Mampang Finish

download Mampang Finish

of 40

Transcript of Mampang Finish

NAMA : SEPTIAN TRI MUHARI NIM : 030.05.204

BAB 3 USULAN PENELITIAN

Perlu dibuat rancangan penelitian terlebih dahulu . Rancangan penelitian yang tertulis dan bersifat formal disebut usulan penelitian. Biasanya diperlukan oleh peneliti untuk Memenuhi persyaratan pendidikan, untuk memperoleh persetujuan dari institut tempat penelitian akan dilakukan atau untuk permintaan dana pendidikan. Usulan penelitian yang baik akan mempermudah peneliti dalam melaksanakan seluruh proses penelitian. Nilai usulan penelitian terutama terletak dalam bab Pendahuluan khususnya pada Latar belakang masalah karena merupakan dasar utama suatu usulan. Judul usulan penelitian Beberapa persyaratan yang diperlukan : 1. Harus menggambarkan keseluruhan isi rencana penelitian. 2. Ditulis dalam kalimat atau frase yang sederhana dan tidak terlalu panjang, meski tidak dapat ditentukan batas jumlah kata. Bila perlu dapat disertakan sub judul. 3. Tidak menggunakan singkatan, kecuali yang baku. 4. Judul seringkali buka berupa kalimat-kalimat lengkap namun hanya merupakan label. Judul dalam kalimat interogatif Dalam jurnal ilmiah tidak jarang ditemukan judul dalam kalimat tanya seperti benarkah fenobarbital kurang efektif dibanding obat anti-kejang yang lebih baru ? kendatipun hal tersebut tidak mutlak salah, tapi disarankan untuk tidak menulis dalam kalimat tanya. Demikian pula tidak jarang kita baca judul penelitian yang memberi kesan bahwa penelitian tersebut telah

selesai misalnya pemberian antibiotik rutin pada diare akut pada anak tidak memperpendek lama sakit. Judul seperti ini tidak sesuai untuk judul usulan penelitian.

Nama tempat dan waktu penelitian Hal lain yang sering ditanyakan adalah apakah nama tempat serta waktu penelitian harus disertakan dalam judul penelitian, hal tersebut tergantung pada tujuan penelitian.

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Merupakan bagian yang paling penting setiap usulan penelitian dan agar mudah dipahami pembaca, uraian dalam latar belakang masalah hendaknya mencakup 4 hal yaitu: 1. Pernyataan tentang masalah penelitian serta besaran masalah. 2. Apa yang sudah diketahui 3. Apa yang belum diketahui 4. Apa yang dapat diharap dari penelitian yang direncanakan untuk menutup knowledge gap tersebut.

Masalah dan besaran masalah FINER

1. Feasible. Tersedia subjek penelitian, dana, waktu, alat dan keahlian. Kendala ketidaktersediaan diatasi dengan modifikasi desain, penyesuaian besar sampel, dan mengurangi jenis pemeriksaan asalkan tidak mengurangi nilai penelitian.

2. Interesting. Masalahnya menarik.

Peneliti harus tertarik pada substansi yang ditelitinya agar tidak cepat menyerah apabila menghadapi berbagai kendala dan tetap taat asas pada penelitian yang dirancangnya.

3. Novel. Mengemukakan sesuatu yang baru, membantah atau mengkonfirmasi penemuan terdahulu, melengkapi atau mengembangkan hasil penelitian terdahulu. Nilai baru dalam penelitian disebut orisinalitas penelitian, penelitian yang mengulang penelitian terdahulu disebut penelitian replikatif. Penelitian replikatif dapat dilakukan untuk menguji konsistensi hasil penelitian terdahulu pada populasi yang berbeda, dapat juga bila peneliti melihat adanya kekurangan pada metodologi, pelaksanaan, analisis, atau simpulan penelitian sejenis yang dipublikasikan sebelumnya.

Penelitian orisinal : A. Melakukan penelitian yang belum pernah dilakukan. B. Meneruskan hasil penelitian orisinal yang sudah ada. C. Mengembangkan ide orisinal milik orang lain dan kemudian melaksanakannya. D. Menggunakan teknik baru untuk memperoleh data empiris. E. Merancang penelitian orisinal untuk dilaksanakan orang lain. F. Menguji ide orang lain dengan metode yang belum pernah digunakan G. Menemukan data empiris yang belum pernah dilaporkan H. Melakukan penelitian serupa dengan yang dilakukan di luar negeri I. Menggunakan teknik lama untuk area baru J. Memberi evidence baru untuk masalah lama K. Melakukan studi lintas disiplin baru untuk masalah lama L. Menerapkan hasil studi orang lain pada populasi yang berbeda

4. Ethical. Tidak bertentangan dengan etika. Penelitian yang menggunakan manusia tidak boleh bertentangan dengan etika. Setiap penelitian harus memperoleh persetujuan komisi etika independen setempat.

5. Relevant. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, meningkatkan tatalaksana pasien atau kebijakan kesehatan, sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

Peneliti haruis dapat memprediksi hasil penelitian yang akan diperoleh apakah relevan dengan kemajuan ilmu, tatalaksana pasien, kebijakan kesehatan, atau sebagai dasar penelitian selanjutnya.

Sumber masalah penelitian

1. Kepustakaan Tinjauan pustaka yang baik sering diakhiri denngan saran tentang hal atau aspek yang perlu diteliti lebih lanjut. Setiap calon peneliti harus mencari publikasi ilmiah terbaru dan teristimewa dengan menggunakan internet.

2. Bahan diskusi Pada konferensi, seminar, simposium resmi dapat menimbulkan ide-ide atapun hal terobosan baru yang dapat dijadikan bahan penelitian.

3. Pengalaman sehari-hari Pengalaman sehari-hari sering dikembangkan menjadi masalah penelitian meskipun seringkali terdapat kontroversi antara pengalaman dengan yang tertulis dalam buku, namun cara terbaik untuk menjadi peneliti mandiri adalah mencari masalah penelitian yang bersumber dari praktek sehari-hari.

4. Pendapat pakar yang bersifak spekulatif seringkali dicari landasan teorinya untuk dikembangkan menjadi masalah penelitian

5. Sumber non ilmiah dapat pula menjadi sumber nmasalah penelitian seperti berita surat kabar tentang suatu penyakit aneh di daerah tertent yang telah menelan banyak korban jiwa dapat dijadikan masalah penelitian

II. Apa yang sudah diketahui Setiap masalah kedokteran hampir sudah ada upaya pemecahan baik berdasarkan evidence based maupun yang langsung dilaksanakan oleh praktisi. Uraian tentang apa yang sudah diketahui ini harus ringkas, lengkap dan kritis.

III. Apa yang belum diketahui Hal yang belum diketahui dalam pemecahan masalah merupakan kesenjangan pengetahuan (knowledge gap) yang seharusnya ditutup dengan penelitian. Banyak hal yang dalam praktek lazim dilakukan namun belum ada evidence yang kuat, hal ini juga menjadi area yang perlu untuk diverifikasi dengan penelitian.

IV. Apa yang diharap dari penelitian Apabila disusun dengan baik, maka latar belakang masalah akan mengawali benang merah yang kemudian dilanjutkan dengan rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan, serta manfaat penelitian.

B. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH Identifikasi masalah merupakan suatu ringkasan latar belakang secara padat, tajam, spesifik. Sehingga masalah penelitian jelas dan terlokalisasi untuk dasar bagi Rumusan Masalah atau Pertanyaan penelitian. Tiga syarat Rumusan Masalah Penelitian : 1. Disusun dalam kalimat tanya (interrogative) agar lebih bersifat khas, terfokus, dan tajam, karena itu disebut juga sebagai pertanyaan penelitian (research question). 2. Substansi bersifat khas, tidak bermakna ganda. 3. Bila banyak pertanyaan penelitian, maka setiap pertanyaan diformulasikan terpisah, sehingga tiap pertanyaan dapat dijawab dengan uji hipotesis yang sesuai secara terpisah.

Terkadang pertanyaan penelitian sangat banyak maka, penggabungan dapat dibenarkan asal dalam definisi operasional dijelaskan semua yang dimaksud. Rumusan masalah diawali dengan pengantar : Contoh : Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagi berikut :

C. HIPOTESIS Hipotesis adalah pernyataan sebagi jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris. Hipotesis penelitian dirumuskan setelah masalah penelitian. Hipotesis tidak dinilai benar atau salah, malainkan diuji dengan data empiris apakah sahih (valid) atau tidak. Penelitian yang bersifat deskriptif tidak memerlukan hipotesis. Perlu tidaknya hipotesis dilihat dari pertanyaan penelitian; apabila terdapat kata kata : lebih besar, lebih kecil, berhubungan dengan, dibandingkan, menyebabkan, terdapat korelasi, dan sejenisnya, maka butuh hipotesis. Dalam konteks ini, hipotesis penelitian harus dibedakan dengan hipotesis dalam uji kemaknaan yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternative. Syarat hipotesis yang baik : 1. Dinyatakan dalam kalimat dekralatif yang jelas dan sederhana, tidak bermakna ganda. 2. Mempunyai landasan teori, pengalaman, serta sumber ilmiah yang sahih. 3. Menyatakan hubungan antara satu variable tergantung dengan satu atau lebih variable bebas. Namun dalam satu hipotesis hanya boleh terdapat satu variable tergantung. Hipotesis yang enyebutkan lebih dari satu variable tergantung (disebut sebagai hipotesis yang kompleks) harus dipecah menjadi dua atau lebih hipotesis sederhana. 4. Hipotesis memungkinkan diuji secara empiris. Meski mempunyai dasar yang kuat.

5. Rumusan hipotesis harus bersifat khas dan menggambarkan variable variable yang diukur. Rumusan harus cukup longgar untuk generalisasi. Rumusan yang bersifat terlalu umum atau yang bermakna ganda, harus dihindari. Kesulitan timbul karena dalam latar belakang masalah belum diuraikan secara rinci hal hal yang dikemukakan dalam hipotesis, untuk itu maka variable yang diperlukan untuk perumusan hipotesis harus dijelaskan dalam latar belakang masalah. Untuk keperluan skripsi, tesis, atau disertasi, hal hal tersebut diuraikan dalam tinjauan pustaka. Hipotesis yang terlalu rinci sulit untuk digeneralisasi ke populasi karena tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dalam praktik sehari hari. 6. Dikemukakan a priori. Hipotesis dikemukakan sebelum penelitian dimulai, sebelum data terkumpul. Studi dengan banyak pertanyaan penelitian dapat memerlukan banyak hipotesis yang mempersulit desain. Bila memang diperlukan banyak hipotesis, lebih baik ditentukan hipotesis utama dan lainya hipotesis minor. Dalam rencana penelitian, perhatian utama penelitian harus terarah pada hipotesis utama.

D. Tujuan Penelitian Dibagi 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum ( ultimate objective ) menyatakan tujuan akhir penelitian, mengacu pada aspek yang lebih luas atau tujuan jangka panjang penelitian, tidak terbatas pada hal-hal yang langsung diteliti atau diukur. Tujuan khusus ( spesific objective ) menyebutkan secara jelas dan tajam hal-hal yang akan langsung diukur, dinilai atau diperoleh dari penelitian. Tujuan umum dan khusus yang hanya terdiri dari satu atau dua butir saja mungkin cukup ditulis secara naratif dalam satu kalimat, tetapi bila terdapat banyak butir dan subutir maka tujuan umum dan khusus perlu dipisahkan agar lebih jelas dan mudah dimengerti oleh pembaca. E. Manfaat Penelitian

Penjelasan mengenai manfaat apa yang diharapkan dari penelitian yang akan dilakukan, biasanya disebutkan dalam bidang akademik atau ilmiah, bidang pelayanan masyarakat serta pengembangan penelitian itu sendiri. Penelitian dapat bersifat quick yielding yaitu hasil penelitian dapat langsung diterapkan dan non quick yielding di mana hasilnya tidak segera diterapkan. II. Tinjauan Pustaka Dengan menggunakan teknik statistika yang mulai berkembang sekarang ini, yaitu metaanalisis, dengan teknik tersebut dapat dibuat simpulan yang sahih tentang berbagai hasil penelitian, khususnya uji klinis yang hasilnya kontroversial atau tidak konklusif ( jumlah subjek yang tidak memadai ). Dalam tinjauan pustaka yang diperlukan adalah tinjauan komprehensif terhadap aspek yang diteliti, dengan penekanan utama pada hubungan antar variabel yang diteliti dengan variabel lain yang mungkin berperan. Sumber pustaka sebaiknya cukup baru yaitu 3-5 tahun terakhir agar informasi yang disampaikan tidak kadaluwarsa, sumber informasi terkini bisa didapat dari online databases melalui internet. Mkalah atau ceramah ilmiah juga sering memberikan informasi terkini tentang aspek yang relevan dengan penelitian. Kerangka konseptual Lazimnya,kerangka ini dibuat dalam bentuk diagram yang menunjukkan jenis serta hubungan antar variabel yang diteliti dan variabel lainnya yang terkait. Diagram kerangka konseptual harus menunjukkan keterkaitan antar variabel. III. Metodologi Bab ini harus dibuat sangat rinci yang bermanfaat untuk menuntun peneliti dalam pelaksanaan,analisis, interpretasi hasil penelitian. Bab ini mencakup : Desain Tempat dan waktu penelitian Populasi target, populasi terjangkau dan sampel Cara pemilihan sampel

Estimasi besar sampel Kriteria pemilihan ( inklusi,eksklusi ) Prosedur kerja ( pengukuran, intervensi, randomisasi atau penyamaran pada uji klinis, kriteria penghentian penelitian dan lainnya ) Identifikasi variabel ( variabel independen, dependen, perancu dll dengan skala variabel masing-masing ) Definisi operasional Rencana manajemen dan analisis data, termasuk program komputer yang akan digunakan. Berikut hal-hal yang harus disertakan dalam bab ini :

A. Desain Penelitian Merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian atau untuk menguji kesahihan hipotesis. Desain penelitian klinis diklasifikasi berdasarkan pada ada atau tidak adanya intervensi, menjadi penelitian observasional ( termasuk studi kohort, studi kasus kontrol dan cross sectional ). Dalam usulan penelitian perlu dituliskan secara eksplisit dengan satu kalimat. Contoh : Penelitian ini merupakan studi kasus kontrol untuk menilai peran pajanan hormon wanita pada wanita hamil muda terhadap terjadinya kelainan kongenital ekstremitas pada bayi yang dilahirkan. Desain uji klinis acak tersamar ganda digunakan dalam studi ini untuk mengetahui manfaat penambahan obat X pada terapi standar Y dalam pengobatan sindrom Alice in Wonderland. Tempat dan waktu penelitian

rencana waktu

Populasi penelitian

sekelompok subjek dengan karakteristik tertentu dibagi menjadi dua : -populasi target karakteristik klinis dan demografis - populasi terjangkau bagian dari populasi target yang dibatasi oleh tempat dan waktu praktik pembuatan usulan penelitian populasi terjangkau

Sampel dan cara pemilihan sampel

subset populasi yang diteliti cara : misalnya random atau acak, sistematik, berurutan(consecutive sampling), cluster, convenience dan sterusnya usulan penelitian - pemilihan subjek ditegakkan secara eksplisit dan rinci

Estimasi besar sampel

Memuat perkiraan besar sampel yang diperlukan perlu dengan maksud : - simpulan penelitian mempunyai tingkat kepercayaan yang dikehendaki - uji hipotesis kemaknaan statistik berarti kemaknaan klinis rumus besar disertakan, > dari 2 kali tidak perlu diulang, perhitungan matematika disertakan

Kriteria inklusi dan eksklusi

-kriteria inklusi karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target dan pada populasi terjangkau relevan dengan masalah penelitian kendala biasanya bersangkut logistik - kriteria eksklusi sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari studi oleh karena pelbagai sebab keadaan yang biasanya menjadi kriteria eksklusi : terdapat keadaan atau penyakit lainyang dapat mengganggu pengukuran atau interpretasi keadaan yang mengganggu kemampulaksanaan hambatan etis subyek menolak berpartisipasi

Persetujuan setelah penjelasan (PSP,informed consent)

semua penelitian dengan subyek manusia baru dapat dilaksanakan apabila sudah diperoleh PSP Cara kerja

a. alokasi subyek dalam setiap penelitian yang membanding variabel harus disebutkan jelas subyek mana yang menjadi kelompok yang diteliti, mana yang menjadi kelompok kontrol b. pengukuran dan intervensi metode pengukuran yang digunakan c. kriteria penghentian penelitian

Identifikasi variabel

semua variable yang diteliti harus diidentifikasi, variabel apa saja yang termasuk variabel bebas, variabel tergantungdan peranci Definisi operasional

Dibuat batasan dalam istilah operasional supaya tidak ada makna ganda dari istilah yang digunakan dalam penelitian tersebut mengacu pada pustaka yang ada tetapi bisa membuat definisi sendiri asal dapat dipertanggungjawabkan K. Rencana Pengolahan dan Analisis Data Sebutkan bagaimana data yang terkumpul akan diolah, dianalisis dan disajikan secara ringkas. Sebutkan jenis analisis statistika yang akan digunakan. Dirinci cara analisis yang akan dipakai pada tiap set variabel. Tentukan batas kemaknaan yang dipakai, interval kepercayaan dan tingkat kemaknaan statistika yang dipilih. Rumus uji hipotesis yang lazim digunakan tidak perlu disertakan, kecuali rumus yang lebih kompleks, dicantumkan lampirannya. Sebutkan program komputer yang direncanakan untuk analisis.

IV. Daftar Pustakan dan Lampiran Sistem yang digunakan adalah sistem Vancouver Harus cermat, perhatuikan spasi dan tanda baca, huruf biasa atau kapital, italic dll. Perhatikan kesesuaian antara kutipan dalam nas dan dalam daftar pustaka. Dalam proposal penelitian, cantumkan juga daftar pustaka yang berkaitan dengan metodologi dan teknik statistika yang digunakan Dalam lampiran, sertakan semua hal yang relevan namun tidak ditulis dalam badan usulan. Hal berikut sering disertakan : organisasi atau susunan penelitik, riwayat hidup peneliti, rencana anggaran penelitian, jadwal pentahapan penelitian, naskah penjelasan

kepada subjek penelitian, formulir persetujuan dari subjek penelitian, persetujuan dari komisi etika penelitian, rumus-rumus statistika, formulis/kuesioner, dummy table dll.

Penutup Menulis usulan penelitian merupakan proses intelektual yang mencakup kemampuan menciptakan ide, kreativitas dan inovasi, kemampuan metodologi, penguasaan substansi, pemahaman dan aplikasi statistika, kemampuan bahasa, serta konsistensi berfikiran logis. Peneliti mulai dengan (1) pembenaran mengapa penelitian perlu dilakukan (2) identifikasi masalah penelitian yang memenuhi syarat, (3) merumuskan pertanyaan penelitian, (4) menyatakan tujuan penelitian dalam arti luas dan dalam arti khas, (5) membangun hipotesis sebagai dasar pembentukan wadah guna menjawab pertanyaan penelitian, (6) mengemukan uraian teori secara komprehensif dan mendalam atas tiap aspek yang relevan dengan materi, (7) menyusun kerangka konseptual dan (8) merancang desain penelitian yang sesuai, lengkap dengan segala komponen yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Draft usulan penelitian perlu dikaji ulang serta direvisi berkali-kali dengan bantuan pembimbing karena posisinya yang sangat strategis dalam rangkain proses penelitian. Setelah penelitian dimulai, tidak ada tempat untuk mengubah metode penelitian seenaknya

BAB 4 PENGUKURAN DALAM PENELITIAN Pengukuran dalam penelitian ilmiah adalah observasi fenomena dengan maksud agar fenomena tersebut dapat dianalisis menurut aturan tertentu. Skala pengukuran dibagi menjadi 2: 1. Skala katagorikal a. Nominal: merupakan nama atau label variabel dan tidak mengandung informasi peringkat. (mis: A, B,AB,O) b. Ordinal: terdapat informasi peringkat, tetapi jarak antara dua peringkatnya tidak dapat dikuantifikasi. (mis: ringan,sedang,berat) 2. Skala numerik: terdapat informasi peringkat kuantitatif yang lengkap dan dapat diukur. a. Interval: skala numerik yang tidak memiliki nilai 0 alami (mis: 0o celcius) b. Ratio: yang mempunyai nilai 0 alami (mis: berat badan)

c. Kontinu: punya nilai desimal d. Diskret: tidak ada desimal Sumber variasi dalam pengukuran Sumber Variasi pengukuran Instrumen Pemeriksa Variasi biologis Pada satu subyek Antar subyek Keterangan Alat dan cara pengukuran Orang yang mengukur Perubahan variabel karena waktu dan keadaan Perbedaan biologis dari satu subyek ke subyek lainnya

Dua karakteristik pengukuran yang harus selalu diperhatikan dalam pengukuran adalah validitas (kesahihan) yang dipengaruhi bias, dan keandalan (realibilitas) yang dipengaruhi peluang.

PEMILIHAN SUBYEK PENELITIAN Penelitian selalu dilakukan pada sampel hasil digenerlisasi ke populasi Dari sampel tersebut diperoleh nilai tertentu disebut statistik Hasil yang diperoleh pada sampel akan digeneralisasi ke populasi yang diwakili oleh sampel tersebut disebut parameter Populasi terjangkau penelitian klinis dibatasi oleh hal-hal berikut yaitu: 1. Karakteristik klinis 2. Karakteristik demografis 3. Tempat 4. Waktu Sampel yang mewakili populasi - Pertanyaan yang perlu dijawab: o . Apakah subyek yang diteliti dapat mewakili subyek terpilih? o . Apakah subyek yang terpilih dapat mewakili populasi terjangkau? - Pertanyaan berikutnya, bagaimana kita menerapkan hasil yang diperoleh dengan 2 cara yaitu uji hipotesis untuk mendapat nilai p dam melakukan estimasi dengan menghitung interval kepercayaan

BAB 6 DESAIN PENELITIAN Desain penelitian merupakan rancangan penelitian untuk menuntun peneliti untuk mamperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian.

Klasifikasi jenis penelitian Klasifikasi yang sering dikemukaan adalah penilitian deskriptif dan penelitian analitik. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujan melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan, baik yang merupakan factor risiko maupun efek atau hasil. Penelitian analitik pula berupa mencari hubungan antar-variable. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap data yang telah dikumpul,oleh kerana itu pada penelitian analitik perlu dibuat hipotesis dan dalam hasil harus ada uji hipotesis(uji statistika). Penelitian observasional 1. Laporan kasus dan seri kasus Banyak ahli tidak menganggap laporan kasus dan seri kasus sebagai suatu penelitian. Dari laporan kasus dan seri kasus kita tidak dapat menilai terdapatnya hubungan sebab-akibat,karena dilakukan tanpa menggunakan control. 2. Penelitian cross-sectional Dalam penelitian cross-sectional peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable pada satu saat tertentu. Jadi pada studi ini tidak dilakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang dikakukan. Desaian ini merupakan desain yang sering digunakan baik dalam studi klinis maupun lapangan. 3. Studi kasus-kontrol Pada studi kasus-kontrol observasi atau pengukuran variable bebas dan tergantung tidak dilakukan pada saat yang sama. Peneliti melakukan pengukuran variable tergantung yakni efek, sedangkan variable bebasnya dicari secara retrospektif. Karena itu, stadi kasus control disebut, studi longitudinal, artinya subject tidak hanya diobservasi pada satu saat tetapi diikuti selama periode yang ditentukan. 4. Studi kohort Pada penelitian kohort yang diidentifikasikan dulu adalah, kausa, ataupun factor resikonya. Kemudian subject diikuti secara prospektif selama periode

tertentu untuk mencari terjadi atau tidaknya efek. Pada penelitian kohort murni yang diamati adalah subjek yang belum mengalami pajanan factor resiko serta belum mengalami efek. Sebagian subjek tersebut secara alamiah akan mengalami pajanan terhadap factor resiko tertentu(kelompok yang diteliti) sebagian lain tidak(kelompok control). Kedua kelompok tersebut kemudian diikuti selama periode tertentu, untuk kemudian ditentukan apakah telah terjadi efek atau penyakit yang diteliti. Penelitian eksperimental Studi eksperimental dipergunakan untuk mencari hunungan sebab akibat. Studi ini menpunyai kapasitas asosiasi yang lebih tinggi sehingga simpulan yang diperoleh lebih definitid daripada yang diperoleh dari studi observasional. Namun studi eksperimental umumnya mahal dan perlaksanaannya lebih rumit, sehingga penggunaannya lebih terbatas.

STUDI CROSS-SECTIONAL Studi cross-sectional merujuk pada penelitian yang tidak mempunyai dimensi waktu, pengukuran pelbagai variabel dilakukan satu kali. Langkah-langkah yang terpenting dalam rancangan studi cross-sectional adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Merumuskan pertanyaan dan hipotesis yang sesuai Mengidentifikasi variabel bebas dan tergantung Menetapkan subyek penelitian Melaksanakan pengukuran Melakukan analisis data

Estimasi relatif dari studi ini dinyatakan dengan rasio prevalens (RP): RP= a/(a+b) : c/(ctd) a/(a+b): prevalens subyek yang mempunyai faktor risiko yang mengalami efek c/(c+d): prevalens subyek tanpa faktor resiko yang mengalami efek. Interpretasi hasil: 1. Prevalens=1variabel yang diduga sebagai faktor resiko tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain netral. 2. Prevalens>1 dan rentang interval kepercayaan mencangkup angka 1 variabel tersebut merupakan faktor resiko untuk untuk timbulnya penyakit. 3. Prevalens1

menujukkan bahwa pajanan benar merupakan faktor resiko dan nilai IK 0,05 ), padahal perbedaan sebesar 50% secara klinis amat sangat berarti

2. Kesalahan dalam uji hipotesis Dapat terjadi 2 kesalahan, kesalaha tipe I dan kesalahan tipe II. Hipotesis nol (Ho), hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan. Kesalahan tipe I () adalah besarnya peluang untuk menolak Ho pada sampel padahal dalam populasi Ho benar (positif palsu)

Kesalahan tipe II () adalah besarnya peluang untuk tidak menemukan perbedaan yang bermakna dalam sampel, padahal dalam populasi perbedaan itu ada. Jadi, adalah besarnya peluang untuk tidak menolak Ho yang sebenarnya harus ditolak ( negative palsu) Nilai dan hanya dapat dikurangi bersama-sama dengan cara memperbesar sampel. Dalam uji hipotesis : Ho: A=B; Ha: AB 3. Power Penelitian Power suatu penelitian analog dengan nilai sensitivitas pada uji diagnostik adalah kemampuan suatu penelitian untuk mendapatkan beda yang secara statistik bermakna, bila dalam populasi tersebut ada. Artinya, power adalah suatu kekuatan untuk menolak hipotesis nol pada data penelitian, apabila dalam populasi terdapat perbedaan hasil klinis. Nilai power sebesar (1-), bila =20%, maka power=80% artinya penelitian tersebut mempunyai peluang sebesar 80% untuk mendeteksi perbedaan hasil klinis (dalam sampel penelitian) apabila perbedaan tersebut dalam populasi memang ada. Dimana nilai power yang sering dipergunakan adalah 80% atau 90%. Nilai power yang diinginkan tersebut mempengaruhi nilai sampel, artinya semakin besar power yang diinginkan makin kecil atau makin besar z dan makin bertambah besar sampel. Besar sampel berbanding lurus dengan kuadrat z. Untuk power sebesar 80% dan 90% diperlukan z (selalu satu arah) berturut-turut sebesar 0,842 dan 1,282. Bila pada akhir penelitian jumlah subyek yang berhasil diteliti kurang dari yang diperhitungkan, dan bila nilai dan effect size yang diperoleh tetap, maka power penelitian akan berkurang. 4. Simpang Baku Simpang baku data variabel berskala numerik merupakan statistik yang tidak dapat dimanipulasi sesuai dengan keinginan kita. Nilai simpang baku yang diperlukan untuk digunakan dalam formula besar sampel dapat diperoleh dari penelitian terdahulu (baik data sendiri atau pustaka), atau dari pengalaman atau studi pendahuluan. Nilai simpang baku sangat mempengaruhi besar sampel, makin besar simpang baku (berarti variabilitas numerik lebih besar), maka akan makin banyak jumlah subyek yang diperlukan. Dalam penghitungan, besar sampel berbanding lurus dengan varians ( yakni kuadrat simpang baku atau s2)

5.Frekuensi atau Proporsi Frekuensi atau proporsi variabel nominal tidak dapat dimanipulasi oleh peneliti, oleh karena merupakan nilai yang diperkirakan diperoleh dalam penelitian. Dalam studi deskriptif, proporsi variabel yang diteliti diperkirakan dari pustaka. Dalam studi perbandingan ( misalnya uji klinis yang membandingkan proporsi kesembuhan subyek pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan), proporsi kesembuhan kelompok kontrol diperoleh dari pustaka, pengalaman atau studi pendahuluan, sedangkan perbedaan proporsi kesembuhan ditentukan berdasar judgement klinis. Makin kecil perbedaan proporsi antar kedua kelompok, makin besar sampel diperlukan. 6. Interval Kepercayaan Akhir-akhir ini untuk menunjukkan hasil penelitian nilai interval kepercayaan sering digunakan di samping nilai p. Dalam pemanfaatan hasil penelitian untuk praktik, dokter juga lebih mudah memanfaatkan nilai yang ditemukan dalam sampel dengan interval kepercayaannya ketimbang nilai p yang kurang informatif. Lebar interval kepercayaan tergantung pada 3 faktor : Besar sampel Karakteristik data (simpang baku atau proporsi) Derajat interval kepercayaan yang diinginkan. Lebar interval kepercayaan sangat dipengaruhi oleh besar sampel. Interval ini akan makin lebar dengan berkurangnya besar sampel yang sekaligus menunjukkan power yang kecil. Sebaliknya interval kepercayaan akan semakin sempit dengan bertambahnya besar sampel, dan power pun akan bertambah. Karakteristik data statistik berupa simpang baku (data numerik)dan proporsi (nominal) mempengaruhi lebar interval kepercayaan. Simpang baku yang lebih besar menunjukkan dispersi data yang lebar, dan memperlebar interval kepercayaan. Proporsi yang makin menjauhi nilai 0,50 menghasilkan interval kepercayaan yang makin asimetris, makin sedikit jumlah subyek, memberikan interval kepercayaan yang makin asimetris. Derajat interval kepercayaan mempengaruhi lebar interval kepercayaan. Interval kepercayaan 99% interval kepercayaan lebih besar ketimbang 95%.bila menggunakan interval

kepercayaan 99%, maka dapat melampaui titik nol (tidak ada perbedaan yang bermakna pada uji hipotesis). Apabila menggunakan interval kepercayaan 95% maka tidak dapat melampaui titik nol (berarti terdapat perbedaan). Jadi dalam melakukan interpretasi hasil klinis yang menyertakan interval kepercayaan, kita tidak hanya melihat rentang interval kepercayaan namun juga derajat interval kepercayaannya. Perkiraan Besar Sampel Perkiraan besar sampel dapat digunakan dengan berbagai cara, dasar yang digunakan untuk estimasi bergantung pada tujuan penelitian serta desain yang dipilih. Saat ini tersedia penghitungan besar sampel, dalam bentuk rumus, nomogram atau tabel. Berikut diuraikan estimasi berdasarkan rumus yang sering digunakan pada penelitian klinis, dengan tanda [] di belakang informasi yang diperlukan : [ditetapkan] berarti dipilih nilai yang dikehendaki oleh peneliti [dari pusataka] berarti nilai diambil dari pustaka,pengalaman, atau studi pendahuluan. [clinical judgement]berarti nilai yang secara klinis penting

A Besar Sampel Untuk Data Numerik Sampel tunggal untuk perkiraan rerata Penetapan besar sampel untuk estimasi mean (rerata) pada studi deskriptif atau survai) memerlukan 3 informasi, yakni: Simpang baku nilai rerata dalam populasi, s [dari pustaka] Tingkat ketepatan absolut yang diinginkan, d [ditetapkan] Tingkat kemaknaan, [ditetapkan] Perhatikan bahwa nilai rerata tidak diperlukan dalam estimasi besar sampel perkiraan rerata. Rumus yang digunakan: n = z xs d2

Perkiraan besar sampel untuk beda rerata 2 kelompok

Dalam penelitian klinis besar sampel paling sering digunakan pada studi untuk menguji hipotesis terdapatnya perbedaan dua rerata. Untuk ini perlu diperhatikan apakah kedua kelompok yang diperbandingkan tersebut bersifat independen atau berpasangan. 1. Uji hipotesis terhadap rerata dua populasi independen Untuk memperkirakan besar sampel dari dua kelompok independen dengan uji hipotesis diperlukan 4 informasi penting yaitu: Simpang baku kedua kelompok, s [dari pustaka] Perbedaan klinis yang diinginkan, x1-x2 [clinical judgement] Kesalahan tipe I, [ditetapkan] Kesalahan tipe II, [ditetapkan]

Rumus yang digunakan adalah: n1=n2=2 (z+z)s (x1-x2)2

2. Uji hipotesis terhadap rerata dua populasi berpasangan Informasi yang diperlukan berbeda dengan untuk dua kelompok independen: Simpang baku dari rerata selisih, sd [dari pustaka] Selisih rerata kedua kelompok yang klinis penting, d [clinical judgement] Kesalahan tipe I, [ditetapkan] Kesalahan tipe II, [ditetapkan] Rumus yang digunakan n= (z+z) x sd d2

Besar Sampel Untuk Data Nominal Sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi Terdapat 3 informasi yang diperlukan, yaitu

Proporsi pemyakit atau keadaan yang akan dicari, P Tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki, d Tingkat kemaknaan,

Untuk simple random sampling, rumus yang digunakan :

Nilai Q = (1 P), jadi bila milai P = 0,6; Q = 1-0,6 = 0,4.

Besar sampel untuk uji hipotesis terhadap 2 proporsi a. Dua kelompok independen Memerlukan informasi : Proporsi efek standar P1 Proporsi efek yang diteliti P2 (clinical judgement) Tingkat kemaknaan Power atau Z Rumus yang digunakan :

Catatan : P =

(P1+P2)

b. Dua kelompok berpasangan Diperlukan jumlah subyek yang lebih sedikit ketimbang kelompok independen. Memerlukan informasi: Proporsi subyek dengan respon diskordan Kesalahan tipe I Power atau Z D = beda proporsi yang klinis penting Rumus yang digunakan :

Rumus alternatif :

Besar Sampel Untuk STUDI KOHORT Pada studi ini peneliti bermaksud mencari perbandingan insidens efek pada kelompok dengan faktor resiko insidens efek pada kelompok tanpa resiko. Bila insidens efek pada kelompok dengan faktor resiko = P1 dan insidens efek pada kelompok tanpa faktor resiko = P2, maka RR = P1/P2 Perkiraan besar sampel pada studi kohort dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan melakukan estimasiinterval kepercayaan risiko relative, dan uji hipotesis efek pada dua kelompok Estimasi interval kepercayaan risiko relative Memerlukan informasi : Perkiraan proporsi efek pada kelompok control, P2 Risiko relative yang bermakna secara klinis, RR Tingkat ketepatan relative yang dikehendaki, e Tingkat kemaknaan Rumus yang digunakan :

Catatan Q1 = (1-P1); Q2 = (1-P2) Uji hipotesis terhadap risiko relatif Memerlukan informasi : Proporsi efek pada kelompok tanpa faktor risiko, P2 Risiko relatif (RR) yang dianggap bermakna secara klinis Z Z Contoh :

BESAR SAMPEL UNTUK STUDI KASUS KONTROL Pada studi kasus kontrol peneliti menggunakan rasio odds (RO) sebagai perkiraan hasil yang diinginkan, dengan demikian apabila P1=proporsi kasus dan P2=proporsi kontrol, maka: OR = P2 = P1 =

Studi kasus-kontrol tidak berpasangan A. Estimasi interval kepercayaan rasio odds, diperlukan 4 informasi: - Perkiraan proporsi kontrol, P1 (dari pustaka) - Rasio odds yang dianggap bermakna (clinical judgment) - Tingkat ketepatan relative yang dikehendaki, e (ditetapkan) - Tingkat kemaknaan, (ditetapkan) Rumus yang digunakan: n1=n2= B. Uji hipotesis terhadap rasio odds Studi kasus kontrol tidak berpasangan, diperlukan informasi: - Perkiraan proporsi efek pada kontrol, P2 (dari pustaka) - Rasio odds yang dianggap bermakna secara klinis (clinical judgment) dari 1 dan 2 dapat dihitung proporsi efek pada kelompok kasus (P1) dan nila P=1/2 (P1+P2) - Tingkat kemaknaan, (ditetapkan) - Power atau z (ditetapkan) Rumus yang digunakan: n1=n2=

Studi kasus kontrol berpasangan n= P=

Berdasarkan rumus diatas, besar sampel minimal pada studi kasus kontrol berpasangan hanya bergantung pada OR, za dan zb, tetapi tidak bergantung pada proporsi kontrol.

Studi kasus-kontrol dengan >1 kontrol per kasus Bila digunakan c kontrol per kasus, maka dihitung lebih dahulu n (yakni jumlah subyek per kelompok bila digunakan rasio kasus:kontrol = 1:1), artinya kedua kelompok memiliki jumlah subyek yang sama. Kemudian dihitung n, yakni jumlah kasus apabila ingin digunakan rasio kasus:kontrol = 1:c, sebagai berikut: n=(c-1)n/2c

BESAR SAMPEL UNTUK PROPORSI SANGAT KECIL Untuk penelitian penyakit yang sangat jarang diperlukan informasi: Besar masing-masing proporsi (P1 da P2) Tingkat kemaknaan () Power atau z n=

BESAR SAMPEL UNTUK KOEFISIEN KORELASI Sampel tunggal, diperlukan informasi: 1. Perkiraan koefisien korelasi, r (dari pustaka) 2. Tingkat kemaknaan, (ditetapkan) 3. Power atau z (ditetapkan) Rumus yang digunakan: n= +3

Dua sampel, diperlukan informasi: 1. Perkiraan kedua koefisien korelasi, r1 dan r2 (dari pustaka) 2. Tingkat kemaknaan, (ditetapkan oleh peneliti) 3. Power atau z (ditetapkan oleh peneliti) Rumus yang digunakan: n1=n22

+3

MENENTUKAN POWER

Power dapat dihitung setelah penelitian selesai, dengan cara memasukkan nilai nilai ke dalam rumus yang semula digunakn untuk menghitung besar sampel. Misalnya ingin menguji hipotesxis bahwa obat A lebih baik dari obat B. Ditentukan = 0,05 (uji 2-arah); = 0,20, proporsi kesembuhan dengan obat standar (P1) =0,60 dan perbedaan klinis yang berarti adalah 0,20 (P2=0,80). Dengan rumus diperoleh besar sampel 60 per kelompok. Ternyata sampai waktu dan biaya habis, didapatkan 40 subyek per kelompok, denan kesembuhan kelompok A= 0,75 dan pada kelompok B= 0,50, kemudian nilai tersebut dimasukkan ke dalam rumus, dengan n= 40; z= 1960, P1=0,50, P2= 0,75, sehingga Z dapat dihitung dengan melihat tabel nilai z.

BESAR SAMPEL UNTUK BERBAGAI DESAIN DALAM SATU PENELITIAN Misalnya peneliti ingin menguji hipotesis bahwa pemberian obat C pada bayi segera setelah lahir dapat menurunkan kejadian ikterus neonatal. Lalu dirandomisasi bayi baru lahir yang memenuhi criteria; satu kelompok tidak diobati, kelompok lainnya diberi obat C. Ia juga ingin mengetahui kadar billirubin rerata pada hari ke-3 pada kelompok tidak diobati dan faktorfaktor yang menyebabkan ikterus pada bayi. Besar sampel harus dihitung untuk: 1. menguji perbedaan proporsi ikterus pada bayi yang diobati dengan obat C dengan kelompok control. 2. Estimasi kadar rerata bilirubin pada kelompok control. 3. Menentukan pelbagai faktor risiko terjadinya ikterus , yakni dengan analisis multivariat. Dari ketiga perhitungan tersebut dipilih jumlah subyek terbesar, dengan catatan bahwa besar sampel untuk beda proporsi ikterus harus diutamakan.

KOREKSI BESAR SAMPEL UNTUK ANTISIPASI DROP OUT Bila dari awal telah ditetapkan bahwa subyek tersebut tidak akan dianalisis, maka perlu dilaukan koreksi terhadap besar sampel, dengan menambahkan seumlah subyek agar besar sampel tetap terpenuhi. Untuk ini tersedia formula sederhana: n= n (1-f) n= besar sampel yang dihitung f= perkiraan proporsi drop out BESAR SAMPEL UNTUK STUDI DENGAN ANALISIS MULTIVARIAT Analisis multivariat sering digunakan untuk menentukan beberapa faktor resiko sekaligus. Bila variable independen semuanya berskala numeric dan variable dependennya juka berskala numeric, maka yang digunakan adalah regresi multiple. Bila variable independennya berskala nominal, digunakan regresi logistic. Dalam pustaka terdapat beberapa formula untuk menentukan sejumlah subyek yang diperlukan untuk penelitian tersebut. Banyak ahli menganjurkan penggunaan rule of thumb dengan patokan jumlah variable independen yang diteliti. KIAT UNUK MEMPERKECIL BESAR SAMPEL 1. Memperlebar ketepatan yang masih dapat diterima pada studi deskriptif. 2. Memperbesar nilai dan . 3. Memperbesar effect size. Ketia langkah di atas tidak dianjurkan, karena konsekuensi statistika akan mengurangi keakuratan hasil penelitian. Langkah-langkah di bawah ini dapat mengurangi besar sampel serta tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip peneitian: 1. Memilih variabel berskala numerik.

2. Melakukan matching individual. 3. Melakukan pengukuran yang variabilitasnya kurang. 4. Memilih efek yang lebih sering terjadi. 5. Penggunaan kelompok studi dan kelompok control yang tidak sama besar.

BEBERAPA CATATAN Dalam estimasi besar sampel hal-hal berikut harus diperhatikan: 1. Be parsimonious. 2. Be creative. 3. Be logic, 4. Be realistic. 5. Be stupid.

BAB VI PENYAJIAN TABEL DAN GAMBAR

Pendahuluan Dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi yang sangat pesat, penyajian karya ilimiah secara benar, informative dan efektif sangat diperlukan. Sarana pendukung untuk hal tersebut diatas adalah penyajian dalam bentuk table, grafik, gambar, foto atau jenis ilustrasi lainnya.

TABEL

Table adalah sekumpulan data yang diatur dalam baris-baris horizontal (row) dan kolomkolom vertical (column). Tujuan sebuah tabel adalah untuk menyajikan data atau informasi dan mendukung pernyataan dalam teks. Sebaiknya tabel berbentuk sederhana, kompak, lengkap, dan dua atau tiga tabel lebih baik daripada satu tabel yang besar penuh dengan detail atau variabel. Biasanya tabel digunakan untuk menyajikan hasil penelitian. Beberapa tipe tabel yang dikenal : 1. tabulasi : singkat dan informal, merupakan bagian dari teks dan teks harus

menjelaskan artinya. Biasanya tabulasi terdiri dari 1 atau 2 kolom data (column) dan tidak memerlukan judul, nomor, dan aturan seperti tabel.

The operative procedures performed among the patiens with bowel obstruction included yje following :

Procedures Bypass Enterocolostomy Enteroenterostomy Gastrojejunostomy Cutaneus stomas Colostomy Enterostomy Tube jejunostomy

No.

15 13 1

11 4 3

One or more bypass procedures were the most

common approach to relieve obstruction

2. Tabel tekstual : menyajikan teks dalam bentuk daftar. Jenis tabel ini digunakan untuk meringkas informasi dan mengurangi narasi. Table 2. Common Elements of Problem Solving in Smoking Cassation Treatments

Components Identification of events, internal states, or activities that are thought to increase risk of smoking or relapse The provision of basic information about smoking and successful quitting

Examples

Being around other smokers

Getting into argument Being under time pressure Explaining the nature and time course of withdrawl Emphasizing that any smoking increase the likehood of full relapse

3. Matriks

: tabel terstruktur yang menggunakan nomor, symbol dan menyajikan

hubungan yang timbal - balik (mutual) antara butir-butir dalam kolom dan baris.

Table 3. Objectives of Proposal of Reform Medical Education* Objectives Report Year 1995 1996 1997 1998 1999 2000 Serve changing public interest Address physician workforce needs Apply new educational methods Address changing nature illness burden Increase quality and standars of education x x x x x x x X x x x x

x

x

x

x

x

X

x

x

*The objective are listed in order to overall centrally to reform proposal X denotes that the objective is present in the report year, no entry indicates objective not present.

4. Tabel formal

: seringkali digunakan untuk menyajikan data numeric dalam makalah

ilimiah. Umumnya tabel formal terdiri dari 5 komponen : nomer tabel dan judul, judul kolom (column headings), judul baris (rows headings/table stubs), badan (data field) terdiri dari selsel (data points) dan catatan kaki (footnotes).

Patients with Cardiac Arrest (n = 225) Age, mean (SD), y Men 54 (11) 180 (80)

Controls

Characteristic

(n = 234)

55 (10) 175 (75)

Medical History Diabetes Hypertension Previous CAD Previous MI Total cholesterol, mean (SD) mmol/l 29 (13) 68 (30) 49 (22) 32 (14) 31 (13) 55 (24) 21 (9) 16 (7)

6.23 (0.08)

5.85 (0.06)

* Values are number (percentage) unless otherwise indicated. CAD indicates coronary artery disease; MI = myocardial infarction.

Judul kolom (column headings) menjelaskan informasi dari tabel. Tabel pada penelitian yang menggunakan variabel bebas (independent) dan tergantung (dependent), secara konvensional variabel bebas disajikan di sebelah kiri kolom dan variabel tergantung di sebelah kanan kolom. Kepala kolom (boldface type), setiap baris dan kolom harus diberi label satuan, ukuran harus diberikan. Tabel yang terlalu besar sampai melebihi satu halaman cetak atau tabel yang penyajiannya dimiringkan hendaknya dihindari oleh karena sering menyulitkan penerbit atau pembacanya.

GAMBAR

Gambar merupakan suatu metode untuk menyampaikan informasi secara kuantitatif. Beberapa gambar yang seringkali digunakan adalah grafik, diagram, peta, dan foto. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan saat menyajikan gambar adalah :

Koordinat Skala

: ukuran dari variabel independent biasanya disajikan pada sumbu

horizontal X dan ukuran dari variabel dependen disajikan pada sumbu vertikal Y. : pemilihan skala harus sesuai dengan area gambar yang akan disajikan,

gambar harus cukup besar untuk dapat memberikan hal-hal yang penting secara detail. Sebagai contoh, bila rentang datanya besarnya antara 5-20, tidak tepat bila skala diberikan nomor 0-100. Biasanya pemilihan skala sudah tersedia pada program-program computer, namun penulis tetap harus menentukan skala yang tepat untuk gambar tersebut. Label pada sumbu : setelah skala ditentukan, nomor skala harus dituliskan pada setiap

sumbu supaya para pembaca memperoleh informasi yang lengkap. Judul gambit diberi nomor urut dan diletakkan dibawah gambar. Bila penulis mengutip gambar dari peneliti lain jangan lupa cantumkan referensinya.

Grafik Garis Merupakan grafik yang menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel kuantitatif, seperti kecenderungan. Biasanya variabel dependen disajikan pada sumbu Y dan variabel independent pada sumbu X.

Histogram Sebuah grafik yang menunjukkan distribusi frekuensi dari seri pengamatan yang bersifat kontinue. Histogram menggambarkan data kelompok, dan lebar bar vertikal pada sumbu X sebanding dengan interval klas yang digunakan.

Bar diagram Terdiri dari sel yang mempunyai lebar sama dan terpisah satu sama laindengan jarak yang sama. Boleh mengandung lebih dari satu balok setiap selnya.

Bintik peta (Spot map) Menunjukkan kejadian dengan menggunakan bintik atau symbol lain, pada tempat di mana kejadian tersebut terjadi. Bila banyak kejadian pada lokasi tertentu, maka bintik-bintik tidak dapat terbaca dengan jelas, ditambahkan simbol simbol yang menunjukkan rentang dari kejadian.

Diagram peta (Area map) Menjelaskan dengan cara memberi kode wilayah atau daerah dengan diarsir atau diberi warna tertentu tentang insiden suatu kejadian atau suatu distribusi wilayah dari beberapa kondisi.

Diagram lingkaran (Pie chart) Digunakan untuk menggambarkan hubungan antar berbagai kategori. Kategori merupakan proporsi dari sebuah area yang dinyatakan dalam persen. Data yang disajikan dalam diagram lingkaran dapat diringkas dalam bentuk teks atau tabel. Komunikasi yang efektif merupakan aspek yang sangat penting pada saat melakukan penyajian data pada sebuah makalah ilimiah. Makalah ilimiah bermaksud menceritakan kepada pembaca secara spesifik tentang berbagai jenis data yang telah dikumpulkan.