Managing Internal Audit Function DIV

16
KEMENTERI BADAN PEN SEKOL TUGAS MATA TINJAUAN PE PT Kel Dimas Wiji Utom Gamadi Surya Pu Mido Gustaf San Moch Reza Agun Sulistyo Dwi Har IAN KEUANGAN REPUBLIK INDONES NDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANG LAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN KULIAH AUDIT INTERNAL PEMERIN ENGELOLAAN FUNGSI AUDIT INTER T ANGKASA PURA II (Persero) Disusun oleh Kelompok 6 las IX A BPKP - DIV Akuntansi mo (13) 134060018 utra (17) 134060018 ntana (21) 134060018 ng Yudhalaksana (22) 134060018 ryanto (29) 134060018 Januari 2015 SIA GAN NTAH RNAL 8317 8321 8325 8326 8333

description

pengelolaan fungsi audit internal

Transcript of Managing Internal Audit Function DIV

Page 1: Managing Internal Audit Function DIV

KEMENTERIANBADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

TUGAS MATA KULIAH

TINJAUAN PENGELOLAAN FUNGSI AUDIT INTERNAL

PT ANGKASA PURA II (Persero)

Kelas IX

Dimas Wiji Utomo

Gamadi Surya Putra

Mido Gustaf Santana

Moch Reza Agung Yudhalaksana

Sulistyo Dwi Haryanto

RIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIABADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARATANGERANG SELATAN

TUGAS MATA KULIAH AUDIT INTERNAL PEMERINTAH

TINJAUAN PENGELOLAAN FUNGSI AUDIT INTERNAL

PT ANGKASA PURA II (Persero)

Disusun oleh Kelompok 6

Kelas IX A BPKP - DIV Akuntansi

Dimas Wiji Utomo (13) 1340600183

Gamadi Surya Putra (17) 1340600183

Mido Gustaf Santana (21) 1340600183

Agung Yudhalaksana (22) 1340600183

Sulistyo Dwi Haryanto (29) 1340600183

Januari 2015

KEUANGAN REPUBLIK INDONESIABADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

AUDIT INTERNAL PEMERINTAH

TINJAUAN PENGELOLAAN FUNGSI AUDIT INTERNAL

134060018317

134060018321

134060018325

134060018326

134060018333

Page 2: Managing Internal Audit Function DIV

1

A. PENDAHULUAN

Fungsi Internal Audit sudah tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan kegiatan

perusahaan. Saat ini, internal audit dipandang sebagai salah satu kunci penting dalam

memberikan pengendalian atas upaya pelaksanaan aktifitas perusahaan yang optimal.

Internal audit dirasa krusial karena dapat memberikan pandangan terhadap kondisi

perusahaan saat ini, sampai dengan proyeksi yang diharapkan maupun bagaimana

sebaiknya perusahaan bergerak di masa yang akan datang. Dan dengan bervariasinya

jenis struktur dan kegiatan perusahaan, diperlukan adanya sebuah penyusunan internal

audit yang tepat untuk dapat digunakan dalam suatu perusahaan.

B. PEMBAHASAN

Setelah memahami terkait definisi atas Internal Audit, risiko pada perusahaan serta

pengendalian internal yang dapat diimplementasikan, langkah selanjutnya adalah

menyusun sebuah Internal Audit yang efektif yang akan diterapkan pada perusahaan

tersebut. Sebelum menyusun sebuah fungsi internal audit yang efektif, terlebih dahulu

kita harus memahami pentingnya peran Audit internal dalam perusahaan.

Berbagai segmen dan elemen yang terdapat dalam suatu perusahaan dapat bervariasi,

diperlukan adanya pendalaman terhadap berbagai elemen tersebut terkait dengan peran

internal auditor. Selain elemen tersebut, diperlukan juga pemahaman terkait kebijakan –

kebijakan yang ada pada perusahaan tersebut, terutama jika ada kebijakan yang

mengatur dan mengikat terkait kinerja audit internal yang akan dibangun.

Internal audit ini akan menitikberatkan kepada langkah yang akan diambil dalam

melaksanakan peran audit internalnya, memahami konsep quality assurance, serta peran

teknologi dalam melaksanakan manajemen fungsi internal audit.

1. Menentukan posisi internal audit di perusahaan

Terdapat berbagai pendapat terkait dimana sebaiknya audit internal mengambil

peran. Salah satu pendapat menyatakan bahwa sebaiknya internal audit terletak di

level senior management. Dengan demikian posisi tersebut akan memberikan

visibilitas, otoritas serta tanggung jawab yang setara dengan level senior manajemen

dan juga melaksanakan perannya untuk mengevaluasi secara independen atas

pengendalian internal yang ada serta menilai kemampuan perusahaan untuk

mencapai tujuan dan memitigasi risiko yang ada.

Pendapat lain menyatakan bahwa internal audit sebaiknya terletak di struktur bawah

dalam perusahaan. Biasanya pendapat ini muncul pada perusahaan yang tidak

mengakui internal audit sebagai komponen yang penting untuk keberlangsungan

perusahaan. Pada posisi ini, internal audit diperankan sebagai elemen yang

memonitor kinerja perusahaan pada level transaksional.

IIA sendiri mendefinisikan Internal audit sebagai sebuah kegiatan independen,

obyektif, dan memberikan keyakinan serta konsultasi. Keempat hal tersebut tidak

Page 3: Managing Internal Audit Function DIV

2

akan muncul jika internal auditor diposisikan pada struktur bawah dalam

perusahaan, oleh karena itu sebagian besar perusahaan meletakkan internal audit

dalam level senior manajemen untuk memberikan privilage – privilage khusus yang

dibutuhkan oleh internal audit.

1.1 Internal Audit Charter

Dalam IIA Standard 2000 mengklasifikasikan internal auditor yang terletak di

level senior management sebagai Chief Audit Executive. Standar ini

menyatakan bahwa “the chief audit executive must effectively manage the internal audit activity to ensure it adds value to the organization”. Secara

garis besar, adds value yang dimaksudkan dalam standar tersebut

memberikan gambaran pelaksanaan internal audit yang efektif adalah saat:

- Hasil dari pelaksanaan tugas dan fungsi internal audit, sudah mencapai

dari apa yang dituliskan di Internal Audit Charter.- Internal audit yang disusun sudah sesuai dengan definisi internal audit

dan standar yang ada

- Setiap individu yang merupakan bagian dari internal audit, sudah sesuai

dengan kode etik dan standar yang ada.

Salah satu poin yang ditekankan dalam standar tersebut adalah adanya

internal audit charter yang berisikan mengenai dasar pembentukan internal

audit di perusahaan, besarnya otorisasi, dan juga ruang lingkup dari kegiatan

internal audit yang akan dilaksanakan.

Pada dasarnya yang diperlukan dan diminta oleh IIA hanya akan adanya

Internal Audit Charter. Tetapi sebagai tambahan, dapat juga dicantumkan

fungsi dan kinerja internal audit sebagai pemberi keyakinan dan konsultasi.

Charter ini juga dapat berisikan catatan formal terkait visi dan misi

pelaksanaan audit internal, serta pelaksanaan jangka panjang audit internal.

Keseluruhan dokumen tersebut terangkum dalam sebuah guiding principle

yang dikenal sebagai Audit Manual. Internal audit charter juga merupakan

turunan dari audit commite’s charter sehingga tidak boleh saling bersilangan.

1.2 Independensi dan Obyektifitas

CAE juga memiliki kewajiban untuk mempertahankan Independensi dan

obyektifitas.

Terkait independensinya, dinyatakand alam IIA Standard 110 bahwa kegiatan

yang dilaksanakan oleh internal audit harus terbebas dari interferensi dalam

menentukan ruang lingkup audit, melaksanakan tugasnya, serta

menyampaikan hasilnya

Terkait obyektifitas, IIA Standard 1120 menyatakan bahwa internal auditor

Page 4: Managing Internal Audit Function DIV

3

harus memiliki sikap yang tidak bias, tidak berpihak, dan tidak ada konflik

kepentingan. Penjelasan lebih lanjut terkait obyektifitas Internal audit

dijelaskan dalam Practice Advisory 1120-1 yang berisikan:

- Obyektifitas individu memiliki pengertian bahwa internal auditor akan

melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan keyakinan mendasar atas

kinerja mereka dan tidak ada kompromi yang signifikan yang

mempengaruhi. Tidak diperbolehkan adanya kondisi yang dapat

mempengaruhi internal auditor dalam memberikan opini profesionalnya

- CAE harus menyusun penugasan kepada staffnya dengan

mempertimbangkan untuk menghindari potensi konflik kepentingan.

- Hasil review internal aditor harus dapat memberikan keyakinan akan

pelaksanaan audit yang obyektif

- Internal auditor tidak boleh terlibat langsung dengan kegiatan yang

berjalan, baik dalam mendesain, memasang, melaksanakan prosedur,

maupun mengoperasikan sistem yang berjalan

- Kegiatan yang tidak berkaitan dengan audit oleh internal auditor tidak

akan selalu mempengaruhi obyektifitas.

Selanjutnya dalam IIA Standard 1130 tertuang terkait ketidaksesuaian atas

independensi dan obyektifitas. Dinyatakan bahwa setiap ketidaksesuaian atas

independensi dan obyektifitas harus diungkapkan kepada pihak yang

berkepentingan.

1.3 Proficiency dan Due Professional Care

Dalam IIA Standard 1200 dinyatakan “engagements must be performed with

proficiency and due professional care”. Profisiensi yang dimaksud adalah

kesiapan pengetahuan, kemampuan, serta kompetensi lainnya yang

diperlukan oleh auditor internal. Sedangkan due professional care

menyatakan keharusan dari internal auditor untuk menggunakan kompetensi

profesionalnya dalam melaksanakan penugasan.

2. Planning

CAE memiliki tanggung jawab untuk merancang dan mengalokasikan sumberdaya

yang akan digunakan untuk melaksanakan program kerja tahunannya. Program kerja

tahunan disusun oleh internal audit melalui sebuah proses mengidentifikasi dan

memprioritaskan semesta audit yang bertanggung jawab dalam menangani setiap

risiko (stratejik, operasi, pelaporan dan kepatuhan). Audit universe adalah kumpulan

dari unit kerja, departemen, grup, proses dan berbagai elemen dalam perusahaan

yang memiliki tanggung jawab untuk memitigasi risiko bisnis yang muncul.

Page 5: Managing Internal Audit Function DIV

4

Kunci dari suksesnya perencanaan yang baik adalah seluruh hal yang dapat

menghalangi perusahaan dalam mencapai tujuannya terutama risiko – risiko kunci

harus dikendalikan dan dimonitor sehingga proses pencapaian tujuan dapat semakin

terealisasi. Seluruh risiko kunci kemudian harus dapat diidentifikasikan oleh CAE.

Setelah risiko – risiko kunci ditentukan, CAE kemudian menentukan unit bisnis mana

yang memiliki tanggung jawab untuk melakukan mitigasi atas masing – masing

risiko. CAE juga menentukan besarnya sumberdaya yang perlu dikerahkan untuk

masing – masing unit bisnis dalam melakukan mitigasi risikonya. Seluruh alokasi ini

tersusun dalam sebuah internal audit plan yang berisikan terkait sumber daya, unit

bisnis serta pelayanan assurance dan konsultasi yang diperlukan oleh internal audit.

3. Communication and Approval

Setelah Internal audit plan disusun oleh CAE, rencana audit ini selanjutnya disajikan

ke senior manajemen dan direksi untuk mendapatkan persetujuan. Dalam

penyajiannya, diperlukan juga data tambahan terkait tersedianya sumberdaya,

perubahan signifikan yang akan terjadi, serta dampak yang akan muncul terkait

pelaksanaan mitigasi.

4. Resource Management

Salah satu permasalah utama yang perlu untuk diperhatikan oleh CAE adalah

pengalokasian sumberdaya. Dalam IIA Standard 2030 dinyatakan juga bahwa “it is

CEA responsbility to ensure that internal audit resources are appropriate, sufficient,

and effectively deployed to achieve the approved plan”. Perencanaan dan

pengalokasian sumberdaya ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai

berikut

4.1 Organizational Structure and Staffing Strategy

Pemilihan struktur organisasi merupakan langkah awal dalam melakukan

perencanaan sumber daya terutama terkait sumberdaya manusia yang

diperlukan dalam melaksanakan internal audit plan.

CAE bisa memilih untuk menerapkan struktur organisasi yang datar yang

dimana setiap elemen memiliki kurang lebih kemampuan yang sama. Namun

langkah ini dapat mengorbankan kedinamisan perusahaan, serta besarnya

biaya yang dibutuhkan karena setiap elemen memiliki tenaga ahli yang

berkompetensi tinggi.

Oleh karena hal tersebut, sistem hirarki dalam struktur organisasi lebih sering

dipilih, karena hal ini dapat meningkatkan sebuah lingkungan kerja yang

dinamis dimana rotasi pegawai sering terjadi. Dengan demikian setiap

pegawai memiliki motivasi lebih untuk meningkatkan kompetensinya dan

meningkat ke hirarki yang lebih tinggi dalam struktur tersebut.

Page 6: Managing Internal Audit Function DIV

5

4.2 Penentuan beban kinerja yang tepat

Penentuan beban kinerja yang tepat adalah salah satu kunci dalam membagi

tugas untuk mencapai tujuan internal audit plan. Pemberian tugas yang

berlebihan atau diluar kemampuan pegawai tentu saja akan memberikan

dampak yang tidak memuaskan terhadap pencapaian tujuan, oleh karena itu

perlu disusun secara seksama terkait beban kerja masing – masing pegawai

sesuai kompetensinya.

4.3 Staffing Plans / Human Resources

Pemberian tugas terhadap pegawai yang tepat juga merupakan faktor

penentu. Penugasan sebaiknya diserahkan kepada pegawai yang memiliki

kapabilitas dan kompetensi yang memadai sehingga pencapaian tujuan audit

tidak akan mengalami hambatan berarti

4.4 Hiring Practices

CAE memiliki tanggung jawab untuk mengisi struktur organisasi dengan

pegawai yang memiliki kompetensi yang memadai. Akan tetapi dalam

melakukan hal tersebut, harus diutamakan asas efisien, efektif dan

kompetensi minimum serta masih dalam anggaran yang disediakan.

Dalam melaksanakan hal ini, CAE biasanya merekrut tenaga ahli dari berbagai

profesi, sehingga dapat memberikan wawasan ruang lingkup ilmu yang luas

dalam melaksanakan tugas auditnya.

4.5 Strategic Sourcing

Pemilihan untuk melakukan outsourcing dengan menggunakan tenaga dari

luar untuk jangka waktu tertentu juga dapat menjadi langkah yang tepat

untuk diambil. Dengan demikian tenaga ahli dapat dengan cepat didapatkan

tanpa memerlukan biaya rekrutmen yang besar, serta dapat ditentukan

berapa lama tenaga tersebut akan digunakan.

4.6 Training and Mentoring

Saat internal audit memilih untuk menggunakan tenaga permanen,

pemberian kompetensi yang tepat diperlukan. Pemberian kompetensi ini

dapat dilakukan melalui training dan mentoring yang dilakukan secara

internal sebelum diberikan penugasan terhadap pegawai terkait.

4.7 Career Planning and Profesional Development

Training dan mentoring adalah langkah jangka pendek dalam memberikan

kompetensi yang memadai bagi auditor internal. Untuk jangka panjang,

perencanaan jenjang karir serta pengembangan ilmu profesional juga perlu

dipertimbangkan untuk lebih meningkatkan kompetensi suatu pegawai

Page 7: Managing Internal Audit Function DIV

6

4.8 Scheduling

Penyusunan jadwal serta pengalokasian tenaga yang tepat menjadi salah

satu faktor kunci tercapainya tujuan audit. Pembentukan tim yang memiliki

kompetensi yang memadai berdasarkan keahlian masing - masing dapat

menunjang pelaksanaan audit. Penentuan waktu untuk melakukan audit juga

dapat menjadi faktor krusial dalam melaksanakan audit.

4.9 Financial Budget

Penentuan anggaran untuk melaksanakan audit sebelumnya telah dibahas

dan disetujui oleh senior manajemen dan direksi yang terangkum dalam

internal audit plan.

5. Policies and Procedures

Dalam IIA Standard 2040 dinyatakan “the chief audit executive must establish

policies and procedures to guide the internal audit activity”. CAE dapat membuat

suatu kebijakan khusus jika diperlukan untuk menunjang pelaksanaan audit internal.

Contoh dari kebijakan tersebut misalnya adanya kebijakan untuk menghilangkan

administrasi formal yang dibutuhkan jika ingin melaksanakan audit dalam skala kecil,

misalnya untuk satu jenis transaksi saja. Karena tidak dibutuhkan penelaahan

mendalam atas kegiatan audit tersebut.

6. Coordinating Assurance Efforts

Menurut IIA Standard 2050, dinyatakan “the chief audit executive should share

information and coordinate activities with ither internal and external proivders of

assurance and consulting services to ensure proper coverage and minimize

duplication efforts. Beberapa perusahaan menggunakan lebih dari satu elemen audit,

bahkan terkadang menggunakan tenaga auditor eksternal untuk memberikan

keyakinan tambahan. Untuk mencegah duplikasi dan pemborosan sumberdaya, maka

diperlukan koordinasi dari setiap elemen pemberi keyakinan, baik dari internal

maupun eksternal.

Salah satu jenis teknik mitigasi bertingkat yang sering digunakan adalah three line of

defense model. Model ini membagi tiga tingkat pemberian keyakinan dalam

perusahaan. Tingkat pertama adalah pengendalian yang dilakukan oleh pihak

manajemen. Tingkat kedua adalah berbagai elemen yang bekerja sama untuk

melakukan mitigasi risiko yang muncul dalam perusahaan. Tingkat ketiga adalah

adanya pelaksanaan internal audit oleh internal auditor. Ketiga lapisan ini harus

berkoordinasi sehingga dapat melakukan proses mitigasi risiko yang efisien dan

efektif.

Selain dari tiga lapis mitigasi tersebut, perusahaan juga dapat melakukan mitigasi

tambahan dengan menggunakan tenaga auditor dari luar. Dengan demikian akan

Page 8: Managing Internal Audit Function DIV

7

memberikan lapisan tambahan dalam memberikan assurance dan konsultasi. Dengan

adanya lapisan tambahan ini, tentu saja koordinasi juga semakin meluas. Koordinasi

yang efektif dengan pihak internal dan eksternal perlu dilakukan oleh internal audit

untuk menyusun sebuah audit plan yang efektif.

7. Reporting to the Board and Senior Management

Dalam IIA Standard 2060, dinyatakan bahwa CAE memiliki kewajiban untuk

melaporkan hasil auditnya secara berkala terkait pelaksanaan audit berdasarkan

audit plan yang ada. Hal ini dilakuikan oleh CAE dengan senior manajemen dan

direksi secara berkala dalam rapat yang telah dijadwalkan sebelumnya.

Dalam rapat ini, CAE memberikan laporan terkait:

- Monitoring unit bisnis dan monitorin risiko

- Kegiatan auditor eksternal

- Kegiatan finansial kunci

- Manajemen risiko

- Pelaksanaan kepatuhan

Dalam rapat ini juga dibahas terkait pelaksanaan monitoring, pelaksanaan bisnis,

serta langkah yang sebaiknya diambil dimasa depan untuk melakukan preventif

terhadap risiko yang mungkin muncul.

Penyesuaian langkah yang akan diambil, serta revisi terhadap audit plan juga dapat

dibahas dalam rapat yang dilakukan secara berkala ini. Hal ini perlu dilakukan untuk

menyesuaikan dengan keadaan dinamis yang terus berubah yang ada di perusahaan.

Page 9: Managing Internal Audit Function DIV

8

C. TINJAUAN PENGELOLAAN FUNGSI AUDIT INTERNAL PT ANGKASA PURA II

(Persero)

1. Gambaran Organisasi

PT Angkasa Pura II (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara di

Lingkungan Kementerian Perhubungan yang bergerak dalam bidang usaha

pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara di wilayah

Indonesia Barat. Sesuai dengan Surat Keputusan Nomor: KEP.01.01/11/2012.2

Tentang Perubahan Struktur Direksi, Pengalihan Tugas Anggota-Anggota Direksi, dan

Pengangkatan Anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Angkasa Pura II

tanggal 28 November 2012, maka struktur organisasi PT Angkasa Pura II (Persero)

adalah sebagaimana bagan pada Lampiran 1.

2. Gambaran Organisasi Satuan Pengawas Internal

Angkasa Pura II telah memiliki Fungsi Audit Internal yang dijalankan oleh Satuan

Pengawas Internal. Satuan Pengawas Internal dipimpin oleh seorang Kepala Satuan

Pengawas Internal yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama atas

persetujuan Dewan Komisaris.

Didalam melaksanakan fungsinya, Satuan Pengawas Internal selalu diposisikan

sebagai mitra stratejik bagi manajemen yang dipercaya, profesional, obyektif, dan

independen yang dapat memberikan nilai tambah bagi pencapaian tujuan Angkasa

Pura II dengan meningkatkan efektifitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses

tata kelola perusahaan yang baik.

Dari struktur organisasi sebagaimana dijelaskan dalam Lampiran 1, SPI merupakan

organ perusahaan diluar Dewan Direktur yang bertanggung jawab secara

administratif terhadap Direktur Utama. Disamping itu, SPI juga bertanggung jawab

secara fungsional terhadap Dewan Komisaris melalui pengawasan Komite Audit dan

Komite Manajemen Risiko. Struktur organisasi SPI sesuai dengan Surat Keputusan

Nomor: KEP.01.01/11/2012.2 dijelaskan dalam Gambar 1 dibawah ini.

Struktur organisasi SPI PT Angkasa Pura II (Persero) disesuaikan dengan bidang

kerja Direktur yang ada, ditambah dengan bidang khusus pelaksanaan proyek dan

bidang konsultasi dan pembinaan.

Per 31 Desember 2013, Unit SPI didukung oleh 29 (dua puluh sembilan) personil

dengan kualitas dan kompetensi sesuai yang dipersyaratkan dalam uraian tugasnya

dengan komposisi sebagaimana Tabel 1.

Page 10: Managing Internal Audit Function DIV

9

Gambar 1. Struktur Organisasi SPI

Tabel 1. Jumlah Personil SPINo. Jabatan Jumlah1. Kepala SPI 12. Deputi Pengawas 53. Pengawas Senior 164. Pengawas Junior 45. Staff Khusus KSPI 16. Sekretariat 2

Jumlah 29

Angkasa Pura II telah mewajibkan semua auditor internal untuk mengikuti berbagai

pelatihan professional dalam rangka sertifikasi guna memenuhi standar yang

dibutuhkan perusahaan. Kepala SPI, Deputi Pengawas dan para pengawas telah

mendapatkan pelatihan di bidang manajerial dan profesi yang memadai untuk dapat

mengelola Unit Kerja SPI dengan baik sebagai berikut:

Tabel 2. Sertifikasi Personil SPINo. Jabatan Jumlah Sertifikat

1 Deputi Pengawas Bidang Proyek 1 Sertifikasi PIA

2 Deputi Pengawas Bidang Komersial 1 Sertifikasi PIA

3 Deputi Pengawas Bidang Konsultasi & Pembinaan 1 Sertifikasi PIA

4 Pengawas Senior 4 Sertifikasi PIA

Kepala Satuan

Pengawas Internal

Deputi Pengawas Bidang

Teknik & Operasi

Deputi Pengawas Bidang

Keuangan & PKBL

Deputi Pengawas Bidang

Proyek

Deputi Pengawas Bidang

Komersial

Deputi Pengawas Bidang SDM

& Umum

Deputi Pengawas Bidang

Konsultasi & Pembinaan

Page 11: Managing Internal Audit Function DIV

10

3. Tugas dan Tanggung Jawab Satuan Pengawas Internal

Unit SPI Angkasa Pura II merupakan aparat pengawas (auditor) internal Perusahaan

yang dipimpin oleh seorang kepala dan bertanggung jawab langsung kepada

Direktur Utama.

SPI memiliki tugas dan tanggung jawab untuk:

a. Membantu Direksi dalam memenuhi tanggungjawab pengelolaan perusahaan,

dengan cara audit atas ketaatan, operasional, dan kinerja seluruh kegiatan unit

kerja perusahaan serta memberikan saran-saran perbaikan mengarah pada

pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan pada masing-masing unit

kerja dan perusahaan.

b. Membantu Direksi dalam upaya meningkatkan terwujudnya good corporate

governance, mendorong efektivitas sistem pengendalian internal perusahaan,

peningkatan pengelolaan risiko dan kinerja perusahaan serta penerapan etika

bisnis.

c. Membantu Direksi untuk memberikan perhatian atas terjadinya perubahan

lingkungan industri, risiko bisnis yang mungkin timbul, peluang upaya

peningkatan efisiensi dan efektivitas dan hal-hal lain yang mempengaruhi kinerja

perusahaan.

d. Mendorong unit-unit kerja di lingkungan Angkasa Pura II dalam meningkatkan

efektivitas sistem pengendalian internal dan pencapaian target kinerja unit kerja

dalam rangka mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran Perusahaan.

e. Memberikan penilaian tentang kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian

internal perusahaan dan pengelolaan risiko atas kegiatan perusahaan.

f. Melaporkan hal-hal yang penting yang berkaitan dengan kelemahan dan peluang

perbaikan proses pengendalian keuangan dan operasional kegiatan perusahaan.

g. Mengidentifikasikan kegiatan-kegiatan yang akan diaudit, mengevaluasi serta

menilai tingkat risiko kegiatankegiatan tersebut dalam kaitannya dengan

perencanaan audit.

h. Memberikan laporan berkala atas hasil-hasil pelaksanaan audit triwulanan,

semester, current audit, post audit, dan audit lanjutan (audit khusus) serta

kecukupan sumberdaya audit.

i. Memberikan rekomendasi perbaikan atas proses bisnis dan pengendalian internal

perusahaan.

j. Memantau pelaksanaan dan ketepatan pelaksanaan tindak lanjut atas laporan

hasil audit (LHA).

Ruang lingkup tugas SPI meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Mereviu dan menilai untuk memastikan bahwa sistem pengendalian internal

perusahaan telah memadai, serta berfungsi secara efektif dalam mencapai

tujuan dan sasaran Perusahaan secara efisien dan ekonomis dan menjamin

kehandalan informasi keuangan dan informasi operasional perusahaan

Page 12: Managing Internal Audit Function DIV

11

sertamenjaga dan melindungi aset perusahaan.

b. Melaksanakan audit operasional dan ketaaan atas kegiatan manajemen yang

bertujuan untuk menilai efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan, kehandalan

informasi dan pelaporan perusahaan, ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan serta pengamanan aset perusahaan.

c. Melaksanakan audit lanjutan (audit khusus) terhadap kasus yang memiliki

indikasi terjadinya kecurangan (fraud).

d. Melaksanakan audit kinerja atas perencanaan dan program kerja masing-masing

unit kerja dan penilaian kesesuaiannya dengan tujuan perusahaan serta

penilaian terhadap manajemen risiko.

e. Melaksanakan penugasan khusus/tambahan yang relevan dengan ruang lingkup

tugas SPI.

Peran Satuan Pengawas Internal (SPI) dalam mewujudkan GCG adalah sebagai

pengawas independen yang melakukan audit, evaluasi dan menilai operasional dan

aktivitas perusahaan, dan sebagai katalisator dan konsultan dalam hal-hal tertentu

bagi Direksi dan manajemen yang berkaitan dengan praktik manajemen risiko,

sistem pengendalian internal dan praktik GCG serta dalam upaya meningkatkan

kinerja dan nilai perusahaan secara berkelanjutan.

4. Program Kerja Audit Tahunan (PKAT)

PT Angkasa Pura II (Persero) memiliki Program Kerja Audit Tahunan (PKAT) yang

memfokuskan pengawasan pada Kantor Pusat dan seluruh Kantor Cabang/Bandara.

Program Kerja tersebut meliputi antara lain audit operasional/kinerja bandara,

kegiatan reviu pengadaan barang dan jasa atas proyek pengembangan bandara,

kegiatan pemeriksaan khusus/audit investigasi dan kegiatan konsultasi & pembinaan.

Pada tahun 2013, PKAT yang direalisasikan adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Realisasi PKAT Tahun 2013

No. Jenis PemeriksaanJumlah Obyek

Pemeriksaan

Jumlah

Temuan/Kasus/Konsultasi

Jumlah

Rekomendasi

1.Audit Operasional/Kinerja

Bandara13 163 390

2.

Reviu Pengadaan Barang

dan Jasa atas Proyek

Pengembangan Bandara

5 36 56

3.Pemeriksaan Khusus/Audit

Investigasi6 13 -

4. Konsultasi & Pembinaan - 6 -

Page 13: Managing Internal Audit Function DIV

12

Sesuai ketentuan Pedoman Kerja Satuan Pengawas Internal mengenai Standar

Implementasi tentang Pemantauan Tindak Lanjut, salah satu tugas dari Kepala SPI

adalah menyusun dan memelihara sistem untuk memantau tindak lanjut hasil

penugasan yang telah disampaikan kepada manajemen.

Monitoring tindak lanjut temuan auditor adalah rangkaian kegiatan yang

dilaksanakan secara sistematis oleh SPI untuk menentukan bahwa obyek audit

(auditee) telah melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan, baik yang berasal dari

auditor internal maupun auditor eksternal, dalam tenggang waktu yang telah

disepakati sebelumnya.

Monitoring tindak lanjut bertujuan untuk menilai secara obyektif sejauh mana

pelaksanaan rekomendasi temuan dilaksanakan dan mengecek kebenaran data baik

tertulis maupun fisik di lapangan atas laporan tinjuan yang pernah disampaikan

auditee.

Dari Rekapitulasi monitoring tindak lanjut Audit Operasional tahun 2013 menunjukan

bahwa sebanyak 293 atau 98,16% rekomendasi dari 390 rekomendasi, dapat

dilaksanakan. Dari Rekapitulasi Monitoring Tindak Lanjut Audit Eksternal menunjukan

bahwa sebanyak 85 atau 83,96% rekomendasi dari 139 rekomendasi telah

dilaksanakan. Sedangkan dari Rekapitulasi Monitoring Tindak Lanjut Reviu Proyek

tahun 2013 menunjukan bahwa baru 15 atau 28,05% rekomendasi dari 56

rekomendasi yang dapat dilaksanakan.

5. Pengembangan Kompetensi SPI

Angkasa Pura II senantiasa melakukan program peningkatan kompetensi personil

Satuan Pengawas Internal dengan melakukan program pengembangan kompetensi

auditor secara sistematis dan berjenjang.

Secara umum kebijakan pengembangan kompetensi ditempuh dengan 2 cara, yaitu

pengembangan kompetensi pada lembaga eksternal dan pengembangan kompetensi

secara internal. Sebagai contoh, selama tahun 2013, personil SPI telah mengikuti

pelatihan audit sebagaimana dijelaskan Lampiran 2.

D. SIMPULAN

Satuan Pengawas Internal merupakan bagian dari Sistem Pengendalian Internal

Angkasa Pura II yang dibentuk untuk membantu Direktur Utama dalam memenuhi

kewajibannya kepada Pemegang Saham yang bertanggung jawab didalam

melaksanakan Satuan Pengawas Internal di Perusahaan. Satuan Pengawas Internal

melakukan upaya peningkatan pengendalian internal (internal control) dalam

berbagai kegiatan operasional perusahaan. Pengendalian internal di lingkungan

Angkasa Pura II senantiasa dievaluasi agar mampu mengikuti perkembangan usaha

perusahaan.

.

Page 14: Managing Internal Audit Function DIV

13

Referensi

- Institute of Internal Auditors Austin Chapter. 2011. Improving Organizational Governance, Through Implementing Internal Audit Standard 2110. Texas: The IIA

Research Foundation;

- PT Angkasa Pura II (Persero). 2013. Annual Report PT Angkasa Pura II 2013.

Page 15: Managing Internal Audit Function DIV

Lampiran I

Deputi Dir. Manajemen Keselamatan

Deputi Dir. Tata Lingkungan

Bandara

Deputi Dir. Bisnis Terminal

& Sisi Darat

Deputi Dir. Bisnis Kargo

Deputi Dir. Manajemen

Asat & Perlengkapan

Deputi Dir. Pengembangan

SDM

STRUKTUR ORGANISASI PT ANGKASA PURA II (Persero)

Deputi Dir. Pelayanan Bandara

Deputi Dir. Pengamanan

& PKP-PK

Deputi Dir. Teknologi

Kebandarudaraan

Deputi Dir. Pembinaan

Anak Perusahaan

Deputi Dir. Perbendaharaan

Deputi Dir. PKBKL

Deputi Dir. Pelayanan

Administrasi & Umum

Kantor CabangUnit Pengelola Proyek

Biro Teknologi Informasi & Kominikasi

Biro Pelelangan

Biro Pemasaran

Deputi Dir. Pelayanan

Penerbangan

Deputi Dir. Prasarana

Deputi Dir. Bisnis

Penerbangan

Deputi Dir. Pengembangan

UsahaDeputi Dir. Anggaran & Akuntansi

Deputi Dir. Pendidikan &

Pelatihan

Biro Manajemen Risiko & Kepatuhan

Komite Audit

Komite Manajemen Risiko

Satuan Pengawas Internal

Sekretaris Perusahaan

Biro Perencanaan Strategis &

Manajemen Kinerja Perusahaan

Biro Hukum

RUPS

Dewan Komisaris

Direktur Utama

Dir. Komersial Kebandarudaraan

Dir. Pengembangan Kebandarudaraan &

Teknologi

Dir. KeuanganDir. Kargo & Pengembangan

Usaha

Dir. SDM & Umum

Dir. Operasi & Kebandarudaraan

Sekretaris Dewan Komisaris

Page 16: Managing Internal Audit Function DIV

Lampiran II

Pelatihan Peserta (orang) Penyelenggara Tempat

I. DIKLAT BERJENJANG AUDITOR1 Audit Operasional 2 PPA&K Cipanas2 Komunikasi & Psikologi Audit 2 PPA&K Cipanas3 Pengelolaan Tugas-Tugas Audit 1 PPA&K Cipanas4 Seminar & Pengukuhan PIA 3 PPA&K Yogyakarta5 Audit Intern Tk. Dasar I 13 YPIA JakartaII. SEMINAR AUDITOR1 Seminar Nasional Internal Audit 3 YPIA Makassar

2 IIA Malaysia National Conference & On-Site Learning 2013 2 YPIA Malaysia

3 ECIIA Conference 2013 Vienna 1 YPIA Austria4 ACIIA Conference 2013 1 YPIA Taiwan5 Seminar Penyusunan SOP Transaksi Bisnis 1 PSI&K Batam6 Seminar AAI 2013 6 AAI Jakarta7 Seminar & Munas XII FKSPI 2 FKSPI Medan

8 Sarasehan Menjauhi Korupsi 1 Media Kerja BUMN Bandung

III. WORKSHOP

1 Meningkatkan Efektivitas Auditor Internal sebagai Konsultan 3 YPIA Batam

2 Impelemtasi IT Governance BUMN 2 Transforma Bandung

3 Workshop Assesment GCG 1 Media Kerja BUMN Bandung

IV. DIKLAT MANAJERIAL1 Workshop Gratifikasi 1 Unit Diklat AP II Bandung2 Certified Professional Human Resources 1 Unit Diklat AP II Serpong3 Diklat Manajemen Bandara/JERDYA 4 Unit Diklat AP II Jakarta4 Diklat Manajemen Bandara/JERDA 3 Unit Diklat AP II Jakarta

5 Pelatihan Sertifikasi Manajemen Risiko Profesional 6 Unit Diklat AP II Jakarta

6 Workshop Program Management Office 1 Unit Diklat AP II Bandung

7 Overseas Training Incheon Airport Aviation Academy 1 Unit Diklat AP II Korea

Selatan