manajemen kasus 2 - combustio

29
MANAJEMEN KASUS II COMBUSTIO Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Ujian Profesi Kedokteran Bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Dr. R Goeteng Taroenadibrata Disusun Oleh: Ninda Devita (08711236) Dokter Pembimbing Klinik : Dr. Kusno Wibowo, Sp. B SMF ILMU BEDAH PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 1

Transcript of manajemen kasus 2 - combustio

Page 1: manajemen kasus 2 - combustio

MANAJEMEN KASUS II

COMBUSTIO

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam MengikutiUjian Profesi Kedokteran Bagian Ilmu Bedah

Rumah Sakit Umum Dr. R Goeteng Taroenadibrata

Disusun Oleh:Ninda Devita (08711236)

Dokter Pembimbing Klinik : Dr. Kusno Wibowo, Sp. B

SMF ILMU BEDAHPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PURBALINGGA2014

1

Page 2: manajemen kasus 2 - combustio

UNIVERSITA ISLAM

INDONESIA

FAKULTAS KEDOKTERAN

DEPARTEMEN ILMU BEDAH

STATUS PASIEN UNTUK UJIAN

Untuk Dokter Muda

Nama Dokter Muda Ninda Devita Tanda Tangan

NIM 08711236

Tanggal Presentasi

Rumah sakit RSUD dr.R Goeteng Tarunadibrata

Gelombang Periode

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. D

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 17 tahun

Alamat : Pangadegan 02/03

Agama : Islam

Mondok di bangsal : Dahlia

Pekerjaan : Karyawan

Tanggal masuk : 26 Desember 2013

Nomer CM : 544148

II. ANAMNESIS

Diberikan oleh : Pasien

Tempat/Tanggal : Bangsal Dahlia/26 Desember 2013

Keluhan Utama : Luka Bakar

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD dengan keluhan pasien mengalami luka bakar karena

terkena ledakan alat las di tempatnya bekerja kira-kira ± 30 menit sebelum masuk RS.

Luka terjadi di muka, lengan bawah tangan kiri, kedua tungkai atas bawah, dan kedua

kaki. Kulit tampak mengelupas, beberapa terdapat lepuhan, terasa nyeri, dan panas.

Keluhan tidak disertai dahak hitam, batuk, nyeri tenggorokan.

2

Page 3: manajemen kasus 2 - combustio

Riwayat Penyakit Dahulu :

Keluhan serupa (-), Riwayat mondok (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluhan serupa (-)

Kebiasaan dan Lingkungan :

Pasien bekerja sebagai karyawan di bengkel las. Saat bekerja pasien tidak memakai

lat pelindung diri.

III. Anamnesis Sistem

Sistem Cerebrospinal : Demam (-), sakit kepala (-)

Sistem Cardiovaskuler : Nyeri dada (-), berdebar-debar (-), gemetar (-),

Sistem Respiratorius : Batuk (-), sesak napas (-)

Sistem Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), BAB normal, flatus (+)

Sistem Urogenitale : BAK lancar (+) kemerahan (-)

Sistem Integumentum : Gatal (-), ruam-ruam kulit (-)

Sistem Muskuloskeletal : Edema (-), pergerakan normal, nyeri sendi (-).

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis (GCS E4V5M6)

Vital Sign : Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,2 0 C (aksial)

A. STATUS GENERALIS

Kepala : Normocephal, Simetris, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik

(-), alis dan bulu hidung terbakar (-)

Leher : Pembesaran kelenjar limfonodi (-).

Thorax :

- Cor :

• Inspeksi : Dinding dada simetris, ictus cordis tidak tampak

3

Page 4: manajemen kasus 2 - combustio

• Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat, tidak teraba thrill di area

trikuspidalis, septal, pulmonal maupun aorta.

• Perkusi : Batas atas : SIC II LPS dextra

Batas kiri : SIC V LMC sinistra

Batas kanan : SIC IV LPS dextra

• Auskultasi : SI-SII reguler, Murmur (-), Gallop (-)

- Pulmo :

• Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi (-), tidak ada

ketertinggalan gerak

• Palpasi : Simetris, vokal fremitus kanan=kiri, ketinggalan gerak (-)

• Perkusi : Sonor kedua lapang paru

• Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)

Abdomen :

• Inspeksi : Perut tidak membuncit, sikatrik (-)

• Auskultasi : Bising usus (+) normal

• Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba

massa, defans muscular (-)

• Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen

Ekstremitas : akral dingin (-/-), edema (-/-)

B. STATUS LOKALIS

Regio wajah:

Inspeksi : tampak kulit kehitaman, mengelupas dan terdapat bula.

Luas luka bakar 1%

Palpasi : teraba nyeri

Regio antebrachii sinistra:

Inspeksi : tampak kulit kehitaman, mengelupas dan terdapat bula.

Luas luka bakar 4,5%

Palpasi : teraba nyeri

Regio antebrachii sinistra:

4

Page 5: manajemen kasus 2 - combustio

Inspeksi : tampak kulit kehitaman, mengelupas dan terdapat bula.

Luas luka bakar 4,5%

Palpasi : teraba nyeri

Regio femur, crus, pedis dextra et sinistra:

Inspeksi : tampak kulit kehitaman, mengelupas dan terdapat bula.

Luas luka bakar 22%

Palpasi : teraba nyeri

V. RESUME

Pasien laki-laki berusia 17 tahun datang ke IGD dengan keluhan luka bakarterkena

ledakan alat las. Di IGD pasien menangis (+) keluar air mata, BAK terakhir 1 jam

sebelum masuk RS. Kulit melepuh di bagian wajah kanan, leher, dada dan tangan kanan

serta punggung kanan.

VI. DIAGNOSIS KERJA

Combustio derajat II A ±27,5% derajat berat

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hemoglobin : 14 g/dl

Angka Leukosit : 10,8 x 103/ µl

Angka Eritrosit : 4,8 x 106/ µl

Angka Trombosit : 265 x 103/µl

Hematokrit : 43%

- LED : 1 jam : 15

2 jam : 20

Ureum : 15,3 mg/dl

Creatinin : 0,6 mg/dl

Na : 133 mEq

K : 4,4 mEq

Cl : 100 mEq

VIII. TERAPI

Resusitasi cairan

5

Page 6: manajemen kasus 2 - combustio

Formula Baxter = TBSA x BB x 4 ml RL

27,5 x 60 x 4 = 6600

3300 dalam 8 jam pertama

3300 dalam 16 jam berikutnya

Perawatan luka

o Perawatan luka tertutup

o Salep Bioplasenton

Debridement luka

Antibiotik Injeksi Ceftriaxon 2x1 gr dan injeksi ATS 1500 IU

Simptomatik Injeksi Ketorolac 2x1 amp, Injeksi Ranitidin 2x1 amp

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad sanam : bonam

Ad fungsionam : bonam

Ad cosmeticam : dubia

TINJAUAN PUSTAKA

6

Page 7: manajemen kasus 2 - combustio

I. DEFINISI

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan

radiasi. Transfer energi yang ada menyebabkan denaturasi protein. Kerusakan jaringan

yang ada bergantung pada besar energi yang ada (temperatur dan durasi), umur, struktur

jaringan (aliran darah, appendiks epidemis, struktur intrinsik jaringan) (Edlich, 2013).

II. ETIOLOGI

Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi

(Gallagher, 2007):

Paparan api

o Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka,

o Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda

panas.

Scalds (air panas)

Uap panas dan gas panas

Aliran listrik

Zat kimia (asam atau basa)

Radiasi

III. PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR

Kerusakan jaringan pada luka bakar dkarenakan transfer panas. Transfer panas ini

dipengaruhi oleh temperatur agen penyebab, kemampuan agen mentransfer panas, durasi

kontak, dan kemampuan konduksi jaringan lokal. Apabila kulit terpajan suhu tinggi,

maka terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler. Terjadi kebocoran cairan ke interstitial

sehingga terjadi edema dan bula kaya elektrolt. Hilangnya kulit sebagai barier juga

meningkatkan penguapan. Akhirnya terjadi pengurangan cairan intravaskuler.

Kemungkinan dapat terjadi syok. Panas juga dapat merusak sel-sel dalam pembuluh

darah sehingga pasien menderita anemia. Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai

membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh

darah. Ini ditandai dengan meningkatnya diuresis (Hasibuan et al., 2010; Edlich, 2013).

7

Page 8: manajemen kasus 2 - combustio

Pada kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi

kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema laring

yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak

napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. Dapat juga

terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan mengikat hemoglobin

dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen (Hasibuan et al.,

2010).

Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan

medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini

sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami

trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik.

Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar

dan menimbulkan trombosis sehingga jaringan yang didarahinya mati. Bila penyebabnya

kuman Gram positif, seperti stafilokokus atau basil Gram negatif lainnya, dapat terjadi

penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi di

usus. Syok sepsis dan kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang menyebar di

darah (Hasibuan et al., 2010).

Efek lain yang dapat timbul adalah ileus paralitik. Hal ini dikarenakan peristaltik

menurun pada syok atau kekurangan ion kalium. Stres atau badan faali yang terjadi pada

penderita luka bakar berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau

duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal

sebagai tukak Curling (Hasibuan et al., 2010).

Penyembuhan luka bakar dimulai dari sisa elemen epitel yang masih vital,

misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut.

Luka bakar derajat II dapat sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut. Luka bakar

derajat II yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku

dan secara estetik jelek. Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan

mengalami kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau

hilang (Hasibuan et al., 2010).

Pembagian zona kerusakan jaringan (Gallagher, 2007):

1. Zona koagulasi, zona nekrosis

8

Page 9: manajemen kasus 2 - combustio

Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein)

sehingga terjad nekrosis. Tidak ditemukan aliran darah sehngga berwarna puth

kecoklatan.

2. Zona statis, iskemik

Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan

trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi. Gangguan perfus yang

melebh 24 jam akan menyebabkan nekrosis jaringan.

3. Zona hiperemia

Pada daerah ini terjadi reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi

selular. Tergantung keadaan umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga dapat

mengalami penyembuhan spontan dalam 7 hari, atau berubah menjadi zona kedua

bahkan zona pertama.

Gambar 1. Zona Luka Bakar (Gallagher, 2007)

FASE PADA LUKA BAKAR

Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar,

yaitu (Gallagher, 2007):

1. Fase awal, fase akut, fase syok

Gangguan yang dapat terjadi berupa gangguan sirkulasi (keseimbangan cairan

elektrolit dan syok hipovolemia) maupun gangguan nafas karena eskar melingkar

di dada atau trauma multipel di rongga toraks.

2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut

9

Page 10: manajemen kasus 2 - combustio

Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome

(SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis.

3. Fase lanjut

Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan.

Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik,

kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur

tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama

IV. KLASIFIKASI LUKA BAKAR

IV.1. Menurut kedalaman luka bakar

Gambar 2. Kedalaman luka bakar (Gallagher, 2007)

Derajat I

Kerusakan hanya terbatas di epidermis. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan

luka nyeri, berwarna merah, kering saat disentuh. Luka akan sembuh spontan

dan sempurna dalam 2-7 hari. Contohnya adalah luka sunburn. Terapi yang

dapat diberikan hanya obat topikal dan NSAID oral (Gallagher, 2007).

Derajat II

Luka bakar derajat II dibagi menjadi dua, bergantung kedalaman kerusakan pada

dermisnya (Gallagher, 2007).

10

Page 11: manajemen kasus 2 - combustio

o Luka bakar derajat II A (Superficial dermal burns)

Luka bakar derajat II A kedalaman luka sampai papila dermis, apendiks

kulit masih utuh. Luka ditandai dengan berwarna kemerahan, nyeri,

lembab saat di sentuh, dan sering terdapat bula. Kesembuhan dapat terjadi

dalam 7-14 hari. Setelah sembuh, mungkin terdapat diskolorisasi kulit

dalam jangka waktu lama (Gallagher, 2007).

o Luka bakar derajat II B (Deep dermal burns)

Luka sampai retikular dermis. Pada pemeriksaan fisik ditemukan luka

tampak pucat dengan area eritema, lembab, terdapat bula, dan sensasi

berkurang. Luka sembuh dalam 14-35 hari dengan skar hipertropik karena

sebagian apendiks kulit hilang (Gallagher, 2007).

Derajat III

Terjadi kehilangan seluruh epidermis dan dermis. Karakteristik luka berwarna

coklat atau putih keabuan, kering dengan perabaan, terdapat eskar, tidak nyeri,

tidak terdapat bula. Sembuh dalam 3-5 bulan dengan skar. Skin grafting

dibutuhkan untuk penyembuhan secara kosmetik (Gallagher, 2007).

Derajat IV

Organ lain di bawah kulit itu terkena seperti otot, tulang, maupun otak

(Gallagher, 2007).

IV.2. Menurut luas luka bakar

Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas

telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh (Gallagher, 2007).

Untuk dewasa menggunakan rule of nine. Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’,

yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas

atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan,

serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia

(Gallagher, 2007).

11

Page 12: manajemen kasus 2 - combustio

Gambar 3. Rule of nine untuk luas luka bakar (Gallagher, 2007)

Untuk anak-anak menggunakan rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk

anak atau diagram dari Berkow untuk estimasi lebih tepat. Apabila tidak tersedia

tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan

‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia: Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala

18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.

Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan

turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa. (Gallagher,

2007)

12

Page 13: manajemen kasus 2 - combustio

Gambar 4. Rumus 10 dan Rumus 10-15-20 untuk anak

Gambar 5. Tabel Berkow untuk luas luka bakar

IV.3. Menurut keparahan luka bakar

Luka bakar berat (major burn)

Derajat II dengan luas luka bakar > 20 % pada pasien berusia di bawah 10

tahun atau di atas usia 50 tahun

Derajat II > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir

pertama

Derajat III > 10%

Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, genitalia, persendian sekitar

ketiak dan perineum

Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan

luas luka bakar

Luka bakar listrik tegangan tinggi

Disertai trauma lainnya (seperti fraktur)

Pasien-pasien dengan resiko tinggi (seperti DM)

Luka bakar sedang (moderate burn)

Derajat II dengan luas 15 – 25 % pada dewasa

Derajat II dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa >

40 tahun

Derajat III kurang dari 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak

mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum

Luka bakar ringan

13

Page 14: manajemen kasus 2 - combustio

Derajat I

Derajat II dengan luas < 15 % pada dewasa

Derajat II dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

Derajat III dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,

tangan, kaki, dan perineum (Gallagher, 2007)

V. TATALAKSANA LUKA BAKAR

V.1. Pertolongan pertama

Hilangkan dan padamkan api dari baju

Dinginkan luka dengan air mengalir yang dingin (15-25oC) sampai nyeri hilang

Jangan diberikan es karena akan menyebabkan iskemik jaringan

Bula ditutup dengan kassa steril dan dibiarkan intak (Edlich, 2013)

V.2. Prehospital

Airway

Hati-hati trauma inhalasi. Tanda trauma inhalasi:

o Dahak kehitaman

o Muka terbakar

o Bulu hidung/ alis terbakar

o Timbunan karbon kehitaman di sekitar mulut dan hidung

o Riwayat terbakar di ruang tertutup

o Riwayat ledakan di depan wajah, leher, dada

o COHb >10%

Jika curiga trauma inhalasi, pasang orotrakeal tube

Breathing

Terutama pada trauma inhalasi, SaO2 diusahakan 100% dengan O2 10-12

liter/menit

Circulation

Pasang infus line, hati-hati tanda-tanda syok (Edlich, 2013)

V.3. Emergency Care

Airway

14

Page 15: manajemen kasus 2 - combustio

Jika ada trauma inhalasi:

o Pasang ET, jika tidak bisa dilakukan trakeostomi

o Hisap sekret secara berkala

o Berikan bronkodilator untuk menghilangkan sekret

o Bilasan bronkoalveolar

o O2

Breathing

O2 100% dengan target SaO2 > 92%

Circulation

Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada beberapa

cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

o Cara Evans

1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam

2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam

3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan

dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari

pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

o Cara Baxter

Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan

dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari

pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

o Cara Galveston

1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) x2

2. Kebutuhan cairan fisiologis (< 1 tahun: 100xBB, 1-3

tahun: 75xBB, 3-5 tahun: 50xBB)

Digunakan untuk resusitasi anak-anak. Separuh dari jumlah 1+2 diberikan dalam

8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua

diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan

setengah jumlah cairan hari kedua. Cairan yang digunakan adalah RL ditambah

15

Page 16: manajemen kasus 2 - combustio

D5% dengan perbandingan 17:3.

Penggantian protein

Menggunakan Albumin 5% dengan rumus 0,5 x BB x Luas luka bakar (%)

Monitoring

Vital sign

Produksi urin dengan target dewasa 0,5-1 ml/kg/ jam dan anak 1 ml/kg/jam

Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan

sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka

pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan

sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan 25-30% lemak.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah

Urinalisis

Pemeriksaan keseimbangan elektrolit

Analisis gas darah

Radiologi – jika ada indikasi ARDS

Indikasi Rawat Inap

Luka bakar derajat III > 5% pada anak dan >10% pada dewasa

Luka bakar derajat II > 10% pada anak dan >15% pada dewasa

Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir

Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan, kaki,

genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama)

Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas

Adanya trauma mayor lainnya, atau adanya kondisi medik signifikan yang telah

ada sebelumnya

Adanya trauma inhalasi (Edlich, 2013)

16

Page 17: manajemen kasus 2 - combustio

V.4. Perawatan Luka

Bersihkan dengan NaCl

Hilangkan debris atau jaringan nekrotik

Analgesik

Antibiotik topikal (Silver Sulfadiazin). Antibiotik sistemik jika kemungkinan

infeksi besar

Booster TT atau ATS jika perlu

Anti stress ulcer

Luka dapat dirawat secara terbuka atau tertutup

o Perawatan luka terbuka

Perawatan luka terbuka diindikasikan pada luka yang besar dengan eksudat.

Luka dibersihkan setiap hari kemudian diberi antibiotik topikal ( lini 1: silver

sulfadiazine; lini 2: mefenide; lini 3: bacitracin, neomicin, mupirocin). Luka

ditutup dengan kassa steril dan dibersihkan tiap hari

o Perawatan luka tertutup

Diindikasikan pada luka dengan eksudat minimal dan <24 jam. Caranya dengan

kassa steril yang dberi obat topikal kemudian biarkan selama 1 minggu. Ganti

kassa steril jika basah, berwarna, dan berbau. (Edlich, 2013)

V.5. Manajemen Nyeri

Non farmakologi menggunakan air dingin atau balut dingin

Farmakologi menggunakan oral (Asetaminofen 1000 mg tiap 4-6 jam, Ibuprofen

400-800 mg tiap 6-8 jam) maupun parenteral (Morfin 2-4 mg/ kali, Phentanyl 0,5-

1 μg/kg, Lidokain) (Edlich, 2013).

V.6. Tindakan Operatif

Eskarektomi berfungsi untuk menghilangkan konstriksi karena eskar dengan

skalpel. Eskar di kulit bersifat keras sehingga mengganggu gerakan otot nafas dan

gangguan aliran darah sehingga bisa terjadi sindrom kompartemen. (Edlich, 2013)

Eksisi dini

17

Page 18: manajemen kasus 2 - combustio

o Tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris (debridement) yang

dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari ke 5-7) pasca

cedera termis.

o Tujuan:

Membuang jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi

terhenti dan segera dilanjutkan proses fibroplasia

Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi

komplikasi luka bakar.

Menghindari perdarahan saat operasi karena menunda eksisi akan

memperbanyak proses angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi

di sekitar luka.

Menghindari resiko kolonisasi mikroorganisme patogen.

o Indikasi eksisi dini:

Derajat III

Derajat II yang kemungkinan tidak membaik dalam 3 minggu

o Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi fasial.

1. Eksisi tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka

lapis demi lapis sampai dijumpai permukaan yang mengeluarkan darah

(endpoint). Permukaan kulit yang dilakukan tindakan ini tidak boleh melebihi

25% dari seluruh luas permukaan tubuh. Untuk memperkecil perdarahan dapat

dilakukan hemostasis, yaitu dengan tourniquet sebelum dilakukan eksisi atau

pemberian larutan epinephrine 1:100.000 pada daerah yang dieksisi.

Keuntungan dari teknik ini adalah didapatnya fungsi optimal dari kulit dan

keuntungan dari segi kosmetik. Kerugian dari teknik adalah perdarahan

dengan jumlah yang banyak dan endpoint bedah yang sulit ditentukan.

2. Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka sampai

lapisan fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar dengan ketebalan

penuh (full thickness) yang sangat luas atau luka bakar yang sangat dalam.

Alat yang digunakan pada teknik ini adalah pisau scalpel, mesin pemotong

“electrocautery”. Adapun keuntungan dari teknik ini adalah lebih mudah

dikerjakan, cepat, perdarahan tidak banyak, endpoint yang lebih mudah

18

Page 19: manajemen kasus 2 - combustio

ditentukan. Kerugian teknik ini kerugian bidang kosmetik, peningkatan resiko

cedera pada saraf-saraf superfisial dan tendon sekitar, edema pada bagian

distal dari eksisi (Hasibuan et al., 2010)

Skin grafting

Skin grafting adalah tindakan memindahkan sebagian (split thickness skin graft)

atau keseluruhan tebal kulit (full thickness skin graft) dan untuk menjamin kehidupan

jaringan tersebut bergantung pada vaskularisasi di jaringan resipien. Skin grafting

dilakukan pada saat penutupan luka primer tidak mungkin dilakukan, jaringan di

sekitar luka tidak cukup baik untuk penutup dan luka pascareseksi tumor ganas. Kulit

donor bisa didapatkan dari individu yang sama (autograf) maupun individu lain

(homograf). Daerah tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah donor autograft

adalah paha, bokong dan perut.

Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat dilakukan secara split

thickness skin graft atau full thickness skin graft. Split thickness skin graft

menggunakan kulit bebas yang terdiri dari epidermis dan sebagian besar dermis.

Sedangkan full thickness skin graft menggunakan epidermis dan keseluruhan dermis.

Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka bakar

pasien. Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan

grafting, usia pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit donor

sebelumnya. Semakin tebal skin graft, semakin kecil keberhasilan transplantasi, tetapi

semakin sedikit pengerutan dan perubahan warna kulit. Untuk memaksimalkan

penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut dapat direnggangkan dan dibuat

lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan perbandingan tertentu,

sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode ini disebut mess grafting. (Hasibuan

et al., 2010)

19

Page 20: manajemen kasus 2 - combustio

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, et.al., 2010., Luka, Buku ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC, Jakarta

Edlich, R.F., 2013. Thermal Burns, http://emedicine.medscape.com/, diakses pada

tanggal 5 Januari 2013

Gallagher, et al., 2007, Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed, Saunders, Philldelphia.

20