Manajemen keuangan

6
1 A. PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN Manajemen Keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Penjelasan Singkat Masing-Masing Fungsi Manajemen Keuangan : 1. Perencanaan Keuangan Membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu. 2. Penganggaran Keuangan Tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan. 3. Pengelolaan Keuangan Menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara. 4. Pencarian Keuangan Mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan. 5. Penyimpanan Keuangan Mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana tersebut dengan aman. 6. Pengendalian Keuangan Melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada paerusahaan.

Transcript of Manajemen keuangan

Page 1: Manajemen keuangan

1

A. PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN

Manajemen Keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.

Penjelasan Singkat Masing-Masing Fungsi Manajemen Keuangan :

1. Perencanaan KeuanganMembuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya

untuk periode tertentu.

2. Penganggaran KeuanganTindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan

pemasukan.

3. Pengelolaan KeuanganMenggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan

berbagai cara.

4. Pencarian KeuanganMencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan

perusahaan.

5. Penyimpanan KeuanganMengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana tersebut dengan aman.

6. Pengendalian KeuanganMelakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada

paerusahaan.

7. Pemeriksaan KeuanganMelakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi

penyimpangan.B. POTENSI KONFLIK ANTARA PEMEGANG SAHAM DAN MANAJER

Konflik keagenan adalah konflik kepentingan yang terjadi antara pemegang saham dan manajer. Adanya konflik keagenan ini akan menimbulkan kos keagenan (agency cost) bagi perusahaan. Untuk meminimalkan kos keagenan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara:

Page 2: Manajemen keuangan

2

1. meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajemen (insider ownership),

2. meningkatkan kepemilikan institusional, 3. meningkatkan dividen,4. meningkatkan penggunaan utang.

Permasalahan dari penelitian ini adalah apakah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen dan leverage berpengaruh pada kos keagenan (agency cost). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji:

1. pengaruh kepemilikan manajerial pada kos keagenan 2. pengaruh kepemilikan institusional pada kos keagenan 3. pengaruh kebijakan dividen pada kos keagenan4. pengaruh leverage pada kos keagenan.

Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur pada tahun 2004-2008 di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metoda purposive sampling. Sebanyak 61 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian ini. Metoda analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil pengujian asumsi klasik menunjukkan model regresi sudah memenuhi persyaratan uji asumsi klasik. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa

a. kepemilikan manajerial berpengaruh negatif pada kos keagenan, b. kepemilikan institusional tidak berpengaruh pada kos keagenan, c. kebijakan dividen tidak berpengaruh pada kos keagenand. leverage tidak berpengaruh pada kos keagenan.

Berdasarkan teori agensi, karakteristik utama hubungan keagenan terletak pada kontrak pelimpahan wewenang dan tanggungjawab dari prinsipal kepada agen. Pelimpahan ini menimbulkan pemisahan antara klaiman residu dengan otoritas pengambilan keputusan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan dapat terjadi pada semua entitas yang mengandalkan pada kontrak, baik eksplisit ataupun implisit, sebagai acuan pranata perilaku partisipan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hubungan keagenan terjadi pada setiap entitas

Kontrak dapat bersumber dari kebiasaan (Adnan, Chatterjee & Nankervis, 2003), kesamaan kepentingan untuk mencapai tujuan bersama (Shleifer & Vishny, 1986), dan ikatan hukum formal (Biondi, Canziani & Kirat, 2007). Dari sisi aturan formal, entitas pemerintahan dijalankan dengan mengacu pada seperangkat aturan yang menspesifikasikan tugas, wewenang, dan tanggungjawab setiap partisipan. Walaupun cara kerja dan mekanisme hubungan antar partispan dalam organisasi pemerintah berbeda dengan sektor korporasi, adanya ikatan formal tersebut menunjukkan adanya kontrak dalam organisasi pemerintahan di Indonesia. Hal ini

Page 3: Manajemen keuangan

3

memberikan justifikasi bahwa terdapat hubungan keagenan dalam organisasi pemerintahan di Indonesia.

Mengacu pada UU No 32 tahun 2004 sebagai rujukan kontrak formal, partisipan pada organisasi pemerintahan meliputi rakyat, lembaga bupati atau walikota, dan DPRD. UU tersebut menyatakan bahwa bupati dan walikota bertanggungjawab atas perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban program pemerintah. Selanjutnya, dinyatakan bahwa bupati dan walikota dipilih oleh rakyat. Mekanisme pemilihan ini merupakan pertanda adanya pelimpahan wewenang dari rakyat kepada bupatai dan walikota. Fakta adanya pemberian otoritas eksekutif dan pelimpahan wewenang kepada bupati dan walikota menunjukkan bahwa bupati dan walikota berperan sebagai agen dan rakyat merupakan prinsipal dalam rerangka hubungan keagenan.

DPRD dalam UU tersebut berperan sebagai mitra kerja bupati dan walikota yang berperan dalam fungsi penganggaran, pengawasan, dan legislasi. Selanjutnya, dinyatakan bahwa anggota DPRD dipilih oleh rakyat secara langsung. Ketentuan ini menyiratkan bahwa DPRD merupakan representasi rakyat dalam struktur pengambilan keputusan formal oleh pemerintah daerah. Konstelasi berdasarkan peraturan perundangan tersebut menunjukkan bahwa DPRD mempunyai karakterisrik representatif yang bertugas melakukan monitoring. Oleh karena itu, DPRD dapat dianggap setara dengan board dalam governance berdasarkan konsep keagenan.

C. TUGAS MANAJER KEUANGAN

Manajer keuangan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap apa yang telah dilakukannya. Ada pun keputusan keuangan yang menjadi tanggung jawab manajer keuangan dikelompokkan ke dalam tiga (3) jenis:

1. Mengambil keputusan investasi (investment decision), Menyangkut masalah pemilihan investasi yang diinginkan dari sekolompok kesempatan yang ada, memilih satu atau lebih alternatif investasi yang dinilai paling menguntungkan.

2. Mengambil keputusan pembelanjaan (financing decision), Menyangkut masalah pemilihan berbagai bentuk sumber dana yang tersedia untuk melakukan investasi, memilih satu atau lebih alternatif pembelanjaan yang menimbulkan biaya paling murah.

3. Mengambil keputusan dividen (dividend decision) atau dividen policy, Menyangkut masalah penentuan besarnya persentase dari laba yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai kepada para pemegang saham, stabilitas pembayaran dividen, pembagian saham dividen dan pembelian kembali saham-saham.

Keputusan-keputusan tersebut harus diambil dalam kerangka tujuan yang seharusnya dipergunakan oleh perusahaan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan adalah

Page 4: Manajemen keuangan

4

harga yang terbentuk seandainya perusahaan dijual. Apabila perusahaan “go public” maka nilai perusahaan ini akan dicerminkan oleh harga saham perusahaan tersebut. Dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka pemilik perusahaan menjadi lebih makmur sehingga mereka menjadi lebih senang.

Aktivitas perusahaan ditinjau dari sudut manajemen keuangan menjadi tugas manajer keuangan. Tugasnya antara lain adalah sebagai berikut :

a. Perolehan dana dengan biaya murah.

b. Penggunaan dana efektif dan efisien

c. Analisis laporan keuangan

d. Analisis lingkungan Internal dan eksternal yang berhubungan dengan keputusan rutin dan khusus.