MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas...

129
MANUAL BLU | i

Transcript of MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas...

Page 1: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | i

Page 2: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

ii | MANUAL BLU

Page 3: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | iii

Page 4: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

iv | MANUAL BLU

Page 5: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | i

KATA PENGANTAR

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara telah memberikan

koridor baru bagi instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberikan pelayanan

kepada masyarakat untuk dapat menerapkan pola keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan

produktivitas, efisiensi, dan efektivitas dengan sebutan umum sebagai satuan kerja Badan Layanan

Umum (satker BLU). Peluang ini diberikan kepada instansi pemerintah yang melaksanakan tugas

melayani masyarakat publik (seperti layanan kesehatan, pendidikan, pengelolaan kawasan, pengelola

dana khusus, dan pengelola barang dan jasa lainnya) untuk mengelola kegiatannya dengan ala bisnis

(business like) sehingga pemberian layanan kepada masyarakat dapat lebih efisien dan efektif.

Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal

Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi

teknis di bidang pembinaan pengelolaan keuangan satker BLU. Dalam kerangka pembinaan tersebut,

maka disusun manual yang mengacu pada paparan kebijakan teknis. Manual ini memiliki makna yang

sangat penting sebagai pedoman dan informasi bagi satker BLU, pembina keuangan, Kementerian

Negara/Lembaga, Dewan Pengawas, dan pemangku kepentingan lainnya terkait dengan penerapan

pengelolaan satker BLU untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Manual ini terdiri atas lima bagian yaitu (1) Memahami BLU, (2) Membentuk Satker BLU, (3) Menata

Kelembagaan BLU, (4) Mengelola Keuangan BLU, dan (5) Akuntabilitas BLU. Dengan manual ini,

semua pihak diharapkan dapat lebih memahami mengenai bagaimana BLU dibentuk dan dikelola.

Akhirnya, semoga manual ini dapat bermanfaat bagi satker BLU, pembina keuangan, Kementerian

Negara/Lembaga, Dewan Pengawas, dan pemangku kepentingan lainnya sehingga pengelolaan

BLU dapat berjalan dengan baik untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Jakarta, Juni 2013

Direktur Jenderal Perbendaharaan

Agus Suprijanto

Page 6: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

ii | MANUAL BLU

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR BOKS

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

SINGKATAN DAN AKRONIM

- Bagaimana BLU Dikembangkan di

Indonesia?

- Apa itu BLU?

- Bagaimana Kategorisasi BLU

Bidang Penyedia Barang dan Jasa

Lainnya?

- Apa Maksud dan Tujuan Penyusunan

Manual BLU ini?

- Bagaimana Sistematika Penyajian

Manual BLU ini?

I. MEMAHAMI BLU

2

4

7

9

9

- Apa Persyaratan Substantif Menjadi

Satker BLU?

- Apa Persyaratan Teknis Menjadi

Satker BLU?

- Apa Persyaratan Administratif

Menjadi Satker BLU?

- Bagaimana Proses Pengusulan

Satker BLU?

- Bagaimana Proses Penilaian dan

Penetapan Satker BLU?

- Kapan Status Satker BLU

Berakhir?

12

14

15

21

21

22

1

DAFTAR ISI

II. MEMBENTUK SATKER

BLU

11

i

ii

vi

vii

viii

ix

Page 7: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | iii

- Bagaimanakah Menata Organisasi

BLU Bidang Penyedia Barang dan

Jasa Lainnya?

- Siapa Unsur Pengelola BLU?

1. Pemimpin BLU

2. Pejabat Keuangan BLU

3. Pejabat Teknis BLU

4. Satuan Pemeriksaan Intern

5. Dewan Pengawas

- Bagaimana menata Kepegawaian

BLU?

24

29

29

29

29

30

31

39

- Siapa Unsur Pejabat Perbendaharaan

BLU?

1. Kuasa Pengguna Anggaran

2. Pejabat Pembuat Komitmen

3. Pejabat Penguji dan

Penandatangan SPM

4. Pejabat Penerbit SP3B BLU

5. Bendahara Pengeluaran

6. Pejabat Pengelola Dana BLU

39

39

41

42

42

43

43

III. MENATA KELEMBAGAAN

BLU

23

Page 8: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

iv | MANUAL BLU

- Bagaimana Proses Perencanaan

dan Penganggaran BLU?

1. Mengidentifikasi Tarif Layanan

BLU

2. Mengajukan Target PNBP BLU

3. Menyusun dan Mengajukan

Usul Standar Biaya

4. Menyusun dan Mengajukan

Pengesahan Rencana Bisnis

dan Anggaran

5. Mengkaji dan Menetapkan RBA

Berdasarkan Pagu Anggaran

6. Menyusun RBA Definitif

7. Menyusun RBA dalam kerangka

Penyusunan APBN

- Bagaimana Proses Pelaksanaan

Anggaran BLU?

1. Menyusun DIPA BLU

45

45

48

49

51

54

55

55

57

57

IV. MENGELOLA KEUANGAN

BLU

44

2. Mengajukan Pengesahan DIPA

BLU

3. Mengelola Kas

4. Mengelola Keuangan Intern

Satker BLU

5. Mengajukan Pengesahan

Pendapatan dan Belanja BLU

6. Mengajukan dan Menyetujui

Revisi RBA

7. Mengajukan dan Mengesahkan

Revisi DIPA BLU

- Bagaimana Proses Pengelolaan

Piutang dan Utang BLU?

1. Menyusun dan Menentukan

Kualitas Piutang

2. Menyetujui dan Menghapus

Piutang Bersyarat

3. Kriteria dan Batasan Utang BLU

58

58

61

61

64

66

68

68

70

72

Page 9: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | v

- Bagaimanakah Mengelola Risiko

BLU Bidang Penyedia Barang dan

Jasa Lainnya?

1. Menerapkan Manajemen Risiko

Pada BLU

2. Tujuan dan Manfaat Penerapan

Manajemen Risiko

3. Struktur Manajemen Risiko

4. Proses Manajemen Risiko

5. Mitigasi Risiko

- Bagaimana Menerapkan

Remunerasi BLU?

1. Umum

2. Teknis Penerapan Sistem

Remunerasi

3. Penyusunan Usulan Remunerasi

75

75

75

77

78

78

83

83

84

85

- Bagaimana Bentuk

Pertanggungjawaban BLU?

1. Laporan Keuangan

2. Laporan Kinerja

- Bagaimana Pengawasan dan

Pemeriksaan BLU?

1. Reviu Laporan Keuangan BLU

2. Audit Keuangan dan Kinerja

3. Pengawasan oleh Dewas

89

89

98

106

106

110

111

V. AKUNTABILITAS BLU 88

DAFTAR PUSTAKA 112

Page 10: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

vi | MANUAL BLU

3

6

8

13

46

62

63

76

86

97

102

DAFTAR BOKS

Perbandingan Penerapan BLU di Beberapa Negara

Kelembagaan Sektor Publik di Indonesia

Data dan Fakta BLU Penyedia Barang dan Jasa Lainnya

Beberapa Kasus Persiapan Menjadi BLU

Sistematika Usulan Tarif Layanan BLU kepada Menteri Keuangan

Ilustrasi penyampaian SP3B BLU ke KPPN triwulanan

Ilustrasi penyampaian SP3B BLU ke KPPN lebih dari satu kali dalam satu triwulan

Risiko, Manajemen Risiko, Kemungkinan dan Dampak Risiko

Proposal Usulan Remunerasi

Balanced Scorecard

Aspek yang Dinilai Menurut Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik (Permenpan

No.38 Tahun 2012)

Page 11: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | vii

Tabel 3.1

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 5.1

Tabel 5.2

31

65

69

71

73

80

100

101

Keanggotaan Dewas

Perubahan Akibat Revisi RBA Definitif

Penggolongan Kualitas Piutang PNBP

Kewenangan Penghapusan secara bersyarat terhadap Piutang BLU

Kewenangan Persetujuan atas Pinjaman Jangka Pendek BLU

Risiko Utama Satker BLU Bidang Penyedia Barang dan Jasa Lainnya

Aspek Dalam Penilaian Kinerja Keuangan

Contoh Kinerja Layanan

DAFTAR TABEL

Page 12: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

viii | MANUAL BLU

Gambar 3.1

Gambar 3.2

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Gambar 4.5

Gambar 4.6

Gambar 4.7

Gambar 4.8

Gambar 4.9

Gambar 4.10

Gambar 4.11

Gambar 4.12

Gambar 4.13

Gambar 4.14

Gambar 4.15

Gambar 4.16

Gambar 4.17

Gambar 5.1

Gambar 5.2

26

27

50

51

53

54

54

55

56

57

58

59

60

60

66

67

72

77

85

90

94

DAFTAR GAMBAR

Kriteria Struktur Organisasi BLU

Ilustrasi Struktur Organisasi Satker BLU

Penyusunan RBA

Skema Penyusunan RBA

Belanja pada Ikhtisar RBA

Pengajuan dan Pengesahan RBA

Pengkajian dan Penetapan RBA Pagu Anggaran

Penyusunan RBA Definitif

Penyusunan RBA dalam Kerangka Penyusunan APBN

DIPA BLU

Saldo Awal Kas

Pembukaan Rekening

Permohonan Persetujuan Pembukaan Rekening

Pembukaan Rekening Pengelolaan Kas

Kewenangan Pengesahan Revisi RBA Definitif

Revisi DIPA

Alur Penghapusan Piutang BLU

Model Tiga Tingkat Pengendalian

Tahapan Penyusunan Usulan Remunerasi

Prosedur Akuntansi

Mapping Laporan SAK ke Laporan SAP

Page 13: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | ix

SINGKATAN DAN AKRONIM

ADK

APBN

BAS

BLU

BUN

Dewas

DIPA

K/L

KPA

KPKNL

KPPN

PA

PK BLU

PNBP

PNS

PPK

PP-SPM

PSBDT

Arsip Data Komputer

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Bagan Akun Standar

Badan Layanan Umum

Bendahara Umum Negara

Dewan Pengawas

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga

Kuasa Pengguna Anggaran

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

Pengguna Anggaran

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Penerimaan Negara Bukan Pajak

Pegawai Negeri Sipil

Pejabat Pembuat Komitmen

Pejabat Penguji dan Penandatangan Surat Perintah Membayar

Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih

Page 14: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

x | MANUAL BLU

RBA

Renstra

RM

RSB

SAI

SAK

SAP

Satker

SBK

SDM

SOP

SP2B

SP2D

SP3B

SPI

SPM

SPP

TGR

TUP

UP

Rencana Bisnis dan Anggaran

Rencana Strategis

Rupiah Murni

Rencana Strategis Bisnis

Sistem Akuntansi Instansi

Standar Akuntansi Keuangan

Standar Akuntansi Pemerintahan

Satuan Kerja

Standar Biaya Keluaran

Sumber Daya Manusia

Standard Operating Procedures

Surat Pengesahan Pendapatan dan Belanja

Surat Perintah Pencairan Dana

Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja

Satuan Pemeriksaan Intern

Surat Perintah Membayar

Surat Permintaan Pembayaran

Tuntutan Ganti Rugi

Tambahan Uang Persediaan

Uang Persediaan

SINGKATAN DAN AKRONIM

Page 15: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 1

MEMAHAMIBLU

bagaimana BLU dikembangkan di Indonesia?

apa itu BLU?

bagaimana kategorisasi BLU bidang penyedia barang dan jasa lainnya?

apa maksud dan tujuan penyusunan manuai BLU ini?

bagaimana sistematika penyajian manual BLU ini? 1

Page 16: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

2 | MANUAL BLU

Mem

aham

i BLU

Instansi pemerintah dapat ditinjau dari sudut

mechanic view, sebagai bagian dari birokrasi,

atau organic view, sebagai organisasi yang

berkembang dinamis. Dari kacamata organic

view, instansi pemerintah dapat dipersepsikan

sebagai agen pemerintah untuk melayani

masyarakat (public service agency). Fungsi ini

bersifat dinamis dan dapat ditransformasikan

ke dalam bentuk autonomous agency, yaitu

semacam badan otonom yang tetap menjadi

bagian pemerintah dan melaksanakan

kaidah-kaidah bisnis yang sehat, namun tidak

mengutamakan mencari keuntungan.

Sejalan dengan terbitnya Undang-Undang

nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara, pemerintah memperkenalkan Pola

PK-BLU bagi satker yang menyediakan layanan

kepada masyarakat. Secara khusus ketentuan

mengenai PK BLU diatur pada Pasal 68 dan

69 undang-undang dimaksud, yang kemudian

diterjemahkan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 23 tahun 2005 tentang PK BLU. Hal

ini membuka koridor baru bagi penerapan

basis kinerja di lingkungan pemerintah. Dengan

Pasal 68 dan Pasal 69 dari undang-undang

tersebut, instansi pemerintah yang tugas

pokok dan fungsinya memberi pelayanan

kepada masyarakat dapat menerapkan pola

pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan

menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan

efektivitas. Instansi BLU ini diharapkan menjadi

contoh konkrit yang menonjol dari penerapan

manajemen keuangan berbasis pada hasil

kinerja.

Secara khusus, peluang menjadi satker

BLU terbuka bagi satker pemerintah yang

melaksanakan tugas operasional pelayanan

publik (seperti layanan kesehatan, pendidikan,

pengelolaan kawasan, pengelola dana, dan

lisensi), untuk membedakannya dari fungsi

pemerintah sebagai regulator dan penentu

kebijakan. Praktik ini telah berkembang luas

di manca negara berupa upaya pengagenan

(agencification) aktivitas yang tidak harus

dilakukan oleh lembaga birokrasi murni, tetapi

diselenggarakan oleh instansi yang dikelola

ala bisnis (business like) sehingga pemberian

layanan kepada masyarakat menjadi lebih

efisien dan efektif.

Bagaimana BLU

Dikembangkan di Indonesia?

Page 17: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 3

Mem

aham

i BLU

Perbandingan Penerapan BLU di Beberapa NegaraIdeologi dan doktrin new public management telah mengilhami banyak negara di dunia untuk

membentuk unit organisasi pemerintah yang bertindak sebagai agen dalam memberikan layanan

kepada masyarakat. Tren agencification yang dimulai awal tahun 1990-an di beberapa negara maju

memiliki beberapa karakteristik yang unik, antara lain:

• Entitas di dalam pemerintah/kekayaan negara yang tidak

terpisahkan.

• Pembiayaan dapat dilakukan sendiri tanpa persetujuan

parlemen.

• Pendapatan dari jasa layanan dan tidak memerlukan

pendanaan APBN.

• Diupayakan menyetorkan sebagian pendapatan kepada

negara.

• Tarif dalam full cost, meski tidak berupaya mengejar

keuntungan.

• Profit bukan merupakan objek pajak.

• Entitas tidak terpisah.

• Memiliki otonomi pengelolaan, namun dibatasi pada

pengeluaran pegawai dan investasi.

• Pendapatan berasal dari anggarannya sendiri.

• Pengawasan anggaran hanya merupakan evaluasi

anggaran, karena bergantung pada anggarannya sendiri.

• Bagian dari kementerian induknya.

• Otonomi pengelolaan, namun bekerja berdasarkan

kontrak kinerja dengan principal.

• Sebagian berasal dari kementerian induknya, sehingga

barang/jasa yang dihasilkan harus disetujui kementerian

keuangan dan dewan kementerian.

• Anggaran diterbitkan terpisah dari anggaran kementerian.

Trading fund

INGGRIS

Public Industrial and Commercial Establishment

PERANCIS

State agencies (agentschappen)

BELANDA

Page 18: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

4 | MANUAL BLU

Mem

aham

i BLU

Dengan Pola PK BLU, fleksibilitas diberikan

dalam rangka pelaksanaan anggaran,

termasuk pengelolaan pendapatan dan

belanja, pengelolaan kas, dan pengelolaan

aset. Kepada BLU juga diberikan kesempatan

untuk mempekerjakan tenaga profesional

non PNS serta kesempatan pemberian

imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan

kontribusinya. Sebagai penyeimbang, BLU

dikendalikan secara ketat dalam perencanaan

dan penganggarannya, serta dalam

pertanggungjawabannya. Satker BLU berperan

sebagai agen dari menteri/pimpinan lembaga

induknya dengan menandatangani kontrak

kinerja (a contractual performance agreement),

di mana menteri/pimpinan lembaga induk

bertanggung jawab atas kebijakan layanan

yang hendak dihasilkan, dan BLU bertanggung

jawab untuk menyajikan layanan yang diminta.

Apa itu BLU?

Badan Layanan Umum adalah instansi di

lingkungan Pemerintah yang dibentuk

untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat berupa penyediaan barang dan/

atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan

mencari keuntungan dan dalam melakukan

kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi

dan produktivitas.

Dalam pengelolaan keuangannya, BLU

diberikan fleksibilitas berupa keleluasaan

untuk menerapkan praktik-praktik bisnis

yang sehat untuk meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat, sebagai pengecualian

dari ketentuan pengelolaan keuangan negara

pada umumnya. Instansi pemerintah yang

menerapkan Pola PK BLU menyelenggarakan

kegiatan yang bersifat operasional.

Instansi dimaksud dapat berasal dari dan

berkedudukan pada berbagai jenjang eselon

(struktural) atau non eselon (non struktural).

Berdasarkan jenis layanan yang diberikan,

satker BLU dapat dikelompokkan menjadi 3

(tiga) golongan besar:

1. Penyedia layanan barang dan/atau jasa,

misalnya: pendidikan dan pelatihan,

kesehatan, penelitian dan pengembangan,

serta bidang penyiaran publik.

2. Pengelola wilayah/kawasan tertentu,

misalnya: otorita, kawasan pengembangan

ekonomi terpadu.

3. Pengelola dana khusus, misalnya:

pengelola dana bergulir, rekening dana

investasi, dan rekening pembangunan

daerah.

Page 19: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 5

Mem

aham

i BLU

BLU bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat dalam

rangka memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa dengan

diberikan fleksibilitas dalam pengelolaan

keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan

produktivitas serta penerapan praktik bisnis

yang sehat.

Satker BLU mempunyai karakteristik sebagai

berikut :

1. Berkedudukan sebagai lembaga

pemerintah (bukan kekayaan negara yang

dipisahkan).

2. Menyelenggarakan pelayanan umum yang

menghasilkan semi barang/jasa publik

(quasi public goods).

3. Tidak mengutamakan mencari keuntungan/

laba.

4. Dikelola secara otonom dengan prinsip

efisiensi dan produktivitas ala bisnis

(business like).

5. Rencana kerja/anggaran dan

pertanggungjawaban dikonsolidasikan

pada instansi induk.

6. Pendapatan BLU dapat digunakan

langsung.

7. Pegawai dapat terdiri atas PNS dan

profesional non-PNS.

Dalam pengelolaan keuangannya,

BLU diberikan fleksibilitas berupa

keleluasaan untuk menerapkan praktik-

praktik bisnis yang sehat untuk

meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat”

Page 20: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

6 | MANUAL BLU

Mem

aham

i BLU

Pola transformasi kelembagaan sektor publik pada tahun 1990an dan awal 2000 terjadi dalam

berbagai cara, antara lain: (1) rightsizing (cut the government), yaitu reorganisasi untuk mengurangi

birokrasi demi meningkatkan efisiensi; (2) corporatization (managing for results), yaitu membuat

autonomous agency di instansi pemerintah yang bekerja ala korporasi; atau (3) privatization, yaitu

menjadikan sektor publik terbuka untuk dimiliki masyarakat/swasta. Dalam kasus Pola PK BLU, pola

transformasi mengikuti pola corporatization.

Sebagai agen yang otonom, satker BLU memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan

instansi lainnya. Berikut ini merupakan perbandingan kelembagaan sektor publik di Indonesia.

Kelembagaan Sektor Publik

di Indonesia

Kriteria

Status hukum

Tujuan

Manajemen

Pengelolaan

keuangan

Sumber dana

SDM

Satker

Bagian K/L

Non profit

Kepemerintahan

Asas universalitas

RM APBN

PNS

BLU

Bagian K/L

Not for profit

Otonom ala korporasi

Nomenklatur

kepemerintahan

Dikecualikan asas

universalitas

RM APBN

PNBP BLU

PNS

Non PNS

BUMN

Badan Hukum/ kekayaan

negara dipisahkan

Profit

Korporasi,

Perum, Persero

Bisnis

RM APBN (PMN)

Pendapatan usaha

Pegawai persero

(Diolah dari berbagai sumber)

Page 21: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 7

Mem

aham

i BLU

Fleksibilitas diberikan dalam rangka

pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolaan

pendapatan dan belanja, pengelolaan kas,

dan kesempatan untuk mempekerjakan

tenaga profesional non-PNS serta kesempatan

pemberian imbalan jasa kepada pegawai

sesuai dengan kontribusinya. Fleksibilitas

tersebut disesuaikan dengan kebutuhan

masing-masing satker BLU, karena tidak

semua satker BLU membutuhkan suatu

fleksibilitas tertentu.

Bagaimana Kategorisasi BLU

Penyedia Barang dan Jasa Lainnya

Badan Layanan Umum bidang

penyedia barang dan jasa lainnya

menyelenggarakan layanan barang dan/atau

jasa selain pendidikan dan kesehatan.

Pada saat ini satker BLU bidang penyedia

barang dan jasa lainnya yang ada antara lain

terdiri atas layanan pemasaran, penelitian, riset,

inseminasi buatan, dan pembiayaan teknologi

dan informatika yang berjumlah 12 satker yang

berasal dari tujuh K/L.

BLU bidang penyedia barang dan jasa lainnya yang

ada antara lain terdiri atas layanan pemasaran, penelitian,

riset, inseminasi buatan, dan pembiayaan teknologi dan

informatika yang berjumlah 12 satker yang berasal

dari tujuh K/L.

“ “

Page 22: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

8 | MANUAL BLU

Mem

aham

i BLU

Jumlah satker BLU bidang penyedia barang dan jasa lainnya sampai dengan Juni 2013 adalah 12

satker BLU atau 8% dari total 141 satker BLU.

Pendapatan yang dihasilkan BLU bidang penyedia barang dan jasa lainnya dimaksud pada tahun

2012 sebesar 9% dari total pendapatan layanan keseluruhan BLU.

Data dan Fakta

BLU di Bidang Penyedia Barang dan Jasa Lainnya

Adapun perkembangan satker BLU bidang penyedia barang dan jasa lainnya (12 satker) dari tahun

2006 – 2012, sebagai berikut:

Keterangan:

Implementasi BLU penyedia barang/jasa lainnya dimulai tahun 2006

50%Pendidikan

9%Barang/Jasa Lainnya

4%PengelolaKawasan

10%PengelolaDana

27%Kesehatan

Page 23: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 9

Mem

aham

i BLU

Manual ini ditujukan bagi satker BLU bidang

penyedia barang dan jasa lainnya di

lingkungan Pemerintah Pusat. Penyusunan

manual dimaksudkan untuk memberikan

petunjuk bagi pelaksanaan PK BLU pada satker

BLU bidang penyedia barang dan jasa lainnya.

Secara khusus, tujuan dari manual ini antara

lain:

1. Memberikan pedoman sekaligus informasi

bagi satker BLU bidang penyedia barang

dan jasa lainnya terkait dengan kewajiban

dan fleksibilitas dalam rangka menerapkan

PK BLU, untuk meningkatkan pelayanan

Sistematika penyajian manual ini sebagai

berikut:

1. Memahami BLU. Memuat latar belakang,

definisi dan karakteristik, kategorisasi BLU

bidang penyedia barang dan jasa lainnya,

maksud dan tujuan penyusunan manual,

serta sistematika penyajian.

2. Membentuk Satker BLU. Memuat proses

persiapan, pemenuhan persyaratan

Apa Maksud dan Tujuan Penyusunan Manual BLU ini?

Bagaimana Sistematika Penyajian Manual BLU ini?

kepada masyarakat.

2. Memberikan pedoman bagi pembina

keuangan untuk melaksanakan pembinaan

PK BLU.

3. Memberikan pedoman sekaligus informasi

bagi K/L sebagai pembina teknis bagi

satker BLU yang berada di bawah

kewenangannya.

4. Memberikan pedoman dan informasi

bagi Dewan Pengawas dalam rangka

pengawasan pengelolaan BLU terhadap

Satker BLU.

5. Memberikan informasi kepada pemangku

kepentingan lainnya.

substantif, teknis, administratif, penilaian,

dan penetapan satker BLU.

3. Menata Kelembagaan BLU. Memuat

kelengkapan kelembagaan infrastruktur

satker BLU yang meliputi struktur

organisasi, pejabat pengelola, pejabat

perbendaharaan, dan kepegawaian BLU.

4. Mengelola Keuangan BLU. Memuat

mekanisme pengelolaan keuangan BLU

Page 24: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

10 | MANUAL BLU

Mem

aham

i BLU

dari tahapan perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan anggaran, dan pengelolaan

risiko pada satker BLU.

5. Akuntabilitas BLU. Memuat

pertanggungjawaban anggaran dan

pengelolaan kinerja pada satker BLU.

Sistematika penyajian diurutkan berdasarkan

tahapan dan alur proses untuk menjadi satker

BLU, melengkapi infrastruktur, menjalankannya,

dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BLU.

Page 25: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 11

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

MEMBENTUKSATKER BLU

apa persayaratan substanstif menjadi satker BLU?

apa persyaratan teknis menjadi satker BLU?

apa persyaratan administratif menjadi satker BLU?

bagaimana proses pengusulan satker BLU?

bagaimana proses penilaian & penetapan satker BLU?

kapan status satker BLU berakhir?

2

Page 26: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

12 | MANUAL BLU

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

Apa Persyaratan Substantif

Menjadi Satker BLU?

I Instansi pemerintah dapat menerapkan Pola

PK-BLU apabila memenuhi persyaratan

substantif, teknis, dan administratif. Usulan

instansi pemerintah agar dapat menerapkan

Pola PK BLU diajukan oleh menteri/pimpinan

lembaga kepada Menteri Keuangan.

Menteri Keuangan memberikan penetapan

atau penolakan terhadap usulan penerapan

Pola PK BLU harus dilakukan paling lambat tiga

bulan sejak diterima usulan secara lengkap dari

menteri/pimpinan lembaga.

Menteri Keuangan juga dapat mencabut status

satker BLU pada satker BLU yang tidak lagi

memenuhi persyaratan substantif, teknis,

dan administratif. Pencabutan status satker

BLU dilakukan oleh Menteri Keuangan sesuai

dengan kewenangannya atau berdasarkan

usulan dari menteri/pimpinan lembaga.

Dalam rangka menilai usulan penetapan

maupun pencabutan status BLU, Menteri

Keuangan dapat menunjuk suatu tim untuk

melakukan penilaian usulan dimaksud.

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh calon

satker BLU sebelum melakukan penilaian

pemenuhan persyaratan substantif:

1. Merupakan satker pemerintah yang

dibentuk berdasarkan peraturan menteri/

pimpinan lembaga atau peraturan lainnya

yang lebih tinggi, dan disetujui oleh Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi baik bersifat struktural

(memiliki eselonering tertentu) maupun

non-struktural (tidak memiliki eselonering

tertentu).

2. Mempunyai pengelolaan keuangan yang

mandiri dan dicirikan dengan:

a. Memiliki kode satker dari Kementerian

Keuangan,

b. Memiliki alokasi anggaran tersendiri

dalam dokumen pelaksanaan anggaran

yang terpisah dari instansi vertikalnya,

dan

c. Membuat laporan keuangan sebagai

pertanggungjawaban anggaran.

3. Mempunyai pendapatan fungsional yang

signifikan dari hasil layanan yang diberikan

kepada masyarakat berupa PNBP.

4. Merupakan satker yang telah berdiri

sekurang-kurangnya dalam dua tahun

anggaran atau satker baru yang

diamanatkan Peraturan Pemerintah atau

peraturan lainnya yang lebih tinggi.

Page 27: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 13

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

Kasus 3

Berdasarkan Undang Undang APBN tahun

anggaran berjalan, DPR mengamanatkan

pembentukan satker BLU. Potensi

pendapatan yang akan diperoleh di masa

depan cukup signifikan untuk menjamin

kontinuitas layanan.

Beberapa Kasus

Persiapan Menjadi BLU

Analisis

Seyogyanya fokus pada memperjelas

bentuk kelembagaan satkernya terlebih

dahulu, sebelum dikembangkan menjadi

satker BLU.

Kasus 1

Sebuah balai diklat di bawah K/L akan

dikembangkan menjadi satker BLU. Diklat

tersebut sudah berjalan selama lebih dari

2 tahun anggaran. Seluruh pembiayaan

balai diklat diperoleh dari alokasi rupiah

murni APBN dan menginduk pada satker

Sekretariat Jenderal K/L. Ke depan, balai

diklat dimaksud akan diarahkan untuk

melayani masyarakat luas dan memperoleh

pendapatan yang signifikan.

Analisis

Seyogyanya tidak dikembangkan

menjadi satker BLU, mengingat balai

diklat dimaksud bukan merupakan

satker mandiri dan tidak mempunyai

pendapatan yang signifikan.

Kasus 2

Sebuah satker PNBP yang telah berdiri

selama 5 tahun mempunyai pendapatan

yang cukup signifikan, namun sebagian

besar pendapatannya dikelola di luar

mekanisme anggaran yang berlaku

(off-budget). Untuk menghindari temuan

pemeriksaan satker ingin berubah bentuk

menjadi satker BLU, sehingga menjadi

lebih akuntabel.

Analisis

Seyogyanya memperbaiki tata kelola

satker PNBP terlebih dahulu dengan

mengelola seluruh pendapatan sesuai

peraturan yang berlaku (on budget),

sebelum diusulkan menjadi satker BLU.

(Diolah dari berbagai sumber)

Page 28: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

14 | MANUAL BLU

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

Persyaratan substantif bagi BLU penyedia

barang dan jasa lainnya terpenuhi apabila

instansi pemerintah bersangkutan:

1. Menyelenggarakan penyediaan barang

dan/atau jasa lainnya, contohnya adalah

instansi pelayanan jasa penelitian,

pemasaran KUKM, serta pengujian.

2. Menyelenggarakan layanan yang sebagian

besar dinikmati oleh masyarakat umum,

dan bukan layanan kepada satker

pemerintah lainnya (internal service).

3. Menerima pendapatan berupa PNBP dari

sebagian/seluruh layanan umum yang

diberikan.

4. Bukan merupakan pelayanan yang

bersifat administratif dan mandatory yang

hanya dapat dilaksanakan oleh instansi

pemerintah. Contoh instansi pemerintah

penyelenggara layanan penerbitan SIM,

STNK, paspor, KTP, surat nikah, akta

kelahiran, sertifikat tanah dan pemberian

hak atas tanah, izin pendirian perusahaan,

izin usaha, dan bentuk-bentuk perijinan

lainnya, layanan di bidang pertahanan dan

keamanan, layanan di bidang kejaksaan,

serta layanan di bidang peradilan tidak

dapat dikembangkan menjadi satker BLU

Apa Persyaratan Teknis Menjadi Satker BLU?

Penilaian persyaratan teknis calon

satker BLU terpenuhi apabila satker

bersangkutan:

1. Mempunyai kinerja layanan di bidang tugas

pokok dan fungsinya yang layak dikelola

dan ditingkatkan pencapaiannya melalui

BLU sebagaimana direkomendasikan oleh

menteri/pimpinan lembaga. Hal ini dicirikan

dari pengaruh (impact) layanan terhadap

masyarakat yang cukup besar atau

layanannya mempengaruhi pencapaian

sasaran program K/L.

2. Mempunyai kinerja keuangan yang sehat

dan memenuhi batasan threshold tertentu

Page 29: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 15

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

Agar dapat menghasilkan dokumen

persyaratan administratif yang

memuaskan, satker harus memenuhi unsur-

unsur:

1. Menyusun Pernyataan Kesanggupan untuk

meningkatkan kinerja layanan, keuangan,

dan manfaat bagi masyarakat. Pernyataan

kesanggupan tersebut disusun sesuai

dengan format yang ditetapkan Menteri

Keuangan, bermaterai, ditandatangani oleh

pimpinan satker yang mengajukan usulan

untuk menerapkan PK BLU, dan disetujui

oleh menteri/pimpinan lembaga terkait.

2. Menyusun dokumen Pola Tata Kelola yang

menjelaskan hal-hal berikut ini:

a. Organisasi dan tata laksana yang

memuat mengenai struktur organisasi

yang menggambarkan posisi satker

dalam kerangka organisasi K/L, serta

hubungan, wewenang, dan tanggung

jawab di antara unit kerja atau jabatan

di dalamnya. Uraian di dalamnya harus

mencerminkan pengelompokkan fungsi

yang logis. Isi dari subbab ini harus

dapat menjelaskan antara lain:

1) Dasar hukum atau ketentuan

perundang-undangan

yang menjadi acuan dalam

pembentukan satker.

2) Bagan struktur organisasi sebelum

dan sesudah menjadi satker BLU

secara memadai.

3) Justifikasi bahwa penambahan

dan/atau penghapusan unit kerja

telah mempertimbangkan prinsip

efisiensi dan efektivitas pelayanan.

4) Uraian tupoksi organisasi secara

rinci pada berbagai jenjang

jabatan.

5) Uraian tugas jabatan yang meliputi

nama jabatan, persyaratan jabatan,

standar kompetensi, ikhtisar

jabatan, tujuan jabatan, uraian

tugas dan kegiatan, hasil kerja,

wewenang, tanggung jawab,

dan hubungan kerja yang tidak

duplikatif.

6) Pembagian tugas, wewenang,

dan tanggung jawab di antara

pemimpin BLU, pejabat teknis,

dan pejabat keuangan secara logis

dan telah mengikuti aturan yang

berlaku.

7) Pembentukan SPI dan Dewas

sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

b. Prosedur kerja yang menggambarkan

alur proses dan prosedur penyelesaian

tugas sesuai wewenang dan tanggung

jawab masing-masing jabatan. Satker

harus mempunyai prosedur kerja untuk

semua kegiatannya, terutama untuk

kegiatan utama (core business). Isi dari

Apa Persyaratan Administratif Menjadi Satker BLU?

Page 30: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

16 | MANUAL BLU

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

subbab ini harus dapat menjelaskan

antara lain:

1) Cakupan prosedur kerja sesuai

dengan tupoksi.

2) Uraian prosedur kerja meliputi

definisi, tujuan pembentukan

prosedur kerja, ruang lingkup,

pejabat yang bertanggung jawab,

batas waktu penyelesaian, dan

penjelasan lainnya.

3) Prosedur kerja yang digambarkan

dalam bagan alur.

4) Prosedur kerja layanan yang

mengedepankan prinsip efisiensi.

c. Ketersediaan dan pengembangan

SDM yang memadai untuk

menjalankan kegiatan dalam rangka

mencapai tujuannya. Ketersediaan

SDM mencakup kuantitas SDM,

standar kompetensi, pola rekrutmen,

dan rencana pengembangan SDM.

Isi dari subbab ini harus dapat

menjelaskan antara lain:

1) Uraian profil SDM secara jelas,

sekurang-kurangnya memuat

statistik pegawai berdasarkan

pendidikan atau kompetensi yang

dimiliki, jabatan, dan usia.

2) Analisis terhadap ketersediaan dan

kondisi ideal (gap analysis) pegawai

sesuai dengan kebutuhan/

perkembangan organisasi ke

depan.

3) Kebijakan pengembangan pegawai

terkait pola rekrutmen, promosi,

demosi, pemberhentian, dan

mutasi.

4) Upaya peningkatan kompetensi

pegawai di masing-masing

unit, antara lain pendidikan dan

pelatihan, tugas belajar, dan in-

house training.

d. Akuntabilitas satker yang memadai,

meliputi penjelasan mengenai

mekanisme pengukuran kinerja yang

telah dan akan dilakukan dengan

pendekatan keluaran (output-based

approach). Mekanisme pengukuran

kinerja yang menggunakan pendekatan

masukan dapat dipergunakan

sepanjang masih dipergunakan

sebagai dasar pengukuran kinerja

sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Isi dari subbab ini harus dapat

menjelaskan antara lain:

1) Kebijakan pengukuran kinerja

program, kegiatan, dan keuangan

yang efektif.

2) Mekanisme pengukuran dan

penilaian kinerja program, kegiatan,

dan keuangan.

3) Media pertanggungjawaban kinerja

program, kegiatan, dan keuangan

yang tersedia untuk pihak internal

dan eksternal.

4) Laporan akuntabilitas program,

kegiatan, dan keuangan dilakukan

secara periodik.

e. Transparansi layanan yang diberikan,

meliputi komitmen satker untuk

Persyaratan Administratif Menjadi Satker BLU

Page 31: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 17

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

menginformasikan layanan dan

kinerjanya kepada masyarakat luas

melalui pengelolaan media publikasi

yang memadai. Isi dari subbab ini

harus dapat menjelaskan antara lain:

1) Media publikasi yang permanen

yang digunakan, seperti website,

surat kabar, dan media lainnya.

2) Pemutakhiran informasi secara

berkala yang dilakukan.

3) Umpan balik yang menyatakan

publikasi sudah cukup informatif.

4) Mekanisme penanganan saran/

masukan dan pengaduan/keluhan

masyarakat.

5) Adanya kebijakan terkait

keterbukaan informasi kepada

publik.

3. Menyusun Renstra Bisnis BLU yang

menunjukkan adanya peningkatan kinerja

layanan dan keuangan sesudah satker

tersebut menjadi satker BLU ke depan.

Renstra ini harus menggambarkan:

a. Kinerja yang telah dicapai sampai

dengan tahun berjalan, yang

menyiratkan adanya tata kelola yang

baik dalam penyelenggaran tupoksi.

Isi dari subbab ini harus dapat

menjelaskan antara lain:

1) Kinerja tahun berjalan dalam

berbagai aspek secara memadai,

yaitu dari aspek layanan,

keuangan, SDM, serta sarana dan

prasarana.

2) Kinerja tahun berjalan yang

menunjukkan tren peningkatan

dibandingkan dengan kondisi

tahun-tahun sebelumnya.

3) Laporan kondisi kinerja tahun

terakhir yang diperinci sesuai

dengan kegiatan, indikator kinerja

kegiatan, rencana belanja, realisasi

belanja, target keluaran, dan

realisasi keluaran.

4) Pengukuran kinerja yang telah

mengikuti metode yang lazim

atau sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, misalnya Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) atau BSC.

5) Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi capaian kinerja

secara memadai.

b. Strategi bisnis dalam 5 tahun ke

depan yang menggambarkan capaian

rasional yang dapat diraih oleh satker

apabila berubah menjadi satker BLU

berdasarkan analisis kemampuan

yang dimiliki saat ini. Secara terperinci

strategi bisnis ini harus menjelaskan:

1) Analisis situasi/lingkungan

yang realistis dan memadai

menggunakan metode yang

berlaku umum, misal: Strengths,

Weaknesses, Opportunities and

Threats (SWOT)/Boston Consulting

Group (BCG) analysis.

2) Strategi besar (grand strategy)

pengembangan layanan BLU

Persyaratan Administratif Menjadi Satker BLU

Page 32: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

18 | MANUAL BLU

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

secara memadai berdasarkan

hasil identifikasi analisis situasi/

lingkungan.

3) Visi dan misi sesuai dengan visi

dan misi K/L dan dijelaskan cukup

memadai. Visi organisasi ke depan

harus menantang organisasi untuk

mewujudkan cita dan citra yang

dikehendaki. Sedangkan misi

menggambarkan sesuatu yang

harus diemban atau dilaksanakan

sesuai visi yang ditetapkan, agar

tujuan organisasi dapat terlaksana

dan berhasil dengan baik. Visi dan

misi yang dibuat dapat berbeda

dengan visi dan misi saat ini.

4) Tujuan, sasaran, dan indikator

sasaran secara memadai.

5) Kebijakan yang menggambarkan

pilihan strategi yang cocok dan

dapat dilaksanakan secara efisien

dan efektif.

6) Indikator kinerja program dan

kegiatan lima tahunan yang jelas

dan sesuai dengan kebijakan

berupa indikator layanan,

keuangan, SDM, serta sarana dan

prasarana.

7) Matriks keterkaitan antara visi,

misi, tujuan, sasaran, kebijakan,

program dan kegiatan (termasuk

kegiatan rutin).

c. Proyeksi layanan dan keuangan

dari satker BLU ke depan

yang menggambarkan potensi

perkembangan yang signifikan apabila

berubah menjadi satker BLU, sehingga

dapat berkontribusi dalam penyediaan

layanan publik. Proyeksi ini berisikan:

1) Asumsi ekonomi yang dapat

diperbandingkan berdasarkan

kemampuan riil atau sumber daya

yang dimiliki.

2) Anggaran indikatif yang disusun

secara realistis dan memadai.

3) Analisis proyeksi keuangan yang

sesuai dengan bidang layanan

menggunakan metode yang tepat.

4) Analisis proyeksi peningkatan

volume dan/atau kualitas layanan

yang logis dan signifikan.

5) Analisis proyeksi peningkatan

PNBP yang realistis dan signifikan

yang disertai indikasi tarif yang

akan diberlakukan.

6) Analisis peningkatan proporsi

belanja dari PNBP yang

disebabkan adanya perluasan

layanan.

4. Menyusun laporan keuangan pokok sesuai

dengan ketentuan yang berlaku bagi satker

pemerintah. Kriteria utama yang harus

dipenuhi adalah penyajian yang lengkap

dan sesuai dengan SAP yang berlaku.

Untuk satker instansi pemerintah yang

baru atau satker lainnya yang berasal dari

non-instansi pemerintah dapat menyusun

laporan keuangan sesuai ketentuan SAK

yang berlaku. Materi laporan keuangan

Persyaratan Administratif Menjadi Satker BLU

Page 33: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 19

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

pokok ini harus memenuhi unsur-unsur:

a. Disajikan dengan lengkap mengikuti

ketentuan mengenai penyusunan

laporan keuangan K/L/satker.

Komponen dari laporan keuangan

sesuai SAP memuat:

1) Laporan Realisasi Anggaran, yaitu

laporan yang menyajikan ikhtisar

sumber, alokasi, dan pemakaian

sumber daya ekonomi yang

dikelola, serta menggambarkan

perbandingan antara anggaran dan

realisasinya dalam suatu periode

pelaporan yang terdiri dari unsur

pendapatan dan belanja.

2) Neraca, yaitu laporan yang

menggambarkan posisi keuangan

mengenai aset, kewajiban, dan

ekuitas pada tanggal tertentu.

3) Catatan atas Laporan Keuangan

(CaLK), yaitu laporan yang berisi

penjelasan naratif atau rincian dari

angka yang tertera dalam Laporan

Realisasi Anggaran, dan Neraca,

disertai laporan mengenai kinerja

keuangan.

b. Terdapat analisis laporan keuangan

yaitu berupa analisis tren, analisis

persentase per komponen, analisis

rasio, dan analisis sumber penggunaan

dana. Penggunaan metode analisis

dapat disesuaikan dengan bidang

layanan satker yang bersangkutan.

Metode analisis tersebut digunakan

untuk menguraikan lebih lanjut

tentang informasi keuangan satker,

sehingga pengguna laporan keuangan

mempunyai informasi tambahan

mengenai tren posisi keuangan, tren

pendapatan dan biaya, tren arus kas,

potensi kemampuan pelayanan publik

dan pemenuhan kewajiban dengan

sumber daya yang ada di masa

yang akan datang, serta kontribusi

satker BLU terhadap kesejahteraan

masyarakat di masa sekarang dan di

masa depan.

5. Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang

menggambarkan ukuran pelayanan yang

harus dipenuhi oleh instansi pemerintah

yang akan menerapkan PK BLU dengan

mempertimbangkan kualitas layanan,

pemerataan, dan kesetaraan layanan serta

kemudahan memperoleh layanan. SPM

tersebut harus ditetapkan oleh menteri/

pimpinan lembaga yang sekurang-

kurangnya mengandung unsur:

a. Persetujuan berupa tanda tangan dari

pimpinan satker yang bersangkutan

dan menteri/pimpinan lembaga.

b. Jenis kegiatan atau layanan yang

diberikan satker, yaitu uraian mengenai

seluruh layanan yang diberikan oleh

satker baik yang bersifat internal

satker maupun layanan yang diberikan

kepada masyarakat. Jenis kegiatan ini

merupakan tupoksi dari satker yang

bersangkutan. Isi dari subbab ini harus

menjelaskan antara lain:

Persyaratan Administratif Menjadi Satker BLU

Page 34: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

20 | MANUAL BLU

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

1) Layanan secara komprehensif

yang mencakup uraian mengenai

jenis layanan, standar layanan,

standar SDM, standar sarana dan

prasarana, serta standar lainnya.

2) Kualitas, pemerataan, dan

kesetaraan layanan, serta

kemudahan untuk mendapatkan

layanan.

3) Kebutuhan para pemangku

kepentingan (internal dan

eksternal).

4) Pengalaman empiris untuk

menjalankan Standar Pelayanan

Minimal.

5) Kesesuaian dengan tupoksi satker.

c. Rencana Pencapaian SPM, yaitu uraian

mengenai target tahunan pencapaian

SPM dengan mengacu pada batas

waktu pencapaian SPM sesuai dengan

peraturan yang ada dan merincinya ke

dalam uraian rencana pencapaian SPM

untuk masing-masing unit layanan

secara memadai. Isi dari subbab ini

harus menjelaskan antara lain:

1) Rencana pencapaian SPM yang

telah mencantumkan target waktu.

2) Acuan pada standar pelayanan

tertinggi yang telah dicapai dalam

bidang terkait.

d. Indikator pelayanan yang memuat

jenis pelayanan dasar, indikator SPM,

dan batas waktu pencapaian SPM.

Indikator pelayanan ini harus konsisten

dengan Renstra Bisnis, dokumen

pelaksanaan anggaran, maupun

pedoman pengukuran dan penilaian

kinerja yang berlaku. Isi dari subbab ini

harus memuat antara lain:

1) Persetujuan berupa tanda

tangan dari pimpinan satker

yang bersangkutan dan menteri/

pimpinan lembaga

2) Indikator pelayanan yang realistis

sesuai sumber daya.

3) Rincian jenis layanan, indikator, dan

batas waktu penyelesaian layanan.

4) Kesesuaian dengan prinsip-prinsip

fokus pada jenis layanan, dapat

diukur, dapat dicapai, relevan, dan

dapat diandalkan, dan tepat waktu

(SMART criteria).

6. Menyampaikan laporan keuangan hasil

audit tahun terakhir sebelum satker

diusulkan untuk menerapkan PPK-BLU

dari pemeriksa eksternal. Dalam hal

satker belum pernah diaudit, satker harus

membuat pernyataan bersedia untuk

diaudit secara independen yang disusun

dengan mengacu pada format yang telah

ditetapkan oleh Menteri Keuangan, serta

ditandatangani oleh pemimpin satker dan

disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga

terkait.

Persyaratan Administratif Menjadi Satker BLU

Page 35: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 21

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

Pemimpin satker secara berjenjang

menyampaikan usulan dengan dilampiri

dokumen persyaratan administratif di atas

kepada menteri/pimpinan lembaga untuk

kemudian dilakukan pengkajian/penilaian

Bagaimana Proses Pengusulan Satker BLU?

oleh K/L bersangkutan. Berdasarkan hasil

pengkajian/penilaian tersebut K/L selanjutnya

mengajukan usulan penetapan menjadi satker

BLU bagi calon satker BLU yang dianggap

layak kepada Menteri Keuangan.

pertimbangan penetapan satker bersangkutan

menjadi satker BLU. Menteri Keuangan

menetapkan keputusan penetapan satker

tersebut menjadi satker BLU berdasarkan

rekomendasi dari Tim Penilai. Hasil keputusan

Menteri Keuangan disampaikan kepada:

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

2. Menteri/pimpinan lembaga beserta

Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal,

dan Unit Eselon I yang membawahi satker

yang bersangkutan.

3. Unit Eselon I lain lingkup Kementerian

Keuangan terkait.

4. Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan KPPN

setempat.

5. Satker BLU yang ditetapkan.

Bagaimana Proses Penilaian dan Penetapan Satker BLU?

Penilaian persyaratan administratif calon

satker BLU dan penetapan menjadi satker

BLU dilakukan oleh Menteri Keuangan. Menteri

Keuangan memberi keputusan penetapan atau

penolakan terhadap usulan penetapan BLU

paling lambat 3 bulan sejak diterimanya usulan

dari menteri/pimpinan lembaga.

Proses penilaian dilakukan dalam 2 tahap, yaitu

penilaian kelengkapan dan akurasi penyajian

oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q.

Direktorat Pembinaan PK BLU, dan penilaian

material oleh Tim Penilai yang dibentuk Menteri

Keuangan.

Hasil penilaian Tim Penilai dituangkan dalam

Berita Acara Penilaian dan disampaikan

kepada Menteri Keuangan sebagai bahan

Page 36: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

22 | MANUAL BLU

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

Sementara itu, status satker BLU akan

berakhir apabila:

1. Dicabut oleh Menteri Keuangan sesuai

dengan kewenangannya,

2. Dicabut oleh Menteri Keuangan

berdasarkan usul dari menteri/pimpinan

lembaga sesuai dengan kewenangannya,

atau

3. Berubah statusnya menjadi badan hukum

dengan kekayaan negara yang dipisahkan.

Kapan Status Satker BLU Berakhir?

Pencabutan status satker BLU oleh Menteri

Keuangan dilakukan apabila satker BLU sudah

tidak lagi memenuhi persyaratan substantif,

teknis, dan/atau administratif, antara lain

diakibatkan perubahan orientasi layanan

sehingga tidak menghasilkan PNBP, tidak

terpenuhinya target kinerja, dan hal-hal lainnya

yang mengganggu kontinuitas penerapan Pola

PK BLU. Perubahan menjadi badan hukum

dengan kekayaan negara yang dipisahkan

antara lain apabila satker Perguruan Tinggi

Negeri BLU berubah status menjadi Perguruan

Tinggi Negeri Badan Hukum.

Page 37: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 23

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

MENATA KELEMBAGAAN

BLUbagaimana menata organisasi BLU bidang penyedia barang dan jasa lainnya?

siapa unsur pengelola BLU?

bagaimana menata kepegawaian BLU?

siapa unsur pejabat perbendaharaan BLU?

3

Page 38: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

24 | MANUAL BLU

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Struktur organisasi bidang penyedia barang

dan jasa lainnya harus menggambarkan

posisi jabatan yang ada pada organisasi

dan hubungan wewenang/tanggung jawab

antarjabatan dalam pelaksanaan tugasnya.

Melalui struktur organisasi, budaya dan

prinsip-prinsip organisasi diterapkan dalam

menjalankan roda kehidupannya.

Desain organisasi harus memperhatikan

keserasian antara besaran organisasi dengan

beban tugas, kemampuan, dan sumber

daya yang dimiliki. Dalam rangka menjamin

kejelasan mekanisme kerja dan akuntabilitas

organisasi, maka desain organisasi satker BLU

harus menggambarkan secara jelas bagan

organisasi meliputi kedudukan, susunan

jabatan, dan hubungan kerja antarunit. Tugas

dan wewenang tiap jabatan harus diuraikan

secara jelas, berikut persyaratan menduduki

jabatannya.

Satker BLU harus mempunyai struktur

organisasi dengan kriteria sebagai berikut:

1. Menggambarkan pengendalian internal

yang memadai, dapat dilihat antara lain

dari:

a. Pemisahan tugas yang memadai;

Harus ada pemisahan fungsi antara

fungsi pemimpin, sebagai penanggung

jawab atas seluruh kegiatan dalam

Bagaimana Menata Organisasi BLU Bidang Penyedia Barang dan Jasa Lainnya?

Page 39: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 25

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

suatu organisasi, fungsi keuangan,

fungsi operasional/pelaksanaan, dan

fungsi pengawasan.

b. Adanya badan/unit yang berfungsi

sebagai internal audit;

Fungsi tersebut dapat dilaksanakan

oleh SPI ataupun Inspektorat Jenderal

pada K/L. Bentuk unit tersebut

disesuaikan dengan kebutuhan satker

yang bersangkutan.

2. Menunjukkan kejelasan garis komando

atau koordinasinya, yaitu agar dalam

struktur organisasi tersebut terlihat

garis komando, sehingga jelas pola

pertanggungjawabannya.

3. Menggambarkan pengelompokan

fungsi yang logis;

Bidang-bidang yang ada dalam suatu

organisasi harus dikelompokkan sesuai

dengan fungsinya. Pengelompokan fungsi-

fungsi dalam struktur organisasi harus

dilakukan secara logis dan sesuai dengan

prinsip pengendalian intern.

Untuk mencapai kriteria struktur organisasi

BLU, satker BLU perlu memperhatikan prinsip-

prinsip dalam menyusun struktur organisasi

sesuai dengan kaidah organisasi modern, yaitu:

1. Adanya persamaan visi di semua

level organisasi, namun manajemen

puncaklah yang bertanggung jawab untuk

memastikan bahwa visi tersebut ada dan

dipelihara.

2. Peran pemimpin adalah membangun visi

bersama, memberdayakan karyawan,

menginspirasikan komitmen, dan

mendorong pengambilan keputusan

secara efektif melalui pemberdayaan dan

kepemimpinan yang kharismatik.

3. Perumusan dan implementasi ide terjadi di

semua level organisasi.

4. Pegawai memahami tugas masing-masing,

termasuk kaitan pekerjaan masing-masing

pegawai dengan pegawai lainnya.

5. Organisasi menjalankan proses, bukan

tugas. Masing-masing proses mempunyai

‘pemilik’ dan tujuan kinerja khusus.

6. Pengguna jasa layanan sebagai faktor

pengendali kinerja. Kepuasan masyarakat

sebagai penggerak utama dan ukuran

kinerja, bukan keuntungan semata.

7. Semua pegawai mendapat informasi penuh

dan mendapat kesempatan pelatihan.

8. Membangun budaya keterbukaan,

kerjasama dan kolaborasi, budaya yang

fokus pada peningkatan kinerja yang terus-

menerus, tanggung jawab pegawai, dan

lain-lain.

Page 40: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

26 | MANUAL BLU

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

KriteriaStrukturOrganisasiBLUSTRUKTUR

ORGANISASI BLU

KR ITERIA

Menggambarkan pengendalian internal

yang memadai

Menunjukkan kejelasan garis komando

atau koordinasinya

Menggambarkan pengelompokan fungsi

yang logis

Kriteria Struktur Organisasi BLU

Gambar 3.1

Prinsip penyusunan organisasi satker BLU

adalah:

1. Mempunyai visi, misi, dan tujuan yang

spesifik di bidang peningkatan mutu

pelayanan masyarakat.

2. Pembagian jumlah unit organisasi harus

memperhatikan sifat pekerjaan dalam

organisasi dalam arti untuk mendukung

terwujudnya institutional coherence, maka

tugas-tugas yang bersesuaian tidak perlu

dipecah-pecah ke dalam beberapa unit.

3. Adanya kepastian bahwa tugas-tugas

dalam organisasi akan terus berlangsung

dalam jangka waktu yang lama (tidak

bersifat ad hoc).

4. Semua tugas organisasi harus dibagi habis

ke dalam unit-unit organisasi di bawahnya,

sehingga tidak ada tugas yang tidak

ditangani oleh suatu unit organisasi dan

tidak ada tugas yang ditangani oleh lebih

dari satu unit organisasi.

5. Setiap unit organisasi harus mempunyai

hubungan yang jelas antara satu dengan

yang lain sehingga terdapat kesatuan arah

dan tindakan dalam mencapai visi dan misi

organisasi.

6. Setiap unit organisasi harus mempunyai

kewenangan yang jelas sehingga

mekanisme pengambilan keputusan

pada masing-masing unit organisasi

dapat menunjukkan keseimbangan antara

kewenangan dan tanggung jawab.

7. Desain organisasi harus memperhatikan

keserasian antara besaran organisasi

dengan beban tugas, kemampuan, dan

Menata Organisasi BLU

Page 41: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 27

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

PIMP. BLU

SPI

DEWAS

PJBT BID TEKNIS 1

PJBT BID TEKNIS 2

PJBT BID TEKNIS 3

PJBT BID ADM & KEU

PJBT SUBBID TEKNIS

1A

PJBT SUBBID TEKNIS

1B

PJBT SUBBID TEKNIS

1C

PJBT SUBBID TEKNIS

2A

PJBT SUBBID TEKNIS

2B

PJBT SUBBID TEKNIS

2C

PJBT SUBBID TEKNIS

3A

PJBT SUBBID TEKNIS

3B

PJBT SUBBID TEKNIS

3C

PJBT SUBBIDADMIN

PJBT SUBBID

KEU

sumber daya yang dimiliki.

8. Dalam rangka menjamin kejelasan

mekanisme kerja dan akuntabilitas

organisasi, maka desain organisasi BLU

harus menggambarkan secara jelas

pembaganan mengenai kedudukan,

susunan jabatan, dan hubungan kerja antar

unit organisasi.

Ilustrasi Struktur Organisasi Satker BLU

Gambar 3.2

Jika struktur organisasi yang ada saat

ini (existing) belum menggambarkan

pengendalian internal yang memadai, maka

harus diajukan format struktur organisasi

yang baru yang memenuhi ketentuan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

2005. Penyusunan struktur organisasi yang

baru hendaknya memperhatikan kebutuhan

terhadap fleksibilitas, kemampuan untuk

menyesuaikan diri dengan perubahan,

kreativitas, pengetahuan dan kemampuan

dalam mengatasi ketidakpastian lingkungan.

Menata Organisasi BLU

Page 42: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

28 | MANUAL BLU

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Satker BLU dapat melakukan perubahan/

penyesuaian tata kelola maupun perubahan

struktur organisasi. Perubahan tata kelola dan

struktur organisasi tersebut dilakukan dengan

mengikuti mengikuti peraturan atau ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Tata laksana atau prosedur kerja merupakan

urutan pekerjaan yang dilakukan oleh satker

BLU dalam melaksanakan kegiatannya.

Prosedur kerja ini menggambarkan wewenang/

tanggung jawab masing-masing jabatan dan

prosedur yang dilakukan dalam pelaksanaan

tugasnya. Secara sederhana, prosedur

kerja dapat diartikan sebagai pedoman yang

menunjukkan apa yang harus dilakukan,

kapan hal tersebut dilakukan, dan siapa yang

melakukannya. Sehingga, adanya prosedur

kerja sangat dibutuhkan oleh setiap organisasi,

baik dari tingkat pimpinan hingga level

organisasi yang terendah.

Prosedur kerja dapat memberikan arah bagi

BLU dalam upaya peningkatan kinerja BLU

yang bersangkutan, disamping menghindarkan

adanya tumpang tindih dalam pelaksanaan

pekerjaan. Disamping itu, prosedur kerja

dapat digunakan untuk menelusuri kesalahan-

kesalahan prosedural, baik dalam pemberian

pelayanan kepada publik maupun pelaksanaan

pekerjaan rutin.

Satker pemerintah yang menjadi satker BLU

harus mempunyai prosedur kerja untuk semua

kegiatannya, terutama kegiatan utama (core

business). Prosedur kerja disajikan dalam

bentuk bagan arus (flowchart) diikuti dengan

narasi yang menjelaskan bagan arus tersebut.

Prosedur kerja mencakup empat aspek, yaitu

aspek pelayanan, keuangan, administrasi

(termasuk aspek sarana dan prasarana), dan

SDM.

Page 43: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 29

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Siapa Unsur Pengelola BLU?

BLU dikelola oleh pejabat pengelola

BLU yang terdiri dari Pemimpin BLU,

Pejabat Keuangan, dan Pejabat Teknis.

Sebutan tersebut dapat disesuaikan dengan

nomenklatur yang berlaku pada instansi

pemerintah yang bersangkutan. Kedudukan

Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis dalam

struktur organiasi harus setara untuk menjamin

adanya mekanisme saling uji (check and

balance). Selain itu, dalam rangka pembinaan

dan pemeriksaan intern BLU juga dilengkapi

dengan Dewas dan SPI.

Kepala satker berkedudukan sebagai

Pemimpin BLU yang berfungsi sebagai

penanggung jawab umum operasional serta

keuangan BLU, dan berkewajiban:

a. menyiapkan Renstra Bisnis BLU,

b. menyiapkan RBA tahunan,

c. mengusulkan calon pejabat keuangan dan

pejabat teknis sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, dan

d. menyampaikan pertanggungjawaban

kinerja operasional dan keuangan BLU.

Pejabat keuangan BLU berfungsi sebagai

penanggung jawab keuangan yang

berkewajiban:

a. mengkoordinasikan penyusunan RBA,

b. menyiapkan dokumen pelaksanaan

anggaran satker BLU,

c. melakukan pengelolaan pendapatan dan

belanja,

d. menyelenggarakan pengelolaan kas,

e. melakukan pengelolaan utang-piutang,

f. menyusun kebijakan pengelolaan barang,

aset tetap, dan investasi BLU,

g. menyelenggarakan sistem informasi

manajemen keuangan, dan

h. menyelenggarakan akuntansi dan

penyusunan laporan keuangan, dan lain-

lain.

Pejabat Teknis BLU berfungsi sebagai

penanggung jawab teknis di bidang masing-

masing yang berkewajiban:

a. menyusun perencanaan kegiatan teknis di

bidangnya,

b. melaksanakan kegiatan teknis sesuai RBA,

dan

c. mempertanggungjawabkan kinerja

operasional di bidangnya.

Pemimpin BLU

Pejabat Keuangan BLU

Pejabat Teknis BLU

Page 44: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

30 | MANUAL BLU

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Fungsi pengawasan dan pemeriksaan

intern dalam pelaksanaan kegiatan harus

dilaksanakan oleh satker BLU. Fungsi tersebut

dapat dilaksanakan oleh SPI sebagai unit yang

melakukan fungsi pemeriksaan intern BLU,

dan sebagai unit kerja yang berkedudukan

langsung di bawah pemimpin BLU untuk

menjamin independensinya dari kegiatan atau

unit kerja yang diaudit. Secara umum, fungsi

SPI antara lain:

a. Membantu Pemimpin BLU dalam

menyelenggarakan penilaian atas sistem

pengendalian, pengelolaan manajemen,

serta memberikan saran perbaikan.

b. Sebagai konsultan dan juga melaksanakan

pengawasan dalam rangka pengelolaan

risiko, pengendalian dan penerapan

prinsip-prinsip good governance.

c. Sebagai mitra kerja strategis unit kerja

dalam mencapai sasaran kegiatan.

d. Sebagai mitra kerja dari auditor eksternal.

Kepala SPI harus memiliki kualifikasi akademis

dan kompetensi yang memadai agar dapat

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Kepala SPI diangkat dan diberhentikan oleh

Pemimpin BLU. Pembentukan SPI disesuaikan

dengan kondisi satker yang bersangkutan. Jika

satker belum mampu membentuk SPI, maka

fungsi pengawasan intern dapat diserahkan

kepada Inspektorat Jenderal pada K/L

bersangkutan, atau unit lain yang mendapat

kewenangan dari Pemimpin BLU untuk

melakukan fungsi pengawasan. Tugas-tugas

SPI antara lain:

a. Pemeriksaan dan penilaian terhadap baik

Satuan Pemeriksaan Intern atau tidaknya pengendalian akuntansi dan

pengendalian administratif dan mendorong

penggunaan cara-cara yang efektif dengan

biaya yang minimum.

b. Menilai sampai seberapa jauh pelaksanaan

kebijakan manajemen puncak/ Pemimpin

BLU dipatuhi.

c. Menilai sampai seberapa jauh aset

dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari

segala macam kerugian.

d. Menilai keandalan informasi yang dihasilkan

oleh berbagai unit.

e. Memberikan rekomendasi perbaikan

kegiatan-kegiatan satker BLU.

Ruang lingkup SPI meliputi audit keuangan

dan audit manajemen. Audit keuangan melihat

kewajaran atas laporan keuangan yang telah

disajikan manajemen dengan fokus pada

audit operasional organisasi. Sementara audit

manajemen melihat segi efisiensi, efektivitas,

ekonomi, dengan tujuan menguji apakah

pelaksanaan/kegiatan telah sesuai dengan

ketentuan/peraturan yang berlaku. SPI

mempunyai wewenang antara lain:

a. Menyusun, mengubah, dan melaksanakan

kebijakan audit internal termasuk antara

lain menentukan prosedur dan lingkup

pelaksanaan pekerjaan audit.

b. Mengakses seluruh dokumen, pencatatan,

personal dan fisik, informasi tempat atas

obyek audit yang dilaksanakannya, untuk

mendapatkan data dan Informasi yang

berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya.

c. Melakukan verifikasi dan uji kehandalan

terhadap informasi yang diperolehnya,

dalam kaitan dengan penilaian efektivitas

sistem yang diauditnya.

Unsur Pengelola BLU

Page 45: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 31

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

2

Omset di atas Rp30

miliar atau aset di

atas Rp200 miliar.

No Nilai omset dan aset

1

Omset antara Rp15

s.d. 30 miliar atau

aset antara Rp75

s.d. 200 miliar.

3 orang tsb. di atas, atau 5 orang terdiri dari: :• 2 dari kementerian

teknis• 2 dari Kementerian

Keuangan• 1 tenaga ahli

Jumlah Dewas Keterangan

3 orang terdiri dari :• 1 dari kementerian

teknis• 1 dari Kementerian

Keuangan• 1 tenaga ahli

Nilai omset berdasarkan jumlah PNBP pada LRA tahun terakhir.Nilai aset berdasarkan nilai aset dalam Neraca tahun terakhir.

Jumlah Dewas tersebut dapat ditinjau kembali apabila realisasi nilai omset dan/atau nilai aset mengalami penurunan selama 2 (dua) tahun berturut turut lebih rendah dari persyaratan.

SPI tidak mempunyai kewenangan pelaksanaan

dan tanggung jawab atas aktivitas yang direviu/

diperiksa, tetapi tanggung jawab SPI adalah

pada penilaian dan analisis atas aktivitas

tersebut.

Dewas adalah organ BLU yang bertugas untuk

melakukan pengawasan terhadap BLU.

Adapun tugas, keanggotaan, persyaratan, dan

hal-hal terkait Dewas dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Keanggotaan dan Persyaratan

Pembentukan Dewas

Dewas untuk BLU di lingkungan

pemerintah pusat dibentuk dengan

keputusan menteri/pimpinan lembaga atas

persetujuan Menteri Keuangan. Unsur-

unsur Anggota Dewas terdiri dari pejabat

K/L sebagai unsur pembina teknis, pejabat

dari Kementerian Keuangan sebagai

unsur pembina keuangan dan tenaga ahli

yang sesuai dengan kegiatan satker BLU

sebagai unsur profesional.

Dewas dibentuk apabila satker BLU

memenuhi syarat minimum nilai omzet dan/

atau nilai aset, yang dapat dijelaskan pada

tabel berikut ini :

Dewan Pengawas

Tabel 3.1 Keanggotaan Dewas

Unsur Pengelola BLU

Page 46: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

32 | MANUAL BLU

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

` Keanggotaan Dewas dari unsur K/L dan

dari unsur Kementerian Keuangan adalah

wakil menteri atau pejabat struktural

maupun pejabat fungsional yang bukan

pegawai BLU yang masih aktif.

Keanggotaan Dewas dari unsur profesional

merupakan orang yang mempunyai

kompetensi pada bidang tugas sesuai jenis

BLU akan tetapi bukan pegawai BLU yang

bersangkutan.

b. Persyaratan Keanggotaan Dewas

Yang dapat diangkat sebagai anggota

Dewas adalah orang perseorangan dengan

persyaratan:

1) memiliki integritas, dedikasi, itikad baik,

dan rasa tanggung jawab;

2) memahami masalah-masalah yang

berkaitan dengan kegiatan BLU;

3) dapat menyediakan waktu yang cukup

untuk melaksanakan tugasnya;

4) bukan sebagai kepala daerah, anggota

legislatif, anggota Parpol, anggota

DPD, staf khusus menteri/penasehat

menteri;

5) bukan merupakan pegawai BLU; dan

6) mampu melaksanakan perbuatan

hukum dan tidak pernah dinyatakan

pailit atau tidak pernah menjadi

anggota direksi atau komisaris atau

Dewas yang dinyatakan bersalah

sehingga menyebabkan suatu badan

usaha pailit, atau orang yang tidak

pernah dihukum karena melakukan

tindak pidana yang merugikan

keuangan negara.

Dalam rangka memenuhi persyaratan

tersebut dilakukan penilaian internal oleh

K/L terhadap calon anggota Dewas dari

unsur pejabat K/L dan dari unsur tenaga

ahli yang sesuai dengan layanan BLU

sementara penilaian oleh Kementerian

Keuangan dilakukan terhadap calon

anggota Dewas dari unsur pejabat

Kementerian Keuangan.

c. Kewenangan, Tugas, Kewajiban, dan Hak

Dewan Pengawas

Dewan Pengawas melakukan pengawasan

pengelolaan BLU yang dilakukan

oleh pejabat pengelola BLU terhadap

pelaksanaan Rencana Strategis Bisnis

(RSB), Rencana Bisnis dan Anggaran

(RBA), RKA K/L, DIPA dan kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan.

Kewajiban-kewajiban Dewas:

1) Menelaah RKA K/L dan RBA serta

kebenaran pencantuman saldo awal

dan saldo akhir pada RBA dan DIPA.

2) Menandatangani RBA selaku pihak

yang mengetahui RBA.

3) Memberikan pendapat dan saran

kepada menteri/pimpinan lembaga

dan Menteri Keuangan mengenai RSB

dan RBA.

4) Melaporkan kepada menteri/pimpinan

lembaga dan Menteri Keuangan jika

terjadi gejala penurunan kinerja BLU.

5) Mengikuti perkembangan kegiatan

BLU, memberikan pendapat dan saran

Unsur Pengelola BLU

Page 47: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 33

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

kepada menteri/pimpinan lembaga dan

Menteri Keuangan.

6) Memberikan masukan, saran, atau

tanggapan atas laporan keuangan dan

laporan kinerja BLU kepada pejabat

pengelola BLU.

7) Memberikan masukan, saran, atau

tanggapan atas kelayakan, kualitas,

jumlah dan harga barang yang dibeli.

8) Mengawasi dan memberikan nasehat

pelaksanaan pengelolaan keuangan

BLU dan kepatuhan terhadap

peraturan.

9) Memberikan persetujuan penghapusan

secara bersyarat terhadap piutang

BLU dengan jumlah lebih dari Rp200

juta s.d. Rp500 juta per penanggung

utang.

10) Memberikan persetujuan atas pinjaman

jangka pendek untuk peminjaman

yang bernilai di atas 10% s.d. 15%

dari jumlah pendapatan BLU TA

sebelumnya yang tidak bersumber dari

APBN dan hibah terikat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan Dewas

terkait Rencana Strategis Bisnis (RSB):

• Dewas harus memastikan RSB yang

ada masih berlaku/tidak kadaluwarsa.

• Dewas harus memastikan bahwa

Standar Pelayanan Minimal (SPM)

sudah diadopsi ke dalam RSB.

• Dewas harus memastikan bahwa

RSB sesuai dengan Renstra K/L dan

realistis untuk diwujudkan dalam jangka

5 tahun.

• Perubahan dalam RSB harus disetujui

terlebih dahulu oleh Dewas, sebelum

disampaikan kepada menteri teknis

dan Menteri Keuangan.

• Dewas harus mengevaluasi target

kinerja yang terdapat di dalam RSB

dibandingkan dengan capaian pada

tahun berjalan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan Dewas

terkait Rencana Bisnis dan Anggaran

(RBA):

• Dewas harus memastikan RBA

berdasarkan pagu indikatif/sementara

dan pagu definitif telah dievaluasi dan

disahkan olehnya sebelum dikirim

kepada menteri teknis.

• Dewas mengevaluasi kesesuaian

program/kegiatan dalam RBA yang

akan dilakukan dengan RSB dan

peraturan yang berlaku.

• Dewas mengevaluasi penggunaan

standar biaya, kesesuaian belanja

antara RBA dan RKA satker, kelayakan

belanja, dan hal-hal lain untuk

memastikan efisiensi belanja telah

dilakukan.

• Dewas mengevaluasi target

pendapatan yang akan dicapai dengan

melihat progres PNBP yang telah

telah dicapai oleh satker BLU dalam

beberapa tahun terakhir.

• Dewas memberikan masukan/

saran kepada pemimpin BLU apabila

terdapat ketidakpatuhan terhadap

alokasi belanja satker BLU.

Unsur Pengelola BLU

Page 48: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

34 | MANUAL BLU

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

• Dewas membuat kertas kerja

penelaahan RBA/Revisi RBA dan

dapat memberitahukannya kepada

menteri teknis apabila terdapat indikasi

pelanggaran terhadap ketentuan yang

berlaku.

• Dewas memonitor ketepatan waktu

penyampaian RBA Definitif (7 hari

kerja setelah tahun anggaran berjalan)

kepada Kementerian Keuangan.

Dewas mengevaluasi efektivitas

pelaksanaan RBA tahun sebelumnya dan

dituangkan ke dalam laporan Dewas.

Dewas mempunyai kewenangan meliputi:

1. Menilai RSB/Revisi Renstra.

2. Menilai RBA/Revisi RBA.

3. Menandatangani RBA sebagai pihak

yang mengetahui.

4. Menyetujui atas pinjaman jangka

pendek yang bernilai di atas 10%

sampai dengan 15% dari jumlah

pendapatan BLU tahun anggaran

sebelumnya yang tidak bersumber dari

APBN dan hibah.

5. Menyetujui penghapusan secara

bersyarat terhadap piutang BLU untuk

jumlah lebih dari Rp200 juta s.d.

Rp500 juta per penanggung piutang.

Dewas bertugas melakukan pengawasan

terhadap pengelolaan BLU yang dilakukan

oleh Pejabat Pengelola BLU yang

meliputi aspek pengelolaan keuangan,

layanan, organisasi dan SDM, sarana

dan prasarana, serta kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan.

Dalam menjalankan tugas Dewas

berkewajiban:

1) memberikan pendapat dan saran

secara tertulis kepada menteri/

pimpinan lembaga dan Menteri

Keuangan mengenai RSB dan RBA

yang diusulkan oleh Pejabat Pengelola

BLU.

2) melaporkan dengan segera kepada

menteri/pimpinan lembaga dan

Menteri Keuangan apabila terjadi gejala

menurunnya kinerja BLU.

3) mengikuti perkembangan kegiatan

BLU, memberikan pendapat

dan saran secara tertulis kepada

menteri/pimpinan lembaga dan

Menteri Keuangan mengenai setiap

masalah yang dianggap penting bagi

pengelolaan BLU.

4) memberikan nasihat kepada Pejabat

Pengelola BLU dalam melaksanakan

pengelolaan BLU termasuk kepatuhan

peraturan perundang-undangan.

5) menyampaikan laporan kepada

menteri/pimpinan lembaga dan Menteri

Keuangan terkait kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan dalam

pengelolaan BLU.

6) meneliti dan mengkaji laporan berkala

yang disiapkan oleh Pejabat Pengelola

BLU, antara lain laporan keuangan dan

laporan kinerja, termasuk laporan hasil

SPI;

7) menyelenggarakan pertemuan dengan

Pejabat Pengelola BLU paling sedikit

setiap triwulan untuk mengawasi

pengelolaan BLU;

Unsur Pengelola BLU

Page 49: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 35

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

8) menyampaikan laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan

tugas, kewajiban dan hak Dewas

minimal setiap semester kepada

menteri/pimpinan lembaga dan Menteri

Keuangan;

9) menyusun program kerja tahunan.

Dewas mempunyai hak sebagai berikut:

1) memperoleh data dan informasi

mengenai pengelolaan BLU secara

berkala dan tepat waktu sesuai

peraturan perundang-undangan.

2) bertanya kepada Pejabat Pengelola

BLU mengenai pengelolaan BLU.

3) meminta kepada Pejabat Pengelola

BLU menghadiri rapat Dewas untuk

memperoleh penjelasan tentang

pengelolaan BLU.

4) mendapatkan tenaga ahli/staf khusus

dalam jangka waktu tertentu apabila

diperlukan dalam melaksanakan

tugasnya

d. Pertanggungjawaban Dewas

Dewas melaporkan pelaksanaan tugas,

kewajiban dan haknya sebagai bentuk

pertanggungjawaban berkala kepada

menteri/pimpinan lembaga dan Menteri

Keuangan yang disampaikan paling sedikit

1 kali dalam satu semester dan sewaktu-

sewaktu apabila diperlukan.

Menteri/pimpinan lembaga melakukan

evaluasi setiap semester atas kinerja

Dewas dan hasil evaluasi tersebut

disampaikan kepada Menteri Keuangan.

Unsur Pengelola BLU

Menteri Keuangan dapat menggunakan

hasil evaluasi sebagai bahan pertimbangan

dalam melakukan evaluasi kinerja Dewas.

Dalam hal hasil evaluasi menunjukkan

bahwa anggota Dewas tidak melaksanakan

tugas dan kewajibannya dengan baik,

maka Menteri Keuangan dapat:

1) menyampaikan rekomendasi

pemberhentian antarwaktu anggota

Dewas dari unsur pejabat K/L dan

tenaga ahli kepada menteri/pimpinan

lembaga terkait.

2) melakukan pemberhentian dan

penggantian antarwaktu anggota

Dewas dari unsur pejabat Kementerian

Keuangan.

e. Pengangkatan Dewas

Dengan memperhatikan tugas, fungsi dan

kewenangan Dewas, Dewas dari unsur

pejabat Kementerian Keuangan haruslah

benar-benar yang memahami mengenai

peraturan-peraturan, pengelolaan

keuangan, RBA, RSB, dan lain-lain terkait

BLU. Bagi Dewas dari K/L haruslah yang

kompeten dan profesional di bidang

layanan. Untuk pencalonan menjadi

Dewas dari unsur pejabat K/L dan

unsur tenaga ahli/profesional merupakan

kewenangan menteri/pimpinan lembaga.

Pengangkatan anggota Dewas dari unsur

pejabat Kementerian Keuangan merupakan

kewenangan Menteri Keuangan.

Masa jabatan anggota Dewas ditetapkan

selama 5 tahun dan dapat diangkat

kembali untuk 1 kali masa jabatan

Page 50: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

36 | MANUAL BLU

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

berikutnya. Pengangkatan anggota Dewas

tidak bersamaan waktunya dengan

pengangkatan Pejabat Pengelola BLU,

kecuali pengangkatan untuk pertama

kalinya pada waktu pembentukan BLU.

Menteri/pimpinan lembaga menyampaikan

usulan pengangkatan calon ketua/

anggota Dewas dari unsur pejabat K/L

dan unsur tenaga ahli/profesional kepada

Menteri Keuangan untuk mendapatkan

persetujuan.

Menteri/pimpinan lembaga dapat

menyampaikan rekomendasi nama

calon anggota Dewas yang berasal dari

unsur pejabat Kementerian Keuangan

dalam usulan. Usulan pengangkatan

anggota Dewas disertai dengan informasi

kompetensi yang paling sedikit terdiri dari:

1) Daftar Riwayat Hidup;

2) Salinan/fotocopy ijazah terakhir yang

dimiliki yang disahkan oleh pejabat

berwenang pada K/L bersangkutan;

dan

3) Surat Pernyataan dari menteri/pimpinan

lembaga bahwa calon anggota Dewas

yang diusulkan telah dilakukan proses

penilaian internal.

Setelah mendapatkan persetujuan Menteri

Keuangan, menteri/pimpinan lembaga

segera menerbitkan keputusan tentang

penetapan pengangkatan anggota

Dewas. Keputusan penetapan tersebut

ditembuskan kepada Menteri Keuangan

dan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Apabila Menteri Keuangan menolak usulan

pengangkatan calon ketua/anggota

Dewas, menteri/pimpinan lembaga

segera mengajukan usulan calon dewas

lainnya selambat-lambatnya 1 bulan sejak

disampaikannya keputusan penolakan oleh

Menteri Keuangan.

f. Pemberhentian dan Penggantian Anggota

Dewas

Menteri/pimpinan lembaga berwenang

memberhentikan dan mengganti anggota

Dewas dari unsur pejabat K/L dan

unsur tenaga ahli/profesional. Menteri/

pimpinan lembaga dapat mengusulkan

pemberhentian dan penggantian anggota

Dewas dari unsur pejabat Kementerian

Keuangan. Menteri Keuangan berwenang

mengusulkan pemberhentian dan

mengganti anggota Dewas dari unsur

pejabat Kementerian Keuangan.

Pemberhentian dan penggantian Dewas

dapat dikarenakan:

1) Pemberhentian dan Penggantian

Antarwaktu

Dapat dilakukan apabila anggota

Dewas tidak dapat meneruskan masa

jabatannya karena:

a) tidak melaksanakan tugasnya

dengan baik;

b) tidak melaksanakan ketentuan

perundang-undangan;

c) terlibat dalam tindakan yang

merugikan BLU;

d) dipidana penjara;

Unsur Pengelola BLU

Page 51: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 37

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

e) berhalangan tetap;

f) mengundurkan diri; atau

g) menduduki jabatan lain yang

berakibat terjadi benturan

kepentingan dalam pengawasan

BLU atau munculnya halangan

yang menganggu kemampuan

untuk bertindak secara bebas

dalam pengawasan BLU.

Masa jabatan anggota Dewas

Pengganti Antarwaktu ditetapkan

selama sisa masa jabatan anggota

Dewas yang diganti.

2) Pemberhentian karena Berakhir Masa

Jabatan

Menteri/pimpinan lembaga

menerbitkan keputusan pemberhentian

anggota Dewas yang berakhir masa

jabatannya tanpa persetujuan Menteri

Keuangan dengan tembusan kepada

Menteri Keuangan dan Direktur

Jenderal Perbendaharaan.

Menteri/pimpinan lembaga mengajukan

usulan pengangkatan untuk masa

jabatan Dewas berikutnya kepada

Menteri Keuangan selambat-lambatnya

3 bulan sebelum berakhirnya masa

jabatan anggota Dewas.

3) Pemberhentian Anggota Dewas karena

status satker BLU Berakhir

Dalam hal status satker BLU

berakhir, menteri/pimpinan lembaga

menerbitkan keputusan pemberhentian

anggota Dewas tanpa persetujuan

Menteri Keuangan dengan tembusan

kepada Menteri Keuangan dan Direktur

Jenderal Perbendaharaan.

Status satker BLU berakhir karena:

a) dicabut oleh Menteri Keuangan;

b) dicabut oleh Menteri Keuangan

berdasarkan usul dari menteri/

pimpinan lembaga; atau

c) berubah statusnya menjadi badan

hukum dengan kekayaan negara

yang dipisahkan.

g. Sekretaris Dewas

Sekretaris Dewas BLU, adalah organ

Dewas yang membantu pelaksanaan

tugas, kewajiban, dan hak Dewas di

bidang kesekretariatan. Sekretaris Dewas

diangkat dan diberhentikan oleh Pemimpin

BLU atas persetujuan Dewas. Sekretaris

Dewas memiliki kewajiban antara lain:

1) menyiapkan penyelenggaraan rapat

Dewas, termasuk menyiapkan

undangan dan bahan-bahan rapat

Dewas;

2) menghadiri rapat Dewas dan rapat

gabungan antara Dewas dan Pejabat

Pengelola BLU;

3) mengelola, memutakhirkan, dan

menyimpan dokumen dan informasi

yang terkait dengan pelaksanaan tugas

Dewas;

4) menyusun notulen rapat;

5) mengumpulkan data atau informasi

yang relevan dengan pelaksanaan

tugas Dewas;

Unsur Pengelola BLU

Page 52: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

38 | MANUAL BLU

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

6) melaporkan pelaksanaan tugas kepada

Dewas secara berkala;

7) membantu Dewas dalam menyusun

program kerja, laporan, pendapat,

kajian dan saran Dewas; dan

8) melaksanakan kegiatan-kegiatan lain

yang mendukung pelaksanaan tugas,

kewajiban dan hak Dewas.

Dewas adalah organ BLU yang bertugas melakukan pengawasan

terhadap BLU, dibentuk dengan keputusan

menteri/pimpinan lembaga atas persetujuan

Menteri Keuangan

“ “

Sekretaris Dewas adalah orang

perseorangan yang:

1) memiliki integritas, dedikasi, itikad baik,

dan rasa tanggung jawab;

2) dapat menyediakan waktu yang cukup

untuk melaksanakan tugasnya;

3) tidak pernah dihukum karena

melakukan tindak pidana yang

merugikan keuangan Negara; dan

4) menguasai Teknologi Informasi.

Unsur Pengelola BLU

Page 53: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 39

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Bagaimana menata Kepegawaian BLU?

Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU

dapat terdiri atas PNS dan/atau tenaga

profesional non PNS sesuai dengan kebutuhan

BLU. Pejabat pengelola BLU dan pegawai

BLU yang berasal dari tenaga profesional non

PNS dapat dipekerjakan secara tetap atau

berdasarkan kontrak. Pejabat perbendaharaan

pada BLU pada kementerian negara/lembaga

yang meliputi KPA, Bendahara Penerimaan,

dan Bendahara Pengeluaran harus dijabat oleh

PNS.

Syarat pengangkatan dan pemberhentian

pejabat pengelola dan pegawai BLU yang

berasal dari PNS sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang

kepegawaian. Syarat pengangkatan dan

pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai

BLU di lingkungan K/L yang berasal dari tenaga

profesional non PNS diatur oleh pemimpin

BLU.

Kebutuhan tenaga profesional non PNS

disesuaikan dengan RSB, Pola Tata Kelola, dan

Standar Pelayanan Minimal satker BLU.

BLU menerapkan standar kompetensi bagi

pejabat pengelola dan pegawai BLU. Adanya

standar kompetensi menunjukkan aspek

transparansi dalam penempatan posisi jabatan,

dan memenuhi aspek keadilan. Sedangkan

terkait tenaga profesional non PNS, selain

standar kompetensi BLU perlu mengatur

mengenai batasan usia, jumlah/proporsi tenaga

profesional non PNS yang dianggap layak dan

jangka waktu kontrak non PNS.

K/L hendaknya memiliki pertimbangan khusus

terhadap pola mutasi para pejabat BLU,

yaitu dalam rangka promosi dan demosi

berdasarkan kinerja yang telah dicapai.

Siapa Unsur Pejabat Perbendaharaan BLU?

KPA adalah pejabat yang memperoleh

kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian

kewenangan dan tanggung jawab penggunaan

anggaran pada K/L yang bersangkutan.

Kuasa Pengguna Anggaran Kepala satker BLU berkedudukan sebagai KPA

dan menetapkan Pejabat Perbendaharaan

Negara lainnya yaitu PPK dan PP-SPM. Dalam

hal kepala satker BLU berkedudukan sebagai

PA, pimpinan satker BLU dapat menunjuk

pejabat lain yang berstatus PNS sebagai KPA.

Page 54: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

40 | MANUAL BLU

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Setiap terjadi pergantian jabatan kepala

satker, setelah serah terima jabatan pejabat

kepala satker yang baru langsung menjabat

sebagai KPA.

Dalam pelaksanaan anggaran pada Satker

BLU, KPA memiliki tugas dan wewenang:

a. menyusun RBA, RKA-K/L, dan DIPA;

b. untuk 1 DIPA, KPA menetapkan 1 atau

lebih untuk melakukan tindakan yang

mengakibatkan pengeluaran anggaran

belanja Negara;

c. untuk 1 DIPA, KPA menetapkan 1

PP-SPM untuk melakukan pengujian

tagihan dan menerbitkan SPM atas

beban anggaran belanja Negara;

d. menetapkan Bendahara Pengeluaran

dan Bendahara BLU/pejabat pengelola

rekening BLU;

e. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat

dalam pengadaan barang/jasa;

f. menetapkan rencana kegiatan/

anggaran, rencana penerimaan PNBP

BLU dan rencana penarikan dana;

g. memberikan arahan pelaksanaan

kegiatan/anggaran dan penarikan dana;

h. mengawasi penatausahaan dokumen

dan transaksi yang berkaitan dengan

pelaksanaan kegiatan dan anggaran;

i. menyusun laporan keuangan dan

kinerja atas pelaksanaan anggaran

sesuai dengan peraturan perundang-

undangan

KPA bertanggung jawab atas pelaksanaan

kegiatan dan anggaran yang berada dalam

penguasaannya kepada PA. Pelaksanaan

tanggung jawab KPA dilakukan dalam

bentuk:

a. mengesahkan rencana pelaksanaan

kegiatan, rencana penerimaan PNBP

BLU, dan rencana penarikan dana;

b. merumuskan standar operasional yang

diperlukan dalam rangka pengelolaan

BLU;

c. menyusun sistem pengawasan dan

pengendalian agar proses penyelesaian

tagihan atas beban APBN, baik RM

maupun pendapatan BLU (PNBP)

dilaksanakan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan;

d. melakukan pengawasan agar

pelaksanaan kegiatan dan pengadaan

barang/jasa sesuai dengan keluaran

(output) yang ditetapkan dalam DIPA;

e. melakukan monitoring dan evaluasi

agar pembuatan perjanjian/kontrak

pengadaan barang/jasa dan

pembayaran atas beban APBN

sesuai dengan keluaran (output) yang

ditetapkan dalam DIPA serta rencana

yang telah ditetapkan;

f. merumuskan kebijakan agar

pembayaran atas beban APBN

sesuai dengan keluaran (output) yang

ditetapkan dalam DIPA; dan

g. melakukan pengawasan, monitoring,

dan evaluasi atas pertanggungjawaban

pelaksanaan anggaran dalam rangka

penyusunan laporan keuangan.

KPA menetapkan PPK dan PP-SPM dengan

surat keputusan. Penetapan PPK dan PP-

SPM tersebut tidak terikat periode tahun

Unsur Pejabat BLU

Page 55: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 41

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Unsur Pejabat BLU

anggaran. Artinya, dalam hal tidak terdapat

perubahan pejabat yang ditetapkan sebagai

PPK dan/atau PP-SPM pada saat pergantian

periode tahun anggaran, penetapan PPK

dan/atau PP-SPM tahun yang lalu masih

tetap berlaku. Dalam hal PPK atau PP-SPM

dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari

jabatannya/berhalangan sementara, KPA

menetapkan PPK atau PP-SPM pengganti

dengan surat keputusan dan berlaku sejak

serah terima jabatan. PPK dan PP-SPM yang

penunjukannya berakhir harus menyelesaikan

seluruh administrasi keuangan yang menjadi

tanggung jawabnya pada saat menjadi PPK

atau PP-SPM.

KPA menyampaikan surat keputusan

penunjukan PP-SPM dan PPK kepada:

a. Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta

spesimen tanda tangan PP-SPM dan cap/

stempel Satker;

b. PP-SPM disertai dengan spesimen tanda

tangan PPK; dan

c. PPK.

Dalam hal tidak terdapat penggantian PPK dan/

atau PPSPM, pada awal tahun anggaran, KPA

menyampaikan pemberitahuan kepada pejabat

tersebut pada huruf a, b dan c di atas.

PPK adalah pejabat yang ditetapkan oleh KPA

dalam rangka melaksanakan kewenangan

PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/

atau tindakan yang dapat mengakibatkan

pengeluaran atas beban APBN. Dalam

melaksanakan kewenangan dimaksud,

PPK mempedomani pelaksanaan tanggung

jawab KPA kepada PA. PPK tidak dapat

merangkap sebagai PP-SPM. Untuk satu

DIPA, KPA dapat menetapkan beberapa

PPK. Dalam melakukan tindakan yang dapat

mengakibatkan pengeluaran anggaran

belanja negara, PPK memiliki tugas dan

wewenang:

a. menyusun rencana pelaksanaan

kegiatan dan rencana penarikan dana

berdasarkan DIPA;

b. menerbitkan Surat Penunjukan

Penyedia Barang/Jasa;

c. membuat, menandatangani, dan

melaksanakan perjanjian/kontrak

dengan Penyedia Barang/Jasa;

d. melaksanakan kegiatan swakelola;

e. memberitahukan kepada Kuasa

BUN atas perjanjian/ kontrak yang

dilakukannya;

f. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/

kontrak;

g. menguji dan menandatangani surat

bukti mengenai hak tagih kepada

negara;

h. membuat dan menandatangani SPP;

i. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian

kegiatan kepada KPA;

j. menyerahkan hasil pekerjaan

pelaksanaan kegiatan kepada KPA

dengan Berita Acara Penyerahan;

k. menyimpan dan menjaga keutuhan

seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan;

dan

Pejabat Pembuat Komitmen

Page 56: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

42 | MANUAL BLU

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Unsur Pejabat BLU

l. melaksanakan tugas dan wewenang

lainnya yang berkaitan dengan tindakan

yang mengakibatkan pengeluaran

anggaran belanja negara.

Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan

dan rencana penarikan dana berdasarkan DIPA

di atas, dilakukan dengan:

a. menyusun jadwal waktu pelaksanaan

kegiatan termasuk rencana penarikan

dananya;

b. menyusun perhitungan kebutuhan UP/

TUP sebagai dasar pembuatan SPP-UP/

TUP; dan

c. mengusulkan revisi Petunjuk Operasional

Kegiatan (POK)/DIPA kepada KPA.

Sementara pengujian atas surat bukti mengenai

hak tagih kepada negara dilakukan dengan :

a. menguji kebenaran materiil dan keabsahan

surat-surat bukti mengenai hak tagih

kepada negara; dan/atau

b. menguji kebenaran dan keabsahan

dokumen/surat keputusan yang menjadi

persyaratan/kelengkapan pembayaran

belanja pegawai.

PP-SPM melaksanakan kewenangan KPA

untuk melakukan pengujian tagihan dan

perintah pembayaran atas beban anggaran

negara. Dalam rangka melakukan pengujian

tagihan dan perintah pembayaran, PP-SPM

memiliki tugas dan wewenang:

a. menguji kebenaran SPP atau dokumen

lain yang dipersamakan dengan SPP

beserta dokumen pendukung;

b. menolak dan mengembalikan SPP,

apabila tidak memenuhi persyaratan

untuk dibayarkan;

c. membebankan tagihan pada mata

anggaran yang telah disediakan;

d. menerbitkan SPM atau dokumen lain

yang dipersamakan dengan SPM;

e. menyimpan dan menjaga keutuhan

seluruh dokumen hak tagih;

f. melaporkan pelaksanaan pengujian dan

perintah pembayaran kepada KPA; dan

g. melaksanakan tugas dan wewenang

lainnya yang berkaitan dengan

pelaksanaan pengujian dan perintah

pembayaran.

PP-SPM bertanggung jawab terhadap:

a. kebenaran administrasi;

b. kelengkapan administrasi; dan

c. keabsahan administrasi dokumen hak

tagih pembayaran yang menjadi dasar

penerbitan SPM dan akibat yang timbul

dari pengujian yang dilakukan.

Tata cara pencairan dana yang berasal dari

Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM

Pejabat Penerbit SP3B BLU

Page 57: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 43

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

RM mengikuti ketentuan sebagaimana diatur

dalam PMK 190/PMK.05/2012 tentang Tata

Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan Dan Belanja

Negara. Sementara itu, penggunaan dan

pertanggungjawaban PNBP BLU berpedoman

pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor

92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis

dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran

Badan Layanan Umum dan Peraturan Direktur

Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-30/

PB/2011 tentang Mekanisme Pengesahan

Pendapatan dan Belanja Satker BLU.

Pendapatan yang diperoleh oleh BLU

dapat dikelola langsung untuk membiayai

pengeluaran BLU sesuai dengan RBA definitif.

Pengelolaan pendapatan dan belanja BLU

dilaksanakan secara tertib, efisien, transparan

dan bertanggung jawab sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Untuk SPM bagi pelaksanaan pembayaran

yang bersumber dari RM (baik UP maupun

LS), ditandatangani oleh PP-SPM, kemudian

diajukan ke KPPN untuk diterbitkan SP2D,

sedangkan untuk yang bersumber dari

Pendapatan BLU setelah diterbitkan SPM

Internal dapat diterbitkan SP2D Internal (bisa

juga dengan sebutan lain yang dirasa lebih

sesuai, misal: Surat Perintah Transfer Dana,

Cek, dan lain-lain yang sejenis).

Dalam rangka pertanggungjawaban

pendapatan dan/atau belanja atas PNBP

BLU, BLU mengajukan SP3B BLU kepada

KPPN untuk diterbitkan SP2B BLU. Pejabat

penandatangan SP3B BLU adalah juga

Pejabat Penguji/Penandatangan SPM.

Demikian juga petugas pengantar SP3B

BLU adalah petugas pengantar SPM.

Bendahara Pengeluaran mengelola

rekening pengeluaran untuk menampung

uang yang bersumber dari RM, dan

pengelolaannya mengikuti ketentuan PMK

190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara

Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara.

Pejabat pengelola dana BLU bertugas

untuk mengelola dana BLU yang ditampung

dalam Rekening Operasional, Rekening

Pengelolaan Kas, dan Rekening Dana

Kelolaan. Pemimpin BLU dapat menunjuk

Bendahara Penerimaan yang sudah ada

sebelumnya (ketika satker masih berbentuk

satker PNBP) untuk menjadi pejabat

pengelola dana BLU. Pengelolaan belanja

yang bersumber dari pendapatan BLU,

mengacu pada peraturan yang ditetapkan

oleh pemimpin Satker BLU.

Unsur Pejabat BLU

Bendahara Pengeluaran

Pejabat Pengelola Dana BLU

Page 58: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

44 | MANUAL BLU

1

MENGELOLAKEUANGAN

BLUbagaimana proses perencanaan dan penganggaran BLU?

bagaimana proses pelaksanaan anggaran BLU?

bagaimana proses pengelolaan piutang dan utang BLU?

bagaimana mengelola risiko BLU bidang penyedia barang dan jasa lainnya?

bagaimana menerapkan remunerasi BLU?

4

Page 59: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 45

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

1. Mengidentifikasi Tarif Layanan BLU

BLU dapat memungut biaya kepada

masyarakat sebagai imbalan atas barang/

jasa layanan yang diberikan dalam bentuk

tarif yang disusun atas dasar perhitungan

biaya per unit layanan atau hasil per

investasi dana. Tarif layanan tersebut harus

mempertimbangkan 4 aspek yaitu:

a. Kontinuitas dan pengembangan

layanan;

yaitu pengaruh pengenaan tarif secara

keseluruhan terhadap kelangsungan

hidup (going concern) dan pertumbuhan

satker BLU. Keberlangsungan dan

tingkat pertumbuhan dapat dilihat dari

proyeksi terhadap kinerja layanan/

keuangan yang akan datang yang

tercermin dari proyeksi laporan

keuangan di masa yang akan datang.

b. Daya beli masyarakat;

yaitu pertimbangan yang berorientasi

kepada kemauan dan kemampuan daya

beli masyarakat penerima layanan (ability

and willingness to pay) terhadap masing-

masing tarif layanan.

c. Asas keadilan dan kepatutan;

memperhatikan antara lain :

1) Pengenaan tarif kepada masyarakat

penerima layanan mencerminkan

keadilan dan kepatutan sesuai

dengan golongan masyarakat

penerima layanan tersebut.

2) Tarif yang dikenakan tidak

bertentangan dengan kebijakan dan

peraturan pemerintah yang berlaku.

d. Kompetisi yang sehat

yaitu apabila dibandingkan dengan

industri sejenis dan dengan

mempertimbangkan antara lain faktor

lokasi dan nilai tambah yang diberikan,

tarif yang dikenakan merupakan tarif

yang wajar untuk diberlakukan kepada

masyarakat.

Menteri Keuangan mengatur pedoman

umum penyusunan tarif layanan. Menteri/

pimpinan lembaga mengatur pedoman

teknis penyusunan tarif layanan BLU.

BLU menyusun tarif layanan dengan

memperhatikan pedoman umum dan

pedoman teknis tersebut.

Tarif layanan diusulkan oleh pemimpin BLU

kepada menteri/pimpinan lembaga. Menteri/

pimpinan lembaga menyampaikan usulan

tarif layanan kepada Menteri Keuangan

untuk ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Keuangan.

Bagaimana Proses Perencanaan dan Penganggaran BLU?

Page 60: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

46 | MANUAL BLU

Sistematika Usulan Tarif Layanan BLU kepada Menteri Keuangan

VI.

V.

IV.

III.

II.

I.Pendahuluan

a. Kondisi umum b. Potensi dan permasalahan

Karakteristik BLU

a. Visi, misi dan tujuan b. Tupoksi, struktur organisasi, pusat biaya dan unit-unit layanan c. Produk/layanan

Perhitungan biaya per unit/hasil per investasi danaa. Kebijakan dalam perhitungan biaya per unit /hasil per

investasi danab. Perhitungan biaya per unit hasil per investasi dana per

produk/layanan

Usulan Tarif

a. Kebijakan tarif b. Tarif yang diusulkan

Dasar Pertimbangan Tarif

a. Kontinuitas dan pengembangan layananb. Daya beli masyarakat c. Asas keadilan dan kepatutan d. Kompetisi yang sehat

PENUTUP

Lampiran-Lampiran

Page 61: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 47

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Perencanaan dan Penganggaran BLU

Penyusunan usulan tarif BLU dilakukan

melalui tahap-tahap antara lain :

a. Persiapan usulan tarif layanan yaitu:

1) Mengidentifikasi tarif-tarif yang

sesuai dengan tugas, fungsi, dan

kewenangannya

2) Mengidentifikasi tujuan penentuan

tarif dan bagaimana keterkaitan

penentuan tarif tersebut dengan

strategi satker BLU.

3) Mengumpulkan data-data dan

informasi yang diperlukan dalam

penyusunan usulan tarif.

b Menyusun analisis mengenai kondisi

umum, potensi, dan permasalahan,

yaitu:

1) menyusun analisis mengenai

kondisi tarif BLU yang saat ini telah

diberlakukan, apabila dibandingkan

dengan aspek legalitas, kesesuaian

dengan kebijakan dan regulasi

dalam lingkup kewenangan K/L,

serta kesesuaian dengan ke-4

aspek yang harus diperhatikan

dalam tarif layanan, dan

2) Menyusun analisis permasalahan,

potensi, kelemahan, peluang, serta

tantangan jangka menengah yang

akan dihadapi apabila tarif yang ada

selama ini tetap diberlakukan, serta

bagaimana tarif yang diusulkan oleh

BLU dapat mendorong terwujudnya

visi dan misi BLU

c. Menyusun perhitungan biaya per unit

dengan tahapan antara lain:

1) Mengidentifikasi pusat-pusat biaya

(cost center) dan pusat-pusat

pendapatan (revenue center)

2) Mengidentifikasi layanan pada pusat

pendapatan dan target layanan

sesuai dengan RBA

3) Mengidentifikasi biaya masing-

masing pusatpendapatan. Biaya

dalam masing-masing kegiatan

diklasifikasikan dalam biaya

langsung, tidak langsung, biaya

variabel dan biaya tetap sesuai RBA

serta klasifikasi biaya dari RM dan

PNBP sesuai dengan kebutuhan

dan kebijakan tarif.

4) Melakukan distribusi biaya dari pusat

biaya kepada pusat pendapatan

Tahapan penyusunan perhitungan biaya

per unit tersebut dilakukan dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Perhitungan biaya per unit adalah

perhitungan biaya per unit layanan

dengan ketentuan kebijakan dan

asumsi-asumsi yang digunakan.

2) Metode perhitungan biaya per unit

dapat menggunakan sistem biaya

tradisional, activity base costing atau

metode costing yang lain.

3) Asumsi biaya, volume, pendapatan

sesuai dengan asumsi-asumsi

dalam RBA.

4) Klasifikasi biaya sesuai dengan

metode costing yang digunakan dan

disesuaikan dengan karakteristik

BLU, dan kebutuhan manajemen.

5) Perhitungan biaya per unit bersifat

Page 62: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

48 | MANUAL BLU

Perencanaan dan Penganggaran BLU

full costing yaitu perhitungan semua

biaya secara akrual terdiri dari

biaya yang langsung berhubungan

dengan layanan dan biaya yang

tidak langsung berhubungan

dengan layanan.

6) Distribusi kegiatan tidak langsung

terhadap kegiatan langsung yang

menghasilkan layanan dapat

mengunakan beberapa metode

costing antara lain: Simple

Distribution, Step Down Method,

Activity Based Costing, Double

Distribution atau yang lain.

d. Penyusunan usulan tarif BLU

Penyusunan usulan tarif BLU dilakukan

dengan memperhatikan kebijakan tarif

yang akan dilakukan. Tarif layanan BLU

yang ditetapkan dapat lebih besar dari

biaya per unit layanan (cost plus), lebih

kecil dari biaya per unit layanan (cost

minus) atau sama dengan biaya per unit

layanan (cost recovery).

Setelah usulan tarif layanan tersusun,

satker BLU mengajukan usulan tersebut

kepada menteri/pimpinan lembaga.

Selanjutnya menteri/pimpinan lembaga

melakukan penelahaan usulan tarif dengan

memperhatikan justifikasi 4 aspek tarif dan

kesesuaian tarif yang dikenakan dengan

kebijakan dan peraturan teknis K/L.

Dalam proses penelaahan menteri/pimpinan

lembaga dapat meminta satker BLU untuk

membahas dan memperbaiki usulan tarif

yang diajukan. Hasil pembahasan tersebut

selanjutnya digunakan sebagai bahan

penyempurnaan usulan tarif BLU. Usulan

tarif yang telah disempurnakan diajukan

menteri/pimpinan lembaga kepada Menteri

Keuangan untuk ditetapkan.

Menteri Keuangan c.q. Ditjen

Perbendaharaan c.q. Direktorat PPK BLU

melakukan pengkajian atas kelengkapan

dan kelayakan usulan tarif satker BLU.

Hasil kajian kemudian disampaikan

kepada tim penilai tarif untuk dinilai dengan

memperhatikan justifikasi atas 4 aspek

tarif layanan. Dalam melakukan penilaian

terhadap usulan tarif, tim penilai tarif dapat

mengundang narasumber atau pihak

tekait yang kompeten di bidangnya apabila

diperlukan.

Hasil penilaian berupa rekomendasi

diserahkan kepada Menteri Keuangan

melalui Dirjen Perbendaharaan. Menteri

Keuangan menetapkan/menolak usulan tarif

berdasarkan rekomendasi yang disampaikan

oleh tim penilai tarif.

Selain ditetapkan oleh Menteri Keuangan,

penetapan tarif BLU dapat didelegasikan

oleh Menteri Keuangan kepada menteri/

pimpinan lembaga dan/atau pemimpin BLU.

Pendelegasian kewenangan penetapan tarif

layanan ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Keuangan mengenai penetapan tarif layanan

satker BLU.

2. Mengajukan Target PNBP BLU

Target PNBP BLU merupakan hasil

penghitungan atau penetapan PNBP BLU,

yang diperkirakan akan diterima dalam 1

Page 63: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 49

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Perencanaan dan Penganggaran BLU

tahun yang akan datang (1 Januari

s.d. 31 Desember tahun yang akan

datang). Penyusunan target (rencana)

PNBP BLU dikoordinasikan oleh masing

– masing K/L. Target (rencana) PNBP

BLU disusun serealistis mungkin dengan

memperhitungkan seluruh potensi

pendapatan yang akan diperoleh pada tahun

berkenaan.

3. Menyusun dan Mengajukan Usul

Standar Biaya

Standar Biaya adalah satuan biaya yang

ditetapkan baik berupa SBM maupun SBK

sebagai acuan perhitungan kebutuhan

anggaran dalam RKA-K/L.

SBM adalah satuan biaya berupa harga

satuan, tarif, dan indeks yang digunakan

untuk menyusun biaya komponen masukan

kegiatan. Harga Satuan Biaya Masukan

adalah nilai suatu barang yang ditentukan

pada waktu tertentu untuk penghitungan

biaya komponen masukan kegiatan. Tarif

Biaya Masukan adalah nilai suatu jasa

yang ditentukan pada waktu tertentu untuk

penghitungan biaya komponen masukan

kegiatan.Indeks Biaya Masukan adalah

satuan biaya yang merupakan gabungan

beberapa barang/jasa masukan untuk

penghitungan biaya komponen masukan

kegiatan.

SBM berfungsi sebagai acuan bagi K/L

untuk menyusun biaya komponen masukan

kegiatan dalam RKA-K/L berbasis kinerja

yang merupakan batas tertinggi yang

besaran biayanya tidak dapat dilampaui

dalam penyusunan RKA-K/L.

Dalam rangka pelaksanaan anggaran, SBM

berfungsi sebagai :

a. batas tertinggi yaitu merupakan besaran

biaya yang tidak dapat dilampaui;

b. estimasi yaitu merupakan besaran

biaya yang dapat dilampaui

disesuaikan dengan harga pasar dan

ketersediaan alokasi anggaran dengan

memperhatikan prinsip ekonomis

efisiensi, efektifitas, serta mengacu

pada ketentuan peraturan perundang-

undangan

Selain SBM yang telah ditetapkan, Menteri

Keuangan dapat menyetujui SBM lainnya

berdasarkan usulan dari menteri/pimpinan

lembaga dengan mempertimbangkan hal-hal

antara lain sebagai berikut:

a. kekhususan satuan biaya yang dimiliki

K/L

b. tuntutan peningkatan kualitas pelayanan

publik tertentu; dan/atau

c. daerah terpencil/daerah perbatasan/

pulau terluar.

SBK berfungsi sebagai acuan bagi K/L

untuk menyusun biaya keluaran kegiatan

dalam RKA-K/L berbasis kinerja. Kriteria

keluaran kegiatan yang diusulkan menjadi

SBK adalah sebagai berikut:

a. merupakan keluaran kegiatan yang

bersifat berulang;

b. mempunyai jenis dan satuan yang jelas

Page 64: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

50 | MANUAL BLU

Gambar 4.1. Penyusunan RBA

Perencanaan dan Penganggaran BLU

dan terukur;

c. mempunyai komponen/tahapan yang

jelas dalam pencapaian keluaran;

d. bukan merupakan keluaran kegiatan

pengadaan sarana dan prasarana; dan

e. bukan merupakan keluaran dari

Komponen Kegiatan 001 dan

Komponen Kegiatan 002.

SBK dapat berupa Indeks Biaya Keluaran

atau Total Biaya Keluaran. Dalam rangka

perencanaan anggaran, SBK berfungsi

sebagai:

a. batas tertinggi dalam penyusunan RKA-K/L

b. referensi untuk:

1) penyusunan prakiraan maju; dan/atau

2) bahan penghitungan pagu indikatif K/L

Dalam rangka pelaksanaan anggaran,

Standar Biaya Keluaran berfungsi sebagai

estimasi yang merupakan perkiraan besaran

biaya yang dapat dilampaui disesuaikan

dengan harga pasar dan ketersediaan

alokasi anggaran dengan mengacu pada

ketentuan peraturan perundang-undangan.

K/L menyusun dan mengusulkan SBK

kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur

Jenderal Anggaran. Dalam penyusunan SBK

K/L menggunakan:

a. SBM dan/atau

b. Satuan biaya lain yang tidak termasuk

SBM dengan mempertimbangkan

kepatutan dan kewajaran harga satuan

biaya ( satuan biaya lain tersebut tidak

Page 65: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 51

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Gambar 4.2. Skema Penyusunan RBA

termasuk satuan biaya untuk menambah

penghasilan dan fasilitas pejabat negara/

pegawai negeri/non pegawai negeri)

Mekanisme pengajuan dan penetapan

SBK lebih lanjut agar mengikuti ketentuan

Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur

mengenai Satuan Biaya.

4. Menyusun dan Mengajukan

Pengesahan Rencana Bisnis dan

Anggaran

Pengesahan RBA disusun dengan

mengacu pada RSB lima tahunan,

sementara RSB mengacu pada Renstra

K/L. RBA memuat program, kegiatan,

anggaran pendapatan dan belanja termasuk

estimasi saldo kas.

RBA disusun berdasarkan usulan dari

masing-masing unit kerja pada satker

BLU. Masing-masing unit kerja tersebut

mengajukan kebutuhan anggaran yang

diperlukan beserta target pendapatannya.

Penyusunan kebutuhan anggaran yang

akan diajukan harus berada dalam koridor

program, kegiatan, dan kebijakan yang telah

dituangkan dalam RSB.

Perencanaan dan Penganggaran BLU

Page 66: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

52 | MANUAL BLU

Perencanaan dan Penganggaran BLU

Pemimpin BLU bertugas untuk menerjemahkan

dan mensosialisasikan Renstra Bisnis

tersebut kepada unit-unit kerja yang ada serta

menghimpun rencana dan anggaran yang telah

diajukan oleh masing-masing unit kerja untuk

kemudian ditransformasikan dalam bentuk

RBA. RBA disusun berdasarkan :

1) Basis kinerja dan perhitungan akuntansi

biaya menurut jenis layanannya.

2) Kebutuhan dan kemampuan pendapatan

yang diperkirakan akan diterima.

3) Basis akrual.

RBA menganut pola anggaran fleksibel

dengan persentase ambang batas belanja

tertentu. Pola anggaran leksibel merupakan

pola anggaran yang penganggaran belanjanya

dapat bertambah atau berkurang dari yang

dianggarkan sepanjang pendapatan terkait

bertambah atau berkurang setidaknya

proporsional. Hal ini hanya berlaku untuk

belanja yang bersumber dari pendapatan

PNBP BLU.

Persentase ambang batas merupakan

besaran persentase realisasi belanja yang

dapat melampaui anggaran dalam DIPA BLU.

Besaran ini ditentukan tanpa memperhitungkan

saldo awal kas dan tercantum dalam RKA-K/L

dan DIPA BLU.

Konsolidasi RBA ke dalam RKA-K/L

memerlukan ikhtisar RBA mengingat RBA

berbasis akrual sementara RKA-K/L berbasis

kas. Ikhtisar RBA adalah ringkasan RBA

yang berisikan program, kegiatan, sumber

pendapatan, dan jenis belanja, serta

pembiayaan sesuai dengan format RKA-K/L.

Page 67: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 53

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Gambar 4.3. Belanja pada Ikhtisar RBA

Selanjutnya, pengajuan usulan RBA

oleh Pemimpin BLU untuk mendapatkan

persetujuan dan pengesahan dari menteri/

pimpinan lembaga dapat digambarkan sebagai

berikut :

Perencanaan dan Penganggaran BLU

Page 68: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

54 | MANUAL BLU

Gambar 4.4. Pengajuan dan Pengesahan RBA

Gambar 4.5. Pengkajian dan Penetapan RBA Pagu Anggaran

Perencanaan dan Penganggaran BLU

5. Mengkaji dan Menetapkan RBA

Berdasarkan Pagu Anggaran

Proses pengkajian dan penetapan RBA

berdasarkan Pagu Anggaran dapat

dijelaskan sebagai berikut :

Page 69: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 55

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

7. Menyusun RBA dalam kerangka

Penyusunan APBN

Dalam rangka penyusunan APBN, terdapat

tiga kali penetapan pagu dana untuk K/L

yaitu pagu indikatif, pagu anggaran, dan

alokasi anggaran. Angka yang tercantum

dalam ketiga ketentuan tersebut merupakan

angka tertinggi yang tidak boleh dilampaui

oleh K/L sebagai acuan dalam menyusun

RKA-K/L. Pagu Indikatif adalah ancar-ancar

pagu anggaran yang diberikan kepada K/L

sebagai pedoman dalam penyusunan

6. Menyusun RBA Definitif

Setelah alokasi anggaran ditetapkan satker

BLU sekali lagi menyesuaikan RBA

yang telah dibuat menjadi RBA Definitif.

Penyusunan RBA Definitif dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Gambar 4.6. Penyusunan RBA Definitif

Perencanaan dan Penganggaran BLU

Page 70: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

56 | MANUAL BLU

Perencanaan dan Penganggaran BLU

Gambar 4.7 Penyusunan RBA dalam Kerangka Penyusunan APBN

Renja-K/L. Pagu indikatif diperoleh dari angka

prakiraan maju yang sudah dicantumkan

tahun sebelumnya yang telah melalui proses

penyesuaian ditambah dengan inisiatif baru

pada kesempatan pertama yang diakomodasi/

disetujui

Pagu Anggaran K/L adalah batas tertinggi

anggaran yang dialokasikan kepada K/L

dalam rangka penyusunan RKA-K/L. Pagu

anggaran ditetapkan Menteri Keuangan

dengan berpedoman pada kapasitas fiskal,

besaran pagu indikatif, Renja-K/L, dan

memperhatikan hasil evaluasi kinerja K/L.

Angka yang tercantum dalam pagu anggaran

adalah angka di pagu indikatif, penyesuaian

angka dasar (jika diperlukan lagi) ditambah

dengan inisiatif baru pada kesempatan

kedua yang diakomodasi/disetujui. Pagu

anggaran K/L disampaikan kepada setiap K/L

paling lambat pada akhir bulan Juni. Alokasi

Anggaran K/L adalah batas tertinggi anggaran

pengeluaran yang dialokasikan kepada K/L

berdasarkan hasil pembahasan Rancangan

APBN yang dituangkan dalam berita acara

hasi kesepakatan Pembahasan Rancangan

APBN antara Pemerintah dan DPR. Angka

yang tercantum dalam alokasi anggaran

adalah angka yang tertuang dalam berita acara

hasil kesepakatan pembahasan RUU APBN,

penyesuaian angka dasar (jika diperlukan

lagi), ditambah dengan inisiatif baru pada

kesempatan ketiga yang diakomodasi/disetujui.

Penyusunan RBA oleh satker BLU tidak dapat

dilepaskan dari kerangka penyusunan APBN.

Penyusunan RBA harus sejalan dengan timeline

penetapan pagu indikatif, pagu anggaran dan

alokasi anggaran pada penyusunan APBN.

Page 71: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 57

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Gambar 4.8 DIPA BLU

Bagaimana Proses Pelaksanaan Anggaran BLU?

1. Menyusun DIPA BLU

DIPA BLU disusun dengan mengacu pada

RBA Definitif dan Ikhtisar RBA Definitif. DIPA

BLU merupakan dokumen pelaksanaan

anggaran BLU, dan menjadi dasar

pencairan/penarikan dana dari APBN.

Page 72: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

58 | MANUAL BLU

Penjelasan untuk tanda *) di poin saldo awal kas pada Gambar 4.8 di atas dapat dijelaskan sebagai

berikut :

Gambar 4.9 Saldo Awal Kas

Proses Pelaksanaan Anggaran BLU

2. Mengajukan Pengesahan DIPA BLU

DIPA BLU disampaikan oleh menteri/

pimpinan lembaga kepada Menteri

Keuangan c.q. Dirjen Anggaran. Selanjutnya

Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal

Anggaran mengesahkan DIPA BLU paling

lambat tanggal 31 Desember dengan

menerbitkan Surat Pengesahan DIPA BLU

(SP-DIPA BLU).

3. Mengelola Kas

BLU perlu melakukan pengelolaan kas

terhadap pendapatan yang bersumber

dari pendapatan PNBP. Pengelolaan kas

BLU dilaksanakan berdasarkan praktik

bisnis yang sehat. Artinya, pengelolaan kas

BLU harus ditujukan dan mampu untuk

meningkatkan layanan kepada masyarakat

secara berkesinambungan.

Secara sederhana pengelolaan kas BLU

adalah seluruh aktivitas yang bertujuan untuk

menjamin ketersediaan kas dalam jumlah

dan waktu tertentu dalam rangka pemberian

layanan. Dalam hal pengelolaan kas, BLU

menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut:

a. Merencanakan penerimaan dan

pengeluaran kas berdasarkan rencana

kegiatan yang tercantum dalam RBA.

b. Menerima pendapatan yang bersumber

dari PNBP satker BLU. Pendapatan

PNBP tersebut berasal dari tarif layanan

termasuk pendapatan yang berasal dari

pemanfaatan aset yang dimiliki.

Page 73: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 59

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

c. Menyimpan kas, melakukan pembayaran

dan mengelola rekening bank. Dalam

rangka mengelola pendapatan dan belanja,

satker BLU membuka rekening yang

terdiri dari rekening pengeluaran untuk

menampung dana yang bersumber dari

RM dan rekening lainnya untuk mengelola

pendapatan dan belanja yang bersumber

dari PNBP BLU. Pembukaan rekening

pengeluaran harus mendapat izin terlebih

dahulu dari Kuasa BUN. Sementara

untuk pembukaan rekening lainnya harus

mendapat izin dari Kuasa BUN Pusat

(Ditjen Perbendaharaan).

Rekening lainnya pada BLU terdiri

dari rekening operasional BLU untuk

mengelola pendapatan dan BLU, rekening

pengelolaan kas BLU untuk penempatan

idle cash BLU dan rekening dana

kelolaanmenampung dana yang tidak

dimasukkan ke dua rekening pengelolaan

kas dan operasional BLU.

Gambar 4.10 Pembukaan Rekening

Proses Pelaksanaan Anggaran BLU

Page 74: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

60 | MANUAL BLU

Gambar 4.11 Permohonan Persetujuan Pembukaan Rekening

Gambar 4.12 Pembukaan Rekening Pengelolaan Kas

Proses Pelaksanaan Anggaran BLU

Page 75: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 61

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Dalam rangka pengelolaan kas,

pemimpin BLU dapat menutup rekening

pengelolaan kas BLU untuk dipindahkan

ke rekening operasional BLU

d. Menatausahakan dan

mempertanggungjawabkan pengelolaan

kas. Pemimpin BLU bertanggung jawab

terhadap seluruh dan dana yang berada

pada penguasaaannya dan bertanggung

jawab atas pembayaran yang

dilaksanakannya. Pemimpin BLU juga

perlu melakukan pemeriksaan jumlah

kas yang berada dalam penguasaannya

secara rutin. Selain pemeriksaan kas

secara rutin, setiap transaksi keuangan

yang dilakukan oleh satker BLU juga

harus dibukukan.

Pertanggungjawaban terhadap

pengelolaan kas yang dilakukan

oleh BLU disusun dalam bentuk

laporan. BLU perlu membuat laporan

pertanggungjawaban pengelolaan

kas secara rutin minimal 1 bulan

sekali. Laporan pertanggungjawaban

sekurang-kurang memuat informasi

mengenai keadaan pembukuan pada

bulan pelaporan, meliputi saldo awal,

penambahan, penggunaan, dan

saldo akhir dari buku-buku pembantu

penjelasan atas selisih (jika ada);

4. Mengelola Keuangan Intern Satker

BLU

Salah satu fleksibilitas yang dimiliki

oleh BLU adalah dapat menggunakan

pendapatan yang diperoleh secara

langsung. Untuk menjamin akuntabilitas

keuangan dan mencegah terjadinya

penyimpangan pencairan kas, pemimpin

BLU wajib menyusun SOP pengelolaan

kas.

SOP ini setidaknya terdiri atas prosedur

penerimaan dan prosedur pengeluaran

kas. Prosedur penerimaan menjadi

pedoman bagi masyarakat/mitra kerja

dalam melakukan penyetoran PNBP BLU

dan bagi bendahara dalam melakukan

pencatatan atas penerimaan BLU.

Prosedur penerimaan tidak hanya mengatur

mekanisme penerimaan pada satker BLU,

tetapi juga mengatur prosedur pencatatan/

pengakuan atas PNBP tersebut.

Prosedur pengeluaran menjadi pedoman

bagi bendahara dalam melakukan

pencatatan pengeluaran dan bagi unit-

unit kerja pada satker BLU ketika akan

mencairkan dana BLU untuk membiayai

kegiatannya

5. Mengajukan Pengesahan Pendapatan

dan Belanja BLU

Dalam rangka mempertanggungjawabkan

pendapatan dan belanja PNBP BLU

yang dapat digunakan langsung, BLU

mengajukan SP3B BLU.

Penyampaian SP3B BLU tersebut dapat

dilakukan satu kali atau lebih dalam satu

triwulan, sehingga BLU dapat mengajukan

SP3B BLU ke KPPN secara mingguan,

bulanan dan/atau triwulanan disesuaikan

dengan kebutuhan.

Proses Pelaksanaan Anggaran BLU

Page 76: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

62 | MANUAL BLU

Ilustrasi penyampaian SP3B BLU ke KPPN triwulanan

1) Cut off

a) Triwulan I adalah untuk realisasi pendapatan dan

belanja mulai tanggal 1 Januari s/d 27 Maret 20xx.

Cut off triwulan I adalah tanggal 28 Maret 20xx (3

hari kerja sebelum akhir triwulan I)

b) Triwulan II adalah untuk realisasi pendapatan dan

belanja sejak cut off triwulan I, yaitu tanggal 28

Maret 20xx s/d 26 Juni 20xx. Cut off triwulan II adalah

tanggal 27 Juni 20xx (3 hari kerja sebelum akhir

triwulan II).

c) Triwulan III adalah untuk realisasi pendapatan dan

belanja sejak cut off triwulan II, yaitu tanggal 27 Juni

20xx s/d 26 September 20xx. Cut off triwulan

III adalah tanggal 27 September 20xx (3 hari kerja

sebelum akhir triwulan III).

d) Triwulan IV adalah untuk realisasi pendapatan dan

belanja sejak cut offt riwulan III, yaitu tanggal 27

September 20xx s/d 31 Desember 20xx.

2) Pengajuan SP3B BLU

a) Pengajuan SP3B BLU Triwulan I adalah mulai tanggal

28, 29, 30, dan paling lambat tanggal 31 Maret

20xx pada pukul 10.00 waktu setempat.

b) Pengajuan SP3B BLU Triwulan II adalah mulai tanggal

27, 28, 29, dan paling lambat tanggal 30 Juni 20xx

pada pukul 10.00 waktu setempat.

c) Pengajuan SP3B BLU Triwulan III adalah mulai

tanggal 27, 28, 29, dan paling lambat tanggal 30

September 20xx pada pukul 10.00 waktu setempat.

d) Pengajuan SP3B BLU Triwulan IV mengikuti

ketentuan mengenai langkah-langkah menghadapi

akhir tahun anggaran.

Proses Pelaksanaan Anggaran BLU

Page 77: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 63

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Ilustrasi penyampaian SP3B BLU ke KPPN lebih dari satu kali dalam satu triwulan

Pada triwulan II, SP3B BLU pertama diajukan pada

tanggal 29 Juli 20xx untuk realisasi sejak cut off

pada triwulan II yaitu tanggal 27 Juni 20xx sampai

dengan realisasi pendapatan dan/atau belanja yang

dipertanggungjawabkan dalam SP3B dimaksud yaitu

tanggal 28 Juli 20xx

1) BLU menyampaikan SP3B BLU kedua pada tanggal

25 Agustus 20xx untuk realisasi sejak tanggal 29 Juli

20xx sampai dengan realisasi pendapatan dan/atau

belanja yang dipertanggungjawabkan dalam SP3B

dimaksud yaitu tanggal 24 Agustus 20xx).

2) Dalam hal sampai dengan cut off triwulan III

(27 September 20xx) masih terdapat realisasi

pendapatan dan/atau belanja, maka satker BLU

menyampaikan SP3B BLU ketiga dengan ketentuan

sebagai berikut:

a) SP3B BLU yang ketiga merupakan

pertanggungjawaban realisasi pendapatan dan/atau

belanja sejak tanggal 25 Agustus 20xx s.d. tanggal 26

September 20xx.

b) Pengajuan SP3B BLU yang ketiga adalah mulai

tanggal 27, 28, 29 dan paling lambat tanggal

30September 20xx.

c) Realisasi pendapatan dan/atau belanja

tanggal 27, 28, 29dan 30 September 20xx

dipertanggungjawabkan dalam SP3B BLU Triwulan

berikutnya.

d) Dalam hal sampai dengan cut off triwulan III

(tanggal 27 September 20xx) tidak terdapat realisasi

pendapatan dan/atau belanja, maka satker BLU

tidak menyampaikan SP3B BLU ketiga.

e) Pengajuan SP3B BLU pertama pada triwulan IV

adalah realisasi pendapatan dan belanja sejak cut

off triwulan III (tanggal 27 September 20xx) s.d

realisasi yang akan dipertanggungjawabkan pada

SP3B BLU berikutnya.

Proses Pelaksanaan Anggaran BLU

Page 78: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

64 | MANUAL BLU

a. Pengajuan dan Pengujian SP3B BLU

BLU menyampaikan SP3B BLU ke KPPN

dilampiri:

1) Surat Pernyataan Tanggung Jawab

(SPTJ) yang ditandatangani oleh KPA/

Pemimpin BLU, dan

2) ADK SP3B BLU yang dihasilkan dari

aplikasi yang telah disediakan oleh

Ditjen Perbendaharaan.

KPPN selanjutnya menerbitkan SP2B BLU

berdasarkan SP3B BLU yang diajukan oleh

BLU.

Dalam hal terjadi kesalahan pada SP3B

BLU, BLU mengajukan ralat SP3B BLU

ke KPPN. Kesalahan SP3B BLU dapat

berupa kesalahan administrasi dan/

atau kesalahan pencantuman jumlah

nominal pendapatan dan/atau belanja

BLU, termasuk kesalahan pencantuman

kegiatan, output, jenis belanja, dan akun.

Pengajuan ralat SP3B BLU dilampiri:

1) Fotokopi SP3B BLU yang akan diralat.

2) SPTJ yang ditandatangani oleh KPA/

Pemimpin BLU.

3) ADK dan hard copy ralat SP3B BLU.

4) penjelasan penyebab terjadinya

kesalahan yang ditandatangani KPA/

Pemimpin BLU. KPPN selanjutnya

menerbitkan ralat SP2B BLU

berdasarkan ralat SP3B BLU.

b. Pejabat SP3B BLU dan Tata Cara

Pejabat penandatangan, petugas

pengantar SP3B BLU, dan petugas

pengambil SP2B BLU adalah PP- SPM,

petugas pengantar SPM dan petugas

pengambil SP2D pada BLU. Pada surat

KPA/Kuasa PA tentang penunjukan

PP-SPM, petugas pengantar SPM

dan petugas pengambil SP2D agar

ditambahkan kewenangan sebagai

penandatangan SP3B, pengantar SP3B

BLU dan pengambil SP2B BLU.

6. Mengajukan dan Menyetujui Revisi

RBA

Revisi RBA Definitif dapat dilakukan

sepanjang tidak mengubah program pada

DIPA BLU serta dapat dilakukan:

1) dalam rangka percepatan pencapaian

sasaran kinerja.

2) dalam rangka penggunaan saldo awal

kas untuk menambah pagu belanja.

dan/atau

3) akibat terlampauinya target PNBP BLU.

Dalam hal untuk memenuhi kebutuhan

biaya operasional, atau merupakan hasil

optimalisasi dan digunakan untuk hal-

hal yang bersifat prioritas, mendesak,

kedaruratan atau yang tidak dapat ditunda,

dapat dilakukan antarprogram.

Adapun perubahan yang terjadi akibat revisi

RBA Definitif dan pengaruhnya terhadap

penyusunan Ikhtisar RBA, data RKA-K/L dan

DIPA BLU dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Proses Pelaksanaan Anggaran BLU

Page 79: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 65

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Tabel 4.1 Perubahan Akibat Revisi RBA Definitif

No.Akibat Revisi

RBA Definitif

Menyusun Ikhtisar

RBA

Updating

Data RKA K/L

Revisi

DIPA BLU

1.

Tidak merubah data

RKA K/L dan DIPA

BLU

Tidak Tidak Tidak

2.Hanya merubah data

RKA K/LYa Ya Tidak

3.Merubah data RKA

K/L dan DIPA BLUYa Ya Ya

Proses Pelaksanaan Anggaran BLU

Page 80: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

66 | MANUAL BLU

Gambar 4.13 Kewenangan Pengesahan Revisi RBA Definitif

Revisi RBA Definitif disampaikan kepada

menteri/pimpinan lembaga dan Menteri

Keuangan (DJA dan Ditjen Perbendaharaan).

Revisi RBA Definitif yang telah mendapatkan

pengesahan tersebut di atas merupakan

dasar melakukan kegiatan BLU.

7. Mengajukan dan Mengesahkan Revisi

DIPA BLU

Revisi DIPA BLU yang sumber dananya

berasal dari PNBP dilakukan akibat adanya

Revisi RBA Definitif, perubahan/ralat karena

kesalahan administrasi dan hal-hal khusus

yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Ikhtisar RBA Definitif sebagaimana dijelaskan

pada tabel di atas digunakan sebagai dasar

untuk pemutakhiran RKA K/L atau Revisi

DIPA BLU.

Usul Revisi RBA Definitif yang akan

dilakukan oleh BLU disampaikan unit

kerja BLU bersangkutan kepada pejabat

keuangan BLU, selanjutnya pejabat

keuangan BLU menelaah usulan untuk

kemudian disampaikan kepada pemimpin

BLU guna mendapatkan pengesahan.

Pengaturan mengenai kewenangan

pengesahan Revisi RBA Definitif diatur

sebagai berikut:

Proses Pelaksanaan Anggaran BLU

Page 81: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 67

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Gambar 4.14 Revisi DIPA

Revisi DIPA BLU dapat dilakukan sepanjang:

a. dalam program yang sama.

Dalam hal untuk memenuhi kebutuhan

biaya operasional, atau merupakan hasil

optimalisasi dan digunakan untuk hal-

hal yang bersifat prioritas, mendesak,

kedaruratan atau yang tidak dapat ditunda,

dapat dilakukan antar program.

b. tidak mengurangi volume Keluaran

Kegiatan Prioritas Nasional

dan/atau Prioritas Bidang, dan

c. tidak mengakibatkan pengurangan alokasi

anggaran terhadap:

1) pembayaran berbagai tunggakan.

2) paket pekerjaan yang bersifat

multiyears, dan

3) paket pekerjaan yang telah

dikontrakkan dan/atau direalisasikan

dananya sehingga menjadi minus.

Revisi DIPA BLU yang berakibat menambah

keluaran (output) baru, dapat dilakukan

sepanjang sejalan dengan indikator kinerja

kegiatan dalam DIPA BLU.

Revisi DIPA BLU yang memenuhi batasan-

batasan tersebut di atas dilakukan tanpa

perubahan SP RKA-K/L, sementara

apabila batasan-batasan tidak terpenuhi

maka revisi DIPA BLU dilakukan dengan

Proses Pelaksanaan Anggaran BLU

Page 82: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

68 | MANUAL BLU

berpedoman pada ketentuan yang berlaku,

sebagai contoh revisi penggunaan saldo

awal dan revisi pagu belanja yang melewati

ambang batas dengan menambah output

baru harus mendapat persetujuan Menteri

Keuangan.

Bagaimana Proses Pengelolaan Piutang dan Utang BLU?

1. Menyusun dan Menentukan Kualitas

Piutang

BLU dapat memberikan piutang sehubungan

dengan penyerahan barang, jasa, dan/

atau transaksi lainnya yang berhubungan

langsung atau tidak langsung dengan

kegiatan BLU. Piutang BLU merupakan

piutang negara dan terjadi sehubungan

dengan penyerahan barang dan/atau jasa

(tidak dalam bentuk uang).

Piutang BLU dikelola dan diselesaikan

secara tertib, efisien, ekonomis,

transparan, dan bertanggung jawab

serta dapat memberikan nilai tambah,

sesuai dengan praktik bisnis yang sehat.

Untuk itu Pemimpin BLU wajib membuat

SOP pengelolaan piutang BLU yang

disetujui menteri/pimpinan lembaga yang

bersangkutan. SOP pengelolaan piutang

BLU paling kurang mencakup :

a. Prosedur dan persyaratan pemberian

piutang;

b. Penatausahaan dan akuntansi piutang;

c. Tata cara penagihan piutang; dan

d. Pelaporan piutang

Piutang BLU merupakan aset di neraca

yang harus terjaga agar nilainya sama

dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan

(net realizable value). Untuk itu, diperlukan

penyesuaian dengan membentuk penyisihan

piutang tidak tertagih yaitu cadangan

yang harus dibentuk sebesar persentase

tertentu dari akun piutang berdasarkan

penggolongan kualitas piutang.

Kualitas piutang adalah hampiran

atas ketertagihan piutang yang diukur

berdasarkan kepatuhan membayar

kewajiban oleh debitor.

Penilaian kualitas piutang dilakukan

berdasarkan kondisi piutang pada tanggal

laporan keuangan. Kualitas piutang

menentukan besarnya cadangan yang harus

dibentuk dari akun piutang.

Page 83: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 69

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Tabel 4.2 Penggolongan Kualitas Piutang PNBP

Penggolongan

Kualitas PiutangKondisi Piutang

Kualitas lancarApabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh

tempo yang ditetapkan

Kualitas kurang lancarApabila dalam jangka waktu 1 bulan terhitung sejak tanggal

Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan

Kualitas diragukanApabila dalam jangka waktu 1 bulan terhitung sejak tanggal

Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan

Kualitas macet

Apabila dalam jangka waktu 1 bulan terhitung sejak tanggal

Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan; atau Piutang

telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN

Dalam rangka penyisihan piutang tidak tertagih

pada BLU, Pemimpin BLU wajib menilai kualitas

piutang serta memantau dan mengambil

langkah-langkah yang diperlukan agar hasil

penagihan piutang yang telah disihkan

senantiasa dapat direalisasikan.

Penilaian kualitas piutang dilakukan dengan

mepertimbangkan sekurang-kurangnya :

a. Jatuh tempo piutang

b. Upaya penagihan

Dalam pengelolaan piutang, satker BLU wajib

membentuk penyisihan piutang tidak tertagih

yang umum dan yang khusus. Besarnya

cadangan yang harus dibentuk untuk

penyisihan piutang tidak tertagih yang umum

dan yang khusus ini adalah sebagai berikut :

a. Penyisihan piutang tidak tertagih yang

umum ditetapkan paling sedikit sebesar

0,5% dari piutang yang memiliki kualitas

lancar.

b. Penyisihan piutang tidak tertagih yang

khusus ditetapkan sebesar:

1) 10% dari piutang dengan kualitas

kurang lancar setelah dikurangi dengan

nilai agunan atau nilai barang sitaan;

2) 50% dari piutang dengan kualitas

diragukan setelah dikurangi dengan

Proses Pengelolaan Utang dan Piutang BLU

Page 84: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

70 | MANUAL BLU

nilai agunan atau nilai barang sitaan;

dan

3) 100% dari piutang dengan kualitas

macet setelah dikurangi dengan nilai

agunan atau nilai barang sitaan.

K/L dapat melakukan restrukturisasi

terhadap debitur sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan dalam hal:

a. Debitur mengalami kesulitan

pembayaran; dan/atau

b. Debitur memiliki prospek usaha

yang baik dan diperkirakan mampu

memenuhi kewajiban setelah dilakukan

Restrukturisasi.

Kualitas piutang setelah persetujuan

restrukturisasi dapat diubah oleh K/L, yaitu:

a. setinggi-tingginya kualitas kurang

lancar untuk piutang yang sebelum

restrukturisasi memiliki kualitas diragukan

atau kualitas macet; dan

b. tidak berubah, apabila piutang yang

sebelum restrukturisasi memiliki kualitas

kurang lancar

Apabila kewajiban yang ditentukan dalam

restrukturisasi tidak dipenuhi oleh debitur,

maka kualitas piutang dinilai kembali seakan-

akan tidak terdapat restrukturisasi.

2. Menyetujui dan Menghapus Piutang

Bersyarat

Satker BLU harus melakukan penagihan

secara maksimal terhadap piutang BLU.

Dalam hal piutang BLU tidak terselesaikan

setelah dilakukan penagihan secara

maksimal maka tahap-tahap yang dilakukan

adalah:

a. BLU menyerahkan pengurusan piutang

kepada PUPN/DJKN sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan di

bidang pengurusan piutang negara,

b. PUPN mengurus sampai lunas, selesai,

optimal/dinyatakan PSBDT, atau

c. Pemimpin BLU melakukan penghapusan

secara bersyarat terhadap piutang

BLU yang dinyatakan PSBDT

dengan menerbitkan surat keputusan

penghapusan.

Penghapusan secara bersyarat terhadap

piutang BLU yang telah dinyatakan PSBDT

oleh PUPN dilakukan dengan menghapuskan

Piutang BLU dari pembukuan BLU tanpa

menghapus hak tagih negara. Penghapusan

secara bersyarat terhadap piutang BLU

dilakukan dengan dilengkapi :

a. Daftar nominatif para penanggung utang

b. Besaran piutang yang dihapuskan; dan

c. Surat pernyataan PSBDT dari PUPN

Pemimpin BLU diberikan kewenangan

penghapusan secara bersyarat sesuai jenjang

kewenangannya. Kewenangan penghapusan

secara bersyarat terhadap piutang BLU adalah

sebagai berikut:

Proses Pengelolaan Utang dan Piutang BLU

Page 85: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 71

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

No. Jumlah Piutang Kewenangan Keterangan

1.

≤ Rp200.000.000

per penanggung

utang.Pemimpin BLU

Penghapusan piutang BLU

dilaporkan kepada Dewas atau

pejabat yang ditunjuk dengan

tembusan kepada menteri/

pimpinan lembaga

2.

Rp200.000.001 sd.

Rp500.000.000 per

penanggung utang.

Pemimpin BLU dengan

persetujuan Dewas atau pejabat

yang ditunjuk oleh menteri/

pimpinan lembaga yang

bersangkutan

Ya

3.

> Rp500.000.000

per penanggung utang

Sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang

penghapusan Piutang Negara

Ya

Tabel 4.3 Kewenangan Penghapusan secara bersyarat terhadap PiutangBLU

Perlakuan akuntansi penghapusan piutang

dilakukan dengan cara mengurangi akun

piutang dan akun penyisihan piutang tidak

tertagih sebesar jumlah yang tercantum dalam

surat keputusan.

Selanjutnya pemimpin BLU menyampaikan

laporan penghapusan secara bersyarat

terhadap piutang BLU kepada Menteri

Keuangan c.q. Direktur Jenderal Kekayaan

Negara dan Direktur Jenderal Perbendaharaan

paling lambat lima hari kerja setelah surat

keputusan penghapusan diterbitkan.

Penghapusan secara mutlak terhadap piutang

BLU dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang penghapusan

piutang negara..

Proses Pengelolaan Utang dan Piutang BLU

Page 86: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

72 | MANUAL BLU

Alur penghapusan piutang BLU adalah sebagai berikut:

Gambar 4.15 Alur Penghapusan Piutang BLU

3. Kriteria dan Batasan Utang BLU

Dalam kegiatan operasional dengan pihak

lain, BLU dapat memiliki utang yang dikelola

secara tertib, efisien, ekonomis, transparan,

dan bertanggung jawab, sesuai dengan

praktik bisnis yang sehat. Pembayaran

utang BLU pada prinsipnya menjadi

tanggung jawab BLU dan harus dibayarkan

dari PNBP BLU. Secara umum, terdapat

dua jenis utang pada BLU yaitu utang jangka

pendek dan utang jangka panjang. Utang

jangka pendek ditujukan hanya untuk belanja

operasional, dan utang jangka panjang

dapat dilakukan apabila mendapatkan ijin

dari Menteri Keuangan.

BLU dapat melakukan pinjaman jangka

pendek atas namanya sendiri sesuai

kebutuhan. Pinjaman jangka pendek

merupakan pinjaman dalam rangka

menutup selisih antara jumlah kas yang

tersedia ditambah aliran kas masuk yang

diharapkan dengan jumlah pengeluaran yang

diproyeksikan dalam suatu tahun anggaran

(mismatch). Pinjaman jangka pendek

digunakan untuk memenuhi kebutuhan

belanja operasional/memberikan manfaat

jangka pendek.

BLU dapat melakukan perikatan pinjaman

jangka pendek dengan pihak lain yaitu

badan usaha dalam negeri baik berupa

lembaga keuangan perbankan maupun

non perbankan, badan usaha lainnya atau

BLU. Dalam melakukan perikatan pinjaman

Proses Pengelolaan Utang dan Piutang BLU

Page 87: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 73

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

dimaksud aset tetap dilarang dijadikan

jaminan.

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam

melakukan pinjaman jangka pendek adalah:

a. Kegiatan tersebut telah tercantum

dalam RBA tahun anggaran berjalan,

namun dana yang tersedia dari PNBP

tidak/belum mencukupi untuk menutup

kebutuhan atau kekurangan dana untuk

membiayai kegiatan dimaksud.

b. Kegiatan yang akan dibiayai bersifat

mendesak dan tidak dapat ditunda.

c. Saldo kas dan setara kas BLU tidak

mencukupi atau tidak memadai untuk

membiayai pengeluaran dimaksud, dan

d. Jumlah pinjaman jangka pendek yang

masih ada ditambah dengan jumlah

pinjaman jangka pendek yang akan

ditarik tidak melebihi 15% (lima belas

persen) dari jumlah pendapatan BLU

tahun anggaran sebelumnya yang tidak

bersumber langsung dari APBN (Rupiah

Murni) dan hibah terikat.

Tabel 4.4 Kewenangan Persetujuan atas Pinjaman Jangka Pendek BLU

No. Jumlah Pinjaman Kewenangan

1.

≤ 10% jumlah pendapatan BLU

tahun anggaran sebelumnya yang

tidak bersumber dari APBN (Rupiah

Murni) dan hibah terikat.

Pemimpin BLU

2.

10% < X ≤ 15% jumlah pendapatan

BLU tahun anggaran sebelumnya

yang tidak bersumber dari APBN

(Rupiah Murni) dan hibah terikat..

Pemimpin BLU atas persetujuan Dewan

Pengawas

3.

10% < X ≤ 15% jumlah pendapatan

BLU tahun anggaran sebelumnya

yang tidak bersumber dari RM dan

hibah terikat.

Pemimpin BLU atas persetujuan

menteri/pimpinan lembaga atau

pejabat yang ditunjuk oleh menteri/

pimpinan lembaga bagi BLU yang

tidak memiliki Dewas

Proses Pengelolaan Utang dan Piutang BLU

Page 88: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

74 | MANUAL BLU

Pelaksanaan pinjaman jangka pendek antara

BLU dengan pihak lain, dituangkan dalam

Perjanjian Pinjaman yang paling kurang

memuat hal-hal sebagai berikut:

a. pihak-pihak yang mengadakan Perjanjian

Pinjaman

b. jumlah pinjaman

c. peruntukan pinjaman

d. persyaratan pinjaman

e. tata cara pencairan pinjaman dan

f. tata cara pembayaran pinjaman.

Pejabat Keuangan BLU melaksanakan

pembayaran pokok pinjaman, bunga,

dan biaya lainnya pada saat jatuh tempo

sesuai Perjanjian Pinjaman. Kewajiban

yang timbul sebagai akibat dari Perjanjian

Pinjaman merupakan tanggung jawab BLU.

Penatausahaan pinjaman jangka pendek

dilaksanakan oleh Pejabat Keuangan BLU,

mencakup kegiatan:

a. administrasi pengelolaan pinjaman dan

b. akuntansi pengelolaan pinjaman.

Dalam hal terdapat penyelesaian kegiatan

yang lambat atau penyerapan pinjaman yang

rendah, Pemimpin BLU mengambil langkah-

langkah penyelesaian. Pemimpin BLU

melakukan evaluasi kinerja kegiatan yang

didanai dari pinjaman paling sedikit setiap

semester berdasarkan sasaran dan/atau

standar kinerja yang telah ditetapkan.

Pejabat keuangan BLU menyampaikan

laporan bulanan kepada Pemimpin BLU

mengenai realisasi penyerapan dan

pembayaran kewajiban yang timbul akibat

pinjaman jangka pendek.

Pejabat teknis BLU menyampaikan laporan

bulanan kepada Pemimpin BLU mengenai

realisasi kegiatan yang dibiayai Pinjaman

jangka pendek. Laporan bulanan tersebut

disampaikan oleh Pemimpin BLU kepada

Dewan Pengawas atau menteri/pimpinan

lembaga untuk BLU yang tidak memiliki

Dewas.

BLU yang beralih statusnya menjadi badan

hukum lain dengan kekayaan negara yang

dipisahkan atau turun statusnya menjadi

satker PNBP harus menyelesaikan sisa

kewajiban yang timbul sebagai akibat dari

Perjanjian Pinjaman.

Proses Pengelolaan Utang dan Piutuang BLU

Page 89: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 75

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Bagaimanakah Mengelola Risiko BLU Bidang Penyedia Barang dan Jasa Lainnya?

1. Menerapkan Manajemen Risiko Pada

BLU

Manajemen risiko adalah kegiatan kunci

bagi suatu organisasi. Manajemen risiko

yang berhasil akan menjamin pencapaian

tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Tujuan organisasi tersebut dicapai melalui

serangkaian aktivitas dari penetapan

perencanaan strategis, pelaksanaan tugas

dan fungsi, dan pengelolaan sumber

daya. Keseluruhan aktivitas tersebut

melibatkan risiko. Manajemen risiko

membantu pengambilan keputusan dengan

mempertimbangkan ketidakpastian dan

pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan.

Dengan perkembangan kompleksitas

pengelolaan keuangan BLU, perlu diterapkan

manajemen risiko pada BLU. Manajemen

Risiko dimaksudkan sebagai salah satu

upaya untuk mendukung pencapaian tujuan

dan misi organisasi secara efektif, efisien,

dan produktif.

2. Tujuan dan Manfaat Penerapan

Manajemen Risiko

a. Penerapan manajemen risiko bagi BLU

bertujuan untuk:

1) Mengantisiapsi dan menangani

segala bentuk risiko secara efektif

dan efisien;

2) Mengidentifikasi, mengukur, dan

mengendalikan risiko serta memantau

kinerja manajemen risiko, dan

3) Mengintgrasikan proses manajemen

risiko ke dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi kinerja.

b. Manfaat penerapan manajemen risiko:

1) Menghindari terjadinya hal-hal yang

tidak diharapkan dalam bentuk

keluhan maupun keberatan dari

stakeholders;

2) Memberikan perlindungan bagi

satker BLU sebagai akibat kegagalan

manusia, proses, dan sistem, dan

3) Meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan

produktivitas.

Page 90: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

76 | MANUAL BLU

Risiko, Manajemen Risiko,

Kemungkinan dan Dampak Risiko

Risiko adalah segala sesuatu yang berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan yang diukur

berdasarkan kemungkinan dan dampaknya sementara manajemen risiko adalah pendekatan

sistematis untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi ketidakpastian.

Kemungkinan Keterangan

Rendah Tidak Pernah-Jarang Terjadi

Sedang Kemungkinan terjadinya Sedang

Tinggi Kemungkinan Tinggi terjadi/Hampir Pasti terjadi

Kemungkinan Resiko

Dampak Risiko

Tingkat Konsekuensi Risiko Keterangan

Rendah

- Pengaruhnya terhadap strategi dan aktivitas operasi

rendah

- Pengaruhnya terhadap kepentingan para pemangku

kepentingan (stakeholders) rendah

Sedang

- Pengaruhnya terhadap strategi dan aktivitas operasi

sedang

- Pengaruhnya terhadap kepentingan para pemangku

kepentingan (stakeholders) sedang

Tinggi

- Pengaruhnya terhadap strategi dan aktivitas operasi

tinggi

- Pengaruhnya terhadap kepentingan para pemangku

kepentingan (stakeholders) tinggi

Mengelola Risiko BLU

Page 91: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 77

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

3. Struktur Manajemen Risiko

Pengelolaan risiko BLU mengadopsi model

tiga tingkatan pengendalian sebagaimana

terlihat pada gambar berikut:

Gambar 4.16 Model Tiga Tingkat Pengendalian

Mengelola Risiko BLU

Model tersebut bekerja sebagai berikut:

1. Pengendalian di tingkat kebijakan

bertanggung jawab untuk

mengkoordinasikan, memfasilitasi, dan

mengawasi efektivitas dan integritas proses

manajemen risiko.

2. Pejabat di tingkat pengendalian operasional

bertanggung jawab langsung atas

pengelolaan dan pengendalian risiko

sehari-hari.

3. Tingkatan pengawasan pengendalian

berfungsi memberikan penilaian

Page 92: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

78 | MANUAL BLU

independen atas efektivitas pelaksanaan

manajemen risiko.

Secara umum, risiko yang berpotensi

muncul dalam organisasi dan perlu

memperoleh perhatian dapat dikategorikan

sebagai berikut:

a. Fraud/adanya tindak kecurangan.

Ciri-cirinya: disengaja, melanggar

hukum, merugikan negara.

b. Stratejik dan kebijakan, risiko ini

disebabkan oleh:

1) Perubahan kebijakan lingkungan

organisasi

2) Kebijakan organisasi sebagai

respon terhadap perubahan

kebijakan lingkungan organiasasi

c. Operasional, risiko ini disebabkan

terjadinya kegagalan pada:

1) SDM

2) Proses

3) Sistem

d. Kepatuhan, munculnya risiko ini

karena adanya pelanggaran terhadap

peraturan perundang-undangan dan

ketentuan yang berlaku

e. Finansial, adalah risiko yang

disebabkan oleh adanya kegagalan

pihak ketiga dalam memenuhi

kewajibannya kepada BLU.

4. Proses Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko adalah sebagai

berikut :

a. Penetapan konteks dilakukan dengan

cara menjabarkan latar belakang, ruang

lingkup, tujuan, dan kondisi lingkungan

pengendalian dimana manajemen

risiko akan diterapkan.

b. Identifikasi risiko dilakukan dengan cara

mengidentifikasi lokasi, waktu, sebab

dan proses terjadinya peristiwa risiko

yang dapat menghalangi, menurunkan,

atau menunda tercapainya sasaran

BLU.

c. Analisis risiko dilakukan dengan

cara mencermati sumber risiko dan

tingkat pengendalian yang ada serta

dilanjutkan dengan menilai risiko dari

sisi konsekuensi dan kemungkinan

terjadinya.

d. Evaluasi risiko dilakukan untuk

pengambilan keputusan mengenai

perlu tidaknya dilakukan penanganan

risiko lebih lanjut serta prioritas

penanganannya.

e. Penanganan risiko dilakukan dengan

mengidentifikasi berbagai opsi

penanganan risiko yang tersedia dan

memutuskan opsi penanganan risiko

yang terbaik yang dilanjutkan dengan

pengembangan rencana mitigasi risiko.

f. Monitoring dan Reviu dilakukan dengan

cara memantau efektivitas rencana

penanganan risiko, strategi, dan sistem

manajemen risiko.

g. Komunikasi dan konsultasi dilakukan

dengan cara mengembangkan

komunikasi kepada stakeholder internal

maupun eksternal.

5. Mitigasi Risiko

Risiko-risiko yang telah diidentifikasi dan

dianalisis, langkah selanjutnya adalah

Mengelola Risiko BLU

Page 93: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 79

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

dilakukan mitigasi atas risiko-risiko

tersebut. Mitigasi risiko ini ditujukan untuk

menentukan jenis penanganan yang efektif

dan efisien untuk setiap risiko tersebut.

Manajemen memilih serangkaian aksi

tindak lanjut selaras dengan toleransi risiko

perusahaan.

Strategi yang dapat diambil antara lain:

a. Menghindari aktivitas yang

mengandung risiko. Opsi ini dipilih

apabila dampak risiko lebih besar

daripada dampak tercapainya tujuan

organisasi, opportunity loss, dan biaya

untuk menghindari risiko.

b. Mengurangi baik kemungkinan dan/

atau dampak. Opsi ini dilakukan

dengan membuat membuat analisis

biaya manfaat terlebih dahulu.

c. Memindahkan (transfer), yaitu

melakukan transfer risiko dengan

pihak ketiga. Opsi ini dilakukan apabila

kemampuan pemilik risiko dalam

mengelola risiko lebih kecil daripada

kemampuan pihak ketiga yang akan

dibagi risikonya. Selain itu, biaya untuk

membagi risiko lebih kecil daripada

dampak risiko yang akan diterima.

Contoh: asuransi dan kontrak kerja

dengan pihak ketiga (outsourcing).

d. Menerima risiko dengan tidak

melakukan tindakan apapun untuk

mempengaruhi dampak dan

kemungkinan risiko. Opsi ini dipilih

apabila kapasitas untuk menerima

risiko lebih besar daripada dampak

risiko yang diterima.

Mengelola Risiko BLU

Page 94: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

80 | MANUAL BLU

Tabel 4.5. Risiko Utama Satker BLU Bidang Penyedia Barang dan Jasa Lainnya

Jenis Risiko Mitigasi Risiko

1. Fraud

Mark up harga pada saat perencanaan dan

pelaksanaan pengadaan barang/ jasa

• Mengoptimalkan pengawasan dan

pengendalian dalam proses penganggaran

dan pelaksanaan pengadaan.

Terdapat pendapatan (PNBP) tidak

dipertanggungjawabkan, karena faktor

kesengajaan.

• Mengoptimalkan mekanisme saling uji

(check and balance) di internal BLU

• mengintensifkan peran SPI.

Penyalahgunaan pengelolaan kas jangka

pendek BLU

• Menyusun SOP pengelolaan kas jangka

pendek BLU

• Meningkatkan pengawasan oleh SPI

2. Stratejik

Kompetitor dengan produk yang sama

yang menjual produknya dengan diskon dan

fasilitas tertentu.

• Penetapan harga jual (tarif) bersaing dan

mutu terjamin sesuai standar ISO/SNI.

Jasa layanan tidak berkembang, karena

proses inovasi tidak jalan.

Memberi kesempatan kepada SDM untuk

membangun kreativitas dan inovasi

Pergantian pimpinan BLU yang berakibat

perubahan orientasi satker

• Menyusun RSB yang telah disepakati K/L.

• Melakukan kaderisasi pejabat pengelola

BLU.

3. Operasional

Tidak tercapainya target pendapatan layanan

sesuai RBA

• Monitoring dan evaluasi realisasi

pendapatan secara berkala

• Evaluasi target kinerja

• Peningkatan sarana dan prasarana layanan

Mengelola Risiko BLU

Page 95: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 81

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Jenis Risiko Mitigasi Risiko

Tim Teknis tidak menyelesaikan kegiatan

tepat waktu.• Mengoptimalkan peran SPI.

Pembatalan kontrak secara sepihak

(termin II tidak dilanjutkan)

• Memperkuat klausul dalam kontrak terkait

sanksi dalam hal terjadi pembatalan.

Pengangkatan SDM non-PNS yang

tidak efisien

• Melakukan analisis kebutuhan SDM BLU

• Mengangkat pegawai non-PNS sesuai

kebutuhan BLU

Alat peraga dan sarana pendukung tidak

berfungsi optimal baik yang diakibatkan

oleh internal BLU maupun pihak luar

(misalnya terganggunya aliran listrik)

• Melakukan perawatan berkala dan

perbaikan dengan mengacu kepada

Prosedur Mutu (PM) yang sudah disusun

dan menjadi komitmen bersama yang telah

disyaratkan dalam ISO.

4. Finansial

Proses administrasi pencairan dana

(internal BLU) yang terlambat.

• Perencanaan cash flow

• Menjalankan SOP secara optimal

• Peningkatan kompetensi SDM

Pendapatan BBIA menurun akibat

pelanggan tidak memenuhi kewajiban

hutangnya.

• Efektivitas penagihan piutang dan

menerapkan kebijakan membayar dimuka.

Keterlambatan pembayaran dari mitra

• Mengatur cash flow,

• Koordinasi intens dengan mitra,

• Terdapat pasal mengenai sanksi

keterlambatan pembayaran di dalam

kontrak

Perubahan nilai kurs • Diatur dalam kontrak

Membengkaknya biaya proyek • Pematangan dalam perencanaan proyek.

Pendanaan awal (bridging) yang tidak

menghasilkan kontrak (kontrak tidak

ter-realisasi)

• Mematangkan kajian proyek.

• Memiliki kriteria penerimaan proyek yang

akan diambil.

Mengelola Risiko BLU

Page 96: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

82 | MANUAL BLU

Jenis Risiko Mitigasi Risiko

5. Reputasi

Pengajuan atau munculnya klaim dari

Mitra/Klien

• Pemenuhan user requirement,

• Peningkatan kompetensi SDM

Hasil survei mengindikasikan kepuasan • Evaluasi terhadap kualitas layanan

pelanggan menurun. • Memperketat manajemen mutu.

Pelaksanaan manajemen risiko haruslah

menjadi bagian integral dari pelaksanaan

sistem manajemen BLU. Proses manajemen

risiko ini merupakan salah satu langkah yang

dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan

berkelanjutan (continuous improvement).

Monitoring selama pengendalian risiko

berlangsung perlu dilakukan untuk mengetahui

perubahan-perubahan yang bisa terjadi.

Perubahan-perubahan tersebut kemudian

perlu ditelaah ulang untuk selanjutnya dilakukan

perbaikan-perbaikan. Pada prinsipnya

pemantauan dan telaah ulang perlu untuk

dilakukan untuk menjamin terlaksananya

seluruh proses manajemen risiko dengan

optimal.

Satker BLU dapat membuat dan memonitor

risiko-risiko lainnya yang mungkin timbul, sesuai

selera risiko (risk appetite) pemilik risiko.

Mengelola Risiko BLU

Page 97: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 83

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

1. Umum

Remunerasi merupakan imbalan kerja

yang dapat berupa gaji, honorarium,

tunjangan tetap, insentif, bonus atas

prestasi, pesangon, dan/atau pensiun.

Remunerasi diberikan kepada Pejabat

Pengelola, Dewas, dan Pegawai BLU

berdasarkan tingkat tanggung jawab dan

tuntutan profesionalisme yang diperlukan.

Remunerasi dapat juga diberikan kepada

Sekretaris Dewas. Penentuan besaran

gaji Pemimpin BLU ditetapkan dengan

mempertimbangkan faktor-faktor sebagai

berikut :

a. Proporsionalitas, yaitu pertimbangan

atas ukuran (size) dan jumlah aset yang

dikelola BLU serta tingkat pelayanan;

b. Kesetaraan, yaitu dengan

memperhatikan industri pelayanan

sejenis;

c. Kepatutan, yaitu menyesuaikan

kemampuan pendapatan BLU yang

bersangkutan.

Kinerja operasional BLU yang ditetapkan

oleh menteri/pimpinan lembaga sekurang-

kurangnya mempertimbangkan indikator

keuangan, pelayanan, mutu dan manfaat

bagi masyarakat Dalam rangka pemberian

remunerasi tersebut, maka BLU harus

memperhatikan komponen sistem

remunerasi sebagai berikut:

a. Pay for position

Penghargaan pelaksanaan pekerjaan

(pay for position) untuk mendorong dan

menghargai berlangsungnya kewajiban

pelaksanaan proses bekerja. Komponen

ini dikaitkan dengan harga jabatan.

Untuk PNS, struktur remunerasinya terdiri

dari gaji pokok dan tunjangan tunjangan

struktural/fungsional yang dibayarkan

dari RM ditambah tunjangan yang

dibayarkan dari pendapatan BLU (PNBP).

Sementara untuk non PNS profesional

struktur remunerasinya merupakan

penyetaraan sebagai PNS ditambah

tunjangan yang semuanya dibayarkan

dari pendapatan BLU (PNBP). Besaran

remunerasi bersifat tetap dan dibayarkan

rutin setiap bulan.

b. Pay for performance

Penghargaan kinerja (pay for

performance) bertujuan untuk

mendorong motivasi perwujudan kinerja.

Komponen remunerasi ini dikaitkan

dengan pencapaian target kinerja

sebagaimana yang telah dikontrak-

kinerjakan. Komponen ini diberikan

sebagai penghargaan atas capaian

kinerja individu yang dikaitkan dengan

kinerja unit kerja/organisasi. Komponen

ini berupa insentif dan/atau bonus.

Besarannya tergantung pada tingkat

capaian target dan dibayarkan secara

periodik sesuai kebijakan unit kerja/

organisasi.

Bagaimana Menerapkan

Remunerasi BLU?

Page 98: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

84 | MANUAL BLU

c. Pay for people

Program perlindungan keamanan,

fasilitas untuk mendukung kenyamanan

dan kesejahteraan yang ditetapkan

dengan kriteria yang bersifat individual

(pay for people) atau disebut dengan

program benefit. Komponen remunerasi

ini terkait dengan kondisi perorangan/

individu, yang dapat berupa premi

asuransi, pesangon, pensiun.

Hal utama yang perlu pula diperhatikan

dalam rangka pemberian remunerasi

adalah pelaksanaan proses analisis jabatan

yang terdapat pada BLU. Proses ini dimulai

dari aktivitas analisis jabatan, menyusun

uraian jabatan, dan melaksanakan evaluasi

jabatan.

Rangkaian proses analisis jabatan

dilakukan dalam rangka mengidentifikasi :

a. Tingkat risiko jabatan yang disandang

(misalnya risiko terkait dengan masalah

penggunaan dana/uang, risiko

penyalahgunaan wewenang);

b. Tingkat kompleksitas jabatan (mis.

seorang peneliti yang merangkap

sebagai pimpinan BLU);

c. Peringkat jabatan (misalnya seorang

peneliti yang merangkap jabatan

sebagai pimpinan BLU diberi peringkat

tertinggi, karena memiliki risiko dan

kompleksitas jabatan yang tinggi).

Analisis jabatan dilaksanakan dengan cara

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Kompetensi jabatan (misalnya jenjang

pendidikan minimal pascasarjana untuk

Direktur Utama);

b. Tingkat urgensi tugas sebuah jabatan

dalam sebuah proses bisnis (misalnya

seorang Kepala Bagian Keuangan

yang memiliki kewenangan melakukan

otorisasi pengeluaran unit kerja).

2. Teknis Penerapan Sistem Remunerasi

Perhitungan besaran gaji Pejabat Keuangan

dan Pejabat Teknis ditetapkan sebesar

90% dari gaji Pemimpin BLU. Sedangkan

perhitungan honorarium Dewas ditetapkan

sebagai berikut :

a. Honorarium Ketua Dewas sebesar 40%

dari gaji Pemimpin BLU.

b. Honorarium anggota Dewas sebesar

36% dari gaji Pemimpin BLU.

c. Honorarium Sekretaris Dewas sebesar

15% dari gaji Pemimpin BLU

Bagi Pejabat Pengelola, Dewas dan

Sekretaris Dewas yang diberhentikan

sementara dari jabatannya memperoleh

penghasilan sebesar 50% dari gaji/

honorarium bulan terakhir yang berlaku

sejak tanggal diberhentikan sampai dengan

ditetapkannya keputusan definitif tentang

jabatan yang bersangkutan.

Disamping pemberian gaji/honorarium,

Pejabat Pengelola, Dewas, Sekretaris

Dewas, dan pegawai BLU dapat

memperoleh tunjangan tetap, insentif, bonus

atas prestasi, pesangon dan/atau pensiun

dengan memperhatikan kemampuan

pendapatan BLU yang bersangkutan.

Apabila Pejabat Pengelola, Dewas, dan

Menerapkan Remunerasi BLU

Page 99: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 85

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Sekretaris Dewas telah berakhir masa

jabatannya, dapat diberikan pesangon

berupa santunan purna jabatan dengan

pengikutsertaan dalam program asuransi

atau tabungan pensiun yang beban premi/

iuran tahunannya ditanggung oleh BLU

yang besarannya ditetapkan paling banyak

sebesar 25% dari gaji/honorarium dalam

satu tahun.

Besaran remunerasi untuk Pejabat Pengelola,

Dewas, Sekretaris Dewas, dan pegawai BLU

pada masing-masing BLU ditetapkan oleh

Menteri Keuangan berdasarkan usulan menteri/

pimpinan Lembaga.

Gambar 4.17 Tahapan Penyusunan Usulan Remunerasi

Dokumen sumber yang diperlukan dalam

rangka penyusunan proposal remunerasi:

a. Tugas Dan Fungsi BLU

b. Struktur Organisasi BLU

c. Diskripsi Pekerjaan/Job Desk

d. Kompetensi Jabatan/Job Competency

e. Data Pembanding/Benchmarking

f. Data Keuangan

g. Data Kinerja

Menerapkan Remunerasi BLU

3. Penyusunan Usulan Remunerasi

Page 100: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

86 | MANUAL BLU

Bab I. Pendahuluan

1. Latar Belakang :

Menjelaskan latar belakang, urgensitas dan pertimbangan usulan pengusulan remunerasi

2. Maksud dan Tujuan :

Maksud dan tujuan sistem remunerasi dengan sistem kinerja BLU berdasarkan visi dan

misi organisasi.

3. Landasan hukum

Ketentuan dan peraturan yang menjadi landasan hukum penetapan sistem remunerasi

baru ini adalah segala ketentuan dan peraturan terbaru dan atau yang masih berlaku

Bab II. Data Umum BLU

1. Visi, misi, tujuan, dan budaya kerja organisasi

2. Tugas dan fungsi organisasi

3. Struktur organisasi

4. Komposisi pegawai

(PNS, non PNS Profesional, dan rencana pengembangan pegawai

5. Data Kinerja

a. Data Keuangan (3 tahun sebelum, tahun berjalan, dan 3 tahun kedepan)

- Rupiah Murni

Pagu, Realisasi Belanja (Belanja Pegawai, Belanja Barang dan BelanjaModal)

- PNBP

Target, Realisasi Belanja (Belanja Barang dan Belanja Modal)

b. Data Keuangan

- Belanja Pegawai terdiri dari Rupiah Murni (akun 51 dan 52) dan PNBP

- proyeksi keuangan

c. Kinerja Operasional

Bab III. Sistem Remunerasi

1. Kebijakan eksisting remunerasi

2. Rencana kebijakan remunerasi

3. Identifikasi komponen remunerasi

4. Perhitungan remunerasi

Proposal

Usulan Remunerasi

Menerapkan Remunerasi BLU

Page 101: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 87

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Proposal

Usulan Remunerasi

a. komponen pay for position

b. komponen pay for performance

c. komponen pay for people

5. Penyusunan skala/struktur jabatan (struktural dan fungsional)

6. Penyusunan skala besaran remunerasi

a. Besaran remunerasi mencerminkan nilai jabatan dan/atau

b. benchmarking dari jabatan yang selevel pada industri yang sejenis

yang memiliki skala/kompleksitas mendekati sama

7. Perhitungan kebutuhan remunerasi

Menyajikan perhitungan kebutuhan remunerasi untuk 1 bulan dan 1 tahun termasuk gaji ke

13 dan sumber pembiayaan remunerasi (RM dan PNBP).

Bab IV : Analisa Remunerasi

Analisa didasarkan pada empat faktor :

- Proporsionalitas, yaitu pertimbangan atas ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola BLU

serta tingkat pelayanan;

- Kesetaraan, yaitu dengan memperhatikan industri pelayanan sejenis;

- Kepatutan, yaitu menyesuaikan dengan kemampuan pendapatan BLU yang bersangkutan;

- Kinerja operasional BLU, ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Dewan Kawasan.

Bab V : Penutup

Menerapkan Remunerasi BLU

Page 102: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

88 | MANUAL BLU

Aku

ntab

ilitas

BLU

AKUNTABILITASBLU

bagaimana bentuk pertanggungjawaban BLU?

bagaimana pengawasan dan pemeriksaan BLU? 5

Page 103: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 89

Aku

ntab

ilitas

BLU

Bagaimana Bentuk

Pertanggungjawaban BLU?

BLU menyusun dan menyajikan laporan

keuangan dan laporan kinerja sebagai

bentuk pertanggungjawaban dan transparansi

dalam pengelolaan keuangan dan kegiatan

pelayanannya.

1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah catatan informasi

dari transaksi keuangan suatu entitas pada

suatu periode akuntansi tertentu yang dapat

digunakan untuk menggambarkan kinerja

BLU. Laporan keuangan menyediakan

informasi mengenai posisi keuangan,

operasional keuangan, dan arus kas

BLU yang bermanfaat bagi pengguna

laporan keuangan dalam membuat dan

mengevaluasi keputusan ekonomi.

Pemimpin BLU bertanggung jawab

atas penyusunan dan penyajian laporan

keuangan BLU. Laporan Keuangan

dilengkapi dengan surat pernyataan

tanggung jawab pemimpin BLU yang

berisikan pernyataan bahwa pengelolaan

anggaran telah dilaksanakan berdasarkan

sistem pengendalian intern yang memadai,

akuntansi keuangan telah diselenggarakan

sesuai dengan standar akuntansi keuangan,

dan kebenaran isi laporan keuangan

merupakan tanggung jawab pemimpin BLU.

a. Prosedur Akuntansi

Untuk menyajikan laporan keuangan,

BLU perlu melakukan langkah-langkah

sesuai prosedur akuntansi yang dimulai

dengan pencatatan, penggolongan,

pengikhtisaran hingga pelaporan, yang

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pencatatan

Penyusunan laporan keuangan

didasari atas transaksi keuangan

yang dapat mengakibatkan

perubahan pada aset, utang, modal,

pendapatan dan biaya, sebagai

contoh penerimaan bunga pinjaman,

pembelian inventaris kantor, dan

sebagainya.

Dasar pencatatan transaksi keuangan

adalah bukti transaksi, contohnya

kuitansi pembelian inventaris,

rekening koran pembayaran bunga

pinjaman.

Bukti transaksi tersebut dijurnal

secara historis dengan menyebutkan

akun yang didebet dan dikredit

disertai dengan jumlah masing-

masing.

2) Penggolongan

Penggolongan merupakan proses

memindahkan data (posting) dari

Page 104: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

90 | MANUAL BLU

Aku

ntab

ilitas

BLU

jurnal ke Buku Besar secara periodik,

sebagai contoh memindahkan

catatan penerimaan bunga pinjaman

ke Buku Besar penerimaan bunga

pinjaman.

3) Pengikhtisaran

Pengikhtisaran Buku Besar dilakukan

pada akhir periode akuntansi yang

mencakup kegiatan-kegiatan sebagai

berikut:

a) Pembuatan Neraca Percobaan

(Neraca Saldo)

Merupakan ringkasan dari akun-

akun buku besar. Pembuatan

Neraca Saldo ini untuk

membuktikan bahwa jumlah

debet dan kredit pada buku

besar telah sama.

b) Pembuatan Jurnal Penyesuaian

untuk mengoreksi perkiraan-

perkiraan tertentu sehingga

mencerminkan keadaan aset,

kewajiban, biaya, pendapatan

dan modal yang sebenarnya.

Contoh jurnal penyesuaian

adalah jurnal penyusutan, biaya

inventaris kantor.

4) Pelaporan

Pelaporan merupakan proses

menyusun laporan keuangan berupa

Gambar 5. 1. Prosedur Akuntansi

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

Page 105: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 91

Aku

ntab

ilitas

BLU

Laporan Aktivitas, Neraca, Laporan

Arus Kas dan Catatan atas Laporan

Keuangan.

b. Standar Akuntansi

Suatu pedoman agar laporan keuangan

dapat dibandingkan baik dengan laporan

keuangan periode sebelumnya maupun

dengan laporan keuangan satker BLU

yang lain. BLU menerapkan dua standar

akuntansi SAK dan SAP.

1) Standar Akuntansi Keuangan

Standar akuntansi adalah prinsip

akuntansi dalam menyusun dan

menyajikan laporan keuangan suatu

entitas.

Satker BLU merupakan instansi

pemerintah yang menerapkan

paradigma mewiraswastakan

pemerintah (enterprising the

government), sehingga dikelola

ala bisnis (business like). Sebagai

konsekuensinya, akuntansi dan

pelaporan keuangan satker BLU

juga dilakukan layaknya entitas

bisnis dengan menerapkan SAK

yang diterbitkan oleh asosiasi profesi

akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntan

Indonesia/IAI). SAK yang diterbitkan

oleh IAI tersebut berupa Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

Satker BLU menerapkan SAK yang

telah ada tersebut disesuaikan dengan

jenis industrinya masing-masing.

Apabila SAK yang sudah ada dianggap

tidak sesuai atau tidak cocok untuk

diterapkan pada suatu BLU, maka

BLU tersebut dapat mengembangkan

sendiri standar akuntansi yang spesifik

sesuai dengan jenis industrinya,

dengan mengacu pada pedoman

akuntansi BLU yang berlaku. Standar

akuntansi yang telah dikembangkan

tersebut harus ditetapkan oleh

menteri/pimpinan lembaga setelah

mendapatkan persetujuan dari Menteri

Keuangan.

Laporan keuangan berdasarkan SAK

terdiri dari Laporan Operasional,

Neraca, Laporan Arus Kas, dan

Catatan atas Laporan Keuangan.

2) Standar Akuntansi Pemerintahan

Sebagai satker yang masih

merupakan satker pemerintah, satker

BLU merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari K/L induknya. Oleh

karena itu, laporan keuangan BLU

harus dikonsolidasikan dengan laporan

keuangan K/L. Laporan keuangan

untuk tujuan konsolidasi tersebut

disusun dan disajikan sesuai dengan

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Laporan keuangan berdasarkan SAP

yaitu Laporan Realisasi Anggaran,

Neraca, dan Catatan atas Laporan

Keuangan.

c. Sistem Akuntansi BLU

Sistem akuntansi BLU adalah serangkaian

prosedur manual maupun yang

terkomputerisasi mulai dari proses

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

Page 106: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

92 | MANUAL BLU

Aku

ntab

ilitas

BLU

pengumpulan data, pencatatan,

pengikhtisaran dan pelaporan keuangan

BLU yang mencakup semua pendapatan

dan belanja BLU, baik yang bersumber dari

pendapatan usaha dari jasa layanan, hibah,

pendapatan RM, dan pendapatan usaha

lainnya.

Sistem akuntansi keuangan mencakup

antara lain:

1) Kebijakan akuntansi

Kebijakan akuntansi meliputi pilihan

prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi,

peraturan dan prosedur yang

digunakan BLU dalam penyusunan

dan penyajian laporan keuangan.

2) Subsistem akuntansi

Subsistem akuntansi merupakan

bagian dari sistem akuntansi.

Contohnya subsistem penerimaan kas,

subsistem pengeluaran kas.

3) Prosedur Akuntansi

Prosedur akuntansi adalah prosedur

yang digunakan untuk menganalisa,

mencatat, mengklasifikasi dan

mengikhtisarkan informasi untuk

disajikan di laporan keuangan.

4) Bagan Akun Standar

BAS merupakan daftar perkiraan buku

besar yang ditetapkan dan disusun

secara sistematis oleh pemimpin BLU

untuk memudahkan perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan anggaran

serta akuntansi dan pelaporan

keuangan. Untuk tujuan konsolidasi

laporan keuangan BLU dengan

laporan keuangan K/L, digunakan BAS

yang telah ditetapkan oleh Menteri

Keuangan.

BLU setidaknya mengembangkan tiga

sistem akuntansi yang merupakan subsistem

dari sistem akuntansi BLU, yaitu sistem

akuntansi keuangan, sistem akuntansi aset

tetap, dan sistem akuntansi biaya.

1) Sistem Akuntansi Keuangan

Sistem Akuntansi Keuangan adalah

sistem akuntansi yang menghasilkan

laporan keuangan pokok untuk tujuan

umum (general purpose). Tujuan laporan

keuangan adalah:

a) Akuntabilitas, yaitu

mempertanggungjawabkan

pengelolaan sumber daya serta

pelaksanaan kebijakan yang

dipercayakan kepada BLU dalam

mencapai tujuan yang telah

ditetapkan secara periodik.

b) Manajemen, yaitu membantu para

pengguna untuk mengevaluasi

pelaksanaan kegiatan suatu BLU

dalam periode pelaporan sehingga

memudahkan fungsi perencanaan,

pengelolaan, dan pengendalian atas

seluruh penerimaan, pengeluaran,

aset, kewajiban, dan ekuitas BLU

untuk kepentingan stakeholders.

c) Transparansi, yaitu memberikan

informasi keuangan yang terbuka

dan jujur kepada masyarakat

berdasarkan pertimbangan

bahwa masyarakat memiliki

hak untuk mengetahui secara

terbuka dan menyeluruh atas

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

Page 107: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 93

Aku

ntab

ilitas

BLU

pertanggungjawaban BLU dalam

pengelolaan sumber daya yang

dipercayakan kepadanya dan

ketaatannya pada peraturan

perundang-undangan

2) Sistem Akuntansi Aset Tetap

Sistem Akuntansi Aset Tetap

menghasilkan laporan tentang aset

tetap untuk keperluan manajemen aset.

Sistem ini menyajikan informasi tentang

jenis, kuantitas, nilai, mutasi, dan kondisi

aset tetap milik BLU ataupun bukan milik

BLU tetapi berada dalam pengelolaan

BLU.

Pengembangan Sistem Akuntansi Aset

Tetap diserahkan sepenuhnya kepada

BLU yang bersangkutan. Namun

demikian, BLU dapat menggunakan

sistem yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan seperti Sistem Informasi

Manajemen dan Akuntansi Barang Milik

Negara (SIMAK-BMN).

3) Sistem Akuntansi Biaya

BLU mengembangkan Sistem Akuntansi

Biaya yang menghasilkan informasi

tentang harga pokok produksi, biaya

satuan (unit cost) per unit layanan,

dan analisis varian. Sistem Akuntansi

Biaya berguna dalam perencanaan dan

pengendalian, pengambilan keputusan,

dan perhitungan tarif layanan.

d. Penyajian Laporan Keuangan

Dalam penyajian laporan keuangan, setiap

komponen harus diidentifikasi secara

jelas dan menyajikan informasi antara lain

mencakup:

1) nama BLU atau identitas lain.

2) cakupan laporan keuangan, apakah

mencakup hanya satu unit usaha atau

beberapa unit usaha.

3) tanggal atau periode pelaporan.

4) mata uang pelaporan dalam Rupiah.

5) satuan angka yang digunakan dalam

penyajian laporan keuangan.

e. Konsolidasi Laporan Keuangan BLU ke

dalam Laporan Keuangan K/L

Laporan keuangan BLU yang

dikonsolidasikan adalah laporan keuangan

berdasarkan SAP. Komponen laporan

keuangan yang dikonsolidasi yaitu Laporan

Realisasi Anggaran dan Neraca.

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan

informasi mengenai realisasi anggaran

BLU. Informasi yang wajib disampaikan

dalam laporan realisasi anggaran adalah

transaksi keuangan BLU yang bersumber

dari pendapatan usaha dari jasa layanan,

hibah, pendapatan RM, dan pendapatan

usaha lainnya. Dalam mengkonsolidasikan

laporan realisasi anggaran ke laporan K/L,

satker BLU mengesahkan pendapatan dan

belanjanya ke KPPN dengan mekanisme

SP3B BLU/SP2B BLU.

Pos-pos neraca juga dikonsolidasikan ke

neraca K/L. Untuk tujuan ini perlu dilakukan

reklasifikasi pos-pos neraca agar sesuai

dengan SAP dengan menggunakan BAS

yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

Page 108: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

94 | MANUAL BLU

Aku

ntab

ilitas

BLU

Dalam hal sistem akuntansi keuangan BLU

belum dapat menghasilkan laporan keuangan

untuk tujuan konsolidasi dengan laporan

keuangan K/L, BLU perlu melakukan konversi

laporan keuangan BLU berdasarkan SAK ke

dalam laporan keuangan berdasarkan SAP.

Proses konversi laporan keuangan dari SAK

ke SAP mencakup pengertian, klasifikasi,

pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan

atas akun-akun neraca dan laporan aktivitas/

operasi, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengertian

Pada umumnya, pengertian akun-akun

menurut SAK tidak jauh berbeda dengan

SAP. Apabila ada pengertian yang berbeda,

maka untuk tujuan konsolidasi pengertian

akun menurut SAP, yaitu berdasarkan

Peraturan Pemerintah mengenai SAP.

2) Klasifikasi

Klasifikasi aset, kewajiban, ekuitas,

pendapatan, dan biaya perlu disesuaikan

dengan klasifikasi aset sesuai dengan BAS

yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri

Keuangan. Penyesuaian tersebut dilakukan

dengan cara mapping laporan SAK ke

laporan SAP.

Gambar 5. 2. Mapping Laporan SAK ke Laporan SAP

3) Pengakuan dan pengukuran

SAK menggunakan basis akrual dalam

pengakuan aset, kewajiban, ekuitas,

pendapatan, dan biaya. Pendapatan

diakui pada saat diterima atau hak untuk

menagih timbul sehubungan dengan

adanya barang/jasa yang diserahkan

kepada masyarakat. Biaya diakui jika

penurunan manfaat ekonomi masa depan

yang berkaitan dengan penurunan aset

atau peningkatan kewajiban telah terjadi

dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti

pengakuan biaya terjadi bersamaan

dengan pengakuan kenaikan kewajiban

atau penurunan aset, misalnya akrual hak

karyawan atau penyusutan aset tetap.

SAP menggunakan basis akrual dalam

pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas

serta basis kas dalam pengakuan

pendapatan dan belanja. Pendapatan

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

SAP

SP3B/SP2B Laporan Realisasi Anggaran/Neraca

NeracaMemo Penyesuaian

Page 109: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 95

Aku

ntab

ilitas

BLU

diakui pada saat kas diterima pada

rekening Kas Umum Negara. Belanja

diakui pada saat terjadinya pengeluaran

dari rekening Kas Umum Negara dan

dipertanggungjawabkan. Pendapatan

(tidak termasuk pendapatan yang ditransfer

dari APBN) dan belanja BLU diakui

jika pendapatan dan belanja tersebut

dilaporkan dengan mekanisme SP3B BLU

dan SP2B BLU atas pendapatan dan

belanja tersebut. Belanja yang didanai

dari pendapatan BLU diakui sebagai

belanja oleh Bendahara Umum Negara jika

belanja tersebut telah dilaporkan dengan

mekanisme SP3B BLU dan SP2B BLU.

Untuk kepentingan konsolidasi dengan

laporan keuangan K/L, perlu dilakukan

penyesuaian atas akun pendapatan dan

belanja yang berbasis akrual menjadi akun

pendapatan dan belanja berbasis kas.

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

keuangan yang dikonsolidasikan terdiri

atas Neraca dan Laporan Realisasi

Anggaran

f. Rekonsiliasi Laporan Keuangan

Sebelum laporan keuangan disampaikan

kepada pihak-pihak yang berwenang maka

harus dilaksanakan proses rekonsiliasi

internal dan rekonsiliasi ekternal.

1) Rekonsiliasi Internal

a) Rekonsiliasi antara Buku Bank

dengan Rekening Koran;

b) Rekonsiliasi antara Laporan Barang

(SIMAK-BMN) dengan Laporan

Keuangan berdasarkan SAP

(SAKPA);

Formula penyesuaian pendapatan dan belanja berbasis akrual menjadi berbasis kas:

Pendapatan Berbasis Kas =(Pendapatan BLU + pendapatan diterima

di muka) – pendapatan yang masih harus

diterima

Belanja Berbasis Kas =Biaya BLU – Biaya yang dibayar tidak tunai

termasuk Penyusutan + utang biaya yang

dibayar + biaya dibayar di muka.

4) Pengungkapan

Pengungkapan laporan keuangan sesuai

dengan SAP harus mengikuti persyaratan

sesuai Peraturan Pemerintah No.71

Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan

No.171/PMK.05/2011 tentang Sistem

Akuntansi Pemerintah Pusat, Perdirjen

Perbendaharaan Nomor Per-55/PB/2012

tentang Pedoman Penyusunan Laporan

Keuangan Kementerian/Lembaga dan

Peraturan lainnya mengenai laporan

keuangan berdasarkan SAP. Konsolidasi

laporan keuangan BLU ke dalam laporan

keuangan K/L dilakukan secara berkala

setiap semester dan tahunan. Laporan

Page 110: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

96 | MANUAL BLU

Aku

ntab

ilitas

BLU

c) Rekonsiliasi antara Laporan

Keuangan SAP dengan Laporan

Keuangan SAK.

2) Rekonsiliasi eksternal

a) Rekonsiliasi dengan KPPN dilakukan

setiap bulan yaitu :

(1) Rekonsiliasi rekening Koran BLU

dengan Saldo Kas BLU pada

SAU KPPN

(2) Rekonsiliasi data SAI dengan

SAU yaitu:

• Rekonsiliasi Laporan Realisasi

Anggaran yaitu rekonsiliasi

data estimasi pendapatan,

pagu belanja, realisasi

pendapatan, realisasi belanja,

realisasi pengembalian

pendapatan, realisasi

pengembalian belanja

• Rekonsiliasi Neraca yaitu

rekonsiliasi data kas di

bendahara pengeluaran; Kas

pada Badan Layanan Umum

dan investasi jangka pendek

BLU.

b) Rekonsiliasi Laporan Barang

dengan Kantor Pelayanan

Kekayaan Negara dan Lelang

(KPKNL) berdasarkan Perdirjen

Kekayaan Negara tentang

Rekonsiliasi Barang Milik Negara.

g. Penyampaian Laporan Keuangan BLU

1) Laporan keuangan BLU berdasarkan

SAK

Disampaikan secara berjenjang kepada

eselon I kementerian teknis serta kepada

Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal

Perbendaharaan c.q. Direktur PPK BLU

setiap triwulan, semester, dan tahunan.

Penyampaian laporan keuangan

dilaksanakan dengan ketentuan sebagai

berikut:

a) laporan triwulanan paling lambat

tanggal 15 setelah triwulan berakhir,

terdiri dari laporan operasional,

laporan arus kas, dan catatan atas

laporan keuangan, disertai laporan

kinerja.

b) laporan semesteran paling lambat

tanggal 10 setelah semester

berakhir, terdiri dari laporan

operasional, neraca, laporan arus

kas, dan catatan atas laporan

keuangan, disertai laporan kinerja.

c) laporan tahunan paling lambat

tanggal 20 setelah tahun berakhir,

yang terdiri dari laporan realisasi

anggaran/laporan operasional,

neraca, laporan arus kas, dan

catatan atas laporan keuangan,

disertai laporan kinerja.

Dalam hal tanggal penyampaian

Laporan Keuangan jatuh pada hari libur,

penyampaian Laporan Keuangan paling

lambat dilaksanakan pada hari kerja

berikutnya.

2) Laporan Keuangan BLU berdasarkan

SAP

Penyusunan, penyampaian dan

kelengkapan Laporan Keuangan BLU

untuk konsolidasian dilaksanakan secara

berjenjang berdasarkan peraturan

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

Page 111: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 97

Aku

ntab

ilitas

BLU

yang berlaku dalam penyusunan

Laporan Keuangan Pemerintah

Pusat berdasarkan PMK Nomor 171/

PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi

Pemerintah Pusat dan Perdirjen

Perbendaharaan Nomor 65/PB/2010

tentang Pedoman Penyusunan Laporan

keuangan Kementerian/Lembaga.

Laporan Keuangan tahunan (unaudited)

disampaikan kepada Dit PPK BLU

dan UAPPA-Es1 terdiri dari Laporan

keuangan berdasarkan SAK dan

Laporan Keuangan berdasarkan SAP;

sedangkan Laporan Keuangan tahunan

(audited) disampaikan kepada Dit PPK

BLU paling lambat tanggal 30 April

setelah tahun berakhir harus diaudit oleh

auditor ekstern, yaitu oleh BPK atau

Kantor Akuntan Publik (KAP).

Balanced ScorecardNo. Perspektif Rumus/Unsur Penilaian

1. Perspektif

pemangku

kepentingan

Perspektif pemangku kepentingan penyelenggaraan pelayanan penyedia

barang dan jasa lainnya, seperti : masyarakat, penyewa lahan supplier, pegawai,

pemerintah, dsb.

2. Perspektif

Pelanggan

(customers)

Bagaimana layanan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan dengan

harga yang terjangkau. Dapat dilihat dalam 5 dimensi:

• Wujud fisik : sarana dan prasarana

• Keandalan: kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat

dan memuaskan

• Daya tanggap: kemampuan pegawai untuk membantu pelanggan dan

memberikan pelanggan dengan tanggap

• Jaminan: pengetahuan dan keramahan pegawai yang dapat menimbulkan

kepercayaan diri pelanggan

• Empati: kepedulian pegawai

3. Perspektif

Pembelajaran

dan

Pertumbuhan

Bagaimana satker BLU terus melakukan perbaikan dan menambah nilai bagi

pelanggan dan stakeholders-nya. Indikator kinerja yang dapat menggambarkan

perspektif ini adalah:

• Motivasi: tingkat kepuasan pegawai atas kebijakan yang diambil manajemen

dalam menjalankan organisasi

• Kesempatan mengembangkan diri: menggambarkan tingkat kepuasan

pegawai atas program-program pengembangan diri yang ditetapkan

organisasi

• Inovasi: adanya kesempatan bagi pegawai untuk kreatif dan menemukan

hal-hal baru

• Suasana dalam bekerja: menggambarkan tingkat kepuasan pegawai atas

suasana kerja.

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

Page 112: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

98 | MANUAL BLU

Aku

ntab

ilitas

BLU

2. Laporan Kinerja

a. Pengelolaan Kinerja BLU sesuai

dengan Balanced Scorecard (BSC).

BSC adalah sebuah perencanaan

strategis dan sistem manajemen

yang digunakan secara ekstensif

untuk menyelaraskan visi dan strategi

organisasi, meningkatkan komunikasi

internal dan eksternal dan memantau

kinerja organisasi terhadap strategis

tujuan.

Penyusunan BSC pada Satker BLU

dilakukan sebagai berikut:

1) Menentukan Perspektif Peta

Strategi

Dalam menentukan peta strategi,

satker BLU:

a) Menentukan pemangku

kepentingan (stakeholders) dan

ekspektasinya atas layanan

yang dilakukan oleh BLU

b) Menentukan perspektif

pelanggan (customers)

c) Menentukan perspektif bisnis proses

internal

2) Menentukan Sasaran Strategis

a) Menentukan kata kunci dari Visi dan

Misi unit organisasi

b) Menerjemahkan kata kunci ke dalam

Sasaran Strategis

Berdasarkan kata kunci yang terdapat pada

Visi dan Misi, satker BLU menentukan

kondisi ideal yang dan realistis yang ingin

dicapai. Sasaran strategis ini merupakan

sasaran yang bersifat penting dan

memperoleh prioritas tinggi dan jajaran

manajemen.

3) Mengelompokkan Sasaran Strategis

(a) Sasaran Strategis pada perspektif

stakeholders

(b) Sasaran strategis pada perspektif

pelanggan (customers)

(c) Sasaran Strategis pada perspektif

Pembelajaran dan Pertumbuhan.

4) Menggambarkan ke dalam peta strategi

5) Menyusun Indikator Kinerja Utama

Dalam menyusun IKU harus memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut:

a) Relevan yaitu indikator kinerja harus

berhubungan dengan apa yang diukur

dan secara objektif dapat digunakan

untuk pengambilan keputusan atau

kesimpulan tentang pencapaian apa

yang diukur;

b) Penting/menjadi prioritas dan

harus berguna untuk menunjukan

keberhasilan, kemajuan, atau

pencapaian;

c) Efektif dan layak yaitu data/informasi

yang berkaitan dengan indikator kinerja

yang bersangkutan dapat dikumpulkan,

diolah, dan dianalisis dengan biaya

yang layak;

Indikator kinerja yang baik dan cukup

memadai, setidak-tidaknya memenuhi

kriteria yang terdiri atas:

(a) Spesifik, indikator kinerja harus sesuai

dengan program dan atau kegiatan,

sehingga mudah dipahami dalam

memberikan informasi yang tepat

tentang hasil atau capaian kinerja dari

kegiatan dan atau sasaran.

(b) Dapat dicapai, indikator kinerja yang

ditetapkan harus menantang, namun

hal yang mustahil untuk dicapai dan

dalam kendali instansi pemerintah.

Jadi dalam menetapkan suatu indikator

kinerja perlu dipikirkan juga bagaimana

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

Page 113: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 99

Aku

ntab

ilitas

BLU

nanti untuk mengumpulkan data

kinerjanya, apakah masih dalam kendali

instansi pemerintah yang bersangkutan

atau tidak dan tidak ada ambiguitas

atas data apa yang akan dikumpulkan

untuk suatu indikator.

(c) Relevan, suatu indikator harus dapat

mengukur sedekat mungkin dengan

hasil yang akan diukur. Indikator kinerja

tidak seharusnya dikaitkan pada tingkat

yang lebih tinggi atau lebih rendah

dibandingkan dengan hasil yang diukur.

(d) Menggambarkan sesuatu yang

diukur, indikator yang baik merupakan

ukuran dari suatu keberhasilan. Harus

terdapat kesepakatan tentang tentang

interprestasi terhadap hasil yang akan

digunakan sebagai ukuran. Indikator

tersebut harus mempunyai satu

dimensi dan tepat secara operasional.

Mempunyai satu dimensi artinya

bahwa indikator hanya mengukur

satu fenomena setiap saat. Hindari

untuk menggabungkan terlalu banyak

fenomena dalam satu indikator. Tepat

secara operasional artinya tidak ada

ambiguitas atas data apa yang akan

dikumpulkan untuk suatu indikator.

(e) Dapat dikuantifikasi dan diukur,

indikator dalam angka (jumlah atau

persentase dsb.) atau dapat diukur

untuk dapat ditentukan kapan dapat

dicapai.

b. Penilaian Kinerja Keuangan BLU

Ditjen Perbendaharaan cq. Direktorat

Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU

melakukan penilaian keuangan BLU.

Sejak tahun 2012 untuk kinerja tahun

2011 dilaksanakan berdasarkan Perdirjen

Perbendaharaan Nomor Per-36/PB/2012

tentang Pedoman Penilaian Kinerja

Keuangan Satuan Kerja Badan Layanan

Umum, yang meliputi aspek keuangan dan

kepatuhan pengelolaan keuangan BLU.

b. Penilaian Kinerja Layanan

Penilaian kinerja layanan sangat tergantung

dari jenis layanan dari Satker BLU tersebut

sesuai dengan tujuan pelayanannya.

Penilaian kinerja layanan selanjutnya

digabungkan dengan penilaian kinerja

keuangan sehingga menghasilkan penilaian

kinerja BLU secara keseluruhan. Penilaian

kinerja layanan BLU akan terdiri atas

beberapa aspek yang antara lain meliputi

penilaian terhadap produktivitas, efisiensi,

mutu layanan, pengembangan organisasi,

dan pengelolaan SDM dan aspek lain yang

sesuai dengan karakteristik BLU.

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

Page 114: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

100 | MANUAL BLU

Aku

ntab

ilitas

BLU

No. Indikator Rumus/Unsur Penilaian

A. Aspek Keuangan

1. Rasio Keuangan

1.1. Rasio Kas (cash ratio) Kas dan Setara KasX 100%

Kewajiban Jangka Pendek

1.2. Rasio Lancar (current ratio) Aset LancarX 100%

Kewajiban Jangka Pendek

1.3. Periode Panagihan Piutang

(collection period)Piutang Usaha x 360

X 1 hariPendapatan Operasional

1.4. Perputaran Aset Tetap (fixed

asset turnover)Pendapatan Operasional

X 100%Aset Tetap

1.5. Imbalan atas Aktiva Tetap

(return on asset)Surplus atau Defisit sebelum Pos

Keuntungan atau Kerugian X 100%

Total Aset Tetap

1.6. Imbalan Ekuitas (return on

equity)Surplus atau Defisit sebelum Pos

Keuntungan atau Kerugian X 100%

Total Ekuitas

2. Rasio Biaya Operasional

Pendapatan Operasional

(BOPO)

Pendapatan BLUX 100%

Biaya Operasional

B. Aspek Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU

1. Rencana Bisnis dan Anggaran

(RBA) Definitif

Jadwal Penyusunan dan Kelengkapan

2. Laporan Keuangan

Berdasarkan SAK

Laporan Triwulan I, Semester I, Triwulan III, Tahunan, dan

Audit Laporan Keuangan serta Opini Audit atas Laporan

Keuangan

3. Surat Perintah Pengesahan

Pendapatan dan Belanja BLU

(SP3B BLU)

Penyampaian SP3B BLU minimal sekali dalam 1 triwulan

dan kesesuaian jumlah saldo awal kas dengan saldo akhir

kas triwulan sebelumnya

4. Tarif Layanan Peraturan yang digunakan sebagai dasar dalam

memungut tarif atas layanan yang diberikan

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

Tabel 5.1. Aspek dalam Penilaian Kinerja Keuangan

Page 115: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 101

Aku

ntab

ilitas

BLU

No. Indikator Rumus/Unsur Penilaian

5. Sistem Akuntansi Memiliki Sistem Akuntansi Keuangan, Sistem Akuntansi

Biaya, dan Sistem Akuntansi Aset

6. Persetujuan Rekening Rekening sudah mendapatkan persetujuan Bendahara

Umum Negara baik Rekening Pengelolaan Kas BLU,

Rekening Operasional BLU dan Rekening Dana Kelolaan

7. Standard Operating Procedure

(SOP)

Memiliki SOP Pengeloaan Kas, SOP Pengelolaan Piutang,

SOP Pengelolaan Utang, SOP Pengadaan Barang dan/

atau Jasa, dan SOP Pengelolaan Barang Inventaris.

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

Tabel 5.2. Contoh Kinerja Layanan

1. Pertumbuhan

Produktivitas

Layanan

a. Rata-rata kunjungan per bulan

b. Rata-rata layanan uji laboratorium per bulan

c. Rata-rata jumlah penelitian per tahun

d. Rata-rata jumlah pesanan barang per bulan

e. Rata-rata jumlah produksi barang per bulan

f. Jumlah kalibrasi dan sertifikasi yang dilakukan per tahun

g. Jumlah sampel yang diuji per tahun

h. Jumlah desa yang dapat mengakses internet per tahun

2. Efisiensi Pelayanan

regional/nasional

a. Waktu penyelesaian pesanan barang/jasa lebih awal dari kontrak.

b. Rasio jumlah pengunjung dengan pegawai pemandu di lapangan

3. Mutu Layanan

dan Manfaat Bagi

Masyarakat

a. Tingkat kepuasan konsumen

b. Penanganan keluhan konsumen

c. Kemudahan mendapatkan pelayanan

d. Tingkat kenyamanan bagi konsumen

e. Ketersediaan alat yang berkualitas.

4. Pengembangan

Organisasi dan

Pengelolaan SDM

a. Pengembangan sistem manajemen

b. Penelitian sesuai tupoksi

c. Pendidikan dan Pelatihan Pegawai

d. Penerapan reward and punishment

Page 116: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

102 | MANUAL BLU

Aku

ntab

ilitas

BLU

Aspek penilaian kinerja layanan BLU

juga akan disesuaikan dengan Pedoman

Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik

yang ditetapkan oleh Menteri PAN dan RB

dengan Permenpan nomor 38 Tahun 2012.

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

1. Visi, misi, dan

motto pelayanan

Komponen ini berkaitan dengan visi, misi, dan motto pelayanan yang

memotivasi pegawai untuk memberikan pelayanan terbaik.

Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi

a. Adanya visi dan misi yang dijabarkan dalam perencanaan (Renstra

Bisnis, RBA) mengacu UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

PublikRata-rata jumlah penelitian per tahun

b. Penetapan motto pelayanan yang mampu memotivasi pegawai

untuk memberikan pelayanan terbaik.

c. Motto pelayanan diumumkan secara luas kepada pengguna

layanan2. Standar Pelayanan

dan Maklumat

Pelayanan

Dalam rangka memberikan kepastian, meningkatkan kualitas, dan

kinerja pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan selaras

dengan kemampuan Penyelenggara sehingga mendapatkan kepercayaan

masyarakat, maka penyelenggara pelayanan perlu menyusun, menetapkan,

dan menerapkan Standar pelayanan.

Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi:

a. Penyusunan, penetapan, dan penerapan standar pelayanan

yang mengacu Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik.

b. Maklumat Pelayanan yang dipublikasikan

Aspek yang dinilai menurut Pedoman Penilaian Kinerja Unit

Pelayanan Publik (Permenpan 38/2012)

Page 117: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 103

Aku

ntab

ilitas

BLU

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

3. Sistem,

Mekanisme, dan

Prosedur

Komponen ini berkaitan dengan sistem dan prosedur baku dalam

mendukung pengelolaan pelayanan yang efektif dan efisien untuk

memberikan kepuasan kepada masyarakat pengguna pelayanan. Sistem

dan prosedur baku meliputi Standar Operasional Prosedur.

Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi:

a. Memiliki sertifikat ISO 9001:2008 dalam menyelenggarakan pelayanan

publik dengan ruang lingkup semua jenis mengacu UU Nomor

25/2009.

b. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM), namun tidak memiliki

sertifikat ISO 9001: 2008.

c. Penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP).

d. Penetapan uraian tugas yang jelas

4. Sumber Daya

Manusia

Komponen ini berkaitan dengan profesionalisme pegawai, yang meliputi sikap

dan perilaku, keterampilan, kepekaan, dan kedisiplinan.

Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi

a. Penetapan dan penerapan pedoman kode etik pegawaiPendidikan dan

Pelatihan Pegawai

b. Sikap dan perilaku pegawai dalam memberikan pelayanan kepada

pengguna layanan.

c. Tingkat kedisiplinan pegawai dalam memberikan pelayanan

kepada pengguna layanan

d. Tingkat kepekaan/respon pegawai dalam memberikan

pelayanan kepada pengguna layanan

e. Tingkat keterampilan pegawai dalam memberikan pelayanan

kepada pengguna layanan

f. Penetapan kebijakan pengembangan pegawai dalam rangka

peningkatan keterampilan/profesionalisme pegawai dengan

tujuan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pengguna

pelayanan

Page 118: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

104 | MANUAL BLU

Aku

ntab

ilitas

BLU

5. Sarana dan

Prasarana

Pelayanan

Komponen ini berkaitan dengan daya guna sarana dan prasarana

pelayanan yang dimiliki.

Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi:

a. Sarana dan prasarana yang dipergunakan untuk proses

pelayanan telah didayagunakan secara optimal

b. Sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia memberikan

kenyamanan kepada pengguna layanan (perhatikan:

kebersihan, kesederhanaan, kelayakan, dan kemanfaatan)

c. Sarana pengaduan (kotak pengaduan, loket pengaduan,

telepon tol, email, dan lainnya)6. Penanganan

Pengaduan

Komponen ini berkaitan dengan sistem dan pola penanganan

pengaduan, serta bagaimana penyelesaian terhadap pengaduan

tersebut sesuai aturan yang berlaku.

Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi

a. Sistem/prosedur pengelolaan pengaduan pengguna layanan.

b. Petugas khusus/ unit yang menangani pengelolaan pengaduan

c. Persentase jumlah pengaduan yang dapat diselesaikan

d. Pengelolaan pengaduan yang mengacu Peraturan Menteri

PAN-RB Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pedoman Peningkatan

Kualitas Pelayanan dengan Partisipasi Masyarakat dalam rangka

peningkatan kualitas pelayanan.7. Indeks Kepuasan

Masyarakat

Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) diperlukan untuk

mengetahui tingkat kepuasan masyarakat secara berkala dan

mengetahui kecenderungan kinerja pelayanan pada masing-

masing Unit Pelayanan instansi Pemerintah dari waktu ke waktu.

Komponen ini berkaitan dengan pelaksanaan survei IKM, metode

yang digunakan, skor yang diperoleh, serta tindak lanjut dari hasil

pelaksanaan survei IKM.

Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi:

a. Pelaksanaan survei IKM dalam periode penilaian

b. Survei IKM yang dilakukan yang mengacu Kepmenpan 25

Tahun 2004 dalam periode penilaian

c. Rata–rata skor IKM yang diperoleh

d. Tindak lanjut dari hasil survei IKM

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

Page 119: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 105

Aku

ntab

ilitas

BLU

Bentuk Pertanggungjawaban BLU

8. Sistem Informasi

Pelayanan Publik

Komponen ini berkaitan dengan sistem pengelolaan informasi

pelayanan, wujud/bentuk penyampaian informasi, serta tingkat

keterbukaan informasi kepada pengguna layanan.

Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi:

a. Sistem informasi pelayanan secara elektronik.

b. Penyampaian informasi pelayanan publik kepada pengguna

layanan.

c. Tingkat keterbukaan informasi pelayanan kepada pengguna

layanan.

9. Produktivitas

dalam

pencapaian

target pelayanan

Komponen ini berkaitan dengan penentuan target pelayanan serta

tingkat pencapaian target tersebut.

Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi:

a. Penetapan target kinerja pelayanan.

b. Tingkat Pencapaian target kinerja.

Page 120: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

106 | MANUAL BLU

Aku

ntab

ilitas

BLU

Bagaimana Pengawasan dan Pemeriksaan BLU?

1. Reviu Laporan Keuangan BLU

Reviu dilakukan oleh SPI. Tujuan reviu adalah

untuk memberikan keyakinan terbatas

atas akurasi, keandalan, dan keabsahan

informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan sebelum disampaikan kepada

menteri/pimpinan lembaga dan Menteri

Keuangan. Reviu tidak memberikan dasar

untuk menyatakan pendapat seperti dalam

audit, karena dalam reviu tidak mencakup

suatu pemahaman atas pengendalian intern,

penetapan resiko pengendalian, pengujian

catatan akuntansi dan pengujian atas

respon terhadap permintaan keterangan

dengan cara pemerolehan bahan bukti yang

menguatkan melalui inspeksi, pengamatan

atau konfirmasi dan prosedur tertentu lainnya

yang biasa dilakukan dalam suatu audit.

Reviu hanya mengumpulkan keterangan

yang dapat menjadi bahan untuk

penyusunan Statement of Responsibility

(Pernyataan Tanggung Jawab) oleh

Pemimpin BLU. Reviu dapat mengarahkan

perhatian SPI kepada hal-hal penting yang

mempengaruhi laporan keuangan, namun

tidak memberikan keyakinan bahwa SPI

akan mengetahui semua hal penting yang

akan terungkap melalui suatu audit.

Dalam melakukan reviu atas laporan

keuangan, SPI harus memahami secara

garis besar sifat transaksi entitas, sistem

dan prosedur akuntansi, bentuk catatan

akuntansi dan basis akuntansi yang

digunakan untuk menyajikan laporan

keuangan.

a. Ruang Lingkup Reviu

Ruang lingkup reviu hanya terbatas

pada penelaahan laporan keuangan

dan catatan akuntansi. Hal ini diperlukan

dalam rangka menguji kesesuaian antara

angka-angka yang disajikan dalam

laporan keuangan terhadap catatan,

buku, laporan yang digunakan dalam

sistem akuntansi di lingkungan BLU yang

bersangkutan.

b. Sasaran Reviu

Sasaran reviu adalah untuk memperoleh

keyakinan terbatas bahwa laporan

keuangan entitas pelaporan telah disusun

dan disajikan sesuai dengan Standar

Akuntansi yang digunakan.

c. Jadual Pelaksanaan Reviu

Jadual pelaksanaan reviu dilakukan

secara paralel dengan pelaksanaan

anggaran dan penyusunan laporan

keuangan BLU. SPI membuat Pernyataan

Telah Direviu atas laporan keuangan BLU

dan dilampirkan sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dari laporan keuangan

yang disampaikan ke menteri/pimpinan

lembaga dan Menteri Keuangan.

Dalam hal satker BLU belum memiliki

SPI reviu dilakukan oleh Itjen K/L yang

bersangkutan. Pernyataan Telah Direviu

diterbitkan setidak-tidaknya sekali dalam

setahun terhadap laporan keuangan

tahunan BLU.

Page 121: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 107

Aku

ntab

ilitas

BLU

d. Persiapan Reviu

Sebelum pelaksanaan reviu, aparat

pengawasan intern perlu melakukan

persiapan-persiapan agar reviu dapat

dilaksanakan secara efektif dan terpadu.

Adapun persiapan yang dilakukan dalam

rangka pelaksanaan reviu adalah sebagai

berikut:

1) Pengumpulan informasi keuangan;

SPI mengumpulkan informasi

keuangan seperti laporan bulanan,

triwulanan, semester dan tahunan serta

kebijakan akuntansi dan keuangan

yang telah ditetapkan. Informasi ini

diperlukan untuk memperoleh informasi

awal tentang laporan keuangan entitas

yang bersangkutan serta ketentuan-

ketentuan yang berlaku dalam

akuntansi dan pelaporan keuangan.

2) Persiapan penugasan;

Sebelum dilakukan penugasan reviu

perlu persiapan yang memadai antara

lain penyusunan tim reviu. Tim ini

secara kolektif harus mempunyai

kemampuan teknis yang memadai

di bidang akuntansi dan pelaporan

keuangan pemerintah. Jadwal dan

jangka waktu pelaksanaan reviu

disesuaikan dengan kebutuhan

dan batas waktu penyelesaian dan

penyampaian laporan keuangan.

3) Penyiapan program kerja reviu;

Tim yang ditugasi untuk melakukan

reviu perlu menyusun program kerja

reviu yang berisi langkah-langkah

dan teknik reviu yang akan dilakukan

selama proses reviu.

e. Pelaksanaan Reviu

1) Penelusuran angka-angka dalam

laporan keuangan

SPI menelusuri angka-angka yang

disajikan dalam laporan keuangan

ke buku atau catatan-catatan yang

digunakan untuk meyakini bahwa

angka-angka tersebut benar.

Penelusuran ini dapat dilakukan

dengan:

a) Membandingkan angka pos

laporan keuangan terhadap saldo

buku besar,

b) Membandingkan saldo buku besar

terhadap buku pembantu,

c) Membandingkan angka-angka

pos laporan keuangan terhadap

laporan pendukung, misalnya Aset

Tetap terhadap Laporan Mutasi

Aset Tetap dan Laporan Posisi

Aset Tetap.

2) Permintaan keterangan

Dalam menentukan permintaan

keterangan, SPI dapat

mempertimbangkan:

a) Sifat dan materialitas suatu pos;

b) Kemungkinan salah saji;

c) Pengetahuan yang diperoleh

selama persiapan reviu;

d) Pernyataan tentang kualifikasi para

personel bagian akuntansi entitas

tersebut;

e) Seberapa jauh pos tertentu

dipengaruhi oleh pertimbangan

manajemen;

f) Ketidakcukupan data keuangan

entitas yang mendasari;

Pengawasan dan Pemeriksaan BLU

Page 122: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

108 | MANUAL BLU

Aku

ntab

ilitas

BLU

g) Ketidaklengkapan informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan.

Permintaan keterangan dapat meliputi:

a) Kesesuaian antara sistem

akuntansi dan pelaporan keuangan

yang diterapkan oleh entitas

tersebut dengan peraturan yang

berlaku.

b) Kebijakan dan metode akuntansi

yang diterapkan oleh entitas yang

bersangkutan.

c) Prosedur pencatatan,

pengklasifikasian dan

pengikhtisaran transaksi serta

penghimpunan informasi untuk

diungkapkan dalam laporan

keuangan

d) Keputusan yang diambil oleh

pimpinan entitas pelaporan/pejabat

keuangan yang mungkin dapat

mempengaruhi laporan keuangan

e) Informasi dari hasil audit atau reviu

atas laporan keuangan periode

sebelumnya.

f) Personel yang bertanggung jawab

terhadap akuntansi dan pelaporan

keuangan, mengenai:

(1) Apakah pelaksanaan anggaran

telah dilaksanakan sesuai

dengan sistem pengendalian

intern yang memadai.

(2) Apakah laporan keuangan

telah disusun dan disajikan

sesuai dengan Standar

Akuntansi.

(3) Apakah terdapat perubahan

kebijakan akuntansi pada

entitas pelaporan tersebut.

(4) Apakah ada masalah yang

timbul dalam implementasi

Standar Akuntansi dan

pelaksanaan sistem akuntansi.

(5) Apakah terdapat peristiwa

setelah tanggal neraca yang

berpengaruh secara material

terhadap laporan keuangan.

Daftar pertanyaan tersebut merupakan

ilustrasi pertanyaan-pertanyaan

yang dapat diajukan dalam rangka

memperoleh keterangan dari personel

yang kompeten dalam penyusunan

dan penyajian laporan keuangan

entitas. Namun demikian perlu diingat

bahwa pertanyaan-pertanyaan

tersebut tidak harus diterapkan

untuk setiap reviu dan juga tidak

dimaksudkan untuk mencakup seluruh

aspek yang direviu.

f. Prosedur analitik

Prosedur analitik dilakukan pada akhir

reviu. Prosedur analitik dirancang untuk

mengidentifikasi adanya hubungan

antarpos dan hal-hal yang kelihatannya

tidak biasa. Prosedur analitik dapat

dilakukan dengan:

1) Mempelajari laporan keuangan

untuk menentukan apakah laporan

keuangan sesuai dengan Standar

Akuntansi.

2) Membandingkan laporan keuangan

dalam beberapa periode yang setara.

3) Membandingkan realisasi terhadap

anggaran.

Pengawasan dan Pemeriksaan BLU

Page 123: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 109

Aku

ntab

ilitas

BLU

4) Mempelajari hubungan antara unsur-

unsur dalam laporan keuangan yang

diharapkan akan sesuai dengan pola

yang dapat diperkirakan atas dasar

pengalaman entitas tersebut.

Dalam menerapkan prosedur ini, SPI

harus mempertimbangkan jenis masalah

yang membutuhkan penyesuaian,

seperti adanya peristiwa luar biasa dan

perubahan kebijakan akuntansi. Jumlah-

jumlah yang disebabkan karena adanya

peristiwa luar biasa atau perubahan

kebijakan tersebut harus dieliminasi dari

laporan keuangan sebelum dilakukan

proses reviu.

g. Pelaporan

SPI membuat kertas kerja yang memuat

hal-hal berikut ini:

1) Kertas kerja penelusuran angka-

angka pos laporan keuangan.

2) Daftar pertanyaan reviu dan kertas

kerja permintaan keterangan.

3) Kertas kerja prosedur analitik.

4) Masalah yang tercakup dalam

permintaan keterangan dan prosedur

analitik.

5) Masalah yang dianggap tidak biasa

oleh aparat pengawasan intern

selama melaksanakan reviu, termasuk

penyelesaiannya.

Kertas kerja ini menjadi dasar untuk

pembuatan laporan hasil reviu dan

Pernyataan Telah Direviu oleh SPI.

Laporan hasil reviu memuat masalah yang

terjadi dalam penyusunan dan penyajian

laporan keuangan, rekomendasi untuk

pelaksanaan koreksi, dan koreksi yang

telah dilakukan oleh entitas yang direviu.

Hasil pelaksanaan reviu dituangkan

dalam Pernyataan Telah Direviu, yang

menyatakan bahwa:

1) Reviu dilaksanakan sesuai dengan

Standar Akuntansi dan peraturan

terkait.

2) Semua informasi yang dimasukkan

dalam laporan keuangan adalah

penyajian manajemen entitas

pelaporan tersebut.

3) Reviu terutama mencakup

penelusuran angka-angka dalam

laporan keuangan, permintaan

keterangan kepada para pejabat/

petugas yang terkait dan prosedur

analitik yang diterapkan terhadap data

keuangan.

4) Lingkup reviu jauh lebih sempit

dibandingkan dengan lingkup audit

yang tujuannya untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan

secara keseluruhan. Dengan

demikian, reviu tidak bertujuan untuk

menyatakan pendapat seperti dalam

audit.

5) SPI tidak menemukan adanya suatu

modifikasi material yang harus

dilakukan atas laporan keuangan

agar laporan tersebut sesuai dengan

Standar Akuntansi.

6) Tanggal penyelesaian permintaan

keterangan dan prosedur analitik

yang dilakukan oleh akuntansi

harus digunakan sebagai tanggal

laporannya.

Pengawasan dan Pemeriksaan BLU

Page 124: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

110 | MANUAL BLU

Aku

ntab

ilitas

BLU

Laporan hasil reviu mencakup hal-hal

sebagai berikut:

1) Hasil penilaian mengenai pengendalian

akuntansi dan pengendalian

administratif.

2) Hasil atas penilaian kepatuhan atas

pelaksanaan kebijakan manajemen

pemimpin BLU.

3) Hasil reviu mengenai penggunaan aset.

4) Rekomendari perbaikan kegiatan-

kegiatan satker BLU.

Laporan hasil reviu dan Pernyataan Telah

Direviu disampaikan kepada Pemimpin BLU

terkait dalam rangka penandatanganan

Pernyataan Tanggung Jawab (Statement

of Responsibility). Laporan Keuangan

yang direviu oleh SPI harus disertai

dengan Pernyataan Telah Direviu. Setiap

halaman laporan keuangan yang telah

direviu oleh aparat pengawasan intern

harus memuat pengacuan berupa kalimat

“Lihat Pernyataan Telah Direviu Aparat

Pengawasan Intern”.

Prosedur lain yang dilaksanakan sebelum

atau selama reviu tidak boleh diungkapkan

dalam laporan audit. Apabila SPI tidak

dapat melaksanakan penelusuran angka-

angka pos dalam laporan keuangan,

pengajuan pertanyaan dan prosedur analitik

yang dipandang perlu untuk memperoleh

keyakinan terbatas yang seharusnya ada

dalam suatu reviu, maka reviu dianggap

tidak lengkap. Suatu reviu yang tidak

lengkap bukanlah dasar yang memadai

untuk menerbitkan laporan reviu dan/atau

Pernyataan Telah Direviu.

2. Audit Keuangan dan Kinerja

Laporan Pertanggungjawaban BLU diaudit

oleh pemeriksa ekternal (BPK atau KAP).

Audit atas laporan pertanggungjawaban BLU

meliputi:

a. Audit Keuangan

Audit keuangan merupakan audit atas

laporan keuangan. Audit keuangan

menghasilkan laporan hasil audit yang

memuat opini atas laporan keuangan.

Opini merupakan pernyataan profesional

auditor mengenai kewajaran informasi

yang disajikan dalam laporan keuangan

yang didasarkan pada kriteria:

1) Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

2) Kecukupan pengungkapan (adequate

disclosures)

3) Kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan

4) Efektivitas sistem pengendalian

internal

Opini yang dapat diberikan oleh auditor

yaitu:

1) Opini wajar tanpa pengecualian

(unqualified opinion)

2) Opini wajar dengan pengecualian

(qualified opinion)

3) Pernyataan menolak memberikan

opini (disclaimer of opinion), atau

4) Opini tidak wajar (adversed opinion)

Audit keuangan dirancang untuk

memberikan keyakinan memadai atas

pendeteksian salah saji yang material

dalam laporan keuangan. Konsep

keyakinan memadai menunjukkan

Pengawasan dan Pemeriksaan BLU

Page 125: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 111

Aku

ntab

ilitas

BLU

bahwa auditor bukan seorang penjamin

kebenaran laporan keuangan. Salah saji

dibedakan menjadi dua yaitu kekeliruan

(errors) dan ketidakberesan (irregularities).

Kekeliruan adalah salah saji yang tidak

disengaja sedangkan ketidakberesan

adalah salah saji yang disengaja.

b. Audit Kinerja

Audit kinerja merupakan audit atas

pengelolaan keuangan negara yang

terdiri atas audit aspek ekonomi dan

efisiensi serta audit aspek efektivitas.

Audit kinerja menghasilkan laporan hasil

audit yang memuat temuan, kesimpulan,

dan rekomendasi. Dalam audit kinerja,

tinjauan yang dilakukan tidak terbatas

pada masalah-masalah akuntansi saja

namun juga meliputi evaluasi terhadap

struktur organisasi, pemanfaatan

komputer, metode produksi, pemasaran,

dan bidang-bidang lain sesuai dengan

keahlian auditor.

c. Audit dengan Tujuan Tertentu

Audit dengan tujuan tertentu merupakan

audit yang tidak termasuk dalam audit

keuangan dan audit kinerja. Audit ini

meliputi antara lain audit atas hal-hal

lain di bidang keuangan negara, audit

investigatif dan pengawasan atas

pengendalian intern.

3. Pengawasan oleh Dewas

Pengawasan oleh Dewas meliputi aspek:

1) Pengelolaan keuangan.

2) Layanan.

3) Organisasi dan SDM.

4) Sarana dan prasarana.

5) Kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan.

Kewajiban dan tugas Dewas sebagaimana

dijelaskan pada bagian Kelembagaan.

Pengawasan dan Pemeriksaan BLU

Page 126: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

112 | MANUAL BLU

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

3. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara.

4. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 23

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

5. Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah.

6. Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga.

7. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Pusat Investasi Pemerintah

8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi

Pemerintah

9. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

10. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Stándar

Pelayanan Minimal.

11. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah.

12. Peraturan Menteri Keuangan No. 92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis Anggaran serta

Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum.

13. Peraturan Menteri Keuangan No. 230/PMK.05/2009 tentang Penghapusan Piutang BLU.

14. Peraturan Menteri Keuangan No. 77/PMK.05/2009 tentang Pinjaman pada Badan Layanan

Umum.

15. Peraturan Menteri Keuangan No. 99/PMK.05/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir.

16. Peraturan Menteri Keuangan No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan Badan Layanan Umum.

17. Peraturan Menteri Keuangan No. 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan Administratif dalam

Rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah untuk Menerapkan Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

18. Peraturan Menteri Keuangan No. 109/PMK.05/2007 tentang Dewan Pengawas pada Badan

Layanan Umum.

19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik

Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja sebagaimana telah dirubah terakhir kali

dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 05/PMK.05/2010.

20. Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi

bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan Umum sebagaimana

Page 127: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BLU | 113

telah dirubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 73/PMK.05/2007.

21. Peraturan Menteri Keuangan No. 8/PMK.02/2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa

pada Badan Layanan Umum.

22. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor Per/02/M.PAN/1/2007 tentang

Pedoman Organisasi Satuan Kerja di Lingkungan Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

23. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 38/2012 tentang Pedoman

Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik

24. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-55/PB/2011 tentang Tata Cara Revisi

RBA Definitif dan Revisi DIPA BLU.

25. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-30/PB/2011 tentang Mekanisme

Pengesahan Pendapatan dan Belanja Satker BLU.

26. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-58/PB/2008 tentang Mekanisme

Pengembalian Sisa Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Yang

Diterima Sebelum Ditetapkan Sebagai Satuan Kerja Yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum.

27. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-08/PB/2008 tentang Pedoman

Penyusunan Laporan Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Dilingkungan Pemerintah Pusat.

28. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-67/PB/2007 tentang Tata Cara

Pengintegrasian Laporan Keuangan BLU ke dalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/

Lembaga.

29. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-62/PB/2007 tentang Pedoman Penilaian

Usulan Penerapan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

30. Lembaga Administrasi Negara, Modul Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Penerbit Lembaga

Administrasi Negara, Jakarta, 2004.

31. LAN dan BPKP, Perencanaan Strategis Instansi Pemerintah, cetak ke-2, Lembaga Administrasi

Negara Jakarta, 2000.

32. Deputi IV – Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah BPKP, Pedoman

Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,

Jakarta.

33. Nasution, Mulia P., Kebijakan Kerjasama Operasional dan Utang pada Rumah Sakit Badan

Layanan Umum, paper seminar, Jakarta, 2007.

Page 128: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU

MANUAL BOOK BLU

PengawasDirektur Jenderal Perbendaharaan

Penanggung JawabDirektur PPK BLU

PenyusunTim Direktorat PPK BLU

Desain dan LayoutDaryono

Muhammad Fithrah

Bayu Candra Setiawan

Sukmawan Wachida

Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Jl. Lapangan Banteng Timur 2-4 Jakarta Pusat

Telepon (021) 3812767, 3449230 ext 5632

Faximile (021) 3812767

Page 129: MANUAL BLU | i...Reviu Laporan Keuangan BLU 2. Audit Keuangan dan Kinerja 3. Pengawasan oleh Dewas 89 89 98 106 106 110 111 V. AKUNTABILITAS BLU 88 DAFTAR PUSTAKA 112 vi | MANUAL BLU