Manajemen Kegawatdaruratan Infark Miokard Akut

11
 MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN INFARK MIOKARD AKUT Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini menjadi  penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya. Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler (Depkes, 2014). Data yang didapatkan dari penelitian yang di lakukan Direktorat Jenderal Yanmedik Indonesia pada tahun 2007 adalah jumlah  pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia adalah 239.548 jiwa. Penyakit jantung iskemik merupaka kasus yang banyak terjadi dengan jumlah 110.183 kasus. Care fatelity rate atau CFR tertinggi terjadi  pada infark mikard akut sebesar 13,49% dan kemudian diikuti oleh gagal jantung sebesar 13,42% dan penyakit jantung lainnya adalah 13,37%. Kematian yang disebabkan oleh miokardium, keadaan yang sama juga bisa dialami di Indonesia khusunya daerah perkotaan dimana pola penyakit infark miokardium sudah sama dengan pola-pola negara maju (Pradana, 2011 dikutip dari Martana dkk,2012). Salah satu penyakit kardiovaskuler adalah Infark Miokard Akut atau yang  biasa disingkat IMA. Data dari WHO tahun 2008 menunjukkan bahwa pada tahun 2004 Infark Miokard Akut atau IMA merupakan penyebab kematian utama di dunia. Terhitung 12,2% kematian di dunia diakibatkan oleh penyakit ini (WHO,2008 dikutip dari Frayusi,2012). Pada tahun 2008 di Indonesia sendiri Infark Miokard Akut atau IMA merupakan penyebab kematian pertama dengan angka mortalitas 2.200.000 atau 14% (Pradana, 2011 dikutip dari Martana dkk,2012). Infark Miokard Akut atau IMA terjadi bila ada infark atau nekrosis otot  jantung karena kurangnya suplai oksigen dan darah pada miokard ataupun terja di ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen pada miokard. Pada dasarnya otot jantung memerlukan keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen untuk menjalankan fungsinya (Stillwell,2011). Oklusi arteri koronaria bisa menyebabkan Infark Miokard Akut atau IMA, namun trombosis atau perdarahan

description

kegawatdaruratan

Transcript of Manajemen Kegawatdaruratan Infark Miokard Akut

  • MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN INFARK MIOKARD AKUT

    Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu masalah kesehatan utama

    yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini menjadi

    penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya. Pada tahun 2008

    diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit

    kardiovaskuler (Depkes, 2014). Data yang didapatkan dari penelitian yang di

    lakukan Direktorat Jenderal Yanmedik Indonesia pada tahun 2007 adalah jumlah

    pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia

    adalah 239.548 jiwa. Penyakit jantung iskemik merupaka kasus yang banyak

    terjadi dengan jumlah 110.183 kasus. Care fatelity rate atau CFR tertinggi terjadi

    pada infark mikard akut sebesar 13,49% dan kemudian diikuti oleh gagal jantung

    sebesar 13,42% dan penyakit jantung lainnya adalah 13,37%. Kematian yang

    disebabkan oleh miokardium, keadaan yang sama juga bisa dialami di Indonesia

    khusunya daerah perkotaan dimana pola penyakit infark miokardium sudah sama

    dengan pola-pola negara maju (Pradana, 2011 dikutip dari Martana dkk,2012).

    Salah satu penyakit kardiovaskuler adalah Infark Miokard Akut atau yang

    biasa disingkat IMA. Data dari WHO tahun 2008 menunjukkan bahwa pada tahun

    2004 Infark Miokard Akut atau IMA merupakan penyebab kematian utama di

    dunia. Terhitung 12,2% kematian di dunia diakibatkan oleh penyakit ini

    (WHO,2008 dikutip dari Frayusi,2012). Pada tahun 2008 di Indonesia sendiri

    Infark Miokard Akut atau IMA merupakan penyebab kematian pertama dengan

    angka mortalitas 2.200.000 atau 14% (Pradana, 2011 dikutip dari Martana

    dkk,2012).

    Infark Miokard Akut atau IMA terjadi bila ada infark atau nekrosis otot

    jantung karena kurangnya suplai oksigen dan darah pada miokard ataupun terjadi

    ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen pada miokard. Pada

    dasarnya otot jantung memerlukan keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

    untuk menjalankan fungsinya (Stillwell,2011). Oklusi arteri koronaria bisa

    menyebabkan Infark Miokard Akut atau IMA, namun trombosis atau perdarahan

  • ke dalam plak ateroma juga dapat menjadi penyebab. Infark Miokard Akut atau

    IMA juga dapat timbul akibat dari spasme arterial atau embolisasi dari bekuan

    darah atau material ateroma proksimal dari tempat obstruksi (Eliastam,1998).

    Infark miokard diakibatkan oleh iskemia pada mikard yang

    berkepanjangan, yang bersifat irreversibel. Waktu yang diperlukan bagi sel-sel

    otot jantung mengalami kerusakan, adalah iskemia selama 15-20 menit. Infark

    miokard hampir selalu terjadi di ventrikel kiri dan dengan nyata mengurangi

    fungsi ventrikel kiri: makin luas daerah infark, makin kurang daya kontraksinya.

    Jika dilihat secara fungsional, infark miokard menyebabkan berkurangnya

    kontraksi dengan gerak dinding yang abnormal, terganggunya kepaduan ventrikel

    kiri, berkurangnya volume denyutan, berkurangnya waktu pengeluaran dan

    meningkatkan tekanan akhir distole ventrikel kiri. gangguan fungsi tidak hanya

    tergantung luasnya infark tetapi dilihat juga dari lokasi terjadinya infark karena

    berhubungan dengan pasokan darah (Tambayong,2000).

    Fase terjadi infark yaitu yang pertama adalah hiperakut berlangsung

    beberapa jam, pola EKG didapatkan ST elevasi tinggi, gelombang T positif tinggi.

    Selanjutnya lanjutan atau berkembang penuh berlangsung beberapa jam sampai

    dengan hari,pola EKG didapatkan Q patologis. Gelombang T inversi, dan segmen

    ST elevasi. Resolusi berlangsung beberapa minggu,pola EKG didapatkan

    gelombang T positif normal, dan segmen isoelektris. Stabilisasi kronik didapatkan

    Q patologis permanen. Lokasi terjadinya infark bermacam-macam. Adapun lokasi

    infark adalah sebagai berikut: sub-endokardial, intramural, transmral dan sub-

    epikardial. Luas dan lokasi kerusakan miokard berbeda setiap kasusnya dan

    tergantung pada hal-hal berikut ini, antara lain: lokasi dan derajat aterosklerosis,

    lokasi, derajat,ada/ tidaknya spasme arteri koronaria, ukuran vaskularisasi yang

    terganggu, jauhnya sirkulasi kolateral dan kebutuhan oksigen miokard yang

    perfusinya terganggu (Udjianti, 2011).

    Gejala utama jika seseorang mengalami Infark Miokard Akut atau IMA

    adalah nyeri dada. Nyeri dada ini terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung terus

    menerus. Nyeri dada terletak di bagian bawah sternum dan perut atas. Nyeri akan

    terasa lebih semakin berat dan dapat tidak tertahankan. Rasa nyeri tersebut bisa

  • menyebar ke bahu dan bahu. Lengan yang biasanya terasa nyeri adalah lengan

    bagian kiri. Nyeri juga dapat menjalar ke dagu dan leher,namun itu hanya terjadi

    pada beberapa kasus.

    Nyeri yang dirasa penderita Infark Miokard Akut atau IMA berbeda

    dengan nyeri yang dirasakan penderita angina. Nyeri pada Infark Miokard Akut

    atau IMA muncul secara spontan dan menetap selama beberapa jam bahkan

    beberapa hari meski telah beristirahat ataupun telah meminum obat. Nyeri muncul

    secara spontan disini dimaksudkan nyeri ini muncul bukan karena bekerja berat

    atau gangguan emosi. Gejala yang dirasakan penderita Infark Miokard Akut atau

    IMA selain nyeri adalah napas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing dan

    kepala ringan, dan mual serta muntah. Penderita diabetes mellitus tidak

    merasakan nyeri berat jika menderita Infark Miokard Akut atau IMA karena

    neuropati yang menyertai diabetes mempengaruhi neuroreseptor, sehingga nyeri

    tidak terasa karena ditumpulkan (Smeltzer,2001).

    Orang yang beresiko menderita Infark Miokard Akut atau IMA adalah

    orang yang merokok, hiperlipidemia, hipertensi, diabetes, obesitas, gaya hidup

    banyak duduk, dan stres. Jika dilihat dari jenis kelamin, pria yang berusia lebih

    dari 50 tahun, cenderung akan mengalami Infark Miokard Akut atau IMA seperti

    wanita yang telah mengalami menopause atau pascamenopause. Infark Miokard

    Akut atau IMA juga dapat terjadi pada orang yang memiliki anggota keluarga

    dengan penyakit kardiovaskuler (Stillwell,2011). Dari penelitian diperoleh

    sebanyak 38 (88,4%) orang laki-laki dan 5 (11,6%) orang perempuan menderita

    infark miokard. Penderita Infark Miokard Akut atau IMA paling banyak berada

    pada usia 50-59 tahun, yaitu sebanyak 14 (32,6) pasien (Yasmin,2010). Beberapa

    faktor resiko yang dapat diubah terbagi menjadi 2, yaitu mayor dan minor. adapun

    yang termasuk ke dalam kelompok mayor yaitu hiperlipidemia, hipertensi,

    merokok, diabetes mellitus, diet tinggi lemak jenuh dan kalori, sedangkan yang

    termasuk ke dalam kelompok minor adalah inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe

    A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif), dan juga stress psikologis

    berlebihan (Amin,2013).

  • Terdapat beberapa studi diagnostik yang dilakukan dan didapatkan pada

    Infark Miokard Akut atau IMA. Studi diagnostik itu antara lain yang pertama

    adalah hasil dari sel darah putih adalah sekitar (10.000 20.000 mm3) yang

    muncul pada hari kedua setelah serangan infark karena inflamasi atau biasa

    disebut leukositosis. Sedimentasi meningkat pada hari ke 2-3 setelah serangan

    yang menunjukkan adanya inflamasi. Kardiak iso-enzim menunjukkan pola

    keusakan yang khas, untuk membedakan kerusakan otot jantung dengan otot

    jantung lain. Tes fungsi ginjal menunjukkan peningkatan kadar BUN ( Blood

    Urea Nitrogen ) dan kreatinin karena penurunan laju filtrasi glomerulus (

    glomerulo filtrasi rate/GFR) terjadi akibat penurunan curah jantung. Analisis Gas

    Darah ( Blood Gas Analysis,BGA) menilai oksigenasi jaringan (hipoksia)

    danperubahan keseimbangan asam-basa darah. Kadar elektrolit menilai

    abnormalitas kadar natrium, kalium atau kalsium yang membahayakan kontraksi

    otot jantung. Peningkatan kadar serum kolesterol atau trigeliserida dapat

    meningkatkan risiko arteriosklerosis ( Coronary Artery Disease ). Kultur darah

    mengesampingkan septikemia yang mungkin menyerang otot jantung. Level obat

    dilakukan untuk menilai derajat toksisitas obat tertentu (seperti digoxin). Hasil

    interpretasi EKG menunjukkan segmen ST elevasi abnormaol menunjukkan

    adanya injuri miokard, gelombang T inversi (arrow head) menunjukkan adanya

    iskemia miokard dan Q patologis menunjukkan adanya nekrosis miokard.

    Radiologi yang dilakukan adalah thorax rontgen, echocardiogram, dan

    radioactive isotope. Thorax rontgen untuk menilai kardiomegali karena gagal

    jantung kongestif. Echocardiogram untuk menilai struktur dan fungsi abnormal

    otot dan katup jantung. Radioactive isotope untuk menilai area iskemia serta non-

    perfusi koroner dan miokard (Udjianti,2011).

    Diagnosis infark miokard didasarkan atas diperolehnya dua atau lebih dari

    3 kriteria, yaitu adanya nyeri dada, perubahan gambaran elektrokardiograf (EKG)

    dan peningkatan pertanda biokimia. Sakit dada terjadi lebih dari 20 menit dan

    tidak ada hubungan dengan aktifitas atau latihan yang telah dilakukan. Hasil dari

    EKG yang khas adalah timbulnya elevasi segmen ST dan inversi gelombang T

    (Pradana, 2011 dikutip dari Martana dkk,2012).

  • Berdasarkan EKG 12 sandapan Infark Miokard Akut atau IMA

    diklasifikasikan menjadi 2, yaitu Infark Miokard Akut ST-elevasi (STEMI) dan

    Infark Miokard Akut non ST-elevasi (NSTEMI). Infark Miokard Akut STEMI

    (ST-elevasi) yaitu oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area infark

    yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan

    elevasi segmen ST pada EKG. Infark miokard akut non ST-elevasi (NSTEMI)

    maeruapakan oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh

    ketebalan miokardium, sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG

    (Sudoyo,2010).

    Beberapa komplikasi yang disebabkan oleh Infark Miokard Akut atau

    IMA, yaitu disfungsi ventrikular, gangguan hemodinamik, syok kardiogenik,

    infark ventrikel kanan, aritmia pasca STEMI, ekstrasistol ventrikel, takikardia dan

    fibrilasi ventrikel, fibrilasi atrium, aritmia supraventrikular, asistol ventrikel,

    bradiaritmia dan blok dan juga komplikasi mekanik. Pada disfungsi ventrikular,

    ventrikel kiri mengalami perubahan serial dalam bentuk ukuran, dan ketebalan

    pada segmen yang mengalami infark dan non infark. Syok kardiogenik dapat

    terjadi jika penderita juga mempunyai penyakit arteri koroner multivesel. Syok

    kardiogenik ini ditemukan 10 % pada saat masuk dan 90% saat masa perawatan

    (Sudoyo,2010). Angka mortalitas dan morbiditas komplikasi yang terjadi pada

    Infark Miokard Akut atau IMA yang masih tinggi dapat dipengaruhi oleh

    beberapa faktor berikut ini seperi keterlambatan mencari pengobatan, kecepatan

    serta ketepatan diagnosis dan penanganan dokter. Kecepatan penanganan dinilai

    dari time window (kurang dari 6 jam) antara onset nyeri dada sampai tiba di

    rumah sakit dan mendapat penanganan di rumah sakit. Apabila time window

    berperan dalam kejadian komplikasi, maka perlu dikaji apa saja yang menjadi

    faktor keterlambatannya. Ketepatan dinilai dari modalitas terapi yang dipilih oleh

    dokter yang menangani. Evaluasi tentang kecepatan dan ketepatan penanganan

    terhadap pasien Infark Miokard Akut atau IMA diperlukan untuk mencegah

    timbulnya komplikasi (Farissa dkk,2012)

    Penatalaksanaan Infark Miokard Akut atau IMA perlu dilakukan sebelum

    di rumah sakit dan di rumah sakit. Tatalaksana sebelum di rumah sakit perlu

  • dilakukan karena hal tersebut sebagai pertolongan pertama. Kematian penderita

    Infark Miokard Akut atau IMA STEMI sebagian besar diakibatkan adanya

    fibrilasi ventrikel mendadak. Tatalaksana di rumah sakit dilakukan di Instalasi

    Gawat Darurat dan juga ICCU. Tujuan tatalaksana di Instalasi Gawat Darurat

    adalah untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri dada, mengidentifikasi cepat

    penderita Infark Miokard Akut atau IMA yang merupakan kandidat terapi

    reperfusi segera, triase untuk menentukan ruangan yang tepat di rumah sakit, dan

    juga menghindari pasien STEMI untuk pulang cepat. Jika penderita Infark

    Miokard Akut atau IMA sedang berada di ruang ICCU maka yang perlu

    diperhatikan diantaranya adalah pasien harus istirahat pada 12 jam pertama.

    Pasien harus puasa atau hanya minum cair dengan mulut dalam 4-12 jam karena

    beresiko untuk muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard, pasien

    memerlukan sedasi selama perawatan untuk mempertahankan peride inaktivitas

    dengan penenang dan juga dianjurkan penggunaan kursi komod di samping

    tempat tidur, diet tinggi serat dan penggunaan pencahar ringan secara rutin untuk

    pasien yang mengalami konstipasi yang diakibatkan oleh istirahat di tempat tidur

    dan efek penggunaan narkotik untuk menghilangkan rasa nyeri (Farissa

    dkk,2012).

    Ketika pasien dengan kemungkinan Infark Miokard Akut atau IMA tiba di

    unit kedaruratan, diagnosis dan penatalaksanaan awal pasien harus cepat karena

    manfaat terapi reperfusi akan bermanfaat paling besar jika dimulai dengan cepat.

    Idealnya evaluasi dilakukan dalam 10 menit pertama setelah kedatangan, namun

    pasti dilakukan dalam 20 menit pertama. Riwayat pasien dan hasil EKG adalah

    metode primer dalam mengdiagnosis Infark Miokard Akut atau IMA. Hasil dari

    EKG untuk mengetahui adanya elevasi pada segmen ST 1 mm atau lebih dan

    memberi bukti bahwa adalah oklusi arteri koronari trombotik.

    Jika penapisan awal menunjukkan Infark Miokard Akut atau IMA, maka

    perlu dilakukan beberapa penatalaksanaan awal pasien dengan Infark Miokardium

    yang dicurigai. penatalaksanaan tersebut seperti pemberian aspirin, memasang

    monitor jantung pada pasien dan dapatkan EKG serial,memberikan oksigen

  • melalui kanula nasal, memberikan nitrogliserin subligual, dan memberikan

    analgesia yang adekuat dengan morfin sulfat.

    Pada pasien Infark Miokard Akut atau IMA yang mendapat terapi aspirin,

    dilakukannya monitoring terhadap terapi aspirin. Aspirin dapat digunakan sebagai

    terapi pencegahan primer maupun sekunder terjadinya trombus pada penyakit

    kardiovaskul. Aspirin memiliki efek samping yang terkadang dirasakan pasien

    Infark Miokard Akut atau IMA. Efek samping itu berpengaruh pada

    gastrointestinal. Namun efek ini dapat menurun jika dosis aspirin yang dugunakan

    untuk terapi dalam keadaan dosis yang rendah. Pada penelitian yang dilakukan

    oleh Dyah A dkk tidak ditemukan efek samping gastrointestinal pada pasien

    Infark Miokard Akut atau IMA (Perwitasari, 2010)

    Terapi oksigen bertujuan untuk mempertahankan oksigenasi jaringan agar

    tetap adekuat dan dapat menurunkan kerja miokard akibat kekurangan suplai

    oksigen (Hararap,2004 dikutip dari Widiyanto & Yasmin, 2014). Pada pasien

    Infark Miokard Akut atau IMA terjadi penyumbatan ataupun penyempitan arteri

    koroner secara mendadak yang menyebakan jaringan miokard mengalami

    iskemik, maka dengan pemberian terapi oksigen dapat mempengaruhi tonus otot

    arteri sehingga menyebabkan vasodilatasi dari arteri koroner ( sebagaimana

    kondisi hipoksia dapat menyebabkan vasokontriksi arteri koroner ), sehingga

    suplai darah dan oksigen ke jaringan miokard yang mengalami iskemik dapat

    kembali baik yang pada akhirnya dapat mempertahankan fungsi pompa ventrikel

    dan fungsi sistem kardiovaskuler secara umum sebagai salah satu sistem

    trasportasi oksigen yang menentukan saturasi oksigen. Saturasi oksigen adalah

    kemampuan hemoglobin mengikat oksigen (Rupii,2005 dikutip dari Widiyanto &

    Yasmin,2014) . Saturasi oksigen dipengaruhi beberapa faktor, antara lain jumlah

    oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), kecepatan difusi dan kapasitas

    hemoglobin dalam membawa oksigen (Potter & Perry,2006 dikutip dari

    Widiyanto & Yasmin,2014). Sebelum diberikan terapi oksigen penderita Infark

    Miokard Akut atau IMA mengalami hipoksia dengan nilai SAO2 90 - < 95% dan

    kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Setelah dilakukan terapi oksigen dengan

    binasal kanul, terjadi peningkatan saturasi oksigen. Saturasi oksigen menjadi

  • normal dengan nilai 95-100%. Namun beberapa pasien Infark Miokard Akut atau

    IMA tetap mengalami hipoksia. Hipoksia yang dialami adalah hipoksia ringan

    dengan nilai SaO2 sebesar 90-95% (Widiyanto & Yasmin,2014).

    Diagnosa Infark Miokard Akut atau IMA dapat ditegakkan dengan salah

    satunya melihat hasil EKG atau elektrokardiogram. Elektrogram merupakan

    metode pemeriksaan noninvasif yang mudah didapatkan. EKG atau

    elektrokardiogram membantu menegakkan diagnosis sebelum peningkatan enzim

    kerusakan jantung terdeteksi. Lokasi dan luas infark dapat ditentukan dari

    rekaman EKG berupa elevasi segmen ST, gelombang T pada standar precordial

    lead (Chung, 2007 dikutip dari Martana,2012). Dari penelitian yang dilakukan

    Putu Martana maka dapat disimpulkan bahwa pada gelombang P dari hasil

    pemeriksaan EKG atau elektrokardiograf pada Infark Miokard Akut atau IMA

    tidak terjadi perubahan karakteristik. Pada segmen ST terjadi perubahan

    karakteristik. Perubahan ini terlihat bahwa terjadi elevasi pada segmen ST.

    Perubahan karakteristik juga terjadi pada gelombang dan pada beberapa lead

    mengikuti elevasi segmen ST dari hasil perekaman EKG atau elektrokardiograf

    pasien Infark Miokard Akut atau IMA ( Martana,2012).

    Program perawatan kesehatan di rumah untuk pasien dengan Infark

    Miokard Akut atau IMA terbagi menjadi 3 program yaitu pasien menyesuaikan

    kegiatannya selama masa penyembuhan sampai benar-benar sembuh, pasien

    menjalani program yang teratur dalam meningkatkan aktivitas dan latihan untuk

    rehabilitasi jangka panjang dan menangani timbulnya gejala. Pada masa

    penyembuhan sampai benar-benar sembuh, diperlukannya penyesuaian gaya

    hidup, adaptasi terhadap serangan. Bentuk penyesuaian gaya hidup yang dapat

    dilakukan seperti menghindari aktivitas yang menyebabkan nyeri dada atau pun

    kelelahan, menghindari panas atau dingin yang berlebihan dan berjalan melawan

    angin, menurunkan berat badan bila perlu, berhenti merokok dan lainnya. masa

    penyembuhan setiap pasien berbeda-neda, biasanya 6 sampai 8 minggu. Pada

    masa rehabilitasi pasien perlu melakukan penyesuaian fisik dengan aktifitas yang

    bertahap seperti berjalan-jalan setiap hari dengan meningkatkan jarak dan waktu

    sesuai yang dianjurkan, memantau denyut nadi, menghindari kegiatan yang

  • menegangkan otot, menghindari lantihan fisik setelah makan dan perlunya

    berpartisipasi dalam program latihan harian yang dapat dilanjutkan dengan latihan

    teratur selama hiudp. Selain itu diperlukannya pula pengetahuan untuk menangani

    saat gejala timbul seperti melaporkan diri ke fasilitas darurat jika terasa nyeri

    lebih dari 15 menit. Menghubungi dokter jika terjadi hal berikut ini, seperti napas

    pendek, pingsan, denyut jantung vepat atau lambat dan juga ada bengkak pada

    kaki atau tumit (Smeltzer,2001).

    Infark miokardium terjadi bila adanya infark karena kurangnya suplai

    oksigen atau ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen di miokard.

    Salah satu tanda atau gejala yang timbul jika seseorang terkena Infark Miokard

    Akut atau IMA adalah nyeri dada. Nyeri dada ini terjadi secara spontan dan

    berlangsung secara menerus-menerus (dari berjam-jam hingga berhari-hari). Nyeri

    ini tidak akan hilang walaupun telah beristirahat. Nyeri yang dirasakan sangat

    berat. Namun nyeri yang sangat berat ini tidak dirasakan oleh penderita diabetes,

    karena neuropati yang menyertai diabetes mempengaruhi neuroreseptor, sehingga

    nyeri tidak terasa karena ditumpulkan. Orang yang beresiko mengalami Infark

    Miokard Akut atau IMA adalah orang yang merokok, memiliki hipertensi,

    menderita diabetes mellitus,dan lainnya. dari penelitian terdahulu yang telah

    dilakukan, didapatkan data bahwa pria lebih beresiko dibandingkan wanita.

    Infark Miokard Akut atau IMA dibagi menjadi 2 klasifikasi yaitu Infark

    Miokard Akut ST-elevasi atau STEMI dan Infark Miokard Akut Non ST-elevasi

    (NSTEMI). Penanganan Infark Miokard Akut atau IMA dilakukan terapi oksigen,

    pemberian morfin, penanganan nyeri,pemberian aspirin, pembatasan aktifitas dan

    juga pemantauan hasil EKG. Infark Miokard Akut atau IMA dapat menyebabkan

    komplikasi yang diantaranya adalah disfungsi ventrikular, gangguan

    hemodinamik, syok kardiogenik, infark ventrikel kanan, aritmia pasca STEMI dan

    lainnya. Perlunya penanganan yang cepat dan tepat agar tidak terjadi komplikasi.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Eliastam,Michael. 1998. Penuntun kedaruratan medis. Jakarta:EGC.

    Farissa, Inne Pratiwi dkk. 2012. Komplikasi pada Pasien Infark Miokard Akut

    ST-Elevasi (STEMI) yang Mendapat maupun Tidak Mendapat Terapi

    Reperfusi. Semarang: Universitas Diponegoro.

    Frayusi, Anif. 2012. Pengaruh Pemberian Terapi Wewangian Bunga Lavender

    (Lavandula Angustifolia) Secara Oles Terhadap Skala Nyeri Pada klien

    Infark Miokardium di CVCU RSUP DR M Djamil Padang Tahun 2011.

    Padang: Universitas Andalas.

    Harahap, Ahmad I. (2004). Terapi Oksigen dalam Asuhan Keperawatan. Program

    Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

    Martana, Putu dkk. 2012. Karakteristik Elektrokardiogram (Ekg) Pada Pasien

    Infark Miokard Akut Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (Igd) Rsup Dr.

    Wahidin Sudirohusodo Makassar. Makassar: STIKES Nani Hasanuddin

    Makassar.

    Perwitasari, Dyah Aryani. 2010. Monitoring Efek Samping Penggunaan

    Antitrombotik Pada Pasien Infark Miokard Akut. Yogyakarta: Universitas

    Ahmad Dahlan.

    Pradana, Ardyan. 2011. Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Gangguan

    Kardiovaskuler Infark Miokard Akut di Bangsal Cempaka RSUD

    Sukoharjo, (online),(http://ardyanpradanaoo7.blogspot.com/2011/04/infark-

    miokardakut.html, diakses 07 april 2011).

    Rupii. (2005). Kumpulan makalah PPGD bagi perawat. RSUP Dr Kariadi

    Semarang.

    Siregar, Yasmin F. 2010. Hubungan Antara Luas Infark Miokard Berdasarkan

    Hasil Ekg Dengan Kadar Troponin T Pada Penderita Infark Miokard Akut

    Stemi Dan Non Stemi Di Rsup H. Adam Malik Medan Dari 01 Januari 2008

    31 Desember 2009. Medan: Universitas Sumatera Utara.

    Smeltzer, S. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth

    Vol 1 Edisi 8. Jakarta : EGC.

  • Stillwell, Susan B. 2011. Pedoman keperawatan kritis. Jakarta: EGC.

    Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II

    edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2010.

    Tambayong, Jan. 2000. Patofiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC

    Udjianti, Wajan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba

    Medika.

    Widiyanto, Budi dan Yasmin, L.S. Terapi Oksigen Terhadap Perubahan

    Saturasi Oksigen Melalui Pemeriksaan Oksimetri Pada Pasien Infark

    Miokard Akut (Ima). Prosiding Konferensi Nasional Ii Ppni Jawa Tengah

    2014, 138-143.