Seni Dan Sains Adalah Satu Polariti Yang Ekstrim Dari Subjektif Kepada Objektiviti
Manusia, Sains, Teknologi Dan Seni
-
Upload
agus-hendra-jaya -
Category
Documents
-
view
70 -
download
5
Transcript of Manusia, Sains, Teknologi Dan Seni
MANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI
Pengertian Sains, Teknologi dan Seni
Sains : Berdasarkan berbagai pendapat dari para ahli, maka dapat diambil suatu
definisi yaitu ilmu yang bersifat teratur (sistematik) yang dapat diuji atau dibuktikan
kebenarannya dan berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata, misalnya : Fisika,
Kimia, Biologi). Sains memberikan penekanan kepada sumbangan pemikiran
manusia dalam menguasai ilmu pengetahuan yang terdapat di seluruh alam semesta.
Konsep Teknologi : Teknologi adalah transformasi (perubahan bentuk) dari alam
menjadi realitas/kenyataan yang diperoleh dari ide atau pemikiran manusia. Ada tiga
macam teknologi yang sering dikemukakan oleh para ahli, yaitu :
1) Teknologi Modern, ciri-cirinya :
- Padat modal
- Mekanis-elektris
- Menggunakan bahan-bahan impor
- Berdasarkan penelitian mutahir, dll.
2) Teknologi Madya, ciri-cirinya :
- Padat karya
- Dapat dikerjakan oleh keterampilan setempat
- Menggunakan alat-alat setempat
- Berdasarkan alat-alat penelitian
3) Teknologi Tradisional, ciri-cirinya :
- Bersifat padat karya (banyak menyerap tenaga kerja)
- Menggunakan keterampilan setempat
- Menggunakan alat setempat
- Menggunakan bahan setempat
- Berdasarkan kebiasaan atau pengamatan
Seni : Berdasarkan berbagai pendapat dari para ahli, maka dapat diambil suatu
definisi yaitu seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi
kehalusan, keindahan, dan sebagainya) seperti seni tari, lukis, ukir, dll.
Makna Sains, Teknologi dan Seni Bagi Manusia
Perkembangan Teknologi
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi maka dapat
menimbulkan cabang ilmu pengetahuan baru antara lain :
a. Teknik modern, seperti penggunaan teknologi nuklir untuk zat radioaktif,
pengendalian aliran sungai untuk petani, bermacam-macam media pendidikan
seperti OHP, Invocus, film, TV, dll.
b. Teknologi hutan, misalnya menggunakan hutan untuk banyak fungsi seperti
untuk pabrik kertas, industri kayu lapis/bahan bangunan, tempat penyimpanan
air, hutan lindung, obyek wisata, dll.
c. Teknologi gedung (metalurgi), seperti bentuk-bentuk dan jenis-jenis
bangunan, bermacam-macam material bangunan, dll.
d. Teknologi transportasi, seperti teknologi digital dan analog, sistem elektronis,
pengukur kecepatan, pengukur jarak, media komunikasi, dll.
IPTEK dan Nilai
Dalam era teknologi modern dan industrialisasi, maka manusia dituntut untuk
menggunakan, mengelola, dan selalu menyesuaikan dengan teknologi-teknologi
dan ilmu pengetahuan yang baru.
Di sisi lain baik negara maju maupun negara berkembang akan merasa bahwa
teknologi hanya menghabiskan sumber-sumber daya alam, pembawa populasi
atau pencemaran dan mengakibatkan terjadinya pengangguran.
Teknologi mempunyai 2 komponen utama, yaitu :
a. Hardware Aspect, meliputi peralatan yang memberikan bentuk pola teknologi
sebagai objek fisikal atau material.
b. Software Aspect, meliputi sumber informasi yang memberikan penjelasan
mengenai hal-hal peralatan fisik atau material tersebut.
Manusia Sebagai Subjek dan Objek IPTEK
Manusia dapat menciptakan alat-alat serta perlengkapan canggih untuk berbagai
kegiatan sehingga kegiatannya menjadi lebih efektif dan efisien. Berbagai manfaat dan
kemudahan hasil ciptaan manusia tersebut antara lain :
1. Dalam bidang Pertanian, seperti :
a. Mampu menciptakan alat pertanian yang maju seperti traktor, alat pemotong dan
penanam, alat pengolah hasil pertanian, alat penyemprot hama, dll.
b. Produksi pupuk buatan dapat menyuburkan tanah, termasuk produksi pestisida
untuk pemberantas hama.
c. Teknik-teknik pemuliaan, seperti bibit unggul VUTW (Varietas Unggul Tahan
Wereng), kepala hibrida, ayam ras, ayam broiler, sapi perah, dll.
d. Teknik mutasi buatan yang dapat menghasilkan buah-buahan yang besar dan
tidak berbiji,
e. Teknologi pengolahan pascapanen, seperti pengalengan ikan, buah-buahan,
daging, dan teknik pengolahan lainnya.
f. Budidaya hewan, dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan manusia.
2. Dalam bidang Kedokteran dan Kesehatan, seperti :
a. Mampu menciptakan alat-alat operasi mutakhir,
b. Menemukan bermacam-macam obat,
c. Penggunaan benda radioaktif untuk pengobatan dan mendiagnosis berbagai
penyakit, dll.
3. Dalam bidang Telekomunikasi, seperti :
a. Televisi,
b. Radio,
c. Telepon,
d. Media optik, dll.
4. Dalam bidang Pertahanan dan Keamanan, seperti :
a. Menciptakan alat atau persenjataan yang canggih
b. Teknologi mendeteksian jarak jauh (GPS)
c. Teknologi satelit, radar, dll.
Dampak Penyalahgunaan IPTEK Bagi Kehidupan
Permasalahan yang timbul akibat kemajuan teknologi adalah adanya dampak-
dampak negatif, diantaranya :
1. Nuklir
Meledaknya bom Atom di Hirosima dan Nagasaki pada perang Dunia II
yaitu penghentian peperangan, kekejaman, penghancuran, dan perusakan,
sehingga banyak korban berjatuhan dan menimbulkan bahaya-bahaya yang
lainnya.
2. Polusi, seperti disebabkan oleh :
a. Kegiatan Industri, dalam bentuk limbah, zat-zat buangan berbahaya lainnya.
b. Kegiatan Pertambangan, berupa kerusakan instalasi, kebocoran, pencemaran
buangan penambangan, pencemaran udara, dll.
c. Kegiatan Transportasi, berupa kepulan asap, naiknya suhu udara kota,
kebisingan kendaraan bermotor, tumpahan bahan bakar minyak bumi, dll.
d. Kegiatan Pertanian, berupa residu pemakaian zat-zat kimia pemberantas
hama seperti peptisida, herbisida, juga pupuk organik.
3. Kloning, dalam bidang genetika dan biologi reproduksi maka dimungkinkan
terjadinya rekayasa duplikasi atau multiplikasi manusia secara seksual dengan
teknik klonasi.
4. Efek rumah kaca, disebabkan karena adanya pencemaran udara yang banyak
mengandung zat-zat yang dapat mengubah suhu udara sehingga menyebabkan
pemanasan global. Adanya efek rumah kaca ini sinar ultraviolet membahayakan
manusia dan tidak akan disaring lagi oleh lapisan ozon, sehingga sinar ultraviolet
akan langsung menuju bumi dan selanjutnya akan diam dan bersirkulasi di bumi,
dan seterusnya.
Kasus-kasus yang berhubungan dengan materi ini
Kasus 1 :
Selamatkan Satwa Langka, Brasil Lakukan Kloning
INILAH.COM, Brasilia - Berbagai macam cara yang dilakukan untuk menyelamatkan
satwa terancam punah. Salah satunya dengan cara kloning. Hal itu dilakukan oleh para
ilmuwan di Brasil.
Sejumlah ilmuwan di Brasil mencoba menyelamatkan satwa terancam punah melalui
teknologi kloning. Mereka melakukannya terhadap beberapa jenis satwa seperti jaguar dan
berbagai satwa lainnya.
“Ide awalnya adalah dimulai dari satwa yang terancam punah, atau spesies yang
jumlah populasinya menyusut dengan tajam. Misalnya jaguar, rubah merah (Chrysocyon
brachyurus), ataupun kijang endemik,” ujar Carlos Frederico Martins, peneliti dari Embrapa
Cerrado, seperti dikutip dari AFP.
Embrapa Cerrado merupakan lembaga penelitian hewan milik pemerintah yang kini
tengah mengadakan kerjasama dengan Brasilia Zoo yang memiliki sejumlah koleksi satwa
terancam punah. Kerjasama tersebut berupa eksperimen terhadap inseminasi buatan dan
transplantasi embrio bagi sejumlah spesies terancam punah.
Setelah kloning dilakukan, para satwa yang terancam punah itu tidak akan dilepaskan
ke habitat aslinya karena hanya akan berkontribusi kecil terhadap penyelamatan spesiesnya
dalam jangka pendek. Namun seiring dengan waktu, satwa yang menjalani program
inseminasi buatan ataupun transplantasi embrio, nantinya akan dilepasliarkan.
Menurut Martins, pihaknya masih membutuhkan waktu beberapa tahun ke depan
untuk melakukan penelitian mendalam sebelum para satwa tersebut berhasil dikloning.
Sebelumnya, para ilmuwan di negeri itu berhasil melakukan kloning terhadap seekor sapi
yang lahir pada Maret 2001. Mereka melakukan kloning terhadap hewan ternak untuk
meningkatkan efisiensi dan karakteristik yang dibutuhkan.
Saat ini Brasil merupakan eksportir daging sapi terbesar di dunia. [mor]
Kasus 2 :
Jumlah Gas Rumah Kaca di Atmosfer Makin Mengkhawatirkan
Organisasi Meteorologi Sedunia atau WMO melaporkan jumlah gas rumah kaca di atmosfer
telah mencapai rekor pada tahun 2011.
JENEWA, SWISS — Data baru WMO menunjukkan peningkatan 30 persen pada
efek pemanasan iklim global antara 1990 - 2011, terutama disebabkan karbon dioksida dan
gas-gas penyerap panas yang berdampak jangka panjang lainnya.
Organisasi Meteorologi Sedunia melaporkan kira-kira 375 miliar ton gas karbon
dioksida masuk ke atmosfer sejak dimulainya era industri tahun 1750. Sekjen WMO Michel
Jarraud mengatakan besarnya jumlah gas karbon dioksida yang masuk ke atmosfer karena
aktivitas manusia, terutama akibat konsumsi bahan bakar fosil.
Jarraud mengatakan tambahan miliaran ton karbon dioksida ke atmosfer akan
menyebabkan planet bumi terus menghangat, mempengaruhi semua aspek kehidupan di
bumi. Ia memperingatkan emisi pada masa depan hanya akan memperburuk situasi.
Karbon dioksida merupakan gas rumah kaca yang berdampak lama dan paling
penting, disusul gas metana dan nitrious oksida. Para ilmuwan mengatakan meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer merupakan penyebab perubahan iklim dan
pemanasan global. Meskipun sejumlah ilmuwan dan pembuat kebijakan skeptis bahwa
aktivitas manusia merupakan penyebab utama perubahan iklim, kebanyakan pakar iklim
yakin gas rumah kaca yang berlebihan itu berasal dari bertambahnya emisi industri.
Sampai saat ini, ketua WMO Jarraud mengatakan, penyerap karbon seperti laut dan
hutan telah menyerap hampir separuh gas karbon dioksida yang dihasilkan oleh manusia.
Tapi, ia memperingatkan, belum jelas apakah ini akan berlanjut pada tingkat yang sama di
masa depan.
Tapi, sementara itu, ada juga potensi dampak sampingan serius dari penyerapan
karbon alami. Misalnya, karena laut menyerap banyak gas CO2 sebagai konsekuensinya
menjadi lebih asam dan ini ada dampaknya, terhadap rantai makanan di dalam air, terhadap
terumbu karang dan sejumlah konsekuensi lainnya.
Para ilmuwan WMO mencatat fungsi penyerap karbon adalah penting dalam
mengimbangi jumlah karbon secara keseluruhan. Artinya, jika tambahan CO2 disimpan
dalam jumlah besar di dalam laut, para ilmuwan mengatakan gas itu bisa terperangkap selama
ratusan atau bahkan ribuan tahun. Sebaliknya, kata mereka hutan-hutan baru hanya menyerap
karbon untuk jangka waktu yang lebih singkat.
WMO mengatakan gas CO2, nitrous oksida, metana dan gas rumah kaca lainnya
memiliki efek samping negatif lain. Contohnya, organisasi itu mengatakan gas nitrous oksida
merupakan penyebab utama kerusakan lapisan ozon, yang melindungi bumi dari efek
berbahaya radiasi ultraviolet matahari.
Kasus 3 :
Era Digital Film Bioskop
Mematikan Industri Bioskop Konvensional
JAKARTA, suaramerdeka.com -Ketua Umum Gabungan Perusahaan Bioskop
Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin SH mengatakan, dengan mengubah format
film seluloid (celluloid) menjadi digital menjadi pukulan telak, dan dapat "mematikan"
industri bioskop konvensional. Karena, untuk membangun bioskop dengan 1 layar
berteknologi digital, dibutuhkan biaya paling tidak sebesar Rp 2,5 miliar hingga Rp 4 miliar.
Oleh karena itu, investasi untuk membangun gedung bioskop berteknologi digital
sangat besar, dan break even point-nya lama. Sehingga berdampak buruk bagi pengusaha
bioskop skala kecil atau konvensional yang ada di daerah.
Meski di sisi lain, era digital akan menghemat biaya cetak (copy) film dengan
signifikan. Selain itu, ada keunggulan lainnya, pemutaran film digital bisa diputar secara
bersamaan di banyak tempat. Juga secara materi, teknologi digital lebih efektif dan efisien.
Meski secara resolusi gambar, kopi film seluloid 35 mm tetap dan masih unggul daripada
format DCI (Digital Cinema Initiative) yang ada sekarang. Walau format digital tetap
mempunyai kelebihan, seperti kejernihan kualitas gambar yang ajeg dan konsisten di setiap
adegan, "Karena tidak ada resiko gambar cacat atau kotor karena sentuhan fisik seperti yang
terjadi dengan copy film," katanya dalam Workshop Wartawan 2012, PWI Jaya Seksi Film &
Budaya bertajuk, "Seni Rupa Dalam Film Era Digital," di hotel Puncak Jaya, Jabar, Sabtu
(24/11).
Dia mencontohkan, beberapa bioskop di Jateng seperti bioskop Studio (Solo),
Rajawali (Purwokerto), Tidar dan Magelang Theater (Magelang), Plaza (Semarang), dan
bioskop kecil lainnya di Jatim, Padang dan Jambi sudah tutup, "Sementara bioskop Rajawali
di Purwokerto mulai melakukan konversi bertahap, dari 4 layar, baru 2 layar yang berganti ke
digital," katanya.
Masih beranjak dari data yang dia miliki, akhir 2011 terdapat 11 gedung bioskop
konvensional di Jateng, 13 di Jatim, 8 di Sumatera, dan 1 di Sulawesi Tenggara. Meski
mempunyai dampak negatif bagi pengelola bioskop kecil, format baru digital memberikan
sisi positif dalam hal efisiensi distribusi. Selain itu, format digital membuat lebih praktis saat
mengimpor, karena hanya dengan mengunduh (download) via internet, selain biaya copy
sudah hilang, "Dengan rantai distribusi yang lebih pendek."
Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni Budaya Kemenparekraf Drs Syamsul Lussa M
A mengatakan, dari 240 juta penduduk Indonesia, 40 persennya adalah pangsa film yang
efektif karena usia produktif, atau 90 juta. Diandaikan dalam jumlah itu cukup nonton
bioskop sebanyak 2 kali dalam setahun, angka penonton bioskop Indonesia mencapai 180
juta penonton, "Tapi sejauh ini belum pernah penonton bioskop Indonesia, mencapai angka
180 juta," katanya.
Dari data penonton film Indonesia 2011, jumlah penonton Indonesia hanya mencapai
angka 48.605.000 penonton. Sedangkan pada 2010 mencapai angka 59.330.000 penonton.
Berthy Ibrahim Lindia, Penata Artistik Terbaik FFI 2004 via film Marsinah, dan
Ketua Organisasi Karyawan Film dan Televisi (KFT) mengatakan, seni rupa dalam perfilman
Indonesia sudah ada sejak dulu. Pada 1976-1978 dalam sebuah konvensi, menurut dia, film
baru dinilai sebagai seni ke-7, "Dan seni ke-8 adalah seni rupa," katanya.
Meski demikian dia meyakini, seni rupa adalah induk semua cabang kesenian, juga
film. Dan dalam seni rupa paling kuno, elemen utamanya adalah titik, garis, lengkung dan
bidang. Dan kesemua unsur itu, sangat dibutuhkan oleh film, juga fotografi. Dan film jika
digarap berbasis seni rupa, "Dia akan menjadi film yang benar," katanya.
Oleh karena itu, dia mengatakan, digitalisasi film bukanlah sesuatu yang harus
diwaspadai. "Selama kita menguasai teknologi di era digital," katanya. Karena, era
digitalisasi mau tidak mau harus tetap dihadapi.
Menurut Irman Gusman, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, film dalam
budaya memengaruhi umat manusia. Persoalan budaya, menurut dia, menjadi pilar penting
negara. Bahkan menjadi mainstream dalam pembangunan karakter bangsa. "Dan film sebagai
instrumen pembangun karakter bangsa, dapat menjadi cermin sebuah bangsa," katanya.
Dia mencontohkan, film AS yang mampu menjadi cermin kebudayaan bangsanya.
Dengan kata lain, film sangat memengaruhi diplomasi suatu bangsa. "Contoh terkini, Korea,
yang kini menjadi negara maju, kreatif dan mengekspor kebudyaan via musik, contohnya
virus K-Pop, Gangnam Style, juga filmnya."
Oleh karenanya sumber kekayaan alam sebuah bangsa, menurut Irman Gusman,
bukan satu-satunya sumber kemakmuran rakyatnya. Karena sumber kekayaan alam, dalam
banyak hal justru menjadi sumber konflik.
Dia menambahkan, sumber kekayaan kemakmuran sebuah bangsa bergantung pada
brand (otak, ilmu pengetahuan, teknologi, kreativitas) dan produk intelektual. Kemudian
dreams (visi, mimpi), lalu spirit (semangat) serta konfiden (keyakinan). "Inilah yang menjadi
sumber utama kemakmuran bangsa," katanya. (Benny Benke/CN15)
Kasus 4 :
Obat Herbal Baru Untuk Atasi Kanker dan Anti Kolesterol
Jakarta, GATRAnews- Dr. Muhammad Hanafi dalam orasi pengukuhan Profesor
Riset bidang kimia organik berjudul "Pengembangan Bahan Ilmiah Untuk Obat Baru
Antikanker dan Anti Kolestrol" oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
mengatakan, Indonesia terkenal kaya akan keanekaragaman hayati dan dikenal sebagai pusat
megadiversity spesies biologi dan sebagai megacenter dari biodiversitas dunia. "Kekayaan ini
semestinya menjadi sumber kesejahteraan masyarakat karena jumlah spesies tumbuhan antara
25.000-30.000 spesies dan diperkirakan 9.000 spesies tanaman yang disinyalir memiliki
khasiat sebagai obat," jelasnya, Jumat (23/11).
Namun, Hanafi menambahkan, yang tercatat sebagai bahan obat tradisional hanya
6.000 spesies dan sekitar 1.000 jenis tanaman sudah dimanfaatkan sebagai bahan baku jamu.
"Data dari POM ada 283 spesies tumbuhan obat yang sudah terdaftar digunakan industri
tradisional di Indonesia, 180 spesies tumbuhan berasal dari hutan tropika," jelasnya. Dari
kekayaan spesies tanaman, lanjut Hanafi merupakan peluang untuk menghasilkan temuan
obat herbal (Fitofarmaka) mengingat masih sedikitnya produk fitomarka dan belum adanya
produk indonesia. "salah satu obat baru yang ditemukan adalah antikanker dan antikolestrol,"
sambungnya.
Zat anti kanker dan kolesterol banyak terdapat dalam tumbuhan maupun mikroba
seperti Garcinia, Curcuma, Hedyotis, Pseudomonas dan Streptomyces yang telah diisolasi
dan diidentifikasi senyawa aktifnya. Hasil isolasi kalonan, UK-3A dan Phenazina serta
sintetis turunan dan analognya mempunyai potensi dalam menghambat pertumbuhan sel
kanker. "Harus dilakukan uji praklinis sebab hasil senyawa Silisil Anilida (SA) disamping
menurunkan kanker namun menunjukan sifat toksik ," imbuhnya.
Untuk diketahui Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jumat (23/11) pagi
tadi mengukuhkan tiga orang profesor riset baru yakni Dr. Sam Wouthuyzen dalam bidang
osenografi dengan orasi ilmiah "Pemanfaatan Inderaja Untuk Pemetaan, Pemantauan,
Evaluasi dan Pengelolaan Wilayah Pesisir," Dr. Muhammad Hanafi dalam bidang kimia
organik dan Dr. Yekti Maunanti dalam bidang Antropologi dengan orasi ilmiah "Identitas
Etnik Minoritas Diperbatasan Asia Tenggara." (WFz)