MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan...

15
MANAJEMEN LABA ……………………..……....…………………………………………………………..……(Jasman) 1 MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Jasman Dosen Perbanas Institute Jl. Perbanas, Genteng Hijau, Karet Kuningan, Jakarta Selatan, 12940 Email: [email protected] ABSTRACT This research aims to investigate the effect of board commissioners effectiveness, audit committee effectiveness, institutional stock-ownership, and public stock-ownership on Earnings Management activities. The efectiveness of board comissioners and audit committee are measured based on their characteristics such as independence, activity, size, and competence. The research design is quantitative method. The Sample used in this study consisted of 31 Banking companies listed on Indonesian Stock Exchanges for the period of 2011 to 2013. The research hypothesis is tested using Ordinary Least Squares methods (OLS). The result shows that board of commissiors’ effectivenes and public stock ownership do not affect on the earnings management activites. Also, audit committee effectiveness do not give effect on earning management activites except audit committee’s competence which is found to impact on reduction of earnings Management. Other independent variables such as institutional stock ownership is proven to influence earnings management activities. Keywords: Board Commissioners Effectiveness, Audit Committee Effectiveness, Institutional Stock- Ownership, Public Stock-Ownership, Earnings Management ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh efektivitas dewan komisaris, efektivitas komite audit, kepemilikan institusi, dan kepemilikan saham publik pada Manajemen Laba. Efektivitas dewan komisaris dan komite audit diukur berdasarkan kharakteristiknya seperti independensi, aktivitas, ukuran, dan kompetensi. Sample yang digunakan pada studi ini terdiri dari 31 Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011 sampai dengan 2013. Hipotesis penelitian diuji menggunakan Ordinary Least Squares Methods (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas dewan komisaris dan kepemilikan saham publik tidak memberikan pengaruh pada aktivitas manajemen laba. Efektivitas komite juga tidak berpengaruh terhadap aktivitas manajemen laba kecuali untuk Kompetensi komite audit yang ternyata berpengaruh negatif terhadap aktivitas manajemen laba. Varibel lain seperti kepemilikan institusional juga terbukti berpengaruh negatif terhadap aktivitas manajemen laba. Kata Kunci: Efektivitas Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Saham Publik, Manajemen Laba. PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode akuntansi. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertang- gungjawabkan tugas-tugas yang diberikan oleh

Transcript of MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan...

Page 1: MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan informasi keuangan tidak mencer-minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam

MANAJEMEN LABA ……………………..……....…………………………………………………………..……(Jasman)

1

MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA

PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA

Jasman Dosen Perbanas Institute

Jl. Perbanas, Genteng Hijau, Karet Kuningan, Jakarta Selatan, 12940

Email: [email protected]

ABSTRACT

This research aims to investigate the effect of board commissioners effectiveness, audit committee

effectiveness, institutional stock-ownership, and public stock-ownership on Earnings Management

activities. The efectiveness of board comissioners and audit committee are measured based on their

characteristics such as independence, activity, size, and competence. The research design is

quantitative method. The Sample used in this study consisted of 31 Banking companies listed on

Indonesian Stock Exchanges for the period of 2011 to 2013. The research hypothesis is tested using

Ordinary Least Squares methods (OLS). The result shows that board of commissiors’ effectivenes and

public stock ownership do not affect on the earnings management activites. Also, audit committee

effectiveness do not give effect on earning management activites except audit committee’s

competence which is found to impact on reduction of earnings Management. Other independent

variables such as institutional stock ownership is proven to influence earnings management

activities.

Keywords: Board Commissioners Effectiveness, Audit Committee Effectiveness, Institutional Stock-

Ownership, Public Stock-Ownership, Earnings Management

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh efektivitas dewan komisaris, efektivitas komite audit,

kepemilikan institusi, dan kepemilikan saham publik pada Manajemen Laba. Efektivitas dewan

komisaris dan komite audit diukur berdasarkan kharakteristiknya seperti independensi, aktivitas,

ukuran, dan kompetensi. Sample yang digunakan pada studi ini terdiri dari 31 Bank yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada periode 2011 sampai dengan 2013. Hipotesis penelitian diuji

menggunakan Ordinary Least Squares Methods (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

efektivitas dewan komisaris dan kepemilikan saham publik tidak memberikan pengaruh pada aktivitas

manajemen laba. Efektivitas komite juga tidak berpengaruh terhadap aktivitas manajemen laba

kecuali untuk Kompetensi komite audit yang ternyata berpengaruh negatif terhadap aktivitas

manajemen laba. Varibel lain seperti kepemilikan institusional juga terbukti berpengaruh negatif

terhadap aktivitas manajemen laba.

Kata Kunci: Efektivitas Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Kepemilikan Institusional,

Kepemilikan Saham Publik, Manajemen Laba.

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari

suatu proses pencatatan transaksi-transaksi

keuangan yang terjadi selama satu periode

akuntansi. Laporan keuangan dibuat oleh

manajemen dengan tujuan untuk mempertang-

gungjawabkan tugas-tugas yang diberikan oleh

Page 2: MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan informasi keuangan tidak mencer-minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam

JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015

2

para pemilik perusahaan. Agar dapat

memenuhi berbagai tuntutan informasi dari

para pemakainya, laporan keuangan harus

memenuhi karakteristik kualitatif yaitu: dapat

dipahami yang berarti bahwa laporan

keuangan memiliki informasi yang secara

mudah digunakan oleh pemakainya, relevan

yang berarti dapat memberikan umpan balik

kepada stakeholder mengenai kondisi-kondisi

di masa lalu dan secara memadai dapat

digunakan untuk memberikan hasil prediksi di

masa mendatang (dapat dibandingkan), serta

andal, yaitu bebas dari pengertian yang

menyesatkan serta bebas dari kesalahan

material (Budihardjo et al, 2009).

Perilaku manajemen laba selalu

diasosiasikan dengan perilaku yang negatif

karena manajemen laba menyebabkan tam-

pilan informasi keuangan tidak mencer-

minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak

pihak mengecam perilaku manajemen yang

melakukan manajemen laba. Putra (2009)

menyatakan bahwa manajemen hanyalah

korban yang terpaksa melakukan manajemen

laba demi keberlangsungan perusahaan.

Dengan adanya kepemilikan saham perusa-

haan di Indonesia yang kepemilikan sahamnya

masih terpusat, dimana pemegang saham

mayoritas memilik otoritas yang sangat tinggi

dalam pengambilan keputusan pada peru-

sahaan.

Cornett et al., (2006) menyimpulkan

bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh

pihak investor institusional dapat mendorong

manajer untuk lebih memfokuskan perhatian-

nya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan

mengurangi perilaku opportunistic atau me-

mentingkan diri sendiri. Kepemilikan saham

publik adalah persentase saham yang

ditawarkan kepada publik saat IPO (initial

public offering). IPO dilakukan manajemen

dengan tujuan untuk menawarkan investasi

kepada publik. Penawaran saham perdana

(Initial Public Offering) dengan manajemen

laba dilakukan oleh perusahaan yang akango

public dengan harapan agar saham yang

ditawarkan dapat diserap oleh pasar, sebab

semakin tinggi harga yang ditawarkan dapat

diserap oleh pasar semakin tinggi pula peneri-

maan mereka. Tingginya tingkat keuntungan

yang dicapai merupakan indikasi keberhasilan

usaha suatu perusahaan dan menjadi faktor

tingkat penting yang dipertimbangkan oleh

investor untuk memutuskan menanamkan

investasinya atau tidak.

Terdapat dua motivasi utama para

manajer melakukan manajemen laba, yaitu

tujuan oportunis dan informasi (signaling)

kepada investor (Beneish, 2001). Tujuan

oportunis mungkin dapat merugikan pemakai

laporan keuangan karena informasi yang

disampaikan manajemen menjadi tidak akurat

dan juga tidak menggambarkan nilai

fundamental perusahaan. Sikap oportunis ini

dinilai sebagai sikap curang manajemen

perusahaan yang diimplikasikan dalam laporan

keuangannya pada saat menghadapi inter-

temporal choice (Kondisi yang memaksa

eksekutif tersebut menggunakan keputusan

tertentu dalam melaporkan kinerja yang

menguntungkan bagi dirinya sendiri ketika

menghadapi situasi tertentu). Tujuan

informatif (signaling) kemungkinan besar

membawa dampak yang baik bagi pemakai

laporan keuangan. Manajer berusaha

menginformasikan kesempatan yang dapat

diraih oleh perusahaan di masa yang akan

datang. Oleh karena itu, manajer dapat

mengestimasi secara baik laba masa datang

dan diinformasikan kepada investor atau

pemakai laporan keuangan lainya. Manajer

menggunakan diskresi akrual untuk mereflek-

sikan kinerja perusahaan tersebut melalui

laporan laba. Sebagai pemegang saham atau

pengguna laporan keuangan tentunya penting

untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi praktik manajemen laba.

Penelitian mengenai manajemen laba

telah banyak dilakukan diantaranya Farina dan

Hermawan (2013), Tiswiyanti et al (2012),

Raja et al (2014), Guna dan Herawaty (2010),

Klein (2006), Bedard et al (2004), dan He et

al (2009), dalam penelitiannya, mereka

menggunakan variabel manajemen laba

sebagai variabel dependen dan good corporate

governance, free cash flow, leverage, dewan

komisaris, komite audit, kepemilikan

institusional, kepemilikan publik, dan leverage

sebagai variabel independen. Subjek peneliti-

an mereka adalah perusahaan manufaktur atau

non perbankan.

Penelitian sebelumnya menguji corpo-

rate governance yang dikharakteristikan

dengan kepemilikan institusional, kepemilikan

manajemen, keberadaan komite audit dan

komisaris dengan manajemen laba, sedangkan

Page 3: MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan informasi keuangan tidak mencer-minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam

MANAJEMEN LABA ……………………..……....…………………………………………………………..……(Jasman)

3

pada penelitian ini mengaitkan kepemilikan

publik dengan praktik manajemen laba.

Perbedaan lain adalah pada penelitian ini

mengukur peran dewan komisaris dan komite

audit berdasarkan efektivitasnya yaitu

independensi, aktivitas, jumlah (size) anggota

komite audit, dan kompetensi. Industri

perbankan dipilih sebagai subjek penelitian

karena masih kurangnya penelitian mana-

jemen laba pada industri perbankan meng-

gunakan model Beaver dan Engel (1996).

Beaver dan Engel (1996) mengajukan model

untuk mendeteksi manajemen laba yang

digunakan khusus untuk industri perbankan

(Rahmawati, 2007). Dengan demikian tujuan

penelitan ini adalah untuk menganalisis

pengaruh efektivitas dewan komisaris dan

efektivitas komite audit, kepemilikan

institusional, dan kepemilikan saham publik

terhadap aktivitas manajemen laba.

KAJIAN LITERTUR DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1979) mendefinisikan

agencty theory sebagai sebuah kontrak antara

pemegang saham sebagai principal dan

manajemen agent. Manajemen dikontrak

untuk melakukan pekerjaan demi kepentingan

manajemen. Dengan demikian, manajemen

diberikan wewenang dalam pengambilan

keputusan. Namun, jika kedua belah pihak

memiliki kepentingan yang berbeda-beda,

bukan hal yang tidak mungkin bahwa agen

akan berperilaku tidak sesuai dengan

kepentingan pemegang saham. Pemegang

saham dapat membatasi kegiatan menyim-

pang yang dilakukan oleh agen dengan cara

meningkatkan pemantauan terhadap aktivitas

manajemen. Pemegang saham memper-

cayakan uangnya dan kekayaan pribadinya

kepada manajemen atas dasar seperangkat

kompleks hubungan kontrak yang meng-

gambarkan hak-hak pihak yang terlibat.

Teori agensi dapat dijelaskan melalui

tiga bentuk asumsi sifat dasar manusia yaitu:

(1) manusia pada umumnya mementingkan

diri sendiri (self interest), (2) manusia

memiliki daya pikir terbatas mengenai

persepsi masa mendatang (bounded

rationality), dan (3) manusia selalu

menghindari resiko (risk averse) (Eisenhardt,

1989). Dengan demikian, manajer sebagai

manusia kemungkinan besar akan bertindak

berdasarkan sifat opportunistic. Maksud dari

sifat opportunistic adalah bahwa manajer akan

lebih mengutamakan kepentingan pribadinya

dibandingkan kepentingan orang lain

(investor). Agent akan berusaha mencari

keuntungannya sendiri dari perusahaan dengan

berbagai cara seperti melakukan manajemen

laba (earnings management). Agent dalam hal

ini manajer sebagai pengelola perusahaan

lebih banyak mengetahui informasi internal

dan prospek perusahaan di masa yang akan

datang dibandingkan pemilik (pemegang

saham). Manajer berkewajiban memberikan

sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada

pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dila-

kukan melalui pengungkapan informasi

akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan

keuangan tersebut penting bagi para pengguna

eksternal terutama sekali karena kelompok ini

berada dalam kondisi yang paling besar

ketidakpastiannya (Ujiyantho dan Pramuka,

2007).

Adanya asumsi bahwa individu-

individu bertindak untuk memaksimalkan diri-

nya sendiri, mengakibatkan agent memanfaat-

kan adanya asimetri informasi yang dimiliki-

nya untuk menyembunyikan beberapa infor-

masi yang tidak diketahui principal. Asimetri

informasi dan konflik kepentingan yang terjadi

antara principal dan agent mendorong agent

untuk menyajikan informasi yang tidak

sebenarnya kepada principal, terutama

jikainformasi tersebut berkaitan dengan

pengukuran kinerja agent. Hal ini memacu

agent untuk memikirkan bagaimana angka

akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai

saranauntuk memaksimalkan kepentingannya.

Manajemen Laba

Manajemen laba (earnings management)

merupakan pilihan yang diambil oleh

manajemen dalam kebijakan akuntansi yang

digunakan untuk mencapai tujuan tertentu

(Scott 2003). Manajemen laba dilakukan

dengan berbagai cara seperti taking a bath,

income minimization, income maximization,

dan income smoothing (Stolowy dan Breton,

2000). Healy dan Wahlen (1998), menyatakan

Page 4: MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan informasi keuangan tidak mencer-minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam

JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015

4

ada dua definisi mengenai manajemen laba

yang mengandung beberapa aspek. Pertama,

intervensi manajemen laba terhadap pelaporan

keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan

judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan

dalam mengestimasi sejumlah peristiwa

ekonomi di masa depan untuk ditunjukan

dalam laporan keuangan, seperti perkiraan

umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap,

tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang

ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan

nilai asset. Disamping itu manajer memiliki

pilihan untuk metode akuntansi, seperti

metode penyusutan dan metode biaya. Kedua,

tujuan manajemen laba untuk menyesatkan

stakeholders mengenai kinerja ekonomi

perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen

memiliki akses terhadap informasi yang tidak

dapat diakses oleh pihak luar.

Ada berbagai motivasi manajemen

untuk melakukan manajemen laba, mulai dari

alasan remunerasi, usaha untuk memenuhi

ketentuan yang berlaku bagi industri tertentu,

meminimalkan beban pajak, mempengaruhi

keputusan pemerintah, dan untuk alasan

penawaran saham perdana (Initial Public

Offering, IPO) serta motivasi-motivasi lainnya

(Stolowy dan Breton (2000). Terdapat dua

motivasi utama para manajer melakukan

manajemen laba, yaitu tujuan oportunis dan

informasi (signaling) kepada investor. Tujuan

oportunis mungkin dapat merugikan pemakai

laporan keuangan karena informasi yang

disampaikan manajemen menjadi tidak akurat

dan juga tidak menggambarkan nilai

fundamental perusahaan. Sikap oportunis ini

dinilai sebagai sikap curang manajemen

perusahaan yang diimplikasikan dalam laporan

keuangannya pada saat menghadapi inter-

temporal choice yaitu suatu kondisi yang

memaksa eksekutif tersebut menggunakan

keputusan tertentu dalam melaporkan kinerja

yang menguntungkan bagi dirinya sendiri

ketika menghadapi situasi tertentu (Beneish,

2001).

Tujuan informatif (signaling)

kemungkinan besar membawa dampak yang

baik bagi pemakai laporan keuangan. Manajer

berusaha menginformasikan kesempatan yang

dapat diraih oleh perusahaan di masa yang

akan datang. Oleh karena itu, manajer dapat

mengesti-masi secara baik laba masa datang

dan diinformasikan kepada investor atau

pemakai laporan keuangan lainya. Manajer

dapat menggunakan diskresi akrual untuk

merefleksikan kinerja perusahaan tersebut

melalui laporan laba. Oleh karena itu, perlu

diketahui faktor-faktor apa saja yang

memperngaruhi adanya manajemen laba.

Secara umum, praktek manajemen laba yang

biasa dilakukan perusahaan terbagi dua yaitu

manajamen laba melalui aktivitas riil dan

manajemen laba melalui kebijakan akrual

akuntansi. Manajemen laba melalui aktivitas

riil terjadi melalui manipulasi kegiatan riil

berangkat dari praktik operasi normal yang

dimotivasi oleh keinginan manajemer untuk

menyesatkan pemegang saham agar percaya

bahwa tujuan pelaporan keuangan telah

dipenuhi oleh operasi normal (Roychowdhury,

2006). Banyak literatur tentang manajemen

laba umumnya berfokus pada manajemen laba

akrual (Fields et al. 2001). Beberapa peneliti

menguji kemungkinan manajer melakukan

manipulasi transaksi riil untuk merubah atau

memutar balikkan laba. Cohen et al (2010)

melaporkan bahwa rata-rata manajer mengu-

rangi pengeluaran iklan untuk menghindari

kerugian dan penurunan laba. Bentuk lain

manipulasi aktivitas riil yang telah diteliti

termasuk pembelian kembali saham (Hibrar et

al, 2006), penjualan profitable aset (Hermann

et al, 2003; Bartov, 1993), dan pemotongan

harga jual (Jakcson dan Wilcox 2000).

Efektivitas Dewan Komisaris

Independensi Dewan Komisaris

Hasil penelitian He et al (2009) dan Klein

(2006) pada perusahaan di U.S menyatakan

bahwa dewan komisaris yang independen

mengurangi terjadinya manajemen laba. Ini

berarti bahwa semakin tinggi independensi

dewan komisaris maka akan semakin kecil

kemungkinan manajemen untuk melakukan

manajemen laba sehingga lebih efektif

komisaris melakukan fungsi pengawasannya.

Namun sebaliknya, bukti empiris pada

perusahaan di Indonesia menunjukkan bahwa

dewan komisaris yang efektif tidak

mengurangi kemungkinan adanya praktik

manajemen laba atas laporan keuangan (Farina

dan Hermawan, 2013; Guna dan Herawaty,

2010). Pengangkatan komisaris independen

mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan

Page 5: MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan informasi keuangan tidak mencer-minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam

MANAJEMEN LABA ……………………..……....…………………………………………………………..……(Jasman)

5

regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk

menegakkan Good Corporate Governance.

Dengan demikian hipotesis pertama yang

dikembangkan pada penelitian ini adalah:

H1: Independensi dewan komisaris memiliki

pengaruh negatif terhadap Manajemen

laba

Aktivitas Dewan Komisaris

Aktivitas dewan komisaris ditandai dengan

pertemuan yang dilakukan secara berkala.

Dengan pertemuan berkala tersebut sehingga

dewan komisaris dapat mengetahui permasa-

lahan perusahaan dan melakukan pengawasan

yang efektif. Penelitian Farina dan Hermawan

(2013) menemukan bahwa dewan komisaris

yang efektif tidak mengurangi kemungkinan

adanya praktik manajemen laba atas laporan

keuangan. Dengan demikian hipotesis

penelitian ini adalah:

H2: Independensi dewan komisaris memi-

liki pengaruh negatif terhadap

Manajemen laba

Jumlah Anggota (Size) Dewan Komisaris

Jumlah anggota komite audit disesuaikan

dengan kompleksitas perusahaan (Komite

Nasional Kebijakan Corporate Gover-

nance/KNKG, 2006). Penelitian ini didukung

oleh penelitian (Farina dan Hermawan, 2013;

He et al, 2009) yang menemukan bahwa

jumlah anggota dewan komisaris dapat

mengurangi terjadinya aktivitas manajemen

laba. Berdasarkan temuan empiris yang telah

diteliti sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

jumlah anggota dewan komisaris memiliki

pengaruh terhadap informasi laporan keuangan

yang dihasilkan perusahaan. Dengan demikian

hipotesis kedua penelitian ini adalah:

H3: Jumlah anggota dewan komisaris memiliki

pengaruh negatif terhadap Manajemen

laba

Kompetensi Dewan Komisaris

Penelitian Farina dan Hermawan (2013)

menyatakan bahwa kompetensi anggota dewan

komisaris adalah unsur penting agar efektivitas

dewan komisaris dapat tercapai. Dengan kata

lain pendidikan yang relevan dengan keuangan

dan akuntansi yang dimiliki oleh dewan

komisaris memberikan jaminan bahwa

aktivitas manajejmen laba dapat diminimalisir.

Dengan demikian, hipotesis penelitian ini

adalah:

H4 : Kompetensi dewan komisaris memiliki

pengaruh negatif terhadap Manajemen

laba

Efektivitas Komite Audit

Independensi Komite Audit

Peraturan Bapepem mewajibkan peru-

sahaan publik membentuk suatu komite audit

yang beranggotakan paling sedikit tiga orang

dan diketuai oleh komisaris independen.

Komite audit merupakan organ komisaris

dalam melaksakan pengawasan terhadap

kebijakan direksi. Klein (2006) menemukan

terdapat pengaruh negatif dari independensi

komite audit terhadap manajemen laba. Hasil

penelitiannya didukung oleh Bedard et al

(2004) dan He et al (2009) yang menemukan

bahwa independensi komite audit dapat

mencegah praktik manajemen laba.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu

tersebut, dapat disimpulkan bahwa indepen-

densi komite audit berpengaruh terhadap

aktivitas manajemen laba. Dengan demikian

hipotesis penelitian ini adalah:

H5: Kompetensi dewan komisaris

memiliki pengaruh negatif terhadap

Manajemen laba

Aktivitas Komite Audit

Price Waterhouse (1993) menyarankan bahwa

komite audit harus mengadakan pertemuan

paling sedikit empat kali dalam setahun. Bukti

empiris telah menunjukkan bahwa aktivitas

komite audit dapat mencegah terjadinya

manajemen laba (He et al, 2009), meskipun

Bedard et al (2004) mengatakan bahwa tingkat

aktivitas pertemuan komite audit tidak

berpengaruh pada manajemen laba. Dengan

demikian, hipotesis penelitian ini adalah:

H6 : Aktivitas Komite Audit memiliki

pengaruh negatif terhadap Manajemen

laba

Page 6: MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan informasi keuangan tidak mencer-minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam

JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015

6

Jumlah Anggota (Size) Komite Audit

Jumlah anggota komite audit dise-

suaikan dengan kompleksitas perusahaan

dengan tetap memperhatikan efektivitas dan

pengambilan keputusan (Farina dan

Hermawan 2013). Bedard et al (2004)

sebaliknya melaporkan bahawa jumlah komite

audit tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap potensi terjadinya manajemen laba

yang agresif. Dengan demikian hipotesis

penelitian ini adalah:

H7: Jumlah Anggota Komite Audit memiliki

pengaruh negatif terhadap Manajemen

laba

Kompetensi Komite Audit

Komite audit merupakan organ ko-

misaris yang berperan mendukung fungsi

pengawasan yang diemban oleh Komisaris.

Oleh karena itu, sangat dibutuhkan orang yang

memiliki pendidikan dan pengalaman yang

memadai. Beberapa penelitian telah dilakukan

terkait pengaruh kompetensi terhadap aktivitas

manajemen laba. Klein (2006) menguji

pengaruh karakteristik dewan direktur dan

komite audit terhadap manajemen laba di bank

komersial di U.S yang menemukan bahwa

expertise anggota komite audit memiliki

pengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Temuan ini dikuatkan dengan hasil penelitian

Bedard et al (2004) dan He et al (2009) yang

menemukan bahwa latar belakang kompetensi

dalam bidang keuangan yang dimiliki oleh

komite audit menurunkan aktivitas manajemen

laba di perusahaan. Dari hasil penelitian

terdahulu tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa kompetensi komite audit memiliki

pengaruh terhadap aktivitas manajemen laba.

Dengan demikian hipotesis penelitian ini

adalah:

H8: Kompetensi Komite Audit memiliki

pengaruh negatif terhadap Manajemen

laba

Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah bagian dari

saham perusahaaan yang dimiliki oleh investor

institusi, seperti perusahaan asuransi, institusi

keuangan (bank, perusahaan keuangan, kredit),

dana pensiun, investment banking, dan

perusahaan lainnya yang terkait dengan

kategori tersebut (Farina dan Hermawan,

2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Guna dan Herawaty (2010) terhadap

kepemilikan institusional pada semua

perusahaan manufaktur yang listing di Bursa

Efek Indonesia untuk periodel tahun 2006

sampai dengan 2008 ternyata tidak mene-

mukan pengaruh kepemilikan institusional

terhadap manajemen laba. Temuan ini

konsisten dengan hasil penelitian Tiswiyanti et

al (2012) bahwa kepemilikan institusional

tidak berpe-ngaruh terhadap manajemen laba.

Dengan demikian, hipotesis penelitian yang ke

sembilan adalah:

H9: Kepemilikan institusional memiliki

pengaruh negatif terhadap Manajemen

laba

Kepemilikan Saham Publik

Kepemilikan saham publik adalah

proposi saham yang ditawarkan kepada publik

saat IPO (initial public offering). Proposi

saham publik diindikasikan dengan

menghitung besarnya persentase-persentase

saham yang ditawarkan kepada masyarakat

saat IPO.Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Tiswiyanti et al (2012) menemukan bahwa

tidak terdapat pengaruh kepemilikan

institusional terhadap aktivitas manajemen

laba. Namun demikian, penelitian yang dila-

kukan oleh Raja et al (2014) terhadap

perusahaan manufaktur yang listing di Bursa

Efek Indonesia tahun 2008 sampai dengan

2011 menyimpulkan bahwa persentase saham

publik berpengaruh negatif terhadap laba. Hal

ini berarti manajemen laba akan menurun se-

bagai akibat meningkatnya pengawasan dari

pihak publik terhadap informasi yang disajikan

oleh manajemen. Namun demikian, hipotesis

penelitian yang kesepuluh adalah:

H10: Kepemilikan saham publik memiliki

pengaruh negatif terhadap Manajemen

laba

METODA PENELITIAN

Pemilihan Sampel.

Objek penelitian yang digunakan adalah

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Page 7: MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan informasi keuangan tidak mencer-minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam

MANAJEMEN LABA ……………………..……....…………………………………………………………..……(Jasman)

7

Efek Indonesia selama periode 2011-2013.

Pemilihan sampel menggunakan metode

purposive sampling, yang dipilih berdasarkan

kriteria (1) merupakan perusahaan perbankan

yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)

pada tahun 2011-2013. (2) Bank telah terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun

2010 atau sebelumnya. (3) Data tersedia secara

lengkap, berupa laporan Keuangan dan laporan

good corporate governance (GCG). (4)

Perusahaan menerbitkan laporan Keuangan

dalam mata uang rupiah.(5) Laporan

Keuangan telah di audit dengan opini wajat

tanpa pengecualian untuk tahun buku tahun

2011-2013.

Berdasarkan kriteria diatas, didapatkan sebagai

berikut:

Populasi = 41

Tidak Terdaftar Sejak Tahun 2010 = 0

Tidak Memiliki Data yang Lengkap = (10)

Jumlah = 31

Operasional Variabel dan Pengukurannya

Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang

memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh

banyak faktor. Dengan kata lain pertumbuhan

perbankan tergantung pada perubahan satu

ataupun lebih faktor. Penelitian ini

menggunakan manajemen laba sebagai

variabel dependennya, yang diproksikan

dengan discretionary accrual. Discretionary

Accruals adalah tingkat akrual yang tidak

normal yang berasal dari kebijakan

manajemen untuk merekayasa laba sesuai

dengan yang dinginkan oleh manaje dihitung

dengan diselisihkan dengan total accrual

(TACC).

Model yang digunakan adalah Beaver

dan Engel (1996) yang dalam menghitung

proksi manajemen laba ini menggunakan

komponen penyisihan kerugian piutang

(allowances for loan losses) dan provisi

kerugian pinjaman sebagai komponen

pembentukan total akrual dalam perusahaan

perbankan. Model tersebut dituliskan dengan

rumus sebagai berikut :

NDAit = β0 + β1COit + β2LOANit + β3NPAit +

β4ΔNPAit+1 + Ԑit

Dimana:

COit : loan charge offs (pinjaman yang

dihapuskan)

LOANit: loans outstanding (pinjaman yang

beredar)

NPAit : non performing assets (aktiva

produktif yang bermasalah), terdiri dari

aktiva produktif yang berdasarkan tingkat

kolektibilitasnya digolongkan menjadi (a)

dalam perhatian khusus, (b) kurang lancar (c)

diragukan, dan (d) macet

ΔNPAit+1: selisih non performing assets t+1

dengan non performing assets t

NDAit : akrual non kelolaan

Sesuai dengan definisinya bahwa:

TAit = NDAit + DAit

Dimana:

DAit adalah akrual kelolaan, TAit adalah total

akrual, dan NDAit adalah akrual non

kelolaan, maka:

TAit = β0 + β1COit + β2LOANit + β3NPAit +

β4ΔNPAit + ᴢit

Dimana ᴢit = DAit + Ԑit

Untuk menentukan akrual total dengan model

Beaver dan Engel (1996) ini digunakan total

saldo penyisihan penghapusan aktiva produktif

(PPAP). Dalam penentuan koefisien

manajemen laba maka semua variavel

dideflasi terlebih dulu dengan nilai buku

ekuitas

Definisi Operasional Variabel

Tabel 1 disajikan rangkuman definisi

operasional untuk masing-masing variabel

indepeden.

Page 8: MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan informasi keuangan tidak mencer-minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam

JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015

8

Tabel 1

Operasioanalisasi Variabel

Variabel Sing-

katan Konsep Variabel Indikator Skala

Ukuran

Dewan

Komisaris

UDK

Ukuran dewan komisaris

diukur dengan melihat

jumlah anggota dewan

komisaris

Ʃ Anggota Dewan Komisaris Numeral

Aktivitas

Dewan

Komisaris

ADK

Aktivitas dewan komisaris

diukur dengan melihat dari

jumlah nominal pertemuan

yang dilakukan oleh dewan

komisaris

Ʃ Pertemuan yang Dilakukan oleh

Dewan Komisaris Numeral

Keahlian

Dewan

Komisaris

KDK

Keahlian dewan komisaris

diukur dengan variabel

dummy yang memberikan

skor 1 yaitu satu atau dua

anggota yang mempunyai

keahlian dan skor 0

anggota yang tidak

mempunyai keahlian

Skor 1 = satu atau dua anggota yang

mempunyai keahlian

Skor 0 = tidak punya keahlian

Dummy

Independensi

Dewan

Komisaris

IDK

Proporsi dewan komisaris

independen diukur dengan

anggota komisaris

independen dibandingakan

dengan jumlah total

anggota dewan komisaris.

Rasio

Ukuran

Komite

Audit

UKA

Jumlah anggota komite

audit sekurang-kurangnya 3

(tiga) orang. Diukur

variabel dummy

Skor 1 = punya 3/ lebih anggota KA

yang diketuai oleh 1 ketua yang

menjabat sebagai komisaris

independen

Skor 0 = dan sebaliknya, perusa-

haan yang memiliki anggota komite

audit kurang dari

Dummy

Aktivitas

Komite

Audit

AKA

Komite audit mengadakan

rapat secara berkala paling

kurang 1x dalam 3 bulan.

Dan rapat ini pun hanya

dapat dilaksanakan apabila

dihadiri oleh lebih dari ½

jumlah anggota komite

audit.

Aktivitas komite audit

diukur variabel dummy

Skor 1 = pertemuan lebih dari 4 kali

dalam 1 tahun dan dihadiri oleh ½

jumlah anggota komite audit

Skor 0 = pertemuan perusahaan

yang memiliki anggota komite audit

kurang dari 4 kali dalam 1 tahun

Dummy

Page 9: MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan informasi keuangan tidak mencer-minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam

MANAJEMEN LABA ……………………..……....…………………………………………………………..……(Jasman)

9

Tabel 1 (Lanjutan)

Variabel Sing-

katan Konsep Variabel Indikator Skala

Keahlian

Komite

Audit

KKA

Pendidikan yang dimiliki

oleh komite audit diantara

nya adalah dalam bidang

akuntansi dan juga

keuangan. Pendidikan

komite audit dapat di lihat

pada profile dari komite

audit yang terdapat pada

laporan tahunan.

Keahlian komite audit

diukur dengan variabel

dummy

Skor 1 = yang memiliki satu atau 2

anggota komite audit yang

mempunyai latar belakang

pendidikan akuntansi dan Keuangan

Skor 0 = tidak memiliki satu anggota

komite audit yang mempunyai latar

belakang pendidikan akuntansi dan

keuangan

Dummy

Independensi

Komite

Audit

IKA

Independensi komite audit

diukur dari antara anggota

yang independen terhadap

jumlah seluruh anggota

komite audit

Rasio

Kepemilikan

Institusional INS

Kepemilikan saham

olehinstitusikeuangansepert

iperusahaanasuransi, bank,

dana pension dan

investment banking

Ʃ total saham Institusi x 100

% Ʃ total saham yang beredar

Rasio

Kepemilikan

Publik

IPO

Kepemilikan saham oleh

Publik

Ʃ total saham yg dimiliki

Publik x 100

% Ʃ total saham yang

beredar

Rasio

Manajemen

Laba MLB

suatu intervensi dengan

tujuan tertentu dalam

proses pelaporan keuangan

eksternal, untuk

memperoleh beberapa

keuntungan pribadi

NDAit = β0 + β1COit + β2LOANit +

β3NPAit + β4 ΔNPAit+1 + Ԑit TAit = NDAit + DAit

Rasio

Metode Analisis Data.

Data diolah dengan menggunakan

bantuan software statistik, yaitu

Eviews 8.0. Kegiatan pengolahan data

dengan Eviews 8.0 digunakan untuk

melakukan pengujian signifikasi

analisis regresi data panel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemililhan Model Regresi Data Panel

Regresi data panel merupakan pengembangan

dari regresi linier dengan metode OLS yang

memiliki kekhususan dari segi jenis data dan

tujuan analisisnya. Dari segi jenis data, regresi

data panel memiliki karakteristik (jenis) data

cross section dan time series. Sifat cross

section data ditunjukkan oleh data yang terdiri

lebih dari satu entitas (individu), sedangkan

sifat time series ditunjukkan oleh setiap indi-

vidu memiliki lebih dari satu pengamatan

waktu (periode). Tujuan analisis data panel

yaitu untuk melihat dampak ekonomis yang

tidak terpisahkan antar setiap individu dalam

Page 10: MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan informasi keuangan tidak mencer-minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam

JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015

10

beberapa periode, dan hal ini tidak bisa

didapatkan dari penggunaan data cross section

atau data time series secara terpisah. Ada 3

model regresi data panel yang digunakan yaitu

Model Efek Random Ordinary Least Square

(OLS), Model Fixed Effect (MET) dan Model

Efek Random (MER). Dari ketiga model

tersebut, uji pemilihan model regresi data

panel ternyata menghasilkan bahwa model

Random Effect lebih baik daripada model

Fixed Effect dan Common Effect.

Uji Normalitas dan Multikolinearitas

Uji normalitas menunjukkan nilai probabi-

litasnya sebesar 0,000469 dimana nilai

tersebut lebih besar dari derajat kesalahan

yaitu 5% atau 0.05 sehingga daat disimpilkan

bahwa data dalam penelitiaan ini berdistribusi

normal. Kemudian untuk uji multikolinearitas

ditemukan bahwa nilai koefisien antar variabel

ternyata berada dibawah 0,85 sehingga dapat

disimpulkan bahwa rasio antar variabel

terbebas dari masalah multi-kolinieritas atau

dengan kata lain bahwa data yang digunakan

dalam penelitian ini terbebas dari masalah

multikolinieritas.

Uji Hipotesis

Uji T atau uji signifikansi parsial

digunakan untuk mengetahui pengaruh

variabel independen secara parsial terhadap

variabel dependen. Suatu variabel independen

dikatakan memiliki pengaruh signifikan

terhadap variabel dependen jika nilai | t hitung | >

| t tabel |, atau jika nilai probabilitas masing-

masing variabel bebas (p-value) <.

Tabel 2

Hasil Uji Parsial (Uji T)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -3.232456 4.867352 -0.664110 0.5085

UDK 0.023479 0.113014 0.207753 0.8359 IDK 1.329560 1.036137 1.283189 0.2030 ADK -0.037415 0.020173 -1.854748 0.0672 KDK -0.410145 0.474742 -0.863933 0.3901 UKA -0.154922 0.324215 -0.477838 0.6340 IKA 4.688098 4.161442 1.126556 0.2632 AKA 0.193572 0.316833 0.610959 0.5429 KKA 1.767934 0.659549 2.680522 0.0089 INS -8.253907 4.077962 -2.024028 0.0462 IPO -6.164502 4.143152 -1.487877 0.1406

Sumber: Hasil pengolahan dengan Eviews 8.0

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris (UDK)

terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil pengujian dapat

dilihat bahwa UDK nilai probabilitasnya

sebesar 0.8359 yaitu lebih besar dari tingkat

alpha 0.05 yang berarti bahwa UDK tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap

Manajemen Laba. Hasil studi ini berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Farina

dan Hermawan (2013) dan He et al (2009)

terhadap perusahaan non bank. Pengujian

empirisnya membuktikan bahwa terdapat

pengaruh negatif ukuran dewan komisaris

terhadap manajemen laba.

Pengaruh Independensi Dewan Komisaris

(IDK) terhadap Manajemen Laba

Dari hasil pengujian diketahui bahwa

IDK nilai probabilitas sebesar 0.2030 yaitu

lebih besar dari tingkat alpha 0.05. Hasil ini

Page 11: MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan informasi keuangan tidak mencer-minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam

MANAJEMEN LABA ……………………..……....…………………………………………………………..……(Jasman)

11

menunjukkan bahwa IDK tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap Manajemen Laba.

Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan

Farina dan Hermawan (2013) dan Guna dan

Herawaty (2010) yang mengatakan bahwa

dewan komisaris yang independen mengurangi

terjadinya manajemen laba. Pengangkatan

komisaris independen mungkin hanya

dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja

tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan

Good Corporate Governance. Dengan

demikian hipotesis pertama yang dikembang-

kan pada penelitian ini adalah:

Pengaruh Aktivitas Dewan Komisaris

(ADK) terhadap Manajemen Laba

Berdasakan hasil pengujian untuk

variabel ADK diperoleh nilai probabilitas

sebesar 0.0672 dimana hasil ini lebih besar

dari alpha 5% yang berarti bahwa ADK tidak

berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hasil

studi ini konsisten dengan hasil penelitian

Farina dan Hermawan (2013). Pengujian

empirisnya membuktikan bahwa aktivitas

dewan komisaris tidak mengurangi adanya

praktik manajemen laba.

Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris

(KDK) terhadap Manajemen Laba

Dari hasil penelitian unuk variabel

KDK diperoleh nilai probabilitasnya sebesar

0.3901 dimana hasil ini lebih besar

dibandingkan dengan alpha 5% yang berarti

bahwa KDK tidak berpengaruh terhadap

Manajemen Laba. Hasil penelitian ini berbeda

dengan temuan Farina dan Hermawan (2013).

Hasil pengujiannya membuktikan bahwa

kompetensi anggota dewan komisaris adalah

unsur penting agar efektivitas dewan komisaris

dapat tercapai.

Pengaruh Ukuran Komite Audit (UKA)

terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil analisis data dapat

dilihat bahwa UKA nilai probabilitasnya

sebesar 0.6340 dimana hasil ini lebih besar

jika dibandingkan dengan tingkat alpha

sebesar 5%. Dapat disimpulkan bahwa UKA

tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba.

Hasil penelitin ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Bedard (2004) dan Farina dan

Hermawan (2013). Hasil pengujian empirisnya

membuktikan bahwa tingkat aktivitas

pertemuan komite audit tidak berpengaruh

pada manajemen laba.

Pengaruh Independensi Komite Audit

(IKA) terhadap Manajemen Laba

Berdasakan hasil pengujian untuk

variabel IKA diperoleh nilai probabilitas

sebesar 0.2632 dimana hasil ini lebih besar

dibandingkan dengan alpha5%. Dapat

disimpulkan bahwa pengujuan empiris

terhadap Indepensi Komite Audit pada industri

perbankan tidak berpengaruh terhadap

Manajemen Laba. Hasil penelitian ini

konsisten dengan temuan Farina dan

Hermawan (2013) pada penelitian terhadap

perusahaan non bank yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Namun demikian, bukti

empiris pada perusahaan non bank di U.S

menunjukkan bahwa independesi komite audit

dapat mencegah dan mengurangi praktek

manajemen laba (Klein, 2006; Bedard et al,

2004; dan He et al, 2009).

Pengaruh Aktivitas Komite Audit (AKA)

terhadap Manajemen Laba

Hasil analisis untuk variabel AKA

diperoleh nilai probabilitasnya sebesar 0.5429

dimana hasil ini lebih besar dibandingkan

dengan alpha 5%. Hal ini berarti AKA tidak

berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hasil

penelitian ini konsisten dengan pengujian

empiris yang dilakukan oleh Farina dan

Hermawan (2013) dan Bedard et al (2004).

Pengaruh Kompetensi Komite Audit (KKA)

terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil pengujian diketahui

bahwa variabel KKA nilai probabilitasnya

sebesar 0.0089 yaitu lebih kecil dibandingkan

dengan tingkat alpha 0,05. Hal ini berarti

pengujian empiris telah membuktikan bahwa

Kompetensi komite audit KKA berpengaruh

secara signifikan terhadap Manajemen Laba.

Hasil penelitian in konsisten dengan temuan

Farina dan Hermawan (2009). Namun demi-

kian berbeda dengan temuan Klein (2006),

Bedard et al (2004) yang melakukan penelitian

Page 12: MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan informasi keuangan tidak mencer-minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam

JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015

12

pada perusahaan non perbankan di U.S bahwa

latar belakang kompetensi keuangan dari

komite audit dapat mengurangi manajemen

laba perusahaan.

Pengaruh Kepemilikan Institusional (INS)

terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh

nilai probabilitas sebesar 0.0462 dimana hasil

ini lebih kecil dibandingkan dengan tingkat

alpha 5% yang berarti IINS berpengaruh

secara signifikan terhadap Manajemen Laba.

Hasil penelitian ini mendukung dan konsisten

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Raja et al (2014) yang menyatakan bahwa

persentasi kepemilikan institusional ternyata

memberikan pengaruh pada pengurangan

aktivitas manajemen laba. Namun sebaliknya

bukti empiris pada perusahaan non perbankan

ternyata menunjukkan bahwa kepemilikan

institu-sional tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba (Farina dan Hermawan,

2013); Tiswiyanti et al, 2012; dan Guna dan

Herawaty, 2010

.

Pengaruh Kepemilikan Saham Publiik

(IPO) terhadap Manajemen Laba

Hasil pengujian yang telah dilakukan

untuk variabel IPO diperoleh nilai probabilitas

sebesar 0.1406 dimana hasil ini lebih besar

dari tingkat alpha 5%. Dapat disimpulkan

bahwa IPO tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap Manajemen Laba. Hasil

pengujian empiris ini konsisten dengan hasil

studi Raja et al (2014) dan Tiswiyanti et al

(2012) pada perusahaan non perbankan.

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN

SARAN

Efektivitias dewan komisaris yang

dikharakteristikkan dengan ukuran,

independensi, aktivitias, dan kompetensi

terbukti tidak berpengaruh terhadap aktivitas

manajemen laba pada perusahaan perbankan.

Demikian juga dengan efektivitas komite audit

yang dikharakteristikkan dengan ukuran,

independensi, dan aktivitas juga tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil

berbeda diperoleh dari pengujian empiris

terhadap kharakteristik independensi komite

audit yang membuktikan memiliki pengaruh

positif dengan manajemen laba. Terkait

dengan hipotesis yang telah diajukan dalam

penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa hasil

penelitian ini gagal membuktikan efektivitas

dewan komisaris dan efektivitas komite audit

pada industri berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba. Hal ini berarti bahwa

efektivtas peran komisaris dan komite audit

pada industri perbankan yang merupakan

wujud dari penerapan GCG belum dapat

meminimalisir manajemen laba dan walaupun

terdapat keberadaan GCG baru sebatas

memenuhi ketentuan yang disyaratkan

pemerintah (Lande et al, 2014).

Kepemilikan publik ternyata tidak

berpengaruh pada menajemen laba, seba-

liknya kepemilikan institusional terbukti

berperngaruh negatif terhadap manajemen

laba. Hal ini berarti kepemilikan institusi dapat

mencegah terjadinya manajemen laba, dengan

kata lain semakin besar kepemilikan

insitutsional, semakin rendah potensi terjadi-

nya manajemen laba.

Terdapat beberapa keterbatasan yang

kemungkinan dapat berpengaruh pa-da hasil

penelitian. Keterbatasan tersebut adalah

sebagai berikut: (1) Penelitian ini hanya

dilakukan pada perusahaan perbankan yang

terdaftar di BEI bukan pada seluruh

perusahaan perbankan yang ada di Indonesia.

(2)Periode pengumpulan data yang digunakan

hanya 3 periode yaitu dari tahun 2011 – 2013.

Dari keterbatasan penelitian yang telah

diungkapkan maka dapat diberikan rekomen-

dasi yaitu sebagai berikut: (1) Sampel

penelitian sebaiknya diperbanyak dengan

memasukan seluruh perusahaan perbankan

yang terdapat di Indonesia. (2) Untuk

penelitian selanjutnya, diharapkan dapat

mengukur efektivitas dewan komisaris dan

komite audit dengan faktor-faktor kualitatif

seperti kualitas diskusi dan budaya yang

mungkin memiliki dampak terhadap kinerja

dewan komisaris dan komite audit.

.

Page 13: MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan informasi keuangan tidak mencer-minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam

MANAJEMEN LABA ……………………..……....…………………………………………………………..……(Jasman)

13

DAFTAR REFERENSI

Bartov.E., 1993. “The Timing of Asset Sales

and Earnings Manipulation”.The

Accounting Review 68: 840-855.

Beaver, W.H. and Engel., E.E. 1996.

“Discretionary Behaviour with

Respect to Allowances For Loan

Losses and The Behavior Of Security

Prices”. Journal of Accounting and

Economics, 22 (1):177-206

Bedard, J., Chtourou, S.M. and Courteau, L.

2004. The Effect of Audit Committee

Expertise, Independence, and Activity

on Aggressive Earnings Manage-

ment.Auditing: A Journal of Practice

& Theory. 23 ( 2), 13-35..

Beneish, M. D. 2011. Earnings Management:

A Perspective. Indiana University,

Kelley School of Business, Blooming-

ton, Indiana 47401.

Budihardjo, O., Djamhuri, A., dan Susanto, H.

2009. “Mendeteksi Earnings Manage-

ment dan Akun-Akun Yang Berpe-

ngaruh (Studi Pada Perusahaan Yang

Melakukan Aktivitas Penawaran

Saham Perdana di Bursa Efek

Indonesia)”. Wacana 12 (4)

Cohen, D., and Zarowin, P. 2010. “Accrual-

based and Real Earnings Management

Activities Around Seasoned Equity

Offerings”. Journal of Accounting and

Economics 50 (1): 2-19

Cornett, M. M., Marcus, A.J., Saunders, A.

and Tehranian, H. 2006. Earning

Management, Coorporate Gover-

nance, and True: Financial Perfor-

mance. www.papers.ssrn.com

Farina, K. dan Hermawan, A. 2013. Pengaruh

Efektivitas Dewan Komisaris dan

Komite Audit, Struktur Kepemilikan

Perusahaan, dan Kualitas Audit terhadap

Perataan Laba. Prosiding. Simposium

Nasional Akuntansi XVI, Manado 25-28

September 2013.

Fields, T.D., Lys, T.Z. and Vincent, L. 2001.

“Empirical Research on Accounting

Choice”. Journal of Accounting and

Economics 31, 255-307

Guna, W. I., dan Herawaty, A. 2010.

“Pengaruh Good Corporate Gover-

nance, Independensi Auditor, Kualitas

Audit, dan Faktor Lainnya”. Jurnal

Bisnis dan Akuntansi. 1: 53-68.

He, L., Labelle, R. and Thornton, D. B. 2009.

“Board Monitoring, Audit Committee

Effectiveness, and Financial Reporting

Quality: Review and Synthesis of

Empirical Evidence”. Journal of

Forensic & Investigative Accounting.

1(2).

Hermann, D., T., Inoue, and Thomas, W.

2003. “The Sale of Assets To Manage

Earnings in Japan”. Journal of

Accounting Research 41 (1): 89-108

Healy, P., and Wahlen, J. M. 1998. “A

Review of the Earnings Manage-

ment Literature and its Implications

for Standard Setting”. Accounting

Horizon 43, 365-383

Hibrar, P., Jenkins, M. and Johnson, W. 2006.

“Stock Repurchases As an Earnings

Management Device”. Journal of

Accounting and Economics 41 (1): 3-

27

Jackson, S., and Wilcox, W. 2000. “Do

Managers Grant Sales Price

Reductions to Avoid Losses and

Declines in Earnings and Sales?”.

Quarterly Journal of Business and

Economics 39 (4): 3-20

Jensen, M. C., and Meckling, W. H. 1976.

“Theory of the Firm: Managerial

Behavior, Agency Costs and Owner-

ship Structure”. Journal of Financial

Economics, 3(4): 305-360.

Klein, A. 2006. Audit Committee, Board of

Director Characteristics, and Earnings

Management. Working Paper.

Page 14: MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan informasi keuangan tidak mencer-minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam

JRAK, Volume 11, No 1 Februari 2015

14

www.papers.ssrn.com/

abstract=246674

Komite Nasional Kebijakan Corporate

Governance. 2006. Pedoman tentang

Komisaris Independen. www.knkg-

indonesia.com. Diakses 9 Oktober

2014.

Lande, A., Subekti, I. dan Endang, M. 2014.

Pengaruh Tata Kelola Perusahaan,

Kecakapan Manajerial, dan Rasio

Leverage terhadap Manajemen Laba.

Prosiding. Simposium Nasional

Akuntansi XVII, Mataram, 24 – 27

September 2014

Putra, I Ny. W. A. 2009. Manajemen Laba:

Perilaku Manajemen Opportunistic atau

Realistis?. E-Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana. 6 (1).

Price Waterhouse LLP. 1993. Improving Audit

Committee Performace: What Works

Best. Altamonte Springs. FL: Institute

of Internal Auditors Research

Foundation.

Rahmawati. 2007. “Model Pendeteksi

Manajemen Laba pada Industri

Perbankan Publik di Indonesia dan

Pengaruhnya terhadap Kinerja Per-

bankan”. Jurnal Akuntansi & Mana-

jemen. 18 (1): 23-34.

Raja, Dani Rahman. 2014. “Aktivitas

Manajemen Laba: Analisis Peran

Komite Audit, Kepemilikan Institu-

sional, Persentasi Saham Publik dan

Leverge”. Jurnal Universitas Riau.

Roychowdhury, S. 2006. Earnings

Management Thorugh Real Activities

Manipulation. Working Papers.

http://ssrn.com/ abstract=477941

Scott, W. R. 2006. Financial Accounting

Theory. 4th Edition. Canada: Person

Education.

Stolowy, H., dan Breton, G. 2000. A

Framework For The Classification of

Account Manipulations.

Tiswiyanti, W., Firiyani, D., dan Wiralestari.

2012. “Analisis Pengaruh Komisaris

Independen, Komite Audit dan Kepemi-

likan Institusional terhadap Manajemen

Laba”. Jurnal Penelitian Universitas

Jambi. 14 (1): 61-66.

Ujiyantho, M. dan Pramuka, B. A. 2007.

Mekanisme Corporate Governance,

Manajemen Laba, dan Kinerja

Keuangan (Studi Pada Perusahaan go

public sector Manufaktur). Prosiding.

Simposium Nasional Akuntansi X.

Unhas Makasar 26-28 Juli 2007.

Page 15: MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN … · karena manajemen laba menyebabkan tam-pilan informasi keuangan tidak mencer-minkan keadaan yang sebenarnya.Banyak pihak mengecam

KINERJA KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT…………………………………………………….…….(Iswandari & Anan)

45

DAFTAR REFERENSI

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta. Deporte.

Bobbi. 2005.

Anggraini. 2012. “Analisis Perbandingan

Kinerja Keuangan Perbankan Syariah

dengan Perbangkan Konvensional

(Periode 2002-2011)”. Makasar: Uni-

versitas Hasanudin. http://etd.eprints.

ums.ac.id/id/eprint/28112.

Bank Indonesia. 2014. Booklet Perbankan

Indonesia. Tersedia: http://www.

bi.go.id/id/publikasi/perbankan dan sta-

bilitas/bookletbi (diakses tanggal 1 April

2015)

Cahyadi, A. T. 2010. Perbandingan Kinerja

Keuangan Antara Bank Perkreditan

Rakyat dengan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah di Surabaya.Surabaya:

STIE PERBANAS. http://ejournal.

unesa.ac.id/article/4027/57/article.pdf

Faisol, A.2007. “Analisis Kinerja Keuangan

Bank Pada PT Bank Muamalat

Indonesia Tbk”. Jurnal Ilmiah Berkala

Empat Bulanan. 3 (2): 129-170.

Hadi, A. et al., 2010. “Studi Kelayakan

Pendirian Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) di Kabupaten Tanah Bumbu

Ditinjau dari Aspek Keuangan”.Jurnal

Manajemen dan Akuntansi.2(1).

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya. Edisi Revisi, Jakarta :

Rajagrafindo Persada.

Kasmir.2010. Manajemen Perbankan. Jakarta

: PT. Raja Grafindo Persada.

Kasmir. 2011. Manajemen Perbankan. Edisi

Revisi, Jakarta : PT. Raja grafindo

Persada.

Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan. Jakarta

: PT. Raja Grafindo Persada.

Machmud, A. dan Rukmana. 2009. Bank

Syariah. Jakarta : Erlangga.

Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah.

Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Nugroho, A. S. 2011. “Analisis Perban-

dingan Kinerja Keuangan Perbankan

Syariah dengan Perbankan Konven-

sional”. Semarang: UNES.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/

2009 tentang Bank Pem-biayaan Rakyat

Syariah.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/3/PBI/

2013 tentang Transaparansi Kondisi

Keuangan Bank Perkreditan Rakyat.

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/18/PBI/

2006 Tentang Kewajiban Penyediaan

Modal Minimum Bank Perkreditan

Rakyat.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.

20/POJK.03/2014 tentang Bank Perkre-

ditan Rakyat.

Pribadi, I. S. 2013.“Analisis Perbandingan

Rasio Keuangan Bank Perkreditan Rak-

yat Konvensional dan Bank Perkreditan

Rakyat Syariah di Jawa Timur”.Jember

: Universitas Jember.

Taswan. 2006. Manajemen Perbankan.

Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Taswan. 2010. Manajemen Perbankan :

Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Yogya-

karta : UPP STIM YKPN.

Umam, K. 2012. “Legislasi Fikih Ekonomi

Perbankan: Sinkronisasi Peran Dewan

Syariah Nasional dan Komite Per-

bankan Syariah”. Buletin Mimbar

Hukum no.2 vol. 24.Juni 2012.hal. 358.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

Tentang Perbankan.