Masalah Nasionalisme Dan Patriotisme

5
Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di: https://bisnisbook.wordpress.com http://ebookloe.wordpress.com MASALAH NASIONALISME DAN PATRIOTISME Nasionlasime di Indonesia Nasionalisme Indonesia pada awalnya muncul sebagai jawaban atas kolonialisme. Pengalaman penderitaan bersama sebagai kaum terjajah melahirkan semangat solidaritas sebagai satu komunitas yang mesti bangkit dan hidup menjadi bangsa merdeka. Semangat tersebut oleh para pejuang kemerdekaan dihidupi tidak hanya dalam batas waktu tertentu, tetapi terus-menerus hingga kini dan masa mendatang. Kebijakan pendidikan nasional di awal abad XX telah menciptakan inti dari elite baru Indonesia yang terdiri dari para dokter, guru, dan pegawai sipil pemerintah. Bersamaan dengan itu, kebencian yang laten terhadap dominasi kolonial timbul di atas ambang kesadaran nasional. Berdirinya Boedi Oetomo (1908) menjadi tanda kebangkitan nasionalisme Indonesia yang kemudian diikuti organisasi-organisasi nasional lainnya. Jiwa nasionalisme kaum elite dari hari ke hari semakin meluas dan menguat di hati rakyat. Tekanan ekonomi yang teramat berat selama pendudukan Jepang memperkuat semangat nasionalisme untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Pada kurun waktu 1945-1950, jiwa nasionalisme diperteguh oleh semangat mempertahankan kemerdekaan, serta persatuan dan kesatuan Indonesia yang dirongrong oleh perlawanan kedaerahan dari negara-negara boneka bentukan Belanda. Kini nasionalisme menghadapi tantangan besar dari pusaran peradaban baru bernama globalisasi. Nasionalisme sebagai basic drive serta elan vital dari sebuah bangsa bernama Indonesia sedang diuji fleksibilitasnya, dalam arti kemampuan untuk berubah sehingga selalu akurat dalam menjawab tantangan zaman. Fleksibilitas tidaklah mengurangi jiwa nasionalisme, justru sebaliknya, fleksibilitas menunjukkan

description

Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di: https://bisnisbook.wordpress.comhttp://ebookloe.wordpress.com

Transcript of Masalah Nasionalisme Dan Patriotisme

Page 1: Masalah Nasionalisme Dan Patriotisme

Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di:

https://bisnisbook.wordpress.com

http://ebookloe.wordpress.com

MASALAH NASIONALISME DAN PATRIOTISME

Nasionlasime di Indonesia

Nasionalisme Indonesia pada awalnya muncul sebagai jawaban atas

kolonialisme. Pengalaman penderitaan bersama sebagai kaum terjajah melahirkan

semangat solidaritas sebagai satu komunitas yang mesti bangkit dan hidup menjadi

bangsa merdeka. Semangat tersebut oleh para pejuang kemerdekaan dihidupi tidak

hanya dalam batas waktu tertentu, tetapi terus-menerus hingga kini dan masa

mendatang.

Kebijakan pendidikan nasional di awal abad XX telah menciptakan inti dari

elite baru Indonesia yang terdiri dari para dokter, guru, dan pegawai sipil pemerintah.

Bersamaan dengan itu, kebencian yang laten terhadap dominasi kolonial timbul di

atas ambang kesadaran nasional. Berdirinya Boedi Oetomo (1908) menjadi tanda

kebangkitan nasionalisme Indonesia yang kemudian diikuti organisasi-organisasi

nasional lainnya.

Jiwa nasionalisme kaum elite dari hari ke hari semakin meluas dan menguat di

hati rakyat. Tekanan ekonomi yang teramat berat selama pendudukan Jepang

memperkuat semangat nasionalisme untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Pada

kurun waktu 1945-1950, jiwa nasionalisme diperteguh oleh semangat

mempertahankan kemerdekaan, serta persatuan dan kesatuan Indonesia yang

dirongrong oleh perlawanan kedaerahan dari negara-negara boneka bentukan

Belanda.

Kini nasionalisme menghadapi tantangan besar dari pusaran peradaban baru

bernama globalisasi. Nasionalisme sebagai basic drive serta elan vital dari sebuah

bangsa bernama Indonesia sedang diuji fleksibilitasnya, dalam arti kemampuan untuk

berubah sehingga selalu akurat dalam menjawab tantangan zaman. Fleksibilitas

tidaklah mengurangi jiwa nasionalisme, justru sebaliknya, fleksibilitas menunjukkan

Page 2: Masalah Nasionalisme Dan Patriotisme

Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di:

https://bisnisbook.wordpress.com

http://ebookloe.wordpress.com

begitu dalamnya nasionalisme mengakar sehingga dalam waktu bersamaan dia tetap

hidup dan terus-menerus bermetamorfosis.

Pusaran ekonomi global menendang nasionalisme jauh ke pinggiran.

Nasionalisme menjadi tidak relevan lagi. Di masa lalu modal terkait erat dengan

rakyat. Dia memiliki tanggung jawab sosial untuk menghidupi seluruh anggota

komunitas (bangsa). Namun kini, privatisasi terus-menerus menyeret modal menjauh

dari dimensi sosial atau komunitasnya. Demi keuntungan yang sebesar-besarnya

modal dengan cepat berlari (capital flight) ke (negara) mana pun yang disukainya.

Globalisasi sebagai proses de-teritorialisasi tidak hanya menimbulkan

persoalan di bidang ekonomi, tetapi juga kebudayaan. Kebudayaan kerap dikaitkan

dengan teritori tertentu. Ruang membentuk identitas budaya. Ini berarti nasionalisme

Indonesia pun dibangun oleh kebudayaan Indonesia yang berada dalam batas-batas

geografis tertentu. Itu pemahaman kebudayaan di masa lalu.

Globalisasi sebagai proses de-teritorialisasi telah mengubah semua itu.

Kebudayaan tidak lagi terkungkung dalam teritori tertentu. Kini tidak sedikit anak-

anak muda Kota Kembang yang lebih terampil break dance daripada jaipongan; atau

lebih mahir bermain band, daripada menabuh gamelan. Kita juga bisa menyaksikan

orang barat yang menjadi dalang dan piawai memetik kecapi. Kita bisa menyaksikan

ibu-ibu yang setia berkebaya serta bapak-bapak yang bersarung atau berpeci, pada

waktu bersamaan begitu menikmati fast food bermerek global. Kebudayaan telah

melepaskan diri dari keterikatannya pada nation-state. Kenyataan ini menghadapkan

nasionalisme dengan persoalan, manakah kebudayaan yang akan menjadi media

berurat-akarnya nasionalisme?

Bersamaan dengan proses de-teritorialisasi dan mengglobalnya kebudayaan

terjadi gerak sebaliknya berupa pencarian identitas lokal yang semakin intensif.

Proses mengglobal dan melokal janganlah dipandang sebagai penyakit atau

kelainan dalam budaya masyarakat tetapi mesti diterima sebagai keutamaan hidup

manusia; semakin mengglobal semakin rindu akan identitas lokalnya. Gerak paradoks

Page 3: Masalah Nasionalisme Dan Patriotisme

Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di:

https://bisnisbook.wordpress.com

http://ebookloe.wordpress.com

tersebut tampak jelas dalam bangkit dan menguatnya gerakan-gerakan etnis serta

agama. Nation-state menghadapi ancaman dari berbagai gerakan partikular sehingga

memicu domestic conflicts yang dapat membawa pada runtuhnya nation-state seperti

yang dialami oleh bekas negara Uni Soviet. Pada titik ini nasionalisme pun

dipertanyakan eksistensi dan relevansinya.

Globalisasi bidang politik mendatangkan persoalan serupa atas nasionalisme.

Globalisasi telah mereduksi pentingnya lingkup politik dari nation-state yang

merupakan basis bagi pembangunan sosial-politik. Peran nation-state menjadi

subordinat karena diambilalih oleh lembaga-lembaga ekonomi transnasional. Jika

eksistensi nation-state terpinggirkan, halnya sama dengan nasionalisme, nasionalisme

menjadi ideologi yang kedaluarsa.

Dari perspektif ekonomi, budaya, dan politik global tampak bahwa

nasionalisme menghadapi tantangan yang sangat besar di tengah pusaran globalisasi

saat ini. Apakah ini berarti nation-state tidak relevan lagi, yang berarti tidak relevan

pula membicarakan nasionalisme? Fakta menunjukkan bahwa hingga saat ini

kewarganegaraan modern dengan berbagai hak sosial, politik, dan sipilnya tidaklah

melampaui batas-batas nasional. Meski kini berkembang berbagai komunitas

transnasional, Uni Eropa misalnya, namun seseorang yang hendak menjadi anggota

terlebih dahulu mesti memperoleh kewarganegaraan dari salah satu negara

anggotanya. Ini berarti di tengah arus globalisasi, peran nation-state serta

nasionalisme tetap relevan dan signifikan.

Nasionalisme sebagai identitas bukanlah "kata benda" yang bentuk dan

wujudnya sudah jadi dan final. Nasionalisme merupakan "kata kerja", artinya dia

adalah suatu projek yang mesti terus-menerus dikerjakan, dibangun, serta diberi dasar

dan makna baru pada setiap kesempatan. Proses kerjanya dijalani lewat public critical

rational discourse yang melibatkan seluruh bagian anak negeri sebagai yang sederajat

tanpa mengecualikan siapapun.

Page 4: Masalah Nasionalisme Dan Patriotisme

Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di:

https://bisnisbook.wordpress.com

http://ebookloe.wordpress.com

Di tengah pusaran globalisasi, nasionalisme Indonesia bukan lagi memanggul

senjata atau bambu runcing dengan semangat "merdeka atau mati". Nasionalisme

Indonesia bukanlah patriotisme gaya Hitler atau Mussolini, juga melampaui

semboyan termashur dari Perdana Menteri Britania Raya, Disraeli, "benar atau salah,

negeriku selalu benar". Nasionalisme demikian oleh Mangunwijaya dimaknai sebagai

nasionalisme pasca-Indonesia.

Patriotisme Di Indonesia

Indonesia telah mulai belajar menerima dan memahami perbedaan

sesungguhnya dengan lebih terbuka. Patriotisme konstruktif juga membutuhkan

keterlibatan politik dalam arti luas. Tidak berarti harus tergabung dalam politik

praktis, melainkan adanya aktivitas untuk mendapatkan informasi politik atau hal-hal

yang berkaitan dengan kelompoknya. Dengan lebih mengenal kelompoknya baik

karakteristik maupun permasalahannya, akan memudahkan seseorang untuk bisa

lebih pedulli atau terlibat, termasuk mengkritisi untuk menghasilkan perubahan

positif.

Terkait dengan pelaksanaan pemilu 2004 yang semakin dekat, penulis melihat

dalam suasana kampanye mendatang, akan sangat memungkinkan munculnya

outgroup derogation terhadap kelompok lain, terbukti pada waktu lalu di Bali dengan

adanya bentrokan antara 2 (dua) massa pendukung partai. Bentrokan antar massa

pendukung inilah yang harus diwaspadai oleh para pucuk pimpinan partai. Kecintaan

pada kelompok (ingroup favoritism) hendaklah tidak disertai dengan penilaian negatif

terhadap kelompok lain (outgroup derogation). Dengan demikian masing-masing

pihak akan terhindar dari patriotisme buta yang bisa berakibat fatal bagi semua pihak.

Menghadapi permasalahan ini, nilai-nilai kemanusiaan yang disodorkan Staub

dalam patriotisme konstruktif kemudian menjadi alternatif yang harus

dipertimbangkan. Diatas semua kepentingan kelompok, ada kepentingan lain yang

lebih besar dan mendasar, yakni terpelihara serta dijunjung tingginya nilai-nilai

Page 5: Masalah Nasionalisme Dan Patriotisme

Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di:

https://bisnisbook.wordpress.com

http://ebookloe.wordpress.com

kemanusiaan dalam berkompetisi. Sehebat apapun kelompok partai yang didukung,

haruslah diingat dan dihayati betul besarnya nilai-nilai kemanusiaan. Jika ini

ditanamkan pada setiap pribadi terutama dalam konteks ini adalah tiap partai politik,

maka pemilu 2004 dan pemilu selanjutnya akan menjadi pesta demokrasi yang akan

selalu dinantikan rakyat Indonesia.

Contoh patriotisme dalam lingkungan keluarga dan masyarakat misalnya,

memberi hewan kurban di Hari Raya idul Adha, membayar pajak tepat waktu,

membantu peningkatan taraf hidup warga dikampungnya.

Contoh patriotisme di sekolah misalnya, melakukan sumbangan uang untuk

membantu teman sekelasnya yang terkena musibah, membersihkan lingkungan

sekolah, menjalin persahabatan dengan sekolah lain atau tidak melakukan tawuran

pelajar.

Contoh patriotisme di lingkungan instansi pemerintah dan swasta misalnya,

memprakarsai kegiatan donor darah, pengentasan kemiskinan, membantu korban

bencana alam atau berperilaku adil dan bijaksana.

Rangkaian kegiatan yang merupakan bagian dari pewarisan antara lain adalah

suka bekerja keras, ulet, tekun, membiasakan menabung, berperilaku hemat atau

sederhana. Kegiatan-kegiatan diatas diharapkan nilai-nilai di balik kegiatan tersebut

akan mebentuk kepribadian diri. Misalnya, tapak tilas, kunjungan ke museum,

melaksanakan upacara bendera, disiplin diri atau berjiwa kreatif.

Pembelaan Negara diantaranya wajib militer (wamil), pendidikan bela Negara

atau kewiraan sebagai pendidikan wajib atau kewajiban penggunaan barang-barang

dalam negeri dan tidak mengimpor barang-barang dari luar negeri.