Manajemen pendidikan islam gm

165
Manajemen Pendidikan Islam PENGERTIAN, DAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM Oleh : A. Farhan Syaddad dan Agus Salim A. Pendahuluan Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan (Didin dan Hendri, 2003:1). Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif. Pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada seperti pada jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang pendidikan menengah ada yang berbentuk Madrasah Alyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan pada jenjang pendidikan tinggi terdapat begitu banyak Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan berbagai bentuknya ada yang berbentuk Akademi, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas. Pada jalur pendidikan non formal seperti Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Ta’lim, Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jalur Pendidikan Informal seperti pendidikan yang diselenggarakan di dalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika tidak bukan hanya gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada masyarakat akan tetap melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”. Makalah sederhana ini akan membahas tentang pengertian dan fungsi-fungsi manajemen pendidikan Islam, sebagai pengantar

description

 

Transcript of Manajemen pendidikan islam gm

Page 1: Manajemen pendidikan islam gm

Manajemen Pendidikan Islam

PENGERTIAN, DAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

Oleh : A. Farhan Syaddad dan Agus Salim

A. Pendahuluan

Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan (Didin dan Hendri, 2003:1). Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.

Pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada seperti pada jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang pendidikan menengah ada yang berbentuk Madrasah Alyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan pada jenjang pendidikan tinggi terdapat begitu banyak Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan berbagai bentuknya ada yang berbentuk Akademi, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas. Pada jalur pendidikan non formal seperti Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Ta’lim, Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jalur Pendidikan Informal seperti pendidikan yang diselenggarakan di dalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika tidak bukan hanya gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada masyarakat akan tetap melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”.

Makalah sederhana ini akan membahas tentang pengertian dan fungsi-fungsi manajemen pendidikan Islam, sebagai pengantar diskusi pekuliahan Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Ibnu Khaldul Bogor.

B. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam.

Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily (1995 : 372) management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.

Ramayulis (2008:362) menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al Qur’an seperti firman Allah SWT :

Page 2: Manajemen pendidikan islam gm

ج� �ع�ر� ي �م� ث ر�ض�� �أل ا �ل�ى إ م�آء� الس� م�ن� م�ر�

� �أل ا �ر� �د�ب يم�م�ا �ة� ن س� ل�ف�

� أ ه� م�ق�د�ار� �ان� ك & �و�م ي ف�ي �ه� �ي �ل إ�ع�د.ون� ت

Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (Al Sajdah : 05).

Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadaikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.

Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbin dan Coulter, 2007:8).

Sedangkan Sondang P Siagian (1980 : 5) mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.

Bila kita perhatikan dari kedua pengertian manajemen di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa manajemen merupkan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, efesien, dan produktip. Sedangkan Pendidikan Islam merupakan proses transinternalisasi nilai-nilai Islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.

Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan Islam sebagaimana dinyatakan Ramayulis (2008:260) adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.

C. Fungsi-fungsi Manajemen Pendidikan Islam

Berbicara tentang fungsi manajemen pendidikan Islam tidaklah bisa terlepas dari fungsi manajemen secara umum seperti yang dikemukakan Henry Fayol seorang industriyawan Prancis, dia mengatakan bahwa fungsi-fungsi manajemn itu adalah merancang, mengorganisasikan, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang.

Sementara itu Robbin dan Coulter (2007:9) mengatakan bahwa fungsi dasar manajemen yang paling penting adalah merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan

Page 3: Manajemen pendidikan islam gm

mengendalikan. Senada dengan itu Mahdi bin Ibrahim (1997:61) menyatakan bahwa fungsi manajemen atau tugas kepemimpinan dalam pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.

Untuk mempermudah pembahasan mengenai fungsi manajemen pendidikan Islam, maka kami (kelompok 1) akan menguraikan fungsi manajemen pendidikan Islam sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Robbin dan Coulter yang pendapatnya senada dengan Mahdi bin Ibrahim yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/kepemimpinan, dan pengawasan.

1. Fungsi Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Demikian pula halnya dalam pendidikan Islam perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat sangat patal bagi keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah memberikan arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana apa yang akan dilakukan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al Qur’an Surat Al Hasyr : 18 yang berbunyi :

�ف�س�� ن �نظ�ر� �ت و�ل الله� �ق�وا ات �وا ء�ام�ن �ذ�ين� ال .ه�ا ي� �اأ ي

�م�ا ب �ير�� ب خ� الله� �ن� إ الله� �ق�وا و�ات �غ�د& ل م�اق�د�م�ت��ون� �ع�م�ل ت

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ketika menyusun sebuah perencanaan dalam pendidikan Islam tidaklah dilakukan hanya untuk mencapai tujuan dunia semata, tapi harus jauh lebih dari itu melampaui batas-batas target kehidupan duniawi. Arahkanlah perencanaan itu juga untuk mencapai target kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kedua-duanya bisa dicapai secara seimbang.

Mahdi bin Ibrahim (l997:63) mengemukakan bahwa ada lima perkara penting untuk diperhatikan demi keberhasilan sebuah perencanaan, yaitu :

1. Ketelitian dan kejelasan dalam membentuk tujuan2. Ketepatan waktu dengan tujuan yang hendak dicapai3. Keterkaitan antara fase-fase operasional rencana dengan penanggung jawab

operasional, agar mereka mengetahui fase-fase tersebut dengan tujuan yang hendak dicapai

4. Perhatian terhadap aspek-aspek amaliah ditinjau dari sisi penerimaan masyarakat, mempertimbangkan perencanaa, kesesuaian perencanaan dengan tim yang

Page 4: Manajemen pendidikan islam gm

bertanggung jawab terhadap operasionalnya atau dengan mitra kerjanya, kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai, dan kesiapan perencanaan melakukan evaluasi secara terus menerus dalam merealisasikan tujuan.

5. Kemampuan organisatoris penanggung jaawab operasional.

Sementara itu menurut Ramayulis (2008:271) mengatakan bahwa dalam Manajemen pendidikan Islam perencanaan itu meliputi :

1. Penentuan prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas kebutuhan agar melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses pendidikan, masyarakat dan bahkan murid.

2. Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan

3. Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan.4. Penyerahan tanggung jawab kepada individu dan kelompok-kelompok kerja.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Manajeman Pendidikan Islam perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan aktivitas berikutnya. Tanpa perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal. Oleh karena itu buatlah perencanaan sematang mungkin agar menemui kesuksesan yang memuaskan.

2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)

Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakan oleh kebathilan yang tersusun rapi.

Menurut Terry (2003:73) pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksnakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.

Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan (Didin dan Hendri, 2003:101)

Sementara itu Ramayulis (2008:272) menyatakan bahwa pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan struktur, aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Isla, baik yang bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan.

Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan Islam akan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan organisasi yaitu Kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Jika kesemua prinsip ini dapat diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan islam akan sangat membantu bagi para manajer pendidikan Islam.

Dari uraian di atas dapat difahami bahwa pengorganisasian merupakan fase kedua setelah perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan

Page 5: Manajemen pendidikan islam gm

yang perlu dilaksanakan itu terlalu berat untuk ditangani oleh satu orang saja. Dengan demikian diperlukan tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif. Banyak pikiran, tangan, dan keterampilan dihimpun menjadi satu yang harus dikoordinasi bukan saja untuk diselesaikan tugas-tugas yang bersangkutan, tetapi juga untuk menciptakan kegunaan bagi masing-masing anggota kelompok tersebut terhadap keinginan keterampilan dan pengetahuan.

3. Fungsi Pengarahan (directing).

Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Di dalam fungsi pengarahan terdapat empat komponen, yaitu pengarah, yang diberi pengarahan, isi pengarahan, dan metode pengarahan. Pengarah adalah orang yang memberikan pengarahan berupa perintah, larangan, dan bimbingan. Yang diberipengarahan adalah orang yang diinginkan dapat merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan adalah sesuatu yang disampaikan pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun bimbingan. Sedangkan metode pengarahan adalah sistem komunikasi antara pengarah dan yang diberi pengarahan.

Dalam manajemen pendidikan Islam, agar isi pengarahan yang diberikan kepada orang yang diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan baik maka seorang pengarah setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip berikut, yaitu : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa perintah, larangan, maupun bimbingan hendaknya tidak memberatkan dan diluar kemampuan sipenerima arahan, sebab jika hal itu terjadi maka jangan berharap isi pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh sipenerima pengarahan.

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pengarahan dalam manajemen pendidikan Islam adalah proses bimbingan yang didasari prinsip-prinsip religius kepada rekan kerja, sehingga orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh dan bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.

4. Fungsi Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Bahkan Didin dan Hendri (2003:156) menyatakan bahwa dalam pandangan Islam pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.

Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan sebagai proses pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan secara konsekwen baik yang bersifat materil maupun spirituil.

Menurut Ramayulis (2008:274) pengawasan dalam pendidikan Islam mempunyai karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan metode yang manusiawi yang menjunjung martabat manusia. Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa

Page 6: Manajemen pendidikan islam gm

pelaksana berbagai perencaan yang telah disepakati akan bertanggung jawab kepada manajernya dan Allah sebagai pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan dalam konsep Islam lebih mengutamakan menggunakan pendekatan manusiawi, pendekatan yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.

1. Penutup

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.

Banyak sekali para ulama di bidang manajemen yang menyebutkan tentang fungsi-fungsi manajemen diantaranya adalah Mahdi bin Ibrahim, dia mengatakan bahwa fungsi manajemen itu di antaranya adalah Fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.

Bila Para Manajer dalam pendidikan Islam telah bisa melaksanakan tugasnya dengan tepat seuai dengan fungsi manajemen di atas, terhindar dari semua ungkupan sumir yang menyatakan bahwa lembaga pendidikan Islam dikelola dengan manajemen yang asal-asalan tanpa tujuan yang tepat. Maka tidak akan ada lagi lembaga pendidikan Islam yang ketinggalan Zaman, tidak teroganisir dengan rapi, dan tidak memiliki sisten kontrol yang sesuai.

Tulisan sederhana yang telah kami (kelompoik1) persembahkan dihadapan anda sebagai bahan pengantar diskusi ini semoga bermanfaat adanya. Terimakasih

Wallahu ‘alam.

Bahan Bacaan

1. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 20082. Sondang P Siagian, Filsafah Administrasi, CV Masaagung, Jakarta, 19903. Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Prkatik, Gema

Insani, Jakarta, 2003.4. Mahdi bin Ibrahim, Amanah dalam Manajemen, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 19975. Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Rineka Cipta, 2004.6. George R Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 20067. Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan), PT Indeks, Jakarta, 20078. UU sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003

Page 7: Manajemen pendidikan islam gm

PENELITIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

(Sebuah Pencarian Metodologik)

A.PengantarMembahas wilayah kajian dan objek kajian ilmu pengetahuan beserta paradigma kajiannya tidak dapat dipisahkan dari pandangan filsafat terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri. Menurut filsafat ilmu, ilmu bersandar pada 3 (tiga) pilar penyangga, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi merupakan asas penetapan objek dan wilayah kajian dan karenanya menjawab pertanyaan apa yang dikaji, termasuk apa realitas yang dikaji merupakan sesuatu wujud yang nyata (kongkret), tidak nyata (abstrak) atau simbolik. Epistemologi merupakan asas penetapan bagaimana cara mempelajari atau memperolehnya, dan karenanya menjawab pertanyaan bagaimana mengkajinya. Sedangkan aksiologi merupakan asas penetapan tujuan dan manfaat pengetahuan, dan karenanya menjawab pertanyaan apa tujuan dan manfaat pengetahuan yang akan dikaji tersebut.

Secara ontologik, ilmu terbatas pada kawasan yang berada dalam jangkauan pengalaman dan pengamatan manusia. Ide-ide tentang Tuhan, alam akhirat, surga, neraka, dan sejenisnya, kendati telah lama hidup dalam perbendaharaan jiwa manusia dan secara kuat mempengaruhi perilaku menusia sehari-hari bukan merupakan hasil potret pengalaman empirik manusia karena tidak muncul dalam dunia observasi dan pengalaman empirik. Karena itu, pengetahuan tersebut tidak termasuk kawasan ilmu pengetahuan ilmiah. Penggagas Rasionalisme Kritis Popper (1972), misalnya, menyebutnya pengetahuan yang “dapat diuji”, dan “yang tidak dapat diuji”. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang terbuka untuk diuji. Tolok ukur  yang dipakai Popper untuk membedakan pengetahuan “ilmiah” dan “non-ilmiah” bukan “benar” dan “salah”, melainkan “dapat diuji” dan “tidak dapat diuji” (Wuisman, 1996: 20). Selain itu, ilmu berupaya menafsirkan hakikat wilayah atau objek kajian sebagaimana adanya dan terbuka untuk pengujian secara terus menerus. Pengujian secara terus menerus dilakukan untuk memperoleh kebenaran. Sebab, ilmu pengetahuan yang dibangun atas dasar pengamatan manusia sejatinya tidak lain hanya merupakan dugaan atau asumsi. Ilmu pengetahuan tidak pernah benar secara mutlak. Ilmu hanya dapat berkembang apabila terus menerus dikaji. Lewat kajian tersebut  akan ditemukan data dan fakta baru yang membuktikan kebenaran dan kesalahannya. Karena itu, ilmu berangkat dari fakta dan berakhir dengan fakta pula. Secara epistemologik, ilmu menyusun dan menambah bangunan pengetahuan melalui metode tertentu, yang disebut metode ilmiah. Metode ilmiah adalah seperangkat cara dan tata kerja untuk menghasilkan pengetahuan ilmiah secara sistemik dan sistematik. Sistemik artinya ada saling keterkaitan antar-unsur dan sistematik artinya ada urutan logik antar-langkah.Secara aksiologik, tujuan dan pemanfaatan pengetahuan keilmuan harus dimaksudkan demi kemaslahatan umat manusia. Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat meningkatkan taraf hidup manusia tanpa harus mengorbankan kodrat dan martabatnya, serta kelestarian dan keseimbangan alam. Karena itu, ilmu merupakan harta bersama umat manusia. Setiap orang berhak menggali dan memanfaatkan ilmu sesuai kebutuhannya.Setiap ilmu niscaya memiliki ciri dan kekhususan masing-masing, kendati antara yang satu dengan yang lainnya dapat saling bersentuhan. Ilmu manajemen,  misalnya, sebagai bagian dari kekayaan pengetahuan manusia, memiliki ciri dan kekhususan sendiri pula yang membedakannya dengan ilmu pengetahuan lainnya baik secara ontologik, epistemologik

Page 8: Manajemen pendidikan islam gm

maupun aksiologik.  Dengan demikian, karena masing-masing ilmu memiliki ciri-ciri khusus, maka setiap kajian tentang metode keilmuan tertentu, perlu terlebih dahulu menjawab pertanyaan: (1) apa bahan yang dikaji, (2) bagaimana cara mengkajinya dan (3) apa manfaat atau tujuan kajian tersebut.     

B. Objek Penelitian Manajemen Pendidikan IslamSecara teoretik manajemen pendidikan Islam juga mengikuti kaidah-kaidah manajemen pada umumnya dengan objek kajiannya adalah lembaga-lembaga pendidikan Islam. Namun demikian, secara ontologik masih terdapat beberapa varian persepsi mengenai bidang studi yang relatif baru ini. Ditilik dari namanya, bidang kajian ini merupakan bidang kajian lintas disiplin (inter-desciplinary course), jika pemisahan istilahnya adalah: manajemen + pendidikan Islam. Namun jika pemisahannya  adalah: manajemen + pendidikan  + Islam, maka bidang kajian ini merupakan bidang multi disiplin (multi-desciplinary course). Bisa juga pemisahannya adalah: manajemen pendidikan + Islam. Tampaknya yang lebih menjadi concern program studi adalah pemisahan model pertama (manajemen + pendidikan Islam).   

Implikasi dari model kajian semacam itu adalah pengkaji dituntut untuk menguasai lebih dari satu macam disiplin ilmu. Di satu sisi, pengkaji dituntut untuk menguasai ilmu manajemen secara umum, dan di sisi yang lain dia juga dituntut untuk menguasai konsep-konsep pendidikan Islam dengan menggunakan al Qur’an dan hadis sebagai cara pandang. Ini tentu bukan pekerjaan mudah.

Sebagai program studi dengan bidang kajian khusus, secara ontologik manajemen pendidikan Islam menetapkan kawasannya berdasarkan fakta empirik dan konsep teoretik manajemen pendidikan Islam. Manajemen adalah sebuah konstruk teoretik. Pendidikan adalah konsep substantif, tetapi masih di tingkat generik, sedangkan Islam adalah konsep substantif di tingkat partikularistik. Dengan demikian, secara definitif manajemen pendidikan Islam adalah proses mengelola lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti madrasah, pondok pesantren, dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi Islam dengan menggunakan Islam (al Qur’an dan hadis) sebagai cara pandang/perspektif. Diyakini lembaga-lembaga pendidikan tersebut memiliki ciri khusus yang membedakaanya dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya sehingga diperlukan model pengelolaan secara khusus pula.

Secara lebih rinci, objek kajian manajemen pendidikan Islam meliputi: (1) perangkat kegiatan apa saja yang membentuk konstruk manajemen, mulai dari planning, organizing, actuating hingga controlling, (2) komponen-komponen sistemik yang niscaya ada dalam fenomena pendidikan, mulai dari input, output, outcome, proses belajar, sarana dan prasarana belajar, lingkungan, guru, kurikulum, personalia pendukung, bahan ajar, masyarakat, evaluasi dan (3) fakta empirik yang diberi label (pendidikan) Islam, dengan kekhususannya, seperti nilai-nilai yang berkembang di lingkungan lembaga pendidikan Islam (ikhlas, barokah, tawadu’, istiqomah, ijtihad, dan sebagainya).Memahami pendidikan sebagai upaya teleologik di mana manajemen merupakan bagian komponen yang tak terpisahkan dari praktik pendidikan, ilustrasi berikut dapat dipakai mencari ruang/wilayah kajian penelitian.

Page 9: Manajemen pendidikan islam gm

C. Proses Penelitian Manajemen Pendidikan Islam

Sebagai aktivitas ilmiah, penelitian memiliki langkah-langkah yang sistemik  dan sistematik yang berlaku untuk semua disiplin ilmu. Sistemik artinya ada saling keterkaitan antar-unsur dan sistematik artinya ada urutan logik antar-langkah. Setidaknya terdapat 8 (delapan) tahap penelitian sebagai berikut:  (1) selecting a topic), (2) determining a research paradigm, (3) formulating a research question, (4) determining a research design, (5) collecting data, (6) analyzing data, (7) interpreting data, (8) informing others.

1. Selecting  a topic

Memilih topik penelitian merupakan langkah paling awal yang harus dilakukan seorang peneliti. Topik penelitian merupakan ide atau gambaran sangat umum yang akan menjadi tema kajian, bisa tentang masalah pendidikan, budaya, politik, sejarah, ekonomi, agama dan sebagainya.

Tidak ada formula yang baku tentang metode bagaimana mencari topik penelitian. Tetapi ada beberapa cara yang bisa dipakai sebagai pedoman. Menurut  sebagai berikut:

1. personal experience, yaitu pengalaman pribadi yang pernah dialami seseorang. Ini bisa menjadi inspirasi seseorang untuk melakukan penelitian.

2. curiosity, yaitu rasa ingin tahu yang kuat. Misalnya, sesaeorang ingin mengetahui pola hubungan antara majikan dan staf di dalam sebuah perusahaan atau kantor sehingga melahirkan kinerja yang sinergis.

3. the state of knowledge in a field, yaitu tema atau isu–isu baru di masyarakat yang mengundang perhatian publik. Misalnya, beberapa waktu lalu terjadi bentrok antar-pemeluk agama karena munculnya aliran baru dalam agama, seperti Ahmadiyah.

4. solving a problem, yaitu keinginan menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat dengan segera. Misalnya, di masyarakat ada gejala orang mudah marah atau bersifat emosional terhadap kebijakan publik.

5. social premiums (some topics are “hot” and invite challenges or opportunities. Ada tema atau topik tertentu yang menantang untuk diteliti dengan imbalan finansial yang cukup memadai.

6. f. personal values, yakni nilai atau manfaat khusus secara pribadi atas hasil penelitian.

7. everyday life, yakni peristiwa sehari-hari bisa menjadi lahan atau tema penelitain, baik yang berskala mikro maupun makro.

Namun demikian dari sekian banyak tahapan tersebut, tema penelitian untuk skripsi, tesis dan desertasi setidaknya memenuhi 3 (tiga) syarat R, yakni:

a. (R)elevansi Akademik, bahwa penelitian harus memberikan sumbangan keilmuan sesuai bidang studi yang kita tekuni).

b. (R)elevansi Sosial, bahwa penelitian harus menarik dan relevan dengan isu-isu yang terjadi d masyarakat.

Page 10: Manajemen pendidikan islam gm

c. (R)elevansi Institusional, bahwa penelitian mengangkat tema yang akrab dengan lembaga di mana kita bekerja atau belajar.

2. Determining a Research Paradigm

Selaras dengan tinjauan aksiologik, dalam khasanah metodologi penelitian atau kajian dikenal, paling tidak, tiga paradigma kajian utama, yaitu: (1) paradigma positivistik (positivistic paradigm), (2) paradigma interpretif (interpretive paradigm), dan (3) paradigma refleksif (reflexive paradigm). Lazimnya, paradigma positivistik disepadankan dengan pendekatan kuantitatif (quantitative approach), paradigma interpretif disepadankan dengan pendekatan kualitatif (qualitative approach), sedangkan paradigma refleksif disepadankan dengan pendekatan kritik (critical approach).

No.Aksioma Positivistik Interpretif Refleksif

1 Tujuan Menjelaskan realitas Memahami fenomena Memberdayakan dan membebaskan

2 Dasar kenyataan Stabil dan terpola Cair dan mengalir Penuh dengan pertentangan

dan dipengaruhi oleh struktur terselubung yang mendasarinya

3 Sifat dasar manusia

Rasional dan memiliki kepentingan pribadi, serta dipengaruhi oleh kekuatan di luar dirinya

Membentuk makna dan niscaya memberi makna terhadap dunia mereka

Manusia bersifat kreatif dan adaptif, tetapi cenderung terbelenggu dan tertindas oleh kesadaran palsu

4 Peran akal sehat Berbeda dari dan tidak sahih dibanding pengetahuan keilmuan

Seperangkat teori keseharian yang digunakan dan bermanfaat bagi orang-orang tertentu

Keyakinan palsu yang menyelubungi kenyataan sebenarnya

5 Wujud Teori Teori adalah sistem logik, deduktif, dan menggambarkan saling keterkaitan antara sejumlah difinisi, aksioma, dan hukum

Teori adalah paparan tentang bagaimana seperangkat sistem pemaknaan dihasilkan dan dipertahankan

Teori adalah kritik yang membuka atau mengungkap kenyataan sebenarnya dan membantu manusia melihat cara memperbaiki keadaan

6 Tolok Ukur Kebenaran Penjelasan

Apabila secara logik terkait dengan hukum serta didasarkan pada kenyataan

Apabila menyuarakan kembali atau memang dipandang benar oleh para pelaku sendiri

Manakala bisa memberi manusia seperangkat piranti yang diperlukan untuk mengubah kenyataan

7 Bukti kebenaran Didasarkan pada pengamatan yang

Terpancang atau terkait konteks interaksi

Ditakar berdasar kemampuannya dalam

Page 11: Manajemen pendidikan islam gm

tepat sehingga orang lain bisa mengulanginya

manusia yang cair dan mengalir

menyingkap struktur terselubung yang mendasari kepalsuan atau ketidak-adilan

8 Kedudukan nilai Bebas nilai (value free) dan tidak memiliki tempat kecuali ketika seseorang memilih topik kajian

Bagian tak terpisahkan dari kenyataan manusia (value bound)

Ilmu harus mulai dari pendirian menurut tata-nilai tertentu

Ada nilai-nilai benar, ada pula nilai-nilai yang salah.

9 Langkah Kerja (1) Perumusan masalah (research problem), yang meliputi kegiatan memilih masalah yang memenuhi syarat kelayakan dan kebermaknaa

(2) Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, yang mencakup kegiatan penelaahan teori dan hasil kajian sebelumnya,

(3) Perumusan hipotesis, sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan

(4) pemilihan atau pengembangan rancangan kajian,

(5) Pengembangan piranti atau alat pengumpulan data,

(6) Pengumpulan atau pemerolehan data,

(7) pengolahan data untuk menguji hipotesis,

(1) penentuan pumpun kajian (focus of study), yang mencakup kegiatan memilih masalah yang memenuhi syarat kelayakan dan kebermaknaan,

(2) pengembangan kepekaan teoretik dengan menelaah bahan pustaka yang relevan dan hasil kajian sebelumnya,

(3) penentuan kasus atau bahan kajian, yang meliputi kegiatan memilih dari mana dan dari siapa data diperoleh,

(4) pengembangan rancangan pemerolehan dan pengolahan data, yang mencakup kegiatan menetapkan piranti, langkah dan teknik pemerolehan dan pengolahan data yang digunakan,

(5) pelaksanaan kegiatan pemerolehan data, yang terdiri atas kegiatan mengumpulkan data

(1) penentuan topik kajian, yang mencakup kegiatan memilih dan merumuskan masalah yang bernilai bagi pembangkitan kesadaran manusia,

(2) penetapan pendirian filsafat dan atau ideologik, yang meliputi kegiatan penelaahan pemikiran-pemikiran yang relevan, dan perumusan secara eksplisit pokok-pokok pikiran yang digunakan sebagai landasan pengajuan kritik,

(3) pemilihan kasus atau bahan kajian, dengan menentukan dari mana dan dari siapa data diperoleh, (4) pengembangan strategi pemerolehan dan pengolahan data, yang terdiri atas kegiatan menetapkan piranti data, langkah dan teknik yang digunakan,

(5) pelaksanaan kegiatan pemerolehan data, yang mencakup kegiatan mengumpulkan data atau melakukan pembacaan naskah yang

Page 12: Manajemen pendidikan islam gm

(8) penafsiran hasil kajian, dan

(9) penarikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data,

(10) penyatu-paduan hasil kajian ke dalam bangunan pengetahuan sebelumnya, serta saran bagi kajian berikutnya.

lapangan atau melakukan pembacaan naskah yang dikaji,

(6) pengolahan data perolehan, yang meliputi kegiatan penyandian (coding), pengkategorian (categorizing), pembandingan (comparing), dan pembahasan (discussing),

(7) negosiasi hasil kajian dengan subjek kajian, dan

(8) perumusan simpulan kajian, yang meliputi kegiatan penafsiran dan penyatu-paduan (interpreting and integrating) temuan ke dalam bangunan pengetahuan sebelumnya, serta saran bagi kajian berikutnya.

dikaji,

(6) pengolahan data perolehan, yang melipuiti kegiatan penyandian (coding), pengkategorian (categorizing), pembandingan (contrasting), dan pembahasan (discussing),

(7) perumusan simpulan kajian, yang dilakukan berdasarkan perenungan (reflextive thinking), dan

(8) pengajuan rekomendasi baik untuk arah kajian lanjutan maupun agenda pemberdayaan (empowerment agendake depan.

3. Formulating  research question

Beberapa langkah untuk merumuskan pertanyaan penelitian:

1. examining literature, yakni penelusuran literatur, selain dipakai untuk menyempitkan masalah sehingga researchable, juga untuk membantu menyadari bahwa penelitian ini akan memberi sumbangan pada topik yang lebih besar dan bahwa penelitian tersebut merupakan bagian dari penelitian sebelumnya, bukan fakta asing yang terpisah.

2. talking over ideas with colleagues or experts, yakni mendiskusikan rencana atau topik penelitian dengan kolega, teman sejawat atau ahli untuk memperoleh masukan.

3. applying to a specific context, mencoba memahaminya dengan lebih dalam pada konteks secara spesifik.

4. defining the aims or desired outcome  of  the study, yakni menentukan tujuan yang hendak dicapai, apakah untuk menjelaskan realitas atau memahami fenomena.

4. Determining a research design.

Pada tahap ini peneliti membuat rancangan tentang prosedur dan metode yang akan dipakai

Page 13: Manajemen pendidikan islam gm

untuk memperoleh data, bagaimana memperolehnya, siapa yang akan dihubungi, kapan pelaksanaannya dan di mana,  apa bentuk datanya, dan bagaimana cara analisisnya.

5. Collecting data

Secara umum kegiatan pengumpulan data terdiri atas observasi, wawancara, dan kuesioner. (masing-masing jenis perlu dibahas pada sesi tersendiri).

6. Analyzing data

Terdapat tiga model atau cara untuk menganalisis data kualitatif. Miles dan Huberman (1987) menganjurkan model analisis interaktif (interactive model) yang mengandung empat komponen yang saling berkaitan, yaitu (1) pengumpulan data, (2) penyederhanaan data, (3) pemaparan data, dan (4) penarikan dan pengajuan simpulan.

Spradley (1979) menganjurkan empat teknik analisis data kualitatif, yaitu (1) analisis ranah (domain analysis), (2) analisis taksonomik (taxonomic analysis), (3) analisis komponensial (componential analysis), dan (4) analisis tematik (thematic analysis).

Analisis ranah dimaksudkan untuk memperoleh pengertian umum dan relatif menyeluruh mengenai pokok permasalahan. Hasil analisis ini berupa pengetahuan tingkat “permulaan” tentang berbagai ranah atau kategori konseptual secara umum pula.

Pada analisis taksonomik, pusat perhatian ditentukan terbatas pada ranah yang sangat berguna dalam memaparkan gejala-gejala yang menjadi sasaran penelitian. Analisis taksonomik tidak saja berdasarkan data lapangan, tetapi juga berdasarkan hasil kajian pusataka. Beberapa ranah yang sangat penting dipilih dan dijadikan pusat perhatian untuk diselidiki secara mendalam.

Analisis komponensial dilakukan untuk mengorganisasikan perbedaan (kontras) antar-unsur dalam ranah yang diperoleh melalui pengamatan dan atau wawancara terseleksi.

Pada analisis tematik, peneliti menggunakan saran Bogdan dan Taylor (1975: 82-93) dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membaca secara cermat keseluruhan catatan lapangan2. Memberikan kode pada topik-topik pembicaraan penting3. Menyusun tipologi4. Membaca kepustakaan yang terkait dengan masalah dan konteks penelitian.

Berdasarkan seluruh analisis, peneliti melakukan rekonstruksi dalam bentuk deskripsi, narasi dan argumentasi. Beberapa sub-topik disusun secara deduktif, dengan  mendahulukan kaidah-kaidah pokok yang diikuti dengan kasus dan contoh-contoh. Sub-topik selebihnya disajikan secara induktif, dengan memaparkan kasus dan contoh untuk

Page 14: Manajemen pendidikan islam gm

ditarik kesimpulan umumnya.

Cara atau model  ketiga disarankan oleh Strauss dan Corbin (1990) dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) open coding, (2) axial coding, (3) selective coding, dan (4) the generation of a conditional matrix.

7. Interpreting data

Pada tahap ini peneliti melakukan  simpulan kajian, yang meliputi kegiatan penafsiran dan penyatupaduan (interpreting and integrating) temuan ke dalam bangunan pengetahuan sebelumnya.

8. Informing others.

Pada tahap ini peneliti menulis hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian, bisa dalam bentuk skripsi, tesis, desertasi atau laporan penelitian. Temuan penelitian disebarluaskan ke khalayak akademik untuk memperoleh masukan dan memberikan sumbangan bagi kemaslahatan umum. Dari temuan penelitian, kegiatan penelitian lebih lanjut dapat dilakukan.

Secara ringkas perbedaan antara skripsi, tesis dan desertasi sebagai berikut:

UnsurJenjang

Sarjana (S1) Magister (S2) Doktor (S3)1. Penampilan

dalam bidang ilmu pengetahuan

Menguasai materi ilmu pengetahuan masing-masing

Menguasai teori dan metodologi ilmu pengetahuan masing-masing

Mampu mengembangkan ilmu pengetahuan masing-masing

1. Penampilan dalam karya penelitian

Mahir dalam mengadakan penelitian deskriptif (monodisiplin)

Mahir dalam mengadakan penelitian analitis (monodisiplin)

Mahir dalam mengadakan penelitian empiris dan evaluatif (mono-, multi-, dan interdisipliner)

1. Intensitas pemikiran

Berpikir rasional logis Berpikir rasional kritis Berpikir rasional, inovatif/kreatif

1. Tanggung jawab pribadi

Memiliki kejujuran ilmiah

Memiliki integritas akademik/profesi

Memiliki komitmen social secara kritis emansipatoris (pengetahuan untuk kemajuan peradaban manusia dan kemanusiaan

Page 15: Manajemen pendidikan islam gm

D. Penutup

Sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahun, manajemen pendidikan Islam memiliki ciri dan kekhasan sendiri yang berbeda dengan bidang pengetahuan yang lain, baik dari aspek ontologik, epsitemologik maupun aksiologik. Pemahaman ontologik yang mencakup objek dan wilayah kajian, pemahaman epistemologik yang mencakup cara mengkajinya dan pemahaman aksiologik yang mencakup tujuan dan manfaat kajian penting dikuasai oleh setiap peneliti. Kekeliruan penetapan objek dan wilayah kajian akan berakibat sangat fatal,

Sebagai bidang ilmu lintas disiplin, manajemen pendidikan Islam memungkinkan untuk dikaji bersama para pakar di bidang lain, seperti pakar pendidikan, pakar manajemen (umum), dan pakar studi keislaman.

Dengan besarnya jumlah lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang sampai saat ini mencapai angka 85. 911 dengan jumlah siswa 11.531.028, maka  bidang studi ini sangat prospektif. Peminat studi ini pun juga semakin banyak. Seiring dengan upaya pengembangan dan peningkatan kualitas lembaga pendidikan Islam, Indonesia sangat memerlukan ahli di bidang ini untuk membuat blue print pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan Islam secara nasional. Siapa tahu ahli dimaksud muncul dari kelas ini!

______________

Page 16: Manajemen pendidikan islam gm

Daftar Pustaka

Alvesson, Mats dan Kaj Skoldberg. 2000. Reflexive Methodology: New Vistas for Qualitative Research. London, Thousand Oaks, New Delhi: SAGE  Publications.

Denzin, Norman K and Yvonna S. Lincoln (eds.). 1994. Handbook of Qualitative Research. Thousands Oaks, California: SAGE Publications, Inc.

Faisal, Sanapiah. 1998. “Filosofi dan Akar Tradisi Penelitian Kualitatif”, Makalah, Disampaikan pada Pelatihan Metode Penelitian Kualitatif oleh Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (BMPTSI) Wilayah VII-Jawa Timur di Surabaya, 24-27 Agustus 1998.

Popper, K.R. 1972. Conjectures and refutations. The Growth of Scientific Knowledge. (4th edition). London: Routledge and Kegal Paul.

Rahardjo, Mudjia. 2005. Bahasa dan Kekuasaan: Studi Wacana Politik Abdurrahman Wahid dalam Perspektif Hermeneutika Gadamerian. Disertasi pada Program Doktor, Program Pascasarjana Universitas Airlangga.

Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Wida Sastra Bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Wuisman J.J.J. M. 1996. Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jilid 1, Asas-Asas. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Page 17: Manajemen pendidikan islam gm

Menggagas Konsep Ideal Manajemen Pendidikan Islam

 

Terkait implementasi manajemen pendidikan nasional dengan diiringi manajemen pendidikan Islam demi meningkatkan mutu lembaga pendidikan, senyatanya memang terdapat benang merah yang kemudian mengindikasikan adanya kesamaan antara manajemen pendidikan Islam dan manajemen pendidikan nasional dalam beberapa hal, sehingga keduanya merupakan suatu sinergi yang saling melengkapi. Dalam manajemen pendidikan nasional mengharuskan adanya manajerial serta pemimpin yang berkualitas dan berpengetahuan luas. Demikian pula halnya pada manajemen pendidikan Islam, yang tertuang dalam QS. As Sajadah: 24, yang juga mengatur dan mengharuskan adanya pemimpin berkualitas dan berpengetahuan luas.

Melalui optimalisasi manajemen pendidikan Islam dan manajemen pendidikan nasional, lembaga pendidikan dapat lebih memberdayakan diri serta meningkatkan mutu dan kualitasnya. Sudah terang, entitas dan eksistensi manajemen pendidikan Islam sangatlah mendukung bagi implementasi manajemen pendidikan nasional karena memang keduanya saling bersinergi dan melengkapi.

Kendati manajemen pendidikan Islam dan konsepnya masih mengikuti konsep manajemen pendidikan nasional, namun bukan berarti bahwa manajemen pendidikan Islam tidak memiliki acuan yang menjadi bahan baku untuk diolah, dikelola dan dikembangkan sendiri oleh seluruh umat manusia. Dalam manajemen pendidikan Islam memang tidak terdapat konsep yang baku, akan tetapi ada acuan dasar yang dipakai untuk merancang dan mengembangkan konsepsinya, umat manusia benar-benar diberi kebebasan. Acuan dasar tersebut tidak lain adalah Al-Qur’an dan Hadits.

Pada dasarnya, Islam bukanlah sebuah sistem kehidupan yang praktis dan baku, melainkan sebuah sistem nilai dan norma (perintah dan larangan). Bahkan menurut Prof. Dr. H. Abudin Nata, MA; dalam Islam tidak terdapat sistem pendidikan yang baku, melainkan hanya terdapat nilai-nilai moral dan etis yang seharusnya mewarnai sistem pendidikan tersebut.

Berbagai komponen yang terdapat di dalam pendidikan Islam -termasuk juga manajemen pendidikan Islam- harus didasarkan pada nilai-nilai moral dan etis ajaran Islam. Dalam hal pendidikan, Islam hanya menyediakan bahan baku, sedangkan untuk menjadi sebuah sistem yang operasional, manusia diberikan kebebasan dan keleluasaan untuk membangun

Page 18: Manajemen pendidikan islam gm

dan menerjemahkan. Karenanya, tidak ada pendidikan Islam yang baku, melainkan manusia dirangsang untuk menciptakan pendidikan yang ideal.

Begitu pula pada manajemen pendidikan Islam, tidak ada konsepnya yang baku. Tetapi manusia senantiasa dirangsang untuk mencipta dan membangunnya. Untuk itu, bukanlah hal yang salah apabila di masa-masa sekarang ini manajemen pendidikan Islam masih mengikuti konsep dari manajemen pendidikan nasional, selama tidak bertentangan dengan acuan dasar atau bahan bakunya, yakni Al-Qur’an dan Hadist. Dan bukan tidak mungkin apabila kelak muncul konsep manajemen pendidikan Islam yang baru dan lebih baik dari konsep yang sekarang. Karena memang manusia senantiasa untuk merancang, membangun dan menerjemahkan berdasarkan bahan baku yang telah ada. Dengan demikian, tidak ada konsep manajemen pendidikan Islam yang baku, akan tetapi manusia terus dirangsang untuk menciptakan manajemen pendidikan yang ideal.

Dalam upaya menciptakan konsep manajemen pendidikan Islam yang ideal, telah terdapat beberapa pendapat, usulan dan pemikiran dari beberapa pakar yang tentunya layak dipertimbangkan, dikaji ulang untuk kemudian dapat diupayakan implementasinya. Pemikiran-pemikiran tersebut antara lain dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Buah pemikiran Abudin Nata

1) Lembaga pendidikan (Islam) hendaknya melakukan kerja sama yang paling menguntungkan dengan masyarakat atau pemakai lulusan pendidikan, dengan berbagai pihak perusahaan juga dengan berbagai departemen atau lembaga sosial yang perlu diajak bekerja sama.

2) Pengelola pendidikan seyogianya mampu merumuskan tujuan pendidikan yang harus diupayakan melahirkan manusia yang kreatif, inovatif, mandiri dan produktif, mengingat dunia yang akan datang adalah dunia yang kompetitif.

3) Pendidik/guru harus berperan sebagai motivator, desainer, fasilitator dan guidance (pemandu) di dalam proses pembelajaran.

b. Buah pemikiran Azyumardi Azra

1) Dalam segala hal yang menyangkut operasional pendidikan pada suatu lembaga pendidikan (Islam), stake holders harus selalu dilibatkan. Semisal dalam pengembangan kurikulum, penentuan dan pelaksanaan muatan lokal, proses pembelajaran dan lain-lain.

2) Dalam aplikasinya, harus terdapat reintegrasi ilmu pada dunia pendidikan, yakni antara ilmu agama dan umum. Sehingga tidak lagi dikotomi, dan pendidikan yang dijalankan berorientasi pada “tauhid paradigm of science” yakni pendidikan Islam yang di dalamnya harus ada keselarasan dan kesatuan antara aspek lahir dan batin, eksoteris dan isoteris (kognitif, afektif dan psikomotor) yang mendukung terjadinya aktivitas.

3) Dalam upaya pengembangan kurikulum, pengelola pendidikan (Islam) harus mampu merancang dan mengimplementasikan suatu pembentukan dan pembinaan keterampilan –yang kini populer dengan istilah life skiill- peserta didik.

Page 19: Manajemen pendidikan islam gm

4) Lembaga pendidikan (Islam) harus menumbuhkan apresiasi dan memberi respons sepatutnya terhadap semua perkembangan yang terjadi di masa kini dan mendatang, sehingga pendidikan (Islam) benar-benar fleksibel dan peka zaman.

c. Buah pemikiran Ramayulis

1) Pengelola pendidikan Islam dituntut untuk mampu me”manage” semua faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan Islam sekaligus juga harus memperhatikan perbedaan peserta didiknya dan berupaya menyikapi perbedaan yang ada secara bijak.

2) Dalam mengelola lembaga pendidikan Islam, seorang administrator atau manajer harus benar-benar kompeten dan profesional, adil, demokratis, memiliki tanggung jawab Islami serta menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber kebijaksanaannya dalam mengambil setiap keputusan.

Telah terdapat begitu banyak pendapat dan pemikiran dari para pakar pendidikan yang tentunya dapat mendukung penciptaan dan upaya implementasi konsep ideal manajemen pendidikan Islam, yang kesemuanya benar-benar memiliki iktikad dan harapan menuju pendidikan Islam yang paling ideal. Manajemen pendidikan Islam memang belum terkonsepkan secara baku, karena Islam senantiasa merangsang dan menyuruh umatnya untuk dapat menggagas serta mengaplikasikan konsep pendidikan yang paling ideal, termasuk juga pada konsep manajemen pendidikan Islamnya.

Dari beberapa buah pemikiran para pakar pendidikan terkait dengan konsep yang ideal dari manajemen pendidikan Islam, setidaknya dapat menjadi masukan dan acuan bagi para pengelola pendidikan Islam –baik pesantren, madrasah, sekolah-sekolah Islam maupun perguruan tinggi Islam- di dalam mengupayakan pengelolaan yang profesional, efektif dan efisien sehingga dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan Islam. Karena pada dasarnya, baik atau buruk, serta profesionalisme suatu lembaga pendidikan Islam ditentukan oleh para pengelolanya. Suatu lembaga pendidikan Islam yang tidak profesional dapat diketahui antara lain dari manajemen pendidikannya. Lembaga pendidikan tersebut memiliki manajemen pendidikan yang statis, yang umumnya dapat dicontohkan dengan misalnya bahwa lembaga itu hanya diurus oleh dan dengan menekankan kekuatan kelompok, ikatan darah atau keturunan, etnis dan wibawa institusi ideologis keagamaan tertentu atau dapat dikatakan ‘Family Oriented’. Sedangkan lembaga Islam yang profesional lebih menekankan pada manajemen kompetitif dan kreatif serta kompetensi pribadi, korporasi rasional dan ilmiah sesuai perkembangan zaman.

Untuk itulah, sudah saatnya lembaga pendidikan Islam menata ulang pola manajerialnya yang mungkin dapat mengambil langkah taktis dari buah pemikiran para pakar pendidikan terkait dengan konsep manajemen pendidikan Islam yang ideal –yang kali ini masih mengikuti konsep manajemen pendidikan nasional- dengan AlQur’an dan Hadits sebagai dasar dan landasannya demi membawa lembaga pendidikan Islam menuju keberhasilan serta mengatasi berbagai kelemahan sistem pendidikannya. Seperti yang diungkapkan Mastuhu perihal kelemahan sistem pendidikan madrasah (salah satu lembaga pendidikan Islam) antara lain; mementingkan materi di atas metodologi, mementingkan memori di atas analisis dan dialog, mementingkan pikiran vertikal di atas literal, mementingkan penguatan otak kiri di atas otak kanan.

Page 20: Manajemen pendidikan islam gm

Dengan mencoba mengkaji serta menerapkan pemikiran para pakar yang kemudian menghasilkan konsep ideal manajemen pendidikan Islam, lembaga pendidikan Islam khususnya madrasah diharapkan mampu mengatasi kelemahan sistem pendidikannya sehingga kemudian dapat lepas dari stigma yang ada bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan kelas bawah. Konsep ideal manajemen pendidikan Islam –yang untuk saat ini masih mengikuti konsep manajemen pendidikan nasional- adalah upaya menghasilkan suatu pendidikan yang paling ideal.

Konsep manajemen pendidikan Islam dan manajemen pendidikan nasional secara umum memang sama. Karena dalam konteks pendidikan nasional, pendidikan Islam sudah terintegrasi, tetapi dalam aplikasinya terdapat ciri khas pendidikan Islam.

Kendati pada masa kini konsep manajemen pendidikan Islam dan manajemen pendidikan nasional sama, akan tetapi terdapat perbedaan mendasar yang dapat dilihat dari nilai Islam sebagai landasan pengembangan organisasi, seperti dalam menentukan visi misi, budaya organisasi atau kebijakan-kebijakan strategis. Dengan demikian, meskipun dalam konsep manajemen pendidikan antara nasional dan Islam adalah sama, bersinergi dan terintegralisasi, namun dalam hal-hal penentuan visi misi, budaya organisasi atau kebijakan-kebijakan strategis, lembaga pendidikan Islam memakai nilai-nilai normatif dari Islam. Terlepas dari semua itu, sejatinya manajemen pendidikan nasional dan manajemen pendidikan Islam adalah dua sisi yang saling melengkapi, saling bersinergi dan integral.

Bibliographical:

Abudin Nata, 2003, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana.,

Azyumardi Azra,2002 Paradigma Baru Pendidikan Nasional; Rekonstruksi dan Demokrasi, Jakarta: Kompas.

Ramayulis, 2001, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam (sebuah pengantar); Syamsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama,

Made Pidarta, 1988, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bina Aksara.

Mastuhu, 1999, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam; Strategi Budaya Menuju Masyarakat Akademik, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu

Page 21: Manajemen pendidikan islam gm

Makalah Manajemen Pendidikan Islam

KONSEP DASAR ORGANISASI(Kajian Manajemen Pendidikan Islam)

Oleh: Muhammad Kosim

A. PendahuluanManusia adalah makhluk sosial (al-insānu madaniyyun bi at- thab’i atau zoon politicon). Karenanya, setiap manusia akan saling memerlukan dalam memenuhi kebutuhannya. Antara sesama manusia juga dituntut untuk saling bekerja sama, saling menghargai dan menghormati untuk mempertahankan hidupnya di muka bumi ini.

Adanya alasan sosial (social reasons) di atas menjadi salah satu pendorong bagi manusia untuk membentuk suatu perkumpulan yang biasa disebut "organisasi". Organisasi ini amat dibutuhkan untuk mewujudkan setiap cita-cita yang disepakati oleh anggota organisasi secara bersama. Oleh karena itu, organisasi tumbuh dan berkembang begitu pesat di tengah-tengah masyarakat. Organisasi itu juga dibentuk dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pemerintahan, perusahaan, politik, hukum, ekonomi, dan termasuk bidang pendidikan.

Dalam perkembangannya, organisasi telah menjadi disiplin ilmu tersendiri seiring dengan berkembangnya pemikiran dan pengetahuan manusia. Teori-teori organisasi yang terbangun dalam kajiannya sebagai suatu disiplin ilmu tertentu, selanjutnya akan dibutuhkan oleh masyarakat dalam membentuk suatu organisasi sesuai dengan bidang yang diinginkan. Demikian halnya di bidang pendidikan Islam, teori-teori organisasi turut dibutuhkan untuk mewujudkan lembaga pendidikan yang lebih profesional dan berkualitas.Makalah yang sederhana ini akan mencoba menguraikan konsep-konsep organisasi. Adapun persoalan-persoalan yang akan diuraikan di bawah ini akan berusaha untuk menjawab beberapa hal, yaitu:1. Bagaimanakah pengertian organisasi dan perbedaannya dengan pengorganisasian?2. Bagaimanakah sejarah pertumbuhan dan perkembangan organisasi?3. Bagaimanakah prinsip-prinsip, fungsi, dan urgensi organisasi?4. Bagaimanakah bentuk-bentuk organisasi?5. Bagaimana pula organisasi dalam lembaga pendidikan Islam?

Untuk menjawab lima pertanyaan di atas, penulis akan menguraikan beberapa teori organisasi lalu mencoba menganalisisnya dengan kacamata pendidikan Islam. Karena

Page 22: Manajemen pendidikan islam gm

keterbatasan kemampuan dan referensi yang digunakan, khususnya yang berkenaan dengan konsep pendidikan Islam tentang organisasi, maka dibutuhkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari forum diskusi ini.

B. Pengertian Organisasi dan PengorganisasianOrganisasi (organization) dan pengorganisasion (organizing) memiliki hubungan yang erat dengan manajemen. Organisasi merupakan alat dan wadah atau tempat manejer melakukan kegiatan-kegiatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi organik dari manajemen dan ditempatkan sebagai fungsi kedua setelah perencanaan (planning). Dengan demikian, antara organisasi dan pengorganisasian memiliki pengertian yang berbeda.

James L. Gibson c.s., sebagaimana yang dikutip oleh Winardi, berpendapat bahwa:"...organisasi-organisasi merupakan entitas-entitas yang memungkinkan masyarakat mencapai hasil-hasil tertentu, yang tidak mungkin dilaksanakan oleh individu-individu yang bertidak secara sendiri"

Organisasi-organisasi yang dibentuk oleh sekelompok orang pada dasarnya menginginkan terwujudnya suatu hasil atau tujuan tertentu. Tujuan yang diinginkan tersebut tidak dapat diperoleh secara individu tetapi perlu dilakukan upaya secara bersama dan terpadu.Stephen R. Robbins memberikan rumusan pengertian organisasi sebagai berikut:"... An organization is a consciously coordinated social entity, with a relatively identifiable boundary, that functions on a relatively continuous basis to achieve a common goal or set of goals".

Entitas sosial yang dikemukakan dalam definisi di atas berarti bahwa kesatuan tersebut terdiri dari orang-orang atau kelompok orang yang saling berinteraksi. Pola-pola interaksi yang diikuti orang-orang di dalam suatu organisasi tidak muncul begitu saja, akan tetapi mereka dipertimbangkan sebelumnya. Mengingat bahwa organisasi-organisasi merupakan entitas-entitas sosial, maka pola-pola interaksi para anggotanya perlu dipertimbangkan pula serta diharmonisasi guna tercapainya tujuan yang diinginkan.

Prajudi Atmosudirdjo menyatakan bahwa organisasi adalah struktur tata pembagian kerja dan struktur hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.

Barnad, seperti yang dikutip Asnawir, organisasi adalah suatu sistem mengenai usaha kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu.Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa organisasi adalah tempat atau wadah berkumpulnya beberapa orang yang secara sadar berinteraksi dan saling bekerja sama untuk mewujudkan tujuan yang telah disepakati bersama. Meskipun terdapat perbedaan definisi tentang organisasi, akan tetapi secara umum organisasi itu memiliki ciri-ciri yang sama. Edgar H. Schein, seorang psikolog keorganisasian terkemuka berpendapat bahwa semua organisasi memiliki empat macam ciri atau karakteristik sebagai berikut.

1. Koordinasi Upaya; Para individu yang bekerja sama dan mengkoordinasi upaya mental atau fisikal mereka dapat mencapai banyak hal yang hebat dan yang menakjubkan.2. Tujuan Umum Bersama; Koordinasi upaya tidak mungkin terjadi, kecuali apabila pihak yang telah bersatu, mencapai persetujuan untuk berupaya mencapai sesuatu yang

Page 23: Manajemen pendidikan islam gm

merupakan kepentingan bersama. Sebuah tujuan umum bersama memberikan anggota organisasi sebuah rangsangan untuk bertindak.3. Pembagian Kerja; Dengan jalan membagi-bagi tugas-tugas kompleks menjadi pekerjaan-pekerjaan yang terspesialisasi, maka sesuatu organisasi dapat memanfaatkan sumber-sumber daya manusianya secara efisien. Pembagian kerja memungkinkan para anggota organisasi-organisasi menjadi lebih terampil dan mampu karena tugas-tugas terspesia¬lisasi dilaksanakan berulang-ulang.4. Hierarki Otoritas; Para teoretisi organisasi telah merumuskan otoritas sebagai hak untuk mengarahkan dan memimpin kegiatan-kegiatam pihak lain. Tanpa hierarki otoritas yang jelas, koordinasi upaya akam mengalami kesulitan, bahkan kadang-kadang tidak mungkin diilaksanakan. Akuntabilitas juga dibantu apabila orang-orang be kerja dalam rantai komando ((he chain of command).

Lebih lanjut, Malayu S.P. Hasibuan menyimpulkan bahwa aspek-aspek penting dari berbagai definisi organisasi adalah:1. adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai;2. adanya sistem kerja sama yang terstruktur dari sekelompok orang;3. adanya pembagian kerja dan hubungan kerja antara sesama karya wan;4. adanya penetapan dan pengelompokan pekerjaan yang terintegrasi;5. adanya keterikatan formal dan tata tertib yang harus ditaati;6. adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas;7. adanya unsur-unsur dan alat-alat organisasi;8. adanya penempatan orang-orang yang akan melakukan pekerjaan.

Untuk lebih memahami hakikat organisasi, perlu diketahui pula unsur-unsurnya, yaitu:1. Manusia (human factor), artinya organisasi baru ada jika ada unsur manusia yang bekerja sama, ada pemimpin dan ada yang dipimpin (bawahan).2. Tempat Kedudukan, artinya organisasi baru ada, jika ada tempat kedudukannya.3. Tujuan, artinya organisasi baru ada jika ada tujuan yang ingin dicapai.4. Pekerjaan, artinya organisasi baru ada, jika ada pekerjaan yang akan dikerjakan serta adanya pembagian pekerjaan.5. Struktur, artinya organisasi baru ada, jika ada hubungan dan kerja sama antara manusia yang satu dengan yang lainnya.6. Teknologi, artinya organisasi baru ada, jika terdapat unsur teknis.7. Lingkungan (Environment External Social System), artinya organi¬sasi baru ada, jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi mi-salnya ada sistem kerja sama sosial.

Adapun pengorganisasian, juga didefinisikan oleh para pakarnya. Asnawir mengemukakan bahwa istitah "organizing mempunyai arti yaitu berusaha untuk menciptakan suatu struktur dan bagian untuk dapat berinteraksi dan saling pengaruh-mempengaruhi antara satu sama lainnya. Pengorganisasian tersebut juga dapat diartikan sebagai penyusunan tugas dan tanggung jawab para personil dalam organisasi.

George R. Terry, seperti yang dikutip Malayu S.P. Hasibuan, menuliskan: Organizing is the establishing of effective behavioral relationships among persons so that they may work together efficiently and gain personal satisfaction in doing selected tasks under given environmental conditions for the purpose of achieving some goal or objective.

Dari dua definisi di atas jelaslah bahwa pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen setelah fungsi perencanaan sehingga masing-masing anggota organisasi

Page 24: Manajemen pendidikan islam gm

mendapat tugas dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Kemudian, proses pengorganisasian juga mencakup kegiatan-kegiatan berikut:1. Pembagian kerja yang harus dilakukan oleh individu atau kelompok-kelompok tertentu.2. Pernbagian aktivitas menurut level kekuasaan dan tanggungjawab.3. Pengelompokan tugas menurut tipe dan jenisnya.4. Penggunaan mekanisme koordinasi kegiatan individu /kelompok.5. Pengaturan hubungan kerja antara anggota organisasi.

Adapun langkah-langkah pengorganisasian dapat dilakukan sebagai berikut:1. Tujuan, manajer harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai; apa profit motive atau service motive.2. Penentuan kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengetahui, merumuskan dan mengspesifikasikan kegiatan-kegiatan yang diper¬lukan untuk mencapai tujuan organisasi dan menyusun daftar kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.3. Pengelompokan kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengelompokkan kegiatan-kegiatan ke dalam beberapa kelompok atas dasar tujuan yang sama; kegiatan-kegiatan yang bersamaan dan berkaitan erat disatukan ke dalam satu departemen atau satu bagian.4. Pendelegasian wewenang, artinya manajer harus menetapkan besarnya wewenang yang akan didelegasikan kepada setiap departemen.5. Rentang kendali, artinya manajer harus menetapkan jumlah karya¬wan pada setiap departemen atau bagian.6. Perincian peranan perorangan, artinya manajer harus menetapkan dengan jelas tugas-tugas setiap individu karyawan, supaya tumpang-tindih tugas terhindarkan.7. Tipe organisasi, artinya manajer harus menetapkan tipe organisasi apa yang akan dipakai, apakah "line organization, line and staff organization ataukah function organization".8. Struktur organisasi (organization chart = bagan organisasi), artinya manajer harus menetapkan struktur organisasi yang bagaimana yang akan dipergunakan, apa struktur organisasi "segitiga vertikal, segitiga horizontal, berbentuk lingkaran, berbentuk setengah lingkaran, berbentuk kerucut vertikal/horizontal ataukah berbentuk oval".

Jika proses pengorganisasian dalam suatu organisasi di atas dilakukan dengan baik dan berdasarkan ilmiah, maka organisasi yang disusun akan baik, efektif, efisien dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Dengan demikian, antara organisasi (organization) dengan pengorganisasian (organizing) memiliki hubungan yang sangat erat. Pengorganisasian yang baik akan menghasilkan organisasi yang baik pula. Pengorganisasian diproses oleh organisator (manajer) sehingga pengorganisasian itu bersifat dinamis dan hasilnya adalah organisasi yang bersifat statis.

Akan tetapi, hakikat organisasi juga bisa dipandang sebagai statis dan dinamis. Statis bila organisasi sebagai wadah, tempat kegiatan administrasi dan manajemen. Sedangkan dinamis ketika organisasi sebagai suatu proses, interaksi hubungan, formal (nampak di bagan organisasi) dan informal (tidak diatur, tidak nampak dalam struktur). Hubungan informal timbul, karena hubungan pribadi, kesamaan kepentingan, dan kesamaan interest dengan kegiatan di luar.

Berangkat dari pengertian di atas maka dalam perkembangannya dan karena tuntutan

Page 25: Manajemen pendidikan islam gm

globalisasi muncul berbagai hal berkenaan dengan pengorganisasian, seperti struktur organisasi yaitu pola formal bagaimana orang dan pekerja dikelompokkan dalam suatu organisasi yang biasa digambarkan dengan bagan organisasi. Perilaku organisasi, yang ditekankan pada perilaku manusia dalam kelompok, iklim organisasi yaitu serangkaian sifat lingkungan kerja, kultur organisasi yaitu sistem yang dapat menembus nilai-nilai, kepercayaan dan norma-norma di setiap organisasi, desain organisasi yaitu struktur organisasi spesifik yang dihasilkan dari keputusan dan tindakan manajer, pengembangan organisasi, politik organisasi, proses organisasi yaitu aktivitas yang member! nafas pada kehidupan struktur organisasi, dan profil organisasi yaitu suatu diagram yang menunjukkan respons anggota organisasi.

Berkaitan dengan pengertian organisasi, dalam Alquran dicontohkan beberapa surat yang berkaitan dengan organisasi, sebagaimana Firman Allah SWT yang berkaitan dengan:a. perlunya persatuan, dalam surat: 2:43, 4:71, 37:1,b. perlunya berbangsa-bangsa, dalam surat: 5:48, 22:34,67, 49:13c. perlunya bersatu dan mengikuti jalan yang lurus, dalam surat: 30:31,32, 2:103,105, 6:59, 8:46 dand. perlunya saling tolong-menolong dan kerja sama, dalam surat: 5:2, 8:74, 9:71.Jadi, organisasi ada karena untuk mendapatkan sesuatu. Sesuatu ini merupakan tujuan organisasi.

Demikian pula dalam pendidikan Islam, organisasi juga dibutuhkan. Organisasi pendidikan Islam dapat dipahami sebagai wadah berkumpulnya beberapa orang yang saling bekerja sama dan beriteraksi dalam menerapkan dan mewujudkan tujuan pendidikan Islam dengan tetap berlandaskan kepada nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri.

C. Sejarah Perkembangan OrganisasiSebagaimana yang telah disinggung sebelumnya bahwa manusia adalah makhluk sosial. Hal ini turut mendorong manusia membentuk organisasi untuk mewujudkan cita-citanya. Karena itu, organisasi muncul ketika manusia itu berkumpul dua orang atau lebih.

Bahkan, sebelum manusia terlahir ke muka bumi ini, benih-benih organisasi juga telah tersirat sejak awal proses penciptaan manusia di alam rahim. Seperti yang dijelaskan oleh ilmu kedokteran, sel sperma seorang laki-laki dikatakan normal apabila berjumlah minimal 20 juta sel sperma. Padahal, hanya satu sel yang dibutuhkan untuk melakukan pembuahan dengan sel telur milik sang istri. Peristiwa ini mengisyaratkan bahwa manusia memang ditakdirkan untuk berorganisasi dalam mencapai tujuan.

Demikian pula kisah nabi Adam as sebagai manusia pertama yang diungkap dalam al-Qur'an, ia juga membentuk kelurga bersama istrinya Hawa. Ketika mereka memiliki anak, maka anak-anak tersebut mereka dididik dan diorganisir sedemikian rupa dengan pekerjaan yang berbeda sesuai dengan bakat dan minat mereka. Seperti Qabil bekerja sebagai petani, sedangkan Habil sebagai peternak. Hal ini terungkap dalam firman Allah SWT:Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Qs. al-Maidah/5: 27)

Page 26: Manajemen pendidikan islam gm

Sepanjang sejarah perkembangan manusia, juga ditemukan bukti-bukti bahwa organisasi itu telah muncul di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan orang-orang Yunani, kerajaan-kerajaan yang telah dibangun pada masa Romawi juga menunjukkan bahwa mereka telah membentuk dan membangun organisasi yang baik.

Dengan demikian, manusia dan organisasi serta aktivitasnya telah berlangsung lama sejak ribuan tahun silam, tapi yang dibutuhkan dan perlu untuk diketahui adalah akar perkembangan organisasi pada abad ke-18 dan ke-19, yaitu:

1. Masa Praktik AwalAda tiga nama penting yang mempunyai pengaruh besar dalam menentukan arah dan batasan dari perilaku organisasi, mereka itu adalah Adam Smith, Charles Babbage, dan Robert Owen.

a. Adam Smith, 1776; Adam Smith telah memberikan kontribusi yang sangat penting dengan doktrin ekonominya, yaitu spesialisasi bidang kerja atau pembagian tugas dengan berbagai argumentasi yang sangat dalam. Adam Smith memberikan contoh pembagian tugas dengan spesialisasi bidang kerja tertentu dalam pabrik pembuatan peniti. Ada sepuluh orang pekerja dalam pabrik tersebut, setiap orang mempunyai tugas tertentu dengan mengerjakan suatu bagian kerja tertentu. Sepuluh orang pekerja tersebut dapat membuat 48.000 buah peniti tiap harinya. Selanjutnya, jika setiap pekerja mengambil kawat sendiri-sendiri kemudian meluruskannya, membuatkan ujung batangnya, hasilnya setiap pekerja mampu membuat satu peniti dalam satu hari. Kalau ada sepuluh pekerja maka dapat membuat sepuluh peniti setiap hari. Dan spesialisasi bidang pekerjaan tertentu pada masa sekarang ini sudah barang tentu termotivasi oleh keuntungan yang berlipat ganda dari doktrin Adam Smith pada 2 abad silam.

b. Charles Babbage, 1832; Charles Babbage adalah seorang profesor matematika dari Inggris yang telah mengembangkan sistem pembagian tugas yang telah diartikulasikan pertama kali oleh Adam Smith. Babbage menambahkan beberapa keuntungan dengan sistem pembagian tugas, yang telah dikemukakan oleh Adam Smith. Selain keterampilan, menghemat waktu yang terkadang sering disia-siakan terbuang ketika penggantian tugas satu ke tugas yang lain.

Keuntungan tersebut yaitu:a) Mempersingkat waktu yang diperlukan untuk belajar suatu pekerjaan.b) Menghemat pemborosan material yang diperlukan dalam pelajaran pada tiap tingkatan.c) Memungkinkan untuk menghasilkan tingkat keteram¬pilan yang tinggi.d) Memungkinkan kemampuan untuk membandingkan keterampilan seseorang dan bakat fisik dengan tugas-tugas tertentu.

c. Robert Owen, 1825; Robert Owen adalah orang periling dan berjasa dalam sejarah perilaku organisasi karena ia adalah seorang industrialis pertama yang mengingatkan bagaimana sistem pabrik yang sedang tumbuh dan berkembang telah merendahkan para pekerja. Ia menolak praktik-praktik kekerasan yang ia lihat di pabrik-pabrik, seperti anak yang bekerja di bawah umur 10 tahun, 13 jam kerja tiap hari dengan kondisi kerja yang menyedihkan. Owen menjadi seorang reformer, ia mencek para pemilik pabrik yang memperlakukan peralatan lebih baik dibandingkan dengan para karyawannya, ia mengkritik mereka yang membeli mesin dengan harga mahal sementara membayar para pekerja yang menjalankan mesin tersebut dengan harga sangat murah. Owen mengatakan

Page 27: Manajemen pendidikan islam gm

bahwa mempergunakan uang untuk meningkatkan para pekerja merupakan salah satu investasi terbaik yang menjadi pilihan para eksekutif bisnis, ia mengklaim bahwa memperlihatkan concern kepada para karyawan akan sangat menguntungkan untuk manajemen dan membebaskan kesengsaraan manusia. Untuk ukuran zaman Owen ia tentu sangat idealis tapi seratus tahun setelah tahun 1825 ditetapkan jam kerja untuk semua, undang-undang perburuhan anak, pendidikan untuk umum, perusahaan memberikan makan pada waktu kerja.

2. Masa KlasikMasa Klasik meliputi tahun 1900-1930. Selama periode ini, untuk pertama kali teori-teori manajemen secara umum mulai dikembangkan, pada masa ini yang banyak kontribusi dalam perilaku organisasi, mereka itu adalah Frederick W. Taylor, Henry Fayol, Max Weber, Mary Panther Follet, dan Chester Bernard telah meletakkan dasar praktik-praktik manajemen sekarang.

Manajemen secara Ilmiaha. Frederick W Taylor; Frederick W Taylor menggambarkan prinsip-prinsip manajemen secara ilmiah menampilkan tiga bab sebagai tujuan dari gerakannya:a) Untuk menegaskan bahwa Amerika Serikat telah dirugi-kan karena tidak adanya efisiensi.b) Maka solusi terletak pada manajemen yang sistematis bukan pada usaha mencari orang yang istimewa.c) Untuk membuktikan bahwa manajemen yang baik ada¬lah suatu ilmu yang tepat yang berdasarkan pada hukum-hukum yang jelas, aturan-aturan, dan prinsip-prinsip. Awal penggunaan manajemen yang ilmiah membuahkan hasil yang gemilang. Perusahaan motor Ford berusaha melaksanakan prinsip-prinsip manajemen ilmiah di tahun 1908 dan berhasil merakit suatu mobil hanya dalam waktu 14 menit. Dari pandangan ilmu perilaku, pelaksanaan manajemen ilmiah mencoba memadukan asumsi-asumsi mekanik terhadap ilmu-ilmu perilaku organisasi.

b. Teori Administratif dari Henry Fayol; Henry Fayol seorang industriawan Perancis menerbitkan bukunya pada tahun 1919 yakni General and Industrial Administration. Yang banyak mempengaruhi pemikiran-pemikiran manajemen di Eropa. Pandangan-pandangannya dianggap sebagai suatu pemikiran tentang organisasi adminis¬tratif. Fayol berpendapat bahwa semua organisasi terdiri dari unit atau subsistem sebagai berikut:a) Aspek teknik dan komersial dan dari kegiatan pembelian, produksi dan penjualan.b) Kegiatan-kegiatan keuangan.c) Unit-unit keamanan dan perlindungand) Fungsi perhitungane) Fungsi administratif dari perencanaan, organisasi, pengarahan, koordinasi, dan pengendalian.c. Teori Struktural dari Max Weber; Max Weber adalah pemikir dalam ilmu sosial dari Jerman. Dua aspek kerja Weber yang relevan dengan perilaku organisasi yaitu:Pcrtama, seorang ahli ilmu sosial, ia tertarik untuk menjelas-kan preskripsi dari pertumbuhan organisasi yang besar.

Kedua, ia terkesan akan kelemahan-kelemahan manusia dan pertimbangan yang kadang-kadang tidak realistis bahwa manusia mempunyai rasa emosi.Teori Max Weber memiliki sifat:a) Adanya spesialisasi atau pembagian kerja

Page 28: Manajemen pendidikan islam gm

b) Adanya hierarki yang berkembangc) Adanya suatu sistem atau aturan dari suatu prosedurd) Adanya hubungan kelompok yang impersonalitase) Adanya promosi dan jabatan yang berdasarkan kecakapan.

3. Gerakan Hubungan KemanusiaanRaymond Miles menyatakan bahwa pendekatan hubungan kemanusiaan secara sederhana menempatkan karyawan sebagai manusia, tidak sebagai mesin yang dipergunakan dalam berproduksi. Pada sejarah hubungan kemanusiaan ini terdapat tiga kejadian yang memberikan kontribusi dalam penelaahan ilmu perilaku organisasi. Tiga kejadian itu antara lain sam masa-masa depresi yang hebat, gerakan kaum buruh, dan basil penemuan Howthorne.a. Masa depresi; depresi yang terjadi pada tahun 1930-an menyebabkan goncangan yang hebat di bidang keuangan. dan perekonomian pada umumnya. Penyebab depresi pada umumnya antara lain:a) Akumulasi stok barang yang baru yang besar di tangan konsumenb) Konsumen menolak naiknya hargac) Jarang investasi dalam skala usahad) Melemahnya kepercayaan dan harapan-harapane) Akumulasi yang besar dari kemampuan produksi sebagai basil pengembangan teknologi.

Ledakan depresi menyadarkan manajemen untuk menghayati bahwa produksi tidak akan bertahan lama sebagai unsur yang bertanggung jawab dalam manajemen. Di saat itu lalu timbul gagasan untuk meletakkan unsur manusia sebagai unsur yang amat dominan dalam manajemen, sebagai basil dari depresi hubungan kemanusiaan dan perilaku organisasi mendapatkan tempat yang dominan dan perhatian yang seksama.

b. Gerakan Serikat Buruh; di tahun 1935 serikat buruh secara sah diakui (legally entranced), banyak para manajer menjadi sadar dan mulai banyak memberikan perhatiannya kepada buruh. Gerakan serikat buruh ini secara langsung ataupun tidak langsung memberikan dampak yang besar terhadap studi perilaku organisasi individu-individu yang mendukung kerja sama dalam suatu organisasi tertentu. Gerakan serikat buruh tercatat dalam sejarah pengembangan studi perilaku organisasi, sebagai titik awal dalam masa embrio berkembang gerakan kemanusiaan.

c. Penemuan Howthorne; Howthome mengadakan penelitian dengan tujuan untuk mencari sampai di mana pengaruh hubungan antara kondisi fisik lingkungan kerja dengan produktivitas karyawan. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa langkah. Langkah pertama, percobaan tentang cahaya lampu antara tahun 1924-1927, hasilnya bahwa cahaya penerangan lampu pada tempat kerja hanyalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil kerja dan pengaruhnya kecil sekali. Langkah kedua, Howthorne menyediakan ruang istirahat bagi karyawan. Hasilnya dari fase ini hampir sama dengan fase pertama. Langkah ketiga, studi tentang ruang bank tilgram. Tujuannya untuk melakukan analisis pengamatan terhadap kelompok pekerja informal.Ternyata dalam fase ketiga ini tidak ada kenaikan pro¬duktivitas yang tinggi. Implikasi penemuan Howthorne terhadap pengembangan tentang ilmu perilaku organisasi ternyata amat besar dan penting sekali. Usaha-usaha penemuan ini merupakan satu dasar yang amat berharga terhadap pendekatan perilaku di dalam segala aspek manajemen.

Page 29: Manajemen pendidikan islam gm

4. Organisasi ModernAsumsi dasar tentang sifat manusia menurut ilmu organisasi modern adalah bukan baik dan bukan buruk. Beberapa orang beranggapan bahwa manusia mempunyai keunikan dalam perilaku hal yang terarah, lainnya beranggapan bahwa perilaku manusia dalam banyak hal menunjukkan sebagai sasaran yang tidak teratur.Pendekatan yang dipakai untuk menganalisis perilaku ma¬nusia menurut ahli perilaku organisasi modern, yaitu pada hakikatnya juga menggunakan metode eksperimen, dengan memberi¬kan penekanan pada observasi terkendali dan generalisasi data. Pengharapan-pengharapan pada manajemen modern, yaitu pemahaman-pemahaman dari perilaku manusia yang selalu bertambah dengan pemahaman ilmiah yang akan membawa ke arah penyempurnaan kerja.

Selain dari sejarah perkembangan organisasi sebagai suatu ilmu yang terjadi di kalangan ilmu barat, jauh sebelumnya juga ditemukan tokoh-tokoh dari Timur (baca: Islam) dalam mengemukakan berbagai teori yang berkenaan dengan organisasi. Salah satu di antaranya yang terkenal adalah Ibn Khaldun (1332 – 1406 M/732 – 808 H) diakui oleh para sarjana baik muslim maupun non-muslim di Barat sebagai seorang sosiolog ternama. Dalam kitab magnum opusnya, Muqaddimah, Ibn Khaldun banyak berbicara tentang teori masyarakat, peradaban, perkembangan profesi, serta pentingnya berkumpul (organisasi) dalam mewujudkan cita-cita bersama. Dalam Muqaddimah-nya, Ibn Khaldun mengutip pendapat para filosof—di sini Ibn Khaldun tidak menyebutkan nama-nama filosof tersebut—“manusia adalah makhluk sosial” (al-insānu madaniyyun bit thab’i). Pernyataan ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Lebih lanjut, ia menuliskan;

Pernyataan ini mengandung makna bahwa seorang manusia tidak bisa hidup sendirian, dan eksistensinya tidaklah terlaksana kecuali dengan kehidupan bersama. Dia tidak akan mampu menyempurnakan eksistensi dan mengatur kehidupannya dengan sempurna secara sendiri. Benar-benar sudah menjadi wataknya, apabila manusia butuh bantuan dalam memenuhi kebutuhannya. Mula-mula, bantuan itu berupa konsultasi, lalu kemudian berserikat serta hal-hal lain sesudahnya. Berserikat dengan orang lain, bila ada kesatuan tujuan, akan membawa kepada sikap saling membantu. Tapi jika tujuannya berbeda, akan menimbulkan perselisihan dan pertengkaran, sehingga muncullah sikap saling membenci, saling berselisih. Ini yang membawa peperangan atau perdamaian di kalangan bangsa-bangsa.

Dalam pernyataan di atas, Ibn Khaldun menyebutkan sebagai makhluk sosial, manusia selala berserikat (berorganisasi) jika memang ada kesatuan tujuan. Tampak jelas bahwa Ibn Khaldun—yang hidup sekitar empat abad sebelum Adam Smith (1776)—telah memahami teori organisasi. Dengan demikian, konsep organisasi sebenarnya telah dikemukakan oleh para tokoh intelektual Islam ketika masa kejayaannya sebelum berkembangnya peradaban Barat. Semua itu tidak terlepas dari isyarat-isyarat yang dikemukakan dalam al-Qur'an maupun Hadis sehingga melahirkan berbagai pemikiran yang brilliant dari generasi muslim pada masa-masa selanjutnya.

D. Prinsip-prinsip, Fungsi dan Manfaat OrganisasiAgar terwujudnya suatu organisasi yang baik, efektif, efisien serta sesuai dengan kebutuhan, secara selektif harus didasarkan pada prinsip-prinsip organisasi sebagai berikut.

1. Principle of Organizational Objective (prinsip tujuan organisasi). Menurut prinsip ini

Page 30: Manajemen pendidikan islam gm

tujuan organisasi harus jelas dan rasional, apakah bertujuan untuk mendapatkan laba (business organization) ataukah untuk memberikan pelayanan (public organization). Hal ini merupakan bagian penting dalam menentukan struktur organisasi.2. Principle of Unity of Objective (prinsip kesatuan tujuan). Menurut prinsip ini, di dalam suatu organisasi harus ada kesatuan tujuan yang ingin dicapai. Organisasi secara keseluruhan dan tiap-tiap bagiannya harus berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Organisasi akan kacau, jika tidak ada kesatuan.3. Principle of Unity of Command (prinsip kesatuan perintah) Menurut prinsip ini, hendaknya setiap bawahan menerima perintah ataupun memberikan pertanggungjawaban hanya kepada satu orang atasan, tetapi seorang atasan dapat memerintah beberapa orang bawahan.4. Principle of the Span of Management (prinsip rentang kendali). Menurut prinsip ini, seorang manajer hanya dapat memimpin secara efektif sejumlah bawahan tertentu, misalnya 3 sampai 9 orang. Jumlah bawahan ini tergantung kecakapan dan kemampuan manajer bersangkutan.5. Principle of Delegation of Authority (prinsip pendelegasian wewenang) Menurut prinsip ini, hendaknya pendelegasian wewenang dari seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain jelas dan efektif, sehingga ia mengetahui wewenangnya.6. Principle of Parity of Authority and Responsibility (prinsip keseimbangan wewenang dan tanggung jawab) Menurut prinsip ini, hendaknya wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. Wewenang yang didelegasikan dengan tanggung jawab yang timbul karenanya harus samabesarnya, hendaknya wewenang yang didelegasikan tidak meminta pertanggungja wabany ang lebih besar dari wewenang itu sendiri atau sebaliknya. Misalnya, jika wewenang sebesar X, tanggung jawabnya pun harus sebesar X pula.7. Principle of Responsibility (prinsip tanggung jawab). Menurut prinsip ini, hendaknya pertanggungjawaban dari bawahan terhadap atasan harus sesuai dengan garis wewenang (line autho¬rity) dan pelimpahan wewenang; seseorang hanya bertanggung jawab kepada orang yang melimpahkan wewenang tersebut.8. Principle of Departmentation (principle of devision of work-prinsip pembagian kerja). Menurut prinsip ini, pengelompokan tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang sama ke dalam satu unit kerja (departemen) hendaknya didasarkan atas eratnya hubungan pekerjaan tersebut.9. Principle of Personnel Placement (prinsip penempatan personalia). Menurut prinsip ini, hendaknya penempatan orang-orang pada setiap jabatan harus didasarkan atas kecakapan, keahlian dan keterampilannya (the right men, in the right job); mismanajemen penempatan harus dihindarkan. Efektivitas organisasi yang optimal memerlukan penempatan karyawan yang tepat. Untuk itu harus dilakukan seleksi yang objektif dan berpedoman atas job specification dari jabatan yang akan diisinya.10. Principle of Scalar Chain (prinsip jenjang berangkai). Menurut prinsip ini, hendaknya saluran perintah/wewenang dari atas ke bawah harus merupakan mata rantai vertikal yang jelas dan tidak terputus-putus serta menempuh jarak terpendek. Sebaliknya pertanggungjawaban dari bawahan ke atasan juga melalui mata rantai vertikal, jelas dan menempuh jarak terpendeknya. Hal ini penting, karena dasar organisasi yang fundamental adalah rangkaian wewenang dari atas ke bawah; tindakan dumping hen¬daknya dihindarkan.11. Principle of Efficiency (prinsip efisiensi). Menurut prinsip ini, suatu organisasi dalam mencapai tujuannya harus dapat mencapai hasil yang optimal dengan pengorbanan yang minimal.12. Principle of Continuity (prinsip kesinambungan). Organisasi harus mengusahakan cara-cara untuk menjamin kelangsungan hidupnya.

Page 31: Manajemen pendidikan islam gm

13. Principle of Coordination (prinsip koordinasi). Prinsip ini merupakan tindak lanjut dari prinsip-prinsip organisasi lainnya. Koordinasi dimaksudkan untuk mensinkronkan dan mengintegrasikan segala tindakan, supaya terarah kepada sasaran yang ingin dicapai.

Dalam konteks pendidikan Islam, prinsip-prinsip ini haruslah berlandaskan kepada landasan ajaran Islam itu sendiri, yaitu al-Qur'an dan Sunnah. Di antara prinsip organisasi yang tersirat dalam al-Qur'an dan Hadis adalah sebagai berikut:1. Tujuan organisasi secara umum harus mencari dan menemukan keridhaan Allah SWT. Meskipun tujuan lain dibangun bernuansa duniawi, akan tetapi hal-hal yang bersifat duniawi tersebut adalah sesuatu yang diridhai oleh Allah SWT. Firman-Nya:Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Qs. al-Jumuah: 9-10)

2. Kerja sama yang dilakukan dalam suatu organisasi—termasuk segala proses yang dijalankan—hanya dalam kebaikan, bukan dalam hal kemaksiatan, keburukan, atau kemungkaran. Firman-Nya:Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. (Qs. Al-Maidah/5: 2)3. Pemberian tugas dan wewenang kepada anggota organisasi berdasarkan kemampuan yang mereka miliki. Dalam ajaran Islam, banyak hal hukum yang diterapkan berdasarkan kemampuannya, seperti shalat duduk atau berbaring bagi orang yang sakit, mengganti puasanya dengan fidyah bagi yang sakit dan sulit akan sembuh, dan sebagainya. Demikian pula perintah memberi nafkah, juga berdasarkan kemampuan seseorang, sebagaimana firman-Nya:

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (Qs. ath-Thalaq/65: 7)

Dalam hal ini, juga diperlukan penyerahan tugas sesuai dengan keahliannya. Rasulullah SAW bersabda:

اع�ة� الس� �ظ�ر� �ت ف�ان �ه� ه�ل� أ �ر� غ�ي �ل�ى ا م�ر�

� �أل ا د� و�س� �ذ�ا اApabila suatu perkara/urusan diserahkan bukan pada ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya. (HR. Bukhari).

4. Masing-masing anggota organisasi harus menjalankan tugasnya dengan baik dan mempertanggungjawabkan setiap tugas yang diembannya. Rasulullah SAW bersabda:

�ه� �ت ي ع� ر� ع�ن� Aو�ل� ئ م�س� �م� .ك �ل و�ك اع& ر� �م� ��ك �ل ...كKalian semua adalah pemimpin, dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya… (muttafaq 'alaih).

Mengenai tanggung jawab ini, juga dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam al-Qur'an surat ar-Ra’du/13 ayat 11:

Page 32: Manajemen pendidikan islam gm

ه�م� �ف�س� ن� �أ ب م�ا � وا �ر� �غ�ي ي �ى ح�ت & �ق�و�م ب م�ا �ر� �غ�ي ي � ال Iه� الل �ن� إ

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang terdapat pada (keadaan) satu kaum (masyarakat), sehingga mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri (sikap mental) mereka.

5. Seluruh anggota organisasi secara kolektif bertanggung jawab terhadap individu-individu yang ada dalam organisasi tersebut sehingga diperlukan adanya pembinaan (supervisi), pendidikan, dan perhatian kepada mereka. Jika tidak, maka kesalahan yang dilakukan oleh individu tertentu bisa merusak citra organisasi. Hal ini tersirat dalam firman Allah SWT dalam surat al-Anfal/8 ayat 25:Artinya: dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya.

6. Komunikasi yang digunakan dalam organisasi hendaklah dengan lemah lembut, tegas, perkataan yang benar serta mengandung keselamatan, sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan. Mengenai pentingnya berkomunikasi dengan baik dan lemah lembut ini Allah SWT berfirman:Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (Qs. Ali Imran/3: 159)

Dalam al-Qur'an juga ditemukan beberapa istilah komunikasi seperti:a. qaulan sadida/perkataan yang benar (Qs. an-Nisa'/4: 9 dan al-Ahzab/33: 70);b. qaulan karima/perkataan yang mulia (Qs. al-Isra'/17: 23);c. qaulun ma'rufun atau qaulan ma'rufa/perkataan yang baik (Qs. al-Baqarah/2: 2235 dan 263; Muhammad/47: 21 juga al-Ahzab/33: 32 dan an-Nisa'/4: 8);d. qaula al-haq/perkataan yang benar (Qs. Maryam/19: 34); dane. qaulan baligha/perkataan yang sampai berbekas pada jiwa mereka (Qs. an-Nisa'/4: 63).

Berbagai bentuk kata yang menunjukkan etika dan cara komunikasi tersebut dilakukan sesuai dengan kondisi lawan bicara dan materi yang dibicarakan. Penerapan komunikasi seperti ini akan sangat efektif dalam membangun organisasi yang profesional dan menyenangkan.

7. Selain menggunakan kata-kata yang baik, hendaklah saling memberi nasehat di jalan yang benar, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-'Ashr ayat 1-3:

�ع�ص�ر� ر& ١و�ال خ�س� �ف�ي ل ان� �نس� اإل� �ن� �و�اص�و�ا ٢إ و�ت �ح�ق� �ال ب �و�اص�و�ا و�ت �ح�ات� الص�ال �وا و�ع�م�ل �وا آم�ن �ذ�ين� ال �ال� إ�ر� �الص�ب بArtinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati (saling berwasiat) supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati (saling berwasiat) supaya menetapi kesabaran.

8. Dalam pengambilan kebijakan dan keputusan, hendaklah dilakukan dengan prinsip musyawarah dan diiringi dengan sifat tawakal. Sebagaimana firman-Nya:Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Qs. Ali Imran/3: 159)

Page 33: Manajemen pendidikan islam gm

9. Menegakkan prinsip keadilan. Islam sangat menekankan pentingnya menegakkan keadilan, termasuk dalam urusan kemasyarakat dan berorganisasi. Bahkan Ali ibn Abi Thalib kw. pernah berkata: "Tuhan akan menegakkan negara yang adil meskipun kafir dan akan menghancurkan negara yang zhalim meskipun Islam". Al-Qur'an juga banyak membicarakan tentang prinsip keadilan, salah satu di antaranya adalah:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. surat al-Maidah/5 ayat 8)

10. Jabatan dan tugas yang diberikan dalam organisasi pada hakikatnya sebagai amanah yang harus dijalankan dengan sifat amanah (dapat dipercaya) pula. Pentingnya sifat amanah ini juga ditegaskan dalam al-Qur'an bahwa watak manusia memang suka menerima amanah, akan tetapi agar tidak termasuk orang yang zalim lagi bodoh, harus mampu mengemban amanah tersebut sebagaimana mestinya. Dalam konteks berorganisasi, maka setiap anggota organisasi harus menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing sesuai dengan job description yang diberikan. Firman-Nya:Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh, (Qs. al-Ahzab/33: 72)

11. Dalam menjalankan organisasi pendidikan Islam hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, jujur, tranparan, dan sifat-sifat terpuji lainnya sebagaimana yang dituntun dalam ajaran Islam, khususnya yang berkenaan dengan ajaran akhlaqul Islam.Adapun yang menjadi fungsi dari sasaran organisasi tersebut antara lain:1. Dapat merumuskan serta memusatkan perhatian atau mengarahkan para manajer dalam usaha memperoleh dan mempergunakan sumber daya organisasi.2. Dapat digunakan sebagai dasar dan alasan peng-orgairisasian.3. Sebagai suatu standar penilaian terhadap organisasi, dan daprt dijadikau sebagai ukuran terhadap derajat efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuannya.4. Sebagai sumber legitimasi yang membenarkan kegi¬atan dan eksistensinya terliadap kelornpok-kelompok yang beraneka ragam seperti para penanaman modal, anggota, pelanggan dan masyarakat secara keseluruhan dan sebagainya.5. Dapat membantu organisasi untuk memperoleh suinberdaya manusia yang dibutuhkan.

Fungsi yang menjadi sasaran bagi para anggota perseorangan dalam suatu organisasi adalah:1. Dapat memberikan pengarahan kerja sehingga mendorong para pekerja untuk memusatkan perhatian dan usahanya secara lebih ielas ke arah tujuan yang telah ditetapkan.2. Memberikan alasan sebagai dasar untuk bekerja dan dapat memberikan arti pada pekerjaan yang kelihatannya tidak terarah.3. Dapat dijadikan sebagai sasaran pencapaian keinginan pribadi.4. Dapat membantu individu merasa terjarnin bahwa Organisasi akan tenis berjalan untuk masa selanjut-nya.5. Dapat memberikan identifikasi dan status bagi para pekerjanya

Page 34: Manajemen pendidikan islam gm

Sementara manfaat dari adanya organisasi adalah:1. Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan adanya organisasi yang baik.2. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Jika organisasi itu di bidang pendidikan, maka akan turut mencerdaskan masyarakat serta membimbing masyarakat agar tetap menerapkan nilai-nilai ajaran Islam.3. Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi.4. Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring dengn munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir sejarah ilmu pengetahuan.

Dalam ajaran Islam, juga diperlukan organisasi. Rasulullah SAW bersabda bahwa Shalat berjama'ah lebih utama daripada shalat sendirian 27 derajat. Hadis ini mengisyaratkan tentang:a. Keutamaan shalat berjamaahb. Aplikasinya dalam kehidupan bermasyarakat bahwa hidup secara berjamaah atau berorganisasi dengan dipimpin oleh seorang pemimpm/imam lebih besar keuntungannya dari¬pada tanpa berorganisasi atau berjamaah.

Begitu pula pernyataan Ali bin Abi Thalib: "al-haqqu bila nizhamin sayaghlibuhu al-bathil bi nizhamin", (Kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir). Pernyataan ini menunjukkan begitu pentingnya organisasi untuk mewujudkan suatu tujuan, termasuk dalam menerapkan kebenaran.

E. Bentuk-bentuk Organisasi

Bentuk-bentuk organisasi dapat dilihat dari beberapa segi, di antaranya:1. Berdasarkan tipe-tipe strukturnya.2. Berdasarkan proses pembentukannya;3. Berdasarkan kaitan hubungannya dengan pemerintah;4. Berdasarkan skala (ukuran) besar-kecilnya;5. Berdasarkan tujuannya;6. Berdasarkan organization chartnya;

Bentuk-bentuk organisasi di atas akan dijelaskan berikut ini:1. Berdasarkan Tipe-tipe Struktur OrganisasiJika dilihat dari strukturnya, organisasi dapat dibagi kepada beberapa tipe, yaitu: (1) organisasi dalam bentuk lini (line organization), (2) organisasi dalam bentuk lini dan staf (line and staf organization), (3) organisasi dalam bentuk fungsional {functional, organization), dan (4) organisasi dalam bentuk panitia (committe organization). Untuk lebih jelasnya pemahaman mengenai bentuk-bentuk orgaisasi tersebut dapai dilihat pada uraian berikut ini.

a. Organisasi dalam bentuk lini (line Organization)Bentuk lini juga disebut "bentuk lurus", "bentuk jalur", atau "bentuk militer". Bentuk ini adalah bentuk yang dianggap paling tua dan digunakan secara luas pada masa

Page 35: Manajemen pendidikan islam gm

perkembangan industri pertama. Organisasi Lini ini diciptakan oleh Henry Fayol dan biasanya orga¬nisasi ini dipakai oleh militer dan perusahaan-perusahaan kecil saja.

Dalam organisasi lini ini pendelegasian wewenang dilakukan secara vertikal melalui garis terpendek dari seorang atasan kepada bawahannya. Pelaporan tanggung jawab dari bawahan kepada atasannya juga dilakukan melalui garis vertikal yang terpendek. Perintah-perintah hanya diberikan seorang atasan saja dan pelaporan tanggung jawab hanya kepada atasan bersangkutan.

Adapun ciri-ciri dari organisasi dalam bentuk ini adalah:1) Garis komando langsung dari atasan ke bawahan atau dari pimpinan tertinggi kepada berbagai tingkat operasional.2) Masing-masing pekerja bertanggungjawab penuh terhadap semua kegiatannya.3) Otoritas dan tanggung jawab tertinggi terletak pada pimpinan puncak (top Management).4) Ruang lingkup Organisasinya lebih kecil dan jumlah anggota juga sedikit.5) Hubuilgan kerja antara atasan dan bawahan berbsifat langsung.6) Tujuan. alat-alat yang digunakan dan struktur organisasi bersifat sederhana.7) Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan yang tertinggi.8) Tingkat spesialisasi yang dibiltuhkan masih sangat rendah.9) Semua anggota organisasi masih kenal antara satu sama lainnya.10) Produksi yang dihasilkatt belum beraneka ragam (defersified).

Organisasi bentuk lini ini mengandung beberapa keuntungan, di samping itu juga mengandung beberapa kelemahan. Di antara keuntungan dari organisasi dalam bentuk lini ini antara lain:1) Kekuatan dan tanggung-jawab dapat ditetapkan secara pasti.2) Orang-orang yang mempunyai kekuasaan dan tanggung-jawab diketahui oleh semua pihak.3) Proses pengambilan kepuiusan berjalan dengan tepat karena jumlah orang yang perlu diajak berkonsultasi tidak banyak.4) Disiplin kerja mudah dipertahankan dan penga-wasan dari pimpinan mudah dilaksanakan.5) Besarnya solidaritas para anggota karena satu sa¬ma lainnya saling kenal-mengenal.6) Tersedianya kesempatan yang banyak bagi pim¬pinan organisasi untuk melatih bakat-bakat yang dipunyai bawahan.7) Kesempatan bagi para anggota organisasi untuk mengembangkan spesialisasinya sangat terbatas.

Di samping itu beberapa kelemahan dari organisasi dalam bentuk lini tersebut antara lain:1) Tujuan organisasi cenderung sama, atau paling ti¬dak didasarkan atas tujuan pribadi pimpinan ter¬tinggi dari organisasi dimaksud.2) Pimpinan organisasi cenderung bertindak otoriter, karena organisasi dipandang milik pribadi.3) Seluruh kegiatan organsasi tertalu tergantung ke¬ pada seseorang, dan kelangsungan hidup organisasi sangat ditentukan oleh orang bersangkutan.4) Kesempatan bagi para anggota organisasi untuk mengembangkan spesialisasinya sangat terbatas.

Page 36: Manajemen pendidikan islam gm

b. Organisasi dalam bentuk staf (Staff Organization)Organisasi dalam bentuk staf hanya mempunyai hubungan dengan pucuk pimpinan dan berfungsi memberikan bantuan baik berupa pikiran maupun bantuan lain demi kelancaran tugas pimpinan dalam mencapai tujuan secara keseluruhan. Bentuk ini tidak mempunyai garis komando ke bawah.

c. Organisasi dalam bentuk lini dan staf (tine and staf or¬ganization)Organisasi Lini dan Staf (Line and Staff Organization) ini pada dasarnya merupakan kombinasi dari organisasi lini dan organisasi fungsional. Kombinasi ini dilakukan dengan cara memanfaatkan kebaikan-kebaikannya dan meniadakan keburukan-keburukannya.Biasanya organisasi bentuk lini dan staf ini terjadi pada organisasi yang lebih besar, di mana penyediaan tenaga spesialis sudah semakin dirasakan untuk memberikan nasehat- nasehat atau saran-saran teknis dan memberikan jasa-jasa kepada unit-unit operasional. Tenaga semacam itu biasanya disebut "staff personnel" yaitu orang yang melaksanakan fungsi staf (staff function), yang dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu: para penasehat (advisor) dan personil yang melakukan kegiatan penunjang (auxiliary personnel) demi lancarnya mekanisme organisasi. Ada beberapa karakteristik atau ciri utama; dari organisasi yang berbentuk lini dan staf ini adalah:1) Pucuk pimpinannya hanya satu orang dan dibantu oleh para staf.2) Terdapat dua kelompok wewenang, yaitu wewenang lini dan wewenang staf.3) Kesatuan perintah tetap dipertahankan, setiap atasan mempunyai bawahan tertentu dan setiap bawahan hanya mempunyai seorang atasan langsung.4) Organisasinya besar, karyawannya banyak dan pekerjaannya bersifat kompleks.5) Hubungan antara atasan dengan para bawahan tidak bersifat langsung.6) Pimpinan dan para karyawan tidak semuanya saling kenal-mengenal.7) Spesialisasi yang beraneka ragam diperlukan dan digunakan secara optimal.

Organisasi yang berbentuk lini dan staf ini memberikan bebe¬rapa keuntungan/kebaikan antara lain:1) Adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok lini yang melakukan tugas pokok organisasi dan ke¬lompok staf yang melakukan kegiatan penunjang.2) Asas spesialisasi yang ada dapat dilanjutkan menurut bakat bawahan masing-masing.3) Prinsip "the right man on the right place" dapat diterapkan dengan mudah.

Page 37: Manajemen pendidikan islam gm

4) Koordinasi dalam setiap unit kegiatan dapat diterapkan dengan mudah.5) Dapat digunakan dalam organisasi yang lebih besar.

Perintah lini dan perintah staf sering membingungkan anggota organisasi, karena kedua jenis hirarki ini sering tidak seirama dalam memandang sesuatu Sedangkan kelemahan-kelemahan dari orgainsasi dalam bentuk lini dan staf ini adalah:1) Pimpinan lini sering mengabaikan nasehat atau saran dari staf.2) Pimpinan staf sering mengabaikan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pimpinan lini.3) Adanya kemungkinan pimpinan staf melampaui'batas kewenangannya.4) Perintah lini dan perintah staf sering membingungkan anggota organisasi karena kedua jenis hirarki sering tidak seirama dalam memandang sesuatu.

Gambar di atas menunjukkan bahwa kekuasaan pimpinan diharapkan secara lurus, penuh dan vertikal kepada pejabat yang memimpin satuan-satuan di bawahnya, yaitu orang-orang lini yang melaksanakan tugas pokok organisasi dalam rangka pencapaian tujuan. Begitu juga orang-orang staf yang sifat tugasnya menunjang tugas-rugas pokok, sesuai dengan keahliannya baik bersifat menasehati, maupun yang memberikan jasa-jasa kepada unit-unit operasional dalam bentuk "auxilary service", misalnya dalam bidang kepegawaian, keuangan, ketatalaksanaan, perlengkapan kantor dan lain sebagainya.

Tegasnya, wewenang lini (line authority) adalah kekuasaan, hak dan tanggung jawab langsung bagi seseorang atas tercapainya tujuan; ia berwenang mengambil keputusan, kebijaksanaan dan berkuasa serta harus bertanggung jawab langsung tercapainya tujuan perusahaan. Sedangkan wewenang staf (staff authority) adalah kekuasaan dan hak hanya untuk memberikan data, informasi, pelayanan dan pemikiran untuk membantu kelancaran tugas-tugas manajer lini.

d. Organisasi dalam bentuk fungsionalOrganisasi fungsional adalah bentuk organisasi di mana kekuasaan pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan di bawahnya dalam satuan bidang pekerjaan tertentu. Setiap kepala dari satuan mempunyai kekuasaan untuk memerintah dan mengawasi semua pejabat bawahan sepanjang mengenai bidangnya. Organisasi tidak terlalu menekankan pada struktural akan tetapi lebih banyak berdasarkan pada sifat dan macam fungsi yang harus dijalankan.

Pada tipe organisasi fungsional ini masalah pembagian kerja men¬dapat perhatian yang sungguh-sungguh. Pembagian kerja didasarkan pada "spesialisasi" yang sangat mendalam dan setiap pejabat hanya mengerjakan suatu tugas/pekerjaan sesuai dengan spesialisasinya. F. W. Taylor yang menciptakan organisasi fungsional ini.

Adapun ciri-ciri tipe ini adalah sebagai berikut:1) Pembidangan tugas secara tegas dan jelas dapat dibedakan.2) Bawahan akan menerima perintah dari beberapa orang atasan.3) Penempatan pejabat berdasarkan spesialisasinya.

Page 38: Manajemen pendidikan islam gm

4) Koordinasi menyeluruh biasanya hanya diperlukan pada tingkat atas.5) Terdapat dua kelompok wewenang, yaitu wewenang lini dan wewenang fungsi.

Ada beberapa kebaikan dari organisasi yang berbentuk fungsional ini antara lain:1) Adanya pembagian tugas antara kerja pikir (mental) dan fisik,2) Dapat dicapai tingkat spesialisasi yang baik.3) Solidaritas antara orang-orang yang menjalankan fungsi yang sama umuinirya tinggi.4) Moral serta disiplin keija yang tinggi.5) Koordinasi antara orang-orang yang ada daiam satu fungsi mudah dijalankan.

Sedangkan yang menjadi kelemahan dari organisasi berbentuk fungsional antara lain:1) Insiatif perorangan sering tertekan karena sudah dibatasi pada satu fungsi.2) Sulit mengadakan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan diri dalam satu bidang saja.3) Koordinasi yang sifatnya menyeluruh sulit diadakan karena orang-orang yang bergerak dalam satu bidang mementingkan fungsinya saja.

e. Organisasi dalam bentuk panitia (committee)Organisasi panitia/komite adalah suatu organisasi yang masing-masing anggota mempunyai wewenang yang sama dan pimpinannya kolektif. Organisasi Komite (Panitia = Committee Organization) mengutamakan pimpinan, artinya dalam organisasi ini terdapat pimpinan "kolektif/ presidium/plural executive" dan komite ini bersifat manajerial. Komite dapat juga bersifat formal atau informal; komite-komite itu dapat dibentuk sebagai suatu bagian dari struktur organisasi formal, dengan tugas-tugas dan wewenang yang dibagi-bagikan secara khusus.Jadi, organisasi dalam bentuk panitia ini adalah organisasi di mana para pelaksana dibentuk dalam kelompok-kelompok yang bersifat panitia. Di sini ada unsur pimpinan dan ada unsur pelaksana yang disebut dengan "task force" atau "satgas". Adapun ciri-ciri dari organisasi dalam bentuk panitia ini adalah:1) Strukutur organisasi tidak begitu kompleks. Biasanya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, ketua-ketua seksi, dan para perugas.2) Struktur organisasi secara relatif tidak permanea. Or¬ganisasi ini hahya dipakai sesuai kebutuhan atau kegiatan.3) Tugas pimpinan dilasanakan secara kolektif.4) Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan tanggung jawab yang sama.5) Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam bentuk satgas.Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam bentuk satgas Ada beberapa keuntungan dari orgaai-sasi yang berbentuk panitia ini, antara lain:1) Keputusan dapat diambil dengan baik dan tepat2) Kecil kemungkinan penggunaan kekuasaan secara berlebihan dari pimpinan.3) Usaha kerjasama bawahan mudah digalang.

Adapun yang menjadi kelemahan dari organisasi da¬lam bentuk panitia ini adalah:1) Proses pengambilan keputusan agak larnban karena harus dibicarakan terlebih dahulu dengan anggota or¬ganisasi.2) Kalau terjadi kemacetan kerja, tidak seorang pun yang mau bertanggung jawab melebihi yang lain.3) Para pelaksana sering bingung, karena perintah datangnya tidak dari satu orang saja4) Kreativitas nampaknya sukar dikembangkan, karena perintah pelaksanaan didasarkan pada kolektivitas.

Page 39: Manajemen pendidikan islam gm

Organisasi panitia biasanya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan beberapa seksi.

2. Berdasarkan Proses PembentukannyaJika dilihat dari proses pembentukannya, organisasi terbagi kepada dua bentuk, yaitu organisasi formal dan organisasi informal.a. Organisasi Formal adalah organisasi yang dibentuk secara sadar dan dengan tujuan-tujuan tertentu yang disadari pula yang diatur dengan ketentuan-ketentuan formal, dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya. Kegiatan-kegiatan/hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya adalah kegiatan (hubungan) jabatan sebagaimana diatur dalam keten-tuan-ketentuan tertulis. Ikatan-ikatan yang terdapat dalam organisasi adalah berdasarkan ikatan-ikatan formal.b. Organisasi Informal adalah organisasi yang terbentuk tanpa disadari sepenuhnya, tujuan¬nya juga tidak jelas, anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya tidak ada dan hubungan-hubungan terjalin secara pribadi saja (per¬sonal/private relationship bukan formal relationship).Lebih lanjut Chester I Barnard mengemukakan bahwa organisasi informal adalah sejumlah hubungan yangbersifat pribadi. Dalam organisasi formal sering terdapat organisasi informal dari para karyawannya; organisasi formal sering terbentuk dari organisasi in¬formal. Sedangkan G.R. Terry berpendapat bahwa "Organisasi Non-Formal" yaitu organisasi yang terbentuk di dalam suatu organisasi formal yang anggota-anggotanya terdiri dari para karyawan perusahaan bersangkutan. Misalnya: organisasi arisan karyawan, koperasi karyawan, organisasi olahraga karyawan, organisasi kesenian karyawan dan lain-lainnya. Organisasi nonformal ini akan membahayakan organisasi formal, jika bidang kegiatannya sama dengan organisasi formalnya. Misalnya: Bank di dalam bank, koperasi di dalam koperasi.

Dengan demikian, setiap anggota dari kedua bentuk organisasi ini sejatinya melaksanakan aktivitasnya masing-masing tanpa harus mengganggu pihak lain, tetapi sebaliknya saling melengkapi.

2. Berdasarkan Kaitan Hubungannya dengan PemerintahDalam hubungannya dengan pemerintah, organisasi dibagi kepada dua bentuk, yaitu:a. Organisasi resmi, adalah organisasi yang dibentuk oleh (ada hubungannya) dengan pemerintah dan atau harus terdaftar pada Lembaran Negara. Misalnya: Jawatan-jawatan, lembaga-lembaga pemerintahan, yayasan-yayasan, dan perusahaan-perusahaan yang berbadan hukum.b. Organisasi tidak resmi, adalah organisasi yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah dan atau tidak terdaftar padaLembaran Negara, seperti organisasi-organisasi swasta; mungkin juga suatu organisasi yang dibentuk oleh pemerintah,tetapi organisasi ini merupakan unit-unit yang sifatnya swasta. Misalnya: Klub Bola Voli, Klub Sepak Bola, Group Kesenian, Organisasi pendaki gunung, Kelompok belajar dan lain-lain¬nya.

3. Berdasarkan Skala (Ukuran) Besar-KecilnyaJika dilihat dari skala (ukuran) organisasi tersebut secara kuantitas, maka organisasi dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk, yaitu:a. Organisasi Besar;

Page 40: Manajemen pendidikan islam gm

b. Organisasi Sedang (Menengah); danc. Organisasi Kecil.Tolok ukur (skala) besar-kecilnya organisasi ini sifatnya relatif, karena ditentukan oleh banyak faktor. Tetapi besar-kecilnya organisasi perlu diketahui, karena akan mempengaruhi pilihan manajemen yang akan diterapkan.

4. Berdasarkan TujuannyaBerdasarkan tujuannya, organisasi dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu:a. Public Organization (organisasi sosial), adalah organisasi yang (nonprofit) yang tujuan utamanya untuk melayani kepentingan umum, tanpa perhitungan rugi-laba. Tujuannya adalah memberikan pelayanan dan bukan memperoleh laba (nonprofitmotive). Misalnya: Pemerintah, yayasan-yayasan sosial dan lain-lain¬nya.b. Business Organization (organisasi perusahaan) adalah organi¬sasi yang didirikan untuk tujuan komersial (mendapatkan laba) dan semua tindakannya selalu bermotifkan laba (profit motive). Jika organisasi perusahaan tidak memberikan laba/keuntungan lagi, maka tidak rasional untuk melanjutkannya lagi. Dilihat dari bidang usaha organisasi perusahaan ini dikenal perusahaan-perusahaan produksi, perdagangan dan pemberi jasa. Namun jika dilihat dari sudut hukum, organisasi dapat dibedakan perusahaan perseorangan (single proprietorship), dan perusahaan milik bersama (part¬nership). Misalnya: "Firma, CV, PT, Koperasi dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)."

5. Berdasarkan Organization Chart/Bagan OrganisasinyaApabila dilihat dari bentuk bagan organisasi yang digunakan, maka organisasi dapat dikelompokkan menjadi lima bentuk, yaitu:

a. Berbentuk segitiga vertikal (Arrangement Chart);Puncak segitiga (A) merupakan kedudukan Top ManagerKebaikannya:1) Tingkatan manajer dan kedudukan setiap karyawan jelas dan mudah diketahui.2) Garis perintah dan tanggung jawab jelas dan mudah kelihatan.3) Rentang kendali setiap bagian jelas dan mudah diketahui.4) Posisi kedudukan setiap karyawan (manajerial/operasional) jelas dan mudah diketahui.5) Jenis wewenang yang dimiliki setiap pejabat jelas dan mudah diketahui.6) Pimpinan organisasi (Top Manager), jelas kelihatan.7) Berapa tingkat (golongan) organisasi mudah diketahui.Kelemahannya:1) Pimpinan kolektif (presidium) tidak dapat digambarkan.2) Top Manager kelihatan hanya mempunyai authority ke dalam organisasi saja.3) Bentuk struktur organisasi segitiga ini paling banyak dipergunakan oleh organisasi/perusahaan.

b. Berbentuk LingkaranKeterangan:1) Top Manager berada pada titik pusat lingkaran (A).2) Kedudukan yang mempunyai jarak yang sama dari pusat lingkaran punya posisi (golong¬an) yang sama.3) Semakin dekat kedudukan pada pusat lingkaran maka semakin tinggi kedudukannya dan se-baliknya.4) Top Manajer, C = Middle Mana¬ger dan B = Lower Manager, padahal B itu bawahan dari C.

Page 41: Manajemen pendidikan islam gm

Kebaikannya:1) Top Manager kelihatan mempunyai wewenang ke setiap penjuru.2) Top Manager, kelihatan sebagai sentral keputusan dan kebijaksanaan.

Kelemahannya:1) Untuk mengetahui kedudukan atasan dan bawahan agak sulit dan kurang jelas.2) Pendelegasian wewenang dan pertanggung jawab tidak jelas ke¬lihatan.3) Kedudukan seorang bawahan dapat kelihatan sebagai atasan (B) terhadap C, sebab ia lebih dekat pada A.4) Demikian juga misalnya bawahan B, bisa lebih dekat pada A, jadi seperti bawahannya B.5) Kedudukan (posisi) staf sulit digambar dalam bentuk struktur ini. Struktur organisasi yang berbentuk lingkaran ini jarang dipergunakan dan kurang populer.

c. Berbentuk lingkaran dan atau setengah lingkaran;

Struktur organisasi yang berbentuk setengah lingkaran ini, pada prinsipnya samadenganyangberbentuk lingkaran.Perbedaannya hanya terletak,bahwa bawahan Middle Manager terletak di luar lingkaran pertama. Bentuk ini kurang populer dan jarang digunakan orang.Keterangan:1) A. Top Manager 1,2,3,4, dan 5 Middle Manager (B), sedangkan (C) Lower Manager.2) Kedudukan yang jaraknya sama dari (A), mempunyai posisi yang sama.3) Semakin dekat kepada (A), maka semakin tinggi kedudukannya dan sebaliknya.Kelemahan bentuk struktur ini pada dasarnya sama dengan bentuk struktur lingkaran, seperti untuk menggambar posisi staf sulit.

d. Berbentuk kerucut vertikal/horizontal

Struktur organisasi yang berbentuk "kerucut vertikal ataupun hori¬zontal" ini pada prinsipnya sama dengan struktur organisasi yang berbentuk "segitiga vertikal atau horizontal". Perbedaannya terletak pada struktur yang berbentuk segitiga, menunjukkan bahwa "pimpinan puncak (Top Manager)-nya tunggal atau seorang". Sedang struktur organisasi yang berbentuk kerucut, menunjukkan bahwa "pimpinan puncak (Top Manager)-nya kolektif (presidium = beberapa orang)".

Pimpinan kolektif ini sering d ilakukan pada organisasi "komi te atau perusahaan FIRMA", Karena perusahaan Firma, diharuskan bahwa semua kekayaan pribadi anggota ikut dipertaruhkan untuk membayar utang-utang Firma, jika Firma tersebut dilikuidasi. Hal inilah yang men-dorong anggota Firma menganut "pimpinan kolektif" pada "puncak pimpinannya" untuk menghindari tindakan-tindakan negatif jika Firma pimpinan puncaknya tunggal (seorang).Pada organisasi komite tujuannya pimpinan puncak kolektif untuk menghindari kepemimpinan "otoriter" atau diktator jika pimpinan puncaknya seorang.

Keterangan:1) A dan B merupakan pimpinan puncak kolektif.2) Tingkatan-tingkatan lain dari departemen seorang/tunggal.3) Posisi yang semakin dekat ke A-B, kedudukan semakin tinggi dan sebaliknya.4) Jarak yang sama dari A dan B punya kedudukan (golongan) yang sama pula.

Page 42: Manajemen pendidikan islam gm

e. Berbentuk bulat telor (Oval).Keterangan:1) Yang duduk pada lingkaran I (A-B-C-D-E) punya posisi sama.2) Yang duduk pada lingkaran II punya posisi yang sama.3) Yang duduk pada lingkaran III, juga posisi yang sama.

Struktur organisasi berbentuk "OVAL atau BULAT TELUR" ini sering dipergunakan dalam perundingan-perundingan politik. Dalam perundingan politik antara negara yang berselisih, biasanya soal meja tempat berunding digunakan meja yang berbentuk oval. Hal ini mencerminkan bahwa setiap negara punya kedudukan (posisi) yang sama tinggi derajatnya. Barisan depan (dekat) meja duduk wakil-wakil tertinggi dari negaranya (lingkaran I), lingkaran II, lingkaran III dan seterusnya. Jadi setiap tempat duduk pada lingkaran yang sama punya peranan yang sama pula dalam perundingan bersangkutan. Semakin dekat tempat duduknya ke meja perundingan, semakin besar peranannya (posisi)-nya dalam perundingan tersebut. Struktur organisasi bentuk ini kurang populer dan jarang dipakai dalam perusahaan.Bentuk-bentuk organisasi di atas dapat diterapkan dalam organisasi pendidikan Islam, baik dalam satu bentuk saja atau mengkombinasikan antara beberapa bentuk lalu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Jelasnya, bentuk-bentuk di atas menjadi pertimbangan dalam merumuskan jenis organisasi yang akan diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan Islam dalam suatu lembaga organisasi.

F. Organisasi Lembaga Pendidikan IslamLembaga pendidikan, dalam bahasa Inggris disebut institute (berbentuk fisik), yaitu sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, dan lembaga dalam pengertian non-fisik atau abstrak disebut institution yaitu suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan. Lembaga dalam bentuk fisik disebut juga bangunan, sedangkan non-fisik disebut pranata.

Secara terminologi, lembaga pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung adalah sustu sistem peraturan yang bersifat mujarrad, suatu konsepsi yang terdiri dari kode-kode, norma-norma, idiologi-idiologi dan sebagainya, baik tertulis atau tidak, termasuk perlengkapan material dan organisasi simbolik: kelompok manusia yang terdiri dari individu-individu yang dibentuk dengan sengaja atau tidak, untuk mencapai tujuan tertentu dan tempat-tempat kelompok itu melaksanakan peraturan-peraturan tersebut adalah: masjid, sekolah kuttab dan sebagainya.Dengan demikian, untuk menerapkan pendidikan Islam perlu suatu lembaga dan lembaga tersebut harus terorganisir sedemikian rupa sehingga tujuan pendidikan Islam dapat dicapai secara efektif dan efisien. Tegasnya, diperlukan organisasi lembaga pendidikan yang profesional.Berbicara tentang lembaga pendidikan Islam, dapat dilihat dari segi proses pembentukannya, yaitu formal, nonformal, dan informal. Akan tetapi, lembaga pendidikan Islam dalam bentuk institute biasanya dikelola oleh lembaga Departemen Agama dimana di dalamnya terdapat lembaga pendidikan formal dan nonformal.

1. Lembaga Pendidikan Islam di Lingkungan Departemen AgamaPendidikan Islam dipetakan ke dalam tiga jenis pendidikan, yaitu pendidikan agama Islam pada satuan pendidikan, pendidikan umum berciri Islam, dan pendidikan keagamaan Islam. Pendidikan Islam pada satuan pendidikan dilakukan melalui koordinasi antara Ditjen Pendidikan Islam Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).

Page 43: Manajemen pendidikan islam gm

Ditjen Pendidikan islam bertangg/ung jawab.'aias!: pengembangan kurikulum dan pembinaan guru. Sedangkan Depdiknas atas pelaksanaahnya. pada tingkat satuan pendidikan.

Pendidikan umum berciri Islam, pada jalur formal diselenggarakan oleh satuan pendidikan Raudhatul/Busthanul Athfal (RA/BA) pada anak usia dini, Madrasah Ibtidaiyah (Ml) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) pada pendidikan dasar. Madrasah Aliyah (MA) dan MA Kejuruan pada pendidikan menengah, dan Perguruan Tinggi Islam (PTI) pada jenjang pendidikan tinggi.Pada jalur non-formal, diselenggarakan melalui Program Paket A dan Program Paket B pada pendidikan dasar serta Program Paket C setara pendidikan menengah. Pendidikan keagamaan Islam diselenggarakan dalam bentuk pendidikan diniyah dan pendidikan pesantren yang melingkupi berbagai satuan pendidikan diniyah dan pondok pesantren pada berbagai jenjang dan jalur pendidikan.

Pada jalur formal, pendidikan diniyah mencakup Pendidikan Diniyah Dasar (PDD) dan Pendidikan Diniyah Menengah Pertama PDMP pada jenjang pendidikan dasar. Pendidikan Diniyah Menengah Atas (PDMA) pada jenjang pendidikan menengah, dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) pada jenjang pendidikan tinggi. Pada jalur non-formal, pendidikan diniyah diselenggarakan secara berjenjang mulai dari pendidikan anak usia dini pada Taman Kanak-kanak al-Qur'an (TKQ), jenjang dasar oleh lembaga pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) dan Diniyah Takmiliyah Wustha (DTW) dan jenjang pendidikan menengah oleh Diniyah Takmiliyah Ulya (DTU), DT Aly untuk jenjang pendidikan tinggi, serta non-jenjang pada lembaga pendidikan al-Qur'an dan Majlis Taklim.

Dengan demikian, organisasi lembaga pendidikan Islam, baik formal maupun non-formal seperti pesantren, pada dasarnya dikelola oleh Departemen Agama. Sementara lembaga pendidikan umum, seperti SD, SMP, dan SMA Swasta yang dimiliki oleh organisasi Islam juga dikategorikan sebagai lembaga pendidikan Islam, namun tetap berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional.

Di tingkat daerah, Pesantren sebagai lembaga pendidikan formal biasanya menerapkan kurikulum madrasah sehingga tingkatan dalam pesantren juga meliputi madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah. Dalam struktur organisasi, pesantren ini berada di bawah departemen agama, tepatnya di bagian Pekapontren. Madrasah juga meliputi jenjang madrasah ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA). Ketiga jenjang ini juga berada dalam departemen agama tepatnya di bagian Mapenda. Sedangkan sekolah yang diidentikkan dengan lembaga pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan yang biasanya dimiliki oleh organisasi Islam, seperti Sekolah Dasar Islam (SDI), Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI), dan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI) atau nama-nama lain yang sejenis dengannya, termasuk SD Islam Terpadu.

Sekolah/Madrasah, sebagai lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, guru-guru, pegawai tata usaha, siswa, dan sebagainya memerlukan adanya organisasi yang baik agar tujuannya dapat dicapai. Menurut sistem persekolah di negeri kita, pada umumnya Kepala Sekolah/Madrasah merupakan jabatan yang tertinggi di sekolah itu sehingga dengan demikian kepala sekolah memegang peranan dan pimpinan segala sesuatunya yang berhubungan dengan tugas sekolah/medrasah ke dalam maupun ke luar. Maka dari itu dalam struktur organisasi lembaga ini pun kepala sekolah biasanya

Page 44: Manajemen pendidikan islam gm

selalui ditempatkan yang paling atas.

Faktor lain yang menyebabkan perlunya organisasi sekolah/madrasah yang baik ialah karena tugas guru-guru tidak hanya mengajar saja, juga pegawai-pegawai tata usaha, pesuruh sekolah, dan sebagainya semuanya harus bertanggung jawab dan diikutsertakan dalam menjalankan roda organisasi itu secara keseluruhan. Dengan demikian, agar tidak overlapping dalam memegang/menjalankan tugasnya masing-masing, diperlukan organisasi sekolah/madrasah yang baik dan teratur.

Sebagai organisasi, sekolah atau madrasah tersebut tentu memiliki visi dan misi tertentu dengan mengacu kepada nilai-nilai ajaran Islam. Kemudian di dalamnya terdapat struktur organisasi yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah/madrasah dan dibantu oleh beberapa orang wakil, seperti wakil bidang kurikulum, wakil bidang sarana prasarana, dan wakil bidang kesiswaan. Para guru juga diorganisir sesuai dengan kebutuhan, seperti wali kelas, koordinator masing-masing mata pelajaran, pembina OSIS, dan sebagainya.

Adapun sistem penanggung jawab lembaga tersebut awalnya bersifat sentralistik. Namun dewasa ini, seiring dengan otonomi daerah, sistem sentralistik secara berlahan mulai berubah ke arah desentralistik, meskipun belum sepenuhnya, khususnya di lingkungan Departemen Agama. Sedangkan sekolah umum yang dimiliki oleh organisasi Islam cenderung lebih desentralisasi karena mereka berada di bawah departemen pendidikan nasional.

Mengenai pengelolaan madrasah/pesantren di lingkungan Departemen Agama yang masih bersifat sentralistik memiliki kelebihan dan kekurangan. Lembaga pendidikan formal di bawah Departemen Agama seperti Madrasah cenderung hanya memperoleh anggaran biaya dari Departemen Agama pusat dan terkesan kurang perhatian dari pemerintah daerah. Padahal madrasah juga berperan dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat lokal di tingkat daerah tersebut. Meskipun demikian, ada juga pemerintah daerah yang menganggarkan biaya untuk madrasah tersebut, sesuai dengan kebijakan masing-masing pemerintah daerah. Kebijakan ini tentu terkait dengan besarnya APBD yang dimilikinya.

Di sisi lain, pembiayaan madrasah—khususnya yang berstatus negeri—yang dianggarkan dari DIPA Departemen Agama justru memperoleh anggaran yang lebih besar jika dibandingkan dengan sekolah di lingkungan dinas pendidikan, sebab jumlah lembaga pendidikan Islam, seperti madrasah jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan umum yang ada. Terutama di daerah yang memiliki APBD relatif kecil, jangankan menganggarkan biaya yang cukup untuk madrasah yang masih bersifat sentralistik ke departemen Agama, untuk menganggarkan dana pengelolaan sekolah umum yang berada di bawah lingkungan dinas pendidikan kota/kabupaten saja akan mengalami kesulitan mengingat jumlah sekolah umum yang lebih besar dari pada jumlah madrasah.

Namun, yang menjadi persoalan berikutnya adalah madrasah yang memperoleh dana cukup dari departemen agama tersebut justru lebih terfokus kepada madrasah negeri, sementara madrasah swasta kurang mendapat perhatian. Padahal, jumlah madrasah swasta jauh lebih banyak dari pada madrasah negeri. Akhirnya, madrasah swasta yang memperoleh "penghidupan" dari masyarakat setempat cenderung mengalami kesulitan dalam merancang dan melaksanakan program pendidikan yang berkualitas.

Mengenai perbandingan madrasah negeri dengan swasta dapat dilihat pada tabel ini:

Page 45: Manajemen pendidikan islam gm

No Jenis Lembaga Jumlah Jumlah Total Porsentase SebaranNegeri (%) Swasta (%) 1 Madrasah Ibtidaiyah (MI) 1.567 19.621 21.188 36%(7.4%) (92,6%) 2 Madrasah Tsanawiyah (MTs) 1.259 11.624 58.288 22%(9,8%) (90,2%) 3 Madrasah Aliyah (MA) 644 4.754 5.398 9%(11,9%) (88,1%)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa MI yang negeri hanya 7.4 % dari 21.188 MI yang ada, MTs berstatus negeri sebanyak 9,8% dari 58.288 dan MA berstatus negeri hanya 11,9% dari 5.398 dari total MA yang ada. Data ini diperoleh pada T.P. 2007/2008. Dengan demikian, persentase madrasah swasta jauh lebih besar jumlahnya dari pada madrasah negeri.

Besarnya jumlah madrasah swasta ini memang berkaitan dengan sejarah pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Islam; di mana peran serta masyarakat dalam pengembangan madrasah dan pesantren sangat besar. Anggota masyarakat karena motivasi agama, banyak yang menyediakan tanah wakaf atau dana pembangunan madrasah dan pesantren, sehingga jumlah madrasah swasta demikian banyak seperti terlihat pada data di atas. Prakarsa dan peran serta masyarakat yang demikian besar dalam bidang pendidikan tersebut, khususnya madrasah dan pesantren, memang patut dihargai dan perlu terus dibantu pengembangannya.

Namun, dan yang dapat dikumpulkan oleh masyarakat muslim dalam pengembangan pendidikan modern dewasa ini sangat terbatas, sementara biaya pendidikan semakin mahal, sehingga tuntutan untuk terus-menerus menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu dan teknologi menyebabkan madrasah terus-menerus ketinggalan dengan dunia pendidikan yang lain. Pada umumnya, madrasah swasta berada dalam keadaan serba kekurangan karena menampung siswa-siswa dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Akibatnya, biaya untuk menunjang kegiatan proses belajar-mengajar kurikulum yang tinggi tingkat relevansinya dengan jenis-jenis pekerjaan yang berkembang di dunia bisnis dan di masyarakat dewasa ini yang mengarah ke masyarakat industri, masih sangat terbatas.

Di sisi lain, karena kemampuan dalam penyelenggaraan pendidikan masih terbatas, Pemerintah masih mengutamakan strategi pengembangannya pada sekolah-sekolah negeri, khususnya dalam penyediaan tenaga guru dan pembagian alokasi dana pembiayaan pendidikan lainnya. Padahal, berbeda dengan Diknas, proses penegerian madrasah di Departemen Agama berjalan sangat lambat, sehingga jumlah madrasah negeri masih sangat kecil. Kelambatan itu disebabkan karena Departemen Agama dianggap bukan sebagai unit yang memeriukan perhatian dan prioritas untuk memperoleh dukungan dana dan dukungan kelembagaan seperti Diknas. Masalah kecilnya jumlah madrasah-madrasah negeri tersebut menjadi salah satu kendala dalam menyusun langkah-langkah pembinaan madrasah.

Lebih besarnya perhatian pemerintah terhadap madrasah negeri dari pada swasta juga dapat dilihat dari persentase madrasah penerima bantuan dari Program Bantuan Direktorat Pendidikan pada Madrasah tahun 2007, sebagaimana yang terlihat dalam tabel berikut ini:No Jenis Lembaga Jumlah Lembaga

Page 46: Manajemen pendidikan islam gm

Negeri (%) Swasta (%)1 Madrasah Ibtidaiyah (MI) 1.567 19.621(11,5 %) (4.3 %)2 Madrasah Tsanawiyah (MTs) 1.259 11.624(10,6 %) (7.3 %)3 Madrasah Aliyah (MA) 644 4.754(15,5 %) (10,5 %)

Jika diperhatikan pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa secara kuantitas, jumlah madrasah negeri memang lebih besar dari pada madrasah negeri. Namun, jika dilihat dari persentase jumlah madrasah secara keseluruhan, maka madrasah swasta jauh lebih kecil dari pada yang negeri. Itu artinya, masih banyak madrasah negeri yang tidak memperoleh bantuan, akan tetapi jauh lebih banyak madrasah swasta yang tidak memperoleh bantuan tersebut. Oleh karena itu, madrasah swasta sulit mengembangkannya sebagai lembaga pendidikan yang bermutu dengan sistem pengelolaan seperti ini, apalagi jika kurang mendapat dukungan dari masyarakat dan pemerintah daerah setempat.

Demikian pula dengan lembaga pendidikan pesantren dan diniyah yang nota benenya tumbuh dari masyarakat, juga semakin berkembang dan butuh perhatian dari pemerintah dan masyarakat sendiri. Berdasarkan tipe pondok pesantren, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:No Tipe Pondok Pesantren Jumlah Persentase1 Salafiyah 8.001 37,2 %2 Ashriyah 3.881 18,0 %3 Kombinasi 9.639 44, 8 %Jumlah 21.521 100%

Tabel: Jumlah Pondok Pesantren berdasarkan tipenya pada T.P. 2007/2008

Sementara jumlah madrasah diniyah pada tahun pelajaran 2007/2008 terdapat sebanyak 37.102. Jika dilihat dari lokasinya, terdapat 8.485 (22,9%) merupakan madrasah diniyah yang berada di dalam Pondok Pesantren, dan 28.617 (77,1%) merupakan madrasah diniyah yang berada di luar Pondok Pesantren.

Menyikapi persoalan di atas, seharusnya pemerintah daerah mengambil kebijakan yang proporsional (adil) terhadap pembangunan dan pengembangan lembaga pendidikan Islam, seperti madrasah dan pesantren. Sebab, madrasah dan pesantren juga berperan besar dalam mencerdaskan masyarakat di tingkat daerah tersebut. Meskipun madrasah dikelola secara sentralistik, akan tetapi pemerintah daerah perlu menganalisis perbandingan antara anggaran yang diperoleh madrasah dengan anggaran yang diperoleh sekolah umum. Jika APBD di tingkat daerah memang relatif kecil, maka diharapkan pemerintah dapat memotivasi masyarakat untuk berperan aktif dalam membangun lembaga pendidikan di daerah tersebut, baik umum maupun lembaga pendidikan Islam. Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi yang baik lagi harmonis antara departemen agama dengan dinas pendidikan dari pusat hingga di tingkat daerah kota/kabupaten, termasuk dengan pemerintah daerah. Dengan begitu diharapkan pengelolaan organisasi lembaga pendidikan Islam dilakukan secara profesional sehingga bermutu dan mampu bersaing di tingkat global.

2. Lembaga Pendidikan Masyarakat (Nonformal)

Page 47: Manajemen pendidikan islam gm

Selain dari bentuk lembaga pendidikan di atas, masyarakat juga melahirkan beberapa lembaga pendidikan nonformal sebagai bentuk tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan Islam. Masyarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang terikat oleh kesatuan bangsa, negara, kebudayaan, dan agama. Setiap masyarakat, memiliki cita-cita yang diwujudkan melalui peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. Islam tidak membebaskan manusia dari tanggungjawabnya sebagai anggota masyarakat, dia merupakan bagian yang integral sehingga harus tunduk pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Begitu juga dengan tanggungjawabnya dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan.

Adanya tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan, maka masyarakat akan menyelanggarakan kegiatan pendidikan yang dikategorikan sebagai lembaga pendidikan nonformal. Sebagai lembaga pendidikan non formal, masyarakat menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat. Meskipun demikian, lembaga-lembaga tersebut juga memerlukan pengelolaan yang profesional dalam suatu organisasi dengan manajemen yang baik.

Menurut an-Nahlawi, tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan tersebut hendaknya melakukan beberapa hal, yaitu: pertama, menyadari bahwa Allah menjadikan masyarakat sebagai penyuruh kebaikan dan pelarang kemungkaran (Qs. Ali Imran/3: 104); kedua, dalam masyarakat Islam seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau anak saudaranya sehingga di antara saling perhatian dalam mendidik anak-anak yang ada di lingkungan mereka sebagaimana mereka mendidik anak sendiri; ketiga, jika ada orang yang berbuat jahat, maka masyarakat turut menghadapinya dengan menegakkan hukum yang berlaku, termasuk adanya ancaman, hukuman, dan kekerasan lain dengan cara yang terdidik; keempat, masyarakat pun dapat melakukan pembinaan melalui pengisolasian, pemboikoitan, atau pemutusan hubungan kemasyarakatan sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Nabi; dan kelima, pendidikan kemasyarakatan dapat dilakukan melalui kerja sama yang utuh karena masyarakat muslim adalah masyarakat yang padu.

Berpijak dari tanggung jawab tersebut, maka lahirlah berbagai bentuk pendidikan kemasyarakatan, seperti masjid, surau, TPA, wirid remaja, kursus-kursus keislaman, pembinaan rohani, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah memberikan kontribusi dalam pendidikan yang ada di sekitarnya.Berpijak dari tanggung jawab masyarakat di atas, lahirlah lembaga pendidikan Islam yang dapat dikelompokkan dalam jenis ini adalah:a. Masjid, Mushalla, Langgar, Surau atau Rangkang.b. Madrasah Diniyah yang tidak mengikuti ketetapan resmi.c. Majlis Ta'lim, Taman Pendidikan al-Qur'an, Taman Pendidikan Seni Al-Qur'an, Wirid Remaja/Dewasa.d. Kursus-kursus Keislaman.e. Badan Pembinaan Rohani.f. Badan-badan Konsultasi Keagamaan.g. dan lain-lain.Lembaga-lembaga pendidikan yang lahir dari masyarakat ini sangat berperan dalam mendidik umat, sejak kanak-kanak hingga dewasa, bahkan lansia. Oleh karena itu, lembaga pendidikan ini harus terorganisir dengan baik sehingga tujuan dari masing-masing lembaga tersebut dapat tercapai dengan baik pula.

3. Lembaga Pendidikan Keluarga (informal)

Page 48: Manajemen pendidikan islam gm

Perlu pula dijelaskan bahwa dalam literatur pendidikan Islam, keluarga juga dipandang sebagai lembaga pendidikan dalam bentuk informal. Dalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah usrah dan nasb. Karenanya, keluarga juga dapat diperoleh melalui persusuan dan pemerdekaan. Pentingnya keluarga sebagai lembaga pendidikan Islam diisyaratkan dalam al-Qur'an:Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (Qs. al-Tahrim/66: 6)

Pada dasarnya, kegiatan pendidikan dalam lembaga ini tanpa ada suatu organisasi yang ketat, tanpa ada program waktu dan evaluasi. Namun, Islam memberikan tuntunan kepada orang tua untuk membina keluarga dan mendidik anak-anaknya. Oleh karena itu, keluarga juga merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang ayah untuk membina keluarga dan mendidik anak-anaknya sehingga diridhai oleh Allah SWT dengan terlebih dahulu pasangan suami-istri berupaya mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Sebagaimana firman-Nya:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Qs. ar-Rum/30: 21)

Dengan demikian, sebagai organisasi, keluarga memiliki tujuan tertentu. Secara umum tujuan tersebut adalah memelihara keluarganya dari api neraka dan mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah, sebagaimana yang telah disinggung di atas. Kemudian, keluarga juga mengorganisir anggota keluarganya untuk melaksanakan tugas sesuai dengan kapasitasnya masing-masing dan mereka bertanggung jawab terhadap tugas tersebut. Dalam konteks suami istri, Rasulullah SAW menegaskan: , , �ه� �ه�ل أ ف�ى اع& ر� ج�ل� و�الر� �ه� �ت ي ع� ر� ع�ن� Aو�ل� ئ م�س� و�ه�و� اع& ر� �م�ام� �ال ف�ا �ه� �ت ي ع� ر� ع�ن� Aو�ل� ئ م�س� �م� .ك �ل و�ك اع& ر� �م� ��ك �ل ك

, �ه�ا �ت ي ع� ر� ع�ن� Aة� �و�ل ئ م�س� و�ه�ي� و�ج�ه�ا ز� �ت� �ي ب ف�ي Aة� ي اع� ر� ة�� أ �لم�ر� و�ا �ه� �ت ي ع� ر� ع�ن� Aو�ل� ئ م�س� ...و�ه�و�

Kalian semua adalah pemimpin, dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Imam adalah pemimpin kelak dia akan diminta pertanggungjawabannya tentang kepemimpinannya. Seorang lelaki pemimpin istrinya, kelak dia akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Seorang perempuan (istri) pemimpin dalam rumah suaminya, kelak dia akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya… (muttafaq 'alaih).

Sementara anak harus dididik sesuai dengan petunjuk Islam sehingga mereka potensi yang dimilikinya berkembang secara optimal dan mengantarkannya sebagai anak yang shaleh. Lagi-lagi dalam hal ini diperlukan manajemen yang baik dari kedua orang tuanya dan keluarga sebagai organisasi atau wadah untuk melaksanakan tujuan tersebut.

G. PenutupDari beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan, di antaranya sebagai berikut:1. Organisasi dalam artian statis merupakan wadah berkumpulnya beberapa orang yang saling bekerja sama dan berinteraksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan secara dinamis, organisasi merupakan proses mewujudkan tujuan dengan adanya kerja sama, tugas-tugas tertentu yang jelas dengan tanggung jawab yang kuat untuk mewujudkan tujuan yang telah disepakati bersama. Sementara organisasi pendidikan Islam

Page 49: Manajemen pendidikan islam gm

dapat dipahami sebagai wadah berkumpulnya beberapa orang yang saling bekerja sama dan beriteraksi dalam menerapkan dan mewujudkan tujuan pendidikan Islam dengan tetap berlandaskan kepada nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri.2. Pada dasarnya organisasi merupakan sesuatu yang alamiah bagi manusia, sebab ia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu sama lain. Hanya saja secara teoritis, organisasi lebih berkembang dan muncul sejak abad ke 19 hingga saat ini dengan berbagai teori yang muncul, mulai dari klasik, ilmiah, hingga kepada perkembangannya di masa modern.3. Prinsip-prinsip organisasi pendidikan Islam tersirat dalam al-Qur'an, seperti tujuannya harus mencari dan menemukan keridhaan Allah, proses yang dilakukan dengan cara yang baik, kerja sama dalam konteks kebaikan/ketakwaan bukan kemaksiatan, komunikasi dilakukan dengan cara yang baik/santun, adanya tanggung jawab masing-masing anggota organisasi, dan pengambilan keputusan sebaiknya dilakukan dengan cara musyawarah dan tawakal. Semua itu relevan dengan temuan-temuan pakar organisasi modern.4. Bentuk-bentuk organisasi, jika dilihat dari strukturnya ada beberapa bentuk, seperti tipe line, staf, line and staf, fungsional, dan panitia (committee). Semua itu dapat digunakan berdasarkan kebutuhan organisasi tersebut.5. Secara garis besar lembaga pendidikan Islam dapat dikelompokkan kepada tiga bagian, yaitu formal (sekolah/madrasah/pesantren), informal (keluarga), dan nonformal (masyarakat). Namun dari segi pengelolaannya, lembaga pendidikan Islam itu bisa dikategorikan dalam bentuk lembaga pendidikan Islam di lingkungan Departemen Agama yang terdiri dari formal (seperti MI, MTs, dan MA) dan nonformal (seperti TQ, pengajian Kitab, Paket C, dll). Semua bentuk lembaga ini merupakan suatu organisasi yang harus dijalankan dengan profesional sehingga tujuan pendidikan Islam dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Page 50: Manajemen pendidikan islam gm

KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PENDAHULUAN

Persoalan pendidikan pada hakikatnya merupakan persoalan yang berhubungan

langsung dengan kehidupan manusia dan mengalami perubahan serta perkembangan sesuai

dengan kehidupan térsebut baik teori maupun konsep operasionalnya. Problem-problem

yang dihadapi oleh manusia sering dicari pemecahannya dalam dunia pendidikan. Dalam

hal ini mungkin orang akan mempertanyakan konsep filosofik yang melandasi sistem

pendidikan yang sedang dilaksanakan atau mungkin juga konsep-konsep operasional

ditinjau dan diperbarui agar tetap relevan dengan tuntutan perubahan dan perkembangan

kehidupan manusia.

Dewasa ini manusia sedang menghadapi perubahan yang begitu cepat yang timbul

sebagai dampak dan kewajiban ilmu pengetahuan. Apalagi jika didasarkan pada asumsi

bahwa segala problem itu berpangkal dan suatu penerapan konsep pendidikan yang

merangsang serta mendorong progresivitas ilmu pengetahuan dan teknologi yang tak

terkendali.

Di kalangan Islam juga muncul berbagai isu tentang krisis pendidikan serta

problem lainya yang dengan sangat mendesak menuntut suatu pemecahan berupa

terwujudnya suatu sistem pendidikan yang didasarkan atas konsep Islam.

Salah satu solusi pemecahannya adalah pembenahan manajemen dalam pendidikan.

Selain dari dunia bisnis, negara maupun organisasi manajemen mempunyai peran penting

untuk mengantarkan kemajuan pendidikan. Kalau manajemen negara mengejar kesuksesan

Page 51: Manajemen pendidikan islam gm

pembangunan sedangkan manajemen pendidikan (sekolah) mengejar kesuksesan

perkembangan anak manusia melalui pelayanan-pelayanan pendidikan yang memadai.

Pada makalah ini akan dipaparkan pengertian manajemen dan pengertian

pendidikan Islam beserta karakteristiknya sebagai upaya menggabungkan disiplin ilmu

dalam rangka membahas manajemen pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan

Islam.

Page 52: Manajemen pendidikan islam gm

PENGERTIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

       I.            Pengertian Manajemen

Pada saat ini manajemen sudah banyak dikenal di kalangan masyarakat secara luas.

Setiap organisasi baik yang mencari keuntungan maupun lembaga sosial hampir semuanya

menyadari pentingnya manajemen.

Istilah manajemen berasal dan bahasa Inggris “management”, dipandang dari segi anti kata

manajemen berarti pengelolaan.[1]

 Kamus istilah manajemen mengartikan manajemen sebagai (1) Proses penggunaan

sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. (2) Pejabat pimpinan yang

bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi.[2]

Mary Parker Follerr yang dikutip oleh Muhammad Bukhori menejemen diartikan

seni dalam melakukan perencanaan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan

manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan organisasi yang secara efektif dan

secara efisien.[3]

Sedangkan ilmu manajemen dapat diberikan suatu pengertian yang cukup

sederhana yaitu suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara mencapai suatu tujuan

dengan efektif serta efisien dengan menggunakan bantuan / melalui orang lain.[4] Yang

dimaksud menggunakan bantuan / melalui orang lain adalah dapat berupa bantuan orang

lain dalam wujud fikiran, tenaga serta dapat pula intuisinya.

Dapat pula manajemen diambil pengertian sebagai tata laksana untuk mencapai

tujuan dan umumnya yang memegang police tata laksana yang disebut manajer (pimpinan,

ketua, kepala). Manajer harus dapat melaksanakan, mengatur proses fungsi manajemen

yang meliputi (1) perencanaan, (2) koordinasi / organisasi, (3) pengarahan, (4) kontrol /

pengawasan dan (5) evaluasi / penilaian.[5]

Secara umum manajemen dapat diidentifikasikan sebagai kemampuan atas

ketrampilan memperoleh sesuatu hasil dalm rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-

kegiatan orang lain. Dan orang yang mengatur tata laksana kegiatan orang-orang yang

terlibat pencapaian tujuan itu disebut manajer (pimpinan, ketua, kepala). Adapun secara

khusus dalam dunia pendidikan, manajemen diartikan sebagai memadukan sumber-sumber

pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan

sebelumnya. Dipilih manajemen sebagai aktivitas agar konsisten dengan istilah

administrasi dengan administrator dalam mengemban misi sebagai atasan dan sebagai

Page 53: Manajemen pendidikan islam gm

manajer dalam memadukan sumber-sumber pendidikan serta sebagai supervisor dalam

membina guru-guru pada proses belajar mengajar.

    II.            Pengertian Pendidikan Islam

Untuk memberikan pengertian pendidikan Islam, lebih bijaknya kalau melihat

konsep pendidikan terlebih dahulu. Menurut Ki Hajar Dewantoro, mendidik adalah

menuntun segala kekuatan yang ada pada anak-anaknya mereka sebagai manusia dan

anggota masyarakat sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-

tingginya.[6]

Menurut H.M. Arifin adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa untuk

membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik

dalam hal bentuk pendidikan formal maupun non formal. Dengan kata lain pendidikan

pada hakekatnya adalah ikhtiar untuk membantu dan mengarahkan fikiran dan fitrah

manusia supaya berkembang sampai ke titik maksimal yang dapat dicapai dengan tujuan

yang dicita-citakan.[7]

Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara

sadar oleh pendidik terhadap terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[8]

Dari pengertian tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan itu

dilaksanakan oleh orang dewasa yang ditujukan kepada anak yang merupakan benih yang

berkembang membutuhkan bimbingan dan bantuan. Pendidikan merupakan suatu hal yang

penting bagi anak calon manusia dewasa yang akan mengemban tugas melaksanakan dan

melanjutkan kekhalifahan di bumi yang mempunyai tanggung jawab di hadapan Allah.

“Setiap kamu adalah pemimpin dan kamu bertanggung jawab atas yang dipimpinnya”[9]

Adapun dasar pendidikan Islam adalah Al Qur’an dan Al Hadist:

1.      Dasar yang bersumber pada Al Qur’an

Di dalam Al Qur’an banyak dijumpai ayat-ayat yang mendorong kita untuk melaksanakan

pendidikan antara lain:

a.       Firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 122

Page 54: Manajemen pendidikan islam gm

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang),

mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golonga diantara mereka beberapa orang untuk

memperdalam pengetahuan mereka tentang agama memberikan peringatan kepadanya

supaya mereka itu menjaga diri”[10]

b.      Firman Allah surat At-Tahrim ayat 6

“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirima dan keluargamu dari api neraka”[11]

2.      Dasar yang bersumber pada Al-Hadist

Selain dari Al Qur’an hadist-hadist yang menjelaskan tentang pendidikan diantaranya

adalah:

“Semua anak dilahirkan atas fitrah, sehingga ia jelas lesannya, kemudian kedua orang

tuanyalah yang menyebabkan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi” (H.R. Abu

Ja’far Al-Thabrani dan Al Baihaqi dan Al Aswad bin Sari)[12]

  III.            Manajemen Pendidikan Islam

Dari beberapa uraian manajemen dan pendidikan Islam ternyata adalah

penggabungan dua ilmu yaitu manajemen dan pendidikan Islam. Menurut Prof. Dr.

Mujamil Qomar manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses pengelolaan lembaga

Page 55: Manajemen pendidikan islam gm

pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber belajar dan hal-hal

lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[13]

Lebih lanjut definisi di atas dapat dijabarkan sebagai berikut untuk mempermudah

pemahaman dan implikasi yang ada.

Pertama, proses pengelolaan lembaga pendidikan secara Islami. Dalam proses

pengelolaan ini aspek yang ditekankan adalah nilai keislaman yang bersandar pada Al

Qur’an dan Al Hadist. Misalnya terkait dengan pemberdayaan, penghargaan, kualitas, dll.

Kedua, lembaga pendidikan Islam. Fokus dan manajemen pendidikan Islam adalah

menangani lembaga pendidikan Islam mulai dan pesantren, madrasah, perguruan tinggi

dan sebagainya.

Ketiga, proses pengelolaan pendidikan Islam secara Islami. Proses pengelolaan

harus sesuai dengan kaidah-kaidah Islam atau memakai kaidah-kaidah menejerial yang

sifatnya umum tapi masih sesuai dengan nilai-nilai keislaman.

Keempat dengan cara menyiasati. Hal ini mengandung makna strategi, karena

manajemen penuh siasat atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Demikian

pula dengan manajemen pendidikan Islam yang selalu memakai strategi tertentu.

Kelima, sumber-sumber belajar dan hal-hal yang terkait. Sumber-sumber belajar di

sini memiliki cakupan yang luas, yaitu:

-          Manusia, yang meliputi : guru, murid, pegawai dan pengurus

-          Bahan, yang meliputi buku, perpustakaan, dll

-          Lingkungan merupakan segala hal yang mengarah ke masyarakat

-          Alat dan peralatan seperti alat peraga, laboratorium, dsb

-          Aktivitas yang meliputi keadaan sosio politik, sosio kultural dalam masyarakat

Keenam, tujuan pendidika Islam. Tujuan merupakan hal yang vital yang

mengendalikan dan mempengaruhi komponen-komponen dalam lembaga pendidikan

agama Islam.

Ketujuh, efektif dan efisien. Artinya, manajemen yang berhasil mencapai tujuan

dengan penghematan tenaga, waktu dan biaya.

Page 56: Manajemen pendidikan islam gm

KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

Manajemen pendidikan Islam merupakan manajemen pendidikan yang berlabel

Islam. Sudah barang tentu mempunyai karakteristik tersendiri. Karakteristik itu tidak lepas

yang bersifat Islami. Menurut Prof. Dr. Mujamil Qomar, istilah Islam itu dapat dimaknai

sebagai Islam wahyu atau Islam budaya. Islam wahyu meliputi Al Qur’an dan hadist-hadist

nabi maupun hadist qudsi. Sementara itu, Islam budaya meliputi ungkapan sahabat,

pemahaman ulama, pemahaman cendekiawan muslim dan budaya umat Islam.[14]

Oleh sebab itu manajemen pendidikan Islam melibatkan wahyu dan budaya kaum

muslimin ditambah dengan kaidah-kaidah manajemen pndidikan secara umum. Hal-hal

yang selalu dipertimbangkan sebagai bahan acuan adalah sebagai berikut:

1.      Teks-teks wahyu baik A1-Qur’an maupun hadis yang terkait dengan manajemen

pendidikan Islam

Misalnya surat al-Hasyr: 18

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri

memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok dan bertaqwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Hadist Riwayat Ibnu Majah:

Ibnu Majah menyatakan, Al-Abbas bin Walid al Dimsyqiy telah menyampaikan riwayat

kepada kami, Wahb bin Sa’id bin Athiyah Al Salamiy telah menympaikan riwayat kepada

kami, Abd. Al Rahman bin Zaid bin Aslam telah menyampaikan (riwayat) kepada kami

(riwayat ini) dan ayahya dari Abudllah bin Umar yang berkata, Rasulullah bersabda :

Berikanlah gaji / upah pegawai sebelum kering keringatnya”[15]

Page 57: Manajemen pendidikan islam gm

2.      Perkataan-perkataan para sahabat nabi maupun ulama dan cendekiawan muslim yang

terkait dengan manajemen pendidikan.

Contohnya perkataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib

“Kebenaran yang tidak terorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi”

3.      Realitas perkembangan lembaga pendidikan Islam

4.      Kutlur komunitas (pimpinan dan pegawal) lembaga pendidikan Islam

5.      Ketentuan kaidah-kaidah manajemen pendidikan

Bahan acuan di atas merupakan refleksi ciri khas bangunan manajemen pendidikan

Islam kecuali yang ketentuan kaidah-kaidah manajemen pendidikan (nomor 5) merupakan

tambahan yang bersifat umum. Pengambilan itu tentunya setelah diseleksi berdasarkan

nilai-nilai Islam dalam realitas yang dihadapi lembaga pendidikan Islam.

Teks wahyu sebagai sandaran teologis; perkataan-perkataan para sahabat nabi, lama

dan cendekiawan muslim sebagai sandaran rasional; realitas perkembangan lembaga

pendidikan Islam serta kultur komunitas (pimpinan dan pegawai) lembaga pendidikan

Islam sebagai sandaran empiris; sedangkan ketentuan kaidah-kaidah manajemen

pendidikan Islam sebagai sandaran teoritis. Jadi, bangunan manajemen pendidikan Islam

ini diletakkan di atas empat sandaran yaitu sandaran teologis, rasional; empiris dan teoritis.

[16]

Dan berbagai sandaran yang bersifat ilahi, rasio dan ilmiah akan menimbulkan

keyakinan yang berdasar pada kebenaran ketuhan, berdasar akal fikiran, berdasar data yang

akurat yang dipraktekkan berkali-kali dalam pengelolaan pendidikan.

Dapat dipahami bahwa manajemen pendidikan Islam yang karakteristik Islami akan lebih

unggul dibanding dengan manajemen pendidikan yang bersifat umum, baik secara personal

maupun lembaga. Satu lagi yang perlu kita cermati apakah kelebihan manajemen

pendidikan Islam yang unggul secara teori sudah diwujudkan unggul secara riil dalam

dunia atau lembaga pendidikan di negeri ini?

Menurut Mujamil Qomar, perwujudan secara riil manajemen pendidikan Islam

masih kalah dengan non muslim hal ini ditunjukkan oleh hal-hal di bawah ini :

1.      Islam masih terbiasa dengan tradisi dakwah, ukan akademik

2.      Dalam hal pendanaan Islam masih jauh dari kebutuhan.

Page 58: Manajemen pendidikan islam gm

3.      Kepedulian masyarakat terhadap pendidikan Islam masih kurang, masyarakat Islam

jika mempunyai anak pandai di sekolahkan pada sekolah negeri.

4.      Profesionalisme masyarakat muslim masih apa adanya.

Page 59: Manajemen pendidikan islam gm

KESIMPULAN

Dan berbagai uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan:

1.      Manajemen pendidikan Islam adalah penggabungan dan dua disiplin ilmu yaitu

manajemen dan pendidikan Islam

2.      Manajemen pendidikan Islam itu mempunyai pengertian yang jelas yaitu suatu proses

pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati sumber-

sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam

secara efektif dan efisien

3.      Yang membedakan manajemen pendidikan umum dengan manajemen pendidikan

Islam adalah proses pengelolaan yang Islaini dan lembaga pendidikan yang dikelola

4.      Manajemen pendidikan Islam mempunyai karakteristik yang Islami, senantiasa

melibatkan wahyu dan budaya kaum muslimin ditambah kaidah-kaidah manajemen

pendidikan umum.

Page 60: Manajemen pendidikan islam gm

    

  MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DAN IMPLEMENTASINYA

     

I.    Latar Belakang

Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara

rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik.

Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan.1[1] Mulai dari urusan terkecil

seperti mengatur urusan rumah tangga sampai dengan urusan terbesar seperti

mengatur urusan sebuah Negara, semua itu diperlukan pengaturan yang baik,

tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak

dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.

Pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang

ada seperti pada jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang

berbentuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang

pendidikan menengah ada yang berbentuk Madrasah Alyah (MA) dan Madrasah

Aliyah Kejuruan (MAK), dan pada jenjang pendidikan tinggi terdapat begitu banyak

Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan berbagai bentuknya ada yang

berbentuk Akademi, Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas.

Pada jalur pendidikan non formal seperti Kelompok Bermain, Taman

Penitipan Anak (TPA), Majelis Ta’lim, Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jalur

Pendidikan Informal seperti pendidikan yang diselenggarakan di dalam keluarga

atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kesemuanya itu perlu

pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika tidak bukan hanya

gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada masyarakat akan tetap

melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak itu akan

hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di

sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang

tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun

rapi”.

Makalah sederhana ini akan membahas tentang manajemen pendidikan

Islam dan implementasinya, disampaikan dalam diskusi Mata Kuliah Manajemen

Pendidikan di PPs. IAIN Raden Intan Lampung.

1

Page 61: Manajemen pendidikan islam gm

II.   Pembahasan

a.   Pengertian Manajemen Pendidikan Islam.

Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan

terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata

laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia

karangan John M. Echols dan Hasan Shadily (1995 : 372) management berasal

dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan,

mengelola, dan memperlakukan.

Ramayulis menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat

manajemen adalah al-tadbir (pengaturan).2[2] Kata ini merupakan derivasi dari

kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al Qur’an seperti firman

Allah SWT :

ه� د�ار� مق� ك�ان� ي�و�م� في ل�ي�ه إ ج� ي�ع�ر� ث�م� ض ر�ا�أل� ل�ى إ آء م� الس� من� م�ر�

ا�أل� ي�د�ب&ر�

ت�ع�د(ون� ا م&م� ن�ة س� ل�ف�أ�

Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik

kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut

perhitunganmu (Al Sajdah : 05).

Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah

pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran

Allah swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan

Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan

mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya

ini. Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan

aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan

dan melalui orang lain.3[3]

Sedangkan Sondang P Siagian (1980 : 5) mengartikan manajemen

sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam

rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.4[4]

Bila kita perhatikan dari kedua pengertian manajemen di atas maka

dapatlah disimpulkan bahwa manajemen merupakan sebuah proses pemanfaatan

2

3

4

Page 62: Manajemen pendidikan islam gm

semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya,

agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, efesien, dan produktif.

Sedangkan Pendidikan Islam merupakan proses transinternalisasi nilai-nilai Islam

kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan

kesejahteraan di dunia dan di akhirat.

b. Analisis Manajemen Pendidikan Islam

Dalam rangka untuk lebih mudah dalam memahami tentang implementasi

manajemen Pendidikan Islam, maka penulis berupaya untuk memasukkan muatan

implementasinya melalui fungsi – fungsi. Sehingga implementasinya akan menjadi

lebih mudah diterapkan. Manajemen pendidikan Islam tidaklah bisa terlepas dari

fungsi manajemen secara umum seperti yang dikemukakan Henry Fayol seorang

industriawan Prancis, dia mengatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen itu adalah

merancang, mengorganisasikan, memerintah, mengkoordinasi, dan

mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka

kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus

berlangsung hingga sekarang.

Sementara itu Robbin dan Coulter mengatakan bahwa fungsi dasar

manajemen yang paling penting adalah merencanakan, mengorganisasi,

memimpin, dan mengendalikan. Senada dengan itu Mahdi bin Ibrahim (1997:61)

menyatakan bahwa fungsi manajemen atau tugas kepemimpinan dalam

pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu : Perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengawasan.5[5]

Untuk mempermudah pembahasan mengenai manajemen pendidikan

Islam dan implementasinya, maka kami (kelompok 3) akan memulai dengan

fungsi manajemen pendidikan Islam sesuai dengan pendapat yang dikemukan

oleh Robbin dan Coulter yang pendapatnya senada dengan Mahdi bin Ibrahim

yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/kepemimpinan, dan

pengawasan.

1. Fungsi Perencanaan (Planning)

5

Page 63: Manajemen pendidikan islam gm

Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan

pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang

hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Demikian pula halnya dalam

pendidikan Islam perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang benar-benar

diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan Islam. Sebab

perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan, kesalahan

dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat sangat patal

bagi keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah memberikan arahan

kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana apa yang

akan dilakukan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al Qur’an Surat

Al Hasyr : 18 yang berbunyi :

لغ�د� د�م�ت� اق� م� س�� ن�ف� ل�ت�نظ�ر� و� الله� وا ات�ق� ن�وا ء�ام� ال�ذين� ا ي(ه�� ي�اأ

ل�ون� ت�ع�م� ا بم� بير�� خ� الله� إن� الله� وا ات�ق� و�

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah

Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);

dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang

kamu kerjakan.

Ketika menyusun sebuah perencanaan dalam pendidikan Islam tidaklah

dilakukan hanya untuk mencapai tujuan dunia semata, tapi harus jauh lebih dari

itu melampaui batas-batas target kehidupan duniawi. Arahkanlah perencanaan itu

juga untuk mencapai target kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kedua-

duanya bisa dicapai secara seimbang.

Mahdi bin Ibrahim (l997:63) mengemukakan bahwa ada lima perkara

penting untuk diperhatikan demi keberhasilan sebuah perencanaan, yaitu :

1. Ketelitian dan kejelasan dalam membentuk tujuan

2. Ketepatan waktu dengan tujuan yang hendak dicapai

3. Keterkaitan antara fase-fase operasional rencana dengan penanggung

jawab operasional, agar mereka mengetahui fase-fase tersebut dengan

tujuan yang hendak dicapai

4. Perhatian terhadap aspek-aspek amaliah ditinjau dari sisi penerimaan

masyarakat, mempertimbangkan perencanaan, kesesuaian perencanaan

dengan tim yang bertanggung jawab terhadap operasionalnya atau dengan

Page 64: Manajemen pendidikan islam gm

mitra kerjanya, kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai, dan kesiapan

perencanaan melakukan evaluasi secara terus menerus dalam

merealisasikan tujuan.

5. Kemampuan organisatoris penanggung jawab operasional.6[6]

Sementara itu menurut Ramayulis (2008:271) mengatakan bahwa dalam

Manajemen pendidikan Islam perencanaan itu meliputi :

1. Penentuan prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas

kebutuhan agar melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses

pendidikan, masyarakat dan bahkan murid.

2. Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap

pelaksanaan dan hasil pendidikan

3. Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan.

4. Penyerahan tanggung jawab kepada individu dan kelompok-kelompok

kerja.7[7]

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Manajeman

Pendidikan Islam perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan

aktivitas berikutnya. Tanpa perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah

akan berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal. Oleh karena itu buatlah

perencanaan sematang mungkin agar menemui kesuksesan yang memuaskan.

Implementasi manajemen Pendidikan Islam dalam rangka untuk mencapai

tujuan yang baik bagi diri, masyarakat,bangsa dan negara dengan menanamkan

nilai-nilai yang positif guna mendapatkan keridhoan dari Allah swt. Baik di dunia

maupun di akherat yang dilandasi dengan keimanan, keyakinan dan keikhlasan

serta kasih-sayang dengan niat perbaikan diri dan umat manusia baik yang

bersifat jasmani maupun rohani.

2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)

Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan

segala sesuatu secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran

yang tidak terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakan oleh

kebathilan yang tersusun rapi.

6

7

Page 65: Manajemen pendidikan islam gm

Menurut Terry (2003:73) pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari

manajemen yang dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang

dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan

dengan sukses.8[8] Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata

wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan

dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan mekanisme

kerja. Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan.9[9] (Didin dan

Hendri, 2003:101). Sementara itu Ramayulis (2008:272) menyatakan bahwa

pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan struktur,

aktivitas, interaksi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara

transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Islam, baik yang bersifat

individual, kelompok, maupun kelembagaan.10[10]

Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan Islam akan dapat

berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-

prinsip yang mendesain perjalanan organisasi yaitu Kebebasan, keadilan, dan

musyawarah. Jika kesemua prinsip ini dapat diaplikasikan secara konsisten dalam

proses pengelolaan lembaga pendidikan islam, maka akan sangat membantu bagi

para manajer pendidikan Islam.

Implementasi manajemen Pendidikan Islam dengan mengelola sumber

daya manusia dan menempatkan pada tempat yang sesuai dengan

kemampuannya. Menempatkan seseorang sesuai dengan kredibilitasnya yang

tentunya tidak lepas dari nilai-nilai keyakinan (keimanan), bahwasanya

kemampuan dari Allah SWT. bila ada kemauan dan semangat yang tinggi serta

senantiasa ada hubungan dengan Yang Maha Kuasa.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pengorganisasian merupakan

fase kedua setelah perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.

Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu terlalu

berat untuk ditangani oleh satu orang saja. Dengan demikian diperlukan tenaga-

tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif. Banyak

pikiran, tangan, dan keterampilan dihimpun menjadi satu yang harus dikoordinasi

bukan saja untuk diselesaikan tugas-tugas yang bersangkutan, tetapi juga untuk

8

9

10

Page 66: Manajemen pendidikan islam gm

menciptakan kegunaan bagi masing-masing anggota kelompok tersebut terhadap

keinginan keterampilan dan pengetahuan.

3. Fungsi Pengarahan (directing).

Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja

sehingga mereka menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif

menuju sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Di dalam fungsi pengarahan

terdapat empat komponen, yaitu pengarah, yang diberi pengarahan, isi

pengarahan, dan metode pengarahan. Pengarah adalah orang yang memberikan

pengarahan berupa perintah, larangan, dan bimbingan. Yang diberi pengarahan

adalah orang yang diinginkan dapat merealisasikan pengarahan.

Isi pengarahan adalah sesuatu yang disampaikan pengarah baik berupa

perintah, larangan, maupun bimbingan. Sedangkan metode pengarahan adalah

sistem komunikasi antara pengarah dan yang diberi pengarahan. Dalam

manajemen pendidikan Islam, agar isi pengarahan yang diberikan kepada orang

yang diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan baik maka seorang pengarah

setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip berikut, yaitu : Keteladanan,

konsistensi, keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang

berupa perintah, larangan, maupun bimbingan hendaknya tidak memberatkan dan

diluar kemampuan sipenerima arahan, sebab jika hal itu terjadi maka jangan

berharap isi pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh si penerima

pengarahan.

Seorang pengarah atau pemimpin harus memiliki nilai kepemimpinan

sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, dengan cara

memotivasi, membimbing, mengarahkan dan memberikan contoh (memberi

tauladan) serta menjaga hubungan baik dengan yang diberi pengarahan dalam

hal yang sifatnya materil maupun spiritual. Dengan demikian dapatlah disimpulkan

bahwa fungsi pengarahan dalam manajemen pendidikan Islam adalah proses

bimbingan yang didasari prinsip-prinsip religius kepada rekan kerja, sehingga

orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh dan

bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.

4. Fungsi Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan

kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan

Page 67: Manajemen pendidikan islam gm

rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Bahkan Didin dan Hendri (2003:156)

menyatakan bahwa dalam pandangan Islam pengawasan dilakukan untuk

meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang

hak.11[11] Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan sebagai proses

pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan

secara konsekwen baik yang bersifat materil maupun spirituil.

Implementasinya dalam kehidupan adalah dengan memberikan

penghargaan/reward bagi yang telah melaksanakan pekerjaan/tugasnya dengan

baik dan memberikan sanksi atau hukuman bagi yang tidak mengikuti aturan yang

ada dengan segala konsekwensinya, tanpa meninggalkan norma-norma

kemanusiaan dan kasih sayang dan menanamkan bahwasanya adasesuatu dzat

yang maha kuasa sedang melihat, mendengar dan mengawasi kita dan akan

meminta kita untuk mempertanggungjawabkan setiap aktivitas yang kita lakukan

Menurut Ramayulis (2008:274) pengawasan dalam pendidikan Islam

mempunyai karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan

spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan

metode yang manusiawi yang menjunjung martabat manusia. Dengan

karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa pelaksana berbagai perencaan yang

telah disepakati akan bertanggung jawab kepada manajernya dan Allah sebagai

pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan dalam konsep Islam

lebih mengutamakan menggunakan pendekatan manusiawi, pendekatan yang

dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.12[12]

KESIMPULAN

11

12

Page 68: Manajemen pendidikan islam gm

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pendidikan

Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat

Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak.

Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara

efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik

di dunia maupun di akhirat.

Banyak sekali para ulama di bidang manajemen yang menyebutkan

tentang fungsi-fungsi manajemen diantaranya adalah Mahdi bin Ibrahim, dia

mengatakan bahwa fungsi manajemen itu di antaranya adalah fungsi

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Bila Para

Manajer dalam pendidikan Islam telah bisa melaksanakan tugasnya dengan tepat

sesuai dengan fungsi manajemen di atas, terhindar dari semua ungkupan sumir

yang menyatakan bahwa lembaga pendidikan Islam dikelola dengan manajemen

yang asal-asalan tanpa tujuan yang tepat. Maka tidak akan ada lagi lembaga

pendidikan Islam yang ketinggalan zaman, tidak teroganisir dengan rapi, dan tidak

memiliki sistem kontrol yang sesuai.

Tulisan sederhana yang telah kami (kelompoK 3) persembahkan dihadapan

anda sebagai bahan diskusi ini semoga bermanfaat adanya. Terima kasih

Wallahu ‘alam.

KONSEP DASAR ORGANISASI

Page 69: Manajemen pendidikan islam gm

(Kajian Manajemen Pendidikan Islam)

A. Pendahuluan Manusia adalah makhluk sosial (al-insānumadaniyyun bi at- thab’i atau zoon politicon). Karenanya, setiap manusia akan saling memerlukan dalam memenuhi kebutuhannya. Antara sesama manusia juga dituntut untuk saling bekerja sama, saling menghargai dan menghormati untuk mempertahankan hidupnya di muka bumi ini.Adanya alasan sosial (social reasons) di atas menjadi salah satu pendorong bagi manusia untuk membentuk suatu perkumpulan yang biasa disebut "organisasi". Organisasi ini amat dibutuhkan untuk mewujudkan setiap cita-cita yang disepakati oleh anggota organisasi secara bersama. Oleh karena itu, organisasi tumbuh dan berkembang begitu pesat di tengah-tengah masyarakat. Organisasi itu juga dibentuk dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pemerintahan, perusahaan, politik, hukum, ekonomi, dan termasuk bidang pendidikan.

Dalam perkembangannya, organisasi telah menjadi disiplin ilmu tersendiri seiring dengan berkembangnya pemikiran dan pengetahuan manusia. Teori-teori organisasi yang terbangun dalam kajiannya sebagai suatu disiplin ilmu tertentu, selanjutnya akan dibutuhkan oleh masyarakat dalam membentuk suatu organisasi sesuai dengan bidang yang diinginkan. Demikian halnya di bidang pendidikan Islam, teori-teori organisasi turut dibutuhkan untuk mewujudkan lembaga pendidikan yang lebih profesional dan berkualitas.Makalah yang sederhana ini akan mencoba menguraikan konsep-konsep organisasi. Adapun persoalan-persoalan yang akan diuraikan di bawah ini akan berusaha untuk menjawab beberapa hal, yaitu:1. Bagaimanakah pengertian organisasi dan perbedaannya dengan pengorganisasian?2. Bagaimanakah sejarah pertumbuhan dan perkembangan organisasi?3. Bagaimanakah prinsip-prinsip, fungsi, dan urgensi organisasi?4. Bagaimanakah bentuk-bentuk organisasi?5. Bagaimana pula organisasi dalam lembaga pendidikan Islam?

Untuk menjawab lima pertanyaan di atas, penulis akan menguraikan beberapa teori organisasi lalu mencoba menganalisisnya dengan kacamata pendidikan Islam. Karena keterbatasan kemampuan dan referensi yang digunakan, khususnya yang berkenaan dengan konsep pendidikan Islam tentang organisasi, maka dibutuhkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari forum diskusi ini.

B. Pengertian Organisasi dan PengorganisasianOrganisasi (organization) dan pengorganisasion (organizing) memiliki hubungan yang erat dengan manajemen. Organisasi merupakan alat dan wadah atau tempat manejer melakukan kegiatan-kegiatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi organik dari manajemen dan ditempatkan sebagai fungsi kedua setelah perencanaan (planning). Dengan demikian, antara organisasi dan pengorganisasian memiliki pengertian yang berbeda.

James L. Gibson c.s., sebagaimana yang dikutip oleh Winardi, berpendapat bahwa:"...organisasi-organisasi merupakan entitas-entitas yang memungkinkan masyarakat mencapai hasil-hasil tertentu, yang tidak mungkin dilaksanakan oleh individu-individu yang bertidak secara sendiri"

Page 70: Manajemen pendidikan islam gm

Organisasi-organisasi yang dibentuk oleh sekelompok orang pada dasarnya menginginkan terwujudnya suatu hasil atau tujuan tertentu. Tujuan yang diinginkan tersebut tidak dapat diperoleh secara individu tetapi perlu dilakukan upaya secara bersama dan terpadu.Stephen R. Robbins memberikan rumusan pengertian organisasi sebagai berikut:"... An organization is a consciously coordinated social entity, with a relatively identifiable boundary, that functions on a relatively continuous basis to achieve a common goal or set of goals".

Entitas sosial yang dikemukakan dalam definisi di atas berarti bahwa kesatuan tersebut terdiri dari orang-orang atau kelompok orang yang saling berinteraksi. Pola-pola interaksi yang diikuti orang-orang di dalam suatu organisasi tidak muncul begitu saja, akan tetapi mereka dipertimbangkan sebelumnya. Mengingat bahwa organisasi-organisasi merupakan entitas-entitas sosial, maka pola-pola interaksi para anggotanya perlu dipertimbangkan pula serta diharmonisasi guna tercapainya tujuan yang diinginkan.

Prajudi Atmosudirdjo menyatakan bahwa organisasi adalah struktur tata pembagian kerja dan struktur hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.

Barnad, seperti yang dikutip Asnawir, organisasi adalah suatu sistem mengenai usaha kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu.Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa organisasi adalah tempat atau wadah berkumpulnya beberapa orang yang secara sadar berinteraksi dan saling bekerja sama untuk mewujudkan tujuan yang telah disepakati bersama. Meskipun terdapat perbedaan definisi tentang organisasi, akan tetapi secara umum organisasi itu memiliki ciri-ciri yang sama. Edgar H. Schein, seorang psikolog keorganisasian terkemuka berpendapat bahwa semua organisasi memiliki empat macam ciri atau karakteristik sebagai berikut.

1. Koordinasi Upaya; Para individu yang bekerja sama dan mengkoordinasi upaya mental atau fisikal mereka dapat mencapai banyak hal yang hebat dan yang menakjubkan.2. Tujuan Umum Bersama; Koordinasi upaya tidak mungkin terjadi, kecuali apabila pihak yang telah bersatu, mencapai persetujuan untuk berupaya mencapai sesuatu yang merupakan kepentingan bersama. Sebuah tujuan umum bersama memberikan anggota organisasi sebuah rangsangan untuk bertindak.3. Pembagian Kerja; Dengan jalan membagi-bagi tugas-tugas kompleks menjadi pekerjaan-pekerjaan yang terspesialisasi, maka sesuatu organisasi dapat memanfaatkan sumber-sumber daya manusianya secara efisien. Pembagian kerja memungkinkan para anggota organisasi-organisasi menjadi lebih terampil dan mampu karena tugas-tugas terspesia¬lisasi dilaksanakan berulang-ulang.4. Hierarki Otoritas; Para teoretisi organisasi telah merumuskan otoritas sebagai hak untuk mengarahkan dan memimpin kegiatan-kegiatam pihak lain. Tanpa hierarki otoritas yang jelas, koordinasi upaya akam mengalami kesulitan, bahkan kadang-kadang tidak mungkin diilaksanakan. Akuntabilitas juga dibantu apabila orang-orang be kerja dalam rantai komando ((he chain of command).

Lebih lanjut, Malayu S.P. Hasibuan menyimpulkan bahwa aspek-aspek penting dari berbagai definisi organisasi adalah:1. adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai;2. adanya sistem kerja sama yang terstruktur dari sekelompok orang;3. adanya pembagian kerja dan hubungan kerja antara sesama karya wan;

Page 71: Manajemen pendidikan islam gm

4. adanya penetapan dan pengelompokan pekerjaan yang terintegrasi;5. adanya keterikatan formal dan tata tertib yang harus ditaati;6. adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas;7. adanya unsur-unsur dan alat-alat organisasi;8. adanya penempatan orang-orang yang akan melakukan pekerjaan.

Untuk lebih memahami hakikat organisasi, perlu diketahui pula unsur-unsurnya, yaitu:1. Manusia (human factor), artinya organisasi baru ada jika ada unsur manusia yang bekerja sama, ada pemimpin dan ada yang dipimpin (bawahan).2. Tempat Kedudukan, artinya organisasi baru ada, jika ada tempat kedudukannya.3. Tujuan, artinya organisasi baru ada jika ada tujuan yang ingin dicapai.4. Pekerjaan, artinya organisasi baru ada, jika ada pekerjaan yang akan dikerjakan serta adanya pembagian pekerjaan.5. Struktur, artinya organisasi baru ada, jika ada hubungan dan kerja sama antara manusia yang satu dengan yang lainnya.6. Teknologi, artinya organisasi baru ada, jika terdapat unsur teknis.7. Lingkungan (Environment External Social System), artinya organi¬sasi baru ada, jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi mi-salnya ada sistem kerja sama sosial.

Adapun pengorganisasian, juga didefinisikan oleh para pakarnya. Asnawir mengemukakan bahwa istitah "organizing mempunyai arti yaitu berusaha untuk menciptakan suatu struktur dan bagian untuk dapat berinteraksi dan saling pengaruh-mempengaruhi antara satu sama lainnya. Pengorganisasian tersebut juga dapat diartikan sebagai penyusunan tugas dan tanggung jawab para personil dalam organisasi.

George R. Terry, seperti yang dikutip Malayu S.P. Hasibuan, menuliskan: Organizing is the establishing of effective behavioral relationships among persons so that they may work together efficiently and gain personal satisfaction in doing selected tasks under given environmental conditions for the purpose of achieving some goal or objective.

Dari dua definisi di atas jelaslah bahwa pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen setelah fungsi perencanaan sehingga masing-masing anggota organisasi mendapat tugas dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Kemudian, proses pengorganisasian juga mencakup kegiatan-kegiatan berikut:1. Pembagian kerja yang harus dilakukan oleh individu atau kelompok-kelompok tertentu.2. Pernbagian aktivitas menurut level kekuasaan dan tanggungjawab.3. Pengelompokan tugas menurut tipe dan jenisnya.4. Penggunaan mekanisme koordinasi kegiatan individu /kelompok.5. Pengaturan hubungan kerja antara anggota organisasi.

Adapun langkah-langkah pengorganisasian dapat dilakukan sebagai berikut:1. Tujuan, manajer harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai; apa profit motive atau service motive.2. Penentuan kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengetahui, merumuskan dan mengspesifikasikan kegiatan-kegiatan yang diper¬lukan untuk mencapai tujuan organisasi dan menyusun daftar kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.3. Pengelompokan kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengelompokkan kegiatan-kegiatan ke dalam beberapa kelompok atas dasar tujuan yang sama; kegiatan-kegiatan

Page 72: Manajemen pendidikan islam gm

yang bersamaan dan berkaitan erat disatukan ke dalam satu departemen atau satu bagian.4. Pendelegasian wewenang, artinya manajer harus menetapkan besarnya wewenang yang akan didelegasikan kepada setiap departemen.5. Rentang kendali, artinya manajer harus menetapkan jumlah karya¬wan pada setiap departemen atau bagian.6. Perincian peranan perorangan, artinya manajer harus menetapkan dengan jelas tugas-tugas setiap individu karyawan, supaya tumpang-tindih tugas terhindarkan.7. Tipe organisasi, artinya manajer harus menetapkan tipe organisasi apa yang akan dipakai, apakah "line organization, line and staff organization ataukah function organization".8. Struktur organisasi (organization chart = bagan organisasi), artinya manajer harus menetapkan struktur organisasi yang bagaimana yang akan dipergunakan, apa struktur organisasi "segitiga vertikal, segitiga horizontal, berbentuk lingkaran, berbentuk setengah lingkaran, berbentuk kerucut vertikal/horizontal ataukah berbentuk oval".

Jika proses pengorganisasian dalam suatu organisasi di atas dilakukan dengan baik dan berdasarkan ilmiah, maka organisasi yang disusun akan baik, efektif, efisien dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Dengan demikian, antara organisasi (organization) dengan pengorganisasian (organizing) memiliki hubungan yang sangat erat. Pengorganisasian yang baik akan menghasilkan organisasi yang baik pula. Pengorganisasian diproses oleh organisator (manajer) sehingga pengorganisasian itu bersifat dinamis dan hasilnya adalah organisasi yang bersifat statis.

Akan tetapi, hakikat organisasi juga bisa dipandang sebagai statis dan dinamis. Statis bila organisasi sebagai wadah, tempat kegiatan administrasi dan manajemen. Sedangkan dinamis ketika organisasi sebagai suatu proses, interaksi hubungan, formal (nampak di bagan organisasi) dan informal (tidak diatur, tidak nampak dalam struktur). Hubungan informal timbul, karena hubungan pribadi, kesamaan kepentingan, dan kesamaan interest dengan kegiatan di luar.

Berangkat dari pengertian di atas maka dalam perkembangannya dan karena tuntutan globalisasi muncul berbagai hal berkenaan dengan pengorganisasian, seperti struktur organisasi yaitu pola formal bagaimana orang dan pekerja dikelompokkan dalam suatu organisasi yang biasa digambarkan dengan bagan organisasi. Perilaku organisasi, yang ditekankan pada perilaku manusia dalam kelompok, iklim organisasi yaitu serangkaian sifat lingkungan kerja, kultur organisasi yaitu sistem yang dapat menembus nilai-nilai, kepercayaan dan norma-norma di setiap organisasi, desain organisasi yaitu struktur organisasi spesifik yang dihasilkan dari keputusan dan tindakan manajer, pengembangan organisasi, politik organisasi, proses organisasi yaitu aktivitas yang member! nafas pada kehidupan struktur organisasi, dan profil organisasi yaitu suatu diagram yang menunjukkan respons anggota organisasi.

Berkaitan dengan pengertian organisasi, dalam Alquran dicontohkan beberapa surat yang berkaitan dengan organisasi, sebagaimana Firman Allah SWT yang berkaitan dengan:a. perlunya persatuan, dalam surat: 2:43, 4:71, 37:1,b. perlunya berbangsa-bangsa, dalam surat: 5:48, 22:34,67, 49:13c. perlunya bersatu dan mengikuti jalan yang lurus, dalam surat: 30:31,32, 2:103,105, 6:59, 8:46 dand. perlunya saling tolong-menolong dan kerja sama, dalam surat: 5:2, 8:74, 9:71.

Page 73: Manajemen pendidikan islam gm

Jadi, organisasi ada karena untuk mendapatkan sesuatu. Sesuatu ini merupakan tujuan organisasi.

Demikian pula dalam pendidikan Islam, organisasi juga dibutuhkan. Organisasi pendidikan Islam dapat dipahami sebagai wadah berkumpulnya beberapa orang yang saling bekerja sama dan beriteraksi dalam menerapkan dan mewujudkan tujuan pendidikan Islam dengan tetap berlandaskan kepada nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri.

C. Sejarah Perkembangan OrganisasiSebagaimana yang telah disinggung sebelumnya bahwa manusia adalah makhluk sosial. Hal ini turut mendorong manusia membentuk organisasi untuk mewujudkan cita-citanya. Karena itu, organisasi muncul ketika manusia itu berkumpul dua orang atau lebih.

Bahkan, sebelum manusia terlahir ke muka bumi ini, benih-benih organisasi juga telah tersirat sejak awal proses penciptaan manusia di alam rahim. Seperti yang dijelaskan oleh ilmu kedokteran, sel sperma seorang laki-laki dikatakan normal apabila berjumlah minimal 20 juta sel sperma. Padahal, hanya satu sel yang dibutuhkan untuk melakukan pembuahan dengan sel telur milik sang istri. Peristiwa ini mengisyaratkan bahwa manusia memang ditakdirkan untuk berorganisasi dalam mencapai tujuan.

Demikian pula kisah nabi Adam as sebagai manusia pertama yang diungkap dalam al-Qur'an, ia juga membentuk kelurga bersama istrinya Hawa. Ketika mereka memiliki anak, maka anak-anak tersebut mereka dididik dan diorganisir sedemikian rupa dengan pekerjaan yang berbeda sesuai dengan bakat dan minat mereka. Seperti Qabil bekerja sebagai petani, sedangkan Habil sebagai peternak. Hal ini terungkap dalam firman Allah SWT:Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Qs. al-Maidah/5: 27)

Sepanjang sejarah perkembangan manusia, juga ditemukan bukti-bukti bahwa organisasi itu telah muncul di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan orang-orang Yunani, kerajaan-kerajaan yang telah dibangun pada masa Romawi juga menunjukkan bahwa mereka telah membentuk dan membangun organisasi yang baik.

Dengan demikian, manusia dan organisasi serta aktivitasnya telah berlangsung lama sejak ribuan tahun silam, tapi yang dibutuhkan dan perlu untuk diketahui adalah akar perkembangan organisasi pada abad ke-18 dan ke-19, yaitu:

1. Masa Praktik AwalAda tiga nama penting yang mempunyai pengaruh besar dalam menentukan arah dan batasan dari perilaku organisasi, mereka itu adalah Adam Smith, Charles Babbage, dan Robert Owen.

a. Adam Smith, 1776; Adam Smith telah memberikan kontribusi yang sangat penting dengan doktrin ekonominya, yaitu spesialisasi bidang kerja atau pembagian tugas dengan berbagai argumentasi yang sangat dalam. Adam Smith memberikan contoh pembagian tugas dengan spesialisasi bidang kerja tertentu dalam pabrik pembuatan peniti. Ada

Page 74: Manajemen pendidikan islam gm

sepuluh orang pekerja dalam pabrik tersebut, setiap orang mempunyai tugas tertentu dengan mengerjakan suatu bagian kerja tertentu. Sepuluh orang pekerja tersebut dapat membuat 48.000 buah peniti tiap harinya. Selanjutnya, jika setiap pekerja mengambil kawat sendiri-sendiri kemudian meluruskannya, membuatkan ujung batangnya, hasilnya setiap pekerja mampu membuat satu peniti dalam satu hari. Kalau ada sepuluh pekerja maka dapat membuat sepuluh peniti setiap hari. Dan spesialisasi bidang pekerjaan tertentu pada masa sekarang ini sudah barang tentu termotivasi oleh keuntungan yang berlipat ganda dari doktrin Adam Smith pada 2 abad silam.

b. Charles Babbage, 1832; Charles Babbage adalah seorang profesor matematika dari Inggris yang telah mengembangkan sistem pembagian tugas yang telah diartikulasikan pertama kali oleh Adam Smith. Babbage menambahkan beberapa keuntungan dengan sistem pembagian tugas, yang telah dikemukakan oleh Adam Smith. Selain keterampilan, menghemat waktu yang terkadang sering disia-siakan terbuang ketika penggantian tugas satu ke tugas yang lain.

Keuntungan tersebut yaitu:a) Mempersingkat waktu yang diperlukan untuk belajar suatu pekerjaan.b) Menghemat pemborosan material yang diperlukan dalam pelajaran pada tiap tingkatan.c) Memungkinkan untuk menghasilkan tingkat keteram¬pilan yang tinggi.d) Memungkinkan kemampuan untuk membandingkan keterampilan seseorang dan bakat fisik dengan tugas-tugas tertentu.

c. Robert Owen, 1825; Robert Owen adalah orang periling dan berjasa dalam sejarah perilaku organisasi karena ia adalah seorang industrialis pertama yang mengingatkan bagaimana sistem pabrik yang sedang tumbuh dan berkembang telah merendahkan para pekerja. Ia menolak praktik-praktik kekerasan yang ia lihat di pabrik-pabrik, seperti anak yang bekerja di bawah umur 10 tahun, 13 jam kerja tiap hari dengan kondisi kerja yang menyedihkan. Owen menjadi seorang reformer, ia mencek para pemilik pabrik yang memperlakukan peralatan lebih baik dibandingkan dengan para karyawannya, ia mengkritik mereka yang membeli mesin dengan harga mahal sementara membayar para pekerja yang menjalankan mesin tersebut dengan harga sangat murah. Owen mengatakan bahwa mempergunakan uang untuk meningkatkan para pekerja merupakan salah satu investasi terbaik yang menjadi pilihan para eksekutif bisnis, ia mengklaim bahwa memperlihatkan concern kepada para karyawan akan sangat menguntungkan untuk manajemen dan membebaskan kesengsaraan manusia. Untuk ukuran zaman Owen ia tentu sangat idealis tapi seratus tahun setelah tahun 1825 ditetapkan jam kerja untuk semua, undang-undang perburuhan anak, pendidikan untuk umum, perusahaan memberikan makan pada waktu kerja.

2. Masa KlasikMasa Klasik meliputi tahun 1900-1930. Selama periode ini, untuk pertama kali teori-teori manajemen secara umum mulai dikembangkan, pada masa ini yang banyak kontribusi dalam perilaku organisasi, mereka itu adalah Frederick W. Taylor, Henry Fayol, Max Weber, Mary Panther Follet, dan Chester Bernard telah meletakkan dasar praktik-praktik manajemen sekarang.

Manajemen secara Ilmiaha. Frederick W Taylor; Frederick W Taylor menggambarkan prinsip-prinsip manajemen secara ilmiah menampilkan tiga bab sebagai tujuan dari gerakannya:

Page 75: Manajemen pendidikan islam gm

a) Untuk menegaskan bahwa Amerika Serikat telah dirugi-kan karena tidak adanya efisiensi.b) Maka solusi terletak pada manajemen yang sistematis bukan pada usaha mencari orang yang istimewa.c) Untuk membuktikan bahwa manajemen yang baik ada¬lah suatu ilmu yang tepat yang berdasarkan pada hukum-hukum yang jelas, aturan-aturan, dan prinsip-prinsip. Awal penggunaan manajemen yang ilmiah membuahkan hasil yang gemilang. Perusahaan motor Ford berusaha melaksanakan prinsip-prinsip manajemen ilmiah di tahun 1908 dan berhasil merakit suatu mobil hanya dalam waktu 14 menit. Dari pandangan ilmu perilaku, pelaksanaan manajemen ilmiah mencoba memadukan asumsi-asumsi mekanik terhadap ilmu-ilmu perilaku organisasi.

b. Teori Administratif dari Henry Fayol; Henry Fayol seorang industriawan Perancis menerbitkan bukunya pada tahun 1919 yakni General and Industrial Administration. Yang banyak mempengaruhi pemikiran-pemikiran manajemen di Eropa. Pandangan-pandangannya dianggap sebagai suatu pemikiran tentang organisasi adminis¬tratif. Fayol berpendapat bahwa semua organisasi terdiri dari unit atau subsistem sebagai berikut:a) Aspek teknik dan komersial dan dari kegiatan pembelian, produksi dan penjualan.b) Kegiatan-kegiatan keuangan.c) Unit-unit keamanan dan perlindungand) Fungsi perhitungane) Fungsi administratif dari perencanaan, organisasi, pengarahan, koordinasi, dan pengendalian.c. Teori Struktural dari Max Weber; Max Weber adalah pemikir dalam ilmu sosial dari Jerman. Dua aspek kerja Weber yang relevan dengan perilaku organisasi yaitu:Pcrtama, seorang ahli ilmu sosial, ia tertarik untuk menjelas-kan preskripsi dari pertumbuhan organisasi yang besar.

Kedua, ia terkesan akan kelemahan-kelemahan manusia dan pertimbangan yang kadang-kadang tidak realistis bahwa manusia mempunyai rasa emosi.Teori Max Weber memiliki sifat:a) Adanya spesialisasi atau pembagian kerjab) Adanya hierarki yang berkembangc) Adanya suatu sistem atau aturan dari suatu prosedurd) Adanya hubungan kelompok yang impersonalitase) Adanya promosi dan jabatan yang berdasarkan kecakapan.

3. Gerakan Hubungan KemanusiaanRaymond Miles menyatakan bahwa pendekatan hubungan kemanusiaan secara sederhana menempatkan karyawan sebagai manusia, tidak sebagai mesin yang dipergunakan dalam berproduksi. Pada sejarah hubungan kemanusiaan ini terdapat tiga kejadian yang memberikan kontribusi dalam penelaahan ilmu perilaku organisasi. Tiga kejadian itu antara lain sam masa-masa depresi yang hebat, gerakan kaum buruh, dan basil penemuan Howthorne.a. Masa depresi; depresi yang terjadi pada tahun 1930-an menyebabkan goncangan yang hebat di bidang keuangan. dan perekonomian pada umumnya. Penyebab depresi pada umumnya antara lain:a) Akumulasi stok barang yang baru yang besar di tangan konsumenb) Konsumen menolak naiknya hargac) Jarang investasi dalam skala usaha

Page 76: Manajemen pendidikan islam gm

d) Melemahnya kepercayaan dan harapan-harapane) Akumulasi yang besar dari kemampuan produksi sebagai basil pengembangan teknologi.

Ledakan depresi menyadarkan manajemen untuk menghayati bahwa produksi tidak akan bertahan lama sebagai unsur yang bertanggung jawab dalam manajemen. Di saat itu lalu timbul gagasan untuk meletakkan unsur manusia sebagai unsur yang amat dominan dalam manajemen, sebagai basil dari depresi hubungan kemanusiaan dan perilaku organisasi mendapatkan tempat yang dominan dan perhatian yang seksama.

b. Gerakan Serikat Buruh; di tahun 1935 serikat buruh secara sah diakui (legally entranced), banyak para manajer menjadi sadar dan mulai banyak memberikan perhatiannya kepada buruh. Gerakan serikat buruh ini secara langsung ataupun tidak langsung memberikan dampak yang besar terhadap studi perilaku organisasi individu-individu yang mendukung kerja sama dalam suatu organisasi tertentu. Gerakan serikat buruh tercatat dalam sejarah pengembangan studi perilaku organisasi, sebagai titik awal dalam masa embrio berkembang gerakan kemanusiaan.

c. Penemuan Howthorne; Howthome mengadakan penelitian dengan tujuan untuk mencari sampai di mana pengaruh hubungan antara kondisi fisik lingkungan kerja dengan produktivitas karyawan. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa langkah. Langkah pertama, percobaan tentang cahaya lampu antara tahun 1924-1927, hasilnya bahwa cahaya penerangan lampu pada tempat kerja hanyalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil kerja dan pengaruhnya kecil sekali. Langkah kedua, Howthorne menyediakan ruang istirahat bagi karyawan. Hasilnya dari fase ini hampir sama dengan fase pertama. Langkah ketiga, studi tentang ruang bank tilgram. Tujuannya untuk melakukan analisis pengamatan terhadap kelompok pekerja informal.Ternyata dalam fase ketiga ini tidak ada kenaikan pro¬duktivitas yang tinggi. Implikasi penemuan Howthorne terhadap pengembangan tentang ilmu perilaku organisasi ternyata amat besar dan penting sekali. Usaha-usaha penemuan ini merupakan satu dasar yang amat berharga terhadap pendekatan perilaku di dalam segala aspek manajemen.

4. Organisasi ModernAsumsi dasar tentang sifat manusia menurut ilmu organisasi modern adalah bukan baik dan bukan buruk. Beberapa orang beranggapan bahwa manusia mempunyai keunikan dalam perilaku hal yang terarah, lainnya beranggapan bahwa perilaku manusia dalam banyak hal menunjukkan sebagai sasaran yang tidak teratur.Pendekatan yang dipakai untuk menganalisis perilaku ma¬nusia menurut ahli perilaku organisasi modern, yaitu pada hakikatnya juga menggunakan metode eksperimen, dengan memberi¬kan penekanan pada observasi terkendali dan generalisasi data. Pengharapan-pengharapan pada manajemen modern, yaitu pemahaman-pemahaman dari perilaku manusia yang selalu bertambah dengan pemahaman ilmiah yang akan membawa ke arah penyempurnaan kerja.

Selain dari sejarah perkembangan organisasi sebagai suatu ilmu yang terjadi di kalangan ilmu barat, jauh sebelumnya juga ditemukan tokoh-tokoh dari Timur (baca: Islam) dalam mengemukakan berbagai teori yang berkenaan dengan organisasi. Salah satu di antaranya yang terkenal adalah Ibn Khaldun (1332 – 1406 M/732 – 808 H) diakui oleh para sarjana baik muslim maupun non-muslim di Barat sebagai seorang sosiolog ternama. Dalam kitab magnum opusnya, Muqaddimah, Ibn Khaldun banyak berbicara tentang teori masyarakat,

Page 77: Manajemen pendidikan islam gm

peradaban, perkembangan profesi, serta pentingnya berkumpul (organisasi) dalam mewujudkan cita-cita bersama. Dalam Muqaddimah-nya, Ibn Khaldun mengutip pendapat para filosof—di sini Ibn Khaldun tidak menyebutkan nama-nama filosof tersebut—“manusia adalah makhluk sosial” (al-insānu madaniyyun bit thab’i). Pernyataan ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Lebih lanjut, ia menuliskan;

Pernyataan ini mengandung makna bahwa seorang manusia tidak bisa hidup sendirian, dan eksistensinya tidaklah terlaksana kecuali dengan kehidupan bersama. Dia tidak akan mampu menyempurnakan eksistensi dan mengatur kehidupannya dengan sempurna secara sendiri. Benar-benar sudah menjadi wataknya, apabila manusia butuh bantuan dalam memenuhi kebutuhannya. Mula-mula, bantuan itu berupa konsultasi, lalu kemudian berserikat serta hal-hal lain sesudahnya. Berserikat dengan orang lain, bila ada kesatuan tujuan, akan membawa kepada sikap saling membantu. Tapi jika tujuannya berbeda, akan menimbulkan perselisihan dan pertengkaran, sehingga muncullah sikap saling membenci, saling berselisih. Ini yang membawa peperangan atau perdamaian di kalangan bangsa-bangsa.

Dalam pernyataan di atas, Ibn Khaldun menyebutkan sebagai makhluk sosial, manusia selala berserikat (berorganisasi) jika memang ada kesatuan tujuan. Tampak jelas bahwa Ibn Khaldun—yang hidup sekitar empat abad sebelum Adam Smith (1776)—telah memahami teori organisasi. Dengan demikian, konsep organisasi sebenarnya telah dikemukakan oleh para tokoh intelektual Islam ketika masa kejayaannya sebelum berkembangnya peradaban Barat. Semua itu tidak terlepas dari isyarat-isyarat yang dikemukakan dalam al-Qur'an maupun Hadis sehingga melahirkan berbagai pemikiran yang brilliant dari generasi muslim pada masa-masa selanjutnya.

D. Prinsip-prinsip, Fungsi dan Manfaat OrganisasiAgar terwujudnya suatu organisasi yang baik, efektif, efisien serta sesuai dengan kebutuhan, secara selektif harus didasarkan pada prinsip-prinsip organisasi sebagai berikut.

1. Principle of Organizational Objective (prinsip tujuan organisasi). Menurut prinsip ini tujuan organisasi harus jelas dan rasional, apakah bertujuan untuk mendapatkan laba (business organization) ataukah untuk memberikan pelayanan (public organization). Hal ini merupakan bagian penting dalam menentukan struktur organisasi.2. Principle of Unity of Objective (prinsip kesatuan tujuan). Menurut prinsip ini, di dalam suatu organisasi harus ada kesatuan tujuan yang ingin dicapai. Organisasi secara keseluruhan dan tiap-tiap bagiannya harus berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Organisasi akan kacau, jika tidak ada kesatuan.3. Principle of Unity of Command (prinsip kesatuan perintah) Menurut prinsip ini, hendaknya setiap bawahan menerima perintah ataupun memberikan pertanggungjawaban hanya kepada satu orang atasan, tetapi seorang atasan dapat memerintah beberapa orang bawahan.4. Principle of the Span of Management (prinsip rentang kendali). Menurut prinsip ini, seorang manajer hanya dapat memimpin secara efektif sejumlah bawahan tertentu, misalnya 3 sampai 9 orang. Jumlah bawahan ini tergantung kecakapan dan kemampuan manajer bersangkutan.5. Principle of Delegation of Authority (prinsip pendelegasian wewenang) Menurut prinsip ini, hendaknya pendelegasian wewenang dari seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain jelas dan efektif, sehingga ia mengetahui wewenangnya.

Page 78: Manajemen pendidikan islam gm

6. Principle of Parity of Authority and Responsibility (prinsip keseimbangan wewenang dan tanggung jawab) Menurut prinsip ini, hendaknya wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. Wewenang yang didelegasikan dengan tanggung jawab yang timbul karenanya harus samabesarnya, hendaknya wewenang yang didelegasikan tidak meminta pertanggungja wabany ang lebih besar dari wewenang itu sendiri atau sebaliknya. Misalnya, jika wewenang sebesar X, tanggung jawabnya pun harus sebesar X pula.7. Principle of Responsibility (prinsip tanggung jawab). Menurut prinsip ini, hendaknya pertanggungjawaban dari bawahan terhadap atasan harus sesuai dengan garis wewenang (line autho¬rity) dan pelimpahan wewenang; seseorang hanya bertanggung jawab kepada orang yang melimpahkan wewenang tersebut.8. Principle of Departmentation (principle of devision of work-prinsip pembagian kerja). Menurut prinsip ini, pengelompokan tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang sama ke dalam satu unit kerja (departemen) hendaknya didasarkan atas eratnya hubungan pekerjaan tersebut.9. Principle of Personnel Placement (prinsip penempatan personalia). Menurut prinsip ini, hendaknya penempatan orang-orang pada setiap jabatan harus didasarkan atas kecakapan, keahlian dan keterampilannya (the right men, in the right job); mismanajemen penempatan harus dihindarkan. Efektivitas organisasi yang optimal memerlukan penempatan karyawan yang tepat. Untuk itu harus dilakukan seleksi yang objektif dan berpedoman atas job specification dari jabatan yang akan diisinya.10. Principle of Scalar Chain (prinsip jenjang berangkai). Menurut prinsip ini, hendaknya saluran perintah/wewenang dari atas ke bawah harus merupakan mata rantai vertikal yang jelas dan tidak terputus-putus serta menempuh jarak terpendek. Sebaliknya pertanggungjawaban dari bawahan ke atasan juga melalui mata rantai vertikal, jelas dan menempuh jarak terpendeknya. Hal ini penting, karena dasar organisasi yang fundamental adalah rangkaian wewenang dari atas ke bawah; tindakan dumping hen¬daknya dihindarkan.11. Principle of Efficiency (prinsip efisiensi). Menurut prinsip ini, suatu organisasi dalam mencapai tujuannya harus dapat mencapai hasil yang optimal dengan pengorbanan yang minimal.12. Principle of Continuity (prinsip kesinambungan). Organisasi harus mengusahakan cara-cara untuk menjamin kelangsungan hidupnya.13. Principle of Coordination (prinsip koordinasi). Prinsip ini merupakan tindak lanjut dari prinsip-prinsip organisasi lainnya. Koordinasi dimaksudkan untuk mensinkronkan dan mengintegrasikan segala tindakan, supaya terarah kepada sasaran yang ingin dicapai.

Dalam konteks pendidikan Islam, prinsip-prinsip ini haruslah berlandaskan kepada landasan ajaran Islam itu sendiri, yaitu al-Qur'an dan Sunnah. Di antara prinsip organisasi yang tersirat dalam al-Qur'an dan Hadis adalah sebagai berikut:1. Tujuan organisasi secara umum harus mencari dan menemukan keridhaan Allah SWT. Meskipun tujuan lain dibangun bernuansa duniawi, akan tetapi hal-hal yang bersifat duniawi tersebut adalah sesuatu yang diridhai oleh Allah SWT. Firman-Nya:Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Qs. al-Jumuah: 9-10)

2. Kerja sama yang dilakukan dalam suatu organisasi—termasuk segala proses yang

Page 79: Manajemen pendidikan islam gm

dijalankan—hanya dalam kebaikan, bukan dalam hal kemaksiatan, keburukan, atau kemungkaran. Firman-Nya:Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. (Qs. Al-Maidah/5: 2)3. Pemberian tugas dan wewenang kepada anggota organisasi berdasarkan kemampuan yang mereka miliki. Dalam ajaran Islam, banyak hal hukum yang diterapkan berdasarkan kemampuannya, seperti shalat duduk atau berbaring bagi orang yang sakit, mengganti puasanya dengan fidyah bagi yang sakit dan sulit akan sembuh, dan sebagainya. Demikian pula perintah memberi nafkah, juga berdasarkan kemampuan seseorang, sebagaimana firman-Nya:

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (Qs. ath-Thalaq/65: 7)

Dalam hal ini, juga diperlukan penyerahan tugas sesuai dengan keahliannya. Rasulullah SAW bersabda:Apabila suatu perkara/urusan diserahkan bukan pada ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya. (HR. Bukhari).

4. Masing-masing anggota organisasi harus menjalankan tugasnya dengan baik dan mempertanggungjawabkan setiap tugas yang diembannya. Rasulullah SAW bersabda:

�ه� �ت ي ع� ر� ع�ن� Aو�ل� ئ م�س� �م� .ك �ل و�ك اع& ر� �م� ��ك �ل ...كKalian semua adalah pemimpin, dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya… (muttafaq 'alaih).

Mengenai tanggung jawab ini, juga dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam al-Qur'an surat ar-Ra’du/13 ayat 11:

ه�م� �ف�س� ن� �أ ب م�ا � وا �ر� �غ�ي ي �ى ح�ت & �ق�و�م ب م�ا �ر� �غ�ي ي � ال Iه� الل �ن� إ

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang terdapat pada (keadaan) satu kaum (masyarakat), sehingga mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri (sikap mental) mereka.

5. Seluruh anggota organisasi secara kolektif bertanggung jawab terhadap individu-individu yang ada dalam organisasi tersebut sehingga diperlukan adanya pembinaan (supervisi), pendidikan, dan perhatian kepada mereka. Jika tidak, maka kesalahan yang dilakukan oleh individu tertentu bisa merusak citra organisasi. Hal ini tersirat dalam firman Allah SWT dalam surat al-Anfal/8 ayat 25:Artinya: dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya.

6. Komunikasi yang digunakan dalam organisasi hendaklah dengan lemah lembut, tegas, perkataan yang benar serta mengandung keselamatan, sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan. Mengenai pentingnya berkomunikasi dengan baik dan lemah lembut ini Allah SWT berfirman:Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka.

Page 80: Manajemen pendidikan islam gm

Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (Qs. Ali Imran/3: 159)

Dalam al-Qur'an juga ditemukan beberapa istilah komunikasi seperti:a. qaulan sadida/perkataan yang benar (Qs. an-Nisa'/4: 9 dan al-Ahzab/33: 70);b. qaulan karima/perkataan yang mulia (Qs. al-Isra'/17: 23);c. qaulun ma'rufun atau qaulan ma'rufa/perkataan yang baik (Qs. al-Baqarah/2: 2235 dan 263; Muhammad/47: 21 juga al-Ahzab/33: 32 dan an-Nisa'/4: 8);d. qaula al-haq/perkataan yang benar (Qs. Maryam/19: 34); dane. qaulan baligha/perkataan yang sampai berbekas pada jiwa mereka (Qs. an-Nisa'/4: 63).

Berbagai bentuk kata yang menunjukkan etika dan cara komunikasi tersebut dilakukan sesuai dengan kondisi lawan bicara dan materi yang dibicarakan. Penerapan komunikasi seperti ini akan sangat efektif dalam membangun organisasi yang profesional dan menyenangkan.

7. Selain menggunakan kata-kata yang baik, hendaklah saling memberi nasehat di jalan yang benar, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-'Ashr ayat 1-3:Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati (saling berwasiat) supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati (saling berwasiat) supaya menetapi kesabaran.

8. Dalam pengambilan kebijakan dan keputusan, hendaklah dilakukan dengan prinsip musyawarah dan diiringi dengan sifat tawakal. Sebagaimana firman-Nya:Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Qs. Ali Imran/3: 159)

9. Menegakkan prinsip keadilan. Islam sangat menekankan pentingnya menegakkan keadilan, termasuk dalam urusan kemasyarakat dan berorganisasi. Bahkan Ali ibn Abi Thalib kw. pernah berkata: "Tuhan akan menegakkan negara yang adil meskipun kafir dan akan menghancurkan negara yang zhalim meskipun Islam". Al-Qur'an juga banyak membicarakan tentang prinsip keadilan, salah satu di antaranya adalah:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. surat al-Maidah/5 ayat 8)

10. Jabatan dan tugas yang diberikan dalam organisasi pada hakikatnya sebagai amanah yang harus dijalankan dengan sifat amanah (dapat dipercaya) pula. Pentingnya sifat amanah ini juga ditegaskan dalam al-Qur'an bahwa watak manusia memang suka menerima amanah, akan tetapi agar tidak termasuk orang yang zalim lagi bodoh, harus mampu mengemban amanah tersebut sebagaimana mestinya. Dalam konteks berorganisasi, maka setiap anggota organisasi harus menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing sesuai dengan job description yang diberikan. Firman-Nya:Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-

Page 81: Manajemen pendidikan islam gm

gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh, (Qs. al-Ahzab/33: 72)

11. Dalam menjalankan organisasi pendidikan Islam hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, jujur, tranparan, dan sifat-sifat terpuji lainnya sebagaimana yang dituntun dalam ajaran Islam, khususnya yang berkenaan dengan ajaran akhlaqul Islam.Adapun yang menjadi fungsi dari sasaran organisasi tersebut antara lain:1. Dapat merumuskan serta memusatkan perhatian atau mengarahkan para manajer dalam usaha memperoleh dan mempergunakan sumber daya organisasi.2. Dapat digunakan sebagai dasar dan alasan peng-orgairisasian.3. Sebagai suatu standar penilaian terhadap organisasi, dan daprt dijadikau sebagai ukuran terhadap derajat efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuannya.4. Sebagai sumber legitimasi yang membenarkan kegi¬atan dan eksistensinya terliadap kelornpok-kelompok yang beraneka ragam seperti para penanaman modal, anggota, pelanggan dan masyarakat secara keseluruhan dan sebagainya.5. Dapat membantu organisasi untuk memperoleh suinberdaya manusia yang dibutuhkan.

Fungsi yang menjadi sasaran bagi para anggota perseorangan dalam suatu organisasi adalah:1. Dapat memberikan pengarahan kerja sehingga mendorong para pekerja untuk memusatkan perhatian dan usahanya secara lebih ielas ke arah tujuan yang telah ditetapkan.2. Memberikan alasan sebagai dasar untuk bekerja dan dapat memberikan arti pada pekerjaan yang kelihatannya tidak terarah.3. Dapat dijadikan sebagai sasaran pencapaian keinginan pribadi.4. Dapat membantu individu merasa terjarnin bahwa Organisasi akan tenis berjalan untuk masa selanjut-nya.5. Dapat memberikan identifikasi dan status bagi para pekerjanya

Sementara manfaat dari adanya organisasi adalah:1. Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan adanya organisasi yang baik.2. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Jika organisasi itu di bidang pendidikan, maka akan turut mencerdaskan masyarakat serta membimbing masyarakat agar tetap menerapkan nilai-nilai ajaran Islam.3. Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi.4. Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring dengn munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir sejarah ilmu pengetahuan.

Dalam ajaran Islam, juga diperlukan organisasi. Rasulullah SAW bersabda bahwa Shalat berjama'ah lebih utama daripada shalat sendirian 27 derajat. Hadis ini mengisyaratkan tentang:a. Keutamaan shalat berjamaahb. Aplikasinya dalam kehidupan bermasyarakat bahwa hidup secara berjamaah atau berorganisasi dengan dipimpin oleh seorang pemimpm/imam lebih besar keuntungannya

Page 82: Manajemen pendidikan islam gm

dari¬pada tanpa berorganisasi atau berjamaah.

Begitu pula pernyataan Ali bin Abi Thalib: "al-haqqu bila nizhamin sayaghlibuhu al-bathil bi nizhamin", (Kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir). Pernyataan ini menunjukkan begitu pentingnya organisasi untuk mewujudkan suatu tujuan, termasuk dalam menerapkan kebenaran.

E. Bentuk-bentuk Organisasi

Bentuk-bentuk organisasi dapat dilihat dari beberapa segi, di antaranya:1. Berdasarkan tipe-tipe strukturnya.2. Berdasarkan proses pembentukannya;3. Berdasarkan kaitan hubungannya dengan pemerintah;4. Berdasarkan skala (ukuran) besar-kecilnya;5. Berdasarkan tujuannya;6. Berdasarkan organization chartnya;

Bentuk-bentuk organisasi di atas akan dijelaskan berikut ini:1. Berdasarkan Tipe-tipe Struktur OrganisasiJika dilihat dari strukturnya, organisasi dapat dibagi kepada beberapa tipe, yaitu: (1) organisasi dalam bentuk lini (line organization), (2) organisasi dalam bentuk lini dan staf (line and staf organization), (3) organisasi dalam bentuk fungsional {functional, organization), dan (4) organisasi dalam bentuk panitia (committe organization). Untuk lebih jelasnya pemahaman mengenai bentuk-bentuk orgaisasi tersebut dapai dilihat pada uraian berikut ini.

a. Organisasi dalam bentuk lini (line Organization)Bentuk lini juga disebut "bentuk lurus", "bentuk jalur", atau "bentuk militer". Bentuk ini adalah bentuk yang dianggap paling tua dan digunakan secara luas pada masa perkembangan industri pertama. Organisasi Lini ini diciptakan oleh Henry Fayol dan biasanya orga¬nisasi ini dipakai oleh militer dan perusahaan-perusahaan kecil saja.

Dalam organisasi lini ini pendelegasian wewenang dilakukan secara vertikal melalui garis terpendek dari seorang atasan kepada bawahannya. Pelaporan tanggung jawab dari bawahan kepada atasannya juga dilakukan melalui garis vertikal yang terpendek. Perintah-perintah hanya diberikan seorang atasan saja dan pelaporan tanggung jawab hanya kepada atasan bersangkutan.

Adapun ciri-ciri dari organisasi dalam bentuk ini adalah:1) Garis komando langsung dari atasan ke bawahan atau dari pimpinan tertinggi kepada berbagai tingkat operasional.2) Masing-masing pekerja bertanggungjawab penuh terhadap semua kegiatannya.3) Otoritas dan tanggung jawab tertinggi terletak pada pimpinan puncak (top Management).4) Ruang lingkup Organisasinya lebih kecil dan jumlah anggota juga sedikit.5) Hubuilgan kerja antara atasan dan bawahan berbsifat langsung.6) Tujuan. alat-alat yang digunakan dan struktur organisasi bersifat sederhana.7) Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan yang tertinggi.8) Tingkat spesialisasi yang dibiltuhkan masih sangat rendah.9) Semua anggota organisasi masih kenal antara satu sama lainnya.

Page 83: Manajemen pendidikan islam gm

10) Produksi yang dihasilkatt belum beraneka ragam (defersified).

Organisasi bentuk lini ini mengandung beberapa keuntungan, di samping itu juga mengandung beberapa kelemahan. Di antara keuntungan dari organisasi dalam bentuk lini ini antara lain:1) Kekuatan dan tanggung-jawab dapat ditetapkan secara pasti.2) Orang-orang yang mempunyai kekuasaan dan tanggung-jawab diketahui oleh semua pihak.3) Proses pengambilan kepuiusan berjalan dengan tepat karena jumlah orang yang perlu diajak berkonsultasi tidak banyak.4) Disiplin kerja mudah dipertahankan dan penga-wasan dari pimpinan mudah dilaksanakan.5) Besarnya solidaritas para anggota karena satu sa¬ma lainnya saling kenal-mengenal.6) Tersedianya kesempatan yang banyak bagi pim¬pinan organisasi untuk melatih bakat-bakat yang dipunyai bawahan.7) Kesempatan bagi para anggota organisasi untuk mengembangkan spesialisasinya sangat terbatas.

Di samping itu beberapa kelemahan dari organisasi dalam bentuk lini tersebut antara lain:1) Tujuan organisasi cenderung sama, atau paling ti¬dak didasarkan atas tujuan pribadi pimpinan ter¬tinggi dari organisasi dimaksud.2) Pimpinan organisasi cenderung bertindak otoriter, karena organisasi dipandang milik pribadi.3) Seluruh kegiatan organsasi tertalu tergantung ke¬ pada seseorang, dan kelangsungan hidup organisasi sangat ditentukan oleh orang bersangkutan.4) Kesempatan bagi para anggota organisasi untuk mengembangkan spesialisasinya sangat terbatas.

b. Organisasi dalam bentuk staf (Staff Organization)Organisasi dalam bentuk staf hanya mempunyai hubungan dengan pucuk pimpinan dan berfungsi memberikan bantuan baik berupa pikiran maupun bantuan lain demi kelancaran tugas pimpinan dalam mencapai tujuan secara keseluruhan. Bentuk ini tidak mempunyai garis komando ke bawah.

c. Organisasi dalam bentuk lini dan staf (tine and staf or¬ganization)Organisasi Lini dan Staf (Line and Staff Organization) ini pada dasarnya merupakan kombinasi dari organisasi lini dan organisasi fungsional. Kombinasi ini dilakukan dengan cara memanfaatkan kebaikan-kebaikannya dan meniadakan keburukan-keburukannya.Biasanya organisasi bentuk lini dan staf ini terjadi pada organisasi yang lebih besar, di mana penyediaan tenaga spesialis sudah semakin dirasakan untuk memberikan nasehat- nasehat atau saran-saran teknis dan memberikan jasa-jasa kepada unit-unit operasional. Tenaga semacam itu biasanya disebut "staff personnel" yaitu orang yang melaksanakan fungsi staf (staff function), yang dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu: para penasehat (advisor) dan personil yang melakukan kegiatan penunjang (auxiliary personnel) demi lancarnya mekanisme organisasi. Ada beberapa karakteristik atau ciri utama; dari organisasi yang berbentuk lini dan staf ini adalah:1) Pucuk pimpinannya hanya satu orang dan dibantu oleh para staf.2) Terdapat dua kelompok wewenang, yaitu wewenang lini dan wewenang staf.3) Kesatuan perintah tetap dipertahankan, setiap atasan mempunyai bawahan tertentu dan setiap bawahan hanya mempunyai seorang atasan langsung.

Page 84: Manajemen pendidikan islam gm

4) Organisasinya besar, karyawannya banyak dan pekerjaannya bersifat kompleks.5) Hubungan antara atasan dengan para bawahan tidak bersifat langsung.6) Pimpinan dan para karyawan tidak semuanya saling kenal-mengenal.7) Spesialisasi yang beraneka ragam diperlukan dan digunakan secara optimal.

Organisasi yang berbentuk lini dan staf ini memberikan bebe¬rapa keuntungan/kebaikan antara lain:1) Adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok lini yang melakukan tugas pokok organisasi dan ke¬lompok staf yang melakukan kegiatan penunjang.2) Asas spesialisasi yang ada dapat dilanjutkan menurut bakat bawahan masing-masing.3) Prinsip "the right man on the right place" dapat diterapkan dengan mudah.4) Koordinasi dalam setiap unit kegiatan dapat diterapkan dengan mudah.5) Dapat digunakan dalam organisasi yang lebih besar.

Perintah lini dan perintah staf sering membingungkan anggota organisasi, karena kedua jenis hirarki ini sering tidak seirama dalam memandang sesuatu Sedangkan kelemahan-kelemahan dari orgainsasi dalam bentuk lini dan staf ini adalah:1) Pimpinan lini sering mengabaikan nasehat atau saran dari staf.2) Pimpinan staf sering mengabaikan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pimpinan lini.3) Adanya kemungkinan pimpinan staf melampaui'batas kewenangannya.4) Perintah lini dan perintah staf sering membingungkan anggota organisasi karena kedua jenis hirarki sering tidak seirama dalam memandang sesuatu.

Gambar di atas menunjukkan bahwa kekuasaan pimpinan diharapkan secara lurus, penuh dan vertikal kepada pejabat yang memimpin satuan-satuan di bawahnya, yaitu orang-orang lini yang melaksanakan tugas pokok organisasi dalam rangka pencapaian tujuan. Begitu juga orang-orang staf yang sifat tugasnya menunjang tugas-rugas pokok, sesuai dengan keahliannya baik bersifat menasehati, maupun yang memberikan jasa-jasa kepada unit-unit operasional dalam bentuk "auxilary service", misalnya dalam bidang kepegawaian, keuangan, ketatalaksanaan, perlengkapan kantor dan lain sebagainya.

Tegasnya, wewenang lini (line authority) adalah kekuasaan, hak dan tanggung jawab langsung bagi seseorang atas tercapainya tujuan; ia berwenang mengambil keputusan, kebijaksanaan dan berkuasa serta harus bertanggung jawab langsung tercapainya tujuan perusahaan. Sedangkan wewenang staf (staff authority) adalah kekuasaan dan hak hanya untuk memberikan data, informasi, pelayanan dan pemikiran untuk membantu kelancaran tugas-tugas manajer lini.

d. Organisasi dalam bentuk fungsionalOrganisasi fungsional adalah bentuk organisasi di mana kekuasaan pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan di bawahnya dalam satuan bidang pekerjaan tertentu. Setiap kepala dari satuan mempunyai kekuasaan untuk memerintah dan mengawasi semua pejabat bawahan sepanjang mengenai bidangnya. Organisasi tidak

Page 85: Manajemen pendidikan islam gm

terlalu menekankan pada struktural akan tetapi lebih banyak berdasarkan pada sifat dan macam fungsi yang harus dijalankan.

Pada tipe organisasi fungsional ini masalah pembagian kerja men¬dapat perhatian yang sungguh-sungguh. Pembagian kerja didasarkan pada "spesialisasi" yang sangat mendalam dan setiap pejabat hanya mengerjakan suatu tugas/pekerjaan sesuai dengan spesialisasinya. F. W. Taylor yang menciptakan organisasi fungsional ini.

Adapun ciri-ciri tipe ini adalah sebagai berikut:1) Pembidangan tugas secara tegas dan jelas dapat dibedakan.2) Bawahan akan menerima perintah dari beberapa orang atasan.3) Penempatan pejabat berdasarkan spesialisasinya.4) Koordinasi menyeluruh biasanya hanya diperlukan pada tingkat atas.5) Terdapat dua kelompok wewenang, yaitu wewenang lini dan wewenang fungsi.

Ada beberapa kebaikan dari organisasi yang berbentuk fungsional ini antara lain:1) Adanya pembagian tugas antara kerja pikir (mental) dan fisik,2) Dapat dicapai tingkat spesialisasi yang baik.3) Solidaritas antara orang-orang yang menjalankan fungsi yang sama umuinirya tinggi.4) Moral serta disiplin keija yang tinggi.5) Koordinasi antara orang-orang yang ada daiam satu fungsi mudah dijalankan.

Sedangkan yang menjadi kelemahan dari organisasi berbentuk fungsional antara lain:1) Insiatif perorangan sering tertekan karena sudah dibatasi pada satu fungsi.2) Sulit mengadakan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan diri dalam satu bidang saja.3) Koordinasi yang sifatnya menyeluruh sulit diadakan karena orang-orang yang bergerak dalam satu bidang mementingkan fungsinya saja.

e. Organisasi dalam bentuk panitia (committee)Organisasi panitia/komite adalah suatu organisasi yang masing-masing anggota mempunyai wewenang yang sama dan pimpinannya kolektif. Organisasi Komite (Panitia = Committee Organization) mengutamakan pimpinan, artinya dalam organisasi ini terdapat pimpinan "kolektif/ presidium/plural executive" dan komite ini bersifat manajerial. Komite dapat juga bersifat formal atau informal; komite-komite itu dapat dibentuk sebagai suatu bagian dari struktur organisasi formal, dengan tugas-tugas dan wewenang yang dibagi-bagikan secara khusus.Jadi, organisasi dalam bentuk panitia ini adalah organisasi di mana para pelaksana dibentuk dalam kelompok-kelompok yang bersifat panitia. Di sini ada unsur pimpinan dan ada unsur pelaksana yang disebut dengan "task force" atau "satgas". Adapun ciri-ciri dari organisasi dalam bentuk panitia ini adalah:1) Strukutur organisasi tidak begitu kompleks. Biasanya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, ketua-ketua seksi, dan para perugas.2) Struktur organisasi secara relatif tidak permanea. Or¬ganisasi ini hahya dipakai sesuai kebutuhan atau kegiatan.

Page 86: Manajemen pendidikan islam gm

3) Tugas pimpinan dilasanakan secara kolektif.4) Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan tanggung jawab yang sama.5) Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam bentuk satgas.Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam bentuk satgas Ada beberapa keuntungan dari orgaai-sasi yang berbentuk panitia ini, antara lain:1) Keputusan dapat diambil dengan baik dan tepat2) Kecil kemungkinan penggunaan kekuasaan secara berlebihan dari pimpinan.3) Usaha kerjasama bawahan mudah digalang.

Adapun yang menjadi kelemahan dari organisasi da¬lam bentuk panitia ini adalah:1) Proses pengambilan keputusan agak larnban karena harus dibicarakan terlebih dahulu dengan anggota or¬ganisasi.2) Kalau terjadi kemacetan kerja, tidak seorang pun yang mau bertanggung jawab melebihi yang lain.3) Para pelaksana sering bingung, karena perintah datangnya tidak dari satu orang saja4) Kreativitas nampaknya sukar dikembangkan, karena perintah pelaksanaan didasarkan pada kolektivitas.Organisasi panitia biasanya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan beberapa seksi.

2. Berdasarkan Proses PembentukannyaJika dilihat dari proses pembentukannya, organisasi terbagi kepada dua bentuk, yaitu organisasi formal dan organisasi informal.a. Organisasi Formal adalah organisasi yang dibentuk secara sadar dan dengan tujuan-tujuan tertentu yang disadari pula yang diatur dengan ketentuan-ketentuan formal, dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya. Kegiatan-kegiatan/hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya adalah kegiatan (hubungan) jabatan sebagaimana diatur dalam keten-tuan-ketentuan tertulis. Ikatan-ikatan yang terdapat dalam organisasi adalah berdasarkan ikatan-ikatan formal.b. Organisasi Informal adalah organisasi yang terbentuk tanpa disadari sepenuhnya, tujuan¬nya juga tidak jelas, anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya tidak ada dan hubungan-hubungan terjalin secara pribadi saja (per¬sonal/private relationship bukan formal relationship).Lebih lanjut Chester I Barnard mengemukakan bahwa organisasi informal adalah sejumlah hubungan yangbersifat pribadi. Dalam organisasi formal sering terdapat organisasi informal dari para karyawannya; organisasi formal sering terbentuk dari organisasi in¬formal. Sedangkan G.R. Terry berpendapat bahwa "Organisasi Non-Formal" yaitu organisasi yang terbentuk di dalam suatu organisasi formal yang anggota-anggotanya terdiri dari para karyawan perusahaan bersangkutan. Misalnya: organisasi arisan karyawan, koperasi karyawan, organisasi olahraga karyawan, organisasi kesenian karyawan dan lain-lainnya. Organisasi nonformal ini akan membahayakan organisasi formal, jika bidang kegiatannya sama dengan organisasi formalnya. Misalnya: Bank di dalam bank, koperasi di dalam koperasi.

Dengan demikian, setiap anggota dari kedua bentuk organisasi ini sejatinya melaksanakan aktivitasnya masing-masing tanpa harus mengganggu pihak lain, tetapi sebaliknya saling melengkapi.

Page 87: Manajemen pendidikan islam gm

2. Berdasarkan Kaitan Hubungannya dengan PemerintahDalam hubungannya dengan pemerintah, organisasi dibagi kepada dua bentuk, yaitu:a. Organisasi resmi, adalah organisasi yang dibentuk oleh (ada hubungannya) dengan pemerintah dan atau harus terdaftar pada Lembaran Negara. Misalnya: Jawatan-jawatan, lembaga-lembaga pemerintahan, yayasan-yayasan, dan perusahaan-perusahaan yang berbadan hukum.b. Organisasi tidak resmi, adalah organisasi yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah dan atau tidak terdaftar padaLembaran Negara, seperti organisasi-organisasi swasta; mungkin juga suatu organisasi yang dibentuk oleh pemerintah,tetapi organisasi ini merupakan unit-unit yang sifatnya swasta. Misalnya: Klub Bola Voli, Klub Sepak Bola, Group Kesenian, Organisasi pendaki gunung, Kelompok belajar dan lain-lain¬nya.

3. Berdasarkan Skala (Ukuran) Besar-KecilnyaJika dilihat dari skala (ukuran) organisasi tersebut secara kuantitas, maka organisasi dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk, yaitu:a. Organisasi Besar;b. Organisasi Sedang (Menengah); danc. Organisasi Kecil.Tolok ukur (skala) besar-kecilnya organisasi ini sifatnya relatif, karena ditentukan oleh banyak faktor. Tetapi besar-kecilnya organisasi perlu diketahui, karena akan mempengaruhi pilihan manajemen yang akan diterapkan.

4. Berdasarkan TujuannyaBerdasarkan tujuannya, organisasi dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu:a. Public Organization (organisasi sosial), adalah organisasi yang (nonprofit) yang tujuan utamanya untuk melayani kepentingan umum, tanpa perhitungan rugi-laba. Tujuannya adalah memberikan pelayanan dan bukan memperoleh laba (nonprofitmotive). Misalnya: Pemerintah, yayasan-yayasan sosial dan lain-lain¬nya.b. Business Organization (organisasi perusahaan) adalah organi¬sasi yang didirikan untuk tujuan komersial (mendapatkan laba) dan semua tindakannya selalu bermotifkan laba (profit motive). Jika organisasi perusahaan tidak memberikan laba/keuntungan lagi, maka tidak rasional untuk melanjutkannya lagi. Dilihat dari bidang usaha organisasi perusahaan ini dikenal perusahaan-perusahaan produksi, perdagangan dan pemberi jasa. Namun jika dilihat dari sudut hukum, organisasi dapat dibedakan perusahaan perseorangan (single proprietorship), dan perusahaan milik bersama (part¬nership). Misalnya: "Firma, CV, PT, Koperasi dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)."

5. Berdasarkan Organization Chart/Bagan OrganisasinyaApabila dilihat dari bentuk bagan organisasi yang digunakan, maka organisasi dapat dikelompokkan menjadi lima bentuk, yaitu:

a. Berbentuk segitiga vertikal (Arrangement Chart);Puncak segitiga (A) merupakan kedudukan Top ManagerKebaikannya:1) Tingkatan manajer dan kedudukan setiap karyawan jelas dan mudah diketahui.2) Garis perintah dan tanggung jawab jelas dan mudah kelihatan.3) Rentang kendali setiap bagian jelas dan mudah diketahui.4) Posisi kedudukan setiap karyawan (manajerial/operasional) jelas dan mudah diketahui.5) Jenis wewenang yang dimiliki setiap pejabat jelas dan mudah diketahui.

Page 88: Manajemen pendidikan islam gm

6) Pimpinan organisasi (Top Manager), jelas kelihatan.7) Berapa tingkat (golongan) organisasi mudah diketahui.Kelemahannya:1) Pimpinan kolektif (presidium) tidak dapat digambarkan.2) Top Manager kelihatan hanya mempunyai authority ke dalam organisasi saja.3) Bentuk struktur organisasi segitiga ini paling banyak dipergunakan oleh organisasi/perusahaan.

b. Berbentuk LingkaranKeterangan:1) Top Manager berada pada titik pusat lingkaran (A).2) Kedudukan yang mempunyai jarak yang sama dari pusat lingkaran punya posisi (golong¬an) yang sama.3) Semakin dekat kedudukan pada pusat lingkaran maka semakin tinggi kedudukannya dan se-baliknya.4) Top Manajer, C = Middle Mana¬ger dan B = Lower Manager, padahal B itu bawahan dari C.Kebaikannya:1) Top Manager kelihatan mempunyai wewenang ke setiap penjuru.2) Top Manager, kelihatan sebagai sentral keputusan dan kebijaksanaan.

Kelemahannya:1) Untuk mengetahui kedudukan atasan dan bawahan agak sulit dan kurang jelas.2) Pendelegasian wewenang dan pertanggung jawab tidak jelas ke¬lihatan.3) Kedudukan seorang bawahan dapat kelihatan sebagai atasan (B) terhadap C, sebab ia lebih dekat pada A.4) Demikian juga misalnya bawahan B, bisa lebih dekat pada A, jadi seperti bawahannya B.5) Kedudukan (posisi) staf sulit digambar dalam bentuk struktur ini. Struktur organisasi yang berbentuk lingkaran ini jarang dipergunakan dan kurang populer.

c. Berbentuk lingkaran dan atau setengah lingkaran;

Struktur organisasi yang berbentuk setengah lingkaran ini, pada prinsipnya samadenganyangberbentuk lingkaran.Perbedaannya hanya terletak,bahwa bawahan Middle Manager terletak di luar lingkaran pertama. Bentuk ini kurang populer dan jarang digunakan orang.Keterangan:1) A. Top Manager 1,2,3,4, dan 5 Middle Manager (B), sedangkan (C) Lower Manager.2) Kedudukan yang jaraknya sama dari (A), mempunyai posisi yang sama.3) Semakin dekat kepada (A), maka semakin tinggi kedudukannya dan sebaliknya.Kelemahan bentuk struktur ini pada dasarnya sama dengan bentuk struktur lingkaran, seperti untuk menggambar posisi staf sulit.

d. Berbentuk kerucut vertikal/horizontal

Struktur organisasi yang berbentuk "kerucut vertikal ataupun hori¬zontal" ini pada prinsipnya sama dengan struktur organisasi yang berbentuk "segitiga vertikal atau horizontal". Perbedaannya terletak pada struktur yang berbentuk segitiga, menunjukkan

Page 89: Manajemen pendidikan islam gm

bahwa "pimpinan puncak (Top Manager)-nya tunggal atau seorang". Sedang struktur organisasi yang berbentuk kerucut, menunjukkan bahwa "pimpinan puncak (Top Manager)-nya kolektif (presidium = beberapa orang)".

Pimpinan kolektif ini sering d ilakukan pada organisasi "komi te atau perusahaan FIRMA", Karena perusahaan Firma, diharuskan bahwa semua kekayaan pribadi anggota ikut dipertaruhkan untuk membayar utang-utang Firma, jika Firma tersebut dilikuidasi. Hal inilah yang men-dorong anggota Firma menganut "pimpinan kolektif" pada "puncak pimpinannya" untuk menghindari tindakan-tindakan negatif jika Firma pimpinan puncaknya tunggal (seorang).Pada organisasi komite tujuannya pimpinan puncak kolektif untuk menghindari kepemimpinan "otoriter" atau diktator jika pimpinan puncaknya seorang.

Keterangan:1) A dan B merupakan pimpinan puncak kolektif.2) Tingkatan-tingkatan lain dari departemen seorang/tunggal.3) Posisi yang semakin dekat ke A-B, kedudukan semakin tinggi dan sebaliknya.4) Jarak yang sama dari A dan B punya kedudukan (golongan) yang sama pula.

e. Berbentuk bulat telor (Oval).Keterangan:1) Yang duduk pada lingkaran I (A-B-C-D-E) punya posisi sama.2) Yang duduk pada lingkaran II punya posisi yang sama.3) Yang duduk pada lingkaran III, juga posisi yang sama.

Struktur organisasi berbentuk "OVAL atau BULAT TELUR" ini sering dipergunakan dalam perundingan-perundingan politik. Dalam perundingan politik antara negara yang berselisih, biasanya soal meja tempat berunding digunakan meja yang berbentuk oval. Hal ini mencerminkan bahwa setiap negara punya kedudukan (posisi) yang sama tinggi derajatnya. Barisan depan (dekat) meja duduk wakil-wakil tertinggi dari negaranya (lingkaran I), lingkaran II, lingkaran III dan seterusnya. Jadi setiap tempat duduk pada lingkaran yang sama punya peranan yang sama pula dalam perundingan bersangkutan. Semakin dekat tempat duduknya ke meja perundingan, semakin besar peranannya (posisi)-nya dalam perundingan tersebut. Struktur organisasi bentuk ini kurang populer dan jarang dipakai dalam perusahaan.Bentuk-bentuk organisasi di atas dapat diterapkan dalam organisasi pendidikan Islam, baik dalam satu bentuk saja atau mengkombinasikan antara beberapa bentuk lalu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Jelasnya, bentuk-bentuk di atas menjadi pertimbangan dalam merumuskan jenis organisasi yang akan diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan Islam dalam suatu lembaga organisasi.

F. Organisasi Lembaga Pendidikan IslamLembaga pendidikan, dalam bahasa Inggris disebut institute (berbentuk fisik), yaitu sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, dan lembaga dalam pengertian non-fisik atau abstrak disebut institution yaitu suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan. Lembaga dalam bentuk fisik disebut juga bangunan, sedangkan non-fisik disebut pranata.

Secara terminologi, lembaga pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung adalah sustu sistem peraturan yang bersifat mujarrad, suatu konsepsi yang terdiri dari kode-kode, norma-norma, idiologi-idiologi dan sebagainya, baik tertulis atau tidak, termasuk

Page 90: Manajemen pendidikan islam gm

perlengkapan material dan organisasi simbolik: kelompok manusia yang terdiri dari individu-individu yang dibentuk dengan sengaja atau tidak, untuk mencapai tujuan tertentu dan tempat-tempat kelompok itu melaksanakan peraturan-peraturan tersebut adalah: masjid, sekolah kuttab dan sebagainya.Dengan demikian, untuk menerapkan pendidikan Islam perlu suatu lembaga dan lembaga tersebut harus terorganisir sedemikian rupa sehingga tujuan pendidikan Islam dapat dicapai secara efektif dan efisien. Tegasnya, diperlukan organisasi lembaga pendidikan yang profesional.Berbicara tentang lembaga pendidikan Islam, dapat dilihat dari segi proses pembentukannya, yaitu formal, nonformal, dan informal. Akan tetapi, lembaga pendidikan Islam dalam bentuk institute biasanya dikelola oleh lembaga Departemen Agama dimana di dalamnya terdapat lembaga pendidikan formal dan nonformal.

1. Lembaga Pendidikan Islam di Lingkungan Departemen AgamaPendidikan Islam dipetakan ke dalam tiga jenis pendidikan, yaitu pendidikan agama Islam pada satuan pendidikan, pendidikan umum berciri Islam, dan pendidikan keagamaan Islam. Pendidikan Islam pada satuan pendidikan dilakukan melalui koordinasi antara Ditjen Pendidikan Islam Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Ditjen Pendidikan islam bertangg/ung jawab.'aias!: pengembangan kurikulum dan pembinaan guru. Sedangkan Depdiknas atas pelaksanaahnya. pada tingkat satuan pendidikan.

Pendidikan umum berciri Islam, pada jalur formal diselenggarakan oleh satuan pendidikan Raudhatul/Busthanul Athfal (RA/BA) pada anak usia dini, Madrasah Ibtidaiyah (Ml) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) pada pendidikan dasar. Madrasah Aliyah (MA) dan MA Kejuruan pada pendidikan menengah, dan Perguruan Tinggi Islam (PTI) pada jenjang pendidikan tinggi.Pada jalur non-formal, diselenggarakan melalui Program Paket A dan Program Paket B pada pendidikan dasar serta Program Paket C setara pendidikan menengah. Pendidikan keagamaan Islam diselenggarakan dalam bentuk pendidikan diniyah dan pendidikan pesantren yang melingkupi berbagai satuan pendidikan diniyah dan pondok pesantren pada berbagai jenjang dan jalur pendidikan.

Pada jalur formal, pendidikan diniyah mencakup Pendidikan Diniyah Dasar (PDD) dan Pendidikan Diniyah Menengah Pertama PDMP pada jenjang pendidikan dasar. Pendidikan Diniyah Menengah Atas (PDMA) pada jenjang pendidikan menengah, dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) pada jenjang pendidikan tinggi. Pada jalur non-formal, pendidikan diniyah diselenggarakan secara berjenjang mulai dari pendidikan anak usia dini pada Taman Kanak-kanak al-Qur'an (TKQ), jenjang dasar oleh lembaga pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) dan Diniyah Takmiliyah Wustha (DTW) dan jenjang pendidikan menengah oleh Diniyah Takmiliyah Ulya (DTU), DT Aly untuk jenjang pendidikan tinggi, serta non-jenjang pada lembaga pendidikan al-Qur'an dan Majlis Taklim.

Dengan demikian, organisasi lembaga pendidikan Islam, baik formal maupun non-formal seperti pesantren, pada dasarnya dikelola oleh Departemen Agama. Sementara lembaga pendidikan umum, seperti SD, SMP, dan SMA Swasta yang dimiliki oleh organisasi Islam juga dikategorikan sebagai lembaga pendidikan Islam, namun tetap berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional.

Page 91: Manajemen pendidikan islam gm

Di tingkat daerah, Pesantren sebagai lembaga pendidikan formal biasanya menerapkan kurikulum madrasah sehingga tingkatan dalam pesantren juga meliputi madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah. Dalam struktur organisasi, pesantren ini berada di bawah departemen agama, tepatnya di bagian Pekapontren. Madrasah juga meliputi jenjang madrasah ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA). Ketiga jenjang ini juga berada dalam departemen agama tepatnya di bagian Mapenda. Sedangkan sekolah yang diidentikkan dengan lembaga pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan yang biasanya dimiliki oleh organisasi Islam, seperti Sekolah Dasar Islam (SDI), Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI), dan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI) atau nama-nama lain yang sejenis dengannya, termasuk SD Islam Terpadu.

Sekolah/Madrasah, sebagai lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, guru-guru, pegawai tata usaha, siswa, dan sebagainya memerlukan adanya organisasi yang baik agar tujuannya dapat dicapai. Menurut sistem persekolah di negeri kita, pada umumnya Kepala Sekolah/Madrasah merupakan jabatan yang tertinggi di sekolah itu sehingga dengan demikian kepala sekolah memegang peranan dan pimpinan segala sesuatunya yang berhubungan dengan tugas sekolah/medrasah ke dalam maupun ke luar. Maka dari itu dalam struktur organisasi lembaga ini pun kepala sekolah biasanya selalui ditempatkan yang paling atas.

Faktor lain yang menyebabkan perlunya organisasi sekolah/madrasah yang baik ialah karena tugas guru-guru tidak hanya mengajar saja, juga pegawai-pegawai tata usaha, pesuruh sekolah, dan sebagainya semuanya harus bertanggung jawab dan diikutsertakan dalam menjalankan roda organisasi itu secara keseluruhan. Dengan demikian, agar tidak overlapping dalam memegang/menjalankan tugasnya masing-masing, diperlukan organisasi sekolah/madrasah yang baik dan teratur.

Sebagai organisasi, sekolah atau madrasah tersebut tentu memiliki visi dan misi tertentu dengan mengacu kepada nilai-nilai ajaran Islam. Kemudian di dalamnya terdapat struktur organisasi yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah/madrasah dan dibantu oleh beberapa orang wakil, seperti wakil bidang kurikulum, wakil bidang sarana prasarana, dan wakil bidang kesiswaan. Para guru juga diorganisir sesuai dengan kebutuhan, seperti wali kelas, koordinator masing-masing mata pelajaran, pembina OSIS, dan sebagainya.

Adapun sistem penanggung jawab lembaga tersebut awalnya bersifat sentralistik. Namun dewasa ini, seiring dengan otonomi daerah, sistem sentralistik secara berlahan mulai berubah ke arah desentralistik, meskipun belum sepenuhnya, khususnya di lingkungan Departemen Agama. Sedangkan sekolah umum yang dimiliki oleh organisasi Islam cenderung lebih desentralisasi karena mereka berada di bawah departemen pendidikan nasional.

Mengenai pengelolaan madrasah/pesantren di lingkungan Departemen Agama yang masih bersifat sentralistik memiliki kelebihan dan kekurangan. Lembaga pendidikan formal di bawah Departemen Agama seperti Madrasah cenderung hanya memperoleh anggaran biaya dari Departemen Agama pusat dan terkesan kurang perhatian dari pemerintah daerah. Padahal madrasah juga berperan dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat lokal di tingkat daerah tersebut. Meskipun demikian, ada juga pemerintah daerah yang menganggarkan biaya untuk madrasah tersebut, sesuai dengan kebijakan masing-masing pemerintah daerah. Kebijakan ini tentu terkait dengan besarnya APBD yang dimilikinya.

Page 92: Manajemen pendidikan islam gm

Di sisi lain, pembiayaan madrasah—khususnya yang berstatus negeri—yang dianggarkan dari DIPA Departemen Agama justru memperoleh anggaran yang lebih besar jika dibandingkan dengan sekolah di lingkungan dinas pendidikan, sebab jumlah lembaga pendidikan Islam, seperti madrasah jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan umum yang ada. Terutama di daerah yang memiliki APBD relatif kecil, jangankan menganggarkan biaya yang cukup untuk madrasah yang masih bersifat sentralistik ke departemen Agama, untuk menganggarkan dana pengelolaan sekolah umum yang berada di bawah lingkungan dinas pendidikan kota/kabupaten saja akan mengalami kesulitan mengingat jumlah sekolah umum yang lebih besar dari pada jumlah madrasah.

Namun, yang menjadi persoalan berikutnya adalah madrasah yang memperoleh dana cukup dari departemen agama tersebut justru lebih terfokus kepada madrasah negeri, sementara madrasah swasta kurang mendapat perhatian. Padahal, jumlah madrasah swasta jauh lebih banyak dari pada madrasah negeri. Akhirnya, madrasah swasta yang memperoleh "penghidupan" dari masyarakat setempat cenderung mengalami kesulitan dalam merancang dan melaksanakan program pendidikan yang berkualitas.

Mengenai perbandingan madrasah negeri dengan swasta dapat dilihat pada tabel ini:No Jenis Lembaga Jumlah Jumlah Total Porsentase SebaranNegeri (%) Swasta (%) 1 Madrasah Ibtidaiyah (MI) 1.567 19.621 21.188 36%(7.4%) (92,6%) 2 Madrasah Tsanawiyah (MTs) 1.259 11.624 58.288 22%(9,8%) (90,2%) 3 Madrasah Aliyah (MA) 644 4.754 5.398 9%(11,9%) (88,1%)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa MI yang negeri hanya 7.4 % dari 21.188 MI yang ada, MTs berstatus negeri sebanyak 9,8% dari 58.288 dan MA berstatus negeri hanya 11,9% dari 5.398 dari total MA yang ada. Data ini diperoleh pada T.P. 2007/2008. Dengan demikian, persentase madrasah swasta jauh lebih besar jumlahnya dari pada madrasah negeri.

Besarnya jumlah madrasah swasta ini memang berkaitan dengan sejarah pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Islam; di mana peran serta masyarakat dalam pengembangan madrasah dan pesantren sangat besar. Anggota masyarakat karena motivasi agama, banyak yang menyediakan tanah wakaf atau dana pembangunan madrasah dan pesantren, sehingga jumlah madrasah swasta demikian banyak seperti terlihat pada data di atas. Prakarsa dan peran serta masyarakat yang demikian besar dalam bidang pendidikan tersebut, khususnya madrasah dan pesantren, memang patut dihargai dan perlu terus dibantu pengembangannya.

Namun, dan yang dapat dikumpulkan oleh masyarakat muslim dalam pengembangan pendidikan modern dewasa ini sangat terbatas, sementara biaya pendidikan semakin mahal, sehingga tuntutan untuk terus-menerus menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu dan teknologi menyebabkan madrasah terus-menerus ketinggalan dengan dunia pendidikan yang lain. Pada umumnya, madrasah swasta berada dalam keadaan serba kekurangan karena menampung siswa-siswa dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Akibatnya, biaya untuk menunjang kegiatan proses belajar-mengajar kurikulum yang tinggi tingkat relevansinya dengan jenis-jenis pekerjaan yang berkembang di dunia bisnis

Page 93: Manajemen pendidikan islam gm

dan di masyarakat dewasa ini yang mengarah ke masyarakat industri, masih sangat terbatas.

Di sisi lain, karena kemampuan dalam penyelenggaraan pendidikan masih terbatas, Pemerintah masih mengutamakan strategi pengembangannya pada sekolah-sekolah negeri, khususnya dalam penyediaan tenaga guru dan pembagian alokasi dana pembiayaan pendidikan lainnya. Padahal, berbeda dengan Diknas, proses penegerian madrasah di Departemen Agama berjalan sangat lambat, sehingga jumlah madrasah negeri masih sangat kecil. Kelambatan itu disebabkan karena Departemen Agama dianggap bukan sebagai unit yang memeriukan perhatian dan prioritas untuk memperoleh dukungan dana dan dukungan kelembagaan seperti Diknas. Masalah kecilnya jumlah madrasah-madrasah negeri tersebut menjadi salah satu kendala dalam menyusun langkah-langkah pembinaan madrasah.

Lebih besarnya perhatian pemerintah terhadap madrasah negeri dari pada swasta juga dapat dilihat dari persentase madrasah penerima bantuan dari Program Bantuan Direktorat Pendidikan pada Madrasah tahun 2007, sebagaimana yang terlihat dalam tabel berikut ini:No Jenis Lembaga Jumlah LembagaNegeri (%) Swasta (%)1 Madrasah Ibtidaiyah (MI) 1.567 19.621(11,5 %) (4.3 %)2 Madrasah Tsanawiyah (MTs) 1.259 11.624(10,6 %) (7.3 %)3 Madrasah Aliyah (MA) 644 4.754(15,5 %) (10,5 %)

Jika diperhatikan pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa secara kuantitas, jumlah madrasah negeri memang lebih besar dari pada madrasah negeri. Namun, jika dilihat dari persentase jumlah madrasah secara keseluruhan, maka madrasah swasta jauh lebih kecil dari pada yang negeri. Itu artinya, masih banyak madrasah negeri yang tidak memperoleh bantuan, akan tetapi jauh lebih banyak madrasah swasta yang tidak memperoleh bantuan tersebut. Oleh karena itu, madrasah swasta sulit mengembangkannya sebagai lembaga pendidikan yang bermutu dengan sistem pengelolaan seperti ini, apalagi jika kurang mendapat dukungan dari masyarakat dan pemerintah daerah setempat.

Demikian pula dengan lembaga pendidikan pesantren dan diniyah yang nota benenya tumbuh dari masyarakat, juga semakin berkembang dan butuh perhatian dari pemerintah dan masyarakat sendiri. Berdasarkan tipe pondok pesantren, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:No Tipe Pondok Pesantren Jumlah Persentase1 Salafiyah 8.001 37,2 %2 Ashriyah 3.881 18,0 %3 Kombinasi 9.639 44, 8 %Jumlah 21.521 100%

Tabel: Jumlah Pondok Pesantren berdasarkan tipenya pada T.P. 2007/2008

Sementara jumlah madrasah diniyah pada tahun pelajaran 2007/2008 terdapat sebanyak 37.102. Jika dilihat dari lokasinya, terdapat 8.485 (22,9%) merupakan madrasah diniyah yang berada di dalam Pondok Pesantren, dan 28.617 (77,1%) merupakan madrasah diniyah

Page 94: Manajemen pendidikan islam gm

yang berada di luar Pondok Pesantren.

Menyikapi persoalan di atas, seharusnya pemerintah daerah mengambil kebijakan yang proporsional (adil) terhadap pembangunan dan pengembangan lembaga pendidikan Islam, seperti madrasah dan pesantren. Sebab, madrasah dan pesantren juga berperan besar dalam mencerdaskan masyarakat di tingkat daerah tersebut. Meskipun madrasah dikelola secara sentralistik, akan tetapi pemerintah daerah perlu menganalisis perbandingan antara anggaran yang diperoleh madrasah dengan anggaran yang diperoleh sekolah umum. Jika APBD di tingkat daerah memang relatif kecil, maka diharapkan pemerintah dapat memotivasi masyarakat untuk berperan aktif dalam membangun lembaga pendidikan di daerah tersebut, baik umum maupun lembaga pendidikan Islam. Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi yang baik lagi harmonis antara departemen agama dengan dinas pendidikan dari pusat hingga di tingkat daerah kota/kabupaten, termasuk dengan pemerintah daerah. Dengan begitu diharapkan pengelolaan organisasi lembaga pendidikan Islam dilakukan secara profesional sehingga bermutu dan mampu bersaing di tingkat global.

2. Lembaga Pendidikan Masyarakat (Nonformal)Selain dari bentuk lembaga pendidikan di atas, masyarakat juga melahirkan beberapa lembaga pendidikan nonformal sebagai bentuk tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan Islam. Masyarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang terikat oleh kesatuan bangsa, negara, kebudayaan, dan agama. Setiap masyarakat, memiliki cita-cita yang diwujudkan melalui peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. Islam tidak membebaskan manusia dari tanggungjawabnya sebagai anggota masyarakat, dia merupakan bagian yang integral sehingga harus tunduk pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Begitu juga dengan tanggungjawabnya dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan.

Adanya tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan, maka masyarakat akan menyelanggarakan kegiatan pendidikan yang dikategorikan sebagai lembaga pendidikan nonformal. Sebagai lembaga pendidikan non formal, masyarakat menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat. Meskipun demikian, lembaga-lembaga tersebut juga memerlukan pengelolaan yang profesional dalam suatu organisasi dengan manajemen yang baik.

Menurut an-Nahlawi, tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan tersebut hendaknya melakukan beberapa hal, yaitu: pertama, menyadari bahwa Allah menjadikan masyarakat sebagai penyuruh kebaikan dan pelarang kemungkaran (Qs. Ali Imran/3: 104); kedua, dalam masyarakat Islam seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau anak saudaranya sehingga di antara saling perhatian dalam mendidik anak-anak yang ada di lingkungan mereka sebagaimana mereka mendidik anak sendiri; ketiga, jika ada orang yang berbuat jahat, maka masyarakat turut menghadapinya dengan menegakkan hukum yang berlaku, termasuk adanya ancaman, hukuman, dan kekerasan lain dengan cara yang terdidik; keempat, masyarakat pun dapat melakukan pembinaan melalui pengisolasian, pemboikoitan, atau pemutusan hubungan kemasyarakatan sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Nabi; dan kelima, pendidikan kemasyarakatan dapat dilakukan melalui kerja sama yang utuh karena masyarakat muslim adalah masyarakat yang padu.

Berpijak dari tanggung jawab tersebut, maka lahirlah berbagai bentuk pendidikan kemasyarakatan, seperti masjid, surau, TPA, wirid remaja, kursus-kursus keislaman,

Page 95: Manajemen pendidikan islam gm

pembinaan rohani, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah memberikan kontribusi dalam pendidikan yang ada di sekitarnya.Berpijak dari tanggung jawab masyarakat di atas, lahirlah lembaga pendidikan Islam yang dapat dikelompokkan dalam jenis ini adalah:a. Masjid, Mushalla, Langgar, Surau atau Rangkang.b. Madrasah Diniyah yang tidak mengikuti ketetapan resmi.c. Majlis Ta'lim, Taman Pendidikan al-Qur'an, Taman Pendidikan Seni Al-Qur'an, Wirid Remaja/Dewasa.d. Kursus-kursus Keislaman.e. Badan Pembinaan Rohani.f. Badan-badan Konsultasi Keagamaan.g. dan lain-lain.Lembaga-lembaga pendidikan yang lahir dari masyarakat ini sangat berperan dalam mendidik umat, sejak kanak-kanak hingga dewasa, bahkan lansia. Oleh karena itu, lembaga pendidikan ini harus terorganisir dengan baik sehingga tujuan dari masing-masing lembaga tersebut dapat tercapai dengan baik pula.

3. Lembaga Pendidikan Keluarga (informal)Perlu pula dijelaskan bahwa dalam literatur pendidikan Islam, keluarga juga dipandang sebagai lembaga pendidikan dalam bentuk informal. Dalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah usrah dan nasb. Karenanya, keluarga juga dapat diperoleh melalui persusuan dan pemerdekaan. Pentingnya keluarga sebagai lembaga pendidikan Islam diisyaratkan dalam al-Qur'an:Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (Qs. al-Tahrim/66: 6)

Pada dasarnya, kegiatan pendidikan dalam lembaga ini tanpa ada suatu organisasi yang ketat, tanpa ada program waktu dan evaluasi. Namun, Islam memberikan tuntunan kepada orang tua untuk membina keluarga dan mendidik anak-anaknya. Oleh karena itu, keluarga juga merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang ayah untuk membina keluarga dan mendidik anak-anaknya sehingga diridhai oleh Allah SWT dengan terlebih dahulu pasangan suami-istri berupaya mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Sebagaimana firman-Nya:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Qs. ar-Rum/30: 21)

Dengan demikian, sebagai organisasi, keluarga memiliki tujuan tertentu. Secara umum tujuan tersebut adalah memelihara keluarganya dari api neraka dan mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah, sebagaimana yang telah disinggung di atas. Kemudian, keluarga juga mengorganisir anggota keluarganya untuk melaksanakan tugas sesuai dengan kapasitasnya masing-masing dan mereka bertanggung jawab terhadap tugas tersebut. Dalam konteks suami istri, Rasulullah SAW menegaskan:Kalian semua adalah pemimpin, dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Imam adalah pemimpin kelak dia akan diminta pertanggungjawabannya tentang kepemimpinannya. Seorang lelaki pemimpin istrinya, kelak dia akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Seorang

Page 96: Manajemen pendidikan islam gm

perempuan (istri) pemimpin dalam rumah suaminya, kelak dia akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya… (muttafaq 'alaih).

Sementara anak harus dididik sesuai dengan petunjuk Islam sehingga mereka potensi yang dimilikinya berkembang secara optimal dan mengantarkannya sebagai anak yang shaleh. Lagi-lagi dalam hal ini diperlukan manajemen yang baik dari kedua orang tuanya dan keluarga sebagai organisasi atau wadah untuk melaksanakan tujuan tersebut.

G. PenutupDari beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan, di antaranya sebagai berikut:1. Organisasi dalam artian statis merupakan wadah berkumpulnya beberapa orang yang saling bekerja sama dan berinteraksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan secara dinamis, organisasi merupakan proses mewujudkan tujuan dengan adanya kerja sama, tugas-tugas tertentu yang jelas dengan tanggung jawab yang kuat untuk mewujudkan tujuan yang telah disepakati bersama. Sementara organisasi pendidikan Islam dapat dipahami sebagai wadah berkumpulnya beberapa orang yang saling bekerja sama dan beriteraksi dalam menerapkan dan mewujudkan tujuan pendidikan Islam dengan tetap berlandaskan kepada nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri.2. Pada dasarnya organisasi merupakan sesuatu yang alamiah bagi manusia, sebab ia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu sama lain. Hanya saja secara teoritis, organisasi lebih berkembang dan muncul sejak abad ke 19 hingga saat ini dengan berbagai teori yang muncul, mulai dari klasik, ilmiah, hingga kepada perkembangannya di masa modern.3. Prinsip-prinsip organisasi pendidikan Islam tersirat dalam al-Qur'an, seperti tujuannya harus mencari dan menemukan keridhaan Allah, proses yang dilakukan dengan cara yang baik, kerja sama dalam konteks kebaikan/ketakwaan bukan kemaksiatan, komunikasi dilakukan dengan cara yang baik/santun, adanya tanggung jawab masing-masing anggota organisasi, dan pengambilan keputusan sebaiknya dilakukan dengan cara musyawarah dan tawakal. Semua itu relevan dengan temuan-temuan pakar organisasi modern.4. Bentuk-bentuk organisasi, jika dilihat dari strukturnya ada beberapa bentuk, seperti tipe line, staf, line and staf, fungsional, dan panitia (committee). Semua itu dapat digunakan berdasarkan kebutuhan organisasi tersebut.5. Secara garis besar lembaga pendidikan Islam dapat dikelompokkan kepada tiga bagian, yaitu formal (sekolah/madrasah/pesantren), informal (keluarga), dan nonformal (masyarakat). Namun dari segi pengelolaannya, lembaga pendidikan Islam itu bisa dikategorikan dalam bentuk lembaga pendidikan Islam di lingkungan Departemen Agama yang terdiri dari formal (seperti MI, MTs, dan MA) dan nonformal (seperti TQ, pengajian Kitab, Paket C, dll). Semua bentuk lembaga ini merupakan suatu organisasi yang harus dijalankan dengan profesional sehingga tujuan pendidikan Islam dapat dicapai secara efektif dan efisien

MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

Page 97: Manajemen pendidikan islam gm

  FUNGSI KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

1. Fungsi Perencanaan Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi. Manfaat-manfaat tersebut antara lain: a. Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaan untuk memutuskan apa yang akan dilakukan.

b. Perencanan berarti pemikiran jauh kedepan disertai keputusan-keputusan yang berdasarkan atas fakta yang diketahui. c. Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai. Perencanaan meliputi dua hal yaitu: - Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada keadaan darurat dan kegiatan yang bersifat terus menerus. - Perencanaan yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan menentukan prosedur-prosedur yang diperlukan.

2. Fungsi Memandang Ke Depan Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan.

3. Fungsi Pengembangan Loyalitas Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapmi juga untuk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisasi pendidikan. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata maupun tingkah laku sehari-hari yang menunjukkan kepada anak buahnya. 4. Fungsi Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang telah ditetapkan dalam rencana.

5. Fungsi Mengambil Keputusan Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya. Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin dapat menggunakan metode-metode sebagai berikut: a. Keputusan-keputusan yang sifatnya sederhana individual artinya secara sendirian. b. Keputusan-keputusan yang sifatnya seragam dan diberikan secara terus menerus dapat diserahkan kepada orang-orang yang terlatih khusus untuk itu atau dilakukan dengan menggunakan komputer. c. Keputusan-keputusan yang bersifat rumit dan kompleks dalam arti menjadi tanggung jawab masyarakat lebih baik diambil secara kelompok atau majelis.

Page 98: Manajemen pendidikan islam gm

6. Fungsi Memberi Motivasi Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, pujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya.

AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

Dalam defenisi yang sederhana, Amar Ma’ruf berarti menyeru kepada sesuatu yang populer. Ma’ruf secara bahasa diartikan diketahui, dikenal. Selain secara bahasa tidak mungkin diartikan sebagai seruan shalat dan ibadah personal lainnya juga karena perintah keimanan kepada Allah sudah disebut, secara khusus yaitu “beriman kepada Allah”.

1. Pengertian Amar Ma’ruf Dr. Sayyid Muhammad Nuh menjelaskan dalam bukunya Taujihat Nabawiyyah ‘Ala al-Thariq bahwa al-Ma’ruf adalah nama yang mencakup semua yang dicintai dan diridhai Allah baik perkataan maupun perbuatan lahir dan batin. Jadi, al-Ma’ruf mencakup keyakinan yaitu iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, rasul-Nya, hari akhir dan qadar (takdir). Juga mencakup ibadah, yaitu shalat, zakat, shaum, haji, jihad, nikah dan thalaq, menyusui anak, pemeliharaan anak, nafkah, iddah dan semacamnya. Jadi pengertian amar Ma’ruf (menyuruh kepada yang ma’ruf) adalah mengajak dan memberikan dorongan kepada orang untuk melaksanakannya, menyiapkan sebab-sebab dan sarana-sarananya dalam bentuk mengokohkan pilar-pilarnya serta menjadikannya sebagai ciri umum bagi seluruh kehidupan.

2. Pengertian Nahi Munkar Pengertian nahi munkar (mencegah dari yang munkar) adalah memperingatkan, menjauhkan dan menghalangi orang dari melakukannya, memutuskan sebab-sebab dan sarana-sarananya dalam bentuk membasminya sampai ke akar-akarnya serta membersihkan kehidupan dari segala bentuk kemungkaran. Akibat mengabaikan perintah Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar: a. Azab yang menyeluruh b. Tidak dikabulkannya do’a orang-orang yang shalihc. Berhak mendapatkan laknatd. Timbulnya perpecahan pemusnahan mental

KEWAJIBAN BERBUAT BAIK DALAM M.P.I

A. Akhlak Dengan Pemimpin Pemimpin ialah orang yang membimbing, menuntut, menunjukkan jalan, mengepalai, mengetuai, melatih, mendidik, mengajar, dll. Hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin harus ada hubungan timbal balik yang erat sekali, agar tujuan menjelma ke alam kenyataan.

B. Berlaku AdilAdil ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Adil ialah memberikan hak setiap yang berhak secara lengkap, tanpa lebih dan tanpa kurang antara sesama yang berhak, dalam

Page 99: Manajemen pendidikan islam gm

keadaan yang sama dan menghukum orang jahat atau melanggar hukum sesuai dengan kesalahan dan pelanggarannya. Keadilah harus meliputi: 1. Memberikan hak tiap orang yang berhak secara lengkap, tanpa kurang lebih. 2. Menghukum setiap orang yang berbuat jahat, sesuai dengan kejahatannya atau kesalahannya.

C. Menghindari Sogok Sogok atau risywah ialah YU’ thaa iki ibthaali, aw ihqaaqi taathil “memberikan sesuatu yang supaya membatalkan sesuatu keputusan atau supaya yang batil dijadikan hal yang benar”. Adapun dalil naqli yang melarang sogok antara lain:

“Rasulullah SAW: mengutuki orang yang menyogok dan yang menerima sogok” (HR. Abu Daud)

D. Mensyukuri Nikmat Allah Sungguh betapa besar dan banyak nikmat yang telah dikaruniakan Allah Subnahu wa Ta’ala kepada kita. Kendati demikian Allah Subhanahu wa Ta’ala tetap memberikan kepada mereka sebagian karunia-Nya disebabkan “kasih sayang-Nya mendahului murka-Nya” dan membukakan bagi mereka pintu untuk bertaubat. Ketahuilah bahwa kenikmatan yang berlimpah ruah bukanlah tujuan diciptakan manusia dan bukan pula wujud cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada manusia tersebut. Tujuan itu adalah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja sebagaimana hal ini disebutkan dalam firman-Nya:

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah kepada-Ku”.

HAK-HAK ASASI MANUSIA DALAM M.P.I

A. Pengertian Hak Asasi Manusia Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Mustafa Kemal Pasha (2002) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan HAM adalah hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai anugerah Allah SWT. Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan yaitu: 1. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia. Kodrat manusia adalah sama derajat dan martabatnya. 2. Landasan kedua dan yang lebih dalam adalah Tuhan menciptakan manusia. Semua manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

B. HAM Dan Kepemimpinan Setiap timbul masalah hak asasi selalu terlihat hubungannya dengan pemerintah sebagai penguasa yang diselenggarakan oleh para pemimpin negara. Kondisi itu sekurang-kurangnya menempatkan pemerintah sebagai pengawas untuk tidak terjadi pelanggaran hak asasi atau menjadi penengah bilamana menghadapi masalah hak asasi di masyarakatnya.

Page 100: Manajemen pendidikan islam gm

C. Hakikat HAM Terdiri dari beberapa pokok yaitu: 1. Kemuliaan pribadi Hak asasi ini menyentuh kepentingan seseorang sebagai satu diri atau individu, yakni sesuatu yang harus dimiliki seseorang dalam kehidupannya. Sesuatu itu tidak boleh dikurangi, apalagi ditiadakan, karena akan menimbulkan ketidakseimbangan yang mengancam kehidupannya sebagai individu makhluk Allah SWT yang terdiri dari kesatuan tubuh dan jiwa. 2. Kemuliaan hidup bermasyarakat Dalam kehidupan bersama, manusia diperintahkan Allah SWT untuk berhubungan dalam suasana kasih sayang, yang hanya akan terwujud jika terdapat saling pengertian dan hormat menghormatu satu dengan yang lain. Kondisi itu didasari oleh hak asasi untuk diakui eksistensi (keberadaan) yang berbeda antar individu, sehingga tercipta kehidupan bersama yang harmonis.

3. Kemuliaan sebagai khalifah Allah SWT menciptakan manusia adalah untuk menjadi khalifah (penguasa), yang berkewajiban memelihara, mengatur dan mendayagunakan agar menjadi tempat hidup yang menyenangkan. Khalifah yang bertanggung jawab akan mampu mewujudkan ketentraman, kedamaian, ketertiban dan kesejahteraan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kemuliaan hidup sebagai khalifah akan terwujud maksimal bilamana ditunjang oleh dua faktor. Faktor pertama adalah kualitas manusia baik dalam bidang kepemimpinan maupun yang berkenaan dengan keterampilan dan keahlian dalam berbagai bidang kehidupan yang ditekuninya. Sedangkan faktor yang kedua adalah faktor yang kepribadian mandiri yang dikendalikan iman.

MANAJEMEN TERBUKA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Sistem pendidikan Islam harus dikembangkan untuk menanamkan pemahaman Islam yang modern, terbuka, toleran dan menghargai ragam perbedaan. Selain itu pendidikan Islam juga harus responsif terhadap kehidupan berdemokrasi. Pendidikan demokrasi perlu dikembangkan sebagai upaya untuk menciptakan masyarakat yang lebih menghargai hak-hak individu, termasuk kebebasan berpikir, berserikat, berpendapat, dan bebas dari kekuatan. Pendidikan Islam juga dituntut untuk responsif terhadap modernisasi pembelajaran yang telah berjalan pada lembaga-lembaga pendidikan sekolah umum dibawah kementria pendidikan.

Konsep manajemen terbuka dalam perspektif Al-Qur’an Dalam surat Al-Baqarah dikisahkan 4 manajemen terbuka yang bisa disimpulkan yakni:1. Allah sebagai Penguasa tertinggi memiliki sebuah pandangan/ide ke depan (penciptaan manusia)2. Allah sebagai Pemimpin menawarkan kepada malaikat untuk memberikan pendapatnya tentang rencana penciptaan manusia (konfirmasi tuk memperoleh solusi terbaik, dalam ranah manusia hal ini diperlukan karena sudut pandang manusia sangatlah terbatas, sehingga diperlukan sudut pandang orang lain).3. Allah membuka wacana tentang perbandingan argumenNya dengan Malaikat (perhatikan alasan Malaikat tentang ketidak setujuannya atas penciptaan manusia, kemudian perhatikan argumen yang diberikan oleh Allah SWT tuk menyangga pendapat

Page 101: Manajemen pendidikan islam gm

para malaikat).4. Solusi terbaik diperoleh dengan pemahaman semua pihak atas nilai filosofis atas sebuah keputusan/ide/pandangan yang diambil/akan dilaksanakan.

NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM MENEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian DemokrasiIstilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena Kuno pada ke-5 SM. Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berari pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi berkembang menjadi sebuah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintahan negara tersebut.Untuk melembagakan demokrasi diperlukan hukum dan perundang-undangan dan perangkat struktural yang akan terus mendorong terpolanya perilaku demokarsi sampai bisa menjadi pandangan hidup.

B. Demokrasi Dalam Pendidikan Pendidikan dalam perspektif demokrasi adalah sebuah komponen yang vital. 1. Lengalitas Demokrasi Pendidikan Pengukuran terhadap hak asasi setiap individu anak bangsa untuk menurut pendidikan pada dasarnya telah mendapat pengakuan secara legal sebagai-mana yang diamanahkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 (1) yang berbunyi bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Selama ini memang kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan telah menuju pada upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga secara konseptual pemerintah telah melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan undang-undang.

2. Demokrasi dan Transformasi SosialKehidupan demokrasi dalam bidang pendidikan merupakan tindakan memhargai keberagaman potensi individu yang berada kebersamaan. Dengan demikian segala bentuk penyamaran individu dalam satu uniformitas dan pengingkaran terhadap keunikan sifat individu bertentangan dengan salah satu prinsip demokrasi.Demokrasi pendidikan bukan hanya sekedar, tetapi juga nilai-nilai pengukuran dalam kehormatan dan martabat manusia. Dalam hal ini melalui upaya demokratisasi pendidikan diharapkan mampu mendorong munculnya individu yang kreatif, kritis dan produktif tanpa harus mengorbankan martabat dan dirinya.Dengan adanya demokrasi pendidikan maka dengan sendirinya secara prinsip akan lebih memenangkan yang bersifat terbuka, sehingga sitiap warga negara dalam menikmati pendidikan seharusnya tidak lagi didasarkan atas kabilah atau kelompok tertentu saja yang memiliki uang dan/atau kekuasaan.

3. Demokrasi dan Desentralisasi Pendidikan Demokratisasi pendidikan terkait dengan beberapa masalah utama, antara lain desentralisasi pendidikan melalui perangkat kebijakan pemerintah yaitu Undang-Undang yang mengatur tentang pendidikan di negara kita. Namun perlu diketahui bahwa menurut Alisjahbana (2000) mengacu pada Bukti (1999) menyatakan bahwa desentralisasi pendidikan ini secara konseptual dibagi menjadi dua jenis, pertama desentralisasi

Page 102: Manajemen pendidikan islam gm

kewenangan di sektor pendidikan. Desentralisasi lebih kepada kebijakan pendidikan dan aspek pendanaannya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Kedua, desentralisasi pendidikan dengan fokus pada pemberian kewenangan yang lebih besar di tingkat sekolah.

4. Urgensi Desentralisasi Pendidikan Salah satu konsepnya adalah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang mulai diimplikasikan pada sekolah-sekolah dasar dan menengah dibeberapa provinsi di Indonesia, mungkin juga konsep pendidikan “masyarakat belajar” bagi masyarakat akademis seperti digagas Murbandono Hs (1999) yang menurutnya bukanlah utopia. Dengan demikian dalam konteks ini, kebijakan otonomi daerah (melalui diterbuktinya UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004) dan desentralisasi pendidikan dalam rangka perbaikan pendidikan ini sangat perlu dan mendesak.

MORAL DALAM SISTEM MPI

A. Sistem Nilai dan Moral Islam HM. Arifin (1994;139), mendefenisikan tentang sistem nilai dan modal adalah: “Suatu keseluruhan tatanan yang berdiri dari dua atau lebih dari komponen yang satu sama lainnya saling mempengaruhi atau saling bekerja dalam satu kesatuan atau keterpaduan yang bulat berorientasi kepada nilai dan moralitas Islam”. (HM. Arifin, 1994:139).Dengan adanya nilai sistem moral yang dijadikan kerangka acuan yang menjadi rujukan cara berpikir dan berperilaku lahiriyah dan rohaniyah manusia muslim. Dimana nilai dan moralitas Islami tersebut bersifat menyeluruh, bulat dan terpadu tidak terpecah-pecah bagian satu dengan yang lainnya berdiri sendiri. Suatu kebetulan nilai dan moralitas mengadung kaidah atau pedoman yang menjadi landasan segala amal perbuatan.

B. Pengertian Manajemen dalam Pendidikan IslamKata manajemen berasal dari bahasa Inggris dari kata kerja “to Manage” yang sinonimnya antara lain: “to hand” berarti mengurus “to control” berarti memerikasi, “to Guide” berarti memimpin. Sedangkan manajemen pendidikan adalah aktifitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Sedangkan manajemen pendidikan Islam menurut Sulisyorini adalah suatu proses panataan atau pengolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan menusia dalam menggerakkannya untuk mencapai tujuan Islam secara efektif dan efisien. • Dasar dan Tujuan Manajemen dalam Pendidikan IslamAdapun tujuan manajemen dalam pendidikan Islam tentu tidak lepas dari tujuan pendidikan Islam. 1. Pembentukan akhlak yang mulia.2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.3. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran.4. Meyiapkan pelajar yang profesional disamping memelihara kerohanian dan keagamaan 5. Mempersiapkan anak didik untuk mencari rixki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan sesuai dengan pendidikan Islam diatas.

C. Unsur-Unsur Pendukung Manajemen dalam Pendidikan IslamUnsur-unsur manajemen pendidikan Islam merupakan fungsi manajemen. Adapun unsur pendukung manajemen pendidikan Islam yaitu:1. Planing (Perencanaan)

Page 103: Manajemen pendidikan islam gm

Planing adalah suatu proses pemikiran, baik secara garis besar maupun secara mendetail. 2. Oraganizing (Pengorganisasian)Adalah penyusunan dan pengaturan bagian-bagian hingga menjadi suatu kesatuan.3. Acuating (Tindakan)Actuanting pada hakikatnya adalah menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif dan efisien.4. Controlling (Pengawasan)Pengawasan merupakan penentu terhadap apa yang harus dilaksanakan sekaligus menilai dan memperbaiki sehingga pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan oleh pendidikan Islam.

• Prinsip-prinsip Manajemen Islama. Pembagian Kerja b. Disiplin c. Kesatuan perintah (Unity of comment)d. Kesatuan arah e. Kepentingan bersama diatas kepentingan pribadif. Rantai berjenjang rentang kendali.

LEADESHIP RASULULLAH

Dalam kepemimpinan Rasul ini beliau memiliki sifat yang ada pada diri Rasul tersebut diantaranya adalah:

A. Keberanian dan Keteguhan Hati Nabi Muhammad adalah seorang yang berani dalam menghadapi berbagai bahaya dan ancaman tetapi beliau tidak pernah menunjukkan kelamahan dimedan perang dikagumi oleh genarasi setelah beliau.

B. Kesabaran dan Daya Tahan Beliau sebagai seorang pemimpin waktu pada masa itu penuh dengan penderitaan dan kepahitan yang dicontohkan di Mekah, beliau menjalaninya dengan sabar dan tidak pernah bersungut atau mengeluh. Sikapnya selama di Mekah menunjukkan mutu kepemimpinan beliau yang luar biasa. Beliau tetapi tetap sabar dan tabah menerima dengan lapang dada atas semua perlakuan buruk orang kafir serta tidak mudah patah semangat ataupun marah.

C. Keadilan dan Persamaan Dalam beliau memimpin jal yang paling penting dalam diri Nabi Muhammad yaitu perlakuan yang adil bagi semua orang dan membenci adanya deskriminasi diantara manusia.Beliau memperlakukan orang sama rata dan tidak membedakan seseorang dengan yang lainnya, bahkan untuk dirinya sendiri. Jika karena kekhalifahan beliau menyakiti seseorang, beliau segera meminta maaf.

D. Kepribadian Beliau merupakan seorang pemimpin kami diberkati dengan bakal kepemimpinan yang lau biasa yang memberikan inspirasi para pengikutnya pada setiap kesempatan, baik dalam masa perang maupun dalam masa damai. Beliau tidak pernah merasakan lesu atau dalam kepribadiannya. Beliau selalu berada dipuncak, baik dalam mengajarkan prinsip-prinsip

Page 104: Manajemen pendidikan islam gm

kebijakan ataupun moral yang mambumikan pertunjukan dalam kehidupan sehari-hari.Jangan Lupa berikan komentar Anda tentang blog ini, ataupun tentang posting ini.

PENGERTIAN, DAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

Page 105: Manajemen pendidikan islam gm

A. PendahuluanDalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan (Didin dan Hendri, 2003:1). Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.Pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada seperti pada jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang pendidikan menengah ada yang berbentuk Madrasah Alyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan pada jenjang pendidikan tinggi terdapat begitu banyak Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan berbagai bentuknya ada yang berbentuk Akademi, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas. Pada jalur pendidikan non formal seperti Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Ta’lim, Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jalur Pendidikan Informal seperti pendidikan yang diselenggarakan di dalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika tidak bukan hanya gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada masyarakat akan tetap melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”.Makalah sederhana ini akan membahas tentang pengertian dan fungsi-fungsi manajemen pendidikan Islam, sebagai pengantar diskusi pekuliahan Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Ibnu Khaldul Bogor.

B. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam.Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily (1995 : 372) management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.Ramayulis (2008:362) menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al Qur’an seperti firman Allah SWT :

ج� �ع�ر� ي �م� ث ر�ض�� �أل ا �ل�ى إ م�آء� الس� م�ن� م�ر�

� �أل ا �ر� �د�ب يم�م�ا �ة� ن س� ل�ف�

� أ ه� م�ق�د�ار� �ان� ك & �و�م ي ف�ي �ه� �ي �ل إ�ع�د.ون� ت

Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (Al Sajdah : 05).Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadaikan

Page 106: Manajemen pendidikan islam gm

sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbin dan Coulter, 2007:8).Sedangkan Sondang P Siagian (1980 : 5) mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.Bila kita perhatikan dari kedua pengertian manajemen di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa manajemen merupkan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, efesien, dan produktip. Sedangkan Pendidikan Islam merupakan proses transinternalisasi nilai-nilai Islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan Islam sebagaimana dinyatakan Ramayulis (2008:260) adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.C. Fungsi-fungsi Manajemen Pendidikan IslamBerbicara tentang fungsi manajemen pendidikan Islam tidaklah bisa terlepas dari fungsi manajemen secara umum seperti yang dikemukakan Henry Fayol seorang industriyawan Prancis, dia mengatakan bahwa fungsi-fungsi manajemn itu adalah merancang, mengorganisasikan, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang.Sementara itu Robbin dan Coulter (2007:9) mengatakan bahwa fungsi dasar manajemen yang paling penting adalah merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan. Senada dengan itu Mahdi bin Ibrahim (1997:61) menyatakan bahwa fungsi manajemen atau tugas kepemimpinan dalam pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.Untuk mempermudah pembahasan mengenai fungsi manajemen pendidikan Islam, maka kami (kelompok 1) akan menguraikan fungsi manajemen pendidikan Islam sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Robbin dan Coulter yang pendapatnya senada dengan Mahdi bin Ibrahim yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/kepemimpinan, dan pengawasan.1. Fungsi Perencanaan (Planning)Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Demikian pula halnya dalam pendidikan Islam perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat sangat patal bagi keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah memberikan arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana apa yang akan dilakukan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al Qur’an Surat Al Hasyr : 18 yang berbunyi :

Page 107: Manajemen pendidikan islam gm

�ف�س�� ن �نظ�ر� �ت و�ل الله� �ق�وا ات �وا ء�ام�ن �ذ�ين� ال .ه�ا ي� �اأ ي

�م�ا ب �ير�� ب خ� الله� �ن� إ الله� �ق�وا و�ات �غ�د& ل م�اق�د�م�ت��ون� �ع�م�ل ت

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.Ketika menyusun sebuah perencanaan dalam pendidikan Islam tidaklah dilakukan hanya untuk mencapai tujuan dunia semata, tapi harus jauh lebih dari itu melampaui batas-batas target kehidupan duniawi. Arahkanlah perencanaan itu juga untuk mencapai target kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kedua-duanya bisa dicapai secara seimbang.Mahdi bin Ibrahim (l997:63) mengemukakan bahwa ada lima perkara penting untuk diperhatikan demi keberhasilan sebuah perencanaan, yaitu :

1. Ketelitian dan kejelasan dalam membentuk tujuan2. Ketepatan waktu dengan tujuan yang hendak dicapai3. Keterkaitan antara fase-fase operasional rencana dengan penanggung jawab

operasional, agar mereka mengetahui fase-fase tersebut dengan tujuan yang hendak dicapai

4. Perhatian terhadap aspek-aspek amaliah ditinjau dari sisi penerimaan masyarakat, mempertimbangkan perencanaa, kesesuaian perencanaan dengan tim yang bertanggung jawab terhadap operasionalnya atau dengan mitra kerjanya, kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai, dan kesiapan perencanaan melakukan evaluasi secara terus menerus dalam merealisasikan tujuan.

5. Kemampuan organisatoris penanggung jaawab operasional.

Sementara itu menurut Ramayulis (2008:271) mengatakan bahwa dalam Manajemen pendidikan Islam perencanaan itu meliputi :

1. Penentuan prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas kebutuhan agar melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses pendidikan, masyarakat dan bahkan murid.

2. Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan

3. Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan.4. Penyerahan tanggung jawab kepada individu dan kelompok-kelompok kerja.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Manajeman Pendidikan Islam perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan aktivitas berikutnya. Tanpa perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal. Oleh karena itu buatlah perencanaan sematang mungkin agar menemui kesuksesan yang memuaskan.2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakan oleh kebathilan yang tersusun rapi.

Page 108: Manajemen pendidikan islam gm

Menurut Terry (2003:73) pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksnakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan (Didin dan Hendri, 2003:101)Sementara itu Ramayulis (2008:272) menyatakan bahwa pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan struktur, aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Isla, baik yang bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan.Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan Islam akan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan organisasi yaitu Kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Jika kesemua prinsip ini dapat diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan islam akan sangat membantu bagi para manajer pendidikan Islam.Dari uraian di atas dapat difahami bahwa pengorganisasian merupakan fase kedua setelah perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu terlalu berat untuk ditangani oleh satu orang saja. Dengan demikian diperlukan tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif. Banyak pikiran, tangan, dan keterampilan dihimpun menjadi satu yang harus dikoordinasi bukan saja untuk diselesaikan tugas-tugas yang bersangkutan, tetapi juga untuk menciptakan kegunaan bagi masing-masing anggota kelompok tersebut terhadap keinginan keterampilan dan pengetahuan.3. Fungsi Pengarahan (directing).Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.Di dalam fungsi pengarahan terdapat empat komponen, yaitu pengarah, yang diberi pengarahan, isi pengarahan, dan metode pengarahan. Pengarah adalah orang yang memberikan pengarahan berupa perintah, larangan, dan bimbingan. Yang diberipengarahan adalah orang yang diinginkan dapat merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan adalah sesuatu yang disampaikan pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun bimbingan. Sedangkan metode pengarahan adalah sistem komunikasi antara pengarah dan yang diberi pengarahan.Dalam manajemen pendidikan Islam, agar isi pengarahan yang diberikan kepada orang yang diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan baik maka seorang pengarah setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip berikut, yaitu : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa perintah, larangan, maupun bimbingan hendaknya tidak memberatkan dan diluar kemampuan sipenerima arahan, sebab jika hal itu terjadi maka jangan berharap isi pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh sipenerima pengarahan.Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pengarahan dalam manajemen pendidikan Islam adalah proses bimbingan yang didasari prinsip-prinsip religius kepada rekan kerja, sehingga orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh dan bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.4. Fungsi Pengawasan (Controlling)Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Bahkan Didin dan Hendri (2003:156) menyatakan bahwa dalam pandangan

Page 109: Manajemen pendidikan islam gm

Islam pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan sebagai proses pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan secara konsekwen baik yang bersifat materil maupun spirituil.Menurut Ramayulis (2008:274) pengawasan dalam pendidikan Islam mempunyai karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan metode yang manusiawi yang menjunjung martabat manusia. Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa pelaksana berbagai perencaan yang telah disepakati akan bertanggung jawab kepada manajernya dan Allah sebagai pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan dalam konsep Islam lebih mengutamakan menggunakan pendekatan manusiawi, pendekatan yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.