Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

55
Manajemen by Objektif dalam bimbingan dan konseling Tugas Mata Kuliah : Manajemen Bimbingan dan Konseling Oleh : Mas Herlianto Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sugiyo, M. Si Prodi : Bimbingan dan Konseling Fakultas : Pascasarjana Universitas Negeri Semarang -------------------------------------------------------------- -------------------------------------------------------------- --------- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen by obyectives pertama kali diperkenalkan oleh Peter Dructer pada tahun 1945, manajemen by obyectives ini mempunyai nama lain manajemen berdasarkan sasaran. Pada hakekatnya MBO menekankan pada pentimngnya peranan tujuan dalam perencanaan efektif. MBO berkenaan dengan penetapan prosedur-prosedur formal atau semi formal, yang dimulai dengn penerapan tujuan atau dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan sampai peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan. MBO merupakan kegiatan partisipatif dimana bawahan dan manajer aktif dalam setiap kegiatan sehingga dalam fungsi perencanaan dan pengawasan, MBO

description

manajemen by objektif yang efektif

Transcript of Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

Page 1: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

Manajemen by Objektif dalam bimbingan dan konseling

Tugas Mata Kuliah : Manajemen Bimbingan dan Konseling

Oleh : Mas Herlianto

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sugiyo, M. Si

Prodi : Bimbingan dan Konseling

Fakultas : Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Manajemen by obyectives pertama kali diperkenalkan oleh Peter Dructer pada tahun

1945, manajemen by obyectives ini mempunyai nama lain manajemen berdasarkan sasaran.

Pada hakekatnya MBO menekankan pada pentimngnya peranan tujuan dalam perencanaan

efektif.

MBO berkenaan dengan penetapan prosedur-prosedur formal atau semi formal, yang

dimulai dengn penerapan tujuan atau dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan sampai

peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan. MBO merupakan kegiatan partisipatif dimana

bawahan dan manajer aktif dalam setiap kegiatan sehingga dalam fungsi perencanaan dan

pengawasan, MBO dapat membantu, menghilangkan dan mengatasi berbagai hambatan

perencanaan.

Begitu pula dengan seorang konselor, konselor harus mengembangkan suatu kegiatan

agar antara konselor dan konseli aktif dalam proses konseling sehingga masalah konselli

dapat terselesaaikan. Oleh karena itu konselor perlu mempelajari MBO.

 

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disebutkan diatas maka dapat dirumuskan

maalahnya yaitu “ Apa manajemen by obyectives itu?”.

Page 2: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan dari pada penulisa ini adalah untuk mengetahui manajemen by obyectives dan

untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen bimbingan dan konseling yang diampu oleh

Prof. Dr. Sugiyo, M. Si Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Manajemen By Objectives ( MBO )

Secara umum esensi system MBO terletak pada penetapan tujuan-tujuan umum oleh

manajer dan bawahan yang bekerja bersama, penelitian bidang tanggung jawab utama setiap

individu yang dirumuskan secara jelas dalam bentuk hasil-hasil ( sasaran-sasaran ) dapat

diukur yang diharapkan dan penggunaan ukuran-ukuran tersebut sebagai pedoman

pengoperasian satuan-satuan kerja serta penilaian sumbangan masing-masing anggota.

Menurut Drucker, manajemen by ojectives berbeda dengan manajemen by drives

(dorongan ). Manajemen by drives digunakan uuntuk menggambarkan tanggapan-tanggapan

organisasi terhadap berbagau tekanan keuangan atau pasar baru dengan “dorongan ekonomi”

atau “dorongan produksi”. Dalam praktek, hal ini menghasilkan ketidak-efisienan yang lebih

besar dan meningkatnya ketidak-puasan.

Dalam MBO perencanaan efektif tergantung pada penentuan tujuan setiap manajer

yang diterapkan terutama sebagai fungsinya dalam organisasi. Setiap tujuan manajer juga

harus menyumbang kepada tujuan manajemen yang lebih tinggi dan perusahaan sebagai

keseluruhan.

Drucker mengemukakan setiap manajer harus menetapkan tujuan-tujuan mereka

sendiri atau paling tidak ikut dalam proses penetapan tujuan. Para manajer setiap tingkatan

seharusnya berpartisipasi dalam penetapan tujuan pada tingkat lebih tinggi. Dengan cara ini,

para manajer akan memahami lebih baik tujuan-tujuan perusahaan yang lebih luas dan

hubungan tujuan khusus mereka sendiri dengan gambaran perusahaan keseluruhan.

Menurut Drucker, hubungan antara setiap tujuan individual dengan tujuan umum

adalah sangat penting,karenamaksud utama penerapan MBO adalah untuk mencapai efesiensi

operasi seluruh organisasi melalui operasi melalui operasi yang efisien dan integrasi bagian-

bagiannya.

Sukses penerapan MBO terutama didasarkan atas dua hipotesa. Pertama, bila

seseorang melekat secara kuat pada suatu tujuan, dia akan bersedia mengeluarkan usaha

Page 3: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

lebih untuk meraihnya disbanding bila seserang tidak merasa terikat. Hipotesa kedua adalah

bahwa kapan saja seseorang memperkirakan sesuatu akan terjadi, dia akan melakukan apa

saja untuk membuatnya terjadi. Hipotesa-hipotesa ini menjelaskan mengapa metoda MBO

mempunyai sukses dalam praktek manajemen. Beberapa teori motivasi dan kepemimpinan,

seperti kebutuhan aktualisasi diri Maslow, Teori Y Mc Gregor, factor-faktor motivasi

Herzberg, dan kebutuhan berprestasi Mc Clelland, juga mendasari sukses penerapan MBO.

            MBO juga didasarkan konsep bahwa orang lebih menyukai dinilai menurut criteria

realistic yang mereka terima dan standar yang mereka pandang dapat dicapai. Atas dasar

metoda ini, orang-orang berpartisipasi dalam penentuan tujuan dan identifikasi criteria yang

digunakan untuk menilai mereka. Berbagai tujuan dapat diukur dengan ukuran-ukuran

kuantitatif ( seperti  volume produksi atau penjualan, biaya atau laba ), sedangkan tujuan-

tujuan lain dinilai secara kualitatif (seperti hubungan langganan, rencana permasaran, atau

pengembangan karyawan)

B.     Sistem Manajemen By Objectives (MBO)  Formal

Program-program MBO dapat sangat bervariasi. Banyak dirancang untuk digunakan

dalam suatu kelompok kerja, tetapi banyak juga yang digunakan untuk organisasi sebagai

keseluruhan. Metode-metode dan pendekatan-pendekatan yang digunakan para manajer

dalam program MBO akan berbeda. Di samping itu, juga ada perbedaan dalam penekanan.

Berikut ini akan diuraikan unsur-unsur umum yang selalu ada dalam berbagai system MBO

yang efektif:

1.      Komitmen pada program

Program MBO yang efektif mensyaratkan komitmen para manajer di setiap tingkatan

organisasi terhadap pencapaian tujuan-tujuan pribadi dan organisasi, sertaproses MBO.

Banyak waktu dan energy diperlukan untuk mengimplementasikan program MBO dengan

sukses. Manajer pertama kali harus bertemu dengan bawahan untuk menetapkan tujuan dan

kemudian untuk menilai kemajuan berdasarkan tujuan dan kemudian untuk menilai kemajuan

berdasarkan tujuan tersebut.

2.      Penetapan tujuan manajemen puncak

Program-program perencanaan efektif biasanya mulai dengan para manajer puncak, yang

menetapakan tujuan-tujuan pendahuluan setelah berkonsultasi dengan para anggota

organisasi lainnya. Tujuan harus dinyatakan dalam bentuk atau dengan istilah tertentu yang

dapat diukur, misal “menaikkan penjualan sebesar 5% kuartal yang akan datang”, “tidak ada

kenaikan biaya overhead tahun ini”, dan sebagainya. Dengan cara ini manajer dan bawahan

Page 4: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

akan mempunyai gagasan yang jelas tentang apa yang diharapkan manajemen puncak untuk

dicapai dan merekadapat melihat hubungan langsung kerjamereka dengan pencapaian tujuan

organisasi.

3.      Tujuan-tujuan perseorangan

Dalam suatu program MBO efektif,setiap manajer dan bawahan merumuskan tanggung

jawab dan tujuan jabatan mereka secara jelas. Maksud penetapan tujuan pada setiap tingkatan

adalah untuk membantu para karyawan memahami secara jelas apa yang diharapkan agar

tercapai. Ini membantu setiap individu merencanakan secara efektif untuk mencapai

tujuannya yang ditetapkan sendiri.

Tujuan sendiri individu harus ditetapkan dengan konsultasi anta individu dan atasannya.

Konsultasi bersama ini akan membantu manajer mengembangkan tujuan-tujuan yang lebih

realistic dan membantu bawahan memperluas pandangan mereka tentang tujuan yang lebih

tinggi.

4.      Partisipasi

Derajat partisipasi bawahan dalam penentapan tujuan dapat sangat bervariasi. Pada satu sisi

ekstrim, bawahan mungkin berpartisipasi hanya dengan kehadirannya ketika tujuan

ditetapkan oleh manajemen. Pada sisi ekstrim lain, bawahan mungkin sangat bebas untuk

menetapkan tujuan mereka sendiri dan metoda pencapaiannya. Kedua ekstrim ini cenderung

tidak efektif. Manajer kadang-kadang menetapkan tujuan tanpa pengetahuan penuh tentang

batasan-batasan dalam praktek dimana bawahan harus beroperasi; bawahan mungkin memilih

tujuan yang tidak konsisten dengan tujuan organisasi. Sebagai pedoman umum, semakin

besar kemungkinan tujuan akan tercapai.

5.      Otonomi dalam implemantasi rencana

Setelah tujuan ditetapkan dan disetujui, individu mempunyai keleluasan dalam pemilihan

peralatan untuk pencapaian tujuan. Dangan batasan-batasan normal kebijaksanaan organisasi,

manajer harus bebas untuk mengembangkan dan mengimplementasikan program-program

pencapaian tujuan-tujuan mereka tanpa campur tangan atasannya langsung. Aspek program

MBO ini secara khusus dihargaioleh manajer.

6.      Peninjauan kembali prestasi

Manajer dan bawahan secara periodek bertemu untuk meninjau kembali kemajuan terhadap

tujuan. Selama peninjauan kembali, merela memutuskan apakah ada masalah-masalah dan

bila ada, apa yang dapat kerjakan untuk memecahkannya. Bila diperlukan, tujuan juga dapat

dirubah.

Proses MBO 

Page 5: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

1. Atasan dan bawahan berdiskusi dan membicarakan tanggung jawab penting jabatan atasan  

2.   Atasan dan bawahan berdiskusi dan mencapai persetujuan tentang komponen-komponen kunci efektifitas jabatan bawahan

3.   Atasan dan bawahan menyetujui tujuan-tujuan pelaksanaan tertentu yang dapat diukur untuk bawahan

4.   Atasan dan bawahan bertemu secara periodic untuk bersama-sama mengevaluasi kemajuan bawahan

5.   Atasan dan bawahan bertemu untuk meninjau kembali tingkat prestasi bawahan keseluruhan (peninjauan kembali tahunan atau setengah tahunan), kembali ke (1)

C.    Kekuatan dan Kelemahan Manajemen By Objectives (MBO)

Dalam suatu survai terhadap para manajer, Tosi dan Carroll mengemukakan

kebaikan-kebaikan program MBO adalah sebagai berikut:

1.      Memungkinkan para individu mengetahui apa yang diharapkan diri mereka

2.      Membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan tujuan dan

sasaran

3.      Memperbaiki komunikasi komunikasi antara manajer dan bawahan

4.      Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi

5.      Membuat proses evaluasi lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan

tertentu. Ini juga memungkinkan para bawahan mengetahui kualitas pekerjaan mereka

hubungannya dengan tujuan organisasi

Dari uraian diatas, MBO mempunyai manfaat tidak hanya bagi organisasi tetapi juga

bagi individu-individu secara perseorangan. Bagi individu, barangkali kebaikan pokok MBO

adalah meningkatkan rasa keterlibatan dan pemahaman terhadap tujuan-tujuan organisasi. Ini

memungkinkan usaha-usaha dipusatkan dimana mereka paling dibutuhkan dan paling

mungkin untuk dihargai. Di samping itu, para individu mengetahui bahwa mereka akan

dievaluasi, tidak dalam hal sifat-sifat pribadi atau atas dasar prasangka atasan, tetapi

bagaimana mereka mencapai tujuan yang mereka sendiri telah membantu untuk

menetapkannya. Sebagai hasil, para individu dalam proses MBO akan lebih cenderung untuk

melakukan tanggung jawab mereka dengan bersemangat dan sukses dibanding lainnya.

            Semua manfaat diatas, paling sedikit tidak secara langsung, adalah manfaat

organisasi. Di samping itu, ada kebaikan-kebaikan implementasi program MBO yang secara

langsung dirasakan organisasi. Bila seluruh tingkatan organisasi membantu dalam penetapan

tujuan, tujuan dan sasaran organisasi akan lebih realistic. Perbaikan komunikasi hasil dari

Page 6: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

MBO juga dapat membantu organisasimencapai tujuannya dengan lebih mudah karena

kegiatan-kegiatannya akan dikoordinasi lebih baik. Akibatnya, organisasi secara keseluruhan

mempunyai rasa kesatuan yang lebih baik. Akibatnya organisasi secara keseluruhan

mempunyai rasa kesatuan yang lebih tinggi: Karyawan tingkat bawah lebih memperhatikan

penghargaan manajemen puncak dan sebaliknya membantu dalam penetapan tujuan yang

realistic.

            MBO tentu saja tidak memecahkan seluruh masalah suatu organisasi. Penilaian

terhadap bawahan adalah bidang yang sulit, karena hal ini menyangkut status, penggajian dan

promosi. Bahkan dalam program MBO yang paling baik, proses peninjauan kembali mungkin

menyebabkan ketegangan dan ketidak sukaan. Tidak semua pencapaian tujuan dapat

dikualifikasikan atau diukur. Bahkan bila prestasi (atau kekurangan mereka) dapat diukur

seperti jumlah penjualan total dalam daerah seorang bawahan-bawahan mengkin tidak

bertanggung jawab atas hal tersebut. Sebagai contoh, penjualan mungkin turun walaupun

usaha bawahan adalah terbaik, karena berbagai tindakan yang tidak diharapkan dari pesaing.

            Ada dua kategori kelemahan-kelemahan khas untuk organisasi yang mempunyai

program-program MBO formal. Dalam kategori pertama adalah kelemahan-kelemahan yang

melekat (inherent) pada proses MBO. Ini mencakup konsumsi waktu dan usaha yang cukup

besar dalam proses belajar untuk menggunakan teknik MBO, serta biasanya meningkatkan

banyaknya kertas kerja. Dalam kategori kedua, kelemahan-kelemahan seharusnya tidak ada

tetapi sering dijumpai dalam pengembangan dan implementasi program-program MBO.

            Kategori kedua ini menyangkut beberapa masalah pokok yang harus dikendalikan

agar program MBO sukses:

1.      Gaya dan dukungan manajemen

Bila manajer puncak lebih suka pendekatan otoritas yang kuat dan pembuatan keputusan

yang disentralisasi, mereka akan memerlukan pendidikan dan latihan kembali sebelum merka

dapat menerapkan program MBO. Manajemen puncak juga harus terlibat secara penuh dan

memberikan dukungan melalui kegiatan-kegiatannya.

2.      Penyesuaian dan perubahan

MBO mungkin memerlukan banyak perubahan dalam struktur organisasi, pola wewenang

dan prosedur pengawasan. Manajer harus mendukung perubahan-perubahan ini

3.      Keterampilan-keterampilan antar pribadi

Page 7: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

Proses penetapan tujuan dan peninjauan kembali manajer-bawahan memerlukan suatu tingkat

keterampilan tinggi dalam hubungan –hubungan antar pribadi. Banyak manjer tidak

mempunyai pengalaman maupun kemampuan dasar dalam bidang ini. Latihan dalam

pembimbingan dan wawancara mungkin diperlukan

4.      Deskripsi jabatan

Penyusunan suatu daftar khusus tujuan dan tanggung jawab perseorangan adalah sulit dan

memakan waktu. Di samping itu, deskripsi jabatan harus ditinjau kembali dan direvisi sesuai

perubahan kondisi organisasi. Ini merupakan tahap kritis implementasi, bila dampak system

MBO mungkin merubahan tugas dan tanggung jawab setiap jenjang

5.      Penetapan dan pengkoordinasian tujuan

Penetapan tujuan yang menantang, sekaligus realistic, sering merupakan sumber

kebinggungan manajer. Kemungkinan timbul masalah dalam pembuatan tujuan yang dapat

diukur dan dalam penggambaran tujuan secara jelas dan tepat. Selain itu mungkin ada

kesulitan untuk mengkoordinasi tujuan organisasi secara keseluruhan dengan kebutuhan-

kebutuhan pribadi dan tujuan-tujuan perseorangan.

6.      Pengawasan metode pencapaian tujuan

Manajer dapat mengalami frustasi bila usahanya untuk mencapai tujuan tergantung pada

pencapaian bagian lain dalam organisasi. Sebagai contoh, manajer lini produksi tidak dapat

memenuhi sasaran perakitan 100 unit perhari bila departemennya hanya disuplai 90 unit

komponen. Penetapan tujuan kelompok dan fleksibilitas dibutuhkan untuk memecahkan jenis

masalah ini.

7.      Konflik antara kreativitas dan MBO

Mengikatkan evaluasi prestasi, promosi dan kompensasi pencapaian tujuan mungkin

berlawanan dengan tujuan produktivitas bila hal itu cenderung tidak mendorong inovasi. Bila

manajer gagal untuk mencoba sesuatu yang baru karena energy mereka terarahkan pada

tujuan-tujuan MBO, berbagai kesempatan dapat hilang.usaha yang dapat dilakukan untuk

menghindari masalah ini adalah dengan menempatkan inovasi dan perubahan menjadi bagian

prosees penetapan tujuan.

D.    Membuat Manajemen By Objectives (MBO) Efektif

Pengakuan terhadap kegunaan MBO terutama karena MBO memberikan mekanisme

penetapan tujuan dan evaluasi manajerial, serta integrasi tujuan-tujuan pribadi dan organisasi.

Page 8: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

Karena banyak manajer akan menghadapi berbagai macam program penetapan tujuan

dalam organisasi, penting diperhatikan unsure-unsur yang diperlukan bagi keefektifan MBO,

yaitu:

1.      Mendidik dan melatih manajer

Agar MBO sukses, manajer harus memahaminya dan mempunyai keterampilan yang sesuai.

Mereka harus dididik tentang prosedur dan kebaikan-kebaikan system serta keterampilan-

keterampilam yang diperlukan, dan harus dibantu untuk memahami kegunaan MBO bagi

organisasi dan karir mereka. Bila manajer tetap menentang, program MBO akan gagal

2.      Merumuskan tujuan secara jelas

Manajer dan bawahan harus dipuaskan bahwa tujuan adalah realistic dan mudah dipahami,

serta akan digunakan untuk mengevaluasi prestasi. Organisasi mungkin perlu melatih para

manajer dengan keterampilan-keterampilan penetapan tujuan yang berguna dan terukur serta

mengkomunikasikan secara efektif

3.      Menunjukan komitmen menajemen puncak secara kontinyu

Penerimaan dan antusiasme mula-mula karyawan terhadap program MBO mungkin hilang

dengan cepat kecuali manajemen puncak melakukan usaha-usaha bersama untuk menjaga

system tetap hidup dan berfungsi sepenuhnya. Para manajer yang mengalami kesulitan untuk

menetapkan dan meninjau kembalitujuan mungkin kembali pada pendekatan yang lebih

traditional dan otokratik. Manajer-manajer puncak harus berhati-hati terhadap kecenderungan

ini dan memberikan dukungan secara kontinyu untuk menjaga program sebagai bagian vital

prosedur pengoperasian organisasi

4.      Membuat umpan balik efektif

System MBO tergantung pada para partisipan yang mengetahui posisi merka dalam

hubungannya dengan tujuan-tujuan. Penetapan tujuan bukan merupakan suatu insentif yang

memadai; peninjauan kembali tetap perlu

5.      Mendorong partisipasi

Manajer harus menyadari bahwa parisipasi bawahan dalam penetapan tujuan bersama dapat

mengandung implikasi pengalokasian kembali kekuasaan. Manajer harus bersedia

melepaskan berbagai pengawasan langsung terhadap bawahan dan mendorong bawahan

untuk mengambil peranan lebih aktif dalam perumusan dan pencapaian tujuan mereka sendiri

E.     Penerapan Manajemen By Obyectives (MBO) Dalam Bimbingan dan Konseling

Penerapan MBO dalam bimbingan dan konseling dikaitkan dengan program yang

akan dilakukan oleh konselor untuk konseli dan tujuan dari kegiatan konseling itu sendiri.

Page 9: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

Berkaitan dengan programnya, MBO sangat erat kaitannya dengan perencanaan. Maksudnya

adalah perencanaan konselor dalam membuat program, perencanaan tindakan yang akan

dilakukan oleh konselor kepada konseli, perencanaan dalam membuat SATLAN atau

SATKUNG, perencanaan tentang LAISEG, LAIJAPEN, dan LAIJAPAN atupun

perencanaan-perencanaan yang lainnya. Sedangkan kaitannya dengan tujuan kegiatan

konseling, konselor perlu menggunakan MBO dalam menetapkan tujuan dari kegiatan

konseling, bagaimana agar dalam kegiatan konseling nanti konseli aktif dalam

pelaksanaannya dan apabila kegiatan konseling sudah usai konselor dapat meninjau atau

mengawasi konseli setelah diberikan suatu layanan

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, Hani T. 1995. Manajemen. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Page 10: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

Management By Objective (MBO)

Management by Objective (MBO).  Management by Objectives (MBO) adalah metode penilaian kinerja karyawan yang berorientasi pada pencapaian sasaran kerja. Pada metode MBO, setiap individu karyawan memiliki sasaran kerjanya masing-masing, yang bersesuaian dengan sasaran kerja unitnya untuk satu periode kerja. Penilaian kinerja dalam metode MBO dilakukan di akhir periode mengacu pada realisasi sasaran kerja. Adapun Rank Inclusion in Criteria Hierarchies (RICH), berperan sebagai metode pada proses pembobotan atas Key Performance Indicator (KPI) karyawan yang mencerminkan hasil pencapaian sasaran kerja karyawan yang sedang dinilai kinerjanya. Dengan metode RICH, sistem dapat melakukan komputasi atas performansi kerja pegawai.

MBO digagas pada tahun 1954, dengan tujuan agar para perusahaan dapat berjalan baik harus menetapkan sasaran yang jelas dan secara terpadu agar goal atau tujuan dapat tercapai secara efektif.

MBO mendorong setiap tingkatan manajemen berkomitmen untuk partisipasi dalam mencapai rencana yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dalam pelaksanaan MBO ini harus ada kesepakatan antara karyawan dan pimpinan, agar mereka melaksanakan dan memiliki komitmen yang sama, yaitu :

1. Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bagian / bawahan.2. Perencanaan yang akan dilakukan setiap divisi, untuk mendukung tujuan bersama.3. Standard pengukuran keberhasilan pencapaian tujuan.4. Prosedur untuk mengevaluasi keberhsilan pencapaian tujuan.

Untuk mencapai keberhasilan dalam MBO, dibutuhkan partisipasi aktif dari semua pihak internal di perusahaan.

Pimpinan dan karyawan di dalam perusahaan harus memiliki kesepakatan untuk mewujudkan kinerja yang lebih baik, dimana dicapai melalui proses perencanaan dan implementasi, serta melalui pengawasan bersama dan terintegrasi.

Untuk pelaksanaan MBO, maka di butuhkan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan, dimana menyiapkan dokumen-dokumen serta data-data yang diperlukan.

2. Tahap Penyusunan, dimana menjabarkan tugas pokok dan fungsi-fungsi setiap bagian

Page 11: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

dalam organisasi, agar seluruhnya terintegrasi mencapai visi dan misi yang dicanangkan oleh perusahaan. Merumuskan keadaan sekarang untuk membantu identifikasi dan antisipasi masalah atau hambatan serta kemudahan-kemudahan.

3. Tahap Pelaksanaan, dimana pelaksanaan seluruh kegiatan dan fungsi manajemen secara menyeluruh seperti pengorganisasian, pengarahan, pemberian semangat dan motivasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.

4. Tahap Pengendalian, Monitor, Evaluasi dan Penyesuaian, dimana bertujuan tercapainya tujuan dan sasaran yang tertuang dalam rencana stratejik ( Renstra ) melalui kegiatan keseluruhan dalam perusahaan.

Sistem Management By Objective Yang Efektif

1. Adanya komitmen para manajer tujuan pribadi dan organisasi, sehingga dia harus berjumpa dengan bawahannya untuk memberikan penetapan tujuan dan menilainya.

2. Penetapan tujuan manajemen puncak yang dinyatakan dalam nilai tertentu yang dapat diukur, sehingga antara manajer dan bawahan mempunyai gagasan yang jelas tentang apa yang diharapkan oleh manajemen puncak, sehingga dapat diketahui antara individu dengan tujuan organisasi secara keseluruhan.

3. Tujuan perseorangan, dimana antara manajer dan bawahan harus merumuskan tujuan bersama dan tanggung jawab terhadap bagiannya secara jelas guna memahami tentang apa yang akan dicapai.

4. Perlunya partisipasi semua pihak, dimana semakin besar partisipasi dari semua anggota, maka semakin besar tujuan yang akan tercapai.

5. Otonomi dan implementasi rencana, disini bawahan dan manajer bebas untuk mengembangkan dan mengimplementasikan program-program pencapaian tujuannya.

6. Peninjauan kembali prestasi yang dilakukan secara periodik terhadap kemajuan tujuan.

Terima kasih atas kunjungannya di blog "Menara Ilmu" semoga artikel tentang Management by Objective (MBO) bermanfaat untuk anda.

Sumber : (http://aviff-puviez.blogspot.com)(http://tkampus.blogspot.com/)http://bledhu.blogspot.com/2012/12/management-by-objective-mbo.html

Page 12: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

Management By Objective (MBO)

Diposkan oleh Chintya Dewi on Minggu, 13 Mei 2012

Prinsip Manajemen By Objective

1. Pengertian Manajeman

Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur (Malayu S.P.

Hasibuan, 2003: 1). Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang

diinginkan. Yang diatur dalam manajemen antara lain adalah: manusia, uang, metode,

material, mesin, pasar, dan sebagainya. Komponen-komponen tersebut diatur agar berdaya

guna, berhasil guna, terintegrasi, dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang optimal.

Pengaturan komponen-komponen tersebut melalui suatu proses yang terdiri dari:

1) perencanaan, 2) pengorganisasian, 3) pengarahan, dan 4) pengendalian. Malayu S.P. Hasibuan mendefinisikan manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Pengertian Prinsip Manajeman By Objective

Sebutan “manajemen sesuai objektif” pertama dipopulerkan oleh Peter Drucker dalam

bukunya tahun 1954 yang berjudul ‘The Practice of Management’. MBO sulit didefinisikan,

namun secara umum esensi sistem MBO, terletak pada penetapan tujuan tujuan-tujuan umum

oleh para manajer dan bawahan yang bekerja bersama, penentuan bidang utama setiap

individu yang hasilnya dirumuskan secara jelas dalam bentuk hasil-hasil (sasaran) yang dapat

diukur dan diharapkan, dan ukuran penggunaan ukuran-ukuran tersebut sebagai satuan

pedoman pengoperasian satuan-satuan kerja serta penilaian masing penilaian sumbangan

masing-masing anggota.

Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif

melibatkan manajer dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Management by

objective (MBO) atau manajemen by objective atau manajemen sesuai objektif adalah suatu

proses persetujuan terhadap objektif di dalam satu organisasi sehingga manajemen dan

karyawan menyetujui objektif ini dan memahami apa posisi mereka di dalam organisasi

tersebut

Management by objective (MBO) atau juga disebut (diterjemahkan) Manajemen

Berdasarkan Sasaran, yaitu suatu cara untuk melibatkan para karyawan di dalam proses

pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan mereka. (Sondang P. Siahaan: 2004:

362).

Page 13: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

Menurut Nanang Fattah (2009: 33) menjelaskan bahwa Management by objective

(MBO) merupakan teknik manajeman yang membantu memperjelas dan menjabarkan

tahapan tujuan organisasi. Lebih lanjut Nanang Fattah menjelaskan bahwa dengan

Management by objective (MBO) dilakukan proses penentuan tujuan bersama antara atasan

dan bawahan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Management by objective

(MBO) adalah suatu cara di dalam mencapai sasaran hasil maupun dalam merencanakan

program melibatkan semua pihak (stakeholders) pada lembaga yang bersangkutan

3. Kekuatan dan Kelemaham Manajeman By Objective

Kekuatan MBO antara lain adalah: 1) MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan

dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam manajemen, 2) MBO mendorong

organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga tingkatan bawah dari

manajemen, 3) MBO memfokuskan pada hasil akhir dari pada niat yang baik maupun faktor

personal. 4) MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang

melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.

Hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kekuatan Manajeman By

Objective adalah 1). Memungkinkan para individu mengetahui apa yang diharapkan dari

mereka. 2). Membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan tujuan

dan sasaran. 3). Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan. 4). Membuat para

individu lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi. 5). Membuat proses evaluasi

lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan tertentu. Ini

memungkinkan para bawahan mengetahui kualitas pekerjaan mereka dalam hubungannya

dengan tujuan organisasi.

Menurut Nanang Fattah (2009: 34) ada empat kekuatan dari Manajeman By Objective

yaitu:

      a)      Pengelolaan cenderung lebih baik karena keharusan membuat program.

      b)      Peranan dan fungsi struktur organisasi harus jelas.

      c)      Individu mengikat diri pada tugas-tugasnya (commited).

      d)     Pengawasan lebih efektif berkembang.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan dari Manajeman

By Objective adalah:

Page 14: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

    a)      MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem

yang rasional dalam manajemen.

     b)      MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga

tingkatan bawah dari manajemen.

      c)      MBO memfokuskan pada hasil akhir.

      d)     MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui

partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.

      e)      Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan.

      f)       Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tugas masing-masing dan

tujuan organisasi.

      g)      Pengawasan lebih efektif berkembang.

Adapun kelamahan dari Manajeman By Objective adalah pertama, negosiasi dan

pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang

cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Kedua, adanya

kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa mempedulikan rekan

sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga yang bilang MBO hanyalah sekedar

formalitas belaka, pada akhirnya yang menentukan sasaran hanyalah manajemen puncak

sendiri.

Sedangkan menurut hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan

kelemahan Manajeman By Objective ada dua kategori kelemahan-kelemahan khas untuk

organisasi yang mempunyai program MBO formal: 1). Kelemahan-kelemahan yang melekat

(inherent) pada proses MBO. Ini mencakup konsumsi waktu dan usaha yang cukup besar

dalam proses belajar untuk menggunakan teknik-teknik MBO serta meningkatkan banyaknya

kertas kerja. 2). Kelemahan-kelemahan dalam pengembangan dan implementasi MBO oleh

berbagai fungsi.

Menurut Nanang Fattah (2009: 35) ada empat kelemahan Manajeman By Objective

yaitu:

    a)      Tidak mudah menanamkan pemahaman tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi

kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik Manajeman By Objective secara

tepat.

    b)      Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota

untuk berpartisipasi.

Page 15: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

       c)      Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara

kuantitas.

    d)     Perubahan yang diinginkan Manajeman By Objective dalam perilaku manajer

kemungkinan akan menimbulkan maslah dalam proses MBO titik berat akan bergeser dari

menilai menjadi membantu bawahan.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan

Manajeman By Objective adalah:

    1.      Tidak mudah menanamkan tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada

bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik MBO secara tepat.

   2.      Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota

untuk berpartisipasi.

      3.      Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara

dikuantitas.

      4.      Pembuatan keputusan membutuhkan waktu yang lama.

      5.      Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan kerja.

      6.      Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan kerja

http://chintyadewie.blogspot.com/2012/05/management-by-objective-mbo.html

Page 16: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

Management by Objectives (MBO)

Pertama kali diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam bukunya The Practice of Management pada tahun 1954. Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen berdasarkan sasaran, manajemen berdasarkan hasil (Management by Result), Goals management, Work planning and review dan lain sebagainya yang pada intinya sama.Management by objective menekankan pada pentingnya peranan tujuan dalam perencanaan yang efektif, dengan menetapkan prosedur pencapaian baik yang formal maupun informal, pertama dengan menetapkan tujuan yang akan dicapai dilanjutkan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan sampai selesai baru diadakan peninjauan kembali atas pekerjaan yang telah dilakukan. Kegiatan MBO singkatan dari management by objective yaitu proses partisipasi yang melibatkan bawahan dan para manajer dalam setiap tingkatan organisasi yang dirumuskan dengan bentuk misi atau sasaran, yang dapat diukur dimana penggunaan ukuran ini sebagai pedoman bagi pengoperasian satuan kerja.

Management by Objectives (MBO) adalah metode penilaian kinerja karyawan yang berorientasi pada pencapaian sasaran kerja. Pada metode MBO, setiap individu karyawan memiliki sasaran kerjanya masing-masing, yang bersesuaian dengan sasaran kerja unitnya untuk satu periode kerja. Penilaian kinerja dalam metode MBO dilakukan di akhir periode mengacu pada realisasi sasaran kerja. Adapun Rank Inclusion in Criteria Hierarchies (RICH), berperan sebagai metode pada proses pembobotan atas Key Performance Indicator (KPI) karyawan yang mencerminkan hasil pencapaian sasaran kerja karyawan yang sedang dinilai kinerjanya. Dengan metode RICH, sistem dapat melakukan komputasi atas performansi kerja pegawai.

 Sistem Management By Objective Yang Efektif1. Adanya komitmen para manajer tujuan pribadi dan organisasi, sehingga dia harus berjumpa dengan bawahannya untuk memberikan penetapan tujuan dan menilainya.2. Penetapan tujuan manajemen puncak yang dinyatakan dalam nilai tertentu yang dapat diukur, sehingga antara manajer dan bawahan mempunyai gagasan yang jelas tentang apa yang diharapkan oleh manajemen puncak, sehingga dapat diketahui antara individu dengan tujuan organisasi secara keseluruhan.3. Tujuan perseorangan, dimana antara manajer dan bawahan harus merumuskan tujuan bersama dan tanggung jawab terhadap bagiannya secara jelas guna memahami tentang apa yang akan dicapai.4. Perlunya partisipasi semua pihak, dimana semakin besar partisipasi dari semua anggota, maka semakin besar tujuan yang akan tercapai.5. Otonomi dan implementasi rencana, disini bawahan dan manajer bebas untuk mengembangkan dan mengimplementasikan program-program pencapaian tujuannya.6. Peninjauan kembali prestasi yang dilakukan secara periodik terhadap kemajuan tujuan.

Kebaikan dan kelemahan MBO:Kebaikan:

Page 17: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

1. Mengetahui apa yang diharap-harapkan dari organisasi.2. Membantu manajer membuat tujuan dan sasaran.3. Memperbaiki komunikasi vertikal antara manajer dengan bawahan4. Membuat proses evaluasi.Kelemahan:1. Kelemahan yang melekat pada proses MBO, dalam konsumsi waktu dan biaya yang besar.2. Dalam hal pengembangan dan implementasi program-program MBO.

Unsur-unsur Efektivitas MBO1. Agar MBO sukses maka manajer harus memahami dan mempunyai trampilan secara mengetahui kemanfaatan dan kegunaan dari MBO.2. Tujuan merupakan hal yang realistis dan mudah dipahami oleh siapapun juga, sehingga tujuan ini sering digunakan untuk mengevaluasi prestasi kerja dari manajer, apakah dia berhasil dalam tugasnya atau gagal.3. Top manajer harus menjaga sistem MBO ini tetap hidup dan berfungsi sebagaimana mestinya.4. Tanpa partisipasi semua pihak tidaklah mungkin program MBO ini berjalan, maka semua pihak harus mengetahui posisinya dalam hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai, umpan balik terhadapnya sangat berguna.

http://samuelpohan.blogspot.com/2011/11/management-by-objectives-mbo.html

Page 18: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

Management by Objectives (MBO)

Management by Objectives (MBO)

Pertama kali diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam bukunya The Practice of Management pada tahun 1954. Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen berdasarkan sasaran, manajemen berdasarkan hasil (Management by Result), Goals management, Work planning and review dan lain sebagainya yang pada intinya sama.Management by objective menekankan pada pentingnya peranan tujuan dalam perencanaan yang efektif, dengan menetapkan prosedur pencapaian baik yang formal maupun informal, pertama dengan menetapkan tujuan yang akan dicapai dilanjutkan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan sampai selesai baru diadakan peninjauan kembali atas pekerjaan yang telah dilakukan. Kegiatan MBO singkatan dari management by objective yaitu proses partisipasi yang melibatkan bawahan dan para manajer dalam setiap tingkatan organisasi yang dirumuskan dengan bentuk misi atau sasaran, yang dapat diukur dimana penggunaan ukuran ini sebagai pedoman bagi pengoperasian satuan kerja.

Management by Objectives (MBO) adalah metode penilaian kinerja karyawan yang berorientasi pada pencapaian sasaran kerja. Pada metode MBO, setiap individu karyawan memiliki sasaran kerjanya masing-masing, yang bersesuaian dengan sasaran kerja unitnya untuk satu periode kerja. Penilaian kinerja dalam metode MBO dilakukan di akhir periode mengacu pada realisasi sasaran kerja. Adapun Rank Inclusion in Criteria Hierarchies (RICH), berperan sebagai metode pada proses pembobotan atas Key Performance Indicator (KPI) karyawan yang mencerminkan hasil pencapaian sasaran kerja karyawan yang sedang dinilai kinerjanya. Dengan metode RICH, sistem dapat melakukan komputasi atas performansi kerja pegawai.

. Sistem Management By Objective Yang Efektif1. Adanya komitmen para manajer tujuan pribadi dan organisasi, sehingga dia harus berjumpa dengan bawahannya untuk memberikan penetapan tujuan dan menilainya.2. Penetapan tujuan manajemen puncak yang dinyatakan dalam nilai tertentu yang dapat diukur, sehingga antara manajer dan bawahan mempunyai gagasan yang jelas tentang apa yang diharapkan oleh manajemen puncak, sehingga dapat diketahui antara individu dengan tujuan organisasi secara keseluruhan.3. Tujuan perseorangan, dimana antara manajer dan bawahan harus merumuskan tujuan bersama dan tanggung jawab terhadap bagiannya secara jelas guna memahami tentang apa yang akan dicapai.4. Perlunya partisipasi semua pihak, dimana semakin besar partisipasi dari semua anggota, maka semakin besar tujuan yang akan tercapai.5. Otonomi dan implementasi rencana, disini bawahan dan manajer bebas untuk mengembangkan dan mengimplementasikan program-program pencapaian tujuannya.6. Peninjauan kembali prestasi yang dilakukan secara periodik terhadap kemajuan tujuan.

Kebaikan dan kelemahan MBO:Kebaikan:1. Mengetahui apa yang diharap-harapkan dari organisasi.2. Membantu manajer membuat tujuan dan sasaran.

Page 19: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

3. Memperbaiki komunikasi vertikal antara manajer dengan bawahan4. Membuat proses evaluasi.

Kelemahan:1. Kelemahan yang melekat pada proses MBO, dalam konsumsi waktu dan biaya yang besar.2. Dalam hal pengembangan dan implementasi program-program MBO.

Unsur-unsur Efektivitas MBO1. Agar MBO sukses maka manajer harus memahami dan mempunyai trampilan secara mengetahui kemanfaatan dan kegunaan dari MBO.2. Tujuan merupakan hal yang realistis dan mudah dipahami oleh siapapun juga, sehingga tujuan ini sering digunakan untuk mengevaluasi prestasi kerja dari manajer, apakah dia berhasil dalam tugasnya atau gagal.3. Top manajer harus menjaga sistem MBO ini tetap hidup dan berfungsi sebagaimana mestinya.4. Tanpa partisipasi semua pihak tidaklah mungkin program MBO ini berjalan, maka semua pihak harus mengetahui posisinya dalam hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai, umpan balik terhadapnya sangat berguna.

Pembuatan Keputusan ( Decision Making )Pembuatan keputusan yaitu proses serangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam penyelesaian suatu masalah. Pembuatan keputusan ini dilakukan oleh setiap jabatan dalam organisasi. Manajer akan membantu keputusan yang berbeda dalam situasi dan kondisi yang berbeda pula.

Bentuk-bentuk decision makingBentuk keputusan ini bisa berupa keputusan yang diprogram (Programmed decisions) atau tidak, bisa juga dibedakan antara keputusan yang dibuat di bawah kondisi kepastian, resiko dan ketidak pastian.Keputusan terprogram yaitu keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur yang terjadi secara rutin dan berulang-ulang. Contoh : penetapan gaji pegawai, prosedur penerimaan pegawai baru, prosedur kenaikan jenjang kepegawaian dan sebagainya.Keputusan tidak terprogram (non-programmed decisions), yaitu keputusan yang dibuat karena terjadinya masalah-masalah khusus atau tidak biasanya. Contoh : pengalokasian sumber daya-sumber daya organisasi, penjualan yang merosot tajam, pemakaian teknologi yang termodern, dan lain sebagainya.Keputusan dengan kepastian, resiko dan ketidak-pastian, ini tergantung dari beberapa aspek yang tidak dapat diperkirakan dan dipastikan sebelumnya, seperti reaksi pesaing, perubahan perekonomian, perubahan teknologi, perilaku konsumen dan lain sebagainya. Oleh karena itu ini terbagi dalam tiga jenis situasi, yaitu :Kepastian (certainty), yaitu dengan diketahuinya keaaan yang akan terjadi diwaktu mendatang, karena tersedianya informasi yang akurat dan responsibility.Resiko (risk), yaitu dengan diketahuinya kesempatan atau probabilitas setiap kemungkinan yang akan terjadi serta hasilnya, tetapi informasi yang lengkap tidak dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.Ketidak pastian (uncertainty), dimana manajer tidak mengetahui probabilitas yang dimiliki serta tidak diketahuinya situasi yang akan terjadi diwaktu mendatang, karena tidak mempunyai informasi yang dibutuhkan. Umumnya ini menyangkut keputusan yang kritis dan

Page 20: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

paling menarik.

Proses Pembuatan Keputusan1. Pemahaman dan Perumusan MasalahManajer harus dapat menemukan masalah apa yang sebenarnya, dan menentukan bagian-bagian mana yang harus dipecahkan dan bagian mana yang seharusnya dipecahkan.2. Pengumpuland an Analisa Data yang RelevanSetelah masalahnya ditemukan, lalu ditentukan dan dibuatkan rumusannya untuk membuat keputusan yang tepat.3. Pengembangan AlternatifPengembangan alternatif memungkinkan menolak kecenderungan membuat keputusan yang cepat agar tercapai keputusan yang efektif.4. Pengevaluasian terhadap alternatif yang digunakanMenilai efektivitas dari alternatif yang dipakai, yang diukur dengan menghubungkan tujuan dan sumber daya organisasi dengan alternatif yang realistic serta menilai seberapa baik alternatif yang diambil dapat membantu pemecahan masalah.5. Pemilihan Alternatif TerbaikDidasarkan pada informasi yang diberikan kepada manajer dan ketidak sempurnaan kebijaksanaan yang diambil oleh manajer.6. Implementasi KeputusanManajer harus menetapkan anggaran, mengadakan dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan, serta memperhatikan resiko dan ketidak puasan terhadap keputusan yang diambil. Sehingga perlu dibuat prosedur laporan kemajuan periodic dan mempersiapkan tindakan korektif bila timbul masalah baru dalam keputusan yang dibuat serta mempersiapkan peringatan dini atas segala kemungkinan yang terjadi.7. Evaluasi atas Hasil KeputusanImplementasi yang telah diambil harus selalu dimonitor terus-menerus, apakah berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan.

Metode Kuantitatif dalam Pengambilan KeputusanSecara umum, terdapat dua pendekatan dalam pengambilan keputusan, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.Secara sederhana, pendekatan kualitatif mengandalkan penilaian subyektif terhadap suatu masalah, sedangkan pendekatan kuantitatif mendasarkan keputusan pada penilaian obyektif yang didasarkan pada model matematika yang dibuat. Jika Anda meramalkan cuaca mendasarkan pada pengalaman, maka pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Namun jika, ramalan didasarkan pada model matematika, maka pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif. Keputusan penerimaan karyawan berdasar nilai tes masuk adalah contoh lain pendekatan kuantitatif, sedang jika didasarkan pada hasil wawancara untuk mengetahui kepribadian dan motivasi maka pendekatan yang dilakukan adalah kualitatif.Umumnya pendekatan kuantitatif dalam pengambilan keputusan yang menggunakan model-model matematika. Matematika sudah ditemukan oleh manusia ribuan tahun yang lalu dan telah banyak digunakan dalam banyak aplikasi. Salah satu aplikasi matematika adalah untuk pengambilan keputusan. Sebagai contoh sederhana, bagaimana mengatur 50 kursi dengan ukuran tertentu ke dalam sebuah ruangan dengan ukuran tertentu pula. Dengan ukuran kursi dan ruangan, maka akan ditemukan cara terbaik untuk mengatur kursi; apakah 5 baris kali 10

Page 21: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

lajur, atau sebaliknya, semuanya tergantung ukuran ruangan yang ada.Untuk kasus yang lebih kompleks tentu saja dibutuhkan model matematika yang lebih rumit. Telah banyak model analisis kuantitatif yang dikembangkan dalam pengambilan keputusan.

Contoh kasus MBO:Kasus dalam tujuan : MBO di IntelSebuah panduan manajer di intel manyadiakan arahan sebagai berikut :Mulai dengan sebagian kecil tujuan yang dipilih.Atur tujuan bawahan anda yang sesuai dalam tujuan anda.Ijinkan bawahan anda untuk mengatur hasil utama mereka sendiri untuk melaksanakan tujuan mereka.• Penerjunan dari tujuan dan maksud organisasi.• Tujuan yang spesifik untuk setiap anggota.• Pembuatan keputusan partisipatif.• Menegaskan jangka waktu.• Evaluasi penampilan dan kilas balik.• Jelaskan tujuan korporasi pada tingkat dewan.• Analisis tugas manajemen dan menemukan spesifikasi tugas resmi yang mengalokasikan tanggung jawab dan keputusan terhadap para manajer individual.• Atur penampilan standar.• Setuju dan atur tujuan spesifik.• Meluruskan target individual.• Mendirikan sistem informasi manajemen untuk memonitor pencapaian terhadap tujuan.Lima Langkah MBOTinjauan Tujuan OrganisasiTinjauan Tujuan Organisasi Operasional berikutnyaMengatur tujuan karyawanPencapai tujuan mendapat bonus Kemajuan dimonitorPenampilan dievaluasi

Page 22: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

Management By Objective Written by Chandra WIjaya    Friday, 07 December 2012 15:24

Article IndexManagement By Objective Page 2 All Pages Page 1 of 2

 

Banyak kegiatan perusahaan atau organisasi yang tidak sesuai dengan tujuan dari organisasi

tersebut dan munculnya berbagai macam perusahan atau organisasi baru yang tiba-tiba diakui

keberadaanya oleh masyarakat, mengkondisikan sebuah persaingan yang ketat, pengukuran

dan perbandingan kinerja aktual karyawan dengan standar yang telah ditetapkan. Idealnya,

ketika karyawan sendiri telah terlibat dengan tujuan pengaturan dan memilih tindakan yang

harus diikuti oleh mereka, mereka lebih mungkin untuk memenuhi tanggung jawab mereka.

Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari seberapa besar organisasi tersebut dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut dapat diwujudkan jika semua pihak

mau berpartisipasi. Bukan seberapa kesibukan mereka terhadap tanggung jawabnya, tapi pada

hasil yang mereka buat yang menjadi sesuatu yang penting.

Situasi dan kondisi yang telah dipaparkan diatas membawa konsekuwensi logis kepada

pengelola organisasi untuk melihat kebutuhan akan kehidupan masa depan, dimana pengelola

organisasi atau perusahan harus melakukan antisipatif untuk mempersiapkan kemampuan

yang perlu dilakukan agar manajmen yang digunakan bisa menjawab tantangan.

Sehingga kita menekankan pada pentingnya peranan tujuan dalam perencanaan yang efektif,

dengan menetapkan prosedur pencapaian baik yang formal maupun informal, pertama dengan

menetapkan tujuan yang akan dicapai dilanjutkan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan

sampai selesai baru diadakan peninjauan kembali atas pekerjaan yang telah dilakukan dan

memastikan bahwa semua anggota organisasi memiliki pemahaman yang jelas tentang tujuan

organisasi, Visi dan misi serta kesadaran akan peran dan tanggungjawab mereka sendiri dalam

mencapai tujuan tersebut, sehingga antara pimpinan, manager dan kondisi kerja yang lain di

berdayakan bertindak untuk melaksanakan dan mencapai rencana mereka, yang secara

Page 23: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

otomatis mencapai tujuan dari pada organisasi tersebut.

MBO (Management By Objectivies) suatu program untuk meningkatkan motivasi dan

pengendalian karyawan. MBO suatu falsafah manajemen yang didasarkan pada sasaran

perusahaan. Secara keseluruhan, selain itu MBO juga meningkatkan komunikasi antara

bawahan dan atasan. Maka dari pada itu semua anggota perusahaan harus mempelajari dan

mengerti MBO.

 

 

 

2.1 Sejarah MBO

Management by Objective ( MBO ) digagas pertama kali oleh Peter F.Drucker yang

merupakan profesor, praktisi konsultan manajemen dari Claremont Graduate University atau

sekarang dikenal dengan nama Peter F.Drucker and Masatoshi Uto Graduate School of

Management. MBO digagas pada tahun 1954, dengan tujuan agar para perusahaan dapat

berjalan baik harus menetapkan sasaran yang jelas dan secara terpadu agar goal atau tujuan

dapat tercapai secara efektif. MBO mendorong setiap tingkatan manajemen berkomitmen

untuk partisipasi dalam mencapai rencana yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dalam

pelaksanaan MBO ini harus ada kesepakatan antara karyawan dan pimpinan, agar mereka

melaksanakan dan memiliki komitmen yang sama.

 

2.2 Pengertian MBO

Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif

melibatkan manajer dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Management by

objective (MBO) atau manajemen by objective atau manajemen sesuai objektif adalah suatu

proses persetujuan terhadap objektif di dalam satu organisasi sehingga manajemen dan

karyawan menyetujui objektif ini dan memahami apa posisi mereka di dalam organisasi

tersebut. Management by objective (MBO) atau juga disebut (diterjemahkan) Manajemen

Page 24: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

Berdasarkan Sasaran, yaitu suatu cara untuk melibatkan para karyawan di dalam proses

pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan mereka. (Sondang P. Siahaan: 2004:

362). Menurut Nanang Fattah (2009: 33) menjelaskan bahwa Management by objective

(MBO) merupakan teknik manajeman yang membantu memperjelas dan menjabarkan tahapan

tujuan organisasi. Lebih lanjut Nanang Fattah menjelaskan bahwa dengan Management by

objective (MBO) dilakukan proses penentuan tujuan bersama antara atasan dan bawahan. Dari

beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Management by objective (MBO) adalah

suatu cara di dalam mencapai sasaran hasil maupun dalam merencanakan program melibatkan

semua pihak (stakeholders) pada lembaga yang bersangkutan

MBO singkatan dari management by objective yaitu proses partisipasi yang

melibatkan bawahan dan para manajer dalam setiap tingkatan organisasi yang dirumuskan

dengan bentuk misi atau sasaran, yang dapat diukur dimana penggunaan ukuran ini sebagai

pedoman bagi pengoperasian satuan kerja.

Menurut Koontz, MBO adalah Sistem manajerial yang komprehensif yang

memadukan banyak aktivitas penting dengan sistematis, dan secara sadar diarahkan untuk

mencapai sasaran organisasi dan individu.

Menururt Stooner, MBO adalah Suatu proses peran serta secara aktif melibatkan para

manajer dan anggota staf pada setiap tingkat organisasi, yang dimulai dari penetapan sasaran

hingga peninjauan kembali hasil pelaksanaannya.

Menurut Gale Encyclopedia of Small Business, MBO adalah A process in which a

manager and an employee agree upon a set of specific performance goals, or objectives, and

jointly develop a plan for reaching them. The objectives must be clear and achievable, and the

plan must include a time frame and evaluation criteria.

Management by Objectives (MBO) adalah metode penilaian kinerja karyawan yang

berorientasi pada pencapaian sasaran kerja. Pada metode MBO, setiap individu karyawan

memiliki sasaran kerjanya masing-masing, yang bersesuaian dengan sasaran kerja unitnya

untuk satu periode kerja. Penilaian kinerja dalam metode MBO dilakukan di akhir periode

mengacu pada realisasi sasaran kerja. Adapun Rank Inclusion in Criteria Hierarchies (RICH),

berperan sebagai metode pada proses pembobotan atas Key Performance Indicator (KPI)

Page 25: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

karyawan yang mencerminkan hasil pencapaian sasaran kerja karyawan yang sedang dinilai

kinerjanya. Dengan metode RICH, sistem dapat melakukan komputasi atas performansi kerja

pegawai.

MBO ini merupakan strategi yang tepat untuk memotivasi team agar bisa bekerja

dengan maksimal.Karena disini setiap anggota team didorong untuk bisa semaksimal mungkin

berusaha agar dapat mencapai target yang sudah ditentukan. Dalam beberapa kasus, manajer

tidak memberi tahu bagaimana caranya agar tujuan tercapai.Dengan begini,anggota team akan

dipaksa untuk berpikir “outside the box”,sehingga kreatifitas dan inovasi dari anggota team

bisa berkembang,tidak hanya mengerjakan langkah – langkah yang sudah diperintahkan saja.

 

2.3 Konsep MBO

Menurut Drucker , manajer atau karyawan tidak boleh terpaku pada aktivitas harian,

karena paradigma tersebut dapat menyebabkan mereka lupa akan tujuan utama dan sasaran

kerjanya. MBO dalam performansi kerja karyawan mengarahkan karyawan untuk fokus pada

hasil bukan pada aktivitas. MBO mendukung terciptanya delegasi tugas dari Kepala Unit

kepada karyawan yang ada dibawahnya dengan membuat kontrak manajemen (KM) tanpa

mendikte detail jalan yang akan dipergunakan karyawan yang bersangkutan dalam mencpai

sasaran.

 

2.4 Pengertian Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan

pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan

alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh

pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusn

alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik. Secara

umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya

adalah :

1. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan

Page 26: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.

2. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh

kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk

pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.

3. Horold dan Cyril O’Donnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah

pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu

rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat

dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.

4. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu

masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan.

 

 

3.1 Prinsip MBO

Prinsip dibalik dalam Management By Objective (MBO) adalah untuk memastikan

bahwa setiap karyawan memiliki pemahaman yang jelas terhadap tujuan atau sasaran

organisasi, seperti halnya mereka memahami peran dan tanggung jawabnya dalam mencapai

tujuan tersebut. Sistem MBO membuat manajer dan karyawan bekerja untuk menjalankan

danmeraih rencananya, yang mana secara otomatis akan turut mendukung tercapainya tujuan

organisasi. MBO memiliki 5 prinsip dasar , yaitu:

1) Prinsip Penurunan Tujuan dan Sasaran Organisasi.

Prinsip ini meminta kepada para top level manajer untuk menurunkan tujuan dan

sasaran organisasi yang menjadi sasaran definitif dan rencana kerja dari karyawan

yang berada dibawahnya.

2) Prinsip Sasaran Spesifik per Karyawan.

Setiap Individu Karyawan dalam organisasi diberikan kumpulan sasaran kerja spesifik

yangharus mereka raih selama periode kerja tertentu. Sasaran kerja dibuat sejalan

Page 27: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

dengan sasaran perusahaan pada suatu periode tertentu.

3) Prinsip Pengambilan Keputusan Secara Partisipatif

Sasaran Kerja Individu (SKI) karyawan disusun secara bersama-sama oleh individu

karyawan dan manajernya.

4) Prinsip Pendefinisian Periode Waktu

Sasaran kerja disusun untuk periode waktu tertentu.

5) Prinsip Evaluasi Kinerja dan Umpan Balik

Performansi kerja karyawan ditinjau secara periodik untuk mengetahui seberapa dekat

karyawan kepada pencapaian sasaran kerjanya. Penghargaan diberikan kepada

individu karyawan yang berhasil meraih sasaran kerjanya Penghargaan tersebut

diberikan sebagai feedback atas keberhasilannya.

 

3.2 Proses MBO

Untuk melaksanakan prinsip-prinsip MBO, terdapat 5 langkah proses yang harus ditempuh

Page 28: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

dalam MBO yaitu:

1. Meninjau Sasaran Organisasi

2. Merumuskan Sasaran Kerja Individu (SKI)

3. Memantau perkembangan

4. Evaluasi Kinerja karyawan

5. Pemberian Penghargaan dan mempersiapkan MBO untuk periode kerja selanjutnya

 

Selain itu, MBO juga memiliki 6 tahapan teknis yang dapat menjadi roadmap bagi kesuksesan

penerapan MBO dalam organisasi, yaitu:

1. Mendefinisikan tujuan perusahaan pada level Dewan Direksi

2. Menganalisis tugas manajemen dan memikirkan spesifikasi pekerjaan yang menandakan

adanya pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari para manajer

3. Membuat standar performansi

4. Menyusun dan menyetujui sasaran kerja spesifik

5. Menyelaraskan target individu dengan target perusahaan

6. Membangun sistem informasi bagi manajemen untuk memantau perkembangan pencapaian

kerja.

 

3.3 Kekuatan dan Kelemahan MBO

 

Page 29: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

3.3.1 Kekuatan MBO

Kekuatan MBO antara lain adalah:

1) MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu

sistem yang rasional dalam manajemen

2) MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga

tingkatan bawah dari manajemen

3) MBO memfokuskan pada hasil akhir dari pada niat yang baik maupun faktor

personal

4) MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui

partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.

5) Mengetahui apa yang diharap-harapkan dari organisasi.

6) Membantu manajer membuat tujuan dan sasaran.

7) Memperbaiki komunikasi vertikal antara manajer dengan bawahan

8) Membuat proses evaluasi.

Hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kekuatan Manajeman By

Objective adalah:

1) Memungkinkan para individu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka.

2) Membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan tujuan

dan sasaran.

3) Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan.

4) Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi.

5) Membuat proses evaluasi lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada

Page 30: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

pencapaian tujuan tertentu. Ini memungkinkan para bawahan mengetahui kualitas

pekerjaan mereka dalam hubungannya dengan tujuan organisasi.

Menurut Nanang Fattah (2009: 34) ada empat kekuatan dari Manajeman By Objective

yaitu:

a. Pengelolaan cenderung lebih baik karena keharusan membuat program.

b. Peranan dan fungsi struktur organisasi harus jelas.

c. Individu mengikat diri pada tugas-tugasnya (commited).

d. Pengawasan lebih efektif berkembang.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan dari Manajeman By

Objective adalah:

a. MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu

sistem yang rasional dalam manajemen.

b. MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga

tingkatan bawah dari manajemen.

c. MBO memfokuskan pada hasil akhir.

d. MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui

partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.

e. Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan.

f. Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tugas masing-masing

dan tujuan organisasi.

g. Pengawasan lebih efektif berkembang.

 

Page 31: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

3.3.2 Kelemahan MBO

Adapun kelamahan dari Manajeman By Objective adalah :

1. Negosiasi dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak

waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat

dinamis.

2. Adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa

mempedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga

yang bilang MBO hanyalah sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang

menentukan sasaran hanyalah manajemen puncak sendiri.

Sedangkan menurut hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan

kelemahan Manajeman By Objective ada dua kategori kelemahan-kelemahan khas untuk

organisasi yang mempunyai program MBO formal:

1) Kelemahan-kelemahan yang melekat (inherent) pada proses MBO. Ini mencakup

konsumsi waktu dan usaha yang cukup besar dalam proses belajar untuk

menggunakan teknik-teknik MBO serta meningkatkan banyaknya kertas kerja.

2) Kelemahan-kelemahan dalam pengembangan dan implementasi MBO oleh berbagai

fungsi.

Menurut Nanang Fattah (2009: 35) ada empat kelemahan Manajeman By Objective

yaitu:

a. Tidak mudah menanamkan pemahaman tentang konsep-konsep dan pemberian

motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik Manajeman By

Objective secara tepat.

b. Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para

anggota untuk berpartisipasi.

c. Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara

Page 32: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

kuantitas.

d. Perubahan yang diinginkan Manajeman By Objective dalam perilaku manajer

kemungkinan akan menimbulkan maslah dalam proses MBO titik berat akan

bergeser dari menilai menjadi membantu bawahan.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan Manajeman

By Objective adalah:

1. Tidak mudah menanamkan tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada

bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik MBO secara tepat

2. Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para

anggota untuk berpartisipasi

3. Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara

dikuantitas

4. Pembuatan keputusan membutuhkan waktu yang lama

5. Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan

kerja

6. Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan

kerja

 

 

3.4 Pelaksanaan MBO

Untuk pelaksanaan MBO, maka di butuhkan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan:

menyiapkan dokumen-dokumen serta data-data yang diperlukan.

Page 33: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

2. Tahap Penyusunan:

a) menjabarkan tugas pokok dan fungsi-fungsi setiap bagian dalam organisasi,

agar seluruhnya terintegrasi mencapai visi dan misi yang dicanangkan oleh

perusahaan.

· Apa yang akan di kerjakan ? ( What ), tindakan-tindakan apa yang

akan dilakukan agar tercapainya sasaran.

· Dimana kegiatan akan dilakukan ? ( Where ), perlu dipertimbangkan

tempat pelaksanaan kegiatan yang dapat mendukung kegiatan

perencanaan tersebut.

· Kapan waktu yang tepat untuk melaksanakannya ? ( When ), dimana

kemampuan untuk mengatur, memilih dan memanfaatkan waktu

yang tepat untuk melaksanakan rencana dan eksekusi rencana

tersebut.

· Bagaimana, rencana tersebut dilaksanakan ? ( How ), dengan metoda

apa pelaksanaan rencana ini akan di eksekusi.

· Siapa yang menjadi sasaran ? ( Who ), menentukan siapa sasaran dan

siapa orang yang berkompeten untuk melaksanakan rencana

tersebut.

· Mengapa ini dilakukan ? ( Why ), merupakan jawaban dari seluruh

pertanyaan What, Where, When, How dan Who. Berusaha melihat,

apakah rencana-rencana tersbut apakah memiliki kelemahan.

b) Merumuskan keadaan sekarang untuk membantu identifikasi dan antisipasi

masalah atau hambatan serta kemudahan-kemudahan.

c) Menentukan hasil akhir yang ingin dicapai.

d) Mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah atau hambatan-hambatan yang

Page 34: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

mungkin timbul dan kemudahan-kemudahan.

e) Menuliskan rancangan tujuan manajemen (MBO/S) dengan ketentuan

bahwa rencana tujuan itu :

1) Menyebutkan SIAPA [orang] atau Unit Kerja yang bertanggung jawab

atas pencapaiannya.

2) Menyebutkan kata kerja aktif yang menunjukkan KEGIATAN yang

dilakukan.

3) Menyebutkan HASIL yang realistis, bermanfaat, menantang, dan dapat

diukur.

4) Menyebutkan BATAS WAKTU yang pasti kapan hasil itu akan dicapai.

Secara singkat TUJUAN menguraikan SIAPA melakukan KEGIATAN

APA dengan HASIL terukur apa yang ingin dicapai serta KAPAN hasil itu

akan dicapai.

f) Menemui Pimpinan untuk berkonsultasi, berunding dan memperoleh

persetujuan tentang tujuan tsb.

g) Menyelesaikan rumusan, pengetikan dan pendokumentasian tujuan atau

sasaran-sasaran yang telah disetujui untuk pegangan bersama.

h) Menentukan alternatif-alternatif dan menetapkan satu alternatif yang

dipandang terbaik untuk mencapai tujuan atau sasaran tsb.

i) Menyusun program pelaksanaan untuk mencapai tujuan atau sasaran-sasaran

itu. Di dalam program terlihat bagian-bagian seperti :

1) Jenis kegiatan dan tanggal mulai dan berakhirnya masing-masing

kegiatan

2) Jenis bahan-bahan dan alat yang diperlukan termasuk tanggal

Page 35: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

pesanan/waktu penggunaan.

3) Tenaga yang diperlukan untuk berpartispasi

4) Tempat pelaksanaan kegiatan

5) Jenis latihan dan penelitian (survey) jika diperlukan

6) Batas waktu penyiapan biaya, alat, bahan dan tenaga

7) Alat-alat pengukur untuk monitor dan evaluasi keberhasilan

Rencana yang telah disusun, kemudian dituangkan ke dalam model matrix,

adaptasi dari Bagan Chart, yaitu model matrix yang merupakan suatu

jaringan kerja (network) atau urutan bidang garapan atau kegiatan dan

menunjukkan suatu pasangan kegiatan dengan sasaran, waktu, biaya,

3. Tahap Pelaksanaan:

Pelaksanaan seluruh kegiatan dan fungsi manajemen secara menyeluruh

seperti pengorganisasian, pengarahan, pemberian semangat dan motivasi,

koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.

4. Tahap Pengendalian:

a) Tahap Pengendalian Pelaksanaan Rencana

Dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran yang

tertuang dalam rencana melalui kegiatan : > Koreksi > Penyesuaian selama

pelaksanaan rencana > menganalisis hasil pemantauan.

b) Tahap Evaluasi Pelaksanaan Rencana

bagian dari kegiatan Penilaian Kinerja > yang diukur dengan : > Efesiensi

> Efektivitas > Kemanfaatan program > keberlanjutan program/kegiatan.

Evaluasi dilaksanakan terahadap HASIL (OUTCOMES) PROGRAM yang

Page 36: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

berupa DAMPAK DAN MANFAAT

Unsur-unsur Efektivitas MBO

1. Agar MBO sukses maka manajer harus memahami dan mempunyai trampilan secara

mengetahui kemanfaatan dan kegunaan dari MBO.

2. Tujuan merupakan hal yang realistis dan mudah dipahami oleh siapapun juga,

sehingga tujuan ini sering digunakan untuk mengevaluasi prestasi kerja dari

manajer, apakah dia berhasil dalam tugasnya atau gagal.

3. Top manajer harus menjaga sistem MBO ini tetap hidup dan berfungsi sebagaimana

mestinya.

4. Tanpa partisipasi semua pihak tidaklah mungkin program MBO ini berjalan, maka

semua pihak harus mengetahui posisinya dalam hubungannya dengan tujuan yang

akan dicapai, umpan balik terhadapnya sangat berguna.

http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=3170:management-by-objective&catid=74:manajemen&Itemid=54

Page 37: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

Manajemen By Objective (MBO)Prinsip Manajemen By Objective1. Pengertian ManajemanManajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur (Malayu S.P. Hasibuan, 2003: 1). Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Yang diatur dalam manajemen antara lain adalah: manusia, uang, metode, material, mesin, pasar, dan sebagainya. Komponen-komponen tersebut diatur agar berdaya guna, berhasil guna, terintegrasi, dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang optimal. Pengaturan komponen-komponen tersebut melalui suatu proses yang terdiri dari: 1) perencanaan, 2) pengorganisasian, 3) pengarahan, dan 4) pengendalian. Malayu S.P. Hasibuan mendefinisikan manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.2. Pengertian Prinsip Manajeman By ObjectiveSebutan “manajemen sesuai objektif” pertama dipopulerkan oleh Peter Drucker dalam bukunya tahun 1954 yang berjudul ‘The Practice of Management’. MBO sulit didefinisikan, namun secara umum esensi sistem MBO, terletak pada penetapan tujuan tujuan-tujuan umum oleh para manajer dan bawahan yang bekerja bersama, penentuan bidang utama setiap individu yang hasilnya dirumuskan secara jelas dalam bentuk hasil-hasil (sasaran) yang dapat diukur dan diharapkan, dan ukuran penggunaan ukuran-ukuran tersebut sebagai satuan pedoman pengoperasian satuan-satuan kerja serta penilaian masing penilaian sumbangan masing-masing anggota.Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan manajer dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Management by objective (MBO) atau manajemen by objective atau manajemen sesuai objektif adalah suatu proses persetujuan terhadap objektif di dalam satu organisasi sehingga manajemen dan karyawan menyetujui objektif ini dan memahami apa posisi mereka di dalam organisasi tersebutManagement by objective (MBO) atau juga disebut (diterjemahkan) Manajemen Berdasarkan Sasaran, yaitu suatu cara untuk melibatkan para karyawan di dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan mereka. (Sondang P. Siahaan: 2004: 362).Menurut Nanang Fattah (2009: 33) menjelaskan bahwa Management by objective (MBO) merupakan teknik manajeman yang membantu memperjelas dan menjabarkan tahapan tujuan organisasi. Lebih lanjut Nanang

Page 38: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

Fattah menjelaskan bahwa dengan Management by objective (MBO) dilakukan proses penentuan tujuan bersama antara atasan dan bawahan.Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Management by objective (MBO) adalah suatu cara di dalam mencapai sasaran hasil maupun dalam merencanakan program melibatkan semua pihak (stakeholders) pada lembaga yang bersangkutan3. Kekuatan dan Kelemaham Manajeman By ObjectiveKekuatan MBO antara lain adalah: 1) MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam manajemen, 2) MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga tingkatan bawah dari manajemen, 3) MBO memfokuskan pada hasil akhir dari pada niat yang baik maupun faktor personal. 4) MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.Hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kekuatan Manajeman By Objective adalah 1). Memungkinkan para individu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka. 2). Membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan tujuan dan sasaran. 3). Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan. 4). Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi. 5). Membuat proses evaluasi lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan tertentu. Ini memungkinkan para bawahan mengetahui kualitas pekerjaan mereka dalam hubungannya dengan tujuan organisasi.Menurut Nanang Fattah (2009: 34) ada empat kekuatan dari Manajeman By Objective yaitu:a. Pengelolaan cenderung lebih baik karena keharusan membuat program.b. Peranan dan fungsi struktur organisasi harus jelas.c. Individu mengikat diri pada tugas-tugasnya (commited).d. Pengawasan lebih efektif berkembang.Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan dari Manajeman By Objective adalah:a. MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam manajemen.b. MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga tingkatan bawah dari manajemen.c. MBO memfokuskan pada hasil akhir.d. MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.e. Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan.f. Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tugas masing-masing dan tujuan organisasi.g. Pengawasan lebih efektif berkembang.Adapun kelamahan dari Manajeman By Objective adalah pertama, negosiasi dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Kedua, adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa mempedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga yang bilang MBO hanyalah sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang menentukan sasaran hanyalah manajemen puncak sendiri.Sedangkan menurut hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kelemahan Manajeman By Objective ada dua kategori kelemahan-kelemahan khas untuk organisasi yang mempunyai program MBO formal: 1). Kelemahan-kelemahan yang melekat (inherent) pada proses MBO. Ini mencakup konsumsi waktu dan usaha yang cukup besar dalam proses belajar untuk menggunakan teknik-teknik MBO serta meningkatkan banyaknya kertas kerja. 2). Kelemahan-kelemahan dalam pengembangan dan implementasi MBO oleh berbagai fungsi.Menurut Nanang Fattah (2009: 35) ada empat kelemahan Manajeman By Objective yaitu:a. Tidak mudah menanamkan pemahaman tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik Manajeman By Objective secara tepat.b. Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk

Page 39: Manajemen by Objektif Dalam Bimbingan Dan Konseling

berpartisipasi.c. Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara kuantitas.d. Perubahan yang diinginkan Manajeman By Objective dalam perilaku manajer kemungkinan akan menimbulkan maslah dalam proses MBO titik berat akan bergeser dari menilai menjadi membantu bawahan.Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan Manajeman By Objective adalah:

1. Tidak mudah menanamkan tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik MBO secara tepat2. Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi3. Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara dikuantitas4. Pembuatan keputusan membutuhkan waktu yang lama5. Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan kerja6. Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan kerja.

http://muhammadkhadapi.blogspot.com/2010/12/2penetapan-tujuan.html