MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DALAM … file... dan analisis prioritas yang ......

18
MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SD NEGERI NGRUKEMAN TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh NASRUDIN NIM. Q 100160113 MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DALAM … file... dan analisis prioritas yang ......

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN

DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SD NEGERI

NGRUKEMAN TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan

Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh

NASRUDIN

NIM. Q 100160113

MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

i

ii

iii

1

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DALAM

PROSES PEMBELAJARAN DI SD NEGERI NGRUKEMAN

TAMANTIRTO

ABSTRACT

This research aims to know the educational infrastructure and facilities

management in the learning process. The object of the research consists of: (1)

planning, (2) procurement, (3) inventory, (4) maintenance, and (5) the removal of

the educational facilities and infrastructure. This research is a descriptive

qualitative research, research subject is the teacher of three people. Data collected

through three ways: interviews, observation, and documentation. The results

showed that: (1) educational facilities and infrastructure planning is done through

the analysis of needs (school self evaluation), analaisis financing, and analysis of

priority orientation on the learning process. (2) provision of educational facilities

and infrastructure through the assignment is carried out jointly the school; sourced

on reparations, government funding, community contributions, borrowing the

goods; procurement notice quality and function in the learning process. (3)

inventory education and infrastructure through the recording in a book, the

making of an inventory item code, and the reporting of goods. (4) the maintenance

of facilities and infrastructure of education through everyday maintenance

involving teachers and students the goal of textbooks, classrooms, a learning tool;

in the regular maintenance of school buildings, includes the replacement of the

damaged ceiling, repairs chairs, a desk, LCD and a computer. (5) the removal of

facilities and infrastructure of education through the provision of the goods

includes the removal of already damaged, it can't be fixed, and cannot be used.

Keywords: management, infrastructure, learning process

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen sarana dan prasarana

pendidikan dalam proses pembelajaran. Objek penelitian terdiri dari: (1)

perencanaan, (2) pengadaan, (3) inventarisasi, (4) pemeliharaan dan (5)

penghapusan sarana dan prasarana pendidikan. Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif kualitatif, subyek penelitian adalah guru yang berjumlah tiga

orang. Data yang dikumpulkan melalui tiga cara yaitu: wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) perencanaan sarana dan

prasarana pendidikan dilakukan melalui analisis kebutuhan (evaluasi diri sekolah),

analaisis pembiayaan, dan analisis prioritas yang orientasinya pada proses

pembelajaran. (2) pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui penetapan

yang dilakukan secara bersama-sama pihak sekolah; bersumber pada reparasi,

dana pemerintah, sumbangan masyarakat, peminjaman barang; pengadaan

memperhatikan kualitas dan fungsi pada proses pembelajaran. (3)

penginventarisasi sarana dan prasarana pendidikan melalui pencatatan dalam buku

inventarisasi, pembuatan kode barang, dan pelaporan barang. (4) pemeliharaan

2

sarana dan prasarana pendidikan melalui pemeliharaan sehari-hari yang

melibatkan guru dan siswa sasarannya buku pelajaran, ruang kelas, alat

pembelajaran; dalam pemeliharaan berkala mencakup pemeliharan gedung

sekolah, penggantian plafon yang rusak, perbaikan kursi, meja, LCD dan

komputer. (5) penghapusan sarana dan prasarana pendidikan melalui ketentuan

penghapusan mencakup barang sudah rusak, tidak dapat diperbaiki, dan tidak

dapat digunakan.

Kata kunci: manajemen, sarana dan prasarana, proses pembelajaran

1. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk menjalankan dan

mewujudkan proses belajar mengajar secara berkesinambungan dan tersusun

dalam program pembelajaran yang disusun sebelum proses pembelajaran

berlangsung. Pendidikan tidak terlepas dari beberapa faktor penting yang mampu

mendukung terselenggaranya pendidikan di sekolah, salah satu faktor pendukung

terselenggaranya pendidikan adalah tersedianya sumber daya pendidikan seperti

sarana dan prasarana pendidikan.

Menurut Mulyasa (2003: 49), sarana pendidikan adalah peralatan dan

perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses

pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruangan kelas,

meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Dengan demikian sarana

pendidikan akan berperan baik ketika penggunaan sarana tersebut dilakukan oleh

tenaga pendidik yang bersangkutan secara optimal. Barnawi (2012: 47-48),

berpendapat bahwa prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan

dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di

sekolah. Oleh karena itu sarana dan prasarana pendidikan adalah satu kesatuan

pendukung terlaksanakannya proses belajar dan mengajar dengan baik dan

optimal.

Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung yang sangat penting

dalam dunia pendidikan selain tenaga pendidik. Pendidikan tidak akan pernah bisa

berjalan dengan baik tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana

dan prasarana tidak akan dapat terpenuhi tanpa adanya manajemen yang

3

dijalankan dalam lembaga pendidikan yang terkait dan dengan adanya manajemen

sarana dan prasarana pendidikan akan berdaya untuk proses pembelajaran.

Dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti bagaiman manajemen sarana

prasaran pendidikan dalam proses pembelajaran yang berjalan di SD Ngerukeman

Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan perencanaan, pengadaan, penginventarisasi,

pemeliharaan, dan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan dalam proses

pembelajaran di SD Negeri Ngrukeman Tamantirto, Kasihan, Bantul.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini

ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang

persepektif patrisipan. Pendekatan pada penelitian ini adalah pendekatan

etnografi. Etnografi menurut Spradley (2010:4) merupakan penelitian yang

mempelajari aktivitas sekelompok orang, aktivitas sosial, dan budaya dengan cara

melihat, mendengar, berbicara, berfikir dan bertindak.

Pengumpulan data dalam penelitian yang berjudul Manajemen Sarana dan

Prasarana Pendidikan Studi Kasus di SD Negeri Ngrukeman Tamantirto, Kasihan,

Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan tiga metode, metode

observasi, metode wawancara, dan metode dokumen (studi dokumentasi).

Data yang telah diperoleh peneliti menggunakan tiga metode, metode

observasi, metode wawancara, dan metode studi dokumenter akan diolah atau

dianalisis melalui teknik analisis data yang ada. Analisis data yang digunakan

peneliti dalam penelitian yang manajemen sarana dan prasarana pendidikan di SD

Negeri Ngerukeman Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY menggunakan teknik

analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (1984) (Sugiyono 2014: 245).

Pada model ini dapat memahami bahwa ada tiga tahap yang dilakukan dalam

menganalisis yaitu reduksi data, penyajian dan kesimpulan.

4

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam Proses

Pembelajaran

1) Analisis kebutuhan dilakukan dengan menganalisis dan mengevaluasi

sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung proses

pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.

Hal tersebut secara garis besar selaras dengan teori yang

dikemukakan oleh Kompri (2014) intinya menyatakan bahwa analisis

kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan pada proses

perencanaan dan analisis tersebut menyangkut pada kebutuhan pada

sarana dan prasarana dalam pembelajaran. Kegiatana analisis sarana dan

prasarana pendidikan melibatkan guru kelas maupun guru mata pelajaran,

akan tetapi peranan guru kelas dalam menganalisis kebutuhan lebih besar

tanggung jawabnya daripada guru mata pelajaran.

Dengan menganalisis sarana dan prasarana pendidikan menjadi satu

langkah yang penting untuk dilakukan disetiap lembaga pendidikan.

Tidak terkecuali di SD Negeri Ngrukeman Tamantirto yang melakukan

analisis sarana dan prasarana pendidikan terlebih dahulu dalam upaya

menyediakan atau mengadakan barang yang dibutuhkan oleh sekolah dan

khususnya guru untuk pendukung proses pembelajaran. Dalam analisis

terdapat satu langkah yang sangat penting yaitu evaluasi.

Evaluasi mempunyai tujuan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas

sarana dan prasarana pendidikan. Dari analisis kebutuhan dan evaluasi

diri sekolah (EDS) di SD Negeri Ngrukeman yang dilakukan oleh setiap

guru kelas, dari hasil analisis kebutuhan terdapat temuan yang perlu

diadakan sekolah seperti rak/lemari yang memadai untuk penyimpanan

buku-buku, buku pelajaran, dan alat peraga pembelajaran. Dengan

demikian proses analisis dan evaluasi untuk menentukan pengadaan

sarana dan prasarana sangat diperhatikan dengan baik. Dimana kedua hal

tersebut merupakan penunjang proses pembelajaran.

5

2) Analisis pembiayaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pembelian

sarana dan prasarana dan untuk meminimalisir penggunaan dana yang

tidak tepat sasaran.

Hal tersebut senada dengan teori yang diungkapkan oleh Gunawan

dan Benty (2017) intinya menyatakan bahwa dalam proses perencanaan

sarana dan prasarana pendidikan harus memperhatikan estimasi biaya

yang tersedia di lembaga sekolah. Selain senada dengan teori yang

diungkapkan oleh Gunawan dan Benty temuan diatas juga didukung

dengan temuan Idris (2013) intinya menyatakan bahwa penyedian sarana

dan prasarana pendidikan secara umum melalui dana dari pemerintah.

Ketersediaan dana pendidikan sangatlah penting dalam setiap

lembaga terutama lembaga pendidikan. Dana yang tersedia pada lembaga

pendidikan diperguankan untuk memenuhi kebutuhan sekolah salah

satunya dalam pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan. Dana yang

diberikan pemerintah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan yang secara keseluruhan.

Dengan demikian analisis penggaunaan dana pendidikan sangat

diperlukan sehingga tidak menimbulkan permasalah pada pendanaan

lembaga sekolah. Di SD Negeri Ngrukeman Tamantirto telah melakukan

analisis pembiayaan yang bertujuan untuk memanfaatkan dana dalam

pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan

kebutuhan perencanaan. Analisis pembiayaan dilakukan untuk

mengendalikan dana yang tersedia untuk penyediaan sarana dan

prasarana yang diprioritaskan sekolah seperti pembelian buku-buku, alat

tulis kantor (ATK), dan alat peraga.

3) Analisis prioritas merupakan pemilihan dari usulan-usalan guru dalam

perencanaan sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan sekolah

dan peserta didik dan mengacu pada dana pendidikan yang tersedia.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gunawan

dan Benty (2017) yang menyatakan bahwa menetapkan prioritas sarana

6

dan prasarana dalam perencanaan merupakan hal penting yang perlu

diperhatikan sebelum pengadaan itu direalisasikan.

Analisis prioritas sarana dan prasarana selain untuk memenuhi

kebutuhan sekolah dalam kaitannya dengan proses pembelajaran analisis

prioritas juga mempunyai tujuan lain yaitu untuk mengurangi

pengeluaran pembiayaan dalam penyedian sarana dan prasarana yang

masih mempunyai daya guna. Sarana dan prasarana yang di prioritaskan

di SD Negeri Ngrukeman Tamantirto adalah buku-buku pelajaran, alat

tulis kantor (ATK), dan alat peraga. Sarana dan prasarana yang

diprioritaskan semuanya mengacu pada kegunaan pembelajaran di dalam

kelas.

b. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam Proses

Pembelajaran

1) Penetapan, penetapan dilakukan bersama-sama dengan semua pihak

sekolah mengacu pada kebutuhan yang sangat penting untuk mendukung

proses pembelajaran.

Hal tersebut didukung oleh Ihuoma (2008) intinya menyatakan

bahwa dalam penetapan sarana dan prasarana mengacu pada suatu tujuan

diadakannya sarana dan prasarana tersebut. Tujuan utama dalam

penetapan untuk memenuhi kebutuhan proses pembelajaran di dalam

kelas.

Dengan demikian pengadaan sarana dan prasarana pendidikan

dilakukan oleh pimpinan sekolah yang berlandaskan pada kesepakatan

bersama dan dengan melihat kebutuhan-keutuhan yang diperlukan

sekolah di SD Negeri Ngrukeman Tamantirto berupa buku guru, buku

siswa, dan buku bacaan sesuai dengan temuan terdahulu dan teori-teori

yang terkait.

2) Sumber pengadaan, sumber pengadaan melalui reparasi barang-barang

yang rusak, pembelian barang baru menggunakan dana dari pemerintah

dan sumbangan masyarakat, peminjaman dari pihak swasta dan

penukaran barang baru dengan barang yang sudah rusak.

7

Temuan tersebut didukung dengan temuan Taylor (2011) intinya

menyatakan bahwa dalam hal pengadaan sarana dan prasrana pendidikan

menggunakan dana dari pihak pemerintah dan pihak swasta yang

berkaitan langsung dengan lembaga pendidikan. Temuan di atas selaras

dengan teori yang diungkapkan oleh Gunawan dan Benty (2017) intinya

mengungkapkan bahwa sumber pengadaan sarana dan prasarana dapat

melalui pembelian, pembuatan sendiri, penerimaan hibah atau pinjaman

dari pihak swasta, penyewaan, dan pinjaman-pinjaman dari lembaga

yang terkait dengan sekolah.

Selain selaras dengan temuan dari Gronberg dan teori yang

dikemukakan oleh Gunawan dan Benty temuan di atas juga selaras

dengan Kompri (2014) intinya mengungkapkan bahwa pengadaan sarana

dan prasarana pendidikan melalui beberapa cara yaitu: pembelian,

pembuatan secara mandiri, penyewaan, dan penerimaan hibah atau

sumbangan dari pihak lain.

Dengan demikian temuan peneliti mengenai pengadaan sarana dan

prasarana di SD Negeri Ngrukeman Tamantirto selasar dengan temuan

yang pernah dilakukan peneliti terdahulu dan sesuai dengan teori-teori

yang diungkapkan di atas. Sehingga bisa disimpulka sementara bahwa

pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui beberapa cara

seperti: pembelian baru, pembuatan sendiri, penyewaan, penerimaan

hibah, dan reparasi barang-barang yang ada.

3) Kualitas sarana dan prasarana yang ditetapkan seperti kegunaaan jangka

waktu yang lama untuk alat peraga, untuk buku berupa tulisan, jumlah

halaman, gambar sudah jelas dan isi buku tidak ada konten yang tidak

baik.

Hal tersebut senada dengan teori yang diungkapkan oleh Gunawan

dan Benty (2017) intinya menyatakan bahwa pengadaan sarana dan

prasarana pendidikan harus akuntabel yang berarti pengadaaan tersebut

harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi

kelancaran pembelajaran. Dengan memperhatikan kualitas dari setiap

8

sarana dan prasarana pendidikan akan memberikan suatu hal yang

berdaya guna dengan maksimal dan efektif. Salah satu contoh kualitas

yang harus dalam keadaan yang baik adalah pada alat-alat peraga

pembelajaran, dengan kualitas yang baik maka alat tersebut dapat

digunakan oleh siswa dengan maksimal.

4) Fungsi sarana dan prasarana, dapat dilihat dari fungsinya untuk proses

pendukung pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru didalam kelas.

Hal tersebut didukung dengan pernyataan yang diungkapkan oleh

Oluwole (2012) intinya menyatakan bahwa pengadaan sarana dan

prasarana pendidikan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sekolah.

Pernyataan yang sesuai denga temuan di atas kemudian sesuai dengan

teori yang diungkapkan oleh Gunawan dan Benty (2017) intinya

menyatakan bahwa fungsi sarana dan prasarana harus efektif dalam artian

pengadaan sarana dan prasarana pendidikan harus sesuai dengan

kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya bagi lembaga pendidikan secara umum dan secara

khusus kepada siswa. Selain itu teori yang diungkapkan oleh Gunawan

dan Benty selaras dengan temuan Uko (2015) menyatakan bahwa

fasilitas sekolah memiliki fungsi yang sangat penting yaitu untuk

memberikan dukungan kepada siswa untuk dapat berprestasi dalam

bidang akademik.

Dengan demikian langkah yang ditempuh dalam pengadaan sarana

dan prasarana yang akan bisa memberikan manfaat yang positif kepada

guru dan peseta didik dalam proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan

untuk sarana mencapai prestasi akademik siswa.

c. Penginventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam Proses

Pembelajaran

1) Pencatatan dalam buku Inventarisasi barang seperti pemberian kode

barang, nama barang, sumber barang/penerbit (buku), volume, tanggal

perolehan, mutasi/perubahan, sumber dana dan keterangan.

9

Temuan tersebut secara umum senada dengan teori yang kemukakan

oleh Gunawan & Benty (2017) intinya menyatakan bahwa dalam proses

pencatatan sarana dan prasarana (barang) milik sekolah mencakup

pencatatan jumlah barang, tahun pengadaan, dan sumber biaya

pengadaan.

Dengan demikian dapat pahami bahwa dalam pencatatan sarana dan

prasarana pendidikan harus dilakukan dengan tertib dan rinci yang

bertujuan untuk ketertiban administrasi dan kemudahan dalam

pengecekan barang yang tersedia.

2) Pembuatan kode barang dilakukan sesuai dengan golongan barang yang

tersedia di sekolahan dengan cara menempelkan atau menuliskan pada

barang yang sesuai dengan kode.

Temuan tersebut secara umum senada dengan teori yang

dikemukanan oleh Kompri (2014) intinya menyatakan bahwa dalam

pemberian kode barang perlu memperhatikan golongan seperti golongan

peralatan dan mesin; gedung dan bangunan; jalan, irigasi dan jaringan;

serta golongan aset tetap lainnya.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pembuatan kode pada

sarana dan prasarana pendidikan tidak dapat dilakukan dengan

sembarangan. Pembuatan kode harus memperhatikan golongan-golongan

barang yang ada dan dengan cara menuliskan kode atau menempelkan

pada golongan yang sesuai dengan kode barang. Sehingga dalam

pemberian kode pada barang merupakan salah satu aktivitas yang

dilakukan dalam pencatatan sarana dan prasarana pendidikan.

d. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam Proses

Pembelajaran

1) Pemeliharaan sehari-hari dilakukan oleh setiap guru dan semua siswa,

pemeliharaan yang dilakukan seperti membersihkan ruang kelas,

menyimpan alat-alat pembelajaran setelah digunakan, dan perawatan

buku-buku pelajaran.

10

Hal tersebut didukung oleh Gonzales (2011) intinya menyatakan

bahwa dengan adanya perawatan yang dilakukan setiap hari sarana dan

prasarana pendidikan dapat terpelihara dengan baik dan mampu

mendukung proses pembelajaran. Selanjutnya temuan di atas didukung

teori Gunawan dan Benty (2017) yang pada intinya menyatakan bahwa

pemeliharaan setiap hari untuk mengkondisikan sarana dan prasarana

dalam keadaan siap pakai dan dapat mengurangi resiko kerusakan.

Dengan pemeliharaan harus dilakukan oleh seluruh warga sekolah

untuk mempersiapan sarana dan prasarana pembelajaran yang dapat

digunakan setiap saat dalam kondisi yang baik dan siap digunakan guru

dan peserta didik. Sarana dan prasarana yang sudah terkodisikan dengan

baik akan dapat mendukung proses pembelajaran secara baik.

2) Pemeliharaan berkala mencakup pada pemeliharaan gedung sekolah

pengecatan tembok, penggantian plafon yang rusak, perbaikan kursi dan

meja, LCD, dan komputer.

Hal tersebut selaras dengan teori yang diungkapkan oleh Gunawan

dan Benty (2017) intinya dalam pemeliharaan berkala mencakup sarana

dan prasarana yang digunakan dalam jangka yang panjang, pemeliharaan

yang dilakukan seperti penggantian spare-part, penggantian dengan

spesifikasi terbaru.

Dengan demikian pemeliharaan berkala merupakan salah satu

langkah yang dilakukan untuk meminimalisir pembeliaan baru yang

membutuhkan dana yang lebih besar. Dengan dasar seperti itu maka

pemeliharaan berkala dilakukan untuk merawat prasarana sekolah supaya

prasarana sekolah bisa terkontrol dengan baik.

e. Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam Proses

Pembelajaran

1) Prosedur penghapusan, prosedur yang ada seperti pemberian blangko

penghapusan kepada setiap sekolah, kemudian sekolah mencatat barang-

barang apa saja yang akan dihapus, selanjutnya setelah pencatatan barang

11

dilaporkan kepada dinas pendidikan maka peninjauan lapang dilakukan

oleh BPK.

Hal tersebut senada dengan teori Gunawan dan Benty (2017) yang

intinya menyatakan bahwa dalam prosedur penghapusan harus

memperhatikan langkah-langkah seperti: pembentukan tim,

mengidentifikasi jenis-jenis barang yang akan dihapus, mencatat sarana

dan prasarana yang akan dihapus, dan persetujuan dari pihak sekolah.

Dengan demikian peneliti menemukan prosedur penghapusan sarana dan

prasarana pendidikan di SD Negeri Ngrukeman Tamantirto secara umum

telah sejalan dengan teori yang diungkapkan di atas.

Dengan demikian penghapusan sarana dan prasarana pendidikan

harus melalui prosedur penghapusan yang telah ditetapkan pemerintah

kota dan dengan memperhatikan langkah-langkah penghapusan sarana

dan prasarana pendidikan dengan tujuan penghematan anggaran dan

pembebasan ruang pendidkan.

2) Ketentuan penghapusan, ketentuan dilakukannya penghapusan seperti

barang sudah rusak, sudah tidak dapat diperbaiki dan sudah tidak dapat

digunakan.

Temuan tersebut secara garis besar senada dengan teori Kompri

(2014) yang menyatakan bahwa dalam proses pengahapusan sarana dan

prasarana pendidikan harus memperhatikan beberapa hal penting seperti:

barang dalam kondisi rusak berat, perbaikan memerlukan biaya lebih

besar, tidak sesuai dengan kebutuhan, adanya penurunan efektifitas kerja,

dan penyusutan diluar kekuasaan pengurus sarana.

Dengan demikian ketentuan penghapusan sarana dan prasarana

pendidikan mejadi hal yang penting untuk diperhatikan secara sungguh-

sungguh. Kerusakan berat dan penurunan kegunaan sarana menjadi hal

yang penting untuk dilakukannya penghapusan. Kerusakan berat akan

menimbukan berbagai masalah baru jika tidak segera dihapuskan.

Masalah utama yang ditimbulkan seperti pembekakan biaya perawatan,

12

selain itu penurunan kegunaan sarana disebabkannya kerusakan yang

terjadi pada sarana pendidikan.

4. PENUTUP

Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan dalam proses pembelajaran.

Perencanaan diawali dengan analisis kebutuhan dilakukan dengan menganalisis

dan mengevaluasi sarana dan prasarana apa saja yang diperlukan untuk

mendukung proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Analisis

pembiayaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pembelian sarana dan

prasarana dan untuk meminimalisir penggunaan dana yang tidak tepat sasaran.

Analisis prioritas merupakan pemilihan dari usulan-usalan guru dalam

perencanaan sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan sekolah dan

peserta didik dan mengacu pada dana pendidikan yang tersedia.

Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dalam proses pembelajaran.

Penetapan sarana dan prasarana dilakukan bersama-sama dengan semua pihak

sekolah mengacu pada kebutuhan yang sangat penting untuk mendukung proses

pembelajaran. Sumber pengadaan sarana dan prasarana, sumber pengadaan SD

Negeri Ngrukeman Tamantirto melalui reparasi barang-barang yang rusak,

pembelian barang baru menggunakan dana dari pemerintah dan sumbangan

masyarakat, peminjaman dari pihak swasta dan penukaran barang baru dengan

barang yang sudah rusak. Kualitas sarana dan prasarana yang ditetapkan seperti

kegunaaan jangka waktu yang lama untuk alat peraga, untuk buku berupa tulisan,

jumlah halaman, gambar sudah jelas dan isi buku tidak ada konten yang tidak

baik. Fungsi sarana dan prasarana, dapat dilihat dari fungsinya untuk proses

pendukung pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru di dalam kelas.

Penginventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Proses

Pembelajaran. Pencatatan dalam buku inventarisasi barang seperti pemberian kode

barang, nama barang, sumber barang/penerbit (buku), volume, tanggal perolehan,

mutasi/perubahan, sumber dana dan keterangan. Pembuatan kode barang

dilakukan sesuai dengan golongan barang yang tersedia di sekolahan dengan cara

menempelkan atau menuliskan pada barang yang sesuai dengan kode. Pelaporan

13

barang mecakup jumlah barang, nama barang, tahun pengadaan barang, harga

barang dan kondisi barang.

Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan dalam proses pembelajaran.

Pemeliharaan sehari-hari dilakukan oleh setiap guru dan semua siswa,

pemeliharaan yang dilakukan seperti membersihkan ruang kelas, menyimpan alat-

alat pembelajaran setelah digunakan, dan perawatan buku-buku pelajaran

meskipun perawatan kurang detail. Pemeliharaan berkala mencakup pada

pemeliharaan gedung sekolah pengecatan tembok, penggantian plafon yang rusak,

perbaikan kursi dan meja, LCD, dan komputer.

Penghapusan sarana dan prasarana pendidikan dalam proses pembelajaran.

Prosedur penghapusan, prosedur yang ada seperti pemberian blangko

penghapusan kepada setiap sekolah, kemudian sekolah mencatat barang-barang

apa saja yang akan dihapus, selanjutnya setelah pencatatan barang dilaporkan

kepada dinas pendidikan maka peninjauan lapang dilakukan oleh BPK. Ketentuan

penghapusan, ketentuan dilakukannya penghapusan seperti barang sudah rusak,

sudah tidak dapat diperbaiki dan sudah tidak dapat digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. & Barnawi. 2012. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah.

Jogjakarta. Ar-Ruzz.

Benty, D.D.N., & Gunawan, I. 2017. Manajemen Pendidikan Suatu Pengantar

Praktik. Bandung: Alfabeta.

Gonzales, N.C., Kuuskropi, M., Kaarina., & Finland. 2011. The Future of The

Phisical Learning Environment: School Facilities That Support The User.

CELE Exchange. ISSN 2072-7925.

Idris, A.M., Umar, I.Y., & Audu. 2013. Facilities Provision and Maintenance:

Necessity for Effective Teaching and Learning in Technical Vocational

Education. IOSR Journal of Research & Method in Education. Vol. 3. Issue

1. P-ISSN: 2320-737X, E-ISSN: 2320-7388.

Ihuoma, P.A. 2008. The Need for Effective Facility Management in Schools in

Nigeria. New York Science Journal. ISSN 1554-0200.

14

Ilomo, Onesto. 2016. The Availability of Teaching and Learning Facilities and

Their Effects on Academic Perfromance in Ward Secondary Schools in

Muheza, Tanzania. International Journal of Education and Research.

University of Arusha. Vol. 4, No 6. ISSN: 2411-5681.

Kompri. 2014. Manajemen Pendidikan 1. Bandung: Alfabeta.

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Oluwole, A.F., Sabitu, A.O., & Babatunde, E.G. 2012. School Types, Facilities

and Academic Performance of Students in Senior Secondary School in

Ondo State, Nigeria. International Education Studies. Vol. 5, No. 3. P-

ISSN:1913-9036.

Spradley, J.P. 2010. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Taylor, L.L., Gronbreg, T.J., & Jansen, D.W. 2011. The Impact of Facilities on

The Cost of Education. National Tax Journal. Vol. 64, No. 1

Uko, E.S. 2015. Principalship and Effectivite Management of Facilities in

Secondary Schools in Cross River State, Nigeria. International Journal of

Academic Research and Reflection. Departement of Educational

Administrasi & Planning. Vol. 3, No. 1. ISSN: 2309-0405.