Manakar kekuatan isu isu seputar reaksi atas pp 78 tahun 2015
-
Upload
anton-orang-biasa -
Category
Business
-
view
166 -
download
3
Transcript of Manakar kekuatan isu isu seputar reaksi atas pp 78 tahun 2015
Manakar Kekuatan Isu-Isu Seputar Reaksi Atas PP 78 Tahun 2015 Oleh Munawir Haris Forum HRD Bekasi, 16-11-2015 Page 1
Manakar Kekuatan Isu-Isu Seputar Reaksi Atas PP 78 Tahun 2015 Pendekatan Studi Perilaku Industri, Manajemen Imbalan & Hukum Ketenagakerjaan
Antara Resiko dan Ketaatan
PP 78 Tahun 2015 telah menjadi topik serius dalam beberapa minggu terakhir di kalangan
rekan-rekan pemimpin serikat pekerja. Para pemimpin SP tidak henti-hentinya
memperjuangkan agar pemerintah mencabut PP 78 TAHUN 2015 yang dianggap kurang
menguntungkan buruh. Ajakan MONAS pada tanggal 24, 25, 26 dan 27 November bukanlah
rencana yang pertama digulirkan oleh para petinggi serikat pekerja sebagai alat untuk
menekan pemerintah dalam mencapai sasarannya. Bahkan rencana MONAS telah beberapa
kali diundur oleh para pimpinan serikat pekerja.
Hingga saat ini baik pemerintah maupun pengusaha belum menangkap secara utuh apa
yang menjadi keberatan pimpinan SP atas PP 78 TAHUN 2015 yang menjadi alasan untuk
melakukan MONAS.
Tetapi paling tidak berdasarkan surat instruksi MONAS Nomor
02485/Org/DPPFSPMI/XI/2015 tertanggal 13 November 2015 ada beberapa hal yang
menjadi alasan mendasar:
1. Cabut peraturan pemerintah nomer 78 Tahun 2015 tentang pengupahan
2. Tolak formula kenaikan upah minimum hanya sebesar inflasi + pertumbuhan
ekonomi.
3. Tetapkan kenaikan upah minimum tahun 2016 sebesar Rp 500.000 atau naik 25%
serta berlakukan ketentuan upah minimum sektoral di atas nilai upah minimum.
Menariknya dari beberapa tuntutan di atas, poin 2 adalah salah satu isi poin 1 dan poin 3
adalah justru mendahului bahkan dapat disebut sebagai pelanggaran dalam proses
penetapan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. Inilah yang akan melemahkan
semangat dari para akar rumput untuk melakukan MONAS. Disamping 3 tuntutan diatas,
kedudukan MONAS dalam peraturan perundangan masih membutuhkan kajian aspek legal.
Karena sejauh ini Mogok yang diatur dalam UU 13 TAHUN 2003 belum memenuhi ketentuan
yang menguatkan bahwa MONAS telah memenuhi sayarat untuk dilakukan. Bahkan Kepmen
232 Tahun 2003 Pasal 3 huruf a menegaskan salah satu kategori mogok tidak sah adalah
bukan akibat gagalnya perundingan. Masalahnya adalah perundingan tidak pernah kita
ketahui apalagi hasilnya. Inilah yang menjadi bahan pertanyaan besar mengapa Mogok
secara nasional tetap direncanakan hingga 4 hari. Bukankah hal ini akan menimbulkan
konflik psikologis mendalam terhadap individu sebagai pekerja???
Manakar Kekuatan Isu-Isu Seputar Reaksi Atas PP 78 Tahun 2015 Oleh Munawir Haris Forum HRD Bekasi, 16-11-2015 Page 2
Jika MONAS tetap akan diikuti oleh para akar rumput maka beberapa potensi terganggunya
pilar-pilar hubungan industrial di tingkat perusahaan:
1. Hubungan profesional antara atasan & bahawan
Atasan memiliki tanggungjawab yang besar untuk menjalankan proses produksi, jika
MONAS 4 hari tetap dilaksanakan maka hati nurani sebagai atasan akan merespon
secara alamiah terhadap para bawahan yang akan berdampak pada perilaku sehari-
hari di tempat kerja. Bukankah pengalaman kita sejak 2012 lalu masih membekas di
dalam hati masing-masing? Bagaimana susahnya membangkitkan kepercayaan antar
sesama.
2. Hubungan saling menghargai antar rekan kerja
Tidak semua pekerja mendukung 100% dengan aksi MONAS, masih ada yang
memiliki kekhawatiran akan keberlangsungan perusahaan jika dalam kondisi ekonomi
perusahan yang sangat sulit ada sebagian pekerja yang tidak ikut serta
menyelamatkan perusahaan. Dengan demikian konflik horizontal akan sulit dihindari
di kalangan para pekerja. Kondisi ini akan cendrung melahirkan perilaku-perilaku
tidak sehat yang akan berdampak langsung terhadap kinerja individu dan
perusahaan.
3. Hubungan antara pemberi kerja dan pekerja secara umum
Beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan dilakukan karena kebaikan
hati para pimpinan perusahaan/pemberi kerja. Dalam catatan di sekretariat Forum
HRD Bekasi, beberapa perusahaan yang belum memulai produksi telah diberikan
bonus tahunan. Seharusnya kalau logika manajemen, bonus diberikan jika
perusahaan mendapatkan profit tertentu, demikian juga ditegaskan oleh peraturan
perundangan. Mungkinkah MONAS akan berpengaruh terhadap pemberian BONUS
tahun 2015? Dalam pengamatan pribadi saya adalah sangat mungkin terjadi. Minimal
proses negosiasi akan menjadi sangat panjang dan lama guna meyakinkan
pimpinan/pemberi kerja.
Mendudukkan PP 78 Tahun 2015
PP 78 Tahun 2015 membutuhkan pemahaman yang utuh agar dapat dipahami sebagai
paket kebijakan ekonomi dengan segala kelebihan dan kekurangan baik dari sisi
perusahaan/pemberi kerja, pekerja dan pemerintah.
Paling tidak pemahaman dari 2 (dua) aspek berikut akan membawa pengaruh jangka
panjang dan menjawab kehawatiran para pihak:
1. Upah dalam tinjauan aspek hukum
Manakar Kekuatan Isu-Isu Seputar Reaksi Atas PP 78 Tahun 2015 Oleh Munawir Haris Forum HRD Bekasi, 16-11-2015 Page 3
Satu yang wajib disyukuri oleh rekan-rekan pekerja yang berafiliasi dengan SP dan
praktisi HR adalah adanya konsekwensi hukum bagi perusahaan yang tidak memiliki
struktur upah. Dalam kondisi demikian maka:
a) Pihak serikat pekerja tidak perlu khawatir karena perusahaan tidak menyusun
struktur upah sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang. Penegasan PP
78 Tahun 2015 ini dapat dijadikan dasar hukum untuk mendorong
perusahaan menyusun struktur dan skala upah yang tidak hanya diketahui
oleh lingkup terbatas tetapi wajib diberitahukan kepada semua pekerja.
Dalam hal perusahaan tidak menjalankan amanah undang-undang untuk
menyusun dan memberitahukan struktur upah, maka serikat pekerja memiliki
payung hukum dalam melakukan aksi-aksi yang sesuai dengan prosedur
hukum ketenagakerjaan.
b) Pihak perusahaan yang diwakili oleh rekan-rekan HR memiliki landasan yang
kuat untuk maju ke pimpinan perusahaan bahwa menyusun serta
memberitahukan struktur upah adalah wajib bagi perusahaan. Karena itu
sebaiknya rekan-rekan HR paham lebih awal peraturan perundangan yang
terkait dengan pengupahan agar lebih percaya diri dalam menyampaikan
argumentasi kepada pimpinan perusahaan. Hal ini penting karena tidak
menutup kemungkinan masih ada pemilik perusahaan yang akan keberatan
atas keterbukaan struktur upah.
2. Upah dalam tinjauan aspek manajemen imbalan
Upah dalam tinjaun aspek manajemen imbalan telah lama sebagai kajian ilmu pengetahuan.
Kalau rekan-rekan HR dan serikat pekerja mengikuti perkembangan literatur yang ditulis
Michael Armstrong & Helen Murlis dalam bukunya yang terkenal Reward Management A
Handbook of Remuneration Strategy and Practice, telah menulis dan mengembangkan
bukunya sejak tahun 1988. Buku ini terus disempurnakan jauh sebelum UU 13 Tahun 2003,
KEP-49/MEN/IV/2004 dan PP Nomer 78 Tahun 2015 yang menguatkan pada perusahaan
untuk menyusun struktur upah.
Penting diketahui bahwa amanah peraturan perundangan tentang struktur upah dalam UU
13 Tahun 2003 dan KEP-49/MEN/IV/2004 adalah disusun oleh para ahli dalam bidang
manajemen imbalan. Karena itu bagi para pembaca peraturan perundangan tentang
pengupahan khusunya struktur upah tidak akan pernah dapat memahami secara utuh atas
apa yang diinginkan para penyusun peraturan perundangan tanpa mempelajari literatur
manajemen imbal jasa.
Manakar Kekuatan Isu-Isu Seputar Reaksi Atas PP 78 Tahun 2015 Oleh Munawir Haris Forum HRD Bekasi, 16-11-2015 Page 4
Adalah sangat tidak relevan dan bahkan jauh tertinggal dari update ilmu pengetahuan jika
saat ini praktisi HR dan serikat pekerja sibuk ingin menyeminarkan upah sundulan.
Menyeminarkan tentang upah sundulan adalah menyesatkan dalam manajemen imbal jasa
karena tidak pernah dapat membuktikan prinsip-prinsip keadilan dalam filosofi pengupahan
serta tidak akan menjawab amanah UU dalam melindungi upah para pekerja (pasal 88 ayat
3 huruf i UU 13 Tahun 2003).
Rekan-rekan HR jangan terjebak oleh pemahaman yang keliru karena ketidakmengertian
dalam ilmu manajemen imbal jasa, keadaan ini akan menggiring perusahaan terhadap
ketidakpatuhan dalam implementasi aspek hukum yang harus dipenuhi dalam pengupahan.
Reward Management (manajemen imbal jasa)
Untuk memahami manajemen imbal jasa membutuhkan waktu yang tidak sebentar, terlepas
dari banyaknya data statistik yang harus diolah, memahami filosofi, argumentasi dan
proses-proses dalam manajemen imbal jasa membutuhkan waktu dan latihan dalam
implementasi yang berulang-ulang.
Kalau kita sandingkan isi klausul-klausul peraturan perundangan yang membahas tentang
stuktur upah dengan beberapa topik yang dibahas dalam manajemen imbal jasa
menunjukkan upaya yang serius dari para penyusun peraturan perundangan untuk
membangun upah yang mendekati keadilan, bersaing dan mengarah pada produktivitas
perusahaan.
Topik-topik dalam manajemen imbal jasa meliputi:
1. Proses Manajemen Imbalan
Dasar-dasar manajemen imbalan, kontrak psikologis, motivasi serta imbalan
finansial dan non finansil, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat gaji, falsafah-
strategi- dan kebijakan imbalan.
2. Mengevaluasi dan mengembangkan proses imbalan
3. Mengukur nilai dan relativitas jabatan
Analisis jabatan dan peran, tujuan dan metode evaluasi jabatan, proses evaluasi
jabatan, gaji yang sama untuk nilai kerja yang sama, survei gaji.
4. Struktur Gaji
Struktur gaji-pertimbangan umum, struktur gaji golongan jabatan, broadbanding,
model kelompok jabatan dan mengembangkan struktur gaji.
5. Manajemen Kinerja
Manajemen kinerja-konsep dasar dan manajemen kinerja dalam praktik.
Manakar Kekuatan Isu-Isu Seputar Reaksi Atas PP 78 Tahun 2015 Oleh Munawir Haris Forum HRD Bekasi, 16-11-2015 Page 5
Dengan luasnya materi yang berkaitan struktur upah maka menguasai manajemen imbal
jasa menjadi sangat penting untuk dapat mengimplementasikannya sebagaimana
diamanahkan oleh peraturan perundangan.
Jangan lupa amanah PP 78 Tahun 2015 memberikan batas waktu sampai dengan 2 tahun
ke depan sejak PP disyahkan.
Topik ini menjadi mendesak untuk sesegera mungkin didiskusikan dengan manajemen serta
mendengarkan pendapat PUK seputar pemahaman mereka sehingga dapat dijadikan
referensi dalam mempersiapkan rencana yang lebih terprogram.
Mari kita ajak kembali rekan-rekan PUK untuk fokus dan mempersiapkan pekerjaan besar
ketimbang berjuang mendapatkan upah minimum yang tidak pernah menjawab prinsip-
prinsip keadilan karena selalu dalam status minim. Jika ingin menemukan upah ideal yang
layak didapatkan oleh seluruh pekerja dengan menjawab prinsip-prinsip keadilan yang kita
impikan maka mulailah duduk bersama melakukan proses penyusunan struktur upah
sekarang juga!
Salam kembali ke perusahaan untuk berjuang menanggapi kehadiran PP 78 yang lebih
positif!
MH