Manado Post Minggu 15 Juli

21

description

Vicky: Sulit Urai Kemacetan

Transcript of Manado Post Minggu 15 Juli

Page 1: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 2: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 3: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 4: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 5: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 6: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 7: Manado Post Minggu 15 Juli

WISDOM

Di Dalam rumah Orangtua, di Luar Teman

INI kata mutiara yang mengandung pesan moral dan pendidikan budi pekerti yang sangat positif. Ajaran seperti ini, banyak saya dapatkan dari orangtua saya maupun pelajaran di bangku sekolah dasar, lebih dari 40 tahun yang lalu. Sayarasa, sampai hari inipun, ajaran

moral tersebut masih relevan untuk dipraktikkan di dalam kehidupan kita.

Zai jia kao fu mu (di dalam rumah, kita mengandalkan orangtua)! Kata-kata ini mengisyaratkan, bahwa sejak bayi sampai tumbuh menjadi dewasa, saat di rumah, kita mengandalkan kedua orangtua. Karena merekalah yang mencari nafkah, menghidupi, mencintai,menyekolahkan, mendidik dan mengasihi kita tanpa pamrih. Sepantasnya kita patuh dan hormat kepada mereka. Dengan pendidikan budi pekerti seperti itu, kita tumbuh menjadi anak yang bermoral dan setelah dewasa muncul keikhlasan untuk membalas budi dan membahagiakan orangtua. Zai wai kao peng you (di luar rumah, kita mengandalkan teman)! Kata-kata “mengandalkan” teman, bukan berart teman adalah tempat kita untuk bergantung apalagi sampai memberdayakan teman demi kepentingan diri sendiri. Akan tetapi, teman bisa diandalkan dalam hubungan saling terkait secara positif .

Karakteristik kepribadian yang harus kita miliki dalam membina hubungan dengan teman, antara lain: kejujuran, sikap solidaritas, siap membantu, ramah, toleransi, dan yang terpenting adalah memiliki pribadi yang bisa dipercaya. Bila kita punya sikap bergaul yang simpatik dan mampu memelihara kepercayaan, maka kita akan diterima di setiap lingkungan pergaulan dengan baik. Melalui teman-teman inilah, timbul guanxi atau koneksi. Koneksi yang dilandasi oleh kepercayaan, akan melahirkan kesetiakawanan, memunculkan banyak peluang, kesempatan.. dan akhirnya akan membawa kita pada kehidupan yang lebih baik, lebih sukses, lebih berarti.(awc)

Andrie Wongso

Total dan Detil KuncinyaHarya M Hidayat, Konstruktor Jalan Tol

Di usia terbilang muda, Harya M Hidayat, Direktur Utama PT Bakrie Toll Road mampu mengukir sejarah. Ia adalah tokoh di balik

keberhasilan pembangunan ruas jalan tol Kanci-Pejagan di Jawa Timur. Pria kelahiran 37 tahun silam sukses bebaskan lahan hanya dalam

waktu 11 bulan tanpa konsinyasi maupun litigasi dari pemilik tanah.

Editor: Idham Malewa

“INI adalah tantangan saya dalam mewujudkan jalan tol tersebut. Saya tidak segan turun ke lapangan untuk mengecek pengerjaan jalan tol terse-but sehingga saya bisa tahu dengan detil apa saja yang terjadi di lapa-ngan,” katanya. Sebenarnya Harya mengaku berbisnis di jalan tol ini

sesuai dengan pilihan karirnya untuk masuk ke dunia bisnis. Awalnya ia memulai bisnis di tahun1998. Sete-lah menamatkan studi masternya di University of Baltimore, Maryland, Amerika Serikat (AS), Harya bekerja di salah satu perusahaan telekomu-nikasi terbesar di AS saat itu, MCI

Worldcom. “Setelah itu saya melanjut-

kan karier profesional saya di

Merrill Lynch Singapura seba-gai investment banker. Setelah beberapa tahun di Singapura, saya kembali ke Jakarta tahun 2001 untuk bekerja di salah satu perusahaan jasa keuangan AAJ Consulting. Saat itu, AAJ Consulting banyak melakukan kegiatan financial restructuring yang berkaitan dengan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN-red),” papar Harya.

Setahun berkarya di AAJ Consulting, ayah dua anak itu melanjutkan perjalanan kariern-ya dengan bergabung ke Kelom-

pok Usaha Bakrie (KUB). Mela-lui perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, Capital Managers Asia, Harya dipercaya sebagai vice president of corpo-rate finance. “Di sini, saya juga banyak mengasah kemampuan teknis keuangan, manajerial, leadership, dan entrepreneur-ship,” imbuhnya.

Di KUB inilah karirnya mulai melesat. Ia pun dipercaya untuk bertugas di perusahaan tambang milik Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk. Selama tiga tahun bekerja di perusa-haan tambang membuat Harya semakin banyak mengetahui mengenai aksi korporasi dan fund raising, hingga akhirnya ia ditarik ke PT Bakrie Telecom Tbk.

Lompatan karier terbesar Harya terjadi setahun kemudian. Pada 2007, KUB mencanangkan bisnis infrastruktur, khususnya jalan tol, akan menjadi salah satu bisnis intinya. Di bawah PT Bakrieland Tbk, raksasa bisnis Indonesia itu mendirikan PT Bakrie Toll Road, dan menun-juk penyandang gelar master of business administration (MBA) itu sebagai pemimpin perusa-haan.

Memulai perjalanan kari-ernya di BTR sejak awal diban-gun, Harya mengaku beruntung lantaran kembali mendapat kesempatan belajar serta menga-sah kemampuan leadership-nya ke level yang lebih tinggi dan mencakup hampir semua aspek berbisnis.

“Kesempatan ini sangat ber-guna bagi karier profesional, dan

terlebih bagi diri saya sendiri. Karena melalui proses pembela-jaran ini, saya benar-benar bisa merasakan bahwa setiap kepu-tusan yang saya ambil bisa ber-dampak positif maupun negatif bagi banyak orang. Sehingga saya berlajar untuk mengambil keputusan dengan sungguh-sungguh,” ungkap Harya.

Selepas sukses membesut tol Kanci-Pejagan kini ia meng-incar pengembangan empat ruas tol baru di Pulau Jawa, yakni ruas Pejagan-Pemalang seksi 1 dan seksi 2, ruas Ciawi-Sukabumi seksi 1, dan ruas Batang-Semarang seksi 5. Harya pun optimistis bisa menjadikan BTR perusahaan kuat dan solid di masa mendatang.

Kini di tengah kesibukannya itu, Harya masih menyempatkan diri untuk rutin berolah raga. Adapun olahraga favoritnya adalah tenis lapangan dan golf. Konon kesukaannya pada olah-raga tersebut adalah warisan dari keluarga besar sang ayah.

“Sejak kecil, saya menekuni tenis lapangan, dan sekarang mulai menurunkan kegemaran olah raga tenis ini kepada anak-anak saya,” kata suami Andini Djody Hidayat itu.

Tak hanya menggilai olah raga tenis lapangan, Harya tern-yata juga gemar bermain golf. Hobi olah raga mahalnya itu muncul saat ia menjalani masa perkuliahan selama tujuh tahun di Amerika Serikat. “Salah satu alasan yang menarik saya untuk bermain golf adalah banyaknya instruktur golf bagus di sana ,” ujarnya.(asm/cec)

Harya M Hidayat

1 5 J U L I 2 0 1 2 7

Page 8: Manado Post Minggu 15 Juli

8Didiet Prayudha

1 5 J U L I 2 0 1 2

Cerita Anak

Redaktur Senior: Leonardo Axel Galatang. Ass Koordinator Liputan: Bahtin Razak, Stenly Kowaas. Redaktur: Hetty JC Tuerah, Martha Pasla, Peggy Sampouw, Cesylia Saroinsong, Budi Siswanto. Staf Redaksi: Veronica Sondang, Charencia Repie. Fotografer: Lukman Polimengo. Biro-Biro: Irvan Sembeng (Jakarta), Benyamin Allo (Minahasa), Filip Kapantow (Tomohon), Firmansyah Toboleu (Kotamobagu), Fabian Ilat (Bolaang Mongondow), (Bolaang Mongondow Timur), Idham Malewa (Bolaang Mongondow Selatan), Chanly Mumu (Bitung), Angel Rumeen (Sangihe), Jemmy Gahansa (Talaud), Jemmy Gahansa (Sitaro), Tommy Waworundeng (Minahasa Selatan), Risky Pogaga (Minahasa Utara), Jackly Makarawung (Bolaang Mongondow Utara), Cesylia Saroinsong (Minahasa Tenggara), Miedy Pakasi (USA, California). Operator JPNN (Jawa Pos News Network): Iswan Buka. Copy Editor: Tenny Assa, Information Technology (IT): Jonly Tumiwang. Sekretaris Redaksi: Suwarni Rahim. Pracetak/Quality Control: Rusman Linggama (Koordinator), Vanny Kawulusan, Budi Santoso, Dedi Ahmad, Adrian Kasenda, Maxi Mangimbulude, Usamah Tamau, Alfian Tinangon, Amos Tempone, Emmanuel Budi, Marchel Hormati.

Ombudsman Manado Post Grup: Max Rembang (Ketua), Ais Kai, Hinca IP Pandjaitan

Manajer Sirkulasi: Eddy Marzuki. Manajer Iklan : Dayke Rarobong. Manajer Keuangan : Marlin Tamauka, SE Ak, Corporate Secretary: Suhartina Mamangkey. Pemasaran Koran: Jalaludin Rauf, Muchlis Labagow, Syahri Yusuf, Arifin Dude, Jemmy Howan, Suryadi, Sutami Hassan, Suratno, Djufry Tangguda, Olviane Oroh, Eko Hardjo, Rudy Risdianto, Ali M Adampe,Sarah Pangemanan. Staf Iklan: Rani Afandi, Rizaldy Bason, Harmiadi Asnawi, Bonny Djou, Agus Bungkaes, Chandra Limbo, Denny Nangin, Frederiek Gimon, Maurent Winerungan, Sitty Hadji, Kiki Assa, Paulus Marinu, Muh.Djabba. Desain Iklan: Melky Umboh (Koordinator), Dany Kumajas, Andi Pombaile, Bachtiar Paharudin, Tom Sondakh, Alfian Tumuahi, Fred Makal. Iklan Jakarta: Joppy Dumanaw (Kepala), Puspita Sari, Lenda Sondakh, Amelia Beatrix, Ali Firdaus.Umum/Keuangan: Lucy Harun, Flankry Tendean, Alfiane Lumantow, Philips Yohanes, Helda Ibrahim.

Redaksi menerima tulisan karya asli, terjemahan atau saduran (dengan sumber asli bagi karya terjemahan dan saduran). Panjang tulisan antara tiga sampai tujuh halaman, diketik spasi rangkap, sertakan identitas diri. Redaksi berhak menyunting selagi tidak mengubah maksud tulisan.

Wartawan Manado Post dilarang menerima uang maupun

barang dari sumber berita. Wartawan Manado Post dibekali dengan kartu pers

ketika menjalankan tugas. Jika ada kejanggalan, baik tentang identitas wartawan mau-

pun tentang tindakan wartawan dapat menghubungi redaksi Manado Post.

Alamat Perwakilan: Graha Pena Jakarta Lt. 6 Jl. Raya Kebayoran Lama 12 Jaksel, Telp. (021) 536 99509, Fax. (021) 532 8487 Graha Pena Jawa Pos Jl. A. Yani 88 (Surabaya) Telp. (031) 82833333, Fax. (031) 828 5555Harga Langganan: Rp. 90.000/bulan. (Luar kota tambah ongkos kirim) Tarif Iklan; Rp 37.500/mm kolom (BW/Hitam-Putih) Rp 50.000/mmk (berwarna) Jitu: Rp60.000,-(max empat baris)1x muat

Perintis : Eric Samola SH Pembina : Dahlan Iskan Komisaris Utama : Ny Dorothea Samola-Luntungan Wakil Komisaris Utama : Imawan Mashuri Komisaris : Zainal Muttaqin Alwi Hamu Benny Raintama Direktur Utama : Suhendro Boroma Direktur Keuangan : Urief Hassan Wakil Direktur Produksi : Marlon SumarawWakil Direktur Marketing : Dayke Rarobong

Alamat: Manado Post Center Manado Town Square Blok B no 14/15 Manado. Telp. (0431) 855-558, 855-559, Fax. (0431) 860-398. Homepage: http://www.mdopost.com, e-mail: [email protected].

Percetakan: Jalan Pomorow Manado. Telp. (0431) 852-004

Pemimpin Redaksi : Marlon Sumaraw Redaktur Pelaksana : Tommy Waworundeng Koordinator Liputan : Djaya Dixie Tasiam Idham Malewa Dewan Redaksi : Marlon Sumaraw Tommy Waworundeng Djaya Dixie Tasiam Idham Malewa Rusman Linggama

Manado Post Penerbit : PT. Wenangcemerlang Press, SIUPP: NO. 216/SK/Menpen/SIUPP/A.6/1986

Artikel di semua rubrik berkode ‘bintang”(*) adalah pariwara

Menggambar dan Mewarnai

Hantu Berwajah Putih?HUJAN baru saja berhenti

turun. Udara malam terasa dingin menusuk tulang. Untuk kesekian kalinya Shasa melihat ke arah jalan di muka rumah. Mama belum juga pulang. Setengah jam yang lalu mama menelepon. Ia masih terjebak macet di jalan. Di musim hujan seperti sekarang ini, di mana-mana memang sering terjadi macet.

Telepon rumah berbunyi. Dilihatnya Tante Ria yang menemaninya d i rumah bergegas mengangkat gagang telepon. Shasa kembali melihat keluar. Duhhh, kapan sih mama pulang? “Sabar Sha, nanti juga mama pulang,” hibur Tante Ria yang sudah menyelesaikan percakapannya di telepon. “Tadi itu telepon dari mama ya?” tanya Shasa sambil memalingkan pandangannya.

“Bukan. Tadi itu telepon dari Om Iwan. Katanya dia gak bisa menelepon ke rumahnya. Jadi dia minta tolong kita ke rumahnya dan memberitahu istrinya. Siapa tahu letak gagang telepon di rumah mereka tidak pas,” kata Tante Ria.

S h a s a m e l o n g o k k a n kepalanya. Rumah Om Iwan letaknya berhadapan dengan rumah Shasa. Dilihatnya pintu

rumah Om Iwan tertutup. “Mungkin Tante Puspa sedang pergi. Tuhh, pintunya tertutup,” kata Shasa mengemukakan pikirannya. Tante Puspa itu nama istri Om Iwan. “Tapi itu mobilnya ada,” bantah Tante Ria. “Siapa tahu perginya gak naik mobil. Lagian kok Om Iwan gak nelepon ke handphone Tante Puspa?” tanya Shasa.

“Tadi juga Tante Ria sudah bertanya seperti itu tapi kata Om Iwan handphone Tante Puspa sedang diperbaiki,” jelas Tante Ria. “Bagaimana kalau Shasa pergi ke rumah Om Iwan, ngecek apakah Tante Puspa ada di rumah sekaligus menyampaikan pesan Om Iwan?” tanya Shasa.

S h a s a t a m p a k r a g u -ragu mendengar permintaan tantenya itu. “Shasa takut ah,” kata Shasa. “Loh, takut apa?” tanya Tante Ria. “Ng, rumah di sebelah rumah Om Iwan kan kosong,” kata Shasa setengah berbisik.

“Loh, memangnya kalau ada rumah kosong kenapa?” Tante Ria tampak bingung.

“Ng , g in i l oh t an te . Katanya kalau rumah kosong itu suka ada hantunya. Nanti kalau hantunya muncul di tembok pembatas rumah Om

Iwan bagaimana?” suara Shasa terdengar semakin lirih.

Sesaat Tante Ria hanya bisa bingung. “Aduh Sha, yang seperti itu kan hanya ada di film atau sinetron!” serunya geli. Ragu-ragu Shasa melihat ke arah rumah Om Iwan kemudian ke rumah di sebelahnya yang tampak gelap. “Gini deh, Tante Ria tungguin di pintu pagar,” kata Tante Ria lagi. “Ayo dong Sha, itu kan sama saja berbuat kebaikan.” Tante Ria memanas-manasi Shasa yang belum juga bergerak.

“Iya deh,” kata Shasa bangki t da r i duduknya . Ditunggui Tante Ria yang berdiri di pintu pagar, Shasa menyeberang jalan menuju rumah Om Iwan. Shasa mendorong p in tu pagar rumah Om Iwan. Eh, ternyata tidak terkunci. Berarti Tante Puspa ada di rumah. “Masa’ meninggalkan rumah tanpa mengunci pintu pagar?” pikir Shasa dalam benaknya.

“Assalamu’alaikum,” sapa Shasa mengucapkan salam sambil mengetuk pintu rumah Om Iwan. Tidak terdengar jawaban. Sekali lagi Shasa mengulangi salamnya dan kembali mengetuk pintu. Duh, ke mana sih Tante Puspa? Shasa melihat ke arah rumah kosong

di sebelah rumah Om Iwan. Tembok yang memisahkan kedua halaman rumah tidaklah tinggi. Shasa bisa melihat ranting-ranting pohon yang ada di halaman rumah itu bergoyang-goyang dihembus angin malam. Tiba-tiba Shasa teringat apa yang ditakutkannya tadi. Hantu itu menampakkan wujudnya di tembok pembatas rumah. Hih….

Baru saja Shasa akan mengetuk pintu lagi ketika daun pintu di hadapannya perlahan terbuka. Shasa baru akan membuka mulutnya ketika dilihatnya seraut wajah berwarna putih muncul. Tanpa menunggu lebih lama lagi ia membalikkan badannya dan berlari meninggalkan rumah Om Iwan. Tak dipedulikannya Tan te Ria yang ber la r i menyongsongnya. Shasa baru berhenti setelah sampai di teras rumahnya. Dengan nafas tersengal-sengal ia buru-buru masuk ke dalam rumah. Dari balik jendela dilihatnya Tante Ria masuk ke dalam rumah Om Iwan dan berbicara dengan ‘hantu berwajah putih’ itu di teras rumah. Waduuuhh… Tante Ria kok berani sekali ya?

Tak lama kemudian Tante Ria sudah kembali. Tak ada tanda-tanda ketakutan di wajahnya. Yang ada malah

senyuman. “Hayooo, kenapa tadi Shasa lari?” tanya Tante Ria. “Itu siapa sih?” Shasa balik bertanya. Nafasnya sudah tak lagi tersengal-sengal. “Wajahnya kok putih gitu?” tanyanya. “Aduh Sha, itu kan Tante Puspa,” kata Tante Ria menjawab sambil susah payah menahan tawa. “Tante Puspa

itu sedang memakai masker bengkoang di wajahnya. Makanya wajahnya jadi putih,” cerita Tante Ria.

Shasa terbengong-bengong mendengar penjelasan Tante Ria. “Lagian Tante Puspa pake masker bengkoang segala sih. Shasa kirain itu hantu,” kata Shasa lirih. Tante Ria tertawa

mendengarnya. “Nih, Sha, tadi Tante Puspa menitipkan coklat buat Shasa. Tante Puspa minta maaf sudah membuat Shasa terkejut sampai lari ketakutan,” kata Tante Ria. Sambil nyengir Shasa mener ima cok la t yang disodorkan Tante Ria. Hmmm… nyam..nyam…nyam...(erlitapratiwi/gyp)

Page 9: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 10: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 11: Manado Post Minggu 15 Juli

1 5 , J U L I 2 0 1 2 11

TIM.....SAMBUNGAN DARI HAL 1

DISERANG.....SAMBUNGAN DARI HAL 1

ANAK.....SAMBUNGAN DARI HAL 1

BOSSCHA.....

SAMBUNGAN DARI HAL 1

PUTRA.....SAMBUNGAN DARI HAL 1

VICKY.....

SAMBUNGAN DARI HAL 1

AGNES.....SAMBUNGAN DARI HAL 1

Baca Tes...Hal 11

Aksi panggung membuat para penonton terhipnotis dengan penampilannya yang energik dalam konsernya yang bertajuk Sparkling Concert. Sebelum konser dimulai, Score! Mana-do berkapasitas 500 orang, tak sanggup menampung hasrat penggemar diva Indonesia ini. Dua jam sebelum Agnes tampil, dari pintu masuk, pe-lataran parkir, hingga ruangan gedung Score! Manado di lantai dua Mantos, sudah dis-esaki para penonton. Harga tiket yang dibanderol Rp200 ribu dianggap tak seberapa, demi menyaksikan langsung idola mereka. Sebelum Agnes tampil, band pembuka T-Rex Band (Bali), disusul Two Brothers, dan Mc Dry sukses memanaskan suasana di dalam gedung. Tak lama setelah mereka tampil, Agnes dengan jumpsuit berbahan brokat putih berkombinasikan sifon dan juga crop tee tanpa lengan warna coklat muda, langsung memancing teriakan panjang. Banyak penonton terkesima dengan penampilannya. Soal

penampilan kritik yang perlu diberikan bila ingin menilai penampilannya.

Diva muda Indonesia ini langsung membuat mata para pengunjung hanya tertuju padanya ketika ia membuka konsernya dengan tembang “Godai Aku Lagi”. Seiring jalannya lagu tersebut, Agnes tampil bersama 4 boy dancer-nya yang memakai pakaian serba hitam. Para penonton se-makin hanyut terbawa suasana ketika artis yang telah berduet dengan Michael Bolton ini langsung menyambung tem-bang pertama dengan “Mataha-riku” yang bergenre slow-pop. Tembang-tembang andalan lainnya seperti “Teruskanlah” dan “Rindu” juga turut din-yanyikan artis yang sudah go international ini.

Di tengah-tengah konser, Agnes sempat bercengkrama dengan para penonton men-genai ulang tahun sang bassist yang juga salah satu anggota B.O.B (Band Of Brothers) yang selalu mengiringi di setiap penampilannya. Agnes menyanyikan lagu “Happy Birthday” dengan aransemen yang berbeda dan menarik

yang langsung disusul den-gan tembang “Cause I Love You”. Sebelum bernyanyi, Agnes sempat mengatakan bahwa ia mempersembahkan lagu tersebut untuk seluruh kru yang selalu bersamanya baik suka maupun duka dan juga para penggemarnya yang selalu setia mendukungnya. Saat itu juga, Agnes langsung memeluk para dancer-nya yang duduk di bagian belakang panggung. Serentak seluruh pengunjung berteriak histeris karena adanya momen itu.

Menjelang saat-saat tera-khir, iringan musik “Para-lyzed” yang ‘tak asing lagi membuat para penonton makin bersemangat seolah ‘tak ingin konser berakhir. “Thank You, Score! Manado,” ucapnya berulang kali sekaligus menu-tup konsernya.

Konser yang dimotori oleh L.A Community, Logo Jeans, Jack Daniels, KIA, Balihai Beer, Memora 103,6 FM, Manado Post, Radiva Show-room, Sintesa Peninsula Hotel, In Out Auto Wash, dan juga Apostrophe sebagai event organizer berlangsung dengan sukses. (***)

menata aktifitas di kota Mana-do. “Saya akan mengintruksi-kan langkah-langkah jangka pendek, karena pertambahan kendaraan tidak seimbang dengan pertambahan luas jalan yang ada di kota Manado,” ujar Lumentut dengan seragam putih-putih.

Untuk jangka pendek, kata mantan Sekkot Manado ini, di semua simpul kemacetan akan diminimalisir dengan melarang parkir di semua bahu jalan. Selain itu, Pemkot akan bersama-sama Pemprov Sulut menuntaskan proyek pemban-gunan jembatan Soekarno di kompleks Pelabuhan Manado. “Dan kalau sudah selesai ini akan sangat membantu men-gurai kemacetan yang ada di pusat kota. Kalau dua hal itu telah realisasi, kita akan tata kembali pola transportasi di kota Manado,” tuturnya.

Lumentut mengingatkan sampai dengan usia ke-389, banyak perubahan yang diala-mi Manado. Namun tantangan juga tak kalah banyak. Banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus dilakukan pemerintah kota terutama untuk melak-sanakan pelayanan publik ke-pada masyarakat. “Masyarakat kota Manado sudah bergerak semakin maju,” ujarnya.

Lumentut sedikit bangga menjelaskan, ketika KPK melakukan survei di 22 kota di Indonesia pada akhir 2010, Kota Manado mendapat nilai integritas pelayanan publik 4,7, jauh di atas angka mini-

mal untuk pelayanan publik enam. “Syukur di tahun ini kita (Manado,red) sudah ada di atas lima,dan harapan saya ditahun depan sudah mendapatkan nilai enam, maka pelayanan publik sudah memenuhi standar yang ditentukan ,” tutur Walikota.

Lumentut dengan wajah pe-

nuh optimis, meski mulai ker-ingatan disengat mentari pagi, meminta dan mengetuk hati warga Manado. “Berikan kami kesempatan untuk melakukan pekerjaan dan mohon dukun-gan dari berbagai komponen sehingga bisa bersinergi untuk melaksanakan target-target itu,” harapnya

Lanjutnya, pemerintah kota banyak memetik pelajaran dari apa yang sudah terjadi, demi peningkatan kinerja pem-

bangunan untuk masyarakat Manado. “Saya yakin per-jalanan pembangunan dan kemasyarakatan di kota ini akan lebih maju dan meny-enangkan,” tegasnya.

Upacara bendera berlang-sung khidmat. Langit di atas Kota Manado ikut mendukung.

Sejak prosesi upacara menaik-kan bendera merah putih, hing-ga akhir upacara tak ada kenda-la berarti. Hanya, ada peristiwa menarik yang sempat membuat Lumentut, Wakil Wali Kota Manado Harley Mangindaan MSi, Sekkot Manado Haevrey Sendoh, Ketua Dekot Manado Denny Sondakh dan semua pejabat eselon dua, tiga dan empat menahan nafas. Mereka terkejut, saat tiga penggerek bendera upacara yang terdiri

dari para alumni IPDN akan menaikkan bendera. Posisi kain warna merah dan putih nyaris tertukar, saat salah satu peng-gerek ingin membentangkan sang saka merah putih. ‘’Tegang juga, saat para petugas nyaris melakukan kesalahan,’’ ujar Sekkot Manado Haevrey Sen-doh seperti yang dikatakan salah satu pejabat usai upacara.

Upacara peringatan HUT Ke 389 kota Manado dihadiri, Kapolresta Manado Kombes Pol Amran Ampulembang, Dandim 1303 Manado Letkol Yudianto Putrajaya, Ketua TP PKK Kota Manado Dr Paula Lumentut, Wakil Ketua TPP PKK Manado Sheila Koodati seluruh kepala SKPD Pemer-intah Kota Manado, tokoh masyarakat.

Usai upacara, Lumentut didampingi Mangindaan dan Sekkot menyerahkan piagam penghargaan kepada orang yang dianggap berjasa. Dua tenaga harian lepas penerima penghargaan Bernard Ratag, dan Hans Ropa, yang mendedi-kasikan usia tuanya untuk membersihkan jalan protokol di Kota Manado. Opa Bernard dengan batik warna biru corak putih, terlihat bahagia saat di-jabat tangannya oleh Lumentut, Mangindaan dan Sendoh. Be-gitu pun opa Hans yang tampil mengenakan jas warna hitam. Selain keduanya, ada beberapa yang menerima penghargaan, lurah terbaik, kelurahan terbaik, sampai siswa berprestasi. Sete-lah upacara, acar dilanjutkan ke gedung Dekot Manado, un-tuk mengikuti sidang istimewa paripurna HUT ke-389 Kota Manado. (ctr-04)

Demikian kesaksian pakar hu-kum tata negara saat membawa acara syukuran empat tahun kepemimpinan sebagai rektor Unsrat Sabtu (14/7) kemarin di Auditorium Unsrat.

’Contohnya saya sekarang ini selama menjabat sebagai re-ktor berbagai tantangan sudah saya rasakan. Jadi mau pahit, asam dan asin pernah dialami. Namun lantaran yakin ada di jalan lurus demi kemajuan bersama maka kerikil-kerikil tajam tersebut dapat teratasi,’’ ungkap guru besar di Fakultas Hukum ini.

Katanya, sejak dipercaya-kan sebagai rektor dirinya sudah katakan kepada keluarga termasuk istri. Bahwa menjadi seorang publik figure harus ta-han bantingan. ‘’Jangan hanya

mendengar yang bagus saja melainkan jelek pun harus sama-sama dipikul. Namun puji Tuhan keluarga saya se-lalu menyuport termasuk istri yang selalu tabah. Karena mereka yakin suami dan pa-panya tak mungkin memalukan keluarga,’’ terang putra Tincep Sonder ini.

Prof Dantje Sembel,PHd mewakili dosen dan undangan yang hadir mengatakan, sudah berapa rektor dirinya memeg-ang jabatan. Namun baru di era Prof Donald baru Unsrat betul-betul ada perubahan.Karena bukan cuma pembangunan saja yang meningkat, tapi PNPB pun naik 100 persen.’’Tak heran beliau pun melakukan perubahan di Unsrat.Dan bu-kan hanya itu di bidang pe-nelitian pun Rektor Rumokoy sangat peduli,’’tuturnya.

Acara yang dirayakan se-

derhana ini dihadiri warga Un-srat saja. Ibadah dipimpin oleh pendeta perguruan tinggi Pdt M Matheos,STh dan Pdt Berty Langi,STh.’’Prof Donald me-mang pantas menjadi pemimpin. Karena begitu banyak cobaan tapi semuanya dihadapi dengan senyuman.’’ tukas Matheos.

S e b e l u m n y a F a r l a n e Rumokoy,SE MM membawa-kan ucapan selamat datang dari keluarga. ‘’Papa Donald memang pantas diteladani.Karena saat ada segelintir orang mencoba me-nentang tapi papa tenang-tenang saja,malahan papa hanya men-gatakan kalian jangan terpancing dengan isu di luar yang beredar di surat kabar,’’ kata dosen Fekon Unsrat ini.

Acara ditutup dengan pujian-pujian dari keluarga, senat universitas, pembantu-pembantu dekan dan diakhir dengan ramah tamah.(*)

bukan hanya dilakukan pada masa kampanye, melain-kan juga saat hari pencoblosan. ”Jumlahnya bervariasi, dari Rp 50 ribu hingga Rp 500 ribu,” kata Dasril, di Media Center Foke-Nara, Jl. Diponegoro 61 A, Jakarta Pusat, kemarin (14/7).

Dia membeber, lokasi prak-tik money politik itu dianta-ranya ditemukan di wilayah Kelurahan Tanjung Priuk, Cilincing, Cijantung, Mangga-rai Selatan, Cipinang, Cawang, Pengangsaan dan Kramat Jati. ”Mereka mengiming-ngimingi para pemilih dengan uang un-tuk datang ke TPS dan memilih pasangan tertentu,” tandasnya.

Atas temuan tersebut, Das-ril menyatakan, kalau pihaknya sudah melakukan langkah sesuai ketentuan yang ada, yaitu dengan melaporkan ke Panitia Pengawas Pemilu (Pan-waslu). Tepatnya, pada 13 Juli 2012, lalu.

”Intinya, ada motif yang terstruktur dan massif untuk memilih pasangan tertentu dengan menjanjikan sejumlah uang. Karenanya, kami ber-harap panwaslu segera menin-daklanjuti,” tegasnya, kembali.

Di tempat yang sama, ang-gota Tim Sukses Foke-Nara Yan Alisi Inrai menceritakan temuannya terkait politik uang. Yaitu, money politik yang ber-langsung di RW 07 Kelurahan Pegangsaan, Jakarta Pusat.

Menurut dia, pihaknya mendapati salah seorang ang-gota tim sukses Jokowi-Ahok bernama Arif diduga sedang membagi-bagikan uang ke-pada sejumlah masyarakat. Caranya, dengan menyelipkan

uang sebesar Rp 50 ribu hingga 75 ribu ke dalam baju warga. ”Kami punya bukti berupa foto dan dua saksi praktik dia,” beber Yan.

Terpisah, dalam acara dis-kusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Nachrowi Ramli yang akrab disapa Nara men-egaskan kalau pihaknya tetap santai dengan gugatan warga. Meski, perjuangannya untuk memperebutkan kursi DKI 1 bersama Fauzi Bowo bisa batal kalau gugatan dimenangkan Mahkamah Konstitusi (MK).

Maklum, ada suara sum-bang yang menyebut kalau gugatan itu dilakukan oleh tim Jokowi – Ahok. ’’Silah-kan, yang jelas tidak mudah membatalkan Undang-undang (UU),’’ ujarnya.

Seperti diberitakan sebel-umnya, tiga warga DKI Jakarta menggugat UU No 29/2007 tentang Pemprov DKI. Alasan-nya, pilgub harusnya sudah selesai dengan kemenangan Jokowi yang merai 42 persen suara. Namun, terpaksa ada putaran II karena UU tersebut mengisyaratkan pemenang pil-gub harus memiliki 50 persen suara.

Mereka menganggap kalau UU tersebut bertentangan den-gan UU 12 tahun 2008. Nara menegaskan, saat ini pihaknya sedang fokus mendesain pola komunikasi baru. Diharapkan, cara itu bisa mendongkrak pop-ularitas dan suara saat putaran ke II nanti berlangsung.

Dia memastikan kalau puta-ran berikutnya bakal lebih seru. Sebab, tim sudah melakukan evaluasi menyeluruh dan me-nyesuaikan komunikasi politik dengan medan sesungguhnya. ’’Bisa lebih fokus, kalau dulu lawannya lima, sekarang cuma

satu. Bukan tidak mungkin kami meniru cara kampanye Jokowi - Ahok,’’ tandasnya.

Meski demikian, Nara me-mastikan ada formula sendiri yang membuat pola komuni-kasi politik nanti berbeda. Ada kultur yang dia sebut berbeda dengan Jokowi – Ahok, ter-masuk popularitas Fauzi Bowo yang disebutnya tetap tinggi. Dia mengakui, masih banyak celah yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh timnya.

’’Sebelum pemilihan, ada tanda kalau kami sangat kuat. Itu yang menjadi sasaran kami untuk dimaksimalkan lagi,’’ tuturnya. Bagaimana kalau tetap tidak maksimal” Dia memilih menyerahkan kepada Tuhan. Baginya, berusaha se-maksimal mungkin adalah ke-wajiban yang harus dituntaskan hingga KPU menyatakan siapa pemenang pilgub.

Ditempat yang sama, Bas-uki Tjahaja Purnama alias Ahok mengaku tidak ambil pusing dengan rencana Nara yang mencontek metode kam-panyenya. Dia beralasan kalau timnya sudah memiliki cara lain untuk meningkatkan suara. Malah, dia sempat membocor-kan strateginya kepada Nara.

’’Caranya tetap, saya dan Pak Jokowi akan jalan-jalan ke kampung dan gang untuk ber-temu masyarakat,’’ terangnya. Disamping itu, strategi utama pihaknya bertujuan agar warga mau memilih sistem bukan janji kampanye. Selain itu, mereka ingin agar warga bisa tahu jejak rekam dirinya dan Jokowi.

Kalau kedua cara itu ber-hasil, dia yakin masyarakat akan sadar jika pihaknya rela berkorban untuk melayani masyarakat. Yang paling pent-

ing, Ahok juga mengklaim sudah memiliki peta politik daerah mana yang suaranya masih kecil. ’’Di TPS yang kami tidak unggul akan kami dicoba untuk menaikkan su-ara,’’ terangnya.

Bagaimana dengan koalisi Dia membantah kalau saat ini pihaknya sedang melobi beberapa partai. Tidak ada lobi-lobi khusus karena Ahok punya keyakinan tersendiri terhadap cagub yang kalah. Baginya, siapa saja yang ingin mewujudkan Jakarta baru pasti memilih dirinya ketimbang Foke-Nara.

Termasuk pe r temuan Jokowi dengan Hidayat Nur Wahid dihari pencoblosan. Menurutnya, itu bukan lobi dan sekedar silaturrahmi biasa untuk mengisi waktu kosong. Bantahan serupa juga disam-paikan saat disinggung tentang tiga warga yang melakukan gu-gatan di MK. ’’Bukan tim kami yang menggugat,’’ tegasnya.

Kalaupun ada suara sum-bang yang menyebut timnya melakukan gugatan, Ahok legowo. Dia mengaku sudah biasa menerima black cam-paign dan itu justru menjadi salah satu kekuatan timnya. Diyakini kalau serangan nega-tive itu justru menjadi bumer-ang bagi pihak-pihak yang berniat jahat kepada dirinya dan Jokowi.

Khusus untuk tudingan money politic, Ahok menan-tang balik tim Foke-Nara untuk melaporkan hal itu ke Panwa-slu. Dia yakin pihaknya tidak melakukan cara kotor karena memang tidak ada anggaran untuk itu. ’’Akan jadi bumer-ang bagi mereka yang melem-par isu itu, justru kami tambah populer,’’ urainya. (jpnn)

Jawaban pertanyaan itu lang-sung didapat saat memasuki pusat kota. Tulisan grafiti dalam bentuk simbol kelompok, ung-kapan protes, atau cuma gambar kartun bertebaran di hampir semua gedung. Kantor bank, roll door toko, dinding pembatas, bahkan tong sampah, menjadi bidang gambar favorit coret-coret dengan warna mencolok tersebut. Seluruh penghuni kota seakan menerima semua itu sebagai bagian dari hiasan kota, melengkapi gedung-gedung tua yang terawat baik.

Warga Yunani, khususnya Athena, memang sangat bangga dengan masa lalunya. Siapa yang tidak kenal Iskandar Agung (The Great of Alexander)? Dari mana dia berasal? Di negara mana tokoh-tokoh filsuf dunia seperti Aristotelis, Socrates, Plato lahir? Begitu kalimat pembuka sebuah brosur promosi pariwisata yang terbaca saat antre keimigrasian di Bandara Athens. Bahkan, di depan hotel bujet tempat penulis mengi-nap yang kebetulan juga bernama Hotel Aristotelis, terpampang bill-board besar iklan sebuah produk bir dengan tulisan mencolok, “51.807 Greek words used in lan-guages of the world, 5.000 years of civilization, 2.600 years since the bird of democracy”.

Baiklah, itu semua masa lalu. Bagaimana sekarang? Tumpu-kan data statistik yang disodor-kan Abdul Fatah Zainal, kepala perwakilan sementara Indonesia di Yunani dan minister counse-lor, langsung membuat kening berkerut. Bangsa yang dulu pernah menguasai wilayah Laut Tengah, Laut Hitam, hingga pegunungan Kaukus itu kini sedang sakit. Ekonomi Yunani dengan populasi 10.787.697 (menurut data sensus 2011), luas 131.944 kilometer persegi, dan kepadatan penduduk 85,3 orang per kilometer persegi sejak 2009 terguncang. Krisis yang dipicu membengkaknya utang negara itu tiga tahun ke-mudian menciptakan “monster” baru, yakni pengangguran yang mencapai 1.120.0970 orang atau 22,6 persen di antara penduduk usia angkatan kerja pada kuartal pertama 2012. Angka tersebut melonjak 57,3 persen daripada periode yang sama tahun lalu. Menelusuri data berikutnya, angka-angka yang terpampang semakin mengerikan. Sebab, dari kelompok umur, angka pen-gangguran tertinggi justru terjadi di kelompok usia 15”24 tahun

(52,7 persen). Tenaga kerja baru atau fresh graduate yang memiliki semangat dan ideal-isme tinggi dalam bekerja justru terbengkalai. Sebuah bom waktu dengan daya ledak mengerikan sedang berdetak di Yunani.

Ingin menguji data tersebut di lapangan, penulis mengun-jungi beberapa pusat aktivitas kelompok anak muda. Hanya selemparan batu dari Hotel Ar-istotelis, terdapat banyak kelom-pok anak muda yang sedang berkumpul di Omnia Square, sebuah hamparan lantai seluas sekitar 2.000 meter persegi den-gan monumen bergaya patung kubisme menjulang di tengahn-ya. Trainos Vaviadis, 24, yang mengaku bekerja membantu ayahnya menjaga kedai buah di pinggir stasiun kereta bawah tanah metro di Monasteraki, menceritakan bahwa di antara enam teman kuliah yang baru lulus, hanya satu yang mendapat pekerjaan di sebuah kapal pesiar di Pulau Kreta. Dia bersama empat yang lain luntang-lantung. Untuk sekadar mendapat uang saku, Vaviadis yang lulusan jurusan sejarah University of Athens terpaksa mau bekerja dengan ayahnya menjaga kedai kaki lima. “Ini seperti men-gulang siklus buruk 60 tahun lalu,” ungkapnya dengan berat. Pada akhir 1940-an, anak-anak muda Yunani memang pernah ramai-ramai pergi ke luar negeri (diaspora) untuk mencari peker-jaan karena buruknya ekonomi negara pasca Perang Dunia II. “Kini hal itu terulang dengan kondisi lebih buruk karena yang ke luar negeri bukan lagi anak muda dengan pendidikan biasa, melainkan juga insinyur, dokter, teknisi, dan ahli-ahli sejarah seperti saya dan teman-teman,” lanjutnya dengan nada yang semakin memelas.

Lain lagi cerita Christina Tchatchou, 23. Mengenyam pendidikan tidak sebaik Va-viadis yang mendapat gelar sarjana sejarah, nasib Tchatchou semakin tidak menentu. Sejak krisis menghantam pada 2009, sudah enam kali lulusan sekolah pariwisata di Acropolis itu ber-ganti pekerjaan dengan kondisi pendapatan yang terus menurun. Sebelum krisis, dia adalah staf purchasing sebuah perusahaan importer mebel. Pemasok ke pabriknya kebanyakan supplier dari Asia, termasuk Indonesia. Karena itu, dia mengenal baik Solo, Jepara, dan Bali. “Meski-pun saya belum ke sana, banyak teman kerja saya yang bilang tempat-tempat itu indah,” un-

gkapnya saat ditemui di gerai penjualan pulsa dan ponsel di Kolonika Square, Athena.

Sejak krisis menghantam, nasib Tchatchou ikut tersung-kur. Perusahaan tempat dia bekerja yang banyak memasok hotel-hotel di pulau wisata di Yunani Selatan tutup akibat sepi order. Sebab, tidak banyak hotel baru yang dibangun. Mu-lailah petualangan Tchatchou berganti-ganti pekerjaan. Mulai SPG showroom mobil, penjaga toko yoghurt, guide musiman, hingga akhirnya menjadi pen-jaga gerai pulsa operator Cos-mote. “Dibandingkan gaji saya di perusahaan mebel dulu, gaji saya kini tinggal sepertiga,” ungkapnya.

Namun, karena pekerjaan baru tidak mudah didapat, gadis yang mengecat merah seluruh rambutnya itu tetap bertahan di pekerjaannya sekarang. Dengan tetap memasang senyum manis, Tchatchou berseloroh sudah tiga tahun tidak mengganti play list musik di ponselnya. “Pendapa-tan buruk membuat kita semakin sulit mendapat kesenangan dari hobi, termasuk mendengarkan musik,” katanya. Lantas, soal cat rambut yang modis? Ditanya demikian, wajah Tchatchou semakin muram. “Selain gaji yang rendah, saya harus ber-ganti model rambut tiap bulan, menyesuaikan tema iklan peru-sahaan. Meskipun biaya diganti, ini adalah tahap hidup yang terberat buat saya,” keluhnya.

Kesulitan yang dihadapi Christina Tchatchou dan Trainos Vaviadis tersebut memang sulit diprediksi kapan berakhir. Seir-ing dengan tarik ulur pemerintah Yunani dengan Troika yang terdiri atasi wakil Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa, dan Dana Moneter Internasional (IMF), jumlah perusahaan yang gu-lung tikar semakin bertambah. Seperempat di antara semua perusahaan di Yunani tutup sejak krisis dimulai pada 2009. Kondisi lebih parah terjadi pada usaha kecil. Jumlah perusahaan skala kecil dan menengah yang bangkrut mencapai separo jum-lah yang terdaftar di pemerintah.

Hidup semakin susah. Na-mun, sejarah Yunani menunjuk-kan, jika seribu kali Yunani ter-puruk, seribu satu kali pula negara tersebut bangkit. Kebangkitan kali kesekian terjadi setelah diaspora pasca Perang Dunia II dan perang sipil pada periode 1940-an. Se-lama dua dasawarsa lebih, Yunani membuat kagum dunia dengan menciptakan fenomena “Greek economic miracle”. (*/c6/nw)

Sage selama beberapa hari. Itu sebabnya penjaga rumah pergi ke sana, dan membuka ru-mah,” jelas pengacara itu. “Ini tragedi. Ia masih muda. Se-orang pembuat film yang bagus

dan berbakat dan orang yang menyenangkan. “Juru bicara kepolisian LA Andy Neiman menyebutkan polisi menemu-kan tubuh Stallone junior ini di rumahnya ketika mendapat panggilan otoritas setempat untuk mengecek keberadaan-nya. Andy menjelaskan kasus

tersebut kini ditangani kantor koroner wilayah.

Sage pernah tampil di be-berapa film, termasuk dua film yang dibintangi Sylvester, yaitu Rocky V (1990) dan Daylight (1996). Ia merupa-kan anak kedua dari istri per-tama Sylvester, Sasha Czack.

Sylvester dan Sasha bercerai pada 1986 setelah 10 tahun menikah. Sylvester, menurut anak tertua aktor film-fil aksi tersebut, sangat berduka atas kepergian salah satu putra yang dicintainya. Hingga saat ini kepolisian belum menemukan penyebab kematian Sage.(mic)

(20/7). “Perhitungan astrono-mi mereka sama dengan yang digunakan kami (Bosscha, red), karena rumus yang di-gunakan sama-sama menggu-nakan perhitungan modern,” tutur Evan ketika ditemui di Bosscha.

Berdasarkan perhitungan tersebut, pada 19 Juli, kata Evan, posisi hilal berada dua derajat di

atas matahari. “Memang posisi hilalnya hanya dua derajat di atas matahari,” katanya. Dengan po-sisi hilal yang hanya dua derajat, kemungkinan besar hilal tidak akan terlihat karena jaraknya terlalu dekat dengan matahari. “Pada kondisi seperti ini, memang biasanya ormas Islam berbeda pendapat, seperti Muhammadiyah yang berpegangan bahwa yang terpenting posisi hilal lebih tinggi dengan matahari, itu telah masuk awal bulan,” kata Evan.

Sementara NU yang ber-pegang pada hadist HR Mus-lim, “Jangan kalian berpuasa sampai kalian melihat hilal, dan jangan berbuka sampai melihatnya lagi, jika bulan tersebut tertutup awan, maka sempurnakan bulan tersebut sampai tiga-puluh.’’

“Berpegang pada keter-angan tersebut, NU perpenda-pat bahwa hilal harus terlihat (rukyat, red), walaupun secara hisabnya mereka mendapat hasil yang sama,” Imbuh Evan.

Jadi, kata Evan, perbedaan pendapat tersebut bukan masalah astronomi, namun perbedaan sya-riah (hukum, red) yang dipahami. “Melihat hilalnya dengan mata beneran atau dengan (mata) ilmu pengetahuan, tinggal memilih

mana yang akan dipakai,” kata Evan. Walaupun secara hisab telah diketahui bahwa tanggal 20 hilal telah dua derajat di atas matahari, Bosscha tetap akan melakukan pengamatan hilal pada tanggal 19 dan 20 Juli di beberapa tempat, yani di Bosscha dan lantai enam salah satu gedung di Univer-sitas Pendidikan Indonesia (UPI). Selain itu, para observer Bosscha juga akan melakukan pengamatan di beberapa kota lain di antaranya Kupang, Biak, Jogjakarta dan Lampung. “Akan disiarkan juga video streaming dari seluruh pengamatan yang dilakukan Boss-cha di berbagai tempat tersebut. Dan dapat disaksikan di http://bosscha.itb.ac.id dari mulai pukul 17.00 waktu lokal,” kata Evan.(jpnn)

DUA.....SAMBUNGAN DARI HAL 1

induk Goatee memang sudah lama menyukai surfing bahkan

si-Prismo, sudah sejak lahir kambing

jantan pemberani itu sudah dibawanya menjajal papan selancar.(_)

DUET SEJATI: Walikota Manado Dr GS Vicky Lumentut dan Wawali Manado Harley Mangindaan usai Upacara HUT ke 389 Manado.

Page 12: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 13: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 14: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 15: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 16: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 17: Manado Post Minggu 15 Juli

DALAM audiensi umum pada Rabu, 20/6, Paus Benediktus XVI mengungkapkan keprihatinannya terhadap perang di Nigeria, dan menyerukan perdamaian segera. Hingga saat ini, kelompok radikal Boko Haram terus melakukan teror dan serangan, baik pada pemerintah, maupun warga sipil, terutama umat kristiani.

Situasi Nigeria yang kian genting belakangan ini, diwarnai dengan deklarasi Boko Haram untuk menyatakan perang melawan umat kristiani. Presiden Konferensi Uskup-Uskup Nigeria Mgr Ignatius Ayau Kaigama (53) membenarkan deklarasi itu, tetapi menyatakan bahwa deklarasi itu tidak mewakili seluruh komunitas muslim di Nigeria. Uskup Agung Jos itu juga menegaskan, ”Kita berurusan dengan kriminalis, bukan dengan etnis atau bahkan agama tertentu.”

Menanggapi hal ini, dalam pesannya, Paus menegaskan, ”Saat saya mendoakan para korban dan semua orang yang menderita, saya juga berdoa bagi mereka yang bertanggung

jawab atas kekejaman itu, supaya pertumpahan darah orang-orang yang tidak berdosa segera diakhiri,” seperti dilansir www.osservatoreromano.va, Kamis, 21/6. (*)

1 5 J U L I 2 0 1 218R. Kandolia

RENUNGAN

ISTRINYA, Yuni Maryati (47), ikut duduk bersimpuh di dekat anak mereka, Sapto Nugra-hanto yang tergolek tak berdaya di atas lembaran tikar pandan di atas lantai.

Pasangan suami-istri yang menikah pada tahun 1991 ini mer-asakan hidup sepenuh-penuhnya untuk kedua anak mereka yang lahir kembar dampit, Sapto Nu-grahanto (17) dan Septi Nugraheni (17). Keduanya membutuhkan perhatian lebih, khususnya Sapto yang lumpuh sejak lahir dan ke mana-mana selalu menggunakan kursi roda.

“Sapto sangat bergantung pada orang lain. Ia tidak bisa apa-apa. Untuk makan harus disuapi, ber-jalan pun harus didorong. Sedang Septi, kakinya sebelah mengecil. Meski begitu, aku tak menyesal. Semua ini anugerah Tuhan. Seka-lipun sangat berat kami jalani, kami berusaha mendapatkan dan mencicipi kebahagiaan di sela-sela kepedihan ini,” kata Mawan, panggilan akrabnya, sambil me-megangi tangan istrinya.

Tak normalKehidupan pasangan suami-

istri warga Stasi Mater Dei Imo-giri, Paroki Santo Yakobus Bantul Yogyakarta ini, awalnya bertabur-kan kegembiraan saat mereka akan dikaruniai anak, tahun 1992. Namun, kebahagiaan serasa sirna begitu saja, manakala anak dalam kandungan Yuni yang masih berusia tujuh bulan, terpaksa lahir.

“Anakku lahir prematur, sete-lah terpaksa dilakukan operasi Caesar di RS Panti Rapih Yog-yakarta. Sapto hanya berbobot 19 ons dan Septi 21 ons. Selama di rumah sakit, Sapto dirawat 45 hari, sedangkan Septi 21 hari agar bobot keduanya mencapai 2,5 kg.

Setelah itu, kami memaksa diri untuk segera membawa mereka pulang,” cerita Yuni sedih.

“Waktu itu, saya sudah kalut soalnya biayanya begitu besar. Sepeda motor satu-satunya pun saya jual. Laku Rp 1,5 juta untuk biaya anak kami yang habis Rp 3,5 juta. Kami hanyalah pasangan buruh. Tapi demi anak, apa pun kami lakukan,” sambung Mawan asal Gunung Kidul Yogyakarta yang hanya lulusan SMP ini.

Kehadiran kedua anaknya yang sudah memporakporanda-kan ekonomi keluarga dengan terpaksa hutang sana-sini un-tuk melunasi biaya kelahiran mereka, terkadang membuahkan sesal pada diri Mawan. Ia merasa segala perjuangan dan kepedi-hannya berakhir sia-sia. Kedua anaknya lahir cacat, lebih-lebih Sapto tidak bisa berjalan sama sekali. Ia hanya bisa tergolek lemah, pandangannya nanar, dan mulutnya mengeluarkan suara cedal tak jelas.

“Namun sejak awal, saya sela-lu berdoa dan berdoa, untuk tidak menyesali semua ini. Saya selalu membangun keyakinan bahwa ini bukanlah petaka, namun sepenuh-penuhnya anugerah Tuhan untuk keluarga kami,” kata Mawan lirih.

“Kalau kami merasakan semua ini sebagai kesedihan, pastilah kami akan selalu sedih setiap hari. Bayangkan saja, sejak kami masih pasangan muda sampai kini, kami selalu disibukkan oleh kedua anak kami yang memang membu-tuhkan bantuan lebih dari kedua orangtuanya,” sambung Yuni.

Pasangan suami-istri ini sepa-kat tidak lagi mempunyai anak. Mereka akan setia, bahwa seluruh perhatian dan hidup mereka diab-dikan untuk melayani kedua anak

mereka. Semua itu diyakininya se-bagai panggilan hidupnya bahwa apa pun pemberian Tuhan, tidak ada yang buruk, namun merupa-kan anugerah yang mendatangkan kebahagiaan.

“Manakala merasakan ini sungguh berat, kami hanya berke-luh-kesah pada Tuhan,” ujar Mawan lagi.

Sebuah cita-citaSetiap hari, dengan sepeda

motornya, Mawan selalu men-gantarkan anaknya, Septi yang kini sudah duduk di kelas 2 SMA swasta Katolik di Bantul. Manaka-la siang menjelang, ia dengan setia menjemput anak gadisnya.

“Kakinya cacat, jika berjalan pincang. Meski dia cacat, saya semakin yakin, cita-citanya akan terkabul. Saya pernah melihat seorang suster yang cacat seperti anak saya. Septi ingin menjadi suster. Karena itulah, ia tak mau bersekolah di tempat lain, selain di sekolah Katolik pilihannya yang diyakini akan memupuk dan menyemangatinya meraih cita-citanya. Suaranya bagus, lho! Karena itulah, ia menjadi solis di koor sekolahnya,” cerita Mawan membalut rasa bangga di hatinya sambil tersenyum melirik Septi yang duduk di dekatnya.

Mawan bekerja sebagai bu-ruh serabutan, baik sebagai kuli bangunan, kuli panjat kelapa atau pekerjaan apa pun dari tetangga. Semuanya akan dijalaninya demi membayar biaya sekolah Septi. Sebuah sekolah yang tergolong favorit dan biayanya terlalu mahal baginya yang tak punya penghasi-lan tetap.

Istrinya, di sela-sela kerepo-tannya merawat Sapto, mem-buat tempe untuk disetorkan ke warung-warung. Dia tak bisa

menjualnya sendiri di pasar, ka-rena tak mungkin meninggalkan Sapto jauh-jauh.

Tak heran, ekonomi keluarga yang compang-camping ini jatuh bangun demi membayar biaya sekolah Septi. Untuk biaya pem-bangunan saat masuk di kelas 1 saja belum lunas, sekalipun kini Septi sudah kelas 2. Bahkan, pem-bayaran SPP pun tersendat-sendat sampai menunggak enam bulan.

“Kami bukan tak mau mem-bayar, namun kenyataannya ekonomi keluarga saya memang tak berdaya,” kata Mawan sam-bil menunjukkan sepeda motor yang sampai kini juga masih menjadi tanggungan jaminan sebuah bank demi untuk me-nyekolahkan Septi yang ingin menjadi suster.

Menjadi kosterSekalipun Sapto hanya bisa

tergolek lemah di atas kursi roda atau di tikar saat dibaringkan, namun pikirannya normal. Meski suaranya cedal, ia sering mengajak kedua orangtuanya berdiskusi.

“Karena itulah, ia kadang marah jika melihat saya hanya di rumah tak bekerja. Dia kha-watir saya tidak bisa menghidupi kebutuhan keluarga. Inilah yang membuat saya bangga dan sedih. Bangga karena dia berpikir nor-mal, sedih karena cari pekerjaan kini sulit. Daripada di rumah membuat Sapto marah-marah, saya terkadang pergi entah ke mana. Namun jika nanti pulang tak bawa uang, dia juga marah. Dia itu sulit dibohongi,” cerita Mawan antara senang bercam-pur sedih.

Dengan suara cedal pula, Sapto yang tak pernah meng-enyam bangku sekolah, mem-peragakan seakan-akan dirinya

bisa membaca dan menyanyi di altar gereja. Di sudut ruang tamu rumahnya, di depan almari, sambil terbaring di atas tikar, Sapto selalu setia menyanyikan lagu-lagu Gereja. Di dekatnya berbaring, ia minta disediakan patung salib Yesus dengan li-lin menyala. Setumpuk buku bacaan, Injil, Alkitab, Madah Bakti, dan Kidung Adi yang se-muanya sudah lusuh, bergantian dibukanya sementara mulutnya menyanyi atau berdoa.

“Begitulah caranya mengikuti Misa lewat radio setiap Minggu. Karena seringnya mendengar Misa lewat radio, dia sudah mam-pu menyanyikan puluhan lagu Gereja. Bahkan, dia setia berdoa rosario. Sapto menjadi panutan ke-luarga kami untuk hidup dekat dan berserah pada Tuhan,” ujar Yuni yang selalu setia mengajak Sapto mengikuti ibadat di lingkungan-nya sekalipun harus menggunakan kursi roda.

Sapto memang meminta ikut

ibadat. Jika tidak dituruti, ia akan marah. Sekalipun rumah mereka di Numpukan RT 04, Karangten-gah, Imogiri Bantul, Yogyakarta, tak begitu jauh dari gereja stasi, orangtuanya selalu kerepotan jika harus membawa Sapto ikut Misa dengan menggunakan kursi roda.

“Dia ingin sekali sepeda motor milik ayahnya diberi tambahan roda, sehingga bisa memuat kursi rodanya. Sebuah yayasan telah menawarinya, namun kami harus membayar Rp 1,5 juta. Kami tak mampu. Padahal, jika Sapto bisa diajak ke gereja stasi, dia bisa menjadi koster atau tukang bersih-bersih gereja sejauh dia mampu,” cerita Yuni dengan suara terbata-bata sedih.

Seringkali Sapto mengajukan pertanyaan tentang keinginannya itu. “Bu, apakah itu salah? Apakah pekerjaan itu tidak baik? Saya sendiri nggak minta digaji! Biarlah Tuhan yang nanti menggaji, kare-na saya bekerja di rumah Tuhan,” suara cedal Sapto diulangi ibunya.

Bila mendengar hal itu, pa-sangan suami-istri ini hanya bisa menghela napas sedih. Di mata Mawan, kedua anaknya mempu-nyai cita-cita yang sungguh mulia, selalu ingin hidup dekat dengan Tuhan. Mawan dan Yuni tak ingin menjadi penghalang atau bahkan menggagalkannya karena ketidak-berdayaan mereka dalam hal dana untuk cita-cita kedua anaknya itu.

“Aku tak ingin mereka gagal dalam cita-cita. Jika ini sam-pai terjadi, menyesallah kami seumur hidup. Seberat apa pun beban hidup ini, saya akan terus berupaya. Tuhan, tolong antar-kan kedua anakku untuk men-capai cita-cita mereka,” ungkap Mawan dengan pandangan jauh ke depan.

Doa-doa itulah yang selalu menguatkan hati Mawan yang juga menjadi buruh cuci di gereja stasinya itu. Doa-doa itu silih ber-ganti diucapkan bersama istrinya agar terus menggema di rumah mereka yang sederhana. (*)

Bukalah Pintumu Padaku, Anak-Ku

Tercinta“KETIKA Israel masih muda, Kukasihi

dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu. Aku mengajar mereka berjalan, dan menatang mereka di tangan-Ku. Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan” (Bac I: Hos 1:1.3-4, 8-9). Kata-kata: “Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan,” mengingatkan kita pada perilaku seekor induk burung yang mencari makan bagi anak-anaknya yang belum sanggup terbang. Induk burung harus menafkahi sendiri anaknya. Ketika ia menangkap seekor jengkrik, ia tidak lekas menyantapnya, tetapi menahannya di mulutnya, lantas pulang ke sarang untuk membagikannya pada anaknya sendiri. Anak burung yang melihat induknya datang, akan membuka mulutnya menerima curahan makanan dari si induk.

Demikianlah Allah menggambarkan diri-Nya dengan orang Israel. Orang Israel diibaratkan seperti bayi (anak burung) yang belum mampu menghidupi dirinya sendiri. Bahkan untuk keluar dari Mesir pun mereka tidak mampu sendirian. Allah harus menolong mereka, mengajari mereka berjalan, dan menyediakan makanan dan minuman bagi mereka selama 40 tahun perjalanan di padang gurun. Allah sendiri yang mencarinya dan mencurahkannya ke mulut mereka.

Lukisan ini persis seperti seorang ibu terhadap bayinya. Allah menggambarkan dirinya sepeti seorang Ibu dan Israel sebagai anak bayi. Semuanya dilakukan sebagai wujud cinta yang paling dalam. Tetapi ketika anak itu bertumbuh besar, ia mulai menjauh dari induknya, ia tak ingin lagi digendong, tak ingin dikekang. Ia ingin bebas dan sering berkata: “Ma...aku sudah besar, aku bukan anak-anak lagi, aku sudah bebas dan mandiri. Maka aku tak perlu lagi bantuan mama...”. Inilah yang terjadi dengan Israel. Mereka mulai mengambil jarak dari Allah dan merasa diri sudah mampu dan mandiri. Mereka merasa tidak memerlukan Allah lagi.

Akan tetapi Allah tidak berhenti melihat perilaku itu. Dia tetap mencari mereka untuk kembali akur dan harmonis dengan-Nya. Itulah yang sedang diperbuat Yesus dengan mengutus kedua belas murid-Nya ke seluruh desa. Yesus memerintahkan mereka untuk tinggal di rumah-rumah penduduk untuk mewartakan Berita tentang Allah. Semua pekerjaan itu dilakukan secara gratis. Tak perlu bayar.

Cinta Allah memang diberikan kepada kita secara cuma-cuma, tanpa sepeser uang pun kita keluarkan untuk mendapatkannya. Yang penting adalah kita mau kembali kepada-Nya. Tetapi semuanya tergantung dari kita sendiri. Kita punya kehendak bebas menerima atau menolak. Ia akan tetap membiarkan kita berkembang seturut kebebasan kita. Malahan kepada para utusan-Nya pun, Yesus hanya berkata: “apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu” (Mt 10:14). Tidak ada paksaan. Kelak, pada waktu penghakimanlah, balasan dari perbuatan kita akan kita terima. Bahkan besarnya hukuman yang kita terima akan lebih berat dari hukuman terhadap Sodom dan Gomora, jika kita menolak cinta Allah (ay 15). Semoga pintu rumah kita tidak dipenuhi tumpukan debu kaki yang dikebaskan oleh mereka yang kita tolak untuk membawa Kabar Baik Allah. Allah-lah yang datang ke rumahmu menyapa dan memangilmu untuk kembali pada-Nya. Dialah Bapa kita, sekaligus Ibu yang menyuapi kita. (*)

TAHUN ini, Vatikan men-unjuk 42 uskup baru. Enam teritori gerejani baru juga didirikan dalam kurun waktu tersebut.

Pesta St Petrus dan Paulus,

29/6, ditandai pemberian pal-lium kepada 46 Uskup Agung Metropolit di seluruh dunia. Pallium (Latin: kain tenun dari bulu domba) adalah kain se-lempang berbentuk lingkaran dari wol putih, yang memiliki dua juntai warna hitam pada ujungnya, bersulam ornamen enam salib hitam.

Awalnya, pallium hanya dipakai oleh Uskup Roma. Namun sejak abad VIII, Uskup Agung Metropolit, Batrik, dan Primat Gereja Timur juga memakainya sebagai anuge-rah Paus (bdk. KHK no.437). Sesuai tradisi, Paus mem-berkati pallium pada pesta St Agnes, 21/6.

Pada Jumat, 29/6, 44 Uskup Agung Metropolit, dua di antaranya adalah kardinal, menerima pallium secara lang-sung dari Bapa Suci di Basilika St Petrus; dan dua lainnya di keuskupan metropolitnya sendiri. Mereka berasal dari Amerika (22), Asia (9), Eropa

(8), Afrika (4), dan Oceania (3). Sebelas di antaranya beras-al dari keuskupan metropolit di bawah yurisdiksi Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa. Acara dihadiri oleh Delegasi

Ekumenis utusan Patriakh Konstantinopel Bartholomaios I, yang dipimpin oleh Batrik Gereja Ortodoks-Yunani Per-ancis Emmanuel Adamakis, seperti dilansir www.news. va, 29/6. Mereka bertemu se-cara khusus dengan Paus pada 28/6, untuk mempererat relasi ekumenis antara Gereja Ka-tolik Roma dan Kepatriakhan Konstantinopel.

Pesta St Pelindung Kota Abadi juga diadakan di Basi-lika St Paulus Luar Tembok, dekat dengan Abazia delle Tre Fontane, tempat St Pau-lus dibunuh. Para pertapa Benediktin selalu bertriduum yang berpuncak pada 29/6. Selain triduum, diadakan juga prosesi relikwi rantai St Paulus sewaktu dipenjara. “Dari 11 rantai, dua diantaranya sudah diberikan oleh JP II kepada Uskup Agung Ortodoks dari Atena sebagai hadiah eku-menis,” jelas Abas Edmund Power OSB. (*)

Istimewa

SUKACITA:Uskup Agung (Archeparchy) Pittsburg, Pennsylvania, AS (Gereja Katolik Ruthenia dari tradisi Binzantin), Mgr William Charles Skurla (56) menerima pallium dari Paus Benediktus XVI pada ekaristi Pesta St Petrus dan Paulus di Basilika St Petrus, Vatikan, Jumat, 29/6.

Vatikan: Pallium untuk 44 Uskup Agung

TEMPAT BERDOA:Goa Maria biasanya digunakan umat Katolik untuk berdoa menyampaikan permohonan dan kerinduan untuk Bapa di Surga melalui perantaraan Bunda Maria.

Sejumlah Gereja di Nigeria Masih Dijaga Polisi

Istimewa

BELUM AMAN:Keadaan di Nigeria belum aman sehingga masih membutuhkan penjagaan.

Saya Yakin Bisa Masuk Surga

DENGAN bibir bergetar penuh keyakinan, sambil matanya mengamati sosok tubuh yang tergolek tak berdaya di dekatnya, Frederikus Sumawan mengucapkan kalimat itu.

Page 18: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 19: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 20: Manado Post Minggu 15 Juli
Page 21: Manado Post Minggu 15 Juli