MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

18
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Profesi Pendidikan Dosen Pembimbing Shidiq Premono, M.Pd. Oleh Kelompok 5: 1. Indische Muzaphire Ramadhani (11670005) 2. Rizqa Nurul Hidayanti (11670009) 3. Aulia Luthfiana Putri (11670013) 4. Marganing Tyas Wicaksanti (11670025) 5. Ina Silvia (11670038) PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014

Transcript of MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    1/18

    MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

    Profesi Pendidikan

    Dosen Pembimbing Shidiq Premono, M.Pd.

    Oleh

    Kelompok 5:

    1. Indische Muzaphire Ramadhani (11670005)2. Rizqa Nurul Hidayanti (11670009)3. Aulia Luthfiana Putri (11670013)4. Marganing Tyas Wicaksanti (11670025)5. Ina Silvia (11670038)

    PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN KALIJAGA

    YOGYAKARTA

    2014

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    2/18

    Kata Pengantar

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

    sehingga makalah ini dapat disusun untuk melengkapi tugas kelompok Mata Kuliah

    Profesi Pendidikan dengan dosen pembimbing Shidiq Premono, M.Pd. Shalawat serta

    salam semoga tercurah kepada Rasulullah, Muhammad SAW junjungan kita semua.Makalah ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber.

    Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,

    penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan berupa moral maupunmaterial.

    2. Dosen pengampu Mata Kuliah Profesi Pendidikan Bapak Shidiq Premono, M.Pd.3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

    Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, karena

    keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

    bersifat membangun sangat penulis harapkan.

    Demikian makalah ini penulis susun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

    para pembaca untuk lebih memahami tentang pemahaman ilmu pendidikan.

    Yogyakarta, 13 Februari 2014

    Penulis

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    3/18

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangDi era globalisasi ini, dimana kemajuan zaman berkembang sangat pesat. Teknologi

    komunikasi yang semakin maju dan berbagai hal lainnya dituntut pula untuk maju.

    Kemajuan teknologi ini tidak akan seimbang apabila sumber daya manusia (SDM)

    yang ada masih memiliki pola pikir yang konvensional. Upaya peningkatan dilakukan

    oleh pemerintah agar dapay mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dengan bangsa-

    bangsa yang telah maju. Peningkatan dilakukan dari berbagai segi, salah satunya dalam

    bidang pendidikan. Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas dan

    kuantitas dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas da kuantitas SDM

    yang ada.

    Pendidikan adalah satu jalan bangsa dalam mengejar ketertinggalan dengan bangsa

    yang lain. Melalui pendidikan, bangsa Indonesia menjadi melek informasi dan semakin

    berpikir kreatif dalam mengembangkan potensi yang ada. Apabila membahas mengenai

    pendidikan, tidak akan terlepas dari pembelajaran. Di dalam sebuah pembelajaran

    dalam lingkup sekolah pasti memiliki sebuah pengaturan atau manajemen. Pengelolaan

    agar sebuah pendidikan dalam sebuah instansi berjalan lebih baik dan mencapai tujuan

    pendidikan tersebut. Maka perlu adanya pembaharuan strategi dalam melaksanakan

    pendidikan agar lebih bermutu dan berkualitas. Salah satunya dengan menerapkan

    Manajemen Berbasis Sekolah dalam pengelolaan pendidikan.

    Makalah ini akan membahas mengenai Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

    Bagaimana konsep dan karakteristik dari MBS, perbedaan dari pengelolaan sekolah

    masa lalu dengan pengelolaan sekolah dengan menggunakan prinsip MBS, dan

    bagaimana peran humas dalam MBS.

    B. Rumusan MasalahAdapun beberapa rumusan masalah dalam Manajemen Berbasis Sekolah, antara

    lain:

    1. Bagaimana konsep dasar dalam Manajemen Berbasis Sekolah?2. Bagaimana karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah?

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    4/18

    3. Apa perbedaan sekolah masa lalu dengan sekarang?4. Bagaimana mengenai komite sekolah dan dewan pendidikan dalam Manajemen

    Berbasis Sekolah?

    5. Apa peran humas sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah?C. Tujuan

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, setelah membaca makalah ini mahasiswa

    diharapkan untuk:

    1. mengetahui konsep dasar dalam Manajemen Berbasis Sekolah;2. mengetahui karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah;3. dapat membedakan sekolah masa lalu dengan sekarang;4. mengetahui mengenai komite sekolah dan dewan pendidikan dalam Manajemen

    Berbasis Sekolah, dan;

    5. mengetahui peran humas sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah.

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    5/18

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Konsep Dasar Manajemen Berbasis SekolahSecara leksikal, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berasal dari tiga kata, yaitu

    manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah proses menggunakan sumber

    daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata dasar basis yang

    berarti dasar atau asas. Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta

    tempat menerima dan memberikan pelajaran. Berdasarkan makna leksikal tersebut,

    maka MBS dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang berasaskan pada

    sekolah itu sendiri dalam proses pembelajaran (Nurkolis, 2003).

    Dalam konteks manajemen pendidikan menurut MBS, berbeda dari manajemen

    pendidikan sebelumnya yang semua serba diatur dari pemerintah pusat. Sebaliknya,

    manajemen pendidikan model MBS ini berpusat pada sumber daya yang ada di sekolah

    itu sendiri. Dengan demikian, akan terjadi perubahan paradigma manajemen sekolah,

    yaitu yang semula diatur oleh birokrasi di luar sekolah menuju pengelolaan yang

    berbasis pada potensi internal sekolah itu sendiri. Dalam manajemen sekolah model

    MBS ini berarti tugas-tugas manajemen sekolah ditetapkan menurut karakteristik-

    karakteristik dan kebutuhan-kebutuhan sekolah itu sendiri. Oleh karena itu, warga

    sekolah memiliki otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar atas penggunaan

    sumber daya sekolah guna memecahkan masalah sekolah dan menyelenggarakan

    aktivitas pendidikan yang efektif demi perkembangan jangka panjang sekolah

    (Nurkolis, 2003).

    MBS merupakan bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasipendidikan. MBS pada prinsipnya bertumpu pada sekolah dan masyarakat serta jauh

    dari birokrasi yang sentralistik. MBS berpotensi untuk meningkatkan partisipasi

    masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta manajemen yang bertumpu pada tingkat

    sekolah. MBS dimaksudkan meningkatkan otonomi sekolah, menentukan sendiri apa

    yang perlu diajarkan, dan mengelola sumber daya yang ada untuk berinovasi. MBS

    juga memiliki potensi yang besar untuk menciptakan kepala sekolah, guru, dan

    administrator yang profesional. Dengan demikian, sekolah akan bersifat responsif

    terhadap kebutuhan masing-masing siswa dan masyarakat sekolah. Prestasi belajar

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    6/18

    siswa dapat dioptimalkan melalui partisipasi langsung orang tua dan masyarakat

    (Nurkolis, 2003).

    B. Karakteristik Manajemen Berbasis SekolahKemunculan karakteristik ideal sekolah pada abad ke-21 seperti disajikan berikut

    ini, tidak secara sendirinya atau alami. Penemuan karakteristik ideal itu memerlukan

    perjalanan yang panjang dan penelitian yang sangat serius. Di Amerika Serikat,

    karakteristikyang dimaksud baru ditemukan pada era reformasi pendidikan generasi

    keempat. Menurut Bailey dalam Nurkolis (2006), berdasarkan gerakan reformasi

    generasi keempat ini dapat tersimpulkan karakteristik ideal manajemen berbasis

    sekolah dan karakteristik ideal sekolah untuk abad ke-21 seperti berikut ini:1. Adanya Keragaman dalam Pola Penggajian Guru

    Istilah populernya adalah pendekatan prestasi dalam hal penggajian dan

    pemberian aneka bentuk kesejahteraan material lainnya. Caranya dapat dilakukan

    dengan penetapan kebijakan melalui pengiriman langsung gaji guru ke rekening

    sekolah kemudian kepala sekolah mengalokasikan gaji guru itu per bulan sesuai

    dengan prestasinya.

    2.

    Otonomi Manajemen SekolahSekolah menjadi sentral utama manajemen pada tingkat strategis dan

    operasional dalam kerangka penyelenggaraan program pendidikan dan

    pembelajaran. Sementara, kebijakan internal lain menjadi penyertanya.

    3. Pemberdayaan Guru secara OptimalSekolah harus berkompetisi membangun mutu dan membentuk citra di

    masyarakat, oleh karena itu guru-guru harus diberdayakan dan memberdayakan diri

    secara optimal bagi terselenggaranya proses pembelajaran yang bermakna.

    4. Pengelolaan Sekolah secara PartisipatifKepala sekolah harus mampu bekerja dengan dan melalui seluruh komunitas

    sekolah agar masing-masingnya dapat menjalankan tugas pokok dan fungsi secara

    baik dan terjadi transparasi pengelolaan sekolah.

    5. Sistem yang DidesentralisasikanMisalnya di bidang penganggaran, pelaksanaan MBS mendorong sekolah-

    sekolah siap berkompetisi untuk mendapatkan dana dari masyarakat atau dari

    pemerintah secara kompetitif dan mengelola dana itu dengan baik.

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    7/18

    6. Sekolah dengan Pilihan atau Otonomi Sekolah dalam Menentukan AnekaPilihan

    Program akademik dan non-akademik dapat dikreasi oleh sekolah sesuai dengan

    kapasitasnya dan sesuai pula dengan kebutuhan masyarakat lokal, nasional, atau

    global.

    7. Hubungan Kemitraan antara Dunia Bisnis dan Dunia PendidikanHubungan kemitraan itu dapat dilakukan secara langsung atau melalui Komite

    Sekolah. Hubungan kemitraan ini bukan hanya untuk keperluan pendanaan,

    melainkan juga untuk kegiatan praktik kerja dan program pembinaan dan

    pengembangan lainnya.

    8. Akses Terbuka bagi Sekolah untuk Tumbuh Relatif MandiriPerluasan kewenangan yang diberikan kepada sekolah memberi ruang gerak

    baginya untuk membuat keputusan inovatif dan mengkreasi program demi

    peningkatan mutu sekolah.

    9. Pemasaran Sekolah secara KompetitifTugas pokok dan fungsi sekolah adalah menawarkan produk unggulan atau jasa.

    Jika sekolah sudah mampu membangun citra mutu dan keunggulan, lembaga itu

    akan mampu beradu tawar dengan masyarakat, misalnya berkaitan dengan jumlahdana yang akan ditanggung oleh penerima jasa layanan.

    C. PERBEDAAN PENGELOLAAN SEKOLAH MASA LALU & SEKARANG1. Pengertian pengelolaan sekolah

    Pengelolaan sekolah dapat diartikan sebagai pengaturan agar seluruh potensi

    sekolah berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah.

    Jadi kepala sekolah mengatur agar guru dan staf lain bekerja secara optimal, denganmendayagunakan sarana/prasarana yang dimiliki serta potensial masyarakat dengan

    mendukung ketercapaian tujuan sekolah. Secara sederhana, proses pengelolaan

    sekolah mencakup 4 tahap, yaitu perencanaan (planning), mengorganisasikan

    (organizing), pengerahan (actuating), dan pengawasan (controlling), biasanya

    disingkat dengan POAC. Empat tahap tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut

    (Samani dkk, 2009:3):

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    8/18

    a. Tahap perencanaan, sekolah merencanakan kegiatan apa saja yang akandilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses penyusunan

    rencana di sekolah meliputi 7 tahap, yaitu:

    1) mengkaji kebijakan yang relevan;2) menganalisis kondisi sekolah;3) merumuskan tujuan;4) mengumpulkan data dan informasi yang terkait;5) menganalisis data dan informasi;6) merumuskan alternatif dan memilih alternatif program;7) menetapkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan.

    b. Tahap pengorganisasian, kepala sekolah menetapkan dan memfungsikanorganisasi yang melaksanakan kegiatan tersebut. Untuk melaksanakan

    program/kegiatan sekolah yang telah disusun tentu diperlukan orang/tenaga.

    Orang tersebut harus diorganisasikan agar dapat bekerja secara efektif dan

    efisien. Jadi, mengorganisasikan berarti melengkapi program yang telah

    disusun dengan susunan organisasi pelaksananya. Dalam organisasi, empat

    kata kunci (apa, oleh siapa, kapan, dan apa targetnya) harus tergambar

    dengan jelas. Dalam mengorganisasikan sekolah, kepala sekolah harusmengetahui kemampuan dan karakteristik guru dan staf lainnya sehingga

    dapat menempatkan mereka pada posisi/tugas yang sesuai dan juga harus

    diketahui tugas apa yang sedang dikerjakan, sehingga tidak terjadi beban

    tugas yang berlebihan (overloaded). Jika kegiatan terdiri dari lebih satu

    orang, harus jelas siapa penanggungjawabnya, mengingat suatu program

    biasanya terdiri atas beberapa bagian yang mungkin sekali dikerjakan oleh

    yang berbeda, maka dalam pengorganisasian harus jelas bagaimana

    hubungan antarbagian tersebut dan siapa yang bertanggungjawab untuk

    mengorganisasikan.

    c. Tahap pengerahan, kepala sekolah menggerakkan seluruh orang yang terkaituntuk secara bersama-sama melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas

    masing-masing. Setelah organisasi pelaksana tersusun, maka tugas kepala

    sekolah adalah menggerakkan orang-orang dalam organisasi sekolah

    tersebut untuk bekerja secara optimal. Salah satu cara menggerakkan guru

    dan staf lain adalah dengan menerapkan prinsip motivasi yaitu kepala

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    9/18

    sekolah merangsang agar guru dan staf lain termotivasi untuk megerjakan

    tugas. Pada prinsipnya orang akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu ,

    jika (a) yakin akan mampu mengerjakan; (b) yakin bahwa pekerjaan tersebut

    memberikan manfaat bagi dirinya; (c) tidak sedang dibebani oleh problem

    pribadi atau tugas lain yang lebih penting dan mendesak; (d) tugas tersebut

    merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan; dan (e) hubungan

    antarteman dalam organisasi tersebut harmonis. Jadi tugas kepala sekolah

    adalah meyakinkan dan menciptakan kondisi, agar guru dan staf lain yakin

    bahwa pekerjaan yang diberikan mengandung ke-5 aspek tersebut.

    d. Tahap pengawasan, kepala sekolah mengendalikan dan melakukan supervisipelaksanaan kegiatan tersebut, sehingga dapat mencapai sasaran secaaefektif dan efisien. Pengawasan seringkali diartikan mencari kesalahan,

    padahal yang dimaksudkan adalah menemukan hambatan yang terjadi

    sehingga dapat segera diatasi. Istilah yang sering digunakan dalam

    pendidikan adalah supervisi. Beberapa prinsip dasar yang harus diterapkan

    agar supervisi berhasil baik, antara lain:

    1) pengawasan bersifat membimbing dan membantu mengatasi kesulitandan bukan mencari kesalahan;

    2) bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung;3) balikan atau saran perlu segera diberikan agar yang bersangkutan dapat

    memahami dengan jelas keterkaitan antara saran dan balikan tersebut

    dengan kondisi yang dihadapi.;

    4) pengawasan dilakukan secara periodik.5) Pengawasan dilaksanakan dalam suasana kemitraan.

    Pengelolaan sekolah ini memiliki dua catatan penting, yaitu (Samani dkk,2009:7):

    a. Mengelola sering memerlukan seni, disamping bekal pengetahuan. Artinya,disamping berbekal teori, agar sukses kepala sekolah perlu memiliki seni

    dalam mengelola sekolah. Seni semacam itu justru banyak digali dari

    pengalaman dan seringkali tidak berlaku di tempat lain.

    b. Salah satu cara yang baik untuk menumbuhkan suasana kerja yang sehatadalah bermusyawarah. Hal itu berarti, kepala sekolah harus mendiskusikan

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    10/18

    segala sesuatu dengan para guru, staf lain, orang tua, atau siswa mengenai

    kepentingan bersama dan permasalahan-permasalahan yang ada.

    2. Perbedaan pengelolaan sekolah masa lalu dan sekarangPengelolaan sekolah dahulu ditentukan dan dikontrol oleh pihak luar sekolah.

    Sumber daya internal sekolah saat itu tidak memiliki peran yang berarti karena

    dianggap tidak mampu. Namun, sekarang diterapkan manajemen berbasis sekolah

    (MBS) sehingga peran sumber daya internal di sekolah diberdayakan dengan

    sungguh-sungguh. Pengelolaan sekolah yang dijalankan dengan adanya kontrol dari

    luar sekolah disebut external control management atau manajemen kontrol

    eksternal (MKE). Dalam manajemen kontrol eksternal ini setiap pengambilan

    keputusan ditetapkan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah tanpa

    melibatkan pihak sekolah secara langsung. Sekolah sebagai institusi yang

    melaksanakan keputusan yang ditetapkan oleh birokrasi di atasnya. Faktanya

    selama diterapkan MKE tidak pernah terjadi perbaikan kualitas pendidikan. Saat itu

    sekolah harus mengikuti petunjuk teknis yang kaku dan sering kali tidak sesuai

    dengan keinginan dan hati nurani para pelaksana di sekolah. MBS yang kini dipakai

    oleh sekolah-sekolah modern dikontradiksikan dengan MKE yang biasanya masih

    dipakai oleh sekolah-sekolah tradisional. Manajemen kontrol eksternal dicirikan

    dengan adanya kontrol yang ketat dari pemerintah pada sistem pendidikan atau

    persekolahan. Dalam MKE tugas-tugas manajemen sekolah dijalankan dibawah

    instruksi otoritas pusat-eksternal yang sering kali tidak sesuai dengan karakteristik

    dan kebutuhan sekolah. Dengan kondisi yang dmikian itu maka warga sekolah tidak

    memiliki banyak otonomi dan tidak memiliki komitmen terhadap program-program

    sekolah (Nurkolis, 2003:50).

    Lanjut Nurkolis (2003:51) Sementara itu, dalam MBS kontrol eksternal hampir

    tidak ada sama sekali, control diberikan sepenuhnya kepada pihak internal sekolah.

    Perencanaan kegiatan sekolah, pengorganisasian, pengerahan, dan pengawasan

    serta evaluasi atas program-program yang dijalankan sekolah berada di bawah

    tanggung jawab sekolah sepenuhnya. Inisiatif dari sumber daya di sekolah sangat

    dibutuhkan dan dihargai, sementara itu pemaksaan kehendak dari birokrasi di

    atasnya tidak berlaku lagi. MBS dan MKE berbeda dalam landasan teori

    manajemen yang dipakai untuk mengelola sistem persekolahan. Perbedaan-

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    11/18

    perbedaan kedua pendekatan pendekatan pendidikan dan teori manajemen dapat

    diringkas pada tabel berikut:

    Perbedaan MBS MKE

    Asumsi

    tentang

    pendidikan

    1. Tujuan pendidikan itubermacam-macam, bukan

    tunggal.

    2. Lingkungan pendidikan yangkompleks dan berubah-ubah.

    3. Perlu adanya reformasipendidikan.

    4. Orientasi pada efektivitas danadaptasi.

    5. Mengejar kualitas.

    1. Tujuan pendidikan tunggal.. Lingkungan pendidikan

    yang sederhana dan hampir

    statis.

    . Tidak perlu adanyareformasi pendidikan.

    .

    Orientasi yang distandarisasidan distabilisasi.

    5. Mengejar kualitas.

    Teori yang

    digunakan

    untuk

    mengelola

    sekolah

    1. Prinsip ekuifinalitas:a. Terdapat berbagai cara yang

    berbeda untuk mencapai

    suatu tujuan.

    b. Menekankan fleksibilitas.2. Prinsip desentralisasi:

    a. Masalah itu tak dapatdielakkan, harus

    diselesaikan pada saat

    terjadi.

    b. Mencari efisiensi danpemecahan masalah.

    3. Prinsip sistem swakelola:a. Swakelola.

    b. Eksploitasi secara aktif.c. Bertanggung jawab.

    4. Prinsip inisiatif manusia:a. Mengembangkan sumber

    1. Prinsip struktur standar:a. Untuk mencapai tujuan

    mengikuti metode dan

    prosedur standar.

    b. Menekankankemampuan umum.

    2. Prinsip sentralisasi:a. Sesuatu maslah besar

    atau kecil dikontrol

    secara hati-hati untuk

    menghindari problem.b. Mengikuti kontrol

    prosedural.

    3. Prinsip penerapan sistem:a. Dikontrol secara

    eksternal.

    b. Diterima secara pasif.c. Tidak akuntabel.

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    12/18

    daya manusia internal.

    b. Partisipasi secara luas dariwarga sekolah.

    4. Prinsip kontrol struktur:a. Penerapan supervisi

    eksternal.

    b. Perluasan dari sistembirokrasi.

    D. KOMITE SEKOLAH & DEWAN PENDIDIKAN1. Peran Kantor Pendidikan Pusat dan Daerah

    Peran pemerintah pusat dalam pengaturan pendidikan lebih bersifat strategis

    dan menghindari wilayah operasional. Hal-hal yang bersifat operasional akan diatursendiri oleh sekolah. Yang diperhatikan adalah kebijakan strategis yang ditetapkan

    pemerintah harus memberikan ruang gerak kepada sekolah yang lebih besar

    sehingga kreatifitas sekolah untuk mengembangkan sekolahnya.

    Peran pemerintah daerah adalah memfasilitasi dan membantu staf sekolah atas

    tindakannya yang akan dilakukan sekolah. Pemerintah daerah bertugas untuk

    mengembangkan kinerja staf sekolah dan kinerja siswa. Dalam kaitannya dengan

    kurikulum, kantor pemerintah daerah menspesifikkan tujuan, sasaran, dan hasil

    yang diharapkan dan kemudian memberikan kesempatan kepada sekolah

    menentukan metode untuk menghasilkan mutu pembelajarn hal yang diinginkan.

    Bahkan beberapa sekolah menyerahkan pemilihan buku pelajaran kepada sekolah.

    2. MBS Dewan Sekolah dan Pengawas SekolahDewan sekolah memiliki peran untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang

    lebih luas, menyatukan visi, memperjelas visi. Penentuan kebijakan, visi dan misi

    mengacu pada ketentuan nasional dan daerah. Oleh karena itu anggota dewan

    sekolah diisi oleh mereka yang mampu menganalisis kebijakan pendidikan, mampu

    berkomunikasi dengan pemerintah pusat dan daerah, serta memiliki wawasan

    tentang pendidikan di daerahnya. Pimpinan dewan sekolah sebaiknya bukan

    pejabat pemerintah, melainkan tokoh masyarakat yang diakui kapasitas

    kepemimpinannya.

    Pengawas sekolah juga berperan sebagai fasilitator antara kebijakan pemerintah

    daerah kepada masing-masing sekolah, antara lain menjelaskan tujuan akademik

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    13/18

    dan anggaran, serta memberikan bantuan teknis kepada sekolah yang kesulitan

    menterjemahkan visi. Peran pengawas sekolah harus diarahkan pada fungsi

    supervisi, yaitu memberi bantuan dan pengawasan kepada guru, dan staf sekolah

    bila mengalami kesulitan.

    3. MBS Kepala SekolahKepala sekolah adalah figur kunci di sekolah dalam mendorong perkembangan

    dan kemajuan sekolah. Kepala sekolah juga bertanggung jawab untuk

    meningkatkan akutanbilitas keberhasilan siswa dan programnya. Menurut

    Wohlstter dan Mohrman dalam Nurkholis (2003), peran kepala sekolah sebagai

    MBS adalah sebagai desainer, motivator, fasilitator, dan liaison. Kepala sekolah

    sebagai desainer harus mampu membuat rencana dan memberikan kesempatan agar

    tercipta diskusi yang membahas permasalahan di sekolah, diskusi dilakukan

    bersama tim pengambil keputusan. Sebagai seorang motivator kepala sekolah harus

    menunjukkan kepercayaan, mendorong keberanian untuk mengambil resiko dan

    penyampaian informasi untuk membantu implementasi pelaksanaan MBS. Kepala

    sekolah sebagai fasilitator harus mampu mendorong proses pengembangan

    kemampuan seluruh staf, menyediakan sumber daya tampak seperti kebutuhan

    finansial dan peralatan, serta menyediakan sumber daya tak tampak seperti waktu

    dan kesempatan bagi staf untuk membantu kemajuan sekolah. Sebagai liaisonatau

    penghubung sekolah dengan dunia luar sekolah, kepala sekolah harus membawa

    ide-ide baru dan hasil penelitian ke sekolah, dan mengkomunikasikan kemajuan dan

    hasil-hasil yang dicapai sekolah kepada pihak-pihak di luar sekolah.

    4. MBS Guru dan AdministratorPeran guru dalam MBS adalah sebagai rekan kerja, pengambil keputusan, dan

    pengimplementasian program pengajaran. Para guru bekerja bersama dengan

    komitmen bersama dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan untuk

    mempromosikan pembelajaran efektif dan mengembangkan sekolah. Sedangkan

    peranan administrator sekolah dalam MBS adalah pengembang dan pemimpin

    dalam pencapaian tujuan. Administrator juga harus mampu memimpin warga

    sekolah untuk mencapai tujuan, berkolaborasi dan terlibat penuh dalam fungsi

    sekolah.

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    14/18

    5. MBS Orang tuaKomunikasi antara orang tua dengan sekolah hanya terjadi selama setahun

    sekali, ketika perubahan besaran iuran sekolah atau pemberitahuan tunggakan

    pembayaran SPP. Komunikasi yang kurang baik ini disebabkan oleh, adanya

    perbedaan kelas sosial, dan tidak ada kesamaan visi dalam mendidik siswa. Adanya

    MBS membantu untuk memperbaiki hubungan antara orang tua dengan sekolah,

    caranya dengan membentuk dewan pendidikan, komite sekolah, persatuan guru dan

    orang tua siswa. Anggota dari keempat program tersebut adalah orang tua siswa,

    akademisi, pemuka agama, tokoh politik, praktisi pendidikan, dan kalangan LSM.

    Orang tua harus menyediakan waktu sebanyak mungkin untuk berkunjung ke

    sekolah dan ke kelas guna mengontrol pendidikan anaknya. Diskusi antara orang

    tua dan guru sangat penting untuk mengetahui hambatan dan kemajuan yang

    dialami anaknya. Langkah ini bertujuan untuk mengantisipasi kegagalan pendidikan

    anaknya di sekolah. Keikutsertaan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan

    memberikan banyak keuntungan, seperti yang dikemukakan oleh Rhoda dalam

    Nurkholis (2003). Pertama, perkembangan prestasi akademis meningkat secara

    signifikan.Kedua, orang tua dapat mengetahui perkembangan pendidikan anaknya.

    Ketiga, orang tua menjadi guru yang baik bagi anak-anaknya di rumah. Keempat,

    orang tua memiliki sikap dan pandangan positif terhadap sekolah.

    E. PERAN HUMAS SEKOLAH DALAM MBSHubungan sekolah dengan masyarakat merupakan suatu sarana yang sangat

    berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di

    sekolah. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai

    tujuan sekolah atau pemdidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya sekolah juga

    harus menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat akan

    pendidikan (Mulyasa, 2004: 5).

    Menurut Mulyasa (2004:50) hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara

    lain untuk (1) memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak; (2)

    memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan pengidupan masyarakat;

    dan (3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. Untuk

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    15/18

    merealisasikan tujuan tersebut, banyak cara yang bisa dilakukan oleh sekolah dalam

    menarik simpati masyarakat terhadap sekolah dan menjalin hubungan yang harmonis

    antara sekolah masyarakat. Hal tersebut antara lain dapat dilakukan dengan

    memberitahukan masyarakat mengenai program-program sekolah.

    Melalui hubungan yang harmonis dengan masyarakat diharapkan tercapainya tujuan

    hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu terlaksananya proses pendidikan di

    sekolah secara produktif, efektif, dan efisien sehingga menghasilkan lulusan sekolah

    yang produktif dan berkualitas. Lulusan yang berkualitas ini tampak dari penguasaan

    peserta didik terhadap ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dapat dijadikan

    bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya atau hidup di masyarakat

    sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup (Mulyasa, 2004:52).

    Cheng (1996) dalam Nurkholis (2003:126) mengemukakan bahwa peran para orang

    tua siswa dalam MBS adalah menerima pelayanan yang berkualitas melalui siswa-

    siswa yang menerima pendidikan yang mereka butuhkan. Peran orang tua sebagai

    partner dan pendukung. Mereka dapat berpartisipasi dalam proses sekolah, mendidik

    siswa secara kooperatif, berusaha membantu perkembangan yang sehat kepada skolah

    dengan memberi sumbangan sumber daya dan informasi, mendukung dan melindngi

    seklah pada saat mengalami kesulitan dan krisis.

    Menurut Uemura ( 1999) dalam Nurkholis (2003: 127) pemberdayaan masyarakat

    dalam pendidikan perlu dilakukan dengan tujuan:

    1. untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan siswa bisa belajarlebih baik dan siap menghadapi perubahan zaman.

    2. Karena keterbatasan sumber daya terutama finansial yang dimiliki pemerintah,terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, untukmenyelenggarakan pendidikan bagi setiap warga.

    3. Meningkatkan relevansi pendidikan karena selama ini pendidikan selaluketinggalan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

    berkembang di masyarakat.

    4. Agar mendorong terselenggaranya sistem pendidikan yang adil denganmenyediakan pendidikan bagi anak kurang mampu, kaum wanita, masyarakat

    terasing, dan suku minoritas.

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    16/18

    5. Untuk meningkatkan kerjasama antara sekolah dam masyarakat dan mengurangikonflik yang sering terjadi di sekolah.

    Partisipasi masyarakat dalam MBS menurut Umanzor dkk. (1997) dalam Nurkholis

    (2003: 127) memiliki tiga tujuan utama. Pertama, meningkatkan pelayanan pendidikan

    kepada masyrakat termiskin di daerah pedesaan. Kedua, mendorong partisippasi

    anggota masyarakat lokal terhadap pendidikan anak-anak mereka. Ketiga,

    meningkatkan kualitas pendidikn prasekolah dan pendidikan dasar.

    Nurkholis (2003: 127) menyatakan bahwa tokoh masyarakat juga memiliki peranan

    penting demi kemajuan pendidikan, antara lain sebagai berikut:

    1.

    Penggerak, dengan membentuk badan kerja sama pendidikan denganmenghimpun kekuatan dari masyarakat agar semakin peduli terhadap

    pendidikan. Salah satu caranya dengan membentuk Lembaga Swadaya

    Masyarakat (LSM) peduli pendidikan.

    2. Informan dan penghubung, yaitu menginformasikan harapan dan kepentinganmasyarakat kepada sekolah dan menginformasikan kondisi sekolah, baik

    kekurangan maupun kelebihan sekolah kepada masyarakat sehingga masyarakat

    tahu secara persis keadaan sekolah.

    3. Koordinator, yaitu mengoordinasikan kepentingan sekolah dengan kebutuhanbisnis di lingkungan masyarakat tersebut agar siswa- siswa sekolah diberi

    kesempatan untuk praktik dan magang kerja di industri yang terkait.

    4. Pengusul, yaitu mengusulkan kepada pemerintah daerah agar dilakukan pajakuntuk pendidikan. Artinya, lembaga bisnis dan individu dikenai pajak untuk

    pendanaan pendidikan sehingga lembaga pendidikan semakin maju dan

    bermutu.

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    17/18

    BAB III

    KESIMPULAN

    Manajemen pendidikan model MBS berpusat pada sumber daya yang ada di

    sekolah itu sendiri. Tugas-tugas manajemen sekolah ditetapkan menurut karakteristik-

    karakteristik dan kebutuhan-kebutuhan sekolah itu sendiri. Karakteristik manajemen

    berbasis sekolah adalah adanya keragaman dalam pola penggajian guru, otonomi

    manajemen sekolah, pemberdayaan guru secara optimal, pengelolaan sekolah secara

    partisipatif, sistem yang didesentralisasikan, sekolah dengan pilihan atau otonomi

    sekolah dalam menentukan aneka pilihan, hubungan kemitraan antara dunia bisnis dan

    dunia pendidikan, akses terbuka bagi sekolah untuk tumbuh relatif mandiri, dan

    pemasaran sekolah secara kompetitif.

    Pengelolaan sekolah dahulu ditentukan dan dikontrol oleh pihak luar sekolah. Pada

    manajemen berbasis sekolah (MBS) peran sumber daya internal di sekolah

    diberdayakan dengan sungguh-sungguh oleh sekolah itu sendiri. Hubungan sekolah

    dengan masyarakat merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan

    mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah.

  • 5/26/2018 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    18/18

    Daftar Pustaka

    Danim, Sudarwan. 2007. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke

    Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.

    Mulyasa, E.2004. Manajemen berbasis sekolah: konsep, strategi dan implementasi.

    Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Nurkolis. 2006.Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model, dan Aplikasi.Jakarta: PT.

    Grasindo.

    Samani, M., Santoso, G.A., Zamroni, Hanafi, I. 2009. Manajemen sekolah: panduan

    praktispengelolaan sekolah. Yogyakarta: Adicita karya nusa.