masalah kepemimpinan

25

Click here to load reader

Transcript of masalah kepemimpinan

Page 1: masalah kepemimpinan

Masalah Kepemimpinan Pemimpin Wanita di

Perpustakaan Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Indonesia dalam Memimpin

Bawahannya yang Laki-Laki

Disusun oleh:

Muhammad Arif Baharuddin

0906639000

Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Universitas Indonesia

Page 2: masalah kepemimpinan

BAB 1

PENDAHULUAN

Masalah kepemimpinan sama halnya dengan sejarah kehidupan manusia,

bahkan sejak manusia ada, masalah kepemimpinan menjadi hal yang sangat

penting. Manusia dalam ber-masyarakat atau dalam berorganisasi butuh yang

namanya pemimpin. Oleh karena itu pemimpin sangat diperlukan dalam

berorganisasi baik dalam masyarakat, pemerintahan, pendidikan, bah-kan dalam

suatu kelompok yang kapasitasnya kecil.

Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan

tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan

oleh seorang pemimpin. Karena pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat

rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin

pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama. Disamping itu, seorang

pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai

kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang

tanpa menanyakan alasan-alasannya. Bagi seorang pemimpin menjadi yang

dipercaya adalah hadiah yang lebih baik dari apapun. Kepercayaan yang

diberikan oleh anggota organisasi kepada se-orang pemimpin datang dari perasaan

terpastikan dalam mempercayakan proses memimpin pencapaian tujuan bersama

kepadanya

A. LATAR BELAKANG

Pada suatu kesempatan, saya mendapatkan tugas kelompok dari dosen

mata kuliah administrasi lembaga informasi untuk mengobservasi dan mencari

tahu segala sesuatu yang berhubungan dengan manajemen pepustakaan di

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universaitas Indonesia (selanjutnya FISIP UI).

Untuk melakukan tugas tersebut saya dan kelompok saya harus

mewawawancarai beberapa pelaku dalam perpustakaan tersebut. Wawancara

Page 3: masalah kepemimpinan

pertama dimulai dari pelaku perpustakaan yang menjaga America Corner.

Wawancara berjalan lancar dan menarik, ada jawaban dari pelaku yang menarik

perhatian lebih saya, pelaku mengaku kalau beliau bukanlah lulusan jurusan ilmu

perpustakaan akan tetapi beliau lulusan jurusan ilmu hukum. Setelah wawancara

terselesaikan, saya dan kelompok mencari sasaran lain untuk diwawancara, dan

sasaran kelompok saya tertuju pada seorang wanita pada suatu ruangan. Wanita

tersebut adalah salah satu petinggi dalam perpustakaan FISIP yang biasa disebut

profesional senior. Dalam wawancara tersebut, sangat terlihat keramahan beliau.

Ketika beliau ditanya, “apa pendidikan terakhir ibu?”, ternyata beliau sempat

mengenyam pendidikan ilmu perpustakaan, akan tetapi tidak terselesaikan. Pada

suatu jawaban, beliau mengatakan bahwa beliau dalam mengorganisir pelaku-

pelaku perpustakaan mengalami kesulitan, pada suatu evaluasi beliau

menyarankan pada pengikutnya melakukan apa yang dia katakan. Akan tetapi

perkataan beliau tidak dihiraukan, dan terjadilah sesuatu yang tidak diharapkan.

B. PERUMUSAN MASALAH

Dilihat dari pernyataan profesional senior, terlihat adanya masalah

kepemimpinan yang terjadi di perpustakaan FISIP UI. Kenapa masalah tersebut

terjadi?, ada apakah di balik masalah tersebut?. Makalah ini dibuat selain

bertujuan untuk pemenuhan tugas mata kuliah administrasi lembaga informasi,

juga bertujuan untuk mengupas lebih lanjut hal-hal yang berkaitan dengan

masalah kepemimpinan. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat.

Page 4: masalah kepemimpinan

BAB II

ISI

1. Kepemimpinan

A. Pengertian

Banyak sekali definisi kepemimpinan, hal ini terjadi karena sudah banyak

sekali yang mencoba mendefinisikan kepemimpinan. Hersey dan Blanchard

berpendapat bahwa: “Leader-ship is the process of influencing the activities of an

individual or group in efforts toward goal achievement in a givensituation”.

Pendapat ini menegaskan kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi

aktivitas individu atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam

situasi tertentu. G.R. Terry dalam bukunya yang berjudul “Principles Of Mana-

gement” mengemukakan “…leadership is the relationship in which one person, or

the leader, influences others to work together willingly on related tasks to attain

that which the leader desires”. John douglas berpendapat “… Leadership occurs

when one person induces others to work toward some predertemined objective”.

Harold koontz dan Cyril O’Donnel dalam bukunya Principles of Management, an

Analysis of Managerial function, mengemukakan “… it (leadership) may be

defined as the ability to exert interpersonal influence, by means of communiation,

toward the achivment of a goal”.

Dilihat dari sudut pandang beberapa orang Indonesia yang berpendapat.

Kepemimpinan diartikan sebagai ilmu atau kiat serta kemampuan seseorang

mempengaruhi atau membimbing orang lain untuk mencapai tujuan tertentu

dengan cara-cara tertentu pula. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam

membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan

kelompok itu. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi atau memberi

Page 5: masalah kepemimpinan

contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan

organisasi.

Dari definisi-definisi di dua paragraf atas, saya dapat menyimpulkan

bahwa aktivitas memimpin pada hakikatnya meliputi suatu hubungan dan adanya

seseorang yang mempengaruhi orang-orang lain agar mereka mau bekerja ke arah

pencapaian sasaran tertentu. Hubungan dalam kepemimpinan itu terjadi antara

pemimpin dan mereka yang dipimpin. Hubungan antara kedua belah pihak antara

pemimpin dan yang dipimpin bukanlah hubungan satu arah, tetapi hubungan yang

senantiasa harus ada interaksi. Dengan adanya interaksi maka seorang pemimpin

bisa tahu bagaimana cara yang terbaik untuk mempengaruhi yang dipimpin.

Seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi yang dipimpin, karena apabila ia

tidak dapat melakukannya akan terjadi sesuatu yang dapat merugikan, dan sasaran

atau tujuan akan semakin bertambah jauh.

Ada dua macam cara pemimpin dalam mempengaruhi. Pertama dapat

disebut hasil kerjanya sendiri yang langsung mempengaruhi pekerjaan orang yang

dipimpin atau kelompoknya. Kedua, dengan cara kelakuan dan tindakan-tindakan

yang dilakukannya untuk mempengaruhi stabilitas kelompok dan kepuasan para

anggota kelompok.

B. Jenis Pemimpin

Dilihat dari proses pengangkatannya ada dua jenis pemimpin, pemimpin

formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal adalah seoarang (pria atau

wanita), yang oleh organisasi tertentu (swasta atau pemerintah) di tunjuk untuk

memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi yang ada, dengan segala hak

dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran-sasaran

organisasi yang ditetapkan. Pemimpin formal memiliki surat-surat keputusan

pengangkatan dari organisasi yang bersangkutan. Sedangkan pemimpin informal

adalah seorang individu (pria atau wanita) yang tidak mendapat pengangkatan

formal yuridis sebagai pemimpin, akan tetapi memiliki sejumlah kualitas (objektif

maupun subjektif), yang memungkinkannya tampil dalam kedudukan di luar

Page 6: masalah kepemimpinan

struktur organisasi resmi namun ia dapat mempengaruhi kelakuan dan tindakan

suatu kelompok, baik dalam arti positif maupun negatif.

Perbandingan pemimpin formal dan informal

Pemimpin Formal Pemimpin Informal

Memiliki legalitas formal sebagai

pemimpin (penunjukan oleh pihak yang

berwenang melakukannya).

Tidak memiliki penunjukan formal

sebagai pemimpin.

Yang menunjuk adalah organisasi

formal.

Masyarakat (atau kelompok tertentu di

dalam masyarakat) yang menunjuk.

Biasanya harus memenuhi syarat-syarat

formal terlebih dahulu sebelum

memperoleh pengangkatan (misalnya

syarat: ijazah, sertifikat, skill, masa

dinas, pengalaman kerja, kecakapan

pribadi dan sebagainya).

Tidak perlu memenuhi syarat-syarat

formal, asal saja disegani / dipatuhi/

dijadikan sumber bertanya/ pertukaran

pikiran bagi pihak yang dipimpinnya.

Apabila melakukan kesalahan-

kesalahan, ia akan mendapatkan sanksi

dari organisas formal.

Apabila ia melakukan kesalahan-

kesalahan akan mendapatkan sanksi

berupa kurang ditaatinya lagi sebagai

pemimpin atau dalam kasus yang

ekstrim tidak diakui lagi sebagai

peimimpin.

Dapat dimutasikan organisasi formal Tidak dapat dimutasikan

Dapat mencapai promosi (kenaikan

pangkat formal)

tidak pernah mencapai promosi.

Memperoleh balas jasa material dan

emolumen-emolumen lain yang berkai-

tan dengan posisi/jabatan.

Biasanya tidak memperoleh balas jasa

material, kecuali apabila mengusa-

hakannya.

Berstatus sebagai pemimpin formal

selama masa pengangkatan berlaku.

Berstatus sebagai pemimpin informal,

selama kelompok yang dipimpinya

mengakuinya atau menerimanya seba-

gai pemimpin.

Page 7: masalah kepemimpinan

Seorang pemimpin memimpin dan bukanlah memaksa, pemimpin menarik

pengikutnya hingga puncak prestasi, pemimpin mengenal sifat-sifat individual

pengikut-pengikutnya, mengetahui kualitas-kualitas apa yang akan merangsang

mereka untuk bekerja sebaik mungkin, pemimpin mengabdi serta memimpin.

C. Pendekatan Kepemimpinan

Banyak studi tentang kepemimpinan dan hasilnya berupa macam-macam

teori. Akan tetapi, ternyata belum/tidak mampu mengungkapkan sifat tunggal

yang dimiliki oleh pemimpin yang baik. Hal itu disebabkan oleh setiap pemimpin

yang dianggap berhasil memiliki gaya, metode, ataupun pengetahuan yang

berbeda. Karena adanya perbedaan sistem, kultur, dan kondisi yang dipimpin,

setiap orang mempunyai gaya kepemimpinan sendiri-sendiri.

Saya tidak bisa mengemukakan cara terbaik untuk memimpin manusia.

Praktek serta gaya kepemimpinan terdiri dari suatu jalinan faktor-faktor yang

bersifat kompleks. Kepribadian pemimpin, skillnya, pengalamannya, jenis pengi-

kut, kepercayaannya, kesadaran akan harkat dirinya, interaksi dan iklim oganisasi

mempengaruhi kelakuan seorang pemimpin dan apa yang dilakukannya atau tidak

dilakukan olehnya.

G.R Terry dalam bukunya “Principles of Management” mengemukakan 8

(delapan) buah teori kepemimpinan sebagai berikut :

1. Teori Otokratis (The Autocratic Theory)

2. Teori Psikologis (The Psychologic Theory)

3. Teori Sosiologis (The Sosiologic Theory)

4. Teori supportif (The Supportive Theory)

5. Teori Laissez Faire (The Laissez – Faire Theory)

6. Teori Perilaku Pribadi (The Personal – Behaviour Theory)

7. Teori Sifat (The Trait Theory)

8. Teori Situasi (The Situational Theory)

Page 8: masalah kepemimpinan

C.1. Teori Otokratis

Kepemimpinan menurut teori ini berdasarkan atas perintah-perintah,

pemaksaan dan tindakan yang agak arbitrer dalam hubungan antara pemimpin

dengan pihak bawahan. Pemimpin di sini cenderung mencurahkan perhatian

sepenuhnya pada pekerjaan, ia melaksanakan pengawasan seketat mungkin

dengan maksud agar pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan rencana. Pemimpin

otokratis menggunakan perintah-perintah yang biasanya diperkuat oleh adanya

sanksi-sanksi. Pemimpin otokratis menganggap disiplin adalah faktor yang sangat

penting.

C.2. Teori Psikologis

Fungsi seorang pemimpin adalah mengembangkan sistem motivasi ter-

baik. Pemimpin merangsang bawahannya untuk bekerja ke arah pencapaian sasa-

ran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi mereka.

Kepemimpinan yang memotivasi sangat memperhatikan hal-hal seperti

misalnya pengakuan, kepastian emosional, dan kesempatan untuk memperhatikan

keinginan dan kebutuhannya.

C.3. Teori Sosiologis

Kepemimpinan terdiri dari usaha-usaha yang melancarkan aktivitas para

pemimpin dan berusaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara

para pengikut. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dengan mengikut sertakan

para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir.

Identifikasi tujuan kerapkali memberikan petunjuk yang diperlukan oleh

para pengikut. Mereka mengetahui hasil-hasil apa, kepercayaan apa, kelakuan apa

yang diharapkan pemimpin dari mereka.

Tetapi perlu diingat bahwa usaha-usaha untuk mencapai tujuan mem-

pengaruhi interaksi-interaksi antara para pengikut, kadang-kadang hingga tingkat

timbulnya konflik yang merusak di dalam atau di antara kelompok-kelompok.

Dalam situasi demikian, pemimpin diharapkan untuk mengambil tindakan-tin-

Page 9: masalah kepemimpinan

dakan korektif, menjalankan pengaruh kepemimpinannya dan mengembalikan

harmoni dan usaha-usaha kooperatif antara para pengikutnya.

C.4. Teori Suportif

Pihak pemimpin menganggap para pengikutnya ingin berusaha sebaik-

baiknya dan ia dapat memimpin dengan sebaiknya melalui tindakan membantu

usaha-usaha mereka. Pihak pemimpin menciptakan lingkungan kerja yang mem-

bantu mempertebal keinginan pada setiap pengikut untuk melaksanakan pekerjaan

sebaik mungkin, bekerjasama dengan pihak lain, serta mengembangkan skillnya,

dan semua itu tanpa ada paksaan dari pemimpin.

Saran-saran mengenai bagaimana melaksanakan pekerjaan lebih baik,

perbaikan-perbaikan apa dapat dicapai pada kondisi-kondisi kerja dan ide-ide baru

apa harus dicoba, perlu dikembangkan. Mungkin karena itu, teori ini juga biasa

disebut teori partisipatif dan ada juga yang menyebut democratic theory of

leadership.

C.5. Teori Laissez Faire

Pemimpin memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pengikutnya

dalam hal menentukan aktivitas mereka. Pemimpin tidak berpartisipasi dalam ke-

giatan, walaupun berpartisipasi, partisipasi tersebut hampir tidak berarti. Teori ini

merupakan kebalikan langsung dari teori otokratis. Kelompok-kelompok laissez

faire cenderung membentuk pemimpin-pemimpin informal.

C.6. Teori Perilaku Pribadi

Kepemimpinan dapat pula dipelajari berdasarkan kualitas-kualitas pribadi

ataupun pola-pola kelakuan para pemimpin. Pendekatan ini melakukan apa yang

dilakukan oleh pemimpin dalam hal memimpin. Salah satu sumbangsih penting

teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin tidak berkelakuan sama ataupun

melakukan tindakan-tindakan identik dalam setiap situasi yang dihadapi olehnya.

Pada suatu tingkat tertentu seorang pemimpin bersifat fleksibel, karena ia

beranggapan ia perlu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk

Page 10: masalah kepemimpinan

menghadapi sesuatu problem tertentu yang situasinya berbeda dari situasi yang

pernah ia hadapi.

C.7. Teori Sifat

Sudah banyak usaha dilakukan orang untuk mengidentifikasi sifat-sifat

pemimpin yang dipergunakan untuk menerangkan dan meramalkan kesuksesan

dalam bidang pemimpin. Di antara sifat-sifat yang dianggap harus dimiliki oleh

seorang pemimpin dapat disebut :

1. Intelegensi

Orang umumnya beranggapan bahwa tingkat intelegensi seorang

individu memberikan petunjuk tentang kemungkinan-kemungkinan

baginya untuk berhasil sebagai seorang pemimpin (hingga suatu tingkat

intelegensi tertentu). Di atas tingkat tersebut yang bersifat relatif tinggi,

sukses tidak begitu pasti. Hal tersebut kiranya dapat diterangkan

berdasarkan fakta bahwa individu-individu yang memiliki tingkat-tingka

intelegensi yang tinggi menganggap bahwa aktivitas-aktivitas kepemim-

pinan dan tantangan-tantangan tidak cukup bagi mereka, mereka lebih

senag dengan ide-ide abstrak dan pekerjaan riset dasar.

2. Inisiatif

Hal ini terdiri dari dua bagian :

1) Kemampuan untuk bertindak sendiri dan mengatur tindakan-

tindakan;

2) Kemampuan untuk “melihat” arah tindakan yang tidak “terlihat”

oleh pihak lain. Sifat ini sangat diinginkan pada setiap calon

manager.

3. Energi atau rangsangan

Banyak orang berpendapat bahwa salah satu di antara ciri

pemimpin yang menonjol adalah bahwa ia lebih enerjik dalam usaha men-

capai tujuan dibandingkan dengan seorang bukan pemimpin. Energi men-

tal dan fisik diperlukan

4. Kedewasaan emosional

Page 11: masalah kepemimpinan

Di dalam sifat ini tercakup: dapat diandalkan, persistensi dan

objektivitas. Seorang pemimpin dapat diandalkan janji-janjinya mengenai

apa yang akan dilaksanakannya. Ia bersedia bekerja lama dan menye-

barluaskan sikap “enthusiasme” di antara para pengikutnya. Ia menge-

tahui apa yang ingin dicapainya hari ini, tahun depan atau 5 tahun yang

akan datang.

5. Persuasif

Tidak terdapat adanya kepemimpinan tanpa adanya persetujuan

pihak yang akan dipimpin. Untuk memperoleh persetujuan tersebut, se-

orang pemimpin biasanya harus menggunakan persuasi.

6. Skill komunikatif

Seorang pemimpin pandai berbicara dan dapat menulis dengan

jelas serta tegas. Ia memiliki kemampuan untuk mengemukakan secara

singkat pendapat-pendapat orang lain dan mengambil inti-sari dari

pernyataan pihak lain. Seorang pemimpin menggunakan komunikasi

dengan tepat untuk tujuan-tujuan persuasif, informatif serta stimulatif.

7. Kepercayaan pada diri sendiri

Hal tersebut dapat dinyatakan sebagai kepercayaan dalam skill

kepemimpinannya. Seorang pemimpin adalah seorang yang cukup matang

dan ia tidak banyak memiliki sifat-sifat anti-sosial. Ia berkeyakinan

bahwa ia dapat menghadapi secara berhasil kebanyakan situasi yang

dihadapinya.

8. Perseptif

Sifat ini berhubungan dengan kemampuan untuk mendalami ciri-

ciri dan kelakuan orang-orang lain, dan terutama pihak bawahannya. Hal

tersebut juga mencakup kemampuan untuk memproyeksi diri sendiri

secara mental dan emosional ke dalam posisi orang lain.

9. Kreativitas

Kapasitas untuk bersifat orisinal, untuk memikirkan cara-cara baru

merintis jalan baru sama sekali guna memecahkan sebuah problem meru-

pakan sifat yang sangat didambakan pada seorang pemimpin.

10. Partisipasi sosial

Page 12: masalah kepemimpinan

Seorang pemimpin “mengerti” manusia dan ia mengetahui pula

kekuatan serta kelemahan mereka. Ia menyesuaikan diri dengan berbagai

kelompok dan ia memiliki kemampuan untuk berhadapan dengan orang-

orang dari kalangan manapun juga dan ia pula berkemampuan untuk

melakukan konversasi tentang macam-macam subjek. Orang-orang beker-

ja sama secara sukarela dengannya. Ia dapat didekati, ia seorang yang ra-

mah, dan suka menolong orang lain.

C.8. Teori Situasi

Pendekatan ini untuk menerangkan kepemimpinan menyatakan bahwa

harus terdapat cukup banyak fleksibilitas dalam kepemimpinan untuk menyesuai-

kan diri dengan berbagai macam situasi.

D. Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki oleh pe-

mimpin. Karena sifat dan perilaku seseorang tidak akan sama persis, maka gaya

kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang pemimpin dapat berbeda antara

satu pemimpin yang satu dengan yang lainnya. Dari berbagai gaya kepimpinan,

dapatlah disederhanakan atas empat macam:

a. Gaya Kepemimpinan Diktator

Pada gaya kepemimpinan ini upaya mencapai tujuan dilakukan dengan

menimbulkan ketakutan serta ancaman hukuman, bawahan hanya diang-

gap sebagai pelaksana dan pekerja saja.

b. Gaya Kepemimpinan Autokratis

Gaya kepemimpinan ini segala keputusan berada di tangan pemimpin.

Pendapat atau kritik dari segala keputusan berada ditangan pemimpin.

c. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Page 13: masalah kepemimpinan

Pada gaya ini ditemukan peran serta bawahan dalam pengambilan ke-

putusan yang dilakukan secara musyawarah. Hubungan dengan bawahan

dibangun dan dipelihara dengan baik.

d. Gaya Kepemimpinan Santai

Pada gaya ini hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan

kepada bawahan. Setiap anggota organisasi dapat melakukan kegiatan

masing-masing sesuai dengan kehendak.

Dalam rangka mempersoalkan gaya kepemimpinan, kita hendaknya jangan

beranggapan bahwa seorang individu dapat atau harus mempertahankan gaya

secara konsisten dalam semua aktivitasnya. Justru sebaliknya, ia harus bersifat

sefleksibel mungkin, dan menyesuaikan gayanya dengan situasi dan individu-

individu yang bersangkutan. Supaya kepemimpinan menjadi penting, maka orang

yang melaksanakan tindakan kepemimpinan harus memenuhi kebutuhan-

kebutuhan kelompok maupun kebutuhan-kebutuhan yang timbul karena situasi.

2. Sekilas Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Miriam Budiarjo Resource Center diresmikan pada tanggal 24 Februari

2005 oleh Rektor UI dalam rangka perayaan 36 tahun berdirinya FISIP UI. Nama

ini dipilih untuk memberi penghormatan kepada salah satu pendiri FISIP UI, Prof.

Dr (H.C) Miriam Budiarjo, M.A. Dahulu, perpustakaan ini bernama Perpustakaan

FISIP UI. MBRC ditempatkan sebagai :

1. Salah satu icon dari FISIP UI yang merupakan pusat sumber ilmu (open

library system) yang modern.

2. Sebagai pendukung visi dan misi Universitas Indonesia untuk mencapai

posisi sebagai universitas riset yang bertaraf internasional dan menjadi

pusat sumber ilmu sosial terkemuka di Asia.

Page 14: masalah kepemimpinan

3. Sebagai pendukung terhadap tuntutan perubahan global yang penuh

persaingan dan tanpa batas, yang memaksa manusia menggapai informasi

secara luas dan cepat untuk dapat mengungguli manusia lainnya.

4. Sebagai pendukung tujuan universitas mengembangkan program pengajaran

student-centered learner dimana mahasiswa menjadi sentral yang kreatif

mencari dan mengembangkan sumber pengetahuan secara mandiri.

Struktur Organisasi Perpustakaan FISIP UI

Bisa dilihat dalam bagan struktur organisasi, professional senior mem-

bawahi bagian sirkulasi, pelayanan, referensi, pengolahan dan pengadaan. Di

perpustakaan fakultas ilmu sosial dan politik, posisi ini dipegang oleh seorang

wanita yang sudah menyumbangkan tenaganya dalam perpustakaan FISIP UI

selama kurang lebih 30 tahun. Dan dalam perpustakaan FISIP UI, posisi yang di

bawahi profesional senior kebanyakan berjenis kelamin laki-laki.

3. Wanita Indonesia

a. Paradigma Tentang Wanita di Indonesia

DEKAN

MANAJER RISET

WAKIL DEKAN

PELAYANAN

PUSTAKAWAN PROFESIONAL SENIOR

SIRKULASI REFERENSI PENGOLAHAN & PENGADAAN

Page 15: masalah kepemimpinan

Walaupun emansipasi wanita di Indonesia sudah dimulai sejak abad yang

lalu, namun perjuangan untuk menjadi manusia yang diberi kesempatan yang

sama dan dihargai penuh sama seperti kesempatan dan penghargaan yang diberi-

kan kaum laki-laki, masih merupakan perjalanan yang panjang (Dewi Sawitri

Manindas, 1996). Dari dulu masyarakat Indonesia menanamkan secara khusus

pentingnya nilai keluarga pada wanita. Itu karena kewanitaan memang banyak

dikaitkan dengan peran/fungsi sebagai pengelola rumah tangga, bahkan oleh

masyarakat seringkali diingatkan bahwa tujuan hidup perempuan adalah menjadi

ibu rumah tangga yang baik (Kristi Poerwandari, 1996). Dalam masyarakat kita,

seolah-olah wanita (ibu) adalah orang yang bergantung pada suami, wanita (ibu)

adalah pembantu rumah tangga yang diikat dengan kontrak perkawinan, dan

wanita makhluk lemah yang seharusnya selalu dilindungi. Karena beberapa

anggapan itu, wanita dianggap tidak pantas untuk bekerja seperti kaum laki-laki,

apalagi menjadi pengatur laki-laki.

b. Pandangan Wanita Indonesia Tentang Dirinya

Berdasarkan kuisioner yang dibagikan (Nani Nurrachman, 1996), diri

pribadi wanita terkait pada aspek ketubuhan, agama/keyakinannya serta aspek

sosial yang terkait kepada suami, anak, sesama kelompok wanita, pria dan negara.

Rincian jawaban yang diberikan dapat diuraikan sebagai berikut, disertai dengan

kutipan jawaban.

1. Aspek kebutuhan merupakan aspek yang dipandang tidak dapat

dilepaskan dari wanita:

Haid, mengandung, melahirkan anak dan menysuinya ada pada

wanita.

Cara berpakaian wanita, berperilaku wanita perlu diperhatikan.

2. Aspek agama/keyakinannya merujuk kepada derajat dan martabat

wanta menurut kodratnya berdasarkan al-Qurr’an dan Sunnah

Rosul:

Kodrat wanita merupakan anugrah dari tuhan.

Dalam hadis nabi, bahwa wanita adalah tiang negara.

Page 16: masalah kepemimpinan

Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan. Manusia tidak

ada beda di sisi Allah kecuali taqwa.

3. Peran wanita dalam kaitannya dengan suami cenderung dilihat

sebagai pendamping dan penunjang profesi suami. Perilaku istri

dapat mempengaruhi konduite suami. Sekalipun lebih sedikit, tetap

ada yang melihat peran wanita sebagai mitra sejajar suami. Ada

hak-hak yang sama dan beda antara suami-istri, istri dimana perlu

membantu dalam menambah nafkah suami, di mana memungkin-

kan istri boleh mengimbangi karier suami dan ikut serta dalam

menentukan policy keluarga.

Istri membantu kelancaran profesi suami.

Wanita dapat terikat atau tidak terikat dengan jabatan suami.

Hak suami sama dengan hak istri.

Wanita ikut menentukan kebijakan keluarga.

4. Peran wanita sebagai ibu dari anak-anak ditandai dengan beberapa

ciri: pendidik anak, generasi muda, umat dan masyarakat.

Wanita sebagai ibu dan teladan bagi anak-anaknya.

Membina dan mendidik generasi muda.

Wanita sebagai ibu menentukan kualitas generasi penerus bangsa

dan yang memajukan pendidikan masyarakat.

5. Organisasi wanita sebagai kelompok cenderung dipersepsikan se-

bagai wadah dan sarana untuk menimba pengetahuan dan penga-

laman dalam berbagai bidang, sarana untuk meningkatkan derajat

wanita, menyalurkan aspirasi dan guna memahami kedudukan

wanita dalam keluarga, masyarakat dan negara.

Melalui organisasi wanita, wanita dapat menambah pengalaman,

pengetahuan, dan keterampilan.

Dalam organisasi nonwanita, tujuan sulit diraih karena kurang

dihargai dan di akui.

Wanita yang paling mengerti tentang wanita.

6. Dalam relasinya dengan pria, wanita mempunyai derajat dan hak

yang sama, wanita tidak bersifat konfrontatif dengan pria.

Page 17: masalah kepemimpinan

Sekalipun wanita mendapat perlakuan yang sama serta

bekerjasama dengan pria tetapi masih ada wanita yang

menganggap kodrat wanita dan pria berbeda pula.

Wanita tidak konfrontatif dengan pria.

Pria dan wanita mempunyai hak serta peran yang sama dalam

pembangunan.

Kodrat pria dan wanita berbeda.

7. Dalam mengorientasikan dirinya terhadap negara, wanita

mempunyai peran mengisi kemerdekaan. Wanita mempunyai

potensi dan menganggap dirinya mitra dan penentu pembangunan

dengan mendukung pemerintah.

Wanita sebagai penentu dalam pembangunan

Organisasi wanita di Indonesia adalah berdasarkan pancasila dan

didukung oleh pemerintah.

Dari pernyataan-pernyataan wanita tentang dirinya, wanita melihat diri

pribadinya memiliki dimensi biologis, spiritual dan sosial. Ada yang menarik

apabila kita melihat dalam pernyataan dimensi sosial, terutama tentang diri pribadi

wanita dengan kelompok wanita, wanita menggambarkan mereka memiliki

keterkaitan yang lebih besar apabila bersama kelompoknya dan mereka

menunjukkan bahwa mereka ingin dimengerti oleh mereka yang bukan wanita.