Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

download Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

of 34

Transcript of Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    1/34

    MANIFESTASI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

    DALAM MEMBENTUK SIKAP NASIONALISME

    Yudha Pradana

    PENDAHULUAN

    A.LATAR BELAKANG

    Kondisi objektif dinamika kebangsaan Indonesia kekinian

    menunjukan adanya sebuah penurunan dan penghayatan akan nilai-

    nilai kebangsaan (nasionalisme). Kondisi tersebut nampak nyata

    dengan berbagai fenomena yang ada bahwasanya negara-bangsa

    Indonesia ini sedang mengalami berbagai permasalahan yang erat

    kaitannya dengan semangat dan jiwa nasionalisme. Kita dapat

    menyebut bahwa maraknya tindakan pemecah belahan bangsa serta

    tergesernya tatanan nilai-nilai dan kepribadian bangsa, adalah sebagai

     bentuk dari menurunnya pemahaman kita sebagai bangsa yang satu

    serta bangsa yang berdiri diatas kemajemukan yang berdasarkan

    kehendak untuk hidup bersama.

    Dalam kaca mata historis dan sosiologis akan terlihat jelas

     bahwa kondisi tersebut memang benar adanya. Secara historis kita

    menyaksikan bahwa dinamika kebangsaan kita selalu diwarnai

    dengan tindakan pemecah belahan, walau telah diikat oleh semangat

    Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi 1945. Secara sosiologis kita

    mengalami bahwa hari ini terjadi pergeseran nilai dan budaya kita

    oleh budaya asing.

    Hal tersebut memang pada dasarnya merupakan sebuah

    tantangan bagi dinamika dan eksistensi negara-bangsa Indonesia yang

    1

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    2/34

    tentu saja harus dicarikan penawar agar dapat teratasi. Lantas

     bagaimana solusi yang dapat ditawarkan sebagai jalan untuk

    mengatasi tantangan tersebut. Nampaknya bahwa pendidikan dapat

    dikemukakan sebagai jawabannya.

    Hakekatnya pendidikan ialah sebuah tindakan yang dilakukan

    agar kita dapat mengenal realita diri dan kehidupan. Dalam batasan

    tersebut jelas bahwa pendidikan ialah sebuah alat yang mana

    diberikan sebagai upaya agar kita senantiasa mengenal dan

    memahami diri sebagai manusia dalam konteks apapun. Terlebih

     bahwa Freire mengutarakan bahwa pada dasarnya tujuan pendidikan

    ialah untuk mengenalkan peserta didik dengan lingkungan dimana

    dia tumbuh dan berkembang. Hal tersebut sejalan pula dengan tujuan

    pendidikan nasional yang diamanatkan lewat perangkat hukum yang

    kita miliki.

    Pendidikan yang harus diformulasikan ialah pendidikan yang

    mampu mengenalkan realita generasi muda akan kehidupan

     berbangsa dan bernegara sehingga dengan sendirinya identitas

    nasional akan muncul. Pendidikan seperti ini harus sarat akan nuansa-

    nuansa kebangsaan tanpa harus menafikan nilai-nilai kedaerahan

    (lokal) dan nilai-nilai global, yang didasarkan atas nilai dasar bangsa

    Indonesia yaitu Pancasila.

    Pemberdayaan pendidikan sebagai sarana untuk membentuk

    dan mengembangkan sikap nasionalisme dapat kita lakukan dengan

     jalan memberikan pemahaman yang kuat akan nilai-nilai kebangsaan

    kita, memberlakukan metode yang membangun pengetahuan dan

    pemahaman nilai-nilai kebangsaan kita.

    2

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    3/34

    Pendidikan diyakini sebagai salah satu cara untuk

    menumbuhkan sikap dan jiwa nasionalisme. Pendapat ini nampaknya

    sesuai dengan usulan Ernest Gelner yang dikutip oleh H.A.R. Tilaar

    (2007 : 25) yang berpendapat bahwa :

    Kewarganegaraan merupakan suatu keanggotaan moral (moral

    membership) dari suatu masyarakat modern. Keanggotaan itu

    diperolehnya melalui pendidikan nasional dan biasanya

    menggunakan bahasa yang dipilih sebagai bahasa ibu atau

     bahasa nasional.

    Tilaar (2007 : 25) berpendapat bahwa pendidikan merupakan

    faktor penting untuk menumbuhkan nasionalisme disamping bahasa

    dan budaya. Pendidikan kewarganegaraan sangat kental dan erat

    dengan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. Hal tersebut

     bukanlah sebuah mitos belaka. Karena memang secara substanstif

    pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk warga

    negara yang baik, yang salah satu didalamnya kental nuansa

    nasionalisme-nya.

    Nasionalisme sebagai ungkapan perasaan senasib

    sepenanggungan dalam lingkup bangsa dalam bentuk kepedulian dan

    kepekaan akan masalah-masalah yang dihadapi bangsa, termasuk

    didalamnya masalah yang berkaitan dengan rasa solidaritas sebangsadan setanah air, dan pada saat kini perlu terus ditumbuh

    kembangkan.

    Nasionalisme hari ini tentunya berbeda dengan nasionalisme

    pada masa perjuangan perebutan kemerdekaan bangsa Indonesia

    dulu, sebagaimana dikemukakan oleh Cahyu Budi Utomo (1995 : 30) :

    3

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    4/34

    Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang integralistik,

    dalam arti yang tidak membeda-bedakan masyarakat atau

    warga negara atas dasar golongan atau yang lainnya, melainkan

    mengatasi segala keanekaragaman itu tetap diakui. Singkatnya

    nasionalisme bangsa Indonesia dalam perbedaan dan berbeda

    dalam persatuan (Bhineka Tunggal Ika).

    Dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa

    kebanggaan akan bangsa negara sendiri dan rasa cinta terhadap tanah

    air perlu dimiliki. Karena hal tersebut merupakan wujud dari sikap

    seorang warga negara yang siap berjuang, berkorban dan menegakkan

    kehidupan berbangsa dan neagra didalam berbagai bidang.

    Salah satu wahana pembentukan sikap nasionalisme ialah

    melalui Pendidikan kewarganegaraan (PKn). PKn merupakan sebuah

    model pendidikan yang mengembangkan wawasan mengenai

    kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam pembelajarannya PKn

    memuat mengenai hal-hal yang berkenaan dengan permasalahan

    politik, hukum dan kewarganegaraan. Muatan materi tersebut sangat

    diperlukan dalam rangka mempersiapkan siswa sebagai warga negara

    yang siap dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan

    kewarganegaraan secara substantif dan pedagogis didesain untuk

    mengembangkan warganegara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan.

    Tujuan PKn juga sangat erat kaitannya dengan pembentukan

    sikap nasionalisme. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh

    Numan Somantri (2001 : 279) “pendidikan kewarganegaraan memiliki

    tujuan mendidik warga negara yang baik, yang dapat dilukiskan

    dengan ‘warga negara negara yang patriotik, toleran, setia terhadap

    4

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    5/34

     bangsa dan negara, beragama, demokratis…, Pancasila sejati”. Hal

    tersebut berhubungan dengan nilai-nilai nasionalisme yang ditandai

    dengan pemahaman yang kuat akan dinamika kehidupan berbangsa

    dan bernegara.

    PKn merupakan bagian inheren dan instrumentasi praktis

    dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

    Indonesia. Dengan asumsi tersebut, Dasim Budimansyah (2009)

    menyatakan bahwa konfigurasi PKn dibangun atas paradigma ;

     pertama, secara kurikuler PKn dirancang sebagai subjek pembelajaran

    yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi

    warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif dan

     bertanggung jawab.Kedua, PKn secara teoritik dirancang sebagai

    subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif,

    dan psikomotorik.Ketiga,PKn secara pragmatik dirancang sebagai

    subjek pebelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-

    nilai dan pengalaman belajar dalam berbagai perilaku yang perlu

    diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

    Oleh karenanya penulis sangat tertarik untuk melakukan

    sebuah telaahan mengenai kaitan antara penerapan PKn dengan

    penumbuhan sikap nasionalisme.

    B.RUMUSAN MASALAH

    Pembuatan makalah ini didasarkan pada rumusan masalah

    sebagai berikut :

    1.Bagaimanakah kaitan PKn dengan penumbuhan sikap

    nasionalisme ?

    5

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    6/34

    2.Bagaimanakah pola atau metode pembelajaran PKn dalam rangka

    menumbuhkan sikap nasionalisme ?3.Bagaimanakah hambatan dalam menerapkan PKn sebagai sarana

    untuk membentuk sikap nasionalisme ?

    C.TUJUAN PENULISAN

    Tujuan pembuatan makalah ini dapat digambarkan sebagai

     berikut :

    1.Bagaimanakah kaitan PKn dengan penumbuhan sikap

    nasionalisme ?

    2.Bagaimanakah pola pembelajaran PKn dalam rangka

    menumbuhkan sikap nasionalisme ?

    3.Bagaimanakah hambatan dalam menerapkan PKn sebagai sarana

    untuk membentuk sikap nasionalisme ?

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.Tinjauan Mengenai PKn

    1.Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

    Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang

    menekankan pada aspek nilai dan moral. Selain itu Pendidikan

    Kewarganegaraan juga dapat mendidik warga Negara yang baik, yang

    dapat dilukiskan dengan warga Negara yang patriotik, toleran, setia

    terhadap bangsa dan Negara, agama, demokratis, pancasila sejati.

    Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) sangat erat

    kaitannya dengan pengembangan kemampuan intelektual dan

    partisipasi peserta didik sebagai warga negara. Menurut Numan

    Somantri (2001 : 299), pendidikan kewarganegaraan ialah program

    pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan

    sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari

    6

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    7/34

    pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua, yang kesemuanya itu

    diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis,

     bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup

    demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

     John J. Cogan (Komala Nurmalina dan Syaifullah, 2008 : 3)

    mengatakan bahwaCivic Educationsebagai mata pelajaran dasar yang

    dirancang untuk mempersiapkan para warga negara muda untuk

    mendorong peran aktif mereka di masyarakat setelah mereka dewasa.

    Berdasarkan hal di atas maka dapat dikatakan bahwa

    pendidikan kewarganegaraan merupakan pembelajaran yang

    memiliki tujuan untuk membentuk peserta didik yang aktif dan kritis

    serta siap berpartisipasi dalam kehidupan bernegara dalam

    kapasitasnya sebagai seorang warga negara.

    Menurut UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    pasal 39 ayat 2 dijelaskan tentang Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu

    sebagi berikut:

    Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk

    membekali peserta didik dengan pengetahuan dan

    kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antara

    warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan

     bela Negara agar menjadi warga negara yang dapatdiandalkan oleh bangsa dan Negara. Pada jenjang pendidikan

    tinggi, pendidikan bela Negara diselenggarakan antara lain

    melalui pendidikan kewiraan.

    Seperti halnya yang dikemukakan oleh Udin Saripudin

    Winataputra (2001: 45) bahwa istilah pendidikan kewarganegaraan

    pada dasarnya digunakan dalam pengertian yang luas seperti

    7

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    8/34

    “citizenship education” atau“education for citizenship”yang mencakup

    pendidikan kewarganegaraan di dalam lembaga pendidikan lembaga

    formal (dalam hal ini sekolah dan dalam program pendidikan guru)

    dan diluar sekolah baik yang berupa kehidupan sehari-hari siswa,

     baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan

    makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

    Sementara itu, menurut Numan Somantri (2001:159)

    mengatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah :

    Pendidikan kewarganegaraan adalah seleksi dan adaptasi

    dari lintas disiplin ilmu-ilmu social, ilmu kewarganegaraan,

    humaniora, dan kegiatan dasar manusia yang

    diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah

    untuk ikut mencapai salah satu tujuan pendidikan IPS.

    Selanjutnya, Numan Somantri (2001: 299) mengemukakan

    fungsi pendidikan kewarganegaraan ialah sebagai berikut :

    Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan

    yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan

    sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh

    positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua,

    yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk

     berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis

    dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berlandaskan

    Pancasila dan UUD 1945.

    PKn merupakan bagian inheren dan instrumentasi praktis

    dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

    Indonesia. Dengan asumsi tersebut, Dasim Budimansyah (2009)

    menyatakan bahwa konfigurasi PKn dibangun atas paradigma ;

     pertama, secara kurikuler PKn dirancang sebagai subjek pembelajaran

    8

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    9/34

    yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi

    warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif dan

     bertanggung jawab.Kedua, PKn secara teoritik dirancang sebagai

    subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif,

    dan psikomotorik.Ketiga,PKn secara pragmatik dirancang sebagai

    subjek pebelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-

    nilai dan pengalaman belajar dalam berbagai perilaku yang perlu

    diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

    PKn merupakan pendidikan nilai serta pendidikan yang

    membina keyakinan dalam diri manusia. Pendidikan

    kewarganegaraan juga merupakan pendidikan yang mengajarkan

    nilai-nilai pancasila yang berhubungan dengan sikap tingkah laku dan

    perubahan manusia. Hal ini merupakan suatu hal yang sangat penting

    yang telah diakui dalam dirinya untuk mencapai tujuan pendidikan

    moral.

    Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

    Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang

     bertujuan untuk membentuk siswa agar menjadi warga negara yang

     baik (to be good citizenship), dalam mata pelajaran PKn ini di dalamnya

    mencakup pada bidang politik, hukum, dan moral.

    2.Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

    Tujuan dari pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

    menurut Bunyamin Maftuh dan Sapriya (2005: 319), bahwa:

    Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan menyiapkan siswa

    untuk menjadi warga Negara yang baik dengan menguasai

    9

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    10/34

    pengetahuan kewarganegaraan(knowledge) yang berasal dari

    konsep dan teori berbagai disiplin ilmu, meyakini,

    mentranspormasikan, dan mengamalkan nilai-nilai dan

    kebenaran yang menjadi pandangan hidup bangsa dan

    Negara (virtues) dan mampu menerapkan keterampilan

     berwarganegara(citizenship skills).Ketiga aspek kompetensi

     berwarganegara tersebut yakni pengetahuan, sikap atau nilai,

    dan keterampilan berwarganegara tersebut hendaknya dapat

    tersajikan secara terpadu melalui pembelajaran Pendidikan

    kewarganegaraan.

    Sedangkan menurut Margaret S. Bronson (1999:7) berpendapat

     bahwa, “Pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan agar

    masyarakat dapat berpartisipasi yang bermutu dan bertanggung

     jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat lokal,

    regional, maupun nasional”.

    Dengan demikian, jelas bahwa Pendidikan Kewarganegaraan

    merupakan suatu disiplin ilmu yang memiliki suatu tujuan tertentu

    dalam membentuk karakter siswa menjadi warga negara yang

    memiliki karakter sebagai warga Negara yang baik serta memiliki

    moralitas yang tinggi. Karena pada dasarnya Pendidikan

    Kewarganegaraan itu mengajarkan, membina, menanamkan, dan

    meningkatkan moralitas warga negara yang sejalan dengan nilai-nilaipancasila yang menjelaskan kepada kita tentang apa yang harus dan

    tidak harus dilakukan sebagai warga negara.

    Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah membentuk warga

    negara yang baik. Warga negara yang baik dapat diartikan sebagai

    warga negara yang tahu akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan

     berbangsa dan bernegara. Salah satu maksud dan tujuan PKn

    10

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    11/34

    menurut Ismaun (2006 : 125) ialah pengembangan tiga aspek, yaitu :

    kecerdasan dan daya nalar warga negara (civic intelligence), kesadaran

    akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang

     bertanggungjawab (civic responsibility) serta kemampuan berpatisipasi

    warga negara (civic participation).

    3.Fungsi dari Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

    Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menurut peraturan

    menteri pendidikan nasional Republik Indonesia nomor 22 Tahun

    2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

    Menengah memiliki tujuan adalah sebagai berikut :

    a.Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

    menanggapi isu kewarganegaraan;

     b. berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta

     bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi;

    c.Berkembang secara positif dan demokratis untuk

    membentuk diri berdasarkan karakter-karakter

    masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan

     bangsa-bangsa lainnya;

    d.Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam

    percaturan dunia secara langsung dengan

    memenfaatkan teknologi informasai dan komunikasi.

    Di dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2006,

    Depdiknas (2006:2) dinyatakan bahwa fungsi dari mata pelajaran PKn

    adalah :

    Sebagai wahana untuk membentuk warga Negara yang

     baik (to be good citizenship), cerdas, terampil, dan

     berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara

    Indonesia yang merefleksikan dirinya dalam kebiasaan

    11

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    12/34

     berpikir dan bertindak sesuai amanat pancasila dan UUD

    1945.

    Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan bidang kajian

    interdisipliner, dimana dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan

    mencakup beberapa disiplin ilmu, antara lain ilmu politik, ilmu

    negara, ilmu tata negara, hukum, sejarah, ekonomi, moral, dan filsafat.

    Dengan demikian diharapkan mampu membentuk warga Negara

    yang baik, jadi seorang warga Negara harus mampu memahami dan

    menguasai pengetahuan yang lengkap tentang konsep dan prinsip

    politik, hukum dan moral.

    Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

    Kosasih Djahiri (1995: 8), bahwa melalui mata pelajaran PKn

    diharapkan peserta didik :

    1)Nalar akan konsep dan norma pancasila dalam berbagai

    fungsi dan perannya. Pancasila sebagai falsafah idiil yuridis

    konstitusional ideologi negara, etika politi berbangsa dan

     bernegara serta berbagai pandangan hidup dan jati diri

    manusia/masyarakat Indonesia dalam berbagai

    kehidupannya (astragatra kehidupan).

    2)Melek konstitusi (UUD 1945) dalam perangkat hokum yang

     berlaku dalam negara RI.

    3)Menghayati da meyakini tatanan nilai dan moral yangtermuat dalam sub a dan sub b.

    4)Mengamalkan dan membudayakan hal tersebut sebagai

    sikap perilaku diri dan kehidupannya dengan penuh

    keyakinan dan nalar

    Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran

    PKn bertujuan agar siswa tidak hanya sekedar hafal teori saja,

    melainkan lebih pada pengamalannya dalam kehidupan

    12

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    13/34

     bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dimana lebih menonjolkan

    segi afektifnya. Selain itu pun mata pelajaran PKn menekankan pada

    pendidikan nilai yaitu pengembangan moral dan norma, serta

    menekankan pada proses untuk mencapai penguasaan pengetahuan

    dan keterampilan sebagai warga negara dalam menjalankan

    kehidupan berbangsa dan bernegara, agar mampu memposisikan diri

    dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara bahkan

    lebih luas lagi yaitu kehidupan dunia inernasional.

    Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat

    mengembangkan berbagai kemampuan dasar yang dimiliki setiap

    siswa sebagai warga negara, seperti kemampuan untuk berpikir kritis

    dan logis, dapat mengambil keputusan secara tepat, mengajarkan

    siswa untuk memegang teguh aturan yang adil, menghormati hak

    orang lain, menjalankan hak dan kewajiban sebagi warga negara, serta

     berpartisipasi aktif sebagai warga negara dalam kehidupan

    masyarakat, bangsa, dan negara.

    B.Tinjauan Mengenai Nasionalisme

    1.Pengertian Nasionalisme

    Nasionalisme sering kali dikonotasikan dengan aspek-aspekemosional, kolektif dan idola serta sarat emosi historis. Nasionalisme

    selalu melibatkan dimensi atau rasa, seperti seperasaan,

    sepenanggungan, seperantauan dan senasib. Faktor memori historis

    adalah faktor kecenderungan yang dibangun untuk menumbuhkan

    perasaan bersatu dalam sebuah konsep kebangsaan tertentu.

    13

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    14/34

    Sebagai ideologi modern di bidang sosial politik dan

    kenegaraan, nasionalisme muncul sekitar tahun 1779 dan dominan di

    Eropa pada tahun 1830. Revolusi Perancis pada akhir abad ke-18

    sangat besar pengaruhnya berkembangnya gagasan nasionalisme

    tersebut. Semenjak itu beberapa kerajaan feodal mengalami proses

    integrasi menjadi ‘negara kebangsaan’ atau nation state yang

    wilayahnya menjadi lebih luas dan hidup dalam sistem pemerintahan

    yang sama. Sejak itu di negara-negara Eropa dan Amerika

     bermunculan pula gerakan-gerakan kebangsaan, dan segera menjalar

    ke Asia. Hal ini disebabkan ampuhnya nasionalisme sebagai ideologi

    yang dapat mempersatukan banyak orang di negeri-negeri jajahan

    dalam menentang kolonialisme.

    Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan

    mempertahankankedaulatan sebuahnegara dengan mewujudkan

    satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.

    Nasionalisme berangkat dari situasi perjuangan merebut

    kemerdekaan dan sudah barang tentu dibutuhkan suatu konsep

    sebagai dasar pembenaran rasional dari tuntutan terhadap penentuan

    nasib sendiri yang dapat mengikat keikutsertaan semua orang atas

    nama sebuah bangsa. Secara luas juga dapat dikatakan bahwa

    nasionalisme menyatakan patriotisme yang merupakan prinsip moral

    dan politik yang mengandung kecintaan pada tanah air, kebanggaan

    emosional terhadap sejarah dan ketersediaan diri untuk membela

    kepentingan-kepentingan bangsa.

    Rasa kebangsaaan adalah kesadaran berbangsa, kesadaran

    untuk bersatu sebagai suatu bangsa yang lahir secara alamiah karena

    14

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kedaulatan&action=edithttp://id.wikipedia.org/wiki/Negarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Manusiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Manusiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Negarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Manusiahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kedaulatan&action=edit

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    15/34

    sejarah, aspirasi perjuangan masa lampau, kebersamaan kepentingan,

    rasa senasib sepenanggungan dalam menghayati masa lalu dan masa

    kini, serta kesamaan pandangan, harapan dan tujuan merumuskan

    cita-cita bangsa untuk waktu yang akan datang. Sedangkan paham

    kebangsaan adalah aktualisasi dari rasa kebangsaan yang berupa

    gagasan, pikiran-pikiran yang rasional, dimana suatu bangsa secara

     bersama-sama memiliki cita-cita kehidupan berbangsa dan tujuan

    nasional yang jelas dan rasional.

    Rasa kebangsaan dan paham kebangsaan akan melahirkan

    semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan adalah kerelaan

     berkorban demi kepentingan bangsa, negara dan tanah airnya.

    Wawasan kebangsaan adalah cara pandang yang dilingkupi oleh rasa

    kebangsaan, paham kebangsaan, dan semangat kebangsaan untuk

    mencapai cita-cita nasionalnya dan mengembangkan eksistensi

    kehidupannya atas dasar nilai-nilai luhur bangsanya.

    Kebangsaan (nationality) dan rasa kebangsaan (nationalism)

    saling berkaitan satu sama lain. Rasa kebangsaan, biasanya juga

    disebut nasionalisme, adalah dimensi sensoris, merupakan konsep

    antropologi yang tidak semata-mata memandang nasionalisme

    sebagai prinsip politik. Dimensi sensoris yang tak lain adalah

    kebudayaan ini memperjelas posisi antropologi yang berangkat dari

    konsep suku bangsa, kesukubangsaan, bangsa, dan kebangsaan,

    sebagaimana dibicarakan di atas. Inilah akar-akar rasa kebangsaan

    (nasionalisme). Rasa kebangsaan atau yang kerap kali juga disebut

    nasionalisme adalah topik baru dalam kajian antropologi.

    15

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    16/34

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    17/34

    3.Sikap yang melihat amat pentingnya penonjolan ciri khusus

    suatu bangsa. Karena itu, doktrin yang memandang

    perlunya kebudayaan bangsa dipertahankan.

    4.Ada kriteria yang jelas untuk mengenali suatu bangsa

     beserta anggota para bangsa itu.

    Menurut Nurcholish Madjid dalam Adeng Muchtar Ghazali

    (2004 : 3) mengatakan bahwa berdasarkan proses pembentukannya,

    dapat diketahui prinsip-prinsip nasionalisme, yakni :

    1.Kesatuan (unity), yang mentransformasikan hal-hal yang

    polimorfik menjadi monomorfik sebagai produk proses

    integrasi;

    2.Kebebasan (liberty), khususnya bagi negeri-negeri jajahan

    yang memperjuangkan pembebasan dan kolonialisme;

    3.Kesamaan (equality), sebagai bagian implisit dari

    masyarakat demokratis yang merupakan antitesa dari

    masyarakat kolonial yang diskriminatif dan otoriter;

    4.Kepribadian (identity), yang lenyap karena negasi kaum

    kolonial; dan

    5.Prestasi amat diperlukan untuk menjadi sumber inspirasi

    dan kebanggaan bagi warga negara nasion.

    H.A.R. Tilaar (2007 : 24-26) berpendapat ada beberapa faktor

    penting dalam menumbuhkan nasionalisme. Faktor-faktor tersebut

    diantaranya adalah bahasa, budaya dan pendidikan. Mengenai

    peranan bahasa dalam pertumbuhan nasionalisme dapat kita lihat

    misalnya di Inggris, Prancis, Belanda, Belgia Jerman dan Indonesia.

    Peranan budaya didalam menumbuhkan nasionalisme juga cukup

    signifikan. Kita dapat melihat Cina dengan Konfusianisme-nya dan

    Amerika dengan budaya Protentantisme. Faktor yang barangkali

    sangat penting dalam pertumbuhan nasionalisme adalah pendidikan.

    17

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    18/34

    Pendidikan yang tersentralisasi dalam pengertian tertentu dapat

    menjadi suatu alat pemersatu yang sangat kuat.

    2.Karakteristik Nasionalisme Indonesia

    Nasionalisme Indonesia bangkit sebagai bentuk perlawanan

    atau penentangan terhadap kolonialisme. Nasionalisme Indonesia

    dengan sendirinya juga mengandung tiga aspek penting, yaitu :

    1.Politik. Nasionalisme Indonesia bertujuan menghilangkan

    dominasi politik bangsa asing dan menggantikannya dengan

    sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat.

    2.Sosial ekonomi. Nasionalisme Indonesia muncul untuk

    menghentikan eksploitasi ekonomi asing dan membangun

    masyarakat baru yang bebas dari kemelaratan dan

    kesengsaraan.

    3.Budaya. Nasionalisme Indonesia bertujuan menghidupkan

    kembali kepribadian bangsa yang harus diselaraskan dengan

    perubahan zaman. Ia tidak menolak pengaruh kebudayaan

    luar, tetapi dengan menyesuaikannya dengan pandangan

    hidup, sistem nilai dan gambaran dunia (worldview,

    Weltanschauung) bangsa Indonesia. Juga tidak dimaksudkan

    untuk mengingkari kebhinnekaan yang telah sedia ada

    sebagai realitas sosial budaya dan realitas anthropologis

     bangsa Indonesia.

    Notonegoro mengemukakan bahwa nasionalisme dalam

    konteks Pancasila bersifat “majemuk tunggal” (bhinneka tunggal ika).

    Unsur-unsur yang membentuk nasionalisme Indonesia adalah sebagai

     berikut:

    1.Kesatuan Sejarah, yaitu kesatuan yang dibentuk dalam

    perjalanan sejasrahnya yang panjang sejak zaman Sriwijaya,

    Majapahit dan munculnya kerajaan-kerajaan Islam hingga

    akhirnya muncul penjajahan VOC dan Belanda. Secara terbuka

    18

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    19/34

    nasionalisme mulai pertama dicetuskan dalam Sumpah

    Pemuda 28 Oktober 1928 dan mencapai puncaknya pada

    Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

    2.Kesatuan Nasib. Bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki

    persamaan nasib, yaitu penderitaan selama masa penjajahan

    dan perjuangan merebut kemerdekaan secara terpisah dan

     bersama-sama, sehingga berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa

    dapat memproklmasikan kemerdekaan menjelang berakhirnya

    masa pendudukan tentara Jepang.

    3.Kesatuan Kebudayaan. Walaupun bangsa Indonesia memiliki

    keragaman kebudayaan dan menganut agama yang berbeda,

    namun keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yang

    serumpun dan mempunyai kaitan dengan agama-agama besar

    yang dianut bangsa Indonesia, khususnya Hindu dan Islam.

    4.Kesatuan Wilayah. Bangsa ini hidup dan mencari penghidupan

    di wilayah yang sama yaitu tumpah darah Indonesia.

    5.Kesatuan Asas Kerohanian. Bangsa ini memiliki kesamaan cia-

    cita, pandangan hidup dan falsafah kenegaraan yang berakar

    dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri di masa

    lalu maupun pada masa kini.

    Substansi nasionalisme Indonesia memiliki dua unsur.Pertama,

    kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang

    terdiri atas berbagai suku, etnik, dan agama.Kedua, kesadaran bersama

     bangsa Indonesia dalam menghapuskan segala bentuk

    pensubordinasian, penjajahan, dan penindasan dari bumi Indonesia.

    Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian tercermin

    dalam Sumpah Pemuda dan Proklamasi serta dalam Pembukaan UUD

    1945.

    Nasionalisme Indonesia mengalami pertumbuhan dan

    perkembangan pada masa lalu seirama dengan dinamika

    pertumbuhan dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia.

    Nasionalisme yang dianut oleh bangsa Indonesia melahirkan pendirian

    19

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    20/34

    untuk menghormati kemerdekaan bangsa lain sebagaimana tertuang

    dalam pembukaan UUD 1945 “bahwa sesungguhnya kemerdekaan

    adalah hak segala bangsa”. Oleh karena itu dalam nasionalisme

    terkandung sikap anti penjajahan. Semangat yang demikian dengan

    sendirinya tidak menumbuhkan keinginan bangsa Indonesia untuk

    menjajah bangsa lain, sebaliknya bangsa Indonesia ingin tetap bekerja

    sama dengan bangsa-bangsa lain untuk mewujudkan perdamaian

    dunia menuju masyarakat maju, sejahtera, dan adil bagi semua umat

    manusia di dunia.

    Berbicara tentang nasionalisme Indonesia, perlu dicatat bahwa

    kita tidak dapat menyepadankannya begitu saja dengan nasionalisme

    Barat. Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme berfondasi

    Pancasila. Nasionalisme yang bersenyawa dengan keadilan sosial, yang

    oleh Soekarno disebut Sosio-nasionalisme. Nasionalisme yang

    demikian ini menghendaki penghargaan, penghormatan, toleransi

    kepada bangsa atau suku bangsa lain. Maka nasionalisme Indonesia

     berbeda dengan nasionalisme Barat yang bisa menjurus kepada sikap

    chauvinistik dan ethnonationalism -nasionalisme sempit- yang

    membenci bangsa atau suku bangsa lain, menganggap bangsa atau

    suku bangsa sendirilah yang paling bagus, paling unggul, sesuai

    dengan individualisme Barat.

    Nasionalisme Indonesia menurut Soekarno (2006 : 8) adalah

    nasionalisme yang cintanya pada tanah air itu bersendi pada

    pengetahuan atas susunan ekonomi-dunia dan riwayat, bukan semata-

    mata timbul dari kesombongan bangsa belaka, bukan chauvinis.

    Nasionalisme Indonesia ialah nasionalisme yang bercorak ketimuran,

    20

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    21/34

    yang timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan, yang

    memberikan tempat pada lain-lain sesuatu, bagaikan lebarnya dan

    luasnya udara yang memberi tempat pada segenap sesuatu yang perlu

    untuk hidupnya segala hal yang hidup.

    Lebih lanjut mengenai nasionalisme Indonesia, Soekarno (2003 :

    14) juga menambahkan bahwa nasionalisme kita bukanlah

    nasionalisme yang sempit ( jingo nationalism), yang selalu menghitung

    untung rugi ( gain dan loss). Nasionalisme kita bukanlah nasionalisme

     biasa, tetapi sosio-nasionalisme yang dalam pengertian, kita

     berhubungan erat dengan seluruh perikemanusiaan dan kemanusiaan.

    Nasionalisme bangsa Indonesia merupakan nasionalisme yang

     berdasarkan Pancasila. Hal ini terwujud dalam butir-butir pancasila,

    sila ke tiga yakni :

    a.Menempatkan persatuan dan kesatuan, serta kepentingan dankeselamatan bangsa sebagai kepentingan bersama diatas

    kepentingan pribadi atau golongan.

     b.Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan

     bangsa apabila diperlukan

    c.Mengembangkan rasa cinta tanah air dan bangsa.

    d.Mengembangkan rasa kebangsaan dan bertanah air Indonesia.

    e.Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

    persamaan abadi dan keadilan sosial.

    f.Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar BhinekaTunggal Ika.

    g.Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

    PEMBAHASAN

    1.Kaitan PKn dengan Penumbuhan Sikap Nasionalisme

    Pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha

    manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di

    21

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    22/34

    dalam masyarakat dan kebudayaannya. Selain itu, pendidikan juga

    dapat dimaknai sebagai alat untuk memperkenalkan realita

    kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

    (UUSPN) No 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional

    adalah pendidikan yang berakar kebudayaan berdasarkan kepada

    pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional harus

    mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dalam Pasal 4

    UUSPN No 20 tahun 2003 disebutkan bahwa :

    Tujuan pendidikan nasional yaitu : mencerdaskan

    kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

    Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

     bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

    pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

    kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap

    dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatandan kebangsaan.

    Pendidikan nasional bertujuan membina sikap cinta

    kebangsaan dan sikap rasa cinta tanah air, meningkatkan kemandirian

    dan kesetiakawanan sosial pada bangsa dan sikap menghargai jasa

    para pahlawan serta berorientasi pada masa depan. Pendidikan yang

    dilaksanakan harus dalam rangka memahami, menghayati dan

    mengamalkan Pancasila dalam sikap, ucapan dan perbuatan sehari-

    hari sehingga pada akhirnya dapat mengembangkan kualitas manusia

    Indonesia seutuhnya. Untuk itu peranan lembaga-lembaga pendidikan

    sangat besar, khususnya sekolah sebagai jalur pendidikan formal

    dalam membentuk watak dan kepribadian bangsa Indonesia, serta

    22

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    23/34

    sebagai media penanaman semangat kebangsaan di dalam kehidupan

    Bangsa Indonesia.

    Berdasarkan uraian tersebut, penulis beranggapan bahwa

    pendidikan itu sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Dengan

    demikian, lembaga pendidikan sangat berperan penting, khususnya

    sekolah sebagai jalur pendidikan dalam membentuk watak dan

    kepribadian bangsa. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan,

    tempat belajar dimana anak akan berusaha membina,

    mengembangkan dan menyempurnakan potensi dirinya serta dunia

    kehidupannya dan masa depannya.

    Sedangkan nasionalisme merupakan sikap cinta tanah air yang

    ditandai dengan dimilikinya pengetahuan dan pemahaman akan

    kehidupan bangsa dan negaranya. Sikap ini juga yang menjadi

    landasan utama yang kemudian menjadi sebuah identitas dan

    kebanggaan sebagai anggota dari suatu komunitas bangsa-negara.

    Pendidikan yang harus diformulasikan ialah pendidikan yang

    mampu mengenalkan realita generasi muda akan kehidupan

     berbangsa dan bernegara sehingga dengan sendirinya identitas

    nasional akan muncul. Pendidikan seperti ini harus sarat akan nuansa-

    nuansa kebangsaan tanpa harus menafikan nilai-nilai kedaerahan

    (lokal) dan nilai-nilai global, yang didasarkan atas nilai dasar bangsa

    Indonesia yaitu Pancasila.

    Pemberdayaan pendidikan sebagai sarana untuk membentuk

    dan mengembangkan sikap nasionalisme dapat kita lakukan dengan

     jalan memberikan pemahaman yang kuat akan nilai-nilai kebangsaan

    23

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    24/34

    kita, memberlakukan metode yang membangun pengetahuan dan

    pemahaman nilai-nilai kebangsaan kita.

    Pendidikan diyakini sebagai salah satu cara untuk

    menumbuhkan sikap dan jiwa nasionalisme. Pendapat ini nampaknya

    sesuai dengan usulan Ernest Gelner yang dikutip oleh H.A.R. Tilaar

    (2007 : 25) yang berpendapat bahwa :

    Kewarganegaraan merupakan suatu keanggotaan moral (moral

    membership) dari suatu masyarakat modern. Keanggotaan itu

    diperolehnya melalui pendidikan nasional dan biasanyamenggunakan bahasa yang dipilih sebagai bahasa ibu atau

     bahasa nasional.

    Tilaar (2007 : 25) berpendapat bahwa pendidikan merupakan

    faktor penting untuk menumbuhkan nasionalisme disamping bahasa

    dan budaya. Pendidikan kewarganegaraan sangat kental dan erat

    dengan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. Hal tersebut

     bukanlah sebuah mitos belaka. Karena memang secara substanstif

    pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk warga

    negara yang baik, yang salah satu didalamnya kental nuansa

    nasionalisme-nya.

    Nasionalisme sebagai ungkapan perasaan senasib

    sepenanggungan dalam lingkup bangsa dalam bentuk kepedulian dankepekaan akan masalah-masalah yang dihadapi bangsa, termasuk

    didalamnya masalah yang berkaitan dengan rasa solidaritas sebangsa

    dan setanah air, dan pada saat kini perlu terus ditumbuh

    kembangkan.

    Pendidikan kewarganegaraan (PKn) erat kaitannya dengan

    pembentukan dan penumbuhkembangan sikap nasionalisme. Hal ini

    24

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    25/34

    didasarkan bahwa secara general tujuan yang utama dari PKn ialah

    untuk membentuk warganegara yang baik yang salah satunya erat

    kaitannya dengan sikap nasionalisme. Lebih lanjut tujuan PKn seperti

    diutarakan oleh Numan Somantri (2001 : 279) “pendidikan

    kewarganegaraan memiliki tujuan mendidik warga negara yang baik,

    yang dapat dilukiskan dengan ‘warga negara negara yang patriotik,

    toleran, setia terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis…,

    Pancasila sejati”.

    Hal tersebut di atas berhubungan dengan nilai-nilai

    nasionalisme yang ditandai dengan pemahaman yang kuat akan

    dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan untuk konteks

    Indonesia, pemupukan rasa kebangsaan (inti nasionalisme) diberikan

    porsi khusus yang diimplementasikan dalam perangkat kurikulum

    sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan pendidikan. Hal ini

    diasumsikan bahwa siswa sebagai generasi muda ( young citizen)

    diharapkan mampu berpartisipasi dalam kehidupan negara yang

    harus dilandasi dengan pengetahuan dan semangat kebangsaan.

     Jadi dapat ditarik benang merah bahwa keterkaitan PKn

    dengan sikap nasionalisme ialah dalam hal bahwasanya PKn memiliki

    tujuan dan isi materi yang menumbuhkan dan mencerminkan nilai-

    nilai kebangsaan. Dalam hal ini pula keterkaitan nasionalisme dan

    ideologi bangsa (nasional) tergambar dalam PKn dimana peserta

    didik diharapkan mampu untuk memiliki pengetahuan dan

    pemahaman akan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara,

    terlebih bahwa PKn ialah sarana untuk mengenalkan hal-hal yang erat

    25

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    26/34

    kaitannya dengan pengetahuan kehidupan bangsa (seperti budaya,

    nilai-nilai bangsa serta kehidupan nasional dan internasional.

    2.Pola atau Metode Pembelajaran PKn dalam Rangka Menumbuhkan

    Sikap Nasionalisme

    Penentuan metode untuk pembelajaran PKn sangat erat

    hubungannya dengan proses pengenalan tingkah laku yang dapat

    diterima oleh masyarakat dan diharapkan mampu dilakukan siswa.

    Metode Pembelajaran PKn berusaha untuk dapat menyampaikan

    pesan-pesan kognitif dan afektif sebagaimana terkandung dalam

    materi pelajaran PKn yang cenderung penuh dengan muatan

    moralitas, nilai-nilai/ norma yang berhubungan langsung dengan

    ungkapan sikap atau perilaku sebagai warganegara.

    Metode merupakan kumpulan sejumlah tehnik dalam

    mencapai atau melaksanakan sesuatu ( Kosasih Djahiri, 1985 : 28).

    Dalam pembelajaran penggunaan sejumlah metode sangat diperlukan,

    hal ini bertujuan agar siswa dapat belajar secara bervariatif. Seorang

    guru mata pelajaran PKn yang profesional harus mampu

    meningkatkan kualitas belajar siswa melalui proses pendidikan

    dengan pengelolaan dan pembinaan dalam suasana kelas sebagai

    laboratorium kewarganegaraan yang demokratis. Oleh karena itu

    keterampilan guru dalam menggunakan metode dalam proses

    pembelajaran sangat diperlukan untuk menciptakan pembelajaran

    yang menarik ( joyfull Learning), hidup dan tidak membosankan bagi

    peserta didik.

    26

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    27/34

    Dalam pembelajaran, hendaknya ditekankan kepada siswa

     bahwa nasionalisme itu sifatnya bukanlah ” given”namun merupakan

    sesuatu yang harus terus ditanamkan dan senantiasa akan mengalami

    dinamika sesuai dengan kehidupan zaman. Artinya bahwa proses

    pebelajaran hendaknya tidak memakai metode ”bank” tetapi dengan

    metode pembelajaran yang dapat merangsang daya kritis siswa

    sehingga akan muncul pengetahuan, kesadaran dan pemahaman

    mengenai kehidupan bangsa. Model pembelajaran yang dapat

    diajukan ialah model “hadap masalah” yang memposisikan guru dan

    siswa sebagai subjek-subjek yang mengetahui tugas dan

    tanggungjawabnya, serta terpaut (linking) dengan lingkungan sosio-

    kultural dan sosio-politik siswa.

    3.Hambatan dalam Menerapkan PKn Sebagai Sarana untuk

    Membentuk Sikap Nasionalisme

    Permasalahan dalam dinamika tersebut juga tercermin dalam

    pelaksanaan PKn di Indonesia. Hal tersebut antara lain diakibatkan

    dari kecenderungan penggunaan metode mengajar yang doktrinatif

    dan tidak mengembangka daya kritis siswa. Terlebih muatan PKn di

    Indonesia selalu diwarnai kepentingan politik pada masa setiap rezim

    yang berkuasa. Hal itu tercermin dari pendapat Azis Wahab (2001)

    yang menyatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan sebagai salah

    satu wahana transformasi demokrasi telah mengalami beberapa kali

    perubahan nama sejalan dengan perkembangan dan pasang surutnya

    perjalanan politik bangsa Indonesia.

    27

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    28/34

    Mengenai kecenderungan penurunan minat terhadap PKn juga

    dilontarkan oleh Azis Wahab (2001 : 46) yang menyatakan bahwa :

    Dari segi metodologi, metode cenderung doktriner

    dan monolog selama ini perlu ditinjau ulang dari

    segi karakter pelajaran dan tahap-tahap

    perkembangan siswa. Sudah cukup lama kita

    mengetahui bahwa PPKn adalah mata pelajaran

    yang membosankan bahkan cenderung “tidak

    disukai” siswa karena materi dan metodenya

    memang tidak menantang siswa secara intelektual,

    disamping amat sarat dengan pesan-pesan ideologi

    rezim yang berkuasa yang memang belum sesuai

    dengan kebutuhan ataupun tingkat perkembangan

    anak.

    Dinamika kehidupan global yang digambarkan oleh buku ini

    dikhawatirkan akan “mengganggu” eksistensi dan peranan PKn

    sebagai sarana penumbuhan identitas dan karakter bangsa. Hal ini

    didasarkan pada asumsi bahwasanya proses globalsasi yang tengah

    terjadi akan mengakibatkan seorang warganegara memiliki “dua

    identitas” yakni sebagai warga bangsa dan negaranya serta sebagai

    warga dunia. Tak pelak dalam hal ini diperlukan adanya sebuah

    rekonstruksi pemahaman baru bagi PKn dalam era global.

    Tantangan lainnya terkait dengan pembentukan sikap

    nasionalisme melalui PKn ialah adanya pemahaman global sebagai

    konsekuensi logs dari dilaksanakannya globalisasi. Proses ini dapat

    mengikis jati diri dan identitas nasional sebuah bangsa. Tujuan PKn

    untuk pemahaman global ; pertama adalah pembaharuan kepentingan

    warga dan peningkatan partisipasi warganegara dalam urusan

    nasional dan masyarakat, meningkatnya pemahaman warga yang

    28

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    29/34

     berasal dari pemahaman yang mendalam mengenai fungsi dan

    struktur fundamental sistem pemerintahan dan kemampuan untuk

    membuat keputusan reflektif dan rasional tentang isu kebijakan

    publik. Kedua adalah meningkatnya pengakuan rakyat bahwa

    kewajiban kewarganegaraan mereka melampaui batas nasional ;

     bahwa semua bangsa/manusia mempunyai identitas bersama sebagai

    anggota spesies manusia ; dan bahwa kondisi yang dulu

    dikategorikan problem nasional sekarang dengan segera akan menjadi

    problem lintas negara yang membutuhkan komitmen pada suatu

    “kebudayaan kewarganegaraan global” jika problem itu ingin

    diselesaikan .

    Implementasi PKn untuk pemahaman global juga menuntut

    perubahan dalam pendekatan tradisional terhadap bahasan studi

    sosial. Pencapaian PKn untuk pemahaman global akan menjadi sulit.

    Banyak faktor yang bisa menghambatnya. Antara lain semangat yang

    dipengaruhi datau dibentuk oleh apa yang disebut “struktur batin

    sekolah” dan resistensi oleh beberapa orang yang memandang upaya

    semacam itu dapat merusak identitas nasional.

    Kehidupan global dan PKn tentu tak dapat dipisahkan begitu

    saja. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwasanya PKn harus terus

    menerus menjai sarana penguatan dan pembentukan jati diri

    warganegara. Orientasi PKn dalam masalah global digambarkan oleh

    Sri Wuryan dan Syaifullah (2006 ; 172 – 173) mencakup :

    1.Adanya pergeseran dari demokrasi perwakilan

    kepada demokrasi partisipatori.

    2.Orientasi kepada pemcahan konflik dengan tidak

    menggunakan kekerasan (non violent manner).

    29

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    30/34

    3.Orientasi kepada isu-isu global yang saat ini terjadi

    dalam berbagai belahan dunia.

    4.Orientasi kepada penguatan masyarakat sipil (civil

    society).

    Dalam konteks ke-indonesia-an usulan pengembangan konsep

    dan arah baru dari PKn untuk menghadapi tantangan global juga

    dilontarkan oleh Azis Wahab (2006 : 60-61) yang mengatakan bahwa :

    “…Perubahan-perubahan yang amat cepat dan secara

    terus menerus itu baik secara nasional maupuninternasional menuntut dilakukannya perubahan yang

    mendasar dalam kehidupan bermasyarakat dan

     bernegara … yang terencana dan terarah dalam satu

    kemasan sistem pendidikan yang solid dan berorientasi

    pada pendekatan kemanusiaan serta mengembangkan

    seluruh potensi individu/warganegara secara optimal

    untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan

     bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara cerdas

    dan efektif …”.

    Selain hal tersebut di atas, pengembangan PKn untuk era global

     juga diarahkan kepada Sembilan kecenderungan yang diutarakan oleh

    Azis Wahab (2006, 64-65) yakni :

    1.Konseptualisasi PKn dalam istilah komponen-komponen

    yang saling beinterrelasi.

    2.Pengajaran konsep-konsep inti secara sistematik.3.Melakukan analisis terhadap studi kasus.

    4.Pengembangan keterampilan-keterampilan pembuatan

    keputusan.

    5.Analisis komparatif dan internasional tentang pemerintah

    dan kewarganegaraan.

    6.Pengembangan keterampilan partisipatoris dan kebajikan

    warganegara melalui kegiatan-kegiatan belajar.

    7.Penggunaan buku sumber di dalam mengajarkan

    kebajikan warganegara (civic virtues).

    30

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    31/34

    8.Mempelajari secara aktif pengetahuan, keterampilan dan

    kebajikan-kebajikan warganegara.

    9.Menghubungkan antara isi dan proses belajar-mengajar

    pengetahuan, keterampilan dan kebajikan-kebajikan

    warganegara.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A.KESIMPULAN

    1.Pemberdayaan pendidikan sebagai sarana untuk membentuk dan

    mengembangkan sikap nasionalisme dapat kita lakukan dengan

     jalan memberikan pemahaman yang kuat akan nilai-nilai

    kebangsaan kita, memberlakukan metode yang membangun

    pengetahuan dan pemahaman nilai-nilai kebangsaan kita.

    2.Pendidikan merupakan faktor penting untuk menumbuhkan

    nasionalisme disamping bahasa dan budaya. Pendidikan

    kewarganegaraan sangat kental dan erat dengan nilai-nilai

    nasionalisme dan patriotisme. Hal tersebut bukanlah sebuah mitos

     belaka. Karena memang secara substanstif pendidikan

    kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk warga negara yang

     baik, yang salah satu didalamnya kental nuansa nasionalisme-nya.

    3.Penentuan metode untuk pembelajaran PKn sangat erat

    hubungannya dengan proses pengenalan tingkah laku yang dapat

    diterima oleh masyarakat dan diharapkan mampu dilakukan siswa.

    Metode Pembelajaran PKn berusaha untuk dapat menyampaikan

    pesan-pesan kognitif dan afektif sebagaimana terkandung dalam

    materi pelajaran PKn yang cenderung penuh dengan muatan

    moralitas, nilai-nilai/norma yang berhubungan langsung dengan

    ungkapan sikap atau perilaku sebagai warganegara.

    31

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    32/34

    4.Dalam pembelajaran, hendaknya ditekankan kepada siswa bahwa

    nasionalisme itu sifatnya bukanlah ” given”namun merupakan

    sesuatu yang harus terus ditanamkan dan senantiasa akan

    mengalami dinamika sesuai dengan kehidupan zaman. Artinya

     bahwa proses pebelajaran hendaknya tidak memakai metode

    ”bank” tetapi dengan metode pembelajaran yang dapat

    merangsang daya kritis siswa sehingga akan muncul pengetahuan,

    kesadaran dan pemahaman mengenai kehidupan bangsa. Model

    pembelajaran yang dapat diajukan ialah model “hadap masalah”

    yang memposisikan guru dan siswa sebagai subjek-subjek yang

    mengetahui tugas dan tanggungjawabnya, serta terpaut (linking)

    dengan lingkungan sosio-kultural dan sosio-politik siswa.

    B.SARAN

    1.Pembentukan nasionalisme melalui PKn harus terus digalakan baik

    secara kulikuler maupun kokulikuler.

    2.Penggunaan metode pembelajaran PKn yang tepat ialah dengan

    menekankan kepada siswa tentang pemahaman dan pembangunan

    kesadaran sehingga sikap nasionalisme akan tumbuh dengan

    sendirinya.

    3.Nasionalisme sebuah negara-bangsa harus terus tertanam dalam

    setiap generasi karena pada hakekatnya nasionalisme merupakan

    identitas suatu bangsa yang akan menandakan eksistensi dari

    negara-bangsa tersebut di tengah dinamika kehidupan dunia yang

    menglobal.

    DAFTAR PUSTAKA

    32

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    33/34

    Azis Wahab, Abdul. 2001.Rekonstruksi Kurikulum PMPKN. Jurnal Civicus

    (1). Bandung : Jurusan PMPKN UPI.

    Azis Wahab, Abdul. 2006.Pengembangan Konsep dan Paradigma Pendidikan

    Kewarganegaraan Baru Indonesia Bagi Terbinanya Warga Negara

     Multidimensional Indonesia. Dalam Pendidikan Nilai Moral dalam

    Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Laboratorium

     Jurusan PKn UPI.

    Branson, Margaret. 1999.Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta :

    LKIS.

    Budimansyah, D. dan Karim Suryadi. 2008.PKN dan Masyarakat

     Multikultural. Bandung : Program Studi Pendidikan

    Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

    Indonesia.

    Budimansyah, Dasim. 2009. Membangun Karakter Bangsa di Tengah Arus

    Globalisasi dan Gerakan Demokratisasi.Pidato Pengukuhan Sebagai

    Guru Besar dalam Bidang Sosiologi Kewarganegaraan. Bandung :

    UPI.

    Budi Utomo, Cahyo. 1995.Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia dari

    Kebangkitan Hingga Kemerdekaan. Semarang : IKIP Semarang

    Press.

    Djahiri, Ahmad Kosasih. 1996.Dasar-dasar Umum Metodologi dan Pengajaran

    Nilai Moral PVCT. Bandung : Laboratorium Pengajaran IKIP

    Bandung.

    Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

    Ghazali, Adeng Muchtar. 2004.Civic Education, Pendidikan Kewarganegaraan

    Perspektif Islam. Bandung : Benang Merah Press.

    Kalidjernih, Freddy K. 2009.Puspa Ragam konsep dan Isu Kewarganegaraan.

    Bandung : Widya Aksara Press.

    Kohn, Hans. 1984.Nasionalisme, Arti dan Sejarahnya. Jakarta : Erlangga.

    33

  • 8/18/2019 Manifestasi Pendidikan Kewarganegaraan

    34/34

    Sage, Lazuardi Adi. 1996.Sebuah Catatan Sudut Pandang Siswono Tentang

    Nasionalisme dan Islam. Jakarta : Citra Media.Soekarno. 2007.

    Revolusi Indonesia ; Nasionalisme, Marhaen dan Pancasila.

    Yogyakarta : Galang Press.

    Soekarno. 2006.Islam, Pancasila dan NKRI. Jakarta : Komunitas Nasionalis

    Religius Indonesia.

    Soekarno. 2003.Negara Nasional dan Cita-cita Islam. Depok : Vision 03.

    Somantri, M. Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.

    Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Tilaar, H.A.R. 2007. Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia.

     Jakarta : Rineka Cipta.

    Winataputra, Udin. 2001. Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai

    Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi. Disertasi UPI ; tidak

    diterbitkan.