Manajemen Kualitas Air

18
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lebih kurang perempat bagian dari permukaan bumi tertutup oleh air. Dari segi ekosistem air dapat di bedakan menjadi air tawar, asin, laut, dan air payau. Dari beberapa air tersebut yang tersebar adalah air laut dan air payau, sisanya adalah air tawar yang justru dibutuhkan oleh manusia dan banyak jasad hidup lainnya untuk keperluan hidup. Perairan merupakan suatu tempat dimana makhluk hidup khususnya organisme akuatik melakukan proses kehidupannya dan sebagai tempat yang sangat penting bagi organisme tersebut. Suatu perairan didukung oleh faktor-faktor biotik dan abiotik yang akan saling berinteraksi satu sama lain. Perairan dapat dikategorikan beberapa jenis yang semuanya merupakan tempat yang baik untuk tempat budidaya yaitu terdiri dari laut, sungai, rawa, dan danau (Asmawi,1986). 1 Air yang merupakan tempat hidup bagi organisme akuatik ataupun organisme lainnya haruslah memenuhi beberapa faktor-faktor yang mendukung yaitu dari segi Kimia, Fisika maupun Biologi. Dari segi kimia air sebagai pembentuk unsur-unsur hara, mineral, gas-gas terlarut dan sebagainya. Dari segi fisika air merupakan tempat

description

kualitas air

Transcript of Manajemen Kualitas Air

Page 1: Manajemen Kualitas Air

I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Lebih kurang perempat bagian dari permukaan bumi tertutup oleh air.

Dari segi ekosistem air dapat di bedakan menjadi air tawar, asin, laut, dan

air payau. Dari beberapa air tersebut yang tersebar adalah air laut dan air

payau, sisanya adalah air tawar yang justru dibutuhkan oleh manusia dan

banyak jasad hidup lainnya untuk keperluan hidup.

Perairan merupakan suatu tempat dimana makhluk hidup khususnya

organisme akuatik melakukan proses kehidupannya dan sebagai tempat

yang sangat penting bagi organisme tersebut.  Suatu perairan didukung

oleh faktor-faktor biotik dan abiotik yang akan saling berinteraksi satu sama

lain.  Perairan  dapat dikategorikan beberapa jenis yang semuanya

merupakan tempat yang baik untuk tempat budidaya yaitu terdiri dari laut,

sungai, rawa, dan danau (Asmawi,1986).

1

Air yang merupakan tempat hidup bagi organisme akuatik ataupun

organisme lainnya haruslah memenuhi beberapa faktor-faktor yang

mendukung yaitu dari segi Kimia, Fisika maupun Biologi. Dari segi kimia air

sebagai pembentuk unsur-unsur hara, mineral, gas-gas terlarut dan

sebagainya. Dari segi fisika air merupakan tempat hidup yang menyediakan

ruang gerak bagi organisme didalamnya.  Dari segi biologi air merupakan

media untuk kegiatan biologi dalam pembentukan dan penguraian bahan-

bahan organik (Jangkaru, 1999).

Oleh karena itu untuk mengetahui faktor-faktor atau parameter-

parameter serta kadar yang terkandung di dalam perairan tempat budidaya,

maka dilakukan Praktek Lapang Manajemen Kualitas Air.

Page 2: Manajemen Kualitas Air

1.2  Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukan Praktek Lapang Manajemen Kualitas Air adalah

untuk mengetahuiapakah kualitas perairan yang terdapat

pada kolam penduduk desa Tulo telah memenuhi syarat untuk kegiatan

budidaya atau tidak. Sedangkan kegunaan dari praktek ini

adalahmahasisiwa dapat mengetahui dan memecahkan masalah yang di

hadapi oleh masyarakat desa setempat.

  

II.  TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Definisi Kolam

Kolam dalam pengertian teknis adalah suatu perairan buatan yang

luasnya terbatas, sengaja dibuat manusia dan mudah dikuasai. Mudah

dikuasai di sini berarti mudah diisi air, mudah dikeringkan, dan mudah

diatur menurut kehendak kita (Susanto, 2009).

Kolam berbentuk segi tiga berfungsi membentuk badan air di

dalamnya yang dalam, dangkal, deras, tenang, dan tanpa endapan di

dasarnya (Jangkaru, 2000).

2.2  Parameter Biologi Air

2.2.1  Flora ( Tumbuhan Tingkat Tinggi)

Tumbuhan air atau hidrofolik ialah golongan yang mencakup semua

tumbuhan yang hidup di air Bersauh (berakar dalam lumpur dan dasar air)

atau tidak. Disamping tipe mikroskopik yang mengapung bebas dan

berenang-renang yang merupakan dasar utama pembentukan kategori

tersendiri yang di sebut plankton. Golongan hidrofolok cenderung melintas

memotong golongan lainnya dan dengan itu sering ditiadakan dari spectrum

biologi (Polunin, 1994).

 

Flora di suatu wilayah yang biasanya dijelaskan dalam istilah biologi untuk

menyertakan genus dan spesies tanaman hidup, pilihan mereka tumbuh

Page 3: Manajemen Kualitas Air

berkembang biak atau kebiasaan, dan sambungan ke satu sama lain di

lingkungan juga(http://ferrytaryono.wordpress.com/2009/08/06/pengertian-

flora-fauna/).

2.2.2 Fauna ( Hewan Tingkat Tinggi)

Menurut Odum (1996), Pada perairan tawar, hewan yang paling umum

mendominasi adalah hewan-hewan dari golongan hewan bertulang

belakang yakni ikan.  Ikan-ikan tersebut berada pada setiap lapisan

perairan baik pada zona litoral dan zona limnetik.  Hal ini disebabkan oleh

kemampuan gerak ikan. Biasanya ikan-ikan bergerak bebas antara zona

litoral dan limnetik, akan tetapi sebagian besar ikan-ikan menghabiskan

waktunya di daerah litoral dan kebanyakan dari mereka berkembangbiak di

daerah tersebut.

2.3  Parameter Kimia Air

2.3.1  pH

Air hujan pada umumnya bersifat asam akibat kontak dengan

karbondioksida dan senyawa sulfur alami di udara. Sulfur dioksida, nitrogen

oksida serta hasil emisi industri lainnya akan lebih meningkatkan ke

asaman air hujan. Adapun air murni bersifat netral (PH 7), pada kondisi

demikian maka ion-ion penyusunnya (H+ dan OH) akan terdisosiasi pada

keadaan setimbang (Irianto, 2005).

Menurut Susanto (1991), keasaman air atau yang populer dengan

istilah pH air sangat berperan dalam kehidupan ikan. Pada umumnya pH

yang sangat cocok untuk semua jenis ikan berkisar antara 6,7 – 8,6. Namun

begitu, ada jenis ikan yang karena hidup aslinya di rawa-rawa, mempunyai

ketahanan untuk tetap bertahan hidup pada kisaran pH yang sangat rendah

ataupun tinggi, yaitu antara 4 – 9, misalnya ikan sepat siam.

2.3.2  Oksigen Terlarut (DO)

Page 4: Manajemen Kualitas Air

Menurut Mills dalam Effendi (2003), Atmosfer bumi mengandung

oksigen sekitar 210 ml/liter. Oksigen merupakan salah satu gas yang

terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami

bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan

atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil

tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil.

Menurut Zonneveld dalam Kordi (2004), Kebutuhan oksigen

mempunyai dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu

dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada keadaan metabolisme ikan.

Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari

spesies tertentu di sebabkan oleh adanya perbedaan struktur molekul sel

darah ikan, yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial dalam air

dan derajat kejenuhan oksigen dalam sel darah.

 Proses respirasi akar tanaman air yang menyerap oksigen dari udara

dan melepaskan karbondioksida yang menyebabkan aerasi buruk akan

terjadi akumulasi karbondioksida dan defisit oksigen. Konsekuensinya

respirasi akar dan aktifitas mikrobia aerobik mutlak membutuhkan oksigen

yang terlibat dalam penyediaan hara akan terganggu (Hanafiah, 2005).

2.3.3  Karbondioksida Terlarut

Proses oksidasi akan mengeluarkan gas karbondioksida terlarut yang

akan di gunakan lagi oleh tumbuhhan air untuk melakukan proses

fotosintesis. Bakteri aerob yang hidup dalam air juga membutuhkan oksigen

dalam proses pencernaan bahan organik yang berada dalam air

(Khiatuddin, 2003).

Gas karbondioksida di atmosfer, bersama-sama dengan gas hidrogen

monoksida (HO), gas metan (CH4) juga disebut gas-gas rumah kaca karena

gas-gas tersebut ikut berperan terhadap terjadinya proses pemanasan

global melalui peranannya dalam meningkatkan suhu atmosfer (Asdak,

2007).

Karbondioksida sangat mudah larut dalam pelarut, termasuk air.

Dalam jumlah atau kadar tertentu, karbondioksida ini dapat merupakan

Page 5: Manajemen Kualitas Air

racun. Ikan mempunyai naluri yang kuat dalam mendeteksi kadar

karbondioksida dan akan berusaha mengghindari daerah atau area yang

kadar karbondioksidanya tinggi (Lesmana, 2005).

 2.3.4  Alkalinitas

Kapasitas air tawar di tentukan oleh alkalinitas karbonat dan secara

umum di gambarkan sebagai setara dengan mg/liter kalsium karbonat

(Irianto, 2005).

Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan

indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas

adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan

nilai pH larutan(http://id.wikipedia.org/wiki/Alkalinitas).

Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan

jumlah ion carbonat dan bicarbonat yang mengikat logam golongan alkali

tanah pada perairan

tawar(http://maswira.wordpress.com/2009/02/01/alkalinitas/).

2.3.5  Kesadahan

   Menurut untung (2002), kesadahan air menunjukkan tingkat

kandungan mineral seperti kalsium, magnesium dan seng di dalam air. Jika

kandungan unsur-unsur mineral tersebut tinggi maka air tersebut termasuk

“keras” (hardness).

Tidak semua ikan dapat hidup pada nilai kesadahan yang sama.

Dengan kata lain, setiap jenis ikan memerlukan prasarat nilai kesadahan

pada selang tertentu untuk hidupnya.  Disamping itu, kesadahan juga

merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk

memanipulasi nilai pH. (http://www.o-fish.com/parameter_air.htm).

2.3.6  Ca dan Mg

Page 6: Manajemen Kualitas Air

Kesadahan umum atau "General Hardness" merupakan ukuran yang

menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca++) dan ion magnesium (Mg++)

dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan

tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga

diabaikan (http://www.geocities.com/wpurwakusuma/parameter_air.htm).

Nilai kandungan kalsium (Ca2+) terlarut akan digunakan untuk

menganalisis pengaruh litologi terhadap komposisi kimia

air tanah. Magnesium (Mg2+) sebagai kation yang dijadikan parameter

besar kecilnya pengaruh pelarutan litologi dalam

air(http://wiretes.wordpress.com/2010/01/14/sifat-kimia-airtanah/).

2.4  Parameter Fisika Air

2.4.1 Salinitas

Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang

mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi

kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan,

jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya

kelangsungan hidup(http://nopensetiawan.blogspot.com/2008/05/pengaruh-

salinitas-terhadap-pertumbuhan.html).

Brotowidjoyo (1995), reproduksi pada ikan dipengaruhi oleh kadar air,

air juga mempengaruhi distribusi dan lama hidup ikan serta orientasi

migrasi. Kadar garam yang terkandung dalam air dapat juga mempengaruhi

regulasi osmotik dan menentukan banyaknya telur-telur ikan dalam kolam

budidaya atau mempengaruhi reproduksi ikan.             

2.4.2 Suhu

Suhu suatu perairan sangat dipengaruhi oleh musim, lintang dan

ketinggian dari permukaan laut. Waktu dalam suatu hari dan sirkulasi

udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman dari perairan. Menurut

pernyataan Boyd Suhu perairan yang optimal yaitu kisaran 25 – 32

ºC (http//ideiyanhariini.blogspot.com/2007/02/oksigen terlarut.html).

Page 7: Manajemen Kualitas Air

Menurut Irianto (2005), organisme air memiliki derajat toleransi

terhadap suhu dengan dengan kisaran tertentu yang sangat berperan bagi

pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap

penyakit. Organisme air akan mengalami stres bila terpapar pada suhu

diluar kisaran yang dapat ditoleransi. Pada dasarnya suhu rendah

memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah

menyebabkan stres pernapasan pada ikan berupa menurunnya laju

pernapasan dan denyut jantung.

Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran

zat atau metabolisme dari makhluk hidup. Hal ini terbukti dari jumlah

plankton yang banyak terdapat pada daerah yang beriklim sedang

dibandingkan dengan daerah yang beriklim panas yang mempunyai jumlah

plankton yang sedikit. Pada perairan yang terdapat pada iklim yang panas

proses perombakan berlangsung dengan cepat sehingga plankton-plankton

yang dihasilkan didaerah tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk

mencapai jumlah yang besar. Selain itu juga, Suhu mempunyai kadar

oksigen yang terlarut mengalami kejenuhan oksigen (Asmawi, 1986).

2.4.3  Kedalaman

   Dilihat dari kedalamannya, suatu perairan dapat dibedakan menjadi

dua zona atau mintakat yakni zona litoral yang dangkal dan masih bisa

ditembus oleh cahaya matahari, zona profundal merupakan zona yang tidak

dapat ditembus oleh cahaya matahari.  Kedua zona ini merupakan bagian

dari zona benthal (Barus, 2002).    

2.4.4  Kecerahan, Kekeruhan dan Warna perairan

Kekeruhan air dapat dianggap sebagai indikator kemampuan air dalam

meloloskan cahaya yang jatuh kebadan air, apakah cahaya tersebut

kemudian disebarkan atau diserap oleh air. Semakin kecil tingkat

kekeruhan suatu perairan, semakin dalam cahaya dapat masuk kedalam

badan air, dan demikian semakin besar kesempatan bagi vegetasi akuatis

untuk melakukan proses fotosintesis (Asdak, 2007).

Page 8: Manajemen Kualitas Air

Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan atau sebagian cahaya

yang diteruskan. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan yang

diungkapkan dengan satuan meter sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca,

waktu pengukuran dan padatan tersuspensi. Selain itu kecerahan sangat

dipengaruhi oleh kedalaman perairan karena semakin dalam perairan maka

daerah yang dalam tidak mampu lagi dijangkau oleh

cahaya(http//ideiyanhariini.blogspot.com/2007/02/oksigen terlarut.html).

III. METODE PRAKTEK

3.1  Waktu dan Tempat

Praktek Lapang Mata Kuliah Manajemen Kualitas Air ini dilaksanakan

pada hari Rabutanggal 01 Juni 2011, bertempat di Balai Benih Ikan Sentral

(BBIS), Desa Tulo, KecamatanDolo, Kabupaten Sigi.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis menulis, dan

alat dokumentasi. Bahan yang gunakan adalah kuisioner untuk wawancara.

3.3  Prosedur Kerja

            Adapun cara kerja praktek lapang manajemen kualitas air ini adalah

dengan melakukan pengamatan langsung pada tempat atau wadah yang di

gunakan untuk budidaya ikan lele di balai benih ikan di desa tulo serta

melakukan wawancara kepada masyarakat setempat yang memiliki kolam

mengenai kualitas air pada kolam pembudidaya.

Page 9: Manajemen Kualitas Air

IV.          

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1     Hasil

Berdasarkan praktek lapang yang telah dilakukan di Balai Benih Ikan

Sentral (BBIS)Tulo diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Parameter Kualitas Air Saat Pengamatan

NoParameter

Biologi Kimia Fisika

1. BBI

-     Keong Mas

-     Ikan Mas

-     Ikan Lele

Tidak

Ada

-       Suhu 27 0C-

37 0C

-       Kedalaman 15

cm untuk kolam

penampungaan

benih

-       Kedalaman ±

30 cm untuk

kolam

pembesaran

2.

Kolam

Masyraka

t

          Kangkung

          Bunga Teratai

          Keong Mas

          Ikan Mas

          Ikan Nila

Tidak

Ada

-       Suhu 27 0C-

37 0C

-       Kedalaman

kolan

pembesaran ±

40 cm

 

Page 10: Manajemen Kualitas Air

Tabel 2. Parameter Kualitas Air Saat Perlakuan

N

o

Paramete

r

Perlakuan

BBI Kolam Masyarakat

1. Biologi -    Keong Mas :

Disimpan dalam bak

yang berada di sebelah

bak penampungan ikan

karena dapat dijadikan

Pakan alami untuk ikan

lele.

-    Ikan Mas:

apabila keadaan air

menjadi keruh maka

segera dilakukan

pergantian air.

-    Ikan Lele:

apabila keadaan air

menjadi keruh maka

segera dilakukan

pergantian air.

-    Keong mas:

masyarakat biasanya

menanganinya

dengan mengunakan

pestisida yang

diberikan pada saat

persiapan lahan.

Atau mengangkat

satu persatu koeng

tersebut dari kolam

kemudian

memusnahkannya.

-    teratai dan

kangkung:

dibiarkan disekitar

kolam karena

kangkung juga dapat

di jadikan pakan

alami bagi ikan.

-    Ikan mas dan

ikan nila:

merupakan

organisme yang

bidudidayakan.

2. Kimia -    Pengapuran: -    tidak ada

Page 11: Manajemen Kualitas Air

dilakukan pada saat

persiapan lahan atau

sebelum penebaran

benih. Pengapuran

bertujuan untuk

menaikkan pH tanah

yang bersifat asam

menjadi netral.

3. Fisika -    Kekeruhan:

dilakukan Penyaringan

dengan mengunakan

batu dan ijuk.

-    Konstruksi bak

penyaringan:

dibuat zigzag bertujan

agar kualitas air terjaga

dan kotoran atau

lumpur dapat

mengendap.

-    Suhu:

tergantung pada

kedalaman kolam

dan melakukan

pengisian air.

4.2  Pembahasan

4.2.1 Parameter Biologi Air

Dari hasil praktek di Balai Benih Ikan Sentral di desa Tulo kami

menemukan bahwa organisme-organisme yang terdapat di dalam maupun

sekitar kolam pemijahan seperti keong mas dapat di manfaatkan sebagai

pakan alami bagi ikan-ikan yang  di budidayakan, karena  keong  memiliki

nilai protein yang tinggi.                                                       

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa disatu sisi keong

mas dianggap sebagai hama, tapi disisi lain keong sangat bermanfaat

sebagai sumber nutrisi alternatif bagi ternak dan ikan. Keong mas (setelah

dicincang) merupakan makanan campuran sebagai sumber protein yang

Page 12: Manajemen Kualitas Air

murah. Selain mengandung banyak protein, keong mas juga kaya akan

kalsium  http://wahyonouji76.wordpress.com/2009/03/25/keong-mas-

sebagai-nutrisi-alami-alternatif-edited-by-uji-wahyono/).

Pada kolam masyarakat, keong mas merupakan hama yang dapat

mengganggu ikan-ikan yang di budidayakan oleh masyarakat. Karena

jumlahnya berlebihan, maka masyarakat perlu melakukan pemberantasan

keong ini secara masal. Masyarakat di desa tulo yang memiliki kolam

melakukan pemberantasan keong ini dengan menggunakan pestisida.

Karena keong sangat cepat untuk berkembang  biak jika di biarkan. Sesuai

dengan pernyataan yang menyatakan bahwa keong emas merupakan hama

yang cepat berkembang biak jika tidak dibasmi. Selain menabur racun,

keong emas juga dapat di basmi dengan cara dipungut langsung yang

selanjutnya dibakar atau dihancurkan

(http://www.waspada.co.id/index.php?

Itemid=26&catid=13:aceh&id=167932:keong-emas-resahkan-

petani&option=com_content&view=article).

4.2.2 Parameter Kimia Air

Pengapuran kolam di Balai Benih Ikan Sentral di desa Tulo dilakukan

bertujuan untuk menaikkan pH tanah yang masam menjadi netral selain itu

pengapuran juga bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit pada

bak.  Jika tidak dilakukan pengapuran, maka tingkat keasaman tanah akan

dapat mengakibatkan kematian pada organisme yang di budidayakan.

Sesuai dengan adanya pernyataan yang menyatakan bahwa pengapuran

dan pemupukan kolam tujuannya yaitu untuk membunuh bibit

penyakit(http://hobiikan.blogspot.com/2010/01/pengapuran-dan-

pemupukan-kolam-ikan.html).

4.2.3 Parameter Fisika Air

 Pada bak penampungan di Balai Benih Ikan Sentral Desa Tulo,

suhunya mencapai ±27  0C – 37  0C. Ini merupakan suhu yang normal yang

bisa di toleransi oleh organisme yang di budidayakan. Sesuai pernyataan

yang menyatakan bahwa suhu suatu perairan sangat dipengaruhi oleh

Page 13: Manajemen Kualitas Air

musim, lintang dan ketinggian dari permukaan laut. Suhu perairan yang

optimal yaitu kisaran 25 – 32

ºC (http//ideiyanhariini.blogspot.com/2007/02/oksigen terlarut.html).

Untuk kedalaman pada bak penampungan mencapai ± 15 cm

sedangkan kedalaman kolamnya mencapai  ± 30 cm. Berbeda dengan apa

yang kita lihat pada kolam masyarakat di desa tulo, kedalaman kolamnya

mencapai ± 40 cm. Hal ini bertujuan untuk menjaga volume air pada kolam

tetap terjaga. Kolam yang ada di Balai Benih Ikan Sentral Desa Tulo lebih

baik di bandingkan dengan kolam masyarakat setempat, karena kolam

tanah pada umumnya volume airnya tidak menentu karena beberapa faktor,

biasanya terjadi kerusakan pematang, dan terdapat lubang-lubang pada

pematang yang diakibatkan oleh hewan perusak yang menyebabkan air

dapat keluar. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan

bahwakondisi kolam tanah rentan terhadap terjadinya kebocoran kolam

akibat hewan perusak seperti kepiting, dan akibat tekanan air dari dalam

dan luar kolam, terutama apabila hujan deras, pada kolam tanah sulit untuk

mengontrol hewan predator, sulit mengontrol debit air yang

masuk (http://hobiikan.blogspot.com/2010/01/kekurangan-dan-kelebihan-

kolam-tanah.html).

  

V.              

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil Praktek Lapang Mata Kuliah Manajemen Kualitas

Air, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

1.       Keong emas dan kangkung dapat di jadikan pakan alami bagi ikan.

2.       Nilai pH dapat dinaikkan hingga menjadi normal dengan melakukan

pengapuran pada kolam namun dalam jumlah yang diperhitungkan

Page 14: Manajemen Kualitas Air

3.       Suhu perairan yang optimal yaitu berkisar antara 25 – 32 ºC.

4.       Kondisi kolam tanah rentan terhadap terjadinya kebocoran di bandingkan

dengan kolam beton.

5.2    Saran

Dari data praktek lapang di desa Tulo, kecamatan Dolo, kabupaten Sigi

kami sebagai praktikan ingin menyarankan untuk praktikum selanjutnya

alat yang di gunakan lebih lengkap agar praktikan dapat mengukur

parameter kimia pada kolam-kolam masyarakat.