Manajemen Sarana Dan Prasarana 2
-
Upload
retno-ayu-puspita -
Category
Documents
-
view
487 -
download
0
Transcript of Manajemen Sarana Dan Prasarana 2
-
Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI
di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang
SKRIPSI
Oleh: Titus Iis Krisdianawati
03110022
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JULI 2007
-
Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)
Oleh:
Titus Iis Krisdianawati 03110022
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JULI 2007
ii
-
HALAMAN PERSETUJUAN
Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI
di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang
SKRIPSI
Oleh:
Titus Iis Krisdianawati 03110022
Telah disetujui pada tanggal
Oleh Dosen Pembimbing:
Amin Prasojo, S.Ag NIP. 150 301 115
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh. Padil, M.PdI NIP. 150 27 235
iii
-
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk orang-orang yang telah memberikan motivasi dan arti bagi hidupku dengan pengorbanan, kasih sayang dan ketulusannya. Dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati
skripsi ini kupersembahkan untuk:
Sepasang mutiara hati yang memancarkan sinar cinta dan kasih sayang yang tak pernah usai, yang telah mengayomi dan mengasihiku setulus hati, sebening cinta dan sesuci doa, mereka adalah
Ayahanda Parminadi dan Ibunda Sri Praptini. Terima kasih atas keikhlasan dan ketulusan bapak lan ibu, kalian telah banyak mengajarkan nanda
akan makna sebuah perjuangan, nanda kan berusaha untuk menjadi yang terbaik.
Adinda tersayang Wahyu Achirul Chrisditianto, kamulah motivasi dan harapanku, semoga kamu lebih baik dari mbakmu ini, contohlah yang baik dan jangan diambil yang buruk. Mbakmu yakin
kamu kan berhasil dalam hidup jika kamu berusaha dengan tekun.
Guru-guruku, dosen-dosenku yang telah mendidikku dengan ikhlas sehingga penulis bisa menjadi manusia dewasa dan selalu menjadi pelita dalam studiku sehingga penulis dapat memperoleh berbagai
ilmu pengetahuan yang sangat berarti .
Kakakqu terkasih (Kak Zan saq onyonx, saq sholah, saq gagah) yang semoga menjadi pendampingku kelak, kau adalah perisai hidupku, belahan jiwaku, nafas semangatku.
Doaku smoga engkau kelak dapat menjadi imam bagi sholatku, pemimpin keluargaku, tauladan dan kebanggaan dari anak-anakku. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, bimbingan, serta motivasi yang tak pernah berhenti mengalir darimu. Karnamu ariq mampu berubah menjadi lebih dewasa, lebih
bijaksana dan lebih baik dari sebelumnya. Jangan lelah untuk menyayangi dan membimbingku kakak
Sahabat-sahabatku in five girls, mbak ery klo punya masalah jangan terlalu dipikirkan, qu tunggu undangannya. Churin centil maafin aq ya dah lama gak kasih info, jadikan si kecil yg masih dalam perutmu sebagai motivasi dalam menyelesaikan skripsimu. En2 jo guyon ae lan jo terlalu nyantai
cepetan dimarekno skripsine,l@2 chayanx tu badan mbok ya digemukin dikit biar agak segeran gechu Kalian adalah sahabat-sahabat terbaik yang pernah aq punya, terima kasih karna kalian hidupku jadi
lebih berwarna, smoga Allah menjaga ukhuwah kita sampai hari pembalasan.
Teman-teman Kos Wisma Kurnia (nuri, nia, isna, me2,ida, niken, Iim, fi2, ifa cipluk, reni, n semuanya aja) kalian adalah teman yang lucu n konyol tapi kalian juga teman yang sangat perhatian. Terima kasih tlah menjadi kawan seperjuangan dari mulai pertama kos di WK, berlanjut ke Kos Putri
Ayu sampai kembali ke WK lagi. Lanjutkan perjalanan hidup kalian dengan senyum keoptimisan, guyon sah-sah aja pren.tapi ojo kebangetan ya.
Seseorang yang pernah muncul dalam hidupku (my @ngel), karna sikap dan keputusanmu.
aq lebih bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih tlah mengajarkan aq rasa kecewa dan sakit
Smoga seseorang yg lebih baik kan dapat menjadi penggantiku..
iv
-
MOTTO
v
-
Amin Prasojo, S.Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Titus Iis Krisdianawati Malang, Lamp. : 4 (empat) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di Malang
Assalamualaikum Wr. Wb Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Titus Iis Krisdianawati NIM : 03110022 Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang
Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr. Wb Pembimbing Amin Prasojo, S.Ag
NIP. 150 301 115
vi
-
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya mengatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang,
Titus Iis Krisdianawati
vii
-
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan keharibaan Sang Penguasa Hari
Akhir, atas Rahmah, Hidayah serta Inayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul: Manajemen Sarana dan Prasarana dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab.
Malang. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada baginda Rosulullah
wa Nabiullah Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
ke zaman yang terang benderang yakni zaman kejayaan Ad-Dinul Islam.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, semoga amal baik
tersebut dibalas oleh Allah SWT. Untuk itu penulis menghaturkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Ayahanda Parminadi, ibunda Sri Praptini dan adinda tersayang Wahyu
Achirul Crisditianto, serta segenap keluarga besar di Turen yang telah
memotivasi penulis untuk menyelesaikan studi di UIN Malang.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor UIN Malang.
3. Bapak Prof . Dr. H. M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN
Malang.
4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.PdI, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Malang.
5. Bapak Amin Prasojo, S.Ag, selaku dosen pembimbing yang sangat perhatian
dan selalu membimbing penulis dengan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini
6. Bapak Drs. Hari Wahyudi, selaku Kepala SMP Negeri 02 Turen yang telah
memberikan izin dan kesempatan pada penulis untuk mengadakan penelitian
di sekolah yang dipimpin.
7. Segenap guru, karyawan beserta siswa-siswi SMP Negeri 02 Turen atas
bantuan dan kerjasamanya dalam pembuatan skripsi ini.
8. Kak Zan, yang dengan setia menemani dan membimbing penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih telah menjadi kakak yang baik
bagi penulis, sehingga penulis menjadi lebih tegar dalam menjalani hidup.
viii
-
9. Sahabat-sahabatku (mbak eri, churin, lala, en2) yang telah menjadi bagian dari
keseharian penulis dalam menjalani studi di UIN Malang, semoga Allah
menjaga ukhuwah kita hingga akhir zaman.
10. Segenap rekan-rekan penulis angkatan 2003, semoga ilmu yang telah
diperoleh dapat bermanfaat dunia dan akhirat. Amin.
Kendati demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik konstruktif sangat
diharapkan dari pembaca yang budiman. Akhirnya, penulis berharap agar skripsi
ini dapat mendatangkan manfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis
khususnya, baik di dunia maupun di akhirat kelak, Amiin.
Malang,
Penulis
ix
-
DAFTAR TABEL
x
-
DAFTAR GAMBAR
xi
-
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Interview
2. Pedoman Observasi dan Pedoman Dokumentasi
3. Daftar Hadir Guru SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang
4. Data Siswa SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang
5. Struktur Organisasi SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang
6. Struktur Organisasi Tata Usaha SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang
7. Jadwal Pelajaran SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang
8. Surat Pengantar Penelitian
9. Bukti Konsultasi
10. Surat Keterangan Penelitian
xii
-
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................
HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
HALAMAN NOTA DINAS............................................................................
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
ABSTRAK .......................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................
E. Ruang Lingkup dan Pembatasan Penelitian.........................................
F. Definisi Operasional ...........................................................................
G. Sistematika Pembahasan ......................................................................
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan.......................
1. Pengertian manajemen sarana dan prasarana pendidikan ...............
2. Macam-Macam Sarana dan Prasarana Pendidikan .........................
3. Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ...................
4. Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan......
5. Proses Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan ...................
xiii
-
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam...............................................
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam..............................................
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam.................................
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI .................
C. Peningkatan Kualitas Pembelajaran PAI .............................................
1. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI............................
2. Upaya-upaya dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI....
3. Implikasi Manajemen Sarana dan Prasarana pendidikan
terhadap peningkatan kualitas pembelajaran PAI...........................
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..........................................................
B. Kehadiran Peneliti................................................................................
C. Lokasi Penelitian..................................................................................
D. Sumber Data.........................................................................................
E. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................
F. Analisis Data ........................................................................................
G. Pengecekan Keabsahan Data................................................................
H. Tahap-Tahap Penelitian .......................................................................
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Obyek Penelitian.........................................................
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...............................................
2. Keadaan Guru dan Karyawan SMP Negeri 02 Turen.....................
3. Keadaan Siswa SMP Negeri 02 Turen............................................
4. Sarana dan Prasarana yang ada di SMP Negeri 02 Turen...............
5. Kurikulum yang dipakai di SMP Negeri 02 Turen .........................
6. Struktur Organisasi SMP Negeri 02 Turen .....................................
B. Penyajian dan Analisa Data .................................................................
xiv
-
1. Sarana dan Prasarana Pendidikan yang Dibutuhkan Dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI Di SMP Negeri
02 Turen .............................................................................
2. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP
Negeri 02 Turen ..............................................................................
3. Hasil Peningkatan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP
Negeri 02 Turen melalui Manajemen Sarana dan
Prasarana Pendidikan ....................................................................
BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Sarana dan Prasarana Pendidikan yang Dibutuhkan Dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02
Turen ....................................................................................................
B. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02
Turen ....................................................................................................
C. Hasil Peningkatan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri
02 Turen melalui Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan............................................................................................
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
xv
-
ABSTRAK
Titus Iis Krisdianawati, 2007, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Amin Prasojo, S.Ag.
Ada dua persoalan pokok yang dihadapi oleh umat beragama pada umumnya. Di satu sisi kita dihadapkan pada persoalan ekonomi, politik, hukum dan lain sebagainya sebagai dampak dari krisis nasional di bidang tersebut. Di satu sisi lain, kita juga dihadapkan pada persoalan-persoalan antar komunitas agama bahkan antar intern pemeluk agama itu sendiri yang belum menunjukkan hubungan yang akrab, kompak dan harmonis. Jika kedua persoalan ini tidak bisa segera dipecahkan agaknya krisis nasional akan bertambah parah dan merambah ke berbagai sektor kehidupan. Dalam rangka mengantisipasi berbagai persoalan itulah, maka pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah harus menujukkan kontribusinya. Karena PAI di sekolah masih seringkali mendapatkan kritik dari para ahli, maka perlu ditingkatkan kualitas pembelajarannya. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di sekolah ada banyak faktor yang mempengaruhinya salah satunya adalah faktor sarana dan prasarana pendidikan. Karena tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai maka pembelajaran tidak akan berjalan efektif dan efisien. Tujuan pembelajaran yang telah ditentukan pun akan sulit tercapai. Berpijak dari hal inilah penulis tertarik mengambil judul: Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang.
Dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang ingin diangkat adalah Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, bagaimana proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, dan bagaimana hasil peningkatan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam permasalahan tersebut adalah Untuk mengetahui sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, untuk mengetahui proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, dan untuk mengetahui hasil peningkatan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif, karena dengan tujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang apa adanya di lokasi penelitian. Dan agar hasil penelitian dapat tersusun sistematis, maka langkah peneliti dalam menganalisis data adalah; pertama, dengan mereduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting. Kedua, mendisplay data
xvi
-
yaitu menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, tabel dan sejenisnya. Dan ketiga melalui verifikasi/ penarikan kesimpulan, yaitu kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang bersifat kredibel dan dapat menjawab rumusan masalah yang dikemukakan sejak awal.
Dengan rancangan penelitian seperti dijelaskan di atas, peneliti memperoleh hasil bahwa; Pertama SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI, membutuhkan sarana pendidikan berupa; kapur tulis, spidol, papan tulis, penghapus papan tulis, meja, bangku, kursi, almari, dan media pendidikan seperti OHP, LCD, kaset, CD, VCD, dan TV. Dan prasarana yang dibutuhkan diantaranya; ruang kelas, perpustakaan, masjid dan laboratorium agama. Kedua proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang meliputi perencanaan pengadaan barang, pengadaan barang, pemeliharaan, inventarisasi, dan penghapusan. Dan yang ketiga Melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan SMP Negeri 02 Turen menuai hasil yang tidak mengecewakan, diantaranya SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang mampu mencatat sebagai 8 besar SMP Negeri terbaik sekabupaten Malang. Adapun hasil yang dipeoleh siswa dan guru dengan adanya manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah konsentrasi siswa dalam belajar dapat lebih besar, daya ingat siswa lebih kuat sehingga hasil belajar siswa pada akhir semester pun semakin meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bagi guru karena waktu yang dialokasikan pada mata pelajaran PAI di sekolah umum sangat sempit maka guru dapat lebih mudah dan lebih maksimal dalam menjelaskan sebuah materi.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI menggunakan sarana dan prasarana yang telah tersedian dan siap pakai. Hal ini dikarenakan adanya manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang bagus oleh komponen-komponen sekolah. Dan hasilnya pun cukup memuaskan, baik siswa, guru maupun sekolah dapat merasakan hasilnya dengan manajemen tersebut Kata kunci: Manajemen, Sarana dan Prasarana Pendidikan, Kualitas Pembe-
lajaran, PAI
xvii
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Pasal I (1) pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. 1
Banyak indikator yang dapat dijadikan tolak ukur bagi keunggulan dan mutu
suatu sekolah. Indikator-indikator tersebut antara lain adalah proses belajar
mengajar yang ada di sekolah, kelengkapan sarana dan prasarananya,
profesionalitas tenaga kependidikan atau sumber daya manusianya, prestasi
akademik peserta didik dan kualitas manajemen sekolah.2
Proses Belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal
dengan guru sebagai pemeran utama. Para pakar pendidikan seringkali
menegaskan bahwa guru merupakan sumber daya manusia yang sangat
menentukan keberhasilan program pendidikan. Guru yang kompeten dan
professional akan lebih mampu dalam menyampaikan materi pelajaran. Sehingga
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm. 3
2Ali Imran, Manajemen Peserta Didik di SD: Masalah, Penyebab dan Alternatif Pemecahannya. Jurnal Ilmu Pendidikan, 1998, hlm. 15
-
2
hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Dari pemaparan tersebut
dapat kita simpulkan bahwasannya guru merupakan faktor penting dalam proses
belajar mengajar, namun bukan berarti keberadaan unsur-unsur lain tidak begitu
penting. Keberhasilan seorang guru dipengaruhi banyak faktor, terutama
pengadaan alat-alat sekolah yang akan mendukung kelangsungan proses belajar
mengajar.
Melalui proses belajar mengajar diharapkan pendidikan agama Islam dapat
merubah diri anak didik baik aspek cognitive, affective maupun psychomotor. Dan
dengan adanya perubahan dalam tiga aspek tersebut diharapkan akan berpengaruh
terhadap tingkah laku anak didik, di mana pada akhirnya cara berpikir, merasa dan
melakukan sesuatu itu akan menjadi relatif menetap dan membentuk kebiasaan
bertingkah laku pada dirinya. Agar perubahan-perubahan dalam diri anak didik
sebagai hasil dari suatu proses belajar mengajar sampai pada tujuan yang
diharapkan, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini:3
3 Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), hlm. 76
-
3
Gambar 1.1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PBM Pendidikan Agama
Kurikulum Program Pedoman Belajar Pengajar Sarana/Fasilitas
LUAR
Instrumental
DALAM
Alami Fisik Sosial & Budaya
Kondisi Fisik Kondisi Indera
Environmental
Fisiologis
Psikologis
Minat, Kecerdasan Motivasi, Ingatan Perhatian,Tanggapan Sikap
FAKTOR
Oemar Hamalik menjelaskan Dengan demikian sudah jelas bahwa demi
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, maka peran dan fungsi sistem
dan proses pembelajaran atau pengajaran ternyata sangat penting. Di samping
dibutuhkannya guru-guru yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang lebih
memadai, juga diperlukan cara-cara bekerja dan sikap yang baru, peralatan yang
lebih lengkap, dan sistem administrasi yang lebih teratur. 4
Sekolah yang kurang pemeliharaan kadang-kadang kelihatan kumuh dan
kotor, ini akan berpengaruh pada proses belajar mengajar, karena suasana atau
lingkungan belajar tidak mendukung. Sedangkan sekolah yang benar-benar
memenuhi syarat kebersihan, keindahan, kesehatan dan ketertiban dan keamanan
4 Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), hlm. 3
-
4
akan mempunyai pengaruh positif terhadap proses pendidikan. Keadaan itu
sendiri akan memberikan pengaruh yang positif kepada peserta didik.
Alat-alat pembelajaran seperti peralatan laboratorium, yang beranekaragam
harga serta bentuknya, ada yang mahal serta langka dan juga ada yang murah serta
mudah sekali dijumpai di pasaran perlu mendapatkan penanganan yang serius.
Tapi sayangnya alat-alat ini kurang mendapat perhatian. Seperti misalnya ada
spidol yang tintanya sudah hampir habis dan belum ada yang mau mengisi atau
membelikan tinta, sehingga siswa sulit membaca tulisan dari guru yang ada di
papan tulis. Hal sepele tersebut sangat berpengaruh dalam proses belajar
mengajar, begitu pula dengan pembelajaran PAI.
Melihat fenomena seperti tersebut di atas dapat ditarik benang merah
bahwasanya perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah-
sekolah kita saat ini masih kurang baik. Padahal sebenarnya pengadaan alat-alat
belajar itu tidak sulit, tetapi kadangkala pihak sekolah kurang memperhatikan
unsur-unsur perencanaan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa mayoritas orang
Islam Indonesia biasanya kurang teliti dalam memelihara alat-alat sekolah
tersebut. Kelemahan dalam perencanaan serta kelemahan dalam pemeliharaan
pasti akan menjadi hambatan bagi kelangsungan proses belajar mengajar di
sekolah.
Kalau dianalisis ulang memang benar kalau orang Islam Indonesia masih
dianggap konservatif dalam memanage (mengatur) sarana dan prasarana
pendidikan. Dalam arti manajemen sarana dan prasarana yang di dalamnya
-
5
tercakup unsur pengadaan (perencanaan), pemeliharaan dan penghapusan, itu
kurang diperhatikan.
Para ahli pendidikan mengungkapkan bahwa pendidikan Agama Islam
dikatakan bermutu (berkualitas) jika faktor pendukungnya juga berkualitas. Jadi
cukup jelas bahwa alat pendidikan merupakan faktor pendukung dalam mencapai
tujuan pendidikan selain faktor-faktor lain. Karena dengan alat pendidikan yang
termanage dengan baik akan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan.
Pendidikan akan lebih dinamis, pengajaran lebih mantap dalam menyajikan
pendidikan yang lebih luas.
Ada dua persoalan pokok yang dihadapi oleh umat beragama pada
umumnya. Di satu sisi kita dihadapkan pada persoalan ekonomi, politik, hukum
dan lain sebagainya sebagai dampak dari krisis nasional di bidang tersebut. Di
satu sisi lain, kita juga dihadapkan pada persoalan-persoalan antar komunitas
agama bahkan antar intern pemeluk agama itu sendiri yang belum menunjukkan
hubungan yang akrab, kompak dan harmonis. Jika kedua persoalan ini tidak bisa
segera dipecahkan agaknya krisis nasional akan bertambah parah dan merambah
ke berbagai sektor kehidupan.
Dalam rangka mengantisipasi berbagai persoalan itulah, maka pembelajaran
pendidikan agama di sekolah harus menujukkan kontribusinya. Hanya saja perlu
disadari bahwa selama ini terdapat berbagai kritik terhadap pelaksanaan
pendidikan agama yang sedang berlangsung di sekolah. Mochtar Buchori (1992)
misalnya menilai kegagalan pendidikan disebabkan karena praktik pendidikannya
hanya memperhatikan aspek kognitif semata daripada pertumbuhan kesadaran
-
6
nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volutif,
yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama.
Akibatnya, terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan, antara gnosis
dan praxis dalam kehidupan nilai agama, sehingga tidak mampu membentuk
pribadi-pribadi islami.
Towaf (1996) juga telah mengamati adanya kelemahan-kelemahan PAI di
sekolah, antara lain sebagai berikut:
1. pendekatan cenderung masih normativ, dalam arti pendidikan agama
menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial
budaya sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama
sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.
2. Kurikulum PAI yang dirancang di sekolah sebenarnya lebih menawarkan
minimum kompetensi atau minimum informasi, tetapi pihak guru PAI
seringkali terpaku padanya. Sehingga semangat untuk memperkaya
kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh.
3. Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut di atas maka guru PAI
kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai
untuk pendidikan agama sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung
monoton.
-
7
4. Keterbatasan sarana/prasarana, mengakibatkan pengelolaan cenderung
seadanya. Pendidikan agama yang diklaim sebagai aspek yang penting,
seringkali kurang diberi prioritas dalam urusan fasilitas.5
Secara konseptual-teoritis, kritik-kritik tersebut telah dijadikan
pertimbangan dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama di sekolah atau
madrasah tahun 1994. Dalam GBPP PAI kurikulum SD/MI, SLTP/MTs dan
SMU/MA tahun 1994 misalnya, telah dijelaskan bahwa pendidikan agama harus
dilaksanakan secara terpadu. Yakni keterpaduan pembinaan antara tiga
lingkungan pendidikan, yaitu Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat.
Serta keterpaduan antara pendidikan agama dan perkembangan IPTEK. Karena
itu, pelaksanaan pembelajaran PAI di sekolah/madrasah harus memenuhi tuntutan
tersebut.
Tumbuhnya berbagai kasus dekadensi moral dan degradasi nilai-nilai
religius pada saat ini menuntut adanya kearifan para guru, terutama guru PAI
untuk memfungsikan PAI secara optimal, guna mencegah timbulnya, mengatasi
dan mengantisipasi berbagai kasus amoral tersebut. Pendidikan Agama Islam di
sekolah/madrasah sebenarnya berfungsi sebagai pengembangan, penyaluran,
perbaikan, pencegahan, penyesuaian, sumber nilai, dan pengajaran.6
Untuk mewujudkan fungsi serta tujuan PAI di sekolah, maka para guru
beserta seluruh civitas akademik di sekolah tersebut harus meningkatkan kualitas
5 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam:Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 88 6 Muhaimin, dkk. op.cit.,hlm.10
-
8
pembelajaran PAI. Salah satunya dengan memperbaiki manajemen sarana dan
prasarana pendidikan yang selama ini masih kurang mendapat perhatian.
SMP Negeri 02 Turen merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Formal
yang ada di Kecamatan Turen. Keberadaan SMP Negeri 02 Turen menjadikan
warga sekitar bangga, karena seiring dengan waktu sekolah tersebut telah
memberi kontribusi yang cukup berarti bagi masyarakat. Fasilitas sarana dan
prasarana yang ada di SMP Negeri 02 Turen cukup memadai. Jumlah yang cukup
tersebut dimanage/dikelola dengan baik sehingga SMP Negeri 02 Turen dapat
menyajikan pembelajaran PAI yang berkualitas.
Berpedoman pada fenomena serta kajian penelitian yang terdahulu maka
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di lokasi ini dengan judul
Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang?
2. Bagaimana proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab.
Malang?
3. Bagaimana hasil peningkatan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri
02 Turen Kab. Malang melalui manajemen sarana dan prasarana
pendidikan?
-
9
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab.
Malang.
2. Untuk mengetahui proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen
Kab. Malang.
3. Untuk mengetahui hasil peningkatan kualitas pembelajaran PAI di SMP
Negeri 02 Turen Kab. Malang melalui manajemen sarana dan prasarana
pendidikan.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai contoh/tauladan yang baik dalam melaksanakan proses belajar
mengajar PAI melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan.
2. Bagi Almamater
a Sebagai bahan komparasi dalam rangka pelaksanaan proses belajar
mengajar PAI
b Sebagai salah satu masukan bagi pelaksana pendidikan dalam rangka
mensukseskan tujuan pendidikan nasional.
3. Bagi Peneliti
-
10
a Sebagai latihan atau aplikasi teori yang diperoleh dari bangku kuliah
tentang manajemen pendidikan khususnya manajemen sarana dan
prasarana pendidikan.
b Sebagai penambah khazanah keilmuan sehingga dapat
mengembangkan wawasan baik secara teori maupun praktek.
E. Ruang Lingkup dan Pembatasan Penelitian
Guna memberikan arah pembahasan pada tujuan yang telah dirumuskan,
maka ruang lingkup penelitian akan diarahkan pada sekitar manajemen sarana dan
prasarana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI, yang
meliputi:
1. Sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, yang
meliputi:
a) Sarana yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI
di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang.
b) Prasarana yang ikut menunjang peningkatan kualitas pembelajaran PAI
di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang.
2. Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, yang
meliputi:
a) Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
b) Pemakaian dan pemeliharaan sarana dan prasana pendidikan
-
11
c) Penghapusan dan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan
3. Hasil peningkatan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab.
Malang melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahfahaman pengertian tentang arti yang
terkandung dalam pembahasan, maka perlu ada penegasan istilah yang terdapat
dalam penelitian ini. Adapun istilah yang perlu dijelaskan ialah pengertian sarana
dan prasarana pendidikan, kualitas pembelajaran PAI, serta manajemen sarana dan
prasarana pendidikan.
Sarana pendidikan adalah semua peralatan serta perlengkapan yang
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Contoh: gedung sekolah,
ruangan, meja, kursi, alat peraga dan lain-lain. Sedangkan prasarana pendidikan
adalah semua komponen yang secara tidak langsung menunjang proses belajar
mengajar atau proses pendidikan di sekolah. Contoh: jalan menuju sekolah,
halaman sekolah, tata tertib sekolah dan lain-lain.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah proses
pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki sekolah
secara efektif dan efisien.
Kualitas pembelajaran PAI adalah mutu atau kualitas yang terdapat pada
pelaksanaan pembelajaran PAI di suatu lembaga dalam mencapai keberhasilan
memenuhi tuntutan pelanggan dan standar yang telah ditentukan.
-
12
G. Sistematika Pembahasan
Bab I :Pendahuluan, yang berisi pokok-pokok pemikiran yang
melatarbelakangi penulisan skripsi ini, yaitu terdiri dari latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, ruang lingkup dan pembatasan penelitian, definisi
operasional, dan sistematika pembahasan.
Bab II : Kajian Pustaka, berisi tinjauan pustaka mengenai manajemen sarana
dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
PAI, dan pembahasan ini dibagi menjadi 3 bagian besar. Pertama
berisi tentang konsep manajemen sarana dan prasarana pendidikan
yang meliputi; pengertian manajemen sarana dan prasarana
pendidikan, macam-macam sarana dan prasarana pendidikan, tujuan
manajemen sarana dan prasarana pendidikan, prinsip-prinsip
manajemen sarana dan prasarana pendidikan, dan proses manajemen
sarana dan prasarana pendidikan. Kedua berisi tentang pembelajaran
PAI yang meliputi; pengertian, tujuan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pembelajaran PAI. Ketiga berisi tentang peningkatan
kualitas pembelajaran PAI, pada pembaasan ini dibagi menjadi 3 sub
pembahasan yakni faktor-faktor yang menjadi pendukung dan
penghambat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI, upaya-
upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama
Islam, dan implikasi manajemen sarana dan prasarana pendidikan
terhadap peningkatan kualitas pembelajaran PAI.
-
13
Bab III : Metode Penelitian, yang meliputi; pendekatan dan jenis penelitian,
kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan,
dan tahap-tahap penelitian.
Bab IV : Laporan Hasil Penelitian, yakni memaparkan data-data yang akurat
berkaitan dengan Sejarah Berdirinya SMP Negeri 02 Turen Kab.
Malang, Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran
PAI, Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, dan hasil
peningkatan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen
Kab. Malang melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan.
Bab V :Pembahasan Hasil Penelitian. Pada bab ini semua hasil penelitian
dipadukan dengan teoi-teori yang sudah dipaparkan pada Bab II,
dalam penelitian ini pembahasan penelitian dibagi menjadi tiga
bagian yakni Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan dalam
pembelajaran PAI, Proses Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan, dan Hasil Peningkatan Kualitas Pembelajaran PAI di
SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang melalui Manajemen Sarana dan
Prasarana Pendidikan.
Bab VI : Penutup, yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran
-
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan
1. Pengertian Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Manajemen berasal dari kata To Manage yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan
fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi manajemen itu merupakan suatu proses
untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan karena manajemen diartikan
mengatur maka timbul beberapa pertanyaan bagi kita, seperti apa yang diatur?
Kenapa harus diatur? Siapa yang mengatur? Bagaimana mengaturnya? Di
mana harus diatur?
Menurut Malayu Hasibuan, manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara
efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu. G.R. Terry menyatakan
bahwa manajemen adalah satu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya.1
Ada kaitan yang erat antara organisasi, administrasi dan manajemen.
Pengertian organisasi yaitu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih
1 Malayu Hasibuan, Manajemen:Dasar, Pengertian, dan Masalah (Jakarta: Bumi
Aksara, 2001), hlm.1
-
15
bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu nampak sudah ada kesepakatan
dari para ahli. Tetapi pengertian administrasi dengan pengertian manajemen
masih kelihatan tidak terpisah secara jelas.2 Seringkali kata administrasi
dikaitkan dengan kata manajemen.
Administrasi dan manajemen tidak dapat dipisahkan dan harus
merupakan suatu kesatuan, hanya saja kegiatannya yang dapat dibedakan
sesuai dengan perbedaan kedua wawasan. Administrasi lebih luas daripada
manajemen, administrasi bersifat menentukan tujuan dan kebijakan umum
yang mengikat seluruh atau departemental. Akhirnya tanpa manajemen tak
mungkin administrasi mencapai tujuannya.3
Akhir-akhir ini ada beberapa penulis yang membedakan antara
manajemen dan administrasi walaupn kadang-kadang pembedaan itu tidak
konsisten. Kalaupun ada perbedaan, perbedaan itu nampaknya tidak
fundamental. Ketidaksamaan pendapat yang ada dapat difahami sebab dalam
praktek ada tiga pendapat tentang hubungan antara administrasi dan
manajemen, yakni:
a. Administrasi lebih luas dari manajemen atau administrasi mencakup
manajemen. Pendapat itu sesuai dengan pendapat:
1. Drs. Sukarno K. mengatakan Administrasi adalah kulit luar
manajemen atau dengan kata lain manajemen adalah inti daripada
administrasi.
2 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: Bina Aksara,1988), hlm.1 3 Burhanuddin, Analisis Administrasi, Manajemen dan Kepemimpianan Pendidikan.
(Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 20
-
16
2. Oliver Sheldon dalam bukunya. The Phylosophy of Management
mengatakan: administrasi menentukan tujuan (goal) sedangkan
manajemen berusaha ke arah situ.
Bagi mereka yang menganut faham ini, administrasi diartikan sebagai
penetapan dan penentuan tujuan, sedang manajemen adalah upaya
untuk mencapai tujuan tersebut. Pemahaman demikian timbul sebab
manajemen atau pelaksanaan tugas merupakan salah satu fungsi dari
administrasi yakni, perencanaan, pelaksanaan (manajemen) dan
pengawasan atau pengendalian.
b. Administrasi identik dengan manajemen, dengan alasan:
1. Dilihat dari pengertiannya, baik administrasi maupun manajemen
adalah merupakan proses, kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Dalam Websters Dictionary New Collegiats maupun dalam Advanced
Learners Dictionary Of Current English, administrasi diberi arti sama
dengan manajemen.
c. Administrasi lebih sempit dari manajemen, dalam administrasi tercakup
dalam manajemen. Secara spesifik administrasi merupakan satu bidang
dari manajemen sebab manajemen terdiri dari enam bidang, yakni
production, marketing, financial, personal, human relation dan
administrative management.4
4 Harbangan Siagian, Administrasi Pendidikan (Semarang: Setya Wacana, 1989), hlm. 54
-
17
Yang dimaksud dengan sarana sekolah yakni meliputi semua peralatan
dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di
sekolah. Contoh: gedung sekolah (school building), ruangan, meja, kursi, alat
peraga dan lain-lain. Sedangkan prasarana merupakan semua komponen yang
secara tidak langsung menunjang jalannya proses belajar mengajar atau
pendidikan di sekolah. Sebagai contoh: jalan menuju sekolah, halaman
sekolah, tata tertib sekolah dan sebagainya.5
Menurut Suharsimi Arikunto sarana pendidikan merupakan sarana
penunjang bagi proses belajar mengajar. Sedangkan menurut rumusan Tim
Penyusun Pedoman Pembukuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah semua
fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan
dengan lancar, teratur, efektif dan efesien. Arti sarana seringkali disamakan
dengan kata fasilitas. Lebih luas fasilitas diartikan sebagai segala sesuatu yang
dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan sesuatu usaha. Usaha ini
dapat berupa benda-benda maupun uang. Jadi dalam hal ini fasilitas dapat
disamakan dengan sarana.6
Perlengkapan sekolah, atau juga sering disebut dengan fasilitas
sekolah, dapat dikelompokkan menjadi: (1) sarana pendidikan; dan (2)
Prasarana pendidikan. Jadi, makna atau definisi manajemen sarana dan
5 Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi
Pendidikan (Malang: IKIP,1989), hlm.135 6 Suharsimi Arikunto. Organisasi dan Administrasi: Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 82
-
18
prasarana pendidikan dapat disamakan dengan makna manajemen
perlengkapan sekolah.
Secara sederhana, manajemen perlengkapan sekolah dapat
didefinisikan sebagai proses kerjasama pendayagunaan semua perlengkapan
pendidikan secara efektif dan efisien.7 Berdasarkan definisi sederhana tersebut
maka pada hakikatnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
itu merupakan proses pendayagunaan semua sarana dan prasarana yang
dimiliki sekolah.
Sedangkan definisi lain diungkapkan oleh Ary H Gunawan, beliau
mengatakan bahwa administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan
seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan
bersungguh-sungguh serta pembinaan secara continue terhadap benda-benda
pendidikan, agar senantiasa siap pakai (ready for use) dalam proses belajar
mengajar sehingga PBM semakin efektif dan efesien guna membantu
tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.8
Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa administrasi sarana sering juga
disebut administrasi materiil, atau administrasi peralatan, adalah segenap
proses penataan yang bersangkut paut dengan pengadaan, pendayagunaan dan
pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efesien.9
7 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
hlm.2 8 Ary H Gunawan, Administrasi Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 114 9 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 81
-
19
2. Macam-Macam Sarana dan Prasarana Pendidikan
Dalam hubungannya dengan sarana pendidikan, Nawawi (1987)
mengklasifikasikannya menjadi beberapa macam sarana pendidikan, yaitu:
1. Ditinjau dari habis tidaknya dipakai
Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana
pendidikan, yaitu:
a. Sarana pendidikan yang habis dipakai.
Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alat
yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat.
Sebagai contohnya adalah kapur tulis yang biasanya digunakan guru
dan siswa dalam pembelajaran, besi, kayu, dan kertas karton yang
seringkali digunakan oleh guru dalam mengajar materi pelajaran
keterampilan. Semua contoh tersebut merupakan sarana pendidikan
yang apabila dipakai satu kali pakai atau beberapa kali bisa habis
dipakai atau berubah sifatnya.
b. Sarana pendidikan yang tahan lama.
Sarana pendidikan yang tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat
yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif
lama. Beberapa contohnya adalah bangku sekolah, mesin tulis, atlas,
globe dan beberapa peralatan olah raga.
2. Ditinjau dari bergerak tidaknya pada saat digunakan.
a. Sarana pendidikan yang bergerak
-
20
Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa
digerakkan atau dipindahkan sesuai dengan kebutuhan pemakaiannya.
Lemari arsip sekolah misalnya, merupakan sarana pendidikan yang
bisa dipindahkan kemana-mana bila diinginkan. Demikian pula bangku
sekolah termasuk sarana pendidikan yang bisa digunakan atau
dipindahkan kemana saja.
b. Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak
Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak adalah semua sarana
pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan.
Misalnya saja suatu sekolah yang sudah memiliki saluran dari PDAM.
Semua peralatan yang berkaitan dengan itu, seperti pipanya, relative
tidak mudah untuk dipindahkan ke tempat-tempat tertentu.
3. Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar.
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana
pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung dignakan
dalam proses belajar mengajar, contohnya kapur tulis, atlas, dan sarana
pendidikan lainnya yang digunakan guru dalam mengajar. Kedua, sarana
pendidikan yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses belajar
mengajar, seperti lemari arsip di kantor sekolah merupakan sarana
pendidikan yang tidak secara langsung digunakan oleh guru dalam proses
belajar mengajar.
Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan
menjadi dua macam.
-
21
a. Prasarana yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar,
seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan dan
ruang laboratorium.
b. Prasarana yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar
mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses
belajar mengajar. Contohnya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah
dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah,
ruang guru, ruang kepala sekolah dan tempat parker kendaraan.10
Suharsimi mengungkapkan, fasilitas atau sarana secara garis besar
dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
a. Fasilitas Fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat
dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan
melancarkan sesuatu usaha. Fasilitas fisik juga disebut fasilitas materiil.
Contoh: kendaraan, alat tulis menulis, alat komunikasi, penampil dan
sebagainya. Di dalam kegiatan pendidikan yang tergolong dalam fasilitas
fisik atau fasilitas materiil antara lain: perabot ruang kelas, peralatan
kantor tata usaha, perabot dan peralatan laboratorium, perlengkapan
perpustakaan, perlengkapan ruang praktik, dan sebagainya.
b. Fasilitas Uang, yakni segala sesuatu yang dapat mempermudah suatu
kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang.
Kalau akan diperluas lagi sebenarnya masih bisa. Pemberian pinjaman
kendaraan, kesempatan menggunakan waktu untuk berekreasi itupun fasilitas
10 Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm.2
-
22
tetapi tidak nyata sebagai benda yang dimiliki oleh sekolah. Yang disebutkan
belakangan juga memudahkan proses atau kegiatan pencapaian tujuan.
Ada tiga pengertian yang biasanya dicampuradukkan, yaitu: alat
pelajaran, alat peraga dan media pendidikan. Alat pelajaran adalah semua
benda yang dapat dipergunakan secara langsung oleh guru maupun murid
dalam proses belajar mengajar. Buku tulis, gambar-gambar, alat-alat tulis
menulis, seperti kapur, penghapus dan papan tulis maupn alat-alat praktek,
semanya termasuk ke dalam lingkup alat pelajaran.
Alat peraga mempunyai arti yang luas. Alat peraga adalah semua alat
pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun perbuatan
dari yang tingkatannya paling kongkrit sampai ke yang paling abstrak yang
dapat mempermudah pemberian pengertian (penyampaian konsep) kepada
murid. Dengan pengertian ini maka alat pelajaran dapat termasuk ke dalam
lingkup alat peraga, tetapi belum tentu semua alat peraga merupakan alat
pelajaran.
Media pendidikan mempunyai peranan yang lain dari alat peraga.
Media pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara
di dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektifitas dan
efisiensi, tetapi dapat pula sebagai pengganti peran guru. Media dapat
dibedakan menjadi; media audio, media visual dan media audio visual.11
Hal senada diungkapkan oleh Ary H Gunawan, beliau menyatakan
bahwa fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari:
11 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 82
-
23
1. Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM, prasarana pendidikan berfungsi
tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan), contoh: tanah,
halaman, pagar, tanaman, gedung/bangunan sekolah, jaringan jalan, air,
listrik, telepon, serta perabot/mebiler.
Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat
menentukan) terhadap PBM, seperti alat pelajaran, atau alat peraga, alat
praktek dan media pendidikan.
2. Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi:
Fasilitas fisik atau fasilitas material yaitu sebagai sesuatu yang berwujud
benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan
atau melancarkan suatu usaha. Seperti; kendaraan, mesin tulis, computer,
perabot, media dan lain-lain.
Fasilitas non fisik yakni sesuatu yang bukan benda mati atau tidak dapat
dibendakan yang mempunyai peranan untuk memudahkan sesuatu usaha
seperti, manusia, jasa dan uang.
3. Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan
menjadi:
Barang bergerak atau barang berpindah atau dipindahkan, dikelompokkan
menjadi (a) barang habis pakai, contonya: kapur tulis, tinta, kertas, spidol,
penghapus dan lain-lain. (b) barang tak habis pakai, contohnya mesin tulis,
komputer, kendaraan, perabot dan sebagainya.
-
24
Barang tidak bergerak ialah barang yang tidak berpindah-pindah letaknya
atau tidak bisa dipindahkan, seperti tanah, bangunan atau gedung, sumur,
menara air dan lain sebagainya.12
3. Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Secara umum, tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan
adalah memberikan pelayanan secara professional di bidang sarana dan
prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara
efektif dan efisien. Secara rinci, tujuannya adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui
sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama. Dengan
perkataan ini, melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan
diharapkan semua perlengkapan yang didapatkan oleh sekolah adalah
sarana dan prasarana yang berkualitas tinggi, sesuai dengan kebutuhan
sekolah, dan dengan dana yang efisien.
b. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat dan
efisien.
c. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah,
sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap
diperlukan oleh semua personel sekolah.13
4. Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Agar tujuan-tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan,
sebagaimana diuraikan di atas bisa tercapai, menurut Ali Imron, dkk. dalam
12 Ary H Gunawan, op.cit., hlm. 115
13 Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm. 5
-
25
Nur Masriyah, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengelola
sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Prinsip-prinsip yang dimaksud
adalah:
a. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu bahwa sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah harus selalu dalam kondisi siap pakai bilamana akan
didayagunakan oleh personel sekolah dalam rangka pencapaian tujuan
proses belajar mengajar.
b. Prinsip efisiensi, yaitu bahwa pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
di sekolah hars dilakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga
dapat diadakan sarana dan prasarana pendidikan yang baik dengan harga
yang murah. Dan pemakaiannya pun harus dengan hati-hati sehingga
mengurangi pemborosan.
c. Prinsip Administratif, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana
pendidikan di sekola harus selalu memperhatikan undang-undang,
peraturan, instruksi dan petunjuk teknis yang diberlakukan oleh yang
berwenang.
d. Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu bahwa manajemen sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah harus di delegasikan kepada personel
sekolah yang mampu bertanggungjawab. Apabila melibatkan banyak
personel sekolah dalam manajemennya maka perlu adanya deskripsi tugas
dan tanggungjawab yang jelas untuk setiap personel sekolah.
-
26
e. Prinsip Kekohesifan, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah iu harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja
yang sangat kompak.14
5. Proses Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Seperti kita ketahui bersama, bahwa sarana dan prasarana merpakan
penunjang tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Untuk
merealisasikan pendidikan yang merupakan uaaha sadar dan yang bertujuan
mengembangkan kepribadian dan kemampuan siswa, maka sekolah
hendaknya membina potensi lahir dan batin secara maksimal. Dengan
demikian sekolah merupakan salah satu tempat untuk mewujudkan
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, sesuai tujuan pendidikan dalam
GBHN.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka sekolah perlu
meningkatkan mutu pendidikan, melalui pengembangan program pendidikan
dan pengajaran dengan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar
siswa. Untuk melaksanakan hal tersebut, maka pengelolaan sarana dan
prasarana perlu dikelola dengan sebaik-baiknya. Hal yang perlu diperhatikan
adalah masalah pemeliharaan dan pengawasan tentang sarana dan prasarana
tersebut. Bilamana hal-hal di atas dilakukan dengan baik, maka sarana dan
prasarana dapat dipakai dan digunakan dengan perasaan yang menyenangkan
oleh para pemakainya.
14 Nur Masriyah, Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Agama Islam di MAN I Malang, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2006, hlm.30
-
27
Tujuan pemeliharaan agar kekayaan yang besar nilainya itu
memperoleh pengamanan yang baik. Pengamanan itu hendaknya secara
menyeluruh, yaitu pengamanan perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan
penghapusan.15
Ibrahim Bafadal menyatakan bahwa kegiatan manajemen sarana dan
prasarana pendidikan itu meliputi: pengadaan, pendistribusian, pemakaian dan
pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan. Kegiatan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut: 16
Gambar 2.1
Proses Manajemen Sarana dan Prasarana
1. Pengadaan Analisis kebutuhan Analisis anggaran Seleksi Keputusan Pemerolehan
2. Pendistribusian 5. Penghapusan Pengalokasian Pengiriman
15 Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, op.cit., hlm.152 16 Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm.7
3. Penggunaan dan Pemeliharaan
4. Inventarisasi
-
28
1. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Aktifitas pertama dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan
adalah pengadaan sarana dan prasarana. Kegiatan ini biasanya dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan pendidikan di
sekolah, menggantikan barang-barang yang rusak, hilang, dihapuskan atau
sebab-sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga
memerlukan pergantian, dan untuk menjaga tingkat persediaan barang
setiap tahun anggaran mendatang. Berkenaan dengan pengadaan sarana
dan prasarana pendidikan di sekolah ada beberapa hal yang perlu difahami,
di antaranya yakni:
a. Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Suatu kegiatan administrasi/manajemen/pengelolaan yang baik
dan tidak gegabah (sembrono) tentu diawali dengan suatu perencanaan
(planning/programming) yang matang dan baik dilaksanakan demi
menghindari terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak
diinginkan.
Perencanaan yang baik dan teliti akan berdasarkan analisis
kebutuhan, dan penentuan skala priorotas bagi kegiatan-kegiatan untuk
mendapatkan urutan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya untuk
dilaksanakan yang disesuaikan dengan tersedianya dana dan tingkat
kepentinagannya.
R. Freedman dan kawan-kawannya mengatakan, bahwa
perencanaan atau rencana (planning/programming) adalah pengetrapan
-
29
secara sistematik daripada pengetahuan yang tepat guna untuk
mengontrol dan menentukan arah kecendrungan perubahan, kepada
tujuan yang telah ditetapkan.17
Akhir-akhir ini telah banyak teoritisi yang mendeskripsikan
langkah-langkah perencanaan pengadaan perlengkapan (sarana dan
prasarana) pendidikan di sekolah, di antaranya adalah seorang teoretisi
administrasi pendidikan, yaitu Jame J. Jones (1969). Jones
menegaskan bahwa langkah-langkah perencanaan pengadaan
perlengkapan pendidikan di sekolah adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kebutuhan pendidikan suatu masyarakat dan
menetapkan program untk masa yang akan datang sebagai dasar
untuk mengevaluasi keberadaan fasilitas dan membuat model
perecanaan perlengkapan yang akan datang.
2. Melakukan survey ke seluruh unit sekolah untuk menyusun master
plan untuk jangka waktu tertentu.
3. Memilih kebutuhan utama berdasarkan hasil survey.
4. Mengembangkan Educational Specification untuk setiap proyek
yang terpisah-pisah dalam usulan master plan.
5. Merancang setiap proses yang terpisah-pisah sesuai dengan
spesifikasi pendidikan yang diusulkan.
6. Mengembangkan atau menguatkan tawaran atau kontrak dengan
melaksanakan sesuai dengan gambaran kerja yang diusulkan.
17 Ary H. Gunawan, op.cit. hlm.117
-
30
7. Melengkapi perlengkapan gedung dan meletakkannya sehingga
siap untuk digunakan
Dua orang teoritisi administrasi lainnya yang menjelaskan
tentang prosedur perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di
sekolah adalah Emery Stoops dan Russel E. Johnson (1969). Pasangan
penulis tersebut menegaskan bahwa prosedur perencanaan pengadaan
perlengkapan pendidikan di sekolah adalah:
1. Pembentukan panitia pengadaan barang atau perlengkapan
2. Penetapan kebutuhan perlengkapan
3. Penetapan spesifikasi
4. Penetapan harga satuan perlengkapan
5. Pengujian segala kemungkinan
6. Rekomendasi
7. Penilaian kembali
Berdasarkan uraian tentang prosedur perencanaan pengadaan
sarana dan prasarana pendidikan di sekolah sebagaimana dikemukakan
di atas, dapat ditegaskan bahwa proses perencanaan pengadaan sarana
dan prasarana di sekolah tidak mudah. Perencanaan pengadaan sarana
dan prasarana pendidikan bukanlah sekadar sebagai upaya pencarian
ilham, melainkan upaya memikirkan perlengkapan yang diperlukan di
masa yang akan datang dan bagaimana pengadaannya secara
sistematis, rinci dan teliti berdasarkan informasi yang realistis tentang
kondisi sekolah. Agar prinsip-prinsip tersebut betul-betul terpenuhi,
-
31
semua pihak yang dilibatkan atau ditunjuk sebagai panitia perencanaan
pengadaan perlengkapan di sekolah perlu mengetahui dan
mempertimbangkan program pendidikan, perlengkapan yang sudah
dimiliki, dana yang tersedia dan harga pasar.18
b. Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya
merupakan upaya merealisasikan rencana pengadaan sarana dan
prasarana yang telah disusun sebelumnya. Seringkali sekolah
mendapatkan bantuan sarana dan prasarana pendidikan dari pemerintah
dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan
Nasional Provinsi, dan Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten.
Namun bantuan tersebut dalam jumlah terbatas dan tidak selalu ada,
sehingga sekolah dituntut untuk selalu berusaha juga melakukan
pengadaan perlengkapan dengan cara lain.
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh pengelola
perlengkapan sekolah untuk mendapatkan perlengkapan yang
dibutuhkan sekolah, antara lain dengan cara:
1. Pembelian, untuk membeli sarana dan prasarana di sekolah dapat
ditempuh dengan cara membeli di pabrik, membeli di toko dan
memesan.
2. Hadiah atau sumbangan, selain dengan cara membeli,
perlengkapan sekolah juga bisa diperoleh dari hadiah atau
18 Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm. 27
-
32
sumbangan perorangan maupun organisasi, badan-badan atau
lembaga-lembaga tertentu.
3. Tukar menukar, untuk memperoleh tambahan sarana dan
prasarana, pengelola sarana dan prasarana sekolah bisa
mengadakan hubungan kerjasama dengan pengelola sarana dan
prasarana sekolah lainnya. Hubungan kerjasama tersebut berupa
saling menukar perlengkapan sekolah.
4. Meminjam, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
bisa dilakukan dengan cara meminjam kepada pihak-pihak tertentu.
Pihak-pihak yang dapat dipinjam adalah kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, guru-guru ataupun orang tua murid.19
2. Pendistribusian Sarana dan Prasarana Sekolah
Barang-barang perlengkapan sekolah (sarana dan prasarana) yang
telah diadakan dapat didistribusikan. Pendistribusian atau penyaluran
perlengkapan merupakan kegiatan pemindahan barang dan tanggungjawab
dari seorang penanggungjawab penyimpanan kepada unit-unit atau orang-
orang yang membutuhkan barang itu. Dalam rangka itu, ada tiga langkah
yang sebaiknya ditempuh oleh bagian penanggungjawab penyimpanan
atau penyaluran, yaitu: (1) penyusunan alokasi barang; (2) pengiriman
barang; (3) penyerahan barang.20
Daryanto menyatakan, ada beberapa prinsip administrasi
penyimpanan peralatan dan perlengkapan pengajaran sekolah:
19 Ibrahim Bafadal, Ibid., hlm. 32 20 Ibrahim Bafadal, Ibid., hlm. 38
-
33
a. Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat-tempat
yang bebas dari faktor-faktor perusak, seperti: panas, lembab, lapuk
dan serangga.
b. Harus mudah dikerjakan baik untuk menyimpan maupun yang keluar
alat.
c. Mudah didapat bila sewaktu-waktu diperlukan.
d. Semua penyimpanan harus diadministrasikan menurut ketentuan
bahwa persediaan lama harus lebih dulu digunakan.
e. Harus diadakan inventarisasi secara berkala.
f. Tanggungjawab untuk pelaksanaan yang tepat dari tiap-tiap
penyimpanan harus dirumuskan secara terperinci dan difahami
dengan jelas oleh semua pihak yang berkepentingan.
Pendistribusian peralatan dan perlengkapan pengajaran ini harus
berada dalam tanggung jawab salah seorang anggota staf yang ditunjuk.
Karena pelaksanaan tanggungjawab ini hanya bersifat ketatausahaan maka
kurang tepat jika kepala atau guru sendiri yang langsung melaksanakannya
yang paling tepat adalah pegawai tata usaha. Kebijaksanaan
pendistribusian ini hendaklah ditekankan kepada efisien dan fleksibilitas,
maksudnya bila diperlukan sewaktu-waktu segera dapat disediakan.21
Sedangkan Ary H. Gunawan, berpendapat bahwa dalam lingkungan
yang sempit seperti di lingkungan sekolah/fakultas, maka kegiatan
penyaluran dapat berwujud pendistribusian atau kegiatan
21 Daryanto. Administrasi pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 52
-
34
membagi/mengeluarkan barang sesuai kebutuhan guru/dosen/seksi bagian
dalam instansi/sekolah/fakultas tesebut utnuk keperluan kegiatan belajar
mengajar serta perkantoran.
Kegiatan penyaluran barang yang baik melipputi penyusunan
alokasi, pengiriman barang (untuk pusat-pusat penyalur) dan penyerahan
barang.22
3. Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan
a. Penggunaan/Pemakaian Sarana dan Prasarana Pendidikan
Begitu barang-barang yang telah diadakan itu didistribusikan kepada
bagian-bagian kelas, perpustakaan, laboratorium, tata usaha atau personel
sekolah berarti barang-barang tersebut sudah berada dalam tanggungjawab
bagian-bagian atau personel sekolah tersebut. Atas pelimpahan itu pula
pihak-pihak tersebut berhak memakainya utnuk kepentingan proses
pendidikan di sekolahnya. Dalam kaitan dengan pemakaian perlengkapan
pendidikan itu, ada dua prinsip yang harus selalu diperhatikan yaitu
prinsip efektifitas dan prinsip efisiensi. Dengan prinsip efektifitas berarti
semua pemakaian sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus
digunakan semata-mata dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan
pendidikan sekolah, baik secara langsng maupun tidak langsung.
Sedangkan dengan prinsip efisisiensi berarti pemakaian semua sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah secara hemat dan dengan hati-hati
22 Ary H. Gunawan, op.cit., hlm.144
-
35
sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis, rusak atau
hilang.23
b. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Agar setiap barang yang kita miliki senantiasa dapat berfungsi dan
digunakan dengan lancar tanpa banyak menimbulkan gangguan/hambatan
maka barang-barang tersebut perlu dirawat secara baik dan kontinu untuk
menghindari adanya unsur-unsur pengganggu/perusaknya. Dengan
demikian kegiatan rutin untuk mengusahakan agar barang tetap dalam
keadaan baik dan berfungsi baik pula (running well) disebut pemeliharaan
atau perawatan (service).
Kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan menurut ukuran waktu dan
menurut ukuran keadaan barang. Pemeliharaan menurut ukuran waktu
dapat dilakukan setiap hari (setiap akan/sesudah memakai) dan secara
berkala atau dalam jangka waktu tertentu sesuai petunjuk penggunaan
(manual), misalnya 2 atau 3 bulan sekali (seperti mesin tulis) atau jam
pakai tertentu (mesin statis). Pemeliharaan tersebut dapat dilakukan sendiri
oleh pemegangnya/penanggungjawabnya, atau memanggil tukang/ahli
servis untuk melakukannya, atau membawanya ke bengkel servis.
Pemeliharaan yang dilakukan menurut keadaan barangnya dilakukan
terhadap barang habis pakai dan barang tak habis pakai, seperti
pemeliharaan terhadap kertas, kapur dan sebagainya dengan penyimpanan
yang baik (aman, tidak lembab, bebas hama dan sebagainya), sebelum
23 Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm.42
-
36
barang tersebut dipakai atau dalam penyimpanan. Terhadap barang tak
habis pakai seperti mesin tlis, kendaraan dan sebagainya dilakukan servis
bila keadaan pemakaiannya ternyata sudah kurang enak atau kurang
lancar, secara rutin berkala. Pemeliharaan terhadap tanah dan gedung,
dilakukan pembersihan, pengecatan, menyapu, mengepel dan lain
sebagainya.
Pada prinsipnya kegiatan pemeliharaan dilakukan agar setiap sarana
dan prasarana itu senantiasa siap pakai dalam proses/kegiatan belajar
mengajar. Aktifitas, kreatifitas serta rasa tanggung jawab dan rasa handar
beni adalah kunci dari keberhasilan kegiatan pemeliharaan demi
optimalisasi daya pakai dan daya guna setiap barang kita.24
4. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Sekolah
Salah satu aktifitas dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan di
sekolah adalah mencatat semua perlengkapan yang dimiliki oleh sekolah.
Lazimnya, kegiatan pencatatan semua perlengkapan itu disebut dengan
istilah inventarisasi perlengkapan pendidikan. Kegiatan tersebut
merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Secata definitive,
inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang milik
Negara secara sistematis, tertib dan teratur berdasarkan ketentan-ketentuan
atau pedoman-pedoman yang berlaku.
Menurut keputusan Menteri Keuangan RI Nomor kep.
225/MK/V/4/1971 barang milik Negara adalah berupa semua barang yang
24 Ary H. Gunawan, op.cit., hlm. 146
-
37
berasal atau dibeli dengan dana yang bersumber baik secara keseluruhan
atau sebagainya, dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
ataupun dana lainnya yang barang-barangnya di bawah penguasaan
pemerintah, baik pusat, provinsi, maupun daerah otonom, baik yang
berada di dalam maupun luar negeri.
Ada beberapa landasan hukum yang mendasari kegiatan inventarisasi
perlengkapan sekolah, yaitu:
1. Instruksi Presiden RI Nomor 3 tahun 1971, tertanggal 30 Maret 1991.
2. Surat keputusan Menteri Keuangan Nomor kep. 225/MK/V/4/1971,
tertanggal 13 April 1971
3. Surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9 tahun
1971, tertanggal 23 Oktober 1971.
4. Intruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4/M/1980,
tertanggal 24 Mei 1980.
Melalui inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapkan akan
tercipta ketertiban administrasi barang, penghematan keuangan,
mempermudah dalam pemeliharaan dan pengawasan. Lebih lanjut,
inventarisasi mampu menyediakan data dan informasi untuk perencanaan.
Berdasarkan edaran surat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
tanggal 16 Januari 1997 No. 2/MPK/1979, pengurusan barang-barang di
sekolah dasar dilakukan oleh kepala sekolah sendiri. Sebagaimana yang
dikutip oleh Ibrahim Bafadal, Stoop dan Jhonson menyatakan bahwa
dalam pelaksanaan sehari-hari kepala sekolah selaku administrator dapat
-
38
menunjuk stafnya atau guru-guru untuk mengerjakan tugas dan tanggung
jawab tersebut. Kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan meliputi
dua kegiatan, yaitu:
1. Kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode
barang perlengkapan
Barang-barang perlengkapan di sekolah dapat diklasifikasikan
menjadi dua macam, yaitu barang inventaris dan barang bukan
inventaris. Barang inventaris adalah keseluruhan perlengkapan sekolah
yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif
lama, seperti meja, bangku, papan tulis, buku perpustakaan sekolah
dan perabot-perabot lainnya. Sedangkan barang-barang bukan
inventaris adalah semua barang habis pakai, seperti kapur tulis, karbon,
kertas, pita mesin tulis dan barang-barang yang statusnya tidak jelas.
Baik barang inventaris maupun barang bukan inventaris yang
diterima sekolah harus dicatat di dalam buku penerimaan. Setelah itu,
khusus barang-barang inventaris dicatat di dalam buku induk
inventaris dan buku golongan inventaris. Sedangkan khusus barang-
barang bukan inventaris dicatat di dalam buku induk bukan inventaris
dan kartu (bisa berupa buku) stok barang. Dengan demikian,
pencatatan perlengkapan pendidikan di sekolah yang tertib dan teratur
dapat digambarkan sebagai berikut:25
25 Ibrahim Bafadal, op.cit,. hlm.57
-
39
Gambar 2.2
Tata Cara Pencatatan Perlengkapan Sekolah
Ada barang baru
Pencatatan di dalam buku penerimaan
Pengelompokan barang baru
Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan inventaris perlengkapan
pendidikan di sekolah adalah membuat kode barang dan
menuliskannya pada badan perlengkapan pendidikan di sekolah,
terutama yang tergolong sebagai barang inventaris. Kode barang
adalah sebuah tanda yang menunjukkan kepemilikan barang. Kode
tersebut ditulis pada barang yang sekiranya mudah dilihat dan dibaca.
Tujuan pembuatan dan penulisan kode adalah untuk memudahkan
semua pihak dalam mengenal kembali semua perlengkapan pendidikan
Pencatatan di dalam buku penerimaan
Pencatatan di dalam buku penerimaan
Pencatatan di dalam buku penerimaan
Inventaris Bukan inventaris
Pencatatan di dalam buku penerimaan
-
40
di sekolah, baik ditinjau dari kepemilikan, penanggungjawab maupun
jenis dan golongannya.
Biasanya kode barang itu berbentuk angka atau numerik.
Ukurannya disesuaikan dengan besar kecelnya barang perlengkapan
yang akan diberi kode, dengan warna yang berbeda dari warna dasar
barang sehingga mudah dibaca. Biasanya warna kode tersebut adalah
putih atau hitam.26
2. Kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan.
Semua perlengkapan pendidikan di sekolah atau barang
inventaris sekolah harus dilaporkan, termasuk perlengkapan baru
kepada pemerintah, yaitu departemennya. Sekolah-sekolah swasta
wajib melaporkannya kepada yayasannya. Laporan tersebut seringkali
disebut dengan istilah laporan mutasi barang. Pelaporan tersebut
dilakukan sekali dalam setiap triwulan. Misalnya, pada setiap bulan
Juli, Oktober, Januari dan April tahun berikutnya.
Biasanya di sekolah itu ada barang rutin dan barang proyek.
Bilamana demikian halnya, maka pelaporannya pun harus dibedakan.
Dengan demikian, ada laporan barang rutin dan laporan barang
proyek.27
5. Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Barang-barang yang ada di sekolah adalah barang milik Negara. Oleh
karena itu, barang-barang tersebut harus selalu dijaga agar tidak hilang
26 Ibrahim Bafadal, Ibid., hlm.59 27 Ibrahim Bafadal, Ibid., hlm.61
-
41
atau lekas rusak. Walaupun demikian apabila barang-barang tersebut
sudah dimanfaatkan terlalu lama akan sampai pulalah pada saat memudar
daya gunanya. Daripada mendatangkan kerugian yang besar bagi pihak
sekolah maka barang tersebut lebih baik disingkirkan/dihapus saja.
Yang dimaksud dengan penghapusan adalah kegiatan yang mempunyai
tujuan untuk menghapuskan barang-barang milik Negara dari daftar
inventaris Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sebagai salah satu fungsi dari
pengelolaan perlengkapan, penghapusan mempunyai arti:
1. mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian yang lebih
besar, yang disebabkan oleh:
a. Pengeluaran yang semakin besar untuk pemeliharaan/perbaikan
barang-barang yang kondisinya semakin buruk.
b. Pemborosan biaya untuk pengamanan barang-barang kelebihan
atau barang-barang lain yang karena beberapa sebab tidak
dipergunakan lagi.
2. meringankan beban kerja inventarisasi
3. membebaskan barang dari tanggung jawab satuan organisasi yang
mengurusnya menurut peraturan dan ketentuan yang berlaku.28
Walaupun penghapusan barang-barang ada keuntungannya tetapi
tidaklah gampang bagi suatu instansi untuk mengadakan penghapusan.
28 Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi (Surabaya: Usaha Nasional,1994), hlm. 198
-
42
Barang-barang yang dapat dihapuskan dari daftar inventaris harus
memenuhi salah satu atau lebih dari syarat-syarat di bawah ini:
1. Dalam keadan rusak berat sehingga tidak dapat diperbaiki atau
dipergunakan lagi
2. Perbaikan akan menelan biaya yang besar sekali sehingga merupakan
pemborosan uang Negara.
3. secara teknis dan ekonomis kegunaan tidak seimbang dengan biaya
pemeliharaan.
4. Penyusutannya berada di luar kekuasaan pengurus barang (misalnya
bahan-bahan kimia).
5. Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini, misalnya mesin hitung
yang sudah diganti dengan kalkulator, arau mesin tulis biasa yang
sudah harus diganti dengan IBM.
6. Barang kelebihan yang jika disimpan lebih lama, akan rusak dan tidak
dapat dipakai lagi.
7. Ada penurunan efektifitas kerja, misalnya dengan mesin tulis baru
sebuah konsep dapat diselesaikan dalam waktu lima hari, tetapi dengan
mesin tulis yang hampir rusak harus diselesaikan dalam waktu 10 hari.
8. Dicuri, terbakar, diselewengkan, musnah akibat bencana alam, dan
sebagainya.
Untuk melakukan penghapusan atau penyingkiran (afkeur) pelaksana
harus memperhatikan tahap-tahap sebagai berikut:
-
43
1. Pemilihan barang yang akan dihapuskan dilakukan setiap tahun
bersamaan dengan waktu memperkirakan kebutuhan.
2. Memperhitungkan faktor-faktor penyingkiran dan penghapusan
ditinjau dari segi nilai uang.
3. Membuat surat pemberitahuan kepada atasan bahwa akan diadakan
penyingkiran dengan menyebutkan barang-barang yang hendak
disingkirkan.
4. Melaksanakan penyingkiran dengan cara-cara mengadakan lelangan,
menghibahkan kepada badan/orang lain atau membakar. Proses
penghapusan/penyingkiran harus disaksikan oleh atasan
5. Membuat berita acara tentang pelaksanaan penyingkiran.29
Sebagaimana disampaikan oleh Ary H. Gunawan, dalam pelaksanaan
penghapusan dikenal dua jenis cara, yaitu:
1. Menghapus dengan menjual barang-barang melalui kantor lelang
Negara. Prosedurnya adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan Panitia Penjualan oleh Pimpinan Unit Utama
(Rektor, Kopertis, dsb) yang bersangkutan.
b. Melaksanakan sesuai prosedur lelang.
c. Mengikuti cara pelanggan yang berlaku.
d. Pembuatan risalah lelang oleh kantor lelang, yang menyebutkan
banyaknya nama barang, keadaan barang yang dilelang serta nama
dan alamat pelelang serta harga jualnya.
29 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 89
-
44
e. Pembayaran uang lelang yang disetorkan pada kas Negara,
selambat-lambatnya tiga hari kerja setelah hari lelang.
f. Biaya lelang dan biaya lainnya (dana sosial, MPO, dsb) yang
dibebankan pada pembeli/pemenang lelang.
2. Pemusnahan
Terhadap barang barang yang diusulkan untuk dihapus sesuai
surat keputusan untuk/harus dimusnahkan, maka pemusnahannya
dilakukan unit kerja yang bersangkutan dengan disaksikan oleh pejabat
pemerintah daerah setempat (minimal Lurah/Kades) dan atau
kepolisian Negara, serta mengikuti segala tata cara pemusnahan yang
berlaku (dibakar, dikubur, dsb).30
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka
kita harus melihat kepada kata arab karena ajaran Islam diturunkan dalam
bahasa tersebut. Kata pendidikan yang umum kita gunakan sekarang dalam
bahasa arabnya adalah tarbiyah, dengan kata kerja rabba. Kata pengajaran
dalam bahasa arabnya adalah talim dengan kata kerjanya allama.
Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arabnya tarbiyah wa talim
30 Ary Gunawan, op.cit., hlm. 151
-
45
sedangkan pendidikan Islam dalam bahasa arabnya adalah tarbiyah
Islamiyah.31
Kata Tarbiyah, kita mendapatkannya di dalam al-Quran seperti pada
ayat:
):( Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Tuhankui, kasihanilah mereka
keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil .
(QS. 17 Al-Isra:24) 32
) :( Firaun menjawab: Bukankah kami telah mengasuhmu di antara
(keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal
bersama kami beberapa tahun dari umurmu?(QS. 25 As-Syuara:18)33
Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tarbiyah
adalah proses persiapan dan pengasuhan pada fase pertama pertumbuhan
manusia, atau menurut istilah yang kita gunakan dewasa ini adalah pada fase
bayi dan kanak-kanak. Penggunaan kata-kata tarbiyah pada ayat pertama
menunjukkan bahwa pendidikan pada fase ini menjadi tanggungjawab
31 Zakiyah Daradjat,dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Angkasa,1996), hlm.25 32 Al-Quranul Al-Karim dan Terjemahnya (Semarang: Karya Toha Putra, 1996), hlm.227 33 Al-Quranul Al-Karim dan Terjemahnya, Ibid., hlm. 293
-
46
keluarga. Ibu dan ayah bertanggungjawab mengasuh dan mengasihi anak yang
masih kecil dan berada dalam situasi ketergantungan.
Dalam ayat kedua, Firaun menyebut-nyebutkan kebaikannya tehadap
Musa a.s bahwa ia telah mendidiknya semasa kecil dan tidak memasukkannya
ke dalam golongan anak-anak yang dibunuh ketika itu. Firaun juga
mengingatkan Musa a.s bahwa ia telah berada dalam naungan keluarga untuk
beberapa tahun lamanya. Demikianlah, bahwa istilah tarbiyah di dalam dua
ayat di atas berkaitan erat dengan proses persiapan dan pemeliharaan pada
masa kanak-kanak di dalam keluarga.34
Kata lain yang mengandung arti pendidikan itu ialah seperti sabda Rasul SAW:
) ( Tuhan telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku.
Kata talim dengan kata kerjanya allama juga sudah digunakan
pada zaman Nabi. Baik dalam Al-Quran, Hadits atau pemakaian sehari-hari.
Kata ini lebih banyak digunakan daripada kata tarbiyah tadi. Dari segi bahasa,
perbedaan arti dari kedua kata itu cukup jelas. Bandingkanlah penggunaan dan
arti kata berikut ini dengan kata rabba, addaba, nasyaa dan lain-lain.
Firman