Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

26
PERGURUAN TINGGI ILMU KEPOLISIAN MAHASISWA ANGKATAN LV PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terus-menerus berkepanjangan, berdampak semakin jelas kesenjangan sosial ekonomi, makin mengendur dan bergesernya nilai-nilai dan kaidah kehidupan masyarakat serta timbulnya ancaman terhadap makin mengerdilnya nilai-nilai moral, etik, spiritual dan keagamaan. Fungsi orangtua dan ikatan keluarga dalam masyarakat tradisional menjadi makin longgar akibat munculnya perilaku dan gaya hidup yang baru yang tidak dikenal sebelumnya. Permasalahan masyarakat yang timbul dan berkembang bersamaan dengan krisis berkepanjangan di berbagai bidang kehidupan dewasa ini, menjadi makin kompleks dan serius akibat dampak negatif arus globalisasi dan ketergantungan antarbangsa yang makin kuat. Berbagai perilaku yang tadinya tidak dikenal masyarakat, terutama kalangan generasi muda dan remaja seperti hedonisme, holiganisme, berbagai makanan instan serta penyalahgunaan obat-obat terlarang, kini makin berkembang, bahkan cenderung mewabah dan menjadi tempat pelarian bagi mereka yang tidak mampu mengendalikan diri. Makin meningkatnya 1

Transcript of Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

Page 1: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

PERGURUAN TINGGI ILMU KEPOLISIANMAHASISWA ANGKATAN LV

PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Krisis ekonomi yang terus-menerus berkepanjangan, berdampak semakin jelas kesenjangan sosial ekonomi, makin mengendur dan bergesernya nilai-nilai dan kaidah kehidupan masyarakat serta timbulnya ancaman terhadap makin mengerdilnya nilai-nilai moral, etik, spiritual dan keagamaan. Fungsi orangtua dan ikatan keluarga dalam masyarakat tradisional menjadi makin longgar akibat munculnya perilaku dan gaya hidup yang baru yang tidak dikenal sebelumnya.

Permasalahan masyarakat yang timbul dan berkembang bersamaan dengan krisis berkepanjangan di berbagai bidang kehidupan dewasa ini, menjadi makin kompleks dan serius akibat dampak negatif arus globalisasi dan ketergantungan antarbangsa yang makin kuat. Berbagai perilaku yang tadinya tidak dikenal masyarakat, terutama kalangan generasi muda dan remaja seperti hedonisme, holiganisme, berbagai makanan instan serta penyalahgunaan obat-obat terlarang, kini makin berkembang, bahkan cenderung mewabah dan menjadi tempat pelarian bagi mereka yang tidak mampu mengendalikan diri. Makin meningkatnya penyalahgunaan obat-obat terlarang oleh sementara generasi muda dan kalangan remaja khususnya, semakin mencemaskan mengingat intensitas penyalahgunaan obat akhir-akhir ini selain makin marak, juga makin meluas sehingga dapat membahayakan. Kita sangat mengharapkan operasi pembersihan secara besar-besaran terhadap penyalahgunaan obat yang akan dilancarkan, baik oleh inisiatif berbagai kalangan masyarakat maupun oleh kepolisian dewasa ini, akan mencapai hasil optimal, paling tidak dapat membatasi meluasnya penyalahgunaannya.

Masalah penyalahgunaan peredaran narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba) kembali marak di wilayah Republik Indonesia. Berbagai keberhasilan Polri dan masyarakat menguak dan menangkap para pemakai pengedar narkoba,

1

Page 2: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

tampaknya tidak menyurutkan nyali pengedar dan penggunanya. Di samping itu, berbagai seminar dan bentuk kegiatan lainnya telah gencar membahas masalah tersebut, namun tidak satu pun yang dapat menemukan terapi penanggulangannya.

Letak geografis negara Indonesia yang sangat strategis (posisi silang) sangat memungkinkan Indonesia berpeluang menjadi negara transit, bahkan menjadi negara tujuan lalu lintas perdagangan gelap narkotika dan psikotropika, ditambah dengan era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi komunikasi, liberalisasi perdagangan serta pesatnya kemajuan industri pariwisata menjadikan Indonesia semakin rawan.

Jika hal ini tidak diikuti dengan tindakan pencegahan dan pemberantasan yang sistematis dan koordinasi serta kerja sama yang baik di antara bangsa-bangsa di dunia, dapat menimbulkan akibat yang merugikan tidak saja untuk generasi kini, tetapi juga generasi mendatang. Untuk itu, menjadi semakin penting diperhatikan masalah ratifikasi Konvensi PBB tahun 1988 tentang pemberantasan lalu lintas perdagangan gelap narkotika tersebut.

Masalah tersebut menjadi semakin penting terutama dikaitkan dengan United Nations Convention Against ILLICIT Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substance, 1988 (Konvensi PBB Tahun 1988 tentang Pemberantasan Lalu Lintas Gelap Narkotika dan Psikotropika) dan Meluasnya perdagangan gelap narkotika dan psikotropika ,Masyarakat internasional dihadapkan pada masalah serius yang timbul dari peredaran gelap narkotika dan psikotropika yang berakibat sangat buruk bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Pada akhirnya dapat pula menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban, yang dapat mempengaruhi usaha-usaha pembangunan nasional.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penulisan makalah ini adalah :

a. Untuk memberikan gambaran kepada para pembaca makalah ini mengenai bahaya NARKOBA serta penyalahgunaan dan peredaran gelapnya.

b. Untuk memberikan masukan kepada masyarakat, dalam memahami tentang bahaya Narkoba seta usaha penanggulangan yang dapat dilakukan.

c. Strategi penanggulangan penyalahgunaan NARKOBA di Indonesia

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

Untuk mengetahui upaya-upaya yang mungkin dapat dilakukan dalam usaha menanggulangi Narkoba.

2

Page 3: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

C. PERMASALAHAN

Berdasarkan pada asumsi masalah yang telah kami uraikan di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bahaya penyalahgunaan narkoba?

2. Bagaimanakah Peredaran dan penyalahgunaan narkoba dapat terjadi?

3. Bagaimakah upaya penaggulangan narkoba yang dilakukan oleh POLRI dan instansi pemerintah serta masyarakat pada umumnya?

BAB II PENGENALAN TENTANG NARKOBA

Narkoba merupakan sebuah singkatan dari Narkotika Obat-obatan terlarang dan bahan adiktif lainya yang merupakan bahan yang dapat menimbulkan kertegantungan kepada pemakainya adapun penegrtian lebih lanjut tentang narkoba sebagai berikut :

1. Narkotika

a. Istilah narkotika yang dikenal di indonesia berasal dari bahasa inggris Narcotics yang berarti obat bius, yang sama artinya dengan kata Narcotics, dalam bahasa yunani yang berarti menidurkan atau membiuskan. Pengertian narkotika secara umum adalah suatu zat/substansi yang dapat menimbulkan perubahaan perasaan, suasana pengamatan/penglihatan karena zat/substansi tersebut mempengaruhi susunan syaraf pusat serta dapat menimbulkan ketergantungan baik fisik maupun psikis.

b. Pasal 1 ayat (1) Undang-undang R.I No.22 tahun1997 tentang narkotika. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan Keputusan Mentri Kesehatan.

c. Jenis-jenis narkotika menurut cara pembuatannya dapat dibagi kedalam tiga golongan, yaitu :

3

Page 4: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

1) Narkotika alam adalah narkotika yang berasal dari hasil olahan tanaman yang dapat dikelompokkan dari tiga jenis tanaman masing-masing :

2) Narkotika semi sintetis, adalah narkotika yang dibuat dari alkaloid opium dengan inti penanthren dan diproses secara kimiawi untuk menjadi bahan obat yang berkhasiat sebagai narkotika.

Contoh yang sering disalah gunakan adalah heroin.

3) Narkotika sintetis, adalah narkotika yang diperoleh melalui proses kimia dengan menggunakan bahan baku kimia, sehingga diperoleh suatu hasil baru yang mempunyai efek narkotika.

Contoh dari jenis ini adalah pethidine dan methadone

d. Mengingat maraknya peredaran Narkotika khususnya jenis heroin Putaw, dasar hukum yang tepat dipergunakan oleh aparat penegak hukum adalah :

1) Undang-undang RI No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.

2) Undang-undang RI No. 7 tahun 1997 tentang pengesahan Konvensi PBB tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika.

3) Undang-undang RI No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika.

4) Skep Menkes RI Nomor 1173 / Menkes / SK / X / 1998 tentang penunjukan Laboratorium Pemeriksaan Narkotika dan Psikotropika.

2. Psikotropika

Berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika yang dimaksud dengan psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah atau sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Yang mana menurut Undang-undang R.I Tahun 1997 tentang Psikotropika terbagi atas 4 (empat) golongan yaitu :

a. Golongan I yang terdiri atas 26 zat/ senyawa

Misalnya : Ecstasy (MDMA,DMA, MDEA), lesirgia (LSD), Psilosibina dan lain-lain.

b. Golongan II yang terdiri atas 14 zat/senyawa

4

Page 5: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

Misalnya : Amfetamia, Shabu-shabu (Methamfetamina), Fensiclidina (PCP) dan lain-lain.

c. Golongan III yang terdiri atas 9 zat/senyawa

Misalnya : Amorbabital, Flunitrazepam, Siklobarbital dan lain-lain.

d. Golongan IV yang terdiri atas 60 zat/senyawa

Misalnya : Diazepam, Lorazepam, Nitrazepam, dan lain-lain.

Pengaruh penggunaan psikotropika terhadap susunan syaraf pusat manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

a. Depresant (obat penenang), yaitu yang mempunyai daya kerja menekan susunan syaraf, memudahkan tidur atau mengurangi aktivitas susunan syaraf pusat.

Contoh antara lain : Sedatin (pil BK), Rohypnol, Mogadon, Valium, Mandrax.

b. Stimulant (obat perangsang), yaitu memounyai daya kerja mengaktifkan susunan syaraf pusat

c. Hallucinogen (obat penghayal), yaitu mempunyai daya kerja menimbulkan perasaan yang tidak riil/nyata karena penerimaan panca indra yan g salah (halusinasi atau khayalan).

Contoh : LSD (Licergic Acid Dyatilamide).

Jenis Psikotropika saat ini yang paling banyak beredar di Indonesia adalah Ecstasy dan Shabu.

a. Ectasy

Ectasy adalah Psikotropika jenis pil yang mempunyai reaksi cepat sekitar 30 menit setelah menelan efeknya akan terasa sangat energik dan bahagia secara fisik maupun mental tergantung kemampuan toleransi pemakainya, perasaan tersebut akan berakhir setelah 2 (dua) sampai 6 (enam) jam. Buruknya setelah efek berakhir maka pemakainya akan mengalami kekacauan, tubuh mengalami kelelahan dan menjadi mudah tersinggung.

Dari data yang tercatat di Kepolisian Eropa (EUROPOL) pada tahun 1997 akhir dijelaskan bahwa jenis ectasy yang beredar diwilayah eropa mencapai sekitar 197 jenis. Dari berbagai jenis macam ectasy tersebut pada prinsipnya bahan penyusun ectasy yang terdaftar berbagai golongan I dan golongan II adalah:

5

Page 6: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

1) Amfetamine (Psikotropka Golongan II)

2) Metamfetamine (Psikotropika Golongan II)

3) Methyl Dioksi Amfetamine (MDA) Psikotropika Gol I

4) Methyl Dioksi Methsmfetamine (MDMA) Psikotropika Gol I

5) Methyl Dioksi Ethamfetamine (MDEA) Psikotropika Gol I

6) Methyl Benzodioksol Butanamine (MBDB) Psikotropika Gol I

7) Dimethyloxy Bromamfetamine (DOB) Psikotropika Gol I

8) Campuran/gabungan dari bahan-bahan tersebut diatas.

b. Shabu - Shabu

Di Indonesia biasa disamarkan dengan shabu-shabu merupakan zat psikotropika yang tersusun dari bahan kimia Methamfetamine (Psikotropika golongan II). Shabu-shabu yang banyak beredar di Indonesia sebagian besar berasal dari daratan China yaitu Guangzhou, Zen-zen.

Bentuk dari shabu-shabu adalah seperti kristal/ pecahan-pecahan kaca yang mana apabila shabu-shabu tersebut dibakar atau dipanaskan akan mencair sedangkan apabila didinginkan akan membeku kembali. Pengaruh dari shabu-shabu adalah akan membuat pemakainya menjadi senang, susah tidur. Bergairah, dan menimbulkan efek halusinasi berupa khayalan-khayalan.

Obat-obatan dibedakan dalam empat golongan besar, yaitu :

a. Obat Bebas, dapat diperoleh secara bebas di pasaran baik di took obat atau apotek, dengan tanda lingkaran hijau, garis tepi warna hitam.

b. Obat Bebas Terbatas, dapat diperoleh secara bebas dipasaran baik di took obat atau apotek, dengan tanda lingkaran biru, dengan garis tepi warna hitam.

c. Obat Keras :

1) Obat Keras (Daftar G) dapat diperoleh hanya dengan resep dokter di apotek, dengan tanda lingkaran merah dengan garis tepi hitam disertai huruf K ditengah.

6

Page 7: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

2) Obat Keras Tertentu, dapat diperoleh hanya dengan resep dokter di apotek, dengan tanda lingkaran merah dengan gairs tepi warna hitam disertai huruf K ditengah.

d. Obat Narkotika, dapat diperoleh hanya dengan resep dokter di apotek, dengan tanda lingkaran merah dengan garis tepi warna hitam disertai gambar seperti bunga cengkeh di tengah.

BAB III PEREDARAN GELAP DAN PENYALAH GUNAAN NARKOBA

A. FAKTA – FAKTA PEREDARAN GELAP NARKOBA

Dalam perkembangan hukum di Indonesia khusus terhadap pelaku tindak pidana narkoba, telah ada beberapa Undang-undang yang mengatur secara khusus terhadap pelaku tindak pidana narkoba yaitu, Undang-undang No 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-undang No 5 tahun 1997 tentang Psikotropika selain itu ada Undang-undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan yang juga mengatur terhadap bahan-bahan kedokteran yang berbahaya yang bisa digunakan untuk komposisi atau campuran membuat Psikotropika ( Prekursor ).

Sebagaimana diberitakan oleh koran Media Indonesia yang mengatakan, “Bahwa saat ini 2% atau sekitar 4 juta orang penduduk Indonesia menjadi pecandu narkoba dan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan hingga 100% sehingga dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang justru mengalami penurunan, maka Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat pertumbuhan pamakaian narkoba tertinggi di dunia”. Pertumbuhan ini dikarenakan Indonesia tidak hanya sekedar menjadi daerah transit Narkotika dan Psikotropika semata sebagaimana pola lama yang berlaku yaitu Indonesia hanya merupakan daerah persinggahan yang tujuan selanjutnya narkoba tersebut diteruskan menuju negara Australia sebagai negara tujuan utama, tetapi pola baru saat ini Indonesia juga sudah menjadi Country Market atau semacam Destination Country dimana narkoba tersebut akan dijual dan dipasarkan, hal ini disebabkan negara Indonesia memiliki pasar yang bagus dan merupakan negara potensial dari berbagai segi seperti besarnya jumlah penduduk, letak goegrafis yang strategis dan kondisi sosial politik tengah berada pada proses transisi dimana stabilitas politik dan keamanan masih sangat labil dan rapuh

Cara penyebaran narkoba sekarang ini langsung menyerang kesegenap lapisan masyarakat terutama generasi mudanya, sehingga akan berdampak strategis terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara padahal generasi muda

7

Page 8: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

dianggap sebagai generasi penerus bangsa dan juga sebagai calon-calon pemimpin bangsa masa depan yang diharapkan mampu memimpin bangsa ini disegala sektor kehidupan membawa bangsa ini mencapai tujuan nasional serta dapat bersaing dengan negara-negara lain didunia. Hal tersebut dapat kita bayangkan bagaimana jadinya bangsa ini apabila para remaja yang sekaligus sebagai sebagai generasi penerus bangsa sudah terlibat dengan narkoba, dimana narkoba tersebut sangat merusak individu sipemakainya, maka yang terjadi adalah kehancuran bagi bangsa Indonesia yang besar ini, sehingga dapat dikatakan apabila ingin menghancurkan suatu bangsa tidak perlu repot-repot cukup kirim saja narkoba sebanyak mungkin kenegara tersebut agar para remajanya menjadi pemakainya sehingga akan merusak mental siremaja tersebut.

Bagi negara yang tidak menerapkan penghukuman atau melakukan tindakan secara hukum terhadap peredaran narkoba diwilayahnya baik bagi pemakai, pengedarnya ataupun pembuatnya ada beberapa dampak yang bisa ditimbulkan dari kebijaksanaan tersebut antara lain :

1. Jumlah pemakai atau pengguna narkoba akan meningkat

2. Black Market atau pasar gelap narkoba akan hilang dan yang muncul adalah pasar bebas narkoba

3. Akan meningkatnya kejahatan disuatu daerah yang dimana peredaran narkobanya sangat tinggi

4. Biaya rehabilitas untuk pengguna narkoba yang dikeluarkan oleh pemerintah akan menjadi sangat tinggi

5. Kehidupan sosial masyarakat akan terganggu dan sistem yang ada dalam masyarakat tidak berjalan dengan baik

6. Banyaknya biaya yang dikeluarkan baik oleh pemakai, dan keluarganya untuk kebutuhan rehabilitasi

Peredaran Narkoba di Indonesia pada hakekatnya melalui 3 ( tiga ) komponen yaitu

a. Produser.

b. Distributor.

c. Konsumen.

Beberapa lingkungan tempat yang sering menjadi sasaran peredaran gelap Narkoba antara lain:

a. Lingkungan Pergaulan danTempat Hiburan ( Diskotik, Karaoke, Pub ).

8

Page 9: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

b. Lingkungan Pekerjaan baik di institusi pemerintahan amaupun swasta bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa di lingkungan Polri sendiri di dapati kasus penyalahgunaan narkoba.

c. Lingkungan Pendidikan Sekolah, Universitas/Kampus sangat memungkinkan terdapat peredaran narkoba karena banyak nya interaksi yang terjadi baik antar teman maupun lingkungannya

d. Lingkungan tempat tinggal Perumahan Asrama, Tempat Kost / rumah kontrakan, Apartemen dan Hotel.

B. FAKTA-FAKTA PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Kejahatan yang paling tinggi pada anak-anak remaja atau yang sudah dewasa adalah penyalahgunaan narkoba, hal ini dikarenakan para remaja atau anak dewasa merasa tertarik terhadap hal-hal yang baru tidak terkecuali hal yang baru itu merupakan tindak pidana yang paling diperangi oleh pemerintah sekarang ini. Bahkan penyalah gunaan ini telah merambah bukan hanya pada level sekolah menengah atas akan tetapi sudah ditemukan indikasi digunakan oleh anak-anak sekolah dasar, dengan kemasan yang lebih simpel dan menarik seperti hanya dengan mengunyah permen yang mengandung zat narkoba.

Menurut E. Durkheim, bahwa kejahatan tidak akan lepas dari kejahatan tersebut, tetapi begitu kejahatan dilihat dari gaya hidup kejahatan tidak lagi hanya dipandang namun mementingkan tuntutan harus berbuat jahat. Akses dari kejahatan adalah kemauan untuk berbuat jahat sedangkan akses resminya adalah adanya korban. Jadi dapat disimpulkan dari teori diatas adalah kejahatan itu tidak akan pernah hilang dan ketika seseorang remaja akan mengenang atau melakukan perilaku menyimpang sesuai dengan seorang remaja, maka hal itu jangan terlalu dipedulikan karena hal tersebut sudah menjadi kodratnya bagi seorang remaja. Setiap orang tidak mungkin lepas dari kejahatan yang terpenting adalah jangan terlalu banyak melakukan kejahatan tersebut.

Dapat kita bayangkan bahwa pada saat seseorang berusia amat muda atau berumur belasan tahun, sebetulnya nasibnya sudah ia tentukan sendiri. Sehingga seorang remaja juga sudah menentukan nasibnya atau jalan hidupnya pada usia amat muda, coba bayangkan kalau hal itu terjadi dimana seorang remaja sudah menentukan jalan hidupnya akan menjadi seorang penjahat atau “god father”, atau apabila itu terjadi dari sejumlah 50-an juta anak remaja/muda di Indonesia itu 5%nya saja memilih tetap memilih jalan kejahatan mereka, betapa tingginya biaya sosial atau social cost yang ditanggung oleh masyarakat dan tidak dapat kita

9

Page 10: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

bayangkan apabila kejahatan tersebut digabungkan dengan penyalahgunaan narkoba seperti yang telah diuraikan diatas.

Berdasarkan informasi yang kita dapat atau yang dapat kita dengar penyalahgunaan narkoba dewasa ini sudah merambah kesegala umur sebagai pemakainya, baca dan lihat dimedia elektronik dan media cetak banyak sekali pemakai/pengguna narkoba yang sudah tertangkap, serta banyak juga diantara mereka yang meninggal dunia akibat pemakaian narkoba yang berlebihan atau yang lebih dikenal dengan over dosis. Mengapa jumlah pengguna narkoba secara statistik terus bertambah, padahal dipihak lain pemerintah sudah berupaya keras untuk mengatasi permasalahan tersebut, baik melakukan penangkapan, pemutusan jalur narkoba, penggrebekan pabrik-pabrik obat terlarang, memperketat tata niaga bahan-bahan berbahaya terutama yang berhubungan sebagai prekursor narkoba selain itu pemerintah juga mendirikan beberapa rumah sakit ketergantungan narkoba baik itu yang dikelola pemerintah atau yang dikelola oleh swasta, namun upaya-upaya yang dilakukan tersebut tidak mengurangi peredaran narkoba serta pemakaiannya.

Faktor-faktor yang mungkin merupakan alternatif dan mungkin juga berproses secara akumulatif dari berbagai segi kehidupan, dan juga tindak pidana penyalahgunaan narkoba merupakan tindak pidana yang berhubungan dengan “gaya hidup” atau Live Style. Kejahatan atau tindak pidana yang berhubungan dengan gaya hidup ada beberapa ketegori antara lain :

a. Sub Culture, yaitu remaja yang melakukan kenakalan karena dia mengembangkan Sub kultur dan perilaku tertentu, dimana kelompok remaja ini mereka merasa bebas dalam melakukan penyimpangannya dan kelompok mereka ini dikenal sangat solid seperti kelompok “Hippies”.

b. Trend atau Mode, yaitu orang melakukan kenakalan atau berperilaku menyimpang karena dia mencontoh orang lain atau dengan kata lain penyimpangan yang dilakukan itu lagi trend atau lagi “in” pada masa itu, atau kecenderungan itu terjadi karena masanya.

c. Ekspresionisme, yaitu seseorang melakukan penyimpangan itu karena dia ingin menonjolkan dirinya atau ingin mengekspresikan dirinya, sehingga dia berharap orang yang melihat akan menilai dirinya “jagoan” sehingga perbuatannya itu akan menarik perhatian orang banyak.

BAB IV PENANGGULANGAN NARKOBA

10

Page 11: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

Langkah penanggulangangan Narkoba wajib dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat terutama pemerintah dan aparat penegak hukum kaeran pemberantasan tindak pidana narkoba bukan merupakan tanggung jawab salah satu instansi pemerintah saja akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama, secara nasional stretegi penanganan narkoba adalah :

a. Supply Reduction

Pencegahan dan represi produksi, distribusi dan peredaran

Peran POLRI secara bersama dengan instansi pemerintahan yang lain untuk melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap produksi dan distribusi bahan dan obat berbahaya yang mungkin bisa disalahgunakan dengan diselundupkan. Bila volume narkoba yang ada di pasar kurang atau tidak ada maka secara otomatis pengguna narkoba tidak akan bisa mendapatkan narkoba.

b. Demand Reduction

Promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif & after care

Dengan metode tersebut diharapkan akan mengurangi permintaan terhadap narkoba, dengan harapan bila tidak ada konsumen maka para pengedar tidak akan bisa menjual narkoba dan produsen akan berhenti memproduksi narkoba.

c. Harm Reduction

Mencegah perluasan dampak buruk

Dampak buruk yang diakibatkan oleh narkoba sungguh sangat luas, berawal dari pemakaian narkoba terutama dengan jarum suntik secara bergantian akan membantu penyebaran virus HIV / AIDS. Maka metode yang digunakan dalam strategi harm reduction di Indonesia adalah dengan :

1. Program Layanan Jarum Suntik Steril (LJSS)

Para pecandu bisa membeli / menukarkan jarum suntik yang lama dengan jarum suntik baru yang steril di puskesmas / tempat pelayanan lain yang sudah ditentukan.

2. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)

Metadon adalah pengganti opiat yang legal, yang secara farmakologis sama dengan heroin, dikonsumsi secara oral (diminum) dengan pengawasan dari dokter dengan pengurangan doses dalam jangka waktu bertahap. Dengan

11

Page 12: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

harapan akan mengurangi dosis kecanduan pengguna sampai akhirnya berhenti menggunakan narkoba.

Secara terperinci penanggulangan peredaran dan penyalah gunaan narkoba oleh instansi dapat dilakukan oleh :

1. POLRI

Langkah yang dilakukan polri dapat digolongkan menjadi 3 tahapan antara lain :

a. PRE-EMTIF antara lain dilakukan dengan cara :

• Educatif pembinaan dan pengembangan lingkungan pola hidup masyarakat.

• Menciptakan hubungan yang harmonis antar sesama masyarakat dan antara masyarakat dengan Polri.

• Mengisi mental Rohani bahwa menggunakan, membeli bahkan sampai memperjual belikan adalah perbuatan melanggar norma hukum dan norma agama.

• Mengadakan pendekatan Prosperity (kemakmuran), contohnya dengan mengantikan tanaman ganja yang sering di tanam dengan tanaman pengganti bagi masyarakat petani di Aceh.

b. PREVENTIF yaitu peranan polri dalam pencegahan penyalah gunaan dan meluasnya peredaran Narkoba. Dapat dilakukan melalui cara :

PENCEGAHAN LANGSUNG : yaitu mencegah terjadinya ancaman faktual (AF) yang merupakan tugas polisi berseragam dengan cara antara lain sebagai berikut:

a) Mencegah masuknya narkoba dari Luar negeri dengan melakukan pengawasan secara ketat di daerah-daerah antara lain:Bandar, pelabuhan laut dan perbtasan-perbatasan darat.

b) Mencegah lalulintas Narkoba ilegal di dalam negeri dengan melakukan kegiatan-kegiatan antara lain: Opsus (operasi Khusus) sepanjang tahun di jalan-jalan (Razia)

c) Melakukan Razia di tempat-tempat rawan lalulintas narkoba secara ilegal atau tempat-tempat rawan transaksi narkoba termasuk, di sekolah,perguruan tinggi Lembaga pemasyarakatan, tempat rehabilitasi dan lain-lain.

12

Page 13: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

d) Mengawasi tempat-tempat hiburan seperti Diskotik, karaoke, pub, kafe warung remang dan lain-lain

e) Mengadakan Patroli pencarian sumber Narkoba atau ladang ganja meliputi seluruh wilayah terpencil

f) Mencegah kebocoran Narkoba dari sumber-sumber resmi seperti Rumah sakit, Apotik, Barang bukti dari aparat kepolisian, kejalsaan, pengadilan dan lainya.

g) Pencegahan Melalui kegiatan penyuluhan, penerangan dan bimbingan tentang bahaya narkoba, perlunya disiplin pribadi dan kelompok tentang semboyan “Say No To Drug”, dan juga tentang perlunya pengawasan lingkungan oleh masyarakat sendiri terutama keluarga

c. REPRESIF Yaitu upaya penindakan penegakan hukum tindak pidana penyalahgunaan narkoba melalui penyidikan dan penyelidikan secara continue dengan operasi Cobra, Nila dan lain-lain yang sasaran operasi kepolisian sebagai berikut :

• Memutuskan jalur peredaran gelap obat terlarang

• Mengungkap jaringan sindikat

• Mengungkap motivasi/ latar belakang kejahatan lahgun obat terlarang.

Adapun agar mempersempit ruang gerak peredaran narkoba dalam penindakan hukum perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Memanfaatkan perangkat hukum yang ada secara maksimal dan tepat sasaran agar tercipta keseimbangan antara perbuatan yang dilakukan dengan sanksi hukuman yang diterapkan.

b) Menindak bagi siapasaja yang menghalangi atau mempersulit penyidikan dan penyelidikan sesuai PASAL 92 UU NO. 22/1997dengan ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara.

c) Penerapan sanksi yang berat akanmengangkat wibawa undang-undang dan aparat penegak hukumnya sendiri. Perkara Narkoba di dahulukan (prioritaskan) dari perkara lainya untuk diajukan ke pengadilan untuk peneyelesaian perkara secara cepat sesuaiPSL 64 UU NO. 22/1997 dan PASAL 58 UU NO. 5/1997.

13

Page 14: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

2. INSTANSI TERKAIT BAIK PEMERINTAH MAUPUN NON PEMERINTAH .

a) Dengan meningkat kan kerja sama antar instansi terkait Seperti antara lain dengan :DEP. KEUANGAN CQ BEA CUKAI, DEP. KEHAKIMAN & HAM CQ. IMIGRASI DAN PENGADILAN , KEJAKSAAN, DEP. PENDIDIKAN NASIONAL, DEP. AGAMA, DEP. PARIWISATA SENI DAN BUDAYA , DEP. PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN, BADAN POM DEPKES & KESSOS , DLL, kerjasama tersebut di bawah naungan Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN) berdasarkan KEPPRES NO 116/1999 TANGGAL 29 SEPTEMBER 1999.

b) Treatment dan Rehabilitasi yang dilaksanakan baikoleh pemerintah ataupun swasta dalam upaya menolong, mengobati dan merawat korban penyalahgunaan Narkoba melalui medis ataupun pembinaan rohani oleh lembaga tertentu. Seperti contoh :

Tempat rehabilitasi Milik Polri: WISMA PAMARDI SIWI.

Tempat rehabilitasi yang di kelola Pemerintah Maupun Depkes : RSKO FATMAWATI.

Tempat rehabilitasi LEMBAGA NON PEMERINTAH :

- PESANTREN SURALAYA

- REHABILITASI DULOS

- REHABILITASI RAWAMANGUN, DLL

3. MASYARAKAT

Peran serta masyrakat dengan dasar sesuai dengan PASAL 54 UU NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DAN PASAL 57 UU NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA dapat dilakukan antara lain dengan cara :

1) Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya dalam upaya mencegah penyalahgunaan Narkoba.

2) Wajib melaporkan kepada pihak yang berwenang bila mengetahui adanya penyalahgunaan dan peredaran Narkoba.

3) Pelapor mendapat jaminan keamanan dan perlindungan dari pihak berwenang.

14

Page 15: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

Selain ketiga hal yang telah di sebutkan di atas secara lebi terperinci peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan berbagi cara sesuai dengan lingungan yang antara lain :

a) Di lingkungan Keluarga

• Membangun hal yang positif dalamlingkungan keluarga dengan kegiatan bermanfaat sepertiBeladiri, kursus bahasa / komputer, pecinta alam dan lain-lain

• Perhatian dan pengawasan yang lebih dari orang tua kepada anak-anaknya.

• Menciptakan iklim komunikasi yang baik antar anggota keluarha

• Menciptakan keluarga yang rukun dan harmonis

b) Masyarakat di lingkungan PendidikanKAMPUS/ SEKOLAH

• Menampilkan peran kepala sekolah/ guru maupun karyawan sebagai pemimpin dan tauladan di lingkungan sekolah / kampus

• Mengaktifkan peran dari mahasiswa dan pelajar secara maksimal.

• Penyadaran tenang bahaya narkoba secara dini kepada anak didik mellui sosialisasi dan penyuluhan-penyuluhan

• Melakukan upaya deteksi dini dan pencegahan peredaran dilikungan tempat didik yang dinggap rawan peredaran narkoba

• Mewaspadai pergaulan anak didik sehari hari dan meidentifikasi bagi anak didik yang di curigai mengkonsumsi narkoba di berikan pengawasan secara Khusus.

• Memberikan bimbingan mental /konseling untuk mencegah terjadinya konflik pribadi yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam masa pertumbuhan remaja.

c) Unsur keagamaan melalui peran ulama / pendeta ataupun tokoh agama ataupun dengan pondok pesantren dan pendidikan keagamaan lainya.

d) Lingkungan Kelompok masyarakat Lainya dengan memelihaa motivasi masyarakat dan potensi masyrakat yang ada untuk melawan danmemerangi penyalahgunaan narkoba melalui sarana media massa baik cetak maupun elektronik, serta ceramah sesuai pasal 54 UU NO. 5/1997 & 57 (1) (2) UU NO. 22/1997 .

15

Page 16: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

4. KERJASAMA DENGAN NEGARA LAIN

a). KERJASAMA BILATERAL

Di antara model-model perjanjian kerja sama antarnegara, perjanjian ekstradisi dan perjanjian bantuan hukum timbal-balik dalam masalah pidana, merupakan perjanjian yang sangat efektif sebagai cara untuk mencegah, memberantas dan menjatuhkan pidana terhadap pelaku kejahatan berdimensi internasional, walaupun masih terdapat titik-titik kelemahan seperti penerapan asas resiprositas, pengertian dan persepsi yang berbeda terhadap hukum nasional masing-masing negara. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, dapat ditempuh melalui transmission channel yaitu melalui jalur diplomatik, jalur pusat kekuasaan, dan jalur Interpol.

United Nations Convention Against ILLICIT Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substance, 1988 (Konvensi PBB tahun 1988 tentang Pemberantasan Lalu Lintas Gelap Narkotika dan Psikotropika), merupakan hal yang sangat penting dalam pemberantasan Narkoba di Indonesia, terutama yang meliputi hal-hal, antara lain masalah kejahatan dan sanksi, jurisdiksi, penyitaan, ekstradisi, bantuan hukum timbal-balik, pengalihan proses acara, kerja sama penegakan hukum, bantuan kerja sama teknik untuk negara berkembang, identifikasi kejahatan, bahan-bahan pembantu, pengangkutan komersial, dokumen perdagangan, dan pemasangan label ekspor, dan lalu lintas gelap melalui laut.

Prospek kerja sama bilateral/internasional, melalui perjanjian ekstradisi dan perjanjian bantuan hukum timbal-balik, diyakini dapat meningkatkan keamanan di dalam negeri dari ancaman dan bahaya lalu lintas peredaran narkotika/psikotropika. Di samping itu, juga menunjukkan tanggung jawab Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional yang sungguh-sungguh dalam memberantas kejahatan money laundering.

Indonesia saat ini telah melakukan kerjasama denga negara-negara lain dalam upaya mam berantar peredaran narkoba denga jaringan yaitu melalui organisasi kepolisianya antara lain :

– POLRI - DEA US DEPT. OF JUSTICE

– POLRI - BKA (KEPOL. JERMAN)

– POLRI - AFP (KEPOL. AUSTRALIA)

– POLRI - PDRM (KEPOL. MALAYSIA)

16

Page 17: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

– POLRI - CNB (BDN NARKOBA SINGAPURA)

b) KERJASAMA REGIONAL

Untuk mewujudkan perjanjian kerja sama internasional, dalam jangka pendek pemerintah Indonesia sudah saatnya mengambil inisiatif untuk mengajukan usul pembentukan perjanjian ekstradisi se-ASEAN (ASEAN Convention on Extradition) dan jika dimungkinkan perjanjian bantuan hukum timbal-balik se-ASEAN, yang mewajibkan seluruh negara anggota mengadopsi ketentuan-ketentuan internasional, sehingga harmonisasi hukum se-ASEAN dapat terwujud, selain itu juga melkukan kerja sama dengan Kepolisian di negara asia pasifi (HONLEA) dan juga JCLEC ( Jakarta Center for Law enforcement Coorporation) sert kerjasama dalam Colombo Plan.

c). KERJASAMA INTERNASIONAL

Usaha PBB untuk memberantas peredaran gelap narkotika dan psikotropika, yang disinyalir merupakan perdagangan gelap terbesar kedua di dunia setelah perdagangan senjata, menunjukkan kesatuan tekad masyarakat internasional untuk bekerja sama dalam menanggulangi masalah narkotika dan psikotropika, yang meliputi permasalahan-permasalahan, antara lain: kejahatan dan sanksi, yurisdiksi, penyitaan, ekstradisi, bantuan hukum timbal-balik, pengalihan proses acara, kerja sama penegakan hukum, bantuan kerja sama teknik untuk negara berkembang, identifikasi kejahatan, bahan-bahan pembantu, pengangkutan komersial, dokumen perdagangan dan pemasangan label ekspor, lalu lintas gelap melalui laut, serta penyelesaian sengketa penafsiran substansi penghukuman pidana.

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Mengingat penyalahgunaan obat-obat terlarang sangat berbahaya tidak hanya terhadap diri pemakainya, tapi juga terhadap kelangsungan hidup bangsa dan negara di satu sisi serta jaringan-jaringan operasinya sangat luas dan canggih di sisi lain, maka operasi pembersihan yang akan dilancarkan oleh yang berwajib nanti, perlu dukungan aktif dan positif masyarakat luas. Yang dimaksud dengan

17

Page 18: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

dukungan di sini, tidak hanya memberikan informasi mengenai pelaku, pengedar dan sindikat pemasok obat-obat yang sangat berbahaya itu, tetapi yang terpenting lagi peran orang tua dan anggota keluarga lainnya sangat menentukan dalam membentengi keluarga supaya tidak seorang pun anggotanya yang ikut terjerumus menjadi pelanggan setia dari obat-obat terlarang tersebut.

Penyebaran narkoba sekarang ini langsung menyerang kesegenap lapisan masyarakat di berbagai lingkungan seperti lingkungan pemukiman,lingkungna pendidikan, lingkungan pekerjaan dan lingkungan pergaulan dengan sasaran utama generasi mudanya, sehingga akan berdampak strategis terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara padahal generasi muda dianggap sebagai generasi penerus bangsa dan juga sebagai calon-calon pemimpin bangsa masa depan yang diharapkan mampu memimpin bangsa ini disegala sektor kehidupan membawa bangsa ini mencapai tujuan nasional serta dapat bersaing dengan negara-negara lain didunia.

Penyalahgunaan Narkoba yang paling tinggi pada anak-anak remaja atau yang sudah dewasa, hal ini dikarenakan para remaja atau anak dewasa merasa tertarik terhadap hal-hal yang baru tidak terkecuali hal yang baru itu merupakan tindak pidana yang paling diperangi oleh pemerintah sekarang ini dan juga karena berhubungan dengan “gaya hidup” atau Live Style.

Penaggulangan Peredaran dan penyalahgunaan Narkoba bukan merupaka tanggung jawab polri semata namun perlu melibatkan seluruh lapisan masyarakat baik pemerintan maupun non pemerintah dan juga kerja sama luar negeri dengan negara-negra lain.

B. SARAN

1. agar dapat terwujud secara nyata maka penggulangan peredaran dan penyalahgunaan narkoba hendaknya dapat dilakukan secara koperhensif berkesinambungan sehinnga hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat langgsung tidak hanya di bahas dalam lembaga akademis seperti sekolah dan perguruan tinggi saja.

2. Dilakukan upaya menumbuhkan kesadaran dari pribadi masyarakat Indonesia akan bahaya narkoba baik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat sampai dengan bangsa indonesia ini, karena dengan kesadaran yang mantap akan secara otomatis semboyan “say no to drug” dapat dilakukan tanpa adanya pengawasan dari pihak lain.

3. Meningkatkan kinerja BKNN secara maksimal dengan menberikan akses khusus kepada BKNN agar memudahkan koordinasi dengan instansi terkait untuk kecepatan dan kemudahan dalam menanggulangi Narkoba.

18

Page 19: Manajemen Operasional Polri Cegah Narkoba

Jakarta , Oktober 2009

SINDIKAT KELAS GAKKUM - BANGKATAN LV

REFERENSI :

1. UU RI NO. 8/1981 TTG KUHAP

2. Undang-undang R.I No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

3. Undang-undang R.I No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

4. Undang-undang R.I No. 7 tahun 1997 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika.

5. Undang-undang R.I No. 8 tahun 1996 tentang Pengesahan Konvensi Psikotropika 1971.

6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 124 / 1993 tentang Obat Keras Tertentu.

7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 782 / 1996 tentang Obat Keras Tertentu.

8. Ordonansi Obat Keras Stbl No. 419 tahun 1949.

9. Instruksi Bersama Menteri Kesehatan dengan Kapolri No. 75 / Menkes.Ins.B / III / 1984 dan No. Pol. : Ins / 03 / III / 1984.

10. Sutar Keputusan Menkes RI No. 1173 / Menkes / SK / X / 1998 tentang Penunjukkan Laboratorium Pemeriksaan Narkotika dan Psikotroipika.

11. Media Indonesia, tanggal 21 januari 2001, hal 3

19