Mas

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gangguan napas pada neonatus merupakan suatu keadaan neonatus yang sebelumnya normal atau neonatus dengan asfiksia yang sudah dilakukan resusitasi dan berhasil, namun beberapa saat kemudian mengalami gangguan napas. Gangguan napas ini masih merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir selain infeksi dan kelahiran prematur dan salah satu kegawatan perinatal yang dapat memberi dampak buruk bagi neonatus yaitu kematian atau sekuele jika dapat bertahan hidup. Sindrom aspirasi mekonium merupakan suatu kegawatan yang sering ditemukan pada kasus-kasus bayi baru lahir. Mekonium adalah pembuangan usus bayi baru lahir yang keluar pertama kalinya., berwarna hijau, kental dan pekat yang mengandung substansi terdiri dari sel epitel usus, lanugo, lendir, dan sekresi usus, seperti empedu. Jumlah kasus yang terjadi karena sindrom aspirasi mekonium ternyata banyak ditemui tidak hanya di Indonesia. Tapi juga mencakup seluruh kawasan dunia. Yang membedakannya adalah tingkat morbilitas dan mordibitasnya. Ini dipengaruhi oleh pencegahan dini, deteksi dini, serta penanganan yang tepat pada sindrom aspirasi mekonium. Banyak faktor yang mempengaruhi

Transcript of Mas

Page 1: Mas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Gangguan napas pada neonatus merupakan suatu keadaan neonatus yang

sebelumnya normal atau neonatus dengan asfiksia yang sudah dilakukan resusitasi

dan berhasil, namun beberapa saat kemudian mengalami gangguan napas.

Gangguan napas ini masih merupakan salah satu penyebab morbiditas dan

mortalitas bayi baru lahir selain infeksi dan kelahiran prematur dan salah satu

kegawatan perinatal yang dapat memberi dampak buruk bagi neonatus yaitu

kematian atau sekuele jika dapat bertahan hidup.

Sindrom aspirasi mekonium merupakan suatu kegawatan yang sering

ditemukan pada kasus-kasus bayi baru lahir. Mekonium adalah pembuangan usus

bayi baru lahir yang keluar pertama kalinya., berwarna hijau, kental dan pekat

yang mengandung substansi terdiri dari sel epitel usus, lanugo, lendir, dan sekresi

usus, seperti empedu. Jumlah kasus yang terjadi karena sindrom aspirasi

mekonium ternyata banyak ditemui tidak hanya di Indonesia. Tapi juga mencakup

seluruh kawasan dunia. Yang membedakannya adalah tingkat morbilitas dan

mordibitasnya. Ini dipengaruhi oleh pencegahan dini, deteksi dini, serta

penanganan yang tepat pada sindrom aspirasi mekonium. Banyak faktor yang

mempengaruhi terjadinya sindrom aspirasi mekonium, salah satunya adalah

peningkatan tekanan intra uterine yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu

jalan aliran antara mekonium dengan cairan ketuban. Adanya sindrom aspirasi

mekonium ini dapat menghalangi keluar masuknya udara pada paru, sehingga

menyebabkan hipoksia.

Angka kematian sindrom aspirasi mekonium masih tinggi dan 90%

mempunyai prognosis buruk yang berhubungan dengan gagal napas, asidosis,

hiperkapnea dan hipoksemia. Adanya mekonium di dalam air ketuban merupakan

indikasi adanya gangguan pada bayi yang berkaitan dengan masalah intrauterin

berupa hipoksia akut maupun hipoksia kronis. Bayi dengan air ketuban keruh

bercampur mekonium, 2 – 36% menghirup mekonium sewaktu di dalam rahim

maupun saat napas pertama, namun tidak semuanya berkembang menjadi sindrom

Page 2: Mas

aspirasi mekonium. Diagnosis sindrom aspirasi mekonium ditegakkan

berdasarkan adanya riwayat persalinan dengan ketuban bercampur mekonium,

klinis didapatkan adanya gangguan napas, retraksi, mekonium staining, apabila

berat didapatkan sianosis dan perlu dilakukan pemeriksaan penunjang analisis gas

darah (BGA) dan x-foto thorax.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.3. TUJUAN

1.4. MANFAAT

Page 3: Mas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Sindrom aspirasi mekonium (SAM) didefinisikan sebagai distress

pernafasan pada bayi baru lahir melalui cairan amnion yang bercampur dengan

mekonium dengan karakteristik perubahan radiologis dan gejala yang tidak dapat

dijelaskan secara nyata. Mekonium adalah pembuangan usus bayi baru lahir yang

keluar pertama kalinya. Mekonium, berwarna hijau, kental dan pekat yang

mengandung substansi terdiri dari sel epitel usus, lanugo, lendir, dan sekresi usus,

seperti empedu. Mekonium ini mulai ada pertama kali di ileum fetus kira-kira

minggu ke 10 dan 16 kehamilan. Sekresi usus, sel mukosa, dan elemen solid dari

cairan ketuban adalah 3 kandungan padat yang utama pada mekonium. Air adalah

kandungan cairan utama, sekitar 85-95% dari mekonium.

Tabel 1. Komposisi mekonium janin pada bayi cukup bulan

Sumber.

2.2. Epidemiologi

Tingkat kematian untuk sindrom aspirasi mekonium akibat penyakit paru

yang parah, kerusakan parenkim paru dan hipertensi adalah setinggi 20%.

Komplikasi lain termasuk sindrom udara yang terhalang (misalnya,

pneumotoraks, pneumomediastinum, pneumopericardium) dan emfisema

interstisial paru, yang terjadi pada 10-30% bayi dengan sindrom aspirasi

mekonium. Serviks inkompeten merupakan faktor penyulit kehamilan 0,1% sd

2% dari seluruh kehamilan. Dianggap berpengaruh sekitar 15% dari kelahiran

immature pada 16 – 28 minggu masa kehamilan. Umunya serviks inkompeten ini

terjadi pada kehamilan trimester kedua awal, tetapi tidak memungkinkan jika

Page 4: Mas

terjadi pada trimester ketiga awal, dan ± 25% janin mengalami keguguran pada

trimester ketiga awal.

2.3. Etiologi

Terdapat kontroversi berkenaan dengan penyebab pasase mekonium intra

uterine. Keadaan hipoksia kronik intra uterine dapat menyebabkan keluarnya

mekonium ke dalam air ketuban. Faktor-faktor tersebut meliputi: insufisiensi

plasenta, hipertensi ibu, preeklampsia, ibu dengan penyakit jantung,

oligohidramnion, penggunaan obat-obatan pada ibu misalnya drug abuse (kokain),

ibu merokok, ibu dengan infeksi uterin, sepsis maternal dan penyakit paru kronik.

Keadaan-keadaan tersebut di atas dapat menyebabkan aliran darah maternal ke

janin terganggu sehingga janin dalam keadaan hipoksia dan terjadi pengeluaran

mekonium sehingga air ketuban bercampur mekonium. Selain itu, keluarnya

mekonium dikarenakan stimulasi kematangan saraf saluran cerna. Lebih dari 30%

kehamilan dengan umur kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan adanya

mekonium dalam air ketuban. Keluarnya mekonium jarang sebelum umur gestasi

34 minggu. Setelah umur gestasi 37 minggu, kejadian keluarnya mekonium dalam

air ketuban meningkat sesuai usia gestasi. Hal ini difasilitasi oleh mielinisasi

serabut syaraf, peningkatan tonus parasimpatis, peningkatan motilin (merupakan

suatu peptida yang menstimulasi kontraksi otot usus). Stres hipoksia fetal akut

juga dapat menyebabkan keluarnya mekonium intra uterine. Apabila fetus

mendekati cukup bulan/aterm, saluran cerna telah matang dan adanya stimulasi

berupa kompresi kepala dan cord akan menyebabkan timbulnya peristaltik dan

relaksasi dari sphincter ani, sehingga menyebabkan keluarnya mekonium.

Komponen mekonium khususnya garam empedu dan enzim dapat menyebabkan

komplikasi serius apabila terhirup bayi selama tahap persalinan.

Efek mekonium yang ada di air ketuban telah diketahui secara baik yaitu

akan menyebabkan gangguan langsung terhadap air ketuban yaitu mengurangi

aktivitas antibakteri, menyebabkan peningkatan risiko infeksi bakterial perinatal,

mekonium secara langsung dapat menyebabkan iritasi kulit janin sehingga terjadi

peningkatan kejadian eritema toksikum. Komplikasi yang paling serius adalah

adanya mekonium di dalam air ketuban mengakibatkan aspirasi air ketuban

Page 5: Mas

tersebut sebelum, selama dan setelah kelahiran. Aspirasi yang terjadi akan

memperberat hipoksia melalui 3 efek pulmonari mayor yaitu obstruksi jalan

napas, disfungsi surfaktan dan pneumonitis kimiawi.

Keluarnya mekonium menyebabkan staining di cairan amnion terjadi 12 –

46% dari semua kelahiran dan sering tidak berhubungan dengan gawat janin atau

kematian neonatal atau disability. Keluarnya mekonium jarang terjadi sebelum

usia kehamilan 34 minggu, tetapi terjadi lebih dari 20% kehamilan dengan umur

gestasi aterm dan terjadi lebih dari 35% kehamilan dengan umur gestasi 42

minggu. Adanya mekonium dalam air ketuban paling sering terjadi pada bayi

intrauterine growth retardation (IUGR) atau bayi kecil masa kehamilan dan bayi

posterm.

2.4. Faktor Resiko

Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya sindrom aspirasi

mekonium antara lain: faktor ibu, faktor janin, penolong persalinan. Faktor ibu

antara lain: adanya penyakit kronik preeklampsia/eklampsia, hipertensi, diabetes

mellitus (DM), profil biofisik abnormal, merokok, penyakit paru kronik, penyakit

kardiovaskuler kronik, minum jamu dan oligohidramnion. Faktor janin: adanya

gawat janin/hipoksia akut intrauterin, intra uterine growth retardation (IUGR),

aterm dan postterm. Faktor penolong dipengaruhi oleh ketersediaan alat suction

dan ketrampilan dari penolong sendiri. Teraspirasinya mekonium yang ada di

dalam air ketuban tergantung dari lamanya hipoksia intra uterine yang

mengakibatkan terjadi pernapasan dalam dan gasping, aspirasi postpartum serta

tindakan resusitasi yang

diberikan.

2.5. Patofisiologi

Bagian dalam rahim yang mengandung mekonium terjadi akibat dari

rangsangan saraf saluran GI yang sudah matang dan biasanya disebabkan oleh

stres hipoksia janin. Asfiksia mengakibatkan peningkatan peristaltik intestinal

karena kurangnya oksigenasi aliran darah. Saat janin mendekati jalan keluar

dengan saluran pencernaan matang , kepala atau kompresi tali pusat dapat

Page 6: Mas

menyebabkan gerakan peristaltik dan relaksasi sfingter rektal yang mengarah ke

saluran mekonium sehingga mekonium keluar. Efek dari mekonium dalam cairan

ketuban secara sempurna dapat dimetabolisme. Mekonium langsung mengubah

fungsi cairan ketuban sehingga mengurangi aktivitas antibakteri dan selanjutnya

meningkatkan risiko infeksi bakteri perinatal. Selain itu, mekonium dapat

mengiritasi kulit janin, sehingga meningkatkan kejadian eritema toxicum. Namun,

komplikasi yang paling parah dari mekonium dalam rahim adalah aspirasi cairan

ketuban sebelum, selama, dan setelah kelahiran.

Aspirasi mekonium tersebut merangsang efek pada paru yaitu obstruksi

saluran napas komplit atau parsial. Partikel garam dalam kandungan mekonium

dapat menyebabkan pneumonitis kimia, selain itu mekonium juga dapat

menyebabkan disfungsi dari surfaktan.

Kehadiran mekonium dalam cairan ketuban menyebabkan sindrom

aspirasi mekonium (SAM), tetapi tidak semua neonatus dengan mekonium yang

mengandung ketuban berkembang menjadi aspirasi mekonium. Kehadiran

mekonium yang mengandung partikel kental dalam cairan amnion meningkatkan

kemungkinan aspirasi pranatal. Pembersihan mekonium dari jalan napas sebelum

napas pertama dan penggunaan tekanan ventilasi positif (PPV) sebelum

membersihkan saluran napas meningkat kemungkinan mekonium berkembang

menjadi sindrom aspirasi mekonium pada neonatus.

Urin yang hijau dapat diamati pada bayi baru lahir dengan sindrom

aspirasi mekonium kurang dari 24 jam setelah lahir. Pigmen mekonium dapat

diserap oleh paru-paru dan dapat diekskresikan dalam urin.

Page 7: Mas

Gambar 1. Patofisiologi Sindrom Aspirasi Mekonium

Obstruksi jalan nafas

Obstruksi total saluran pernafasan oleh mekonium adalah atelektasis. Obstruksi

parsial menyebabkan udara terperangkap dan hiperdistensi dari alveoli, biasa

disebut “efek bolakatup”. Hiperdistensi dari alveoli terjadi akibat ekspansi jalan

napas selama proses pernafasan dan melemahnya saluran napas yang dikelilingi

mekonium, menyebabkan resistensi meningkat selama pernafasan. Gas yang

terperangkap (hyperinflating paru-paru) bisa pecah ke dalam pleura

(pneumotoraks), mediastinum (pneumomediastinum), atau perikardium

(pneumopericardium).

Page 8: Mas

Disfungsi Surfaktan

Mekonium menonaktifkan surfaktan dan mungkin juga menghambat sintesis

surfaktan. Kandungan mekonium, terutama asam lemak bebas (misalnya,

palmitat, stearat, oleat) dan protein, memiliki tegangan permukaan lebih tinggi

dari nilai minimal surfaktan dan dapat terjadi atelektasis paru. Selain itu adanya

bagian-bagian dari mekonium, selain menginduksi pneumonitis kemikal juga

mencegah produksi surfaktan melalui kerusakan alveoli dan pneumocytes tipe 2.

Pneumonitis Kimia

Enzim, garam empedu, dan lemak dalam mekonium mengiritasi saluran napas dan

parenkim, menyebabkan pelepasan sitokin (termasuk tumor necrosis factor

(TNF)-α, interleukin (IL)-1ß, I-L6, IL-8, IL-13) dan mengakibatkan pneumonitis

yang menyebar yang dapat dimulai dalam beberapa jam setelah aspirasi. Semua

efek ini dapat menghasilkan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi paru (V / Q,

hipertensi paru paru pada bayi baru lahir. Masalah yang lebih lanjut, banyak bayi

dengan sindrom aspirasi mekonium (SAM) memiliki hipertensi paru persisten

primer atau sekunder pada bayi baru lahir (HPPBL) sebagai akibat dari stres

kronis di dalam rahim dan penebalan pembuluh paru. HPBL lebih berkontribusi

terhadap hipoksemia yang disebabkan oleh sindrom aspirasi mekonium.

Akhirnya, meskipun mekonium adalah kandungan steril, kehadirannya di saluran

udara dapat mempengaruhi bayi terhadap infeksi paru.

Gambaran pneumonitis terjadi karena respons inflamatori bronkus dan

alveolus yang terjadi beberapa jam setelah aspirasi mekonium. Respons ini

menyebabkan parenkim paru dan jalan napas terinfiltrasi sejumlah besar sel

leukosit polimorfonuklear dan makrofag oleh karena injuri/jejas lokal, sehingga

dikeluarkan mediator inflamasi dan reactive oxygen spesies. Respon inflamatori

ini disebabkan oleh sitokin kemotaksis (seperti IL-8) yang ada di mekonium.

Leukosit merupakan sumber penting untuk tiga mediator inflamasi utama yang

diinduksi oleh mekonium yaitu sitokin, metabolit asam arachkidonat dan reactive

oxygen spesies. Secara in vitro dan pada percobaan binatang, mekonium memicu

makrofag untuk memproduksi sitokin proinflamatori yaitu tumor necrosis factor.

Page 9: Mas

2.6. Manifestasi Klinis

Takhipneu

Ekspirasi yang memanjang

Sianosis

Retraksi intercosta

Barrel Chest

Adanya ronkhi pada auskultasi (Tidak semua kasus ditemukan ronkhi )

Kuku, tali pusat, dan kulit yang berwarna kuning kehijauan,

2.7. Diagnosis

Diagnosis sindrom aspirasi mekonium berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan penunjang. Anamnesis didapatkan adanya umur gestasi

aterm atau postterm, dan air ketuban berwarna kehijauan dengan viskositas yang

kental. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya obstruksi jalan lahir besar yang

ditandai dengan apneu, gasping, sianosis dan didapatkan staining di kuku, kulit

maupun umbilikal. Selain itu didapatkan adanya tanda-tanda distress respirasi

sekunder karena peningkatan resistensi jalan napas, penurunan compliance dan

adanya air trapping yaitu takipnea, napas cuping hidung, retraksi interkostal,

sianosis maupun peningkatan diameter anteroposterior dada. Hasil analisa gas

darah menunjukkan hipoksemia, alkalosis respiratori, asidosis respiratori maupun

campuran. X-foto dada secara khusus ditandai adanya hiperinflasi seluruh

lapangan paru, diafragma yang mendatar, infiltrate patchy yang tidak teratur.

Mungkin juga didapatkan adanya pneumothorax atau pneumomediatinum. Derajat

beratnya SAM tidak selalu berkorelasi dengan buruknya gambaran x-foto dada.

Ekokardiografi jantung didapatkan adanya hipertensi pulmonal karena hipoksemia

dan adanya shunt arteri kanan ke kiri.

Pemeriksaan Tambahan

Pemeriksaan berikut ditunjukkan dalam dugaan sindrom aspirasi mekonium :

Status asam-basa:

Ketidakseimbangan Perfusi Ventilasi (V / Q) dan stres perinatal yang

lazim dan penilaian status asam-basa

Page 10: Mas

Asidosis metabolik dari stres perinatal akibat asidosis pernafasan dari

penyakit parenkim dan hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir

(PPHN). Pengukuran pH , tekanan karbon dioksida parsial (pCO2),

tekanan oksigen parsial (pO2), dan pengukuran oksigenasi terus menerus

oleh oksimetri diperlukan untuk manajemen yang tepat.

Serum Elektrolit: Adanya natrium, kalium, dan konsentrasi kalsium pada

24 jam kehidupan pada bayi dengan sindrom aspirasi mekonium karena

adanya sindrom sekresi hormon antidiuretik yang tidak tepat (SIADH) dan

gagal ginjal akut adalah komplikasi perinatalyang paling hebat

Hitung jenis :

Kehilangan darah pada perinatal, serta infeksi, berkontribusi pada stres

pasca melahirkan. Hemoglobin dan tingkat hematokrit harus cukup untuk

memastikan membawa oksigen yang memadai kapasitas.

Trombositopenia meningkatkan risiko perdarahan neonatal.

Neutropenia atau Neutrofilia dengan pergeseran kiri dapat menunjukkan

infeksi bakteri perinatal.

Polisitemia mungkin hadir sekunder untuk hipoksia janin kronis atau akut.

Polisitemia dikaitkan dengan penurunan aliran darah paru dan dapat

memperburuk hipoksia terkait dengan sindrom aspirasi mekonium dan

HPPN

Radiologi

Radiografi dada penting dalam rangka untuk mencapai hal berikut

Memastikan diagnosis SAM, dan menentukan tingkat patologi intratoraks

Mengidentifikasi area atelektasis dan sindrom blokade udara

Memastikan posisi yang tepat dari tabung endotrakeal dan kateter

umbilikalis

2.8. Penatalaksanaan

Pencegahan sindrom aspirasi mekonium (SAM)

Pencegahan adalah yang terpenting. Dokter kandungan harus memonitor

status janin dalam upaya untuk mengidentifikasi adanya stres janin. Ketika

mekonium terdeteksi, amnioinfusion, garam steril secara teoritis menguntungkan

Page 11: Mas

untuk mengencerkan mekonium dalam cairan ketuban, sehingga meminimalkan

keparahan aspirasi. Namun, bukti saat ini tidak mendukung amnioinfusion rutin

untuk mencegah sindrom aspirasi mekonium. rekomendasi sekarang tidak lagi

menyarankan penyedotan intrapartum rutin untuk bayi lahir dari ibu dengan

mekonium. Ketika aspirasi terjadi, intubasi dan penyedotan langsung dari saluran

napas dapat mengeliminasi banyak mekonium. Jangan melakukan teknik-teknik

berbahaya berikut dalam upaya untuk mencegah aspirasi mekonium yang

mengandung cairan ketuban:

- Meremas dada bayi

- Memasukkan jari ke mulut bayi

American Academy of Pediatrics Comitte telah mengumumkan pedoman

untuk pengelolaan bayi yang terkena mekonium. Pedoman diperiksa terus

menerus dan direvisi sebagai penelitian berbasis bukti baru yang telah tersedia.

Pedoman saat ini adalah sebagai berikut:

Jika bayi tidak kuat (didefinisikan sebagai upaya pernafasan tertekan, penggunaan

otot yang minimal, dan / atau detak jantung <100 kali /menit) Gunakan

laringoskopi langsung, intubasi, dan suction trakea segera setelah melahirkan.

Hisap tidak lebih dari 5 detik. Jika mekonium tidak dapat diambil, jangan

mengulang intubasi dan hisap. Jika mekonium diambil dan tidak ada bradikardi,

reintubate dan hisap. Jika denyut jantung rendah, mengelola tekanan ventilasi

positif dan mempertimbangkan penyedotan lagi nanti.

Jika bayi kuat (didefinisikan sebagai upaya pernapasan normal, otot normal, dan

denyut jantung> 100 kali / menit): Jangan melakukan intubasi elektif electif.

Hapus sekresi dan mekonium dari mulut dan hidung dengan cateter suction.

Dalam kedua kasus, sisa langkah resusitasi awal harus tetap diterapkan, termasuk

pengeringan, merangsang, reposisi, dan distribusi oksigen yang diperlukan

2.9. Komplikasi

2.10. Prognosis

Page 12: Mas

BAB III

STATUS PASIEN

3.1. Identitas Pasien

1. Identitas Bayi

Nama : By. M

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur :

BBL : 3500 gram

Tanggal lahir : 29 April 2013

2. Latar Belakang Ibu

Nama :

Usia : 23 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SLTP

Agama : Islam

Alamat :

3.2. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Sesak nafas

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Bayi lahir spontan belakang kepala di RSUD Kepanjen. Bayi lahir

langsung menangis, tampak lemah.

3. Riwayat Kehamilan

GIP0000Ab000

UK = 41-42 minggu (berdasarkan HPHT)

Riw. ANC = 9 kali di bidan

Riw. Kenaikan BB selama hamil = berat badan naik

sebanyak 15 kg selama hamil sampai sebelum melahirkan

Page 13: Mas

Riw. USG = belum pernah USG

Riw. Suntik TT = 2 x (saat sebelum menikah dan saat usia

kehamilan 7 bulan)

PRM (-)

Oyok (+) 3 kali

Jamu (+) 5 kali

Riw. ISK (-)

Riw. Keputihan (-)

Sakit selama hamil (-)

Konsumsi alkohol, rokok, obat-obatan (-)

4. Riwayat Persalinan

Bayi lahir spontan belakang kepala. Bayi lahir dalam waktu kurang lebih 15

menit setelah pembukaan lengkap dan pecahnya amnion. Presentasi bayi,

presentasi kepala. Amnion bercampur mekonium, dan banyak. Plasenta

keluar setelah 2 menit bayi lahir. Tidak ada masalah selama persalinan.

Keadaan neonatus saat persalinan

- SKOR APGAR

VARIABEL Waktu

1’ 5’

Warna kulit 1 1

Detak jantung 1 2

Reaksi rangsang 1 1

Tonus otot 1 1

Pernafasan 2 2

JUMLAH 6 7

- Kelainan kongenital (-)

- Ketuban : mekoneal

3.3. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : CM, gerak aktif, tangis lemah, tampak sesak

2. Tanda Vital :

Frekuensi jantung : 150 x menit

Frekuensi nafas : 70 x/menit

Page 14: Mas

T.ax : 36,50C

- Berat badan : 3500 gram

- Panjang badan : 49 cm

- Lingkar kepala : 35 cm

3. Status Generalis

- Kepala : caput suksaedanum (+) ᴓ 3 cm, cephal hematom (-), sianosis

(-), reflek hisap (+), anemis -/-, ikterik -/-, UUB datar, pernafasan

cuping hidung (+), dyspnea (+)

- Thorak : dinding dada simetris, retraksi dinding dada (+) suprasternal

- Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

- Paru : nafas teratur, takipnea (+), stridor (-), vesikuler +/+, ronki -/-,

wheezing -/-

- Abdomen :

o Inspeksi : flat, kelainan kongenital (-)

o Auskultasi : bising usus normal

o Palpasi : massa (-), hepar dan lien teraba 1 jari

o Perkusi : timpani di seluruh lapang perut

o Umbilikus : layu, warna kuning kehijauan, bau (-), kemerahan

(-)

- Genital : ♂, hipospadia (-), epispadia (-), hidrokel (-), testis turun +/+,

rugae kasar (+)

- Anus : anus (+) paten, BAB mekoneum (+) 24 jam pertama

- Ekstremitas : akral hangat +/+, edema -/-, CRT < 2”, meconeal

staining +/+

4. Down Skor

- Frekuensi nafas : 1

- Retraksi : 2

- Sianosis : 1

- Air entry : 1

- Merintih : 1

Jumlah 6 Gawat nafas berat

Page 15: Mas

3.4. Diagnosis Kerja

BBLCB

MAS (Meconeal Aspiration Syndrome)

3.5. Planning Diagnosis

Darah Lengkap

Hitung Jenis

Gula Darah Acak

Serum Elektrolit

Rontgen Thorax

3.6. Planning Terapi

O2 nasal 1 liter per menit

IVFD D10 240 cc + Ca gluconas 3 cc 10 tetes/menit

IV. Inj. Cefotaxime 2 x 175 mg

IM. Inj. Vit K 1 (phytomenadione) 1 mg

Gentamicin tetes mata ODS

Orogastric Tube (OGT) retensi

Puasa

Rawat tali pusat

Termoregulasi

3.7. Planning Monitoring

Tanda vital

Intake

BAB dan BAK

Berat badan tiap hari

Down Score

Distres pernafasan

Page 16: Mas

BAB IV

PEMBAHASAN

Sebelumnya ibu pasien ini dirujuk oleh bidan dengan keluhan kenceng-

kenceng, GIP0000Ab000, keadaan ibu dan janin baik. Dari anamnesis didapatkan

usia kehamilan sekarang berdasarkan HPHT adalah 41 – 42 minggu dapat

dikatakan sebagai post term. Berat bayi lahir 3500 gram, dapat dikategorikan

sebagai bayi baru lahir cukup bulan. Saat persalinan, cairan amnion bercampur

mekonium bayi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum bayi tampak

sesak, frekuensi nafas 70 x/menit, terdapat pernafasan cuping hidung, retraksi

dinding dada suprasternal, umbilikus layu berwarna kuning kehijauan, dan pada

ekstremitas terdapat mekoneal staining. Hal ini sesuai dengan diagnosis pada

sindrom aspirasi mekonium.

Pada anamnesis didapatkan bahwa usia kehamilan sekarang adalah 41 –

42 minggu. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada kondisi

sindrom aspirasi mekonium (SAM) faktor resiko yang dapat terjadi dibagi

menjadi : faktor ibu, faktor janin, penolong persalinan. Faktor ibu antara lain:

adanya penyakit kronik preeklampsia/eklampsia, hipertensi, diabetes mellitus

(DM), profil biofisik abnormal, merokok, penyakit paru kronik, penyakit

kardiovaskuler kronik, minum jamu dan oligohidramnion. Faktor janin: adanya

gawat janin/hipoksia akut intrauterin, intra uterine growth retardation (IUGR),

aterm dan postterm. Faktor penolong dipengaruhi oleh ketersediaan alat suction

dan ketrampilan dari penolong sendiri. Pada kasus ini yang termasuk faktor resiko

pendukung SAM adalah usia kehamilan yang tergolong post term, dan dibuktikan

dengan berat bayi lahir sebesar 3500 gram yang dapat dikategorikan sebagai bayi

baru lahir cukup bulan atau dapat disebut sebagai bayi aterm. Untuk faktor ibu

dan faktor penolong persalinan, pada kasus ini tidak didapatkan data yang

mendukung terjadinya SAM.

Pada riwayat persalinan, didapatkan cairan amnion bayi bercampur

mekonium dan banyak. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

adanya riwayat persalinan dengan ketuban keruh atau ketuban bercampur

mekonium maka akan meningkatkan resiko terjadinya SAM. Resiko ini

Page 17: Mas

bertambah dengan bertambahnya masa gestasi. Pada amnion yang bercampur

mekonium, bayi akan dapat menghirup cairan ketuban sebelum, selama, dan

setelah kelahiran, sehingga mengakibatkan aspirasi mekonium yang selanjutnya

dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas, disfungsi surfaktan, maupun

pneumonitis kimia.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum bayi tampak sesak,

frekuensi nafas 70 x/menit, terdapat pernafasan cuping hidung, retraksi dinding

dada suprasternal, umbilikus layu berwarna kuning kehijauan, dan pada

ekstremitas terdapat mekoneal staining. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

mekonium yang teraspirasi dan beredar dalam pembuluh darah, akan memberikan

pewarnaan pada umbilikus maupun pada ekstremitas. Jika pada umbilikus, maka

umbilikus akan berwarna kuning kehijauan, dan jika pada ekstremitas akan

memberikan pewarnaan berupa mekoneal staining yaitu ujung-ujung jari berwarna

kehitaman mirip seperti sianosis tetapi harus dibedakan berdasarkan dari hasil

anamnesa adanya cairan amnion yang bercampur mekonium.

Pada pasien ini dilakukan planning diagnosa berupa pemeriksaan

laboratorium berupa darah lengkap, hitung jenis, gula darah acak, dan serum

elektrolit serta dilakukan pemeriksaan radiologis berupa foto thorak. Hal ini

dilakukan untuk memastikan diagnosis dan untuk mencari penyebab serta untuk

menemtukan tingkat patologis intratoraks.

Untuk planning terapi pada pasien ini dilakukan : pemasangan oksigen, hal

ini dilakukan karena pada pasien ini terdapat distress pernafasan. Distres

pernafasan pada pasien ini dibuktikan dengan pernafasan cuping hidung, retraksi,

dan frekuensi nafas yang meningkat juga dengan penilaian dari down skor yang

berjumlah 6 yang menunjukkan adanya gawat nafas yang berat, sehingga pada

pasien ini diperlukan bantuan pernafasan. Diberikan pula infus dikarenakan pada

pasien ini harus dipuasakan untuk mencegah aspirasi lebih lanjut yang dapat

terjadi sehingga infus pada pasien ini untuk kebutuhan cairan pada neonatus

sebagai pengganti cairan selama bayi dipuasakan. Kemudian diberikan juga

antibiotik, disini pemberian antibiotik karena pada SAM dapat terjadi karena

pneumonitis kirim sehingga dapat dilakukan pemberian antibiotik. Selain itu

Page 18: Mas

dilakukan perawatan pada bayi baru lahir berupa injeksi vitamin K, gentamicin

tetes mata, rawat tali pusat, dan termoregulasi.

Page 19: Mas

DAFTAR PUSTAKA

Mary C K, Kruse J, 2009. Meconium Aspiration Syndrome: Pathophysiology and

Prevention, J. Am Board Fam Pract 12:450-66

Kamala S, Amuchou S, Sindhu S, 2011. Advances in the management of

meconium aspiration syndrome, Int. J. Of Pediatric 10.1155/2012/359571