Manajemen Stress

17
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah atau yang disebut hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah yang dibentuk dari hati melalui makanan yang dikonsumsi. Pada produksi dan penyimpanannya glukosa diatur oleh suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang disebut insulin. Insulin berfungsi untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah (Smeltzer & Bare, 2001). Peningkatan kadar gula darah pada penderita DM mengakibatkan tubuh tidak bisa memproduksi hormon insulin secara baik atau bahkan sampai tidak bisa sama sekali. Jika kondisi ini terus berlanjut maka proses metabolisme di dalam tubuh akan mengalami gangguan (Sudarmoko, 2010). Pengertian DM yang dimaksudkan dalam hal ini adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan / menggunakan insulin secara cukup. Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Penyakit Endokrin Nasional Indonesia) seseorang bisa dikatakan menderita DM jika memiliki kadar gula darah puasa > 126 mg/dl dan pada tes sewaktu > 200 mg/dl. Kadar gula darah sepanjang hari bisa bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam, kadar gula darah yang normal adalah pada pagi hari setelah malan sebelumnya berpuasa yaitu 70 – 110 mg/dl darah. 6

description

stres

Transcript of Manajemen Stress

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Diabetes Mellitus

    1. Definisi Diabetes Mellitus

    Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh

    adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah atau yang disebut

    hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu

    dalam darah yang dibentuk dari hati melalui makanan yang dikonsumsi.

    Pada produksi dan penyimpanannya glukosa diatur oleh suatu hormon yang

    diproduksi oleh pankreas yang disebut insulin. Insulin berfungsi untuk

    mengendalikan kadar glukosa dalam darah (Smeltzer & Bare, 2001).

    Peningkatan kadar gula darah pada penderita DM mengakibatkan tubuh

    tidak bisa memproduksi hormon insulin secara baik atau bahkan sampai

    tidak bisa sama sekali. Jika kondisi ini terus berlanjut maka proses

    metabolisme di dalam tubuh akan mengalami gangguan (Sudarmoko, 2010).

    Pengertian DM yang dimaksudkan dalam hal ini adalah suatu penyakit

    dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat

    melepaskan / menggunakan insulin secara cukup. Menurut kriteria

    diagnostik PERKENI (Perkumpulan Penyakit Endokrin Nasional Indonesia)

    seseorang bisa dikatakan menderita DM jika memiliki kadar gula darah

    puasa > 126 mg/dl dan pada tes sewaktu > 200 mg/dl. Kadar gula darah

    sepanjang hari bisa bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan

    kembali normal dalam waktu 2 jam, kadar gula darah yang normal adalah

    pada pagi hari setelah malan sebelumnya berpuasa yaitu 70 110 mg/dl

    darah.

    6

  • 7

    2. Penyebab Diabetes Mellitus

    Menurut Smeltzer & Bare (2001) Penyakit diabetes mellitus biasanya

    disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah :

    a. Kelainan genetik

    Faktor keturunan sangat memungkinkan seseorang menderita diabetes

    mellitus karena jika ada riwayat keluarga yang ada salah satu anggotanya

    menderita diabetes mellitus dimungkinkan akan menurunkan kepada

    anaknya.

    b. Usia

    Faktor usia memungkinkan pada orang dewasa yang berusia 45 tahun ke

    atas atau orang orang yang berusia dibawah 45 tahun tetapi mengalami

    kegemukan

    c. Stres

    Stres kronis cenderung membuat seseorang makan makanan yang

    manis- manis untuk meningkatkan kadar lemak serotonin otak. Serotonin

    ini mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stresnya .

    Tetapi gula dan lemak berbahaya bagi mereka yang beresiko mengidap

    penyakit diabetes mellitus

    d. Pola makan yang salah

    Pola makan yang cenderung mengkonsumsi makanan yang mengandung

    gula dan bersifat manis akan cepat meningkatkan kadar gula darah

    seseorang sehingga pola makan yang salah harus dikendalikan dengan

    cara mengendalikan mengkonsumsi makanan yang bersifat manis

    3. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

    Gejala dan tanda dari diabetes mellitus bisa dibedakan menjadi gejala akut

    dan gejala kronis. Pada gejala akut akan ditandai dengan banyak makan,

    banyak minum dan banyak kencing. Namun lama kelamaan akan timbul

    penurunan daya kerja insulin yang membuat seseorang kehilangan nafsu

    makan, mudah capek dan penurunan berat badan secara cepat.

  • 8

    Pada gejala kronis terkadang seseorang tidak ada gejala akut dan

    menunjukan gejala setelah beberapa bulan bahkan beberapa tahun setelah

    mengidapnya. Gejala gejala tersebut diantaranya adalah :

    a. Muncul perasaan haus terus menerus dan sering buang air kecil dalam

    jumlah banyak

    b. Mudah merasa capek tanpa ada penyebab yang pasti

    c. Cepat merasa lapar dan mudah mengantuk

    d. Badan terasa gatal dan adanya peradangan kulit menahun

    e. Sering kesemutan

    f. Pengelihatan kabur sehingga sering mengganti kacamata

    g. Gatal didaerah sekitar kemaluan

    h. Gigi mudah goyah dan mudah lepas

    4. Faktor faktor yang mempengaruhi Stres pada Diabetes Mellitus

    Stres fisiologik seperti infeksi dan pembedahan turut menimbulkan

    hiperglikemia dan dapat memicu diabetes ketoasidosis. Stres emosional

    dapat memberi dampak yang negatif terhadap pengendalian diabetes yang

    meliputi :

    a. Tingginya kadar gula darah

    b. Dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami

    diabetes mellitus

    c. Motivasi seorang penderita diabetes mellitus terhadap perawatan

    komplikasi yang mungkin terjadi

    d. Spiritualitas dalam diri seseorang

    5. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

    Penatalaksanaan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba

    menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk

    mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuannya

    adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi

  • 9

    hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien (Smeltzer &

    Bare,2002)

    a. Diet

    Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk

    mencapai tujuan berikut ini:

    1) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin,

    mineral)

    2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

    3) Memenuhi kebutuhan energi

    4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

    mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui

    cara-cara yang aman dan praktis

    5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

    Bagi semua penderita diabetes, perencanaan makan harus

    mempertimbangkan pula kegemaran pasien terhadap makanan

    tertentu, gaya hidup, jam-jam makan yang biasa diikutinya dan latar

    belakang etnik serta budayanya. Bagi pasien yang mendapatkan terapi

    insulin intensif, penentuan jam makan dan banyaknya makanan

    mungkin lebih fleksibel dengan cara mengatur perubahan kebiasaan

    makan serta latihan.

    b. Latihan

    Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya

    dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko

    kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan

    meningkatkan pongambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki

    pemakaian insulin.

    Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.

    Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat

    meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju

    metabolisme laju istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini

  • 10

    sangat bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat

    badan, mengurangi rasa stres dan mempertahankan kesegaran tubuh.

    Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan

    kadar HDL-kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total dan

    trigliserida. Semua manfaat ini sangat penting bagi penyandang

    diabetes mengingat adanya peningkatan risiko untuk terkena penyakit

    kardiovaskuler pada diabetes. Meskipun demikian, penderita diabetes

    dengan kadar glukosa darah lebih dari 250mg/dl (14mmol/L) dan

    menunjukkan adanya keton dalam urin tidak boleh melakukan latihan

    sebelum pemeriksaan keton urin memperlihatkan hasil negatif dan

    kadar glukosa darah telah mendekati normal.

    Latihan dengan kadar glukosa darah tinggi akan meningkatkan sekresi

    glukagon, growth hormone dan katekolamin. Peningkatan hormon ini

    membuat hati melepas lebih banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan

    kadar glukosa darah.

    c. Pemantauan

    Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri

    (SMBG: self-monitoring of blood glucose), penderita diabetes kini

    dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah

    secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan

    hipoglikemia serta hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan

    kadar glukosa darah normal yang memungkinkan akan mengurangi

    komplikasi diabetes jangka panjang. Berbagai metode kini tersedia

    untuk melakukan pemantauan mandiri kadar glukosa darah.

    d. Terapi Insulin dan Obat Hiperglikemia.

    Pada diabetes tipe I, tubuh kehilangan kemampuan untuk

    memproduksi insulin. Dengan demikian, insulin harus diberikan dalam

    jumlah tak terbatas. Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan

    sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa

    darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil

  • 11

    mengontrolnya. Di samping itu, sebagian pasien diabetes tipe II yang

    biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet atau obat

    oral kadang membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami

    sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian stress

    lainnya.

    e. Manajemen stres

    Diabetes melitus merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku

    penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Karena diet, aktivitas

    fisik dan stres fisik serta emosional dapat mempengaruhi pengendalian

    diabetes, maka pasien harus belajar untuk mengatur keseimbangan diri

    untuk berpikir positif agar tidak stres. Penting bagi penderita diabetes

    untuk tahu bagaimana caranya menjaga tingkat stresnya. Salah satunya

    adalah dengan melakukan olahraga secara teratur.

    Olahraga teratur bagi penderita diabetes tidak hanya untuk mengontrol

    kadar glukosa, tapi juga membuat seseorang memiliki waktu untuk

    dirinya sendiri. Hal ini termasuk salah satu cara untuk mencegah dan

    mengatasi stres. Beberapa hal juga bisa efektif mengatasi dan

    mencegah stres yaitu istirahat yang cukup, mengonsumsi makanan

    yang seimbang, serta memiliki sikap hidup yang positif seperti

    meluangkan waktu untuk diri sendiri dan belajar memahami dirinya

    sendiri.

    Sebenarnya dalam kadar tertentu stres diperlukan untuk menyiapkan

    individu menghadapi sebuah ancaman. Tapi jika stres terjadi secara

    berkepanjangan, maka bisa merugikan diri sendiri dan menimbulkan

    penderitaan. Kondisi stres ini bisa menyebabkan penurunan

    kemampuan serta mulai timbul keluhan dan mengakibatkan kenaikan

    kadar gula darah.

  • 12

    B. Pengetahuan

    1. Pengertian Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

    melalui panca indra manusia yakni indra pengelihatan, pendengaran,

    penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

    melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

    membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang mencangkup dalam

    domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

    a. Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat tingkat ini adalah

    mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

    dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, contohnya menyebutkan

    cara untuk menjalankan terapi stres pada penderita diabetes mellitus

    b. Memahami (Comperhension)

    Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

    benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

    materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

    materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap objek yang

    dipelajari, contohnya dapat menjelaskan mengapa harus mengendalikan

    kadar gula darah dan menjalankan menajemen stres pada penderita

    diabetes mellitus

    c. Aplikasi (aplication)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

    telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata. Aplikasi ini dapat

    diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum hukum, rumus,

    metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

  • 13

    d. Analisis (Analisys)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

    objek kedalam komponen komponen, tetapi masih dalam satu struktur

    organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain.

    e. Sintesis

    Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

    menghubungkan bagian bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

    baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

    formulasi yang ada.

    f. Evaluasi

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

    atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian ini

    didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

    menggunakan kriteria kriteria yang telah ada.

    2. Tingkatan Pengetahuan

    Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

    langsung atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang

    ingin diukur dari responden atau subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan

    responden yang ingin diukur atau diketahui, dapat disesuaikan dengan

    tingkat pengetahuan dari responden (Notoadmodjo, 2003)

    Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori menurut Pratomo (2001),

    yaitu :

    a. Baik, apabila skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi.

    b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi

    c. Kurang, apabila skor jawaban responden < 40% dari nilai tertinggi.

    3. Faktor faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

    Menurut Nasution dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan dalam

    masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor :

  • 14

    a. Tingkat Pendidikan

    Semakin tinggi pendidikan maka akan lebih mudah menerima hal hal

    baru dan mudah menyesuaikan dengan hal- hal baru tersebut

    b. Informasi

    Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

    memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

    c. Budaya

    Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkatan pengetahuan seseorang

    karena informasi informasi baru akan disaring kira - kira sesuai atau

    tidak dengan budaya yang dianut

    d. Pengalaman

    Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,

    maksudnya pendidikan yang lebih tinggi pengalamanya akan lebih luas

    dan umur yang semakin banyak pengalamanya juga akan semakin

    mengetahui bagaimana manajemen stres yang baik.

    e. Sosial ekonomi

    Tingkat seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan bersosialisasi

    4. Pengetahuan tentang Manajemen Stres pada Diabetes Mellitus

    Dalam hal ini seseorang yang menderita diabetes mellitus akan mengalami

    stres, gelisah dan cemas yang berpengaruh pada peningkatan gula darah

    sehingga mereka harus mampu mengendalikan stres agar tidak terjadi

    peningkatan gula darah yang terus menerus.

    C. Manajemen Stres

    1. Pengertian Stres

    Stres merupakan istilah dari bahasa latin Stingere yang berarti keras

    (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan

    penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise, strest, stresce,

    dan stress. Stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang mnegalami

  • 15

    ketegangan karena adanya kondisi kondisi yang mempengaruhi dirinya.

    Stres juga merupakan respons yang datang dari diri seseorang terhadap

    tantangan fisik maupun mental yang datang dari dalam ataupun dari luar

    dirinya. Oleh karena itu, selama kehidupan berlangsung tidak mungkin

    manusia terhindar dari stres (Nasrudin, 2010).

    Stres dapat didefinisikan sebagai semua jenis perubahan yang menyebabkan

    fisik, emosi atau tekanan psikologis. Stres adalah respons mental seseorang

    dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Stres adalah segala

    masalah atau tuntutan penyesuaian diri dan karena itu sesuatu yang

    mengganggu kita (Hawari 2010) .

    Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam yang

    menimbulkan ketegangan dalam diri seseorang. Hal ini merupakan kondisi

    mental yang secara subyektif tidak menyenangkan pada manusia. Stres

    bersumber dari internal dan eksternal. Stres menyebabkan kemampuan

    seseorang menghadapi masalah menurun dan menimbulkan berbagai

    keluhan psikis (mental emosional) maupun fisik. Stres menyebabkan

    hambatan dalam kehidupan psikososial seperti pergaulan, pekerjaan,

    penggunaan waktu senggang (Perry & Potter,1999).

    Kondisi tertentu stres dapat berdampak positif dan produktif. Bagi orang

    yang berfikir positif dan dalam kondisi tertentu stres dapat menghasilkan

    suatu dinamika perilaku sehingga menjadi lebih produktif dan sukses.

    Sementara itu, pada orang yang berfikir negatif dan dalam kondisi tertentu,

    stres dapat menimbulkan hambatan dan gangguan baik fisik maupun mental.

    Stres yang bersifat positif disebut eustres, sedangkan stres yang bersifat

    negatif disebut distress (Hawari,2010).

  • 16

    Stres emosional memberikan dampak negatif terhadap pengendalian

    diabetes karena peningkatan hormon stres akan meningkatkan kadar

    glukosa darah, khususnya bila asupan makanan dan pemberian insulin yang

    tidak terkontrol. Disamping itu, pada saat terjadi stres emosional, penderita

    diabetes dapat mengubah pola makan, latihan dan penggunaan obat yang

    biasanya dipatuhi menjadi diabaikan oleh penderita. Keadaan ini akan

    menimbulkan hiperglikemia atau bahkan hipoglikemia (Smeltzer &

    Bare,2001).

    Penderita diabetes harus menyadari kemungkinan kemunduran pengendalian

    diabetes yang menyertai stres emosional. Bagi mereka diperlukan motivasi

    agar sedapat mungkin mematuhi rencana terapi diabetes pada saat saat

    stres. Demikian pula untuk strategi pembelajaran yang dapat memperkecil

    pengaruh stres dan mengatasinya ketika hal ini terjadi karena merupakan

    satu hal penting dalam pendidikan diabetes (Smeltzer & Bare, 2001).

    Manajemen stres adalah suatu tindakan dalam mengatur diri pribadi untuk

    merelaksasikan pikiran dengan berbagai kegiatan seperti halnya setiap

    individu diharuskan mempunyai waktu rileks harian, menyadari sumber

    stres, melakukan olah raga meditasi dan relaksasi otot sebelum tidur,

    memanfaatkan waktu tidur sebagai waktu yang menyenangkan,

    mengekspresikan perasaan dan menggunakan metode pengendalian stres

    (Perry & Potter,1999).

    2. Sumber sumber Stres

    Sumber sumber yang menimbulkan stres disebut dengan stresor, yang

    terdapat didalam diri atau diluar dirinya. Menurut Smeltzer & Bare dalam

    garis besarnya, faktor faktor yang menimbulkan stres dapat dikelompokan

    menjadi tiga yaitu :

  • 17

    a. Stresor harian atau yang disebut frustasi

    Meliputi kejadian yang terjadi sehari hari misalnya saja pada saat

    terjebak kemacetan, kerusakan komputer, bertengkar dengan pasangan

    hidup atau teman sekamar. Ternyata jika kondisi ini terus berlangsung

    dalam jangka waktu yang lama bisa mengakibatkan adanya gangguan

    dan terjadinya frustasi

    b. Bencana besar yang melibatkan kelompok besar

    Kejadian ini bisa digambarkan pada adanya permasalahan terorisme

    disuatu negara sehingga banyak terjadi ancaman dan peperangan

    sehingga dapat mengakibatkan stres pada masyarakat

    c. Stres diri pribadi

    Adanya gangguan pada diri baik dari segi fisik maupun mental, seperti

    pada kondisi terdiagnosa suatu penyakit, mengalami kecelakaan dan

    gangguan kesehatan lainya.

    3. Manajemen Stres pada Penderita Diabetes Mellitus

    Penelitian keperawatan yang dijelaskan dalam Smeltzer & Bare (2001) ada

    lima cara dalam mengendalikan stres yang menyebabkan timbulnya

    penyakit, yaitu:

    a. Mencoba merasa optimis mengenai masa depan

    Meskipun sedang mengalami suatu gangguan yang ada didalam diri,

    seseorang harus tetap optimis dalam menatap masa depan dan

    meneruskan kehidupanya dengan selalu berfikir positf melangkah

    kedalam hidup yang sehat.

    b. Menggunakan dukungan sosial

    Keluarga dan masyarakat sangat mempengaruhi kondisi seseorang

    sehingga dukungan sosial sangat penting dalam menjalani suatu strategi

    manajemen stres yang baik. Dengan adanya dukungan maka motivasi diri

    terhadap seorang penderita untuk selalu bahagia akan bisa tercapai.

  • 18

    c. Menggunakan sumber spiritual

    Keyakinan terhadap segala suatu yang diyakini bisa mengurangi tingkat

    stres seseorang yaitu dengan melakukan kegiatan yang bersifat spiritual

    misalnya saja mengikuti kegiatan ibadah, yoga, perana, maupun kegiatan

    lain yang bisa merelaksasikan pikiran.

    d. Mencoba tetap mengontrol situasi maupun perasaan

    Dalam kondisi tertentu seseorang akan mudah marah dan terbawa emosi

    sehingga dalam hal ini sangat penting dalam mengendalikan emosi

    maupun perasaan

    e. Mencoba menerima kenyataan yang ada

    Meskipun dalam kondisi sakit tetapi tidak akan menghalangi seserang

    untuk melanjutkan hidupnya, penerimaan kondisi diri terhadap penyakit

    harus dilakukan secara sadar dan menerima kenyataan yang ada.

    4. Faktor faktor yang mempengaruhi Manajemen stres

    Secara teori manajemen stres adalah perilaku pengendalian stres. Menurut

    Green dalam Notoatmodjo (2005), perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama

    yaitu:

    a. Faktor predisposisi (predisposing factors)

    Faktor Presisposisi (predisposing factors) adalah factor factor dapat

    mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri

    seseorang adalah pengetahuan dan sikap seseorang tersebut terhadap yang

    akan dilakukan.

    1) Pengetahuan

    Pengetahuan pasien tentang diabetes mellitus sangat berhubungan

    erat dengan pengetahuan pasien tentang pentingnya manajemen

    stres. Pengetahuan pasien yang rendah mengenai penyakit diabetes

    mellitus akan mempengaruhi manajemen stres terhadap

    pengendalian kenaikan gula darah.

  • 19

    2) Tingkat pendidikan

    Tingkat pendidikan dan pengetahuan pasien serta pengalaman

    sangat berpengaruh dalam hal penatalaksanaan manajemen stress

    pada penderita diabetes mellitus . Pendidikan akan memberikan

    dampak bagi pola pikir dan pandangan pasien tentang manajemen

    stres terhadap penyakitnya

    3) Pekerjaan

    Status pekerjaan pasien mempunyai pengaruh besar dalam

    penatalaksanaan manajemen stres. Pekerjaan pasien yang banyak

    menyita waktu akan mempengaruhi seseorang untuk memikirkan

    tentang bagaimana mengendalikan stres pada dirinya

    4) Tingkat Sosial ekonomi

    Tingkat sosial ekonomi akan mempengaruhi manajemen stress

    pada pasien diabetes mellitus. Rata-rata masyarakat atau keluarga

    dengan tingkat sosial ekonomi yang cukup baik akan lebih bias

    memikirkan yang terbaik agar gula darah mereka bias terkontrol

    dengan baik

    b. Faktor pendukung (factor enabling)

    Faktor pendukung (factor enabling) adalah faktor yang memungkinkan

    atau yang memberi kesempatan untuk terjadinya sebuah perilaku, yang

    terwujud dalam ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana, sumber daya

    serta ketrampilan petugas kesehatan.Ketersediaan sarana dan fasilitas

    dalam hal ini meliputi :

    1) Tempat ibadah

    Seseorang yang mengalami berbagai persoalan akan mampu

    menenangkan dirinya di tempat tempat yang menurut mereka dapat

    memberikan aura positif seperti tempat ibadah masjid, gereja, wihara

    dll.

    2) Dukungan Keluarga

    Keluarga dan orang terdekat sangat diperlukan bagi individu dalam

    rangka mengatasi berbagai persoalan, keluarga bisa menjadi tempat

  • 20

    untuk mengungkapkan segala permasalahan yang ada sehingga

    manajemen stres dapat dilaksanakan.

    c. Faktor pendorong (reinforcing factors)

    Faktor pendorong (reinforcing factors) adalah konsekuensi dari

    determinan perilaku dimana individu menerima feed back dan setelah itu

    ada dorongan social. Faktor pendorong meliputi dukungan social,

    pengaruh dan informasi serta feed back oleh tenaga kesehatan

    1) Sikap dan kebiasaan

    Sikap adalah cara seseorang menerima atau menolak sesuatu yang

    didasarkan pada cara dia memberikan penilaian terhadap objek

    tertentu yang berguna ataupun tidak bagi dirinya (Nuryani, 2008).

    Sikap dan kebisaan pasien yang sering emosional apabila ada

    permasalah yang membelit akan mempengaruhi dirinya sehingga stres

    sulit dikendalikan

    2) Pengaruh lingkungan masyarakat

    Lingkungan masyarakat mempunyai peranan penting yaitu apabila

    lingkungan sekitar mampu meberikan pengaruh yang baik seperti

    halnya masyarakat dapat menciptakan suasana yang nyaman dan

    tenang maka penatalaksanaan manajemen stres dapat terkondisikan.

    Berbeda halnya apa bila lingkungan sekitar berpengaruh buruk maka

    pasien akan sulit mengendalikan stres yang berdampak menaikan gula

    darah.

    D. Keaslian Penelitian

    Penelitian yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan penelitian ini

    adalah :

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Febriyanti (2007) menyatakan bahwa

    terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap

    kepatuhan pasien dalam menjalani terapi diet diabetes mellitus.

  • 21

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Diliyani (2006) menyatakan bahwa terdapat

    hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan penderita tentang

    penyakit dan komplikasi dengan tindakan mengontrol kadar gula darah.

    3. Penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2005) menyatakan ada korelasi

    antara dukungan sosial dengan stres pada pasien yang menjalani

    hemodialisa di RSUD Dr Moewardi Surakarta.

    E. Konsep Teori

    Skema 2.1 Kerangka Teori

    [Sumber; Modifikasi Smeltzer & Bare ( 2001) dan Notoatmodjo (2003)]

    Diabetes

    Mellitus

    Manajemen Stres

    a. Optimis

    b. Dukungan Sosial

    c. Sumber Spiritual

    d. Kontrol Emosi

    e. Menerima kenyataan

    Faktor yang mempengaruhi manajemen stres

    A. Faktor predisposisi (predisposing factors)

    1. Pengetahuan a. Tahu (know)

    b. Memahami (comprehension)

    c. Aplikasi (application)

    d. Analisis (analysis)

    e. Sintesis (syntesis)

    f. Evaluasi (evaluation )

    2. Tingkat pendidikan

    3. Pekerjaan

    4. Tingkat social dan ekonomi

    B. Faktor pendukung (factor enabling)

    1. Banyaknya tempat ibadah

    2. Dukungan keluarga

    C. Faktor pendorong (reinforcing factors)

    1. Sikap dan kebiasaan

    2. Faktor lingkungan masyarakat

    Stres

  • 22

    F. Kerangka Konsep

    Variabel Independent Variabel Dependent

    Skema 2.2 Kerangka Konsep

    G. Variabel Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel

    dependen

    1. Variabel Independen

    Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan

    penderita diabetes mellitus

    2. Variabel Dependen

    Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen stres penderita

    diabetes mellitus

    G. Hipotesis

    Adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan manajemen stres pada

    penderita diabetes mellitus di RSUD Kota Semarang.

    Tingkat Pengetahuan

    penderita DM

    Manajemen Stres Pada

    Penderita DM