Manajemen Kualitas Kimia Air dengan Filter Fisik

17

Transcript of Manajemen Kualitas Kimia Air dengan Filter Fisik

Oreochromis niloticus

Memiliki rentan salinitas tinggi, antara 0-28 ppt

pH air pemeliharaan antara 6,5 –8,6

suhu air berkisar antara 25 – 30 oC

Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l

Ammoniak (NH3) kurang dari 0,02 ppmSumber: DKP, 2011

KUALITAS AIRBUDIDAYA

PARAMETER

BIOLOGIS

KIMIA

FISIKA

pH, DO, BOD

Suhu, kekeruhan

keberadaan plankton, bakteri

Diolah dengan baik Mutu ikan baik

0

2

4

6

8

10

h0 h1 h3

TAN

(m

g/L)

Waktu (hari ke-)

KADAR TAN

A B C D E

A = Substrat kerikilB = Substrat pasir malangC = Susbstrat batu bataD = Substrat pasir silikaE = Kontrol

• TAN mengalami penurunan dari 1,105

NTU menjadi 0,131 NTU, dan

mengalami kenaikan pengukuran

terakhir 0,842 NTU

• TAN pada hari-0 perlakuan kontrol =

2,132 NTU , hari -1 turun menjadi 0,578

, dan naik pada hari – 3 = 8,316 NTU

23

24

25

26

27

h0 h1 h3

suh

u (

°C)

waktu (hari ke-)

TEMPERATURE

A B C D E

A = Substrat kerikilB = Substrat pasir malangC = Susbstrat batu bataD = Substrat pasir silikaE = Kontrol

• Suhu pada perlakuan substrat

batu bata, mengalami

peningkatan pada hari ke -3,

yakni dari 25oC menjadi 26oC.

• Suhu perlakuan kontrol pada

hari – 0 adalah 25 oC, dan

mengalami penurunan pada h –

1 menjadi 24 oC. Suhu kembali

mengalami peningkatan pada h

– 3 menjadi 25,5oC.

0

2

4

6

8

h0 h1 h3

DO

(m

g/L)

waktu (hari ke-)

KADAR DO

A B C D E

A = Substrat kerikilB = Substrat pasir malangC = Susbstrat batu bataD = Substrat pasir silikaE = Kontrol

• Pada perlakuan substrat batu

bata, DO turun dari 5,2 mg/L

menjadi 4,9 mg/L. Nilai ini

kembali turun pada

pengukuran selanjutnya

menjadi 4,5 mg/L

• DO pada perlakuan kontrol

bernilai 6,1 mg/L. Nilai ini

mengalami penurunan menjadi

4,3 mg/L

7

7.5

8

8.5

h0 h1 h3

pH

waktu (hari ke-)

KADAR PH

A B C D E

A = Substrat kerikilB = Substrat pasir malangC = Susbstrat batu bataD = Substrat pasir silikaE = Kontrol

• pH pada perlakuan batu bata

mengalami penurunan seiring

pemeliharaan. Pada H-0 nilai pH

8,15, H-1 turun menjadi 8,02, dan

turun kembali menjadi 7,86.

• pH perlakuan kontrol juga

mengalami penurunan dari 8,21.

Kemudian pada pengukuran kedua

8,09 dan pengukuran ketiga 8,04.

0

0.2

0.4

0.6

0.8

h0 h1 h3

Nit

rit

(mg/

L)

waktu (hari ke-)

KADAR NITRIT

A B C D E

A = Substrat kerikilB = Substrat pasir malangC = Susbstrat batu bataD = Substrat pasir silikaE = Kontrol

• Nilai Nitrit mengalami

peningkatan dan penurunan pada

pengukurannya, pada perlakuan

batu bata. Nitrit pada H-0 sebesar

0,002 mg/L. H-1 didapati nilai

nitrit 0,131 mg/L. Kemudian pada

H-3 turun menjadi 0,035 mg/L.

• Pada perlakuan kontrol, kada

nitrit pada H-0 adalah 0,093

mg/L. Pada H-1 nitrit bernilai

0,146 mg/L dan H-3 nitrit turun

menjadi 0,034 mg/L.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Kerikil PasirMalang

Batu Bata PasirSilika

Kontrol

Grafik SR

• SR pada semua perlakuanadalah 100% di akhirpengamatan.

PRINSIP KERJA DOUBLE BOTTOM

Menyaring air denganfilter fisik

Aerator digunakanuntuk membantu

pengangkatan air yang sudah disaring

Aerator juga berperantekanan udara untuk membantu air masuk

kedalam akuarium kembali

• DO (Dissolved oxygen) dipengaruhi oleh kadar nitrat, suhu, pH, dan

banyaknya mikroorganisme dalam perairan.

• Pada suhu yang tinggi, kadar DO umumnya lebih rendah. Hal ini

dibuktikan pada hasil pengukuran substrat batu bata, dimana pada

suhu 24oC, DO memiliki kadar 4,9 mg/L. Sementara pada suhu 25,5oC,

DO pada perairan sebesar 4,5 mg/L.

• pH berbanding terbalik oleh DO. Pada pH yang tinggi mikroorganisme

sulit untuk hidup. Menyebabkan CO2 tidak bisa diubah menjadi O2,

sehingga kadar DO rendah.

• DO dan nitrit memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Jika nilai DO

tinggi, maka nilai nitrit rendah. Akan tetapi hal ini tidak terbukti pada

perlakuan batu bata, karena pada setiap pengukuran nilai DO menurun,

diiring dengan turunnya nilai nitrit.

• Nitrit merupakan hasil oksidasi dari ammonia dengan bantuan bakteri

Nitrisomonas sp. Proses nitrifikasi berlangsung optimal pada pH 7,0-

7,3.

• pH yang relatif stabil pada perlakuan, menyebabkan kadar nitrit tidak

berubah secara drastis pada setiap pengukurannya

• Suhu juga mempengaruhi kadae nitrit. Suhu yang tinggi, menurunkan

pH. pH yang terlalu rendah menyebabkan tingginya kadar nitrit.

MANAJEMEN KUALITAS AIR

Menggunakan Undergravelfilter

Filter yang digunakan: kerikil, pasir malang, batu

bata, dan pasir silika

Perlakuan batu bata paling baik

Rata – rata di setiap parameter, baikTAN, suhu, DO, Nitrit, dan pH tidak

menunjukan perubahan yang signifikan. Selain itu SR yang dicapai

100%.

Barus T.A. 2001. Metode Ekologis untuk Menilai Kualitas Suatu Perairan Lotik. Medan (ID): Fakultas MIPA USU Medan.

Hocheimer J. 2001. Using Water Quality Convention Tables for Soft Crabbing. Maryland Sea Grant Program.

Huet H.B.N. 1970. Water Quality Criteria for Fish Life Bioiogical Problems in Water Pollution.PHS.Publ. No. 999-WP-25.160-167 pp.

Kordi MGH, Tancung AB. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta.Sastrawijaya A, Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.Shinta Sylvia Monalisa, Infa Minggawati. 2010. Kualitas Air yang Mempengaruhi

Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis sp.) di Kolam Beton dan Terpal. Journal of Tropical Fisheries (2010). 5(2): 526 – 530.

Spotte S.H. 1970. Fish and Invertebrate.Water Management in Close System.Willey. New York (US): Willey Interscience.

Suyanto.1993. Nila. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.Zelni Meri. 2005. Studi Kualitas Air Sungai Batang Arau Pada Musim Hujan (Parameter

NH3, NO2 Dan NO3) [skripsi]. Padang (ID): Universitas Andalas.