“Manfaat Benda-Benda Langit Menurut Al-Qur’an (Analisa ...
Transcript of “Manfaat Benda-Benda Langit Menurut Al-Qur’an (Analisa ...
“Manfaat Benda-Benda Langit Menurut Al-Qur’an
(Analisa Kritis Terhadap Tafsir Ilmi Kementrian Agama RI)”
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th. I)
Oleh
Indah Fitria
1111034000030
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2016 M
v
vi
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 9
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 10
E. Metodelogi Penelitian .............................................................................. 12
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG PENCIPTAAN BENDA-BENDA LANGIT
A. Teori Penciptaan Benda-Benda Langit ..................................................... 15
1. Menurut Pandangan Mufassir .............................................................. 16
2. Menurut Pandangan Ilmuan dan Filosof .............................................. 20
B. Pengertian Benda-Benda Langit ............................................................... 23
1. Menurut Pandangan Mufassir ............................................................. 24
2. Menurut Pandangan Ilmuan dan Filosof ................................................ 29
C. Lafazh-lafazh Yang Merujuk Benda-Benda
Langit Dalam Al-Qur an ........................................................................ 33
v
BAB III ANALISIS PENAFSIRAN AYAT-AYAT MANFAAT BENDA-BENDA LANGIT
A. Manfaat Matahari .................................................................................... 38
1. Matahari Sebagai Pusat Tata Surya ..................................................... 42
2. Matahari Sebagai Penentu Waktu dan Arah ......................................... 50
B. Manfaat Bulan ......................................................................................... 57
1. Bulan Sebagai Penggerak Pasang Surut Air Laut ................................. 60
2. Bulan Sebagai Penentu Waktu ............................................................. 66
C. Manfaat Bintang-Bintang ......................................................................... 73
1. Bintang Sebagai Penentu Arah ............................................................. 76
2. Bintang Sebagai Penghias Langit ......................................................... 80
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 85
B. Saran ........................................................................................................ 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 88
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
A Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
Ts Te dan es ث
J Je ج
H dengan garis di bawah ح
Kh Ka dan Ha خ
D Da د
Dz De dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
Sy Es dan ye ش
Es dengan garis di bawah ص
De dengan garis di bawah ض
Te dengan garis di bawah ط
viii
Zet dengan garis di bawah ظ
Koma terbalik ke atas, menghadap ke kanan ‘ ع
Gh Ge dan ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha ه
Apostrop ‘ ء
Y Ye ي
B. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dan vocal
tunggal atan monoftong dan vocal rangkap atan diftong. Untuk vocal tunggal alih
aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
_َ A Fat ah
ix
– I Kasrah
_ُ U hamah
Adapun untuk vocal rangkap. ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i _______ي
و_______ Au a dan u
C. Vokal Panjang (Madd)
Ketentuan alih aksara vocal panjang (madd). yalig dalam bahasa arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ā a dengan topi di atas أ
Ī i dengan topi di atas ي
Ū u dengan topi di atas و
D. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam system aksara arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu alif dan lain. dialih aksarakan menjadi huruf /i/ ,baik diikuti oleh
huruf Syamsiyah maupun Qamariyah. Contoh: al-rijal bukan ar-rijal, al-diwan
bukan ad-diwan.
x
E. Saddah (Tashdid).
Syaddah atau tasydid yang dalam system bahasa tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah ini. Akan
tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah ini terletak setelah kata
sambung yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang secara lisan berbunyi ad–
arurah, tidak ditulis “ad- arurah”, melainkan ad- arurah” demikian seterusnya.
F. Ta Marbu ah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbu ah terdapat pada kata yag berdiri
sendiri, maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal
ang sama juga berlaku jika ta marbu ah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2).
Akan tetapi, jika huruf ta marbu ah tersbeut diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebut
dialih aksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3):
Contoh:
NO Kata Arab Alih Aksara
ariqah طريقة 1
ألإسلامية الجامعة 2 al-jāmi’ahal-islāmiyyah
wa وحدة الوجود 3 dat al-wujūd
G. Huruf kapital
Meskipun dalam tulisan arab huruf kapital tidak dikenal, dalarn alih aksara ini. huruf
capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain yang menuliskan kalimat, huruf awal nama,
xi
tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata
sandang, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: al-Syātibī bukan Asy-Syatibi.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Alam semesta yang menjadi tempat tinggal manusia terdiri atas benda-
benda material yang tidak terhitung banyaknya, baik yang bernyawa maupun yang
tidak bernyawa, yang bergerak, yang relatif diam, dan juga beragam energi dalam
bentuk panas, cahaya, listrik, dan sebagainya. Semua itu memberi kita segala
macam kenikmatan material.1 Dengan melihat langit, terutama di malam hari, kita
akan berfikir bahwa Allah telah berkuasa atas segalanya, hingga menahan benda-
benda langit agar tidak berjatuhan.
Al-Qur an menjadikan setiap isyarat sebagai metode dalam mengarungi
hakikat alam dan kehidupan. Ia berpengaruh kuat dalam menguatkan keimanan.
Karena, setiap ayat yang menyeru untuk menyembah Allah dan mentauhidkan-
Nya selalu diiringi dengan pengarahan akal pikiran dengan meneliti bukti-bukti
keagungan Ilahi melalui ciptaan alam dan ketelitian penciptaan-Nya.2
Penciptaan langit dan bumi serta fenomena alam didalamnya tidak sia-sia;
pasti ada fungsi dan manfaat yang bisa diambil darinya. Sebagaimana firman
Allah,
1Mir Aneesuddin, Buku Saku Ayat-Ayat Semesta :Mengerti Rahasia Alam Nyata dan
Gaib dalam Al-Qur an dan Sains, Penerjemah Machnun Husein (Jakarta: Zaman, 2014), h. 25. 2 Lajnah Pentashian Mushaf Al-Qur an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI
dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Manfaat Benda-Benda Langit Dalam Perspektif Al-Qur an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. 2010), h. 5.
2
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”3
Menurut al-Mar ghi dalam kitab tafsirnya, bahwa sesungguhnya dalam
pengaturan langit dan bumi serta keindahan juga keajaiban ciptaan-Nya, dan
dalam pergantian siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita
rasakan terhadap tubuh kita dan kita memikirkan akan panas matahari, dinginnya
malam, dan pengaruh terhadap dunia flora dan fauna, merupakan bukti atas
keesaan Allah SWT. dan kesempurnaan pengetahuan serta kekuasaan-Nya.
Karena hanya dengan melakukan zikir kepada Allah belum cukup menjamin
hadirnya hidayah. Tetapi seharusnya diiringi dengan memikirkan rahasia dari
ciptaan-Nya. Yaitu adanya penciptaan langit dan bumi yang di dalamnya
terkandung manfaat-manfaat yang menunjukkan ilmu yang sempurna dan hikmah
yang tertinggi serta kemampuan yang lengkap.4
Allah SWT. telah menciptakan apa yang ada di langit seperti, matahari,
bulan, bintang, planet, meteoroid dan benda-benda langit lainnya, semua itu
terdapat manfaat untuk kita sebagai manusia yang diberikan akal dan kemampuan
3Sûrah li-Imr n/3 : 190-191. 4 Ahmad Mus af Al-Mar ghi, Tafsir Al-Mar ghi, Juz 2 (Mesir : Mustafa Al-Bab Al-
Halab, 1394 H), h.290.
3
berfikir oleh Allah untuk senantiasa merenungi dan mengingat akan segala
penciptaan-Nya yang tidak sia-sia dan mengambil hikmahnya.
Penulis ingin memfokuskan permasalahan yang terjadi dengan manfaat
benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan bintang-bintang. Meskipun
pembahasan tentang hal ini telah dibahas sebelumnya dalam tafsir Tim Ilmi
Kementrian Agama RI. Tetapi penulis melihat masih adanya kekurangan dari segi
penafsiran ayat-ayatnya yang dikorelasikan dengan sains. Oleh sebab itu penulis
melengkapi dan menguatkan penafsiran ayat-ayat manfaat benda-benda langit
dengan menggunakan beberapa tafsir seperti, tafsir ilmi Zaghloul, tafsir Quraish
Shihab, tafsir Hamka, dan tafsir al-M raghi dengan teori sains. Diharapkan dapat
menambah kekayaan informasi tentang manfaat benda-benda langit.
Al-Qur an menjelaskan bahwa adanya pengaturan langit yang sempurna
terdapat faedah untuk mempermudah kehidupan manusia di bumi, dan juga untuk
mempermudah perhitungan waktu. Hal ini sejalan dengan al-Qur an yang
merupakan petunjuk bagi manusia untuk memahami makna yang terkandung di
dalam al-Qur an untuk kehidupan sehari-hari.
“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya). ”5
5Sûrah al-Nahl/16:12.
4
Menurut M. Quraish Shihab, tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang telah
disebutkan dalam firman di atas hanya kaum yang berakal yang mau
memanfaatkan akalnya untuk memahami apa-apa yang terjadi pada tanda-tanda
kebesarannya.6
Ayat di atas menyiratkan makna yang mendalam bahwa penundukan
matahari,bulan dan bintang-bintang diperuntukkan untuk manusia yang memiliki
kemampuan akal agar senantiasa berpikir dan merenungkan akan segala
penciptaan Allah SWT. Dengan adanya peredaran bulan dan bumi yang
mengelilingi matahari, seharusnya dapat dijadikan alat ukur untuk menentukan
perhitungan waktu dalam kehidupan manusia di muka bumi ini.
Para ahli astronomi menyatakan bahwa yang mengontrol perilaku benda-
benda langit setelah kehendak Allah adalah massa materi (mass of matter) dan
energi (mass of energy) yang berkumpul di dalam benda-benda itu. Massa sendiri
adalah sekumpulan materi dan energi yang dibawa oleh benda-benda angkasa
sewaktu terlepas dari gumpalan asap setelah ledakan besar. Materi dan energi itu
kemudian menyesuaikan diri dengan membentuk kekuatan gravitasi.7 Pada zaman modern ini, memahami struktur dan sejarah kosmologi dalam
dekade terakhir telah terjadi terobosan yang menakjubkan. Kita sebagai generasi
berilmu seharusnya merenungkan fenomena alam semesta yang telah diungkap
dalam penelitian, seperti gambar bumi dalam kegelapan angkasa, planet-planet
dan adanya satelit-satelit lain dalam sistem tata surya , pemetaan galaksi dalam
6M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur an, Vol.7
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.198. 7 Nadiah Thayyarrah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur an : Mengerti Mukjizat Ilmiah
Firman Allah (Jakarta: Zaman, 2014), h. 336.
5
rentang panjang gelombang dan penemuan fenomena dahsyat seperti meledaknya
bintang, dan miliaran galaksi.8
Abu Raihan al-Barumi, ilmuan Muslim yang hidup dalam abad X dan rajin
mengukur berat jenis berbagai benda, adalah orang yang pertama kali menyatakan
universalitas hukum alam dengan mengatakan bahwa gravitasi yang ada di bumi
sama dengan yang ada di langit.
Dalam matahari, fusi helium ini hanya dapat menghasilkan inti atom karbon
dan inti oksigen. Karena suhunya yang tinggi maka atmosfernya mengembang
begitu besar hingga “nyala apinya” menelan planet Merkurius, Venus, dan boleh
jadi menjilat bumi juga. Ia tampak amat besar dan berwarna merah karena
suhunya berkurang sebagai akibat ekspansinya.
“Bintang semacam itu dinamakan Raksasa Merah. Setelah itu bintang ini
akan mendingin terus dan menyusut sampai ukurannya sangat kecil. Matahari
pada saat ini terdiri dari 90% hidrogen, 8% helium dan sedikit karbon serta
oksigen; kelumit unsur-unsur berat seperti besi diperolehnya dari supernova yang
meledak, yang juga merupakan sumber materi bumi.”9
Dari pernyataan-pernyataan para ulama tafsir dan ilmuan bahwa benarlah
memang tanpa disadari oleh sebagian umat manusia telah diciptakan langit dan
bumi ini untuk menunjang sebuah kehidupan bagi manusia dan makhluk lainnya.
8 Bruno Guiderdoni adalah salah seorang intelektual Prancis Muslim yang terkenal,
seorang astrofisikawan terkemuka yang masuk Islam. Dia belajar fisika dan astrofisika di Universitas Paris 1986. Penelitian ilmiah Dr.Guiderdoni terfokus pada persoalan lahirnya dan evolusi galaksi-galaksi. Guiderdoni juga ikut dalam proses penemuan gelombang inframerah jauh jagad raya yang seragam yang tak dapat dilihat oleh mata manusia secara telanjang melalui pengamatan dari satelit Lihat: Bruno Abd Al-Haqq Guiderdoni, Membaca Alam Membaca Ayat, cet. ke-1(Bandung: Mizan,2004) , h.128-129.
9 Achmad Baiquni, Al-Qur an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman (Jakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1996), h. 204-205.
6
Untuk membantu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap rahasia-rahasia
yang terdapat di alam semesta dan juga diambil manfaat dari itu semua. Allah
SWT. yang telah menciptakan alam semesta, memberikan isyarat kepada manusia
akan tanda-tanda kebesaran-Nya dalam al-Qur an.
Allah mencegah benda-benda benda-benda langit agar tidak berjatuhan
melalui kekuatan atau gaya pengangkat dan menjaganya dari keterceraian melalui
kekuatan atau gaya pengikat.
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”10
Begitu banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang manfaat benda-benda
langit, seperti ; matahari, bulan, dan bintang, agar diperhatikan kepada seluruh
manusia di muka bumi ini sebagai pelajaran dan diambil hikmah dari segala
penciptaan-Nya tersebut. Ilmu pengetahuan yang bersifat relatif membuat
penelitian yang ditemukan selalu berubah-ubah, tetapi al-Qur’an yang telah ada
1400 abad yang lalu telah menjelaskan isyarat ilmiah yang terbukti benar terjadi
di kehidupan ini.
Sains modern baru berhasil menemukan fakta tentang keseimbangan benda-
benda langit ini sekitar seribu tahun setelah al-Qur an diturunkan, yaitu ketika
seorang ilmuan Inggris Isaac Newton, menemukan hukum gravitasi benda pada
tahun 1667 untuk menjelaskan gerakan planet di sekitar matahari dan gerakan
bulan di sekitar planet.
10Sûrah Y s n/36: 40.
7
Kemudian, eksperimen ilmu membuktikan kebenaran hukum tersebut.
Berdasarkan hukum itu kemudian ditemukan banyak temuan yang membantu
umat manusia dalam berbagai bidang, terutama dalam pengembangan penelitian
tentang luar angkasa dan peluncuran satelit yang berputar mengelilingi bumi pada
poros yang berbeda-beda sesuai maksud dan tujuan pembuatannya.11
Menurut filosof, memahami alam bukanlah usaha yang bermakna, kecuali
jika ia membantu kita memahami Pencipta Maha Bijak dunia ini dan mendekatkan
diri kepada-Nya. Memahami alam dapat mengembangkan wawasan manusia bagi
pengenalan Allah dan memungkinkannya untuk dapat lebih baik memanfaatkan
pemberian-pemberian Allah demi kebahagiaan dan kesejahteraan dirinya12.
Maka, dari itulah penulis mencoba untuk menganalisis ayat-ayat dari
manfaat benda-benda langit untuk dikorelasikan terhadap teori sains. Yang mana
di dalam al-Qur an dan Sains tidak ada dikotomi atau pertentangan yang telah
dijelaskan oleh peneliti al-Qur an dan sains sebelumnya.
Tetapi disini penulis ingin memaparkan tentang penelitian manfaat benda-
benda langit ini dengan mengemukakan teori-teori sains dari para ilmuan dan
filosof serta penafsiran beberapa mufassir yang menjelaskan ayat-ayat tentang
manfaat benda-benda langit agar lebih banyak menambah dan menguatkan
informasi ilmiah dari keduanya. Sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan akan
manfaat dari benda-benda langit menurut al-Qur an dan sains yang bisa diambil
hikmahnya sebagai pelajaran dalam hidup ini.
11Ahmad Fuad Pasya, Dimensi Sains Al-Qur’an (Solo: Tiga Serangkai, 2004), h. 54. 12 Mahdi Ghulsyani, Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1998), h. 79.
8
Penulis menganggap permasalahan ini menarik untuk dibahas karena masih
jarang sekali yang memikirkan akan ciptaan Allah SWT yang sangat sempurna ini
yaitu manfaat dari benda-benda langit dalam kehidupan manusia seperti ;
matahari, bulan, bintang, dll. Pembahasan ini pula dapat lebih menambah
keyakinan kepada Allah SWT atas segala kekuasaan dan kehendak yang terjadi
atas segala Penciptaan-Nya.
Berdasarkan deskripsi di atas, penulis akan mengadakan penelitian tentang :
“MANFAAT BENDA-BENDA LANGIT DALAM AL-QUR’AN (ANALISA
KRITIS TAFSIR ILMI KEMENTRIAN AGAMA RI)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Al-Qur an adalah sumber ilmu pengetahuan yang mencakup segala aspek
kehidupan termasuk sesuatu yang berkaitan dengan astronomi. Dalam al-Qur an
ayat-ayat yang mengandung isyarat ilmiah yang membahas tentang langit dan
manfaat benda-benda langit di dalamnya kurang lebih ada 310 ayat yang penulis
teliti, Tetapi penulis hanya menggunakan 10 ayat untuk di teliti tentang manfaat
benda-benda langit ini diantaranya : al-Taubah/9 : 36, Yunus/10: 5, ar-Ra’du/13:
2, al-Nahl /16 : 16, al- ajj/22: 65, Y s n/36 : 38-40 al- aff t/37 : 6,
Fu ilat/41: 11, al-Ahqaf/46: 3, al-Nab /78:13.13
Namun pada pembahasan ini, penulis hanya membatasi masalah yang
menyangkut tentang manfaat benda-benda langit yang ada di dalam al-Qur an
seperti : Matahari, Bulan dan Bintang-bintang dan menggunakan beberapa tafsir
untuk mengkaji dan menjelaskan ayat-ayat yang berkaitan dengan manfaat benda-
13 M. Fuad Abd al-Baq , Mu’jam al-Qur an : Li al-f zhi Al-Qur n Al-Kar m
(Turki, Al-Maktab Al-Isl miyyah: 1984) , h. 362.
9
benda langit, yaitu Lajnah Pentashian Mushaf Al-Qur an Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Manfaat
Benda-Benda Langit Dalam Perspektif Al-Qur an dan Sains, M.Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur an, Hamka, Tafsir Al-Azhar dan
Ahmad Mus af Al-Mar ghi, Tafsir Al-Mar ghi
Adapun identifikasi ayat-ayatnya adalah:
1. Ayat-ayat tentang Manfaat Matahari adalah:
a. Matahari Sebagai Pusat Tata Surya (Sûrah Y s n /36 : 38-40)
b. Matahari Sebagai Sumber Energi (Sûrah al-Nab /78:13)
2. Ayat-ayat tentang Manfaat Bulan adalah:
a. Bulan Sebagai Penggerak Pasang Surut Air Laut (Sûrah al- ajj/22:
65)
b. Bulan Sebagai Penentu Waktu, (Sûrah al-Taubah/9:36)
3. Ayat-ayat tentang Manfaat Bintang :
a. Bintang Sebagai Penentu Arah (Sûrah al-Nahl /16 : 16)
b. Bintang Sebagai Penghias Langit (Sûrah al- aff t /37 : 6)
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan
permasalahannya tentang Bagaimana manfaat benda-benda langit menurut al-
Qur an dan sains ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, penelitian ini
bertujuan:
10
1.Untuk mengetahui manfaat benda-benda langit seperti : Matahari, Bulan dan
Bintang dalam al-Qur an.
2. Untuk menguatkan penjelasan-penjelasan ilmiah tentang ayat-ayat manfaat
benda-benda langit yang dijelaskan Lajnah Pentashian Mushaf Al-Qur an Badan
Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Manfaat Benda-Benda Langit Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, untuk
melengkapi dan menguatkannya dengan menggunakan beberapa tafsir, yaitu
Zaghloul Ragheb Mohamed El-Nagar, Selekta dari Tafsir Ayat-Ayat Kosmos
dalam Al-Qur’an Al-Karim. M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan
Keserasian Al-Qur an, Hamka, Tafsir Al-Azhar dan Ahmad Mus af Al-Mar ghi,
Tafsir Al-Mar ghi dengan teori-teori sains.
Adapun manfat penelitian ini sebagai berikut :
1.Menambah keyakinan kita kepada Allah SWT atas keagungan ciptaan-Nya
2.Menambah informasi kepada pembaca tentang sebagian kecil ilmu pengetahuan
dalam al-Qur an
3.Untuk memberikan kontribusi terhadap khazanah intelektual Islam di bidang
Tafsir dan Hadis.
D. Kajian Pustaka
Dalam kajian ini penulis telah mengobservasi skripsi-skripsi yang ada di
perpustakaan utama maupun di fakultas belum ada yang membahas tentang kajian
yang penulis tulis. Namun penulis menemukan judul tafsir ilmi Kementrian
Agama RI yang menginspirasi penulis dan dijadikan sebagai sumber utama. Agar
melengkapi dan menambah informasi ilmiah penulis menggunakan beberapa tafsir
11
lain dan penulis juga menganalisis beberapa referensi terkait yang menjadi
rujukan penulis menemukan judul ini, antara lain:
1. Nida Ukhusna, Konsep Penciptaan Alam Semesta (Study Komparatif Antara tafsir
Ilmi Penciptaan Jagat Raya Kementrian Agama RI dengan Teori-M Stephen
Hawking). Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Uin Syarif Hidayatullah, 2013.
Dalam skripsi ini membahas tentang perbandingan penciptaan alam
semesta menurut Teori-M Stephen Hawking dengan Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat
Raya Kementrian Agama RI.
2. Uswatun Hasanah, Penafsiran Ayat-Ayat Ilmiah Dalam Tafsir Departemen
Agama Edisi Revisi. Skripsi SI Fakultas Ushuluddin, Institut Ilmu Qur an, 2011
Skripsi ini membahas tentang kajian ayat-ayat ilmiah dalam tafsir depag
(edisi yang disempurnakan). Dan ayat penafsiran ayat-ayat ilmiah yang
berhubungan dengan alam jagat raya ini, diantaranya: Sûrah al-Anbiya (21): 30
tentang kesatuan jagat raya dan rahasia kehidupan, Sûrah Fushilat (41) : 9-11
tentang penciptaan alam semesta, Sûrah Yasin (36): 38-40 tentang pergerakan
matahari bulan dan bumi, dsb.
3. Naih Qurratul Ain, Tafsir Bil Ilmi (Telaah Buku al-Qur an Ilmu Pengetahuan
Dan Teknologi Karya Prof.A.Baiquni.Msc.Ph.d), Skripsi SI Fakultas Ushuluddin,
Institut Ilmu Qur an, 2006.
Dalam skripsi ini membahas tentang ayat-ayat kauniyah menurut Ahmad
Baiquni.
12
4. M. Anwar Syarifuddin, Penafsiran Tematik Saintifik Al-Qur’an di Indonesia,
Pusat Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN), LP2M UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2015.
Dalam karya penelitian ini membahas tentang karya-karya penafsiran
tematik saintifik al-Qur an di Indonesia yang memilih metode penafsiran
tematik. Sebagai salah satu upaya untuk menggali petunjuk-petunjuk al-Qur an
yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, literatur penafsiran tematik
saintifik telah berkembang sangat pesat, dengan upaya-upaya pengamatan
terhadap fenomena alamiah dan perkembangan temuan-temuan baru dari berbagai
aktivitas penelitian di berbagai bidang kajian ilmu pengetahuan dan teknologi
pada masa yang akan datang.
E. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang akan penulis gunakan tentang bagaimana manfaat
benda-benda langit menurut al-Qur an dan Sains ini adalah sebagai berikut:
Pertama, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research)
dengan mengumpulkan data-data tertulis yang bersifat primer dari al-Qur an itu
sendiri, yaitu yang berhubungan dengan masalah manfaat benda-benda langit,
juga sumber-sumber yang bersifat sekunder yaitu kitab-kitab, buku-buku dan
jurnal atau sejenisnya, serta penunjang lainnya yang bersifat pelengkap.
Kedua, penulis melakukan pengumpulan data dengan melakukan penelitian
yang bersifat kualitatif dengan menganalisa data-data yang bersifat sekunder dan
menyeleksinya agar mendapatkan gagasan-gagasan untuk membuat penelitian
13
menjadi tersusun secara logis dan objektif tentang permasalahan manfaat benda-
benda langit.
Ketiga, penulis menggunakan metode pengelompokkan ayat-ayat al-Qur an
yang berkaitan dengan manfaat benda-benda langit dengan disusun secara tartib
al-sûwar dan kronologi ayat-ayat manfaat benda-benda langit tersebut sehingga
diharapkan dapat terungkap isyarat-isyarat ilmiah dari penelitian tentang manfaat
benda-benda langit menurut al-Qur an dan sains. Adapun metode penulisan
dalam skripsi ini, penulis menggunakan buku Pedoman penulisan Skripsi yang
dikeluarkan Fakultas Ushuluddin Uin Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.
F. Sistematika Penulisan
Agar skripsi yang disusun tersusun rapi, sistematis, dan akhirnya mudah
dipahami, penulis membuat sitematika penulisan sesuai dengan masing-masing
bab. Penulis membaginya menjadi 4 bab, yang masing-masing bab terdiri dari
beberapa sub bab yang merupakan penjelasan dari bab tersebut. Adapun
sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
Bab pertama, yang terdiri dari pendahuluan berisi tentang uraian Latar
Belakang Masalah, Pembatasan, dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab kedua, yang terdiri dari Landasan Teoritis Tentang Penciptaan
Benda-Benda Langit yaitu yang berisikan tentang Pengertian Benda-Benda Langit
menurut pandangan mufassir dan pandangan ilmuan dan filosof dan Teori
Penciptaan Benda-Benda Langit menurut pandangan mufassir dan juga pandangan
ilmuan dan filosof.
14
Bab ketiga, yang berisikan tentang Analisis Penafsiran Ayat-Ayat Manfaat
Benda-Benda Langit, yang didalamnya terdiri dari ayat-ayat yang berkaitan
dengan Manfaat Matahari ; a.Matahari Sebagai Pusat Tata Surya, b.Matahari
Sebagai Sumber Energi, Manfaat Bulan; a. Bulan Sebagai Pasang Surut Air Laut,
c. Bulan Sebagai Penentu Waktu dan Manfaat Bintang; a.Bintang Sebagai
Penentu Arah, b. Bintang Sebagai Penunjuk Keluasan Langit. Agar manusia
membuka akal pikiran mereka untuk senantiasa mengambil manfaat dari segala
apa yang diciptakan oleh Allah SWT.
Bab keempat, merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan dalam
skripsi. Penutup yang berisi kesimpulan dari bab sebelumnya yang menentukan
benar atau tidak hipotesis yang diajukan dari bab-bab sebelumnya. Bab ini pula
berisi saran-saran penulis tentang bagaimana umat manusia mengambil manfaat
benda-benda langit dalam kehidupannya agar menjadi motivasi untuk
mengembangkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang berdasarkan al-Qur an
dan Hadits.
15
BAB II
LANDASAN TEORITIS TENTANG PENCIPTAAN
BENDA-BENDA LANGIT
A. Pengertian Benda-Benda Langit
1. Menurut Pandangan Mufassir
Kata as-sam (langit) dalam bahasa Arab merupakan bentuk mufrod,
jamak (plural) yaitu as- sam w t yang berarti langit, cakrawala atau segala
sesuatu yang ada di atasmu.1 Sedangkan as-sam (langit) secara etimologis
mencakup semua yang berada di atas anda, lalu menaungi anda mulai dari zona
atmosfir dan berakhir pada batasan yang dapat ditangkap pada alam ini.2
Sebagaimana Allah SWT. menegaskan dalam firman-Nya:
“Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.”3
Dalam tafsir Tim Kementrian Agama RI dijelaskan bahwa kata as-
sam w t (السماوات) merupakan bentuk jamak (plural) dari as-sam ’, yang
artinya langit, yang tampak dalam pandangan manusia berwarna biru. Ketika
disebut dalam bentuk jamak, ini mengisyaratkan bahwa langit tidak hanya satu,
1 Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, cet ke- 14 (Surabaya: Pustaka Progressif,
1997), h. 664 2 Zaghloul Ragheb Mohamed El-Naggar, Selekta dari Tafsir Ayat-Ayat Kosmos dalan Al-
Qur an Al-Karim, jilid 1 (Jakarta ; Shorouk International Bookshop, 2010), h. 49 3Sûrah al-Ahq f/46:3.
16
tetapi banyak. Ada pula yang mengartikan langit sebagai lapisan atmosfer yang
melingkupi bumi. Lapisan ini terdiri dari beberapa bagian yang masing-masing
disebut dengan nama tertentu sesuai dengan ketinggian atau jaraknya dari bumi.
Selain itu ada pula yang memaknainya dengan benda yang ada di langit,
seperti bintang dan planet. Ketika disebut dengan bentuk jamak maka yang
dimaksud adalah seluruh benda langit yang ada di ruang angkasa. Termasuk
dalam kategori ini adalah semua planet, bintang-bintang, dan galaksi yang ada di
alam raya. Jumlah benda-benda langit yang demikian banyak ini diisyaratkan
dengan sebutan sam w t, sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas.4
Menurut Quraish Shihab yang melengkapi penjelasan dari tafsir
Kementrian Agama RI bahwa kata )أجل مسمَى( ajalin musamm / dalam batas
waktu yang ditentukan merupakan bagian dari kandungan kata bil aq yang
disebut sebelumnya, hanya saja kata batas waktu itu sengaja disebutkan untuk
menggarisbawahi kefanaan alam dunia ini agar manusia ingat akan adanya hari
kiamat nanti.5
Adapun menurut Hamka bahwa matahari, bulan dan semua benda langit
serta bumi diatur dengan kebenaran. Aturan yang sempurna dan tidak berubah-
ubah untuk menentukan ukuran waktu, Hamka menganalogikan contoh yang ada
di dalam kehidupan sehari-hari seperti yang terjadi dengan mesin-mesin yang
digunakan manusia untuk membuat besi, pasti ada penyusunan konsep yang telah
di perhitungkan manusia untuk mengetahui berapa lama tahannya barang yang 4 Lajnah Pentashian Mushaf Al-Qur an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI
dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Manfaat Benda-Benda Langit Dalam Perspektif Al-Qur an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur an. 2010), h. 3.
5 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur an, Vol 13 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.72
17
terbuat dari besi tersebut. Demikian juga Allah dengan alam-Nya yang dirancang
dengan sangat teratur dan di perhitungkan besarnya ukuran alam yang diciptakan-
Nya.6
Pengertian benda langit yang telah dijelaskan beberapa mufassir di atas,
menyiratkan bahwa yang dimaksud dari kata as-sam (tunggal) atau as-
sam w t (jamak) merupakan langit dan semua yang ada pada bagian langit
termasuk benda-benda langit di dalamnya seperti, matahari, bulan dan bintang-
bintang yang penulis teliti tentang manfaat benda-benda langit tersebut. Dan Allah
SWT. yang Maha Kuasa telah mengatur benda-benda langitnya itu pasti dengan
tujuan yang Dia inginkan dan ketetapan waktu yang telah ditentukan-Nya untuk
diambil pelajaran bagi manusia yang memiliki kemampuan akal untuk berfikir.
Matahari dan bulan yang merupakan benda langit diciptakan Allah untuk
memberi kemanfaatan bagi manusia dan makhluk lainnya. Masing-masing beredar
dalam orbit dan waktu yang telah ditetapkan. Dengan perjalanan yang telah
digariskan itu, banyak faedah yang dapat ditemukan manusia. Di antara manfaat
dari peredaran itu adalah menjadi patokan bagi penetapan waktu dan perhitungan
tahun. Allah berfirman:
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
6 Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz XXVI (Jakara, Pustaka Panjimas, 2002), h. 85
18
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”7
Dalam tafsir Ilmi Tim Kementrian Agama RI bahwa ayat ini dengan tegas
menjelaskan hakikat matahari dan bulan. Pada bagian selanjutnya ayat ini
mengisyaratkan bahwa posisi bulan dalam setiap saat telah ditetapkan, yang
gunanya antara lain untuk menjadi patokan bilangan tahun dan pedoman
penghitungan waktu.
Penghitungan waktu yang didasarkan pada pergerakan bulan ini dalam
istilah internasional disebut Lunar Calender, dan dalam istilah Islam disebut
kalender Qomariah. Adapun penghitungan waktu yang didasarkan pada gerakan
bumi mengelilingi matahari disebut Solar Calender atau system kalender
Syamsiah. Kedua benda langit ini secara bersama bisa dijadikan sebagai pedoman
untuk menghitung waktu.8
Menurut Zaghloul, bahwa cahaya a - au (a iya-a iya ) adalah
bagian yang terlihat dari energi elektromagnetis yang terbentuk dari rangkaian
bersambung gelombang foton-foton yang tidak berbeda satu dengan lainnya,
kecuali pada panjang gelombang setiap foton dan rata-rata frekuensinya.9
Cahaya matahari mengalami sejumlah proses pemecahan dan refleksi
ketika jatuh ke atas permukaan bulan yang dilapisi berbagai lapisan kaca tipis
sebagai akibat bentuan meteor ke permukaannya. Jadi, bulan (termasuk planet
dalam kumpulan tata surya kita) adalah benda-benda gelap, dingin, dan tidak
7 Sûrah Yûnus/10:5. 8 Lajnah Pentashian Mushaf Al-Qur an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI
dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Manfaat Benda-Benda Langit Dalam Perspektif Al-Qur an dan Sains, h.115
9Zaghloul Ragheb Mohamed El-Naggar, Selekta dari Tafsir Ayat-Ayat Kosmos dalan Al-Qur an Al-Karim, jilid 1 (Jakarta ; Shorouk International Bookshop, 2010), h. 62
19
bercahaya. Karena potensi dari pantulan cahaya matahari, maka bulan
kelihatannya bercahaya. Inilah perbedaan antara sinar matahari ( au ) dengan
cahaya bulan (an-nur).
Dengan potensi cahaya yang dimiliki oleh matahari membuat bulan
terlihat bercahaya. Sebenarnya cahaya pada bulan adalah pantulan dari cahaya
matahari dengan pecahan dari sinar matahari di atas permukaan bulan dengan
energi elektromagnetis tersebut.
Menurut Hamka, bahwa perjalanan bulan yang teratur dan ketentuan
tertentu akan tempat-tempat dari nama bintang-bintang untuk diketahui dan
dipelajari. Perhitungan yang teliti tentang peredaran bulan mengelilingi bumi, dan
peredaran bumi mengelilingi matahari serta penelitian tentang cuaca. Membuat
manusia dapat melakukan perjalanan ke bulan. Karena pengetahuan tentang
perjalanan bulan lebih mudah dari pada perjalanan matahari. Maka di dalam
Agama Islam, perhitungan tahun didasarkan kepada peredaran bulan (Qamariah),
bukan pada peredaran matahari (Syamsiyah). Mengerjakan Puasa di bulan
Ramadhan, mengerjakan haji di bulan Dzulhijjah, Karena mengikuti perhitungan
bulan, bukan matahari.10
Matahari dan bulan yang merupakan benda-benda langit memiliki manfaat
yang sangat berpengaruh untuk kehidupan di muka bumi ini. Sinar yang
dipancarkan oleh matahari memberikan penerangan di pagi hingga terbenam
matahari sehingga manusia dapat melakukan aktifitasnya. Apabila tidak ada sinar
dari matahari kehidupan akan menjadi gelap.
10 0Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XI (Jakara, Pustaka Panjimas, 2002), h. 152.
20
Demikian pula dengan cahaya yang ada pada bulan, meskipun cahaya
yang ada di bulan merupakan pantulan dari sinar matahari. Tetapi posisi bulan
yang dekat dengan bumi membuat manusia mudah untuk melakukan pengamatan
terhadap bulan. Pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui perhitungan bulan
dan tahun dengan perputaran bulan mengelilingi bumi (revolusi bulan).
1. Menurut Pandangan Ilmuan dan Filosof
Langit menurut Ilmu Falak (astronomi) adalah seluruh ruang yang terbentang
di atas bumi. Artinya, langit merupakan seluruh ruang angkasa semesta, yang di
dalamnya terdapat berbagai benda langit, termasuk matahari, bumi, planet-planet,
galaksi-galaksi, dan super kluster.11 Hal ini dikemukakan oleh al-Qur an :
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” 12
Firman Allah SWT. di atas memberikan informasi bahwa langit yang
berisi bintang-bintang itu adalah langit dunia, dan itulah langit yang dikenal
selama ini. Dan langit itu juga yang dipelajari oleh ilmu falak (astronomi) selama
ini yang diduga memiliki diameter sekitar 30 miliar tahun cahaya, dan yang
mengandung triliunan benda langit dalam skala tak terhingga.13
11 Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h.42. 12 Sûrah al-Mulk/67:5. 13 Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h.42.
21
Sedangkan pengertian langit menurut Sumar14 adalah di angkasa sana jauh
di atas bumi. Di angkasa sana terdapat benda raksasa yang ada kesamaan dengan
di bumi ini. Seperti : batu, tanah, pasir, bukit, kawah, dataran, dll. Membuktikan
bahwa dahulu langit dan bumi adalah suatu yang padu. Seperti Firman Allah
SWT. berikut:
“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?”.15
Dari ayat di atas sudah dijelaskan apa yang dimaksud tentang langit, yaitu
benda-benda langit seperti: matahari, bulan, bumi/planet, asteroid dan bintang.
Dan dinyatakan juga bahwa langit dan bumi pada ayat di atas adalah alam
semesta. Jadi Allah SWT menciptakan Alam Semesta dengan proses cerai-
berai/ledakan-ledakan.
Menurut filosof benda-benda langit merupakan bintang-bintang yang
berbentuk nebula, kemudian telah pudar dan menjadi bintang mati. Matahari kita
juga tadinya merupakan sebuah nebula dan sekarang sudah setengah umurnya.
Dan bulan yang dekat dengan bumi dianggap sebuah bintang mati dalam skala
14 Seorang yang menulis tentang pengertian langit dan melakukan penelitian di dalam
ayat-ayat al-Qur an untuk menemukan makna sebenarnya tentang pengertian langit dan ia menulis penelitiannya tersebut di dalam artikel. Lihat: H.Sumar, Qur an dan Sains ;Kitab Panduan Mengenai Pengertian Langit dalam al-Qur an, cet ke-1 (Jakarta:Lembaga Pengkajian dan Penelitian Islam dan IPTEK,2011), h. 15.
15 Sûrah al-Anbiy /21:30.
22
yang sangat kecil, karena cahaya yang ada pada bulan merupakan pantulan sinar
dari cahaya matahari kita.16
Pengertian benda-benda langit yang telah dijelaskan ilmuan dan filosof di
atas, menyiratkan bahwa pengertian langit telah mencakup pula pada pengertian
benda-benda langit itu sendiri. Benda-benda langit seperti; matahari, bulan dan
bintang-bintang merupakan benda-benda langit yang telah dijelaskan lebih dahulu
oleh al-Qur’an sebelum adanya penelitian astronomi yang dilakukan oleh ilmuan
dan filosof. Meskipun kajian ayat yang dijelaskan ilmuan dan filosof tentang
pengertian langit dan benda langit berbeda dengan para mufassir, disebabkan
karena begitu banyaknya ayat dalam al-Qur’an.
Benda langit adalah nama-nama bagi semua benda yang ada di langit (luar
angkasa). Contoh benda langit adalah planet, satelit, bintang, nebula, galaksi,
asteroid, meteoroid, sistem keplanetan, komet, debu antariksa, kluster, lubang
hitam, super kluster, dll. 17 Benda-benda langit dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu benda-benda langit yang bergerak yang disebut planet-planet (al-sayyarat)
dan yang tidak bergerak yang sering disebut bintang-bintang (al-tsawabit).18
Sains modern telah membuktikan bahwa bintang adalah sumber cahaya
yang sebenarnya di langit. Bintang merupakan benda langit yang memiliki nyala
api dan suhunya mencapai hingga jutaan derajat. Bintang cahaya lahir dari diri
bintang sendiri hingga cahaya yang dipancarkannya pun ke luar menyinari
permukaan bumi.
16 Al Haj Hafiz Ghulam Sarwar, Filsafat Qur an (Jakarta:Pustaka Firdaus,1995), h. 104 17Wikipedia, Ensiklopedia Bebas, artikel diakses pada, 18 November 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Benda_langit 18 Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, 42.
23
Sedangkan, cahaya dari planet bukanlah sinar yang memancar dari diri
planet , tetapi di dapat dari cahaya bintang lalu dipantulkan ke bumi. Karena
planet adalah benda langit yang dingin dan tidak memiliki nyala api hingga tidak
mampu memancarkan cahaya sendiri. 19 Jika kita mengetahui itu semua, tentu hati
akan takjub dengan kekuasaan yang diperlihatkan Allah dan semakin
mendekatkan diri kepada-Nya .
Kita telah mengetahui bahwa Allah menciptakan langit dan benda-
bendanya itu semua tidaklah sia-sia dan terdapat banyak manfaat dan pengetahuan
di dalamnya. Seharusnya kita sebagai manusia yang merupakan makhluk ciptaan-
Nya, senantiasa memperhatikan dan memikirkan segala penciptaan-Nya dan
selalu mengingat akan Kekuasaan-Nya.
2. Teori Penciptaan Benda-Benda Langit
1. Menurut Pandangan Mufassir
Penciptaan langit dan benda-benda langit-Nya yang sangat mencengangkan
dengan sistem yang akurat, gerakan yang sangat disiplin, sangat teratur dalam
keterkaitan dengan kekuatan yang misterius, dan kecepatan tinggi alam untuk
mengikat hubungan antara triliunan planet, bintang, asteroid, bulan, dan benda-
benda langit lainnya dalam galaksi, sebagaimana juga mengikat sesama jutaan
galaksi pada sudut langit dunia, yang mana sains tidak mampu mengukur
dimensinya dan apa saja yang ada diatasnya. Tetapi, ayat-ayat al-Qur’an telah
menjelaskan semuanya. Allah SWT. berfirman:
19 Nadiah Thayyarrah, Buku Pintar Sains dalam al-Qur an :Mengerti Mukjizat Ilmiah
Firman Allah (Jakarta: Zaman, 2014), h. 388.
24
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati.”20
Menurut Zaghloul bahwa kata sambung dalam ayat tersebut tidak
berarti urutan, tetapi menunjukkan dimensi penciptaan tujuh lapis dari langit asap
awal karena kata artinya هناك (di sana), dan itu isyarat kepada jauhnya jarak
berbanding dengan هنا artinya di sini, dan ini isyarat dalam posisi dekat.
Ahli fisika astronomi berpendapat bahwa yang menentukan tingkah laku
planet adalah kuantitas zat dan energi yang memisahkan planet tadi dari suhu
tinggi asap alam semesta yang menjadikan bumi sebagai planet yang berkulit
keras dan memiliki lapisan gas dan air yang menjadikan bumi cocok bagi
kehidupan. Ia adalah massa materi dan massa energi yang memisahkannya dari
matahari atau dari nebula yang membentuk matahari dan planetnya.
Pertanyaan yang muncul, “Siapakah yang menentukan massa tersebut?”
Jawaban tunggal yang logis adalah “Allah SWT yang menciptakan alam semesta
dan segala yang ada”. 21 Menurut Quraish Shihab bahwa ilustrasi tentang kehendak dan kuasa
Allah menciptakan langit. Ini sama sekali bukan berarti Allah menuju ke satu
20Sûrah Fu ilat/41:11. 21 Zaghloul Ragheb Mohamed El-Naggar, Selekta dari Tafsir Ayat-Ayat Kosmos dalan Al-Qur an Al-Karim, jilid 2 (Jakarta ; Shorouk International Bookshop, 2010), h. 27
25
tempat berpindah ke sana, karena Allah Maha Suci dari tempat dan waktu. Kata
dukh (دخان) n biasa diterjemahkan asap.
Ulama tafsir memahami kata ini dalam arti langit yang kita lihat ini,
berasal dari satu bahan yang serupa dengan dukh n/asap. Menukil pendapat dari
Sayyid Qu b bahwa terdapat kepercayaan yang menyatakan bahwa sebelum
terbentuknya bintang-bintang ada sesuatu yang angkasa raya dipenuhi oleh gas
dan asap, dari bahan inilah terbentuk bintang-bintang. Hingga kini, sebagian dari
gas dan asap itu masih tersisa dan tersebar di angkasa raya.22
Penjelasan ayat di atas tentang penciptaan benda langit di dalam tafsir
Kementrian Agama RI tidak ditemukan, dan QS. Fu ilat: 11 ini menjadi
pelengkap ayat dari penciptaan benda langit yang merupakan awal dari penciptaan
langit yang telah dijelaskan dalam tafsir Zaghloul dan Quraish Shihab di atas.
Tanda-tanda kekuasaan Allah tersebar di balik langit, bumi, maupun di
antara keduanya. Di antara tanda kekuasaan-Nya yang berkaitan dengan
kekuasaan-Nya yang berkaitan dengan benda-benda langit, dijelaskan Allah SWT.
dalam firman-Nya :
“Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah
22M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur an, Vol
12 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 388.
26
mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.”23
Menurut Tim Kementrian Agama bahwa keberadaan dan kekuasaan Allah
yang dibuktikan dengan berbagai ciptaan dengan berbagai ciptaan yang dapat
dilihat dan dirasakan manusia. Secara terperinci Allah menerangkan keadaan
langit yang ditinggikan tanpa tiang, perjalanan matahari dan bulan yang masing-
masing beredar menurut waktu dan orbit yang sudah ditentukan. Semua itu
menunjukkan bahwa hanya Zat Yang MahaKuasa saja dapat mewujudkannya.
Dialah Yang Maha Besar.
Tanda-tanda kekuasaan Allah di langit yang dipaparkan dalam ayat ini
adalah sebagai berikut.
1. Penciptaan langit di atas bumi tanpa tiang, sebagaimana yang dapat disaksikan
oleh seluruh makhluk.
2.Bersemayamnya Allah di atas arasy dan pengaturan alam semesta secara
bijaksana, sehingga planet-planet dan bintang-bintang yang berjumlah miliaran
tidak berbenturan antara satu dengan lainnya. Dia mengatur semua itu dengan
keteraturan yang luar biasa menakjubkan.24
Menurut Quraish Shihab bahwa kata ( ترفع السموا ) rafa’a as-
sam w ti/meninggikan langit mengandung makna memisahkannya dari bumi,
sehingga matahari dan bintang-bintang dapat memancarkan cahayanya ke bumi.
Selanjutnya kata بغیر عمد ترونھا( ) bighairi ‘amadin taraunah / tanpa tiang yang
23Sûrah ar-Ra’d/13:2 . 24 Lajnah Pentashian Mushaf Al-Qur an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama
RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Manfaat Benda-Benda Langit Dalam Perspektif Al-Qur an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur an. 2010) h. 3
27
kamu lihat , dalam arti sebenarnya ada tiang, tetapi kamu tidak melihatnya dengan
matamu . Tiang tersebut adalah daya-daya yang diciptakan Allah SWT. sehingga
tiang ini dapat meningi dan tidak jatuh ke bumi, tidak juga planet-planet yang ada
dialam raya ini saling bertabrakan. Kemudian kata ثم استوى على العرش( ) tsumma
istaw ‘al al-arsy/ kemudian Dia bersemayam di atas ’Arsy. Ada pendapat
ulama yang menafsirkan dan tidak menafsirkan kata (استوى)istaw tersebut
adalah ulama-ulama salaf (abad I-III H) yang mengatakan: “Hanya Allah yang
tahu maknanya. Selanjutnya ulama-ulama sesudah abad III H lah yang
menafsirkan kata (استوى)istaw , yaitu bersemayam ke makna majazi yaitu
“berkuasa”,dengan demikian penggalan ayat ini menegaskan tentang kekuasaan
Allah SWT. dalam mengatur dan mengendalikan alam raya.25
Menurut Zaghloul bahwa makna ayat
penundukkan (penggunaan) matahari dan bulan adalah penertiban gerak masing-
masingnya untuk kepentingan alam semesta dan kebaikan kehidupan di atas bumi.
Kemudian makna ayat ىكُلٌّ تَجْرِى لِأَجَلٍ مُسَم , keduanya beredar hingga waktu yang
ditentukan bahwa alam semesta tidak kekal abadi, tetapi pada dasarnya
mempunyai permulaan diupayakan sains untuk menjelaskannya. Setiap sesuatu
yang berawal pasti pada suatu ketika nanti akan berakhir adalah di antara bukti
kongkrit yang terdapat pada matahari dan bulan yang sekaligus membuktikan
kepastian berakhirnya.
Pertama, Sisi Penundukan Matahari
25 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur an, Vol.
6, h. 537
28
1. Keseimbangan sempurna antara daya tarik komponen matahari dan
peluasannya
2. Penundukan energi Matahari untuk mengatur gerak kehidupan di muka bumi
3. Pembentukan berbagai zona pelindungan bagi bumi dengan adanya energy
matahari
Kedua, Penundukan Bulan
1. Penentuan bulan Qomariah dengan peredaran bulan mengelilingi bumi.
2. Penundukan evolusi bentuk bulan untuk pembagian bulan menjadi minggu dan
hari
3. Penundukan bulan sebagai salah satu cara terjadinya proses pasang surut
Ketiga, Realita atas kepastian berakhirnya matahari dan bulan
Al-Qur’an di dalam empat tempat ayatnya mengindikasikan adanya
penundukan matahari dan bulan serta peredarannya hingga batas waktu tertentu.
Ini berarti bahwa bulan dan matahari berlari menuju batas akhirnya yang sudah
pasti, yaitu datangnya hari kiamat.26
Pada penciptaan langit di atas menyiratkan bahwa Allah SWT. telah
menciptakan langit dan benda-benda langitnya itu merupakan tanda akan
kebesaran-Nya. Langit yang terbentang di atas kita diciptakan tanpa tiang
penyangga dan pada lapisan-lapisan langit terdapat benda-benda langit seperti;
matahari, bulan, bintang-bintang yang di dalamnya terdapat manfaat untuk kita
sebagai manusia yang diberikan akal dan kemampuan berfikir agar dapat
26 Zaghloul Ragheb Mohamed El-Naggar, Selekta dari Tafsir Ayat-Ayat Kosmos dalan
Al-Qur an Al-Karim, jilid 1, h. 85
29
mengambil hikmah dari segala penciptaan langit dan benda-benda langitnya
tersebut.
2. Menurut Pandangan Ilmuan dan Filosof
Pada tahap awal terbentuknya benda langit, kabut antarbintang berputar secara
perlahan dan memadat. Setelah itu semakin cepat dan bertambah padat pada bagian
pusat putaran (rotasi). Ahli astronomi berpikir bahwa matahari terbentuk ketika
konsentrasi debu dan gas pada pusat perputaran kabut hingga mencapai suhu dan
tekanan yang tinggi, menyebabkan reaksi fusi (penggabungan) hidrogen menjadi
helium.27
Matahari kita merupakan sebuah nebula. Kini ia sudah setengah umur.
Bulan kita dapat dianggap sebagai sebuah bintang mati dalam skala yang sangat
kecil. Maka tiada diragukan lagi bahwa tata surya kita ini tadinya hanya
merupakan suatu massa gas.28
Al-Qur an telah memastikan hal ini dalam firman Allah :
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".”29
Dijelaskan oleh al-Qur an bahwa langit berasal dari gas. Ilmu
pengetahuan modern menetapkan hal tersebut setelah mengadakan berbagai
27Ridwan Abdullah Sani, Sains berbasis Al-Qur an, cet ke-1 (Jakarta: Bumi Aksara,
2015), h. 177 28 Al Haj Hafiz Ghulam Sarwar, Filsafat Qur an (Jakarta:Pustaka Firdaus,1995), h. 104. 29Sûrah Fu ilat/41:11.
30
penelitian yang melelahkan. Seorang ahli astronomi, James Hanz, berkata,
“Sebenarnya materi alam semesta berasal dari gas.30 yang tersebar di angkasa
luar dengan teratur, sedangkan galaksi-galaksi tercipta dari kondensasi
(pemekatan) gas tersebut.” Demikian juga Dr. George Gamo menyatakan,
“Dahulu alam semesta dipenuhi oleh gas yang tersebar dengan teratur, lalu
terjadilah proses reaksi nuklir dalam berbagai partikelnya.”31
Namun ilmuan Ahmad Baiquni berbeda dalam menjelaskan kata
“dukhan” dengan asap ataupun gas. Menurutnya asap terdiri dari partikel halus
serta kondensasi uap di sekitarnya, baik partikel maupun uap yang terdiri atas
molekul-molekul dan tidak dapat terjadi ketika langit tercipta, karena suhu alam
semesta yang berkisar sekitar sepuluh juta triliun-triliun derajat. Ia menjelaskan
kata “dukhan”tersebut lebih tepat pengertiannya sebagai “ semacam embun”.
Dengan melihat proses penciptaan awal alam semesta ini.32
Sekitar tahun 1900 M, seorang astronom Forest Ray Moulton dan seorang
geolog T. C. chamberlin, menyajikan sebuah teori baru, yang mereka sebut
“planetesimal hypothesis, menurut Moulton dan Chamberlin33.
“a star speeding through space came very close to our sun. the greatly increased gravitational forces between the two star caused each to raise great tides in the hot gaseous body of the other. As the solar tides by the pull of the passing star become greater and greater, masses of gas were thrown clear of the sun and began whirling round and round. Some of the followed the orther star as it dashesd off into space; held by the attraction of the sun, started to move around
30 Yaitu, nebula atau sekumpulan bintang di langit yang tampak seperti massa debu dan
gas berpijar dan bercahaya di ruang angkasa. 31 M. Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur an, cet ke-5 (Jakarta: Akbar
Media Eka Sarana, 2004), h.50. 32 Achmad Baiquni, Al-Qur an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Jakarta: PT Dana
Bhakti Prima Yasa, 1996), h. 231 33 Ahmad Harfa, Keseimbangan Penciptaan Bumi Menurut Al-Qur an dan Sains, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, h. 30.
31
that body. The great solar tides subsides when the orther star move on; the masses of gas flung off from the sun settled down into orderly paths around it. As they became cooler, they changed into liquid form and the gradually became small solid masses. These fragments-planetesimal-eventually drew togetherto form planet.
Artinya:
“Sebuah bintang melaju dari ruang angkasa mendekati matahari kita. Gaya gravitasi sangat meningkat antara kedua bintang disebabkan oleh masing-masing panas gas yang meningkatkan di dalam kedua benda. Sebagai tata surya yang sedang naik dengan tarikan bintang yang lewat menjadi lebih besar, massa gas terlempar dari matahari dan mulai berputar-putar. Beberapa bintang mengikuti yang lainnya melesat keangkasa, di tahan oleh daya tarik Matahari, mulai bergerak disekitar benda itu. Arus tata surya yang besar berkurang ketika bintang lainnya mulai bergerak, massa gas terlempar dari matahari mereda ke jalan yang teratur disekitarnya. Karena mereka menjadi dingin, mereka berubah menjadi bentuk cair dan bertahap menjadi massa padat yang kecil. Fragmen ini –planetesimal- akhirnya menarik bersama untuk membentuk planet.
Lebih lanjut lagi, seorang astronom amerika Fred L. Whipple menawarkan
sebuah teori awan debu alam semesta “dust-cloud theory of the universe”,
menurutnya. 34
“the solar system to be was at the first a vast cloud of cosmic dust and gasses which assumed a disclike shape, irregularities whithin the cloud brought about rotation; the rotating dust and gases became concentratd and the cloud collapsed. The solid particles within it collided, stuck together and became planets. The gases at the center of the former cloud developed into the sun.
Artinya:
“sistem tata surya yang pada awalnya adala sebuah gumpalan awan debu kosmik dan gas yang belum memiliki bentuk. Ketidak teraturan dalam awan yang disebabkan oleh rotasi; perputaran debu dan gas menjadi terkonsentrasi dan awan memadat. Partikel-partikel padat di dalamnya saling bertabrakan , saling menempel dan menjadi planet-planet. Gas yang berada di bagian tengah awan berubah bentuk menjadi Matahari.”
Itulah beberapa teori yang diusul untuk memperediksi bagaimana benda-
benda langit tercipta. Tidak ada salah satu teoripun yang dianggap dapat
34 Ahmad Harfa, Keseimbangan Penciptaan Bumi Menurut Al-Qur an dan Sains, h. 32.
32
memberikan jawaban yang memuaskan mengenai kelahiran benda-benda langit .
Ini dikarenakan teori-teori tersebut berbasis spekulasi dan merupakan sebuah
dugaan yang cerdas.
Al-Qur an menunjukkan perhatian kepada manusia akan stabilnya
pengaturan benda-benda langit dan gerakan-gerakan yang menakjubkan.
Merupakan tanda-tanda kebesaran Tuhan bagi mereka yang berfikir, merenungkan
dan mengkaji semua fenomena semesta tersebut.
Allah berfirman:
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”35
Ilmuan Ahmad Baiquni menjelaskan bahwa seluruh isi langit dan bumi
akan ditundukkan Allah SWT. bagi umat manusia dengan keteknikan, dan
merupakan penerapan sains, yang diberikan kepada mereka yang mau
menggunakan akalnya untuk berfikir.36
Menurut filosof, memahami alam bukanlah usaha yang bermakna, kecuali
jika ia membantu kita memahami Pencipta Maha Bijak dunia ini dan mendekatkan
diri kepada-Nya. Memahami alam dapat mengembangkan wawasan manusia bagi
35Sûrah al-J ts yah/45:13. 36 Achmad Baiquni, Al-Qur an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, h. 35
33
pengenalan Allah dan memungkinkannya untuk dapat lebih baik memanfaatkan
pemberian-pemberian Allah demi kebahagiaan dan kesejahteraan dirinya37.
Para ilmuan yang telah melakukan penelitian tentang proses penciptaan
benda-benda langit merasa takjub akan tanda-tanda kebesaran Allah SWT, dan al-
Qur an memang mutlak kebenarannya tentang isyarat ilmiah yang telah
diungkapkannya, jauh sebelum penelitian dilakukan oleh para ilmuan.
Sehingga mendorong pengembangan penelitian ilmiah dan studi tentang
astronomi untuk mengungkap lebih banyak lagi informasi tentang ciptaan Allah
SWT. Semakin kita berfikir tentang tanda-tanda kebesaran Allah yang terhampar
di langit dan bumi, semakin dekatlah kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.
3. Lafazh-lafazh Yang Merujuk Benda-Benda Langit Dalam Al-Qur�an
Al-Qur an adalah kitab petunjuk yang diturunkan oleh Allah SWT. untuk
menjelaskan hal-hal yang tidak bisa dipahami oleh manusia hanya dengan
menggunakan akal. Di samping itu al-Qur an juga menyinggung tentang langit
yang di dalamnya terdapat benda-benda langit yang mempunyai manfaat untuk
kehidupan manusia. Di dalam al-Qur an banyak sekali ayat-ayat yang
menjelaskan tentang manfaat benda-benda langit kurang lebih ada 310 dan ini
sebagai bukti kekuasaan Allah SWT. yang tidak terbatas, dan terdapat hikmah
yang dapat dipetik dari segala penciptaanya itu.
Adapun ayat-ayat tentang benda-benda langit yang penulis teliti di dalam
skripsi ini hanya 11 ayat, yang ditafsirkan beberapa mufassir untuk menguatkan
dan melengkapi dari penelitian penulis terhadap tafsir ilmi Kementrian Agama RI 37 Mahdi Ghulsyani, Filsafat Sains Menurut Al-Qur an (Bandung: Mizan, 1998), h. 79
34
tentang manfaat benda-benda langit. Disini penulis akan membentuk tabel lafazh
dari ayat-ayat langit dan benda-benda langit di dalam al-Qur an, karena di dalam
ayat-ayat tersebut terdapat ada 4 kosa kata yang penulis temukan di dalam kamus
al-Qur an yang merujuk tentang benda-benda langit, yaitu النجوم , الشمس قَالْ ومر
38 .اَلسموات , أَلسماءَ ,
No Tartib Nuzul
Sûrah dan Ayat MK/MD Intisari
اتولسماَ
65
66
73
89
113
al-J ts yah (45) : 13
al-Ahq f (46) : 3
al-Anbiy (21): 30
li-Imr n (3): 190-191
al-Taubah (9) : 36
MK
MK
MK
MK
MD
Allah menundukkan apa yang di langit dan di bumi semuanya sebagai rahmat. Allah tidak menciptakan langit dan bumi melainkan dengan tujuan yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dahulu suatu yang padu, kemudian Allah pisahkan keduanya. Dalam penciptaan langit dan bumi terdapat tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi Bilangan bulan pada sisi Allah ada dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.
38 M. Fuad Abd al-Baq , Mu’jam al-Qur’an : Li al-f zhi Al-Qur n Al-Kar m
(Turki, Al-Maktab Al-Isl miyyah: 1984) , h. 362
35
أَلساءَم
56
61
77
96
103
al- aff t (37) : 6
Fu ilat (41) : 11
al-Mulk (67) : 5
ar-Ra’d (13) : 2
al- ajj (22) : 65
MK
MK
MK
MK
MD
Allah menghias langit dengan bintang-bintang. Penciptaan langit ketika itu masih berupa asap. Allah menghiasi langit dengan bintang-bintang. Dan dijadikan bintang-bintang itu sebagai pelempar setan. Allah meninggikan langit dan menundukkan matahari dan bulan . Allah menundukkan apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dia menahan benda-benda langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya.
رُمَقَالْ وَ سُمْالشَ 26
41
51
53
55
70
asy-Syams (91) : 1-7
Y sīn (36) : 38-40
Yûnus (10) : 5
Yûsuf ( 12) : 4
al-An’ m (6) : 96
al-Nahl (16) : 12
MK
MK
MK
MK
MK
MK
Matahari dan cahayanya di pagi hari. Matahari berjalan ditempat peredarannya dan bulan pun demikian, masing-masing beredar pada garis edarnya. Allah menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan manzilah untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu. Nabi Yusuf bermimpi melihat sebelas planet, matahari dan bulan. Menjadikan matahari dan bulan untuk perhitungan. Allah menundukkan matahari dan bulan, serta bintang-bintang dengan perintah-Nya.
36
72
80
Ibrahim (14) : 33
al-Nab (78) : 13
MK
MK
Allah menundukkan matahari dan bulan yang terus-menerus beredar. Matahari sebagai pelita.
ومج55 الن
70
al-An’ m (6) : 97
al-Nahl ( 16) : 16
MK
MK
Bintang-bintang sebagai petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Allah menciptakan tanda-tanda penunjuk jalan dengan bintang-bintang.
Kronologi langit dan benda-benda langit yang dijelaskan pada ayat-ayat di
atas di deskripsikan sebagai berikut:
Pada awal penciptaan langit telah dijelaskan dalam Sûrah Fu ilat/41:11,
Menurut Quraish Shihab, Allah menjelaskan bahwa langit diciptakan dari asap
dan proses penciptaan langit berlangsung dalam dua massa.39 Ahli fisika
astronomi berpendapat bahwa yang menentukan tingkah laku planet adalah
kuantitas zat dan energi yang memisahkan planet tadi dari suhu tinggi asap alam
semesta yang menjadikan bumi sebagai planet yang berkulit keras dan memiliki
lapisan gas dan air yang menjadikan bumi cocok bagi kehidupan. 40
Seorang ahli astronomi, James Hanz, berkata, “Sebenarnya materi alam
semesta berasal dari gas.41 yang tersebar di angkasa luar dengan teratur,
sedangkan galaksi-galaksi tercipta dari kondensasi (pemekatan) gas tersebut.”
39 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur an, Vol
12 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 388. 40 Zaghloul Ragheb Mohamed El-Naggar, Selekta dari Tafsir Ayat-Ayat Kosmos
dalan Al-Qur an Al-Karim, jilid , h. 27 41 Yaitu, nebula atau sekumpulan bintang di langit yang tampak seperti massa debu dan
gas berpijar dan bercahaya di ruang angkasa.
37
Selanjutnya Allah menjelaskan tentang benda-benda langit dalam Sûrah
asy-Syams/91: 1-7. Matahari merupakan bola gas yang menyala yang besarnya
mencapai lebih dari satu juta kali besar bumi, massanya lebih besar dari massa
bumi, sekitar 334.400 kali. Dengan menggunakan alat urai telah terbukti bahwa
massa matahari mencakup 70% Hidrogen, 28% Helium, dan 2% unsur uap seperti
yang terdapat pada planet bumi. Hal ini menunjukkan matahari, bumi dan planet-
planet lainnya berasal dari satu sumber.42
Sedemikian hebatnya Allah SWT. merancang segala penciptaan yang ada
di langit. Lebih dari 14 abad yang lalu al-Qur’an sudah menjelaskan tentang
proses penciptaan langit dan benda-benda langitnya, sebelum adanya penelitian
yang dilakukan oleh para astronomi. Terbukti benar bahwa al-Qur’an
mengandung isyarat ilmiah. Para mufassir dan ilmuan sama-sama menjelaskan
bahwa proses penciptaan langit itu diciptakan dari asap. Dapat disimpulkan bahwa
al-Qur’an dan sains memang benar terdapat korelasi dari penjelasan tentang
proses penciptaan tentang langit dan benda-benda langitnya.
42 Fuad Pasya, Dimensi Sains Al-Qur an (Solo: Tiga Serangkai, 2004),h. 80.
38
BAB III
ANALISIS PENAFSIRAN AYAT-AYAT MANFAAT BENDA-
BENDA LANGIT
A. Manfaat Matahari
Al-Qur an menjadikan matahari sebagai salah satu nama surat dalam al-
Qur an yakni surat As-Syams:1
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila
mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya(ciptaannya).”2
Menurut Nadia Thayarrah “… bahwa dalam sepanjang sejarah, manusia
mengira bahwa mataharilah yang menampakkan siang, sedangkan al-Qur an
menyatakan bahwa sianglah yang menampakkan matahari. Sesungguhnya cahaya
matahari yang sangat terang itu tidak bisa dilihat kecuali lapisan tipis atmosfer
bumi yang mengahadap matahari. Jadi, yang membuat matahari tampak adalah
lapisan siang, bukan sebaliknya. Manusia selama ini mengira bahwa matahari
yang menerangi siang, padahal al-Qur an menyatakan…” 3
1 Tim Baitul Kilmiah Jogjakarta, Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur an dan Hadits
(Jakarta: Kamil Pustaka, 2003), Jilid 4, h.303. 2Sûrah asy-Syams/91 : 1-7. 3 Nadiah Thayyarrah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur an: Mengerti Mukjizat Ilmiah
Firman Allah (Jakarta: Zaman, 2014), h. 413
39
“Dan siang apabila menampakkannya (matahari).”4
Menurut Zagloul bahwa An-nahar yaitu setengah dari hari, dimana
matahari terbit dan cahayanya tersebar, atau waktunya antara terbit dan terbenam
matahari, meskipun di dalam syari’at Islam An-nahar itu mulai terbitnya
pada fajar shadiq sampai terbenamnya matahari.
Dalam bahasa Arab jala artinya menampakkan atau terungkap dengan
jelas. Sebagian mufassir, menafsirkan kata ganti “ha” kembali kepada asy-syams
(matahari), terkadang kembali kepada kata al- almah الظلمة dan kepada kata
Hal itu kerena sepanjang sejarah, pemahaman manusia terus .(bumi) الارض
berkembang di dalam memahami terbitnya matahari sebagai pembuka kegelapan
malam dan penyinar siang. .5
Pada awal tahun 1960, para astronot kaget dengan fakta yang intinya
bahwa sebagian besar pelosok alam semesta ditutupi kegelapan pekat, cahaya
matahari di luar rentang 200 km tersebut hampir tidak bisa di lihat dan hanya
terlihat berupa titik berwarna biru pada lembaran berwarna hitam.
Yang membuat matahari tampak adalah lapisan siang, yaitu lapisan
atmosfer bumi yang mengahadap matahari. Lapisan ini membantu debu-debu dan
partikel-partikel uap air dalam mengurai spektrum-spektrum cahaya matahari
4 Sûrah as-Syams/91 : 3 5 Zaghloul Ragheb Mohamed El-Naggar, Selekta dari Tafsir Ayat-Ayat Kosmos dalan Al-
Qur an Al-Karim, Jilid 3, h. 222
40
menjadi cahaya putih indah yang bisa kita nikmati dalam bentuk terang siang
hari.6
Atas dasar dari ayat di atas sudah jelas bukti bahwa kemajuan sains dan
teknologi sekarang dengan al-Qur an yang merupakan mukjizat Allah terbesar
telah mengungkap tentang kajian ilmiah yang terdapat kesinambungan .
“Matahari merupakan salah satu bintang dari 200 miliar bintang yang
berada di gugusan bintang bimasakti.7 Matahari terletak sekitar 150 juta km
jauhnya dari bumi. Walaupun jauh, bintang yang paling dekat dengan bumi adalah
matahari. Umurnya sekitar 4,6 miliar tahun dan masanya masih panjang. Suhu
permukaan matahari sekitar 6000°C, sedangkan suhu pusatnya paling kecil 15
juta°C. Diameternya 1,4 juta km, sebanding dengan 110 kali diameter bumi,
sedangkan, massa matahari sebanding dengan 743 kali massa seluruh planet dan
333.000 kali massa bumi.”8
“Matahari adalah benda langit yang berenergi sangat besar sehingga atom
hidrogen terus-menerus berubah menjadi helium. Setiap detik 616 miliar ton
hidrogen berubah menjadi 612 miliar ton helium. Selama sedetik itu, energi yang
dihasilkan sebanding dengan ledakan 500 juta bom atom. Sifat lain dari matahari
adalah memuai secara berkala seperti lonceng. Hal ini berulang setiap lima menit
6 Nadiah Thayyarrah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur an, h. 413. 7 Matahari yang dimaksud disini ialah matahari yang selalu bersinar di dunia ini setiap
pagi hari dan terbenam di waktu petang. Lihat Sema Gul, Ruang Angkasa (Jakarta: Yudhistira, 2007) .
8 Sema Gul, Ruang Angkasa, h.8.
41
dan permukaan matahari bergerak mendekat dan menjauh 3 km dari bumi dengan
kecepatan 1.080 km/jam.”9
Penelitian ilmiah terhadap matahari menunjukkan, bahwa bintang
sederhana ini bermula dengan komposisi kimiawi yang didominasi unsur
hidrogen (kurang lebih 90%), helium (9%), disertai efek ringan dari unsur-unsur
lainnya seperti karbon, nitrogen, dan oksigen sebatas (1%).10
Gaya gravitasi di matahari sebanding dengan 28 kali gravitasi di bumi.
Secara teori hal tersebut berarti bila seseorang memiliki berat 100 kg di bumi
maka bila berjalan di permukaan matahari beratnya akan terasa seperti 2.800 kg.
Gravitasi matahari jugalah yang menahan planet-planet yang mengelilinginya
tetap berada pada orbit masing-masing.
Pengaruh dari gravitasi matahari masih dapat terasa hingga jarak 2 tahun
cahaya. Radiasi matahari, lebih dikenal cahaya matahari, adalah campuran
gelombang elektromagnetik yang terdiri dari gelombang inframerah, cahaya
tampak, sinar ultraviolet. Semua gelombang elektromagnetik ini bergerak dengan
kecepatan sekitar 3,0 x 10.8 m atau s. Oleh karena itu radiasi atau cahaya
memerlukan 8 menit untuk sampai ke bumi.11
Banyak manfaat yang ada pada matahari kita, karena dengan sinar
cahayanya yang kita rasakan setiap pagi hari. Terdapat banyak kandungan yang
ada di matahari salah satunya energi dari sinar ultravioletnya yang memberikan
9 Harun Yahya, Pustaka Sains Populer Islami: Manusia dan Alam Semesta, Penerjemah . Catur Sriherwanto, dkk (Bandung: Dzikra, 2004), h.73
10 Zaghloul Ragheb Mohamed El-Naggar, Selekta dari Tafsir Ayat-Ayat Kosmos dalan Al-Qur an Al-Karim, jilid 1, h. 64
11 Tim Baitul Kilmiah Jogjakarta, Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur an dan Hadits, h.304.
42
kehangatan kepada manusia yang ada di muka bumi. Apabila tidak ada matahari,
bumi kita akan gelap karena tidak ada sinar yang ada pada matahari. Sungguh
Allah menciptakan benda langitnya yaitu matahari dengan tidak sia-sia untuk kita
hambanya. Agar senantiasa mengambil manfaat dengan sebaik-baiknya.
1. Matahari Sebagai Pusat Tata Surya
Matahari adalah sebuah bintang yang berada di pusat sistem tata surya.
Matahari terdiri dari gas-gas panas dan memancarkan ke sekitarnya. Oleh sebab
itu, matahari merupakan sumber panas dan cahaya bagi planet-planetnya. Selain
itu, adanya gaya tarik-menarik akan mencegah benda-benda langit jatuh dari
ruang angkasa. Sebagaimana Allah SWT berfirman :
“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, Dia menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.”12
Dalam tafsir Ilmi Tim Kementrian Agama RI bahwa matahari, dengan
ketentuan yang ditetapkan Allah, selalu bergerak dalam garis edarnya. Ketetapan
Allah ini juga berlaku bagi bulan, bintang-bintang, dan planet-planet di ruang
12 Sûrah Y s n/36: 38-40.
43
angkasa. Semuanya bergerak sesuai dengan ketentuan, sehingga walaupun
jumlahnya sangat banyak bahkan tak terhitung, semua benda langit itu berputar
secara teratur.
Demikian pula malam, yang perputaran bumi pada sumbunya, tidak akan
menyusul siang yang datang sesudahnya. Masing-masing memiliki garis edar
sesuai ketetapan Allah, yang dinyatakan dalam hukum alam yang pada hakikatnya
adalah hukum Allah. Matahari sebagai pusat tata surya punya peran utama
mengendalikan gerak dan dinamika tata surya dan energinya.13
Adapun menurut Quraish Shihab bahwa ayat di atas mengisyaratkan suatu
fakta ilmiah yang baru ditemukan oleh para astronom di awal abad 17M.
Matahari, bumi, bulan dan seluruh planet serta benda-benda langit lainnya
bergerak di ruang angkasa dengan kecepatan dan arah tertentu.
Di sisi lain, matahari dengan tata suryanya berada dalam suatu nebula
besar yang disebut Bimasakti. Kecepatan edarnya bisa mencapai sekitar 700 km
perdetik, dan peredarannya mengitari pusat membutuhkan waktu sekitar 200 juta
tahun cahaya. Matahari tidak mendahului bulan, karena keduanya beredar dalam
suatu gerak linier yang tidak mungkin dapat bertemu.
Sebagaimana malam pun tidak dapat mendahului siang, kecuali jika bumi
berputar pada porosnya dari timur ke barat, tidak seperti seharusnya, bergerak dari
barat ke timur. Bulan saat mengelilingi bumi, dan bumi saat mengelilingi matahari
harus melewati kumpulan bintang-bintang yang kemudian memunculkan posisi-
13 Lajnah Pentashian Mushaf Al-Qur an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama
RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Manfaat Benda-Benda Langit Dalam Perspektif Al-Qur an dan Sains, h.50.
44
posisi (manazil) bulan. Maka kita saksikan pada seperempat pertama dan kedua,
bulan terlihat bagaikan tandan yang tua.14
Menurut Hamka bahwa penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa
matahari berjalan sesuai peredarannya. Kemajuan penelitian mengungkapkan
bahwa matahari berjalan dengan kecepatan 12 mil per detik menurut perhitungan
ahli falak. Matahari melalui garis orbitnya sendiri, begitu pun bulan, bumi dan
bintang-bintang.
Dengan ketetapan Allah tersebut benda langit tersebut berjalan sesuai garis
orbitnya. Jarak antara bintang satu dengan bintang lainnya saling berjauhan,
seperti bumi kita ini dengan matahari berjarak 93 juta mil. Sedangkan jarak bumi
dengan bulan adalah 240 ribu mil. Maka, dapat mungkin untuk melakukan
perjalanan ke bulan seperti yang dilakukan astronot yang berasal dari Cape
Kennedy di Amerika dengan menggunakan pesawat “Apollo”. Dalam perjalanan
cahaya, bulan adalah yang terdekat dengan matahari. Kecepatan perjalanan cahaya
sekitar 186.000 mil per detik. Sedangkan jarak bintang dengan matahari adalah
104 miliar mil. 15
Menurut al-Mar ghi bahwa matahari beredar mengelilingi poros
peredarannya yang tetap, bahwa matahari mengelilinginya sesuai dengan aturan
astronomisnya. Memang telah terbukti bahwa matahari itu ternyata melakukan
rotasi (berputar pada dirinya sendiri) pada sumbunya kira-kira 200 mil per detik.
14M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur an, Vol
11 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 543. 15Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XXIII (Jakara, Pustaka Panjimas, 2002) , h. 40.
45
Aturan yang ajaib ini merupakan ketentuan Allah yang Perkasa dan Maha
Kuasa memaksa hamba-hamba-Nya serta yang mengedalikan makhluk-makhluk-
Nya dan Maha Tahu tentang keadaanya. Bagi perjalanan bulan, yaiitu 28 manzil,
bahwa bulan setiap malam singgah pada manzil-manzil tersebut satu per satu.
Dan bila bulan berada pada manzilnya yang terakhir, maka ia tampak
tipis dan melengkung dan berwarna kuning, disamping menjadi seperti tandan
tempat bergantungnya gugusan-gugusan kurma, bila umurnya telah genap 1 tahun.
Masing-masing, bumi, matahari maupun bulan, beredar pada falaknya bagaikan
berenangnya ikan dalam air. Jadi, matahari berjalan pada garis edarnya sendiri,
sedang bumi berjalan mengelilingi matahari dalam setahun dan berputar pada
dirinya.16
Dalam penafsiran tentang manfaat matahari sebagai pusat tata surya yang
dikemukakan beberapa mufasir di atas penulis melihat bahwa terdapat
penambahan informasi dari beberapa mufassir untuk melengkapi penafsiran dari
tafsir Ilmi Tim Kementrian Agama RI yang menjelaskan tentang ayat
(matahari berjalan ditempat pedarannya)
mengisyaratkan tentang kajian ilmiah bahwa matahari bergerak pada garis
orbitnya sendiri, sehingga matahari memiliki kecepatan berotasi pada sumbunya
kira-kira 200 mil per detik seperti yang dijelaskan dalam tafsir al-mar ghi.
Matahari melakukan rotasi pada porosnya sendiri setiap 25 hari sekali, dan
pada saat yang sama ia berevolusi mengelilingi suatu titik statis dalam galaksi
16Ahmad Mus af Al-Mar ghi, Tafsir Al-Mar ghi, Juz 23 (Mesir : Mustafa Al-Bab
Al-Halab, 1394 H), h. 12.
46
Bimasakti pada suatu orbit statis setiap 250 juta tahun sekali, dengan kecepatan
250 kilometer per detik.17
Abu Raihan al-Barumi (363-440H/973-148 M) mengemukakan bahwa
teori tatasurya dengan paradigma yang menempatkan matahari sebagai pusat
peredaran planet-planet yang disebut sistem heliosentrik. Kemudian teori ini
dibangun lebih lanjut dan dipopulerkan oleh Nicolas Copernicus (1473-1543 M),
seorang ahli astronomi dari Polandia dalam bukunya Revolutionibus Orbium
Celestium. 18
Revolusi yang dibawa oleh Copernicus menjadi pusat munculnya zaman
ilmiah dan ilmuan Galileo pun sepakat dengan pandangan aliran Copernicus yang
menyatakan bahwa Bumi dan planet mengelilingi matahari. Ide tentang sistem
heliosentris menarik Copernicus karena topik tersebut adalah topik yang elegan.
Konsep ini dipercaya, dalam hal ide, dibanding pengalaman (dengan
menggunakan akalnya untuk mengamati matahari terbit dan tenggelam
merupakan benda yang bergerak).19
Teori yang kemudian dikenal dengan nama heliosentrisme ini mematahkan
teori geosentrisme (bumi sebagai pusat tata surya) yang dikemukakan oleh
Ptolemeus dan telah bertahan sejak abad ke dua sebelum masehi. Konsep fusi
17 Nadiah Thayyarrah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur an,h.377 18Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h.43. 19 Paul Strathern, Galileo dan Sistem Tata Surya, Penerjemah Andreas Haryono (Jakarta:
Erlangga, 2002), h. 44
47
nuklir yang dikemukakan oleh Subrahmayan Chandrasekhar dan Hans Bethe pada
tahun 1930 akhirnya dapat menjelaskan apa itu matahari secara tepat.20
Dari pandangan penulis dengan penjelasan yang telah dikemukakan baik
dari mufassir yang telah melengkapi dan menguatkan tafsir Ilmi Tim Kementrian
Agama RI dan ilmuan sains terdapat korelasi atau hubungan antara al-Qur’an dan
sains berkaitan dengan manfaat matahari sebagai pusat tata surya bahwa matahari
merupakan pusat dari perputaran bumi dan planet-planet lain. Dan matahari
bergerak pada orbitnya sendiri.
Di sekitar matahari terdapat delapan planet besar dan ribuan planet kecil.
Delapan planet yang berada di dalam tata surya berputar pada orbitnya sendiri dan
juga berputar mengelilingi matahari dengan urutan tertentu. Urutan planet-planet
tersebut dari yang terdekat sampai yang terjauh dari matahari adalah Merkurius,
Venus, Bumi, Mars,Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Diameter tata surya sekitar 30 tahun cahaya. Tahun cahaya adalah jarak
yang ditempuh oleh cahaya selama setahun. Kalau begitu, diameter tata surya
adalah jalan yang ditempuh oleh cahaya selama 30 tahun. 1 tahun cahaya adalah
9,46 triliun km.21
Kita dapat memprediksi ukuran tata surya dengan menghitung waktu yang
diperlukan cahaya dari matahari yang bergerak dengan kecepatan sekitar 300.000
20 Tim Baitul Kilmiah Jogjakarta, Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur’an dan Hadits
(Jakarta: Kamil Pustaka, 2003), Jilid 4, h.303. 21 Sema Gul, Sistem Tata Surya (Jakarta :Yudhistira, 2007), h. 4.
48
km per detik untuk mencapai planet-planet. Cahaya matahari hanya membutuhkan
waktu 8 menit untuk mencapai bumi, dan 43 menit untuk mencapai Yupiter.22
Pada tahun 1994 ilmuan yaitu Levi dan Schumaccer mengamati sebuah
komet besar telah masuk ke dalam sistem tata surya. Tetapi dengan adanya planet
Yupiter yang ukurannya besar membuat komet tersebut masuk ke dalam planet
Yupiter dan akhirnya pecah dan terjatuh ke permukaannya. Menurut para
astronom, apabila komet tersebut menerobos lebih jauh ke dalam tata surya,
kemungkinan ia akan menabrak bumi dan mebinasakan makhluk hidup di planet
kita ini. Itulah sebabnya Allah menahan benda-benda langit dengan gaya gravitasi
agar tidak berjatuhan.23
Tata surya tersusun dari 11 planet, 61 (satelit) dan matahari. Planet-planet
tersebut secara berurutan dari yang terdekat dengan matahari yaitu Merkurius,
Venus, Bumi,. Mars, Asteroid (yang diyakini sebagai sisa-sisa planet yang
meledak), Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto dan planet Sedna. Setelah
itu, terdapat bintang berekor (komet), ribuan meteor dan meteoroid, serta sejumlah
benda berkabut. 24 Sejalan dengan informasi yang diberikan al-Qur an:
22 Wahyudi Priyono Suwarso, dkk, Ensiklopedia IPA: Visual Fisika, Kimia, Biologi dan
Matematika (Jakarta: PT Lentera Abadi, 2009), h.305. 23 Achmad Baiquni, Al-Qur an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman (Jakarta: PT Dana
Bhakti Prima Yasa, 1996), h. 91 24Nadiah Thayyarrah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur an,h. 381.
49
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas planet, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."25
Kata kaukaban atau kaw kib sering diterjemahkan sebagai bintang,
namun sebenarnya lebih tepat diterjemahkan sebagai benda langit yang
merupakan anggota tata surya, seperti planet atau komet. 26
Pada masa-masa diturunkannya al-Qur an, jumlah planet yang dikenal
baru 5 buah. Ketika teleskop antariksa telah ditemukan, jumlah itu kemudian
berubah menjadi 9 dan keteraturan antariksa yang sempurna telah sampai pada
batas di mana ia bisa diramalkan. Terbukti dengan ditemukannya planet Neptunus
dan Pluto sebelum keduanya bisa diamati. Artinya, kedua planet tersebut bisa
ditemukan dengan perantaraan hitung-hitungan astronomis belaka, tanpa teleskop.
Para ilmuan pun memperkirakan adanya planet lain antara matahari dan
Merkurius. Planet itu diberi nama Volcano, tetapi sampai sekarang belum bisa
diamati. Jika benar dua planet tersebut (Sedna dan Volcano) bisa dilihat, maka
jumlah planet dalam tata surya menjadi sebelas, bukan sembilan.27
Sampai dengan bulan Agustus 2006, Pluto dianggap sebagai salah satu
planet yang termasuk dalam sistem tata surya. Namun, pada bulan yang sama,
Persatuan Astronomi Internasional berkumpul dan bersepakat bahwa Pluto tidak
termasuk kategori planet.28
25 Sûrah Yusuf (12) : 4 26Ridwan Abdullah Sani, Sains berbasis Al-Qur an, cet ke-1 (Jakarta: Bumi Aksara,
2015), h. 183. 27Nadiah Thayyarrah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur an, h. 382. 28 Sema Gul, Ruang Angkasa, h. 8.
50
Secara garis besar, data yang berkaitan dengan sembilan planet yang
tergabung dalam Tata Surya dapat dilihat pada tabel berikut:29
Tabel 3.1: Tata Surya dan periode Peredarannya Jml
Satelit Diameter Ekuator
(km)
Arah Rotasi
Periode Rotasi
Periode Revolusi
Jarak ke Matahari (Juta km)
Nama Planet
0 0 1 2
13 10 5 2 0
4.878 12.102
12.756,3 6.794
142.796 120.660 50.800 48.600 2.320
B-T T-B B-T B-T B-T B-T T-B B-T T-B
58,65 h 243 h 1 h
24,6 j 9 j 50 m 10 j 14 m
17 j 18-26 j 6,38 h
88 h
225 h 365,25 h
1,88 t 11,86 t 29,46 t 84,1 t
164,8 t 248,5 t
58
108 150 225 778
1.500 2.900 4.500 6.000
Merkurius
Venus Bumi Mars
Yupiter Saturnus Uranus
Neptunus Pluto
Keterangan: a. B = barat; T = timur. b. t = tahun; h = hari; j = jam; m =menit; (-) = minus, < 0 derajat celcius c. Merkurius s.d Mars disebut planet kebumian, ukuran relatif terkecil dan bersifat
pejal/padat d. Jupiter s.d Neptunus disebut planet Jovian, atau planet keluarga Jupiter yang
ukurannya besar dan terbentuk dari gas padat. Sering disebut planet gas raksasa. e. Planet inner (dalam) : Merkurius s.d Mars; Planet outer (luar): Jupiter s.d Pluto f. Planet inferior (dalam): Merkurius, Venus; Planet Superior (luar): Mars s.d Pluto
Demikian banyak manfaat yang di dapat dari matahari. Semua makhluk
yang ada di tata surya merasakan faedah-faedah darinya yang dipergunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Sungguh Maha besar Allah yang Maha
Penyayang. Betapa kasih sayang-Nya teranugerahkan kepada semua makhluk
ciptaan-Nya.
2. Matahari Sebagai Sumber Energi Matahari adalah benda langit yang terbentuk bola api. Darinya terpancarlah
cahaya matahari yang tampak terang di siang hari. Cahaya matahari pun
29Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, h. 44.
51
memancar di malam hari melalui bantuan bulan. Hal ini selaras dengan firman-
Nya:30
“Dan Kami jadikan pelita yang Amat terang (matahari).”31
Dalam tafsir Ilmi Tim Kementrian Agama RI bahwa dalam astronomi,
matahari adalah sumber cahaya bagi bulan. Artinya, bila matahari padam atau
sorot cahayanya ke arah bulan tertutup maka bulan tidak memperoleh sinar,
menjadi gelap dan tak tampak dari bumi.
Sebagian cahaya matahari yang cemerlang dan menghangatkan diserap
oleh bulan, dan sebagian lagi dipantulkan sampai ke bumi. Sinar bulan terasa
redup dan indah serta tidak panas, cukup terang pada malam terang bulan atau
bulan purnama. Ketika cahaya matahari terhalang oleh bumi maka bulan tidak
mendapat sinar.32
Menurut Quraish Shihab bahwa ayat di atas menguraikan tentang langit
serta manfaat yang diperoleh manusia dari penciptaan-Nya. Dan kami telah
menjadikan pelita yakni matahari yang amat terang lagi menghasilkan panas
sampai batas waktu yang Kami kehendaki, kata ( وھاّجا) wahh jan terambil dari
kata (وھج) wahaja yang berarti bercahaya atau berkelap kelip atau menyala.
Berkaitan dengan matahari, penemuan ilmiah telah membuktikan bahwa
panas permukaan matahari mencapai 6000°C. Sedangkan panas pusat matahari
30 Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan Al-Qur an (Jakarta, Gema
Insani, 2006), h. 65. 31 Sûrah al-Nab /78:13. 32 Lajnah Pentashian Mushaf Al-Qur an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama
RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Manfaat Benda-Benda Langit Dalam Perspektif Al-Qur an dan Sains, h. 36.
52
mencapai 30.000.000°C disebabkan oleh materi-materi bertekanan tinggi yang
ada pada matahari. Sinar matahari menghasilkan energi berupa ultraviolet 9%,
cahaya 46%, dan inframerah 45%. Karena itulah ayat suci di atas menamai
matahari sebagai ( سراجا ) sir jan/pelita karena mengandung cahaya dan panas
secara bersamaan.33
Menurut Hamka bahwa pelita yang terang-benderang yaitu matahari telah
memancarkan cahaya yang terang-benderang di pagi hari, dibandingkan dengan
malam hari, ketika matahari terbenam, dan mengganti cahaya tersebut dengan
lampu penerangan kita sendiri, namun banyaknya lampu penerangan, kita tidak
dapat mengganti cahaya terang-benderang matahari yang menerangi alam di siang
hari.34
Adapun menurut al-Mar ghi bahwa matahari yang Allah ciptakan
merupakan rahasia kehidupan. Panas dan cahayanya dapat mengusir berbagai
macam penyakit serta memberikan kesegaran bagi kehidupan. Tidak ada bukti
lain yang lebih jelas dari apa yang kita saksikan bahwa orang-orang yang
bertempat tinggal jauh dari sinar dan panasnya matahari ternyata lebih mudah
terjangkit berbagai macam penyakit. Sebab kuman-kuman penyakit tidak akan
bisa berkembangbiak kecuali pada tempat-tempat yang jauh dari sinar matahari
atau terhalang sama sekali dari sinarnya.35
33M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur an, Vol
15, h.11. 34 0Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XXX, h. 11. 35Ahmad Mus af Al-Mar ghi, Tafsir Al-Mar ghi, Juz 30, h.11.
53
Dari penafsiran beberapa mufassir di atas yang melengkapi dari penafsiran
Ilmi Tim Kementrian Agama tentang manfaat matahari sebagai sumber energi
Mengisyaratkan kajian ilmiah dari potongan ayat (pelita yang
Amat terang (matahari)).
Matahari merupakan pelita atau penerang dalam kehidupan kita di bumi ini,
tanpa adanya matahari kita tidak akan merasakan adanya siang hari dan dipastikan
bumi kita akan terlihat gelap. Karena sinar cahaya yang terpancar pada matahari
memberikan manfaat bagi kehidupan kita contohnya saja mendapatkan sinar
ultraviolet yang ada pada matahari kita berguna untuk kulit kita dengan vitamin D
yang dimiliki sinar ultraviolet dari matahari tersebut. Maka dari itu seharusnya
kita selalu bersyukur akan anugerah dari Allah, di mana kita dapat mengambil
manfaat dari segala penciptaan benda langit yaitu matahari untuk kehidupan ini.
Matahari adalah simbol kehidupan di muka bumi. Sebagai pusat, matahari
mempunyai pengaruh besar terhadap kemajuan ilmu pengetahuan (sains). Di
samping sebagai pusat peredaran, matahari juga merupakan sumber energi untuk
kehidupan yang berkelanjutan.
Energi yang dimiliki matahari dan bintang berasal dari reaksi fusi nuklir.
Proses fusi dasar merupakan penggabungan empat inti hydrogen menjadi satu inti
atom helium. Reaksi fusi dasar itu adalah sebagai berikut:
4(¦ H)→ 42 He + 2 01 )+ 2 + 2v +24,7 MeV (energy)
54
Energi yang dilepas oleh satu reaksi saja sudah sangat besar, apalagi energy
yang dihasilkan dari miliaran reaksi fusi hidrogen.36
Panas matahari menghangatkan bumi dan membentuk iklim, sedangkan
cahayanya menerangi bumi serta diapakai oleh tumbuhan untuk proses
fotosintesis. Tanpa matahari, tidak akan ada kehidupan di bumi karena banyak
reaksi kimia yang tidak dapat berlangsung.37
Energi matahari dibutuhkan 99% untuk kehidupan dan membuat
keseimbangan di bumi. Sebagian energi ini kasatmata dan berbentuk cahaya,
sedangkan sisanya berbentuk sinar ultraviolet, yang tidak kasat mata, dan
berbentuk panas38
Yang mengagumkan, para ilmuan menemukan bahwa perut matahari gelap
dan tak bisa dilihat karena ia memancarkan sinar-sinar tak terlihat, seperti sinar
gamma, sinar X, dan sinar ultraviolet. Lapisan luar mataharilah yang mengubah
sinar-sinar tak terlihat itu menjadi sinar yang bisa dilihat.
Oleh sebab itu, tidaklah mengeherankan jika kemudian al-Qur an
mendeskripsikan penanda siang (yaitu matahari) sebagai mubshirah (terang
benderang sehingga menyebabkan orang bisa melihat). Dari sinilah al-Qur an
membuat pembedaan yang akurat antara sinar matahari dan cahaya bulan, antara
matahari sebagai siraj (pelita) dan bulan sebagai nur (cahaya).39
36 Ridwan Abdullah Sani, Sains berbasis Al-Qur an, cet ke-1, h. 198 37 Tim Baitul Kilmiah Jogjakarta, Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur an dan
Hadits,h.303. 38 Harun Yahya, Pustaka Sains Populer Islami: Manusia dan Alam Semesta, Terj. Catur
Sriherwanto, dkk,h. 73. 39 Nadiah Thayyarrah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur an, h. 411.
55
Matahari akan terus bermanfaat, terangnya cahaya matahari pada waktu
siang dan hilangnya cahaya pada waktu malam akan terus memberi manfaat
kepada makhluk di alam raya ini. Cahaya itu merupakan nikmat yang
memungkinkan mata kita untuk melihat.
Ada energi matahari yang penting, yaitu sinar ultraviolet dan sinar
inframerah. Sinar ultraviolet mempunyai manfaat dan peran yang penting bagi
makhluk hidup. Setiap makhluk di alam raya ini tercipta dengan kadar tertentu
untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, Allah menyediakan
katup pengaman bagi manusia (sinar ultraviolet yang menembus ke bumi, yang
dibutuhkan kehidupan, tidak lebih atau kurang).
Katup pengaman itu adalah gas ozon yang menakjubkan, berada di atas
ketinggian atmosfer. Gas ozon itu meliputi oksigen udara berkat pengaruh sinar
ultraviolet. Oksigen itulah yang menghalangi bagian sinar ultraviolet yang
membahayakan dan hanya mengizinkan masuknya sinar yang bermanfaat yang
mutlak diperlukan untuk vitamin D serta pembentukan kalsium yang diperlukan
untuk pertumbuhan tulang dan gigi dengan baik.
Sinar ultraviolet juga digunakan untuk membunuh mikrob dan kuman.
Dengan sinar itu bahan-bahan makanan yang tersimpan menjadi steril, begitu juga
dengan ruang-ruang operasi luar. Itulah sebabnya mengapa kita perlu
memasukkan sinar matahari ke dalam rumah kita.40
Sinar inframerah adalah yang kita rasakan hangat ketika terkena sinar
matahari. Setiap benda yang panas memancarkan sinar inframerah. Daya panas
40 Ahmad Fuad Pasya, Dimensi Sains Al-Qur an (Solo: Tiga Serangkai, 2004), h. 83.
56
pada sinar inframerah ini digunakan untuk berbagai tujuan, seperti pengeringan
cat, pengeringan produk-produk pertanian, dan penanaman tumbuhan. Selain itu,
sinar inframerah juga bermanfaat untuk mengenal macam-macam tumbuhan yang
keluar dari sinar itu(sinarnya berbeda-beda sesuai dengan daunnya). Sinar itu juga
bergantung pada kesehatan dan bebasnya daun dari penyakit . Dengan demikian,
kita dapat memastikan tempat-tempat yang terkena penyakit sejak dini,
menentukan bermacam-macam hasil pertanian, dan menemukan jenis-jenis
pertanian terlarang.
Semua benda-benda langit yang Allah ciptakan telah memberikan manfaat
kepada makhluknya agar dinikmati dan digunakan dengan sebaik-baiknya. Begitu
halnya dengan matahari sebagai sumber energi yang telah dikemukakan oleh
beberapa mufassir dan ilmuan sains di atas.
Bahwa terdapat korelasi atau hubungan antara al-Qur’an dan sains terkait
matahari sebagai sumber energi. Matahari telah banyak berkontribusi dalam
kehidupan kita di bumi ini dengan sinar cahaya yang telah dipancarkannya
senantiasa membantu manusia dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari.
Penulis menganalisis penafsiran ayat-ayat tentang manfaat matahari dan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Analisis Ayat Manfaat Matahari41 Sûrah Ayat TKM TQS TH TAM
Y sīn(36) :38-40
,Matahari تجرلمستقرلهاوالشمس dengan ketetapan
Matahari dengan tata suryanya
Matahari berjalan sesuai peredarannya.
Matahari mengelilingi poros
41 TKM adalah Tafsir Ilmi Kementrian Agama RI, TQS adalah Tafsir Quraish Shihab, TH adalah Tafsir Hamka, TAM adalah Tafsir al-Mar ghi
57
Allah, selalu bergerak dalam garis edarnya.Dan Matahari sebagai pusat tata surya punya peran utama mengendalikan gerak dan dinamika tata surya dan energinya
berada dalam suatu nebula besar yang disebut Bimasakti. Kecepatan edarnya bisa mencapai sekitar 700 km perdetik, dan peredarannya mengitari pusat membutuhkan waktu sekitar 200 juta tahun cahaya.
matahari berjalan dengan kecepatan 12 mil per detik menurut perhitungan ahli falak.
peredarannya yang tetap sesuai dengan aturan astronomisnya. Yaitu matahari berotasi (berputar pada dirinya sendiri) pada sumbunya kira-kira 200 mil per detik
al-Nab (78) : 13
وهاجاسراجا
Matahari adalah sumber cahaya bagi bulan.
Sinar matahari menghasilkan energi berupa ultraviolet 9% dan cahaya 46%.
Panas dan cahaya matahari dapat mengusir berbagai macam penyakit serta memberikan kesegaran bagi kehidupan.
Pelita yang terang- benderang yaitu matahari telah memancarkan cahaya yang terang-benderang di pagi hari.
A. Manfaat Bulan
Terbentuknya bulan terjadi akibat sebuah hantaman pada permukaan bumi.
Menyebabkan kondisi bulan menjadi amat panas dan bersinar seperti matahari.
Kemudian sinar bulan padam seiring perjalanan waktu. Proses ilmiah tersebut telah
dinyatakan oleh al-Qur’an sejak lebih dari 1.400 tahun yang lalu ketika perangkat
astronomi belum ada. Allah SWT. berfirman:
“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia
58
dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Ka.mi terangkan dengan jelas.”42
Mengenai ayat ini, Ibnu Abu Hatim pernah meriwayatkan dari Muhammad bin
Ka’b Ahbar yang berkata, “ Ada satu matahari pada malam hari, ada satu matahari
pada siang hari. Tetapi kemudian, Allah menghapus matahari yang ada pada
malam. Itulah (penyebab) bercak hitam yang terdapat pada bulan.”43
Bulan yang selalu kita amati di malam hari merupakan benda langit yang
bercahaya melalui pantulan dari sinar matahari kita. Dengan bukti ilmiah yang
telah diungkapkan oleh ayat di atas memberikan informasi kepada kita bahwa
bulan yang terang-benderang di malam hari dahulunya adalah matahari dan Allah
SWT menghapus cahayanya dan menjadikan bulan gelap.
“Bulan adalah planet kecil yang mengikuti bumi. Jarak bulan dari bumi
mencapai kira-kira 384.400 km. Bulan mempunyai luas permukaan mencapai
kurang lebih 38 juta km2, besar bloknya mencapai 22 miliar km3 dan rata-rata
kepadatannya mencapai kurang lebih 3,34 gram dalam cm3. Berat bobotnya
mencapai kurang lebih 735 miliar ton.”44
Bulan adalah objek yang paling cemerlang di langit pada malam hari karena
memantulkan sinar matahari dengan baik. Saat Bulan mengitari bumi, kita melihat
luas permukaan yang terkena sinar matahari berbeda-beda, dari Bulan Sabit tipis
hingga Bulan purnama. Saat sisi Bulan yang menghadap kita tidak terkena cahaya
Matahari, kita sama sekali tidak dapat melihatnya. Kita menyebutnya dengan
42 Sûrah al-Isr /17:12. 43Taufiq ‘Ulwan, Mengungkap Rahasia Ayat-Ayat Kauniyah (Jakarta: Almahira, 2010),
cet ke-1, h. 116. 44 Zaghloul Ragheb Mohamed El-Naggar, Selekta dari Tafsir Ayat-Ayat Kosmos dalan
Al-Qur an Al-Karim, jilid 1 (Jakarta ; Shorouk International Bookshop, 2010), h.88.
59
Bulan baru. Satu bulan, yang lamanya 29,5 hari, diukur dari satu bulan baru ke
Bulan baru berikutnya.45
Ini berarti bahwa bulan selama dalam perputarannya mengelilingi bumi,
menempuh jarak sepanjang 12 derajat dari 360 derajat orbitnya setiap hari. Dan, ia
terbit terlambat selama 49 menit dari hari sebelumnya. Seandainya bulan tidak
terbit terlambat tentu bulan akan selamanya tampak sebagai bulan purnama
sepanjang kehidupan.46
Diameter bulan adalah 2.000 mil (3.474 km) dan kira-kira berjarak 250.000
mil (384.403 km) dari bumi. Cahaya yang dipancarkan bulan adalah cahaya
matahari yang dipantulkannya. Matahari dan bulan, selain memberi banyak
manfaat kepada manusia melalui cahaya yang dipancarkannya, juga menjadi
patokan bagi manusia untuk menentukan perputaran waktu dan penetapan
kalender. Dan kenyataanya, semua jam dan kalender harus disesuaikan dengan
peredaran benda-benda langit dalam tata surya.47
Bulan adalah planet yang kering dan tandus, tanpa atmosfer ataupun air. Bulan
terbentuk terutama dari batuan padat, meskipun intinya kemungkinan
mengandung batu atau besi cair. Permukaannya berdebu, dengan dataran tinggi
yang penuh kawah akibat tubrukan meteroit.
Juga terdapat dataran rendah dengan kawah besar yang tetutup lava beku
sehingga membentuk daerah gelap yang disebut maria atau ‘lautan’. Maria terjadi
45 Tim Baitul Kilmiah Jogjakarta, Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur an dan Hadits, h.
305. 46 Nadiah Thayyarrah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur an, h. 430. 47 Mir Aneesuddin, Buku Saku Ayat-Ayat Semesta : Mengerti Rahasia Alam Nyata dan Gaib
dalam Al-Qur an dan Sains, Penerjemah Machnun Husein (Jakarta: Zaman, 2014), h.48.
60
terutama di sisi dekat bumi, yang memiliki kerak lebih tipis daripada sisi yang
jauh. Banyak dari kawah tersebut dikelilingi barisan pegunungan yang
membentuk dinding kawah, dengan ketinggian dapat mencapai ribuan meter.48
“Bulan memerlukan waktu untuk berputar pada porosnya sama dengan waktu
untuk berputar sekali mengelilingi bumi (27 hari dan 8 jam). Karenanya , salah satu
sisi bulan selalu tersembunyi dari bumi. Orbit bulan miring pada bidang orbit
matahari sekitar 5°. Seandainya tidak miring pada bidang orbit matahari maka
gerhana bulan akan terjadi setiap bulan penuh dan gerhana matahari terjadi setiap
bulan baru.”49
Manfaat yang ada pada bulan, selalu dapat kita rasakan dalam kehidupan sehari-
hari. Bulan yang mengalami revolusi atau perputarannya mengelilingi bumi dan
juga dengan adanya gaya garvitasi pada bulan dan bumi membuat terjadinya
fenomena pasang surut air laut yang memudahkan khusunya para nelayan dan kapal
yang berlayar di lautan untuk mengetahui waktu kapan air laut pasang naik dan
pasang surut. Dan revolusi yang terjadi pada bulan memudahkan para ilmuan untuk
menentukan perhitungan waktu untuk melaksanakan ibadah di awal bulan
Ramadhan dan awal bulan Syawal.
1. Bulan Sebagai Penggerak Pasang Surut Air Laut
Pasang surut adalah bagian dari kekuatan bumi yang berfungsi untuk
memecah batu karang pantai, dan membentuk beragam jenis endapan batu karang
yang terdapat pada sepanjang pantai. Ini adalah sedikit dari sejumlah bentuk
48 Etty Indriati, dan Yasman, Ensiklopedia Sains dan Teknologi (Jakarta:Lentera Abadi, 2007), h. 40.
49 Wahyudi Priyono Suwarso, dkk, Ensiklopedia IPA: Visual Fisika, Kimia, Biologi dan Matematika (Jakarta: PT Lentera Abadi, 2009), h.311.
61
penundukan yang telah ditentukan oleh kehendak Allah SWT. dengan hikmah
yang luar biasa, agar matahari dan bulan menjadi asal usul yang bermanfaat dalam
struktur alam semesta dan dalam pengaturan gerak kehidupan di atas permukaan
bumi.50
Allah menjelaskan dalam firman-Nya:
“Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa
yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”51
Dalam tafsir Ilmi Tim Kementrian Agama RI bahwa pemeliharaan Allah
begitu teliti sehingga benda-benda langit yang berjumlah miliaran tetap kokoh
pada posisinya dan tidak berjatuhan walau tanpa tiang penyangga. Dengan
gerakan pada poros dan peredaran pada orbitnya, masing-masing benda langit itu
tetap mantap pada tempatnya. Pemeliharaan Allah dengan penciptaan gaya
gravitasi telah daAllah yang demikian saksama langit dan semua benda yang ada
diruang angkasa tetap kokoh.52
50 Zaghloul Ragheb Mohamed El-Naggar, Selekta dari Tafsir Ayat-Ayat Kosmos dalam
Al-Qur an Al-Karim, Jilid 1 (Jakarta ; Shorouk International Bookshop, 2010), h. 89. 51Sûrah al- ajj/22:65. 52 Lajnah Pentashian Mushaf Al-Qur an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama
RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Manfaat Benda-Benda Langit Dalam Perspektif Al-Qur an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur an, 2010), h. 14.
62
Menurut Quraish Shihab bahwa kata (سخّر) sakhara dalam ayat ini artinya
menundukkan sesuatu agar dimanfaatkan. Kata السمّاء( ) as-sam dipahami dalam
arti langit, namun pada konteks ini adalah benda-benda langit. Penundukan pada
benda langit yang dimaksud disini, yaitu bulan yang mengalami fenomena pasang
surut ait laut. Semua itu terjadi oleh gaya gravitasi dan kekuatan yang dimiliki
bulan. Sifat kasih sayang Allah kepada hamba-Nya diperlihatkan dengan adanya
atmosfer yang mengandung zat-zat yang diperlukan untuk kehidupan dan sebagai
pelindung bumi untuk menahan benda-benda langit di angkasa agar tidak
berjatuhan ke bumi.53
Adapun menurut Hamka bahwa nahkoda kapal yang berlayar di lautan
telah memperhitungkan segala kemungkinan yang terjadi tentang pasang surut air
laut dan peredaran angin serta cuaca. Karena Allah telah menahan benda-benda
langit agar tidak berjatuhan ke bumi, artinya Allah telah mengatur keseimbangan
alam tersebut. Bintang yang terlihat di langit pada malam hari yang besarnya 1000
kali besar bumi juga mempunyai garis keseimbangan yang telah diatur sedemikian
rapi. Semua itu dapat terjadi tidak lain karena izin dari Allah.54
Menurut al-Mar ghi bahwa Allah telah menundukkan segala apa yang
ada di muka bumi agar manusia memanfaatkannya dalam berbagai kemaslahatan
dan kebutuhannya, serta mempergunakannya dalam berbagai urusan penghidupan
yang dikehendakinya. Dia menundukkan bagi kalian bahtera-bahtera yang
53 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Vol. 8 (Jakarta: Lentera Hati, 2002),h.277. 54 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz. XVII (Jakarta: PT Pustaka Panjimas), h.204.
63
berlayar di lautan sambil mengangkut barang-barang, hewan dan manusia yang
kalian kehendaki dari belahan bumi dan jarak yang jauh.
Allah menahan planet-planet seperti matahari, bulan dan bintang-bintang
dengan sistem gaya tarik, karena Dia menjadikan bagi masing-masing planet itu
orbit khusus yang tidak pernah dilanggarnya. Planet-planet itu akan tetap ada di
dalam kehidupan dunia ini hingga kiamat nanti. Sekiranya tidak karena sistem
yang khusus ini, niscaya sebagian planet yang besar akan berbenturan dengan
sebagian yang lain, alam bumi ini akan rusak, dan tidak ada satu manusia atau
binatang pun yang hidup di muka bumi ini.55
Fenomena pasang surut air laut pada bulan yang menjadi penggeraknya,
disebabkan karena gaya gravitasi yang dimilikinya. Posisi bulan yang jaraknya
tepat tidak terlalu dekat dan jauh dengan bumi yang memiliki lautan membuat
terjadinya fenomena pasang surut air laut. Karena garis lurus antara bulan dan
lautan di bumi menjadi tertarik, maka permukaan air laut menjadi pasang.
Demikian apabila surut di laut, maka air laut dan bulan tidak tertarik garis
lurusnya.
Penundukan bulan yang dijelaskan ayat di atas merupakan kuasa Allah
SWT. yang telah menahan benda langit agar tidak terjatuh ke bumi kita. Ayat
Qur’an di atas telah mengandung isyarat ilmiah jauh sebelum penelitian ilmiah
tentang fenomena pasang surut air laut ditemukan oleh para ilmuan. Hal tersebut
seharusnya kita pahami dan renungkan bahwa begitu hebat semua yang telah
55 Ahmad Mus af Al-Mar ghi, Tafsir Al-Mar ghi, Juz 17 (Mesir : Mustafa Al-Bab
Al-Halab, 1394 H), h. 24.
64
Allah SWT. ciptakan untuk kita sebagai manusia yang memiliki kemampuan akal
untuk berfikir.
Bulan “bertanggung jawab” atas fenomena pasang surut air laut. Pasang
adalah meningkatnya ketinggian air laut beberapa meter dan kemudian menurun
lagi. Hal ini terjadi sebanyak dua kali dalam sehari. Ketika bulan purnama tiba,
pengaruh bulan terhadap fenomena pasang surut semakin besar. Naik turunnya
ketinggian air laut pada saat purnama lebih tinggi. Misalnya, adalah setengah
meter di tengah laut, sementara di pantai perbedaaanya mencapai dua meter.
Bulan sangat mendukung kehidupan kita di muka bumi ini, dengan menyebabkan
air laut pasang sehingga nutrient-nutrien bumi bercampur dengan lautan.
Seandainya jarak antara bumi dan bulan terlalu dekat, tentu bulan akan
tertarik oleh gaya gravitasi bumi. Hal itu akan menyebabkan bulan menabrak
bumi dan musnahlah kehidupan di bumi. Namun, seandainya bulan menjauh dari
bumi dan jarak diantara keduanya bertambah lebar, tentu tidak akan terjadi
fenomena pasang surut air laut di muka bumi dan bulan akan tertarik oleh daya
gravitasi planet yang lain. Selain itu, bumi akan berotasi hanya dalam waktu 4 jam
untuk sekali siklus rotasi sehingga panjang malam hanya 2 jam dan panjang siang
pun hanya 2 jam.56
Begitu dahsyat Allah SWT. menerapkan hukum alam yang terjadi pada
bulan terhadap fenomena pasang surut air laut dan memberikan manfaat yang
sangat berpengaruh untuk kehidupan manusia di bumi, khususnya memudahkan
56 Nadiah Thayyarrah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an, h. 436.
65
para nelayan dan nahkoda kapal yang berlayar untuk mengetahui pergerakan
ombak yang terjadi di lautan.
Bulan memiliki gaya tarik yang mempengaruhi posisi air laut, contohnya
adalah fenomena pasang surut air laut. Apabila kedua benda langit ini terlalu
dekat, maka akan mengalami benturan yang sulit dihindarkan. Tetapi Allah telah
menundukkan benda langit tersebut dengan aturan yang sedemikian rupa
sehinngga semuanya menjadi mutlak (sine qua non) dan berjalan beraturan.57
Ada dua jenis pasang di sini, yaitu pasang purnama dan pasang perbani.
Pasang purnama terjadi saat bulan purnama, dan pasang perbani terjadi terjadi saat
bulan berada dalam posisi kuadratur timur ataau barat. Akibat dari gaya pasang
surut air laut dengan gaya gravitasi bumi, bulan mengalami gempa hingga
kedalaman 1000 km dari permukaannya dan berlangsung secara teratur setiap
bulan. Terdapat juga gempa dengan hiposenter yang lebih dangkal (100 km) dan
tampaknya ini tidak terkait gaya pasang surut.58
Demikianlah salah satu dari fenomena alam yang muncul sebagai akibat
dari pergerakan bulan. Hal-hal yang terjadi akibat perubahan keadaan dan posisi
bulan merupakan ketetapan yang telah di tentukan Allah dalam hukum alam.
Inilah aturan Allah yang selalu akan terjadi setiap saat sesuai dengan apa yang
telah diciptakannya.
57 Maurice Bucaille, Bibel, Qur an, Dan Sains Modern, Penerjemah. M Rasjidi (Jakarta:
PT Bulan Bintang, 2001), h. 183. 58 A. Gunawan Admiranto, Menjelajah Tata Surya, cet ke-2 (Yogyakarta: Kanisius, 2009),
h. 206
66
2. Bulan Sebagai Penentu waktu
Allah menjadikan revolusi bulan terhadap bumi beserta kemukjizatan
ilmiah di dalamnya sebagai penanda waktu tersebut. Adanya tempat-tempat
persinggahan bagi bulan membantu manusia untuk menghitung waktu-waktu
mereka dalam hitungan hari, bulan, dan tahun sehingga mereka pun mengetahui
bilangan tahun. Hal itu juga membantu mereka untuk mengetahui waktu-waktu
untuk beribadah dan berinteraksi dengan sesama mereka. Allah SWT menjelaskan
dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antarannya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”59
Dalam tafsir Ilmi Tim Kementrian Agama bahwa Allah telah menetapkan
jumlah bulan dalam satu tahun. Semenjak langit dan bumi diciptakan ketetapan
jumlah bulan ini telah diinformasikan, yaitu dua belas. Dalam sitem kalender yang
dikenal saat ini, baik yang berdasar pada peredaran matahari maupun bulan,
jumlah bulan dalam satu tahun memang dua belas. Namun demikian, yang
59 Sûrah al-Taubah/9:36.
67
dimaksud pada ayat ini adalah tahun zyang berdasar peredaran bulan, yaitu yang
lazim disebut dengan tahun Qamariah. 60
Menurut Quraish Shihab bahwa ayat ini berbicara tentang kaum musyrikin,
setelah mendengarkan uraian tentang ahlul kitab. Uraiannya tentang bulan
mempunyai kaitan erat dengan ibadah haji dan juga zakat dari sisi haul yakni
masa jatuhnya kewajiban membayar zakat. Di sini Allah berfirman menjelaskan
bahwa batas yang tidak dapat ditambah dan dikurangi menyangkut bilangan
bulan, yang dimaksud ayat ini dengan bulan adalah perhitungan bulan menurut
kalender Qamariah, yakni perhitungan waktu menurut peredaran bulan.
Jumlah hari selama setahun dalam perhitungan Qamariah sebanyak 355 hari,
sedang dalam perhitungan Syamsiah sebanyak 365,25 hari. Karena itu setiap
tahun terdapat selisih sekitar sepuluh hari antara perhitungan Qamariah dan
Syamsiah. Ini menjadikan ibadah haji dan puasa misalnya tidak selalu`terjadi pada
bulan Syamsiah/penanggalan masehi yang sama.
Setiap tiga tahun, puasa dan haji berbeda bulan Syamsiahnya walaupun dalam
bulan Qamariah haji selalu di bulan haji dan puasa selalu di bulan Ramadhan.
“…Selisih itu menjadikan pelaksanaan haji dan pusasa tidak selalu pada musim
panas atau musim dingin tetapi berganti –ganti sehingga kaum muslimin dapat
mengalami aneka musim dan dengan demikian tercapai pula keadilan bagi semua
penduduk di semua daerah…”61
60Lajnah Pentashian Mushaf Al-Qur an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama
RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Manfaat Benda-Benda Langit Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, h. 117.
61M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur an, Vol 55, h.554.
68
Menurut Hamka bahwa Allah mengatur perjalanan bulan mengelilingi bumi,
dan bumi mengelilingi matahari. Perhitungan bumi mengelilingi matahari terdapat
dua belas bulan dalam setahun. Dan begitu juga dengan perhitungan bulan
mengelilingi bumi terdapat dua belas kali dalam setahun, karena melihat
peredaran bulan. Awal bulan berbentuk sabit, berangsur menjadi bulan purnama,
kemudian menyusut sampai di akhir bulan, yaitu antara 29 dan 30 hari. Berbeda
dengan matahari ketika terbit dan terbenamnya tidak berubah besarnya.62
Adapun menurut al-Mar ghi dalam tafsirnya menjelaskan tentang ayat diatas
bahwa bilangan bulan itu ada 12 bulan di dalam ketetapan Allah, akibat
pengaturan peredaran bulan dan penentuan orbit-orbitnya, waktu atau masa ketika
Allah menciptakan langit dan bumi dengan sempurna secara keseluruhannya,
yaitu enam hari dari masa penciptaan dilihat dari rinciannya dan penciptaan
masing-masing, serta penciptaan apa yang ada di dalam keduanya.
Di dalam tatanan penciptaan dan pengukuran serta sunah-sunah Ilahiyah di
dalamnya; atau di dalam hukum tasyri’i-Nya, seperti keagungan bulan-bulan
haram, bahwa haji dilakukan di bulan qamariah dengan menentukan waktu
pelaksanaan yang fardhu dan sunat. Di antara hikmah penentuan bulan itu ialah,
bahwa Allah menjadikan masa pelaksanaan saum dan haji berputar dalam seluruh
bagian tahun. Di antaranya ada masa yang terasa sulit untuk dipergunakan
melaksanakan kedua ibadah itu, ada pula yang terasa mudah.
Di antara bulan-bulan itu, ada empat bulan yang diwajibkan Allah untuk
dihormati. Dalam bulan yang empat ini, Allah mengaharamkan peperangan
62 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz VIII, h. 204.
69
melalui lisan Ibrahim dan Ismail as. Orang-orang Arab menukil pengharaman itu
dari mereka berdua secara mutawatir, baik berupa perkataan maupun perbuatan,
meski kadang-kadang mereka merusak karena menuruti hawa nafsunya. Di antara
bulan-bulan ini ada tiga bulan yang berturut-turut, yaitu : Zul-Qa’dah, Zul-Hijjah
dan Muharram; sedang yang satu lagi ialah bulan Rajab.63
Bilangan bulan ditetapkan oleh Allah pada saat langit dan bumi diciptakan.
Hal ini Allah telah menetapkan periode bulan mengelilingi bumi dan periode bumi
mengelilingi matahari pada saat penciptaan bumi, matahari, dan bulan. Ketetapan
lamanya periode rotasi dan revolusi bulan, serta periode gerak rotasi dan revolusi
bumi tentunya memiliki hikmah tersendiri bagi kehidupan makhluk hidup di
bumi.64
Perhitungan waktu yang telah dijelaskan ayat di atas bahwa perjalanan bulan
yang mengelilingi bumi kita, sangat bermanfaat sekali untuk membantu manusia
menetapkan perhitungan hari, bulan, dan tahun dengan pengamatan yang
dilakukan para ahli astronomi. Posisi bulan yang tepat jaraknya tidak terlalu dekat
dan jauh dengan bumi memudahkan manusia untuk menentukan perhitungan awal
bulan pada kalender hijriah ataupun masehi
Bulan tidak selalu dapat dilihat meskipun pada malam hari. Bulan tidak selalu
bundar. Suatu ketika Bulan berbentuk lengkungan tipis. Bila lengkungan tipis
merupakan bentuk bulan yang sebenarnya, berarti bulan berevolusi mulai dari
tidak ada, kemudian lahir dalam garis halus yang melengkung dan terus membesar
63 Ahmad Mus af Al-Mar ghi, Tafsir Al-Mar ghi, Juz 7, h. 193. 64 Ridwan Abdullah Sani, Sains berbasis Al-Qur an, cet ke-1, h.190
70
sampai berbentuk bundar selama beberapa malam, dan kembali mengecil menjadi
lengkungan tipis lagi, dan lenyap.65
Bulan merupakan benda langit seperti bumi yang tidak memancarkan
cahaya, tetapi sekadar memantulkan cahaya yang diterimanya. Hal menarik dari
penampakan bulan menurut kita yang ada di bumi adalah bentuk bagian yang
terkena cahaya matahari tidak seluruhnya teramati dan tampak sebagai bulatan
penuh, tetapi membentuk fase yang dikenal sebagai fase bulan.
Bulan dengan salah satu penampakannya, yakni penampakannya berupa
sabit, merupakan tanda bagi waktu. Bulan mempunyai banyak tempat, dan bulan
berpindah dari satu tempat ke lain tempat secara periodik, dan pada awal serta
akhir periode ditandai oleh penampakan bulan yang melengkung dan condong
makin tebal, separuh lingkaran, separuh lingkaran lebih sampai suatu ketika
bundar penuh yang dikenal sebagai bulan purnama.66
Perbedaan penentuan awal bulan baik Ramadhan maupun bulan Syawal yang
mempunyai satu bilangan tanggal lebih untuk satu hari yang sama di dalam sistem
kalender Qamariah. Ada dua langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari
perbedaan ini. 67
Pertama, ahli ilmuan falak Muslim seharusnya berusaha mengamati hilal di
setiap awal bulan, yang seharusnya dilakukan kurang lebih selama lima tahun
berturut-turut untuk memperoleh data ukuran besar dan ketinggian derajat hilal
65Agus Purwanto, Nalar Ayat-Ayat Semesta,(Jakarta: Mizan, 2012), h.320. 66 Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta, h.258. 67 Ibid, h.262.
71
yang valid. Data ini kemudian diverifikasi untuk mendapatkan angka ketinggian
derajat bulan, apakah lima, tujuh, sembilan derajat atau lebih.
Di Indonesia terdapat dua kelompok organisasi hisab yang berbeda dalam
menentukan kriteria hilal baru, yaitu NU dan Muhammadiyah meskipun telah
diperoleh ketinggian hilal yang sama persis. Pertama, kriteria wujudul hilal yakni
sudah masuknya bulan baru yang di hisab akhir bulan, tepatnya tanggal 29,
memberikan angka di atas nol bagi ketinggian hilal, dan berapa pun angka
tersebut. Kedua, kriteria imkanur rukyat dengan ketinggian hilal dua derajat.
Artinya, meski bulan di atas matahari tetapi belum sampai dua derajat maka
keesokan harinya masih bulan yang sama yakni tanggal 30 dan baru lusanya
masuk bulan baru. Bahkan lebih ekstrem lagi, kriteria imkanur rukyat ini
sekaligus untuk menolak kesaksian orang yang mengaku merukyat, padahal pada
zaman dulu tidak ada kesaksian yang ditolak asalkan saksi bersedia disumpah.
Kedua, cara yang lebih mudah dan dapat diuji oleh siapa pun. Allah telah
bersumpah atas nama bulan purnama.
“Dan dengan bulan apabila Jadi purnama.”68
Secara astronomis jika penentuan tanggal satu bulan Qamariah benar,
maka bulan purnama pasti terjadi pada pertengahan bulan, tanggal 15. Mungkin
disinilah keistimewaan bulan purnama dibandingkan dengan bulan sabit sampai
Allah bersumpah atas namanya.
68Sûrah al-Insyiq q/84:18.
72
Hilal secara praktis sangat sulit diamati kalaupun teramati, bisa jadi
sebenarnya hari itu sudah tanggal dua atau tiga. Tetapi bulan purnama sangat
mudah diamati. Para nelayan yang pekerjaan utamanya mencari ikan di laut
menjadikan bulan sebagai acuan waktu kapan harus melaut, kapan harus istirahat.
Dari kondisi bulan pun, mereka juga tahu pola arus laut suatu waktu.
Keberadaan bulan yang merupakan benda langit dimanfaatkan manusia di
muka bumi sebagai pedoman untuk menentukan perhitungan waktu. Bentuk bulan
yang berubah-ubah mulai dari bentuk bulan tsabit hingga terjadinya bulan
purnama memudahkan kita untuk mengetahui perhitungan masuknya awal bulan
yang baru.
Penulis menganalisis penafsiran ayat-ayat tentang manfaat bulan dan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3 Analisis Ayat Manfaat Bulan69 Sûrah Ayat TKM TAMS TH TAM
al-Hajj (22) : 65
سخر لكم ما فى الرض و الفلك
تجرى فى البحر بامره
Benda-benda langit yang berjumlah miliaran tetap kokoh pada posisinya dan tidak berjatuhan walau tanpa tiang penyangga.
Penundukan pada benda langit yang dimaksud disini, yaitu bulan yang mengalami fenomena pasang surut ait laut. Semua itu terjadi oleh gaya gravitasi dan kekuatan yang dimiliki bulan.
Pasang surut air laut dan peredaran angin serta cuaca, memudahkan nahkoda kapal yang berlayar di lautan untuk memperhitungkan kemungkinan yang terjadi di lautan.
Allah menundukkan bagi kalian behtera-bahtera yang berlayar di lautan. Allah menahan matahari, bulan dan bintang-bintang dengan sistem gaya tarik.
69TKM adalah Tafsir Kementrian Agama RI, TQS adalah Tafsir Quraish Shihab, TH
adalah Tafsir Hamka, TAM adalah Tafsir al-Mar ghi
73
al-Taubah (9) : 36
عدة الشھور عنداالله اثنا عشر
شھرا
Tahun yang berdasar pada peredaran bulan, yaitu yang disebut dengan tahun Qomariah
Bulan mempunyai kaitan erat dengan ibadah haji dan juga zakat dari sisi haul yakni masa jatuhnya kewajiban membayar zakat.
Perhitungan bulan mengelilingi bumi terdapat 12 bulan dalam setahun, karena melihat peredaran bulan.
Bilangan bulan ada 12 bulan di dalam ketetapan Allah, akibat pengaturan peredaran bulan dan penentuan orbit-orbitnya.
B. Manfaat Bintang
Bintang adalah benda angkasa yang tersebar di langit dekat yang berbentuk
bulat atau semi bulat, gas, menyala, benda bersinar dan bertaut dengan gaya
gravitasi. Dengan mempelajari cahaya bintang yang sampai kepada kita, dapat
diketahui bahwa Allah telah menjelaskan manfaat bintang-bintang jauh sebelum
ilmu pengetahuan melakukan pengamatannya tentang bintang. Hal ini telah
dibuktikan Allah dalam firman-Nya:
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (Nya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk, kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu Dia dikejar oleh semburan api yang terang.”70
Allah SWT. telah menciptakan bintang-bintang yang selalu kita lihat di
atas langit pada malam hari dengan keindahan cahaya yang dimilikinya membuat
70Sûrah al-Hijr/15:16-18.
74
bintang dikatakan sebagai penghias langit dan bintang dimanfaatkan juga oleh
para nelayan dan nahkoda kapal yang berlayar di lautan untuk menunjukkan arah
Barat, Timur, Utara dan Selatan.
Bintang adalah benda yang terbentuk dari gas bersinar yang lahir di
nebula. Gas tersebut, bahan utamanya dari hidrogen, dan tidak menyala seperti
nyala api. Bintang adalah benda raksasa yang memiliki kekuatan gravitasi sangat
besar yang bersifat menarik ke bagian pusat. Desakan tekanan di bagian pusat
bintang sangat kuat sehingga partikel-partikel hidrogen saling bertabrakan dan
membentuk suatu unsur baru, yaitu helium.71
Menurut ilmu astronomi, definisi bintang adalah semua benda masif
(bermassa antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang sedang dan pernah
melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir.72
Dalam sejarah ilmu astronomi, dan geologi terungkap bahwa yang pertama
diciptakan Allah SWT. di alam ini adalah bintang-bintang dan planet-planet73.
Bintang memiliki ukuran, massa, dan suhu yang sangat beragam. Diameternya
berkisar antara 450 kali lebih kecil hingga lebih dari 1.000 kali diameter matahari.
Massanya berkisar dari sekitar 1/20 sampai lebih dari 50 kali massa
matahari. Suhu permukaan berkisar antara 3.000°C sampai lebih 50.000°C. Warna
bintang ditentukan oleh suhunya. Bintang terpanas berwarna biru, bintang
71Ian Graham, Intisari Ilmu Ruang Angkasa, Penerjemah Hindrina Perdhana Sari
(Jakarta:Erlangga, 2005), h. 37. 72 Tim Baitul Kilmiah Jogjakarta, Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur an dan Hadits,
Jilid 4 (Jakarta: Kamil Pustaka, 2003), h. 154. 73Ahmad Syawqi Ibrahim, Jagat Raya Pun Bertasbih : Ilustrasi AlunanTasbih Dari
Gerak Atom Hingga Rotaksi Galaksi (Jakarta: PT Serambi Alam Semesta, 2006), h. 177.
75
terdingin berwarna merah. Energi yang dipancarkan bintang bersinar diperoleh
dari fusi nuklir pada inti bintang.74
Astronom-astronom awal seperti Tycho Brahe berhasil mengenali
‘bintang-bintang baru’ di langit (kemudian dinamakan novae) menunjukkan
bahwa langit tidaklah kekal. Pada 1584 Giordano Bruno mengusulkan bahwa
bintang-bintang sebenarnya adalah matahari-matahari lain, dan mungkin saja
memiliki planet-planet sepeti Bumi di dalam orbitnya.
Pada abad berikutnya, ide bahwa bintang adalah Matahari yang jauh
mencapai konsensus di antara para astronom. Untuk menjelaskan mengapa
bintang-bintang ini tidak memberikan tarikan gravitasi pada tata surya. Isaac
Newton mengusulkan bahwa bintang-bintang terdistribusi secara merata di
seluruh langit, sebuah ide yang berasal dari teolog Richard Bentley.75
Kemudian penelitian para astronom berlanjut untuk mengetahui
kemukjizatan dan keagungan sumpah Tuhan dengan beredarnya bintang-bintang.
Seperti Firman Allah SWT.
“Maka aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran.
Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.
Adapun upaya untuk mencakup semua sisi bagian dari kemukjizatan ayat ini,
tentu tanpa diragukan lagi bahwa hal itu berada di luar kapasitas akal manusia.
74 Etty Indriati, dan Yasman, Ensiklopedia Sains dan Teknologi (Jakarta:Lentera Abadi,
2007), h. 22. 75 Tim Baitul Kilmiah Jogjakarta, Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur an dan Hadits, h.
154.
76
Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Zat Pencipta alam semesta, yang telah
menurunkan al-Qur an kepada manusia.
Galaksi Bima Sakti terletak pada tempat yang dekat dengan langit dunia.
Inilah posisi yang aman, karena pada Hari Kiamat nanti bintang-bintang itu akan
terpisah dari langit dan memutuskan ikatannya. Setiap bintang dalam posisinya
yang berjauhan dari posisi bintang-bintang galaksi lainnya, posisi mereka telah
diletakkan secara teratur dengan penuh hikmah dan kelayakan. Mereka begitu
menyelaraskan jejak-jejak dan pengaruhnya bersama bintang-bintang lainnya. 76
Al-Qur an telah menjelaskan secara tuntas manfaat bintang-bintang di langit
bagi kepentingan umat manusia di bumi, ia berfungsi sebagai petunjuk dalam
kegelapan darat dan lautan, penghias bagi langit dunia dan bom bagi setan.
Karena Allah telah melengkapi bintang-bintang tersebut dengan berbagai
prasarana keselamatan, seperti keterikatan yang kokoh, kepaduannya satu sama
lain dan gaya gravitasi yang dimiliki masing-masing, sehingga tidak saling
mengancam satu sama lain.
1. Bintang Sebagai Penentu Arah
Al-Qur an telah menunjukkan bahwa penunjuk jalan dalam kegelapan
adalah bintang-bintang, bukan planet-planet, walaupun planet-planet juga bersinar
sebagaimana bintang-bintang. Sinar planet-planet pun sampai di bumi
sebagaimana sinar bintang-bintang pada tengah malam.77 Al-Qur an menegaskan
76 Hi am albah, Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur an dan Hadis, Penerjemah Syarif Hade
Masyah (Perpustakaan Nasional RI, 2009) cet. ke-3, h.79 77 Nadiah Thayyarrah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur an: Mengerti Mukjizat Ilmiah
Firman Allah (Jakarta: Zaman, 2014), h.388.
77
peranan bintang di langit adalah membantu manusia untuk menentukan arah
perjalanan di darat maupun di laut.
Allah menjelaskan dalam firman-Nya:
“Dan (dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). dan dengan bintang-
bintang itulah mereka mendapat petunjuk.”78
Dalam tafsir Ilmi Tim Kementrian Agama bahwa bintang-bintang yang
tersebar di angkasa dapat pula dijadikan sebagai petunjuk, baik untuk menentukan
arah maupun waktu. Para nelayan, musafir, atau orang yang profesinya
mengharuskan ia untuk berpindah dari satu tempat lain sangat memerlukan
petunjuk, terlebih pada malam hari, yang memungkinkannya sampai ke tempat
yang diinginkan.
Salah satu pemandu untuk menentukan arah, baik saat di laut maupun
darat, adalah bintang-bintang. Pada masa lalu, sebelum kompas dan alat navigasi
lainnya ditemukan, manusia mengandalkan bintang-bintang sebagai penunjuk
arah. Tanpanya, mereka kemungkinan besar akan tersesat.79
Menurut Quraish Shihab bahwa di bumi yang Allah ciptakan, Dia jadikan
alamat-alamat yakni tanda-tanda penunjuk jalan. Dan dengan bintang-bintang
yang gemerlapan di langit, mereka yakni penghuni bumi, termasuk kaum
musyrikin yang enggan mengesakan Allah itu, mendapat petunjuk menyangkut
78Sûrah al-Nahl/16:16. 79Lajnah Pentashian Mushaf Al-Qur an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama
RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Manfaat Benda-Benda Langit Dalam Perspektif Al-Qur an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur an, 2010), h. 148 .
78
arah di mana mereka berada serta ke mana mereka dapat menuju. Sejak awal
peradaban umat manusia sampai sekarang, benda-benda langit merupakan tanda
dan petunjuk perjalanan manusia, baik di darat maupun di laut.
“Dengan meneropong matahari, bulan dan bintang –terutama bintang-
bintang tak bergerak –seseorang yang akan berpergian dapat menetukan arah yang
hendak dituju. Bahkan, para antariksawan belakangan ini berpedoman pada
matahari dan bintang dalam menentukan arah perjalanan pada suatu masa tertentu.
Mereka juga menggunakan gugus bintang dalam menentukan waktu seperti gugus
Bintang Biduk. Dengan demikian, manusia dapat mengenal tempat dan wkatu
melalui bantuan bintang.”80
Menurut Hamka bahwa alamat-alamat banyak diletakkan Allah untuk
diketahui manusia misalnya di dalam pelayaran. Ketika berlayar di siang hari,
alamat tersebut menjadi arah bagi kapal berlayar. Allah telah memberi ilham
kepada manusia sehingga mendapat petunjuk untuk menentukan arah Utara.
Dengan alat petunjuk arah tersebut (kompas) membuat manusia lebih
mudah berlayar jauh. Dan dengan bintang pun manusia juga mendapat petunjuk
dalam berlayar di waktu malam, untuk mengetahui arah : Barat, Timur, Utara dan
Selatan.81
Menurut Al-Mar ghi bahwa di dalam ayat ini terdapat isyarat, bahwa
memperhatikan bintang-bintang merupakan pokok dalam mengetahui waktu, jalan
80 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur an, Vol 7
, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 202. 81 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XIV (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, ), h. 232.
79
dan kiblat. Oleh sebab itu, dari Ilmu Falak sebaiknya kita mempelajari apa yang
dapat memberikan pengetahuan tersebut.
Qatadah mengatakan, sesungguhnya Allah menciptakan bintang-bintang
tidak lain untuk tiga perkara. Yaitu, untuk menjadi hiasan bagi langit, untuk
menjadi petunjuk jalan, dan untuk melempari setan-setan. Barang siapa
mengatakan selain itu, sesungguhnya dia telah membuat-buat apa yang tidak
mempunyai dasar pengetahuan.82
Allah SWT telah menciptakan benda-benda langit yang nampak pada
penglihatan kita, yaitu bintang-bintang. Agar dapat diambil manfaat dari bintang
tersebut untuk kehidupan di bumi sebagai penunjuk arah dan bukan tempat untuk
membuat ramalan. Tetapi masih banyak faktanya di zaman kekinian ini manusia
masih ada yang mendatangi para ahli nujum atau perbintangan untuk meminta
mendapatkan jodoh dan harta kekayaan dengan melihat dari bintang zodiak.
Padahal Allah SWT Yang Maha Pengasih, telah memberikan bintang sebagai
karunia terbesar untuk kehidupan manusia.
Sains modern telah membuktikan bahwa bintang adalah sumber cahaya
yang sebenarnya di langit. Sebab, bintang adalah benda langit yang terdapat nyala
api di dalamya dan suhunya mencapai jutaan derajat. Dengan cahaya dari bintang
itu sendiri membuat pancaran sinarnya sampai ke permukaan bumi kita.
82Ahmad Mus af Al-Mar ghi, Tafsir Al-Mar ghi, Juz 13 (Mesir : Mustafa Al-Bab
Al-Halab, 1394 H) h. 111.
80
2. Bintang Sebagai Penghias Langit
Bintang-bintang adalah benda angkasa di langit dekat yang berbetuk bulat
atau semi bulat, gas, menyala, benda bersinar dan bertaut dengan gaya gravitasi.
Meskipun strukturnya bersifat gas, namun, massa dan isinya sangat besar, suhu
panasnya sangat tinggi, dia menyebarkan cahaya tampak dan tidak tampak dan
tidak tampak dengan seluruh frekuensinya.
Dengan memepelajari cahaya bintang yang sampai kepada kita, dapat
diketahui sejumlah karakter natural dan kimianya, seperti derajat kilauan, daya
sinar, suhu panas, bobot, massa, posisi, kecepatan rotasi dan orbit, komposisi
kimia, tingkat interaksi nuklirnya dan berbagai karakter lainnya.83
Isyarat tentang bintang tersebut, telah dikemukakan di dalam al-Qur an berikut :
“ Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan,
Yaitu bintang-bintang,”84
Dalam tafsir Ilmi Tim Kementrian Agama bahwa langit dunia, yaitu langit
yang terdekat, dihiasi dengan bintang-bintang yang berkelap-kelip. Ayat ini
menyebut hiasan langit tersebut dengan istilah kawākib, bentuk jamak dari kata
kaukab, yang berarti bintang.85
Menurut Quraish Shihab bahwa ayat diatas menjelaskan sekelumit
manfaat bintang-bintang yang gemerlapan di langit. Al-Biqa’i menggaris bawahi
83 Zaghloul Ragheb Mohamed El-Naggar, Selekta dari Tafsir Ayat-Ayat Kosmos dalan Al-Qur an Al-Karim , Jilid 3(Jakarta ; Shorouk International Bookshop, 2010), h. 92.
84Sûrah al- aff t/37:6. 85Lajnah Pentashian Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI
dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Manfaat Benda-Benda Langit Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains , h. 159.
81
bahwa penghiasan langit oleh ayat di atas dijadikan sebagai salah satu dari tujuan
pokok, bukan sebagai tujuan sampingan dan kebetulan. Kesan ini diperoleh dari
adanya kata penghubung dan tanpa ada sesuatu yang dihubungkan, tetapi
langsung menyatakan (و ھفظا) wa hifzhan atau pemeliharaan.
Melalui ayat ini dan sekian banyak ayat dan hadis yang lain, kita dapat
berkata bahwa al-Qur an menggugah manusia agar menemukan keesaan dan
kebesaran Allah melalui keindahan alam raya. Melalui ayat-ayat semacam ini juga
kita dapat berkata bahwa Islam bukan hanya mendukung, tetapi menganjurkan
kreasi dan seni selama ia mengarah kepada keesaan dan kesucian Allah, atau
dengan kata lain selama ia sejalan dengan fitrah kesucian manusia.86
Menurut Hamka bahwa ayat ini menarik perhatian manusia dengan
keindahan alam ini. Allah menciptakan langit dengan perhiasannya yaitu bintang-
bintang. Allah menyeru kita untuk merenungkan penciptaannya dengan
menggunakan akal dan perasaan.
Dengan akal membawa kita kepada berfikir, dari mana kita berasal, dan
akan ke mana akhir kehidupan ini. Dan dengan perasaan kita dapat melihat
keindahan. Orang yang melihat bintang dilangit dengan akal, akan sampai kepada
ilmu pengetahuan astronomi, yakni ilmu tentang bintang-bintang.
Bahkan sampai kepada pengetahuan yang lebih luas lagi, sampai
mengetahui bahwa ukuran bintang-bintang yang besarnya beratus kali dari bumi
kita ini. Melihat bintang-bintang membuat para astronomi takjub dengan
86M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur an, Vol
12, h. 11.
82
Penciptanya. Sampai tidak bosan apabila melihat keindahan alam ini dan
merenungkan bintang-bintang tersebut. Para ilmuan meneropong langit dengan
menggunakan alat ,yaitu “Sterrenwacht”, yang berada di Lembang, Bandung
untuk melihat bintang-bintang yang sangat indah. Peneropongan bintang-bintang
juga pernah ada di negara-negara Islam, seperti di Baghdad di zaman Khalifah al-
Ma’mun dan di Samarkhand di zaman raja-raja Saljuk.87
Menurut Al-Mar ghi dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa Allah
menjadikan bintang-bintang sebagai hiasan di langit yang dekat kepadamu dengan
kemegahan dan keindahan yang ada padanya, serta bentuk-bentuk yang sesuai
disamping letak-letak yang indah, bagi orang-orang yang mempelajari hukum-
hukumnya yang memikirkan tentang hisab-Nya. Karena, mereka mengetahui
bahwa bintang-bintang itu berjarak sesuai, setiap planet dari matahari mempunyai
jarak setimpal dengan jauhnya bintang sebelumnya.88
Langit dihiasi bintang-bintang. Ada yang tampak terang bagai lampu, ada
yang sekadar kelap-kelip. Bintang-bintang ini tampak berserakan tak beraturan
dari kaki langit sampai puncak. Bintang dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
Pertama, bintang-bintang yang dalam sehari semalam selalu berada di permukaan
bola langit bagian atas dan seharusnya dapat diamati. Kedua, bintang-bintang
yang tidak mungkin dapat diamati selama 24 jam karena bintang-bintang tersebut
berada di permukaan bola langit bawah.
87Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XXIII, h.94. 88Ahmad Mus af Al-Mar ghi, Tafsir Al-Mar ghi, Juz 23, h.193.
83
Bintang-bintang ini hanya dapat dilihat oleh pengamat atau astronom jika
mereka berpindah lokasi pengamatan dari bumi bagian utara ke selatan atau
sebaliknya. Ketiga, bintang-bintang yang dalam selang waktu tertentu berada di
bola langit atas dan dalam waktu lainnya berada di bola langit bawah.89
Sains modern telah membuktikan bahwa bintang adalah sumber cahaya
yang sebenarnya di langit. Sebab, bintang adalah benda langit yang terdapat nyala
api di dalamnya dan suhunya bisa mencapai jutaan derajat. Oleh sebab itu,
terlahirlah cahaya dari diri bintang itu sendiri dan cahaya itu dipancarkannya ke
luar. Dengan cahaya itulah bintang menyinari permukaan bumi.
Bintang-bintang yang ada dilangit sebagai hiasan itu membuat manusia
sangat takjub akan penciptaan Allah yang sungguh indah. Sehingga manusia tak
bosan untuk memandangi bintang-bintang di langit. Allah telah memberikan
manfaat dengan bintang-bintang sebagai penghias langit untuk makhluknya agar
merenungkan dan berfikir akan segala keindahan yang Allah ciptakan karena
Allah mencintai keindahan. Dan membuat kita untuk semakin mendekatkan diri
kepada-Nya.
Penulis menganalisis penafsiran ayat-ayat tentang manfaat bintang dan
dapat dilihat pada tabel berikut.
89 Agus Purwanto, Nalar Ayat-Ayat Semesta (Jakarta: Mizan, 2012), h.354.
84
Tabel 3.4 Analisis Ayat Manfaat Bintang90
90TKM adalah Tafsir Kementrian Agama RI, TQS adalah Tafsir Quraish Shihab, TH
adalah Tafsir Hamka, TAM adalah Tafsir al-Mar ghi
Sûrah Ayat TKM TAMS TH TAM
al-Nahl (16) : 16
-Bintang يهتدونبالنجم هم bintang yang ada di angkasa dapat dijadikan petunjuk, baik menentukan arah dan waktu.
Dengan bintang-bintang yang gemerlapan di langit, penghuni bumi mendapat petunjuk dengan arah yang mereka inginkan.
Dengan bintang manusia mendapat petunjuk dalam berlayar di waktu malam, untuk mengetahui arah: Barat, Timur, Utara dan Selatan.
Terdapat isyarat pada ayat ini, bahwa memperhatikan bintang-bintang merupakan pokok dalam mengetahui waktu, jalan dan kiblat.
al- aff t (37): 6
الكواكبالدنيا بزينة زينا السماء Langit yang terdekat, dihiasi dengan bintang-bintang yang berkelap-kelip.
Manfaat bintang-bintang yang gemerlapan di langit. Dinukil dari al-Biqa’i bahwa penghiasan langit adalah tujuan pokok dengan kata yaitu وھفظا pemeliharaan.
Allah menciptakan langit dengan perhiasannya yaitu bintang-bintang. Untuk merenungkan penciptaannya dengan menggunakan akaldan perasaan.
Bintang-bintang di langit sebagai hiasan di langit adalah untuk orang-orang yang mempelajari hukum-hukumnya dan memikirkan tentang hisabnya.
85
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah penulis paparkan pada bab-bab terdahulu maka
penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Al-Qur’an telah menjelaskan tentang manfaat benda-benda langit, dari proses
penciptaan benda-benda langit yang bermula dari penciptaan langit yang ketika itu
masih berupa asap yang sebelumnya tidak dijelaskan di dalam tafsir Ilmi
Kementrian Agama RI. Kemudian berlanjut dengan manfaat benda-benda langit
seperti; matahari, bulan dan bintang-bintang, yang penulis batasi
permasalahannya. Di ambil contoh salah satunya dalam QS.Y s n/36: 38
tentang manfaat matahari sebagai pusat tata surya dijelaskan bahwa Matahari
berjalan ditempat peredarannya. Dalam penafsiran tafsir Ilmi Kementrian Agama
RI menjelaskan bahwa matahari selalu bergerak dalam garis edanya. Dilengkapi
dalam tafsir Quraish Shihab bahwa kecepatan edarnya bisa mencapai sekitar 700
km per detik, dilanjutkan tafsir Hamka bahwa matahari berjalan dengan kecepatan
12 mil per detik, dan tafsir al-Maraghi menjelaskan bahwa matahari melakukan
rotasi (berputar pada dirinya sendiri) pada sumbunya kira-kira 200 mil per detik.
2. Penelitian yang telah dilakukan oleh ilmuan sains tentang proses penciptaan
benda-benda langit yang terbentuk perlahan dan memadat, terus bertambah cepat
dan memadat pada bagian pusat putaran (rotasi). Ilmuan astronomi berkata, bahwa
matahari kita terbentuk saat konsentrasi debu dan gas pada pusat perputaran kabut
86
hingga mencapai tekanan dan suhu yang tinggi, menyebabkan reaksi fusi
(penggabungan) hidrogen menjadi helium. Ini membuktikan keselarasan
penelitian ilmiah dengan al-Qur’an yang terjadi pada proses penciptan benda
langit yang terbentuk dari asap. Berlanjut dengan manfaat benda-benda langit,
diambil contoh pada manfaat matahari sebagai pusat tata surya. Matahari
melakukan rotasi pada porosnya sendiri setiap 25 hari sekali, dan pada saat yang
sama ia berevolusi mengelilingi suatu titik statis dalam galaksi Bimasakti pada
suatu orbit statis setiap 250 juta tahun sekali, dengan kecepatan 250 km per detik.
3. Terdapat banyak sekali pelajaran yang dapat diambil hikmah dari penciptaan dan
manfaat benda-benda langit tersebut. Allah SWT. telah mengatur rancangan yang
sedemikian hebat pada matahari, bulan dan bintang-bintang serta benda langit
lainnya yang telah dijelaskan di dalam al-Qur’an 1400 abad yang lalu sebelum
penelitian sains tentang manfaat benda-benda langit ini dilakukan, dan penelitian
sains tersebut membuktikan kebenaran isyarat ilmiah terhadap al-Qur’an dan
terdapat korelasi di antara keduanya . Seperti yang telah dijelaskan pada contoh
matahari sebagai pusat tata surya dalam QS. Y s n/36: 38 Allah SWT.
menjelaskan bahwa matahari berjalan ditempat peredarannya. Penjelasan yang
telah dijelaskan para mufassir dan sains telah mebuktikan adanya keselarasan atau
korelasi di antara keduanya bahwa memang benar matahari berjalan sendiri atau
melakukan rotasi pada porosnya.
4. SARAN
Dari pembahasan dan kesimpulan yang telah penulis uraikan di atas, maka
penulis mengemukakan beberapa saran:
87
1. Mengkaji sains dari sudut pandang Islam, bukan berarti ‘memaksa’ untuk
mendapatkan hasil bahwa apa yang ditemukan sains ternyata telah
dinyatakan dalam al-Qur’ān jauh sebelum sains dapat mengungkapnya.
Agama dan Ilmu Pengetahuan (sains) saling melengkapi. Peran masing-
masing tidak dapat digantikan yang lain. Maka untuk bisa memahami
agama kita perlu sains, befitu juga sebaliknya.
2. Al-Qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan, melalui al-Qur’an, Allah
telah menerangkan banyak hal, meskipun hanya secara garis besar.
Berangkat dari situ, manusia diharapkan dapat mengkaji lebih terperinci
dengan menggunakan akal fikiran yang telah dimilikinya, dengan harapan
dapat menambah tingkat keimanan, tidak lantas menjadi bangga dan lupa
diri. Dan manusia dapat mengambil manfaat serta hikmah dari pengkajian
yang dilakukan terhadap al-Qur’an tersebut.
88
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ridwan Sani. Sains berbasis Al-Qur’an. cet ke-1. Jakarta: Bumi Aksara, 2015.
Abdushshamad, M. Kamil. Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an. cet. ke-5 Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004.
Ahmad Ash-Shufiy. Mahir. Terjadinya Kiamat. Jakarta: Tiga Serangkai Solo, 2007.
Alexander, Muhammad. Armagedon 2012 (Menangkis Ramalan Berdasarkan Al-Qur’an, Hadis dan Sains). Selangor, PTS Islamika Sdn. Bhd, 2010.
Aneesuddin, Mir. Buku Saku Ayat-Ayat Semesta (Mengerti Rahasia Alam Nyata dan Gaib dalam al-Qur’an). Jakarta: Zaman, 2014.
Baiquni, Ahmad. Al-Qur an Dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.
Bucaille, Maurice. Bibel, Quran, dan Sains Modern. Jakarta : Bulan Bintang, 1997.
al-Mar ghi, Ahmad Mus af . Tafsir al-Maraghi. Mesir : Mustafa al-Bab al-Halab, 1394 H.
Fuad, Ahmad Pasya. Dimensi Sains Al-Qur’an. Solo: Tiga Serangkai, 2004.
Fuad , M. ‘Abdu al-Baqī. Mu’jam al-Qur’an (Lialf zhi Al-Qur n Al-Karīm), Turki, Al-Maktab Al-Isl miyyah: 1984.
Guiderdoni, Bruno Abd Al-Haqq. Membaca Alam Membaca Ayat. cet. ke-1. Bandung, Mizan, 2004 .
Ghulsyani, Mahdi. Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1998.
Gul, Sema. Ruang Angkasa. Jakarta: Yudhistira, 2007.
Graham, Ian Intisari Ilmu Ruang Angkasa, Jakarta:Erlangga, 2005.
Hafiz, Al Haj Ghulam Sarwar. Filsafat Qur’an. Jakarta:Pustaka Firdaus,1995.
Hamka. Tafsir Al-Azhar. Juz XI .Jakara, Pustaka Panjimas, 2002.
Harfa, Ahmad. “Keseimbangan Penciptaan Bumi Menurut Al-Qur’an dan Sains.” Skripsi S1Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Etty Indriati, Yasman. Ensiklopedia Sains dan Teknologi. Jakarta:Lentera Abadi, 2007.
89
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur an. Manfaat Benda-Benda Langit dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains (Tafsir ‘Ilmi). Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010.
Murtadho , Moh. Ilmu Falak Praktis. Malang: UIN-Malang Press, 2008.
Poedjawijatna. Manusia Dengan Alamnya (Filsafat Manusia). cet. ke- 3 Jakarta: PT Bina Aksara, 1983.
Purwanto, Agus. Nalar Ayat-Ayat Semesta. Jakarta: Mizan, 2012.
Purwanto, Agus. Ayat-Ayat Semesta. Jakarta: Mizan, 2008.
Ragheb , Zaghloul Mohamed El-Naggar. Selekta dari Tafsir Ayat-Ayat Kosmos dalan Al-Qur’an Al-Karim. Jakarta ; Shorouk International Bookshop, 2010.
Rahman, Afzalur. Ensiklopediana Ilmu Dalam Al-Qur’an : Rujukan Terlengkap Isyarat-Isyarat Ilmiah Dalam Al-Qur’an. Bandung ; Mizania, 2007.
Samiun, Ahzami Jazuli. Kehidupan dalam Pandangan Al-Qur’an. Jakarta, Gema Insani, 2006.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta : Lentera Hati, 2002.
Statheren, Paul. Galileo dan Sisitem Tata Surya. Penerjemah Andreas haryono. Jakarta: Erlangga, 2002.
Sumar. Qur’an dan Sains (Kitab Panduan Mengenai Pengertian Langit dalam al-Qur’an). (Lembaga Pengkajian dan Penelitian dan IPTEK) cet-1.
Syawqi, Ahmad Ibrahim. Jagat Raya Pun Bertasbih(Ilustrasi AlunanTasbih Dari Gerak Atom Hingga Rotaksi Galaksi. Jakarta: PT Serambi Alam Semesta, 2006
Thayyarrah, Nadiah. Buku Pintar Sains Dalam Al-Qur’an (Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah). Jakarta: Zaman, 2014.
Tim Baitul Kilmiah Jogjakarta. Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta: Kamil Pustaka, 2003.
‘Ulwan, Taufiq. Mengungkap Rahasia Ayat-Ayat Kauniyah. Jakarta: Almahira, 2010. cet ke-1.
Yahya, Harun. Pustaka Sains Populer Islami, Manusia dan Alam Semesta. Bandung: Dzikra, 2004.
Warson, Ahmad Munawir. Kamus al-Munawir. cet ke-14. (Surabaya, Pustaka Progressif, 1997).
Wikipedia, Ensiklopedia Bebas, artikel diakses pada, 18 November 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Benda_langit