MASALAH KORUPSI DI INDONESIA GOOD PUBLIC GOVERNANCElib.ui.ac.id/file?file=digital/20352169-MK-Barli...
Transcript of MASALAH KORUPSI DI INDONESIA GOOD PUBLIC GOVERNANCElib.ui.ac.id/file?file=digital/20352169-MK-Barli...
MASALAH KORUPSI DI INDONESIAGOOD PUBLIC GOVERNANCE
KELOMPOK III
Barli ZainulMivthahul Rahma
Rafid PrenthaTety Andriani
KELAS CORPORATE GOVERNANCE
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM EKSTENSI
UNIVERSITAS INDONESIA
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
Statement Of Authorship
“Saya/kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampiradalah mengutip dari beberapa website terutama pada website milik PT. Garuda Indonesia.
Materi ini tidak/belum disajikan/digunakan sebai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaranlain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan ataudikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme”
Mata Ajaran : Tata Kelola Perusahaan
Judul Makalah/Tugas : Masalah Korupsi di Indonedia
Tanggal : 13 Juni 2013
Dosen : Ratna Wardani / Yan Rahadian
Nama NPM Tanda Tangan
1. Barli Zainul 1006811015
2. Mivthahul Rahma 1006813550
3. Rafid Prentha 0906608701
4. Tety Andriani 0906608973
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
Batasan – Batasan Empiris Baru Dalam Memerangi Korupsi dan Meningkatkan
Pemerintahan
Apakah permasalahannya?
Pemerintah dan korupsi adalah sesuatu yang cukup sering kita dengar saat ini. Namun, kedua hal
tersebut sering kali tidak didefinisikan, diantara tulisan panjang dan pendek dalam suatu bukti
empiris. Apa yang hilang adalah sebuah strategi yang jelas dalam memerangi korupsi atau
meningkatkan pemerintahan. Kita harus mengakui diawal bahwa kita masih kekurangan banyak
jawaban dalam hal bidang yang komplek ini, tapi bukti empiris baru-baru ini dan pelajaran yang
muncul atas sebuah kesuksesan dan kegagalan memberikan beberapa pandangan.
Mendefinisikan permasalahan
Apakah korupsi dan apakah yang menyebabkannya serta konsekuensinya? Apakah pemerintahan,
dan kapan bisa dikatakan baik? Strategi apa yang digunakan untuk mengurangi korupsi dan
memperkuat pemerintahan?
Korupsi. Korupsi biasanya didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan publik untuk
memperoleh keuntungan pribadi. Bagaimanapun, pemerintahan merupakan konsep yang luas: kita
mendefinisikannya sebagai pelaksanaan kewenangan melalui formal dan informal tradisi dan
lembaga demi kebaikan bersama.
Pemerintahan. Pemerintahan mencakup proses memilih, mengawasi, dan mengganti pemerintah.
Termasuk didalamnya kapasitas untuk merumuskan dan menerapkan kebijakan yang sehat dan
diasumsikan untuk menghormati masyarakat.
Mengurai pemerintahan. Dari kerangka ini, kita telah mengurai pemerintahan kedalam enam
komponen dan mengembangkan setiap ukuran diseluruh dunia. Komponen tersebut adalah (i)
suara dan akuntabilitas, dimana termasuk kemerdekaan warga dan kebebasan media, (ii)
stabilitas politik; (iii) efektivitas pemerintah, dimana termasuk kualitas dari membuat kebijakan
dan pemberian pelayanan publik, (iv) kualitas peraturan, (v) aturan hukum, termasuk
didalamnya perlindungan atas hak milik dan peradilan yang independen, (vi) pengendalian
korupsi. Merupakan suatu hal yang penting bahwa mengendalikan korupsi yang muncul
merupakan salah satu dari elemen pemerintahan yang terjalin. Kita telah menganalisa ratusan
indikator pemerintahan lintas negara lebih dari 160 negara dan memetakan data tersebut kedalam
enam komponen pemerintahan yang telah disebutkan diatas.
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
Menuju klasifikasi empiris yang bermakna akun mana yang memberikan tambahan kesalahan.
Kelompok analisis negara dibagi menjadi tiga kategori luas – lampu merah untuk negara dengan
pengendalian korupsi yang rendah, lampu hijau untuk pemerintahan yang baik, dan lampu
kuning untuk yang diantaranya. Dari analisis ini, sebanyak 40 negara muncul sebagai negara yang
memiliki krisis pemerintahan tingkat akut.
Bukti. Bukti menunjukan negara yang mampu, lembaga pemerintahan yang baik dan transparan
dan dikaitkan dengan pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi dan kekayaan nasional, serta
kemajuan sosial yang terukur. Negara industri yang berpengalaman seperti Bostwana, Chile, Costa
Rica, Estonia, Polandia, dan Slovenia mendukung hubungan ini, seperti halnya bukti dalam 20
tahun terakhir dari ekonomi seperti Singapura dan Spanyol.
Lebih lanjut, bukti menantangnya pendapat bahwa hanya negara kaya yang dapat membiayai
kemewahan pemerintahan yang baik. Dilain pihak, hal tersebut menunjukan dengan kuat bahwa
pemerintahan yang lebih baik membawa ke hasil pembangunan yang lebih baik. Jika Rusia
mengontrol korupsi sebaik Republik Ceko, Indonesia sebaik Korea, peningkatan sekitar tiga kali
pendapatan per kapita, sekaligus mengurangi tingkat kematian bayi sama besarnya dan
meningkatkan melek huruf dengan sekitar dua puluh persen dalam jangka panjang. Jika Tajikistan
memperoleh level negara Chili atas keefektifitasan pemerintah, perbaikan yang dihasilkan akan
berjumlah dua kali lebih banyak dari yang dikatalog.
Korupsi dan pemerintahan yang tidak efektif sangat merusak bagi rakyat miskin, yang secara rutin
menerima beberapa pelayanan sosial, seperi kesehatan dan pendidikan, dan memiliki sedikit
sumber daya untuk menyediakan suap dan hadiah yang dituntut secara rutin. Rezim korupsi sering
kali lebih mempertahankan kontrak terhadap klinik kesehatan pedesaan dan sekolah; bias
kebijakan yang memperburuk distribusi pendapatan dan mengalihkan sumber daya dari desa ke
kota. Untuk memperoleh akses ke pelayanan public, rumah tangga miskin di Ekuador harus
membelanjakan tiga kali lebih banyak atas suapnya sebagai bagian dari pendapatan mereka dan
lebih tinggi dari pendapatan rumah tangga.
Siapakah yang memperoleh manfaat dari suap?
Bukti saat ini menunjukan bahwa sebuah perusahaan terlibat dalam suap kecil (sebagai contoh,
untuk perijinan atau birokrasi) yang pada umumnya tidak menguntungkan. Tidak juga dalam
komunitas bisnis maupun masyarakat secara umum. Memang, biaya korupsi untuk pengembangan
bisnis secara keseluruhan besar. Korupsi besar menimbulkan masalah yang agak berbeda. Survey
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
terhadap perusahaan menunjukan bahwa pada ekonomi dalam transisi dari komunisme dimana
korupsi besar terjadi secara lebih lazim, pertumbuhan dan bunga investasi atas perusahaan jauh
lebih kecil, dan keamanan atas hak kepemilikan mengalami penurunan secara serius. Dalam waktu
yang bersamaan, untuk sejumlah negara di bekas Uni Soviet, survei menemukan bahwa pembelian
perusahaan, hokum parlemen, keputusan presiden dan pengaruh di bank sentral yang
menguntungkan dirinya dalam jangka pendek, meskipun korupsi besar membebankan terutama
merusak biaya social pada pengembangan usaha.
Penyebab korupsi
Berdasarkan studi empiris, penyebab korupsi merupakan hal yang baru.tapi bukti menunjukan
penyebabnya adalah gejala dari kelemahan institusional yang mendalam.
Korupsi meningkat dengan hak politik yang lebih sedikit dan lebih rapuh, pemilihan demokratis,
badan legislatif, dan partai oposisi, dan lemahnya kemerdekaan public, dimana termasuk hak untuk
bebas dan kemerdekaan media dan kebebasan perakitan dan pidato. Semakin banyak bukti
berkaitan pemberdayaan masyarakat sipil dengan strategi yang efektif dalam mengatasi korupsi.
Bukti survey perusahaan dari ekonomi transisi menunjukan bahwa gambaran kebijakan negara dan
hukum oleh kepentingan perusahaan dengan diasosiasikan dengan kehadiran kemerdekaan public
secara penuh. Bukti empiris mendunia juga menunjukan bahwa keterlibatan perempuan, apakah
diukur dalam term perwakilan dalam parlemen atau hak social, sejalan dengan masyarakat public
yang kuat. Devolusi, seperti desentralisasi fiskal, juga dapat membantu mengendalikan korupsi.
Sebagai tambahan, bukti menunjuk secara signifikan hubungan antara korupsi dan lemahnya
aturan hukum.
Korupsi lebih tinggi dalam negara dengan derajat yang tinggi atas kepemilikan negara terhadap
ekonomi, peraturan bisnis dan pajak yang berlebihan, penerapan arbiter dalam peraturan, dan
pembatasan perdagangan. Memonopoli ekonomi cendrung mendorong lebih banyak korupsi.
Profesionalitas pelayanan public, dimana termasuk pelatihan, perekrutan, dan sistem promosi, juga
diasosiasikan dengan korupsi yang lebih sedikit. Bertentangan dengan pengetahuan konvensional,
bukti sering kali ambigu bahwa pelayanan public yang rendah menyebabkan sikap melakukan
korupsi. Sebagai contoh, agensi sektor publik warga Ekuador yang menawarkan gaji lebih baik
kepada pegawai tidak memiliki pengaruh korupsi yang rendah.
Kebutuhan atas strategi anti korupsi beraneka segi yang mengatasi fundamental, insentif dan
pencegahan
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
Diberikan atas apa yang diketahui tentang penentu utama terhadap pemerintahan yang baik dan
korupsi, program apakah yang akan memberikan dampak? Meningkatkan pemerintahan
dibutuhkan sistem cek dan penyeimbang dalam masyarakat menahan tindakan sewenang-wenang
dan pelecehan birokrat oleh politikus dan kaum birokrat, mempromosikan suara dan partisipasi
oleh populasi, mengurangi insentif untuk elit perusahaan yang terlibat dalam “gambaran negara”,
dan mendorong aturan hukum. Selanjutnya, penelitian tentang negara menggarisbawahi perlunya
menempatkan cek and balances pada sektor korporasi elit melalui mempromosikan ekonomi pasar
yang kompetitif dan masyarakat sipil yang aktif. Administrasi publik berorientasi meritrocratic
dan layanan adalah fitur lain yang menonjol dari strategi.
Sebuah grafik sintesis strategi reformasi kunci untuk meningkatkan tata kelola dan pemberantasan
korupsi termasuk dalam set angka dalam presentasi slide powerpoint pendamping. Namun
bagaimana menggabungkan dan urutan reformasi ini untuk mencapai dampak terbesar pada
korupsi adalah tantangan yang sangat menakutkan, seperti tugas merinci dan mengadaptasi strategi
untuk masing-masing realitas negara tertentu. Misalnya, sebuah negara yang telah dikenakan
gambaran negara oleh elit korporasi akan memerlukan strategi berbeda dari negara di mana sumber
utama ketidakadaan berasal birokrasi ini.
Detail dan prioritas dalam beraneka strategi akan berbeda dari satu negara dengan negara lain
Entri dan persaingan. Strategi untuk memberantas korupsi harus melibatkan peningkatan
masukan dan persaingan. Dalam beberapa transisi dan perkembangan negara, sumber korupsi yang
besar adalah konsentrasi kekuasaan ekonomi dalam monopoli dimana menggunakan pengaruh
politik dalam pemerintahan untuk keuntungan pribadi. Masalahnya secara khusus akut terjadi di
negara kaya akan sumber daya alam, dimana terjadi monopoli atas minyak, gas dan alumunium.
Sebagai contoh, menciptakan ekonomi yang dapat dipertimbangkan dan kekuasaan politik yang
membawa ke berbagai macam bentuk korupsi; pajak tidak dibayar, tidak transparan rekening luar
negeri, membeli lisensi dan ijin, dan membeli suara dan keputusan membatasi masuknya
persaingan. Demonopolisasi, deregulasi, fasilitasi masuk dan keluar (melalui likuidasi asset dan
prosedur kebangkrutan yang efektif), dan promosi persaingan adalah penting.
Kehandalan pemimpin politik. Untuk meningkatkan kehandalan pemimpin politik, beberapa
negara mendorong pengungkapan public yang lebih besar dan transparansi. Dalam beberapa
negara, hal ini mensyaratkan sebagai berikut :
1. pengungkapan suara publik di parlemen
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
2. pencabutan kekebalan parlemen tanpa syarat
3. pengungkapan ke publik atas sumber dan jumlah pendanaan partai politik
4. pengungkapan publik atas pendapatan dan aset pejabat publik senior dan dependen utama
mereka
5. regulasi terhadap konflik kepentingan bagi pejabat publik
6. perlindungan keamanan pribadi dan lapangan kerja bagi pejabat publik yang
mengungkapkan penyalahgunaan jabatan publik oleh orang lain (whistblower statues)
Profesionalisasi pelayanan publik. Pelayanan publik yang lebih professional merupakan elemen
penting lainnya. Merekrut dan mempromosikan prestasi sebagai lawan patronase politik atau
afiliasi ideologi, yang secara positif berasosiasi dengan efektifitas pemerintah dan pengendalian
korupsi. Reformasi di daerah ini telah menciptakan, lembaga profesional yang independen dengan
checks and balances (sebagai contoh komisi perekrutan PNS) dan memperkenalkan sistem
manajemen kinerja yang komprehensif dengan gaji dan promosi dikaitkan dengan kinerja suatu
pendekatan yang telah menghasilkan hasil yang positif di malaysia dan thailand. selain tunjangan
dan tunjangan tunai non sering perlu disederhanakan dan dibuat transparan. Kenaikan gaji grosir
jarang menjadi obat mujarab.
Penganggaran, pengeluaran publik dan pembelian. Beberapa negara telah menemukan bahwa
sangat penting untuk mendirikan sistem dasar atas akuntabilitas dalam alokasi dan pengeluaran
public. Untuk mencapainya tigal hal ini harus : komprehensif anggaran dan konsultatif proses
anggaran, transparansi dalam penggunaan pengeluaran public, persaingan pembelian public, dan
audit eksternal yang independent. Anggaran pertama kali harus memiliki cakupan komprehensif
atas aktifitas pemerintah. Banyak negara menghadapi masalah transparansi anggaran , dimana area
utama pengeluaran anggaran tidak melewati sistem perbendaharaan, dan terdapat jalan lain lebih
besar terhadap dana anggaran extra. Beberap negara dalam masa transisi, seperti Hungaria dan
Latvia, telah membuat kemajuan dalam menangani masalah ini dengan pembaharuan
komprehensif perbendaharaan program. Transparansi dan persaingan pembelian public
merupakan kunci pemerintahan yang bersih. Persaingan penawaran dalam kontrak-kontrak besar,
memaksimalkan ruang lingkup pengawasan publik.
Kekuasaan Empiris : Diagnosa secara mendalam atas survey pemerintahan. Diantara negara-
negara, survey dapat membantu memberdayakan masyarakat sipil sambil menyediakan diagnose
yang bernilai atas pemerintahan. Instrumen survey yang baru dapat mengumpulkan detail
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
informasi atas perilaku bahkan dalam keadaan paling disfungsional agensi pemerintahan dan
dalam menyampaikan pelayanan secara spesifik. Negara seperti Albania, Bolivia dan Latvia telah
memiliki kemajuan dalam menggunakan diagnose untuk mengambil konsentrasi tindakan. Bolivia
menekankan pelayanan publik dan pembaharuan pembelian. Latvia telah memberikan prioritas
terhadap pajak dan pembaharuan adat. Dinegara lain, peningkatan pemerintahan yang serupa
terjadi didaerah perkotaan.
Pentingnya kemerdekaan sipil dan suara. Bukti lebih dari 1500 projek keuangan Bank Dunia
menunjukan bahwa kemerdekaan sipil dan partisipasi masyarakat merupakan faktor penting dalam
menghasilkan perkembangan. Kita menemukan dampak yang besar atas kemerdekaan sipil atas
projek tingkat pengembalian. Tergantung pada ukuran kemerdekaan sipil yang digunakan, jika
sebuah negara akan mengembangkan kemerdekaan sipil dari yang terburuk menjadi yang terbaik,
tingkat pengembalian ekonomi atas proyek dapat meningkat sebanyak 22,5% poin.
Pemerintah dan kelompok masyarakat dapat mengeluarkan suara melalui survey dan kumpulan
data dengan cara yang lebih sistematis. Survey pelanggan dapat memberikan cahaya terang atas
pengalaman masyarakat dengan pelayanan pemerintah dan mengidentifikasi saran untuk
peningkatan kinerja. Menindaklanjuti survey dapat digunakan untuk memastikan akuntabilitas dan
memastikan bahwa peningkatan berada dalam tujuan yang diinginkan. Menghasilkan data dan
menyebarkan secara luas merupakan instrument yang ampuh dalam memobilisasi masyarakat sipil
dan memberikan tekanan dalam struktur politik.
Kekeliruan masyarakat sipil dan partisipasi atas pengambilan keputusan dan berfungsi atas sektor
publik merupakan pengimbang penting dan instrument untuk memberantas korupsi dan
meningkatkan pemerintahan. Dengan keterlibatan ini membuat negara menjadi transparan kepada
publik dan memberdayakan masyarakat untuk bermain dan berperan aktif.
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
Tranparency international, corruption perception index 2010
Transparency International (TI) adalah organisasi masyarakat sipil global yang memimpin perjuanganmelawan korupsi. Memiliki lebih dari 90 cabang di seluruh dunia dan sekretariat internasional di Berlin. TI meningkatkankesadaran akan efek merusak dari korupsi dan bekerja dengan mitra di pemerintahan, bisnis dan masyarakat sipiluntuk mengembangkan dan mengimplementasikan langkah-langkah efektif untuk mengatasi itu.
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DIBUTUHKAN UNTUK MEMULIHKANKEPERCAYAAN DAN MEMERANGI KORUPSIDengan upaya pemerintah untuk mengatasi masalah yang paling mendesak di dunia, dari ketidakstabilan pasarkeuangan untuk hingga perubahan iklim dan kemiskinan, korupsi tetap menjadi hambatan dalam mencapai banyakkemajuan yang dibutuhkan. CPI 2010 menunjukkan bahwa hampir tiga perempat dari 178 negara memiliki nilai indeksdi bawah lima, pada skala dari 10 (sangat bersih) ke 0 (sangat korup). Hasil ini mengindikasikan masalah korupsi yangserius.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah perlu mengintegrasikan langkah-langkah anti-korupsi di semua bidang,dari tanggapan mereka terhadap krisis keuangan dan perubahan iklim dengan komitmen oleh masyarakatinternasional untuk memberantas kemiskinan. Transparency International pendukung pelaksanaan ketat dari KonvensiPBB Menentang Korupsi, satu-satunya inisiatif global yang memberikan kerangka untuk mengakhiri korupsi.
Denmark, Selandia Baru dan Singapura di posisi bagian atas dari daftar dengan skor 9,3, diikuti oleh Finlandia danSwedia pada 9,2. Pada bagian bawah adalah Somalia dengan skor 1,1, sedikit tertinggal Myanmar dan Afghanistansebesar 1,4 dan Irak sebesar 1,5.
Beberapa negara yang paling terpengaruh oleh krisis keuangan dipicu oleh kurangnya transparansi dan integritas. Diantara mereka membaik pada tahun lalu, kehadiran OECD menggarisbawahi fakta bahwa semua negara perlumemperkuat mekanisme good governance.
Pesannya jelas: di seluruh dunia, transparansi dan akuntabilitas sangat penting untuk memulihkan kepercayaan danmemutar kembali gelombang korupsi. Tanpa mereka, solusi kebijakan global untuk krisis global dalam resiko.
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
APAKAH PERSEPSI KORUPSI INDEKS?Transparency International (TI) mendefinisikan korupsi sebagai penyalahgunaan kekuasaan yang dipercayakan untukkeuntungan pribadi. Definisi ini meliputi praktik korupsi baik di sektor publik dan swasta. CPI peringkat negara menurutpersepsi korupsi di sektor publik. CPI merupakan indikator agregat yang menggabungkan berbagai sumber informasitentang korupsi, sehingga memungkinkan untuk membandingkan antar negara.
CPI 2010 memberikan penilaian dengan pendekatan yang berbeda dan survei opini bisnis yang dilakukan oleh institusiindependen dan terkemuka. CPI 2010 menangkap informasi tentang aspek-aspek administratif dan politik dari korupsi.Secara umum, survei dan penilaian digunakan untuk menyusun indeks termasuk pertanyaan yang berkaitan denganpenyuapan pejabat publik, suap dalam pengadaan publik, penggelapan dana publik, dan pertanyaan mengenaikekuatan dan efektivitas upaya anti-korupsi di sektor publik.
Untuk sebuah negara atau wilayah agar dapat dimasukkan dalam indeks minimal tiga dari sumber yang digunakan TIharus ada untuk menilai negara itu. Dengan demikian dimasukkan dalam indeks semata-mata tergantung padaketersediaan informasi.
Persepsi yang digunakan karena korupsi - apakah frekuensi atau jumlah - sebagian besar merupakan kegiatantersembunyi yang sulit diukur. Seiring waktu, persepsi telah terbukti dapat diandalkan untuk mengukur perkiraankorupsi. Mengukur skandal, investigasi dan penuntutan, sementara data 'non-persepsi' yang ditawarkan,mencerminkan kurang prevalensi korupsi di sebuah negara dan lebih pada faktor-faktor lain, seperti kebebasan persatau efisiensi dari sistem peradilan. TI menganggap itu sangat penting untuk mengukur baik korupsi dan integritas,dan untuk melakukannya di sektor publik dan swasta di tingkat global, nasional dan lokal. Sehingga CPI merupakansalah satu dari banyak alat pengukuran TI yang melayani perang melawan korupsi.
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
FAKTA 2010CPI 2010 mengukur sejauh mana korupsi di sektor publik dianggap ada di 178 negara di seluruh dunia. Ini skor negarapada skala dari 10 (sangat bersih) ke 0 (sangat korup).
Hasil 2010 diambil dari 13 survei dan penilaian yang diterbitkan antara Januari 2009 dan September 2010.
CPI 2010 mencakup dua negara kurang dari edisi tahun lalu. Sedikit perubahan yang dihasilkan dari sumber individumenyesuaikan berbagai negara mereka menilai.
Penyesuaian ini dalam cakupan memungkinkan untuk memasukkan Kosovo untuk pertama kalinya, namun hal inimenyebabkan mengesampingkan Saint Lucia, Saint Vincent dan Grenadines, dan Suriname, yang hanya dua sumberinformasi yang tersedia tahun ini.
Mengingat metodologinya, CPI bukanlah alat yang cocok untuk analisis trend atau untuk memantau perubahan tingkatpersepsi korupsi dari waktu ke waktu untuk semua negara.
Perubahan tahun-ke-tahun pada skor negara / wilayah itu dapat disebabkan oleh perubahan dalam persepsi kinerjanegara, perubahan dalam peringkat yang diberikan oleh sumber asli atau perubahan metodologi yang dihasilkan dariupaya TI untuk meningkatkan indeks.
Jika suatu negara adalah fitur dalam satu atau lebih sumber data spesifik untuk kedua CPI terakhir (2009 dan 2010),sumber-sumber dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah telah terjadi perubahan dalam tingkat persepsi korupsidi negara tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
TI telah menggunakan pendekatan ini pada tahun 2010 untuk menilai kemajuan negara selama tahun lalu dan untukmengidentifikasi apa yang dapat dianggap sebagai perubahan persepsi korupsi.
Penilaian ini menggunakan dua kriteria:
(A) ada perubahan tahun-ke-tahun setidaknya 0,3 poin dalam skor CPI suatu negara, dan
(B) arah perubahan ini dikonfirmasi oleh lebih dari setengah dari sumber data mengevaluasi negara itu.
Berdasarkan kriteria tersebut, negara-negara berikut menunjukkan perbaikan 2009-2010: Bhutan, Chile, Ekuador, FYRMakedonia, Gambia, Haiti, Jamaika, Kuwait dan Qatar. Negara-negara berikut menunjukkan kemerosotan dari 2009ke 2010: Republik Ceko, Yunani, Hungaria, Italia, Madagaskar, Niger dan Amerika Serikat.
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
CATATAN PENDEK METODOLOGICPI 2010 merupakan indikator agregat yang menyatukan data dari sumber yang mencakup dua tahun terakhir. Untuk2010 CPI, ini termasuk survei yang diterbitkan antara Januari 2009 dan September 2010.
SUMBER DATA:
• CPI 2010 dihitung dengan menggunakan data dari 13 sumber oleh 10 lembaga independen. Semua sumbermengukur cakupan keseluruhan korupsi (frekuensi dan / atau ukuran suap) di sektor publik dan politik, dan semuasumber memberikan peringkat negara-negara, yaitu mencakup penilaian dari beberapa negara.
• Evaluasi terhadap tingkat korupsi di negara / wilayah dilakukan oleh dua kelompok: ahli negara, baik penduduk danbukan penduduk, dan pemimpin bisnis. Pada 2010 CPI, tujuh sumber berikut memberikan data berdasarkan analisispakar: Bank Pembangunan Afrika, Bank Pembangunan Asia, Bertelsmann Foundation, Economist Intelligence Unit,Freedom House, Global Insight dan Bank Dunia. Tiga sumber untuk CPI 2010 mencerminkan evaluasi oleh para
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
pemimpin penduduk usaha negara mereka sendiri, IMD, Konsultasi Risiko Politik dan Ekonomi, dan Forum EkonomiDunia.
• Untuk sumber CPI yang survei, dan di mana beberapa tahun survei yang sama yang tersedia, data untuk dua tahunterakhir disertakan.
• Untuk sumber yang nilai diberikan oleh para ahli (lembaga resiko / analis negara), hanya iterasi terbaru dari penilaiandisertakan, karena nilai ini umumnya rekan ditinjau dan berubah sangat sedikit dari tahun ke tahun.
LANGKAH MENGHITUNG CPI:
1. Langkah pertama untuk menghitung CPI adalah standarisasi data yang disediakan oleh sumber-sumber individual(yaitu, menerjemahkannya ke dalam skala umum). Kami menggunakan apa yang disebut teknik pencocokan persentilyang mengambil jajaran negara-negara yang dilaporkan oleh masing-masing sumber individu. Metode ini bergunauntuk menggabungkan sumber yang memiliki distribusi yang berbeda. Sementara ada beberapa hilangnya informasidalam teknik ini, memungkinkan seluruh dilaporkan tetap dalam batas-batas CPI, yaitu untuk tetap antara 0 dan 10.
2. Langkah kedua terdiri dari melakukan apa yang disebut beta-transformasi pada nilai standar. Hal ini meningkatkanstandar deviasi antara semua negara yang termasuk dalam CPI dan memungkinkan untuk membedakan lebihtepatnya negara yang tampaknya memiliki skor yang sama.
3. Akhirnya, skor CPI ditentukan oleh rata-rata semua nilai standar untuk masing-masing negara.
HASIL:
• skor CPI dan peringkat yang disertai dengan jumlah sumber, nilai tertinggi dan terendah diberikan kepada setiapnegara oleh sumber data, standar deviasi dan tingkat kepercayaan diri untuk setiap negara.
• Tingkat kepercayaan diri ditentukan oleh apa yang disebut bootstrap (non-parametrik) metodologi, yangmemungkinkan kesimpulan yang bisa ditarik pada presisi yang mendasari hasil. Sebuah 90 persen kepercayaankisaran kemudian dibentuk, di mana hanya ada lima persen probabilitas bahwa nilai ada di bawah lima persenprobabilitas bahwa nilai adalah atas tingkat kepercayaan diri.
Kaitan dengan kasusDengan mempertimbangkan kasus-kasus korupsi yang terjadi (termasuk kasus jaksa Urip) , Indonesia memiliki nilaiskor CPI sebesar 2.8, menempati urutan ke 110 dari 178 negara dan urutan ke 20 dari 14 negara di Asia pasifik. Nilaitersebut dalam skala dari 10 (sangat bersih) ke 0 (sangat korup). Hasil ini mengindikasikan masalah korupsi yangserius di Indonesia.
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
Year Country/Territory Rank CPI Score2008 Indonesia 126 / 180 2.62009 Indonesia 111 / 180 2.82010 Indonesia 110 / 178 2.82011 Indonesia 100 / 182 32012 Indonesia 118 / 174 3.2
Undang – Undang KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi, atau disingkat menjadi KPK, adalah komisi yang dibentuk
pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Dasar
Hukum terbentuknya komisi ini adalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam UU tersebut KPK adalah lembaga negara yang
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun. Sedangkan,tujuannya untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Adapun peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan KPK antara lain :
UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU
Nomor 20 Tahun 2001
UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
PP Nomor 71 Tahun 2000tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan
Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
PP Nomor 63 tentang Sistem Manajemen SDM KPK sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UU Nomor 103 Tahun 2012
UU Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian(sumber : www.kpk.go.id/tentang-kpk/uu-pendukung)
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, KPK berasaskan pada kepastian hukum,
keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum dan proporsionalitas. Berdasarkan UU Nomor 30
Tahun 2002 pasal 6, KPK mempunyai tugas :
Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi
Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi
Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi
Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi
Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara
Sedangkan, wewenang KPK terdapat dalam pasal 7 UU Nomor 30 Tahun 2002, yaitu KPK
berwenang :
Menkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi
Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi yang terkait
Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi
Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi
Salah satu tugas KPK adalah melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak
pidana korupsi. Akan tetapi, tugas tersebut harus sesuai dengan kondisi-kondisi seperti yang
tercantum dalam pasal 11 UU Nomor 30 Tahun 2002, yaitu :
Melibatkan aparat penegak hukum, penyelengga negara, dan orang lain yang ada
kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum
atau penyelenggara negara
Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat
Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
Langkah-langkah dan upaya yang dilakukan KPK dalam melaksanakan tugasnya untuk
melakukan pencegahan tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut
Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan
penyelenggara negara
Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan
Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum
Melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan tindak
pidana korupsi
Selain tugas dan wewenang tersebut, KPK mempunyai kewajiban yang tertuang dalam
pasal 15 UU Nomor 30 Tahun 2002, yaitu :
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
Memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan
ataupun memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi
Memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan dan memberikan
bantuan untuk memperoleh data lain yang berkaitan dengan hasil penuntutan tindak
pidana korupsi
Menyusun laporan tahunan dan menyampaikannya kepada Presiden RI, DPR RI, dan
BPK
Menegakkan sumpah jabatan
Menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan asas-asas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
Struktur organisasi KPK yaitu, Pimpinan KPK yang berjumlah 5 (lima) anggota terdiri dari
satu orang merangkap anggota Ketua KPK dan empat orang Wakil Ketua yang merangkap
anggota.
UU KPK VS Kasus Jaksa Urip
1. Kasus Jaksa Urip telah sesuai dengan pasal 11, yaitu :
Melibatkan Jaksa Urip sebagai aparat penegak hukum atau penyelenggara negara
dalam kapasitas sebagai Jaksa Ketua Tim penyelidikan kasus BLBI-BDNI dan Ayin
sebagai orang yang terkait tindak pidana korupsi dengan melakukan penyuapan
sebesar 660 ribu dolar AS terkait “bantuan” yang diberikan Jaksa Urip untuk kasus BLBI
yang kemungkinan menyeret teman dekat Sjamsul Nursalim.
Potensi kerugian negara yang kemungkinan sebesar 4,75 T dari perkara BLBI sebesar
24,47 T kepada Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI)
2. Melaksanakan tugasnya melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap
tindak pidana korupsi (pasal 6 huruf c) dan menjalankan wewenangnya terkait tugasnya
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
tersebut sesuai dengan pasal 12 antara lain melakukan penyadapan dan merekam
pembicara antara jaksa Urio dan Ayin pada tanggal 27 Februari 2008 dan memerintahkan
kepada instansi terkait (Direktorat Jendral Imigrasi) untuk melakukan pencekalan terhadap
orang-orang yang berkaitan dengan kasus Urip misalnya pencekalan terhadap Djoko
Soegiarto Tjandra sebagai pemilik Bank Bali (tersangkut dalam kasus BLBI III) yang
disampaikan KPK pada 24 April 2008. (sumber : news.detik.com)
KNKG, PEDOMAN UMUM GOOD PUBLIC GOVERNENCE
Pada tahun 1999 didirikan Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) danpada tahun 2004 diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang terdiridari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi. KNKCG telah menerbitkan Pedoman UmumGood Corporate Governance (Pedoman Umum GCG) pada tahun 1999 dan telah mengalamipenyempurnaan beberapa kali dan yang terakhir oleh KNKG pada tahun 2006.
Sejak Pedoman Umum GCG diterbitkan pada tahun 1999, semangat menerapkan GCG dikalangan dunia usaha dirasakan ada peningkatan. Namun, peningkatan tersebut belum efektifmengingat ketiga pilar yaitu negara, dunia usaha dan masyarakat belum menjalankan goodgovernance sebagaimana yang diharapkan
Maksud dan Tujuan Pedoman
1. Pedoman Umum Good Public Governance (Pedoman Umum GPG) merupakan acuan bagilembaga-lembaga negara untuk melaksanakan GPG dalam rangka :a. Mendorong efektivitas penyelenggaraan negara yang didasarkan pada asas demokrasi,
transparansi, akuntabilitas, budaya hukum serta kewajaran dan kesetaraan.b. Mendorong terlaksananya fungsi legislatif dan pengawasan, eksekutif, yudikatif dan
lembaga-lembaga non struktural sesuai dengan tugas dan wewenangnya dengandilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
c. Mendorong penyelenggara negara untuk meningkatkan kompetensi dan integritas yangdiperlukan untuk melaksanakan fungsi, tugas dan kewenangannya.
d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggungjawab untuk memajukan danmengutamakan kesejahteraan rakyat dengan mempertimbangkan hak asasi dankewajiban warga negara.
e. Meningkatkan daya saing yang sehat dan tinggi bagi Indonesia baik secara regionalmaupun internasional, dengan cara menciptakan pasar bagi Indonesia yang inovatif danefisien sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arusinvestasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
2. Pedoman Umum GPG ini memuat prinsip dasar dan pedoman pokok pelaksanaan yangmerupakan standar minimal bagi semua lembaga negara dan penyelenggara negara sertajajarannya
3. Pedoman ini berlaku bagi semua lembaga negara, baik di ranah legislatif dan pengawasan,eksekutif, yudikatif maupun lembaga nonstruktural.
BAB I
PENCIPTAAN SITUASI KONDUSIF UNTUKMELAKSANAKAN GOOD PUBLIC
GOVERNANCE
Prinsip Dasar
Good Public Governance (GPG) diperlukan dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut memelihara ketertiban dunia
berlandaskan kedaulatan negara, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Dalam rangka menciptakan situasi kondusif untuk melaksanakan GPG diperlukan tiga pilar,
yaitu negara, dunia usaha dan masyarakat.
1. Negara harus merumuskan dan menerapkan GPG sebagai pedoman dasar dalam
melaksanakan fungsi, tugas dan kewenangannya. Negara juga berkewajiban untuk
menciptakan situasi kondusif yang memungkinkan penyelenggara negara dan jajarannya
melaksanakan tugasnya dengan baik.
2. Dunia usaha harus merumuskan dan menerapkan good corporate governance (GCG)
dalam melakukan usahanya sehingga dapat meningkatkan produktivitas nasional. Dunia
usaha juga berkewajiban untuk berpartisipasi aktif memberikan masukan dalam perumusan
dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik yang bertalian
dengan sektor usahanya.
3. Masyarakat harus melakukan kontrol sosial secara efektif terhadap pelaksanaan fungsi,
tugas dan kewenangan negara. Untuk itu masyarakat harus:
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan untuk dapat melaksanakan kontrol sosial
secara sehat dan bertanggungjawab.
Meningkatkan konsolidasi sumberdaya agar dapat memberikan kontribusi secara
maksmimal
Pedoman Pelaksanaan
1. Peran Negara dalam Mewujudkan GPG
a. Menyusun peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik yang berorientasi pada
pelayanan dan perlindungan kepentingan masyarakat dan dunia usaha atas dasar prinsip
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
b. Melakukan proses penyusunan peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik yang
didasari pada kajian yang mendalam serta melibatkan masyarakat dan atau dunia usaha.
c. Melakukan deseminasi dan sosialisasi terhadap perundangundangan dan kebijakan publik
yang telah ditetapkan.
d. Menciptakan sistem sosial politik yang sehat dan terbuka untuk mewujudkan
penyelenggara negara yang memiliki integritas dan profesionalisme yang tinggi serta
meningkatkan kemampuan warga negara dalam berdemokrasi melalui pendidikan sosial
politik.
e. Memastikan agar dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, penyelenggara negara
mematuhi dan memberdayakan sistem hukum nasional.
2. Peran Dunia Usaha dalam Mewujudkan GPG
a. Melaksanakan usaha secara sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan ekonomi secara
berkelanjutan serta meningkatkan kesempatan kerja.
b. Membangun sistem yang dapat memastikan perusahaan mematuhi peraturan perundang-
undangan dan kebijakan publik serta melaksanakan good corporate governance secara
konsisten.
c. Melaksanakan etika bisnis secara konsisten termasuk mencegah dan menghilangkan
perilaku koruptif, kolusif dan nepotisme.
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
d. Melakukan kajian yang mendalam terhadap peraturan perundang-undangan dan kebijakan
publik yang berdampak terhadap usahanya.
e. Memberikan masukan secara aktif dalam proses penyusunan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan publik baik langsung maupun tidak langsung
3. Peran Masyarakat dalam Mewujudkan GPG
a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan untuk dapat melaksanakan kontrol sosial
secara sehat dan bertanggungjawab.
b. Meningkatkan konsolidasi sumberdaya agar dapat menata dan menciptakan sistem dan
organisasi masyarakat yang sehat.
c. Mencegah dan menghilangkan sikap dan perilaku koruptif, kolusif dan nepotisme.
d. Melakukan kontrol sosial terhadap pelaksanaan GPG.
e. Memberikan masukan secara aktif dalam proses penyusunan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan publik, baik langsung maupun tidak langsung.
BAB II
ASAS GOOD PUBLIC GOVERNANCE
1. Demokrasi
Prinsip Dasar
Demokrasi mengandung tiga unsur pokok yaitu partisipasi, pengakuan adanya perbedaan pendapat
dan perwujudan kepentingan umum. Asas demokrasi harus diterapkan baik dalam proses memilih
dan dipilih sebagai penyelenggara negara maupun dalam prosespenyelenggaraan negara.
2. Transparansi
Prinsip Dasar
Tranparansi mengandung unsur pengungkapan (disclosure) dan penyediaan informasi yang
memadai dan mudah diakses oleh pemangku kepentingan. Transparansi diperlukan agar
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
pengawasan oleh masyarakat dan dunia usaha terhadap penyelenggaraan negara dapat dilakukan
secara obyektif. Transparansi juga diperlukan dalam rangka penyusunan dan penggunaan anggaran
3. Akuntabilitas
Prinsip Dasar
Akuntabilitas mengandung unsur kejelasan fungsi dalam organisasi dan cara
mempertanggungjawabkannya. Akuntabilitas diperlukan agar setiap lembaga negara dan
penyelenggara negara melaksanakan tugasnya secara bertanggungjawab.
4. Budaya Hukum
Prinsip Dasar
Budaya hukum mengandung unsur penegakan hukum (law inforcement) secara tegas tanpa
pandang bulu dan ketaatan terhadap hukum oleh masyarakat berdasarkan kesadaran. Penetapan
perundang-undangan dan kebijakan publik harus dilakukan atas dasar kepentingan umum dan
dilaksanakan secara konsekuen.
5. Kewajaran dan Keutamaan
Prinsip Dasar
Kewajaran dan kesetaraan mengandung unsur keadilan dan kejujuran sehingga dalam
pelaksanaannya dapat diwujudkan perlakuan setara terhadap pemangku kepentingan secara
bertanggungjawab. Kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk dapat mewujudkan pola kerja
lembaga negara dan penyelenggara negara yang lebih adil dan bertanggungjawab.
BAB III
NILAI-NILAI, ETIKA DAN PEDOMAN PERILAKU
Prinsip Dasar
Untuk mewujudkan dan menjaga kredibilitas negara dan lembaga negara, pelaksanaan GPG harus
dilandasi oleh nilai-nilai sebagai pegangan moral bagi penyelenggara negara, pegawai dan prajurit.
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
Untuk itu, diperlukan etika dan pedoman perilaku yang dapat menjadi acuan bagi penyelenggara
negara, pegawai dan prajurit dalam menerapkan nilai-nilaiyang disepakati.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Nilai-nilai
Nilai-nilai bermakna sebagai perilaku yang dijunjung tinggi dan merupakan kekuatan organisasi
mencapai tujuannya. Nilai-nilai yang menjadi pegangan moral penyelenggara negara, pegawai dan
prajurit adalah integritas, professional, mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara serta
berwawasan kedepan.
Integritas
Berpikir, berkata dan berperilaku yang didasari oleh kejujuran, keadilan dan disiplin.
Professional
Berkomitmen untuk menyelesaikan tugasnya secara tuntas dan akurat atas dasar
kompetensi yang dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.
Mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara.
Bekerja atas dasar semangat untuk melayani kepentingan masyarakat dan negara diatas
kepentingan pribadi, kelompok atau golongan.
Berwawasan kedepan.
Berpikir kedepan untuk selalu menyempurnakan prestasi yang sejalan dengankepentingan
masyarakat dan Negara
2. Etika Penyelenggaraan Negara.
Etika harus diterapkan oleh setiap penyelenggara negara, baik yang menjalankan fungsi
legislatif, eksekutif, yudikatif maupun lembaga non struktural.
2.1 Perilaku individu
Dalam hal perilaku individu, penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus:
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
a. Menjunjung tinggi hukum, moral, memiliki harga diri dan disiplin yang kuat
b. Menjaga integritas pribadi dan memiliki komitmen untuk menjaga citra dan reputasi
negara
c. Menyandarkan segala sesuatu dan perilaku kepada hati nurani
d. Mencegah praktik diskriminasi dan menghindari pelecehan terhadap harga diri dan kondisi
fisik.
2.2 Perlindungan terhadap harta milik negara Dalam rangka melindungi harta milik negara,
penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus:
a. Selalu memelihara dan melindungi harta milik negara dan tidak menggunakannya untuk
kepentingan pribadi, kepentingan politik dan kepentingan lain yang bertentangan dengan
kepentingan negara.
b. Selalu menjaga hak intelektual milik negara dan mendedikasikan kompetensi yang
dimilikinya untuk kepentingan negara.
c. Melindungi informasi yang bersifat rahasia dan mencegahnya dari kehilangan,
penyalahgunaan, kebocoran dan pencurian.
2.3 Penyelenggaraan negara
Untuk dapat melakukan penyelenggaraan negara secara tertib, penyelenggara negara harus:
a. Menghindari terjadinya kesalahan representasi dalam berhubungan dengan pihak lain untuk itu:
i. penyelenggara negara dapat mewakili negara atau lembaga negara sesuai dengan kapasitas
dan wewenangnya.
ii. penyelenggara negara yang mewakili negara atau lembaga negara harus dapat
menunjukkan kewenangan hukum dan laporan yang benar.
b. Dalam melaksanakan tugasnya, penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus :
i. Mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara.
ii. Menerapkan prinsip profesionalisme, adil dan selalu beritikad baik.
iii. Mencegah terjadinya KKN dan citra negatif.
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
c. Penyelenggaraan negara harus mempunyai pandangan jauh kedepan dan mandiri
2.4 Kepentingan pribadi
Penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus mengutamakan negara diatas kepentingan
pribadi. Untuk itu, penyelenggara negara, pegawai dan prajurit hendaknya:
a. Tidak menggunakan waktu, fasilitas, sumber daya dan peralatan negara untuk kepentingan
pribadi.
b. Tidak menggunakan akses, pengetahu pengetahuan dan jabatannya untuk hal-hal yang
merugikan negara.
c. Bebas dari pengaruh yang memungkinkan terjadinya benturan kepentingan.
2.5 Pedoman etika penyelenggaraan negara
Setiap lembaga negara harus menyusun pedoman perilaku bagi penyelenggara negara, pegawai
dan prajurit lembaga negara yang bersangkutan. Pedoman memuat antara lain:
a. Latar belakang, maksud dan tujuan serta landasan hukum.
b. Rumusan pedoman etika penyelenggaraan negara.
c. Ketentuan pelaksanaan yang memuat hal-hal yang harus dilakukan oleh penyelenggara
negara, pegawai dan prajurit serta sanksi pelanggaran.
3. Pedoman Perilaku
Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan kepentingan, pemberian dan penerimaan
hadiah, kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan informasi, pelaksanaan kewenangan serta hak
dan kewajiban dalam pengungkapan tindakan penyimpangan(whistleblower).
3.1 Benturan kepentingan
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
a. Benturan kepentingan adalah keadaan dimana terdapat perbedaan kepentingan antara
kewajiban pemenuhan tugas untuk kepentingan negara dan rakyat dengan kepentingan
pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau afialiasi lainnya.
b. Penyelenggara negara tidak diperkenankan memegang jabatan lain yang dapat
menimbulkan potensi terjadinya benturan kepentingan.
3.2 Pemberian dan penerimaan hadiah
a. Setiap penyelenggara negara, pegawai dan prajurit tidak diperkenankan meminta atau
menerima sesuatu, baik langsung maupun tidak langsung, baik dalam bentuk hadiah atau
jasa berupa uang, natura, maupun bentuk lainnya yang dapat menimbulkan benturan
kepentingan.
b. Setiap penyelenggara negara tidak diperkenankan memberi sesuatu, baik langsung ataupun
tidak langsung, baik dalam bentuk hadiah atau jasa berupa uang, natura, maupun bentuk
lainnya yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.
3.3 Kepatuhan terhadap peraturan
a. Penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus memahami dengan baik peraturan
perundang undangan yang berkaitan dengan fungsi dan tugasnya.
b. Penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan fungsi dan tugasnya secara efektif dan konsisten.
3.4 Kerahasiaan informasi
a. Penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus menjaga kerahasiaan informasi lembaga
negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan internal lembaga yang
bersangkutan.
b. Setiap penyelenggara negara, pegawai dan prajurit tidak diperkenankan menyalahgunakan
informasi yang berkaitan dengan lembaga negara untuk kepentingan pribadi, keluarga,
kroni, kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.
3.5 Pelaksanaan kewenangan
a. Setiap penyelenggara negara harus melaksanakan tugas dan kewenangannya dengan
berpedoman pada asas-asas GPG.
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
b. Setiap penyelenggara negara melaksanakan tugas dan kewenangan-nya sesuai dengan
uraian tugas yang berlaku baginya.
c. Setiap penyelenggara negara tidak diperkenankan menyalahgunakan tugas dan
kewenangannya untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau
afiliasi lainnya.
3.6 Pengungkapan dan pelaporan tindakan penyimpangan(whistleblower)
a. Penyelenggara negara harus memahami hak dan kewajibannya dalam mengungkapkan
tindakan penyimpangan atau pelanggaran terhadap etika penyelenggaraan negara, yang
telah terjadi ataupun yang diduga terjadi dalam penyelenggaraan negara.
b. Lembaga negara harus menyusun suatu peraturan yang jelas dan didukung dengan prosedur
yang memadai serta memungkinkan dilakukannya pelaporan terhadap tindakan
penyimpangan dan mekanisme penanganan serta pihakpihak yang bertanggungjawab
dalam melakukan penanganan tersebut.
c. Pelapor tindakan penyimpangan dapat berasal dari penyelenggara negara, pegawai dan
prajurit maupun dari masyarakat.
BAB IV
AKTUALISASI GOOD PUBLIC GOVERNANCE
DALAM PENYELENGGARAAN NEGARA
Berdasarkan fungsinya, penyelenggaraan negara dilaksanakan oleh tiga ranah (domain) yaitu
legislatif dan pengawasan, eksekutif serta yudikatif. Dalam perkembangannya, disamping ketiga
fungsi tersebut terdapat lembaga-lembaga non struktural yang dapat pula dikategorikan sebagai
bagian dari penyelenggaraan negara.
Ranah Legislatif dan Pengawasan terdiri atas Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Ranah Eksekutif terdiri atas Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Bank Sentral.
Pemerintah Pusat meliputi Presiden dan Wakil Presiden, Departemen dan Kementerian,
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dan Lembaga
Pemerintah Non Departemen. Pemerintah Daerah meliputi Pemerintah Daerah Provinsi,
Pemerintah Daerah Kabupaten dan Pemerintah Daerah Kota. Bank Sentral adalah Bank
Indonesia.
Ranah Yudikatif terdiri atas Mahkamah Konstitusi (MK), Mahkamah Agung (MA)
beserta-Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
dan Pengadilan Agama serta Komisi Yudisial (KY) dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK).
Prinsip Dasar
Asas GPG yaitu demokrasi, transparansi, akuntabilitas, budaya hukum, serta kewajaran dan
kesetaraan harus menjadi pedoman bagi semua lembaga negara dan penyelenggara negara, baik
legislatif dan pengawasan, eksekutif, yudikatif maupun lembaga-lembaga non struktural yang
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuaidengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB V
PEMANGKU KEPENTINGAN
Prinsip Dasar
Pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap negara dan pihak-
pihak yang terpengaruh secara langsung oleh peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik
yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga negara. Pemangku kepentingan antara lain terdiri dari
warga negara, dunia usaha, partai politik, organisasi kemasyarakatan,lembaga swadaya
masyarakat, pers serta negara-negara lain dan masyarakat internasional.
Agar hubungan antara negara dengan pemangku kepentingan dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan fungsinya masing-masing, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Pemangku kepentingan dengan negara mempunyai hubungan timbal balik yang diperlukan
untuk membangun dan mempertahankan kredibilitas negara.
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
2. Negara berkewajiban memberikan perlindungan dan pelayanan kepada semua pemangku
kepentingan dengan memperhatikan keberlanjutan negara (sustainability).
3. Pemangku kepentingan berkewajiban untuk melaksanakan fungsinya masing-masing
sehingga keberlanjutan negara dapat terpelihara dengan baik.
BAB VI
PEDOMAN PRAKTIS PENERAPAN GPG
Prinsip Dasar
Pelaksanaan GPG perlu dilakukan dengan komitmen yang tinggi serta dilaksanakan secara
sistematis dan berkesinambungan. Untuk itu diperlukan pedoman praktis yang dapat dijadikan
acuan pelaksanaan GPG oleh penyelenggara negara, baik yang memiliki fungsi legislatifdan
pengawasan, eksekutif, yudikatif, maupun lembaga-lembaga non struktural.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Dalam rangka penerapan GPG, setiap lembaga negara harus menyusun pedoman GPG dengan
mengacu pada Pedoman Umum GPG ini. Pedoman GPG bagi masing-masing lembaga negara
tersebut mencakup sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut:
Visi, misi dan nilai-nilai lembaga negara yang bersangkutan.
Kedudukan dan fungsi lembaga negara, pimpinan dan organ pengawasan internal.
Kebijakan untuk memastikan terlaksananya fungsi organ setiap lembaga negara secara
efektif.
Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas, pengendalian internal yang
efektif serta pelaporan keuangan dan kinerja.
2. Keikutsertaan semua pihak dalam lembaga negara yang bersangkutan dalam proses persiapan
dan pelaksanaan sehingga penerapan GPG dapat berjalan efektif. Untuk itu diperlukan tahapan
sebagai berikut:
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan GPG oleh semua
anggota, pimpinan, dan jajaran lembaga negara serta pemangku kepentingan.
Melakukan kajian terhadap kondisi lembaga negara yang berkaitan dengan pelaksanaan
GPG dan tindakan korektif yang diperlukan;
3. Agar pedoman GPG dapat diterapkan dengan baik diperlukan adanya tiga hal dibawah ini:
Penyelenggara negara yang mendukung dan menciptakan suasana agar GPG tidak hanya
merupakan pedoman diatas kertas tetapi dilaksanakan dengan baik.
Penyelenggara negara yang berperilaku sebagai teladan dan melakukan sosialisasi
pedoman GPG bagi seluruh jajarannya.
Sanksi yang konsekuen terhadap pelanggaran nilai-nilai, etika dan pedoman perilaku
penyelenggara negara dan jajarannya.
KAITAN PEDOMAN UMUM GOOD PUBLIC GOVERNANCE DENGAN KASUS URIP
TRI GUNAWAN
1. Terkait pada 3 (tiga) pilar penerapan Good Public Governance yaitu Negara, Dunia Usaha
dan Masyarakat.
- Negara dalam hal ini Institusi Kejaksaan Agung tidak melakukan penerapan Pedoman
Umum Good Public Governance dengan baik, tidak bisa menciptakan kondisi dan
situasi kondusif untuk mewujudkan penyelenggara negara yang memiliki integritas dan
profesionalisme yang tinggi.
- Negara kurang menjamin kesejahteraan aparat negara yang memiliki jabatan penting
dalam struktur pemerintahan. Dapat dilihat gaji pokok jaksa pada saat itu berkisar
antara 3,5 Juta perbulan, sehingga para jaksa kurang dapat memenuhi kebutuhannya
sehari-hari dan berusaha mendapatkan penghasilan dari yang lain dan membuka
peluang terjadinya praktik-praktik korupsi.
- Dunia Usaha dalam kasus ini diwakili oleh Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI)
telah melakukan berbagai kecurangan sejak pencairan dana BLBI yang dikucurkan
oleh Bank Indonesia. Mulai dari penyaluran tersebut kepada kelompok usahanya
sendiri serta melakukan manipulasi pemberian Surat Keterangan Lunas (SKL) atas
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
penyelesaian dana BLBI namun nyatanya masih ada kekurangan senilai Rp. 4,75
triliun.
Dari awal mungkin BDNI sudah tidak menerapkan Good Corporate Governance
dengan baik sehingga terkena kesulitan likuiditas, namun ketika dibantu pemerintah
dana bantuan tersebut juga diselewengkan oleh peminjam BLBI yaitu BDNI.
- Masyarakat dalam kasus jaksa Urip Tri Gunawan sudah berperan dengan baik,
terkuaknya kasus ini berkat laporan dari masyarakat juga. Masyarakat telah melakukan
kontrol sosial terhadap pelaksanaan Good Public Governance.
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)Principles of Corporate Governance 2004.
IICG, Membangun Dewan Komisaris Yang Efektif, Juni 2000
Wallace, P & Zinkin J., 2005, Mastering Business in Asia Corporate Givernance,
John Wiley & Sons.
Studi Kasus Bank Century
Masalah korupsi..., Barli Zainul et.al, FE UI, 2013