Masalah Perilaku

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Di antara faktor–faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan, baik kesehatan individu maupun kelompok sangatlah besar. Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30 - 35 % terhadap derajat kesehatan. Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 – 2025 atau “Indonesia Sehat 2025” disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, 1

Transcript of Masalah Perilaku

Page 1: Masalah Perilaku

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perilaku, lingkungan,

pelayanan kesehatan dan keturunan. Di antara faktor–faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap

status kesehatan, baik kesehatan individu maupun kelompok sangatlah besar.

Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi

demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan

gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin

kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada

lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan

faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30 - 35 % terhadap derajat kesehatan.

Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 – 2025 atau

“Indonesia Sehat 2025” disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia

Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan

masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan

masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community).

PHBS dapat diterjemahkan sebagai sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar

kesadaran dari hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong

diri sendiri di bidang kesehatan dan mampu berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakat. Untuk melihat keberhasilan dalam pembudayaan PHBS diukur dengan pencapaian

indikator rumah tangga sehat.

Adapun indikator PHBS di Rumah Tangga adalah sebagai berikut: 1) Pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan; 2) ASI eksklusif; 3) penimbangan bayi dan balita; 4)

Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari; 5) mencuci tangan dengan air bersih dan

sabun; 6) menggunakan jamban sehat; 7) memberantas jentik nyamuk di rumah; 8) makan buah

dan sayur tiap hari; 9) melakukan aktivitas fisik/ olahraga; 10) tidak merokok di dalam rumah.

1

Page 2: Masalah Perilaku

Berdasarkan data diatas mengingat pentingnya masalah perilaku dalam mempengaruhi

kesehatan masyarakat, maka penulis tertarik untuk melakukan identifikasi masalah perilaku di

wilayah kerja puskesmas Pauh.

1.2 Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum

Memperoleh gambaran tentang masalah perilaku yang mempengaruhi kesehatan di

wilayah kerja Puskesmas Pauh dan pengelolaannya.

b. Tujuan khusus

- mengetahui masalah perilaku masyarakat dalam menerapkan prilaku hidup bersih

dan sehat di wilayah kerja Puskesmas Pauh.

- sebagai salah satu syarat dalam menjalankan kepaniteraan klinik di bagian ilmu

kesehatan masyarakat

1.3 Batasan Masalah

Makalah ini membahas tentang hubungan masalah perilaku hidup bersih dan sehat di wilayah

kerja Puskesmas Pauh.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur.

2

Page 3: Masalah Perilaku

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme

yang bersangkutan. Perilaku manuasia pada hakekatnya adalah suatu tindakan atau aktivitas

dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Bahkan kegiatan internal

seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa prilaku pada manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati langsung dari pihak luar.

Perilaku dipengaruhi oleh genetik yang merupakan konsepsi dasar untuk perkembangan

prilaku dan lingkungan yang merupakan kondisi untuk perkembangan prilaku tersebut.

Mekanisme pertemuan keduanya dalam rangka terbentuknya prilaku disebut proses belajar

(learning process).

Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku sebagai respon atau

reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan tertentu dari luar subyek (teori S-O-R atau

teori stimulus-organisme-respon) dan membedakannya:

1. Respondent response atau reflexife response

: Respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Perangsang semacam ini disebut

elicting stimuli karena menimbulkan respon yang relatif tetap misalnya makanan lezat

menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat menyebabkan mata tertutup ,

menangis karena sedih, muka merah karena marah dan lain sebagainya.

2. Operant response atau instrumental response

: respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu . Perangsang

semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsang tersebut

memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu perangsang ini

mengikuti atau memperkuat perilaku yang sudah dilakukan. Sebagai contoh apabila

seorang anak belajar atau sudah melakukan suatu perbuatan kemudian dia memperoleh

hadiah maka dia akan lebih giat belajar atau lebih baik lagi melakukan perbuatan

tersebut. Dengan kata lain respon yang diberikannya akan lebih intensif dan kuat.

3

Page 4: Masalah Perilaku

Dalam kehidupan sehari-hari responden respons sangat terbatas keberadaannya pada

manusia sehingga kemungkinan memodifikasinya kecil. Sedangkan operant respons merupakan

bagian terbesar dari prilaku manusia sehingga kemungkinan memodifikasinya besar.

Menurut Respon terhadap stimulus, prilaku dibedakan kepada dua macam yaitu : 5,6

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung dan tidak

secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Respon masih terbatas pada perhatian,

persepsi, pengetahuan/ kesadaran. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu

dapat mencegah penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke

puskesmas untuk diimunisasi.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Adalah perilaku yang jelas dapat di observasi atau diamati secara langsung dari luar

dalam bentuk tindakan nyata atau terbuk misalnya dari contoh tadi si ibu membawa

anaknya ke puskemas untuk imunisasi

2.2. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman , serta

lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup:

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit

yaitu bagaimana manusia merespon baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan

sakit dan penyakit. Perilaku ini dengan sendirinya berhubungan dengan tingkat

pencegahan penyakit

Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya

makann makanan bergizi, dan olahraga.

Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah malaria,

pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit

kepada orang lain.

4

Page 5: Masalah Perilaku

Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati

penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas

kesehatan tradisional.

Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit

misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan.

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan.

Perilaku ini mencakup respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas

kesehatan dan obat–obat yang terwujud dalam bentuk sikap, persepsi, pengetahuan

ataupun penggunaan yankes.

3. Perilaku terhadap makanan.

Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta

unsur–unsur yang terkandung di dalamnya, pengelolaan makanan dan lain sebagainya

sehubungan dengan tubuh kita.

4. Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai

salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan

lingkungan.itu sendiri.

2.3. Faktor Penentu (Determinan) Perilaku

Perilaku kesehatan seperti halnya perilaku pada umumnya melibatkan banyak faktor.

Menurut Lawrence Green (1980) kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua hal

pokok yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh

3 faktor yaitu :

• Faktor pembawa (predisposing factor) didalamnya termasuk pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai–nilai dan lain sebagainya.

• Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, sumber daya,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan.

• Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud di dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

Sebagai contoh, Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya , dapat

disebabkan karena dia memang belum tahu manfaat imunisasi (predisposing factor),.atau karena

5

Page 6: Masalah Perilaku

jarak posyandu dan puskesmas yang jauh dari rumahnya (enabling factor) sebab lain bisa jadi

karena tokoh masyarakat di wilayahnya tidak mau mengimunisasikan anaknya (reinforcing

factor)

Model di atas dengan jelas menggambarkan bahwa terjadinya perilaku secara umum

tergantung faktor internal (dari dalam individu ) dan faktor eksternal (dari luar individu) yang

saling memperkuat. Maka sudah selayaknya kalau kita ingin mengubah perilaku kita harus

memperhatikan faktor–faktor tersebut di atas.

2.4. Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan

Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan

perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan

atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang

dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour.

Di dalam program–program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai

dengan norma–norma kesehatan diperlukan usaha–usaha yang konkrit dan positif. Beberapa

strategi untuk memperoleh perubahan perilaku seperti:

1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan

perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan–peraturan/undang–undang yang

harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi

biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran

sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan

membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba/penilaian

selesai banyak pagar yang kurang terawat.

2. Pemberian informasi

Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara

menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.

Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada

akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya.

Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan

bersifat lebih langgeng.

6

Page 7: Masalah Perilaku

3. Diskusi partisipatif

Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi

kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa

masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam

diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebihlama

dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar

perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih

mantap.

Ketiga faktor ini tidak berjalan jika tidak didukung oleh pendidikan kesehatan seseorang

itu sendiri. Hal ini dapat dilihat di diagram sebagai berikut:

Bagan 1.Modifikasi skema dari Blum dan Green

7

Reinforcing Factors (sikap dan perilaku

petugas)

Keturunan

Status kesehatan

Perilaku

LingkunganPelayanan kesehatan

Enabling Factors

(ketersediaan sumber daya)

Pendidikan Kesehatan

Pem. Sosial

Predisposing Factors ( pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya)

Keturunan

Status kesehatan

Perilaku

Reinforcing Factors (sikap dan perilaku

petugas)

komunikasi

Predisposing Factors ( pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya)

training

Reinforcing Factors (sikap dan perilaku petugas,toma,toga)

Page 8: Masalah Perilaku

2.5. Pengelolaan Terhadap Penyakit Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kesehatan

2.6.1.Pendidikan Kesehatan Dalam Faktor-Faktor Predisposisi

Ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri,

keluarganya, maupun masyarakat.Contoh :penyuluhan kesehatan, pameran kesehatan, iklan

layanan kesehatan, spanduk, dan sebagainya.

2.6.2. Pendidikan Kesehatan Dalam Faktor Enabling

Karena faktor ini berupa fasilitas atau prasarana dan sarana kesehatan, maka bentuk

pemberdayaannya lebih kepada memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana

dan prasarana kesehatan bagi mereka.Contoh: dengan melakukan pancingan melalui pembuatan

jamban sehat yang sederhana. Diharapkan masyarakat akan mengikuti untuk membuat jamban

sehat dirumahnya.

2.6.3. Pendidikan Kesehatan Dalam Faktor Reinforcing

Oleh karena faktor ini adalah menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma)

dan tokoh agama (toga) serta para petugas kesehatan, maka pendidikan yang tepat

adalah.pelatihan-pelatihan bagi toga, toma dan petugas kesehatan. Tujuan utama dari pelatihan

ini adalah agar sikap perilaku petugas dapat menjadi acuan bagi masyarakat

8

Page 9: Masalah Perilaku

KEC. KOTO TANGAH

KEC. KURANJI

KEC. LUBUK KILANGAN

KAB. SOLOK

KEC. LUBUK

BEGALUNG

KEC. PADANG

TIMUR

LAMBUNG BUKIT

LIMAU MANIS

LIMAU MANIS SELATAN

KOTO LUAR

BINUANG KP. DALAM

PIAI TANGAHPISANG

KAPALO KOTO

CUPAK TANGAH

U

BAB III

ANALISIS SITUASI

3.1. Keadaan Geografis

Gambar 1: Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Wilayah kerja Puskesmas Pauh terletak di Kecamatan Pauh, pada 00 58’ Lintang Selatan,

100 0 21’ 11’ Bujur Timur sebelah timur pusat Kota Padang yang terdiri 9 (sembilan) kelurahan.

Dengan luas wilayah + 146, 2m Km 2, terdiri dari 60 % dataran rendah dan 40 % dataran

tinggi . Curah hujan ± 384,88 mm / bulan , temperatur antara 28 0 – 310C dengan batas wilayah

sebagai berikut :

1. Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Solok

2. Sebelah Barat berbatas dengan Wilayah kerja Puskesmas Andalas (Padang Timur).

3. Sebelah Utara berbatas dengan Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koto Tangah

4. Sebelah Selatan berbatas dengan sebagian Wilayah kerja Puskesmas Pauh.

Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Pauh yang terdiri

dari 9 (sembilan) Kelurahan yaitu Pisang, Binuang Kp. Dalam, Piai Tangah, Kapalo Koto, Koto

Lua, Limau Manis, Limau Manis Selatan, Cupak Tangah dan Lambung Bukit.

9

Page 10: Masalah Perilaku

3.2. Kondisi Demografis

Secara statistik Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Tahun 2010 didiami

oleh 61.442 jiwa, terdiri dari Laki- Laki 30.967 jiwa dan perempuan 30.475 jiwa dengan jumlah

11.328 rumah tangga. Atau rata-rata 5 sampai 6 anggota keluarga setiap rumah.

Rasio rata- rata penduduk laki – laki dan wanita adalah 97,72 %, dengan tingkat

kepadatan penduduk terbesar pada Kelurahan Cupak Tangah yaitu 2,377 jiwa /Km2, sedangkan

kelurahan Limau Manis adalah yang paling jarang penduduknya.

Luas daerah, penduduk dan kepadatannya sesuai dengan data BPS Kota Padang tahun

2011 adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Luas wilayah dan kepadatan pendudukan di Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2011

Kelurahan Luas Wilayah Jumlah KK Jumlah penduduk

Cupak Tangah 2,99 Km2 1341 9027

Piai Tangah 4,97 Km2 886 5035

Pisang 3,99 Km2 1804 7738

Kapalo Koto 35,83 Km2 1105 6693

Limau Manis 24,86 Km2 839 5560

Lambung Bukit 38,80 Km2 814 3560Koto Luar 18,92 Km2 1618 7923LM.Selatan 12,96 Km2 1916 9458

Binuang KP Dalam 2,97 Km2 1005 6448

Total 146,29 Km2 11328 61442

Jumlah penduduk didaerah pauh tidak berbanding lurus dengan luas wilayah, daerah yang

luas justru memiliki penduduk yang sedikit, dan sebaliknya.

Berdasarkan jenis Kelamin sebaran penduduk perkelurahan adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

10

Page 11: Masalah Perilaku

Kelurahan Laki-Laki PerempuanCupak Tangah 4581 4446Piai Tangah 2614 2421Pisang 3430 4308Kapalo Koto 3895 3328Limau Manis 2168 2354Lambung Bukit 1756 1619Koto Luar 3341 3433LM.Selatan 6634 6431Binuang KP Dalam 2548 2135Total 30967 30475

Sumber data: DKK Padang (Tahun 2011 )

Dibawah ini disajikan gambaran kependudukan yang menjadi sasaran dan cakupan

kesehatan Puskesmas PAUH berdasarkan perhitungan statistik dan konversi sebagai berikut:

Tabel 3. Jumlah prakiraan penduduk sasaran kesehatan di Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2011

KODE KELURAHAN

JUMLAH

PDDK BAYI BALITA BUMIL BULIN BUTEKI LANSIA

01 Cupak Tangah 9027 182 790 197 189 200 882

02 Binuang KP Dalam 5035 133 556 147 140 112 630

03 Piai Tangah 7738 118 429 133 125 125 492

04 Pisang 6693 158 673 173 165 179 756

05 Kapalo Koto 5560 138 579 153 145 122 654

06 Koto Lua 3560 163 695 177 169 144 774

07 LB Bukit 7923 79 294 91 85 80 348

08 Limau Manis Selatan 9458 192 831 208 200 210 924

09 Limau Manis 6448 115 477 128 121 106 543

Total 06144

2 1278 5324 1407 1339 1278

Sumber data: DKK Padang (Tahun 2011 )

11

Page 12: Masalah Perilaku

Tabel Data fasilitas pendidikan wilayah kerja Puskesmas Pauh tahun 2011N

KELURAHAN JLH SEKOLAH TK SD/MI SMP/MTS SMU/K/MA PT

1 PISANG 6 2 4 - - 2 BN.KP DALAM 6 1 4 1 3 PIAI TANGAH 2 2 4 CUPAK TANGAH 5 2 1 1 1 5 KAPALO KOTO 6 1 3 1 1 6 KOTO LUAR 10 3 3 2 1 1 7 LAMB.BUKIK 2 2 8 LM.SELATAN 8 4 2 1 1 9 LIMAU MANIS 6 1 3 1 1   PUSKESMAS 51 14 24 6 5 2

3.3. Sarana dan Prasarana

Perluasan jangkauan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas selain

ditunjang oleh Puskesmas Pembantu serta Puskesmas Keliling dan Poskeskel, juga dibantu oleh

peran institusi yang ada pada berbagai tatanan yang ada seperti Posyandu Balita dan Lansia,

sekolah , Majelis Taklim, dan lain-lain.

Salah satu Lembaga atau institusi kesehatan yang dirasakan masih eksis ditengah

masyarakat sampai saat ini adalah Posyandu. Jumlah Posyandu di Kecamatan Pauh pada tahun

2011 adalah sebagai berikut:

Posyandu balita = 70 buah

Posyandu Lansia = 13 buah

Prasarana Puskesmas saat ini cukup baik namun masih perlu perbaikan pada prasarana

penunjang seperti westafel, tempat cuci tangan sehingga kedepan kita bisa memberi pelayanan

yang terbaik kepada masyarakat dan juga melindungi diri sendiri dari penularan penyakit.

Untuk membantu terselenggaranya pembangunan kesehatan diwilayah kerja Puskesmas

Pauh dibantu oleh jejaring kerja seperti 5 (lima) unit Puskesmas Pembantu yang terletak di

Kelurahan Batu Busuk, Pisang, Piai Tangah, Limau Manis dan Limau Manis Selatan, selain itu

juga terdapat Poskeskel pada kelurahan Limau Manis Selatan dan Kelurahan Koto Lua. Secara

rinci kondisi sarana dan prasarana kami sampaikan pada tabel dibawah ini:

12

Page 13: Masalah Perilaku

Tabel 4. Kondisi sarana dan prasarana Puskesmas Pauh tahun 2011

NOJENIS SARANA DAN PRASARANA JL

KONDISI

BAIKRUSAK RUSAK RUSAK

I SARANA KESEHATAN RINGAN SEDANG BERAT  1 Puskesmas Induk 1 1  2 Rawat Inap 1 1  3 Puskesmas Pembantu 5 3 1 1  4 Rumah Dinas Dokter 1 1  5 Rumah Dinas Perawat 2 2  6 Rumah Dinas Bidan -  7 Puskesmas Keliling rod 1 1  8 Ambulance -  9 Sepeda Motor 7 5 1 1II   SARANA PENUNJANG  1 Komputer 2 2  2 Mesin Tik 2 1 1  3 Telepon 1 1  4 Listrik 2 2  5 Sarana Air Bersih 1 1Sumber data: Puskesmas

3.4. Ketenagaan

Sumber daya tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas PAUH secara kuantitatif

sudah cukup memadai dengan rasio tenaga berdasarkan katagori tenaga rata-rata 1 : 1000

penduduk, namun dari segi kualitatif memang diperlukan upaya peningkatan pendidikan dan

pelatihan terutama dalam rangka menjawab tantangan akan pentingnya peningkatan mutu

( Quality Assurance) oleh provider, serta tuntutan masyarakat (user) akan mutu yang ditandai

dengan semakin berkurangnya keluhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang diberikan

Puskesmas.

Jumlah seluruh sumber daya kesehatan pada Puskesmas PAUH sampai dengan 31

Desember 2011 adalah 61 orang, 42 orang tenaga medis yang terdiri dari 3 orang Dokter dan 2

orang Dokter gigi.

Dari segi rasio tenaga dengan penduduk, Sumber Daya Kesehatan pada Puskesmas Pauh

relative cukup. Tenaga medis dokter ada tiga orang atau rasio 1 : 20.000 penduduk. Sedangkan

dokter gigi 2 orang atau 1 : 30.000 penduduk. Jumlah perawat yang ada tahun 2011 di

13

Page 14: Masalah Perilaku

Puskesmas Pauh adalah 13 orang dan bidan sebanyak 21 orang dengan ratio terhadap jumlah

penduduk adalah 1: 1800 orang.

Perubahan kebutuhan masyarakat dan tuntutan peningkatan SDM Kesehatan yang

berkualitas dan mampu menjawab tantangan pelayanan kesehatan yang bermutu disikapi dengan

memberi kesempatan kepada staff Puskesmas Pauh untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan melalui pendidikan formal . Satu orang staff sedang mengikuti pendidikan, yakni

1 orang tugas belajar di Akademi Kebidanan. Sejak maret 2011, Puskesmas Pauh kembali

memiliki tenaga Sarjana Kesehatan Masyarakat yang diharapkan mampu melakukan analisis

masalah kesehatan dan membantu Pimpinan menyusun perencanaan Puskesmas. Dibawah ini

disajikan data dan informasi ketenagaan yang bekerja pada Puskesmas PAUH selama Tahun

2011 sebagai berikut:

Tabel 5. Kondisi ketenagaan pada Puskesmas Pauh Tahun 2011

NO Jenis Ketenagaan PNS PTT HONOR/ SUKARELA KETERANGAN

1 Dokter Umum 32 Dokter Gigi 2 1 Titipan 3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 24 Rekam Medis 15 Pengatur Gizi / AKZI 2 26 Perawat 12 57 Bidan 13 88 Perawat Gigi 19 Sanitarian 210 Asisten Apoteker 311 Analis 112 SMU/PEKARYA 4 1

Jumlah 46 8 7

3.5. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Penduduk

a. Sosial

Penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh dengan strata dan rasial yang relatif homogen

dengan akar budaya yang kuat dan kental dengan sendirinya menjadi potensi dan kekuatan dalam

pembangunan termasuk kesehatan.

Potensi keninikmamakan yang masih dilakoni masyarakat menjadi penentu dalam

melakukan perubahan perilaku masyarakat menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

14

Page 15: Masalah Perilaku

Dari segi kepercayaan, Mayoritas kepercayaan penduduk adalah Islam dengan komposisi

99 % Islam, sisanya katolik, Protestan, Buddha dan lain lain.

b. Budaya

Tersedianya berbagai jenis pendidikan mulai dari tingkat pendidikan kanak-kanak dasar

sampai dengan perguruan tinggi pada wilayah kerja Puskesmas Pauh menyebabkan semakin

banyak penduduk yang mengenyam pendidikan dan diharapkan semakin kritis dengan berbagai

dampak pembangunan. Sistem kekerabatan yang masih dijalankan oleh penduduk setempat

masih dipakai sebagian besar penduduk dan merupakan kekuatan yang dapat digarap apabila

cara nya diketahui. Pendekatan kultural sangat dibutuhkan dalam rangka menjalin kerjasama

peran serta masyarakat.

c. Ekonomi

Pendapatan penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh boleh dikata bervariasi mulai dari

petani dengan kemampuan terbatas, sampai ke kelompok mampu dan mapan, swasta, PNS,

ABRI, sisanya bekerja di sektor informal lainnya. Namun kelompok dengan pendapatan rendah

dan tidak menentu secara signifikan rawan dengan kesehatan yaitu keluarga miskin ternyata

menduduki proporsi yang cukup besar dari total penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh.

15

Page 16: Masalah Perilaku

BAB IV

PEMABAHASAN

4.1. Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan memegang peranan utama dalam 6 program pokok puskesmas. Salah

satu perangkat Promkes yang masih efektif adalah posyandu. Keberhasilan perjalanan Posyandu

merupakan cerminan peran serta aktif masyarakat dalam upaya kesehatan.Hal ini diukur dengan

pencapaian D/S. Dari Bayi dan balita yang ditimbang, capaian hasil penimbangannya bervariasi.

Selain dari Pembinaan Posyandu, juga terus dilakukan upaya pembinaan nagari/ kelurahan

siaga. Kelurahan siaga berawal di tingkat Kecamatan dan dilanjutkan ditingkat Kelurahan yaitu

dengan pembentukan Organisasi Kelurahan Siaga pada 9 Kelurahan dengan kegiatan pendataan

Survei Mawas Diri (SMD), PHBS dan Musyawarah Masyarakat Kelurahan (MMK). Dalam

pelaksanaanya ada beberapa kendala terkait pindahnya tenaga bidan yang telah dilatih sebanyak

4 orang. Untuk Bangunan Desa siaga sebenarnya sudah bertambah 1 buah yaitu di kelurahan

Pisang, namun masih belum dapat digunakan karena masih ada kendala terkait kepemilikan

tanah.

Program yang tidak kalah penting dan cukup menjadi primadona di PROMKES adalah

PHBS. Data pembinaan PHBS menurut tatanan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2011 pada

Puskesmas Pauh berjumlah 1890 Rumah tanga.

Tabel 6. Lokasi pembinaan PHBS

16

Page 17: Masalah Perilaku

Dari Pembinaan PHBS yang dapat dilakukan secara Optimal adalah Pembinaan Rumah

Tangga. Selain itu juga telah dilakukan survey terhadap 1980 Rumah Tangga terhadap 10

Indikator PHBS. Masalah PHBS tertinggi yaitu Asi eksklusif, Kebiasaan merokok, olah raga

tidak teratur, dan memberantas jentik nyamuk dirumah.

Tabel 7. Penilaian 10 indikator PHBS

Hasil Detail 10 Indikator tersebut perkelurahan adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Rekap indikator PHBS perkelurahan

4.2. Analisis Masalah Perilaku Di Puskesmas Pauh

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

17

Page 18: Masalah Perilaku

Persalinan oleh tenaga Kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang kompeten seperti bidan, dokter dan dokter spesialis.

Menurut standar Pelayanan Minimal Bidang kesehatan kota padang target minimal 90%,

dan standar yang dipakai oleh puskesmas 90%. Hasil pencapaian Persalinan oleh tenaga

kesehatan di Puskesmas Pauh secara rata-rata pada 9 kelurahan adalah 99,68 % dan sudah

mencapai target untuk semua kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh.

Dalam rangka Upaya peningkatan Persalinan oleh tenaga kesehatan, Puskesmas

melakukan penyuluhan akan pentingnya persalinan oleh tenaga kesehatan atau di sarana

pelayanan kesehatan. Penyuluhan ini dapat diberikan lewat kunjungan posyandu, KIA, ataupun

kelas ibu hamil. Untuk ibu miskin juga di sediakan layanan rujukan jampersal.

2. ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak anak lahir sampai berusia 6 bulan, tanpa

makanan atau minuman lain. Menurut standar Pelayanan Minimal Bidang kesehatan kota padang

target minimal 30%. Berdasarkan data PHBS Angka Pemberian ASI eksklusif di Pauh yaitu

33,37%, dengan persentase terkecil di Kelurahan Limau Manis Selatan yaitu 25,71%.

Dalam rangka upaya peningkatan pemberian asi esklusif, Puskesmas Pauh terus

memberikan penyuluhan mengenai pentingnya ASI ekslusif. Penyuluhan diberikan di posyandu,

layanan KIA puskesmas, kunjungan neonatus dan nifas, kelas bumil ataupun melalui media

leaflet yang disediakan di puskesmas.

Sebaran posyandu di tiap kelurahan adalah:

Tabel 9. Jumlah posyandu dan sebaran kader Perkelurahan tahun 2011

18

Page 19: Masalah Perilaku

3. Penimbangan Bayi

Penimbangan bayi setiap bulannya bertujuan untuk memantau pertumbuhan dan

perkembangan balita tiap bulannya. Penimbangan dapat dilakukan di posyandu. Dari Hasil

survey PHBS didapatkan hasil rata-rata 71,96% dengan penimbangan terendah di Limau Manis

Selatan yaitu 61,90%.

Jika dilihat data cakupan d/s posyandu hanya 54,3% dengan target 65%. Dalam rangka

upaya peningkatan kunjungan penimbangan bayi ini, Puskesmas Pauh terus memberikan

penyuluhan, dan melibatkan peran serta kader.

Grafik 1. Pencapaian d/s tahun 2011

4. Penggunaan Air Bersih

Penggunaan air bersih sangat penting sekali untuk menghindari adanya penyebaran

penyakit lewat air atau lingkungan yang tidak bersih. Pencapaian penggunaan air bersih di

kecamatan Pauh yaitu 81,07%. Angka yang cukup tinggi ini salah satu faktor pendukungnya

adalah pemberian bantuan Pamsimas oleh pemerintah.

19

65.2 62.5 58.6 56.8 54.449.5 48.7 47.48 45.9

54.3

01020304050607080

JUMLAH

KELURAHAN

65%

Page 20: Masalah Perilaku

5. Cuci Tangan Pakai Sabun

Cuci tangan memakai sabun penting sebagai salah satu cara pemutusan rantai penularan

penyakit. Berdasarkan data PHBS CTPS di Pauh yaitu 58,52%, dengan persentase terkecil di

kelurahan Cupak Tangah dan Binuang Dalam yaitu 57,1%.

Dalam rangka upaya peningkatan CTPS ini, puskesmas terus mengadakan penyuluhan

seperti penyuluhan dan pemasangan poster disekolah dan memasukan materi CTPS kedalam

materi dokcil atau UKS ataupun lewat materi PHBS secara Umum.

6. Penggunaan Jamban Sehat

Jamban merupakan suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran

manusia yang terdirin atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa

leher angsa (cemplung) yang dilengkapi unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya. Berdasarkan data PHBS Angka Penggunaan jamban Sehat di Pauh yaitu

59,55%,dengan persentase terkecil di kelurahan baringin yaitu 42,06%.

7. Memberantas jentik nyamuk di rumah

3M plus merupakan salah satu program pembrantasan jentik nyamuk yang dapat

menyebabkan penyakit seperti DBD. Kegiatan yang dilakukan yaitu, menguras, menutup,

mengubur plus memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu

pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent,

memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala.. Berdasarkan data PHBS Angka

pemberantasan jentik di kecamatan Pauh yaitu 39,79%, dengan persentase terkecil di kelurahan

Limau Manis Selatan yaitu 22,86%.

Dalam rangka upaya peningkatan penyuluhan 3M ini, Puskesmas Pauh terus memberikan

penyuluhan tentang DBD dengan 3M plus sebagai upaya pencegahannya.

8. Makan Buah dan sayur

Makan buah dan sayur sangat penting untuk memenuhi asupan vitamin dan mineral. Dari

Hasil survey PHBS didapatkan hasil rata-rata 38,87% dengan presentese terkecil di kelurahan

20

Page 21: Masalah Perilaku

Limau Manis Selatan yaitu 33,33%. Upaya peningkatan kebiasaan makan buah dan sayur ini

dilakukan dengan peningkatan penyuluhan melalui penyuluhan gizi keluarga yang disampaikan

di dalam gedung puskesmas ataupun di posyandu.

9. Aktivitas Fisik

Melakukan aktivitas fisik setiap hari adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting untuk pemeliharaan kesehatan

fisik,mental dan kualitas hidup.

Dari Hasil survey PHBS dikelurahan Pauh, didapatkan hasil rata-rata 30,13% dengan

nilai terendah di Piai Tangah, yaitu 27,62%.

Upaya yang dilakukan puskesmas adalah meningkatkan promosi untuk peningkatan

aktivitas fisik ini dengan olah raga. Tetapi program ini masih berlangsung hanya di puskesmas

dan dibeberapa posyandu lansia.

10. Tidak merokok di dalam rumah

Penyuluhan tentang bahaya rokok sudah sangat sering dilakukan, Dari Hasil survey

PHBS di kecamatan Pauh, didapatkan hasil rata-rata 35,47% dengan nilai terendah di Pisang,

yaitu 26,27%. Untuk menyukseskan program ini, puskesmas telah meningkatkan upaya promosi

tentang bahaya merokok, dan mungkin perlu dipikirkan peran serta kebijakan pemerintah dalam

masalah ini.

Secara keseluruhan berdasarkan data diatas didapakan bahwa PHBS di kelurahan Pauh

masih belum mencapai standar yaitu 62,9% dari standar pelayanan medis yang seharusnya yaitu

65%. Untuk itu direncanakan upaya pengelolaan berupa peningkatan penyuluhan dan kerjasama

lintas sektor berupa advokasi dengan pihak kecamatan.

21

Page 22: Masalah Perilaku

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya dilakukan pada aspek

pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor

keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30-

35% terhadap derajat kesehatan.

Perubahan prilaku diperlukan agar masyarakat dapat memiliki kesadaran untuk

berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga pemecahan masalah kesehatan di

lingkungan puskesmas dapat optimal. Adapun kesimpulan perilaku hidup bersih dan sehat di

Puskesmas Pauh Masih rendahnya persentasi PHBS rumah tangga pada beberapa kelurahan

yang ada di Pauh. Dan perlu adanya peningkatan upaya dalam rangka perubahan prilaku

masyarakat ke arah prilaku masyarakat sehat. Poin PHBS yang rendah itu adalah memberikan

ASI eklusif, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat,

memberantas jentik-jentik nyamuk di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan

aktivitas fisik tiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah.

5.2 Saran

a. ASI eksklusif

Di Limau Manis Selatan dengan jumlah terendah untuk poin ASI eksklusif, diadakan

kelas ibu menyusui pada setiap kegiatan posyandu tiap bulannya dengan anggota ibu-

ibu yang datang ke Posyandu.

Meminta setiap kader menambah satu orang yang baru tiap bulannya untuk datang ke

posyandu.

b. Cuci tangan dengan air bersih dan sabun

Bekerja sama dengan PDAM untuk meningkatkan cakupan air bersih di Cupak

Tangah

22

Page 23: Masalah Perilaku

Melakukan penyuluhan dan pembinaan PHBS anak sekolah pada siswa kelas I di tiga

sekolah di Cupak Tangah (SD, SMP, SMA) setiap awal tahun ajaran baru.

c. Makan nuah dan sayur setiap hari

Demo makanan sehat setiap jumat awal bulan dengan ibu-ibu majelis taklim di

mesjid kawasan mereka

d. Aktivitas fisik setiap hari

Membuat acara senam bersama setiap minggu pagi di depan kantor lurah

Bekerja sama dengan ketua pemuda setempat untuk menghidupkan olahraga yang

sesuai di daerah tersebut.

Mengadakan acara fun bike setiap hari minggu awal bulan untuk siswa sekolah baik

SD, SMP, ataupun SMA.

e. Tidak merokok di dalam rumah

Pada setiap posyandu dan kelas ibu hamil maupun menyusui diberikan penyuluhan

tentang bahaya asap rokok pada bayi dan balita.

Pada kegiatan senam bersama diingatkan lagi mengenai bahaya asap rokok dan

pentingnya olahraga.

f. Memberantas jentik nyamuk

Memberikan bubuk abate pada delapan sekolah di Kelurahan Limau Manis Selatan

tiap bulannya.

Pada bulan Juni, mengingatkan sekolah untuk mengeluarkan air di semua bak di

sekolah pada akhir sekolah

Bekerja sama dengan BEM Unand, membuat leaflet mengenai pemberantasan jentik

nyamuk yang diserbarkan untuk semua mahasiswa Unand tertutama yang sedang

mengekos.

23