Manajemen Kasus Karies Gigi

download Manajemen Kasus Karies Gigi

of 33

description

ok

Transcript of Manajemen Kasus Karies Gigi

BAB IPENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANGManajemen berasal dari kata manage yang artinya mengatur, mengurus atau mengelola. Manajemen adalah usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).A. Tujuan Manajemen Tujuan manajemen adalah sebagai berikut:

1. Untuk mencapai keteraturan, kelancaran, dan kesinambungan usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Untuk mencapai efisiensi, yaitu suatu perbandingan terbaik antara input dan output.

B. Fungsi ManajemenFungsi manajemen adalah sebagai berikut :1. Perencanaan (planning) Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan alternatif-alternatif, kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, dan program-program sebagai bentuk usaha untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Planning jangka panjang memiliki 2 karakteristik utama, yaitu:

a. Tujuan dan sasaran: merupakan dasar bagi strategi penyelesaian masalah

b. Peramalan (forecasting) jangka panjang: langkah awal sebelum membuat perencanaan2. Pengorganisasian (organizing)

Merupakan suatu tindakan atau kegiatan menggabungkan seluruh potensi yang ada dari seluruh bagian dalam suatu kelompok orang atau badan atau organisasi untuk bekerja secara bersama-sama guna mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama, baik untuk tujuan pribadi atau tujuan kelompok dan organisasi. 3. Pelaksanaan atau penerapan (actuating) Merupakan implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian, dimana seluruh komponen yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi tersebut bekerja secara bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk dapat mewujudkan tujuan.

4. Pengawasan (controlling)

Merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan, apakah semua kegiatan tersebut memberikan hasil yang efektif dan efisien serta bernilai guna dan berhasil guna.Didalam pelaksanaannya, Puskesmas perlu memiliki manajemen yang baik. Adapun fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta menduku ng pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Effendi, 2009).Prevalensi skabies diseluruh dunia diperkirakan 300 juta kasus per tahun, walaupun perkiraan ini mungkin terlalu tinggi. Skabies dapat menginfeksi seluruh golongan umur, pada kedua jenis kelamin, semua kelompok etnis, dan semua tingkat kelompok sosial ekonomi.

II. TUJUAN1. Tujuan umum

Meningkatkan manajemen kasus SKABIES di Puskesmas.2. Tujuan khusus

1. Diketahuinya perencanaan manajemen kasus SKABIES di Puskesmas.2. Diketahuinya pelaksanaan manajemen kasus SKABIES di Puskesmas.

3. Diketahuinya monitoring dan evaluasi manajemen kasus SKABIES di Puskesmas.

III. MANFAAT1. Bagi Penulis

Dengan tulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis tentang manajemen kasus SKABIES2. Bagi Instansi Kesehatana. Sebagai referensi untuk meningkatkan upaya kesehatan baik dari segi promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif.

b. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui manajemen kasus yang terintegrasi. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. PUSKESMASI.1. Definisi PuskesmasPuskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi - tingginya.I.2. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.I.3. Fungsi PuskesmasMenurut Trihono (2005), ada 3 fungsi puskesmas yaitu : pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.I.4. Program Puskesmas

Beberapa program puskesmas sebagai tempat pelayanan primer bagi masyarakat yang dicanangkan di Indonesia adalah sebagai berikut :

KIA

KB Usaha Kesehatan Gizi

Kesehatan Lingkungan

Pemberantasan Dan Pencegahan Penyakit Menular

Pengobatan Termasuk Penaganan Darurat Karena Kecelakaan

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Kesehatan Sekolah

Kesehatan Olah Raga

Perawatan Kesehatan Masyarakat Kesehatan Kerja Kesehatan Gigi Dan Mulut Kesehatan Jiwa Kesehatan Mata Laboratorium Sederhana Pencatatan Dan Pelaporan Pembinaan Pemgobatan Tradisional Kesehatan Remaja Dana SehatA. Program Pokok Puskesmas

Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6 Program Pokok pelayanan kesehatan di Puskesmas yaitu :

1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan penyuluhan (individu, kelompok maupun masyarakat).

3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita.

4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll).

5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat

6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.

Program pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas tersebut adalah :1. Usaha Kesehatan Sekolah, adalah pembinaan kesehatan masyarakat yang dilakukan petugas Puskesmas di sekolah-sekolah (SD,SMP dan SMP) diwilayah kerja Puskesmas.2. Kesehatan Olahraga adalah semua bentuk kegiatan yang menerapkan ilmu pengetahuan fisik untuk meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat, baik atlet maupun masyarakat umum. Misalnya pembinaan dan pemeriksaan kesegaran jasmani anak sekolah dan kelompok masyarakat yang dilakukan puskesmas di luar gedung.3. Perawatan Kesehatan Masyarakat, adalah program pelayanan penanganan kasus tertentu dari kunjungan puskesmas akan ditindak lanjuti atau dikunjungi ketempat tinggalnya untuk dilakukan asuhan keperawatan induvidu dan asuhan keperawatan keluarganya. Misalnya kasus SKABIES4. Kesehatan Kerjaadalah program pelayanan kesehatan kerja puskesmas yang ditujukan untuk masyarakat pekerja informal maupun formal diwilayah kerja puskesmas dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Misalnya pemeriksaan secara berkala di tempat kerja oleh petugas puskesmas.5. Kesehatan Gigi dan Mulut, adalah program pelayanan kesehatan gizi dan mulut yang dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam maupun diluar gedung (mengatasi kelainan atau penyakit ronggo mulut dan gizi yang merupakan salah satu penyakit yang terbanyak di jumpai di Puskesmas.6. Kesehatan Jiwa adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta masyarakat, dalam rangka mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat yang optimal melalui kegiatan pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan konseling jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Misalnya ada konseling jiwa di Puskesmas.

7. Kesehatan Mata adalah program pelayanan kesehatan mata terutama pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dibidang mata dan pencegahan kebutaan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dan didukung oleh peran serta aktif masyarakat, misalnya upaya penanggulangan gangguan refraksi pada anak sekolah.

8. Kesehatan Usia Lanjut adalah program pelayanan kesehatan usia lanjut atau upaya kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan dukungan peran serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat usia lanjut, misalnya pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif, kardiovaskuler seperti : diabetes Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok masyarakat usia lanjut.

9. Pembinaan Pengobatan Tradisional adalah program pembinaan terhadap pelayanan pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobatan tradisional. Yang dimaksud pengobatan tradisional adalah pengobatan yang dilakukan secara turun temurun, baik yang menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru sunat) maupun keterampilan (pijat, patah tulang).10. Kesehatan haji adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan jemaah haji yang meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kebugaran dan pemantauan kesehatan jemaah yang kembali (pulang) dari menaikan ibadah haji.

11. Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik lokal yang dikembangkan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.B. Upaya KesehatanDalam garis besar usaha kesehatan, dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu :1. Promotif

Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health promotion. Penerjemahan kata health promotion atau tepatnya promotion of health ke dalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan ketika para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia menerjemahkan lima tingkatan pencegahan (five levels of prepention) dari H.R.Leavell dan E. G. Clark Usaha pencegahan (usaha preventif).2. Preventif

Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat. Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :

a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, usila,dll) melalui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumahb. Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumahc. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusuid. Deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita, penyakit).e. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil3. KuratifUpaya kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga, kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan. Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :

a. Dukungan penyembuhan, perawatan, contohnya : dukungan psikis penderita TBb. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakitc. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis dirumah, ibu bersalin dan nifasd. Pemberian obat : Fe, Vitamin A, oralit.

4. RehabilitatifMerupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama. Usaha yang dilakukan, yaitu :

a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah tulang, kelainan bawaanb. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya, TBC (latihan napas dan batuk), Stroke (fisioterapi).

Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat yang utama, karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan usaha pengobatan maupun rehabilitasi.II. SKABIESII.I. Definisi SKABIESSkabies merupakan suatu penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh parasit yaitu Sarcoptes scabiei. Pada orang dewasa, tempat predileksi dari penyakit ini yaitu pada lipatan-lipatan kulit, bagian kulit yang lembab. Pada bayi infeksi dapat terjadi pada seluruh permukaan kulit dikarenakan kulit bayi yang masih tipis sehingga memudahkan infeksi dari Sarcoptes scabiei.

Faktor yang menunjang perkembangan penyakit skabies antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higine yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukan dalam PHS (Penyakit akibat Hubungan Seksual)

Cara Penularan (Transmisi)

1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual

2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.

Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva.

Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Artropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes sabiei var. hominis. Selain itu terdapat S. scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat kaki berakhir dengan alat perekat..

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm per sehari dan sambil meletakan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya alam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam

morfologi Sarcoptes scabiei dewasa

sumber: Chosidow Olivier. Clinical practice scabies.nejm 2006

terowongan, tetapi dapat juga nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antar 8-12 hari.

Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.Gejala klinis

Ada 4 tanda kardinal:

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada malam hari.2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dengan sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier)3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.Diagnosis dapat ditegakan dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.

Berdasarkan segitiga epidemiologi, terjadinya kejadian sakit dipengaruhi manusia itu sendiri (host), agen penyebab penyakit (agent), dan lingkungan (environment) (Mukono, 2000).

Host

Agent

Environment

2. 1. Gambar Segitiga Epidemiologi

Faktor host termasuk faktor intrinsik yang sangat dipengaruhi oleh sifat genetik manusia. Terjangkitnya seseorang oleh skabies dipengaruhi sistem imun orang tersebut. Semakin rendah imunitas orang tersebut, maka semakin besar resiko orang tersebut tertular skabies. Sedangkan faktor agent atau penyebab penyakit biasanya berlokasi pada lingkungan tertentu. S. scabiei sebagai penyebab skabies berhubungan dengan terjadinya skabies. Apabila agen penyebab penyakit jumlahnya semakin banyak maka resiko terjadinya penyakit juga semakin besar. Faktor lingkungan yang dibagi menjadi lingkungan fisik, biologi, dan sosial dapat menyebabkan penyakit. Lingkungan dengan sanitasi buruk merupakan faktor resiko terjadinya skabies (Mukono, 2000).

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS KESEHATAN MASYARAKAT MENURUT HENDRIK L BLUM

Menurut Hendrick L Blum, terjadinya konjungtivitis dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu:

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS KESEHATAN MASYARAKAT MENURUT HENDRIK L BLUMMenurut Hendrik L Blum, terjadinya skabies dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu:

Menurut Hendrik L. Blum terjadinya skabies dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Lingkungan

a. FisikFaktor fisik berpengaruh dalam transmisi dari penyakit skabies. Faktor fisik yang mempengaruhi penyakit skabies antara lain: kelembaban, kebersihan lingkungan, kepadatan penduduk.

Sarcoptes scabiei yang merupakan etiologi dari penyakit skabies akan hidup dengan baik pada daerah yang kelembaban tinggi. berdasarkan penelitian yang dilakukan di Inggris kejadian skabies lebih tinggi pada musim dingin dibandingkan dengan musim panas, hal ini menunjukan angka kejadian skabies lebih tinggi jika kelembaban tinggi.

Lingkungan yang kurang bersih dapat menjadi tempat yang baik bagi habitat Sarcoptes scabiei. sebaliknya lingkungan yang bersih merupakan habitat yang buruk bagi Sarcoptes scabiei, oleh karena itu kebersihan lingkungan mempengaruhi penyakit scabies.

b. BiologisSemakin banyak di lingkungan sekitar banyak orang yang mengalami skabies maka semakin besar kemungkinan untuk tertular penyakit skabies. Selain penularan dari manusia ke manusia, penularan skabies juga dapat terjadi dari hewan ke manusia. c. Sosio-KulturalSkabies akan lebih mudah menular pada tempat yang kepadatan penduduknya tinggi. Hal ini dapat terjadi karena dengan tempat yang padat penduduk maka akan memperbesar peluang terjadinya kontak antara orang yang mengalami skabies dengan orang yang sehat. Lingkungan asrama, pesantren, panti dengan jumlah orang yang banyak meningkatkan resiko menularnya penyakit skabies2. Perilaku

a. SikapKebersihan diri dan lingkungan sangat berkaitan dengan penyakit skabies. Semakin kurang kebersihan seseorang maka semakin besar kemungkinan mengalami penyakit skabies. Penggunaan handuk atau baju yang berganti-gantian adalah suatu tindakan yang dapat menjadi media penularan skabies secara tidak langsung. Oleh karena itu dibutuhkan upaya-upaya dari individu atau masyarakat untuk menjalankan budaya bersih dan sehat dan ditunjang oleh pelayanan kesehatan yang baik khususnya tindakan promotif melalui penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya hidup bersih dan sehat

b. Gaya Hidup

gaya hidup sangat mempengaruhi kesehatan seseorang. Skabies adalah salahsatu penyakit yang sangat dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang. Pola gaya hidup yang bersih tentu akan menghindarkan masyarakat dari penyakit skabies, oleh karena itu pola gaya hidup yang baik harus dijalankan sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan individu maupun masyarakat.

3. Pelayanan Kesehatan

Tujuan Utama dari pelayanan kesehatan adalah:

a. PromotifPromotif adalah salah satu upaya pencegahan yang dilakukan melalui pemberian informasi kepada masyarakat. Promosi kesehatan (promkes) adalah suatu cara yang dilakukan untuk membantu masyarakat untuk menjadikan gaya hidup masyarakat sehat. Salahsatu cara yang dilakukan dalam promosi kesehatan adalah penyuluhan kepada masyarakat. Melalui penyuluhan yang dilakukan kepada masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan dapat merubah sikap dan perilaku masyarakat agar menjalankan pola hidup sehat.

b. Preventif

Preventif adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Tindakan preventif penting dilakukan karena dengan melakukan tindakan preventif seseorang akan terhindar dari penyakit dan menurunkan biaya kesehatan. Tindakan preventif yang dilakukan untuk mencegah penyakit skabies antara lain: mandi teratur (dua kali dalam sehari), menjaga kebersihan lingkungan, tidak menggunakan pakaian atau handuk secara bergantian dan mengganti seprei secara berkala.

c. KuratifKuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. Tindakan kuratif yang dilakukan untuk mengatasi penyakit skabies ini adalah melakukan pengobatan menggunakan obat. Salahsatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit skabies ini adalah dengan cara mengobati semua penghuni rumah jika dalam rumah tersebut ada yang mengalami penyakit skabies.

d. RehabilitatifTindakan rehabilitatif yang dilakukan untuk penanganan penyakit skabies ini adalah dengan melakukan pengobatan dan kontrol secara teratur.4. Herediter

Tidak ada pengaruh keturunan pada penyakit skabiesDEFINISI OPERASIONAL1Puskesmas :Unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

2Promotif :Suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.

3Preventif :Suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.

4Kuratif :Kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

5Rehabilitatif :Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama.

BAB III

PENATALAKSANAAN KASUS

III. I. Program

a. Promosi kesehatan

Penyuluhan (Komunikasi, Informasi, Edukasi), siaran radio, televisi, atau media masa (koran, leaflet, brosur, banner)b. Preventif

Kesehatan Lingkungan (peninjauan lapangan), imunisasi, dan peninjauan terhadap status gizi masyarakatc. Kuratif

Deteksi dini (penemuan kasus) dan penatalaksanaan di puskesmas

d. Rehabilitatif

Program perawatan Skabies dengan terapi farmakologi dan non farmakologiIII. II. Sasaran1. Masyarakat umum (keluarga dan kelompok yang berpengaruh dan berperan di masyarakat dan kader).

2. Masyarakat khusus (kelompok masyarakat yang berisiko tinggi terkena Karies Gigi)III. III. SDM

1. Petugas puskesmas (dokter gigi , perawat, kesmas )

2. Kader kesehatan3. Masyarakat umumIII. IV. Kegiatan

A. Promotif

1. Penyuluhan (KIE)a. Menyusun materi penyuluhan dan mengadakan pelatihan KIE tentang Karies gigi secara menyeluruh antara lain tentang pengertian, perjalanan penyakit, penyebab, gejala dan tanda, faktor resiko serta pencegahan dan penanggulangan Karies Gigi bagi petugas kesehatan (medis dan para medis), kader kesehatan maupun tokoh masyarakat.

b. Melaksanakan penyuluhan atau KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang Karies gigi dan faktor risikonya melalui berbagai media penyuluhan, seperti:

Penyuluhan tatap muka.

Poster, leaflet, pamflet, surat kabar dan media cetak lain yang dianggap efektif untuk mencapai kelompok sasaran.

d. Penyuluhan perorangan atau penyuluhan kelompok yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas, kader kesehatane. Penyuluhan bagi pasien dan keluarga tentang pencegahan Karies Gigi

Adapun jenis kegiatan penyuluhan Karies Gigi a. Pengertian Karies Gigib. Penyebab Karies Gigic. GejalaKaries Gigid. Perilaku penyebab Karies Gigie. Cara pengobatan Karies Gigif. Cara pencegahan Karies GigiB. Preventif

1. Kesehatan Lingkungan

Kegiatan Peninjauan langsung ke pemukiman dan perumahan warga untuk melihat kondisi apakah lingkungannya bersih atau tidak. Sosialisasi mengenai kebersihan personal (kebiasaan gosok gigi) dan lingkungan (kebersihan air , ketersediaan air, kadar pH air )2. Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Karies GigiUpaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengendalian Karies Gigi dimulai dengan Kajian Aspek Sosial Budaya dan Perilaku Masyarakat yang kemudian digunakan sebagai dasar dalam pengembangan program peningkatan partisipasi masayarakat dalam pencegahan Karies GigiKegiatan :1) Melaksanakan survei / kajian aspek sosial budaya dan perilaku masyarakat di tingkat RT / RW

2) Pengembangan model pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan Karies gigi yang sesuai dengan kondisi setempat di masing-masing daerah sesuai kajian.

3) Membuat daerah percontohan di masing-masing daerah RT / RW yang dilakukan survei/ kajian dengan kegiatan KIE, pemeriksaan fisik dan faktor risiko, serta pemerisaan penunjang.

4) Kajian ini dapat dilakukan bersamaan dengan penyakit gigi lainnya dan pelaksanaannya oleh kabupaten bersama-sama dengan perguruan tinggi, serta lintas program dan lintas sektor.C. Kuratif1. Balai Pengobatan Gigi Pelayanan kesehatan gigi di puskesmas ditujukan kepada masyarakat atau penderita yang berkunjung ke puskesmas.Tujuan umum upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas yaitu tercapainya derajat kesehatan gigi yang layak. Tujuan khusus upaya kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas yaitu ;

1. Meningkatkan keadaan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara diri (self care) di bidang kesehatan gigi dan mulut serta mencari pengobatan sedini mungkin.

2. Menurunnya prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat (karies dan periodontitis) dengan upaya perlindungan atau pencegahan tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan terutama pada kelompok masyarakat yang rawan.

3. Terhindarinya atau berkurangnya gangguan fungsi pengunyahan akibat kerusakan gigi dan mulut.

Pelayanan medik gigi dasar yang diberikan di puskesmas adalah tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, perawatan saluran akar, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan, pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses, dan operkulektomi.

Tugas dokter gigi di puskesmas yaitu melaksanakan pelayanan medik gigi umum dan khusus merujuk, menerima rujukan kasus-kasus medik gigi dasar dan kasus-kasus spesialistik, dan melaksanakan pelayanan baik asuhan sistematik maupun asuhan masyarakat (bila tidak ada perawat gigi). Tugas perawat gigi di puskesmas yaitu pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi pelayanan asuhan sistematik (pada kelompok anak sekolah/UKGS, ibu hamil/menyusui, dan anak pra sekolah dan pelayanan asuhan kesehatan masyarakat), dan melakukan pelayanan medis gigi dasar berdasarkan pendelegasian dari dokter gigi.Sarana dan prasarana untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas yaitu fasilitas ruangan, peralatan dan dokumen. Fasilitas ruangan terdiri atas ruangan berventilasi, listrik, air yang mengalir. Peralatan terdiri atas bahan dan alat pengobatan gigi, peralatan non medis berupa kursi, meja, lemari peralatan. Dokumen terdiri atas dokumen inventaris alat dan catatan bahan habis pakai. Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibedakan atas dua macam yaitu seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah dan sebagian ditanggung oleh masyarakat.Petugas pelaksana pengobatan gigi di setiap puskesmas minimal terdiri atas satu dokter gigi dan satu perawat gigi.2. Deteksi Dini

Penegakan diagnosis lesi karies secara dini makin menjadi hal yang sangat penting sejak disadari bahwa karies bukan hanya suatu proses demineralisasi saja melainkan proses destruksi dan reparasi yang silih berganti.

Penegakan diagnosis karies gigi memerlukan pencahayaan yang baik dan obyek (gigi) yang kering dan bersih. Jika terdapat banyak kalkulus atau plak, maka semuanya harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum mencoba menegakkan diagnosis dengan tepat. Setelah gigi sudah kering maka tiap kuadran gigi diisolasi dengan gulungan kapas agar pembasahan oleh saliva dapat dicegah. Gigi harus betul-betul kering dan pengeringannya biasanya dengan udara yang disemprotkan perlahan-lahan.

Untuk menentukan tanda awal karies diperlukan penglihatan tajam. Biasanya pemeriksaan tanda awal karies diperlukan sonde yang tajam sampai terasa menyangkut. Sebaiknya hal ini jangan dilakukan pada lesi karies yang masih baru mulai karena sonde tajam akan merusak lesi karies yang masih baru mulai dan sonde akan membawa bakteri ke dalam karies sehingga penyebaran karies akan semakin cepat.3. Penemuan dan tatalaksana kasus1) Penemuan kasus Karies Gigi di unit pelayanan kesehatan.

2) Penemuan langsung dengan pemantauan ke perumahan dan pemukiman warga untuk meninjau dan melihat kondisi lingkungan guna mendorong masyarakat untuk menjaga kebershian gigi dan mulit 3) Tatalaksana pasien Skabies sesuai standar:a) Puskesmas (pelayanan kesehatan primer).

Penemuan dan tatalaksana pasien Karies Gigi di pelayanan kesehatan primer di bagian Balai pengobatan Gigi Edukasi pasien dan keluarga.

b) Rumah sakit

Tindak lanjut penanganan Karies gigi4. Pemeriksaan 1. AnamnesisPada anamnesis, hal yang ditanyakan meliputi riwayat kesehatan gigi, diet sehari-hari, asupan fluor dan berkaitan dengan cara menjaga kebersihan rongga mulutAda beberapa hal penting yang harus ditanyakan untuk mendiagnosa antara lain:

a. Sejak kapan mengeluh nyeri gigi ?b. Bagaimana bisa terjadi seperti ini ?

c. Apakah disertai dengan keluhan lain? Adakah keluhan lain yang memperberat keluhan?

d. Bagaimana dengan keadaan air di lingkungan sekitar anda e. Berapa kali menggosok gigi dalam sehari ?f. Apakah sudah berobat sebelumnya?5. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan intraoral, meliputi pemeriksaan kebersihan rongga mulut, plak gigi dan saliva pasien.

a. Penatalaksanaan PenambalanHarus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat disembuhkan dengan sendirinya, dengan pemberian obat-obatan. Gigi tersebut hanya dapat diobati dan dikembalikan ke fungsi pengunyahan semula dengan melakukan pemboran, yang pada akhirnya gigi tersebut akan ditambal.

Dalam proses penambalan, hal yang pertama sekali dilakukan adalah pembersihan gigi yang karies yaitu dengan membuang jaringan gigi yang rusak dan jaringan gigi yang sehat di sekelilingnya, karena biasanya bakteri-bakteri penyebab karies telah masuk ke bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meniadakan kemungkinan terjadinya infeksi ulang.

Tambalan terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan ke dalam gigi atau di sekeliling gigi. Umumnya bahan-bahan tambalan yang digunakan adalah perak amalgam, resin komposit, semen ionomer kaca, emas tuang, dan porselen. 8PencabutanKeadaan gigi yang sudah sedemikian rusak sehingga untuk penambalan sudah sukar dilakukan, maka tidak ada cara lain selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Dalam proses pencabutan maka pasien akan dibius, di mana biasanya pembiusan dilakukan lokal yaitu hanya pada gigi yang dibius saja yang mati rasa dan pembiusan pada setengah rahang. Pembiusan ini membuat pasien tidak merasakan sakit pada saat pencabutan dilakukan. 8D. Rehabilitatif

Sosialisasi kepada penderita untuk istirahat dirumah dan edukasi

Sosialisasi ini dilakukan sebagai bentuk upaya mempercepat pemulihan penderita karena penyakit Skabies menularDiklat

1. PromotifDiklat yang perlu diberikan adalah pendidikan dan pelatihan mengenai ilmu komunikasi dan presentasi di masyarakat, serta pengayaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Karies gigi contohnya pengayaan mengenai cara menjaga kebersihan Gigi dan Mulut . Sasaran dari program diklat ini adalah tenaga kesehatan dan kader yang akan melakukan penyuluhan dan pemantauan langsung di masyarakat.

2. Preventif

Keterampilan yang perlu diberikan dalam diklat kepada tenaga tenaga puskesmas adalah keterampilan public speaking, penguasaan materi mengenai hal hal yang berkaitan dengan Karies Gigi dan kemampuan memotivasi masyarakat untuk melaksanakan program-program puskesmas.

3. Kuratif

Diklat yang perlu diberikan adalah mengenai tatalaksana pengobatan dan pencegahan Karies Gigi4. RehabilitatifBAB IV

MONITORING DAN EVALUASI

4.1 MonitoringPemantauan dimaksudkan untuk mensinkronkan kembali keseluruhan proses kegiatan agar sesuai dengan rencana yang ditetapkan dengan perbaikan segera agar dapat dicegah kemungkinan adanya penyimpangan ataupun ketidaksesuaian yang berpotensi mengurangi bahkan menimbulkan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran. Untuk itu, pemantauan diarahkan guna mengidentifikasi kualitas kegiatan, permasalahan yang terjadi serta dampak yang ditimbulkannya.

Pemantauan keberhasilan setiap kegiatan program manajemen kasus Skabies di puskesmas dilakukan dengan teknik monitoring bulanan. Monitoring bulanan ini dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan program promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan pada bulan tertentu di puskesmas telah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Bila hasilnya belum sesuai dengan harapan, maka akan dicari penyebabnya untuk kemudian dilakukan intervensi. Beberapa contoh program monitoring sebagai berikut:1. Program monitoring promotif dan preventif:

Adanya perwakilan dari puskesmas (supervisi) yang memantau kegiatan penyuluhan dilapangan

Dibentuknya suatu kelompok kerja yang fokus kepada program promotif, yang bekerja melihat kebutuhan pengetahuan yang harus ditingkatkan ditiap wilayah, menyusun jadwal penyuluhan rutin dan yang memfokuskan pada media promosi kesehatan dengan media cetak.2. Program monitoring kuratif:

Pembentukan tim supervisi yang memantau program kuratif yaitu dalam hal peralatan yang digunakan untuk penatalaksanaan kasus Karies Gigi , evaluasi SDM dan memberikan diklat sebagai penyegaran pengetahuan dan ketrampilan, melakukan pencatatan laporan untuk melihat jumlah pasien Karies Gigi apakah mengalami peningkatan atau penurunan sebagai indikator keberhasilan program. 3. Program monitoring rehabilitatif: Monitoring apakah petugas kesehatan memberi edukasi setelah pengobatan dan kunjungan ke rumah pasien untuk memantau apakah pasien mengikuti anjuran dokter.

4.2 Evaluasi

Penilaian ini bertujuan untuk menilai keberhasilan penyelenggaraan program kegiatan manajemen kasus Karies Gigi di puskesmas. Penilaian dimaksudkan untuk. memberikan bobot atau nilai terhadap hasil yang dicapai dalam seluruh tahap kegiatan, untuk proses pengambilan keputusan apakah suatu program atau kegiatan diteruskan, dikurangi, dikembangkan atau diperkuat. Untuk itu penilaian diarahkan guna mengkaji efektifiktas dan efisensi pengelolaan program. Penilaian kinerja program manajemen kasus Skabies dilaksanakan berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam pencapaian sasaran.

Indikator yang dinilai adalah sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan, perilaku dan sikap masyarakat terhadap penyakit Karies Gigi2. Faktor penyebab Karies Gigi di lingkungan sekitar puskesmas

3. Jumlah SDM petugas kesehatan (dokter gigi , perawat, kesmas) dan kader kesehatan yang terampil dalam hal promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di bidang kesehatan khususnya penyakit Karies Gigi 4. Kualitas hidup penderita Karies Gigi Beberapa contoh program monitoring sebagai berikut:

1. Promotif dan preventif:

Dengan melakukan pre test dan post test saat penyuluhan untuk menilai apakah terjadi peningkatan pengetahuan pada masyarakat. Indikator keberhasilan program adalah didapatkan peningkatan pengetahuan > 50 %.

Dengan melakukan peninjauan langsung ke rumah warga untuk menilai keadaan lingkungan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menilai apakah masyarakat melakukan anjuran-anjuran yang diberikan pada saat penyuluhan. Indikatornya adalah kondisi lingkungan yang semakin bersih dan hiegine perorangan yang semakin lebih baik.

2. Kuratif dan rehabilitatif

Indikator yang digunakan adalah data kasus penyakit Karies gigi apakah mengalami peningkatan atau penurunan dilihat dari angka kesakitan, kasus baru dan kasus lama (apakah pasien yang sebelumnya datang ke puskesmas dengan Karies Gigi datang lagi atau tidak dengan penyakit yang sama). Hal ini sebagai indikator keberhasilan program.

BAB V

PENUTUP5.1 Kesimpulan

Kasus Karies Gigi sering terjadi dikalangan masyarakat. Karies Gigi mempunyai variasi klinis yang bermacam-macam, maka harus diketahui secara cepat agar terapi selanjutnya disesuaikan. 5.2 Saran

Untuk Penulis Selanjutnya

Untuk penulis selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan kegiatan program manajemen kasus Karies Gigi dengan lebih baik lagi dan juga diharapkan membuat lebih banyak lagi program kegiatan yang inovatif guna perbaikan status kesehatan masyarakat dan supaya dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pembangunan kesehatan khususnya untuk menurunkan angka kesakitan karenaKaries Gigi Kepada Petugas Kesehatan :

1. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat yang pengetahuannya masih kurang tentang Karies Gigi 2. Meninjau secara langsung keadaan masyarakat sekitar tentang berperilaku hidup bersih dan sehat sehingga dapat terhindar dari penyakit Karies Gigi 3. Menguasai materi tentang Karies Gigi agar bisa membagikan pengetahuan itu kepada masyarakat luasDAFTAR PUSTAKA

1.. Laporan Tahunan Kecamatan Pasar Rebo Tahun 2013

2. Laporan Tahunan Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo Tahun 20133. Handoko P Ronny: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed ke-6 Jakarta: FKUI 2010

4.Chosidow Olivier: Clinical Practice, Scabies. New England Journal of Medicine. Massachusetts 2006

5.. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20352/4/Chapter%20II.pdf6. http://medicastore.com/penyakit/321/Skabies.html1. 7. Satrianegara. F., Saleha. S. 2009. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika8.Corwin, Elizabeth J.2000.Buku Saku Patofisiologi.EGC: Jakarta.9.Waridjan. 2000. Ilmu Pengetahuan Dalam Dunia Kesehatan. Jogjakarta: Yayasan Essentia Medika10.Profil laporan tahunan puskesmas kecamatan Pasar Rebo tahun 2013. LAMPIRANA. KUISIONER

PRE TEST & POST TEST

NO .KUISIONER :

NILAI: PENGETAHUAN MENGENAI SKABIES DI KELURAHAN PEKAYON KECAMATAN PASAR REBO TAHUN 2014Identitas

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Alamat :

4. Umur :

5. Pendidikan formal terakhir :

a. Tidak sekolah atau tidak tamat SD

b. SD/sederajat

c. SLTP/sederajat

d. Perguruan Tinggi S1

e. Perguruan Tinggi S2

f. Perguruan Tinggi S3

a. Lain-lain.6. Pekerjaan :

a. PNS

b. Swasta

c. Pensiunan

d. Tidak bekerja

e. Lain-lain.

1. Apa itu penyakit skabies?

a. Penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau/kutu badan

b. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri

c. Penyakit yang disebabkan oleh jamur

2. Apa penyebab dari penyakit skabies?

a. Tungau/kutu badan

b. Jamur dan debu

c. Bakteri/kuman

3. Apa saja gejala dari penyakit skabies?

a. rasa panas pada kulit

b. kulit melepuh dan berwarna kemerahan

c. gatal-gatal pada kulit

4. Pada orang dewasa, kulit tubuh bagian manakah yang sering terkena oleh penyakit scabies?

a. Kulit kepala

b. Lipatan kulit

c. Bibir dan gusi

5. Pada bayi,bagian kulit yang diserang oleh penyakit skabies adalah?

a. Lipatan kulit

b. Seluruh tubuh

c. Kulit kepala

6. Bagaimana ciri kelainan kulit yang terinfeksi scabies?

a. Kemerahan, bintil-bintil, dan tampak ada terowongan

b. Bersisik, kulit kering

c. Bisul dan bernanah

7. Berapa lama tungau dapat hidup di luar tubuh makhluk hidup yang terinfeksi?

a. 7 14 hari

b. 2 3 hari

c. 5 10 hari

8. Bagaimana cara penularan penyakit skabies?

a. Melalui udara

b. Melalui peralatan makan

c. Bersentuhan dengan penderita/menggunakan handuk dan pakaian secara bergantian

9. Apakah skabies dapat menular melalui hubungan seksual?

a. Dapat ditularkan melalui hubungan seksual

b. Tidak tertular melalui hubungan seksual

c. Tidak tahu

10. Bagaimana cara mencegah penyakit skabies?

a. menjaga kebersihan diri dan lingkungan

b. tidak membuka jendela rumah

c. olahraga teratur

11. Jika dalam satu rumah hanya satu orang yang terkena skabies, siapa sajakah yang harus diperiksa?

a. Seluruh penghuni rumah

b. Hanya yang terkena penyakit scabies

c. Tidak perlu diperiksa

12. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk diagnosis scabies?

a. Kerokan kulit

b. Pemeriksaan darah

c. Pemeriksaan urin

13. Sabun apa yang baik digunakan untuk mencegah dan mengatasi scabies?

a. Sabun yang mengandung sulfur/belerang

b. Sabun yang mengandung ekstrak aloe vera/lidah buaya

c. Sabun deterjen

14. Dibawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit skabies KECUALIa. Kebersihan diri dan lingkungan

b. Asupan makanan/gizi

c. Olahraga teratur

15. Bagaimana kebiasaan mandi yang baik dan benar?

a. Menggunakan sabun mandi, mandi 2 kali sehari, menggunakan handuk khusus hanya untuk 1 orang.

b. Menggunakan sabun mandi, mandi 2 kali sehari, menggunakan handuk yang juga digunakan orang lain.

c. Menggunakan sabun mandi, mandi 1 kali sehari, menggunakan handuk yang juga digunakan orang lain.

FAKTOR LINGKUNGAN

SEHAT

FAKTOR PERILAKU

FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN

FAKTOR GENETIKA

(HEREDITER)

Faktor Genetika :

Tidak berpengaruh

Pelayanan Kesehatan

Promotif :

Penyuluhan tentang penyakit skabies

Preventif :

Menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah skabies

Kuratif :

Melakukan pengobatan terhadap penyakit skabies

Rehabilitatif :

Kepatuhan mengikuti anjuran dokter

Faktor lingkungan :

fisik : kebersihan lingkungan, kelembaban,

biologi : hewan peliharaan, ada orang sekitar yang mengalami skabies

sosio cultural:

tinggal di panti atau pesantren, tempat tinggal padat penduduk

SKABIES

Faktor perilaku :

Kebersihan diri

Penggunaan alat pribadi secara bersama-sama (handuk, pakaian dll)

29