Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah Kelompok 4

12
MANAJEMEN PENDIDIKAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Oleh: Kelompok IV Ni Luh Putu Purmitasari (1213031072) VIIC Ni Made Dian Prabayanti (1313031057) VC Anak Agung Sri Yoni (1313031076) VC Vicky Enggy Clovidea Indra Eky (1313031077) VC Ni Putu Ayu Eva Trisna Widiantini (1313031079) VC 1

description

Manajemen pendidikan berbasis sekolah sangat perlu dilakukan guna meningkatkan mutu pendidikan

Transcript of Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah Kelompok 4

Page 1: Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah Kelompok 4

MANAJEMEN PENDIDIKAN

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Oleh:

Kelompok IV

Ni Luh Putu Purmitasari (1213031072) VIIC

Ni Made Dian Prabayanti (1313031057) VC

Anak Agung Sri Yoni (1313031076) VC

Vicky Enggy Clovidea Indra Eky (1313031077) VC

Ni Putu Ayu Eva Trisna Widiantini (1313031079) VC

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

OKTOBER 2015

1

Page 2: Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah Kelompok 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekolah adalah salah satu dari Tripusat pendidikan yang dituntut untuk mampu menjadikan

output yang unggul, mengutip pendapat Gorton tentang sekolah ia mengemukakan, bahwa

sekolah adalah suatu sistem organisasi, di mana terdapat sejumlah orang yang bekerja sama

dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang dikenal sebagai tujuan instruksional.

Desain organisasi sekolah adalah di dalamnya terdapat tim administrasi sekolah yang

terdiri dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan oranisasi.

Manajemen berbasis sekolah terlahir melalui perkembangan pendidikan di Indonesia.

Menurut Slamet (2001), Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MBS) adalah

pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara otonom (mandiri) oleh

sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka

pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan

sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan (partisipatif). Kelompok

kepentingan tersebut meliputi kepala sekolah dan wakil-wakilnya, guru, siswa, konselor, tenaga

administratif, orang tua siswa, tokoh masyarakat, para frofesional, wakil pemerintahan, wakil

organisasi pendidikan. MBS penting untuk dilaksanakan di sekolah, mengingat sekolah yang

merupakan sebuah organisasi pendidikan memerlukan suatu pengaturan dan pengarahan pada

setiap komponennya untuk dapat mencapai tujuan bersama.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah tujuan dan manfaat implementasi manajemen pendidikan berbasis

sekolah?

2. Bagaimanakah langkah/strategi implementasi manajemen pendidikan berbasis sekolah?

3. Apa sajakah indikator keberhasilan implementasi manajemen pendidikan sekolah?

4. Apa sajakah hambatan dalam implementasi manajemen pendidikan berbasis sekolah?

2

Page 3: Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah Kelompok 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan dan Manfaat Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

Menurut Nurkholis (2001), menyebutkan bahwa tujuan utama MBS adalah meningkatkan

kinerja sekolah dan terutama meningkatkan kinerja berlajar siswa menjadi lebih baik.

Menurut Tim Pokja MBS Jawa Barat, implementasi MBS memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam

mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan melalui pengambilan keputusan dengan bersama

c. Mwenigkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah, dan pemerintah

tentang mutu sekolah

d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah untuk pencapaian mutu pendidikan

yang diharapkan

Selain memiliki tujuan, melakukan implementasi MBS juga emmiliki manfaat seperti yang

dikemukakan oleh Eman Suparman (2001) yaitu sebagai berikut:

a. Sekolah sebagai lembaga pendidikan lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman bagi dirinya disbandingkan dengan lembaga-lembaga lain.

b. Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan

lembaganya.

c. Sekolah lebih mengetahui sumber daya yang dimilikinya dan input pendidikan yang akan

dikembangkan, serta didayagunakan dalam proses pendidikan yang sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

2.2 Strategi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

Strategi pada dasarnya merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan, tujuan

yang dimaksud adalah tujuan pendidikan secara umum. Strategi utama yang perlu ditempuh

dalam melaksanakan manajemen berbasis sekolah adalah sebagai berikut (Slamet PH, 2000;

Direktorat Dikmenum, 2000).

3

Page 4: Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah Kelompok 4

1. Mensosialiasikan konsep manajemen berbasis sekolah ke seluruh warga sekolah

termasuk orang tua siswa, pengawas, wakil kandep, wakil kanwil, dsb, melalui seminar,

diskusi, forum ilmiah, dan media masa.

2. Melakukan analisis situasi sekolah dan luar sekolah yang hasilnya berupa tantangan

nyata yang harus dihadapi oleh sekolah dalam rangka mengubah manajemen berbasis

pusat menjadi manajemen berbasis sekolah.

3. Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai dari pelaksanaan manajemen

berbasis sekolah berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi.

4. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan situasional

dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya.

5. Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya melalui analisis SWOT

(Strength, Weaknes, Opportunity, and Threat). Analisis SWOT dilakukan dengan

maksud mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi yang

diperlukan untuk mencapai tujuan situasional yang telah ditetapkan.

6. Memilih langkah-langkah pemecahan (peniadaan) persoalan, yakni tindakan yang

diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Selama

masih ada persoalan, yang sama artinya dengan ada ketidaksiapan fungsi, maka tujuan

situasional yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, agar tujuan

situasional tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan yang mengubah ketidaksiapan

menjadi kesiapan fungsi.

7. Berdasarkan langkah-langkah pemecahan persoalan tersebut, sekolah bersama-sama

dengan semua unsur-unsurnya membuat rencana untuk jangka pendek, menengah, dan

panjang, beserta program-programnya untuk merealisasikan rencana tersebut. Sekolah

tidak selalu memiliki sumber daya yang cukup untuk melaksanakan manajemen

berbasis sekolah idealnya, sehingga perlu dibuat sekala prioritas untuk rencana jangka

pendek, menengah, dan panjang.

8. Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek

manajemen berbasis sekolah. Dalam pelaksanaan, semua input yang diperlukan untuk

berlangsungnya proses (pelaksanaan) manajemen berbasis sekolah harus siap. Jika

input tidak siap/tidak memadai, maka tujuan situasional tidak akan tercapai. Hal yang

4

Page 5: Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah Kelompok 4

perlu diperhatikan dalam pelaksanaan adalah pengelolaan kelembagaan, pengelolaan

program, dan pengelolaan proses belajar mengajar.

.

2.3 Indikator Keberhasilan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Keberhasilan implementasi manajemen berbasis sekolah dapat dilihat dari indikasi-

indikasi sebagai berikut.

1. Orientasi ke arah efektivitas proses pembelajaran

Hal ini tercermin dalam apresiasi guru terhadap pengembangan kurikulum dan

implikasinya, kreativitas guru dalam aplikasi model pembelajaran dan teknologi

pembelajaran.

2. Kepemimpinan sekolah yang efektif

Kepala sekolah memiliki peran penting dalam merealisasikan MBS terutama dalam

mengkoordinasikan, menggerakkan sumber daya pendidikan yang tersedia, dan

memadukan dukungan pihak-pihak pemangku kepentingan.

3. Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan secara berdaya guna.

Guru merupakan salah satu faktor dominan dalam pencapaian keberhasilan pendiidkan

di sekolah.

4. Sekolah memiliki budaya mutu

Budaya mutu yang dimaksud yaitu kebutuhan untuk melakukan perbaikan secara

berkelanjutan, kolaborasi menjadi dasar pengambilan keputusan dan perbaikan proses

pembelajaran, serta adanya rasa memiliki pada personil sekolah.

5. Sekolah memiliki kemandirian

Sekolah mampu mengambil keputusan untuk melakukan perbaikan tanpa dipengaruhi

oleh pihak luar yang tidak mengetahui masalah dan kebutuhan sekolah.

6. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat tinggi

Semakin tinggi tingkat partisipasi maka semakin besar rasa memiliki dan tanggung

jawab terhadap sekolah.

7. Sekolah semakin transparan

Keterbukaan ditunjukkan kepada masyarakat dalam pengambilan keputusan,

penggunaan uang, dan ketercapaian program sekolah.

8. Sekolah responsif terhadap kebutuhan

5

Page 6: Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah Kelompok 4

Sekolah tanggap terhadap aspirasi yang muncul bagi peningkatan mutu penyelenggaraan

pendidikan di sekolah, bahkan sekolah mampu menyesuaikan terhadap perubahan dan

dinamika yang terjadi pada masa kini dan masa mendatang.

9. Sekolah mempunyai akuntabilitas

Akuntabilitas yaitu pertanggungjawaban pihak sekolah terhadap pencapaian program

yang telah dilaksanakan kepada pemerintah dan utamanya kepada masyarakat selaku

pemangku kepentingan.

10. Kepuasan warga sekolah

Kepuasan dapat tercapai apabila warga sekolah diberi kewenangan, tanggungjawab, dan

kepercayaan serta dorongan motivasi untuk melaksanakan tugas-tugas sekolah

2.4 Hambatan dalam Implementasi Manjemen Berbasis Sekolah

Beberapa hambatan yang mungkin dihadapi pihak-pihak berkepentingan dalam

penerapan/implementasi MBS adalah sebagai berikut.

1. Tidak berminat untuk terlibat

Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang

mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut

mereka hanya menambah beban. Akibatnya kepala sekolah dan guru tidak memiliki

banyak waktu lagi yang tersisa untuk memikirkan aspek-aspek lain dari pekerjaan

mereka.

2. Tidak efisien

Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya menimbulkan

frustrasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis.

3. Pikiran kelompok

Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan besar

akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena mereka akan saling

mendukung satu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu menyebabkan anggota terlalu

kompromis hanya karena tidak merasa enak berlainan pendapat dengan anggota lainnya.

Pada saat inilah dewan sekolah mulai terjangkit “pikiran kelompok.” Ini berbahaya

karena keputusan yang diambil kemungkinan besar tidak lagi realistis.

4. Memerlukan pelatihan

6

Page 7: Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah Kelompok 4

Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum

berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan

besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya

dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya.

5. Kebingungan atas peran dan tanggung jawab baru

Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi dengan iklim

kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung

jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar

akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul

tanggung jawab pengambilan keputusan.

6. Kesulitan koordinasi

Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam

mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang

beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar

sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fattah, N. 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung :

Pustaka Bani Quraisy

Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama.

7