Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

22
MANAJEMEN MEMUPUK BAKAT DAN KREATIVITAS SISWA MAKALAH Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah : Manajemen Kesiswaan Dosen Pengampu : Fatkurroji, M. Ag Disusun oleh : Muhibatul Khusna (103311024) Nailatun Nikmah (103311026) FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

Transcript of Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

Page 1: Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

MANAJEMEN MEMUPUK BAKAT DAN KREATIVITAS SISWA

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Manajemen Kesiswaan

Dosen Pengampu : Fatkurroji, M. Ag

Disusun oleh :

Muhibatul Khusna (103311024)

Nailatun Nikmah (103311026)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2013

Page 2: Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

MANAJEMEN MEMUPUK BAKAT DAN KREATIVITAS SISWA

I. PENDAHULUAN

Menjadi orang kreatif akan membuat hidup jauh lebih baik ketimbang menjadi

orang yang tidak kreatif, monoton, tidak mempunyai keinginan untuk maju dan statis.

Dengan menjadi kreatif, hidup akan menjadi lebih berwarna. Kreativitas akan membuka

wacana dan wawasan baru dari episode kehidupan ke episode kehidupan berikutnya.

Kreativitas akan memberikan semangat dalam menjalani kehidupan baru yang terkadang

dihadapkan pada berbagai persoalan rumit dan membutuhkan penyelesaian dengan jalan

yang berbeda.

Hendaknya bakat dan potensi kreatif yang dimiliki siswa dipupuk sejak dini.

Sehingga anak memiliki potensi besar untuk menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif.

Lebih lanjut, dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Manajemen Memupuk

Bakat dan Kreativitas Siswa.”

II. RUMUSAN MASALAH

A. Apa Pengertian Belajar Kreatif?

B. Mengapa Harus Belajar Kreatif?

C. Bagaimana Mendorong Anak/ Siswa untuk Belajar Kreatif?

D. Bagaimana Memupuk Iklim Kreatif Anak/Siswa?

E. Bagaimana Metode dan Teknik Kreatif Tingkat 1, 2, 3?

F. Bagaimana Peran Guru dalam Siswa yang Berbakat?

G. Bagaimana Peran Orang tua dalam Anak yang Berbakat?

H. Apa Saja Persyaratan Guru dalam Mengajar Siswa Berbakat?

III. PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar Kreatif

Belajar diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan sebagai hasil dari

pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.1

Kemudian kreatif oleh Supriadi (1994) diartikan bahwa kreatif itu merupakan

1Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung. Pustaka Setia, 2010), hlm. 61

Page 3: Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan

maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Dengan

demikian, Belajar Kreatif adalah belajar secara konsisten dan terus menerus

menghasilkan sesuatu yang kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan.

Haris (1998) dalam artikelnya tentang pengantar berpikir kreatif menyatakan

bahwa indikator orang berpikir kreatif itu meliputi: (1) Ingin tahu, (2) mencari

masalah, (3) menikmati tantangan, (4) optimis, (5) mampu membedakan penilaian, (6)

nyaman dengan imajinasi, (7) melihat masalah sebagai peluang, (8) melihat masalah

sebagai hal yang menarik, (8) masalah dapat diterima secara emosional, (9)

menantang anggapan/ praduga, dan (10) tidak mudah menyerah, berusaha keras.

menurutnya kreativitas dapat dilihat dari tiga aspek yakni sebuah kemampuan,

perilaku, dan proses.2

1. Sebuah Kemampuan

Kreativitas adalah sebuah kemampuan untuk memikirkan dan menemukan

sesuatu yang baru, menciptakan gagasan-gagasan baru baru dengan cara

mengkombinasikan, mengubah atau menerapkan kembali ide-ide yang telah ada.

2. Sebuah Perilaku

Kreativitas adalah sebuah perilaku menerima perubahan dan kebaruan,

kemampuan bermain-main dengan berbagai gagasan dan berbagai kemungkinan,

cara pandang yang fleksibel, dan kebiasaan menikmati sesuatu.

3. Sebuah Proses

Kreativitas adalah proses kerja keras dan berkesimbungan dalam

menghasilkan gagasan dan pemecahan masalah yang lebih baik, serta selalu

berusaha untuk menjadikan segala sesuatu lebih baik.

2Mustaji, Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran (Surabaya: Jurnal Teknologi Pendidikan Unesa) dapat diakses di http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran pada tanggal 20 April 2013 pukul 10:58 WIB

Page 4: Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

B. Pentingnya Belajar Kreatif

Dalam kehidupan ini kreativitas sangat penting, karena kreativitas merupakan

suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Menurut

Treffinger, tidak ada seorang pun yang tidak memiliki kreativitas. Lebih lanjut, Conny

R. Semiawan menyatakan, ada empat alasan penting mengapa seseorang perlu belajar

kreatif, antara lain:

1. Belajar kreatif membantu anak menjadi lebih berhasil guna jika kita (orang

tua/guru) tidak bersama mereka.

2. Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan

masalah yang tidak mampu kita duga yang akan timbul di masa depan.

3. Belajar kreatif menimbulkan akibat yang besar dalam kehidupan seseorang, dapat

mempengaruhi, bahkan dapat mengubah karir pribadi serta dapat menunjang

kesehatan jiwa dan badan seseorang.

4. Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar. Secara

lebih luas, belajar kreatif dapat menimbulkan terciptanya ide-ide baru, cara-cara

baru, dan hasil-hasil yang baru.3

C. Mendorong Belajar Kreatif

Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk

mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan

kadar yang berbeda-beda. Yang terutama penting bagi dunia pendidikan adalah bakat

tersebut dapat dan perlu dikembangkan serta ditingkatkan.

Sehubungan dengan mendorong belajar keratif bagi siswa, sebagai pendidik

atau orang tua, kita perlu meninjau empat aspek dari kreativitas, yaitu: pribadi,

pendorong (press) proses dan produk. Yang kemudian lebih dikenal dengan Strategi

4P dalam Pengembangan Kreativitas.

1. Pribadi

3 Pentingnya Kreativitas dalam Kehidupan, diakses di http://pegawai.stainkudus.ac.id/?module=detilberita&kode=113 pada tanggal 20 April 2013 pukul 10:55 WIB.

Page 5: Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

Kreativitas adalah ungkapan atau ekspresi dari keunikan individu dalam

interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan krearif ialah yang mencerminkan

orisionalitas dari individu tersebut. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat

diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Oleh karena

itu, pendidik atau orang tua hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan

bakat-bakat anak/siswanya.4 Hal ini dapat diartikan bahwa guru/ orang tua jangan

mengharapkan semua siswa/ anak melakukan atau menghasilkan hal-hal yang sama

atau mempunyai minat yang sama. Namun, guru atau orang tua hendaknya

membantu siswa/ anak menemukan bakat-bakatnya dan menghargainya.

2. Pendorong (Press)

Bakat kreatif siswa/ anak akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan

dari lingkungannya ataupun dorongan kuat dari dalam dirinya sendiri (motivasi

internal) untuk menghasilkan sesuatu5. Bakat kreatif dapat berkembang dalam

lingkungan yang mendukung, tetapi juga dapat pula terhambat dalam lingkungan

yang tidak menunjang. Sehingga di dalam keluarga, di sekolah, ataupun di

lingkungan masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap sikap dan

perilaku kreatif individu atau kelompok individu.

3. Proses

Untuk mengembangkan pola belajar kreatif, anak/ siswa perlu diberi

kesempatan untuk melakukan proses bersibuk diri secara kreatif. Pendidik

hendaknya dapat merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan

kreatif. Dalam hal ini, yang terpenting adalah memberikan kebebasan kepada

siswa/ anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif, tentu saja dengan syarat

tidak merugikan orang lain dan lingkungannya

4. Produk

Dengan dimilikinya bakat dan ciri-ciri pribadi yang kreatif, dan dengan dorongan

(internal/eksternal) untuk bersibuk diri secara kreatif, maka produk-produk kreatif

yang inovatif dan bermakna dengan sendirinya akan timbul.6 Dan hendaknya

seorang pendidik atau orang tua menghargai produk kreativitas siswa/ anaknya dan

4Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet ke-3, hlm. 45

5Utami Munandar, hlm. 46

6Utami Munandar, hlm. 46

Page 6: Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

mengkomunikasikan kepada yang lain. Misalnya dengan memamerkan hasil karya

siswa/ anaknya. Sehingga minat siswa/ anak akan lebih tergugah untuk berkreasi.

D. Memupuk Iklim Kreatif

E. Metode dan Teknik Kreatif Tingkat I, II, III

Barbara Clark

Model Pendidikan Integratif (Clark)

Clark berdasarkan hasil berbagai penelitian tentang spesialisasi belahan otak,

mengemukakan:

“Kreativitas merupakan ekspresi tertinggi keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan,

yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia yaitu: berfikir, merasa, menginderakan

dan intuisi (basic function of thingking, feelings, sensing and intuiting)” (Jung 1961,

Clark 1986).

1. Model

Model Integrative Education dari Clark (1986) didasasari atas riset tentang

otak/pikiran dari dasawarsa terakhir. Titik pusatnya adalah pada fungsi alam

pikiran sepenuhnya dari individu dan bertujuan membantu siswa menggunakan

semua kemampuan mereka dalam belajar. Untuk itu model ini menggabungkan

penggunaan keterampilan pemikiran, perasaan, pengindraan, dan intuisi (firasat)

dalam pembelajaran akademis dan non-akademis.

Kekuatan dari model ini ialah pendekatannya yang terpadu dalam belajar, melihat

siswa sebagai individu yang berfungsi sepenuhnya dan mempunyai sistem interaksi

yang mempengaruhi kinerja. Cara seorang siswa mereka mempengaruhi cara

berpikirnya dan juga sebaliknya.model pendidikan integratif digambarkan sebagai

satuan lingkaran yang dibagi menjadi empat (Lihat Gambar 1.2). setiap bagian

menampilkan suatu fungsi dari otak yang berinteraksi dengan dan mendukung

fungsi-fungsi lain jika siswa belajar. Keempat fungsi ini ialah: fungsi berfikir

(kognitif), fungsi perasaan atau emosi (afektif), fungsi fisik (pengindraan) dan fungsi

firasat (mempunyai insight, kreatif). Garis-garis terputus memisahkan fungsi-fungsi

itu melambangkan cara fungsi-fungsi itu bekerjasama.

Clark (1986) menggambarkan keempat bagian tersebut sebagai berikut :

Page 7: Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

- Fungsi kognitif meliputi kekhususan dari belahan otak kiri yang analitis,

memecahkan masalah, sekuensial, evaluatif dan kekhususan dari belahan otak kanan

yang lebih berorientasi spasial (kekurangan) dan gestalt (keseluruhan).

- Fungsi afektif diungkapkan dalam perasaan dan emosi dan merupakan pintu

gerbang untuk meningkatkan atau membatasi fungsi kognitif yang lebih tinggi.

- Fungsi fisik meliputi gerakan, penglihatan, pendengaran, penciuman,

pencecapan dan perabaan yang menetukan bagaimana kita mengamati realitas.

- Fungsi firasat adalah pemahaman secara menyeluruh, secara langsung

memperoleh suatu konsep dalam keseluruhannya, dan sebagian merupakan hasil dari

tingkat sintesis yang tinggi dari semua fungsi otak.

Model integratif ini mempunyai tujuan komponen inti. Meskipun menurut Clark

tidak perlu semuanya dalam setiap hal, tetapi penggunaan ketujuh komponen

semuanya akan menghasilkan penggunaan yang paling efektif dar model ini.

Komponen itu ialah:

1. Lingkungan belajar yang responsif

2. Relaksasi dan mengurangi ketegangan

3. Gerakan dan physical encoding

4. Mengusai bahasa dan perilaku

5. Pilihan dan pengendalian yang diamati

6. Aktivitas kognitif yang majemuk dan menantang

7. Firasat dan integrasi

Dari tinjauan kurikulum, model integratif membangun pengalaman belajar untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam setiap dari tujuh kawasan komponen kunci.

Keterpaduan dari keterampilan dan fungsi otak inilah memungkinkan siswa berfungsi

sepenuhnya.

1. Modifikasi Konten, Proses, Produk dan Lingkungan

Model pendidikan integratif memungkinkan modifikasi kurikulum untuk anak

berbakat dalam keempat bagian tersebut dimuka. Konten belajar diperluas meliputi

Page 8: Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

bidang subjek dengan topik-topik seperti relaksasi, mengurangi ketergantungan dan

menggunakan firasat. Bidang-bidang seperti ini jarang diberikan di sekolah.

Proses belajar juga menekankan teknik-teknik untuk menggunakan pemikiran

sepenuhnya. Kebanyakan program sekolah terutama berkaitan dengan fungsi kognitif

dari otak, sedangkan model ini melihat pentingnya perasaan, pengindraan dan

kreativitas siswa dan cara bagaimana keempat fungsi otak mempengaruhi proses

belajar.

Dengan model ini produk belajar juga dapat dimodifikasi dalam kurikulum yang

berdiferensial untuk anak berbakat. Produk belajar bukan hanya karangan, laporan

atau proyek, tetapi juga pengelolaan diri, harga diri, belajar mandiri dan proses

mental yang lebih tinggi.

Akhirnya, lingkungan belajar merupakan bagian inti dari pengalaman belajar. Model

ini memadukan lingkunagan ke dalam keseluruhan rancangan pendidikan mengakui

dampaknya terhadap proses belajar siswa. Hal ini menumbuhkan suasana yang

mendorong keberhasilan dan rasa harga diri melalui pendekatan yang berpusat pada

siswa terhadap belajar.

2. Manfaat dari Model pendidikan terpadu Clark

Model pendidikan terpadu dari Clark dapat digunakaan untuk semua siswa

dalam kelas biasa, namun mempunyai manfaat khusus bagi siswa berbakat.

Pertama, model ini menyampaikan informasi dengan cara yang terpadu, sesuai

dengan cara berfikir anak berbakat. Dengan memungkinkan mereka

menggunakan semua kemampuan mereka, siswa berbakat diberi kesempatan

untuk mengembangkan lebih dari haya kemampuan kegiatan mereka, sehingga

menunjang pengembangan manusia seutuhnya. Kedua, dengan memasukkan

teknik relaksasi dan mengurangi keteganggan model ini memberi siswa berbakat

dengan strategi untuk menangani kecenderungan mereka untuk menjadi

perfeksionis dan mengalami stres. Anak belajar lebih baik dalam kondisi tanpa

stres; mereka juga cenderung lebih kreatif jika merasa rileks. Dengan

mengembangkan kemampuan ini, siswa berbakat diharapkan dapat mengelola

stres secara berhasil seterusnya.

Page 9: Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

Penggunaan ketiga dari model ini ialah dalam bidang pengelolaan diri.

Siswa lebih dapat mengendalikan pembelajaran mereka dan mengembangkan

ketrampilan dasar yang dibutuhkan untuk belajar seumur hidup. Betapapun

baiknya guru anak berbakat, siswa perlu memiliki kemampuan untuk menemukan

dan mencerna informasi sendiri. Model ini memungkinkan untuk bertanggung

jawab bagi belajar mereka sendiri.

Terakhir, model ini memenuhi kebutuhan siswa berbakat akan kegiatan

yang majemuk dan menantang. Ini yang sering merupakan masalah siswa

berbakat di kelas biasa. Model ini mengembangkan kemampuan anak secara utuh

sesuai dengan keterampilan pribadi mereka. Dengan demikian anak berbakat

diberi kesempatan untuk belajar dengan kesempatannya sendiri dengan cara yang

bermakna bagi mereka.

Menurut Clark (1983), kreativitas merupakan ungkapan tertinggi dari

keberbakatan. Keterpaduan dari empat fungsi (pikiran, perasaan, pengindraan,

dan filsafat) membebaskan kreativitas (lihat Gambar 8.8); sedangkan membatasi

salah satu fungsi akan mengurangi kreativitas. Kreativitas meliputi sintesis dan

semua fungsi, yaitu a) berfikir secara rasional; b) tingkatan tinggi dari

pengembangan perasaan atau emosi; c) talenta dan tingkatan tinggi ndan

perkembangan fisik dan mental; dan d) tingkatan tinggi dari kesadaran yang

menghasilkan penggunaaan tamsil (imagery), fantasi, dan penerobosan ke

keadaan pra-sadar atau tidak sadar.

(Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat

hal 183-186. Jakarta: Rineka Cipta)

Treffinger

Model Treffinger untuk Mendorong Belajar Kreatif

Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang hendak ditingkatkan dalam

kebanyakan program anak berbakat. Untuk itu perlu ditumbuhkan iklim di dalam

kelas yang menghargai dan memupuk kreativitas dalam semua segi. Tidak cukup

menyediakan waktu 30 menit sehari untuk kreativitas, hal ini tidak akan

meningkatkan kemampuan kreatif siswa. Diperlukan pendekatan yang lebih

komprehensif untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan ini.

Page 10: Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

1. Model

Model Treffinger untuk Mendorong Belajar Kreatif (Lihat Gambar 1.1) merupakan

salah satu dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara langsung

dan memberikan saran-saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Denagan

melibatkan, baik keterampilan kognitif maupun afektif pada setiap tingkat pada

model ini, Treffinger menunjukan saling hubungan dan ketergantungan antara

keduanya dalam mendorong belajar kreatif.

Model Treffinger untuk Mendorong Belajar Kreatif (Treffinger, 1986)

menggambarkan susunan tiga tingkat yang mulai dengan unsur-unsur dasar dan

menanjak ke fungsi-fungsi berpikir kreatif yang lebih majemuk. Seperti dalam Model

Penggayaan Renzulli (Renzulli, 1977, dikutip oleh Parke), siswa terlibat dalam

kegitan membangun keterampilan pada dua tingkat pertama untuk kemudian

menangani masalah kehidupan nyata pada tingkat ketiga. Model Treffinger terdiri

dari langkah-langkah berikut: basic tools, practice with process, dan working with

real problems (Lihat Gambar 1.1).

Tingkat I, basic tools atau teknik-teknik kreativitas tingkat I (Munandar, dalam

Semiawan, Munandar dan Munandar, 1987) meliputi keterampilan divergen

(Guilford, 1967, dikutip Parke, 1989) dan teknik-teknik kreatif. Keterampilan dan

teknik-teknik ini mengembangkan kelancaran dan kelenturan berfikir serta kesediaan

mengungkapakan pemikiran kreatif kepada orang lain.

Tingkat II, practice with process atau teknik-teknik krativitas tingkat II (Munandar,

dalam Semiawan, Munandar dan Munandar, 1987) memberi kesempatan kepada

siswa untuk menerapkan keterampilan yang dipelajari ada tingkat I dalam situasi

praktis. Untuk tujuan ini digunakan strategi seperti bermain peran, simulasi, dan studi

kasus. Keahiran dalam berfikir kreatif menuntuut siswa memiliki keterampilan untuk

melakukan fungsi-fungsi seperti analisis, evaluasi, imajinasi, dan fantasi.

Tingkat III, working with real problems atau teknik kreatif tingkat III (Munandar,

dalam Semiawan, Munandar dan Munandar, 1987) menerapkan keterampilan yang

dipelajari dua tingkat pertama terhadap tantangan dunia nyata. Seperti pada kegiatan

Page 11: Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

Tipe III pada Model Enrichment Triad dari Renzulli, siswa menggunakan

kemampuan mereka dengan cara yang bermakna untuk kehidupannya. Siswa tidak

hanya belajar keterampilan berfikir kreatif, tetapi juga bagaimana menggunakan

informasi ini dalam kehidupan mereka.

1. Modifikasi Konten, Proses, Produk dan Lingkungan

Model Mendorong Belajar Kreatif dari Trefffinger paling efektif jika diadaptasi

untuk penggunaan kerikulum secara menyeluruh, karena memungkinkan modifikasi

baik dari konten, proses, produk, maupun lingkungan. Namun, kekuatannya yang

terbesar adalah dalam modifikasi proses dan produk.

Dalam model ini baik proses kognitif maupun afektif dikembangkan dengan

rentangan dalam tingkat kompleksitas. Siswa yang lebih cepat mengusai

keterampilan tingkat I atau tingkat II dapat melanjutkan kegiatan tingkat III,

menerapkan apa yang telah mereka ketahui terhadap masalah atau keadaan baru yang

berbeda dalam hidup mereka. Dengan demikian siswa belajar keterampilan yang

beragam dan mampu menggunakannya jika diperlukan.

Produk belajar juga membuka dimensi baru. Produk belajar tidak hanya menyangkut

perkembangan keterampilan baru, tetapi menggunakan ketermpilan itu untuk

tantangan kehidupan nyata. Jadi, produk belajar adalah baik masalah yang

dipecahkan maupun belajar proses memecahkan masalah. Dengan menggunakan

ketiga tingkat dari model Treffinger, siswa membangun keterampilan menggunakan

kemampuan kreatif mereka dan menemukan penyaluran untuk mengungkapkan

kreativitas selama hidup.

2. Penggunaan Model Treffinger

Mungkin sumbangan terbesar dari model mendorong belajar kreatif adalah terhadap

pengembangan kurikulum siswa berbakat yang menunjukan peningkatan dari

keterampilan tidak terbatas pada keterampilan dasar. Model ini menunjukan secara

grafis bahwa belajar kreatif mempunyai tingkat dari yang relatif sederhana sampai

Page 12: Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

dengan yang majemuk. Anak berbakat kreatif dapat menguasai keterampilan tingkat I

dan tingkat II lebih cepat dari siswa lainnya. Bagi mereka proporsi waktu dan energi

untuk tingkatan yang rendah dapat dikurangi. Semua siswa didalam kelas dapat

dilibatkan dalam kegiatan tingkat I dan II, tatapi hanya beberapa yang dapat

melanjutkan ke tahap penerapan (tigkat III).

Disamping itu, model ini hendaknya digunakan secara menyeluruh dalam kurikulum.

Berfikir kreatif merupakan bagian dari semua subjek yang diajarkan di sekolah.

Kemajuan dalam profesi diperoleh melalui proses kreatif. Oleh karena itu model ini

dapat diterapkan pada semua segi dari kehidupan sekolah, mulai dari pemecahan

konflik sampai dengan pengembangan teori ilmiah. Siswa akan melihat kemampuan

mereka untuk menggunakan kreativitas dalam hidup dan diberi kesempatan untuk

mengembangkan kemampuan mereka dalam lingkungan yang mendorong dan

memungkinkan penggunaannya.

(Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat hal 172-175.

Jakarta: Rineka Cipta)

Selain memiliki sintak-sintak pembelajaran, model pembelajaran inipun memiliki

karakteristik-karakteristik. Karakteristik pertama dari model pembelajaran Treffinger

ini adalah melibatkan siswa dalam suatu permasalahan dan menjadikan siswa sebagai

partisifan aktif dalam pemecahan masalah. Masalah yang dihadapkan pada siswa ini

diperoleh melalui data atau fakta-fakta yang disajikan pada siswa yang dapat

menunjukkan fenomena atau gejala fisis yang dapat disajikan secara konseptual.

Selanjutnya masalah tersebut dapat diselesaikan melalui kegiatan penyelidikan

(investigation) dan penemuan (inquiry). Karakteristik yang paling dominan dari

model pembelajaran Treffinger ini adalah mengintegrasikan dimensi kognitif dan

afektif siswa untuk mencari arah-arah penyelesaian yang akan ditempuhnya untuk

memecahkan permasalahan (Sarson, 2005:23). Artinya siswa diberikan keleluasaan

untuk berkreativitas menyelesaikan permasalahannya sendiri dengan cara-cara yang

ia kehendaki. Tugas guru adalah membimbing siswa agar arah-arah yang ditempuh

oleh siswa ini tidak keluar dari permasalahan.

Page 13: Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

Ciri yang lain adalah siswa melakukan penyelidikan untuk memperkuat

gagasannya/hipotesisnya. Artinya siswa harus berperan aktif dalam menyelesaikan

masalah melalui penyelidikan yang didasarkan metode ilmiah. Kegiatan penyelidikan

merupakan suatu kebutuhan dalam memahami suatu konsep. Siswa diarahkan untuk

menemukan dan membangun sendiri konsepnya. Menemukan dalam hal ini bukanlah

menemukan dalam arti menemukan hal yang baru melainkan hanya reinvitation.

Diharapkan dari kegiatan ini siswa dapat mengumpulkan dan menganalisis informasi

serta menarik kesimpulan. Ciri berikutnya adalah siswa menggunakan pemahaman

yang telah diperoleh untuk memecahkan permasalahan lain yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari. Artinya setelah siswa memperoleh pemahaman dari

hasil penyelidikan, siswa selanjutnya mengaplikasikan konsep yang telah ia milki

pada persoalan yang lain. Satu lagi ciri lain yang membedakan model ini dengan

model pembelajaran yang lain adalah model pembelajaran yang sangat fleksibel,

dikarenakan tidak harus selalu menggunakan setiap tahapan yang ada pada model ini.

Kita bisa menggunakan tahapan-tahapan yang kita perlukan saja. Selain itu juga,

tahapannya tidak harus berurut, bisa maju ke tahap berikutnya dan kembali lagi ke

tahap sebelumnya, hal tersebut disesuaikan dengan tujuan yang kita inginkan.

Model pembelajaran Treffinger ini selain mempunyai karakteristik seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, juga mempunyai beberapa kelebihan diantaranya:

1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami konsep- konsep

dengan cara menyelesaikan suatu permasalahan

2. Membuat siswa aktif dalam pembelajaran

3. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa, karena disajikan masalah pada

awal pembelajaran dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mencari arah-

arah penyelesaiannya sendiri.

4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mendefinisikan masalah,

mengumpulkan data, menganalisis data, membangun hipotesis dan percobaan untuk

memecahkan suatu permasalahan.

5. Membuat siswa dapat menerapkan pengetahuan yang sudah dimilikinya ke

dalam situasi baru.

(repository.upi.edu/operator/upload/s_d025_040201_chapter2.pdf hal 14-17)

Page 14: Manajemen Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa

F. Peran Guru dan Orang tua dalam Menangani Siswa/ Anak Berbakat

1. Peran Guru Menangani Siswa Berbakat

2. Peran Orang tua dalam Anak Berbakat

G. Kriteria Guru dalam Mengajar Siswa Berbakat

IV. KESIMPULAN

Dari pembahasan materi di atas dapat disimpulkan bahwa