Manajemen_kelas.docx

24
16 Daftar Isi Ringkas 1. Pengertian dan Tujuan Manajemen Kelas 1.1. Pengertian 1.2. Tujuan manajemen kelas 2. Menciptakan Iklim Lingkungan Yang Positif 2.1. Strategi umum 2.2. Menciptakan , Mengajarkan, Serta Menegakkan Peraturan dan Prosedure 3. Membentuk kelas Yang Efektif 3.1. Guru 3.1.1. Keterampilan berbicara 3.1.2. Komunikasi verbal 3.2. Murid 3.3. Lingkungan Fisik 4. Menangani Perilaku Bermasalah 4.1. Strategi Manajemen 4.2. Menangani Agresi 4.3. Program berbasis dan sekolah Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Transcript of Manajemen_kelas.docx

Page 1: Manajemen_kelas.docx

Daftar Isi Ringkas1. Pengertian dan Tujuan Manajemen Kelas

1.1. Pengertian

1.2. Tujuan manajemen kelas

2. Menciptakan Iklim Lingkungan Yang Positif

2.1. Strategi umum

2.2. Menciptakan , Mengajarkan, Serta Menegakkan Peraturan dan Prosedure

3. Membentuk kelas Yang Efektif

3.1. Guru

3.1.1. Keterampilan berbicara

3.1.2. Komunikasi verbal

3.2. Murid

3.3. Lingkungan Fisik

4. Menangani Perilaku Bermasalah

4.1. Strategi Manajemen4.2. Menangani Agresi4.3. Program berbasis dan sekolah

Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Page 2: Manajemen_kelas.docx

1. PENGERTIAN DAN TUJUAN MANAJEMEN KELAS1.1. PENGERTIAN

Secara kebahasaan (etimologis), manajemen kelas atau pengelolaan kelas terdiri dari dua

kata, yaitu “pengelolaan” dan “ kelas”. Pengelolaan memiliki akar kata “ kelola” yang kemudian

ditambAh dengan awalan “pe-“ dan akhiran “-an”. Sementara, manajemen berasal dari bahasa

Inggris, management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan.

Secara peristilahan yang dimaksud dengan pengelolaan kelas adalah suatu proses

pengawasan yang dilakukan terhadap semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan

pencapaian tujuan. Dalam pengertiannya yang bersifat umum, pengelolaan itu adalah peraturan

atau penataan terhadap sesuatu kegiatan. Sesuatu kegiatan yng memiliki tujuan tidak akan

berjalan dengan baik tanpa adanya pengelolaan yang benar.

Sebagian pengamat mengartikan kelas dalam dua pemaknaan; pertama kelas dalam arti

sempit, yaitu berupa ruangam khusus, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses

belajar-mengejar. Kelas dalam hal ni mengandung sifat-sifat statis, karena sekedar menunjukan

pada adanya pengelompokan siswa berdasarkan batas umur kronologis masing-masing. Kedua

kelas dalam arti luas, yaitu suatu masyarakat kecil yang secara dinamis menyelenggarakan

kegiatan belajar-mengajar secara kreatif untuk mencapai suatu tujuan.

1.2. TUJUAN DAN MANAJEMEN KELAS

Secara umum, manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman

untuk tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Dengan demikian, proses tersebut

akan dapat berjalan dengan efektif dan terarah, sehingga cita-cita pendidikan pendidikan

dapat tercapai demi terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas.

Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Page 3: Manajemen_kelas.docx

2. MENCIPTAKAN IKLIM LINGKUNGAN BELAJAR YANG

POSITIFSiswa membutuhkan lingkungan yang positif untuk pembelajaran. Kita akan membahas

beberapa strategi umum manajemen kelas untuk menyediakan lingkungan ini, cara-cara untuk

menetapkan dan menegakkan peraturan secara efektif, serta strategi yang positif untuk membuat

siswa bekerja sama.

2.1. STRATEGI UMUM

Strategi umum meliputi penggunaan gaya demokrasi dan manajemen efektivitas kelas secara

efektif

a. Gaya manajemen kelas yang demokrasi (authoritative classroom management style)

Berasal dari gaya pengasuhan Diana Baumrind (1971, 1996.). kontek sosial dan

Perkembangan Sosioemosional. Sama halnya dengan orang tua yang demokrasi, guru

yang demokrasi memiliki siswa yang cenderung percaya diri, menunda kegembiraan,

akrab dengan teman sebaya mereka, dan menunjukan harga diri yang tinggi. Strategi

demokrasi dalam manajemen kelas mendorong siswa untuk jadi pemikir dan pelaku yang

mandiri, tetapi masih melibatkan pemantauan yang efektif. Guru yang demokrasi

melibatkan siswa dalam banyak aktivitas verbal dan menunjukan sikap yang perhatian

kepada mereka. Namun mereka masih menyatakan batas ketika diperlukan. Guru yang

demokrasi mengklarifikasi peraturan, menetapkan standar ini dengan masukan dari siswa.

b. Gaya manajemen kelas yang otoriter (outhoritarian classroom management style)

Bersifat membatasi dan menghukum. Fokusnya adalah mempertahankan sususan didalam

kelas dari pada pengajaran dan pembelajarannya. Guru yang otoriter menempatkan batas

dan kendali yang tegas terhadap siswa serta memeiliki sedikit pertukaran verbal dengan

siswa. Siswa didalam kelas yang otoriter cendrung merupakan pelajar yang pasif, tidak

bias memulai aktivitas, mengungkapkan kecemasan tentang perbandingan sosial, dan

memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.

c. Gaya manajemen kelas yang permisif (permissive classroom management style)

Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Page 4: Manajemen_kelas.docx

Memberi siswa banyak kebebasan, tetapi memberi mereka sedikit dukungan untuk

mengembangkan keterampilan belajar atau mengatur perilaku mereka. Tidak

mengherankan, siswa dikelas yang dipermisif cenderung memiliki keterampilan

akademis yang tidak memadai dan pengendalian diri yang rendah.

Secara keseluruhan, gaya demokratis akan memberikan manfaat untuk siswa Anda dari

pada gaya otoriter permisif. Gaya demokratis akan membantu siswa Anda menjadi

pelajar yang aktif dan bisa mengatur diri sendiri.

Kita mendeskripsikan beberpa aspek dari karya Jacob Koinin (1970) tentang manajemen

kelas. Kounin menimpulkan bahwa guru yang efektif berbeda dari guru yang tidak efektif

bukan dalam cara mereka merespon perilaku buruk siswa, melainkan dalam mengelola

aktivitas kelompok dengan cakap.

2.2. MENCIPTAKAN, MENGAJARKAN, SERTA MENEGAKKAN

PERATURAN DAN PROSEDUR.

Agar kelas berfungsi dengan lancar, diperlukan adanya peraturan dan prosedur yang

didefenisikan dengan jelas. Siswa perlu mengetahui secara spesifik bagaimana anda

menginginkan mereka berperilaku. Tanpa peraturan dan prosedur kelas yang didefenisikan

dengan jelas, salah paham yang tidak dapat dihindari bisa menyebabkan kekacauan.sebagai

contoh, pertimbangkanlah prosedur atau rutinitas ini ketika siswa memasuki kelas, apakah

mereka harus langsung menuju tempat duduk mereka atau bolehkah mereka bersosialisasi

selama bebearapa menit sampai anda memberi tahu mereka untuk duduk?

Baik peraturan maupun prosedur adalah harapan yangdinyatakan tentang perilaku(Evertson,

Emmer, & Worsham,2006). Peraturan berfokus pada harapan umum, khusus, atau standar untuk

perilaku. Sebuah contoh peraturan umum adalah “menghormati orang lain. “ contoh peraturan

yang lebih khusus adalah “ Telepon seluler harus dimatikan ketika anda berada didalam kelas ini.

Prosedur atau rutinitas, juga mengomunikasikan harapan tentang perlikaku, tetapi biasanya

diterapkan untuk aktifitas tertentu dan “ ditujukan untuk mencapai sesuatu daripada melarang

perilaku tertentu atau mendefenisikan standar umum” (Everson, Emmer, & Worsham, 2006,).

Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Page 5: Manajemen_kelas.docx

Peraturan cenderung tidak berubah karena peraturan menyampaikan cara fundamental kita

menghadapi orang lain, diri kita sendiri, dan pekerjaan kita, seperti menghormati orang lain dan

barang mereka, serta tidak mengganggu orang lain. Di sisi lain prosedur bias berubah karena

rutinitas dan aktivitas dikelas berubah.

a. Mengajarkan peraturan dan procedure. Beberapa guru senang melibatkan siswa dalam

menentukan peraturan dengan harapan bahwa ini akan mendorong mereka untuk

memikul tanggung jawab lebih atas perlaku mereka sendiri (Emmer, Evertson &

Worsham, 2006).

b. Membuat siswa bekerja sama. Ada 3 strategi utama: a) mengembangkan hubungan yang

positif dengan siswa, b) membuat siswa berbagi dan memikul tanggung jawab, b) serta

menghargai perilaku yang pantas.

c. Mengembangkan hubungan yang positif dengan siswa. Child development project (CDP)

1. Aktivitas belajar yang kooperatif yang memfasiltasi kerja sama tim.

2. Program seni bahasa multikltural yang kaya akan nilai dan berbasis pada literature

yang mendorong siswa untuk berpikir secara kritis tentang isu sosial dan etis yang

relevan.

3. Teknik manajemen kelas yang menekankan pencegahan dan tanggungjawab.

4. Proyek pembangunan komunitas lingkup sekolah dan kelas yang melibatkan siswa,

guru, orangtua, dan aggota keluarga.

5. Aktivitas ;rumah, yang memeperbaiki komunikasi anatar siswa dan orangtua,

membangun jembatan antara sekolah da keluarga, serta mendorong pemahaman siswa

tentang warisan warga mereka.

d. Membuat siswa berbagi dan memikul tanggung jawab. Beberapa ahli tentang manajemen

kelas beragrumen bahwa berbagi tangungjawab dengan siswa untuk membuat keputusan

kelas meningkatkan komitmen siswa terhadap keputusan tersebut (blumenfeld, kempler

& krajcik, 2006 eggleton, 2001:lewis, 2001: Risley & Walther, 1995).

e. Memberikan penghargaan untuk perilaku yang pantas. Motivasi , pengajaran, dan

pembelajaran, juga relevan dengan manajemen kelas, terutama informasi tentang

penghargaan dan motivasi intrinsic.

Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Page 6: Manajemen_kelas.docx

3. MEMBENTUK KELAS YANG EFEKTIFDalam membentuk kelas yang efektif ada 3 komponen yang menentukan yaitu Guru, Murid

dan Lingkungan Fisik.

3.1. GURU

Guru adalah seorang komunikator artinya sebagai media untuk mentransfer ilmu dari buku

kepada siswa dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Untuk menjadi komunikator

yang baik ada 4 aspek utama yang perhatikan yaitu :

3.1.1. Keterampilan Berbicara

3.1.1.1. Berbicara dengan kelas dan siswa

ketika berbicara di dalam kelas dan dengan siswa anda, salah satu hal terpenting yang harus

diangkat adalah dengan jelas mengomunkasikan informasi (Brydon & Scott,2006;Gregory, 2005;

Sellnow, 2005).

Beberapa strategi yang bagus utuk berbicara secara jelas dengan kelas anda meliputi hal-hal

berikut ini (Florez, 1999):

1. Menggunakan tata bahasa yang benar,

2. Memilih kosa kata yang bias dimengerti dan sesuai untuk level siswa anda,

3. Menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan murid dalam memahami apa yang

guru katakan; seperti menekankan kata kunci; menyusun ulang kata-kata; atau memantau

pemahaman siswa.

4. Berbicara pada kecepatan yang sesuai; tidak terlalu cepat dan tidak terlalu pelan,

5. Benar dalam komunikasi anda dan menghindari sesuatu yang tidak jelas

6. Menggunakan perencanaan dan keterampilan berpikir logis yang baik sebagai foundasi

berbicara secara jelas dengan kelas anda.

3.1.1.2. Pesan “Anda dan “Saya”

marilah kita memperthatikan aspek lain dari komunikasi verbal.

a. Pesan Anda Pesan yang tidak diinginkan dimana pembicara tampak menilai orang ain

dan menempatkan mereka dalam posisi defensif.

b. Pesan Saya Pesan yang diinginkan, yang mencerminkan perasaan yang sebenarnya dari

pembicara dan lebih baik dari pada pesan Anda, yang bersifat Menilai.

Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Page 7: Manajemen_kelas.docx

3.1.1.3. Bersikap Tegas

Aspek lain dari komunikasi verbal melibatkan bagaimana oang-orang menghadapi konflik,yang

bias dilakukan dalam empat gaya:

a. Gaya Agresif cara menangani konflik dimana orang-orang belaku kasar terhadap orang

lain dengan cara yang menuntut, kasar dan bermusuhan.

b. Gaya Manipulatif Cara menangani konflik dimana orang-orang berusaha untuk

mendapatkan apa yang mereka ingin kan dengan membuat orang lain merasa bersalah

atau menyesal untuk mereka.

c. Gaya Pasif Cara menangani konflik dimana orang-orang tidak bersikap tegas dan tunduk

serta tidak membiarkan orang lain tahu apa yang mereka inginkan.

d. Gaya Asertif Cara menangani konflik dimana orang-orang mengungkapkan perasaan

mereka, meminta apa yang mereka inginkan, berkata tidak atas hal-hal yang tidak mereka

inginkan, dan bertindak untuk kepentingan mereka sendiri

Selain keterampilan berbicara seorang guru juga harus memiliki keterampilan mendengar.

Bukan hanya mendengar tapi harus menjadi pendengar aktif artinya mendengar dengan penuh

perhatian pada murid apa yang dibicarakan dan harus bisa dirasakan secara emosional.

1) Cara-cara untuk menjadi pendengar yang aktif (Santrock & Halonen, 2002) sebagai

berikut :

2) Beri perhatian penuh pada orang yang sedang berbicara.

3) Paraphrase yaitu menyatakan apa yang murid katakan dengan kalimat kita sendiri.

4) Sintetiskan tema dan pola. Yaitu menangkap apa yang sedang dikatakan karena biasanya

yang disampaikan kalimat yang tidak saling berhubungan.

5) Beri umpan balik artinya setelah memahami apa yang dikatakan guru harus memberi

respon/masukan kepada murid tersebut.

3.1.2. KETERAMPILAN MENDENGARKAN

Selain keterampilan berbicara seorang guru juga harus memiliki keterampilan mendengar. Bukan hanya mendengar tapi harus menjadi pendengar aktif artinya mendengar dengan penuh perhatian pada murid apa yang dibicarakan dan harus bisa dirasakan secara emosional.

Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Page 8: Manajemen_kelas.docx

Cara-cara untuk menjadi pendengar yang aktif (Santrock & Halonen, 2002) sebagai berikut :A. Beri perhatian penuh pada orang yang sedang berbicara.B. Paraphrase yaitu menyatakan apa yang murid katakan dengan kalimat kita sendiri.C. Sintetiskan tema dan pola. Yaitu menangkap apa yang sedang dikatakan karena

biasanya yang disampaikan kalimat yang tidak saling berhubungan.D. Beri umpan balik artinya setelah memahami apa yang dikatakan guru harus memberi

respon/masukan kepada murid tersebut.

3.1.3. KOMUNIKASI NONVERBAL

Selain apa yang anda katakan, anda juga berkomunikasi melalui bagaimana anda melipat

tangan anda, melemparkan pandangan, menggerakan mulut, menyilangkan kaki, atau menyentuh

orang lain. Berikut adalah beberapa contoh perilaku umum yang menjadi jalan dalam

berkomunikasi secara nonverbal antar-individu.

Mengangkat alis dengan perasaan tidak percaya

Mendekap lengan untuk mengasingkan atau melindungi diri

Mengangkat bahu ketika merasa tidak tertarik

Mengedipkan mata untuk menunjkan kehangatan ata persetujuan

Mengetuk-ngetukan jemari ketika merasa tidak sabar

Memukul dahi ketika lupa akan suatu hal.

Memang banyak ahli komunikasi berargumentasi bahwa komunikasi yang paling interpersonal

adalah komunikasi nonverbal. Meskipun seseorang duduk disuatu sudut, membaca dengan diam,

hal tersebut merupakan cara mengomunikasikan suatu secara nonverbal, barangkali bahwa ia

ingin ditinggali sendirian. Ketika anda mendapati siswa-siswa Anda memandang ke luar jendela

dengan pandangan kosong, kemungkinan besar hal ini mengindikasi bahwa mereka bosan. Hal

ini yang sulit untuk menutupi komunikasi nonverbal. Akuilah bahwa hali ini bias memberi tahu

Anda bagaimana perasaan yang sebenarnya dalam diri orang lain dan diri Anda sendiri.

3.2. MURID

Agar murid mau bekerjasama, maka langkah yang bisa diambil adalah :

1. Kembangkan hubungan positif dengan murid

2. Ajak murid berbagi dan mengemban tanggung jawab bersama( melibatkan murid dalam

perencanaan di kelas, mendorong murid untuk menilai prilakunya sendiri)

3. Beri imbalan / hadiah

Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Page 9: Manajemen_kelas.docx

3.3. LINGKUNGAN FISIK

3.3.1. Penataan Ruang Kelas

Empat prinsip dasar dalam penataan ruang kelas (Evertson, Emmer & Worsman) adalah :

1) Kurangi kepadatan di area yang menjadi lalu lalang.Yang termasuk area ini adalah

area belajar kelompok, bangku murid, meja guru dan lolasi penyimpanan pinsil, rak

buku dan computer. Sebisa mungkin, pisahkanlah area itu satu sama lain dan pastikan

juga hal tersebut mudah didatangi

2) Pastikan guru bisa melihat semua murid.Ini bertujuan agar guru bisa memonitor

murid secara cermat.

3) Materi yang sering digunakan harus mudah di akses.Tujuannya untuk meminimalkan

waktu persiapan dan perapihan juga mengurangi keterlambatan dan gangguan

aktivitas.

4) Pastikan semua murid dapat melihat presentasi kelas.

Guru harus mengatur letak dan posisi murid sedemikian rupa sehingga murid bisa

melihat presentasi dengan jelas. . Tetapkanlah dimana anda dan siswa akan

mengambil tempat ketika presentasi seluruh kelas terjadi. Untuk aktivitas ini, siswa

seharusnya tidak perlu memindahkan kursi atau menoleh. Untuk mencari tahu

seberapa baik siswa anda bisa melihat dari tempat mereka, duduklah dikursi mereka

dibagian yang berbeda-beda dari ruangan tersebut.

3.3.2. Gaya Penataan Kelas

Dalam mempertimbangkan bagaimana anda akan mengatur ruang fisik kelas, tergantung dari

model dan model aktivitas pembelajaran apa yang akan anda terapkan. Apakah aakan melakukan

aktivitas siswa melibatkan diri seluruh kelas, kelompok kecil, tugas indivisual dsb.

Pertimbangkanlah jumlah penyusunan fisik yang paling mendukung. (Crane, 2001; Fickes, 2001;

Weinstein, 2007). Ada beberapa model penyusunan ruang kelas adalah sebagai berikut:

a. Gaya tatap Muka , murid saling menghadap. Kemungkinan gangguan dari murid besar

sekali.

Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Page 10: Manajemen_kelas.docx

b. Gaya seminar, sejumlah besar murid (biasanya 10 orang) duduk disusun lingkaran,

persegi atau bentuk U. ini efektif jika guru ingin agar murid berbicara satu sama lainnya

atau bercakap cakap dengannya.

c. Gaya Off-set, murid biasanya 3 – 4 orang duduk dibangku tetapi tidak berhadapan

langsung satu sama lain. Cocok untuk gaya pembelajaran kooperatif.

d. Gaya Klaster kelompok, biasanya 4 – 8 murid bekerja dalam kelompok kecil. Cocok

untuk pembelajaraan kolaboratif.

Gaya Auditorium

Gaya Berhadap-hadapan

Gaya off-set

Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Page 11: Manajemen_kelas.docx

Gaya seminar

Gaya kelompok

3.3.3. Langkah Mendesain Kelas

Berikut ini langkah-langkah mendesain kelas (Weinstein,1997; Weinstein & Mignano 1997)

A. Pertimbangkan apa yang akan dilakukan murid. Jika kita akan mengajar TK atau SD, kita

perlu menciptakan setting untuk membaca dengan suara keras,mengajar membaca secara

berkelompok, tempat untuk berbagi pandangan,pengajaran matematika, dan tempat

pelajaran keterampilan dan seni.

B. Buat gambar rencana tata ruang. Sebelum kita memindahkan perabot, buatlah gambar

beberapa rancangan tata ruang, kemudian pilih salah satu gambar yang menurut kita

paling baik.

C. Libatkan murid dalam perencanaan tata ruang kelas. Kita dapat merencanakan tata ruang

kelas sebelum sekolah dimulai. Tetapi setelah sekolah dimulai, baiknya kita tanyakan

kepada murid tentang rencana yang sudah kita buat sebelum masuk sekolah. Jika murid

member saran yang masuk akal, maka ada baiknya kita mencoba.

D. Cobalah rancangan dan bersikaplah fleksibel dalam mendesainnya. Evaluasilah

efektivitas tata ruangan kita, beberapa minggu setelah masuk sekolah. Misalnya mengatur

posisi murid setengah lingkaran agar dapat mengurangi keributan.

Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Page 12: Manajemen_kelas.docx

4. MENANGANI PERILAKU BERMASALAHTidak peduli seberapa baik Anda merencanakan dan mencipakan lingkungan kelas yang

positif, perilaku bermasalah tetap akan muncul. Hal yang penting bagi anda untuk menanganinya

dalam cara yang tepat dan efektif.

4.3. STRATEGI MANAJEMEN

Ahli manajemen kelas Carolyn Evertson dan Koleganya (Evertson, Emmer, &

Worsham,2006) membedakan antara intervensi minor dan moderat untuk perilaku bermasalah.

Pembahasan berikut mendeskripsikan pendekatan mereka.

4.1.2. Intervensi Minor

Beberapa masalah hanya membutuhkan intervensi minor. Masalah melibatkan perilaku yang,

bila tidak sering, biasanya tidak mengganggu aktifitas dan pembelajaran. Sebagai contoh, siswa

mungkin memanggil guru tidak pada waktunya, meninggalkan kursi tanpa izin, terlibat dalam

prbincangan sosial ketika tidak diperbolehkan, dan makan permen didalam kelas.kita hanya

dibutuhkan intervensi minor untuk perilaku bermasalah, strategi ini bisa efektif (Evertson,

Emmer, & Worsham, 2006).

a. Menggunakan isyarat nonverbal. Buat kontak mata dengan siswa dan berikan siyal,

seperti jari dimulut, kepala yang menggeleng, atau sinyal tangan agar mereka berhenti.

b. Tetap meneruskan aktifitas. Terkadang, peralihan antara aktifitas membutuhkan waktu

yang terlalu lama atau istirahat dalam aktifitas muncul ketika siswa tidak memiliki tugas

untuk dilakukan. Dalam situasi ini, siswa mungin meninggalkan kursi, bersosialisasi,

bergurau, dan mulai tidak terkendali. Strategi yang baik adalah untuk tidak membetulkan

perilaku buruk minor siswa dalam situasi ini, tetapi mulai aktifitas berikutnya dalam cara

yang lebih tepat pada waktunya. Dengan merencanakan hari itu secara efektif, Anda

harus bias menghilangkan peralihan dan kekosongan yang lama dalam aktifitas.

c. Mendekati siswa. Ketika siswa mulai berperilaku buruk, hanya dengan sering kali

mendekati siswa tersebut, maka dapat menghentikan perilaku buruk tersebut.

d. Mengarahkan kembali perilaku tersebut. Apabila siswa tidak mengerjakan tugas, biarkan

mereka tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Anda bias berkata, “ Oke ingat, semua

orang harus mengerjakan soal matematika

Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Page 13: Manajemen_kelas.docx

e. Memberikan pelajaran yang dibutuhkan. Terkadang, siswa terlibat dalam erilaku buruk

minor ketika mereka tidak mengerti cara mengerjakan tugas yang diberikan. Tidak bias

mngerjaka aktifitas tersebut dengan efektif sehingga mereka akan mengisi waktu dengan

berperilaku buruk. Menyelesaikan makalah ini membutuhkan pemantauan tugas siswa

secara seksama dan pemberian bimbingan ketika dibutuhkan.

f. Memberi tahu siswa untuk berhenti secara langsung dan tegas. Bangunlah kontak mata

langsung dengan siswa, bersikap tegas, dan beri tahu siswa untuk menghentikan perilaku

tersebut. Buat komntar singkat dan pantaulah situasi sampai siswa patuh. Kombinasikan

strategi ini dengan pengalihan untuk mendorong perilaku yang diinginkan

g. Berilah siswa satu pilihan. Berikan tanggung jawab kepada siswa dengan mengatakan

bahwa ia memliki pilihan untuk berperilaku dengan baik atau menerima konsekuensi

negative. Yakinlah untuk memberi tahu siswa perilaku yang pantas dan konsekuensi

karena tidak menampilkan perlaku yang pantas.

4.1.3. Intervensi moderat

Beberapa perilaku buruk membutuhkan intervensi yang lebih kuat dari yang baru saja

dideskripsikan.Contoh: ketik siswa menyalahgunakan hak istimewa, mengacau aktifitas,

membuang-buang waktu, atau mengganggu pelajaran Anda atau pekerjaan siswa lain.

Berikut adalah beberapa intervensi moderat untuk menangani jenis masalah ini (Evertson,

Emmer & Worsham, 2006).

a. Tidak memberikan hak istimewa atau aktifitas yang diinginkan. Tidak pelak lagi,

Anda akan memliki siswa yang menyalahgunakan hak istimewa yang diberikan

seperti bias mengelilingi ruang kelas atau mengerjakan proyek bersama teman-teman

dalam kasus ini, Anda bisa menarik kembali hak istimewa itu.

b. Mengasingkan atau memindahkan siswa. Pemindahan siswa dari penguatan positif.

Apabila Anda memilih menggunakan time-out, Anda memiliki beberapa pilihan anda

bias (1) menahan siswa dikelas, tetapi meniadakan askes siswa untuk penguatan

positif; (2) membawa siswa keluar dari area aktivitas atau keluar dari kelas; atau (3)

menempatkan siswa dalam sebuah ruangan time-out, seperti” kamu ditempatkan

diruangan time out selama 30 menit karena kamu memukul derrick”. Apabila perilaku

Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Page 14: Manajemen_kelas.docx

buruk ini terjadi lagi, identifikasikanlah kembali dan tempatkan siswa dalam ruangan

time-out lagi. Setelah time out janganlah berkomentar seberapa baik siswa

berperilaku selama time out, cukup kembalikan siswaterseut kedalam aktifitas yang

terganggu.

c. Menjatuhkan Pinalti. Tugas yang berulang-ulang dalam jumlah kecil bias digunakan

sebagai pinalti untuk perilaku siswa buruk

4.1.4. Menggunakan pihak lain sebagai sumber

Di antara orang-orang yang bias membantu Anda membuat siswa-siswa terlihat dalam

perilaku yang lebih pantas adalah teman sebaya, orang tua, kepala sekolah atau konselor, dan

mentor.

1. Mediasi Teman Sebaya

Teman sebaya terkadang bisa sangat efektif dalam membuat siswa berperilaku dengan

lebih baik.

2. Pertemuan Orangtua-Guru

Anda bisa menelepon orangtua siswa atau bertemu dengan mereka dalam pertemuan

secara langsung.

3. Dapatkan Bantuan Dari Sekolah atau Konselor

Banyak sekolah telah menntukan konsekuensi untuk perilaku bermasalah tertentu.

Apabila anda berusaha dan tidak berhasil menangani perilaku tersebut, pertimbangkanlah

untuk meminta bantuan pengurus sekolah.

4. Menemukan Seorang Mentor

Sebelumnya, kita menekankan pentingnya siswa-siswa memiliki setidaknya seseorang

dalam kehidupan mereka, yang memperhatikan mereka dan mendukung perkembangan

mereka.

4.2. MENANGANI AGRESI

Kekerasan disekolah adalah persoalan besar yang semakin meningkat. Saat ini, di banyak

sekolah, merupakam hal biasa bagi sisa untuk berkelahi, menggangu siswa lain, atau mengancam

Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Page 15: Manajemen_kelas.docx

satu sama lain dan guru secara verbal atau dengan senjata. Perilaku ini bisa membangkitkan

kecemasan dan kemarahan Anda, tetapi penting untuk tetap siap siaga dengan kemunculan dan

menanganinya dengan tenanng. Menghindari argument atau konfrontasi emosional akan

membantu Anda menyelesaikan konflik tersebut.

a. Perkelahian

Ahli manajemen kelas Carolyn Evertson dan kolge-koleganya, (Emmer, & worsham,

2006). Pada umumnya, sangat baik untuk membiarkan yang orang-orang berkelahi

mendapatkan periode penenangan sehingga mereka bisa menenangan diri. Kemudaian,

temuilah mereka dan mintalah pandangan mereka tentang apa yang menyebakan

perkelahian tersebut. Tanya saki bila perlu, adakan pertemuan dengan orang-orang yang

berkelahi yang menekankan bahwa perkelahian merupakan hal Yang tidak pantas untuk

dilakukan, pentingnya menghormati persfektif orang lain dan pentingnya kerja sama.

b. Penindasan

Korban penindasan diketahui memeliki karakteristik tertentu (Dill, Vernberg, Fonagy,

2004; Eslea dkk, Hannish & Guerra 2004), sebuah studi terkini menemuka bahwa korban

penindasan memiliki orang tua ang mengacau, menuntut, dan tidak tanggap dengan anak-

anak mereka (ladd & Kochenderfer-lad, 2002). Dalan studi ini pula hubunga orangtua

anak-anak yang dikarakterisasi oleh kedekatan yang intensberkaitan dengan tingkat

pengorbanan eman sebaya yang lebih tinggi pada anak laki-laki. Kedekatan yang intens

seperti ini meningkatkan rasa kurang percaya diri dan kekhawatiran yang dianggab

sebagai kelemahan ketika diungkapkan dalam kelompok teman sebaya laki-laki.

c. Tentangan atau permusuhuan terhadap guru.

Edmund Emmer dan kolega-koleganya (Emer, Evertson, & Worsham, 2006) membahas

strategi berikut ntuk menghadapi siswa-siwa yang menentang anda atau bermusuhan

dengan anda. Apabila siswa bolos dengan perilaku semacam ini, kemungkinan besar

perilaku ini akan berlanjut dan menyebar. Oleh karena itu, berusahalah untuk

menenangkan peristiwa tersebut dengan merahasiakan dan bila memungkinkan,

menangani siswa tersebut secara individual.

Dalam kasus yang ekstrem dan jarang terjadi, siswa-siswa akan sepenuhnya tidak

kooperatif, yang mengharuskan anda mengirim siswa lain kekantor untuk diminta

bantuannya. Meskipun demikian, dalam sebagian besar kasus, apabila anda tetap tenang

Psikologi Pendidikan | Classroom Management

Page 16: Manajemen_kelas.docx

dan tidak terlibat dalam pergulatan kekuatan dengan siswa, siswa akan tenang dan Anda

bisa berbicara dengannya tanpa masalah.

4.3. PROGRAM BERBASIS KELAS DAN SEKOLAH

Beberapa program yang berbasis kelas dan sekolah untuk menangani perilaku yang

bermasalah melibatkan perbaikan kompetensi sosial dan resolusi konflik (coie & Dodge,

1998; Dodge, Coice & Lynam, 2006).

a. Program peningkatan kompetensi sosial

b. Meningkatkan kesadaran sosial – Proyek penyelesaian Masalah Sosial

c. Program kompetensi Sosial untuk remaja

d. Tiga C Manajemen Kelas dan Sekolah

e. Classroom Organization dan management Program (COMP)

Psikologi Pendidikan | Classroom Management