MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan...
Transcript of MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan...
MANAJEMEN LABA ……………………..……....…………………………………………………………..……(Jasman)
1
MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
Jasman Dosen Perbanas Institute
Jl. Perbanas, Genteng Hijau, Karet Kuningan, Jakarta Selatan, 12940
Email: [email protected]
ABSTRACT
This research aims to investigate the effect of board commissioners effectiveness, audit committee
effectiveness, institutional stock-ownership, and public stock-ownership on Earnings Management
activities. The efectiveness of board comissioners and audit committee are measured based on their
characteristics such as independence, activity, size, and competence. The research design is
quantitative method. The Sample used in this study consisted of 31 Banking companies listed on
Indonesian Stock Exchanges for the period of 2011 to 2013. The research hypothesis is tested using
Ordinary Least Squares methods (OLS). The result shows that board of commissiors’ effectivenes and
public stock ownership do not affect on the earnings management activites. Also, audit committee
effectiveness do not give effect on earning management activites except audit committee’s
competence which is found to impact on reduction of earnings Management. Other independent
variables such as institutional stock ownership is proven to influence earnings management
activities.
Keywords: Board Commissioners Effectiveness, Audit Committee Effectiveness, Institutional Stock-
Ownership, Public Stock-Ownership, Earnings Management
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh efektivitas dewan komisaris, efektivitas komite audit,
kepemilikan institusi, dan kepemilikan saham publik pada Manajemen Laba. Efektivitas dewan
komisaris dan komite audit diukur berdasarkan kharakteristiknya seperti independensi, aktivitas,
ukuran, dan kompetensi. Sample yang digunakan pada studi ini terdiri dari 31 Bank yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada periode 2011 sampai dengan 2013. Hipotesis penelitian diuji
menggunakan Ordinary Least Squares Methods (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
efektivitas dewan komisaris dan kepemilikan saham publik tidak memberikan pengaruh pada aktivitas
manajemen laba. Efektivitas komite juga tidak berpengaruh terhadap aktivitas manajemen laba
kecuali untuk Kompetensi komite audit yang ternyata berpengaruh negatif terhadap aktivitas
manajemen laba. Varibel lain seperti kepemilikan institusional juga terbukti berpengaruh negatif
terhadap aktivitas manajemen laba.
Kata Kunci: Efektivitas Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Saham Publik, Manajemen Laba.
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari
suatu proses pencatatan transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama satu periode
akuntansi. Laporan keuangan dibuat oleh
manajemen dengan tujuan untuk mempertang-
gungjawabkan tugas-tugas yang diberikan oleh
JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015
2
para pemilik perusahaan. Agar dapat
memenuhi berbagai tuntutan informasi dari
para pemakainya, laporan keuangan harus
memenuhi karakteristik kualitatif yaitu: dapat
dipahami yang berarti bahwa laporan
keuangan memiliki informasi yang secara
mudah digunakan oleh pemakainya, relevan
yang berarti dapat memberikan umpan balik
kepada stakeholder mengenai kondisi-kondisi
di masa lalu dan secara memadai dapat
digunakan untuk memberikan hasil prediksi di
masa mendatang (dapat dibandingkan), serta
andal, yaitu bebas dari pengertian yang
menyesatkan serta bebas dari kesalahan
material (Budihardjo et al, 2009).
Perilaku manajemen laba selalu
diasosiasikan dengan perilaku yang negatif
karena manajemen laba menyebabkan tam-
pilan informasi keuangan tidak mencer-
minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak
pihak mengecam perilaku manajemen yang
melakukan manajemen laba. Putra (2009)
menyatakan bahwa manajemen hanyalah
korban yang terpaksa melakukan manajemen
laba demi keberlangsungan perusahaan.
Dengan adanya kepemilikan saham perusa-
haan di Indonesia yang kepemilikan sahamnya
masih terpusat, dimana pemegang saham
mayoritas memilik otoritas yang sangat tinggi
dalam pengambilan keputusan pada peru-
sahaan.
Cornett et al., (2006) menyimpulkan
bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh
pihak investor institusional dapat mendorong
manajer untuk lebih memfokuskan perhatian-
nya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan
mengurangi perilaku opportunistic atau me-
mentingkan diri sendiri. Kepemilikan saham
publik adalah persentase saham yang
ditawarkan kepada publik saat IPO (initial
public offering). IPO dilakukan manajemen
dengan tujuan untuk menawarkan investasi
kepada publik. Penawaran saham perdana
(Initial Public Offering) dengan manajemen
laba dilakukan oleh perusahaan yang akango
public dengan harapan agar saham yang
ditawarkan dapat diserap oleh pasar, sebab
semakin tinggi harga yang ditawarkan dapat
diserap oleh pasar semakin tinggi pula peneri-
maan mereka. Tingginya tingkat keuntungan
yang dicapai merupakan indikasi keberhasilan
usaha suatu perusahaan dan menjadi faktor
tingkat penting yang dipertimbangkan oleh
investor untuk memutuskan menanamkan
investasinya atau tidak.
Terdapat dua motivasi utama para
manajer melakukan manajemen laba, yaitu
tujuan oportunis dan informasi (signaling)
kepada investor (Beneish, 2001). Tujuan
oportunis mungkin dapat merugikan pemakai
laporan keuangan karena informasi yang
disampaikan manajemen menjadi tidak akurat
dan juga tidak menggambarkan nilai
fundamental perusahaan. Sikap oportunis ini
dinilai sebagai sikap curang manajemen
perusahaan yang diimplikasikan dalam laporan
keuangannya pada saat menghadapi inter-
temporal choice (Kondisi yang memaksa
eksekutif tersebut menggunakan keputusan
tertentu dalam melaporkan kinerja yang
menguntungkan bagi dirinya sendiri ketika
menghadapi situasi tertentu). Tujuan
informatif (signaling) kemungkinan besar
membawa dampak yang baik bagi pemakai
laporan keuangan. Manajer berusaha
menginformasikan kesempatan yang dapat
diraih oleh perusahaan di masa yang akan
datang. Oleh karena itu, manajer dapat
mengestimasi secara baik laba masa datang
dan diinformasikan kepada investor atau
pemakai laporan keuangan lainya. Manajer
menggunakan diskresi akrual untuk mereflek-
sikan kinerja perusahaan tersebut melalui
laporan laba. Sebagai pemegang saham atau
pengguna laporan keuangan tentunya penting
untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi praktik manajemen laba.
Penelitian mengenai manajemen laba
telah banyak dilakukan diantaranya Farina dan
Hermawan (2013), Tiswiyanti et al (2012),
Raja et al (2014), Guna dan Herawaty (2010),
Klein (2006), Bedard et al (2004), dan He et
al (2009), dalam penelitiannya, mereka
menggunakan variabel manajemen laba
sebagai variabel dependen dan good corporate
governance, free cash flow, leverage, dewan
komisaris, komite audit, kepemilikan
institusional, kepemilikan publik, dan leverage
sebagai variabel independen. Subjek peneliti-
an mereka adalah perusahaan manufaktur atau
non perbankan.
Penelitian sebelumnya menguji corpo-
rate governance yang dikharakteristikan
dengan kepemilikan institusional, kepemilikan
manajemen, keberadaan komite audit dan
komisaris dengan manajemen laba, sedangkan
MANAJEMEN LABA ……………………..……....…………………………………………………………..……(Jasman)
3
pada penelitian ini mengaitkan kepemilikan
publik dengan praktik manajemen laba.
Perbedaan lain adalah pada penelitian ini
mengukur peran dewan komisaris dan komite
audit berdasarkan efektivitasnya yaitu
independensi, aktivitas, jumlah (size) anggota
komite audit, dan kompetensi. Industri
perbankan dipilih sebagai subjek penelitian
karena masih kurangnya penelitian mana-
jemen laba pada industri perbankan meng-
gunakan model Beaver dan Engel (1996).
Beaver dan Engel (1996) mengajukan model
untuk mendeteksi manajemen laba yang
digunakan khusus untuk industri perbankan
(Rahmawati, 2007). Dengan demikian tujuan
penelitan ini adalah untuk menganalisis
pengaruh efektivitas dewan komisaris dan
efektivitas komite audit, kepemilikan
institusional, dan kepemilikan saham publik
terhadap aktivitas manajemen laba.
KAJIAN LITERTUR DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1979) mendefinisikan
agencty theory sebagai sebuah kontrak antara
pemegang saham sebagai principal dan
manajemen agent. Manajemen dikontrak
untuk melakukan pekerjaan demi kepentingan
manajemen. Dengan demikian, manajemen
diberikan wewenang dalam pengambilan
keputusan. Namun, jika kedua belah pihak
memiliki kepentingan yang berbeda-beda,
bukan hal yang tidak mungkin bahwa agen
akan berperilaku tidak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham. Pemegang
saham dapat membatasi kegiatan menyim-
pang yang dilakukan oleh agen dengan cara
meningkatkan pemantauan terhadap aktivitas
manajemen. Pemegang saham memper-
cayakan uangnya dan kekayaan pribadinya
kepada manajemen atas dasar seperangkat
kompleks hubungan kontrak yang meng-
gambarkan hak-hak pihak yang terlibat.
Teori agensi dapat dijelaskan melalui
tiga bentuk asumsi sifat dasar manusia yaitu:
(1) manusia pada umumnya mementingkan
diri sendiri (self interest), (2) manusia
memiliki daya pikir terbatas mengenai
persepsi masa mendatang (bounded
rationality), dan (3) manusia selalu
menghindari resiko (risk averse) (Eisenhardt,
1989). Dengan demikian, manajer sebagai
manusia kemungkinan besar akan bertindak
berdasarkan sifat opportunistic. Maksud dari
sifat opportunistic adalah bahwa manajer akan
lebih mengutamakan kepentingan pribadinya
dibandingkan kepentingan orang lain
(investor). Agent akan berusaha mencari
keuntungannya sendiri dari perusahaan dengan
berbagai cara seperti melakukan manajemen
laba (earnings management). Agent dalam hal
ini manajer sebagai pengelola perusahaan
lebih banyak mengetahui informasi internal
dan prospek perusahaan di masa yang akan
datang dibandingkan pemilik (pemegang
saham). Manajer berkewajiban memberikan
sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada
pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dila-
kukan melalui pengungkapan informasi
akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan
keuangan tersebut penting bagi para pengguna
eksternal terutama sekali karena kelompok ini
berada dalam kondisi yang paling besar
ketidakpastiannya (Ujiyantho dan Pramuka,
2007).
Adanya asumsi bahwa individu-
individu bertindak untuk memaksimalkan diri-
nya sendiri, mengakibatkan agent memanfaat-
kan adanya asimetri informasi yang dimiliki-
nya untuk menyembunyikan beberapa infor-
masi yang tidak diketahui principal. Asimetri
informasi dan konflik kepentingan yang terjadi
antara principal dan agent mendorong agent
untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya kepada principal, terutama
jikainformasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja agent. Hal ini memacu
agent untuk memikirkan bagaimana angka
akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai
saranauntuk memaksimalkan kepentingannya.
Manajemen Laba
Manajemen laba (earnings management)
merupakan pilihan yang diambil oleh
manajemen dalam kebijakan akuntansi yang
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu
(Scott 2003). Manajemen laba dilakukan
dengan berbagai cara seperti taking a bath,
income minimization, income maximization,
dan income smoothing (Stolowy dan Breton,
2000). Healy dan Wahlen (1998), menyatakan
JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015
4
ada dua definisi mengenai manajemen laba
yang mengandung beberapa aspek. Pertama,
intervensi manajemen laba terhadap pelaporan
keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan
judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan
dalam mengestimasi sejumlah peristiwa
ekonomi di masa depan untuk ditunjukan
dalam laporan keuangan, seperti perkiraan
umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap,
tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang
ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan
nilai asset. Disamping itu manajer memiliki
pilihan untuk metode akuntansi, seperti
metode penyusutan dan metode biaya. Kedua,
tujuan manajemen laba untuk menyesatkan
stakeholders mengenai kinerja ekonomi
perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen
memiliki akses terhadap informasi yang tidak
dapat diakses oleh pihak luar.
Ada berbagai motivasi manajemen
untuk melakukan manajemen laba, mulai dari
alasan remunerasi, usaha untuk memenuhi
ketentuan yang berlaku bagi industri tertentu,
meminimalkan beban pajak, mempengaruhi
keputusan pemerintah, dan untuk alasan
penawaran saham perdana (Initial Public
Offering, IPO) serta motivasi-motivasi lainnya
(Stolowy dan Breton (2000). Terdapat dua
motivasi utama para manajer melakukan
manajemen laba, yaitu tujuan oportunis dan
informasi (signaling) kepada investor. Tujuan
oportunis mungkin dapat merugikan pemakai
laporan keuangan karena informasi yang
disampaikan manajemen menjadi tidak akurat
dan juga tidak menggambarkan nilai
fundamental perusahaan. Sikap oportunis ini
dinilai sebagai sikap curang manajemen
perusahaan yang diimplikasikan dalam laporan
keuangannya pada saat menghadapi inter-
temporal choice yaitu suatu kondisi yang
memaksa eksekutif tersebut menggunakan
keputusan tertentu dalam melaporkan kinerja
yang menguntungkan bagi dirinya sendiri
ketika menghadapi situasi tertentu (Beneish,
2001).
Tujuan informatif (signaling)
kemungkinan besar membawa dampak yang
baik bagi pemakai laporan keuangan. Manajer
berusaha menginformasikan kesempatan yang
dapat diraih oleh perusahaan di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, manajer dapat
mengesti-masi secara baik laba masa datang
dan diinformasikan kepada investor atau
pemakai laporan keuangan lainya. Manajer
dapat menggunakan diskresi akrual untuk
merefleksikan kinerja perusahaan tersebut
melalui laporan laba. Oleh karena itu, perlu
diketahui faktor-faktor apa saja yang
memperngaruhi adanya manajemen laba.
Secara umum, praktek manajemen laba yang
biasa dilakukan perusahaan terbagi dua yaitu
manajamen laba melalui aktivitas riil dan
manajemen laba melalui kebijakan akrual
akuntansi. Manajemen laba melalui aktivitas
riil terjadi melalui manipulasi kegiatan riil
berangkat dari praktik operasi normal yang
dimotivasi oleh keinginan manajemer untuk
menyesatkan pemegang saham agar percaya
bahwa tujuan pelaporan keuangan telah
dipenuhi oleh operasi normal (Roychowdhury,
2006). Banyak literatur tentang manajemen
laba umumnya berfokus pada manajemen laba
akrual (Fields et al. 2001). Beberapa peneliti
menguji kemungkinan manajer melakukan
manipulasi transaksi riil untuk merubah atau
memutar balikkan laba. Cohen et al (2010)
melaporkan bahwa rata-rata manajer mengu-
rangi pengeluaran iklan untuk menghindari
kerugian dan penurunan laba. Bentuk lain
manipulasi aktivitas riil yang telah diteliti
termasuk pembelian kembali saham (Hibrar et
al, 2006), penjualan profitable aset (Hermann
et al, 2003; Bartov, 1993), dan pemotongan
harga jual (Jakcson dan Wilcox 2000).
Efektivitas Dewan Komisaris
Independensi Dewan Komisaris
Hasil penelitian He et al (2009) dan Klein
(2006) pada perusahaan di U.S menyatakan
bahwa dewan komisaris yang independen
mengurangi terjadinya manajemen laba. Ini
berarti bahwa semakin tinggi independensi
dewan komisaris maka akan semakin kecil
kemungkinan manajemen untuk melakukan
manajemen laba sehingga lebih efektif
komisaris melakukan fungsi pengawasannya.
Namun sebaliknya, bukti empiris pada
perusahaan di Indonesia menunjukkan bahwa
dewan komisaris yang efektif tidak
mengurangi kemungkinan adanya praktik
manajemen laba atas laporan keuangan (Farina
dan Hermawan, 2013; Guna dan Herawaty,
2010). Pengangkatan komisaris independen
mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan
MANAJEMEN LABA ……………………..……....…………………………………………………………..……(Jasman)
5
regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk
menegakkan Good Corporate Governance.
Dengan demikian hipotesis pertama yang
dikembangkan pada penelitian ini adalah:
H1: Independensi dewan komisaris memiliki
pengaruh negatif terhadap Manajemen
laba
Aktivitas Dewan Komisaris
Aktivitas dewan komisaris ditandai dengan
pertemuan yang dilakukan secara berkala.
Dengan pertemuan berkala tersebut sehingga
dewan komisaris dapat mengetahui permasa-
lahan perusahaan dan melakukan pengawasan
yang efektif. Penelitian Farina dan Hermawan
(2013) menemukan bahwa dewan komisaris
yang efektif tidak mengurangi kemungkinan
adanya praktik manajemen laba atas laporan
keuangan. Dengan demikian hipotesis
penelitian ini adalah:
H2: Independensi dewan komisaris memi-
liki pengaruh negatif terhadap
Manajemen laba
Jumlah Anggota (Size) Dewan Komisaris
Jumlah anggota komite audit disesuaikan
dengan kompleksitas perusahaan (Komite
Nasional Kebijakan Corporate Gover-
nance/KNKG, 2006). Penelitian ini didukung
oleh penelitian (Farina dan Hermawan, 2013;
He et al, 2009) yang menemukan bahwa
jumlah anggota dewan komisaris dapat
mengurangi terjadinya aktivitas manajemen
laba. Berdasarkan temuan empiris yang telah
diteliti sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
jumlah anggota dewan komisaris memiliki
pengaruh terhadap informasi laporan keuangan
yang dihasilkan perusahaan. Dengan demikian
hipotesis kedua penelitian ini adalah:
H3: Jumlah anggota dewan komisaris memiliki
pengaruh negatif terhadap Manajemen
laba
Kompetensi Dewan Komisaris
Penelitian Farina dan Hermawan (2013)
menyatakan bahwa kompetensi anggota dewan
komisaris adalah unsur penting agar efektivitas
dewan komisaris dapat tercapai. Dengan kata
lain pendidikan yang relevan dengan keuangan
dan akuntansi yang dimiliki oleh dewan
komisaris memberikan jaminan bahwa
aktivitas manajejmen laba dapat diminimalisir.
Dengan demikian, hipotesis penelitian ini
adalah:
H4 : Kompetensi dewan komisaris memiliki
pengaruh negatif terhadap Manajemen
laba
Efektivitas Komite Audit
Independensi Komite Audit
Peraturan Bapepem mewajibkan peru-
sahaan publik membentuk suatu komite audit
yang beranggotakan paling sedikit tiga orang
dan diketuai oleh komisaris independen.
Komite audit merupakan organ komisaris
dalam melaksakan pengawasan terhadap
kebijakan direksi. Klein (2006) menemukan
terdapat pengaruh negatif dari independensi
komite audit terhadap manajemen laba. Hasil
penelitiannya didukung oleh Bedard et al
(2004) dan He et al (2009) yang menemukan
bahwa independensi komite audit dapat
mencegah praktik manajemen laba.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu
tersebut, dapat disimpulkan bahwa indepen-
densi komite audit berpengaruh terhadap
aktivitas manajemen laba. Dengan demikian
hipotesis penelitian ini adalah:
H5: Kompetensi dewan komisaris
memiliki pengaruh negatif terhadap
Manajemen laba
Aktivitas Komite Audit
Price Waterhouse (1993) menyarankan bahwa
komite audit harus mengadakan pertemuan
paling sedikit empat kali dalam setahun. Bukti
empiris telah menunjukkan bahwa aktivitas
komite audit dapat mencegah terjadinya
manajemen laba (He et al, 2009), meskipun
Bedard et al (2004) mengatakan bahwa tingkat
aktivitas pertemuan komite audit tidak
berpengaruh pada manajemen laba. Dengan
demikian, hipotesis penelitian ini adalah:
H6 : Aktivitas Komite Audit memiliki
pengaruh negatif terhadap Manajemen
laba
JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015
6
Jumlah Anggota (Size) Komite Audit
Jumlah anggota komite audit dise-
suaikan dengan kompleksitas perusahaan
dengan tetap memperhatikan efektivitas dan
pengambilan keputusan (Farina dan
Hermawan 2013). Bedard et al (2004)
sebaliknya melaporkan bahawa jumlah komite
audit tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap potensi terjadinya manajemen laba
yang agresif. Dengan demikian hipotesis
penelitian ini adalah:
H7: Jumlah Anggota Komite Audit memiliki
pengaruh negatif terhadap Manajemen
laba
Kompetensi Komite Audit
Komite audit merupakan organ ko-
misaris yang berperan mendukung fungsi
pengawasan yang diemban oleh Komisaris.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkan orang yang
memiliki pendidikan dan pengalaman yang
memadai. Beberapa penelitian telah dilakukan
terkait pengaruh kompetensi terhadap aktivitas
manajemen laba. Klein (2006) menguji
pengaruh karakteristik dewan direktur dan
komite audit terhadap manajemen laba di bank
komersial di U.S yang menemukan bahwa
expertise anggota komite audit memiliki
pengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Temuan ini dikuatkan dengan hasil penelitian
Bedard et al (2004) dan He et al (2009) yang
menemukan bahwa latar belakang kompetensi
dalam bidang keuangan yang dimiliki oleh
komite audit menurunkan aktivitas manajemen
laba di perusahaan. Dari hasil penelitian
terdahulu tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa kompetensi komite audit memiliki
pengaruh terhadap aktivitas manajemen laba.
Dengan demikian hipotesis penelitian ini
adalah:
H8: Kompetensi Komite Audit memiliki
pengaruh negatif terhadap Manajemen
laba
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah bagian dari
saham perusahaaan yang dimiliki oleh investor
institusi, seperti perusahaan asuransi, institusi
keuangan (bank, perusahaan keuangan, kredit),
dana pensiun, investment banking, dan
perusahaan lainnya yang terkait dengan
kategori tersebut (Farina dan Hermawan,
2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Guna dan Herawaty (2010) terhadap
kepemilikan institusional pada semua
perusahaan manufaktur yang listing di Bursa
Efek Indonesia untuk periodel tahun 2006
sampai dengan 2008 ternyata tidak mene-
mukan pengaruh kepemilikan institusional
terhadap manajemen laba. Temuan ini
konsisten dengan hasil penelitian Tiswiyanti et
al (2012) bahwa kepemilikan institusional
tidak berpe-ngaruh terhadap manajemen laba.
Dengan demikian, hipotesis penelitian yang ke
sembilan adalah:
H9: Kepemilikan institusional memiliki
pengaruh negatif terhadap Manajemen
laba
Kepemilikan Saham Publik
Kepemilikan saham publik adalah
proposi saham yang ditawarkan kepada publik
saat IPO (initial public offering). Proposi
saham publik diindikasikan dengan
menghitung besarnya persentase-persentase
saham yang ditawarkan kepada masyarakat
saat IPO.Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Tiswiyanti et al (2012) menemukan bahwa
tidak terdapat pengaruh kepemilikan
institusional terhadap aktivitas manajemen
laba. Namun demikian, penelitian yang dila-
kukan oleh Raja et al (2014) terhadap
perusahaan manufaktur yang listing di Bursa
Efek Indonesia tahun 2008 sampai dengan
2011 menyimpulkan bahwa persentase saham
publik berpengaruh negatif terhadap laba. Hal
ini berarti manajemen laba akan menurun se-
bagai akibat meningkatnya pengawasan dari
pihak publik terhadap informasi yang disajikan
oleh manajemen. Namun demikian, hipotesis
penelitian yang kesepuluh adalah:
H10: Kepemilikan saham publik memiliki
pengaruh negatif terhadap Manajemen
laba
METODA PENELITIAN
Pemilihan Sampel.
Objek penelitian yang digunakan adalah
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
MANAJEMEN LABA ……………………..……....…………………………………………………………..……(Jasman)
7
Efek Indonesia selama periode 2011-2013.
Pemilihan sampel menggunakan metode
purposive sampling, yang dipilih berdasarkan
kriteria (1) merupakan perusahaan perbankan
yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2011-2013. (2) Bank telah terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun
2010 atau sebelumnya. (3) Data tersedia secara
lengkap, berupa laporan Keuangan dan laporan
good corporate governance (GCG). (4)
Perusahaan menerbitkan laporan Keuangan
dalam mata uang rupiah.(5) Laporan
Keuangan telah di audit dengan opini wajat
tanpa pengecualian untuk tahun buku tahun
2011-2013.
Berdasarkan kriteria diatas, didapatkan sebagai
berikut:
Populasi = 41
Tidak Terdaftar Sejak Tahun 2010 = 0
Tidak Memiliki Data yang Lengkap = (10)
Jumlah = 31
Operasional Variabel dan Pengukurannya
Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang
memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh
banyak faktor. Dengan kata lain pertumbuhan
perbankan tergantung pada perubahan satu
ataupun lebih faktor. Penelitian ini
menggunakan manajemen laba sebagai
variabel dependennya, yang diproksikan
dengan discretionary accrual. Discretionary
Accruals adalah tingkat akrual yang tidak
normal yang berasal dari kebijakan
manajemen untuk merekayasa laba sesuai
dengan yang dinginkan oleh manaje dihitung
dengan diselisihkan dengan total accrual
(TACC).
Model yang digunakan adalah Beaver
dan Engel (1996) yang dalam menghitung
proksi manajemen laba ini menggunakan
komponen penyisihan kerugian piutang
(allowances for loan losses) dan provisi
kerugian pinjaman sebagai komponen
pembentukan total akrual dalam perusahaan
perbankan. Model tersebut dituliskan dengan
rumus sebagai berikut :
NDAit = β0 + β1COit + β2LOANit + β3NPAit +
β4ΔNPAit+1 + Ԑit
Dimana:
COit : loan charge offs (pinjaman yang
dihapuskan)
LOANit: loans outstanding (pinjaman yang
beredar)
NPAit : non performing assets (aktiva
produktif yang bermasalah), terdiri dari
aktiva produktif yang berdasarkan tingkat
kolektibilitasnya digolongkan menjadi (a)
dalam perhatian khusus, (b) kurang lancar (c)
diragukan, dan (d) macet
ΔNPAit+1: selisih non performing assets t+1
dengan non performing assets t
NDAit : akrual non kelolaan
Sesuai dengan definisinya bahwa:
TAit = NDAit + DAit
Dimana:
DAit adalah akrual kelolaan, TAit adalah total
akrual, dan NDAit adalah akrual non
kelolaan, maka:
TAit = β0 + β1COit + β2LOANit + β3NPAit +
β4ΔNPAit + ᴢit
Dimana ᴢit = DAit + Ԑit
Untuk menentukan akrual total dengan model
Beaver dan Engel (1996) ini digunakan total
saldo penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP). Dalam penentuan koefisien
manajemen laba maka semua variavel
dideflasi terlebih dulu dengan nilai buku
ekuitas
Definisi Operasional Variabel
Tabel 1 disajikan rangkuman definisi
operasional untuk masing-masing variabel
indepeden.
JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015
8
Tabel 1
Operasioanalisasi Variabel
Variabel Sing-
katan Konsep Variabel Indikator Skala
Ukuran
Dewan
Komisaris
UDK
Ukuran dewan komisaris
diukur dengan melihat
jumlah anggota dewan
komisaris
Ʃ Anggota Dewan Komisaris Numeral
Aktivitas
Dewan
Komisaris
ADK
Aktivitas dewan komisaris
diukur dengan melihat dari
jumlah nominal pertemuan
yang dilakukan oleh dewan
komisaris
Ʃ Pertemuan yang Dilakukan oleh
Dewan Komisaris Numeral
Keahlian
Dewan
Komisaris
KDK
Keahlian dewan komisaris
diukur dengan variabel
dummy yang memberikan
skor 1 yaitu satu atau dua
anggota yang mempunyai
keahlian dan skor 0
anggota yang tidak
mempunyai keahlian
Skor 1 = satu atau dua anggota yang
mempunyai keahlian
Skor 0 = tidak punya keahlian
Dummy
Independensi
Dewan
Komisaris
IDK
Proporsi dewan komisaris
independen diukur dengan
anggota komisaris
independen dibandingakan
dengan jumlah total
anggota dewan komisaris.
Rasio
Ukuran
Komite
Audit
UKA
Jumlah anggota komite
audit sekurang-kurangnya 3
(tiga) orang. Diukur
variabel dummy
Skor 1 = punya 3/ lebih anggota KA
yang diketuai oleh 1 ketua yang
menjabat sebagai komisaris
independen
Skor 0 = dan sebaliknya, perusa-
haan yang memiliki anggota komite
audit kurang dari
Dummy
Aktivitas
Komite
Audit
AKA
Komite audit mengadakan
rapat secara berkala paling
kurang 1x dalam 3 bulan.
Dan rapat ini pun hanya
dapat dilaksanakan apabila
dihadiri oleh lebih dari ½
jumlah anggota komite
audit.
Aktivitas komite audit
diukur variabel dummy
Skor 1 = pertemuan lebih dari 4 kali
dalam 1 tahun dan dihadiri oleh ½
jumlah anggota komite audit
Skor 0 = pertemuan perusahaan
yang memiliki anggota komite audit
kurang dari 4 kali dalam 1 tahun
Dummy
MANAJEMEN LABA ……………………..……....…………………………………………………………..……(Jasman)
9
Tabel 1 (Lanjutan)
Variabel Sing-
katan Konsep Variabel Indikator Skala
Keahlian
Komite
Audit
KKA
Pendidikan yang dimiliki
oleh komite audit diantara
nya adalah dalam bidang
akuntansi dan juga
keuangan. Pendidikan
komite audit dapat di lihat
pada profile dari komite
audit yang terdapat pada
laporan tahunan.
Keahlian komite audit
diukur dengan variabel
dummy
Skor 1 = yang memiliki satu atau 2
anggota komite audit yang
mempunyai latar belakang
pendidikan akuntansi dan Keuangan
Skor 0 = tidak memiliki satu anggota
komite audit yang mempunyai latar
belakang pendidikan akuntansi dan
keuangan
Dummy
Independensi
Komite
Audit
IKA
Independensi komite audit
diukur dari antara anggota
yang independen terhadap
jumlah seluruh anggota
komite audit
Rasio
Kepemilikan
Institusional INS
Kepemilikan saham
olehinstitusikeuangansepert
iperusahaanasuransi, bank,
dana pension dan
investment banking
Ʃ total saham Institusi x 100
% Ʃ total saham yang beredar
Rasio
Kepemilikan
Publik
IPO
Kepemilikan saham oleh
Publik
Ʃ total saham yg dimiliki
Publik x 100
% Ʃ total saham yang
beredar
Rasio
Manajemen
Laba MLB
suatu intervensi dengan
tujuan tertentu dalam
proses pelaporan keuangan
eksternal, untuk
memperoleh beberapa
keuntungan pribadi
NDAit = β0 + β1COit + β2LOANit +
β3NPAit + β4 ΔNPAit+1 + Ԑit TAit = NDAit + DAit
Rasio
Metode Analisis Data.
Data diolah dengan menggunakan
bantuan software statistik, yaitu
Eviews 8.0. Kegiatan pengolahan data
dengan Eviews 8.0 digunakan untuk
melakukan pengujian signifikasi
analisis regresi data panel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemililhan Model Regresi Data Panel
Regresi data panel merupakan pengembangan
dari regresi linier dengan metode OLS yang
memiliki kekhususan dari segi jenis data dan
tujuan analisisnya. Dari segi jenis data, regresi
data panel memiliki karakteristik (jenis) data
cross section dan time series. Sifat cross
section data ditunjukkan oleh data yang terdiri
lebih dari satu entitas (individu), sedangkan
sifat time series ditunjukkan oleh setiap indi-
vidu memiliki lebih dari satu pengamatan
waktu (periode). Tujuan analisis data panel
yaitu untuk melihat dampak ekonomis yang
tidak terpisahkan antar setiap individu dalam
JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015
10
beberapa periode, dan hal ini tidak bisa
didapatkan dari penggunaan data cross section
atau data time series secara terpisah. Ada 3
model regresi data panel yang digunakan yaitu
Model Efek Random Ordinary Least Square
(OLS), Model Fixed Effect (MET) dan Model
Efek Random (MER). Dari ketiga model
tersebut, uji pemilihan model regresi data
panel ternyata menghasilkan bahwa model
Random Effect lebih baik daripada model
Fixed Effect dan Common Effect.
Uji Normalitas dan Multikolinearitas
Uji normalitas menunjukkan nilai probabi-
litasnya sebesar 0,000469 dimana nilai
tersebut lebih besar dari derajat kesalahan
yaitu 5% atau 0.05 sehingga daat disimpilkan
bahwa data dalam penelitiaan ini berdistribusi
normal. Kemudian untuk uji multikolinearitas
ditemukan bahwa nilai koefisien antar variabel
ternyata berada dibawah 0,85 sehingga dapat
disimpulkan bahwa rasio antar variabel
terbebas dari masalah multi-kolinieritas atau
dengan kata lain bahwa data yang digunakan
dalam penelitian ini terbebas dari masalah
multikolinieritas.
Uji Hipotesis
Uji T atau uji signifikansi parsial
digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen. Suatu variabel independen
dikatakan memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen jika nilai | t hitung | >
| t tabel |, atau jika nilai probabilitas masing-
masing variabel bebas (p-value) <.
Tabel 2
Hasil Uji Parsial (Uji T)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -3.232456 4.867352 -0.664110 0.5085
UDK 0.023479 0.113014 0.207753 0.8359 IDK 1.329560 1.036137 1.283189 0.2030 ADK -0.037415 0.020173 -1.854748 0.0672 KDK -0.410145 0.474742 -0.863933 0.3901 UKA -0.154922 0.324215 -0.477838 0.6340 IKA 4.688098 4.161442 1.126556 0.2632 AKA 0.193572 0.316833 0.610959 0.5429 KKA 1.767934 0.659549 2.680522 0.0089 INS -8.253907 4.077962 -2.024028 0.0462 IPO -6.164502 4.143152 -1.487877 0.1406
Sumber: Hasil pengolahan dengan Eviews 8.0
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris (UDK)
terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil pengujian dapat
dilihat bahwa UDK nilai probabilitasnya
sebesar 0.8359 yaitu lebih besar dari tingkat
alpha 0.05 yang berarti bahwa UDK tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
Manajemen Laba. Hasil studi ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Farina
dan Hermawan (2013) dan He et al (2009)
terhadap perusahaan non bank. Pengujian
empirisnya membuktikan bahwa terdapat
pengaruh negatif ukuran dewan komisaris
terhadap manajemen laba.
Pengaruh Independensi Dewan Komisaris
(IDK) terhadap Manajemen Laba
Dari hasil pengujian diketahui bahwa
IDK nilai probabilitas sebesar 0.2030 yaitu
lebih besar dari tingkat alpha 0.05. Hasil ini
MANAJEMEN LABA ……………………..……....…………………………………………………………..……(Jasman)
11
menunjukkan bahwa IDK tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Manajemen Laba.
Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan
Farina dan Hermawan (2013) dan Guna dan
Herawaty (2010) yang mengatakan bahwa
dewan komisaris yang independen mengurangi
terjadinya manajemen laba. Pengangkatan
komisaris independen mungkin hanya
dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja
tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan
Good Corporate Governance. Dengan
demikian hipotesis pertama yang dikembang-
kan pada penelitian ini adalah:
Pengaruh Aktivitas Dewan Komisaris
(ADK) terhadap Manajemen Laba
Berdasakan hasil pengujian untuk
variabel ADK diperoleh nilai probabilitas
sebesar 0.0672 dimana hasil ini lebih besar
dari alpha 5% yang berarti bahwa ADK tidak
berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hasil
studi ini konsisten dengan hasil penelitian
Farina dan Hermawan (2013). Pengujian
empirisnya membuktikan bahwa aktivitas
dewan komisaris tidak mengurangi adanya
praktik manajemen laba.
Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris
(KDK) terhadap Manajemen Laba
Dari hasil penelitian unuk variabel
KDK diperoleh nilai probabilitasnya sebesar
0.3901 dimana hasil ini lebih besar
dibandingkan dengan alpha 5% yang berarti
bahwa KDK tidak berpengaruh terhadap
Manajemen Laba. Hasil penelitian ini berbeda
dengan temuan Farina dan Hermawan (2013).
Hasil pengujiannya membuktikan bahwa
kompetensi anggota dewan komisaris adalah
unsur penting agar efektivitas dewan komisaris
dapat tercapai.
Pengaruh Ukuran Komite Audit (UKA)
terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil analisis data dapat
dilihat bahwa UKA nilai probabilitasnya
sebesar 0.6340 dimana hasil ini lebih besar
jika dibandingkan dengan tingkat alpha
sebesar 5%. Dapat disimpulkan bahwa UKA
tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
Hasil penelitin ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Bedard (2004) dan Farina dan
Hermawan (2013). Hasil pengujian empirisnya
membuktikan bahwa tingkat aktivitas
pertemuan komite audit tidak berpengaruh
pada manajemen laba.
Pengaruh Independensi Komite Audit
(IKA) terhadap Manajemen Laba
Berdasakan hasil pengujian untuk
variabel IKA diperoleh nilai probabilitas
sebesar 0.2632 dimana hasil ini lebih besar
dibandingkan dengan alpha5%. Dapat
disimpulkan bahwa pengujuan empiris
terhadap Indepensi Komite Audit pada industri
perbankan tidak berpengaruh terhadap
Manajemen Laba. Hasil penelitian ini
konsisten dengan temuan Farina dan
Hermawan (2013) pada penelitian terhadap
perusahaan non bank yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Namun demikian, bukti
empiris pada perusahaan non bank di U.S
menunjukkan bahwa independesi komite audit
dapat mencegah dan mengurangi praktek
manajemen laba (Klein, 2006; Bedard et al,
2004; dan He et al, 2009).
Pengaruh Aktivitas Komite Audit (AKA)
terhadap Manajemen Laba
Hasil analisis untuk variabel AKA
diperoleh nilai probabilitasnya sebesar 0.5429
dimana hasil ini lebih besar dibandingkan
dengan alpha 5%. Hal ini berarti AKA tidak
berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hasil
penelitian ini konsisten dengan pengujian
empiris yang dilakukan oleh Farina dan
Hermawan (2013) dan Bedard et al (2004).
Pengaruh Kompetensi Komite Audit (KKA)
terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil pengujian diketahui
bahwa variabel KKA nilai probabilitasnya
sebesar 0.0089 yaitu lebih kecil dibandingkan
dengan tingkat alpha 0,05. Hal ini berarti
pengujian empiris telah membuktikan bahwa
Kompetensi komite audit KKA berpengaruh
secara signifikan terhadap Manajemen Laba.
Hasil penelitian in konsisten dengan temuan
Farina dan Hermawan (2009). Namun demi-
kian berbeda dengan temuan Klein (2006),
Bedard et al (2004) yang melakukan penelitian
JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015
12
pada perusahaan non perbankan di U.S bahwa
latar belakang kompetensi keuangan dari
komite audit dapat mengurangi manajemen
laba perusahaan.
Pengaruh Kepemilikan Institusional (INS)
terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh
nilai probabilitas sebesar 0.0462 dimana hasil
ini lebih kecil dibandingkan dengan tingkat
alpha 5% yang berarti IINS berpengaruh
secara signifikan terhadap Manajemen Laba.
Hasil penelitian ini mendukung dan konsisten
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Raja et al (2014) yang menyatakan bahwa
persentasi kepemilikan institusional ternyata
memberikan pengaruh pada pengurangan
aktivitas manajemen laba. Namun sebaliknya
bukti empiris pada perusahaan non perbankan
ternyata menunjukkan bahwa kepemilikan
institu-sional tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba (Farina dan Hermawan,
2013); Tiswiyanti et al, 2012; dan Guna dan
Herawaty, 2010
.
Pengaruh Kepemilikan Saham Publiik
(IPO) terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian yang telah dilakukan
untuk variabel IPO diperoleh nilai probabilitas
sebesar 0.1406 dimana hasil ini lebih besar
dari tingkat alpha 5%. Dapat disimpulkan
bahwa IPO tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Manajemen Laba. Hasil
pengujian empiris ini konsisten dengan hasil
studi Raja et al (2014) dan Tiswiyanti et al
(2012) pada perusahaan non perbankan.
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN
SARAN
Efektivitias dewan komisaris yang
dikharakteristikkan dengan ukuran,
independensi, aktivitias, dan kompetensi
terbukti tidak berpengaruh terhadap aktivitas
manajemen laba pada perusahaan perbankan.
Demikian juga dengan efektivitas komite audit
yang dikharakteristikkan dengan ukuran,
independensi, dan aktivitas juga tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil
berbeda diperoleh dari pengujian empiris
terhadap kharakteristik independensi komite
audit yang membuktikan memiliki pengaruh
positif dengan manajemen laba. Terkait
dengan hipotesis yang telah diajukan dalam
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian ini gagal membuktikan efektivitas
dewan komisaris dan efektivitas komite audit
pada industri berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Hal ini berarti bahwa
efektivtas peran komisaris dan komite audit
pada industri perbankan yang merupakan
wujud dari penerapan GCG belum dapat
meminimalisir manajemen laba dan walaupun
terdapat keberadaan GCG baru sebatas
memenuhi ketentuan yang disyaratkan
pemerintah (Lande et al, 2014).
Kepemilikan publik ternyata tidak
berpengaruh pada menajemen laba, seba-
liknya kepemilikan institusional terbukti
berperngaruh negatif terhadap manajemen
laba. Hal ini berarti kepemilikan institusi dapat
mencegah terjadinya manajemen laba, dengan
kata lain semakin besar kepemilikan
insitutsional, semakin rendah potensi terjadi-
nya manajemen laba.
Terdapat beberapa keterbatasan yang
kemungkinan dapat berpengaruh pa-da hasil
penelitian. Keterbatasan tersebut adalah
sebagai berikut: (1) Penelitian ini hanya
dilakukan pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI bukan pada seluruh
perusahaan perbankan yang ada di Indonesia.
(2)Periode pengumpulan data yang digunakan
hanya 3 periode yaitu dari tahun 2011 – 2013.
Dari keterbatasan penelitian yang telah
diungkapkan maka dapat diberikan rekomen-
dasi yaitu sebagai berikut: (1) Sampel
penelitian sebaiknya diperbanyak dengan
memasukan seluruh perusahaan perbankan
yang terdapat di Indonesia. (2) Untuk
penelitian selanjutnya, diharapkan dapat
mengukur efektivitas dewan komisaris dan
komite audit dengan faktor-faktor kualitatif
seperti kualitas diskusi dan budaya yang
mungkin memiliki dampak terhadap kinerja
dewan komisaris dan komite audit.
.
MANAJEMEN LABA ……………………..……....…………………………………………………………..……(Jasman)
13
DAFTAR REFERENSI
Bartov.E., 1993. “The Timing of Asset Sales
and Earnings Manipulation”.The
Accounting Review 68: 840-855.
Beaver, W.H. and Engel., E.E. 1996.
“Discretionary Behaviour with
Respect to Allowances For Loan
Losses and The Behavior Of Security
Prices”. Journal of Accounting and
Economics, 22 (1):177-206
Bedard, J., Chtourou, S.M. and Courteau, L.
2004. The Effect of Audit Committee
Expertise, Independence, and Activity
on Aggressive Earnings Manage-
ment.Auditing: A Journal of Practice
& Theory. 23 ( 2), 13-35..
Beneish, M. D. 2011. Earnings Management:
A Perspective. Indiana University,
Kelley School of Business, Blooming-
ton, Indiana 47401.
Budihardjo, O., Djamhuri, A., dan Susanto, H.
2009. “Mendeteksi Earnings Manage-
ment dan Akun-Akun Yang Berpe-
ngaruh (Studi Pada Perusahaan Yang
Melakukan Aktivitas Penawaran
Saham Perdana di Bursa Efek
Indonesia)”. Wacana 12 (4)
Cohen, D., and Zarowin, P. 2010. “Accrual-
based and Real Earnings Management
Activities Around Seasoned Equity
Offerings”. Journal of Accounting and
Economics 50 (1): 2-19
Cornett, M. M., Marcus, A.J., Saunders, A.
and Tehranian, H. 2006. Earning
Management, Coorporate Gover-
nance, and True: Financial Perfor-
mance. www.papers.ssrn.com
Farina, K. dan Hermawan, A. 2013. Pengaruh
Efektivitas Dewan Komisaris dan
Komite Audit, Struktur Kepemilikan
Perusahaan, dan Kualitas Audit terhadap
Perataan Laba. Prosiding. Simposium
Nasional Akuntansi XVI, Manado 25-28
September 2013.
Fields, T.D., Lys, T.Z. and Vincent, L. 2001.
“Empirical Research on Accounting
Choice”. Journal of Accounting and
Economics 31, 255-307
Guna, W. I., dan Herawaty, A. 2010.
“Pengaruh Good Corporate Gover-
nance, Independensi Auditor, Kualitas
Audit, dan Faktor Lainnya”. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi. 1: 53-68.
He, L., Labelle, R. and Thornton, D. B. 2009.
“Board Monitoring, Audit Committee
Effectiveness, and Financial Reporting
Quality: Review and Synthesis of
Empirical Evidence”. Journal of
Forensic & Investigative Accounting.
1(2).
Hermann, D., T., Inoue, and Thomas, W.
2003. “The Sale of Assets To Manage
Earnings in Japan”. Journal of
Accounting Research 41 (1): 89-108
Healy, P., and Wahlen, J. M. 1998. “A
Review of the Earnings Manage-
ment Literature and its Implications
for Standard Setting”. Accounting
Horizon 43, 365-383
Hibrar, P., Jenkins, M. and Johnson, W. 2006.
“Stock Repurchases As an Earnings
Management Device”. Journal of
Accounting and Economics 41 (1): 3-
27
Jackson, S., and Wilcox, W. 2000. “Do
Managers Grant Sales Price
Reductions to Avoid Losses and
Declines in Earnings and Sales?”.
Quarterly Journal of Business and
Economics 39 (4): 3-20
Jensen, M. C., and Meckling, W. H. 1976.
“Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Owner-
ship Structure”. Journal of Financial
Economics, 3(4): 305-360.
Klein, A. 2006. Audit Committee, Board of
Director Characteristics, and Earnings
Management. Working Paper.
JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015
14
www.papers.ssrn.com/
abstract=246674
Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance. 2006. Pedoman tentang
Komisaris Independen. www.knkg-
indonesia.com. Diakses 9 Oktober
2014.
Lande, A., Subekti, I. dan Endang, M. 2014.
Pengaruh Tata Kelola Perusahaan,
Kecakapan Manajerial, dan Rasio
Leverage terhadap Manajemen Laba.
Prosiding. Simposium Nasional
Akuntansi XVII, Mataram, 24 – 27
September 2014
Putra, I Ny. W. A. 2009. Manajemen Laba:
Perilaku Manajemen Opportunistic atau
Realistis?. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. 6 (1).
Price Waterhouse LLP. 1993. Improving Audit
Committee Performace: What Works
Best. Altamonte Springs. FL: Institute
of Internal Auditors Research
Foundation.
Rahmawati. 2007. “Model Pendeteksi
Manajemen Laba pada Industri
Perbankan Publik di Indonesia dan
Pengaruhnya terhadap Kinerja Per-
bankan”. Jurnal Akuntansi & Mana-
jemen. 18 (1): 23-34.
Raja, Dani Rahman. 2014. “Aktivitas
Manajemen Laba: Analisis Peran
Komite Audit, Kepemilikan Institu-
sional, Persentasi Saham Publik dan
Leverge”. Jurnal Universitas Riau.
Roychowdhury, S. 2006. Earnings
Management Thorugh Real Activities
Manipulation. Working Papers.
http://ssrn.com/ abstract=477941
Scott, W. R. 2006. Financial Accounting
Theory. 4th Edition. Canada: Person
Education.
Stolowy, H., dan Breton, G. 2000. A
Framework For The Classification of
Account Manipulations.
Tiswiyanti, W., Firiyani, D., dan Wiralestari.
2012. “Analisis Pengaruh Komisaris
Independen, Komite Audit dan Kepemi-
likan Institusional terhadap Manajemen
Laba”. Jurnal Penelitian Universitas
Jambi. 14 (1): 61-66.
Ujiyantho, M. dan Pramuka, B. A. 2007.
Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba, dan Kinerja
Keuangan (Studi Pada Perusahaan go
public sector Manufaktur). Prosiding.
Simposium Nasional Akuntansi X.
Unhas Makasar 26-28 Juli 2007.
KINERJA KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT…………………………………………………….…….(Iswandari & Anan)
45
DAFTAR REFERENSI
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta. Deporte.
Bobbi. 2005.
Anggraini. 2012. “Analisis Perbandingan
Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
dengan Perbangkan Konvensional
(Periode 2002-2011)”. Makasar: Uni-
versitas Hasanudin. http://etd.eprints.
ums.ac.id/id/eprint/28112.
Bank Indonesia. 2014. Booklet Perbankan
Indonesia. Tersedia: http://www.
bi.go.id/id/publikasi/perbankan dan sta-
bilitas/bookletbi (diakses tanggal 1 April
2015)
Cahyadi, A. T. 2010. Perbandingan Kinerja
Keuangan Antara Bank Perkreditan
Rakyat dengan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah di Surabaya.Surabaya:
STIE PERBANAS. http://ejournal.
unesa.ac.id/article/4027/57/article.pdf
Faisol, A.2007. “Analisis Kinerja Keuangan
Bank Pada PT Bank Muamalat
Indonesia Tbk”. Jurnal Ilmiah Berkala
Empat Bulanan. 3 (2): 129-170.
Hadi, A. et al., 2010. “Studi Kelayakan
Pendirian Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) di Kabupaten Tanah Bumbu
Ditinjau dari Aspek Keuangan”.Jurnal
Manajemen dan Akuntansi.2(1).
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya. Edisi Revisi, Jakarta :
Rajagrafindo Persada.
Kasmir.2010. Manajemen Perbankan. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2011. Manajemen Perbankan. Edisi
Revisi, Jakarta : PT. Raja grafindo
Persada.
Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada.
Machmud, A. dan Rukmana. 2009. Bank
Syariah. Jakarta : Erlangga.
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah.
Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Nugroho, A. S. 2011. “Analisis Perban-
dingan Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah dengan Perbankan Konven-
sional”. Semarang: UNES.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/
2009 tentang Bank Pem-biayaan Rakyat
Syariah.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/3/PBI/
2013 tentang Transaparansi Kondisi
Keuangan Bank Perkreditan Rakyat.
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/18/PBI/
2006 Tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Perkreditan
Rakyat.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.
20/POJK.03/2014 tentang Bank Perkre-
ditan Rakyat.
Pribadi, I. S. 2013.“Analisis Perbandingan
Rasio Keuangan Bank Perkreditan Rak-
yat Konvensional dan Bank Perkreditan
Rakyat Syariah di Jawa Timur”.Jember
: Universitas Jember.
Taswan. 2006. Manajemen Perbankan.
Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Taswan. 2010. Manajemen Perbankan :
Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Yogya-
karta : UPP STIM YKPN.
Umam, K. 2012. “Legislasi Fikih Ekonomi
Perbankan: Sinkronisasi Peran Dewan
Syariah Nasional dan Komite Per-
bankan Syariah”. Buletin Mimbar
Hukum no.2 vol. 24.Juni 2012.hal. 358.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan.