Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat Antihipertensi

8
Manifestasi Oral akibat Penggunaan Obat Antihipertensi Manifestasi oral akibat penggunaan obat antihipertensi adalah: A. Xerostomia Xerostomia atau mulut kering merupakan keadaan rongga mulut yang paling banyak dikeluhkan. Keadaan ini umumnya berhubungan dengan berkurangnya aliran saliva, namun adakalanya jumlah atau aliran saliva normal tetapi seseorang tetap mengeluh mulutnya kering. Obat-obatan adalah penyebab paling umum berkurangnya saliva, dan obat antihipertensi termasuk kedalam golongan obat yang dapat menyebabkan efek samping berupa xerostomia. Obat-obatan tersebut mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem syaraf autonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses seluler yang diperlukan untuk saliva. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar B. Ulser Ulser pada mukosa mulut, terasa sakit, tanpa ada tanda- tanda sistemik dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.Tidak ada teori yang seragam tentang adanya immunopatogenesis dari ulser . Salah satu penelitian mengungkapkan bahwa adanya respon imun yang diperantarai sel secara berlebihan pada pasien sehingga menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa. Respon imun itu berupa aksi

description

-

Transcript of Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat Antihipertensi

Page 1: Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat Antihipertensi

Manifestasi Oral akibat Penggunaan Obat Antihipertensi

Manifestasi oral akibat penggunaan obat antihipertensi adalah:

A. Xerostomia

Xerostomia atau mulut kering merupakan keadaan rongga mulut yang paling banyak

dikeluhkan. Keadaan ini umumnya berhubungan dengan berkurangnya aliran saliva,

namun adakalanya jumlah atau aliran saliva normal tetapi seseorang tetap mengeluh

mulutnya kering. Obat-obatan adalah penyebab paling umum berkurangnya saliva,

dan obat antihipertensi termasuk kedalam golongan obat yang dapat menyebabkan

efek samping berupa xerostomia.

Obat-obatan tersebut mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem syaraf

autonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses seluler yang diperlukan

untuk saliva. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung mempengaruhi saliva

dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan mempengaruhi

aliran darah ke kelenjar

B. Ulser

Ulser pada mukosa mulut, terasa sakit, tanpa ada tanda-tanda sistemik dan tidak

diketahui dengan pasti penyebabnya.Tidak ada teori yang seragam tentang adanya

immunopatogenesis dari ulser . Salah satu penelitian mengungkapkan bahwa adanya

respon imun yang diperantarai sel secara berlebihan pada pasien sehingga

menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa. Respon imun itu berupa aksi sitotoksin dari

limfosit dan monosit pada mukosa mulut dimana pemicunya tidak diketahui.

Gambar 1. Ulser

Page 2: Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat Antihipertensi

C. Reaksi Likenoid

Etiologi likenoid diyakini berasal dari respon immune abnormal yang diperantarai sel-

T dalam sel-sel epitel basal yang dikenali sebagai benda-benda asing karena adanya

antigenitas permukaan selnya. Penyebab rusaknya sel basal yang diperantarai immun

ini tidak diketahui. Karena itu, tidak diketahui apakah reaksi likenoid mewakili suatu

proses penyakit tunggal atau berkaitan dengan penyakit yang memiliki penampilan

klinis yang sama.

Pada lesi likenoid terdapat white striae atau papula seperti liken planus, lesi dapat

terlihat ulseratif dengan adanya rasa peka terhadap rasa sakit serta lokasi yang paling

sering adalah mukosa bukal dan gingival cekat, namun daerah lain dapat

dikenai.Reaksi likenoid dapat bersifat unilateral.

Gambar 2. Reaksi Likenoid pada mukosa bukal

D. Gingival Enlargement (Pembesaran Gingiva)

Salah satu efek samping obat-obatan pada jaringan periodonsium yang paling sering

adalah pembesaran gingiva atau juga dikenal dengan hiperplasia gingiva. Pembesaran

ukuran dari gingiva diperparah dengan buruknya oral hygiene seseorang.

Patogenesis terjadinya pembesaran gingiva yang disebabkan oleh obat-obatan ini

sebagai akibat dari terjadinya peningkatan sintesa/produksi kolagen oleh fibroblast

gingiva, pengurangan degradasi kolagen akibat diproduksinya enzim kolagenase yang

inaktif dan pertambahan matriks non-kolagen, sebagai contoh glikosaminoglikans dan

proteoglikans, dalam jumlah yang lebih banyak dari matriks kolagen.

Page 3: Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat Antihipertensi

Gambar 3. Gingival Enlargement

E. Eritema Multiform (EM)

Merupakan penyakit kulit dan membrana mukosa dengan tanda-tanda klinis yang

luas, gangguan inflamasi akut, sering berulang dan merupakan reaksi hipersensitifitas

yang berdampak pada jaringan mukokutaneus yang dapat menyebabkan beberapa

jenis lesi kulit, maka dinamakan multiforme.Pada mulut terlihat peradangan yang

luas, dengan pembentukan vesikel kecil serta erosi yang luas dengan dasar yang

berwarna merah. Dapat terjadi pada bibir dan terbentuk ulser yang luas.

EM terbagi atas 2 tipe yaitu tipe minor dan tipe mayor. Tipe minor terjadi hanya pada

satu daerah saja. Dapat mengenai mulut saja, kulit atau mukosa lainnya. Tipe mayor

juga dikenal dengan istilah Steven-Johnson syndrome dimana hampir seluruh mukosa

mulut terlibat dan juga dapat mengenai mata, laring, esophagus, kulit, dan genital.

Eritema multiform yang dipicu oleh obat-obat antihipertensi terjadi sebagai reaksi

hipersensitifitas imunitas dari tubuh ditandai dengan hadirnya sel-sel efektor

sitotoksik dan CD8limfosit T pada epitel yang menyebabkan apoptosis dari keratinosit

sehingga sel menjadi nekrosis.

Gambar 4. Eritema Multiforme

Page 4: Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat Antihipertensi

F. Angioderma

Angioedema adalah pembengkakan pada lapisan dermis, jaringan subkutaneus atau

submukosa yang mempengaruhi setiap bagian tubuh terutama kelopak mata, bibir,

lidah, dan bahkan jaringan dari dasar mulut yang dapat menyebabkan terbentuknya

edema laryngeal.

Angioedema sebagai manifestasi dari pemakaian obat-obatan digolongkan sebagai

angioedema yang bukan disebabkan karena reaksi alergi karena tidak ada keterlibatan

IgE dan histamine dalam hal ini. Melainkan terjadi karena meningkatnya kadar dari

bradikinin atau berubahnya fungsi dari C1 inhibitor.

Gambar 5. Angioedema

G. Sindroma Mulut Terbakar (SMT)

SMT didefenisikan sebagai gejala dan karakteristik rasa sakit dan rasa terbakar pada

salah satu atau beberapa struktur rongga mulut dengan atau tanpa adanya perubahan

klinis di rongga mulut. Gangguan ini ditandai dengan adanya rasa terbakar atau rasa

gatal pada ujung dan lateral lidah, bibir, dan palatum anterior, dan terkadang dikaitkan

dengan perubahan pengecapan dan mulut kering. Manifestasi SMT biasanya bilateral

namun pada beberapa kasus ada yang unilateral. Sindroma ini pada umumnya terjadi

pada wanita dimana prevalensi yang tinggi terjadi pada wanita yang sudah

menopause.

Klasifikasi dari SMT berdasarkan gejalanya dapat dibagi menjadi 3 tipe sebagai

berikut :

1. SMT tipe 1 : Rasa terbakar tidak terjadi pada waktu bangun pagi hari tetapi akan

terasa bila hari telah siang.

2. SMT tipe 2 : Rasa terbakar dirasakan pada pagi hari segera setelah bangun tidur

Page 5: Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat Antihipertensi

dan menetap sampai penderita tidur lagi.

3. SMT tipe 3 : Rasa terbakar hilang timbul dan menyerang tempat-tempat yang

tidak umum, seperti dasar mulut dan tenggorokan.

H. Dysgeusia (Gangguan Pengecapan)

Dysgeusia adalah suatu keadaan dimana terjadinya gangguan dalam hal pengecapan

dan terkadang disertai gangguan dalam hal penciuman. Dysgeusia dapat disebabkan

oleh beberapa hal. Sebagai contoh flu, infeksi sinus, sakit tenggorokan dapat

menyebabkan dysgeusia. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan dysgeusia

seperti rokok, xerostomia, defisiensi vitamin dan mineral, depresi, radiasi di daerah

leher dan kepala, obat-obatan seperti ACE-inhibitor, antibiotik, dan obat-obat

kemoterapi. Dysgeusia juga dihubungkan dengan sindroma mulut terbakar atau

glossitis dan kondisi oral lainnya.

Perawatan dari dysgeusia adalah dengan menghilangkan faktor penyebabnya. Jika

dysgeusia terjadi karena kerusakan saraf yang permanen maka dysgeusia tidak bisa

diobati.

Obat – obat antihipertensi dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan dengan

manifestasi oral efek sampingnya, antaranya:

1. Diuretic

Manifestasi oral: xerostomia, reaksi likenoid, dysgeusia, angioderma, eritema.

2. Penghambat adrenoreseptor Beta( β-blocker)

Manifestasi oral: xerostomia, reaksi likenoid, dysgeusia, angioderma.

3. Calcium Channel Blockers ( Antagonis Kalsium)

Manifestasi oral: pembesaran gingival, xerostomia, dysgeusia, ulser

4. Penghambat Angitensin-Converting Enzyme ( ACE-Inhibitor)

Manifestasi oral: xerostomia, ulser, dysgeusia, angioderma, reaksi likenoid, sindroma

mulut terbakar(SMT)

Page 6: Manifestasi Oral Akibat Penggunaan Obat Antihipertensi

5. Antagonis Reseptor Angiotensin II (Angiotensin receptor blocker, ARBs)

Manifestasi oral: xerostomia, angioderma

* Daftar pustaka:Yunita A. 2010. Prevalensi dan Distribusi Manifestasi Oral Akibar Penggunaan Obat – obatan Antihipertensi pada pasien hipertensi di RSUP H.Adam Malik dan RSU DR. Pirngadi Medan. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21489 [Accessed on 16 November 2012]