MANAJEMEN PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN...

136
i MANAJEMEN PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : MILATUR RODIYAH NIM: 111-12-184 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Transcript of MANAJEMEN PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN...

i

MANAJEMEN PEMBELAJARAN

PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL MUNTAHA

KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO

KOTA SALATIGA TAHUN 2016

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

MILATUR RODIYAH

NIM: 111-12-184

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

ii

iii

iv

v

vi

MOTTO

مه تعلم القرآن وعلمه خيركم

“ Orang yang paling baik diantara kalian adalah seseorang

yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya “.

(HR.Bukhori)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ibu Siti Puji Astutik dan Bapak Puryadi yang senantiasa memberikan nasehat

dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga

ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang

bermanfaat untuk sesama.

2. Adik-adiku tersayang Atsiilah Khoirun Nisa‟ dan Muhammad Bachrul Ulum

yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.

3. Ibu Nyai Hj. Siti Zulaicho AH selaku pengasuh pondok pesantren tahfidzul

Qur’an al-muntaha yang saya hormati dan selalu saya harapkan ridho dan

berkah ilmunya.

4. Mas Ali Wachid Murtadlo yang selalu memberikan doa”, semangat, motivasi

dan kasih sayang yang tiada henti.

5. Aidul, putrek, one, bu kum, mak jannah, sopi, dek hurun, apip, mb pitri, mb

faizah, sukenul, mafa dan seluruh sahabatku PPTQ al-Muntaha yang selalu

membersamai dalam setiap langkah.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya

Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi

Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan

hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di

hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “MANAJEMEN

PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL-

MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO

KOTA SALATIGA TAHUN 2016”

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari

bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa

tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi

ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

ix

4. Bapak Fatchurrohman, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya

membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Yedi Efriadi, M.Ag. selaku pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Pengasuh, ustadzah, dan santri PPTQ al-Muntaha Salatiga yang telah

memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di

pondok pesantren tersebut.

8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan

memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

9. Keluarga Ma‟had Putri IAIN Salatiga, PAI E, Keluarga PPL SMP

Muhammadiyah Suruh dan Kelompok KKN posko 25 yang telah

memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang

membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 1 September 2016

Penulis

Milatur Rodiyah

NIM. 111-12-184

x

ABSTRAK

Rodiyah, Milatur. 2016. “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an al-Muntaha Kelurahan Argomulyo Kecamatan Cebongan

Kota Salatiga” Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd.

Kata kunci: Manajemen Pembelajaran, Pondok Pesantren, Tahfidzul Qur’an

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen

pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan

Argomulyo Kecamatan Cebongan Kota Salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab

melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana manajemen pembelajaran pondok

pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha. 2) Problematika yang dihadapi dalam

manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha.

Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan

metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Subyek penelitian adalah santri, ustadzah, pengasuh, dan pengelola

pondok pesantren.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa 1) manajemen pembelajaran

tahfidzul Qur’an di pondok pesantren al-Muntaha terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pengawasan

pembelajaran, dan pengevaluasian. Perencanaan pembelajaran terdiri dari proses

penentuan tujuan, metode atau cara yang ditempuh dalam pembelajaran tahfidzul

Qur’an, menentukan materi pembelajaran dan menentukan sistem penilaian

pembelajaran yang dilakukan. Proses pengorganisasian pembelajaran terdiri dari

sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran, pengelolaan pendidik dan

peserta didik/santri, materi, serta waktu pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya,

proses pelaksanaan pembelajaran meliputi pelaksanaan pembelajaran

menggunakan metode sorogan, bandongan dan metode pemberian hukuman,

sedangkan media yang digunakan berupa media cetak dan media elektronik

seperti kitab al-Qur‟an dan Terakhir adalah pengawasan serta evaluasi

pembelajaran. Pengawasan terhadap pembelajaran dilakukan oleh penanggung

jawab pembelajaran tahfidzul Qur’an yaitu pengasuh/asatidz pondok. Sedangkan

evaluasi secara formal tidak ada, tetapi lebih ditekankan secara praktis dan lisan

yang dilakukan setiap saat. 2) Problematika terkait pembelajaran tahfidzul Qur’an

terdiri dari problematika pengelola, pengurus, dan santri. Problematika terkait

pengelola yaitu masih minimnya jumlah guru/ustadz sedangkan santri kurang

disiplin sehingga ketika kegiatan pembelajaran berlangsung mengakibatkan

pembelajaran kurang berjalan lancar. Problematika selanjutnya datang dari

pengurus yaitu sikap pengurus yang kurang tegas dalam menjalankan tugas serta

kesulitan dalam mengawasi atau mengatur santri. Hal ini dikarenakan pengurus

merupakan bagian dari santri yang juga mengikuti kegiatan pembelajaran.

Kemudian problematika juga datang dari santri yaitu adanya gadget yang mereka

gunakan justru menghambat hafalan mereka karena santri lebih fokus bermain

gadget.

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... v

MOTTO ........................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

ABSTRAK ....................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5

E. Penegasan Istilah ........................................................................... 6

F. Metode Penelitian .......................................................................... 7

G. Sistematika Penulisan .................................................................... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 16

A. Manajemen Pembelajaran .............................................................. 16

B. Pondok Pesantren ........................................................................... 25

xii

C. Tahfidzul Qur‟an ............................................................................ 31

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ......................... 38

A. Paparan Data Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an

al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga .................................. 37

B. Temuan Penelitian ......................................................................... 45

1. Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur‟an al-Muntaha .................................................................. 45

2. Problematika Manajemen Pembelajaran Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha ................................. 59

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 63

A. Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur‟an al-Muntaha ........................................................................ 63

B. Problematika Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha........................................................ .74

BAB V PENUTUP ........................................................................................... .79

A. Kesimpulan.................................................................................... .79

B. Saran .............................................................................................. .80

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... .83

RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ .84

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Harian Santri ......................................................... 44

Tabel 3.2 Kegiatan Ekstrakurikuler Santri ....................................................... 45

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Nota Pembimbing Skripsi

3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian

4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

5. Lembar Konsultasi

6. Instrumen Pengumpulan Data

7. Kode Penelitian

8. Hasil Wawancara

9. Daftar Santri

10. Daftar Pengajar

11. Daftar Prestasi Santri

12. Dokumentasi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an kitab yang sangat mengagumkan bagi orang-orang yang

mau menggunakan akal dan mata hati untuk memikirkan dan

merenungkannya. Hifzhi al-Qur’an adalah menghafal al-Qur‟an sesuai

dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani mulai dari surat al-

Fatihah hingga surat al-Nas dengan maksud beribadah, menjaga dan

memelihara kalam Allah (Munjahid, 2007:74). Di dalam diri setiap

muslim terdapat hasrat yang kuat untuk menghafal al-Qur‟anul karim. Al-

Qur‟an adalah kitab suci agama islam yang abadi, petunjuk bagi seluruh

umat manusia. Barang siapa yang mengamalkannya, maka ia akan

mendapat pahala; barang siapa menyuruh padanya, maka ia telah ditunjuki

pada jalan yang lurus; barang siapa yang berpegang teguh padanya, maka

ia telah berpegang tali yang kuat yang tidak akan pernah terpecah-pecah ;

dan barang siapa yang berpaling darinya dan mencari petunjuk selainnya,

maka ia telah sangat sesat (Badwilan, 2009:264). Diantara cara Allah

menjaga kemurnian al-Quran adalah dia menjadikan sebagian dari hamba-

Nya menjadi para penghafal al-Quran.

Membaca al-Qur‟an termasuk ibadah yang paling utama yang

dijadikan sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah,

sebagaimana dalam firman-Nya:

2

“sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, mendirikan

shalat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami anugrahkan

kepadanya secara diam-diam dan terang-terangan, mereka itu

mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Faathir [35]:

29).

Untuk menyukseskan program program tahfidz suatu lembaga

harus memiliki manajemen yang baik. Manajemen dapat diartikan sebagai

sebuah proses khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan; perencanaan,

pengorganisasian, penggiatan, dan juga pengawasan. Ini semua juga

dilakukan untuk menentukan atau mencapai sasaran-sasaran yang telah

ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia, dan juga sumber-

sumber lainnya (Sunarto, 2005:71). Perencanaan merupakan bagian awal

yang terpenting dari suatu kerja. Perencanaan merupakan fungsi pemulaan

dalam manajemen (Suparlan, 2014:43). Memang menyelenggarakan

pembelajaran menghafal al-Qur‟an bukanlah persoalan mudah, melainkan

dibutuhkan pemikiran dan analisis mendalam dari hal perencanaan,

metode, alat dan sarana prasarana, target hafalan, evaluasi hafalan dan

sebagainya. Oleh karena itu dibutuhkan pula manajemen pembelajaran al-

Qur‟an yang tepat dan betul-betul dapat memahami kondisi anak.

Manajemen pembelajaran menghafal al-Qur‟an yang terdiri dari

bagaimana bentuk perencanaa, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan.

Gairah umat islam dalam Al-Qur‟an jika diperhatikan dewasa ini

semakin meningkat. Banyak lembaga yang mengunggulkan program

3

tahfidz dengan lahirnya banyak lembaga tahsin dan tahfidz atau bahkan di

lembaga-lembaga pendidikan formal. Tumbuhnya lembaga-lembaga keal-

Qur‟anan, baik kecil maupun besar, baik swasta maupun memiliki

keterkaitan dengan pemerintah setempat. Bahkan, statistiknya

menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Begitu saja, di sekolah-

sekolah umum unggulan yang berbasis islam (biasanya menggunakan

istilah “Islam Terpadu”, seperti SDIT), menggunakan tahfidz (hafalan al-

Qur‟an), sebagai salah satu program unggulan dan menjadi core

kompetensinya. Salatiga sendiri ada beberapa lembaga program tahfidz

diantaranya, SD tahfidz An-nida, rumah tahfidz, pondok pesantren

tahfidzul quran al-Muntaha. Tentu saja, ini merupakan suatu

perkembangan yang positif, terutama dalam upaya memelihara otentisitas

al-Quran.

Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan

merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional.

Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman,

tetapi juga mengandung makna keaslian indonesia (Madjid, 1997:3). Salah

satunya pondok pesantren al-Muntaha. Ini merupakan sebuah pondok

pesantren khusus putri yang memiliki takhassus pada bidang hafalan al-

Qur‟an, dengan corak pesantren semi tradisional-modern. Semua santri

dikonsentrasikan untuk menghafal, namun bagi yang belum sanggup

membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar diperkenankan juga mengaji

al-Qur‟an bin-nazhar. Pesantren ini tidak memberi batasan waktu dan usia

4

bagi para santri, terbuka bagi mahasiswi, pelajar tingkat SD hingga

Perguruan Tinggi, maupun santri yang hanya ingin berkonsentrasi belajar

mondok saja. Sudah banyak sekali prestasi yang diraih oleh santri maupun

alumni pondok pesantren al-Muntaha. Antara lomba MTQ juara I, MHQ

juara I, Syarhil Qur‟an juara II, Kaligrafi Juara 1, English Debate juara II,

Pidato bahasa inggris juara I, Stand up comedy juara harapan II dan Cipta

puisi juara II.

Sebagai salah satu pondok tahfidz di Salatiga, Pondok Pesantren al

Muntaha telah melahirkan banyak santri yang berhasil menghafal al

Qur‟an dengan baik. Keberhasilan ini tentu didorong oleh sistem

manajemen pondok yang baik. Dari latar belakang inilah peneliti

bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “MANAJEMEN

PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN

AL-MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN

ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2016”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul

Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec. Argomulyo Kota Salatiga

Tahun 2016?

5

2. Apa problematika manajemen pembelajaran pondok pesantren

tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec Argomulyo Salatiga

Tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui manajemen pembelajaran pondok pesantren

tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec. Argomulyo Kota

Salatiga Tahun 2016.

2. Untuk mengetahui problematika dalam manajemen pembelajaran

pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec.

Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

jelas dan diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun

teoritis, antara lain :

a. Manfaat teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran terhadap wacana pendidikan

agama Islam khususnya di bidang pendidikan tahfidzul qur‟an.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Pondok Pesantren: untuk memberi gambaran sistem

manajemen pondok pesantren yang baik guna melahirkan para

hafidz al Qur‟an.

6

2. Bagi Masyarakat: untuk memberi pengetahuan mengenai pondok

pesantren yang memiliki sistem manajemen yang unggul.

3. Bagi Peneliti: untuk menambah pengetahuan mengenai manajemen

pondok pesantren tahfidzul qur‟an.

E. Penegasan Istilah

1. Manajemen pembelajaran

Manajemen pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu

manajemen dan pembelajaran. Istilah pembelajaran (instruction)

bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau

kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi,

metode, dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah

direncanakan (Majid, 2012:109). Sedangkan menurut George R. Terry

Manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-

tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui

pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya (Sunarto, 2005:71).

Sedangkan menurut Mary Parker Follet , telah mendefinisikan

manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

Definisi ini bermakna bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan

mengarahkan orang lain untuk secara sinergi mencapai tujuan

organisasi (Suparlan, 2014:41).

7

2. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an

Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan

merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan

nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan

makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia

(indigenous). Lembaga pendidikan yang sudah ada sejak dulu (madjid,

1997:3).

Sedangkan tahfidz atau menghafal merupakan bahasa indonesia

yang berarti menerima, mengingat, menyimpan dan memproduksi

kembali tanggapan-tanggapan yang diperoleh melalui pengamatan.

Sedangkan menurut istilah hifzhi al-Qur‟an adalah menghafal al-

Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani

mulai dari surat al-Fatihah hingga surat al-Nash dengan maksud

beribadah, memelihara kalam Allah (Munjahid, 2007:74). Kita akan

mengetahui berbagai anugrah dan keistimewaan agung yang diperoleh

para penghafalnya (Syinqithi, 2011:4). Jadi pondok pesantren tahfidzul

Qur‟an merupakan suatu lembaga yang khusus pada bidang hafalan al-

Qur‟an.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendeketan dan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif

deskriptif, Menurut Moleong (2008:6) penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

8

yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah.

Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor dalam Meoleong

(2009:4). Metode Kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data secara deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang

diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka tetapi data

yang terkumpul berbentuk kata-kata lisan yang mencakup laporan dan

foto-foto. Jadi hasil penelitian ini adalah berupa deskripsi atau

gambaran manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul

Qur‟an al-Muntaha Kota Salatiga Tahun 2016.

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti hadir secara langsung pada obyek penelitian dalam rangka

pengumpulan data yang dilaksanakan peneliti tinggal di obyek

penelitian, sehingga peneliti terlibat secara langsung dan aktif dalam

rangka pengumpulan data.

3. Lokasi

Lokasi pesantren Jl. Soekarno-Hatta no 39, Kel. Cebongan, Kec.

Argomulyo, Kota salatiga. Terletak di tepi jalan utama Solo-Semarang,

9

sangat strategis dan mudah transportasi. Fasilitas pendukung yang ada

diantaranya Masjid, Laudry, dan Rumah Makan Barokah.

4. Sumber Data

Pada tahap ini, peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan

berbagai sumber data yang ada hubungannya dengan masalah yang

diteliti. Dalam penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data

pendukung (skunder).

a. Data Primer

Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau

kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku

yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto,

2010:22). Adapun yang terlibat secara langsung sebagai sumber

data primer berasal dari santri, pengurus pondok, ustadz ustadzah

pondok, dan pengasuh Pondok Pesantren al-Muntaha Salatiga.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-

dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain),

foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang dapat

memperkaya data primer (Arikunto, 200:20). Peneliti

menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan

melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara.

Adapun sumber data sekunder yang digunakan adalah buku-buku

10

yang terkait dengan manajemen pembelajaran, arsip-arsip,

dokumen, catatan dan laporan Pondok Pesantren al-Muntaha.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah :

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian

(Asmani, 2011:23). Metode observasi adalah cara menghimpun

bahan-bahan yang digunakan dengan mengadakan pengamatan

fenomena-fenomena yang dijadikan pengamatan. Adapun cara

yang digunakan adalah mengadakan pengamatan langsung di

pondok pesantren al-Muntaha dengan cara melihat dan

pengindraan lainnya. Observasi secara langsung mempunyai

maksud untuk mengamati dan melihat langsung kegiatan-

kegiatan manajemen yang dilakukan. Dalam observasi ini yang

menjadi objeknya antara lain aktifitas kegiatan pembelajaran

sehari-hari yang di lakukan oleh pengasuh dan dewan asatidz.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara menggali data. Hal ini

harus dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data

yang detail dan valid (Asmani, 2011:122). Kegiatan penelitian

ini akan dilaksanakan dengan wawancara terbuka dan

terstruktur karena informan atau narasumber mengetahui

11

bahwa mereka sedang diwawancarai, penelitian sudah

menetapkan dan menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang

tersusun secara sistematis. Dalam penelitian ini metode

wawancara digunakan sebagai metode pengumpulan data

dalam pembelajaran pesantren dan bagaimana peran masing-

masing dewan pengasuh, asatidz, pengurus serta santri dalam

menerapkan dan mengorganisir sistem pembelajaran pondok

pesantren tahfidzul Qur‟an.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-

hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto,

2002:148). Dokumentasi dalam penelitian ini di perlukan untuk

memperkuat data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu

dengan cara mengumpulkan data yang berupa catatan tertulis

dari Pondok Pesantren al-Muntaha.

6. Analisis Data

Analisis data digunakan awal penelitian hingga akhir

pengumpulan data yang bersifat terbuka dan induktif, sehingga tidak

menutup kemungkinan akan terjadi reduksi data, perbaikan dan

ferifikasi atas data yang diperole hal ini dimaksudkan untuk lebih

mempermudah pemahaman dan kejelasan.

12

Menurut Moleong (2008:280) analisis data adalah proses

mengorganisasaikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori,

dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Moleong (2008:324) ada empat kriteria yang

digunakan yaitu: kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability).

Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan

(credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan

penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan

dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan

observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup.

Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik

pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

(Moleong, 2008:330). Pada teknik ini peneliti melakukan triangulasi

dengan terknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara dan triangulasi dengan

sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil wawancara antar

narasumber terkait serta membandingkan data hasil dokumentasi antar

dokumen.

13

8. Tahap-Tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap

sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data,

dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut:

a. Tahap Sebelum ke lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian

paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada

subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.

b. Tahap Pekerja Lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan

dengan peran pembelajaran pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha.

Data ini diperoleh dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

c. Tahap Analisis Data

Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugiono (2007:337)

aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan.

1) Mereduksi atau merangkum data, memiliki hal-hal pokok,

menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya serta membuang yang tidak perlu.

2) Penyajian data dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, dan sejenisnya naratif.

14

3) Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum

pernah ada.

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan adalah tahap penyusunan data-data

hasil temuan penelitian secara sistematis. Dalam penulisan laporan

penelitian ini tentunya mencakup semua kegiatan penelitian mulai

dari tahap awal penelitian sampai tahap akhir yaitu tahap penarikan

kesimpulan. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian

dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saran-

saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti

hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam 5 (lima) bab yang

rinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA. Membahas secara tuntas judul yang ada

sesui dengan teori yang mendukungnya. Yaitu pengertian manajemen

pembelajaran dan pondok pesantren tahfidzul Qur‟an.

BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. Berisi

Gambaran Umum Pondok Pesantren al-Muntaha Cebongan Argomulyo

Salatiga Tahun 2016 yang meliputi sejarah singkat pesantren, visi dan

15

misi, letak geografis, profil pondok, struktur kepengurusan, sumber dana,

daftar santri, jadwal pelajaran, jadwal kegiatan harian, struktur organisasi,

tata tertib pondok.

BAB IV: PEMBAHASAN. Meliputi manajemen pembelajaran pondok

pesantren, problematika yang dihadapi pondok pesantren tahfidzul Qur‟an

al-Muntaha.

BAB V: PENUTUP. Meliputi kesimpulan dan saran.

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Pembelajaran

1. Pengertian Manajemen Pembelajaran

Manajemen pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu

manajemen dan pembelajaran. Secara bahasa (etimologi) manajemen

berasal dari kata kerja “to manage” yang berarti mengatur (Hasibuan,

2007:1).

Adapun menurut istilah (terminologi) terdapat banyak pendapat

mengenai pengertian manajemen salah satunya menurut George R.

Terry manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-

tindakan yang dicapai melalui perencanaan, pengorganisasian,

pergerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai

tujuan melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya (Hasibuan,

2007:3).

Selanjutnya, mengenai pembelajaran berasal dari kata

“instruction” yang berarti “pengajaran”. Pembelajaran pada hakikatnya

adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan

sumber belajar, dan anak dengan pendidikan (Mansur, 2007:163).

Menurut Undang-undang Ri No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

17

Dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa

manajemen pembelajaran merupakan usaha untuk mengelola

pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan

efisien.

2. Fungsi-fungsi Manajemen Pembelajaran

Dalam kegiatan manajemen pembelajaran ini terdapat fungsi

manajemen yang harus dilaksanakan. Diantaranya yaitu perencanaan

pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran, dan pengawasan pembelajaran yang juga meliputi

kegiatan evaluasi pembelajaran.

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran adalah aktivitas pengambilan

suatu keputusan mengenai sasaran dan tujuan pembelajaran,

strategi dan metode yang harus dilakukan, siapa pelaksana tugas

untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Dalam pengertian lain perencanaan pembelajaran diartikan sebagai

proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media,

penggunaan pendekatan dan metode, dan penilaian dalam suatu

alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan (Majid, 2008:17).

18

b. Pengorganisasian Pembelajaran

Pengorganisasian pembelajaran adalah keseluruhan proses

pengelompokan pendidikan, peserta didik, materi dan sumber

belajar serta sarana prasarana dan media belajar sehingga tercipta

suatu proses pembelajaran yang dapat berjalan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pengorganisasian ini

akan ditentukan materi materi pelajaran beserta siapa pengajarnya

dan untuk siapa materi itu diberikan, bagaimana cara

menyampaikan, serta kapan pelajaran itu akan diberikan.

Menentukan materi pembelajar berarti melakukan kegiatan

pengelolaan materi pembelajaran, hal ini harus memperhatikan

prinsip keragaman anak, tujuan moral (kognitif, emosional, dan

kinetik) dan aspek psikologis lain (Maimun dan Fitri, 2010:108).

Dengan demikian pelajaran yang akan diajarkan dapat ditambah

sesuai dengan kebutuhan pondok pesantren guna menunjang

tercapainya target program pondok yang sedang dikembangkan.

Usman mendefinisikan pengorganisasian merupakan penyusunan

struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber

daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya

(Usman, 2010: 146).

Pengorganisasian pembelajaran menurut Syaiful Sagala

(2010:143) meliputi beberapa aspek :

19

1) Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan personel yang

diperlukan untuk penyusunan kerangka yang efisien dalam

melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses penetapan

pelaksanaan pembelajaran yang diperlukan untuk

menyelesaikannya.

2) Mengelompokkan komponen pembelajaran dalam struktur

sekolah secara teratur.

3) Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi

pembelajaran.

4) Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur

pembelajaran.

c. Pelaksanaan Pembelajaran

Di dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran ini, seorang

pendidik melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar sesuai

panduan yang telah dirancang dengan memanfaatkan dan

menggunakan unsur-unsur belajar seperti, materi/bahan ajar,

sumber belajar, media belajar, strategi, dan metode belajar

sehingga peserta didik mau dan bisa belajar dengan senang dan

sungguh-sungguh guna mencapai tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai sesuai rencana.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan

seorang guru harus memiliki keterampilan dalam penyampaian

materi pelajaran dan mampu menggunakan metode mengajar

20

secara tepat. Oleh karena itu penguasaan terhadap metode

pembelajaran baik metode konvensional maupun inkonvensional

merupakan hal yang urgen. Metode adalah cara yang digunakan

untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Suwardi,

2007:61). Jadi metode pembelajaran adalah cara yang diguna-kan

untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Penggunaan metode belajar mengajar harus disesuaikan dengan

tujuan pembelajaran, kemampuan guru, anak didik, materi yang

dipelajari, ketersediaan fasilitas atau alat, dan durasi waktu belajar.

Diantara jenis-jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan

dalam KBM adalah sebagai berikut:

1. Metode pembiasaan

Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat

dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap,dan

bertindak sesuai dengan ajaran, norma, dan aturan yang berlaku

(Arief, 2002:110).

2. Metode keteladanan

Metode keteladanan adalah cara mengajar yang

dilakukan dengan memberikan contoh-contoh yang baik yang

dapat dicontoh atau ditiru dari seseorang oleh orang lain (Arief,

2002:117).

3. Metode pemberian ganjaran

21

Metode pembelajaran ini dilakukan dengan cara

memberikan ganjaran atau hadiah atas perilaku baik maupun

keberhasilan belajar peserta didik sebagai pendorong dan

motivasi belajar (Arief, 2002:127).

4. Metode pemberian hukuman

Metode ini merupakan metode pembelajaran yang

dilakukan dengan memberikan hukuman atas perilaku tidak

baik atau kesalahan peserta didik (Arief, 2002:131).

5. Metode ceramah

Metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah

materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau

khalayak ramai (Arief, 2002:136). Dalam pengertian lain

ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan

secara lisan oleh guru di muka kelas (Usman, 2002:34).

6. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab yaitu penyampaian pelajaran

dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab

(Arief, 2002:140). Pada pendapat lain metode tanya jawab

adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau

sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru

menjawab pertanyaan (Usman, 2002:43).

22

7. Metode Sorogan

Sorogan berasal dari bahasa Jawa (sorog) yang artinya

menyodorkan (Nasir, 2005:110). Metode sorogan ialah sebuah

sistem belajar di mana para murid satu persatu menghadap guru

untuk membaca dan menguraikan isi kitab ataupun

menyetorkan hafalan (Arief, 2002:150).

8. Metode bandongan/weton

Metode bandongan menurut Zamakhsyari Dhofier

dalam Arief (2002:153) adalah metode belajar di mana

sekelompok murid (jumlah banyak) mendengarkan seorang

guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan sering

kali mengulas buku Islam dalam bahasa Arab, kemudian setiap

murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan

(baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah

fikiran yang sulit. Metode bandongan atau sistem weton ini

merupakan metode belajar tertua di pondok pesantren

menyertai metode sorogan dan tentunya merupakan inti dari

pengajaran di suatu pesantren (Nasir, 2005:113).

9. Metode drill

Menurut Rustiyah dalam Arief (2002:174) metode drill

adalah suatu teknik yang dapat diartikan dengan suatu cara

mengajar di mana siswa melaksanakan latihan-latihan agar

23

memiliki keterampilan ataupun ketangkasan yang lebih tinggi

dari apa yang telah dipelajari.

10. Metode kerja kelompok

Metode kerja kelompok ialah cara menyajikan materi

pelajaran di mana siswa dikelompokkan ke dalam beberapa

kelompok tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah

ditetapkan dengan cara bersama dan bergotong royong (Arief,

2002:196).

Selain metode yang tepat efektivitas pembelajaran juga

dipengaruhi oleh ketepatan penggunaan media belajar. Media

pembelajaran adalah sesuatu hal yang berfungsi sebagai perantara

penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran

(Suwardi, 2007:76). Diantara media belajar yang dapat digunakan

adalah gambar/poster, slides, video, buku teks, modul, dan lain-

lain.

d. Pengawasan dan Evaluasi

Pengawasan adalah suatu konsep yang luas yang dapat

diterapkan pada manusia, benda dan organisasi. Pengawasan

dimaksudkan untuk memastikan anggota organisasi melaksanakan

apa yang dikehendaki dengan mengumpulkan, menganalisis dan

mengevaluasi informasi serta memanfaatkan untuk mengendalikan

organisasi (Hasibuan, 2007:197).

24

Pengawasan pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk

memperoleh kepastian apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran

telah dilakukan sesuai perencanaan yang telah dibuat atau justru

menyimpang dari rencana semula. Dalam melakukan pengawasan

pembelajaran ini seorang pemimpin ataupun guru harus

mengetahui dan memahami program pembelajaran yang telah

direncanakan, sehingga diharapkan tidak ada satupun celah lolos

dari pengawasan. Kegiatan pengawasan dalam pembelajaran ini

biasanya diikuti dengan evaluasi untuk mengetahui pencapaian

tujuan pembelajaran sehingga kemudian dilaksanakan perbaikan

pada kegiatan berikutnya.

Evaluasi menurut National Committee on Evaluation dari

UCLA (Stark & Thomas, 1994:12) yang dikutip oleh Widoyoko

(2009:4) berarti kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis, dan

penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya.

Dengan demikian evaluasi pembelajaran adalah kegiatan memilih,

mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi mengenai

kegiatan pembelajaran untuk digunakan sebagai dasar mengambil

keputusan dan menyusun program pembelajaran selanjutnya.

Kegiatan evaluasi pembelajaran ini diawali dengan pengukuran

hasil belajar, kemudian penilaian, dan setelah dua kegiatan tersebut

selesai barulah dilaksanakan evaluasi.

25

Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses

sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses

pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pengajaran

secara optimal. Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan

baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran. Sedangkan evaluasi

pembelajaran menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan

pembelajaran.

B. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Istilah pondok pesantren berasal dari kata funduk, (bahasa arab)

yang berarti rumah penginapan, sedangkan pondok pesantren adalah

lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran

serta mengembangkan dan menyebarkan agama islam (Nasir,

2005:80). Pendapat lain tentang pesantren adalah suatu lembaga

pendidikan islam indonesia yang bersifat “tradisional” untuk

mendalami ilmu tentang agama islam dan mengamalkannya sebagai

pedoman hidup keseharian (Dauly, 2004:27).

Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama

islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitarnya, dengan sistem

asrama (pemondokan di dalam komplek) dimana santri menerima

pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang

sepenuhnya di bawah kedaulatan kepemimpinan seorang atau beberapa

orang kyai (Farida, 2007:8).

Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional islam untuk

mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan

26

ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai

pedoman prilaku sehari-hari (Rofiq, 2005:1).

Pondok pesantren secara definisi tidak dapat diberikan batasan

yang tegas, melainkan makna yang luas tentang pengertian yang

memberikan cirri-ciri pondok pesantren, pada zaman dahulu Pondok

adalah tempat pendidikan tradisional yang di kelola oleh kyai, bunyai

dan ada muridnya melakukan kegiatan pembelajaran untuk mendalami

ilmu agama Islam dan ilmu yang lainnya, sampai sekarang pondok

pesantren ini berkembang luas mempunyai pengertian yang luas sesuai

dengan kebutuhan di era sekarang ini.

2. Macam-macam pesantren

Seiring dengan perkembangan di masa sekarang, pondok

pesantren baik tempat, sistem pengajaran, sistem pengorganisasin yang

telah mengalami perubahan. Pesantren di zaman sekarang ada yang

sudah tidak memakai kebiasaan-kebaisaan tradisional pada zaman

dahulu, akan tetapi pesantren ini mengalami perubahan sesuai dengan

berkembangnya zaman dimasa sekarang.

a. Pondok Pesantren Tradisional

Pesantren yang tetap mempertahankan pelajarannya dengan

kitab-kitab klasik dan tanpa di berikan pengetahuan umum, model

pengajarannyapun lazim diterapkan dalam pesantren salafi yaitu

dengan metode sorogan dan wetonan (Ghazali, 2003:14).

b. Pondok pesantren Modern

27

Yaitu pesantren yang menerapkan sisitem pengajaran

klasikal (madrasah) memberikan ilmu umum dan ilmu agama, serta

juga memberikan pendidikan keterampilan (Ghazali, 2003:14).

c. Pondok Pesantren Campuran/kombinasi

Berbagai macam pondok pesantren yang berkembang pada

masa sekarang, pasti mempunyai kelebihan sendiri-sendiri untuk

mencetak manusia sebagai khalifah di bumi (khalifatu filard),

untuk menghidupkan agama Allah dengan berbagai cara menurut

ajaran agama islam.

3. Elemen-elemen pondok pesantren

Pondok pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatan-

kegiatan pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan diri

menjadi suatu lembaga pengembangan masyarakat, oleh karena itu

pondok pesantren sejak semula merupakan ajang mempersiapkan

kader masa depan dengan perangkat-perangkat sebagai berikut

(Ghazali, 2003:18).

a. Masjid

Masjid pada hakikatnya merupakan sentral kegiatan

mulimin baik dalam dimensi ukhrawi maupun maknawi masjid

memberikan indikasi sebagai kemampuan seorang abdi dalam

mengabdi kepada Allah yang disimbolkan dengan adanya masjid

(Ghazali, 2003:19).

b. Pondok

Pondok adalah asrama bagi para santri yaitu sebuah asrama

pendidikan Islam tradisional dimana para siswa tinggal bersama

28

dan belajar dibawah bimbingan seorang atau lebih guru yang di

kenal dengan sebutan kyai (Ghofur, 2009: 9).

c. Kyai/Nyai

Ciri yang paling memasyarakat di pondok pesantren adalah

kyai. kyai pada hakikatnya adalah gelar yang diberikan kepada

seseorang yang mempunyai ilmu dibidang agama dalam hal ini

agama Islam (Ghazali, 2003:22).

d. Santri

Istilah santri hanya ada di pesantren sebagai

pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu

pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin

sebuah pesantren, oleh karena itu santri pada dasarnya berkaitan

erat dengan keberadaan kyai dan pesantren (Ghozali, 2003:24).

Santri terbagi menjadi dua:

1) Santri Mukim

Santri mukim adalah para santri datang tempat yang

jauh sehingga ia tinggal dan menetap di pondok (asrama)

pesantren (Maksum, 2003:14).

2) Santri Kalong

Adalah santri yang berasal dari wilayah sekitar

pesantren sehingga mereka tidak memerlukan untuk tinggal dan

menetap di pondok pesantren mereka bolak balik dari

rumahnya masing-masing (Maksum, 2003:15).

29

e. Pengkajian kitab-kitab kuning

Secara lughowi (bahasa) kitab kuning diartikan sebagai

kitab yang berwarna kuning, kerena kertas-kertas yang

dipergunakan berwarna kuning atau karena terlalu lamanya kitab

tersebut tersimpan sehingga berwarna kuning (Ghofur, 2009: 28).

Kitab-kitab klasik biasanya dikenal dengan istilah kuning

yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu ditulis oleh

ulama-ulama zaman dahulu yang berisikan tentang ilmu keislaman

seperti : fiqih, hadist, tafsir, maupun tentang akhlaq.

4. Metode Pengajaran Dalam Pondok Pesantren

Di bawah ini disebutkan metode pembelajaran di pondok pesantren

sebagai berikut :

a. Sorogan

Metode sorogan adalah kegiatan pembelajaran bagi santri

yang menitik beratkan pada pengembangan kemampuan

perseorangan (individu) di bawah bimbingan seorang ustadz atau

kyai (Departemen Agama RI, 2003:74).

b. Bandongan

Metode ini juga disebut dengan metode wetonan, pada

metode ini berbeda dengan metode sorogan. Metode bandongan

dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok

30

peserta didik, atau santri untuk mendengarkan atau menyimak apa

yang dibacanya dari sebuah kitab (Departemen Agama RI,

2003:86).

c. Metode musyawarah (Bahtsul Masail)

Metode musyawarah atau dalam istilah lain biasa disebut

dengan bahtsul masail merupakan metode pembelajaran yang lebih

mirip dengan metode diskusi atau seminar (Departemen Agama RI,

2003:92).

d. Metode Hafalan Muhafadzoh

Kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks

tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang ustadz/kyai,

santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka

waktu tertentu (Departemen Agama RI, 2003:100).

Metode ini menjadikan santri untuk berlatih kebiyasaan

istiqomah (ajek) karena dalam menghafal ini santri harus

mengulang-ulang bacaan atau lafadz yang di hafalkan sesuai tarjet

yang di tentukan, juga melatih kecerdasan otak santri untuk

mengingat-ingat materi pembelajaran, biasanya metode ini di

tekankan pada pelajaran alatnya (nahwunya) seperti, jurumiyah,

tasrif, imriti dan alfiyah ibnu malik, tetapi ada juga pelajaran lain di

pondok pesantren yang mengguakan metode hafalan ini.

5. Fungsi Pondok Pesantren

Fungsi pondok pesantren sebagai berikut :

31

1) Pesantren sebagai lembaga pendidikan

2) Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah

3) Pondok pesantren sebagai lembaga sosial

Fungsi pondok pesantren disini sangat mempengaruhi

menjadikan citra pondok pesantren benar-benar baik untuk mencetak

generasi yang Islami dan siap untuk di terjunkan ketengah-tengah

masyarakat untuk diharapkan menyebarkan ilmu-ilmu Islam yang telah

di dapatkannya ketika di pondok pesantren.

C. Tahfidzul Qur’an

1. Pengertian Tahfidzul Qur’an

Menurut istilah, yang dimaksud dengan hifzhi al-Qur‟an adalah

menghafal al-Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf

Utsmani mulai dari surat al-Fatihah hingga surat al-Nas dengan

maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah yang

merupakan mu‟jizat yang diturunkan kepada nabi dan Rasul terakhir

dengan perantara Malaikat Jibril yang ditulis dalam beberapa mushaf

yang dinukil (dipindahkan) kepada kita dengan jalan mutawatir

(Munjahid, 2007:74).

Sedangkan al-Qur‟an secara bahasa artinya “bacaan”. Menurut

Ali as-Sabuni dalam bukunya at-Tibyan definisi al-Qur‟an adalah

kalam Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi

Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dengan perantara Jibril, dan

ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita

32

secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan

ibadah, yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan ditutup dengan

Surah an-Nas (Faizah, 2008: 97).

Dengan demikian, yang dimaksud dengan tahfidz al-Qur‟an

adalah menghafal al-Qur‟an mulai dari surat Al-Fatihah sampai Surat

An-Nas dengan tujuan beribadah kepada Allah, menjaga memelihara

kalam Allah.

2. Hukum Menghafal al-Qur’an

Menghafal al-Qur‟an adalah fardhu kifayah. Apalagi sebagian

orang melakukannya maka gugurlah dosa dari yang lain. Tidak ada

sesuatu yang lebih baik selain mempelajari al-Qur‟an. Karena

didalamnya. Terkandung ilmu-ilmu agama yang merupakan dasar bagi

beberapa ilmu syariat yang menghasilkan pengetahuan manusia

tentang Tuhannya dan mengetahui perintah agama yang diwajibkan

dalam aspek ibadah dan muamalah (Badwilan, 2009: 23-24).

3. Syarat-syarat Tahfidz al-Qur’an

Seorang penghafal harus mempunyai persiapan yang matang

agar proses menghafal berjalan dengan baik dan benar, yaitu: (1) Niat

yang Ikhlas, (2) Meminta izin orang tua atau suami, (3) Mempunyai

tekad yang besar dan kuat, (4) Istiqomah, (5) Memanfaatkan waktu

yang tepat, (6) Lancar membaca al-Qur‟an (Wahid, 2014: 27).

Menurut Sugianto (2004: 52), seorang penghafal hendaknya

memenuhi beberapa syarat yang berhubungan dengan naluri insaniyah.

33

Adapun syarat-syarat tersebut adalah persiapan pribadi, bacaan al-

Qur‟an yang benar dan baik, mendapat izin dari orang tua, wali, dan

suami bagi wanita yang telah menikah, memiliki sifat mahmudah,

kontinuitas dalam menghafal al-Qur‟an, sanggup memelihara hafalan,

memiliki mushaf sendiri.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

penghafal al-Qur‟an harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Niat yang ikhlas

Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantarkan

seseorang ketempat tujuan dan akan membentengi atau menjadi

perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang

merintanginya (Ahsin, 2000: 49). Dalam surat Az-Zumar ayat 11

Allah berfirman: “Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan

supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-

Nya dalam (menjalankan) agama.” (Depag, 2009: 747).

Syarat terpenting menghafal al-Qur‟an adalah mempunyai

niat yang ikhlas dan menjadikan hafalan al-Qur‟an serta perhatian

padanya hanya karena Allah, mendapat surga, dan keridhaan-Nya.

b. Memiliki Keteguhan dan Kesabaran

Keteguhan dan kesabaran merupakan hal yang terpenting

bagi orang yang sedang proses menghafal al-Qur‟an. Dalam proses

menghafal al-Qur‟an akan banyak sekali ditemui berbagai macam

kendala, seperti: jenuh, gangguan lingkungan karena bising atau

34

gaduh, gangguan batin atau karena menghadapi ayat-ayat tertentu

yang dirasa sulit menghafalnya (Ahsin, 2000: 50).

Oleh karena itu, keteguhan dan kesabaran menjadi penting

bagi seorang penghafal al-Qur‟an. Seorang yang teguh dan sabar

tidak akan mudah putus asa dengan cobaan yang menghampirinya.

c. Istikomah (kontinuitas)

Menghafal al-Qur‟an harus istiqomah (kontinuitas) dalam

arti memiliki kedisiplinan, baik disiplin waktu, tempat maupun

disiplin terhadap materi-materi hafalan (Sugianto, 2004:54)

d. Meninggalkan maksiat

Perbuatan maksiat dan sifat tercela merupakan perbuatan

yang harus dijauhi bukan hanya bagi para penghafal Al-Qur‟an

saja, akan tetapi juga kaum muslimin pada umumnya. Keduanya

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan

jiwa dan mengusik ketenangan hati orang yang sedang dalam

proses menghafal Al-Qur‟an (Badwilan, 2009: 131).

e. Meminta ijin orang tua atau suami

Hal ini juga ikut mendukung dalam keberhasilan sang

penghafal al-Qur‟an. Dengan izin mereka, maka sang penghafal al-

Qur‟an dapat leluasa manfaatkan waktunya (Wahid, 2014:30).

f. Lancar membaca al-Qur‟an

Sebelum menghafal al-Qur‟an, sangat dianjurkan agar sang

penghafal al-Qur‟an lebih dahulu lancar dalam membaca al-

35

Qur‟an. Sebagian besar ulama bahkan tidak memperkenankan anak

didik yang diampunya untuk menghafal Al-Qur‟an sebelum

terlebih dahulu ia mengkhatamkan Al-Qur‟an bin-nadzar (dengan

melihat tulisan) (Wahid, 2014: 52).

Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa, para calon

hafidz dan hafidzah yang sedang dalam proses menghafal al-

Qur‟an harus memahami syarat-syarat tersebut di atas dan

diusahakan untuk memenuhinya.

4. Metode Tahfidz al-Qur’an

Ada beberapa metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam

rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal al-Qur‟an.

a. Metode wahdah, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat

yang hendak dihafalkannya.

b. Metode kitabah, yaitu penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat

yang akan dihafalkan pada secarik kertas yang telah tersedia.

c. Metode gabungan, yaitu gabungan antara metode wahdah dan

metode kitabah, hanya saja pada kitabah lebih berfungsi untuk uji

coba terhadap ayat yang telah dihafalkan.

d. Metode jama’, yaitu cara menghafal yang dilakukan secara kolektif

yang dipimpin oleh seorang instruktur. (Ahsin, 2000: 22-24).

Menurut abdul aziz abdur Rouf ada beberapa cara dalam

menghafal al-Qur‟an, yaitu :

36

1. Memahami ayat yang akan dihafal

Ayat-ayat yang akan dihafal difahami terlebih dahulu.

Dapat digunakan menggunakan terjemah al-Qur‟an Departemen

Agama. Lebih ideal kalau difahami melalui kitab tafsir, hingga

terasa makna yang luasdalam setiap ayatnya.

2. Mengulang-ulang sebelum menghafal

Mendengarkan murattal melalui al-Qur‟an digital, MP3/4,

Handphone, computer dan lain sebagainya.

3. Menulis sebelum menghafal

Menulis ayat yang dihafal dengan tangan sendiri dapat

mempercepat proses menghafal. Dengan menulis ayat-ayat al-

Qur‟an dengan tangan sendiri dan indra penglihatan akan

membantu hafalan masuk dalam memori otak (Wahid, 2014: 100).

Dari beberapa metode diatas seorang penghafal al-Qur‟an

dapat menggunakan salah satu metode tersebut sebagai pedoman

dalam menghafal al-Qur‟an.

37

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

Cebongan Argomulyo Salatiga

1. Profil Pondok Pesantren al-Muntaha

Nama Pondok Pesantren : Pondok Pesantren Tahfidz al-Muntaha

No. Statistik : 510033730016

NPWP : 31.539.851.1-505.00

Alamat

Jalan : Soekarno-Hatta no. 39

Kelurahan : Cebongan

Kecamatan : Argomulyo

Kota/kabupaten : Kota Salatiga

Provinsi : Jawa Tengah

Badan Penyelenggara : Yayasan al-Muntaha Salatiga

Nama Pengasuh : Hj. Siti Zulaecho, AH

Status Tanah : Wakaf

Akta Notaris : Yayasan al-Muntaha Salatiga, no. 44 tgl 30

Mei 2012 MUHAMMAD FAUZAN, SH

(Dokumen di PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha).

2. Sejarah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

Yayasan pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1993,

dilatarbelakangi adanya keinginan masyarakat sekitar pada yayasan

38

pendidikan yang mampu menampung dan memberikan pengajaran pada

anak-anak mereka yang menginginkan anaknya menjadi hafidz. Pesantren

ini diasuh oleh Hj. Siti Zulaicho, AH. Beliau adalah alumnus Ponpes BUQ

Betengan Demak. Sejak kecil beliau sudah mengikuti event-event MTQ

dalam cabang tahfidzh baik di tingkat propinsi Jawa Tengah hingga tingkat

Nasional, dan beberapa kali menjadi juara. Hampir satu dekade ini diberi

mandat untuk menjadi juri pada MTQ baik ditingkat Kota maupun tingkat

propinsi. Pada tahun pertama pondok pesantren hanya mendapatkan murid

baru 4 orang santri, dan santri tersebut baru berasal dari daerah sekitar,

dulu masih bertempat tinggal satu rumah dengan pengasuh. Pada tahun

1996 dimaksukkan lembaga al-azar kedalam aktanotaris. Kemudian pada

tahun 2012 al-azar berpindah nama menjadi yayasan al-muntaha yang

sekarang dikelola oleh ibu siti zulaecho sendiri.

Pondok pesantren al-Muntaha merupakan salah satu komponen

lembaga yang berjuang mendidik masyarakat dengan pendidikan secara

holistik, yaitu dengan memberikan pendidikan agama maupun dengan

keilmuan dan kemampuan lain agar dapat membekali peserta didik siap

menjadi agen perubahan. Dengan program unggulan hafalan al-Qur‟an,

pengajian mingguan, semaan mingguan.

Pondok pesantren ini sejak awal memang khusus putri yang

memiliki takhassus pada bidang hafalan al-Qur‟an, dengan corak pesantren

semi tradisional-modern. Semua santri dikonsentrasikan untuk menghafal,

namun bagi yang belum sanggup membaca al-Qur‟an dengan baik dan

39

benar diperkenankan juga mengaji al-Qur‟an bin-nazhar. Pesantren ini

tidak memberi batasan waktu dan usia bagi para santri, terbuka bagi

mahasiswi, pelajar tingkat SD hingga Perguruan Tinggi, maupun santri

yang hanya ingin berkonsentrasi belajar mondok saja. Dengan semakin

berkembangnya pondok pesantren ini sekarang jumlah santri sudah

mencapai 56 santri, dari berbagai daerah sampai luar jawa.

(Dokumen di PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)

3. Letak Geografis Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

Lokasi pesantren terletak ditepi jalan utama Solo-Semarang, sangat

strategis dan mudah transportasi. Fasilitas pendukung yang ada

diantaranya Masjid, Laudry, dan warung al-Barokah. Pondok pesantren ini

beralamat dijalan. Soekarno-Hatta no. 39, Kelurahan. Cebongan,

Kecamatan. Argomulyo, Kota Salatiga.

a. Barat : Eks Pabrik Mega Rager

b. Timur : Perumahan Tingkin Indah

c. Utara : Pinus Shofenir dan Persewaan

d. Selatan : Lampu Merah Jalan Pondok Joko Tingkir

(Dokumen di PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)

4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

a. Visi

Mencetak muslimah penghafal al-Qur‟an yang berakhlakul karimah.

b. Misi

1. Menyelenggarakan ta‟lim al-Qur‟an yang komprehensif.

40

2. Membimbing santri menjadi muslimah yang berkarakter.

(Hasil Observasi, 18-06-2016, di Pondok Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah media/alat/bahan dalam melaksanakan

suatu pembelajaran. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha

sudah memiliki gedung sendiri. Ada beberapa sarana dan prasarana,

diantaranya adalah 1 gedung aula, 14 ruang kamar santri, 8 kamar mandi

santri, 1 ruang dapur, tempat wudlu dan 1 audio.

(W/U/NU/17-06-2016/08.30).

6. Pengurus Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

Pengurus pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha kota

salatiga berada di bawah yayasan al-Muntaha yang dipimpin oleh Hj. Siti

Zulaecho, AH yang mampu melakukan tanggung jawab sesuai dengan

jabatan yang sudah di pegang, untuk lebih mengetahui pengurus pondok

pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha kota salatiga, penulis menyusun

daftar nama pengurus sebagai berikut:

Pengurus Pondok Pesantren Tahfidzul al-Qur‟an al-Muntaha Masa

Bakti 2016 - 2017 :

Pembina : Ny. Hj. Siti Zulaecho, AH

Nashif „Ubbadah, Lc

Ketua : Maghfirotul Mafachir

Wakil Ketua : Ela Izzatul Laila

Sekertaris I : Miratus Sa‟adah

41

Sekertaris II : Eka Yuniyanti

Bendahara I : Siti Zubaedah

Bendahara II : Nurul Lailatul Hidayah

Seksi-Seksi

Seksi Keamanan

Ketua : Afif Fatimatuz Zahro

Anggota : Nurul Khikmah

Dahlia Dwi Kusuma W

Siti Shofiyanti

Seksi Pendidikan

Ketua : Annisa Isnaeni Hikmah

Anggota : Eva Roviana

Tri Oktaviani

Seksi Kebersihan

Ketua : Zahrotul Fuadah

Anggota : Avi Naila Fitriana,

Rizkiana Kadarwati,

Annisa Rizkiyandini

Seksi Koperasi

Ketua : Milatur Rodiyah

Anggota : Hurun‟in

Ika Fatmawati

42

Seksi Kesehatan

Ketua : Yusi Dahmayanti

Anggota : Dewi Endriyani

Heni Purwina

Himatul Uliyah

Seksi PHBI

Ketua : Mir‟atul Azizah

Anggota : Humaida Fatwati

Dewi Rahmawati

Putri Parameswari

(Dokumen PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha,17-06-2016)

7. Keadaan Guru/Ustadz

Guru/ustadz yang mengajar di pondok pesantren tahfidzul Qur’an

al-Muntaha harus memenuhi berbagai syarat. Syarat yang utama yang

harus dimiliki adalah hafidz dan bersanad walaupun masih dalam proses

minimal harus sudah mencapai 10 juz, menguasai ilmu tajwid, bacaan baik

dan profesional, insyaallah tujuan, visi dan misi dalam pendidikan akan

tercapai. Apalagi dalam hal al-Qur‟an. ( Sebagian kecil ustadz yang

mengajar khususnya bidang tahfidz adalah orang orang yang sudah hafidz

dan sebagian besar masih dalam proses hafidz. Ada 3 ustadz yang

mengajar di PP tahfidzul Qur‟an al-muntaha. Namun, terkadang jika

43

ustadz tidak bisa mengajar maka diganti santri yang memang sudah

ditunjuk bu nya’i yang mengajar khusus bidang tahfidz (SZ,17-06-2016).

8. Keadaan Santri

Dari hasil wawancara dengan NU pada 17 Juni 2016 diperoleh data

bahwa PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha memiliki 52 santri, semuanya

santri putri. Santri bil-ghoib ada 31 dan santri bin-nadzor ada 25. Rata-

rata santri berusia 12-24 tahun. Mereka juga rata rata berasal dari sekitar

salatiga. Namun ada juga yang berasal dari luar daerah ataupun provinsi,

seperti riau, kalimantan, purwodadi, demak dan lain sebagainya. Untuk

tingkat ekonomi pondok ini terbuka untuk berbagai kalangan maka dari

56 santri, rata-rata orang tua santri bekerja sebagai pekerja swasta dan

petani (NU, 17-06-2016).

9. Kegiatan Pembelajaran

Dalam melaksanakan program pembelajaran tahfidzul Qur‟an di

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha, maka disusunlah jadwal

kegiatan santri sebagaimana tertera dalam tabel di bawah ini :

Tabel. 3.1

Jadwal Kegiatan Harian Santri

No Waktu Jenis Kegiatan

1. 03.00-03.30 Jamaah Sholat Qiyamul Lail

(Wajib setiap malam jum‟at)

2. 04.30-04.45 Jamaah sholat subuh

44

3. 05.00-06.00 Makan pagi dan mandi

4. 06.00-07.30 Kegiatan mengaji al-Qur‟an

(Setiap hari minggu simaan bersama)

5. ISTIRAHAT

6. 14.00-15.00 Kegiatan mengaji al-Qur‟an

(bagi yang di pondok)

7. 15.30-16.30 Mengaji kitab (setiap kamis dan sabtu)

8 17.00-17.30 Makan sore

9. 17.55-18.15 Jamaah sholat magrib dan tadarusan

10. 18.15-18.50 Kegiatan mengaji al-Qur‟an

(bagi yang bin-nadzor)

11. 18.50-20.00 Jamaah sholat isya‟

12. 20.00-21.30 Tahfidz (setoran murajaah hafalan)

13 ISTIRAHAT

(Dokumen PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)

Para santri pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha juga

diharuskan melakukan kesunahan-kesunahan antara lain:

45

a. Qiyamullail, karena pada 1/3 malam adalah salah satu waktu

mustajabah.

b. Setoran hafalan sehabis sholat subuh. Mereka memilih waktu habis

subuh untuk setoran hafalan yang baru karena pikiran pada waktu

subuh masih jernih, sehingga anak akan lebih mudah untuk menghafal

dan membentuk hafalan.

c. Kegiatan muroja’ah dilakukan sendiri oleh masing-masing santri

d. Tahfidz sehabis isya sehabis isya‟ adalah kegiatan setoran

pengulangan hafalan yang telah dihafal sebanyak ¼ juz atau lebih.

e. Setiap hari minggu santri tahfidz melakukan kegiatan simaan bersama

bu nya‟i dengan tujuan untuk menguji sampai mana kemampuan

santri.

Tabel 3.2

Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler Santri

No Hari Waktu Jenis Kegiatan

1. Minggu 14.00-15.00 Pelatihan Tilawatil Qur‟an

2. Minggu 08.00-09.00 Pelatihan Tartil Qur‟an

3. Jum‟at 16.00-17.00 Seni rebana

4. Minggu 10.00-11.00 Merias, Menjahid

5. Jum‟at 20.30-21.30 Khitobah

(Dokumen PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)

B. Temuan Penelitian

46

1. Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

al-Muntaha

Pada bagian ini, akan dipaparkan hasil penelitian berupa fungsi

manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengevaluasian yang diselenggarakan di pondok pesantren tahfidzul

Qur‟an al-Muntaha cebongan argomulyo salatiga.

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber

ditemukan beberapa pernyataan yang mendukung proses

perencanaan.

1) Tujuan Pembelajaran

Tujuan program pembelajaran terlihat dari pernyataan

NU selaku pemimpin pondok pesantren:

“Agar santri dapat menghafal, santriwati mampu

memahami isi dari al-Qur‟an dan mampu mengajarkan

al-Qur‟an” (W/U/NU/08-08-2016/20.30 WIB).

SZ selaku pengasuh pondok pesantren berpendapat

hampir sama terkait tentang tujuan pembelajaran tahfidzul

Qur‟an.

“Agar santri diharapkan dapat mengetahui,

memahami bagaimana sebaiknya membaca dan

menghafalkan al-Qur‟an dengan baik dan benar”

(W/U/SZ/07-08-2016/16.00 WIB).

2) Metode Pembelajaran

47

Terkait metode pembelajaran tahfidzul Qur‟an NU

menyatakan:

“Di pondok ini menggunakan dua metode sorogan

dan bandongan. Kalau sorogan mencakup setoran dan

taqrir, taqrir itu mengulang yang sudah dihafal. Kalau

yang bandongan contohnya seperti kegiatan minggu

legi” (W/U/NU/08-08-2016/20.31).

Pernyataan mengenai metode pembelajaran tahfidzul

Qur‟an juga diungkapkan IF:

“Metode atau cara yang ditempuh dalam

pembelajaran tahfidzul Qur‟an dengan menggunakan

metode sorogan dan bandongan. Dengan cara setoran

yaitu pengajuan atau setor bacaan dan hafalan langsung

kepada bu nya‟i, murojaah yaitu santri mengulang-

ulang bacaan atau hafaln, ayatan yaitu membaca ayat

per-ayat untuk mengevaluasi tajwid dan makhorijul

hurufnya, rutinan yaitu kegiatan rutin bulanan bagi para

tahfidz sebagai upaya untuk menjaga hafalannya”

(W/U/IF/08-08-2016/16.22).

Penjelasan mengenai metode pembelajaran juga

diungkapkan oleh ER :

“Kalau disini mengajinya menggunakan metode

sorogan, yaitu melalui setoran langsung kepengasuh

jika dinyatakan lancar tidak mengulang kalau belum

lancar mengulang” (W/S/ER/09-08-2016/10.00).

Hal sama diungkapkan FNR:

“Disini itu menggunakan metode sorogan dan

bandongan mbak, dimana santri maju satu per satu

untuk menyetorkan hafalannya kepada ustadzah dan

juga setiap minggu legi simaan bersama semua santri

tahfidz dipimpin langsung oleh bu nya‟i (FNR/S/07-08-

2016/09.00).

48

Hal ini selaras dengan hasil observasi, terlihat bahwa

semua santri maju satu satu untuk menyetorkan hafalannya

masing-masing kepada bu nyai/ustadzah (O/09-08-

2016/06.00).

3) Materi Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an

Ketika peneliti menggali data mengenai sistem

pembelajaran atau materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an,

berikut ini pendapat beberapa narasumber:

ER menyampaikan:

“Materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an diampu

langsung oleh para asatidz dan asatidzah dan semuanya

mengarah pada dasar-dasar pembelajaran tahfidzul

Qur‟an pada umumnya” (W/S/ER/09-08-2016/10.20).

MM mengungkapkan:

“Untuk pelajaran tahfidzul Qur‟an disini

meliputi al-Qur‟an, tajwid, tilawah, tahsinul Qur‟an”

(W/S/MM/08-08-2016/10.20).

Mengenai materi pembelajaran juga disampaikan oleh

IF:

“Materi pelajaran yang diajarkan dipondok yaa

al-Qur‟an dan tajwid materi ini sangat penting untuk

diberikan kepada santri agar santri dapat membaca al-

Qur‟an dengan baik dan benar. (W/U/IF/08-08-

2016/16.32).

Sebagai pengelola, NU memaparkan materi

pembelajaran:

49

“Materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an yang

ada dipondok meliputi hafalan, tahsinul Qur‟an,

tilawah, tajwid. Pemberian materi ini dengan tujuan

untuk santri baru diberi kursus kemampuan dasar agar

yang baru mengikuti bisa mengejar kemampuan yang

telah dimiliki santri senior” (W/U/NU/08-08-

2016/20.39).

Dari hasil observasi terlihat santri pondok pesantren

tahfidzul Qur‟an al-muntaha pada hari minggu jam 14.30

berkumpul di aula mengikuti kegiatan belajar tilawah bersama

ustadzah NH, setelah sholat magrib santri mengikuti

pembelajaran tajwid yang diampu langsung oleh ustadz NU

(O/08-08-2016/14.30).

4) Penilaian Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an

Cara penilaian pembelajaran tahfidzul Qur‟an berikut

menurut beberapa pendapat narasumber:

IF menyampaikan:

“Melalui setoran langsung kebunya‟i, jika

dinyatakan lancar santri dinyatakan tidak mengulang

namun sebaliknya jika santri setorannya tidak lancar

maka disuruh mengulang” (W/U/IF/08-08-2016/16.03).

Ungkapan hampir sama juga diungkapkan oleh ER:

“Dalam taqrir hafalan memiliki kesalahan

paling sedikit bacaan maka tidak mengulang, kalau

santri cara menghafalnya banyak kesalahan maka harus

mengulang sampai benar benar lancar” (W/S/ER/09-

08-2016/10.35).

SZ menyampaikan:

“Penilaian pembelajaran tahfidzul Qur‟an untuk

penilaian kami melihat dari bacaan dan hafalan para

50

santri apakah sudah sesuai dan benar tajwid dan

makhorijul huruf” (W/U/SZ/07-08-2016/16.03).

Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada tanggal 8

juni 2016 terlihat santri yang sudah selesai setoran perlembar

sampai satu juz, kemudian santri disuruh menyetorkan ¼

sampai 1 juz sekali duduk, apabila lancar lanjut juz berikutnya

apabila tidak lancar maka mengulang. (O/08-6-2016/06.23).

b. Pengorganisasian

Dari beberapa keterangan narasumber diperoleh hasil

struktur organisasi pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha

sebagai dituturkan NU:

“Pastinya terdiri dari Pengasuh, ketua pimpinan,

ketua pengurus” (W/U/NU/08-08-2016/20.03).

Hal serupa hampir sama juga diungkapkan ER:

“Struktur organisasi pondok dibentuk seperti pada

umumnya. Terdapat ketua, bendahara, sekertaris, sie

kebersihan, keamanan, pendidikan, kesehatan dan semua

saling bekerja sama sesuai dengan tugasnya masing-

masing” (W/S/ER/09-08-2016/10.35).

Peneliti juga menanyakan mengenai penyusunan jadwal

MM mengungkapkan:

“Mengenai penyusunan jadwalnya sudah bagus,

namun dalam penerapannya masih banyak yang kurang,

tidak sesuai dengan apa yang sudah dipelajarkan dari nyai,

diantaranya tentang tajwid dan makharijul huruf”

(W/S/MM/08-08-2016/10.23).

IF juga mengungkapkan:

51

“Penyusunan jadwal disusun dengan kebutuhan

santri dimana mayoritas santri adalah para pelajar. Jadi

untuk jadwal pembelajaran dimulai dari subuh hingga jam

06.30 pagi. Dan dimulai lagi jam 16.00 hingga jam 21.00.

untuk rutinan di adakan pada hari libur sekolah

(W/U/IF/08-08-2016/16.25).

Peneliti lanjut menanyakan siapa pengajar kegiatan

pembelajaran di pondok ini, NU mengungkapkan:

“Seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa pengajar

atau ustadzah di pondok ini yaitu langsung dari pengasuh

atau pengelola pondok terkadang kalau pengasuh ada acara

gak bisa mengajar diganti santri yang memang sudah

dipercaya untuk mengganti mengajar (W/U/NU/08-08-

2016/21.23).

NH memaparkan:

“Pengajarnya dari bu nya‟i sendiri sama anak dan

menantunya, terkadang kalo beliau gak bisa mengajar maka

diganti oleh santri yang sudah ditunjuk bu nya‟i untuk

menggantikan beliau mengajar (W/S/NH/07-08-

2016/16.03).

Hal ini terlihat dengan hasil observasi bahwa pengajar

kegiatan pembelajaran di pondok al-muntaha pada jam 06.00

adalah pengasuh atau bisa di panggil bu nya’i mengajar santrinya

di aula, pada siang jam 13.30 ustadzah IF yang mengajar tahfidz di

tempat aula dengan secara berkala dapat dibantu atau diwakili oleh

santri yang memang sudah dipercaya bu nya’i untuk mengganti

mengajar (O/07-08-2016/06.00).

SZ mengungkapkan mengenai kondisi saran dan prasarana:

“Kondisi sarana dan prasarana yang menunjang

pembelajaran selama ini masih kurang , selain al-Qur‟an

yang untuk individu seharusnya ada tambahan buku

panduan tajwid dan makharijul huruf untuk pegangan wajib

52

individu dalam pembelajaran tahfidznya (W/S/SZ/07-08-

2016/16.32).

FNR mengungkapkan:

“Bisa dilihat sendiri mbak kurangnya sarpra

dipondok pesantren, seperti tidak ada almari untuk menaruh

al-Qur‟an” (W/S/FNR/07-08-2016/09.21).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 9

agustus 2016 terlihat tidak terdapat almari untuk menaruh al-

Qur‟an, banyak al-Qur‟an yang berceceran dimeja mengaji (O/09-

6-2016/09.34).

c. Pelaksanaan

Proses pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an

diperoleh dari beberapa narasumber sebagai berikut:

IF mengungkapkan:

“Proses pelaksanaan dilakukan di lingkungan

pondok mbak, untuk pelaksanaan pembelajaran semua

dilakukan di dalam gedung aula (W/U/IF/08-08-

2016/16.55).

MM menjelaskan:

“Pelaksanaan proses pembelajaran didalamnya

alhamdulillah sudah berjalan dengan lancar sesuai dengan

apa yang telah direncanakan (W/S/MM/08-08-2016/09.45).

Lebih lanjut sebagai pengelola sekaligus ustadzah, SZ

memaparkan:

“Proses pembelajaran yang diterapkan diponpes

hampir 90% terlaksana sesuai perencanaan yang telah

direncanakan” (W/U/SZ/07-08-2016/16.45).

53

Keterangan hampir sama di utarakan ustadzah tahfidz,

FNR:

“Alhamduillah sudah berjalan sesuai dengan yang

direncanakan mbak, walaupun kadang masih ada 1 2 santri

yang kurang disiplin mengaji” (W/U/IF/08-08-2016/16.54).

Hal ini sesuai dengan hasil observasi bahwa terlihat semua

santri mengikuti kegiatan pembelajaran pada pagi pukul 06.00-

07.30 di mana santri berjejeran maju satu-satu untuk menyetorkan

hafalannya pada bu nya‟i (O/08-08-2016/20.14).

Sebagai santri, NH menggambarkan bagaimana

pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an menyatakan:

“Pembelajaran tahfidzul Qur‟an merupakan

pembelajaran yang megarah pada al-Qur‟an (W/S/NH/05-

08-2016/15.00).

MA menjelaskan bagaimana metode yang digunakan dalam

pembelajaran tahfizul Qur‟an:

“Metode yang digunakan untuk individu dengan

membaca bin nadzor terlebih dahulu kemudian dihafalkan

kata demi kata dan ayat demi ayat. Namun untuk metode

yang diterapka disini ada beberapa, diantaranya metode

sima‟i (W/S/MA/09-08-2016/15.30).

Sebagai pengurus pendidikan, ER memaparkan:

“Untuk metode pembelajaran dalam pelaksanaannya

untuk setoran dan murojaah santri ada 3 waktu yang

ditetapkan yaitu pagi jam 06.00, siang 13.30 dan malam

jam 19.15 WIB. Untuk mengatur dan membagi antara

setoran murojaah itu diserahkan pada para santri itu sendiri.

(W/S/ER/09-08-2016/10.02).

H mengungkapkan:

54

“Untuk ayatan dilaksanakan pada hari libur ngaji

yaitu hari jum‟at jam 05.30 hingga 06.15 sedangkan rutinan

dilaksanakan pada hari ahad legi dan ahad kliwon

(W/S/H/09-08-2016/09.42).

Berdasarkan hasil observasi pada hari Jum‟at terlihat semua

santri yang suci setelah melakukan jamaah sholat subuh mereka

tetap berkumpul di aula untuk melaksanakan kegiatan ayatan

dimana santri membaca 1 ayat kemudian bergilir dengan teman

yang lain (O/06-08-2016/05.45).

Peneliti menanyakan tentang prestasi yang dicapai santri,

NU menjelaskan:

“Prestasi yang dicapai banyak sekali mulai dari

MHQ, tilawah, syahril Qur‟an dll mulai dari tingkat daerah

sampai tingkat kota” (W/S/NU/08-08-2016/20.50).

Penjelasan yang sama juga diungkapkan IF:

“Banyak prestasi yang dicapai terutama untuk

lomba-lomba MTQ daerah, CCQ, dll” (W/U/IF/08-08-

2016/16.00).

H mengungkapkan:

“Setau saya ada beberapa prestasi tahfidz disetiap

tahunnya, dan alhamdulillah kebanyakan menang dalam

setiap perlombaan (W/S/H/08-08-2016/10.09).

Hal ini terlihat dalam buku dokumentasi PP tahfidzul

Qur‟an al-Muntaha bahwa yang telah dicapai oleh santri mulai dari

MHQ, tilawah, syahril Qur‟an dan lain-lain (O/08-08-2016/10.34).

Sebagai ketua pengurus MM mengungkapkan beberapa

media yang digunakan dalam pembelajaran:

55

“Media yang digunakan dalam pembelajaran kami

sederhana yaitu al-Qur‟an, MP3, kitab tajwid, pengeras

suara spiker (W/S/MM/08-08-2016/10.23).

AZ menjelaskan:

“Medianya ya al-Qur‟an dan MP3” (W/S/SZ/07-08-

2016/16.08).

Hal ini sesuai dengan hasil observasi bahwa beberapa santri

ketika membuat setoran hafalan di aula maupun di kamar

mengunakan al-Qur‟an dan MP3 (O/07-08-2016/16.02).

d. Pengawasan dan pengevaluasian

Terkait sistem pengawasan dan evaluasi pembelajaran

tahfidzul Qur‟an di pondok pesantren al-muntaha Cebongan

Salatiga NU Menyatakan:

“Ada yang langsung ketika pelaksanaan,

membenarkan bacaan yang keliru dengan melalui buku

laporan dan absen dan di adakan simaan minggu legi.

Pengawasan dari pengurus bagian pendidikan untuk

mempelajari tahfidz, pengurus juga menindak bagi yang

tidak mengikuti pembelajaran dalam hal ini pengurus

bertanggung jawab pada pengasuh” (W/U/NU/08-08-

2016/20.54).

SZ menjelaskan mengenai evaluasi pembelajaran tahfidzul

Qur‟an:

“Untuk proses evaluasi kami lihat dari beberapa

metode yang diterapkan yaitu ayatan dan rutinan. Dan

kegiatan tersebut kita memantau kurang atau telah berhasil

para santri dalam upaya belajar di pondok pesantren”

(W/U/SZ/07-08-2016/16.00).

IF memaparkan:

56

“Proses evaluasinya dengan setiap santri sudah

selesai menyetorkan 1 juz dan mau naik juz selanjutnya.

Maka diwajibkan bagi santri menyetorkan ¼ juz dulu

setelah itu baru menyetorkan 1 juz, apabila lanca maka

dinyatakan lanjut ke juz selanjutnya dan apabila belom

lancar maka harus mengulang” (W/U/IF/08-08-

2016/16.07).

Lebih lanjut MM menambahkan:

“Proses evaluasi ada simaan perbulan setiap minggu

legi dan tartilan perminggu dan setiap minggu kliwon,

tartilan di simakkan teman kemudian baru di tes bu nya‟i”

(W/S/MM/08-08-2016/10.35).

Berdasarkan hasil observasi terlihat pada hari minggu jam

07.00-07.30 santri yang menghafal al-Qur‟an disimakkan

temannya kemudian pada saat minggu legi baru di simakkan

langsung oleh bu nya’i (O/08-08-2016/07.35).

Peneliti lanjut menanyakan tentang pengevaluasian untuk

materi tajwid dan tilawatil Qur‟an, NH mengungkapkan:

“Untuk evaluasi tilawatil Qur‟an kami

menggunakan dengan cara santri ditunjuk ustadzah untuk

maju ke depan dan melafalkan apa yang sudah dipelajari”

(W/U/NH/07-08-2016/15.00).

Lanjut NU mengungkapkan :

“Untuk pengevaluasian materi tajwid santri ditunjuk

satu per satu dan mempraktekkan apa yang sudah dipelajari

(W/U/NU/08-08-2016/20.45).

Pernyataan hampir sama juga di paparkan MM:

“Di sini cara evaluasinya dengan cara santri

ditunjuk ustadz-ustadzah untuk maju satu satu dan

melafalkan apa yang sudah mreka pelajari, baik dari materi

tajwid maupun tilawatil Qur‟an (W/S/MM/08-08-

2016/10.34).

57

Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada tanggal 8

agustus 2016 bahwa, terlihat semua santri yang mengikuti kegiatan

pembelajaran tajwid dan tilawatil Qur‟an di tunjuk satu-satu oleh

ustadz maupun ustadzah untuk melafalkan atau mempraktekkan

apa yang sudah dipelajari (O/08-08-2016/14.45).

Mengenai proses pengawasan pembelajaran tahfidzul

Qur‟an, MM menerangkan:

“Pengawasan langsung dilakukan oleh pengasuh

dan pengurus namun masih kurang sepenunya terkontrol

dengan baik” (W/S/MM/07-08-2016/10.25).

Hal senada diungkapkan oleh IF:

“Pengawasan langsung oleh pengasuh, para asatidz-

asatidzah dan pengurus sudah berjalan namun masih kurang

terkontrol terkadang masih ada santri yang tidak mengikuti

kegiatan” (W/U/IF/08-08-2016/17.00).

Selaku santri, juga mengungkapkan keluh kesah tentang

pengawasan pembelajaran tahfidzul Qur‟an, NH menyatakan:

“Dilakukan oleh pengasuh di bantu asatidz-

asatidzah dan para pengurus, namun belom berjalan dengan

baik, mungkin karna minimya pengajar tahfidz sehingga

menyebabkan keadaan santri yang tidak sepenuhnya bisa

terkontrol dengan baik terutama dari segi pembelajaran al-

Qur‟an” (W/S/NH/07-08-2016/15.23).

SZ juga mengungkapkan :

“Dari pelaksanaan pembelajarannya sudah bagus,

dari pengurus masih kurang tegas, sehingga masih ada

santri yang tidak mengikuti kegiatan pondok” (W/S/SZ//07-

08-2016/16.34).

Alasan selanjutnya diungkapkan FNR:

58

“Kedisiplinan di pondok ini masih kurang, dari

pengurus harusnya sering mengontrol santri, dan dipastikan

semua santri ikut dalam kegiatan” (W/S/FNR/07-08-

2016/09.14).

Ketika peneliti mengajukan pertanyaan tentang adakah

hukuman ketika santri tidak mengikuti kegiatan, berikut pernyataan

beberapa dari narasumber:

MM selaku ketua pengurus pondok memaparkan:

“Pengawasan langsung dilakukan oleh pengasuh

dan pengurus namun masih kurang sepenunya terkontrol

dengan baik” (W/S/MM/07-08-2016/09.45).

Hal yang sama diungkapkan oleh H:

“Hukumannya ada mbak kalau dipodok namanya

takziran, kalau gak mengaji di dendan 5.000 kalau gak ya

kadang disuruh bersih-bersih pondok” (W/S/H/09-08-

2016/10.00).

“Takzirannya didenda 5.000 mbak”(W/S/HS/07-08-

2016/09.08).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 7

agustus 2016. Bahwa, ada beberapa santri yang ketahuan tidak

mengikuti pembelajaran kemudian dari pengurus pendidikan

langsung menegur sang anak dan menyatat nama sang anak dalam

buku pelanggaran (O/07-08-2016/19.02).

Ketika ditanya lebih lanjut mengenai pembelajaran

tahfidzul Qur‟an dipondok pesantren al-muntaha, beberapa

narasumber mengungkapkan:

FNR memaparkan:

59

“Bagus, sebelum bandongan 1 juz, santri

diharapkan menyetorkan tiap ¼ juz, terus kalau sudah hafal

5 juz diwajibkan taqrir 1-5, 5-1 naik turun, begitu pula

seterusnya” (W/S/FNR/07-08-2016/09.45).

Hal senada diungkapkan AFZ:

“Pembelajarannya sudah bagus, setiap hafalan

sudah mencapai 1 juz, santri harus mengulang menyetorkan

¼ juz, setelah selesai baru menyetorkan langsung 1 juz

sekali duduk mengaji. Apabila sudah lancar maka boleh

lanjut juz setelahnya, apabila belom lancar maka harus

mengulang” (W/S/AFZ/09-08-2016/07.45).

DM mengungkapkan:

“Bagus, di sini setiap bulan sekali setiap minggu

legi ada simaan 30 juz di simak langsung dengan bu nya’i

menggunakan sound dan pengeras suara (W/S/DM/08-08-

2016/08.34).

H mengatakan:

“Di sini bu nyai tidak memberi paksaan dalam

menghafal. Sesuai dengan kemampuan santri, dari bu nyai

tidak pernah menarjet. Misalnya hari ini harus setor 1

lembar (W/S/H/09-08-2016/09.50).

2. Problematika Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

Ketika peneliti mengajukan pertanyaan mengenai problematika

pengelola terkait pembelajaran tahfidzul Qur‟an, berikut ini keterangan

narasumber.

“Kesulitan dalam pemerataan pengawasan dan evaluasi

pembelajaran para santri. Karena banyaknya santri untuk

memperhatikan perindividu dari para pengurus, pengelola,

mengalami kesulitan” (W/U/NU/08-08-2016/20.49).

Selaku pengasuh SZ juga menjelaskan:

60

“Minimnya guru/pengajar sehingga menyebabkan

keadaan santri yang tidak sepenuhnya bisa terkontrol dengan

baik, terutama dari segi pembelajaran al-Qur‟annya”

(W/U/SZ/07-08-2016/16.10).

Lanjut IF mengungkapkan:

“Santri kurang disiplin saat mengaji, waktu

pembelajaranpun masih kurang lama” (W/U/IF/08-08-

2016/16.20).

Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang dilaksanakan pada

tanggal 8 agustus 2016 bahwa terlihat pada kegiatan pembelajaran

siang hari pukul 13.30 banyak santri yang telat mengaji, ketika bu nyai

atau ustadzah sudah datang ke aula hanya ada 3 atau 4 santri yang

berada di aula (O/08-08-2016/14.00).

Lanjut menanyakan problematika pengurus dalam

pembelajaran tahfidzul Qur’an, menyatakan :

Sebagai ketua kepengurusan MM menyatakan:

“Karena pengurus juga santri, dimana dia juga

mempunyai kewajiban untuk belajar juga kadang merasa

kesulitan untuk mengatur dan memberikan pengarahan kepada

para santri dalam proses pembelajaran tahfidzul Qur’an”

(W/S/MM/07-08-2016/10.32).

Peneliti mengajukan pertanyaan tentang problematika santri

terkait dengan pembelajaran tahfidzul Qur’an, berikut ini keterangan

beberapa santri.

Sebagai seorang penghafal al-Qur‟an ER menjelaskan:

“Kesulitan dalam mengatur waktu untuk muroja’ah, dll.

Karena adanya media elektronik yang menjadi salah satu

pengganggu kecil dalam pembelajaran” (W/S/ER/O9-08-

2016/10.20).

61

NU juga mengungkapkan:

“Karna pondok ini diperbolehkan membawa barang

elektronik, ternyata juga berdampak santri lebih banyak waktu

mainan elektronik, ketimbang muroja‟ah (W/U/NU/08-08-

2016/21.01).

FNR memaparkan:

“Penghambat terberat dalam proses menghafal yaitu

ketika sudah bermain gadget bisa lupa waktu apalagi ketika

menonton film waktu muraja’ah hampir tidak ada. Dampaknya

ketika mengaji sudah dimulai hanya mengaji beberapa ayat saja

dan itupun tidak lancar” (W/S/FNR/07-08-2016/09.21).

NH sama menjelaskan:

“Ketika sudah bermain handphone lupa segalanya

mbak, niatnya mau nderes, gak jadi” (W/S/NH/07-08-

2016/15.00).

Hal ini terlihat beberapa santri tangan yang satu memegang al-

Qur‟an dan yang satunya memegang handphone (O/07-08-

2016/16.04).

Ketika peneliti menanyakan solusi apa yang diberikan untuk

problematika pembelajaran tahfidzul Qur’an, berikut pernyataan

beberapa narasumber:

“Yang diharapkan bisa menepati waktu pembelajaran

pelaksanaan, ada waktu yang lebih longgar untuk pembelajaran

di pagi dan siang hari dan juga harusnya pengurus memberi

motivasi agar santri dapat disiplin dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran” (W/S/NU/08-08-2016/21.05).

IF menyatakan:

62

“Mungkin bisa menambah guru atau pengajar baru, agar

setiap santri dapat terkontrol dengan baik dalam pengawasan

dan pengevaluasiannya” (W/U/IF/08-08-2016/16.36).

Pengasuh juga memaparkan, SZ:

“Menaati peraturan dan harus lebih disiplin lagi dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran di ponpes” (W/U/SZ/07-08-

2016/16.02).

ER juga mencoba memberi solusi:

“Solusi yang saya coba tawarkan yaitu evaluasi ulang

manajemen pembelajaran dan organisasi yang ada diponpes.

Serta, dibangunnya komunikasi yang baik atau seluruh

penduduk ponpes baik pengurus, santri maupun asatidz

(W/S/ER/09-08-2016/10.17).

FNR Menjelaskan:

“Solusinya ya harus pintar-pintar memanaj waktu, harus

bisa seimbang antara mengaji dan bermain HP (W/S/FNR/07-

08-2016/09.48).

Hal senada juga diungkapkan NH:

“Harus pintar membagi waktu, dimana ada saatnya

bermain HP, mengaji dengan kegiatan yang lain (W/S/NH/07-

08-2016/15.00).

63

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Manajemen Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren al-

Muntaha

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di

Pondok Pesantren al-Muntaha menunjukkan bahwa fungsi manajemen

pembelajaran terbagi menjadi 4 bagian.

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran adalah aktivitas pengambilan suatu

keputusan mengenai sasaran dan tujuan pembelajaran, strategi dan

metode yang harus dilakukan, siapa pelaksana tugas untuk mencapai

tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam pengertian lain

perencanaan pembelajaran diartikan sebagai proses penyusunan materi

pelajaran, penggunaan media, penggunaan pendekatan dan metode,

dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada

masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Majid,

2008:17). Setiap program yang akan berlangsung, membutuhkan

perencanaan yang matang, termasuk pembelajaran tahfidzul Qur’an di

pondok pesantren al-Muntaha.

Proses perencanaan pembelajaran tahfidzul Qur’an pondok

pesantren al-Muntaha dilakukan melalui 4 tahap, yaitu:

64

a. Penentuan tujuan

Tujuan belajar yang jelas dan terukur merupakan aspek

penting untuk menentukan keberhasilan siswa melalui proses

pembelajaran (Sanjaya, :42). Setiap kegiatan pembelajaran seorang

pengajar juga menentukan target belajar atau tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai. Setiap kegiatan wajib diikuti oleh seluruh santri

yaitu sejumlah 52 orang pada jadwal yang telah ditentukan.

Pembelajaran di pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha

tidak didahului dengan penyusunan rencanaan pembelajaran

terlebih dahulu. Akan tetapi, kegiatan pembelajarannya sudah

disusun sejak awal berdirinya pondok. Tujuan pembelajaran

tahfidzul Qur’an pondok pesantren al-Muntaha menurut beberapa

narasumber adalah agar santri diharapkan dapat mengetahui serta

memahami bagaimana cara membaca dan menghafalkan Al-Qur‟an

dengan baik dan benar.

Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Wahid

(2014:52) bahwa sebelum menghafal Al-Qur‟an, sangat dianjurkan

agar sang penghafal Al-Qur‟an lebih dahulu lancar dalam

membaca Al-Qur‟an. Sebagian besar ulama bahkan tidak

memperkenankan anak didik yang diampunya untuk menghafal Al-

Qur‟an sebelum terlebih dahulu ia mengkhatamkan Al-Qur‟an bin-

nadzar (dengan melihat tulisan).

65

b. Metode pembelajaran tahfidzul Qur’an

Selanjutnya, mengenai metode pembelajaran tahfidzul

Qur’an dipondok pesantren al-Muntaha. Metode atau cara yang

ditempuh dalam pembelajaran tahfidzul Qur’an dengan

menggunakan dua metode yaitu metode sorogan dan bandongan.

Hal ini dilakukan dengan cara setoran yaitu pengajuan atau setor

bacaan dan hafalan langsung kepada bu nya’i dan setiap satu bulan

sekali simaan bersama semua santri dan bu nya’i . Simaan adalah

sebuah kegiatan dimana salah satu santri menghafal dan

diperhatikan oleh seluruh santri dan ustadzah yang akrab dipanggil

bu nya’i.

Sebagaimana disebutkan Departemen Agama RI metode

sorogan adalah kegiatan pembelajaran bagi santri yang menitik

beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan (individu)

di bawah bimbingan seorang ustadz atau kyai (Departemen Agama

RI, 2003:74). Arief juga menyebutkan metode sorogan ialah sebuah

sistem belajar di mana para murid satu persatu menghadap guru

untuk membaca dan menguraikan isi kitab ataupun menyetorkan

hafalan (Arief, 2002:150). Sedangkan metode bandongan yaitu

metode ini juga disebut dengan metode wetonan, pada metode ini

berbeda dengan metode sorogan. Metode bandongan dilakukan

oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok peserta didik,

66

atau santri untuk mendengarkan atau menyimak apa yang

dibacanya dari sebuah kitab (Departemen Agama RI, 2003:86

c. Materi pembelajaran tahfidzul Qur’an

Menentukan materi pembelajaran berarti melakukan

kegiatan pengelolaan materi pembelajaran, hal ini harus

memperhatikan prinsip keragaman anak, tujuan moral (kognitif,

emosional, dan kinetik) dan aspek psikologis lain (Maimun dan

Fitri, 2010:108).

Materi pembelajaran tahfidzul Qur’an di pondok pesantren

al-Muntaha meliputi hafalan, tahsinul Qur‟an, tilawah dan tajwid.

tahsinul Qur‟an adalah memperindah dan memperbaiki bacaan al-

Qur‟an secara benar sesui dengan kaidah ilmu tajwid, tilawah

adalah membaca al-Qur‟an dengan bacaan yang menampakkan

huruf-hurufnya dan berhati-hati dalam melafadzkannya agar lebih

mudah untuk memahami makna-makna yang terkandung di

dalamnya selanjutnya tajwid adalah ilmu tentang tatacara membaca

al-Qur‟an yang baik dan benar, baik cara melafalkan huruf,

membunyikan hukum nun dan tanwin, bacaan mad, hukum waqaf

wal ibtida‟ dan lain-lain yang terkait dengan cara membaca al-

Qur‟an yang baik dan benar.

Semuanya mengarah pada dasar-dasar pembelajaran

tahfidzul Qur’an yang diampu langsung oleh asatidz dan asatidzah.

67

Hal ini bertujuan agar santri dapat membaca Al-Qur‟an dengan

baik dan benar.

d. Penilaian Pembelajaran Tahfidzul Qur’an

Fungsi penilaian menurut Suharsimi Arikunto (dalam

Mulyadi, 2010:11) Fungsi penilaian pendidikan ada beberapa hal,

yaitu: (a) Penilaian berfungsi sebagai penempatan, (b) Penilaian

berfungsi selektif, (c) Penilain berfungsi sebagai pengukur

keberhasilan , (d) Penilaian berfungsi diagnostik.

Penilaian pembelajaran tahfidzul Qur’an di pondok

pesantren al-Muntaha dengan cara melalui setoran langsung ke bu

nya’i melihat dari bacaan dan hafalan para santri sudah sesuai

tajwid dan makharijul huruf atau belum. Jika dalam taqrir hafalan

memiliki kesalahan paling sedikit bacaan maka tidak mengulang,

kalau santri menghafalnya terdapat banyak kesalahan maka harus

mengulang hafalannya sampai benar-benar lancar.

2. Pengorganisasian Pembelajaran

Pengorganisasian pembelajaran adalah keseluruhan proses

pengelompokan pendidikan, peserta didik, materi dan sumber belajar

serta sarana prasarana dan media belajar sehingga tercipta suatu proses

pembelajaran yang dapat berjalan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dalam kegiatan pengorganisasian ini akan ditentukan

materi materi pelajaran beserta siapa pengajarnya dan untuk siapa

68

materi itu diberikan, bagaimana cara menyampaikan, serta kapan

pelajaran itu akan diberikan (Maimun dan Fitri, 2010:108).

Dari beberapa keterangan narasumber diperoleh hasil bahwa

kondisi sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran selama ini

masih kurang. Menurut SZ seharusnya tidak hanya Al-Qur‟an saja,

akan tetapi para santri wajib memiliki buku panduan berupa buku yang

membahas tentang tajwid dan makharijul huruf. Mengenai jadwal

pelajaran sudah tersusun dengan baik. Materi yang diajarkan di pondok

pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha meliputi hafalan, tahsinul

Qur‟an, tilawah dan tajwid.

Usman juga mendefinisikan pengorganisasian merupakan

penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi,

sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya

(Usman, 2010: 146). Struktur organisasi pembelajaran pondok

pesantren al-Muntaha meliputi pengasuh, ketua pimpinan, ketua

pondok, wakil pondok, ketua pendidikan beserta jajaran. Pengasuh

pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha adalah SZ pengasuh

selaku ustadzah tahfidz. Sedangkan pemimpinnya adalah NU dan yang

mengatur pembelajaran adalah pengurus meliputi ketua, wakil dan

bagian sie pendidikan

3. Pelaksanaan Pembelajaran

Di dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran ini, seorang

pendidik melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar sesuai

69

panduan yang telah dirancang dengan memanfaatkan dan

menggunakan unsur-unsur belajar seperti, materi/bahan ajar, sumber

belajar, media belajar, strategi, dan metode belajar sehingga peserta

didik mau dan bisa belajar dengan senang dan sungguh-sungguh guna

mencapai tujuan pembelajaran untuk itu perlu adanya penggunaan

penggunaan metode dan media dalam penyampaian materi

pembelajaran. Metode menurut Suwardi (2007:61) adalah cara yang

digunakan untuk mencapai tujuan secara efekstif dan efisien. Jadi

metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai

tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Metode pembelajaran

yang dapat digunakan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-

Muntaha bermacam-macam jenisnya, beberapa diantaranya yaitu:

a. Metode sorogan, yaitu sebuah sistem belajar di mana para murid

satu persatu menghadap guru untuk membaca dan menguraikan isi

kitab ataupun menyetorkan hafalan (Arief, 2002:150. Pengajaran

dengan pola sorogan dilaksanakan dengan jalan santri yang

biasanya menyorogkan sebuah kitab kepada ibu Nyai atau

ustadzah. Apabila ada salahnya, kesalahan itu langsung dibenarkan

seketika itu juga oleh ibu Nyai atau ustadzah tersebut. Pemakaian

metode diatas dimaksud sebagai upaya mempelajari al-Qur‟an di

pondok pesantren al-Muntaha.

b. Metode bandongan. Metode ini juga disebut dengan metode

wetonan, pada metode ini berbeda dengan metode sorogan.

70

Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz

terhadap sekelompok peserta didik, atau santri untuk

mendengarkan atau menyimak apa yang dibacanya dari sebuah

kitab (Departemen Agama RI, 2003:86). Sedangkan menurut

Zamakhsyari Dhofier dalam Arief (2002:153) adalah metode

belajar di mana sekelompok murid (jumlah banyak) mendengarkan

seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan

sering kali mengulas buku islam dalam bahasa Arab, kemudian

setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan

(baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah fikiran

yang sulit. Metode ini juga digunakan dalam pembelajaran tahfidz

di mana pada minggu legi semua santri tahfidz mengikuti kegiatan

simaan yang dipimpin langsung oleh bu nya‟i (Wawancara ER).

metode bandongan di pondok pesantren al-Muntaha diawali

dengan ustadzah yang sering dipanggil bu nya‟i membaca ayat al-

Qur‟an kemudian dilanjut salah satu santri menghafal di depan

seluruh santri dan ustadzah.

c. Metode pemberian hukuman, adalah metode pembelajaran yang

dilakukan dengan memberikan hukuman atas perilaku tidak baik

atau kesalahan peserta didik (Arief, 2002:131). Metode ini

diberlakukan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, yaitu bagi

santri yang melanggar tidak mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hukumannya ialah santri yang melanggar tidak mengikuti kegiatan

71

pembelajaran akan dikenakan denda sebesar 5.000 dan juga

membersihkan sekeliling pondok. Hal ini bertujuan agar santri

lebih disiplin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Unsur pembelajaran selanjutnya yang juga ikut andil dalam

upaya mencapai tujuan pembelajaran adalah media. Media

pembelajaran adalah sesuatu hal yang berfungsi sebagai perantara

penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran

(Suwardi, 2007:76). Media pembelajaran yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran di pondok pesantren hanya menggunakan

media berupa buku/kitab al-Qur‟an. Penggunaan media elektronik

berupa MP3 dari handphone.

Suksesnya kegiatan pembelajaran di pondok al-Muntaha

terlihat dari prestasi yang diraih oleh santri dalam berbagai

perlombaan seperti MHQ, tilawah, syahril qur‟an, CCQ, dan lain-lain.

Pada perlombaan MHQ tahun 2015 yang melipui tilawah, syahril

tilawah dan pidato mendapat juara 1 seprovinsi jawa tengah yang

diwakili oleh santri dewi Rahmawati, Ana rizkiyandini, Nurul

hidayah.

4. Pengawasan dan Evaluasi Pembelajaran

Pengawasan pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk

memperoleh kepastian apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran

telah dilakukan sesuai perencanaan yang telah dibuat atau justru

menyimpang dari rencana semula. Evaluasi ialah kegiatan pemilihan,

72

pengumpulan, analisis, dan penyajian informasi yang dapat digunakan

sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program

selanjutnya (Widoyoko, 2009:4). Jadi evaluasi pembelajaran adalah

kegiatan memilih, mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan

informasi mengenai kegiatan pembelajaran untuk digunakan sebagai

dasar mengambil keputusan dan menyusun program pembelajaran

selanjutnya.

Pengawasan pembelajaran di pondok pesantren al-Muntaha

sebagian besar dilakukan oleh pengurus dan dewan asatidz-asatidzah,

tetapi pengasuh pun ikut mengawasinya secara tidak langsung. Dalam

hal ini yang berperan aktif dalam pengawasan kegiatan pembelajaran

adalah pengurus bagian pendidikan. Mengenai evaluasi pembelajaran

belum dilakukan secara formal melalui tes tertulis, tetapi evaluasi

pembelajaran dilakukan secara langsung baik oleh ustadzah maupun

pengasuh atau yang membantu.

Pembelajaran tahfidzul Qur‟an rata-rata guru/ustadzah

melakukan evaluasi langsung setelah santri selesai menyetorkan

hafalan per satu lembar sampai mencapai 1 juz. Setelah santri

menyetorkan hafalan sampai 1 juz kemudian santri menyetorkan

hafalan 1 juz sekali duduk. Hal ini merupakan upaya untuk mengetahui

sejauh mana kemampuan santri dalam menghafal Al-Qur‟an. Jika dari

bacaan dan menghafal diketahui bahwa masih banyak yang salah maka

73

harus mengulang hafalannya dan apabila diketahui tidak banyak

kesalahan maka boleh melanjutkan menghafal ke juz berikutnya.

Selain itu untuk materi tertentu seperti tajwid dan tilawatil

Qur‟an evaluasi dilakukan dengan cara tes, ustadz maupun ustadzah

menunjuk santri untuk maju kedepan dan menyuruh santri untuk

melafalkan apa yang sudah dipelajari dari ustadzah. Dari kegiatan tes

itu tidak dilakukan penilaian, tetapi para ustadz-ustadzah hanya

mengamati dan kemudian melakukan pembenahan dalam

pembelajarannya atau mengulang penjelasan terhadap materi tersebut.

Dengan demikian dapat dikatakan dalam kegiatan pembelajaran

tahfidzul Qur’an tersebut evaluasi dilakukan dengan tes lisan baik

dengan bacaan maupun hafalan.

Pembelajaran tahfidz juga dievaluasi dengan cara bandongan.

Dimana setiap 1 bulan sekali tepat pada saat minggu legi, seluruh

santri tahfidz diwajibkan mengikuti kegiatan simaan 30 juz secara

bergilir yang dipimpin langsung oleh ibu Nyai. Hal ini dengan tujuan

agar santri selalu mengingat hafalan dan saling mengoreksi apabila ada

bacaan yang salah ibu Nyai atau teman sebaya bisa langsung

membenarkan. Dalam hal ini apabila ibu Nyai atau ustadzah tidak

dapat memimpin simaan, maka ibu Nyai menunjuk langsung santri

yang telah diberi kepercayaan untuk memimpin simaan.

Untuk hafalan tahfidz bu Nyai tidak memiliki target. Jumlah

ayat yang disetorkan tidak dibatasi baik jumlah minimal maupun

74

maksimalnya, hal ini lebih disesuaikan dan diserahkan kepada

kemampuan hafalan masing-masing santri. Hal tersebut bertujuan agar

santri tidak merasa dipaksa dalam menghafal Al-Qur‟an, melihat

bahwa mayoritas santri adalah pelajar maka waktunya dibagi antara

sekolah dan hafalan yang terpenting santri dapat menghafal dengan

bacaan benar, lancar dan tartil.

Pada saat tertentu diadakan lomba tahfidz. Bu nya’i menunjuk

beberapa santri untuk melakukan tes terlebih dahulu dengan cara ayat

acak yang kemudian santri melanjutkannya. Dengan demikian untuk

pembelajaran tahfidz pada saat pemilihan lomba bu nya’i melakukan

kegiatan evaluasi dengan cara tes lisan, jika sudah benar dan lancar

maka santri tersebut boleh diajukan dalam lomba tingkat kota maupun

provinsi tetapi jika belum benar dan masih kurang lancar maka tidak

dapat diajukan untuk mengikuti lomba.

Dari pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an sudah

terlaksana dengan baik. Namun, terkadang masih ada santri yang

kurang disiplin mengikuti kegiatan pembelajaran. Masih kurangnya

ketegasan pengurus, sehingga masih banyak anak yang sering

melanggar tidak mengikuti kegiatan pmbelajaran.

B. Problematika dalam Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantarkan

seseorang ketempat tujuan dan akan membentengi atau menjadi perisai

75

terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang merintanginya

(Ahsin, 2000: 49). Hasil penelitian menunjukkan kendala-kendala yang

dialami santri pada saat menghafal Al-Qur‟an walaupun dengan niat yang

kuat dan sungguh-sungguh tetapi kendala-kendala itu tetap datang

menghampiri. Dari keterangan beberapa narasumber, dapat disimpulkan

bahwa problematika yang ada bersumber pada santri, pengurus, pengelola

dan barang elektronik yang telah menjadi problematika tahfidzul Qur’an.

Berikut ini adalah beberapa problematika yang dialami pengelola,

pengurus santri beserta solusinya.

1. Problematika pengelola

Pengasuh dan guru yang kompeten sudah ada, tetapi jumlahnya

masih belum seimbang dengan santri yang diasuh. Seperti yang

dikatakan oleh SZ bahwa minimnya guru atau pengajar sehingga

menyebabkan keadaan santri yang tidak sepenuhnya bisa terkontrol

dengan baik, terutama dari segi pembelajaran. Problematika lain juga

disampaikan oleh IF bahwa santri kurang disiplin pada saat mengaji

akibatnya guru yang menunggu santrinya bukan santri yang

menunggu guru atau ustadzahnya.

Untuk menciptakan suasana belajar santri di pesantren yang

tertib, penerapan disiplin belajar santri menjadi menu wajid yang

harus diperhatikan oleh para pengasuh dan pengajar santri agar

tercipta alumni-alumni yang memiliki kepribadian unggul. Disiplin

adalah suatu keadaan tata tertib dimana orang-orang yang bergabung

76

dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah

ada dengan rasa senang hati (Imron,2011:172).

Solusinya adalah melakukan pengkaderan guru mengaji tetap,

yang bisa diambil dari santri yang hafalan al-Qur‟annya sudah

mencapai banyak. Hal itulah yang nantinya akan membantu pengasuh

dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan menegakkan disiplin

asrama yang ada. Sebagaimana di pondok Tahfidz Yanbuul Qur‟an

Kudus yang menerapkan sistem pengkaderan dan reorganisasi.

(Pengurus Ponpes Kudus). Dengan demikian kegiatan dan disiplin

pondok akan tetap dapat berjalan meski jumlah pengasuh belum

seimbang dengan jumlah santri, selain itu bisa dengan mengubah

jadwal kegiatan yang sekiranya pada waktu itu pengajar dapat

melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik.

2. Problematika Pengurus

Kepengurusan pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha

sudah terorganisasi dengan baik dan berjalan sesuai dengan tugas

masing-masing. Namun, dalam hal ini pengurus masih kurang tegas

dalam pelaksanaan tugas terutama bagian kepengurusan pendidikan,

seperti yang dijelaskan MM bahwa pengurus juga termasuk santri,

dimana dia juga mempunyai kewajiban untuk belajar terkadang juga

merasa kesulitan untuk mengatur dan memberikan pengarahan kepada

para santri dalam proses pembelajaran tahfidzul Qur’an.

77

Masalah lain menurut penjelasan ER, masih kurangnya

komunikasi yang baik antara pengelola, pengurus dan santri akibatnya

banyak santri yang menyepelekan ketika kegiatan pembelajaran

berlangsung. Solusinya adalah mengevaluasi ulang manajemen

pembelajaran dan organisasi yang ada di ponpes al-Muntaha. Serta,

dibangunnya komunikasi yang baik atau seluruh penduduk ponpes

baik pengurus, santri maupun asatidz. Dengan demikian akan tercipta

hubungan dan kerjasama yang baik antara pengelola, pengurus dan

santri.

3. Problematika Santri

Di zaman yang sangat modern seperti saat ini, perkembangan

teknologi terus berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan

yang semakin tinggi. Teknologi diciptakan untuk memberikan

kemudahan bagi kehidupan manusia dalam melakukan aktifitas

sehari-hari dan memberikan nilai yang positif. Namun demikian,

walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat

positif, disisi lain juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif.

Menurut Ash-Shiddieqy (2009:78) Orang yang menghafal al-

Qur‟an lebih cenderung membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk

muroja‟ah atau mengulang-ulang hafalannya. Sedangkan orang yang

memegang atau menggunakan gadged hatinya akan cenderung

berkeinginan untuk menggunakan aplikasi yang ada didalamnya,

sehingga akan menyita banyak waktu serta konsentrasi dan bahkan

78

akan mengurangi jumlah waktu kegiatan aktifitasnya yang diantaranya

adalah menghafal al-Qur‟an.

Seperti halnya di pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-

Muntaha. dimana santri diperbolehkan membawa barang elektronik

seperti handphone dan laptop. Kecuali, pada saat pembelajaran

berlangsung santri tidak diperbolehkan membawa HP maupun laptop.

Hampir 99 % santri membawa HP dan laptop karna memang sebagian

besar santri dari kalangan anak sekolah atau mahasiswa.

Dilihat dari segi kegunaannya, HP tidak terlalu membawa

pengaruh positif terhadap santri, akan tetapi justru banyak pengaruh

negatifnya. Contohnya penjelasan dari FNR penghambat terberat

dalam proses menghafal yaitu ketika sudah bermain gadget bisa lupa

waktu apalagi ketika menonton film waktu muraja’ah hampir tidak

ada. Dampaknya ketika mengaji sudah dimulai, santri hanya mengaji

beberapa ayat saja dan itupun tidak lancar. Dari sini terlihat bahwa

barang elektronik sangat memberikan dampak yang negatif daripada

dampak yang positif. Solusi yang dapat ditawarkan yaitu santri harus

lebih bisa membagi waktu antara mengaji dan bermain gadget atau

Hp.

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen pembelajaran tahfidzul

qur’an di pondok pesantren al-Muntaha terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi pembelajaran.

Perencanaan terdiri dari penentuan tujuan, metode atau cara yang

ditempuh dalam pembelajaran tahfidzul Qur’an, menentukan materi

pembelajaran dan menentukan sistem penilaian pembelajaran yang

dilakukan di pondok. Pada bagian pengorganisasian terdapat sarana dan

prasarana yang menunjang pembelajaran, pengelolaan pendidik dan

peserta didik/santri, materi, serta waktu pelaksanaan pembelajaran.

Kemudian pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode sorogan,

bandongan dan metode pemberian hukuman, sedangkan media yang

digunakan berupa media cetak dan media elektronik seperti kitab al-

Qur‟an dan Mp3. Terakhir adalah pengawasan serta evaluasi

pembelajaran. Pengawasan terhadap pembelajaran dilakukan oleh

penanggung jawab pembelajaran tahfidzul Qur‟an yaitu pengasuh/asatidz

pondok. Sedangkan evaluasi secara formal tidak ada, tetapi lebih

ditekankan secara praktis dan lisan yang dilakukan setiap saat.

Problematika terkait pengelola yaitu masih minimnya jumlah

guru/ustadz sedangkan santri kurang disiplin sehingga ketika kegiatan

80

pembelajaran berlangsung mengakibatkan pembelajaran kurang berjalan

lancar. Problematika selanjutnya datang dari pengurus yaitu sikap

pengurus yang kurang tegas dalam menjalankan tugas serta kesulitan

dalam mengawasi atau mengatur santri. Hal ini dikarenakan pengurus

merupakan bagian dari santri yang juga mengikuti kegiatan pembelajaran.

Kemudian problematika juga datang dari santri yaitu adanya gadget yang

mereka gunakan justru menghambat hafalan mereka karena santri lebih

fokus bermain gadget.

B. Saran

1. Penyelenggaraan pembelajaran tahfidzul Qur’an dengan ciri khas

memberikan materi tahfidzul Qur’an maupun dengan keilmuan dan

kemampuan lain hendaknya lebih ditingkatkan dan dimantapkan.

2. Pondok pesantren al-Muntaha sebaiknya dapat menambah jumlah

ustadz yang ahli dalam bidang tahfidzul Qur’an supaya pembelajaran

menjadi lancar.

3. Pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur’an sebaiknya lebih

ditertibkan, dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan,

dan kedisiplinan yang sudah ditetapkan hendaknya diterapkan dengan

sungguh-sungguh sehingga tujuan dari pembelajaran tahfidzul Qur’an

yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahsin, W Alhafidz. 2000. Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an. Jakarta:

Bumi Aksara.

Arief, Armani. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:

Ciputat Press.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.

Jakarta: Jakarta Rineka Cipta.

Badwilan, Ahmad Salim. 2009. Panduan Cepat Menghafal al-Qur’an. Jogjakarta:

DIVA Press (Anggota IKAPI).

Depag. 2009. al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta Timur: LPMA.

Departemen Agama Ri. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta

Faizah, Nur. 2008. Sejarah al-Qur’an. Jakarta: CV. Artha Rivera

Farida Anik 2007. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Balai Penelitian dan

Pengembangan Agama.

Ghofur, abd. 2009. Pendidikan Anak Pengungsi. Malang: UIN Malang Press

Ghozali, Bahri. 2003. Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta: CV. Prasasti

Habibillah. 2011. Kiat Mudah Menghafal al-Qur’an. Surakarta: Gazza Media.

Haidar Putra Daulay. 2004. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional

Indonesia. Jakarta: Prenada Media.

Halim dkk. 2008. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara.

Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik Bilik Pesantren. Jakarta: Para Madina.

Maimun, Agus dan Agus Zainul Fitri. 2010. Madrasah Unggulan: Lembaga

Pendidikan Altrnatif di Era Kompetitif. Malang: UIN Maliki Press.

Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Maksum dkk. 2003. Pola Pembelajaran Pendidikan Pesantren, Jakarta:

Departemen Agama Ri.

Malayu S P, Hsibuan. 2007. Manajemen : Dasar, Pengertian dan Masalah.

Jakarta: PT bumi Aksara.

Mansur, Muslich. 2007. KTSP pembelajaran Berbasis Kompetensi dan

Konstektual. Jakarta: Bumi Aksara.

Moeloeng, J Lexy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Munjahid. 2007. Strategi Menghafal al-Qur’an 10 Bulan Khatam. Jogjakarta:

Idea Press.

Nasir, Ridlwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Rofiq A dll. 2005. Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Sugianto, Ilham Agus. 2004. Kiat-kiat Praktis Menghafal al-Qur’an. Bandung:

Munjahid Press.

Sugiono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Dan R&D. Bandung:

CV. Alfabeta.

Suparlan. 20013. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suwardi. 2007. Manajemen Pembelajaran. Salatiga: STAIN Salatiga Press.

Usman, Basyiruddin. 2002. Metode Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat

Press.

Wafa, abu khalid. 2013. Cepat dan Kuat Menghafal al-Qur’an. Sukoharjo:

Aslama Publishing.

Wahid, Wiwi Alawiyah. 2014. Cara Cepat Bisa Menghafal al-Qur’an. Jogjakarta:

Diva Press (Anggota IKAPI).

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data harus disesuaikan dengan rumusan masalah:

1. Bagaimana manajemen pembelajaran pondok peserta tahfidzul Qur‟an

al-Muntaha Kel Cebongan Kec Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016?

2. Apa problematika manajemen pembelajaran pondok pesantren

tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec Argomulyo Kota

Salatiga Tahun 2016?

Dari rumusan masalah tersebut, dibuat kisi-kisi pedoman observasi, wawancara,

dan dokumentasi.

A. Pedoman observasi

1. Gambaran umum PonPes al-Muntaha dan kondisi pembelajaran

tahfidzul Qur’an

2. Kegiatan dan jadwal pembelajaran tahfidzul Qur’an

3. Manajemen pembelajaran tahfidzul Qur‟an (perencanaan pembelajaran,

pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,

pengawasan dan evaluasi pembelajaran)

B. Pedoman wawancara

No. Rumusan Masalah Pertanyaan Narasumber

1. Manajemen

Pembelajaran

a. Perencanaan

Pembelajaran

Bagaimana proses

perencanaan perencanaan

pembelajaran di pondok

pesantren Tahfidzul Qur‟an

al-Muntaha

1. Apa tujuan program

pembelajaran tahfidzul

Qur‟an ?

2. Apa metode

pembelajaran tahfidzul

Qur‟an ?

3. Bagaimana materi

pembelajaran tahfidzul

qur‟an ?

4. Bagaimana penilaian

pembelajaran tahfidzul

Qur‟an ?

Pengasuh,

ustadz dan

santri

b. pengorganisasian Bagaimana proses

pengorganisasian

Pengurus, santri

dan ustadz-

pembelajaran di pondok

pesantren Tahfidzul Qur‟an

al-Muntaha

1. bagaimana penyusunan

jadwal pelajaran

tahfidzul Qur‟an?

2. bagaimana keadaan

ustadz dan santri?

3. bagaimana kondisi

sarpra yang menunjang

pembelajaran tahfidzul

qur‟an di pondok al-

muntaha?

4. bagaimana pembagian

tugas dalam struktur

organisasi pondok al-

muntaha ?

ustadzah

c. pelaksanaan Bagaimana pelaksana

pembelajaran di pondok

pesantren Tahfidzul Qur‟an

al-Muntaha

1. bagaimana proses di

dalamnya ?

2. metode apa yang

digunakan dalam

pelaksanaan

pembelajaran tahfidzul

Qur‟an?

3. adakah prestasi yang

telah berhasil dicapai

oleh santri?

4. media apa yang

digunakan untuk

mendukung proses

pembelajaran tahfidzul

Qur‟an?

Pengurus,

santri, ustadz-

ustadzah

d. pengawasan dan

evaluasi

1. Bagaimana proses

evaluasi pembelajaran di

pondok pesantren

Tahfidzul Qur‟an al-

Muntaha?

2. Bagaimana pengawasan

pembelajaran tahfidzul

Santri dan

Ustadz-

ustadzah

Qur‟an?

2. Problematika Bagaimana problematika

yang dialami

1. santri ?

2. pengelola ?

3. pengurus ?

4. bagaimana solusinya ?

Pengelola,

santri, pengurus

C. Pedoman dokumentasi

Meliputi:

a. Profil pondok pesantren

b. sejarah singkat Pondok Pesantren al-Muntaha

c. Letak geografis

d. visi dan misi

e. Struktur kepengurusan

f. ekstrakurikuler

g. prestasi santri

h. buku absen santri

i. foto-foto kegiatan pembelajaran tahfidzul Qur‟an PonPes

KODE PENELITIAN

1. Narasumber

a. Asatidz

1) Hj. Siti Zulaicho, AH (SZ)

2) Nashif „Ubbadah, L.c (NU)

3) Inayatul Fuaida, S.Pd.I (IF)

b. Santri

1) Eva Roviana (ER)

2) Magfirotul Mafakhir (MM)

3) Fitriani Ni‟matur R (FNR)

4) Nurul Hidayah (NH)

5) Afif Fatimatuz Zahra (AFZ)

6) Hurun‟in (H)

7) Mir‟atul Azizah (MA)

8) Dewi Maslahah (DM)

2. Metode

Kode Metode Penelitian

W Wawancara

O Observasi

D Dokumentasi

3. Kategori Data

Kode Keterangan

S Santri

U Ustadz/ustadzah

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Fitriani Ni‟matur Rohmah (FNR)

Hari, Tanggal : Minggu, 07-08-2016

Waktu : 09.00

Tempat Wawancara : Aula Ponpes al-Muntaha

Jabatan : Santri

2. Transkip Wawancara

Peneliti : Selamat pagi mbak Fitri, saya

bermaksud mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul

“Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-

Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga

Tahun 2016”.

Narasumber : owalaaah.. iya silahkan mbak

Peneliti : Bagaimana metode pembelajaran di

pondok al-muntaha?

Narasumber : Disini itu menggunakan metode

sorogan dan bandongan mbak, dimana santri maju satu per satu untuk

menyetorkan hafalannya kepada ustadzah dan juga setiap minggu legi

simaan bersama semua santri tahfidz dipimpin langsung oleh bu nya‟i.

Peneliti : Bagaimana kondisi sarpra yang

menunjang pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Bisa dilihat sendiri mbak kurangnya

sarpra dipondok pesantren, seperti tidak ada almari untuk menaruh al-

Qur‟an.

Peneliti : Bagaimana proses pelaksanaan

pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Alhamduillah sudah berjalan sesuai

dengan yang direncanakan mbak, walaupun kadang masih ada 1 2

santri yang kurang disiplin mengaji.

Peneliti : Adakah keluh kesah mengenai

pengawasan pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Kedisiplinan di pondok ini masih

kurang, dari pengurus harusnya sering mengontrol santri, dan

dipastikan semua santri ikut dalam kegiatan.

Peneliti : Bagaimana problematika yang

dialami anda dalam menghafal al-Qur‟an?

Narasumber : Penghambat terberat dalam proses

menghafal yaitu ketika sudah bermain gadget bisa lupa waktu apalagi

ketika menonton film waktu muraja’ah hampir tidak ada. Dampaknya

ketika mengaji sudah dimulai hanya mengaji beberapa ayat saja dan

itupun tidak lancar.

Peneliti : Adakah solusi untuk problematika

tersebut?

Narasumber : Solusinya ya harus pintar-pintar

memanaj waktu, harus bisa seimbang antara mengaji dan bermain HP.

Peneliti : Terimakasih untuk waktunya mbak

fitri, maaf menggangu

Narasumber : sama-sama mbak milaa, gak papa

mbak.

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Wawancara

Narasumber : Heni Safitri (HS)

Hari, Tanggal : Minggu, 07-08-2016

Waktu : 14.45

Tempat Wawancara : Aula Ponpes al-Muntaha

Jabatan : Santri

2. Transkip Wawancara

Peneliti : Selamat pagi mbak, saya

bermaksud mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul

“Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-

Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga

Tahun 2016”.

Narasumber : Iya mbak

Peneliti : Adakah hukuman ketika santri tidak

mengikuti kegiatan?

Narasumber : Ada mbak, kalau disini namanya

ta‟ziran, biasanya didenda 5.000 mbak.

Peneliti : Langsung di tegur atau gimana?

Narasumber : Biasanya langsung ditegur mbak.

Peneliti : Terimakasih untuk waktunya, maaf

mengganggu

Narasumber : iya mbak, sami-sami.

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Nurul Hidayah (NH)

Hari, Tanggal : Minggu, 07-08-2016

Waktu : 15.00

Tempat Wawancara : Depan Ponpes al-Muntaha

Jabatan : Santri

2. Transkip Wawancara

Peneliti : Selamat sore mbak, saya bermaksud

mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen

Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun

2016”.

Narasumber : Sore juga mbak, iya silahkan

Peneliti : Siapa pengajar dalam pembelajaran

di pondok ini?

Narasumber : Pengajarnya dari bu nya‟i sendiri

sama anak dan menantunya, terkadang kalo beliau gak bisa mengajar

maka diganti oleh santri yang sudah ditunjuk bu nya‟i untuk

menggantikan beliau mengajar.

Peneliti : Menurut anda pembelajaran

tahfidzul Qur‟an itu apa?

Narasumber : Pembelajaran tahfidzul Qur‟an

merupakan pembelajaran yang megarah pada al-Qur‟an.

Peneliti : Bagaimana proses evaluasi

pembelajaran tahfidzul Qur‟an di ponpes al-Muntaha?

Narasumber : Untuk evaluasi tilawatil Qur‟an

kami menggunakan dengan cara santri ditunjuk ustadzah untuk maju

ke depan dan melafalkan apa yang sudah dipelajari.

Peneliti : Bagaimana proses pengawasan

dalam proses pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Dilakukan oleh pengasuh di bantu

asatidz-asatidzah dan para pengurus, namun belom berjalan dengan

baik, mungkin karna minimya pengajar tahfidz sehingga menyebabkan

keadaan santri yang tidak sepenuhnya bisa terkontrol dengan baik

terutama dari segi pembelajaran al-Qur‟an.

Peneliti : Adakah problematika santri terkait

dengan menghafal al-Qur‟an?

Narasumber : Ketika sudah bermain handphone

lupa segalanya mbak, niatnya mau nderes, gak jadi.

Peneliti : Adakah solusi ?

Narasumber : Harus pintar membagi waktu,

dimana ada saatnya bermain HP, mengaji dengan kegiatan yang lain

Peneliti : Terimakasih mbak atas waktunya

Narasumber : Iya mbak sama-sama.

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Wawancara

Narasumber : Hj. Siti Zulaicho, AH (SZ)

Hari, Tanggal : Minggu, 07-08-2016

Waktu : 16.00

Tempat Wawancara : Ruang tamu Bu Nyai

Jabatan : Pengasuh/Ustadzah

2. Transkip Wawancara

Peneliti : Assalamu‟alaikum buk, mohon

maaf mengganggu waktu panjenengan saya kesini bermaksud

mewawancarai ibuk terkait skripsi kulo yang berjudul “Manajemen

Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha

Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota tahun 2016”

Narasumber : Njih mbak mila, monggo nopo seng

ajeng ditangkletke

Peneliti : Apa tujuan program pembelajaran

tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : tujuan nipun njih meniko agar santri

diharapkan dapat mengetahui, memahami bagaimana sebaiknya

membaca dan menghafal al-Qur‟an dengan baik dan benar.

Peneliti : Bagaimana penilaian pembelajaran

teng pondok mriki?

Narasumber : Penilaian pembelajaran tahfidzul

Qur‟an untuk penilaian kami melihat dari bacaan dan hafalan para

santri apakah sudah sesuai dan benar tajwid dan makhorijul huruf.

Peneliti : Bagaimana pelaksanaan

pembelajaran tahfidzul Qur‟an di ponpes al-Muntaha?

Narasumber : Proses pembelajaran yang

diterapkan diponpes hampir 90% terlaksana sesuai perencanaan yang

telah direncanakan.

Peneliti : Media apa saja yang digunakan

dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Medianya ya al-Qur‟an dan MP3.

Peneliti : Bagaimana proses evaluasi

pembelajaran di pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha?

Narasumber : Untuk proses evaluasi kami lihat

dari beberapa metode yang diterapkan yaitu ayatan dan rutinan. Dan

kegiatan tersebut kita memantau kurang atau telah berhasil para santri

dalam upaya belajar di pondok pesantren.

Peneliti : Adakah keluh kesah tentang

pengawasan pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Dari pelaksanaan pembelajarannya

sudah bagus, dari pengurus masih kurang tegas, sehingga masih ada

santri yang tidak mengikuti kegiatan pondok.

Peneliti : Adakah problematika yang dialami

pengelola atau ustadzah dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Minimnya guru/pengajar sehingga

menyebabkan keadaan santri yang tidak sepenuhnya bisa terkontrol

dengan baik, terutama dari segi pembelajaran al-Qur‟annya.

Peneliti : Adakah solusi yang diberikan untuk

santri yang kurang disiplin dalam mengikuti pembelajaran?

Narasumber : Menaati peraturan dan harus lebih

disiplin lagi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di ponpes.

Peneliti : Matur suwun ibuk atas waktunya,

ngapunten ganggu.

Narasumber : Njih mbak mila, mboten nopo-

nopo.

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Wawancara

Narasumber : Dewi Maslahah (DM)

Hari, Tanggal : Senin, 08-08-2016

Waktu : 08.34

Tempat Wawancara : Depan Aula PonPes

Jabatan : Santri

2. Transkip Wawancara

Peneliti : Selamat pagi mbak, saya

bermaksud mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul

“Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-

Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.

Narasumber : Siap mbak mil, silahkan

Peneliti : Sebelumnya, lagi sibuk gak ni

mbak?

Narasumber : Kebetulan lago nganggur mbak.

Peneliti : Bagaimana menurut sampean

pembelajaran tahfidzul Qur‟an di pondok pesantren ini?

Narasumber : Bagus, di sini setiap bulan sekali

setiap minggu legi ada simaan 30 juz di simak langsung dengan bu

nya’i menggunakan sound dan pengeras suara

Peneliti : Terimakasih untuk waktunya mbak

Narasumber : Iya mbak... sama-sama.

Hasil Wawancara

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Magfirotul Mafakhir (MM)

Hari, Tanggal : Senin, 08-08-2016

Waktu : 10.00

Tempat Wawancara : Aula PonPes al-Muntaha

Jabatan : Santri/Ketua Pengurus

2. Transkip Wawancara

Peneliti : Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya

Milatur Rodiyah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai mbak

terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan Cebongan

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016”

Narasumber : Pagi juga mbak mila, iyaa

Peneliti : Bagaimana materi pembelajaran tahfidzul

Qur‟an?

Narasumber : Untuk pelajaran tahfidzul Qur‟an disini

meliputi al-Qur‟an, tajwid, tilawah, tahsinul Qur‟an.

Peneliti : Bagaimana penyusunan jadwal

pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Mengenai penyusunan jadwalnya sudah

bagus, namun dalam penerapannya masih banyak yang kurang, tidak

sesuai dengan apa yang sudah dipelajarkan dari nyai, diantaranya

tentang tajwid dan makharijul huruf.

Peneliti : Bagaimana proses pelaksanaan

pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Pelaksanaan proses pembelajaran

didalamnya alhamdulillah sudah berjalan dengan lancar sesuai dengan

apa yang telah direncanakan.

Peneliti : Adakah yang dicapai santri ?

Narasumber : Setau saya ada beberapa prestasi tahfidz

disetiap tahunnya, dan alhamdulillah kebanyakan menang dalam

setiap perlombaan.

Peneliti : Media apa yang digunakan untuk

mendukung proses pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Media yang digunakan dalam pembelajaran

kami sederhana yaitu al-Qur‟an, MP3, kitab tajwid, pengeras suara

spiker

Peneliti : Bagaimana proses evaluasi pembelajaran di

ponpes tahfidzul Qur‟an al-Muntaha?

Narasumber : Di sini cara evaluasinya dengan cara santri

ditunjuk ustadz-ustadzah untuk maju satu satu dan melafalkan apa

yang sudah mreka pelajari, baik dari materi tajwid maupun tilawatil

Qur‟an.

Peneliti : Bagaimana proses pengawasan tahfidzul

Qur‟an?

Narasumber : Pengawasan langsung dilakukan oleh

pengasuh dan pengurus namun masih kurang sepenunya terkontrol

dengan baik.

Peneliti : Adakah hukuman bagi santri yang tidak

mengikuti kegiatan pembelajaran?

Narasumber : Pengawasan langsung dilakukan oleh

pengasuh dan pengurus namun masih kurang sepenunya terkontrol

dengan baik.

Peneliti : Adakah problematika pengurus dalam

proses pembelajaran?

Narasumber : Karena pengurus juga santri, dimana dia

juga mempunyai kewajiban untuk belajar juga kadang merasa

kesulitan untuk mengatur dan memberikan pengarahan kepada para

santri dalam proses pembelajaran tahfidzul Qur’an.

Peneliti : Terimakasih untuk waktunya mbak mafa,

maaf mengganggu.

Narasumber : iya mbak mila, sama-sama, biasa aja mbak

saya juga kebetulan lagi nganggur.

Hasil Wawancara

1. Identitas Wawancara

Narasumber : Inayatul Fuaida, S.Pd.I (IF)

Hari, Tanggal : Senin, 08-08-2016

Waktu : 16.00

Tempat Wawancara : Warung Depan

Jabatan : Ustadzah

2. Transkip Wawancara

Peneliti : Assalamu‟alaikum ustadzah, mohon maaf

mengganggu waktu panjenengan saya kesini bermaksud

mewawancarai ustadzah terkait skripsi saya yang berjudul

“Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-

Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota tahun

2016”

Narasumber : Njih mbak mila, silahkan.

Peneliti : apa metode pembelajaran tahfidzul Qur‟an

diponpes mriki?

Narasumber : Metode atau cara yang ditempuh dalam

pembelajaran tahfidzul Qur‟an dengan menggunakan metode

sorogan dan bandongan. Dengan cara setoran yaitu pengajuan atau

setor bacaan dan hafalan langsung kepada bu nya‟i, murojaah yaitu

santri mengulang-ulang bacaan atau hafaln, ayatan yaitu membaca

ayat per-ayat untuk mengevaluasi tajwid dan makhorijul hurufnya,

rutinan yaitu kegiatan rutin bulanan bagi para tahfidz sebagai

upaya untuk menjaga hafalannya.

Peneliti : Bagaimana materi pembelajaran tahfidzul

Qur‟an?

Narasumber : Materi pelajaran yang diajarkan dipondok

yaa al-Qur‟an dan tajwid materi ini sangat penting untuk diberikan

kepada santri agar santri dapat membaca al-Qur‟an dengan baik

dan benar

Peneliti : Bagaimana penilaian pembelajaran

tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Melalui setoran langsung kebunya‟i, jika

dinyatakan lancar santri dinyatakan tidak mengulang namun

sebaliknya jika santri setorannya tidak lancar maka disuruh

mengulang.

Peneliti : Bagaimana penyusunan jadwal pelajaran

tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Penyusunan jadwal disusun dengan

kebutuhan santri dimana mayoritas santri adalah para pelajar. Jadi

untuk jadwal pembelajaran dimulai dari subuh hingga jam 06.30

pagi. Dan dimulai lagi jam 16.00 hingga jam 21.00. untuk rutinan

di adakan pada hari libur sekolah.

Peneliti : Bagaimana proses pelaksanaan

pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Proses pelaksanaan dilakukan di

lingkungan pondok mbak, untuk pelaksanaan pembelajaran semua

dilakukan di dalam gedung aula.

Peneliti : Adakah prestasi yang dicapai oleh santri?

Narasumber : Banyak prestasi yang dicapai terutama

untuk lomba-lomba MTQ daerah, CCQ, dan lain-lain.

Peneliti : Bagaimana proses evaluasi pembelajaran di

pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha?

Narasumber : Proses evaluasinya dengan setiap santri

sudah selesai menyetorkan 1 juz dan mau naik juz selanjutnya.

Maka diwajibkan bagi santri menyetorkan ¼ juz dulu setelah itu

baru menyetorkan 1 juz, apabila lanca maka dinyatakan lanjut ke

juz selanjutnya dan apabila belom lancar maka harus mengulang.

Peneliti : Adakah problematika yang dialami

pengelola dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Santri kurang disiplin saat mengaji, waktu

pembelajaranpun masih kurang lama.

Peneliti : Solusi apa yang dapat ditawarkan untuk

masalah tersebut?

Narasumber : Mungkin bisa menambah guru atau

pengajar baru, agar setiap santri dapat terkontrol dengan baik

dalam pengawasan dan pengevaluasiannya.

Peneliti : Terimakasih mbak atas waktunya, maaf

mengganggu.

Narasumber : Iya mbak, mboten nopo-nopo.

Hasil Wawancara

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Nashif „Ubbadah, Lc (NU)

Hari, Tanggal : Senin, 08-08-2016

Waktu : 20.00

Tempat Wawancara : Ruang Tamu Bu Nyai

Jabatan : Pembina

2. Transkip Wawancara

Peneliti : Assalamu‟alaikum gus, mohon maaf

mengganggu waktu panjenengan saya kesini bermaksud

mewawancarai gus nashif terkait skripsi saya yang berjudul

“Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-

Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota tahun

2016”

Narasumber : Owalah, iya mbak, monggo.

Peneliti : Apa tujuan pembelajaran tahfidzul Qur‟an

di ponpes mriki?

Narasumber : Tujuannya itu, agar santri dapat menghafal,

santriwati mampu memahami isi dari al-Qur‟an dan mampu

mengajarkan al-Qur‟an.

Peneliti : Apa metode pembelajaran tahfidzul

Qur‟an?

Narasumber : Dipondok ini menggunakan dua metode

mbak, metode sorogan dan bandongan. Kalau sorogan mencakup

setoran dan taqrir, tarir itu mengulang yang sudah dihafal. Kalau yang

bandongan contohnya seperti kegiatan minggu legi.

Peneliti : Bagaimana materi pembelajaran tahfidzul

Qur‟an?

Narasumber : materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an yang

ada dipondok meliputi hafalan, tahsinul Qur‟an, tilawah, tajwid.

Pemberian materi ini dengan tujuan untuk santri baru diberi kursus

kemampuan yang telah dimiliki santri senior.

Peneliti : Bagaimana pembagian tugas dalam

struktur organisasi pondok al-Muntaha?

Narasumber : Pastinya terdiri dari pengasuh, ketua

pimpinan, ketua pengurus.

Peneliti : Siapa pengajar kegiatan pembelajaran

tahfidzul Qur’an ?

Narasumber : Seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa

pengajar atau ustadzah di pondok ini yaitu langsung dari pengasuh atau

pengelola pondok terkadang kalau pengasuh ada acara gak bisa

mengajar diganti santri yang memang sudah dipercaya untuk

mengganti mengajar.

Peneliti : Adakah prestasi yang telah berhasil dicapai

oleh santri?

Narasumber : Prestasi yang dicapai banyak sekali mulai

dari MHQ, tilawah, syahril Qur‟an dan lain-lain mulai dari tingkat

daerah sampai provinsi.

Peneliti : Bagaimana proses pengawasan dan

evaluasi pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Ada yang langsung ketika pelaksanaan,

membenarkan bacaan yang keliru dengan melalui buku laporan dan

absen dan diadakan simaan minggu legi. Pengawasan dari pengurus

bagian pendidikan untuk mempelajari tahfidz, pengurus juga menindak

bagi yang tidak mengikuti pembelajaran, dalam hal ini pengurus

bertanggung jawab pada pengasuh.

Peneliti : Bagaimana pengevaluasian untuk materi

tajwid?

Narasumber : Untuk pengevaluasian materi tajwid santri

ditunjuk satu per satu dan mempraktekkan apa yang sudah dipelajari.

Peneliti : Bagaimana problematika pengelola atau

ustadz dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Kesulitan dalam pemerataan pengawasan

dan evaluasi pembelajaran para santri. Karena banyaknya santri untuk

memperhatikan perindividu dari para pengurus, pengelola, mengalami

kesulitan.

Peneliti : Menurut njenengan solusi apa yang dapat

mengatasi permasalahan tersebut?

Narasumber : Yang diharapkan bisa menepati waktu

pembelajaran pelaksanaan, ada waktu yang lebih longgar untuk

pembelajaran di pagi dan siang hari dan juga harusnya pengurus

memberi motivasi agar santri dapat disiplin dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran.

Peneliti : Bagaimana sarana prasarana yang ada

dipondok ini?

Narasumber : Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-

Muntaha sudah memiliki gedung sendiri. Ada beberapa sarana dan

prasarana, diantaranya adalah 1 gedung aula, 14 ruang kamar santri, 8

kamar mandi santri, 1 ruang dapur, tempat wudlu dan 1 audio.

Peneliti : Bagaimana keadaan santri ponpes al-

Muntaha?

Narasumber : PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha memiliki

52 santri, semuanya santri putri. Santri bil-ghoib ada 31 dan santri bin-

nadzor ada 25. Rata-rata santri berusia 12-24 tahun. Mereka juga rata

rata berasal dari sekitar salatiga. Namun ada juga yang berasal dari luar

daerah ataupun provinsi, seperti riau, kalimantan, purwodadi, demak

dan lain sebagainya. Untuk tingkat ekonomi pondok ini terbuka untuk

berbagai kalangan maka dari 56 santri, rata-rata orang tua santri

bekerja sebagai pekerja swasta dan petani.

Peneliti : Terimakasih gus atas waktunya

Narasumber : iya mbak, gak papa.

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Afif Fatimatuz Zahra (AFZ)

Hari, Tanggal : Selasa, 09-08-2016

Waktu : 07.45

Tempat Wawancara : Aula Ponpes al-Muntaha

Jabatan : Santri

2. Transkip Wawancara

Peneliti : Selamat pagi mbak, saya bermaksud

mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen

Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun

2016”.

Narasumber : Njih mbak, silahkan

Peneliti : Menurut anda, bagaimana sistem

pembelajaran tahfidzul Qur‟an di PonPes ini?

Narasumber : Pembelajarannya sudah bagus, setiap

hafalan sudah mencapai 1 juz, santri harus mengulang menyetorkan ¼

juz, setelah selesai baru menyetorkan langsung 1 juz sekali duduk

mengaji. Apabila sudah lancar maka boleh lanjut juz setelahnya,

apabila belom lancar maka harus mengulang.

Peneliti : Terimakasih untuk waktunya mbak

Narasumber : Iya, sama-sama mbak.

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Wawancara

Narasumber : Hurun‟in (H)

Hari, Tanggal : Selasa, 09-08-2016

Waktu : 09.45

Tempat Wawancara : Aula Ponpes al-Muntaha

Jabatan : Santri

2. Transkip Wawancara

Peneliti : Selamat pagi dek, saya bermaksud

mewawancarai adek terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen

Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun

2016”.

Narasumber : Njih mbak mil, silahkan

Peneliti : Untuk kegiatan ayatan dan rutinan

dilaksanakan pada hari apa?

Narasumber : Untuk ayatan dilaksanakan pada hari libur

ngaji yaitu hari jum‟at jam 05.30 hingga 06.15 sedangkan rutinan

dilaksanakan pada hari ahad legi dan ahad kliwon.

Peneliti : Adakah prestasi yang dicapai oleh santri

dalam perlombaan tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Setau saya ada beberapa prestasi tahfidz

disetiap tahunnya, dan alhamdulillah kebanyakan menang dalam setiap

perlombaan.

Peneliti : Adakah hukuman untuk santri yang

melanggar tidak mengikuti kegiatan pembelajaran?

Narasumber : Hukumannya ada mbak kalau dipodok

namanya takziran, kalau gak mengaji di dendan 5.000 kalau gak ya

kadang disuruh bersih-bersih pondok.

Peneliti : Terimakasih untuk waktunya dek, maaf

mengganggu

Narasumber : iya mbak sami-sami, enggak mbak.

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Eva Roviana S.Ey (ER)

Hari, Tanggal : Selasa, 09-08-2016

Waktu : 10.00

Tempat Wawancara : Aula PonPes al-Muntaha

Jabatan : Santri

2. Transkip Wawancara

Peneliti : Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya

Milatur Rodiyah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai mbak

terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan Cebongan

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016”

Narasumber : O.. ya mbak. Silahkan.

Peneliti : Apa metode pembelajaran tahfidzul

Qur‟an?

Narasumber : Kalau disini mengajinya menggunakan

metode sorogan mbak, yaitu melalui setoran langsung kepengasuh jika

dinyatakan lancar tidak mengulang kalau belum lancar mengulang.

Peneliti : Bagaimana materi pembelajaran terkait

tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an

diampu langsung oleh para astatidz dan asatidzah dan semuanya

mengarah pada dasar-dasar pembelajaran tahfidzul Qur‟an pada

umumnya.

Peneliti : Bagaimana penilaian pembelajaran

tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Dalam taqrir hafalan memiliki kesalahan

paling sedikit bacaan maka tidak mengulang, kalau santri cara

menghafalnya banyak kesalahan maka harus mengulang sampai benar-

benar lancar.

Peneliti : Bagaimana penyusunan jadwal pelajaran

tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Struktur Organisasi pondok dibentuk

seperti pada umumnya. Terdapat ketua, bendahara, sekertaris, sie

kebersihan, keamanan, pendidikan, kesehatan dan semua saling

bekerja sama sesuai dengan tugasnya masing-masing.

Peneliti : Metode apa yang digunakan dalam

pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Untuk metode pembelajaran dalam

pelaksanaannya untuk setoran dan muroja‟ah santri ada 3 waktu yang

ditetapkan yaitu pagi jam 06.00, siang 13.30 dam malam jam 19.15

WIB. Untuk mengatur dan membagi antara setoran murojaah itu

diserahkan pada para santri itu sendiri

Peneliti : Mengenai problematika mbak apa yang

dialami santri saat ini?

Narasumber : Masalahnya itu kesulitan dalam mengatur

waktu untuk muraja‟ah, dll. Karena adanya media elektronik yang

menjadi salah satu pengganggu kecil dalam pembelajaran.

Peneliti : Solusi apa yang dilakukan ?

Narasumber : Solusi yang coba saya tawarkan yaitu

evaluasi ulang manajemen pembelajaran dan organisasi yang ada

diponpes. Serta, dibangunnya komunikasi yang baik atau seluruh

penduduk ponpes baik pengurus, santri maupun asatidz.

Peneliti : Terimakasih mbak atas waktunya, mohon

maaf mengganggu

Narasumber : Iya mbak, sama-sama. Enggak kok

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Mir‟atul Azizah S.Pd.I (MA)

Hari, Tanggal : Selasa, 09-08-2016

Waktu : 15.30

Tempat Wawancara : Depan Aula PonPes

Jabatan : Santri

2. Transkip Wawancara

Peneliti : Selamat sore mbak, saya bermaksud

mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen

Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.

Narasumber : Iya mbak, silahkan

Peneliti : Baik, langsung saja ya mbak. Bagaimana

metode yang digunakan dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an?

Narasumber : Metode yang digunakan untuk individu

dengan membaca bin nadzor terlebih dahulu kemudian dihafalkan kata

demi kata dan ayat demi ayat. Namun untuk metode yang diterapka

disini ada beberapa, diantaranya metode sima‟i.

Peneliti : Terimakasih untuk waktunya mbak

Narasumber : Iya sama-sama mbak.

Daftar Nama Santri Pondok Pesantren al-Muntaha

Daftar Nama Santri Bil-Ghoib

No. Nama Santri Alamat Keterangan

1. Afif Fatimatuz Z Demak Mahasiswi

2. Afi Nela Fitriani Magelang Mahasiswi

3. Annisa Isnaeni Grobogan Mahasiswi

4. Annisa Rizkiyandini Susukan SMA

5. Azizatun Ni‟amah Sragen Mahasiswi

6. Dahlia Kusuma W Sragen Mahasiswi

7. Dewi Endriyani Boyolali Mahasiswi

8. Dewi Maslahah Kendal Mahasiswi

9. Dewi Rahmawati Temanggung Mahasiswi

10. Durrotun Nisak Grobogan SMA

11. Eka Yuniayanti Purworejo Mahasiswi

12. Ella Izzatul L Grobogan Mahasiswi

13. Eva Roviana Semarang S1

14. Fitriani Ni‟matur R Kalimantan Mahasiswi

15. Hana Lu‟luin Nihayah Purworejo Mahasiswi

16. Himatul Uliyah Purworejo Mahasiswi

17. Hurun‟in Demak Mahasiswi

18. Irdian Zuhdiana Salatiga Santr

19. Magfirotul Mafakhir Bojonegoro Mahasiswi

20. Maria Rosyidah Solo SMA

21. Milatur Rodiyah Grobogan Mahasiswi

22. Miratul Azizah Temanggung Guru

23. Miratus Saadah Grobogan Mahasiswi

24. Nurul Khikmah Kebumen Guru

25. Nurul Lailatul H Boyolali Mahasiswi

26. Rizkiyana Kadarwati Kebumen Mahasiswi

27. Shofiyanti Pati Santri

28. Siti Khotijah Pati Mahasiswi

29. Siti Zubaidah Purworejo Mahasiswi

30. Tri Oktaviani Riau Mahasiswi

31. Zahrotul Fuadah Magelang Mahasiswi

Daftar Santri Bin-Nadzor

No. NAMA SANTRI ALAMAT KETERANGAN

1. Ana Wahyuningsih Lampung MTs

2. Ani Sofia Purworejo Mahasiswi

3. Anik Yuliyanti Jepara Guru

4. Dewi Islamiyati Tuntang SMP

5. Diyah Puji L Ungaran Mahasiswi

6. Erna Rahma E Grobogan Mahasiswi

7. Faradelis Yumna Suruh MTs

8. Farichatul Chusna Magelang Mahasiswi

9. Heni Purwina Bogor Mahasiswi

10. Humaida F Salatiga Mahasiswi

11. Ika Fatma W Temanggung Mahasiswi

12. Nur Afni R Susukan SMA

13. Nur Ika Kumalasari Magelang Mahasiswi

14. Noviyana Dwi K Temanggung Mahasiswi

15. Putri Parameswari Bandongan Mahasiswi

16. Rani Arum Salatiga SMA

17. Ridha Kusuma W Grobogan Mahasiswi

18. Salsabila Salatiga SD

19. Siti Faizah Kalimantan Mahasiswi

20. Siti Miskiyah Bawen SMA

21. Siti Yuliyanti Grobogan SMA

22. Tsania Fathiyatul R Salatiga MTs

23. Uswatun Khasanah Temanggung Mahasiswi

24. Vina Auliyasari Grobogan SMA

25. Yusi Dahmayanti Ungaran Mahasiswi

(Sumber : Buku absen santri bil-ghoib dan bin-nadzor)

Daftar Nama Guru Pondok Pesantren al-Muntaha

No. Nama Guru Mengajar

1. Ny. Hj. Siti Zulaecho, AH a. al Qur‟an

b. Nashoikhul Ibad

2. Nashif „Ubbadah, Lc a. Tafsir Jalalaen

b. Fathul Khorib

c. Tajwid

3. K. Fauzan Majmuati Mawalidu

Wad‟iyah (Ndhiba‟)

4. Inayatul Fu‟aida, S.Pd.I al Qur‟an

Daftar Nama Prestasi Santri Pondok Pesantren al-Muntaha

Daftar Prestasi Santri Pondok Pesantren

No Nama Penyelenggara Event Prestasi

1. Siti Kholisoh LPTQ Salatiga MTQ, 2001 Juara 1

2. Eliyati LPTQ Salatiga MTQ, 2006 Juara 1

MHQ

3. Siti Faizah LPTQ Salatiga MTQ, 2008 Juara 1

4. Maimunatur R LPTQ Salatiga MTQ, 2008 Juara 1

MHQ 1 Juz

5. Innayatul F STAIN

Salatiga

MTQ, 2009 Juara 1

MHQ 1 Juz

6. Innayatul F STAIN

Salatiga

MTQ, 2009 Juara 1

MHQ 5 Juz

7. Sri Suharyanti LPTQ Salatiga MTQ, 2009 Juara II

MTQ

8. Arin Romizah,

Siti Faizah &

Khoirun Nisa

LPTQ

Semarang

MTQ, 2009 Juara I

Syahril

Qur‟an

9. Martini LPTQ Salatiga MTQ, 2010 Juara III

MHQ 5 Juz

10. Uswatun

Hasanah

LPTQ Salatiga MTQ, 2010 Juara II

MHQ 1 Juz

11. Shofia Magfur LPTQ Salatiga MTQ, 2010 Juara I

MHQ

12. Inayatul F LPTQ, Salatiga MTQ, Juara II

13. Maidatul

Fuaida

LPTQ, Salatiga MTQ, 2010 Juara III

MHQ 10

Juz

14. Innayatul F STAIN

Salatiga

MTQ,

Mahasiswa

Juara I

MHQ 1 Juz

15. Fachul Hidayah LPTQ,

Semarang

MTQ, 2011 Juara II

English

Debate

16. Farikhatul

Walidah

LPTQ,

Semarang

MTQ, 2011 Juara I

Kaligrafi

17. Gaby Candini LPTQ, Salatiga Nasional,

2013

JuaraI

Wusyu

Taijiquan

18. Inayatul F Kemenag,

Salatiga

Pospeda,

2013

Juara I

Pidato

Bahasa

Inggris

19. Khuloqot Nur Kemenag,

Salatiga

Pospeda,

2013

Juara II

Stan Up

Comedy

20. Shofia Magfur Kemenag,

Salatiga

Pospeda,

2013

Juara II

Cipta Puisi

21. Dewi

Rahmawati,

Ana

Rizkiyandini,

Nurul Hidayah

LPTQ Provinsi

Jawa Tengah

MHQ,2015 Juara I

Tilawah,

Syahril

Tilawah,

Pidato

(Sumber : Proposal Pembangunan Pondok Pesantren al-Muntaha)

FOTO KEGIATAN

PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA

Simaan ahad legi

Simaan ahad kliwon

Kegiatan tahsinul Qur‟an

Kegiatan tilawatil Qur‟an

Sorogan al-Qur‟an

Bandongan kitab dan tajwid

Santri bil ghoib bersama pengasuh

Pengurus PP al-Muntaha

Kegiatan khitobah

Peneliti bersama pengasuh