Manajemen Aset

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan 2.1.1. Pengertian dan Peranan Jalan Dalam Pasal 5 ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, disebutkan bahwa jalan mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara sehingga akan mendorong pengembangan semua sarana wilayah, pengembangan dalam usaha mencapai tingkat perkembangan antar daerah yang semakin merata. Artinya infrastruktur jalan merupakan urat nadi perekonomian suatu wilayah, hal ini disebabkan perannya dalam menghubungkan serta meningkatkan pergerakan manusia, dan barang. Jalan raya adalah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain. Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri-ciri berikut: (Wikipedia Indonesia, 2011). 1. Digunakan untuk kendaraan bermotor 2. Digunakan oleh masyarakat umum 3. Dibiayai oleh perusahaan Negara 4. Penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan Universitas Sumatera Utara

description

Chapter II 5

Transcript of Manajemen Aset

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Jalan

    2.1.1. Pengertian dan Peranan Jalan

    Dalam Pasal 5 ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun

    2004 tentang Jalan, disebutkan bahwa jalan mempunyai peranan penting dalam

    bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan,

    serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jalan sebagai prasarana

    distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan

    Negara sehingga akan mendorong pengembangan semua sarana wilayah,

    pengembangan dalam usaha mencapai tingkat perkembangan antar daerah yang

    semakin merata. Artinya infrastruktur jalan merupakan urat nadi perekonomian

    suatu wilayah, hal ini disebabkan perannya dalam menghubungkan serta

    meningkatkan pergerakan manusia, dan barang.

    Jalan raya adalah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan

    kawasan yang lain. Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri-ciri berikut:

    (Wikipedia Indonesia, 2011).

    1. Digunakan untuk kendaraan bermotor

    2. Digunakan oleh masyarakat umum

    3. Dibiayai oleh perusahaan Negara

    4. Penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan

    Universitas Sumatera Utara

    deltaHighlight

    deltaHighlight

  • Keberadaan infrastruktur jalan yang baik serta lancar untuk dilalui penting

    perannya dalam mengalirkan pergerakan komoditas yang selanjutnya akan mampu

    menggerakkan perkembangan peri kehidupan sosial dan meningkatkan

    kemampuan ekonomi masyarakat.

    7

    Peran dari pentingnya sarana jalan tercantum dalam Peraturan Pemerintah

    Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan yang diatur dalam Bab II Pasal 3 ayat 2

    disebutkan bahwa: Pengadaan jalan diarahkan untuk memperkokoh kesatuan

    wilayah nasional sehingga menjangkau daerah terpencil. Berdasarkan isi pasal

    tersebut diartikan bahwa pembangunan jalan diarahkan serta dimaksudkan untuk

    membebaskan daerah tertentu dari keterisoliran, yang bertujuan untuk

    memberikan kesempatan pergerakan manusia, barang dan jasa semakin tinggi

    intensitasnya.

    Kondisi jalan yang lancar merupakan ukuran yang dapat menggambarkan

    baik buruknya operasional lalu lintas berupa kecepatan, waktu tempuh (efisiensi

    waktu), kebebasan bermanuver, kenyamanan, pandangan bebas, keamanan dan

    keselamatan jalan.

    Menurut Indonesia Higway Capacity Manual/IHCM Part-II Road, tingkat

    kelancaran dan keselamatan lalu lintas tersebut dipengaruhi oleh berapa faktor

    yaitu: (1) kondisi kegiatan penduduk dan pola penggunaan lahan sekitar ruas

    jalan, (2) kondisi persimpangan sepanjang jalan, (3) kondisi trase jalan, (4)

    kondisi volume lalu lintas, dan (5) kondisi kecepatan kenderaan (Sofyan, 2004).

    Universitas Sumatera Utara

    deltaHighlight

    deltaHighlight

  • Disamping itu perlu diperhatikan pengaliran air yang merupakan salah satu

    faktor yang harus diperhitungkan dalam pembangunan jalan raya. Air yang

    berkumpul di permukaan jalan raya setelah hujan tidak hanya membahayakan

    pengguna jalan raya, malahan akan mengikis dan merusakkan struktur jalan raya.

    Karena itu permukaan jalan raya sebenarnya tidak betul-betul rata, sebaliknya

    mempunyai landaian yang berarah ke selokan di pinggir jalan (kemiringan sebesar

    sekitar 2%). Dengan demikian, air hujan akan mengalir kembali ke selokan.

    Jalan mempunyai peranan untuk mendorong pengembangan dan pertumbuhan

    suatu daerah. Artinya, infrastruktur jalan merupakan urat nadi perekonomian suatu

    wilayah karena perannya dalam menghubungkan antar lokasi aktivitas penduduk.

    Keberadaan infrastruktur jalan yang lancar penting perannya untuk mengalirkan

    pergerakan komoditas dan orang, selanjutnya dapat menggerakkan kegiatan sosial

    dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu pengadaan jalan sangat penting dilakukan

    untuk menunjang pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dan perekonomian.

    Pengadaan jalan tersebut dilaksanakan dengan mengutamakan pembangunan

    jaringan jalan di pusat-pusat produksi serta jalan jalan yang menghubungkan pusat-

    pusat produksi dengan daerah pemasaran. Selain upaya pembangunan jalan juga

    dilakukan penanganan jalan dengan pemeliharaan rutin dan berkala yang ketiga

    upaya penanganan tersebut ditujukan untuk menjaga kondisi jalan dalam keadaan

    lancar dan mantap.

    Universitas Sumatera Utara

    deltaHighlight

  • 2.1.2. Konsep Jalan di Indonesia

    Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat vital bagi

    pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakatnya. Transportasi darat yang didukung

    oleh jaringan jalan, berfungsi sebagai fasilitas fisik infrastruktur bagi kepentingan

    masyarakatnya.

    Sumber: Departemen PU dan Japan International Cooperation Agency, 2005

    Gambar 2.1. Struktur Lapisan Perkerasan Jalan

    2.1.1.1. Sistem jaringan jalan

    Jaringan jalan merupakan suatu sistem yang mengikat dan menghubungkan

    pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berbeda dalam pengaruh

    pelayanannya dalam suatu hirarki. Menurut peran pelayanan jasa distribusinya, sistem

    jaringan jalan terdiri dari:

    1. SistemjaringanjalanPrimer,yaitusistemjaringanjalandenganperananpelayananjasadistribusiuntukpengembangansemuawilayahditingkatnasionaldengansemuasimpuljasadistribusiyangkemudianberwujudkota.

    Universitas Sumatera Utara

    deltaHighlight

  • 2. Sistem jaringan jalan sekunder, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan yang

    menghubungkan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam Kota.

    Pengelompokan jalan berdasarkan peranannya dapat digolongkan menjadi:

    1. Jalan Arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan kecepatan

    rata-rata tinggi dan jumlah masuk dibatasi secara efisien.

    2. Jalan Kolektor, yaitu jalan yang melayanai angkutan pengumpulan dan

    pembagian dengan ciri-ciri merupakan perjalanan jarak dekat dengan kecepatan

    rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk dibatasi.

    3. Jalan Lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri

    perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-ratanya rendah dengan jumlah jalan masuk

    dibatasi.

    Sedangkan klasifikasi jalan berdasarkan peranannya terbagi atas:

    A. Sistem Jaringan Jalan Primer:

    1. Jalan arteri primer yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu

    dengan kota jenjang kesatu yang berdampingan atau ruas jalan yang

    menghubungkan kota jenjang kedua yang berada dibawah pengaruhnya

    2. Jalan kolektor primer ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan

    kota jenjang kedua yang lain atau ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang

    kedua dengan kota jenjang ketiga yang ada dibawah pengaruhnya

    3. Jalan lokal primer ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang ketiga dengan

    kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang kedua

    Universitas Sumatera Utara

    deltaHighlight

  • dengan persil serta ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang ketiga dengan

    kota jenjang yang ada di bawah pengaruhnya sampai persil.

    B. Sistem Jaringan Jalan Sekunder:

    1. Jalan arteri sekunder ruas jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan

    kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu degan

    kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan

    kawasan sekunder kedua

    2. Jalan kolektor sekunder ruas jalan yang menghubungkan kawasan-kawasan

    sekunder kedua, yang satu dengan lainnya, atau menghubungkan kawasan

    sekunder kesatu dengan kawasan sekunder ketiga.

    3. Jalan lokal sekunder ruas jalan yang menghubungkan kawasan-kawasan sekunder

    kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, atau

    menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga dan

    seterusnya sampai ke perumahan.

    Klasifikasi Jalan berdasarkan peranannya ini, kewenangan pengelolaannya

    terbagi ke dalam 2 (dua) kelompok, yaitu pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

    Pemerintah pusat memiliki kewenangan dalam pengelolaan sistim jaringan jalan

    perimer berupa jalan nasional dan jalan propinsi, sedangkan pemerintah daerah

    memiliki kewenangan pengelolaan sistim jaringan jalan sekunder berupa jalan

    kabupaten/kota.

    Universitas Sumatera Utara

    deltaHighlight

  • Wewenang pengelolaan jaringan jalan dapat dikelompokkan menurut:

    1. Jalan Nasional adalah Menteri Pekerjaan Umum (dulu Menteri Kimpraswil) atau

    pejabat yang ditunjuk;

    2. Jalan Propinsi adalah Pemerintah Daerah atau instansi yang ditunjuk;

    3. Jalan Kabupaten adalah Pemerintah Daerah Kabupaten atau instansi yang

    ditunjuk;

    4. Jalan Kota adalah Pemerintah Daerah Kota atau instansi yang ditunjuk;

    5. Jalan Desa adalah Pemerintah Desa/Kelurahan;

    6. Jalan Khusus adalah pejabat atau orang yang ditunjuk.

    Selain kriteria tersebut terdapat sejumlah jalan Kabupaten/kota yang berada di

    dalam wilayah Desa atau permukiman yang pada kenyataannya jalan tersebut

    umumnya lebih banyak digunakan oleh lalulintas lokal. Hal ini dapat digunakan

    untuk melakukan pembagian beban pendanaan jalan dengan desa/pemukiman yang

    lebih banyak menggunakan ruas jalan tersebut.

    2.1.1.2. Konsep pengelolaan pemeliharaan jalan

    Pengelolaan pemeliharaan jalan bukanlah pekerjaan mudah, lebih-lebih pada

    saat kondisi anggaran yang terbatas serta beban kendaraan yang cenderung jauh

    melampaui batas dan kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Menurut hasil studi

    Bank Dunia, disebutkan bahwa setiap pengurangan US$ 1 terhadap biaya

    pemeliharaan jalan akan mengakibatkan kenaikan biaya operasional kendaraan

    sebesar US$ 2 sampai US$ 3 karena jalan menjadi lebih rusak.

    a. Institusi Pengelola Pemeliharaan Jalan

    Universitas Sumatera Utara

    deltaHighlight

  • Wewenang penyelenggaraan umum ada pada pemerintah pusat dan pemerintah

    daerah, sedangkan penguasaan atas jalan ada pada Negara dan dengan tujuan

    agar peran jalan dalam melayani kegiatan masyarakat dapat tetap terpelihara dan

    keseimbangan pembangunan antar wilayah dapat terjaga, maka negara

    mengadakan pengaturan tentang pemberian kewenangan penyelenggaraan jalan.

    Negara memberi wewenang kepada pemerintah propinsi dan pemerintah

    kabupaten/kota untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan. Pada UU No. 38

    tahun 2004 tentang jalan juga menyebutkan bahwa masyarakat berperan serta

    dalam penyelenggaraan jalan.

    Khusus untuk pemerintah kabupaten, negara memberikan wewenang

    penyelenggaraan jalan meliputi penyelengggaraan jalan kabupaten dan jalan

    desa. Selanjutnya sesuai dengan sistem pemerintahan yang berlaku di Indonesia

    wewenang tersebut dilimpahkan kepada instansi yang ditunjuk di daerah.

    Wewenang penyelenggaraan jalan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan yang

    meliputi seluruh siklus kegiatan dan perwujudan jalan yang meliputi pengaturan,

    pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan. Perumusan kebijakan

    penyelenggaraan jalan di kabupaten meliputi hal-hal sebagai berikut

    (Departemen PU & Japan International Cooperation Agency, 2005):

    1) Pemantapan kondisi jalan yang ada melalui pemeliharaan dan rehabilitasi,

    2) Pembangunan ruas jalan merupakan kegiatan mewujudkan ruas jalan baru

    agar jaringan jalan dapat segera berfungsi melayani angkutan sebagai salah

    satu sistim jaringan transportasi,

    Universitas Sumatera Utara

  • 3) Penyerasian sistim jaringan jalan terkait pengembangan wilayah agar terpadu

    dalam membentuk struktur ruang dan memberikan pelayanan jasa distribusi

    dalam konteks pemberian layanan yang handal dan prima serta berpihak

    kepada kepentingan masyarakat,

    4) Pengembangan alternatif pembiayaan melalui sistim kontribusi langsung

    pengguna jalan dan reformasi penyelenggaraan jalan.

    5) Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta dunia usaha dalam masyarakat

    dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana jalan.

    b. Manajemen Pemeliharaan Jalan

    Secara fisik pemeliharaan jalan bisa berarti suatu kesatuan kegiatan langsung

    untuk menjaga suatu struktur agar tetap dalam kondisi mampu melayani.

    Menurut NAASRA (1978) dalam Ali (2006), definisi pemeliharaan adalah semua

    jenis pekerjaan yang di butuhkan untuk menjaga dan memperbaiki jalan agar

    tetap dalam keadaan baik atau pekerjaan yang berkaitan dengan keduanya,

    sehingga mencegah kemunduran atau penurunan kualitas dengan laju perubahan

    pesat yang terjadi segera setelah konstruksi dilaksanakan.

    Aktifitas pemeliharaan jalan yang diklasifikasikan terhadap frekuensi dan

    efeknya terhadap jalan terlihat pada Gambar 2.2.

    Universitas Sumatera Utara

  • Sumber: Dinas Bina Marga, 2003.

    Gambar 2.2. Pengertian Umum Tentang Kondisi Jalan

    Klasifikasi program pemeliharaan yang dipakai dalam Sistem Manajemen

    Pemeliharaan Jalan adalah sebagai berikut:

    a) Pemeliharaan Rutin

    Merupakan pekerjaan yang skalanya cukup kecil dan dikerjakan tersebar

    diseluruh jaringan jalan secara rutin. Dengan pemeliharaan rutin, tingkat

    penurunan nilai kondisi struktural perkerasan diharapkan akan sesuai dengan

    kurva kecenderungan kondisi perkerasan yang diperkirakan pada tahap desain

    b) Pemeliharaan periodik

    Pemeliharaan periodik dilakukan dalam selang waktu beberapa tahun dan

    diadakan menyeluruh untuk satu atau beberapa seksi jalan dan sifatnya hanya

    fungsional dan tidak meningkatkan nilai struktural perkerasan. Pemeliharaan

    Universitas Sumatera Utara

  • periodik dimaksud untuk mempertahankan kondisi jalan sesuai dengan yang

    direncanakan selama masa layanannya.

    c) Rehabilitasi atau Peningkatan

    Peningkatan jalan secara umum diperlukan untuk memperbaiki integritas

    struktur perkerasan, yaitu meningkatkan nilai strukturalnya dengan pemberian

    lapis tambahan struktural. Peningkatan jalan dilakukan, apakah karena masa

    layanannya habis, atau karena kerusakan awal yang disebabkan oleh factor-

    faktor luar seperti cuaca atau karena kesalahan perencanaan atau pelaksanaan

    rekonstruksi.

    d) Rekonstruksi

    Dalam hal perkerasan lama sudah dalam kondisi yang sangat jelek, maka

    lapisan tambahan tidak akan efektif dan kegiatan rekonstruksi biasanya

    diperlukan. Kegiatan rekonstruksi ini juga dimaksud untuk penanganan jalan

    yang berakibat meningkatkan kelasnya.

    c. Klasifikasi Jalan dan Tingkat Pelayanan

    Secara objektif baik desain perkerasan maupun pemeliharaan berguna untuk

    menjamin atau memastikan bahwa suatu perkerasan dapat memberikan

    pelayanan yang cukup memuaskan bagi pengguna jalan. Untuk kerja dari

    perkerasan diukur dalam kaitannya dengan kualitas yang disediakan dan

    pelayanan yang diberikan sampai pada suatu tingkat dimana pelayanan masih

    bias ditolerir. Klasifikasi jalan berdasarkan tingkat pelayanan, ditentukan sebagai

    berikut (Dinas Bina Marga, 2003).

    Universitas Sumatera Utara

  • a. Jalan dengan tingkat pelayanan mantap adalah ruas-ruas jalan dengan umur

    rencana yang dapat diperhitungkan serta mengikuti suatu standar

    perencanaan teknis. Termasuk kedalam tingkat pelayanan mantap adalah

    jalan-jalan dalam kondisi baik dan sedang.

    b. Jalan tidak mantap adalah ruas-ruas jalan yang dalam kenyataan sehari-hari

    masih berfungsi melayani lalu lintas, tetapi tidak dapat diperhitungkan umur

    rencananya serta tidak mengikuti standar perencanaan teknik. Termasuk ke

    dalam tingkat pelayanan tidak mantap adalah jalan-jalan dalam kondisi rusak

    ringan.

    c. Jalan kritis adalah ruas-ruas jalan sudah tidak dapat lagi berfungsi melayani

    lalu lintas atau dalam keadaan putus. Termasuk kedalam tingkat pelayanan

    kritis adalah jalan-jalan dengan kondisi rusak berat.

    Klasifikasi jalan berdasarkan tingkat kondisi jalan adalah sebagai berikut

    (Dinas Bina Marga, 2003):

    a. Jalan dalam kondisi baik adalah jalan dengan permukaan yang benar-benar

    rata, tidak ada gelombang dan tidak ada kerusakan permukaan jalan.

    b. Jalan dalam kondisi sedang adalah jalan dengan kerataan permukaan

    perkerasan sedang, tidak ada gelombang dan tidak ada kerusakan.

    c. Jalan dalam kondisi rusak ringan adalah jalan dengan permukaan sudah

    mulai bergelombang, mulai ada kerusakan permukaan dan penambalan.

    Universitas Sumatera Utara

    deltaHighlight

  • d. Jalan dalam kondisi rusak berat adalah jalan dengan permukaan perkerasan

    sudah banyak kerusakan seperti bergelombang, retak-retak buaya dan

    terkelupas yang cukup besar, disertai kerusakan pondasi seperti amblas, dsb.

    2.2. Pengembangan Wilayah

    Pada hakekatnya pengembangan (development) merupakan upaya untuk

    memberi nilai tambah dari apa yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup.

    Menurut Zein (1999) pengembangan lebih merupakan motivasi dan pengetahuan

    daripada masalah kekayaan. Tetapi bukan berarti bahwa kekayaan itu tidak relevan.

    Pengembangan juga merupakan produk belajar, bukan hasil produksi; belajar

    memanfaatkan kemampuan yang dimiliki bersandar pada lingkungan sekitar untuk

    memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya proses pengembangan itu juga

    merupakan proses belajar (learning process). Hasil yang diperoleh dari proses

    tersebut, yaitu kualitas hidup meningkat, akan dipengaruhi oleh instrumen yang

    digunakan (Kartono,Ragardjo dan Sandy, 1989).

    Mengacu pada filosofi dasar tersebut maka pengembangan wilayah

    merupakan upaya memberdayakan stake holders (masyarakat, pemerintah,

    pengusaha) di suatu wilayah, terutama dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan

    lingkungan di wilayah tersebut dengan instrument yang dimiliki atau dikuasai, yaitu

    teknologi. Dengan lebih tegas Zein (1999) menyebutkan bahwa pengembangan

    wilayah merupakan upaya mengawinkan secara harmonis sumberdaya alam, manusia

    dan teknologi, dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri.

    Universitas Sumatera Utara

    deltaHighlight

  • Tujuan utama dari pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai

    kegiatan pembangunan sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumber

    daya yang ada didalamnya dapat optimal mendukung kegiatan kehidupan masyarakat

    sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan wilayah yang diharapkan. Optimal

    berarti dapat dicapai tingkat kemakmuran yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial

    budaya dan dalam alam lingkungan yang berkelanjutan (Ernan, Sunsun dan Diah,

    2011).

    Konsep pengembangan wilayah dimaksudkan untuk memperkecil

    kesenjangan pertumbuhan dan kesenjangan kesejahteraan antar wilayah. Untuk itu

    pengertian wilayah menjadi penting dalam pembahasan ini. Menurut PP Nomor 47

    Tahun 1997 wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

    segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan

    aspek administratif dan atau aspek fungsional.

    2.2.1. Teori Kutub Pertumbuhan

    Teori kutub pertumbuhan yang terkenal dikembangkan oleh Francois

    Perraoux seorang ahli ekonomi Perancis yang berpendapat bahwa fakta dasar dari

    perkembangan spasial, sebagaimana halnya dengan perkembangan industri, adalah

    bahwa pertumbuhan tidak terjadi di sembarang tempat dan juga tidak terjadi secara

    serentak, pertumbuhan itu terjadi pada titik-titik atau kutub perkembangan dengan

    intensitas yang berubah-ubah dan perkembangan itu menyebar sepanjang saluran-

    saluran yang beraneka ragam dan dengan efek yang beraneka ragam terhadap

    keseluruhan perekonomian (Adisasmita, 2005).

    Universitas Sumatera Utara

  • Lebih spesifik lagi Boudeville mendefenisikan kutub pertumbuhan regional

    sebagai sekelompok industri yang mengalami ekspansi yang berlokasi di suatu daerah

    perkotaan dan mendorong perkembangan kegiatan ekonomi lebih lanjut keseluruh

    daerah pengaruhnya. Konsep-konsep yang dikemukakan di dalam teori pusat

    pertumbuhan antara lain:

    1. Konsep leading industries dan perusahaan propulsif, menyatakan bahwa di

    pusat kutub pertumbuhan terdapat perusahaan-perusahaan besar yang bersifat

    propulsif yaitu perusahaan yang relatif besar, menimbulkan dorongan dorongan

    pertumbuhan nyata terhadap lingkungannya, mempunyai kemampuan inovasi

    tinggi, dan termasuk ke dalam industri-industri yang cepat berkembang. Dalam

    konsep ini leading industries adalah:

    a. Relatif baru, dinamis, dan mempunyai tingkat teknologi maju yang

    mendorong iklim pertumbuhan kondusif ke dalam suatu daerah permintaan

    terhadap produknya mempunyai elastisitas pendapatan yang tinggi dan

    biasanya dijual ke pasar-pasar nasional.

    b. Mempunyai kaitan-kaitan antara industri yang kuat dengan sektor-sektor

    lainnya sehingga terbentuk forward linkages dan backward linkages.

    2. Konsep polarisasi. Konsep ini mengemukakan bahwa pertumbuhan leading

    industries yang sangat cepat (propulsive growth) akan mendorong polarisasi

    dari unit-unit ekonomi lainnya ke kutub pertumbuhan.

    3. Konsep spread effect. Konsep ini mengemukakan bahwa pada suatu waktu

    kualitas propulsif dinamis dari kutub pertumbuhan akan memencar dan

    Universitas Sumatera Utara

  • memasuki ruang-ruang di sekitarnya. Menurut Myrdal dan Hirschman, spread

    effect atau trickling down effect merupakan lawan dari back wash effect atau

    polarization effect.

    Dalam penerapannya, teori kutub pertumbuhan digunakan sebagai alat

    kebijakan dalam perencanaan pembangunan daerah. Banyak negara telah menerima

    konsep kutub pertumbuhan sebagai alat tranformasi ekonomi dan sosial pada skala

    regional. Namun demikian konsep ini banyak mendapat kritik para ahli, yang pada

    umumnya berpendapat bahwa penerapan konsep ini cenderung semakin

    meningkatkan disparitas wilayah negara sedang berkembang, terutama antara daerah

    pusat atau kutub dengan daerah pengaruhnya. Gejala ini disebabkan karena pusat

    pertumbuhan yang umumnya adalah kota-kota besar ternyata sebagai pusat

    konsentrasi penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi dan sosial adalah cukup kuat,

    sehingga terjadi tarikan urbanisasi dari desa-desa wilayah pengaruh ke pusat

    pertumbuhan (kota besar), atau terjadi dampak polarisasi yaitu daerah pusat atau

    kutub cenderung lebih banyak menarik sumber daya dari daerah belakang daripada

    spread effect yang ditimbulkannya, akibatnya daerah pusat yang lebih maju akan

    bertambah maju, sedangkan daerah belakang akan semakin tertinggal.

    2.2.2. Teori Tempat Pusat

    Teori tempat pusat (Central Place Theory) pertama kali diperkenalkan oleh

    Walter Christaller seorang ahli geografi berkebangsaan Jerman. Teori ini timbul dari

    perhatian Christaller terhadap penyebaran permukiman, desa, dan kota-kota yang

    berbeda-beda ukuran luasnya di Jerman Selatan. Penyebaran tersebut kadang

    Universitas Sumatera Utara

  • bergerombol atau berkelompok, kadang juga terpisah jauh antara satu dengan yang

    lainnya. Menurut Christaller dalam Jayadinata (1999), pusat-pusat pelayanan

    cenderung tersebar di dalam wilayah menurut pola berbentuk heksagon (segi enam).

    Keadaan seperti itu akan terjadi secara jelas di wilayah yang mempunyai syarat : (1)

    topografi yang seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh

    dari lereng dan pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur pengangkutan, (2)

    kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi

    primer, yang menghasilkan padi-padian, kayu atau batubara.

    Menurut proses yang sama, jika perkembangan wilayah meningkat akan

    berkembang hierarki jenjang ketiga, yaitu salah satu kampung akan tumbuh menjadi

    kota yang dikelilingi oleh enam kampung yang dilayaninya. Pada hierarki jenjang

    keempat terdapat kota besar yang dikelilingi oleh enam kota yang dilayaninya.

    Karena perkembangan tersebut, dapat dikatakan bahwa kota-kota umumnya timbul

    sebagai akibat perkembangan potensi wilayah (alam dan manusia), dan kemudian

    kota sebagai pusat pelayanan berperan dalam mengembangkan wilayah.

    Sedangkan ide dasar yang dikemukakan oleh Losch (1954) adalah bahwa

    ukuran relatif wilayah pemasaran suatu perusahaan, digambarkan sebagai tempat

    penjualan produk perusahaan dipengaruhi oleh biaya-biaya transportasi dan skala

    ekonomi. Jika pengaruh skala ekonomi relatif lebih besar dari biaya transportasi maka

    seluruh produksi akan terkumpul pada satu tempat. Sedangkan jika pengaruh biaya

    transportasi relatif lebih besar dari skala ekonomi maka perusahaan akan menyebar

    keseluruh wilayah.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pembagian hierarki pusat-pusat pelayanan di suatu wilayah sering tidak

    merata sehingga mengakibatkan ketidakmerataan di dalam pelayanan kepada

    masyarakat. Selain itu kadang akses untuk mencapai pusat pelayanan sulit, sehingga

    mengakibatkan wilayah belakang (Hinterland) menjadi terbelakang karena tidak

    ditunjang dengan jumlah fasilitas yang memadai untuk dapat meningkatkan

    produktivitasnya maupun pelayanannya kepada masyarakat.

    Untuk mengatasi hal tersebut maka dibutuhkan suatu usaha untuk

    meningkatkan peran pusat-pusat pelayanan, termasuk dengan meningkatkan akses

    kemudahan pencapaian dari wilayah belakang (hinterland) menuju pusat pelayanan

    yang terdekat. Di dalam sistem pelayanan yang baik harus memiliki keseimbangan

    antara pola kebutuhan dan jasa pelayanan sehingga dalam peningkatan kebutuhan

    akan diikuti dengan jasa pelayanan yang semakin besar.

    Apabila jumlah penduduk di suatu wilayah dengan satu pusat telah melebihi

    ambang batas dan terus meningkat hingga mencapai jumlah tertentu, kemungkinan

    penduduk yang berada jauh dari pusat telah melebihi jarak ekonomi, sehingga mereka

    akan mencari pelayanan di pusat-pusat lainnya yang terdekat. Dalam melakukan

    strategi pengembangan wilayah di pusat-pusat pelayanan memiliki beberapa

    keuntungan:

    a) Adanya penghematan terhadap investasi yang dikeluarkan, karena strategi

    yang bersifat desentralisasi konsentrasi sehingga tidak semua wilayah

    mendapatkan investasi tetapi hanya wilayah yang berpotensi saja.

    Universitas Sumatera Utara

  • b) Adanya perkembangan pusat-pusat pelayanan hingga ke wilayah belakang

    (hinterland) melalui akses pencapaian yang memadai untuk mengatasi

    kesenjangan wilayah.

    c) Terselenggaranya pengembangan antara kota dan desa dengan baik karena

    saling menguntungkan.

    Selain itu Fisher dan Rushton menyatakan bahwa jaringan pusat-pusat

    pelayanan yang memiliki hierarki akan menguntungkan penduduk di sekitar pusat

    tersebut (Rezeki, 2007). Keuntungan tersebut adalah:

    a) Membuat efisiensi bagi konsumen karena pemenuhan terhadap kebutuhan

    yang berbeda-beda akan didapatkan dengan sekali bepergian keluar dari desa.

    b) Mengurangi jumlah transportasi yang dibutuhkan untuk melayani pergerakan

    antar desa karena masyarakat sudah mengenal berbagai cara alternatif

    terhadap jalur hubungan sehingga jalur yang paling penting dan kemampuan

    pemenuhan kebutuhan fasilitas transportasi yang terbatas dapat dimanfaatkan

    secara optimal.

    c) Mengurangi panjang jalan yang harus ditingkatkan karena sudah diketahui

    jalur yang paling penting bagi setiap desa sehingga dapat ditentukan prioritas

    dalam pengembangan jalan.

    d) Mengurangi biaya untuk penyediaan berbagai kebutuhan pelayanan bagi

    fasilitas-fasilitas yang ada, karena biaya tersebut ditanggung secara

    bersamasama.

    Universitas Sumatera Utara

  • e) Pengawasan lebih efektif dan ekonomis karena berbagai aktivitas bergabung

    menjadi satu di pusat pelayanan.

    f) Memudahkan adanya pertukaran informasi antar berbagai aktivitas yang

    saling berhubungan.

    g) Lokasi-lokasi dengan keunggulan lokasi sumberdaya akan berkembang secara

    spontan sebagai respon terhadap kebutuhan di wilayah belakangnya

    (hinterland).

    Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa wilayah dalam perkembanganya

    memiliki pusat dan sub pusat sebagai wilayah pengaruhnya. Pusat dapat diartikan

    sebagai kota yang menjadi pusat pelayanan dan terkonsentrasinya kegiatan. Besarnya

    wilayah kota dipengaruhi oleh jarak pelayanan bagi penduduknya, sehingga dalam

    satu pusat dapat memberikan pelayanan maksimalnya. Penduduk yang belum

    menerima pelayanan, akan dilayani oleh pusat lainnya sehingga hubungan antar pusat

    tersebut akan membentuk pola heksagonal dimana masing-masing wilayah pengaruh

    memiliki pusat sendiri.

    Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pembangunan jaringan jalan dalam

    hubungannya dengan pengembangan wilayah dapat dilihat berdasarkan indicator:

    1. Kelancaran aksesibilitas antar daerah, dimana dengan pembangunan dan

    penanganan jaringan jalan maka aksesibilitas antar daerah akan semakin

    lancar.

    2. Peningkatan hubungan antar daerah, dengan kelancaran aksesibilitas maka

    hubungan antar daerah juga akan semakin berkembang.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Kelancaran transportasi barang dan orang, infrastruktur jalan sangat

    dibutuhkan dalam transportasi barang dan orang, termasuk transportasi hasil-

    hasil pertanian ke daerah-daerah pemasaran. Kelancaran transportasi akan

    mengurangi biaya transportasi hasil-hasil produksi pertanian.

    4. Penghematan waktu tempuh, kondisi jalan yang lancar akan menghemat

    waktu tempuh, yang kemudian akan mengurangi biaya transportasi hasil-hasil

    produksi, khususnya produksi pertanian.

    2.3. Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

    Proses hirarki analitis atau disingkat AHP (Saaty, 2000) adalah suatu

    pendekatan pengambilan keputusan yang dirancang untuk membantu pencarian solusi

    dari berbagai permasalahan multikriteria yang kompleks dalam sejumlah ranah

    aplikasi. Metoda ini telah didapati sebagai pendekatan yang praktis dan efektif yang

    dapat mempertimbangkan keputusan yang tidak tersusun dan rumit (Partovi, 1994).

    Hasil akhir AHP adalah suatu ranking atau pembobotan prioritas dari tiap alternatif

    keputusan atau disebut elemen. Secara mendasar, ada tiga langkah dalam

    pengambilan keputusan dengan AHP, yaitu: membangun hirarki, penilaian; dan

    sintesis prioritas.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.3. Cakupan Model AHP

    2.3.1. Pembentukan Hirarki Struktural

    Langkah ini bertujuan memecah suatu masalah yang kompleks disusun

    menjadi suatu bentuk hirarki. Suatu struktur hirarki sendiri terdiri dari elemen-lemen

    yang dikelompokan dalam tingkatan-tingkatan (level). Dimulai dari suatu sasaran

    pada tingkatan puncak, selanjutnya dibangun tingkatan yang lebih rendah yang

    mencakup kriteria, sub kriteria dan seterusnya sampai pada tingkatan yang paling

    rendah. Sasaran atau keseluruhan tujuan keputusan merupakan puncak dari tingkat

    hirarki. Kriteria dan sub kriteria yang menunjang sasaran berada di tingkatan tengah.

    Alternatif atau pilihan yang hendak dipilih berada pada level paling bawah dari

    struktur hirarki yang ada.

    Menurut Saaty (2000), suatu struktur hirarki dapat dibentuk dengan

    menggunakan kombinasi antara ide, pengalaman dan pandangan orang lain.

    Karenanya, tidak ada suatu kumpulan prosedur baku yang berlaku secara umum dan

    absolut untuk pembentukan hirarki. Struktur hirarki tergantung pada kondisi dan

    kompeksitas permasalahan yang dihadapi serta detail penyelesaian yang dikehendaki.

    Universitas Sumatera Utara

  • Karenanya struktur hirarki kemungkinan berbeda antara satu kasus dengan kasus

    yang lainnya.

    2.3.2. Pembentukan Keputusan Perbandingan

    Apabila hirarki telah terbentuk, langkah selanjutnya adalah menentukan

    penilaian prioritas elemen-elemen pada tiap level. Untuk itu dibutuhkan suatu matriks

    perbandingan yang berisi tentang kondisi tiap elemen yang digambarkan dalam

    bentuk kuantitaif berupa angka-angka yang menunjukan skala penilaian (1 9). Tiap

    angka skala mempunyai arti tersendiri seperti yang ditunjukan dalam Tabel 2.1.

    Penentuan nilai bagi tiap elemen dengan menggunakan angka skala bisa sangat

    subyektif, tergantung pada pengambil keputusan. Karena itu, penilaian tiap elemen

    hendaknya dilakukan oleh para ahli atau orang yang berpengalaman terhadap masalah

    yang ditinjau sehingga mengurangi tingkat subyektifitasnya dan meningkatkan unsur

    obyektifitasnya.

    Tabel 2.1. Skala Penilaian Antara Dua Elemen Bobot/Tingkat

    Signifikan Pengertian Penjelasan

    1 Sama penting Dua faktor memiliki pengaruh yang sama terhadap sasaran

    3 Sedikit lebih penting Salah satu faktor sedikit lebih berpengaruh dibanding faktor lainnya

    5 Lebih penting Salah satu faktor lebih berpengaruh dibanding faktor lainnya

    7 Sangat lebih penting Salah satu faktor sangat lebih berpengaruh dibanding faktor lainnya

    9 Jauh lebih penting Salah satu faktor jauh lebih berpengaruh dibanding faktor lainnya

    2,4,6,8 Antara nilai yang di atas Diantara kondisi di atas Kebalikan Nilai kebalikan dari kondisi di atas untuk pasangan

    dua faktor yang sama Sumber: Saaty, 2000

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.3. Sintesis Prioritas dan Ukuran Konsistensi

    Perbandingan antar pasangan elemen membentuk suatu matriks perankingan

    relatif untuk tiap elemen pada tiap level dalam hirarki. Jumlah matriks akan

    tergantung pada jumlah tingkatan pada hirarki. Sedangkan, ukuran matriks tergantung

    pada jumlah elemen pada level bersangkutan. Setelah semua matriks terbentuk dan

    semua perbandingan tiap pasangan elemen didapat, selanjutnya dapat dihitung

    matriks eigen (eigenvector), pembobotan, dan nilai eigen maksimum.

    Nilai eigen maksimum merupakan nilai parameter validasi yang sangat

    penting dalam teori AHP. Nilai ini digunakan sebagai indeks acuan (reference index)

    untuk memayar (screening) informasi melalui perhitungan rasio konsistensi

    (Consistency Ratio (CR)) dari matriks estimasi dengan tujuan untuk memvalidasi

    apakah matriks perbandingan telah memadai dalam memberikan penilaian secara

    konsisten atau belum (Saaty, 2000).

    Nilai rasio konsistensi (CR) sendiri dihitung dengan urutan sebagai berikut:

    1) Vektor eigen dan nilai eigen maksimum dihitung pada tiap matriks pada tiap

    level hirarki

    2) Selanjutnya dihitung indeks konsistensi untuk tiap matriks pada tiap level

    hirarki dengan menggunakan rumus: CI = (emaks n) / (n 1)

    3) Nilai rasio konsistensi (CR) selanjutnya dihitung dengan rumus: CR = CI/RI,

    dimana RI merupakan indeks konsistensi acak yang didapat dari simulasi dan

    nilainya tergantung pada orde matriks. Untuk matriks dengan ukuran kecil,

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 2.2 menampilkan nilai RI untuk berbagai ukuran matriks dari orde 1

    sampai 10.

    Tabel 2.2. Indeks Konsistensi Acak Rata-rata Berdasarkan Orde Matriks Ukuran Matriks Indeks Konsistensi Acak (RI)

    1 0 2 0 3 0,52 4 0,89 5 1,11 6 1,25 7 1,35 8 1,40 9 1,45

    10 1,49 Sumber: Saaty, 2000

    Nilai rentang CR yang dapat diterima tergantung pada ukuran matriks-nya,

    sebagai contoh, untuk ukuran matriks 3 x 3, nilai CR = 0,03; matriks 4 x 4, CR = 0,08

    dan untuk matriks ukuran besar, nilai CR = 0,1 (Saaty, 2000,). Jika nilai CR lebih

    rendah atau sama dengan nilai tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penilaian dalam

    matriks cukup dapat diterima atau matriks memiliki konsistensi yang baik.

    Sebaliknya jika CR lebih besar dari nilai yang dapat diterima, maka dikatakan

    evaluasi dalam matriks kurang konsisten dan karenanya proses AHP perlu diulang

    kembali.

    Tabel 2.3. Nilai Rentang Penerimaan Bagi CR Ukuran Matriks Indeks Konsistensi Acak (RI)

    3 x 3 0,03 4 x 4 0,08

    > 4 x 4 0,1 Sumber: Saaty, 2000

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4. Penelitian Sebelumnya

    Pamoto (2004) melakukan penelitian dengan judul: Penentuan Prioritas

    Penanganan Jalan Antarkota di Daerah Perkotaan Sumatera Utara. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa dengan menggunakan AHP, maka diperoleh rangking prioritas

    penanganan jalan antarkota pada daerah perkotaan Sumatera Utara secara berurutan

    sebagai berikut: prioritas pertama adalah ruas jalan lingkar Rantau Prapat; prioritas

    kedua adalah ruas jalan Panyabungan Bypass; prioritas ketiga adalah ruas jalan

    Pancur Batu Bypass; prioritas keempat adalah Aek Nabara Bypass; prioritas kelima

    adalah ruas jalan Sei Rampah; prioritas keenam adalah ruas jalan Perbaungan Bypass;

    dan prioritas ketujuh adalah ruas jalan Padang Sidempuan Bypass.

    Lubis (2007) melakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh

    pembangunan jalan penghubung terhadap pengembangan wilayah (studi kasus Jalan

    Industri Kecamatan Medan Sunggal). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

    pengaruh pembangunan jalan penghubung terhadap perubahan harga lahan, yang

    artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pembangunan jalan dengan tenaga

    kerja. Dengan dibangunnya jalan penghubung maka terbukalah kesempatan berusaha

    masyarakat disekitarnya yang berarti pembangunan jalan penghubung mempunyai

    pengaruh yang signifikan terhadap kesempatan berusaha. Kondisi ini pada akhirnya

    akan mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat.

    Depari (2009) melakukan penelitian untuk mengkaji kebutuham jaringan jalan

    untuk menunjang pengembangan wilayah Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua ruas jalan memiliki kapasitas yang

    Universitas Sumatera Utara

  • mencukupi, namun tingkat kecepatan laju angkutan umum hanya ruas jalan

    Tigapanah Sukadame yang memenuhi standard.

    2.5. KerangkaBerpikir

    Proses pembangunan dipengaruhi oleh kelancaran transportasi di suatu

    wilayah, dimana kelancaran transportasi tersebut dipengaruhi oleh kondisi jalan-jalan

    yang ada di daerah dimaksud. Dari seluruh jalan yang terdapat di suatu daerah

    terdapat beberapa jalan strategis yang mempengaruhi secara signifikan terhadap

    pengembangan wilayah, baik secara ekonomi maupun sosial.

    Dalam upaya meningkatkan pelayanan umum, pemerintah bertanggung jawab

    dalam penanganan jalan-jalan tersebut, khususnya jalan-jalan yang bersifat strategis.

    Namun keterbatasan dana yang dimiliki oleh pemerintah, khususnya Pemerintah

    Kabupaten Humbang Hasundutan, menyebabkan perlunya skala prioritas penanganan

    jalan-jalan terutama jalan-jalan strategis. Skala prioritas ini bertujuan agar

    penanganan jalan-jalan tersebut dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam

    mendukung pengembangan wilayah. Dalam penelitian ini, penetapan prioritas

    penanganan jalan-jalan strategis di Kabupaten Humbang Hasundutan dilakukan

    dengan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) sebagai alat analisis

    dalam teknik pengambilan keputusan.

    Selanjutnya penetapan prioritas penanganan jalan-jalan strategis tersebut akan

    berimplikasi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Humbang Hasundutan.

    Secara umum kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah seperti yang disajikan

    Universitas Sumatera Utara

  • pada Gambar 2.4 berikut ini.

    Keterbatasan Dana Penanganan Jalan

    Rencana Tata Ruang Kabupaten

    Ruas Jalan di Kabupaten Humbang Hasundutan

    Jaringan Jalan Strategis untuk Ditangani

    Analytical Hierarchy Process (AHP)

    Prioritas Penanganan Jalan-jalan Strategis

    Pengembangan Wilayah

    Gambar 2.4. Kerangka Berpikir Penelitian

    2.6. Hipotesis

    Berdasarkan permasalahan penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam

    penelitian ini adalah: penanganan jaringan jalan strategis berimplikasi signifikan

    terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Humbang Hasundutan.

    Universitas Sumatera Utara