Manajemen Keuangan
-
Upload
riacitradewi -
Category
Documents
-
view
401 -
download
33
description
Transcript of Manajemen Keuangan
MANAJEMEN KEUANGAN
BAB 18
OLEH:
Nama NIM
I Dewa Gede Suryawan 1315351163
I Wayan Korin Priana 1315351165
Dea Handrika 1315351166
I Gusti Agung Malyani Ratnantari 1315151171
Kadek Ria Citra Dewi 1315351183
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun tugas
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam tugas ini kami membahas
mengenai Manajemen Keuangan untuk Bisnis Nonlaba.
Tugas ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan tugas ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
tugas ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan tugas selanjutnya.
Akhir kata semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.
Denpasar, Desember 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
(halaman)
SAMPUL DEPAN............................................................................................. i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
BAB II ISI........................................................................................................ 2
2.1 Perbedaan Bisnis Laba dengan Bisnis Nonlaba.......................... 2
2.2 Penganggaran Modal Bisnis Nonlaba......................................... 5
2.3 Keputusan Pendanaan Bisnis Nonlaba........................................ 7
2.4 Estimasi Biaya Modal Bisnis Nonlaba........................................ 8
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bisnis non laba adalah bisnis yang menjual jasa atau barang ke public dengan tujuan
utama tidak memperoleh laba. Contoh bisnis nonlaba adalah sekolah, perguruan tinggi,
asosiasi profesi, yayasan social, rumas sakit, dan panti asuhan.
Manajemen keuangan sangat penting bagi bisnis nonlaba, hanya saja karena tidak
memiliki pemegang saham, maka tujuan bisnis nonlaba tidak lagi memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham, tetapi jauh lebih kuas yaitu memuaskan stake holder, yaitu
pihak-pihak yang berkaitan dengan bisnis nonlaba tersebut (pemerintah, masyarakat, pengurus
dan lain-lain yang berkaitan).
Keputusan keuangan seperti keputusan investasi dan keputusan pendanaan yang ada
pada bisnis laba, juga diperlukan dalam bisnis nonlaba. Keputusan investasi yang
dilaksanakan harus memerhatikan social value bagi masyarakat.
Keputusan pendanaan dalam meningkatkan modal sendiri pada bisnis nonlaba hanya
mengharapkan sumbangan atau donasi dari individu atau lembaga, baik pemerintah maupun
swasta.Tentu kondisi ini sangat berbeda dibandingkan bisnis laba yang bisa dilakukan melalui
pengeluaran saham baru di modal saham.
Kebijakan dividen yang merupakan distribusi laba bagi bisnis laba, lebih diutamakan
pada distribusi pada masyarakat luas pada bisnis non laba.
Seperti rumah sakit, sisa lebih yang diperoleh dari operasinya diprioritaskan pada
keringanan pembayaran untuk masyarakat miskin.
Berkaitan dengan manajemen keuangan bisnis non laba, bab ini diuraikan tentang
perbedaan bisnis laba dengan bisnis nonlaba, penganggaran modal bisnis non laba, keputusan
pendanaan bisnis non laba dan estimasi biaya modal bisnis non laba.
1
BAB II
ISI
2.1 Perbedaan Bisnis Laba dengan Bisnis Nonlaba
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana
orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,
terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya
(uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain
sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek
seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi
sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.
Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui
keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti;
pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya
sehingga menekan angka pengangguran.
Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi
lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’
organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur.
Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha
organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber
pendanaan.
Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang
jelas, yakni dari keuntungan usahanya.
2
Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa
yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana.
Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan
Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi.
Alasan utama perusahaan yang mencari laba adalah: untuk mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan itu dengan cara: Memaksimumkan nilai perusahaan,
artinya manajemen harus mengahasilkan laba lebih besar dari biaya modal yang
digunakannya.
Sedangkan alasan utama bisnis non laba adalah: bukan hanya untuk mencapai
keuntungan semata namun juga dalam rangka penyediaan pelayanan public seperti
layanan pendidikan, layanan kesehatan masyarakat, penegakan hukum, transportasi
missal dan lain sebagainnya.
Persamaan antara perusahaan mencari laba dengan bisnis non laba adalah:
Keduanya menghadapi masalah yang sama , yaitu masalah kelangkaan sumber daya
(scarcity of resources), sehingga baik sector public maupun sector swasta dituntut untuk
menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomis , efisien dan efektif.
Dan dari segimanajemen keuangan, pada dasarnya sama di kedua sector.
Kedua sector tersebut membutuhkan informasi yang handal, relevan untuk melaksanakan
fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian).
Perbedaan antara perusahaan mencari laba dengan bisnis non laba adalah:
Setiap organisasi memiliki tujuan yang unik serta spesifik yang hendak dicapai yang bisa
bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Tujuan tersebut kemudian bisa dipilah dan dipilih menjadi tujuan yang
bersifat financial mapun non financial. Tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi
sector public berbeda dengan sector swasta.
Perbedaan yang menonjol adalah tujuan untuk memperoleh laba. Pada sector
swasta, usaha mencapai laba atau profit maksimum dimaksimumkan sedangkan pada
sector public, bukan hanya untuk mencapai keuntungan semata namun juga dalam
rangka penyediaan pelayanan public seperti layanan pendidikan, layanan kesehatan
masyarakat, penegakan hukum, transportasi missal dan lain sebagainya.
3
Bisnis laba atau lebih popular disebut dengan perusahaan oleh investor.
Menurut Brigham and Daves, karakteristik dari bisnis perusahaan meliputi:
1. Pemegang sahamnya jelas dan mereka mengendalikan perusahaan melalui board of
directors.
2. Kelebihan bersih pendapatan atau laba merupakan hak pemegang saham.
3. Perusahaan harus membayar pajak penghasilan yang bersifat progresif sesuai dengan
undang-undang perpajakan yang berlaku
Brigham and Daves lebih lanjut mengungkapkan bisnis non laba memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Pengendalian berada di board of trustees.
2. Tidak memiliki pemegang saham atau shareholder
3. Tidak ada grup atau inidividu yang memiliki ha katas laba.
4. Tidak ada pihak luar yang mengendalikan bisnis.
5. Tidak mempunyai akses ke pasar.
Perbedaan yang paling mendasar antara bisnis laba dengan bisnis nonlaba yaitu bisnis
laba mempunyai akses ke pasar modal, sehingga dapat mengatur struktur modalnya untuk
meningkatkan keuntungan, sedangkan bisnis non laba tidak mempunyai akses untuk itu,
kondisi ini mwngakibatkan bisnis non laba sering menghadapi kendala modal dalam
penganggaran modalnya.
Tujuan perusahaan yang mencari laba adalah memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham atau shareholder wealth maximization, yang di terjemahkan dalam
maksimisasi harga saham.
Bisnis nonlaba bertujuan melayani beberapa kelompok stakeholder (board of trustees,
manajer, pegawai, kreditur, supplier, konsumen, dan masyarakat sekitar) yang anggotanya
lebih luas dari pada stockholder.
Tujuan bisnis nonlaba biasanya tercantum dalam pernyataan misi (mision statement),
kemudian di terjemahkan kedalam berbagai sasaran.
4
Bisnis nonlaba secara finansial harus tetap kuat dan profitable. Karena meskipun
tujuan utamanya bukan mencari laba, tetapi organisasi apapun yang secara finansial lemah
tidak akan mampu mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Menurut Sartono (2000) sasaran yang ingin dicapai sebuah rumah sakit, yang
merupakan bisnis non laba meliputi :
a) Rumah sakit harus mempertahankan financial viabilty (kelangsungan hidup).
b) Rumah sakit harus mampu memperoleh laba yang cukup untuk membiayai ekspansi
atau mengganti aset yang sudah usang.
c) Rumah sakit harus mampu memperoleh laba untuk investasi alat-alat kesetahan yang
lebih canggih dan sangat diperlukan.
d) Rumah sakit haus mempertahankan pelayanan kepada masyarakat dengan biaya
serendah mungkin.
2.2 Penganggaran Modal Bisnis Nonlaba
Prinsip penganggaran modal untuk perusahaan berorientasi laba dapat diterapkan
dalam bisnis, walaupun bisnis nonlaba memiliki tujuan utama menyediakan jasa kepada
masyarakat sekitarnya, dan bukan memaksimumkan pemegang saham.
Menurut Sartono (2000) dua hal penting yang harus diperhatikan adalah dalam analisi
penganggaran modal bisnis non laba meliputi:
1. Analisis proyek bisnis nonlaba harus mempertimbangkan social value selain economic
value.
2. Bagaimana menentukan discount rate yang layak untuk diterapkan dalam perhitungan
net present social value suatu proyek.
5
Nilai social adalah sejumlah manfaat yang dihasilkan dari penanaman modal sebagai
tambahan terhadap pengembalian arus kas suatu proyek, seperti derma dan pelayanan social
lainnya kepada masyarakat.
Ketika nilai social suatu proyek dipertimbangkan, total net present value NPV (TNVP)
proyek sama dengan NPV standar proyek ditambah dengan net present social value (NPSV)
proyek, atau dengan formula:
NPSV merupakan faktor yang membedakan antara analisis penganggaran modal bisnis
laba dengan bisnis non laba. NPSV adalah nilai sekarang dari social value setiap tahun proyek
dengan discount rate sebesar cost of capital.
Suatu proyek yang memiliki TNPV diatas atau sama dengan nol, proyek feasible
dilaksanakan, sebaliknya TNPV lebih kecil dari nol atau negative tidak feasible dilanjutkan.
Namun demikian untuk jangka panjang proyek bisnis non laba harus memiliki NPV ≥
0 hal ini untuk menghindari TNVP > 0 sebagai akibat NPVS > 0, sementara NPV < 0.
Kondisi ini disebabkan karena bisnis non laba untuk jangka panjang harus memiliki
finansial yang cukup untuk membiayai dirinya, jika diperoleh NPV yang negative sebagai
akibat NPVS yang negative, maka proyek tersebut akan kesulitan pendanaan kecuali ada
sumber pembiayaan social misalkan dari pemerintah kabupaten/pemerintah kota setempat.
Sebagai contoh: misalnya rumah sakit dimana memberikan jasa kepada individu yang
bersedia dan mampu untuk membayar jasa tersebut, maka nilai atas barang dan jasa tersebut
tercermin dalam besarnya pembayaran sesungguhnya, sementara itu ada individu lain yang
tidak mampu dan tidak bersedia untuk membayar jasa yang sama dan rumah sakit tetap
memberi pelayanan yang sama.
Selisih pembayaran tersebut disebut dengan social value jasa yang diberikan dapat
didasarkan atas kesediaan orang lain untuk membayar jasa yang sama.
6
Penentuan discount rate yang layak dari proyek bisnis non laba harus diperhitungkan,
walaupun kenyataannya para donator tidak mensyaratkan tingkat keuntungan atas dana yang
diberikan kepada bisnis non laba.
Discount rate yang layak diperhitungkan sesuai dengan adanya opportunity cost
keuntungan yang dikorbankannya, jika menginvestasikan dananya dalam surat berharga.
Dengan demikian keuntungan yang disyaratkan diatas social value adalah sebesar
return of equity investment yang bersedia bagi perusahaan yang sejenis.
2.3 Keputusan Pendanaan Bisnis Nonlaba
Perusahaan yang mencari laba memiliki dua sumber modal sendiri yaitu laba ditahan
dan penjualan saham baru. Bisnis non laba dapat memperbesar laba ditahan, tetapi tidak dapat
menjual saham baru untuk meningkatkan modal sendirinya.
Alternative lain untuk meningkatkan modal sendiri adalah dari bisnis non laba adalah
melalui sumbangan atau donasi dari individu atau lembaga, baik pemerintah maupun swasta.
Salah satu alternative sumber pendaan bagi bisnis non laba adalah municipal bons,
satu jenis utang jangka panjang yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah atau agen
pemerintah untuk pembiayaan bangunan, jalan tol, rumah sakit, lapangan udara,
pengembangan kota dan sebagainya, sedangkan municipal notes biasanya dikeluarkan untuk
pendanaan jangka pendek yang bersifat temporer.
Ada dua jenis municipal bonds yaitu:
(1) general obligation bonds yang dijamin dengan penerimaan pajak pemerintah
secara keseluruhan
(2) special tax bonds yang dijamin dengan penerimaan pajak dari proyek yang dibiayai
tersebut (misalnya, proyek jalan tol).
7
Municipal bonds pada umumnya tidak harus dipasarkan di pasar modal, sebagaimana
halnya corporate bonds, sehingga relative sulit bagi investor untuk mendapatkan informasi
tersebut di pasar modal.
Di Amerika Serikat, pasar municipal bonds memegang peranan sangat penting dalam
pendanaan jangka panjang proyek-proyek pemerintah, karena pendapatan bunga atas
municipal bonds tidak dikenakan pajak baik untuk federal taxes maupun state taxes, dan
adanya jaminan dari perusahaan asuransi atas default risk.
2.4 Estimasi Biaya Modal Bisnis Nonlaba
Estimasi biaya modal bisnis nonlaba tidak jauh beda dengan estimasi biaya modal
perusahaan yang mencari laba. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah perbedaan dalam
memperoleh modal sendiri.
Seperti telah dijelaskan pada keputusan pendanaan sebelumnya bisnis yang
berorientasi laba mendapatkan modal sendiri dengan cara menjual saham dan menahan
sebagian laba yang diperoleh, sementara itu bisnis nonlaba memperoleh modal sendiri dengan
cara memperbesar laba yang diperoleh melalui sumbangan atau donasi dari individu atau
kelompok masyarakat.
Konsep biaya modal bisnis nonlaba rata-rata tertimbang digunakan terutama untuk
keputusan investasi jangka panjang atau pengganggaran modal. Biaya modal rata-rata
tertimbang pada bisnis nonlaba adalah opportunity cost penggunaan modal untuk membeli
asset dibandingkan dengan digunakan untuk alternative lain.
Opportunity cost equity berupa tingkat keuntungan yang diperoleh atas investasi atau
pembayaran dividen dalam bentuk kas, sementara itu, sehingga penentuan opportunity cost of
capital sangat sulit.
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan biaya modalsendiri
bisnis nonlaba adalah:
8
1. Biaya modal sendiri sama dengan nol, dengan alasan bahwa penyumbang atau
pemberi dana tidak mengharapkan tingkat keuntungan atas dana yang diberikan
kepada bisnis nonlaba.
2. Biaya modal sendiri sama dengan tingkat bunga bebas resiko, yaitu merupakan
tingkat bunga minimal yang diperhitungkan. Di Indonesia untuk mempermudah
analisis, tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sering dipakai sebagai proxy
tingkat bunga bebas risiko.
3. Biaya modal sendiri adalahsama dengan biaya laba ditahan perusahaan sejenis yang
mencari laba, alasannya adalah dana atau biaya modal tersebut dapat diinvestasikan
kedalam usaha yang mempunyai risiko yang hamper sama.
Bisnis nonlaba dapat menerapkan trade-off-theory dan struktur modal optimal
(struktur modal dengan biaya paling rendah).
Asymmetric theory tidak dapat diterapkan dalam bisnis nonlaba karena bisnis
nonlaba tidak mengeluarkan saham biasa.
Bisnis nonlaba yang dapat mempertahankan struktur modal yang optimal akan
memiliki competitive advantage karena mampu memberikan pelayanan yang lebih baik
dengan biaya yang sama atau biaya lebih rendah.
9
BAB III
PENUTUP
Perbedaan yang paling mendasar bisnis laba dengan nonlaba adalah bisnis laba
mempunyai akses ke pasar modal, sehingga dapat mengatur struktur modalnya untuk
meningkatkan keuntungan, sedangkan bisnis laba tidak punya akses untuk itu, kondisi ini
mengakibatkan bisnis nonlaba sering menghadapi kendala modal dalam penganggaran
modalnya.
Analisis penganggaran modal bisnis non laba meliputi: (1) analisis proyek bisnis
non laba harus mempertimbangkan social value selain economic value; dan (2) bagaimana
menentukan discount rate yang layak untuk diterapkan dalam penghitungan net present social
value suatu proyek. Ketika nilai social suatu proyek dipertimbangkan, total net present value
(TNPV) proyek sama dengan NPV standar proyek ditambah dengan net present social value
(NPSV) proyek.
Salah satu alternative sumber pendaan bagi bisnis non laba adalah municipal bons,
satu jenis utang jangka panjang yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah atau agen
pemerintah untuk pembiayaan bangunan, jalan tol, rumah sakit, lapangan udara,
pengembangan kota dan sebagainya, sedangkan municipal notes biasanya dikeluarkan untuk
pendanaan jangka pendek yang bersifat temporer. Ada dua jenis municipal bonds yaitu (1)
general obligation bonds yang dijamin dengan penerimaan pajak pemerintah secara
keseluruhan, dan (2) special tax bonds yang dijamin dengan penerimaan pajak dari proyek
yang dibiayai tersebut (misalnya, proyek jalan tol).Peningkatan modal sendiri dari bisnis
nonlaba adalah melalui sumbangan atau donasi dari individu atau lembaga, baik pemerintah
maupun swasta.
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan biaya modalsendiri
bisnis nonlaba adalah: (1) Biaya modal sendiri sama dengan nol; (2) sama dengan tingkat
bunga bebas resiko; (3) sama dengan biaya laba ditahan perusahaan sejenis yang mencari
laba.
10
DAFTAR PUSTAKA
Wiagustini, Ni Luh Putu, 2010, Manajemen Keuangan: Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan, Cetakan Pertama, Udayana University Press, Denpasar
http://andikaffiliate.blogspot.com/2011/12/management-s3pak-mujip-
managemen.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_nirlaba
http://16111592.blogspot.com/2012/10/organisasi-non-profit-organisasi-nirlaba.html
11