Masalah Jalur Sepeda Di Kota Bandung

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah Permasalahan yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia hingga saat ini, secara garis besarnya hampir memiliki keserupaan. Satu masalah besar yang sudah tidak asing lagi bagi kita sebagai masyarakat Indonesia adalah kemacetan. Kemacetan telah menjadi inti permasalahan di beberapa wilayah saat ini, bukan hanya di kota metropolitan saja, melainkan di beberapa kota besar di Indonesia. Secara fakta yang ada volume kendaraan di kota-kota besar, baik yang beroda dua maupun beroda empat memang semakin tinggi. Hal semacam inilah yang menyebabkan tingkat kemacetan semakin parah karena volume kendaraan yang semakin membludak saja. Salah satu contohnya adalah kota Bandung. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa kota Bandung merupakan salah satu kota dengan tingkat kemacetan yang tinggi. Begitu banyak volume kendaraan angkutan umum yang berlalu-lalang mencari penumpang sehingga kemacetan pun seringkali terjadi, disamping itu kunjungan para wisatawan domestik yang kian hari semakin meningkat sehingga memadati beberapa titik jalan di kota Bandung. Semakin hari masyarakat pun menjadi resah melihat volume kendaraan yang sangat tinggi dan kemacetan yang semakin parah saja. Meningkatnya volume kendaraan tersebut pun menyebabkan tingkat polusi udara yang semakin tinggi. Sehingga memberikan dampak yang buruk khususnya bagi kesehatan dalam jangka panjang nantinya. Menyikapi hal tersebut berbagai macam sarana dan prasarana telah dirancang bahkan telah dibentuk oleh pemerintah kota untuk menyelesaikan masalah yang kian hari Identifikasi Masalah Jalur Khusus Sepeda di kota Bandung Page 1

Transcript of Masalah Jalur Sepeda Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahPermasalahan yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia hingga saat ini, secara garis besarnya hampir memiliki keserupaan. Satu masalah besar yang sudah tidak asing lagi bagi kita sebagai masyarakat Indonesia adalah kemacetan. Kemacetan telah menjadi inti permasalahan di beberapa wilayah saat ini, bukan hanya di kota metropolitan saja, melainkan di beberapa kota besar di Indonesia.Secara fakta yang ada volume kendaraan di kota-kota besar, baik yang beroda dua maupun beroda empat memang semakin tinggi. Hal semacam inilah yang menyebabkan tingkat kemacetan semakin parah karena volume kendaraan yang semakin membludak saja.Salah satu contohnya adalah kota Bandung. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa kota Bandung merupakan salah satu kota dengan tingkat kemacetan yang tinggi. Begitu banyak volume kendaraan angkutan umum yang berlalu-lalang mencari penumpang sehingga kemacetan pun seringkali terjadi, disamping itu kunjungan para wisatawan domestik yang kian hari semakin meningkat sehingga memadati beberapa titik jalan di kota Bandung. Semakin hari masyarakat pun menjadi resah melihat volume kendaraan yang sangat tinggi dan kemacetan yang semakin parah saja. Meningkatnya volume kendaraan tersebut pun menyebabkan tingkat polusi udara yang semakin tinggi. Sehingga memberikan dampak yang buruk khususnya bagi kesehatan dalam jangka panjang nantinya. Menyikapi hal tersebut berbagai macam sarana dan prasarana telah dirancang bahkan telah dibentuk oleh pemerintah kota untuk menyelesaikan masalah yang kian hari semakin parah ini. Salah satu cara efektif dan efisien untuk mengurangi kemacetan adalah menggunakan sepeda. Kalangan masyarakat kota Bandung pada dasarnya telah terlihat menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi. Memilih sepeda sebagai alat transportasi tidaklah salah bahkan sangat mendukung dalam mengurangi tingkat kemacetan dan polusi udara yang menjadi permasalahan di kota Bandung. Namun, buruknya fasilitas bagi pengguna sepeda menjadi kendala tersendiri dalam proses ini. Minimnya rute jalur sepeda serta buruknya trotoar yang ada menjadi salah satu pemicu kurangnya peminat pengguna sepeda. Seringkali rute jalur sepeda diserobot oleh pengguna kendaraan bermotor dan akibatnya justru pengguna sepeda mengalah dengan alasan keselamatan.Tindakan pemerintah kota dalam membuat rute jalur sepeda di kota Bandung beberapa waktu lalu sebenarnya merupakan langkah yang cukup baik. Akan tetapi, fasilitas-fasilitas tersebut malah disalahgunakan oleh kalangan masyarakat pengendara motor bahkan mobil. Terlihat lebih banyak yang mendominasi melalui jalur khusus sepeda tersebut adalah para pengendara motor dan mobil, sehinggap pengguna sepeda lebih memilih untuk mencari jalan yang lain untuk keselamatan seperti yang dijelaskan pada pernyataan di atas tadi. Kondisi tersebut menyebabkan masyarakat menjadi acuh tak acuh terhadap adanya rute tersebut, bahkan menganggap rute itupun tak ada lagi. Akibatnya, yang terlihat saat inipun beberapa rute jalur sepeda di kota Bandung telah terhapus dan tak terlihat lagi. Terhapusnya rute-rute jalur sepeda itu tak membuat pemerintah kota Bandung bergerak untuk mengadakan perbaikan abahkan perpanjangan terhadap jalur sepeda lagi. Hal inilah yang menjadi inti permasalahan bagi para pengguna sepeda, padahal di beberapa bagian di kota Bandung telah dibentuk titik khusus untuk penyewaan sepeda sebagai sarana pendukung. Namun percuma saja jika sarana sepeda tersebut telah ada, sementara fasilitas untuk jalur khusus sepeda tidak dilakukan perbaikan bahkan perpanjangan.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan fakta dan informasi yang menjadi isu selama ini terhadap jalannya pembuatan jalur khusus sepeda di kota Bandung, maka dalam makalah ini kami pun mencoba merumuskan persoalan yang menjadi butir-butir permasalahan terhadap proses pengidentifikasian jalur khusus sepeda di kota Bandung yaitu :1. Bagaimana fasilitas/sarana yang telah disediakan oleh pemerintah kota Bandung bagi para pengguna sepeda?2. Apakah dengan adanya fasilitas/sarana tersebut menyebabkan kelancaran dalam proses transportasi di kota Bandung?3. Bagaimana bentuk dukungan masyarakat terhadap pengadaan fasilitas/sarana bagi pengguna sepeda?

1.3 TujuanPenyusunan makalah ini, bertujuan untuk :1. Mengetahui bagaimana fasilitas/sarana yang telah disediakan oleh pemerintah kota Bandung bagi para pengguna sepeda.2. Mengetahui apakah dengan adanya fasilitas/sarana tersebut menyebabkan kelancaran dalam proses transportasi di kota Bandung.3. Mengetahui bagaimana bentuk dukungan masyarakat terhadap pengadaan fasilitas/sarana bagi pengguna sepeda.

1.4 Manfaat Berharap dengan adanya penyusunan makalah ini yang dilengkapi dengan beberapa hasil survey kami, terhadap penyediaan jalur khusus bagi pengguna sepeda ada beberapa manfaat yang diberikan kepada kalangan masyarakat, yakni:1. Masyarakat dapat lebih mengetahui keuntungan serta multifungsi dari pembentukan rute khusus jalur sepeda.2. Masyarakat meminta kepada pemerintah kota agar rute khusus jalur sepeda perlu diadakan perbaikan bahkan perpanjangan rute.3. Masyarakat dapat memiliki keantusiasan dalam memilih sepeda sebagai salah satu sarana bertransportasi yang dapat mengurangi kemacetan dan polusi udara.

1.5 Tempat dan waktu pengamatanPengamatan terhadap kawasan jalur sepeda di kota Bandung dilaksanakan di Jalan Merdeka, Jl. Taman Sari, Jl. Diponegoro, Jl. Ir.H.Djuanda, dan Kotabaru Parahyangan. Waktu pengamatan dilakukan pada tanggal 03 Mei 2013-07 Mei 2013.

1.6 Ruang Lingkup KajianMakalah ini membahas mengenai permasalahan khusus jalur sepeda di kota Bandung serta harapan masyarakat terhadap perkembangan jalur khusus sepeda nantinya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Bandung sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat telah berkembang menjadi kota metropolitan dan tujuan wisata. Di samping sebagai pusat pemerintahan Jawa Barat, Kota Bandung juga berperan sebagai pusat ekonomi dan pendidikan. Seiring dengan banyaknya peran yang harus dipikul oleh Kota Bandung, kebutuhan fungsi kota ini pun turut bertambah. Salah satu hal yang menjadi kebutuhan kota ini adalah sistem transportasi yang baik. Bandung yang semula tidak direncanakan sebagai kota metropolitan pun kerap kewalahan dengan transportation demand yang terus meningkat.Sistem transportasi merupakan suatu sistem yang memiliki fungsi untuk memindahkan orang maupun barang dari suatu tempat ke tempat lain dalam upaya mengatasi hambatan jarak geografis maupun tropografis. Transportasi memiliki dimensi yang kompleks karena tidak hanya berfungsi memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain tetapi juga menyangkut kebutuhan lainnya, seperti kebutuhan ekonomi, sosial, dan politik. Sistem adalah gabungan beberapa komponen atau objek yang saling berkaitan. Dalam setiap organisasi sistem, perubahan pada satu komponen akan memberikan perubahan pada komponen lainnya. Sistem transportasi terdiri dari sistem kegiatan, sistem pergerakan lalu lintas, sistem jaringan, dan sistem kelembagaan. Sistem kegiatan adalah pusat-pusat kegiatan yang dapat menimbulkan pergerakan sehingga sistem ini erat kaitannya dengan tata guna lahan. Sementara itu, sistem jaringan adalah jaringan fasilitas dan layanan yang meliputi hierarki jalan dan simpul-simpul transportasi seperti terminal, pelabuhan laut, dan lain-lain. Pergerakan yang ditimbulkan karena interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan tersebut dinamakan sistem pergerakan, seperti lalu lintas, volume pergerakan, dan lain-lain. Ketika sistem tersebut diatur oleh sistem kelembagaan yang merupakan instansi-instansi beserta kebijakan pengaturan transportasi. Menilik dari keempat sistem tersebut, langkah solutif yang dapat dilakukan saat untuk menguraikan permasalahan transportasi di kota Bandung adalah sistem jaringan sebagai pertimbangan, perbaikan pada sistem kegitaan yang menyangkut tata guna lahan akan sukar diwujudkan dan membutuhkan waktu lama.semntara,perbaikan pada sistem penggerak memiliki dampak jangka pendek yang dikhawatirkan tidak mampu mengatasi masalah trasnportasi yang berkembang pesat. Sistem kelembagaan menjadi pelengkap yang menaungi ketiga sistem lainnya. Oleh karena itu, pembahasan selanjutnya akan ditetapkan pada permasalahan sistem jaringan trasportasi di kota Bandung, antara lain: pengoperasian trans metro Bandung, permasalahan angkutan kota (angkot) di kota Bandung, serta pengguna kendaraan bermotor yang juga menyinggung pengoptimalan fungsi jalur pedestrian dan jalur sepeda.

1. Pengoperasian Trans Metro BandungBerdasarkan surat keputusan walikota Bandung nomor 551.2/kep.646-Huk/2006 menetapkan bahwa akan dioperasikan suatu model transportasi baru di Kota Bandung, yaitu bus Trans Metro Bandung (TMB) pada koridor Cibeureum-Cibiru. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan, terdapat 17 halte yang belum permanen berada di sepanjang rute tersebut: untuk rute Cibiru-Cibereum terdapat 9 halte, sementara untuk rute sebaliknya terdapat 8 halte. Pengoperasian TMB ini diharapkan dapat menciptakan tatanan transportasi yang lebih madani di Kota Bandung, mengurangi konsumsi BBM, juga mampu menjawab kebutuhan pelayanan angkutan umum yang andal. Namun demikian, realisasi proyek yang dicanangkan sejak 2008 ini ternyata tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

2. Pengoperasian Angkutan Kota (Angkot) di Kota BandungDi kota Bandung, modal transportasi yang sering dijumpai dan paling banyak berperan dalam melayani pemerintahan transportasi adalah angkutan kota (angkot). Hingga saat ini, diketahui bahwa jumlah angkutan kota Bandung melayani 38 trayek dengan ribuan armada yang beroperasi yang setiap harinya jumlah trayek dan armada yang besar ini tidak didukung dengan sistem pengoperasian yang efisien. Sebagian ruas jalan dilalui oleh lebih dari satu trayek angkutan kota. Secara lebih rinci, data pada tahun 2007 menunjukan bahwa sembilan ruang jalan dilalui oleh lebih dari lima trayek angkutan kota. Selain itu, persoalan angkutan kota di kota Bandung adalah kapasitas moda dan efisiensi angkutan yang rendah, gangguan lalu lintas yang tinggi akibat persaingan penumpang dan pengendalian sistem yang sulit. Hal-hal tersebut menjadi pemicu kemacetan di kota Bandung. Masalah lainnya, seperti pengemudi angkot yang ugal-ugalan, ancaman tindakan kriminal di angkutan kota, dan kebiasaan ngetem mengurangi kenyamanan dan keamanan penumpang di angkutan kota, sekalipun model ini masih banyak diminati. Pemerhati trasnportasi umum, Dedi Hediana, menegaskan kemacetan lintas di kota Bandung lebih diakibatkan bertambahnya jumlah kendaraan yang tinggi setiap bulan. Pernyataan ini diperkuat dengan data dari badan pusat statistik (BPS) Jawa Barat yang menunjukan bahwa terjadi peningkatan kepemilikan kendaraan bermotor setiap bulannya. Kini, kemacetan yang terjadi telah merambah ke pinggiran kota dan wilayah di sekitarnya. Waktu kemacetan pun tidak hanya terjadi di jam-jam sibuk. Penumpuk kendaraan di titik-titik tertentu kerap terjadi sepanjang waktu. Selain itu, fakta bahwa sebagian besar penduduk kota Bandung merupakan pendatang mengakibatkan sejumlah besar kendaraan yang berada di kota Bandung berasal dari luar kota Bandung. Hal ini menjadi salah satu penyebab banyaknya kendaraan bermotor yang beroperasi di kota Bandung, namun pajak kendaraan tersebut mengalir ke daerah lain. Menilik kondisi ini, maka perlu dilakukan pembatasan penggunaan kendaraan bermotor secara tegas. Pembatasan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, seperti progressive parking charge, road pricing, perggiliran penggunaan kendaraan sesuai dengan nomor polisi genap-ganjil, dan lain-lain.

3. Penggunaan Kendaraan BermotorPenggunaan kendaraan bermotor yang semakin meningkat ini juga disebabkan oleh sarana dan prasarana transportasi yang ramah motor, yang berarti mendorong masyarakat untuk lebih menggunakan kendaraan bermotor. Pelebaran dan perbaikan jalan kian menggerus jalur pedestrian. Dari penelitian Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007, didapatkan data yang menunjukan bahwa fasilitas pejalan kaki tergolong kurang, sebesar 8,31% jalan yang dilengkapi dengan trotoar dan baru 29% kebutuhan zebra cross dan JPO yang terpenuhi. Keadaan ini diperparah dengan adanya PKL dan on street parking di jalur pedestrian. Di beberapa ruas jalan, jalur sepeda yang disediakan berbaur menjadi satu dengan jalur pedestrian yang dilapisi dengan paving block. Selain mengganggu kenyamanan pejalan kaki, jalur sepeda ini juga tak nyaman dilalui karena permukaan jalan tidak rata. Tak heran jika keinginan masyarakat untuk berjalan kaki dan menggunakan sepeda tergolong amat minim. Pembangunan perkotaan saat ini membuat terbentuknya budaya baru, yaitu otomatisasi yang berlebihan. Bahkan untuk menempuh jarak dekat, masyarakat cenderung menggunakan kendaraan bermotor dibandingkan jalan kaki atau bersepeda. Oleh karena itu, rekonstruksi jalur pedestrian dan jalur sepeda ini perlu dilakukan untuk mengurangi transportation demand sehingga penggunaan kendaraan bermotor kurang.Transportasi memegang peranan penting untuk menunjang berbagai kegiatan di sebuah kota, termasuk di Kota Bandung yang memiliki berbagai macam peran dan juga melayani masyarakat dari luar Kota Bandung. Kini, maslaah transportasi di Kota Bandung sudah semakin parah dan menimbulkan biaya sosial dan kerugian material yang sangat tinggi. Oleh karena itu, pembangunan Kota Bandung memerlukan dukungan sistem transportasi yang efisien sebagai salah satu prasyarat terlaksananya pembangunan tersebut. Pembangunan sektor transportasi ini harus direncanakan, dijabarkan dan dilaksanakan secara terkoordinasi, terpadu dan berkelanjutan.Salah satu sarana transportasi yang menjadi daya tarik para masyarakat sekitar adalah sepeda. Banyak yang merasa bahwa dengan bersepeda akan membantu mengurangi kemacetan dan juga polusi udara yang akhir-akhir ini kerap menjadi permasalahan dalam kota. Selain itu, sepeda adalah solusi terkini yang dapat mendidik masyarakat kita untuk berhemat dan hidup sehat. Dengan adanya rutinitas ini menggugah hati masyarakat untuk membentuk gerakan bersepeda. Yang mana gerakan ini merupakan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas udara kota Bandung, selain juga penataan ruang publik yang berintegrasi dengan sistem transportasi dan industri berwawasan lingkungan, penghijauan, dan pemanfaatan bahan bakar alternatif.Walau bersepeda di jalan raya kota Bandung belum dirasakan nyaman dan aman, berbagai pihak, terutama akademisi di berbagai perguruan tinggi dan instansi pemerintah, mulai menggunakan sepeda di hari-hari tertentu. Kegiatan funbike dan funartbike serta adanya komunitas Bike to Work bahkan telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat kota Bandung.Pengaspalan jalan utama yang dilakukan bebebrapa bulan terakhir, seperti di Jalan Setiabudi, Jalan Ir.H.Djuanda (Dago), Jalan Merdeka, dan berbagai jalan utama, seharusnya dibarengi dengan pembuatan jalur sepeda untuk lalu- lintas sepeda. Kekhawatiran bersepeda di antara hiruk pikuknya kendaraan roda dua atau empat, terutama bagi anak sekolah, setidaknya dapat dikurangi jika ada fasilitas jalur sepeda ini. Selain itu, gerakan bersepeda juga menjadi salah satu solusi permasalahan kemacetan lalu lintas.Kondisi jalan yang mulus, kesejukan udara, dan pepohonan tua nan eksotis menjadi bagian sumber daya alam yang dapat mendukung program gerakan bersepeda. Bersepeda ke kampus, sekolah, tempat bekerja, atau sekedar bermain ke pusat perbelanjaan diharapkan menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat kota Bandung. Pembuatan jalur sepeda dan ruang tunggu sepeda telah dilakukan pemerintah kota Yogyakarta sebagai bagian dari program Sego Segawe. Bagaimanakah dengan kota Bandung?a. Sego SegaweSejak Mei 2008 Pemerintah Kota Yogyakarta memasyarakatkan kembali bersepeda untuk sekolah dan bekerja dengan program Sewo Segawe ( sepeda kanggo sekolah karo nyambut gawe). Sebagai sarana pendukung, Pemerintah Kota Yogyakarta membuat jalur khusus sepeda dan ruang tunggu sepeda. Di perempatan kantor pos pusat, misalnya, dibuat ruang tunggu sepeda. Ruang tunggu sepeda ini berfungsi agar pengendara sepeda menunggu lampu merah. Namun, jalur sepeda yang disediakan masih bisa digunakan untuk tempat parkir sepeda motor, becak, dan mobil. Di beberapa jalan lain, seperti di Jalan P.Senopati, Jalan Kaliurang, Jalan Kotabru, Jalan Teknika Utara, dan Jalan Bhayangkara sudah dibuat jalur sepeda. Luas jalur sepeda di wilayah kampus lebih sempit dibandingkan jalur sepeda di ruas jalan kota Yogyakarta. Sayangnya, beberapa jalur sepeda beralih fungsi sebagai tempat parkir sepeda motor ataupun kendaraan roda empat sehingga pertama, masih dibutuhkan dukungan berbagai pihak dan publikasi secara terus-menerus. Kedua, penyematan ikon sepeda di jalur sepeda pada jarak yang mudah terlihat pengendara kendaraan bermotor. Ketiga, kebijakan pemerintah untuk mendukung gerakan bersepeda sebagai model transportasi alternatif, sehat, hemat biaya, dan ramah lingkungan. Pembangunan dukungan fasilitas program gerakan bersepeda untuk mengurangi kemacetan lalu lintas juga dilakukan pemerintah Sydney, Australia, dengan pengajuan rencana jembatan angkasa Harbourlink.

b. Jembatan HarbourlinkJembatan yang dibuat di atas jalanan kota Sydney khusus kendaraan bermotor sepanjang 2 km direncanakan dari ujung selatan Harbour Bridge ke utara Falcon Street yang sejajar dengan Warringah Freeway. Jembatan Harbourlink memberikan perjalanan yang nyaman bagi pengendara sepeda agar terhindar dari kemacetan dan jalan yang tidak rata atau naik turun. Jembatan angkasa ini menjadi alternatif ruang bagi pengendara sepeda dan pejalan kaki karena penuhnya jalan raya di kota Sydney. Jalur sepeda yang sudah ada di Harbour Bridge merupakan salah satu jaringan sepeda paling terkenal di Sydney. Jaringan jalur sepeda di Sydney merupakan kunci keberlangsungan transportasi di Australia. Banyak warga Australia enggan bersepeda karena tidak ada rute yang layak atau akses yang sulit bagi rute yang tersedia. Pemisahan jalur sepeda dengan kendaraan bermotor di wilayah tersebut melek budaya. Di Indonesia budaya pengendara bermotor masih memprihatinkan sehingga angka kecelakaan lalu lintas setiap tahun meningkat. Program hari bebas kendaraan bermotor setiap Minggu pagi di sepanjang Jalan Ir.H.Djuanda merupakan wujud kepedulian pemerintah dan masyrakat kota Bandung akan lingkungan. Walau kepemilikan dan konsumsi kendaraan bermotor cukup tinggi, program gerakan bersepeda terus digalakkan. Kendaraan bermotor, terutama mobil, masih menjadi simbol status kemakmuran, kemajuan, kebebasan hasrat, realisasi diri, dan individualisme warga kota Bandung.Nilai ini berkembang dengan desain mobil yang merupakan fantasi pengendara akan kekuatan, kendali, dan kecepatan dalam perjalanan yang ditandai oleh penggunaan mesin dan fasilitas pada kendaraan tersebut. Pengalaman saat mengendarai, kemudahan mengatur kecepatana untuk mendahului, dan fasilitas perlindungan di saat perubahan cuaca membuat kendaraan bermotor tetap menjadi pilihan beraktivitas.Angka kecelakaan lalu lintas seharusnya dapat dikurangi jika pengendara bermotor mengatur kecepatan kendaraan sesuai batas kecepatan. Kondisi jalan rentan bagi pengendara sepeda terutama anak dan remaja sekolah. (Sumber: Kompas.com)

.

BAB IIIPEMBAHASAN

Bandung merupakan salah satu kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Sedangkan wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia. Kota dengan julukan kota kembang ini dikenal sebagai kota pendidikan, pariwisata, fashion, dan kuliner. Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk datang berkunjung bahkan mengenyam pendidikan di kota Bandung. Hal ini menyebabkan kota Bandung menjadi semakin padat. Salah satu inti permasalahan yang seringkali dihadapi khususnya oleh masyarakat bandung adalah kemacetan. Kemacetan merupakan permasalahan yang sudah tidak asing lagi untuk kota-kota besar di Indonesia khususnya di kota Bandung sendiri. Meningkatnya volume kendaraan roda empat maupun roda dua sebagai penyebab utama dari kemacetan tersebut. Ditambah lagi dengan angkutan umum yang seringkali menaikkan serta menurunkan penumpang di sembarang tempat, sehingga kemacetan menjadi semakin parah. Disamping kemacetan,bertambahnya volume kendaraan juga mengakibatkan polusi udara yang semakin meningkat. Polusi tersebut dihasilkan dari asap kendaraan bermotor yang dapat membahayakan masyarakat. Maka ini harus diantisipasi. Pengantisipasi yang dimaksud adalah dengan meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor dan beralih ke kendaraan tradisional seperti halnya sepeda. Karena dengan ditambahkannya jalur khusus sepeda tidak akan berdampak pada kemacetan dan volume kendaraan akan berkurang seandainya masyarakat memiliki kesadaran untuk menggunakan sepeda jika jarak tempuhnya tidak terlalu jauh.Berbagai upaya telah diusahakan oleh pemerintah kota Bandung dalam menangani masalah kemacetan ini, namun percuma saja karena kemacetan semakin meningkat setiap harinya. Salah satu contoh fasilitas atau sarana yang telah diberikan pemerintah dalam membantu mengurangi kemacetan adalah dibuatnya jalur khusus sepeda. Pembuatan jalur khusus sepeda ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang mulai terlihat menggunakan sepeda sebagai salah satu alat transportasi.Akan tetapi, yang terlihat saat ini jalur khusus sepeda yang telah dibuat oleh pemerintah kota Bandung justru tidak terpakai lagi bahkan beberapa jalur telah terhapus. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini: Gambar 1.1 Jalur sepeda tahun 2009Gambar 1.2 Jalur sepeda saat iniBerdasarkan gambar di atas dapat dibandingkan bahwa pada awal pembuatan jalur khusus sepeda terlihat jalur berwarna biru yang menandakan bahwa jalur itu sebagai jalur khusus sepeda. Sementara pada jalur sepeda yang terlihat pada saat ini sangat berbeda, jalur berwarna biru sebagai tanda jalur khusus sepeda sudah terhapus bahkan jalur itu tidak terpakai lagi. Seiring menjamurnya komunitas pesepeda atau yang dikenal dengan istilah cyclist di Kota Bandung, tidak diiringi sarana jalur sepeda yang baik. Seperti yang terlihat pada gambar di atas karena jalur sepeda yang sudah ada saat ini kondisinya tidak terawat seperti cat jalur sepeda yang sudah luntur bahkan tidak terlihat lagi. Warna biru muda terang yang menjadi ciri jalur khusus sepeda, kini luntur dan yang terlihat hanya warna aspal jalan saja. Selain faktor bahan cat yang kurang berkualitas, faktor cuaca yang kini melanda kota Bandung pun menjadi salah satu penyebab semakin lunturnya warna jalur khusus sepeda Selain itu, terlihat bahwa jalur sepeda tersebut sebenarnya tidak pernah terpakai lagi. Banyak pengguna sepeda yang merasa kurang nyaman dengan jalur yang telah disediakan. Karena Seringkali rute jalur sepeda diserobot oleh pengguna kendaraan bermotor dan akibatnya justru pengguna sepeda mengalah dengan alasan keselamatan. Permasalahan yang terjadi selain permasalahan di atas seperti jalur sepeda yang dialih fungsikan menjadi lahan parkir, dan dijadikannya beberapa ruas jalur khusus sepeda sebagai tempat para pkl. Seperti yang terlihat di kawasan jalur khusus sepeda di sisi timur Jalan Ir.H.Djuanda (dari Jl. Diponegoro Jl. Ir.H.Djuanda) dan di sisi barat ( dari Jl.Sulanjana-Ganesha). Jalur khusus sepeda di Jl. Dago sendiri memang dibuat disepanjang ruas trotoar depan factory outlet yang ada sehingga terhambat oleh aktivitas para pengunjung FO dan pkl-pkl yang ada di sepanjang ruas jalan tersebut.

Gambar 2.1 Jalur sepeda trotoar Dago Gambar 2.2 Jalur sepeda trotoar DagoBerdasarkan survey yang kami lakukan di sini kami membandingkan antara jalur khusus sepeda antara kota Bandung dengan Kotabaru Parahyangan, Padalarang. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Kotabaru Parahyangan merupakan salah satu kota mandiri yang ada di Padalarang. Saat melakukan survey, terlihat bahwa sepanjang ruas jalan di Kotabaru Parahnyangan memang sangat lengang. Namun, melihat ruas-ruas jalan yang dibentuk sangat berbeda dengan ruas jalan di kota Bandung sendiri. Beberapa ruas telah menandakan jalur khusus buat angkutan sepeda dan kendaraan lainnya. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.1 Jalur sepeda (Jl.Merdeka) Gambar 3.2 Jalur sepeda (Kotabaru)Dari gambar di atas diketahui bahwa jalur khusus sepeda di Kotabaru Parahyangan memang terlihat berbeda. Jalur khusus sepeda tidak diberikan warna melainkan hanya garis kuning tebal. Sehingga pengendara kendaraan lainnya pun dapat membedakan dengan jelas mana jalur yang seharusnya mereka lalui dan mana jalur sepeda yang bukan area jalan mereka. Saat melakukan penyusuran di sepanjang jalan kami melihat bahwa pengendara-pengendara khususnya kendaraan motor, walaupun tidak ada yang terlihat menggunakan sepeda mereka tetap tidak melewati jalur sepeda tersebut. Jika dibandingkan dengan yang terjadi di kota Bandung saat ini terlihat sangat berbeda. Jadi kembali lagi kepada masyarakt sebagai pengguna jalan dan pemerintah kota dalam hal penyidiaan fasilitas jalur khusus sepeda. Berbagai macam hal yang menjadi kendala bagi para pengguna sepeda di kota Bandung sehingga menghambat proses pembuatan ataupun perbaikan fasilitas/sarana jalur khusus sepeda kedepannya. Permasalahan lain yang sering dihadapi adalah sebagai berikut :1. Kondisi angkutan umum yang sangat tidak tertib dan seringkali berperilaku yang cenderung membahayakan tidak pernah terlihat adanya pembinaan yang serius. Makin hari makin terlihat bahwa Bandung adalah hutan rimba yang seolah tidak ada hukum. Pelanggaran yang dilakukan angkutan umum dan pengendara sepeda motor dengan mudah kita dimana-mana. Apakah jika ada jalur sepeda sudah dipikirkan keamanannya untuk mereka (pengendara sepeda)? Bayangkan angkutan umum berhenti mencari penumpang di jalan Dago. Jika berhenti dijalur sepeda, tentunya sepeda harus keluar jalur, yaitu ke tengah jalan, dan tentunya berpotensi untuk celaka. Dan jika angkutan umumnya menghormati pengguna sepeda sepeda, berhentinya di tengah jalan.2. Sepeda motor telah menjadi salah satu alternatif murah, praktis dan cepat untuk berpergian, sehingga banyak warga kota yang beralih ke sepeda motor dari pada menggunakan angkutan umum. Di satu sisi motor pun telah membuat kota ini semakin semrawut, karena tidak sedikit diantara mereka yang mengabaikan etika dan resiko keselamatan ketika berkendara.Pada dasarnya berbagai macam permasalahan yang seringkali dihadapi oleh para pengguna sepeda khususnya dalam masalah jalur khusus sepeda, sehingga masyarakat banyak yang enggan untuk menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi. Minimnya daya dukung masyarakat juga membuat pemerintah kota terlihat acuh dalam melakukan perbaikan bahkan perpanjangan jalur khusus sepeda di kota bandung. Pemerintah kota merasa bahwa jika dilakukannya perbaikan akan percuma saja apabila masyarakat kurang peduli terhadap adanya jalur khusus sepeda tersebut dan akan lebih merugikan jika jalur tersebut tidak pernah digunakan. Belum lagi jika disangkutpautkan dengan pemasukan APBD pemerintah seolah merasa rugi karena biaya parkir untuk sepeda tidak ada.Banyak juga yang menganggap bahwa adanya jalur khusus sepeda hanya akan membuat kemacetan menjadi semakin parah saja. Pernyataan itu mungkin bisa dibenarkan apalagi melihat kondisi jalan di kota Bandung yang sempit sehingga kadang menyulitkan kendaraan-kendaraan lainnya. Tapi perlu diingat pemerintah sebelum membuat jalur khusus sepeda sebenarnya telah mengkondisikan semuanya itu. Seperti yang kita lihat di jalur sepeda sepanjang jl. Dago, penempatan jalur sepeda bukan langsung di ruas-ruas jalan melainkan dengan dibuatnya trotoar khusus jalur sepeda. Sehingga tidak menganggu kelancaran dalam berlalu-lintas. Selain itu, setiap pengendara seharusnya sudah saling mengerti mana jalur khusus sepeda dan mana jalur khusus wilayah mereka berkendara serta mengendarai setiap kendaraan dengan tidak semrawutan melainkan mengerti mengenai tata tertib dalam berlalu-lintas. Intinya jalur sepeda sama sekali tidak menganggu kelancaran transportasi di kota Bandung, karena semua kendaraan pada dasarnya telah mempunyai jalur masing-masing.Maka dari itu perlu dilakukannya komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah kota sebelum mengambil tindakan. Sangat disayangkan jika tidak segera dilakukan perbaikan dan perpanjangan jalur khusus sepeda di kota Bandung. Karena pada beberapa tempat di kota bandung telah dibentuk suatu persewaan sepeda. Yang mana persewaan sepeda tersebut merupakan salah satu bentuk donasi dari Institut Teknologi Bandung, Bank bjb, serta beberapa perusahaan swasta lainnya. Dengan adanya tempat pesewaan sepeda ini sebagai salah satu sarana yang turut mendukung dalam mengajak masyarakat agar lebih tertarik untuk menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi. Namun semuannya percuma saja jika fasilitas atau sarana jalur khusus sepeda hingga saat ini tidak pernah dilakukan perbaikan ataupun perpanjangan jalur. Berdasarkan hasil survey dan dari data yang kami dapatkan dapat lihat di bawah ini beberapa data mengenai jumlah pesepeda yang melewati Jalan Dago. Survey yang kami lakukan adalah dengan menghitung berapa banyaknya jumlah pesepeda yang melewati Jalan Dago selama satu jam (dimulai dari pukul 10.52-11.52). Dilakukan perbedaan perhitungan antara yang memakai jalur sepeda dan yang tidak menggunakan jalur sepeda.Tabel Data Pengguna Sepeda yang melewati Jalan DagoNoMemakai Jalur Sepeda (per orang)Tidak Memakai Jalur Sepeda (per orang)

13996

Dari data tersebut dapat di lihat bahwa yang memakai jalur sepeda ada 39 orang. Sedangkan yang tidak menggunaka jalur sepeda ada 96 orang. Jumlah keseluruhan pesepeda yang terhitung saat itu adalah 135 orang. Memang benar bahwa jalur sepeda ternyata kurang difungsikan dengan baik oleh para pesepeda. Hal ini dikarenakan jalur-jalur tersebut telah dialihfungsikan oleh sebagian masyarakt khususnya yang ada di sekitaran Jalan Dago.Kemudian pada survey berikutnya kami mengunjungi beberapa tempat pesewaan sepeda yang terletak di Kampus Unisba, Kampus ITB, dan Taman Dago. Tempat pesewaan ini merupakan salah satu bentuk sarana pendukung dalam bertransportasi menggunakan sepeda. Salah satu data jumlah pesepeda yang kami dapatkan yaitu di Kampus ITB dengan data sebagai berikut :Tabel Data persentase dan Rata-rata jumlah Penyewa Sepeda di Kawasan Kampus ITBNoHariRata-rata Jumlah Penyewa SepedaPersentase Jumlah Penyewa Sepeda

1Senin- Sabtu1419%

2Minggu2581%

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa penyewaan sepeda pada hari biasa masih sangat minim. Dibandingkan pada saat Car Free Day tempat pesewaan akan ramai dikunjungi. Masyarakat mungkin akan merasa nyaman dalam bersepeda jika melihat kondisi jalan yang lengang, karena mengingat faktor keselamatan.Realisasi terhadap adanya pembuatan jalur khusus sepeda di kota Bandung sebenarnya sangat membantu dalam mengurangi kemacetan. Apalagi, saat ini kemacetan yang terjadi setiap harinya semakin meningkat saja. Selama ini, kota Bandung sebenarnya dipadatkan dengan adanya angkutan umum yang selalu tidak tahu dengan aturan menurunkan, menaikkan, ataupun menunggu penumpang. Mereka selalu berhenti seenaknya saja, sehingga kemacetan seringkali terjadi karena angkutan umum ini. Jika kita sebagai masyarakat kota Bandung berinisiatif untuk menggunakan sepeda sebagai salah satu sarana transportasi, maka kita pun dengan sendirinya akan membantu kelancaran transportasi dan juga ikut mengurangi polusi udara yang terjadi selama ini.

BAB IVKESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan dan informasi yang kami dapatkan mengenai jalur khusus sepeda di kota Bandung, maka dapat disimpulkan bahwa :1. Pada dasarnya fasilitas/sarana yang telah disediakan oleh pemerintah kota Bandung bagi para pengguna sepeda khususnya jalur sepeda sebenarnya sudah ada. Tetapi fasilitas/sarana tersebut malah tidak pernah terawat dan tidak terpakai lagi hingga sekarang. Dari masalah itu, pemerintah pun menjadi acuh dalam mengadakan perbaikan bahkan perpanjangan jalur khusus sepeda di kota Bandung.2. Dengan adanya fasilitas jalur khusus sepeda di kota Bandung sebenarnya sudah membantu dalam kelancaran proses transportasi, tetapi mengenai hal itu kembali kepada masing-masing individu sebagai pengguna jalan dalam mengendarai motor ataupun mobil. Karena dengan adanya jalur sepeda membuat masyarakat lebih memilih untuk menggunakan sepeda sebagai alat transportasi. Asalkan, setiap pengendara dapat membedakan mana yang merupakan jalur khusus sepeda dan mana yang bukan.3. Pada dasarnya sebagian masyarakat mendukung dengan adanya fasilitas/sarana jalur khusus sepeda di kota Bandung, tetapi beberapa kalangan masyarakat merasa bahwa pembuatan jalur sepeda itu hanya akan merugikan dan membuat kemacetan semakin bertambah saja. Mereka menganggap hal itu akan terjadi karena masyarakat kurang mengerti dengan adanya jalur khusus sepeda tersebut. Adanya jalur khusus sepeda tersebut sebenarnya sangat perlu untuk disosialisasikan kepada masyarakat di kota Bandung, karena selain mengurangi kemacetan juga mengurangi polusi udara.

Selain rumusan diatas, pemerintah juga harus memperhatikan:1. Pembenahan trotoar dan pemulihan trotoar yang sudah dialih fungsikan, harus lebih dahulu dari pada jalur sepeda, karena pejalan kaki lebih banyak dari pada pengguna sepeda. Jika trotoar sudah menghilang, pejalan kaki pasti menggunakan jalur khusus sepeda.2. Penataan angkutan umum harus dilakukan, karena perilaku yang seenaknya dapat membahayakan pengguna sepeda.

DAFTAR PUSTAKAhttp://www.kompas.com (08 Mei 2013) Liputan khusus mengenai Jalur sepeda di kota Bandung oleh Wanda Listiani.http://www.jalursepedadikotabandung.com http://www.ArryAkhmadArmans.weblog.com ( Jalur Sepeda di Bandung akan direalisasikan.Pragiwaksono, Pandji. 2013. Berani Mengubah. Yogyakarta: Bentang.

LAMPIRAN

Gambar jalur sepeda di Jalan Wastu Kencana Bandung.

Gambar Jalur sepeda di Jalan Dago Bandung.

Gambar Jalan sepeda di Jalan Merdeka Bandung.

Gambar Jalur sepeda di Kotabaru Parahyangan.

Gambar tempat pesewaan sepeda di Taman Dago Cikapayang Bandung.

Gambar tempat pesewaan sepeda di Kampus ITB Bandung.

Gambar wawancara dengan pesepeda dari Jakarta.

Identifikasi Masalah Jalur Khusus Sepeda di kota BandungPage 19