan 'Alaiddin Ri'ayat Syah Al-Kahhar.Besar dalam lingkungan istana, ketika telah cukup umur Iskandar Muda dikirim ayahnya untuk belajar pada Teungku Di Bitai, salah seorang ulama dari Baitul Mukadis pakal ilmu falak dan ilmu firasat.Iskandar muda mempelajari ilmu nahu dari beliau. Selanjutnya ayah Iskandar Muda mulai menerima banyak ulama terkenal dari Mekah dan dari Gujarat.Di antaranya adalah tiga orang yang sangat berpengaruh dalam intelektual Iskandar Muda, yaitu Syekh Abdul Khair Ibnu Hajar, Sekh Muhammad Jamani dari Mekah dan Sekh Muhammad Djailani bin Hasan Ar-Raniry dari Gujarat.Dinobatkan pada tanggal 29 Juni 1606, Sultan Iskandar Muda memberikan tatanan baru dalam kerajaannya. Beliau mengangkat pimpinan adat untuk tiap suku dan menyusun tata negara sekaligus qanun yang menjadi tuntunan penyelenggaraan kerajaan dan hubungan antara raja dan rakyat.Selama 30 tahun masa pemerintahannya (1606 - 1636 SM) Sultan Iskandar Muda telah membawa Kerajaan Aceh Darussalam dalam kejayaan. Saat itu, kerajaan ini telah menjadi kerajaan Islam kelima terbesar di dunia setelah kerajaan Islam Maroko, Isfahan, Persia dan Agra.Seluruh wilayah semenanjung Melayu telah disatukan di bawah kerajaannya dan secara ekonomi kerajaan Aceh Darussalam telah memiliki hubungan diplomasi perdagangan yang baik secara internasional.Rakyat Aceh pun mengalami kemakmuran dengan pengaturan yang mencakup seluruh aspek kehidupan, yang dibuat oleh Iskandar Muda.Tahun 1993, pada tanggal 14 September, pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Iskandar Muda atas jasa dan kejayaannya membangun dasar-dasar penting hubungan ketatanegaraan dan atas keagungan beliau.

Delapan wasiat raja adil dan bijaksana(Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam) :

Pertama, hendaklah semua orang tanpa kecuali supaya selalu ingat kepada Allah dan memenuhi janji-Nya. Taushiah pertama ini tidak hanya diperuntukkan kepada rakyat semata, tetapi juga diberlakukan untuk semua wazir, hulubalang, pegawai kerajaan, bahkan untuk keluarga istana. Melalui wasiat ini telah mendorong tumbuhnya girah keagamaan dan syiar Islam di seluruh wilayah kerajaan Aceh Darussalam.

Kedua, janganlah raja menghina para alim-ulama dan cendekiawan. Pesan kedua ini terutama ditujukan kepada raja (diri sendiri) sebelum ditujukan kepada rakyat. Ini mengandung filosofi, bahwa setiap pimpinan (kerajaan) tidak hanya pandai memberikan perintah, intruksi kepada orang lain, sedangkan untuk diri sendiri diabaikan. Pesan ini juga tercermin begitu baiknya hubungan umara (raja) dengan ulama dan pada masa itu. Ulama ditunjuk sebagai mufti kerajaan. Hal ini tidak terlepas dari pesan Rasulullah saw, Ada dua golongan manusia, bila kedua golongan itu baik maka akan baiklah semua manusia. Dan bila keduanya tidak baik maka akan rusaklah kehidupan manusia ini, dua golongan itu ialah ulama dan umara.Ketiga,Raja janganlah cepat percaya bila ada informasi atau berita disampaikan kepadanya. Wasiat ini ada berkorelasi dengan isyarat Alquran (al-Hujarat:6), agar setiap ada berita atau informasi yang belum jelas, supaya dilakukan investigasi kebenarannya. Tujuan supaya tidak menimbulkan fitnah antar sesama.Keempat, Raja hendaklah memperkuat pertahanan dan keamanan. Wasiat keempat ini merupakan hal yang penting, karena dengan kuatnya pertahanan negara, menjadikan negara itu berwibawa. Pertahanan keamanan negara ini tidak hanya ditujukan kepada prajurit-prajurit terlatih tetapi juga diserukan kepada rakyat untuk saling membantu bangsa, agama dan tanah airnya dari segala bentuk ancaman yang datang baik dari dalam maupun dari luar.Kelima, Raja wajib merakyat, dan sering turun ke desa melihat keadaan rakyatnya. Ini pesan yang sangat simpatik dan seperti itulah jiwa dari seorang khalifah, tidak hanya duduk dan berdiam di istana dengan segala kesenangan dan kemewahan, tapi semua itu justru digunakan untuk kepentingan rakyatnya. Raja, tidak hanya ahli mendengar para pembisik dari wazir dan hulubalangnya, raja tidak hanya pandai menerima dan membaca laporan dari kurirnya, tetapi raja yang adil, arif dan bijaksana serta amanah menyaksikan langsung apa yang sedang terjadi dan dialami oleh penduduknya. Sifat semacam itu menjadi kebiasaan dari khalifah Umar bin Khattab saat beliau menjabat Khalifah. Raja sangat menghargai prestasi yang telah dibuat oleh rakyat, yang baik diberi penghargaan, sedangkan yang tidak baik diberi sanksi berupa teguran dan peringatan.Keenam, Raja dalam melaksanakan tugasnya melaksanakan hukum Allah. Semua ketentuan Allah yang harus dijalankan termaktub dalam Qanun al-Asyi. Tentang sumber hukum dalam qanun al-asyi, dengan tegas dicantumkan, bahwa sumber hukum dari Kerajaan Aceh Darussalam, yaitu Alquran, al-Hadis Nabawi, Ijmak ulama, dan qiyas, hukum adat.Islamisasi semua aspek kehidupan rakyat Aceh disimbolkan oleh sebuah hadih maja yang menjadi filsafat hidup, politik dan hukum bagi rakyat dan Kerajaan Aceh Darussalam. Bunyinya: Adat bak Poteumeureuhom, hukom bak Syiah Kuala, qanun bak Putroe Phang, reusam bak Laksamana, hukom ngon adat lagee zat ngon sifeut. Menyimak ungkapan tersebut, jelas sekali demikian kukuhnya pilar keislaman yang dilandasi syariat Islam kaffah di seluruh wilayah Kerajaan Aceh Darussalam. Bahkan ada riwayat yang menyebutkan Sultan Iskandar Muda, pernah menghukum putranya sendiri karena melakukan perbuatan mesum dengan perempuan yang bukan isterinya.Ketujuh, Raja dilarang berhubungan dengan orang jahat. Pesan ini dipahami agar semua orang berkewajiban untuk menegakkan amar makruf dan membasmi segala bentuk kemungkaran. Kerajaan tidak memberikan kesempatan kepada siapapun untuk melakukan segala bentuk kemaksiatan yang menjurus kepada kefasidan. Namun berkenaan dengan syiar keagamaan kerajaan memberikan dukungan sepenuhnya untuk dijalankan.Kedelapan, Raja wajib menjaga dan memelihara harta dan keselamatan rakyat dan dilarang bertindak zalim. Pesan ini dimaksudkan agar raja bertindak adil dalam semua aspek, dan tidak berlaku diskriminatif dalam penegakan hukum. Hak-hak rakyat dijaga, dan sama sekali tidak membebani rakyat dalam hal-hal yang tidak mampu dikerjakannya.

SUNAN KALIJAGA

Sunan Kalijaga itu aslinya bernama Raden Said. Putera Adipati Tuban yaitu Tumenggung Wilakita.Tumenggung Wilakita seringkali disebut Raden Sahur, walau dia termasuk keturunan Ranggawale yang beragama Hindu tapi Raden Sahur sendiri sudah masuk agama Islam.Sejak kecil Raden Said sudah diperkenalkan kepada agama Islam oleh guru agama Kadipaten Tuban. Tetapi karena melihat keadaan sekitar atau lingkungan yang kontradiksi dengan kehidupan rakyat jelata maka jiwa Raden Said berontak.Gelora jiwa muda Raden Said seakan meledak-ledak manakala melihat praktek oknum pejabat kadipaten Tuban disaat menarik pajak pada penduduk atau rakyat jelata.Rakyat yang pada waktu itu sudah sangat menderita dikarenakan adanya musim kemarau panjang, semakin sengsara, mereka harus membayar pajak yang kadangkala tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Bahkan jauh dari kemampuan mereka. Seringkali jatah mereka untuk persediaan menghadapi musim panen berikutnya sudah disita para penarik pajak.Walau Raden Said putera seorang bangsawan dia lebih menyukai kehidupan bebas, yang tidak terikat adat istiadat kebangsawanan. Dia gemar bergaul dengan rakyat jelata atau dengan segala lapisan masyarakat, dari yang paling bawah hingga yang paling atas. Justru karena pergaulannya yang supel itulah dia banyak mengetahui seluk beluk kehidupan rakyat Tuban.

Niat untuk mengurangi penderitaan rakyat sudah disampaikan kepada ayahnya. Tapi agaknya ayahnya tak bisa berbuat banyak. Dia cukup memahaminya pula posisi ayahnya sebagai adipati bawahan Majapahit. Tapi niatnya itu tidak pernah padam. Jika malam-malam sebelumnya dia sering berada di dalam kamarnya sembari mengumandangkan ayat-ayat suci Al-Quran maka sekarang dia keluar rumah.Di saat penjaga gudang Kadipaten tertidur lelap, Raden Said mengambil sebagian hasil bumi yang ditarik dari rakyat untuk disetorkan ke Majapahit. Bahan makanan itu dibagi-bagikan kepada rakyat yang sangat membutuhkannya. Hal ini dilakukan tanpa sepengetahuan mereka.Tentu saja rakyat yang tak tahu apa-apa itu menjadi kaget bercampur girang menerima rezeki yang tak diduga-duga. Walau mereka tak pernah tahu siapa gerangan yang memberikan rezeki itu karena Raden Said melakukannya dimalam hari secara sembunyi-sembunyi.Bukan hanya rakyat yang terkejut atas rezeki yang seakan turun dari langit itu. Penjaga gudang kadipaten juga merasa kaget, hatinya kebat-kebit karena makin hari barang-barang yang hendak disetorkan ke pusat kerajaan Majapahit itu semakin berkurang.Ia ingin mengetahui siapakah pencuri barang hasil bumi di dalam gudang itu. Suatu malam ia sengaja mengintip dari kejauhan, dari balik sebuah rumah tak jauh dari gudang kadipaten.Dugaannya benar, ada seseorang yang membuka pintu gudang, hampir tak berkedip penjaga gudang itu memperhatikan pencuri itu. Dia hampir tak percaya pencuri itu adalah Raden Said putera junjungannya sendiri.Untuk melaporkannya sendiri kepada adipati Wilatikta ia tak berani. Kuatir dianggap membuat fitnah. Maka penjaga gudang itu hanya minta dua orang saksi dari sang adipati untuk memergoki pencuri yang mengambil hasil bumi rakyat yang tersimpan di gudang.Raden Said tak pernah menyangka bahwa malam itu perbuatannya bakal ketahuan. Ketika ia hendak keluar adari gudang sambil membawa bahan-bahan makanan tiga orang prajurit kadipaten menangkapnya, beserta barang bukti yang dibawanya. Raden Said dibawa ke hadapan ayahnya.

Adipati Wilatikta marah melihat perbuatan anaknya itu. Raden Said tidak menjawab untuk apakah dia mencuri barang-barang hasil bumi yang hendak disetorkan ke Majapahit.Tapi untuk itu Raden Said harus mendapat hukuman, karena kejahatan mencuri itu baru pertama kali dilakukannya maka ia hanya mendapat hukuman cambuk dua ratus kali pada tangannya. Kemudian disekap selama beberapa hari, tak boleh keluar rumah. Jerakah Raden Said atas hukuman yang sudah diterimanya?Sesudah keluar dari hukuman dia benar-beanr keluar dari lingkungan istana. Tak pernah pulang sehingga membuat cemas ibu dan adiknya. Apa yang dilakukan Raden Said selanjutnya?Dia mengenakan topeng khusus, berpakaian serba hitam dan kemudian merampok harta orang-orang kaya di kabupaten tuban. Terutama orang kaya yang pelit dan para pejabat yang curang.Harta hasil rampokan itu diberikannya kepada fakir miskin dan orang-orang yang menderita lainnya. Tapi ketika perbuatannya itu mencapai titik jenuh ada saja orang yang bermaksud mencelakakannya.Ada seorang pemimpin perampok sejati yang mengetahui aksi Raden Said menjarah harta pejabat kaya, kemudian pemimpin perampok itu mengenakan pakaian serupa dengan pakaian Raden Said, bahkan juga mengenakan topeng seperti Raden Said juga.Pada suatu malam Raden Said baru saja menyelesaikan sholat isya mendengar jerit tangis para penduduk desa kampunya sedang djarah perampok.Dia segera mendatangi tempat kejadian itu. Begitu mengetahui kedatangan Raden Said kawanan perampok itu segera berhamburan melarikan diri. Tinggal pemimpin mereka yang sedang asik memperkosa seorang gadis cantik.Raden Said mendobrak pintu rumah sigadis yang sedang diperkosa. Didalam sebuah kamar dia melihat seorang berpakaian seperti dirinya, juga mengenakan topeng serupa sedang berusaha mengenakan pakaiannya kembaili. Rupanya dia sudah selesai memperkosa gadis tersebut.Raden Said berusaha menangkap perampok itu namun pemimpin perampok itu berhasil melarikan diri. Mendadak terdenganr suara kentongan dipukul bertalu-talu, penduduk dari kampung lain berdatangan ke tempat itu. Pada saat itulah si gadis yang baru diperkosa perampok tadi menangkap erat-erat tangan Raden Said. Raden Said jadi panik dan kebingungan. Para pemuda dari kampung lain menerobos masuk dengan senjata terhunus. Raden Said ditangkap dan dibawa ke rumah kepala desa.Kepala desa yang merasa penasaran mencoba membuka topeng di wajah Raden Said. Begitu mengetahui siapa orang dibalik topeng itu sang kepada desa menjadi terbungkam. Sama sekali tak disangkanya bahwa perampok itu adalah putera junjungannya sendiri yaitu Raden Said. Gegerlah masyarakat pada saat itu, Raden Said dianggap perampok dan pemerkosa. Si gadis yang diperkosa adalah bukti dan saksi hidup atas kejadian itu.Sang kepala desa masih berusaha menutup aib junjungannya. Diam-diam ia membawa Raden Said ke istana kadipaten tuban tanpa sepengetahuan orang. Tentu saja sang adipati jadi murka. Raden Said di usir dari wilayah kadipaten tuban.Pergi dari kadipaten tuban ini! Kau telah mencoreng nama baik keluargamu sendiri, pergi! Jangan kembali sebelum kau dapat menggetarkan dinding-dinding istana kadipaten tuban ini dengan ayat-ayat Al-Quran yang sering kau baca di malam hari.Sang adipati Wilatikta juga sangat terpukul atas kejadian itu. Raden Said yang diharapkan dapat menggantikan kedudukannya ternyata telah menutup kemungkinan ke arah itu, sirna sudah segala harapan sang adipati.Hanya ada satu orang yang dapat mempercayai perbuatan Raden Said, yaitu Dewi Rasawulan, adik Raden Said itu berjiwa luhur dan sangat tidak mungkin melakukan perbuatan keji. Dewi Rasawulan yang sangat menyayangi kakaknya itu merasa kasihan tanpa sepengetahuan ayah dan ibunya dia meninggalkan istana kadipaten tuban untuk mencari Raden Said untuk diajak pulang.

Mencari Guru SejatiKemanakah Raden Said sesudah diusir dari kadipaten tuban, ternyata ia mengembara tanpa tujuan pasti. Pada akhirnya dia menetap dihutan Jatiwangi. Selama bertahun-tahun ia menjadi perampok budiman. Mengapa disebut perampok budiman? Karena hasil rampokkannya itu tak pernah dimakannya. Seperti dahulu, selalu diberikan kepada fakir miskin.Yang dirampoknya hanya para hartawan atau orang kaya kikir, tidak menyantuni rakyat jelata. Dan tidak mau membayar zakat.

Di hutan Jatiwangi dia membuang nama aslinya. Orang menyebutnya dengan Brandal Lokajaya.Pada suatu hari, ada seorang berjubah putih lewat hutan Jatiwangi. Dari jauh Brandal lokajaya sudah mengincarnya. Orang itu membawa tongkat yang gagangnya berkilauan.Terus diawasinya orang tua berjubang putih itu. Setelah dekat dia hadang langkahnya. Tanpa banyak bicara lagi direbutnya tongkat itu dari tangan lelaki berjubah putih. Karena tongkat itu dicabut dengan paksa maka orang berjubah putih itu jatuh tersungkur.Dengan susah payah orang itu bangun, sepasang matanya mengeluarkan air walau tak ada suara tangis dari mulutnya. Raden Said pada saat itu sedang mengamati gagang tongkat yang dipegangnya. Ternyata tongkat itu bukan terbuat dari emas, hanya gagangnya saja terbuat dari kuningan sehingga berkilauan tertimpa cahaya matahari, seperti emas. Raden Said heran melihat orang tua itu menangis. Segera diulurkannya kembali tongkat itu. Jangan menangis, ini tongkatmu kukembalikan.Bukan tongkat ini yang kutangisi ujar lelaki itu sembari memperlihatkan beberapa batang rumput ditangannya. Lihatlah ! aku telah berbuat dosa, berbuat kesia-siaan. Rumput ini tercabut ketika aku jatuh tersungkur tadi.Hanyam beberapa lembar rumput. Kau merasa berdosa? Tanya Raden Said heran.Ya, memang berdosa! Karena kau mencabutnya tanpa sesuatu keperluan. Andaikata kucabut guna makanan ternak itu tidak mengapa. Tapi untuk sesuatu kesia-siaan benar-benar suatu dosa jawab lelaki itu.

Hari Raden Said bergetar atas jawaban yang mengandung nilai iman itu.

Anak muda sesungguhnya apa yang kau cari dihutan ini?

Saya menginginkan harta?

Untuk apa?

Saya berikan kepada fakir miskin dan penduduk yang menderita,.. hemsungguh mulia hatimu, sayangcaramu mendapatkannya yang keliru.

Orang tua.apa maksudmu?

Boleh aku bertanya anak muda? Desah orang tua itu. Jika kau mencuci pakaianmu yang kotor dengan air kencing, apakah tindakanmu itu benar?

Sungguh perbuatan bodoh sahut Raden Said. Hanya menambah kotor dan bau pakaian saja.

Lelaki itu tersenyum, demikianlah amal yang kau lakukan. Kau bersedekah dengan barang yang didapat secara haram atau mencuri itu sama halnya dengan mencuci pakaian dengan air kencing.Raden Said tercekat. Lelaki itu melanjutkan ucapannya. Allah itu adalah zat yang baik, hanya menerima amal dari barang yang baik atau halal.Raden Said makin tercengang mendengar keterangan itu. Rasa malu mulai menghujam lubuk hatinya. Betapa keliru perbuatannya selama ini. Dipandangnya sekali lagi wajah lelaki tua itu. Agung dan berwibawa namun mencerminkan pribadi yang welas asih. Dia mulai suka dan tertarik dengan lelaki tua berjubah putih tersebut.Banyak hal yang terkait dengan usaha mengentaskan kemiskinan dan penderitaan rakyat pada saat ini. Kau tidak bisa merubahnya hanya dengan memberi bantuan makan dan uang kepada para penduduk miskin. Kau harus memperingatkan pada penguasa yang zalim agar mau mengubah caranya memerintah yang sewenang-wenang, kau juga harus dapat membimbing rakyat agar dapat meningkatkan taraf kehidupannya.Raden Said semakin terpana, ucapan seperti itulah yang didambakannya selama ini. Kalau kau tak mau kerja keras dan hanya ingin beramal dengan cara yang mudah maka ambillah itu. Itu barang halal. Ambillah sesukamu!

Berkata demikian lelaki itu menunjuk pada sebatang pohon aren. Seketika itu pohon berubah menjadiemas. Sepasang mata Raden Said terbelalak. Dia adalah seorang pemuda sakti dan banyak ragam pengalaman yang telah dikecapnya. Berbagai ilmu yang aneh-aneh telah dipelajarinya. Dia mengira orang itu mempergunakan ilmu sihir. Kalau benar orang itu mengeluarkan ilmu sihir ia pasti dapat mengatasinya.Tapi setelah mengerahkan ilmunya, pohon aren itu tetap berubah menjadi emas. Berarti orang tua itu tidak menggunakan sihir. Ia benar-benar merasa heran dan penasaran, ilmu apakah yang telah dipergunakan orang tua itu sehingga mampu merubahpohonmenjadi emas.Raden Said terdiam beberapa saat ditempatnya berdiri. Dia mencoba memanjat pohon aren itu. Benar-benar berubah jadi emas seluruhnya. Ia ingin mengambil buah aren yang telah berubah menjadi emas berkilauan itu. Mendadak buah aren itu rontok, berjatuhan mengenai kepala Raden Said. Pemuda itu jatuh terjerembab ke tanah roboh dan pingsan.Ketika sadar, buah aren yang rontok itu telah berubah menjadi hijau seperti aren-aren yang lainnya. Raden Said bangkit berdiri, mencari orang tua berjubah putih tadi. Tapi yang dicari nya sudah tidak ada ditempat.Ucapan orang tua tadi masih terngiang ditelinganya. Tentang beramal dengan barang haram yang disamakan dengan mencuci pakaian dengan air kencing. Tentang berbagai hal yang terkait dengan upaya memberantas kemiskinan.Raden Said mengejar oarang itu. Segenap kemampuan dikerahkannya untuk berlari cepat akhirnya dia dapat melihat bayangan orang tua itu dari kejauhan.Sepertinya santai saja orang itu melangkahkan kakinya tapi Raden Said tak pernah bisa menyusulnya. Jatuh bangun terseok-seok dan berlari lagi, demikianlah setelah tenaganya habis terkuras dia baru bisa sampai dibelakang lelaki berjubah putih itu.Lelaki berjubah putih itu berhenti, bukan karena kehadiran Raden Said melainkan didepannya terbentang sungai cukup lebar. Tak ada jembatan dan sungai itu tampaknya sangat dalam dengan apa dia harus menyeberang.Tunggu, ucap Raden Said ketika melihat orang tua itu hendak melangkahkan kakinya lagi.

Sudilah kiranya tuan menerima saya sebagai murid..pintanya.

Menjadi muridku? Tanya orang tua itu sembari menoleh. Mau belajar apa?

Apa saja, asal tuan manerima saya sebagai murid.

Berat, berat sekali anak muda, bersediakah engkau menerima syarat-syaratnya?

Saya bersedia.

Lelaki itu kemudian menancapkan tongkatnya ditepi sungai. Raden Said diperintah menunggui tongkat itu. Tak boleh beranjak dari tempat itu sebelum orang tua itu kembali menemuinya. Raden Said bersedia menerima syarat ujian itu.Selanjutnya lelaki itu menyeberangi sungai. Sepasang mata Raden Said terbelalak heran, lelaki itu berjalan diatas air bagaikan berjalan di daratan saja. Kakinya tidak basah terkena air, ia semakin yakin calon gurunya itu adalah seorang lelaki berilmu tinggi, waskita dan mungkin saja golongan para wali.Setelah lelaki tuan itu hilang dari pandangan Raden Said, pemuda ini duduk bersila dia teringat suatu kisah ajaib yang dibacanya didalam Al-Quran yaitu kisah Ashabul Kahfi, maka ia segera berdoa kepada Tuhan supaya ditidurkan seperti para pemuda di goa kahfi ratusan tahun yang silam.Doanya dikabulkan. Raden Said tertidur dalam semedinya selama tiga tahun. Akar dan rerumputan telah merambati tubuhnya dan hampir menutupi sebagian besar anggota tubuhnya.Setelah tiga tahun lelaki berjubah putih itu datang menemui Raden Said. Tapi Raden Said tak bisa dibangunkan. Barulah setelah mengumandangkan adzan pemuda itu membuka sepasang matanya.Tubuh Raden Said dibersihkan, diberi pakaian baru yang bersih. Kemudian dibawa ke tuban mengapa dibawa ke tuban? Karena lelaki berjubah putih itu adalah sunan Bonang. Raden Said kemudian diberi pelajaran agama sesuai dengan tingkatannya yaitu tingkat para waliyullah. Dikemudian hari Raden Said terkenal dengan sebutan Sunan Kalijaga.Kalijaga artinya orang yang menjaga sungai, karena dia pernah bertapa ditepi sungai. Ada yang mengartikan Sunan Kalijaga adalah penjaga aliran kepercayaan yang hidup pada masa itu. Dijaga maksudnya supaya tidak membahayakan umat, melainkan diarahkan kepada ajaran Islam yang benar.Ada juga yang mengartikan legenda pertemuan Raden Said dengan Sunan Bonang hanya sekedar simbol saja. Kemanapun Sunan Bonang pergi selalu membawa tongkat atau pegangan hidup., itu artinya Sunan Bonang selalu membawa agama, membawa iman sebagai petunjuk jalan kehidupan.Raden Said kemudian disuruh menunggui tongkat atau agama di tepi sungai. Itu artinya Raden Said diperintah untuk terjun kedalam kancah masyarakat jawa yang banyak mempunyai aliran kepercayaan dan masih berpegang pada agama lama yaitu Hindu dan Budha.Sunan Bonang mampu berjalan diatas air sungai tanpa amblas ke dalam sungai. Bahkan tidak terkena percikan air sungai. Itu artinya Sunan Bonang dapat bergaul dengan masyarakat yang berbeda agama tanpa kehilangan identitas agama yang dianut oleh Sunan Bonang sendiri yaitu Islam.

Kerinduan Seorang IbuSetelah bertahun-tahun ditinggalkan kedua anaknya, permaisuri Adipati Wilatikta seperti kehilangan gairah hidup. Terlebih setelah usah adipati tuban menangkap para perampok yang mengacau kadipaten tuban membuahkan hasil. Hati ibu Raden Said seketika terguncang.Kebetulan saat ditangkap oleh prajurit tuban, kepala perampok itu mengenakan pakaian dan topeng yang persis dengan yang dikenakan oleh Raden Said. Rahasia yang selama ini tertutup rapat terbongkarlah sudah. Dari pengakuan perampok itu tahulah adipati tuban bahwa Raden Said tidak bersalah.Ibu Raden Said menangis sejadi-jadinya. Dia benar-benar telah menyesal mengusir anak yang sangat disayanginya itu, sang ibu tak pernah tau bahwa anak yang didambakannya itu bertahun-tahun kemudian sudah kembali ke tuban. Hanya saja tidak langsung ke istana kadipaten tuban, melainkan ke tempat tinggal Sunan Bonang.

Untuk mengobati kerinduan sang ibu, tidak jarang Raden Said mengerahkan ilmunya yang tinggi. Yaitu membaca Quran jarak jauh lau suaranya dikirim ke istana tuban.Suara Raden Said yang merdu itu benar-benar menggetarkan dinding istana kadipaten. Bahkan mengguncangkan isi hati adipati tuban dan isternya. Tapi Raden Said, masih belum menampakkan dirinya. Banyak tugas yang masih dikerjakannya. Diantaranya menemukan adiknya kembali. Pada akhinya, dia kembali bersama adiknya yaitu Dewi Rasawulan. Tak terkirakan betapa bahagianya adipati tuban dan isterinya menerima kedatangan putera-puterinya yang sangat dicintainya itu.Karena Raden Said tidak bersedia menggantikan kedudukan ayahnya akhirnya kedudukan adipati tuban diberikan kepada cucunya sendiri yaitu putera Dewi Rasawulan dan Empu Supa.Raden Said meneruskan pengembaraannya, berdakwah atau menyebarkan agama Islam di jawa tengah hingga ke jawa barat. Beliau sangat arif dan bijaksana dalam berdakwah sehingga dapat ditermia dan dianggap sebagai guru suci se tanah jawa. Dalam usia lanjut beliau memilih Kadilangu sebagai tempat tinggalnya yang terakhir. Hingga sekarang beliau dimakamkan di Kadilangu, Demak. Semoga amal perjuangan nya diterima di sisi Allah.

Sultan Agung dari Mataram

Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma

Sultan Abdullah Muhammad Maulana MataramSultan Agung Senapati-ing-Ngalaga AbdurrahmanSusuhunan HanyakrakusumaPanembahan HanyakrakusumaPrabu Pandita HanyakrakusumaSenapati-ing-Ngalaga Sayidin Panatagama

Lukisan Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma

Masa kekuasaan16131645

PendahuluAdipati Martapura

PenggantiAmangkurat I

PasanganRatu KulonputriKesultanan CirebonRatu WetanputriAdipatiBatang

WangsaDinasti Mataram

AyahPanembahan Hanyakrawati

IbuRatu Mas Adi Dyah Banawati

Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma(Bahasa Jawa:Sultan Agung Adi Prabu Hanyokrokusumo, lahir:Kutagede,Kesultanan Mataram,1593- wafat: Karta (Plered, Bantul),Kesultanan Mataram,1645) adalah Sultan ke-tiga Kesultanan Mataramyang memerintah pada tahun1613-1645. Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar diJawadan Nusantarapada saat itu.Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan menjadipahlawan nasional Indonesia.Raden Mas Rangsang naik takhta pada tahun1613dalam usia 20 tahun menggantikan adiknya(beda ibu),Adipati Martapura, yang hanya menjadi Sultan Mataram selama satu hari. Sebenarnya secara teknis Raden Mas Rangsang adalah Sultan ke-empat Kesultanan Mataram, namun secara umum dianggap sebagai Sultan ke-tiga karena adiknya yang menderitatuna grahitadiangkat hanya sebagai pemenuhan janji ayahnya, Panembahan Hanyakrawati kepada istrinya,Ratu Tulungayu. Setelah pengangkatannya menjadi sultan, dua tahun kemudian, patih seniorKi Juru Martaniwafat karena usia tua, dan kedudukannya digantikan olehTumenggung Singaranu.Ibu kotaMataramsaat itu masih berada diKota Gede. Pada tahun1614mulai dibangun istana baru di desaKarta, sekitar 5km di sebelah barat daya Kota Gede, yang kelak mulai ditempati pada tahun1618.Saingan besar Mataram saat itu tetapSurabayadanBanten. Pada tahun 1614 Sultan Agung mengirim pasukan menaklukkan sekutu Surabaya, yaituLumajang. Dalam perang di Sungai Andaka, Tumenggung Surantani dari Mataram tewas olehPanji Pulangjiwamenantu Rangga Tohjiwa bupatiMalang. Lalu Panji Pulangjiwa sendiri mati terjebak perangkap yang dipasang Tumenggung Alap-Alap.Pada tahun1615Sultan Agung memimpin langsung penaklukan Wirasaba ibukota Majapahit (sekarangMojoagung, Jombang). Pihak Surabaya mencoba membalas. AdipatiPajangjuga berniat mengkhianati Mataram namun masih ragu-ragu untuk mengirim pasukan membantu Surabaya. Akibatnya, pasukan Surabaya dapat dihancurkan pihak Mataram padaJanuari1616di desaSiwalan.Kemenangan Sultan Agung berlanjut diLasemdanPasuruantahun 1616. Kemudian pada tahun1617Pajang memberontak tapi dapat ditumpas. Adipati dan panglimanya (bernama Ki Tambakbaya) melarikan diri ke Surabaya.

Menaklukkan SurabayaPada tahun1620pasukan Mataram mulai mengepung kotaSurabayasecara periodik.Sungai Masdibendung untuk menghentikan suplai air, namun kota ini tetap mampu bertahan.Sultan Agung kemudian mengirimTumenggung Bahureksa(bupatiKendal) untuk menaklukkanSukadana(Kalimantansebelah barat daya) tahun1622. Dikirim pulaKi Juru Kiting(putraKi Juru Martani) untuk menaklukkanMaduratahun1624. Pulau Madura yang semula terdiri atas banyak kadipaten kemudian disatukan di bawah pimpinanPangeran Prasenayang bergelarCakraningrat I.Dengan direbutnya Sukadana dan Madura, posisi Surabaya menjadi lemah, karena suplai pangan terputus sama sekali. Kota ini akhirnya jatuh karena kelaparan pada tahun1625, bukan karena pertempuran. Pemimpinnya yang bernamaPangeran Jayalengkarapun menyerah pada pihak Mataram yang dipimpinTumenggung Mangun-oneng.Beberapa waktu kemudian, Jayalengkara meninggal karena usia tua. Sementara putranya yang bernamaPangeran Pekikdiasingkan keAmpel. Surabaya pun resmi menjadi bawahan Mataram, dengan dipimpin olehTumenggung Sepanjang sebagai bupati.

Akhir kekuasaan

Wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram dalam masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645)Pada tahun1636Sultan Agung mengirimPangeran Selarong(saudara seayah Sultan Agung, putraPanembahan Hanyakrawatidan selirLung AyudariPanaraga) untuk menaklukkanBlambangandi ujung timurPulau Jawa. Meskipun mendapat bantuan dariBali, negeri Blambangan tetap dapat dikalahkan pada tahun1640.Dalam masa Sultan Agung, seluruh Pulau Jawa sempat tunduk dalam kekuasaanKesultanan Mataram, kecualiBataviayang masih diduduki militerVOCBelanda. Sedangkan desaBantentelah berasimilasi melalui peleburan kebudayaan. Wilayah luar Jawa yang berhasil ditundukkan adalahPalembangdiSumatratahun1636danSukadanadiKalimantantahun1622. Sultan Agung juga menjalin hubungan diplomatik denganMakassar, negeri terkuat diSulawesisaat itu.Sultan Agung berhasil menjadikan Mataram sebagai kerajaan besar yang tidak hanya dibangun di atas pertumpahan darah dan kekerasan, namun melaluikebudayaanrakyat yang adiluhung dan mengenalkan sistem-sistempertanian. Negeri-negeripelabuhandanperdagangansepertiSurabayadanTubandimatikan, sehingga kehidupan rakyat hanya bergantung pada sektor pertanian.Sultan Agung menaruh perhatian besar pada kebudayaan Mataram. Ia memadukanKalender Hijriyahyang dipakai di pesisir utara denganKalender Sakayang masih dipakai di pedalaman. Hasilnya adalah terciptanyaKalender Jawa Islamsebagai upaya pemersatuan rakyat Mataram. Selain itu Sultan Agung juga dikenal sebagai penulis naskah berbau mistik, berjudulSastra Gending.Di lingkungan keraton Mataram, Sultan Agung menetapkan pemakaianbahasa bagonganyang harus dipakai oleh para bangsawan dan pejabat untuk menghilangkan kesenjangan satu sama lain. Bahasa ini digunakan supaya tercipta rasa persatuan di antara penghuni istana.Sementara ituBahasa Sundajuga mengalami perubahan sejak Mataram menguasaiJawa Barat. Hal ini ditandai dengan terciptanya bahasa halus dan bahasa sangat halus yang sebelumnya hanya dikenal diJawa Tengah.Wafatnya Sultan AgungMenjelang tahun1645Sultan Agung merasa ajalnya sudah dekat. Ia pun membangunAstana Imogirisebagai pusat pemakaman keluarga raja-rajaKesultanan Matarammulai dari dirinya. Ia juga menuliskan seratSastra Gendingsebagai tuntunan hiduptrahMataram.Sesuai dengan wasiatnya, Sultan Agung yang meninggal dunia tahun1645digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas Sayidin sebagai raja Mataram selanjutnya, bergelarAmangkurat I.

SEJARAH MENARA KUDUS

MasjidMenara Kudus(disebut juga denganMasjid Al AqsadanMasjid Al Manar) adalah sebuah mesjid yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 Masehi atau tahun 956 Hijriah dengan menggunakan batu Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama. Masjid ini terletak di desa Kauman, kecamatan Kota,kabupateen Kudus, Jawa Tengah. Mesjid ini berbentuk unik, karena memiliki menara yang serupa bangunan candi. Masjid ini adalah perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu.Berdirinya MasjidMenara Kudustidak lepas dari peranSunan Kudussebagai pendiri dan pemrakarsa. Sebagaimana para walisongo yang lainnya,Sunan Kudusmemiliki cara yang amat bijaksana dalam dakwahnya. Di antaranya, beliau mampu melakukan adaptasi dan pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat yang telah memiliki budaya mapan dengan mayoritas beragama Hindu dan Budha. Pencampuran budaya Hindu dan Budha dalam dakwah yang dilakukan Sunan Kudus, salah satunya dapat kita lihat pada masjidMenara Kudusini.

Masjid ini didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. Hal ini dapat diketahui dari inskripsi (prasasti) pada batu yang lebarnya 30 cm dan panjang 46 cm yang terletak pada mihrab masjid yang ditulis dalam bahasa Arab.Menara Kudusmemiliki ketinggian sekitar 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah. Dua puluh buah di antaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid manusia denganuntadan pohon kurma. Sementara itu, 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Di dalam menara terdapat tangga yang terbuat dari kayujatayang mungkin dibuat pada tahun 1895 M. Bangunan dan hiasannya jelas menunjukkan adanya hubungan dengan kesenian Hindu Jawa karena bangunanmenaraKudusitu terdiri dari 3 bagian: (1) kaki, (2) badan, dan (3) puncak bangunan. Menara ini dihiasi pulaantefiks(hiasan yang menyerupai bukit kecil). Kaki dan badan menara dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk motifnya. Ciri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen. Teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat batangsakaguru yangmenopang dua tumpuk ataptajug. Pada bagian puncak atap tajug terdapat semacammustaka(kepala) seperti pada puncakatap tumpangbangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk pada unsur arsitektur Jawa-Hindu

SEJARAH MESJID RAYA BAITURRAHMAN BANDAACEH

Mesjid Kebanggaan Masyarakat AcehMasjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, merupakan Masjid yang memiliki lembaran sejarah tersendiri, yang kini merupakan Masjid Negara yang berada di jantung kota Propinsi Nanggro Aceh Darussalam. Nama Masjid Raya Baiturrahman ini berasal dari nama Masjid Raya yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1022 H/1612 M. Mesjid raya ini memang pertama kali dibangun oleh pemerintahan Sultan Iskandar Muda, namun telah terbakar habis pada agresi tentara Belandakedua pada bulan shafar 1290/April 1873 M, dimana dalam peristiwa tersebut tewas Mayjen Khohler yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada sebuah monument kecil dibawah pohon ketapang/geulumpang dekat pintu masuk sebelah utara mesjid.Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman itu terbakar, pada pertengahan shafar 1294 H/Maret 1877 M, dengan mengulangi janji jenderal Van Sweiten, maka Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman yang telah terbakar itu. Pernyataan ini diumumkan setelah diadakan permusyawaratan dengan kepala-kepala Negeri sekitar Banda Aceh. DDimana disimpulakan bahwa pengaruh Masjid sangat besar kesannya bagi rakyat Aceh yang 100% beragama Islam. Janji tersebut dilaksanakan oleh Jenderal Mayor Vander selaku Gubernur Militer Aceh pada waktu itu. Dan tepat pada hari Kamis 13 Syawal 1296 H/9 Oktober 1879 M, diletakan batu pertamanya yang diwakili oleh Tengku Qadhi Malikul Adil. Masjid Raya Baiturrahman ini siap dibangun kembali pada tahun 1299 Hijriyah bersamaan dengan kubahnya hanya sebuah saja.Pada tahun 1935 M, Masjid Raya Baiturrahman ini diperluas bahagian kanan dan kirinya dengan tambahan dua kubah. Dan pada tahun 1975 M terjadinya perluasan kembali. Perluasan ini bertambah dua kubah lagi dan dua buah menara sebelah utara dan selatan. Dengan perluasan kedua ini Masjid Raya Baiturrahman mempunyai lima kubah dan selesai dekerjakan dalam tahun 1967 M. Dalam rangka menyambut Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Tingkat Nasional ke-XII pada tanggal 7 s/d 14 Juni 1981 di Banda Aceh, Masjid Raya diperindah dengan pelataran, pemasangan klinkers di atas jalan-jalan dalam pekarangan Masjid Raya. Perbaikan dan penambahan tempat wudhuk dari porselin dan pemasangan pintu krawang, lampu chandelier, tulisan kaligrafi ayat-ayt Al-Quran dari bahan kuningan, bagian kubah serta intalasi air mancur di dalam kolam halaman depan.Dan pada tahun 1991 M, dimasa Gubernur Ibrahim Hasan terjadi perluasan kembali yang meliputi halaman depan dan belakang serta masjidnya itu sendiri. Bagian masjid yang diperluas,meliputi penambahan dua kubah, bagian lantai masjid tempat shalat, ruang perpustakaan, ruang tamu, ruang perkantoran, aula dan ruang tempat wudhuk, dan 6 lokal sekolah. Sedangkan. perluasan halaman meliputi, taman dan tempat parkir serta satu buah menara utama dan dua buah minaret.Dilihat dari sejarah, Masjid Raya Baiturrahman ini mempunyai nilai yang tinggi bagi rakyat Aceh, karena sejak Sultan Iskandar Muda sampai sekarang masih berdiri megah di tengah jantung kota Banda Aceh. Mesjid Raya ini mempunyai berbagai fungsi selain shalat, yaitu tempat mengadakan pengajian, perhelatan acara keagamaan seperti maulid Nabi Besar Muhammad SAW, peringatan 1 Muharram, Musabaqah Tilawatil Quran (yang baru selesai MTQ Telkom-Telkomsel Nasional), tempat berteduh bagi warga kota serta para pendatang, salah satu obyek wisata Islami.Waktu gempa dan tsunami (26 Desember 2004) yang menghancurkan sebagian Aceh, mesjid ini selamat tanpa kerusakan yang berarti dan banyak warga kota yang selamat di sini. Kawasan/lingkungan mesjid ini juga dijadikan kawasan syariat Islam, jadi sebaiknya kita jaga dan jangan dikotori oleh perbuatan-perbuatan yang melecehkan mesjid serta melanggar syariat Islam.

Hamengkubuwana I

Sri Sultan Hamengkubuwana I(Bahasa Jawa:Sri Sultan Hamengkubuwono I), (lahir diKartasura,6 Agustus1717meninggal diYogyakarta,24 Maret1792pada umur 74 tahun) merupakan pendiri sekaligus raja pertamaKesultanan Yogyakartayang memerintah tahun1755-1792Nama aslinya adalahRaden Mas Sujanayang setelah dewasa bergelarPangeran Mangkubumi. Ia merupakan putraAmangkurat IVrajaKasunanan Kartasurayang lahir dari selir bernama Mas Ayu Tejawati pada tanggal6 Agustus1717.Pada tahun1740terjadi pemberontakan orang-orangCinadiBataviayang menyebar sampai ke seluruhJawa. Pada mulanya,Pakubuwana II(kakak Mangkubumi) mendukung pemberontakan tersebut. Namun, ketika menyaksikan pihakVOCunggul,Pakubuwana IIpun berubah pikiran.Pada tahun1742istanaKartasuradiserbu kaum pemberontak .Pakubuwana IIterpaksa membangun istana baru diSurakarta, sedangkan pemberontakan tersebut akhirnya dapat ditumpas olehVOCdanCakraningrat IVdariMadura.Sisa-sisa pemberontak yang dipimpin olehRaden Mas Said(keponakanPakubuwana IIdan Mangkubumi) berhasil merebut tanah Sukowati.Pakubuwana IImengumumkan sayembara berhadiah tanah seluas 3.000 cacah untuk siapa saja yang berhasil merebut kembali Sukowati. Mangkubumi dengan berhasil mengusirMas Saidpada tahun1746, namun ia dihalang-halangi Patih Pringgalaya yang menghasut raja supaya membatalkan perjanjian sayembara.Datang pulaBaron van Imhoffgubernur jenderalVOCyang makin memperkeruh suasana. Ia mendesakPakubuwana IIsupaya menyewakan daerah pesisir kepadaVOCseharga 20.000 real untuk melunasi hutang keraton terhadapBelanda. Hal ini ditentang Mangkubumi. Akibatnya, terjadilah pertengkaran di manaBaron van Imhoffmenghina Mangkubumi di depan umum.Mangkubumi yang sakit hati meninggalkanSurakartapada bulanMei1746dan menggabungkan diri denganMas Saidsebagai pemberontak.Sebagai ikatan gabungan Mangkubumi mengawinkanMas Saiddengan puterinya yaituRara IntenatauGusti Ratu Bendoro.

Sunan Bonang

Sunan Bonangdilahirkan pada tahun1465, dengan namaRaden Maulana Makdum Ibrahim. Dia adalah putraSunan Ampeldan Nyai Ageng Manila.Bonangadalah sebuah desa dikabupatenRembang. Nama Sunan Bonang diduga adalah Bong Ang sesuai nama marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo aliasSunan Ampel.Sunan Bonang wafat pada tahun1525M, dan saat ini makam aslinya berada di Desa Bonang. Namun, yang sering diziarahi adalah makamnya di kotaTuban. Lokasi makam Sunan Bonang ada dua karena konon, saat dia meninggal, kabar wafatnya dia sampai pada seorang muridnya yang berasal dari Madura. Sang murid sangat mengagumi dia sampai ingin membawa jenazah dia ke Madura. Namun, murid tersebut tak dapat membawanya dan hanya dapat membawa kain kafan dan pakaian-pakaian dia. Saat melewati Tuban, ada seorang murid Sunan Bonang yang berasal dari Tuban yang mendengar ada murid dari Madura yang membawa jenazah Sunan Bonang. Mereka memperebutkannya.Karya SastraSunan Bonang banyak menggubah sastra berbentuksulukatau tembang tamsil. Antara lain Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr. Sunan Bonang juga menggubah tembangTamba Ati(daribahasa Jawa, berartipenyembuh jiwa) yang kini masih sering dinyanyikan orang.Ada pula sebuah karya sastra dalambahasa Jawayang dahulu diperkirakan merupakan karya Sunan Bonang dan oleh ilmuwanBelandaseperti Schrieke disebutHet Boek van Bonangatau buku (Sunan) Bonang. Tetapi olehG.W.J. Drewes, seorang pakar Belanda lainnya, dianggap bukan karya Sunan Bonang, melainkan dianggapkan sebagai karyanya.Dia juga menulis sebuah kitab yang berisikan tentang Ilmu Tasawwuf berjudul Tanbihul Ghofilin. Kitab setebal 234 hlmn ini sudah sangat populer dikalangan para santri.Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang.Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandawa-KurawaKeilmuanSunan Bonang juga terkenal dalam hal ilmu kebathinannya. Ia mengembangkan ilmu (dzikir) yang berasal dari Rasullah SAW, kemudian dia kombinasi dengan kesimbangan pernapasan[butuh rujukan]yang disebut dengan rahasia Alif Lam Mim ( ) yang artinya hanya Allah SWT yang tahu. Sunan Bonang juga menciptakan gerakan-gerakan fisik atau jurus yang Dia ambil dari seni bentuk huruf Hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf dimulai dari huruf Alif dan diakhiri huruf Ya'. Ia menciptakan Gerakan fisik dari nama dan simbol huruf hijayyah adalah dengan tujuan yang sangat mendalam dan penuh dengan makna, secara awam penulis artikan yaitu mengajak murid-muridnya untuk menghafal huruf-huruf hijaiyyah dan nantinya setelah mencapai tingkatnya diharuskan bisa baca dan memahami isi Al-Qur'an. Penekanan keilmuan yang diciptakan Sunan Bonang adalah mengajak murid-muridnya untuk melakukan Sujud atau Salat dan dzikir. Hingga sekarang ilmu yang diciptakan oleh Sunan Bonang masih dilestarikan di Indonesia oleh generasinya dan diorganisasikan dengan nama Padepokan Ilmu Sujud Tenaga DalamSilat Tauhid Indonesia

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Gedhong Kaca, Museum Hamengku Buwono IX Keraton Ngayogyakarta HadiningratKeraton Ngayogyakarta HadiningratatauKeraton Yogyakarta(bahasa Jawa:Hanacaraka, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat) merupakanistanaresmiKesultanan Ngayogyakarta Hadiningratyang kini berlokasi diKota Yogyakarta,Daerah Istimewa Yogyakarta,Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagianRepublik Indonesiapada tahun1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggalsultandan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakanmuseumyang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dangamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitekturistana Jawayang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.

SejarahSultan Hamengkubuwono VIII menerima kunjungan kehormatan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Bijleveld di Keraton Yogyakarta, sekitar tahun 1937.Keraton Yogyakarta mulai didirikan olehSultan Hamengku Buwono Ibeberapa bulan pascaPerjanjian Giyantipada tahun1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan[2]yang bernamaGarjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan diImogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air,Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam diPesanggrahan Ambar Ketawangyang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping KabupatenSleman[3].Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan)[4][5]. Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satuSitus Warisan Dunia UNESCO.Tata ruang dan arsitektur umumArsitek kepala istana ini adalahSultanHamengkubuwana I, pendiriKesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Keahliannya dalam bidangarsitekturdihargai oleh ilmuwan berkebangsaanBelanda,Theodoor Gautier Thomas PigeauddanLucien Adamyang menganggapnya sebagai "arsitek" dari saudaraPakubuwono IISurakarta"[6]. Bangunan pokok dan desain dasar tata ruang dari keraton berikut desain dasar landscape kota tua Yogyakarta[7]diselesaikan antara tahun 1755-1756. Bangunan lain di tambahkan kemudian oleh para Sultan Yogyakarta berikutnya. Bentuk istana yang tampak sekarang ini sebagian besar merupakan hasil pemugaran dan restorasi yang dilakukan olehSultan Hamengku Buwono VIII(bertahta tahun1921-1939).

Koridor di Kedhaton dengan latar belakang Gedhong Jene dan Gedhong PurworetnoDahulu bagian utama istana, dari utara keselatan, dimulai dari Gapura Gladhag di utara sampai di Plengkung[8]Nirboyo di selatan. Bagian-bagian utama keraton Yogyakarta dari utara ke selatan adalah: Gapura Gladag-Pangurakan; Kompleks Alun-alun Ler (Lapangan Utara) dan Mesjid Gedhe (Masjid Raya Kerajaan); Kompleks Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil Ler, Kompleks Kamandhungan Ler; Kompleks Sri Manganti; Kompleks Kedhaton; Kompleks Kamagangan; Kompleks Kamandhungan Kidul; Kompleks Siti Hinggil Kidul (sekarang disebut Sasana Hinggil); serta Alun-alun Kidul (Lapangan Selatan) dan Plengkung Nirbaya yang biasa disebut Plengkung Gadhing[9][10].Bagian-bagian sebelah utara Kedhaton dengan sebelah selatannya boleh dikatakan simetris. Sebagian besar bagunan di utara Kompleks Kedhaton menghadap arah utara dan di sebelah selatan Kompleks Kedhaton menghadap ke selatan. Di daerah Kedhaton sendiri bangunan kebanyakan menghadap timur atau barat. Namun demikian ada bangunan yang menghadap ke arah yang lain.Selain bagian-bagian utama yang berporos utara-selatan keraton juga memiliki bagian yang lain. Bagian tersebut antara lain adalah Kompleks Pracimosono, Kompleks Roto Wijayan, Kompleks Keraton Kilen, Kompleks Taman Sari, dan Kompleks Istana Putra Mahkota (mula-mula Sawojajar kemudian di nDalem Mangkubumen). Di sekeliling Keraton dan di dalamnya terdapat sistem pertahanan yang terdiri dari tembok/dinding Cepuri dan Baluwerti. Di luar dinding tersebut ada beberapa bangunan yang terkait dengan keraton antara lain Tugu Pal Putih, Gedhong Krapyak, nDalem Kepatihan (Istana Perdana Menteri), dan Pasar Beringharjo.Warisan budayaSelain memiliki kemegahan bangunan Keraton Yogyakarta juga memiliki suatu warisan budaya yang tak ternilai. Diantarannya adalah upacara-upacara adat, tari-tarian sakral, musik, dan pusaka (heirloom). Upacara adat yang terkenal adalah upacaraTumplak Wajik,Garebeg, upacaraSekatendan upacaraSiraman Pusaka dan Labuhan. Upacara yang berasal dari zaman kerajaan ini hingga sekarang terus dilaksanakan dan merupakan warisan budaya Indonesia yang harus dilindungi dari klaim pihak asing.