Manajemen Risiko Pada Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan...

download Manajemen Risiko Pada Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani Studi Kasus Di Desa Telang Kecamatan Kamal

of 12

Transcript of Manajemen Risiko Pada Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan...

  • 7/26/2019 Manajemen Risiko Pada Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Ruma

    1/12

    1Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

    20 Oktober 2011

    MANAJEMEN RISIKO PADA USAHATANI PADI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA

    DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

    (STUDI KASUS DI DESA TELANG KECAMATAN KAMAL)

    Elys Fauziyah

    Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas TrunojoyoKorespondensi : Jl. Raya Telang, Kamal-Bangkalan

    ABSTRAK

    Secara umum petani yang melakukan usahatani padi memiliki dua tujuan yaitu menciptakanketahanan pangan rumahtangganya dan mendapatkan keuntungan. Dalam rangka mencapai tujuantersebut petani selalu dihadapkan pada risiko-risiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui danmenganalisis : karakteristik petani dan risiko usahatani padi, mendiskripsikan persepsi petani paditerhadap risiko, dan mendiskripsikan strategi risiko yang dilakukan oleh petani padi. Penelitiandilakukan di Desa Telang Kecamatan kamal terhadap 30 orang petani sampel. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa tingkat risiko produktivitas, biaya dan pendapatan usahatani padi termasukdalam kategori rendah. Menurut persepsi sebagian besar petani, risiko merupakan konsekwensi yangmembebani petani jika hendak berusahatani padi. Faktor utama yang menjadi penyebabnya adalahgangguan dari OPT (organisme pengganggu tanaman), mahalnya harga input, dan rendahnya hargaoutput. Strategi pengelolaan risiko ex-ante dilakukan oleh petani dengan menggunakan varietas padiyang berbeda-beda, membeli benih yang tersertifikasi, menggunakan sistem tumpangsari. Strategiinteractivenya dilakukan dengan menggunakan jarak tanam sesuai anjuran, menggabungkanpenggunaan pupuk tunggal, majemuk, dan organik, pembasmian OPT dengan cara kimiawi dan PHT(Pengendalian Hama Terpadu), menggunakan tenaga kerja dari luar desa, mengatasi kekuranganmodal dengan meminjam dari kerabat dan Gapoktan. Strategi ex-post dilakukan jika terjadikegagalan usahatani padi, ini dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan keluarga dari pendapatanyang berasal dari pekerjaan sampingan, tetap berusahatani dengan mempelajari penyebab terjadinya

    kegagalan, dan mendapatkan modal dengan cara mengambil tabungan,dan meminjam dariGapoktan.

    Kata Kunci : Ketahanan Pangan, Rumahtangga Petani, Risiko, Strategi Manajemen Risiko.

    PENDAHULUAN

    Undang-Undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan mengartikan ketahanan pangan adalahkondisi terpenuhinya pangan bagi rumahtangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Salah satu upaya pemerintah untuk

    mewujudkan ketahanan pangan dilaksanakan melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 Tahun 2002tentang ketahanan pangan, yang menyatakan bahwa penyediaan pangan diselenggarakan untukmemenuhi kebutuhan konsumsi pangan rumahtangga yang terus berkembang dari waktu ke waktu

    melalui: (a) pengembangan sistem produksi pangan yang bertumpu pada sumberdaya, kelembagaandan budaya lokal, b) pengembangan efisiensi sistem usaha pangan, (c) pengembangan teknologiproduksi pangan, (d) pengembangan sarana dan prasarana produksi pangan, dan (e) mempertahankandan mengembangkan lahan produktif.

    Menurut BPS (2010) jumlah petani di Indonesia mencapai 44 persen dari total angkatankerja atau sekitar 46,7 juta jiwa. Lebih dari separuhnya merupakan petani gurem dan buruhtanidengan kepemilikan lahan dibawah 0,5 hektar atau mencapai 38 juta keluarga tani. Dengan demikiansebagian besar masyarakat Indonesia masih bertumpu pada sektor pertanian, sehingga keberadaanrumahtangga petani jumlahnya masih cukup dominan. Berdasarkan kondisi ini adalah sangat rasionaljika upaya mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia dimulai dari ketahanan pangan rumahtanggapetani.

    Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh petani seperti : produktivitas yang rendah, posisi

    tawar lemah, terbatasnya sarana dan prasarana yang ada, dan lain-lain menjadi kendala bagi mereka

  • 7/26/2019 Manajemen Risiko Pada Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Ruma

    2/12

    untuk mewujudkan ketahanan pangan rumahtangganya. Permasalahan-permasalahan tersebutmerupakan risiko yang harus dihadapi oleh seorang petani dalam melakukan aktivitas usahataninya.Sehingga ketahanan pangan rumahtangga petani merupakan perwujudan dari seberapa besarkemampuan petani tersebut dalam memanajemen risiko usahataninya. Secara konseptual petani yangmampu mereduksi risiko produksi maupun risiko harga dengan cara memperbaiki produktivitasnya,penggunaan diversifikasi, penggunaan pola tanam yang tepat, penguatan kelembagaan petani, danposisi tawar petani akan dapat memperkuat ketahanan pangan rumahtangganya. Sebaliknyaketidakmampuan petani dalam memanajemen risiko yang dihadapi akan mengakibatkan kerapuhanketahanan pangan rumahtangga mereka.

    Salah satu jenis usahatani yang banyak dilakukan di provinsi Jawa Timur dan berkaitan eratdengan program ketahanan pangan adalah usahatani padi. Sebagian besar dari petani padi tersebuttermasuk dalam kategori subsisten, karena kegiatan usahatani yang dilakukan bukan hanya untuktujuan komersialisasi tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan pangan rumahtangganya. Di Desa TelangKecamatan Kamal, usahatani padi merupakan usahatani yang dominan dilakukan oleh petani di daerahini. Hal ini tercermin dari pola tanam yang dilakukan oleh para petani, dimana tanaman padi selalu adadalam setiap pola tanam yang dilakukan. Pola tanam di Desa Telang dikategorikan dalam 3 bentukyaitu : (a) pola tanam jenis I, pada pola tanam ini lahan yang dimiliki oleh petani ditanami padi

    sepanjang tahun, (b) pola tanam jenis II, bentuknya adalah padi-padi-kosong(bero), dan (c) pola tanamjenis III, dalam bentuk padi-padi-jagung/kacang hijau. Permasalahan mendasar pada usahatani padi

    adalah rendahnya produktivitas padi yang mampu dihasilkan oleh petani dalam setiap hektarnya.Menurut data BPP Kecamatan Kamal rata-rata produktivitas padi hanya sekitar 4 ton perhektar,padahal potensi maksimal yang dapat dihasilkan sebesar 6 ton perhektar. Salah satu penyebabrendahnya produktivitas usahatani padi adalah adanya risiko. Beberapa risiko yang sering dihadapioleh petani padi di Desa ini antara lain serangan hama tikus, burung, wereng dan penyakit kresek yang

    menyebabkan daun tanaman padi menjadi kering, tingginya harga pupuk, dan terbatasnya modal yangdimiliki oleh petani. Bagi petani keberadaan risiko tersebut dapat menjadi kendala untuk mewujudkan

    ketahanan pangan rumahtangga, sehingga mereka dituntut untuk dapat memanajemen dan mereduksirisiko yang ada dalam kegiatan usahataninya.

    Berdasarakan kondisi di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui / menganalisis

    : (1) karakteristik petani dan risiko usahatani padi di Desa Telang, (2) mendiskripsikan persepsi petanipadi di Desa Telang terhadap risiko, dan (3) mendiskripsikan strategi risiko yang dilakukan oleh

    petani padi di Desa Telang.

    METODE PENELITIAN

    Metode Penentuan Daerah Penelitian

    Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara Purposive dengan pertimbangan bahwa DesaTelang merupakan salah satu Desa yang menjadi sentra usahatani padi di Kecamatan Kamal. Disamping itu hampir 90 persen petani di Desa ini menggunakan tanaman padi sebagai sebagai salahsatu komoditas yang selalu dimasukkan dalam pola tanam selama satu tahun.

    Metode Penentuan Sampel

    Penentuan sampel dilakukan secara Random Sampling. Sedangkan jumlah sampel

    yang diambil sebanyak 30 responden.

    Metode Pengumpulan Data

    Metoda pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai petani contoh dengan panduan

    kuesioner yang terstruktur. Data-data yang dikumpulkan terkait dengan tulisan ini mencakupkarakteristik rumah tangga petani, penguasaan tanah, pola tanam, struktur input dan output usahatani,dan struktur pendapatan rumah tangga. Aspek yang terkait dengan perilaku petani dalam menghadapirisiko adalah persepsi petani terhadap risiko, persepsi petani terhadap faktor-faktor yang berpengaruhterhadap risiko usahatani, strategi petani dalam pengelolaan risiko, serta informasi lain yang terkait

    dengan kajian ini. Di samping itu, juga dilakukan wawancara dengan informan kunci, seperti

    kelembagaan kelompok tani, Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), dan Balai Penyuluhan Pertanian(BPP).

  • 7/26/2019 Manajemen Risiko Pada Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Ruma

    3/12

    3Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

    20 Oktober 2011

    Metode Analisis Data

    Analisis risiko produksi, biaya, dan pendapatan dilakukan secara kuantitatif denganmenggunakan koefisien variasi dengan rumus sebagai berikut :

    KV =Xr

    Dimana :

    KV = Koefisien variansi

    = Standar deviasi (simpangan baku)

    Xr = Nilai rata-rata

    Kriteria yang dipakai adalah apabila nilai KV 1 maka usahatani yang dianalisis memiliki

    risiko kecil dan sebaliknya jika KV > 1 maka usahatani yang dianalisis memiliki risiko besar.Sedangkan Diskripsi mengenai, persepsi petani terhadap risiko dan manajemen risiko yang dilakukanoleh petani padi di Desa Telang dijelaskan secara kualitatif, dengan menggunakan tabulasi data.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Karakteristik Petani dan Risiko Usahatani Padi di Desa Telang

    Menurut Adiyoga dan Soetarso (1999) ada beberapa karakteristik rumah tangga petani yangpenting kaitannya dengan analisis perilaku petani dalam menghadapi risiko dan strategi

    pengelolaannya diantaranya : (1) Struktur umur kepala keluarga rumah tangga, (2) anggota rumahtangga petani, (3) Pengalaman usahatani, (4) Struktur penguasaan lahan, (5) keikutsertaan dalamberbagai keorganisasian kelompok (kelompok tani, gapoktan, asosiasi komoditas, koperasi, kemitraanusaha, serta keorganisasian lainnya), dan (6) struktur pendapatan.

    Struktur umur petani akan mempengaruhi perilakunya dalam menghadapi risiko. Petani yangmasih produktif (25-50 tahun) akan bersikap lebih reaktif dalam menghadapi risiko, dalam artianmereka akan berusaha untuk mereduksi risiko sedemikian rupa sehingga dampak negatif yang

    ditimbulkan oleh risiko dapat ditekan seminimal mungkin. Petani padi yang berada di Desa Telangrata-rata telah berumur 52 tahun, dan hanya 45 persen yang berada dalam kategori usia produktif.Sedangkan Beban anggota rumahtangga petani padi rata-rata sebesar 5 orang. Secara teoritis semakinbesar beban yang harus ditanggung oleh kepala rumahtangga maka semakin besar usaha yang akandilakukan untuk mereduksi risiko yang dihadapi, karena kegagalan panen usahatani padi merupakanancaman bagi pemenuhan kebutuhan pangan seluruh anggota rumahtangga.

    Pengalaman petani dalam berusahatani dicerminkan oleh tingkat usia petani. Rata-rata petanipadi yang ada di Desa Telang telah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun. Pengalaman yangdimiliki oleh petani diharapkan dapat menjadi referensi bagi mereka untuk mengatasi risiko kegagalandalam berusahatani. Disisi lain status hak penguasaan lahan 95 persen milik sendiri dengan luas rata-rata sebesar 0.7 hektar.

    Keikutsertaan petani dalam kelompok tani diharapkan dapat menjadi sarana bagi petani

    untuk mengatasi risiko usahatani. Di wilayah BPP Kamal terdapat 33 kelompok tani. Walaupunjumlah kelompok tani cukup banyak, namun tidak semua petani masuk menjadi anggota kelompoktani dan tidak semua kelompok tani aktif dalam menghadiri pertemuan yang diselenggarakan olehBPP setiap satu bulan sekali. BPP wilayah kamal memiliki program pertemuan kelompok tanidengan berbagai macam agenda misalnya sosialisasi teknik produksi yang direkomendasikan,membentuk koperasi simpan pinjam yang diharapkan dapat membantu petani dalam mengatasi

    kesulitan permodalan pada saat usahatani dilakukan, dan lain-lain. Dari 30 sampel penelitian, petaniyang tergabung dalam kelompok tani hanya sekitar 50 persen, dan sebagian besar termasuk dalam

    kategori petani yang masih produktif. Petani yang telah berusia 55 tahun ke atas tidak lagi bergabungdengan kelompok tani. Petani yang telah tergabung dalam kelompok tani diduga lebih mampumengatasi risiko dalam kegiatan usahataninya karena dalam kelompok tani tersebut mereka dapat

    berbagi pengalaman mengatasi risiko dengan anggota kelompok tani yang lain, disamping itu anggota

  • 7/26/2019 Manajemen Risiko Pada Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Ruma

    4/12

    kelompok tani juga dapat mengakses informasi tentang upaya mengatasi risiko yang disampaikan olehpetugas penyuluh.

    Struktur pendapatan yang dimiliki oleh petani akan mempengaruhi perilaku petani dalammemanajemen risiko yang dihadapi. Jika pendapatan yang dimiliki oleh petani cukup besar makamereka dapat melakukan berbagai strategi untuk mereduksi risiko yang dihadapi dan sebaliknyaketerbatasan pendapatan yang dimiliki oleh petani dapat menjadi penghambat bagi petani untukmenekan risiko usahatani (Saptana, 2011). Petani padi di Desa Telang 85 persen memiliki pekerjaansampingan sebagai petambak, dan rata-rata pendapatan petani dalam satu musim tanam sekitar Rp.7.690.300,-. Menurut beberapa responden sebagian pendapatan yang diperoleh dari pekerjaansampingan sebagai petambak dipergunakan untuk membiayai usahatani padi seperti membeli pupukdan obat-obatan. Ini merupakan salah upaya yang dilakukan oleh petani untuk mengantisipasi adanyarisiko produksi.

    Perhitungan mengenai besaran risiko produksi, risiko pendapatan, dan risiko biaya usahatanipadi di Desa Telang ditunjukkan dalam Tabel 1. Berdasarkan nilai KV maka dapat disimpulkan bahwarisiko produksi, biaya, dan pendapatan termasuk dalam kategori risiko yang kecil karena nilai KVlebih kecil dari 1. Namun demikian nilai KV pada risiko produksi lebih rendah dibandingkan dengannilai KV pada risiko biaya dan pendapatan. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya standar deviasi

    produksi perhektar dan kegiatan produksi berkaitan dengan faktor internal yang bisa dikendalikan olehpetani. Ini menjadi indikator bahwa masing-masing petani sampel memiliki produktivitas perhektar

    yang tidak terlalu berbeda. Secara implisit kondisi ini menunjukkan bahwa petani sampel memilikipenguasaan teknologi budidaya padi yang hampir sama. Sedang risiko biaya dan pendapatandipengaruhi oleh faktor eksternal (harga input dan harga output) yang tidak dapat dikendalikan olehpetani.Tabel 1. Besaran Risiko Produksi, Biaya, dan Pendapatan, pada Usahatani Padi di Desa Telang pada

    Tahun 2011.

    No Risiko Nilai KV Kategori Risiko

    1 Produksi 0.17 Rendah

    2 Biaya 0.54 Rendah

    3 Pendapatan 0.56 RendahSumber : Data mentah Diolah

    Persepsi Petani Padi di Desa Telang terhadap Risiko Usahatani

    Perbedaan pengertian antara risiko dan ketidakpastian belum pernah terdefinisi dengan jelas,bahkan dalam penggunaan praktisnya, kedua istilah tersebut cenderung dipakai untuk istilah yangsama (Heyer, 1972; Kennedy dan Fransisco, 1974). Henderson dan Quant (1980), Silberberg (1990)dan Varian (1992) menggunakan istilah ketidak pastian (uncertainty) terkait dengan peluang(probability). Namun dalam perkembangan selanjutnya semakin jelas perbedaan antara risiko danketidakpastian. Beberapa penulis (Debertin, 1986; Robinson dan Barry, 1987; dan Ellis, 1988)mendefinisikan risiko sebagai suatu kejadian di mana hasil dari kejadian dan peluang terjadinya bisadiketahui secara pasti. Selanjutnya dikemukakan bahwa peluang berarti frekuensi yang diharapkanterjadi dari sebuah kejadian (jumlah seluruh kemungkinannya adalah satu). Dengan demikian risikomerupakan suatu hal yang obyektif dengan asumsi informasi tersedia secara cukup. Ketidakpastian

    adalah suatu kejadian dimana hasil dan peluangnya tidak bisa ditentukan (Ellis, 1988). Selanjutnyadikemukakan bahwa ketidakpastian merupakan dikripsi karakter dan lingkungan ekonomi yangdihadapi oleh petani, dimana lingkungan tersebut mengandung beragam ketidakpastian yang diresponpetani berdasarkan kepercayaan subyektif mereka.

    Tabel berikut mendiskripsikan persepsi risiko usahatani padi menurut petani padi di DesaTelang.

  • 7/26/2019 Manajemen Risiko Pada Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Ruma

    5/12

    5Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

    20 Oktober 2011

    Tabel 2. Persepsi Petani terhadap Risiko Usahatani Padi di Desa Telang Tahun 2011

    No Persepsi Petani Usahatani PadiFrekwensi (N) (%)

    1. Risiko menurut persepsi petania. Suatu ukuran penyebab terjadinya penyimpangan dari

    produksi padi yang diharapkanb. Semua hal yang cenderung menjurus kepada terjadinya

    kerugian usahatani padic. Semua hal yang dapat membahayakan usahatani padi,

    tetapi dapat dicegah atau dikurangi dampaknya jikadiwaspadai sejak awal

    d. Konsekuensi yang membebani petani jika hendakberusahatani padi, misalnya menyediakan modal, saranaproduksi dsb.

    0

    5

    5

    20

    0

    10

    10

    80Total 30 100,00

    2. Usahatani padi yang dikategorikan gagal menurut persepsi

    petania.

    Produksi padi yang dihasilkan relatif rendah (50 % gagal panen)b. Sedang (25 %-50 % gagal panen)c. Rendah (50 % dari rata-rata)b. Sedang (harga jatuh 25 %-50 % dari rata-rata)c. Rendah ( 2)b. Sedang (rasio penerimaan terhadap biaya 1,5 - < 2)c. Rendah(rasio penerimaan terhadap biaya < 1,5)

    021

    9

    070

    30Total 30 100

    Sumber : Data Mentah Diolah

    Berdasarkan informasi dari tabel tersebut di atas diketahui bahwa 10 persen petanimengganggap bahwa risiko merupakan kejadian yang dapat mengakibatkan kerugian pada kegiatanusahatani, sedangkan 10 persen yang lain mempersepsikan bahwa risiko itu merugikan, dan dapatbersumber dari produksi harga input, dan harga output, sehingga harus diantisipasi sejak dini.Kelompok petani ini sudah mempertimbangkan strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk

    mereduksi risiko usahatani. Sebagian besar petani (80 persen) menganggap bahwa risiko itu sebagaisebuah konsekwensi yang harus diterima ketika mereka melakukan kegiatan usahatani. Pemahamanakan adanya konsekwensi dari sebuah keputusan untuk berusahatani akan mendorong petani untukmembekali diri dengan berbagai rencana strategis yang dapat dijalankan untuk menghadapi risiko,baik sebelum, pada saat dan sesudah usahatani tersebut dilakukan.

    Hampir seluruh petani sampel di Desa Telang mempersepsikan kegagalan usahatani padidicerminkan dari rendahnya produktivitas dan harga jual padi. Jadi meskipun usahatani padi masih

  • 7/26/2019 Manajemen Risiko Pada Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Ruma

    6/12

    bersifat subsisten, petani tidak hanya mempertimbangkan peningkatan produktivitas untukmenciptakan ketahanan pangan rumahtangga tetapi mereka juga memiliki harapan agar harga berasyang mereka jual dapat memberikan keuntungan.

    Menurut 60 persen petani sampel, usahatani padi memiliki risiko produktivitas tidak terlalutinggi, sedangkan 40 persen yang lain mempersepsikan usahatani padi memiliki risiko yang kecil. Halini dapat disebabkan karena petani padi tersebut telah memiliki pengalaman berusahatani yang cukuplama yaitu rata-rata lebih dari 10 tahun, sehingga mereka sangat memahami ritme dan teknologiusahatani padi yang dilakukan. Disamping itu sekitar 50 persen petani sudah tergabung dalamkelompok tani, dan ini menjadi sarana informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk menghindari risiko produktivitas.

    Hampir 70 persen petani mempersepsikan bahwa risiko harga termasuk dalam kategoriresiko sedang. Petani dalam berusahatani padi tidak semata-mata berorientasi pada pasar (hargaoutput), karena sebagian dari hasil panen dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.Disamping itu, petani padi di Desa Telang tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga berasyang dijual, sebagian besar dari mereka menjual beras kepada tengkulak dengan tingkat harga yangsudah ditentukan oleh tengkulak. Pada umumnya petani tidak langsung menjual beras pasca kegiatanpanen dilakukan. Mereka akan menjual beras ketika membutuhkan uang tunai untuk memenuhi

    kebutuhan keluarganya. Kondisi ini diduga menjadi penyebab kenapa sebagian besar petani tidakmengkategorikan risiko harga beras sebagai risiko yang besar.

    Bila dilihat dari sisi keuntungan, 70 persen petani mempersepsikan keuntungan yangdiperoleh termasuk kategorikan sedang yaitu setara dengan rasio penerimaan terhadap biaya sebesar1.5 sampai 2. Sedangakan 30 persen lainnya mempersepsikan keuntungan yang diperoleh sangat kecil.Walaupun keuntungan yang diperoleh tidak besar, petani masih bertahan menanam padi, karenakomoditas ini berkaitan dengan perwujudan ketahanan pangan rumahtangga.

    Gambaran mengenai urutan faktor-faktor yang menjadi penyebab risiko dari yang terbesarsampai yang terkecil disajikan dalam Tabel 3.

    Tabel 3. Urutan Faktor-Faktor Penyebab Risiko Usahatani Padi Menurut Petani di Desa Telang Tahun2011.

    No Faktor-Faktor Penyebab Risiko Persepi Petani (%)

    1 Perubahan iklim/cuaca 42 Serangan OPT 503 Harga saprodi tinggi 204 Harga jual padi jatuh 15

    5 Ketersediaan Modal Usaha 66 Rendahnya penguasahaan teknologi 3

    7 Rendahnya kemampuan manajerial 2Sumber : Data Mentah Diolah

    Menurut persepsi petani, serangan OPT (organisme pengganggu tanaman) merupakan faktorutama penyebab risiko usahatani, sedangkan faktor kedua dan ketiga masing-masing adalah harga

    saprodi yang tinggi dan harga jual padi yang rendah. Semua faktor tersebut merupakan faktor eksternal

    yang sulit untuk dikendalikan oleh petani. Sedangkan faktor internal yang terdiri dari ketersediaanmodal, rendahnya pengusaan teknologi dan kemampuan manajerial menurut persepsi petani bukanfaktor utama penyebab risiko. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa hal : (1) kelompok tani yangada di Desa Telang telah memiliki koperasi simpan pinjam sehingga dapat membantu mengatasi

    permasalahan keterbatasaan modal, (2) petani yang tergabung dalam kelompok tani dapat mengaksesperbaikan teknologi melalui kegiatan penyuluhan pertanian yang diselenggarakan setiap satu bulan

    sekali, dan (3) petani telah memiliki pengalaman berusahatani rata-rata lebih dari 10 tahun, dan inidapat menjadi bekal yang cukup untuk memanajemen kegiatan usahataninya.

    Strategi Risiko yang Dilakukan oleh Petani Padi di Desa Telang

    Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh petani atau pelaku agribisnis untuk mentransferrisiko dan mengurangi dampak terhadap kelangsungan usahanya. Said dan Intan (2001)mengemukakan bahwa risiko produksi karena bencana alam, serangan hama dan penyakit tanaman,kebakaran, dan karena faktor-faktor lainnya yang akibatnya dapat diperhitungkan secara fisik dapatditanggulangi dengan membeli polis asuransi produksi pertanian. Selanjutnya dikatakan risiko

  • 7/26/2019 Manajemen Risiko Pada Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Ruma

    7/12

    7Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

    20 Oktober 2011

    kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan penerapan teknologibudidaya dan pasca panen yang tepat. Sementara itu, untuk risiko pasar dapat ditanggulangi denganbeberapa cara, yakni diversifikasi, integrasi vertikal, kontrak dimuka (foward contracting), pasar masadepan (future market), usaha perlindungan (hedging), dan opsi pertanian (agricultural option). Secaraempiris tidak semua intrumen penanggulangan risiko tersebut eksis dan dilakukan oleh petani, sepertiasuransi pertanian atau agribisnis, kontrak dimuka (foward contracting), pasar masa depan (futuremarket), usaha perlindungan (hedging), dan opsi pertanian (agricultural option) tidak ditemukan padausahatani cabai merah pada lahan kering dataran tinggi.

    Strategi pengelolaan risiko yang dilakukan oleh petani dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu: (1) strategi ex-anteyang merupakan strategi yang dilakukan oleh petani sebelum terjadi gunjangan,usaha ini dirancang untuk mempersiapkan usahatani agar tidak berada pada posisi yang terlalu rawanpada saat goncangan terjadi. (2) strategi interactive adalah strategi yang dilakukan petani pada saatterjadi guncangan, yang melibatkan realokasi sumberdaya agar dampak risiko terhadap produksi dapatdiminimalkan, dan (3) strategi ex-post yaitu strategi yang dapat dilakukan oleh petani setelah terjadigunjangan, yang diarahkan untuk meminimalkan dampak berikutnya.

    Strategi Pengelolaan Risiko Ex-ante

    Tabel 4 berikut mendiskripsikan bagaimana upaya yang dilakukan oleh petani padi di Desa

    Telang dalam mengelola risiko sebelum kegiatan usahatani tersebut dilakukan. Tujuan utama petanimenanam padi adalah untuk menciptakan ketahanan pangan keluarga. Oleh karena itu setiap adakesempatan yang memungkinkan untuk melakukan usahatani padi, maka petani akanmemanfaatkannya. Hal ini tercermin dari pola tanam yang dilakukan petani dalam satu tahun.

    Sebagian besar petani (20 persen) menggunakan pola tanam padi-padi-padi. Ini dilakukan oleh petaniyang terdapat pada wilayah yang : (1) ketersediaan air secara teknis mencukupi atau yang memilikisaluran irigasi cukup baik, (2) kondisi lahan cukup subur, dan (3) teknologi pengelolaan usahatanisangat mudah. Sedangkan untuk daerah yang tidak kurang mendapatkan pasokan air pada saat musimkemarau pola tanam yang digunakan adalah padi-padi-bero atau padi-padi-jagung/kacang hijau.Alasan lain petani menggunakan pola tanam ini adalah (1) pola tanam tersebut dipandang palingmenguntungkan, dan (2) dapat menjaga kesuburan lahan.

    Strategi untuk mereduksi risiko ex-ante yang lain adalah sistem produksi padi yangdigunakan adalah tumpang sari (dilakukan oleh 43.33 persen petani). Lahan disekitar tanaman padidigunakan untuk budidaya kacang tanah, mentimun, cabai, terong, dan lain-lain. Selain itu 83.33persen petani menggunakan varietas yang berbeda pada hamparan yang berbeda. Untuk menghindaripenggunaan benih yang tidak tersertifikasi sebagian besar petani membeli benih dari kios/toko saprodidan hanya 7 persen petani yang menggunakan benih dari hasil sendiri. Ini biasa dilakukan oleh petaniyang umurnya sudah 60 tahun ke atas.Tabel 4. Strategi Pengelolaan RisikoEx-antepada Usahatani Padi di Desa Telang Tahun 2011

    No Uraian Usahatani PadiFrekwensi (N=30) (%)

    1 Pola tanam dominan setahuna. padi-padi-padi

    b.

    padi-padi-beroc. padi-padi-kacang hijau/jagung

    20

    55

    66.66

    16.6716.67

    2 Alasan mengikuti pola tanam secara konsisten

    dalam 5 tahuna. Pola tanam/rotasi tanaman tsb dipandang

    paling menguntungkanb. Sesuai dengan kondisi iklim setempatc. Sesuai dengan kondisi lahan (topografi,

    kesuburan)d. Kalau berbeda bisa tejadi serangan OPT

    e. Menjaga kesuburan lahan dan keberlanjutan

    5

    20

    5

    16.67

    66.66

    16.673 Sistem produksi padi yang digunakan

    a. Monokultur 17 56.67

  • 7/26/2019 Manajemen Risiko Pada Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Ruma

    8/12

    b. Tumpang sari atau tumpang gilir 13 43.334 Alasan menggunakan sistem produksi monokultur

    a. Pengelolaan usahatani lebih mudahb. Performa pertumbuhan tanaman bagus

    c. Produktivitas perbatang lebih tinggid. Kualitas hasil lebih baik

    e. Memberikan keuntungan yang lebih besar

    17 56.67

    5 Alasan menggunakan sistem produksitumpangsari atau tumpang gilir

    a. Secara keseluruhan lebih menguntungkandibandingkan dengan sistem monokultur

    b. Penggunaan input produksi yang lebih efisienc. Performa pertumbuhan lebih baikd. Saling menutupi kerugian/mengurangi risikoe. Menjaga kesuburan lahan dan keberlanjutan

    usahaf. Memutus siklus OPT/mengusir OPT tertentu

    13 43.33

    6 Jumlah atau varietas padi yang digunakana. Selalu varietas tunggal pada semua lahan

    yang diusahakanb. Lebih dari satu varietas pada lahan/hamparan

    yang sama

    c. Lebih dari satu varietas pada lahan/hamparanyang berbeda

    5

    25

    16.67

    83.33

    7 Sumber dari seluruh atau sebagian besarbibit/benih padi yang digunakana. Hasil produksi sendirib. Hasil produksi kelompok tani

    c.

    Membeli dari kios/toko saprodid. Disediakan dari perusahaan mitra

    7

    23

    23.33

    76.67

    8 Banyaknya lokasi/persil pertanaman padi dalamsetahuna. Hanya ditanam disatu lokasib. Ada di beberapa atau lebih dari satu lokasic. Semua lokasi

    220

    8

    6.6766.67

    26.66Sumber : Data Mentah Diolah

    Strategi Pengelolaan Risiko I nteractive

    Strategi interaktif yang dilakukan oleh petani untuk mereduksi risiko lebih ditekankan pada

    penggunaan teknologi usahatani yang sesuai dengan rekomendasi diantaranya : (1) jarak tanam yangdipilih oleh petani sesuai dengan anjuran, (2) bila terjadi kerusakan segera dilakukan penyulaman, (3)26 persen petani telah menggabungkan pemakaian pupuk tunggal, majemuk, dan pupuk organik, (4)60 persen petani telah menggunakan gabungan pestisida kimia dan PHT untuk mengatasi OPT inidilakukan untuk menghemat biaya dan dapat mematikan beberapa OPT, (5) jika terjadi kesulitan untukmendapatkan tenaga kerja sebagain besar petani mengambil tenaga kerja dari luar desa, dan (5)

    kekurangan modal diatasi dengan meminjam dari Gapoktan, lembaga keuangan informal dan darisaudara/tetangga.

  • 7/26/2019 Manajemen Risiko Pada Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Ruma

    9/12

    9Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

    20 Oktober 2011

    Tabel 5. Strategi Pengelolaan RisikoInteractivepada Usahatani Padi di Desa Telang Tahun 2011

    No Uraian Usahatani Padi

    Frekwensi (N=30) (%)

    1 Waktu penanaman padia. Akhir MH dengan perkiraan ketersediaan air

    masih mencukupib.

    Akhir MK agar kebutuhan air dapat terjaminc. Pertengahan MK pada saat air masih tersediad. Pertengahan MH dengan pertimbangan

    bersifat non teknis

    5

    25

    16.67

    83.33

    2 Bila sebagian tanaman di lapangan ternyata mati,maka :a. Dilakukan penyulamanb. Tidak dilakukan penyulaman

    30 100

    3 Jarak tanam yang digunakan

    a. Jarak tanam rapat

    b.

    Jarak tanam sedang / sesuai anjuranc. Jarak tanam renggang/jarang/lebar

    30 100

    4 Jenis pupuk yang digunakan pada pertanamanpadi

    meraha. Pupuk tunggal sajab. Pupuk tunggal dan majemukc. Pupuk tunggal dan pupuk organikd. Pupuk majemuk dan pupuk organike. Pupuk tunggal, majemuk, dan pupuk organik

    426

    13.3386.67

    5 Penggunaan pupuk pada Musim Kering

    dibanding Musim Hujan

    a.

    Tidak berbeda jenis maupun volumenyab. Tidak berbeda jenis, tetapi berbeda

    volumenyac. Berbeda jenis maupun volumenya

    21

    9

    70

    30

    6 Kecenderungan petani dalam pengendalian OPTyang dilakukan

    a. Cenderung menggunakan pestisida kimiawib. Cenderung menggunakan pestisida

    nabati/PHTc. Cenderung menggunakan pestisida kimiawi

    dan nabati/PHT

    12

    18

    40

    607 Metode pengendalian hama penyakit yang

    dilakukana. Sebagai tindakan pencegahan (preventif)b. Sebagai tindakan pembasmian (kuratif)c. Sebagai tindakan prevenif dan sekaligus

    kuratif

    20

    10

    66.66

    33.34

    8 Pengoplosan pestisida dalam pengendalian OPTa. Sebagai tindakan pencegahanb. Sebagai tindakan pembasmianc. Sebagai tindakan prefentif dan sekaligus

    kuratif

    20

    10

    66.66

    33.349 Alasan melakukan pengoplosan pestisida

    a.

    Sekaligus mencegah/mematikan beberapajenis OPT 17 56.67

  • 7/26/2019 Manajemen Risiko Pada Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Ruma

    10/12

    b. Menghemat biaya dengan mencampurpestisida mahal dan murah

    c. Hasil coba-coba menunjukkan efektivitasyang lebih tinggi dibanding pestisida tunggal

    d. Menghemat waktu dan tenaga

    13 43.33

    10 Tindakan yang dilakukan saat mengalami

    kelangkaan TK upahana. Memanfaatkan TK keluarga semaksimal

    mungkin

    b. Memenfaatkan TK yang ada secarabergantian

    c. Mencari TK upahan dari luar desa/luar daerahd. Menggunakan TK ternake. Menggunakan TK mekanik/mesin

    11

    19

    36.67

    63.33

    11 Tindakan yang dilakukan jika mengalamikekurangan atau kesulitan permodalana. Meminjam dari sumber kredit formal

    b.

    Meminjam dari kredit informalc. Meminjam dari kelompok

    tani/gapoktan/koperasi tanid. Meminjam dari perusahaan mitrae. Meminjam dari saudara/tetangga/kerabat

    1412

    4

    46.6740.00

    13.33Sumber : Data Mentah Diolah

    Strategi Pengelolaan Risiko Ex-post

    Pengelolaan strategi pasca kegiatan usahatani dilakukan diantaranya : (1) tidak menjadikanusahatani padi sebagai satu-satunya mata pencaharian artinya petani sebagian besar memilikipekerjaan sampingan sebagai petambak, (2) jika usahatani mengalami kegagalan mereka memenuhikebutuhan keluarga dengan cara menggunakan pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sampingan,

    mengambil tabungan, atau meminjam dari kerabat, (3) kegagalan usahatani tidak membuat merekaberhenti atau beralih pada komoditas lain, 66.66 persen petani akan terus berusahatani padi dengan

    mempelajari penyebab kegagalan pada musim tanam sebelumnya.Tabel 6. Strategi Pengelolaan RisikoEx-postpada Usahatani Padi di Desa Telang Tahun 2011

    No Uraian Usahatani Padi

    Frekwensi (N=30) (%)

    1 Status usahatani padi dalam menghidupikeluarganyaa. Sepenuhnya bergantung pada usahatani padib. Sebagian besar bergantung pada usahatani

    padi

    c. Sebagian kecil bergantung pada usahatani

    padid. Sama sekali tidak bergantung pada usahatani

    padi

    3

    17

    10

    10.00

    56.67

    33.33

    2 Jika usahatani padi mengalami kegagalan, usahauntuk menutupi kegagalan dalam menghidupikeluarga

    a. Pendapatan dari usahatani lainnyab. Mengambil dari tabungan

    c. Meminjam dari petani lain/tetangga/kerabatd. Mencari pekerjaan tambahane. Menjual sebagian aset yang dimiliki

    152

    13

    50.006.67

    43.33

    3 Jika mengalami kerugian, tindakan apa atausumber modal mana yang dipilih untuk

    pertanaman berikutnya

  • 7/26/2019 Manajemen Risiko Pada Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Ruma

    11/12

    11Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

    20 Oktober 2011

    a. Luas pertanaman pada Musim Tanamberikutnya disesuaikan dengan modal yangtersedia

    b. Menambah modal dengan mengambil dari

    tabunganc. Menambah modal dengan meminjam uang

    d.

    Meminjam sarana produksi dari toko/kiossaprotan

    e. Mengusahakan tanaman yang berisiko kecil

    15

    15

    50.00

    50.00

    4 Tindakan yang dilakukan jika pertanaman padidianggap gagal

    a. Tidak menanam padi lagi karena takutkegagalan tersebut terulang

    b. Hanya akan menanam pada waktu ataumusim tanam yang aman

    c. Hanya akan menanam pada waktu ataumusim yang diperkirakan harga baik

    d.

    Tetap akan menanam padi lagi dan mencaripenyebab kegagalan

    10

    20

    33.34

    66.66

    Sumber : Data Mentah Diolah

    KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Secara umum petani yang melakukan usahatani padi memiliki dua tujuan yaitu menciptakanketahanan pangan rumahtangganya dan mendapatkan keuntungan. Dalam rangka mencapaitujuan tersebut petani selalu dihadapkan pada risiko-risiko. Berdasarkan hasil analisis didapatsimpulan bahwa risiko produksi, biaya, dan pendapatan pada usahatani padi di Desa Telangtermasuk dalam kategori usahatani yang risikonya rendah.

    2. Menurut persepsi sebagian besar petani, risiko merupakan konsekwensi yang membebani petani

    jika hendak berusahatani padi. Penyebab utamanya adalah gangguan dari OPT, mahalnya hargainput, dan rendahnya harga output. Disamping itu sebagian besar petani juga mempersepsikanbahwa tingkat risiko produktivitas termasuk dalam kategori rendah, sedangkan risiko biaya danpendapatan digolongkan dalam kategori sedang.

    3. Strategi pengeloaan risiko yang dilakukan oleh petani padi di Desa Telang dimaksudkan untuk

    mereduksi risiko, dan dikategorikan dalam 3 bentuk yaitu : (a) strategi ex-ante, (2) strategiinteractive, dan (3) strategi ex-post.

    DAFTAR PUSTAKA

    AdiyogaW. dan TA Soetarso. 1999. Strategi Petani dalam Pengelolaan Risiko pada Usahatani Cabai.

    Jurnal Hortikultura (Jounal of Horticulture). 8(4): 1299-1311. Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Hortikultura. Jakarta.Ameriana M. 2008. Perilaku Petani Sayuran dalam Menggunakan Pestisida Kimia. Jurnal

    Hortikultura. Volume 18 No.1, 2008. Hal :95-106. Pusat Penelitian dan PengembanganHortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

    Bond G. And B Wonder. 1980. Risk Attitudes among Australian Farmers. Australian J. Agric.Econ. 24 (1): 16-34.

    Debertin DL. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing Company. UnitedState of America.

    Ellis F. 1988. Peasant Economics : Farm Household and Agricultural Development. Cambridge

    University Press. Cambridge.Fariyanti A, Kuntjoro, S Hartoyo, dan A Daryanto. 2007. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani

    Sayuran Pada Kondisi Risiko Produksi dan Harga di Kecamatan Pangalengan Kabupaten

    Bandung.

  • 7/26/2019 Manajemen Risiko Pada Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Ruma

    12/12

    Henderson JM. and RE. Quandt. 1980. Microeconomics Theory. A Mathematical Approach. ThirdEdition. McGraw Hill International Book Company, Tokyo.

    Heyer J. 1974. An Analysis of Peasant Farm Production under Condition of Uncertainty. J. Agri.Econ. 23 (2): 135-145.

    Joly RW. 1983. Risk management in agricultural production. American J. Agric. Econ. (76) : 1107-1113.

    Kennedy JOS. And EM Fransisco. 1974. On The Formulation of Risk Constraint for LinierProgramming.J. Agric. Econ. 25 (2): 129-145.

    Malton PJ. 1991. Farmer risk management strategies : The case of the west African semi-aridtropics. In Holden, D., Hazell, P., & Pritchard, A. (Eds). Risk in Agriculrure : Proceeding ofthe Tenth Agriculture Sector Symposium. The World Bank, Washington, D.C.

    Patrick GR, PH. Wilson, PJ. Barry, WG. Bogges and DL. Young. 1985. Risk Perception andManagement Response: Producer-Generated Hypotheses for Risk Modelling. Southern JournalAgricultural Economics, 17: 231-238.

    Robinson LJ. and PJ Barry. 1987. The Competitive Firms Response to Risk. Macmillan Publisher,London.

    Sonka ST. And GF. Patrick. 1984. Risk management and decision making in agricultural firms. In P.

    J. Barry (Ed), Risk management in agricultural. Iowa State University Press, Ames, Iowa.Said EG. Dan AH Intan. 2001. Pengelolaan Agribisnis. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

    Sumaryanto. 2009. Eksistensi Pertanian Skala Kecil dalam Era Persaingan Global. SeminarNasional: Peningkatan Dayasaing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani. Bogor, 14Oktober 2009. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. Bogor.