Manajemen_kelas.docx
-
Upload
ikhsan-samba -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of Manajemen_kelas.docx
![Page 1: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/1.jpg)
Daftar Isi Ringkas1. Pengertian dan Tujuan Manajemen Kelas
1.1. Pengertian
1.2. Tujuan manajemen kelas
2. Menciptakan Iklim Lingkungan Yang Positif
2.1. Strategi umum
2.2. Menciptakan , Mengajarkan, Serta Menegakkan Peraturan dan Prosedure
3. Membentuk kelas Yang Efektif
3.1. Guru
3.1.1. Keterampilan berbicara
3.1.2. Komunikasi verbal
3.2. Murid
3.3. Lingkungan Fisik
4. Menangani Perilaku Bermasalah
4.1. Strategi Manajemen4.2. Menangani Agresi4.3. Program berbasis dan sekolah
Psikologi Pendidikan | Classroom Management
![Page 2: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/2.jpg)
1. PENGERTIAN DAN TUJUAN MANAJEMEN KELAS1.1. PENGERTIAN
Secara kebahasaan (etimologis), manajemen kelas atau pengelolaan kelas terdiri dari dua
kata, yaitu “pengelolaan” dan “ kelas”. Pengelolaan memiliki akar kata “ kelola” yang kemudian
ditambAh dengan awalan “pe-“ dan akhiran “-an”. Sementara, manajemen berasal dari bahasa
Inggris, management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan.
Secara peristilahan yang dimaksud dengan pengelolaan kelas adalah suatu proses
pengawasan yang dilakukan terhadap semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan
pencapaian tujuan. Dalam pengertiannya yang bersifat umum, pengelolaan itu adalah peraturan
atau penataan terhadap sesuatu kegiatan. Sesuatu kegiatan yng memiliki tujuan tidak akan
berjalan dengan baik tanpa adanya pengelolaan yang benar.
Sebagian pengamat mengartikan kelas dalam dua pemaknaan; pertama kelas dalam arti
sempit, yaitu berupa ruangam khusus, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses
belajar-mengejar. Kelas dalam hal ni mengandung sifat-sifat statis, karena sekedar menunjukan
pada adanya pengelompokan siswa berdasarkan batas umur kronologis masing-masing. Kedua
kelas dalam arti luas, yaitu suatu masyarakat kecil yang secara dinamis menyelenggarakan
kegiatan belajar-mengajar secara kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
1.2. TUJUAN DAN MANAJEMEN KELAS
Secara umum, manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman
untuk tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Dengan demikian, proses tersebut
akan dapat berjalan dengan efektif dan terarah, sehingga cita-cita pendidikan pendidikan
dapat tercapai demi terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas.
Psikologi Pendidikan | Classroom Management
![Page 3: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/3.jpg)
2. MENCIPTAKAN IKLIM LINGKUNGAN BELAJAR YANG
POSITIFSiswa membutuhkan lingkungan yang positif untuk pembelajaran. Kita akan membahas
beberapa strategi umum manajemen kelas untuk menyediakan lingkungan ini, cara-cara untuk
menetapkan dan menegakkan peraturan secara efektif, serta strategi yang positif untuk membuat
siswa bekerja sama.
2.1. STRATEGI UMUM
Strategi umum meliputi penggunaan gaya demokrasi dan manajemen efektivitas kelas secara
efektif
a. Gaya manajemen kelas yang demokrasi (authoritative classroom management style)
Berasal dari gaya pengasuhan Diana Baumrind (1971, 1996.). kontek sosial dan
Perkembangan Sosioemosional. Sama halnya dengan orang tua yang demokrasi, guru
yang demokrasi memiliki siswa yang cenderung percaya diri, menunda kegembiraan,
akrab dengan teman sebaya mereka, dan menunjukan harga diri yang tinggi. Strategi
demokrasi dalam manajemen kelas mendorong siswa untuk jadi pemikir dan pelaku yang
mandiri, tetapi masih melibatkan pemantauan yang efektif. Guru yang demokrasi
melibatkan siswa dalam banyak aktivitas verbal dan menunjukan sikap yang perhatian
kepada mereka. Namun mereka masih menyatakan batas ketika diperlukan. Guru yang
demokrasi mengklarifikasi peraturan, menetapkan standar ini dengan masukan dari siswa.
b. Gaya manajemen kelas yang otoriter (outhoritarian classroom management style)
Bersifat membatasi dan menghukum. Fokusnya adalah mempertahankan sususan didalam
kelas dari pada pengajaran dan pembelajarannya. Guru yang otoriter menempatkan batas
dan kendali yang tegas terhadap siswa serta memeiliki sedikit pertukaran verbal dengan
siswa. Siswa didalam kelas yang otoriter cendrung merupakan pelajar yang pasif, tidak
bias memulai aktivitas, mengungkapkan kecemasan tentang perbandingan sosial, dan
memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
c. Gaya manajemen kelas yang permisif (permissive classroom management style)
Psikologi Pendidikan | Classroom Management
![Page 4: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/4.jpg)
Memberi siswa banyak kebebasan, tetapi memberi mereka sedikit dukungan untuk
mengembangkan keterampilan belajar atau mengatur perilaku mereka. Tidak
mengherankan, siswa dikelas yang dipermisif cenderung memiliki keterampilan
akademis yang tidak memadai dan pengendalian diri yang rendah.
Secara keseluruhan, gaya demokratis akan memberikan manfaat untuk siswa Anda dari
pada gaya otoriter permisif. Gaya demokratis akan membantu siswa Anda menjadi
pelajar yang aktif dan bisa mengatur diri sendiri.
Kita mendeskripsikan beberpa aspek dari karya Jacob Koinin (1970) tentang manajemen
kelas. Kounin menimpulkan bahwa guru yang efektif berbeda dari guru yang tidak efektif
bukan dalam cara mereka merespon perilaku buruk siswa, melainkan dalam mengelola
aktivitas kelompok dengan cakap.
2.2. MENCIPTAKAN, MENGAJARKAN, SERTA MENEGAKKAN
PERATURAN DAN PROSEDUR.
Agar kelas berfungsi dengan lancar, diperlukan adanya peraturan dan prosedur yang
didefenisikan dengan jelas. Siswa perlu mengetahui secara spesifik bagaimana anda
menginginkan mereka berperilaku. Tanpa peraturan dan prosedur kelas yang didefenisikan
dengan jelas, salah paham yang tidak dapat dihindari bisa menyebabkan kekacauan.sebagai
contoh, pertimbangkanlah prosedur atau rutinitas ini ketika siswa memasuki kelas, apakah
mereka harus langsung menuju tempat duduk mereka atau bolehkah mereka bersosialisasi
selama bebearapa menit sampai anda memberi tahu mereka untuk duduk?
Baik peraturan maupun prosedur adalah harapan yangdinyatakan tentang perilaku(Evertson,
Emmer, & Worsham,2006). Peraturan berfokus pada harapan umum, khusus, atau standar untuk
perilaku. Sebuah contoh peraturan umum adalah “menghormati orang lain. “ contoh peraturan
yang lebih khusus adalah “ Telepon seluler harus dimatikan ketika anda berada didalam kelas ini.
Prosedur atau rutinitas, juga mengomunikasikan harapan tentang perlikaku, tetapi biasanya
diterapkan untuk aktifitas tertentu dan “ ditujukan untuk mencapai sesuatu daripada melarang
perilaku tertentu atau mendefenisikan standar umum” (Everson, Emmer, & Worsham, 2006,).
Psikologi Pendidikan | Classroom Management
![Page 5: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/5.jpg)
Peraturan cenderung tidak berubah karena peraturan menyampaikan cara fundamental kita
menghadapi orang lain, diri kita sendiri, dan pekerjaan kita, seperti menghormati orang lain dan
barang mereka, serta tidak mengganggu orang lain. Di sisi lain prosedur bias berubah karena
rutinitas dan aktivitas dikelas berubah.
a. Mengajarkan peraturan dan procedure. Beberapa guru senang melibatkan siswa dalam
menentukan peraturan dengan harapan bahwa ini akan mendorong mereka untuk
memikul tanggung jawab lebih atas perlaku mereka sendiri (Emmer, Evertson &
Worsham, 2006).
b. Membuat siswa bekerja sama. Ada 3 strategi utama: a) mengembangkan hubungan yang
positif dengan siswa, b) membuat siswa berbagi dan memikul tanggung jawab, b) serta
menghargai perilaku yang pantas.
c. Mengembangkan hubungan yang positif dengan siswa. Child development project (CDP)
1. Aktivitas belajar yang kooperatif yang memfasiltasi kerja sama tim.
2. Program seni bahasa multikltural yang kaya akan nilai dan berbasis pada literature
yang mendorong siswa untuk berpikir secara kritis tentang isu sosial dan etis yang
relevan.
3. Teknik manajemen kelas yang menekankan pencegahan dan tanggungjawab.
4. Proyek pembangunan komunitas lingkup sekolah dan kelas yang melibatkan siswa,
guru, orangtua, dan aggota keluarga.
5. Aktivitas ;rumah, yang memeperbaiki komunikasi anatar siswa dan orangtua,
membangun jembatan antara sekolah da keluarga, serta mendorong pemahaman siswa
tentang warisan warga mereka.
d. Membuat siswa berbagi dan memikul tanggung jawab. Beberapa ahli tentang manajemen
kelas beragrumen bahwa berbagi tangungjawab dengan siswa untuk membuat keputusan
kelas meningkatkan komitmen siswa terhadap keputusan tersebut (blumenfeld, kempler
& krajcik, 2006 eggleton, 2001:lewis, 2001: Risley & Walther, 1995).
e. Memberikan penghargaan untuk perilaku yang pantas. Motivasi , pengajaran, dan
pembelajaran, juga relevan dengan manajemen kelas, terutama informasi tentang
penghargaan dan motivasi intrinsic.
Psikologi Pendidikan | Classroom Management
![Page 6: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/6.jpg)
3. MEMBENTUK KELAS YANG EFEKTIFDalam membentuk kelas yang efektif ada 3 komponen yang menentukan yaitu Guru, Murid
dan Lingkungan Fisik.
3.1. GURU
Guru adalah seorang komunikator artinya sebagai media untuk mentransfer ilmu dari buku
kepada siswa dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Untuk menjadi komunikator
yang baik ada 4 aspek utama yang perhatikan yaitu :
3.1.1. Keterampilan Berbicara
3.1.1.1. Berbicara dengan kelas dan siswa
ketika berbicara di dalam kelas dan dengan siswa anda, salah satu hal terpenting yang harus
diangkat adalah dengan jelas mengomunkasikan informasi (Brydon & Scott,2006;Gregory, 2005;
Sellnow, 2005).
Beberapa strategi yang bagus utuk berbicara secara jelas dengan kelas anda meliputi hal-hal
berikut ini (Florez, 1999):
1. Menggunakan tata bahasa yang benar,
2. Memilih kosa kata yang bias dimengerti dan sesuai untuk level siswa anda,
3. Menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan murid dalam memahami apa yang
guru katakan; seperti menekankan kata kunci; menyusun ulang kata-kata; atau memantau
pemahaman siswa.
4. Berbicara pada kecepatan yang sesuai; tidak terlalu cepat dan tidak terlalu pelan,
5. Benar dalam komunikasi anda dan menghindari sesuatu yang tidak jelas
6. Menggunakan perencanaan dan keterampilan berpikir logis yang baik sebagai foundasi
berbicara secara jelas dengan kelas anda.
3.1.1.2. Pesan “Anda dan “Saya”
marilah kita memperthatikan aspek lain dari komunikasi verbal.
a. Pesan Anda Pesan yang tidak diinginkan dimana pembicara tampak menilai orang ain
dan menempatkan mereka dalam posisi defensif.
b. Pesan Saya Pesan yang diinginkan, yang mencerminkan perasaan yang sebenarnya dari
pembicara dan lebih baik dari pada pesan Anda, yang bersifat Menilai.
Psikologi Pendidikan | Classroom Management
![Page 7: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/7.jpg)
3.1.1.3. Bersikap Tegas
Aspek lain dari komunikasi verbal melibatkan bagaimana oang-orang menghadapi konflik,yang
bias dilakukan dalam empat gaya:
a. Gaya Agresif cara menangani konflik dimana orang-orang belaku kasar terhadap orang
lain dengan cara yang menuntut, kasar dan bermusuhan.
b. Gaya Manipulatif Cara menangani konflik dimana orang-orang berusaha untuk
mendapatkan apa yang mereka ingin kan dengan membuat orang lain merasa bersalah
atau menyesal untuk mereka.
c. Gaya Pasif Cara menangani konflik dimana orang-orang tidak bersikap tegas dan tunduk
serta tidak membiarkan orang lain tahu apa yang mereka inginkan.
d. Gaya Asertif Cara menangani konflik dimana orang-orang mengungkapkan perasaan
mereka, meminta apa yang mereka inginkan, berkata tidak atas hal-hal yang tidak mereka
inginkan, dan bertindak untuk kepentingan mereka sendiri
Selain keterampilan berbicara seorang guru juga harus memiliki keterampilan mendengar.
Bukan hanya mendengar tapi harus menjadi pendengar aktif artinya mendengar dengan penuh
perhatian pada murid apa yang dibicarakan dan harus bisa dirasakan secara emosional.
1) Cara-cara untuk menjadi pendengar yang aktif (Santrock & Halonen, 2002) sebagai
berikut :
2) Beri perhatian penuh pada orang yang sedang berbicara.
3) Paraphrase yaitu menyatakan apa yang murid katakan dengan kalimat kita sendiri.
4) Sintetiskan tema dan pola. Yaitu menangkap apa yang sedang dikatakan karena biasanya
yang disampaikan kalimat yang tidak saling berhubungan.
5) Beri umpan balik artinya setelah memahami apa yang dikatakan guru harus memberi
respon/masukan kepada murid tersebut.
3.1.2. KETERAMPILAN MENDENGARKAN
Selain keterampilan berbicara seorang guru juga harus memiliki keterampilan mendengar. Bukan hanya mendengar tapi harus menjadi pendengar aktif artinya mendengar dengan penuh perhatian pada murid apa yang dibicarakan dan harus bisa dirasakan secara emosional.
Psikologi Pendidikan | Classroom Management
![Page 8: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/8.jpg)
Cara-cara untuk menjadi pendengar yang aktif (Santrock & Halonen, 2002) sebagai berikut :A. Beri perhatian penuh pada orang yang sedang berbicara.B. Paraphrase yaitu menyatakan apa yang murid katakan dengan kalimat kita sendiri.C. Sintetiskan tema dan pola. Yaitu menangkap apa yang sedang dikatakan karena
biasanya yang disampaikan kalimat yang tidak saling berhubungan.D. Beri umpan balik artinya setelah memahami apa yang dikatakan guru harus memberi
respon/masukan kepada murid tersebut.
3.1.3. KOMUNIKASI NONVERBAL
Selain apa yang anda katakan, anda juga berkomunikasi melalui bagaimana anda melipat
tangan anda, melemparkan pandangan, menggerakan mulut, menyilangkan kaki, atau menyentuh
orang lain. Berikut adalah beberapa contoh perilaku umum yang menjadi jalan dalam
berkomunikasi secara nonverbal antar-individu.
Mengangkat alis dengan perasaan tidak percaya
Mendekap lengan untuk mengasingkan atau melindungi diri
Mengangkat bahu ketika merasa tidak tertarik
Mengedipkan mata untuk menunjkan kehangatan ata persetujuan
Mengetuk-ngetukan jemari ketika merasa tidak sabar
Memukul dahi ketika lupa akan suatu hal.
Memang banyak ahli komunikasi berargumentasi bahwa komunikasi yang paling interpersonal
adalah komunikasi nonverbal. Meskipun seseorang duduk disuatu sudut, membaca dengan diam,
hal tersebut merupakan cara mengomunikasikan suatu secara nonverbal, barangkali bahwa ia
ingin ditinggali sendirian. Ketika anda mendapati siswa-siswa Anda memandang ke luar jendela
dengan pandangan kosong, kemungkinan besar hal ini mengindikasi bahwa mereka bosan. Hal
ini yang sulit untuk menutupi komunikasi nonverbal. Akuilah bahwa hali ini bias memberi tahu
Anda bagaimana perasaan yang sebenarnya dalam diri orang lain dan diri Anda sendiri.
3.2. MURID
Agar murid mau bekerjasama, maka langkah yang bisa diambil adalah :
1. Kembangkan hubungan positif dengan murid
2. Ajak murid berbagi dan mengemban tanggung jawab bersama( melibatkan murid dalam
perencanaan di kelas, mendorong murid untuk menilai prilakunya sendiri)
3. Beri imbalan / hadiah
Psikologi Pendidikan | Classroom Management
![Page 9: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/9.jpg)
3.3. LINGKUNGAN FISIK
3.3.1. Penataan Ruang Kelas
Empat prinsip dasar dalam penataan ruang kelas (Evertson, Emmer & Worsman) adalah :
1) Kurangi kepadatan di area yang menjadi lalu lalang.Yang termasuk area ini adalah
area belajar kelompok, bangku murid, meja guru dan lolasi penyimpanan pinsil, rak
buku dan computer. Sebisa mungkin, pisahkanlah area itu satu sama lain dan pastikan
juga hal tersebut mudah didatangi
2) Pastikan guru bisa melihat semua murid.Ini bertujuan agar guru bisa memonitor
murid secara cermat.
3) Materi yang sering digunakan harus mudah di akses.Tujuannya untuk meminimalkan
waktu persiapan dan perapihan juga mengurangi keterlambatan dan gangguan
aktivitas.
4) Pastikan semua murid dapat melihat presentasi kelas.
Guru harus mengatur letak dan posisi murid sedemikian rupa sehingga murid bisa
melihat presentasi dengan jelas. . Tetapkanlah dimana anda dan siswa akan
mengambil tempat ketika presentasi seluruh kelas terjadi. Untuk aktivitas ini, siswa
seharusnya tidak perlu memindahkan kursi atau menoleh. Untuk mencari tahu
seberapa baik siswa anda bisa melihat dari tempat mereka, duduklah dikursi mereka
dibagian yang berbeda-beda dari ruangan tersebut.
3.3.2. Gaya Penataan Kelas
Dalam mempertimbangkan bagaimana anda akan mengatur ruang fisik kelas, tergantung dari
model dan model aktivitas pembelajaran apa yang akan anda terapkan. Apakah aakan melakukan
aktivitas siswa melibatkan diri seluruh kelas, kelompok kecil, tugas indivisual dsb.
Pertimbangkanlah jumlah penyusunan fisik yang paling mendukung. (Crane, 2001; Fickes, 2001;
Weinstein, 2007). Ada beberapa model penyusunan ruang kelas adalah sebagai berikut:
a. Gaya tatap Muka , murid saling menghadap. Kemungkinan gangguan dari murid besar
sekali.
Psikologi Pendidikan | Classroom Management
![Page 10: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/10.jpg)
b. Gaya seminar, sejumlah besar murid (biasanya 10 orang) duduk disusun lingkaran,
persegi atau bentuk U. ini efektif jika guru ingin agar murid berbicara satu sama lainnya
atau bercakap cakap dengannya.
c. Gaya Off-set, murid biasanya 3 – 4 orang duduk dibangku tetapi tidak berhadapan
langsung satu sama lain. Cocok untuk gaya pembelajaran kooperatif.
d. Gaya Klaster kelompok, biasanya 4 – 8 murid bekerja dalam kelompok kecil. Cocok
untuk pembelajaraan kolaboratif.
Gaya Auditorium
Gaya Berhadap-hadapan
Gaya off-set
Psikologi Pendidikan | Classroom Management
![Page 11: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/11.jpg)
Gaya seminar
Gaya kelompok
3.3.3. Langkah Mendesain Kelas
Berikut ini langkah-langkah mendesain kelas (Weinstein,1997; Weinstein & Mignano 1997)
A. Pertimbangkan apa yang akan dilakukan murid. Jika kita akan mengajar TK atau SD, kita
perlu menciptakan setting untuk membaca dengan suara keras,mengajar membaca secara
berkelompok, tempat untuk berbagi pandangan,pengajaran matematika, dan tempat
pelajaran keterampilan dan seni.
B. Buat gambar rencana tata ruang. Sebelum kita memindahkan perabot, buatlah gambar
beberapa rancangan tata ruang, kemudian pilih salah satu gambar yang menurut kita
paling baik.
C. Libatkan murid dalam perencanaan tata ruang kelas. Kita dapat merencanakan tata ruang
kelas sebelum sekolah dimulai. Tetapi setelah sekolah dimulai, baiknya kita tanyakan
kepada murid tentang rencana yang sudah kita buat sebelum masuk sekolah. Jika murid
member saran yang masuk akal, maka ada baiknya kita mencoba.
D. Cobalah rancangan dan bersikaplah fleksibel dalam mendesainnya. Evaluasilah
efektivitas tata ruangan kita, beberapa minggu setelah masuk sekolah. Misalnya mengatur
posisi murid setengah lingkaran agar dapat mengurangi keributan.
Psikologi Pendidikan | Classroom Management
![Page 12: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/12.jpg)
4. MENANGANI PERILAKU BERMASALAHTidak peduli seberapa baik Anda merencanakan dan mencipakan lingkungan kelas yang
positif, perilaku bermasalah tetap akan muncul. Hal yang penting bagi anda untuk menanganinya
dalam cara yang tepat dan efektif.
4.3. STRATEGI MANAJEMEN
Ahli manajemen kelas Carolyn Evertson dan Koleganya (Evertson, Emmer, &
Worsham,2006) membedakan antara intervensi minor dan moderat untuk perilaku bermasalah.
Pembahasan berikut mendeskripsikan pendekatan mereka.
4.1.2. Intervensi Minor
Beberapa masalah hanya membutuhkan intervensi minor. Masalah melibatkan perilaku yang,
bila tidak sering, biasanya tidak mengganggu aktifitas dan pembelajaran. Sebagai contoh, siswa
mungkin memanggil guru tidak pada waktunya, meninggalkan kursi tanpa izin, terlibat dalam
prbincangan sosial ketika tidak diperbolehkan, dan makan permen didalam kelas.kita hanya
dibutuhkan intervensi minor untuk perilaku bermasalah, strategi ini bisa efektif (Evertson,
Emmer, & Worsham, 2006).
a. Menggunakan isyarat nonverbal. Buat kontak mata dengan siswa dan berikan siyal,
seperti jari dimulut, kepala yang menggeleng, atau sinyal tangan agar mereka berhenti.
b. Tetap meneruskan aktifitas. Terkadang, peralihan antara aktifitas membutuhkan waktu
yang terlalu lama atau istirahat dalam aktifitas muncul ketika siswa tidak memiliki tugas
untuk dilakukan. Dalam situasi ini, siswa mungin meninggalkan kursi, bersosialisasi,
bergurau, dan mulai tidak terkendali. Strategi yang baik adalah untuk tidak membetulkan
perilaku buruk minor siswa dalam situasi ini, tetapi mulai aktifitas berikutnya dalam cara
yang lebih tepat pada waktunya. Dengan merencanakan hari itu secara efektif, Anda
harus bias menghilangkan peralihan dan kekosongan yang lama dalam aktifitas.
c. Mendekati siswa. Ketika siswa mulai berperilaku buruk, hanya dengan sering kali
mendekati siswa tersebut, maka dapat menghentikan perilaku buruk tersebut.
d. Mengarahkan kembali perilaku tersebut. Apabila siswa tidak mengerjakan tugas, biarkan
mereka tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Anda bias berkata, “ Oke ingat, semua
orang harus mengerjakan soal matematika
Psikologi Pendidikan | Classroom Management
![Page 13: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/13.jpg)
e. Memberikan pelajaran yang dibutuhkan. Terkadang, siswa terlibat dalam erilaku buruk
minor ketika mereka tidak mengerti cara mengerjakan tugas yang diberikan. Tidak bias
mngerjaka aktifitas tersebut dengan efektif sehingga mereka akan mengisi waktu dengan
berperilaku buruk. Menyelesaikan makalah ini membutuhkan pemantauan tugas siswa
secara seksama dan pemberian bimbingan ketika dibutuhkan.
f. Memberi tahu siswa untuk berhenti secara langsung dan tegas. Bangunlah kontak mata
langsung dengan siswa, bersikap tegas, dan beri tahu siswa untuk menghentikan perilaku
tersebut. Buat komntar singkat dan pantaulah situasi sampai siswa patuh. Kombinasikan
strategi ini dengan pengalihan untuk mendorong perilaku yang diinginkan
g. Berilah siswa satu pilihan. Berikan tanggung jawab kepada siswa dengan mengatakan
bahwa ia memliki pilihan untuk berperilaku dengan baik atau menerima konsekuensi
negative. Yakinlah untuk memberi tahu siswa perilaku yang pantas dan konsekuensi
karena tidak menampilkan perlaku yang pantas.
4.1.3. Intervensi moderat
Beberapa perilaku buruk membutuhkan intervensi yang lebih kuat dari yang baru saja
dideskripsikan.Contoh: ketik siswa menyalahgunakan hak istimewa, mengacau aktifitas,
membuang-buang waktu, atau mengganggu pelajaran Anda atau pekerjaan siswa lain.
Berikut adalah beberapa intervensi moderat untuk menangani jenis masalah ini (Evertson,
Emmer & Worsham, 2006).
a. Tidak memberikan hak istimewa atau aktifitas yang diinginkan. Tidak pelak lagi,
Anda akan memliki siswa yang menyalahgunakan hak istimewa yang diberikan
seperti bias mengelilingi ruang kelas atau mengerjakan proyek bersama teman-teman
dalam kasus ini, Anda bisa menarik kembali hak istimewa itu.
b. Mengasingkan atau memindahkan siswa. Pemindahan siswa dari penguatan positif.
Apabila Anda memilih menggunakan time-out, Anda memiliki beberapa pilihan anda
bias (1) menahan siswa dikelas, tetapi meniadakan askes siswa untuk penguatan
positif; (2) membawa siswa keluar dari area aktivitas atau keluar dari kelas; atau (3)
menempatkan siswa dalam sebuah ruangan time-out, seperti” kamu ditempatkan
diruangan time out selama 30 menit karena kamu memukul derrick”. Apabila perilaku
Psikologi Pendidikan | Classroom Management
![Page 14: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/14.jpg)
buruk ini terjadi lagi, identifikasikanlah kembali dan tempatkan siswa dalam ruangan
time-out lagi. Setelah time out janganlah berkomentar seberapa baik siswa
berperilaku selama time out, cukup kembalikan siswaterseut kedalam aktifitas yang
terganggu.
c. Menjatuhkan Pinalti. Tugas yang berulang-ulang dalam jumlah kecil bias digunakan
sebagai pinalti untuk perilaku siswa buruk
4.1.4. Menggunakan pihak lain sebagai sumber
Di antara orang-orang yang bias membantu Anda membuat siswa-siswa terlihat dalam
perilaku yang lebih pantas adalah teman sebaya, orang tua, kepala sekolah atau konselor, dan
mentor.
1. Mediasi Teman Sebaya
Teman sebaya terkadang bisa sangat efektif dalam membuat siswa berperilaku dengan
lebih baik.
2. Pertemuan Orangtua-Guru
Anda bisa menelepon orangtua siswa atau bertemu dengan mereka dalam pertemuan
secara langsung.
3. Dapatkan Bantuan Dari Sekolah atau Konselor
Banyak sekolah telah menntukan konsekuensi untuk perilaku bermasalah tertentu.
Apabila anda berusaha dan tidak berhasil menangani perilaku tersebut, pertimbangkanlah
untuk meminta bantuan pengurus sekolah.
4. Menemukan Seorang Mentor
Sebelumnya, kita menekankan pentingnya siswa-siswa memiliki setidaknya seseorang
dalam kehidupan mereka, yang memperhatikan mereka dan mendukung perkembangan
mereka.
4.2. MENANGANI AGRESI
Kekerasan disekolah adalah persoalan besar yang semakin meningkat. Saat ini, di banyak
sekolah, merupakam hal biasa bagi sisa untuk berkelahi, menggangu siswa lain, atau mengancam
Psikologi Pendidikan | Classroom Management
![Page 15: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/15.jpg)
satu sama lain dan guru secara verbal atau dengan senjata. Perilaku ini bisa membangkitkan
kecemasan dan kemarahan Anda, tetapi penting untuk tetap siap siaga dengan kemunculan dan
menanganinya dengan tenanng. Menghindari argument atau konfrontasi emosional akan
membantu Anda menyelesaikan konflik tersebut.
a. Perkelahian
Ahli manajemen kelas Carolyn Evertson dan kolge-koleganya, (Emmer, & worsham,
2006). Pada umumnya, sangat baik untuk membiarkan yang orang-orang berkelahi
mendapatkan periode penenangan sehingga mereka bisa menenangan diri. Kemudaian,
temuilah mereka dan mintalah pandangan mereka tentang apa yang menyebakan
perkelahian tersebut. Tanya saki bila perlu, adakan pertemuan dengan orang-orang yang
berkelahi yang menekankan bahwa perkelahian merupakan hal Yang tidak pantas untuk
dilakukan, pentingnya menghormati persfektif orang lain dan pentingnya kerja sama.
b. Penindasan
Korban penindasan diketahui memeliki karakteristik tertentu (Dill, Vernberg, Fonagy,
2004; Eslea dkk, Hannish & Guerra 2004), sebuah studi terkini menemuka bahwa korban
penindasan memiliki orang tua ang mengacau, menuntut, dan tidak tanggap dengan anak-
anak mereka (ladd & Kochenderfer-lad, 2002). Dalan studi ini pula hubunga orangtua
anak-anak yang dikarakterisasi oleh kedekatan yang intensberkaitan dengan tingkat
pengorbanan eman sebaya yang lebih tinggi pada anak laki-laki. Kedekatan yang intens
seperti ini meningkatkan rasa kurang percaya diri dan kekhawatiran yang dianggab
sebagai kelemahan ketika diungkapkan dalam kelompok teman sebaya laki-laki.
c. Tentangan atau permusuhuan terhadap guru.
Edmund Emmer dan kolega-koleganya (Emer, Evertson, & Worsham, 2006) membahas
strategi berikut ntuk menghadapi siswa-siwa yang menentang anda atau bermusuhan
dengan anda. Apabila siswa bolos dengan perilaku semacam ini, kemungkinan besar
perilaku ini akan berlanjut dan menyebar. Oleh karena itu, berusahalah untuk
menenangkan peristiwa tersebut dengan merahasiakan dan bila memungkinkan,
menangani siswa tersebut secara individual.
Dalam kasus yang ekstrem dan jarang terjadi, siswa-siswa akan sepenuhnya tidak
kooperatif, yang mengharuskan anda mengirim siswa lain kekantor untuk diminta
bantuannya. Meskipun demikian, dalam sebagian besar kasus, apabila anda tetap tenang
Psikologi Pendidikan | Classroom Management
![Page 16: Manajemen_kelas.docx](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022103009/577c7c801a28abe0549ada2d/html5/thumbnails/16.jpg)
dan tidak terlibat dalam pergulatan kekuatan dengan siswa, siswa akan tenang dan Anda
bisa berbicara dengannya tanpa masalah.
4.3. PROGRAM BERBASIS KELAS DAN SEKOLAH
Beberapa program yang berbasis kelas dan sekolah untuk menangani perilaku yang
bermasalah melibatkan perbaikan kompetensi sosial dan resolusi konflik (coie & Dodge,
1998; Dodge, Coice & Lynam, 2006).
a. Program peningkatan kompetensi sosial
b. Meningkatkan kesadaran sosial – Proyek penyelesaian Masalah Sosial
c. Program kompetensi Sosial untuk remaja
d. Tiga C Manajemen Kelas dan Sekolah
e. Classroom Organization dan management Program (COMP)
Psikologi Pendidikan | Classroom Management